Upload
nguyendan
View
234
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MENGHILANGKAN
KECEMASAN AKAN KEMATIAN PADA LANSIA DI RUMAH PERLINDUNGAN
LANJUT USIA JELAMBAR
Skiripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun oleh
Syarief Hidayatullah
NIM. 1110052000029
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
2014 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Oktober 2014
Syarief Hidayatullah
ABSTRAK
Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar Oleh : Syarief Hidayatullah 1110052000029
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia, lanjut usia merupakan periode penutup dalam periode kehidupan seseorang memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan diantaranya yaitu mempersiapkan dan menerima kematian itu sendiri, namun kematian tetap saja dianggap suatu hal yang mengancam bagi lanjut usia. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kecemasan dalam menghadapi kematian adalah ketidakmampuan memaknai kematian kedalam kerangka yang lebih luas kerena kurangnya ilmu pengetahuan dan pemahaman agama tentang arti kematian itu sendiri menimbulkan kecemasan bagi lanjut usia. Seperti yang telah dilakukan oleh salah satu Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yang terletak di Jln. Jelambar Selatan No.10 Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Rumah perlindungan lanjut usia ini telah memberikan bimbingan agama kepada lansia dengan strategi yang secara khusus diberikan oleh pihak panti berupa memberikan jalan yang dapat menghilangkan lansia dari kecemasan kematian
Pentingnya penilitian ini dilakukan yaitu yang pertama membantu lansia menghilangkan ketersiksaannya menjelang kematiannya, yang kedua jika dikaitkan dengan negara, ini merupakan tugas negara yang harus menaungi fakir miskin, orang-orang terlantar, termasuk lansia yang terlantar menjadi tugas negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang strategi bimbingan agama bagi lansia dalam menghilangkan kecemasan akan kematian. Dimana bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya, dalam hal ini informan terdiri dari 2 pembimbing dan 2 lansia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pengumpulan data penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman, dan data-data dari sumber yang terkait dengan penelitian.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi bimbingan agama yang diberikan kepada lansia dalam menghilangkan kecemasan kematian, yaitu dengan strategi preventif dan strategi kuratif dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan metode pendekatan sesuai dengan kondisi dan keadaan lansia. Dalam hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan agama berjalan cukup baik dan lancar serta berdampak positif bagi lansia sehingga salah satu masalah yang ada pada lansia yaitu rasa cemas akan kematian bisa hilang. Kata Kunci : Strategi Bimbingan Agama, Kecemasan Akan Kematian, Lansia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya dan inayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan hasil karya tulis ini,sehingga terlaksana sesuai harapan. Shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita yang agung, yaitu khairul
khalqi Nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan yang telah memberikan
pembelajaran hidup yang begitu berharga bagi kita semua. Semoga curahan kebaikan
selalu mengiringi keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman
kelak.Ammin.
Skripsi ini berhasil saya selesaikan, bukan dengan tidak melibatkan banyak
pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak-banyak terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam
Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak. Dr. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Prof. Dr. Syamsir Salam. MS selaku dosen pembimbing penulis yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan, dan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Penanggung jawab dan pembimbing agama Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
7. Orang tua penulis tercinta H.Makmun dan Hj.Saidah yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, cinta, dan semangat yang tiada hentinya.
8. Teman-teman seperjuangan keluarga besar BPI angkatan 2010, semoga
ilmu yang kita dapatkan selama dibangku kuliah bisa bermanfaat dan
menjadi orang-orang yang bisa dibanggakan. Teruntuk saudari Nurjannah
yang telah banyak membantu dalam kelancaran skripsi ini, yang selalu
setia menemani penulis dari awal penelitian sampai selesai atas do’a,
kesabaran, motivasi, dan juga semangatnya.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi
rasa hormat kepada kalian semua, saya mengucapkan banyak terimakasih. Semoga
Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua. Saya berharap agar skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Ammin.
Jakarta, 11 Oktober 2014
Syarief Hidayatullah
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 4
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6
G. Metodelogi Penelitian ........................................................................... 7
H. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
I. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi Bimbingan Agama ........................... ..................................... 14
1. Pengertian Strategi ........................................................................ 14
2. Pengertian Bimbingan ................................................................... 16
3. Pengertian Agama ......................................................................... 18
4. Pengertian Bimbingan Agama ...................................................... 21
5. Pengertian Strategi Bimbingan Agama ......................................... 21
B. Kecemasan ...................................................... .................................... 23
1. Pengertian Kecemasan .................................................................. 23
2. Indikator Kecemasan ..................................................................... 24
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ............................. 25
4. Gejala-gejala kecemasan ............................................................... 28
5. Macam-macam kecemasan ........................................................... 29
C. Kematian ............................................................................................. 31
1. Pengertian kematian ...................................................................... 31
2. Dinamika kecemasan menghadapi kematian ................................ 35
D. Lansia .................................................................................................. 36
1. Pengertian Lansia .......................................................................... 36
2. Pembagian Lansia ......................................................................... 40
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya .............................................................................. 42
B. Visi dan Misi ...................................................................................... 43
1. Visi ............................................................................................... 43
2. Misi .............................................................................................. 43
C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti ........................................... 43
1. Tugas Pokok ................................................................................ 43
2. Fungsi .......................................................................................... 44
3. Tujuan ......................................................................................... 44
D. Sasaran dan persyaratan ..................................................................... 45
1. Sasaran ......................................................................................... 45
2. Persyaratan ................................................................................... 45
E. Prosedur Pelayanan, Fasilitas Pelayanan, Proses Pelayanan ............. 45
1. Prosedur Pelayanan ................................................................ 45
2. Fasilitas Pelayanan ................................................................. 46
3. Proses Pelayanan .................................................................... 46
F. Kegiatan, Pengurus, Jumlah Warga Binaan (Lansia) ........................... 47
1. Kegiatan ................................................................................. 47
2. Pengurus ................................................................................. 47
3. Jumlah Warga Binaan (Lansia) .............................................. 48
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Temuan ............................................................................................... 49
1. Pembimbing ................................................................................. 49
2. Terbimbing ................................................................................... 52
B. Strategi Bimbingan Agama dalam Menghilangkan kecemasan
Kematian ............................................................................................ 57
1. Strategi Preventif .......................................................................... 57
2. Strategi Kuratif ............................................................................. 60
3. Metode Bimbingan Agama .......................................................... 64
a. Ceramah ................................................................................. 64
b. Pendekatan ............................................................................. 67
C. Analisis Hasil Temuan ....................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 75
B. Saran ..................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 78
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki masa lanjut usia pada kisaran usia 60 tahun ke atas, terjadi
perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ, hal ini merupakan
indikator utama yang tampak jelas. Perubahan atau penurunan fungsi organ
itu biasanya ditandai seperti mulai melemahnya jantung, pendengaran dan
penglihatan mulai terganggu, dan lain sebagainya.1
Semua orang akan mengalami proses menua, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari secara maksimal.
Secara umum manusia ingin hidup panjang, untuk itu berbagai upaya
dilakukan, meskipun demikian muncul kesadaran akan datangnya kematian
sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini.
Meskipun demikian lansia sering mengalami kecemasan hingga
depresi, mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap
kematian, kehilangan keluarga, atau teman karib, kedudukan sosial, pensiun
dari pekerjaan atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan lagi aktif
dipekerjaan seperti dulu, membuat seorang lansia dibebani perasaan tidak
berguna.2
1 Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126. 2Hawari.Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.65
1
2
Persepsi tentang kematian dapat berbeda-beda.Bagi seseorang atau
sekelompok orang, kematian merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau
menakutkan.3
Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian
itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan pengalaman masa lalunya yang ia
sadari sering berbuat dosa, rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai
datangnya kematian, sebab kecemasan bisa menyerang siapa saja. Umumnya,
kecemasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang
ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik
atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.
Kesadaran bahwa semua orang akan mati, maka kecemasan akan
kematian menjadi masalah psikologis yang penting khususnya bagi lansia.
Masalah fisik dan psikologis mesti ditemukan pada lanjut usia. Faktor
psikologis diantaranya perasaan cemas, bosan, keletihan atau perasaan
depresi.4
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 78 :
�نما م � شيدة� ٱلموت ت�ونوا يدر�� ولو كنتم � بروج م
3 Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h.118 4Nugroho, 1992. Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1992. h. 32
3
Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, (QS. An-nisa: 78).5
Menurut Webster’s kecemasan kematian adalah ketakutan abnormal
yang besar terhadap kematian, dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang timbul ketika orang berpikir tentang proses kematian atau apa yang
terjadi setelah kematian.
Kekhawatiran yang timbul diantaranya adalah :
a. Ketakutan pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya).
b. Kengerian akan kerusakan fisik dan mental.
c. Perasaan akan kesendirian.
d. Kemarahan dan perasaan putus asa yang extrem tentang sebuah
situasi dimana kita tidak memiliki kendali.
Menurut Hurlock setiap situasi yang mengancam keberadaan
organisme dapat menimbulkan kecemasan.Kecemasan yang terberat akibat
dari perubahan sosial yang sangat cepat. Manifestasi psikologis yang ditandai
dengan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, khawatir, takut, dan
tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.6
Lansia senantiasa dibayang-bayangi oleh perasaan tak berdaya dalam
menghadapi kematian. Rasa takut akan kematian ini pada lansia semakin
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009),h.90
6Hurlock, Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga Jakarta 1990. h. 93
4
meningkat. Dalam agama islam, seseorang harus memepersiapkan diri
sebelum kematian datang, persiapan itu berupa bekal, ialah berupa keimanan
yang terus terpelihara dan amal shaleh yang dilakukan dengan ikhlas. Oleh
karena itu bimbingan agama sangat dibutuhkan oleh individu yang berada
pada tingkat usia lanjut ini untuk menghilangkan rasa kecemasan kematian.
Untuk itulah berdasarkan pada uraian diatas maka penulis tertarik
untukmenulis penelitian dengan judul “ Strategi Bimbingan Agama Dalam
Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dianalisis identifikasi masalahnya
meliputi :
1. Kecemasan kematian bisa menyerang siapa saja, khususnya bagi
lansia.
2. Ketakutan lansia pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya).
3. Kengerian lansia akan kerusakan fisik dan mental.
4. Perasaan lansia akan kesendirian.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis
memfokuskan kajian serta membatasi masalah pada, “ Strategi bimbingan
agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “yang meliputi:strategi bimbingan agama
5
yang diterapkan, pelaksanaan bimbingan, mengubah sikap dan tingkah laku,
serta pembinaan lebih lanjut agar para lansia siap menjalani sisa-sisa hidupnya
dengan jiwa yang lebih tenang dan tentram.
D. Perumusan Masalah
Banyak gangguan psikologis yang timbul dalam kehidupan lansia,
salah satunya adalah mulai di bayangi rasa cemas akan kematian. Kecemasan
akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan
dapat pula berkaitan dengan cara kematian, rasa sakit atau siksaan yang
mungkin menyertai datangnya kematian. Oleh karena itu mereka memerlukan
bimbingan keagamaan dalam menghilangkan kecemasan kematian, namun
bagaimana bentuk strategi bimbingan itu, hal inilah yang menjadi fokus dalam
penelitian ini.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan
pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, pada pokoknya
penelitian digunakan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.7 Maka
tujuan yang ingin dicapai ialah:
a. Untuk menunjukan strategi bimbingan agama yang dilakukan oleh
para pembimbing dalam menghilangkan kecemasan kematian pada
lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
7 DR.BustanuddinAgus.Pengembanganilmu-ilmusocial.GemaInsaniPress.Jakarta 1999
6
b. Untuk mengetahui akan hakikat kematian yang sebenarnya sehingga
kecemasan akan kematian pada lansia bisa hilang dan berubah menjadi
energi positif untuk terus giat beribadah kepada Allah.
F. Kegunaan Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan
dan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan
yang meliputi bimbingan agama khususnya yang berkaitan dengan strategi
bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia
di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
b. Diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan bagi Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar dalam menghilangkan kecemasan
kematian pada lansia dalam bentuk program kerja.
c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam dalam pengembangan keilmuan dan
kurikulum.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
7
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang
diungkapkan oleh Burhan Bungin metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.8
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti
yang dikutif Lexy J. Moleong yaitu, “sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.9
Sedangkan alat pengumpul data dalam hal ini menggunakan,
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan
dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh. Dan
penelitian ini bermaksud mengungkapkan fakta-fakta yang tampak di
lapangan dan digambarkan sebagaimana adanya dengan berupaya
memahami sudut pandang responden dan konteks subyek penelitian
secara mendalam.
Kegiatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan strategi bimbingan
8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 63.
9 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rasta Karya, 2000), h. 3.
8
agama dalam menghilangkan kecemasan kematian berupa data apa
adanya ketika penelitian dilakukan.
2. Penentuan Lokasi
Penelitian ini bertempat di Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar, Jln.Jelambar Selatan II/ 10 Jelambar Jakarta Barat.Adapun
yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah
pertama, belum ada yang secara rinci meneliti tentang strategi bimbingan
agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia. kedua,
informasi yang sangat mendukung yang mana bisa didapatkan dilembaga
ini termasuk informannya.
3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.10 Dalam penelitian ini teknik observasi
yang dilakukan langsung ke tempat lokasi penelitian di RPLU
Jelambar. Yaitu mengamati langsung perilaku informan atau obyek
penelitian yang terkait, dan selama observasi, penulis menggunakan
alat-alat observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis.
b. Wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih yang
ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
10 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.54
9
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.11
Untuk kepentingan penelitian ini dilakukan wawancara kepada
penanggung jawab RPLU Jelambar untuk mendapatkan informasi
tentang profil RPLU Jelambar beserta kegiatan-kegiatan didalamnya,
staf RPLU Jelambar khususnya bagian Bimbingan dan Penyuluhan
Islam untuk mendapatkan informasi tentang strategi bimbingan agama
seperti apa yang diterapkan kepada para lansia dalam hal
menghilangkan kecemasan kematian.
c. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.12 Dalam hal ini penulis menyelidiki data-data
tertulis seperti buku, dokumen-dokumen, catatan-catatan dan
sebagainya yang terdapat di RPLU Jelambar Jakarta Barat.
4. Pengolahan Data
Pengolahan merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah
penelitian, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan
data-data lapangan yang diperoleh dalam bentuk narasi atau kata-kata
sesuai dengan tujuan, rancangan dan sifat penelitian, sehingga proses
penarikan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan.
5. Analisa Data
11 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004), h. 180
12 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 73
10
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu suatu teknik analisis data, di mana penulis terlebih dahulu
memaparkan semua data yang diperoleh dari lapangan, kemudian
menganalisanya dengan menghubungkan data-data tersebut dengan
kerangka teori yang telah disiapkan sebelumnya.
H. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan hal yang berisi tentang teori-teori yang
berkaitan dengan topik/masalah penelitian yang dapat berupa definisi-definisi
yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini
masalah yang penulis temukan di RPLU Jelambar adalah tentang kecemasan
kematian yang membayangi lansia diperiode-periode akhir kehidupannya, lalu
bimbingan agama seperti apakah yang diterapkan pembimbing dalam
menghilangkan kecemasan kematian tersebut, itulah yang menjadi fokus
penulis dalam penelitian ini. Adapun teori-teori dan juga definisi-definisi yang
penulis ambil yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu tentang strategi,
bimbingan, agama, kecemasan, dan juga kematian, yang penjabarannya
sebagai berikut :
a. Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA dalam bukunya “ Manajemen
Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis “ Strategi pada hakekatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
b. M. Umar dalam bukunya “ Bimbingan dan Penyuluhan “ bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi
yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan
11
jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan
guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
c. Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara makhluk dan
khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak
dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap
kesehariannya.
d. Menurut Stuart dalam teori interpersonal, kecemasan adalah perasaan
takut yang timbul terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan
mengalami kecemasan yang berat.
e. Koeswara dalam bukunya “ Psikologi Eksistensial “ mendefinisikan
kematian sebagai peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dan
merupakan refleksi dari keterbatasan manusia. Kecemasan
menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi dan
problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk
menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti
I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat
rancangan sistematika penulisan sebagai berikut:
12
BAB I : Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian
BAB II: Landasan Teori. Meliputi pengertian Penyuluh agama, selain itu
juga membahas pengertian, tujuan, strategi bimbingan agama dan
membahas mengenai pengertian kecemasan, kematian dan juga
lansia.
BAB III : Gambaran Umum Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar, gambaran umum ini meliputi tentang profil lembaga,
sejarah berdirinya, visi dan misi, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi
Panti, landasan hukum, Struktur Organisasi, mekanisme kerja,
komposisi pegawai, sasaran dan garapan lembaga, Persyaratan Calon
Keluarga Panti Sosial, Prosedur Pelayanan,Proses layanan, Jenis
Pembinaan, pembiayaan operasional, Mitra Kerja Sama, sarana
dan prasarana, jumlah warga binaan .
BAB IV: Temuan dan Analisis Data, bab ini akan menguraikan analisa
hasil penelitian mengenai strategi bimbingan agama dalam
menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.
BAB V: Penutup, dalam penutup ini penulis akan berusaha memberikan
kesimpulan dari keseluruhan pembahasan skripsi ini serta saran
terhadap tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat diambil dari
tulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Strategi Bimbingan Agama
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa yunani “Strategos” (stratos yang
berarti militer dan AG yang berarti memimpin) yang berarti “generalship”
atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat
rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi
pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jendral di butuhkan
untuk memimpin suatu angkatan perang.1 Awalnya, istilah ini lebih banyak
dikenal dalam dunia militer. Strategi berarti sesuatu yang dikerjakan oleh
para jendral. Oleh karena itu pengertian yang paling umum dan tua tentang
istilah strategi selalu dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam
peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat dalam oxford pocket
dictionary “Strategi adalah seni perang, khususnya perencanaan gerakan
pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak”. Rencana
tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya.
Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas
dalam kurun waktu tertentu, jadi strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
1 Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach, (Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19
14
15
Sedangkan pengertian strategi menurut para ahli didefinisikan
sebagai berikut, di antaranya:
a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara yang terbaik untuk
mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan
perubahan lingkungan.2
b. Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan
dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian cara-
cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang di perlukan.3
c. Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada
hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya member arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.4
d. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan
utama dan berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau
organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan
sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi
strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumber daya yang
dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.5
2 Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi .(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet.ke-2, h. 17
3 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1986) h. 9
4 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32
5 A.M. Kardiman,Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Pronhalindo), h. 58
16
e. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan,
penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan
internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran
dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan
sasaran utama organisasi akan tercapai.6
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian strategi menurut para
ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian stratagi menurut Prof. Dr.
Onong Uchyana Efendi. MA yang memaparkan bahwasanya strategi pada
hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) untuk mencapai suatu
tujuan, dan jika dihubungkan dengan judul penulis yang lebih ke strategi
agama maka pengertian tersebut selaras dengan maksud penelitian ini, yaitu
untuk mengetahui strategi agama apa yang diterapkan pembimbing guna
mencapai suatu tujuan yaitu untuk menghilangkan kecemasan kematian
pada lansia.
2. Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance &
Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan
dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan atau tuntunan.7
Pada prinsipnya bimbingan adalah pemberian pertolongan atau
bantuan. Bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam
bimbingan. Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun.
6 George A Stainer dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga), h. 20 7 Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1975), h. 25.
17
Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian
bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban
dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu
memberikan arah kepada yang dibimbingnya.8
Hal senada juga diungkapkan M. Umar bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki
mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri,
memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana
masa depan yang lebih baik.9
Sedangkan Prayitno memaknai bimbingan sebagai pemberian yang
dilakukan orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu
baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuannnya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.10
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah
proses membantu seorang individu yang mengalami permasalahan yang
berhubungan secara psikis, dimana dilakukan secara terus-menerus dan
memiliki tujuan untuk membantu individu agar individu menemukan
8 Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), Cet. Ke- 3, h. 5
9 M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan,( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), h. 9 10 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta), Cet. Ke-1, h. 28
18
potensinya sehingga individu itu dapat hidup secara mandiri serta mampu
beradaptasi dengan baik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Karena penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk mengetahui
strategi bimbingan agama apa yang diterapkan pembimbing dan hasil apa
yang dirasakan oleh lansia setelah bimbingan agama tersebut maka
hubungan bimbingan dengan judul penelitian ini sangatlah penting sesuai
dengan pengertian bimbingan diatas yaitu untuk memberikan motivasi dan
juga pengetahuan lebih sesuai dengan jalan agama tentang hal yang
berkaitan dengan kematian itu sendiri sehingga kecemasan kematian pada
lansia bisa hilang karena lansia dapat memaknainya dengan benar dan
positif.
3. Pengertian Agama
Istilah agama berasal dari bahasa sansakerta yaitu “a” yang artinya
“tidak” dan “gama” yang berarti kacau, jadi arti agama itu adalah tidak
kacau atau teratur. Sebagian juga ada yang berpendapat bahwa kata
“agama” merupakan istilah bahasa Arab yang di ambil dari kata “gama”
dalam hubungan dengan “iqamas shalata” yang selanjutnya menjadi
“iqama” atau agama. Agama sering dikaitkan dengan religi, religi barasal
dari bahasa latin yaitu”religio”.11
Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata ”ad Dien”
yang berarti menguasai, menundukan, patuh, dan kebiasaan. Selanjutnya din
11 Wilfred C.Smith. Memburu Makna Agama,(Jakarta : PT Mizan Pustaka) h.33
19
dalam bahasa berarti undang-undang atau hukum.12 Dalam bahasa Indonesia
sama artinya dengan peraturan.
Menurut Harun Nasution agama berasal dari kata “ad-din”, religi
(relegere,riliare) dan agama. Dalam bahasa arab berarti menguasai,
menundukan, patuh, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari religi (latin)
atau relege berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian relage berarti
mengikat. Adapun kata agama terdiri dari dua suku kata “a” berarti “tidak”
dan “gam” berarti ‘pergi” artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
menurun.13
Sedangkan Agama menurut para ahli sebagai berikut :14
a. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang
terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal
perbuatan akhirat).
b. Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara makhluk dan
khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak
dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap
kesehariannya.
12 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) h.9 13 D.Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Kanitius,1998), h. 34 14 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1998), cet.ke-3, h.13
20
c. Menurut James Martineaun, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan
yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur
alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.
d. Menurut Herbert Spencer, agama adalah pengakuan bahwa segala
sesuatu adalah manifestasi dari kuasa yang melampaui pengetahuan kita.
Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi
dasar agama adalah memberikan orientasi , motivasi dan membantu manusia
untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral.15
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian agama menurut para
ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian agama menurut Prof. Dr.
Quraish Shihab. MA yang menjelaskan bahwasanya agama adalah
hubungan antara mahluk dengan khalik, sehingga jika hubungannya dekat
maka akan timbul rasa, yang mana rasa itu akan tertanam dibatinnya dan
juga tercermin dalam kehidupan sehari-harinya, begitu juga dengan lansia
yang dalam kesempatan penelitian ini yaitu lansia yang berada di RPLU
Jelambar, jika dihubungkan pengertian tersebut dengan judul penulis, lansia
yang cemas akan kematian salah satunya disebabkan kurang dekatnya
hubungan antara dirinya dengan Allah sebagai sang khalik sehingga timbul
dalam pikirannya yang negatif dalam memaknai kematian lalu timbulah rasa
cemas , karena agama dan kematian tidak bisa dipisahkan keduanya
15 Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.1
21
memiliki arti yang saling mengisi satu sama lain. Pengetahuan agama yang
mantap akan menghilangkan lansia dari rasa cemas akan kematian.
4. Bimbingan Agama
Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada
seseorang yang kesulitan baik lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut
kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Bantuan tersebut berupa
pertolongan mental dan spiritual agar orang bersangkutan mampu
mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui
dorongan dari iman dan taqwanya kepada Tuhan.
Sedangkan bimbingan agama islam adalah proses pemberian bantuan
kepada individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
hadist Nabi, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.16
5. Strategi Bimbingan Agama
Strategi bimbingan agama adalah suatu proses atau cara untuk
bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi maupun
metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang
mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah
yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam dirinya,
16 Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (UII Press, Yogyakarta, 2001), h. 61
22
sehingga ia mampu hidup selaras sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah
dan Rasulullah sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.17
Lansia yang mengalami kecemasan akan kematian yaitu lansia yang
belum mampu menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-
Qur’an dan Hadist dalam dirinya sehingga hakikat sebuah kematian yang
yang sebenarnya yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist belum ia
temukan dan belum bisa ia selaraskan dalam kehidupannya sehari-hari, dan
ini sangat erat hubungnya dengan judul penulis yaitu strategi bimbingan
agama seperti apa yang ada di RPLU Jelambar untuk menghilangkan
kecemasan kematian pada lansia.
Strategi bimbingan agama juga dapat diartikan yaitu suatu proses
atau cara membantu individu dalam hal ini adalah lansia agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kecemasan akan
kematiannya bisa hilang dan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
17 Thohari Musnawar,Dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,(Yogyakarta : UII Press, 1992) h.76
23
B. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Menurut Kartono kecemasan merupakan bentuk perasaan yang tidak
menentu dan diliputi oleh semacam ketakutan pada hal yang tidak pasti.18
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa kecemasan merupakan hal yang paling
sering dihadapi oleh setiap manusia di dalam kehidupan sehari-hari ketika
menemui berbagai masalah. Jadi kecemasan adalah manifestasi dari
berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang
sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) serta pertentangan batin
(konflik).
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan , tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian masih tetap utuh ,prilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal.19
Kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional yang dirasakan
individu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak jelas apa
penyebabnya. Kecemasan mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut,
terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam dan sebagainya.
18 Kartono.Kartini,Psikologi Perkembangan. Cetakan keempat. (Bandung : CV. Mandar Maju, 1992) h.15
19 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.27
24
Atkinson mengatakan bahwa kecemasan merupakan emosi yang
tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran,
keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang di alami dalam tingkat yang
berbeda-beda20. Hal ini didukung oleh Mahmud yang mengatakan bahwa
kecemasan adalah keadaan takut terus-menerus namun berbeda dengan
ketakutan biasa yang merupakan respon terhadap rangsang yang
menakutkan yang terjadi, sebab ketakutan yang dialami merupakan respon
terhadap kesukaran yang belum terjadi.21
Menurut Stuart dalam teori interpersonalnya, kecemasan timbul dari
perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu
dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
22 2. Indikator Kecemasan
Individu yang mengalami kecemasan sering kali tidak mau mengakui
bahwa dirinya cemas, tetapi dari observasi dapat disimpulkan bahwa ia
mengalami kecemasan. Menurut Sue dkk, dan sangat berhubungan dengan
penelitian penulis, salah satu indikator kecemasan, yaitu sering khawatir atas
20 Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq. (Jakarta : Erlangga, 1991) h.212
21 Mahmud, D.M. Psikologi Suatu Pengantar. (Yogyakarta : BPFE, 1990) h.235 22 Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.71
25
segala macam masalah yang mungkin terjadi membuat lansia merasa tidak
tenang.23
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Chaplin faktor adalah salah satu sebab atau kondisi
pendahulu yang menimbulkan satu gejala.24 Zakiah Daradjat
mengemukakan bahwa kecemasan timbul karena tidak terpenuhinya
keinginan-keinginan seksual, merasa diri (fisik) kurang, pengaruh
pendidikan di masa kecil atau frustrasi karena tidak tercapainya keinginan
baik material maupun sosial, dan mungkin juga akibat perasaan tidak
berdaya.25
Menurut Lewin kecemasan disebabkan oleh adanya konflik dalam
diri individu. Di samping itu dikatakan juga bahwa kecemasan bisa timbul
oleh adanya jarak yang lebar antara keinginan yang besar terhadap sesuatu
yang ingin diraihnya dengan kenyataan yang ada.26
Sigmund Freud mengemukakan bahwa ada lima macam sebab
kecemasan yaitu :
a. Frustrasi (tekanan perasaan)
Rintangan untuk mencapai aktivitas diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Hal ini di dukung oleh pernyataan Zakiah Daradjat
23 De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h.41
24Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997) h.186
25 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28 26 Irwanto, E.H. Psikologi Umum. Cetakan ketiga. (Jakarta : Gramedia Pustaka Umum,
1994) h.209
26
bahwa frustrasi adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa
akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhankebutuhannya,
atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi
keinginannya.27
b. Konflik
Adanya dua kebutuhan atau lebih yang berlawanan dan harus
dipenuhi dalam waktu yang sama. Menurut Zakiah Daradjat konflik
adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan
atau bertentangan satu sama lain dan tidak mungkin dipenuhi dalam
waktu yang sama.28
c. Ancaman
Adanya bahaya yang harus diperhatikan. Badudu dan Zain
mengatakan bahwa ancaman merupakan peringatan yang harus
diperhatikan dan diatasi agar tidak terlaksana.29
d. Harga diri
Harga diri adalah suatu penilaian yang dibuat oleh individu
tentang dirinya sendiri dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan
lingkungan. Harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir tetapi
merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk berdasarkan pengalaman
yang dimiliki oleh individu. Koeswara mengatakan bahwa terhambatnya
27 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.24 28 Ibid. h.26 29 Zain, B. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994) h.47
27
pemuasan kebutuhan rasa harga diri mengakibatkan perasaan rendah
diri, tidak pantas, tidak mampu, tidak berguna dan lemah.30
e. Lingkungan
Freud mengatakan bahwa factor yang dapat mempengaruhi
kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu. Lingkungan sosial
adalah lingkungan masyarakat dalam komunitas tertentu yang terdapat
interaksi diantara individu dalam masyarakat tersebut. Adanya dukungan
dari lingkungan, membuat individu berkurang kecemasannya,
lingkungan yang dimaksud diatas dapat berupa dukungan sosial.
Sumber-sumber rasa cemas yaitu, kurang percaya diri, masa depan tanpa
tujuan, ketidakpuasan kerja, masalah keuangan, lingkungan, bahaya
dalam diri manusia atau bahaya dari luar yang oleh individu ditafsirkan
lain karena persepsi yang keliru dari realitas lingkungannya.31
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah sebab atau kondisi pendahulu yang
menimbulkan suatu gejala yang mempengaruhi kecemasan. Kemudian
faktor yang mempengaruhi kecemasan terbagi dalam dua macam, yaitu:
a. Pribadi
Penyebab kecemasan yang berasal dari pribadi adalah frustrasi,
konflik, harga diri, usia, pekerjaan, religiusitas, kepuasan hidup.
b. Lingkungan
30 Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.125 31 Sukmana, O. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. (Malang : Bayu Media dan UMM
Press. 2003) h.76
28
Penyebab kecemasan yang berasal dari lingkungan adalah tidak
adanya dukungan sosial, ancaman.
4. Gejala-gejala Kecemasan
Hawari mengatakan bahwa gejala-gejala orang yang mengalami
kecemasan adalah khawatir, takut akan pikirannya sendiri, firasat buruk,
tegang, gelisah, mudah terkejut, gangguan konsentrasi, sesak nafas, jantung
berdebar-debar, sakit kepala, gangguan pencernaan.32
Kartono mengemukakan gejala-gejala kecemasan yaitu gemetar,
berkeringat dingin, mulut menjadi kering, membesarnya pupil, sesak nafas,
murus atau diare.33
Menurut Zakiah Daradjat kecemasan terdiri dari dua kelompok
gejala, yaitu :34
a. Gejala fisik
Gejala fisik meliputi ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak
teratur, jantung berdebar-debar, meningkatnya denyut nadi, tekanan darah
meningkat, keringat berlebihan, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang,
kepala pusing dan nafas sesak.
b. Gejala mental
Gejala mental meliputi perasaan takut, perasaan akan tertimpa
bahaya atau kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak
berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, tidak tentram, ingin
32 Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.66 33 Kartono, K. 1986. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.140 34 Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28
29
lari dari kenyataan hidup. Gejala kecemasan yang lain adalah
mengkhawatirkan sesuatu dan hal-hal kecil, percaya bahwa sesuatu yang
menakutkan akan terjadi tanpa ada sebab yang jelas, merasa terancam
dengan orang lain atau peristiwa yang secara normal tidak apa-apa,
ketakutan akan kehilangan kontrol, sulit konsentrasi, memikirkan pikiran-
pikiran yang mengganggu secara terus menerus, dan khawatir akan
kesendirian.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gejala
kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala psikologis dan gejala
fisiologis. Gejala psikologis diantaranya adalah perasaan takut, sulit
konsentrasi, merasa tidak berdaya, khawatir akan kesendirian, percaya
bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi tanpa sebab yang jelas,
bingung dan tegang. Gejala fisiologis antara lain jantung berdebar-debar,
berkeringat dingin, nafas sesak, sering ingin buang air, mual, tidur tidak
nyenyak, ujung-ujung jari terasa dingin dan sakit kepala.
5. Macam-macam Kecemasan
Menurut Cattel dan Scheier :35
a. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi
tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Keadaan ini ditentukan
oleh perasaan ketegangan yang subyektif.
35 De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h.49
30
b. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil
yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan
sebagai ancaman yang disebut dengan anxiety proness (kecenderungan
akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan berbagai
ancaman sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam dan
cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan.
Sigmund Freud membedakan kecemasan berdasarkan sumbernya
menjadi tiga macam, yaitu :36
a. Kecemasan riel
Kecemasan riel adalah kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau
takut akan bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. Kecemasan riel
bersumber dari ego individu.
b. Kecemasan neurotik
Kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak terkendalinya
naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan
hukuman. Walaupun sumbernya berada di dalam diri, kecemasan
neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, karena hukuman yang
ditakutkan oleh ego individu berasal dari dunia luar. Kecemasan
neurotik bersumber pada id individu.
c. Kecemasan moral
Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan
superego terhadap ego individu, karena individu telah atau sedang
36 Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.45
31
melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral ini
tampak dalam bentuk rasa bersalah atau perasaan berdosa. Kecemasan
moral ini bersumber pada superego individu.
Kartono membedakan kecemasan dalam kaitannya dengan gangguan
kepribadian, yaitu :37
a. Kecemasan neurotis yang berkaitan dengan mekanisme-mekanisme
pelarian diri dan pembelaan diri yang negatif, banyak disebabkan oleh
rasa bersalah dan berdosa serta konflik-konflik emosional yang serius
dan kronis berkesinambungan, frustrasi dan ketegangan batin.
b. Kecemasan psikotis adalah kecemasan karena merasa terancam
hidupnya dan merasa kacau balau ditambah kebingungan yang hebat
disebabkan oleh dipersonalisasi dan disorganisasi psikis.
Berdasarkan uraian diatas, macam-macam kecemasan dibedakan
berdasarkan beberapa hal. Kecemasan berdasarkan sifatnya adalah state
anxiety dan trait anxiety. Kecemasan berdasarkan sumbernya yaitu
kecemasan riel, kecemasan neurotic dan kecemasan moral. Sedangkan
kecemasan dalam kaitannya dengan gangguan kepribadian adalah
kecemasan nuerotis dan kecemasan psikotis.
C. Kematian
1. Pengertian Kematian
Kematian yang berasal dari kata dasar mati, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah keadaan tidak bernyawa, tidak hidup lagi.38
37 Kartono, K. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.40
32
Kematian adalah keniscayaan, tidak satu jiwapun dapat
menghindarinya. Sedikit sekali yang mau menerimanya kalau enggan
berkata bahwa semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini.
Semua berkata dalam hatinya seperti ucapan Khairil Anwar : “ Aku ingin
hidup seribu tahun lagi”.39
Kematian merupakan ancaman bagi eksistensi manusia, manusia
memiliki kesadaran terhadap kematian, baik itu disadari atau tidak. Reaksi
yang muncul diantaranya adalah :40
a. Melarikan diri dan merepresi urgensi kematian dengan cara sibuk
bekerja, bergosip, bahkan memasukkan diri dalam dunia khayalan.
b. Menerima kematian sebagai fakta yang tidak dihindarkan dan
mengambil posisi humanis, yaitu dengan berusaha memperkaya
kehidupan dengan cara membuat hidup menjadi menyenangkan dan
memuaskan diri.
c. Memberontak terhadap kematian, seperti pemberontakan dalam alam
dan takdir. Pemberontakan dilakukan seperti dalam karya seni dan
ambisi manusia untuk mendapatkan status, kekuasaan, atau kekayaan.
d. Menghentikan eksistensi diri sendiri untuk hidup dalam dunia ideal,
seperti orang yang melakukan bunuh diri atau gila.
38 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) h.723 39 Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung :
PT. Mizan Publika, 2006) h.vii 40 Abidin, Z. Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri. (Bandung : Refika
Aditama, 2002) h.13
33
e. Ikhlas dan patuh menerima keterbatasannya, seperti yang dilakukan
orang-orang beragama.
Islam memberikan perspektif yang positif tentang kematian.
Kehidupan dan kematian adalah tanda-tenda kebesaran Allah. Kehidupan
dan kematian adalah ujian bagi manusia, agar manusia dapat mengambil
pelajaran dari keduanya, dan berbuat baik di atas bumi. Dalam Al-Qur’an
dinyatakan ;
ي يوة و ٱلموت خلق ٱ� حسن �م� وهو ٱ�ي�م أ
ٱلعز�ز �بلو�م �
٢ ٱلغفور “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”
Kematian hanya merupakan salah satu tahap dari perjalanan manusia
sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Setelah manusia di ciptakan dengan
sebaik-baiknya bentuk mulai dari masa konsepsi, Allah kemudian
mematikannya. Namun sesudah itu, manusia akan dibangkitkan di hari
kiamat.
Menurut perspektif islam, kamatian dianggap sebagai peralihan
kehidupan, dari kehidupan dunia menuju kehidupan di alam lain. Menurut
34
islam, setelah meninggal dan dikuburkan, manusia akan dihidupkan
kembali. Kematian di alam kubur seperti tidur untuk menghadapi hari
kebangkitan. Mereka yang berpisah karena kematian di dunia, dapat
bertemu kembali dalam kehidupan setelah mati, manusia akan
mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia.41
Feifel mengatakan bahwa dalam sejarah umat menusia, kematian
dipandang sebagai misteri. Eksistensialisme melihat kematian sebagai
peristiwa berakhirnya keberadaan yang dapat menimbulkan kecemasan atau
ketakutan maupun keotentikan pada manusia. Manusia dapat menemukan
makna dan fakta keunikan serta individualitas diri dan hidup inidividu dari
adanya kematian. Individu dapat mencapai dasar keunikan dan
individualitas dirinya apabila ia menyadari dirinya akan mati. Sebagian
agama memandang kematian sebagai batas hidup di dunia sekaligus awal
dari kehidupan di alam lain serta merupakan landasan akan penyempurnaan
makna hidup.42
Koeswara mendefinisikan kematian sebagai peristiwa yang tidak
dapat dihindarkan dan merupakan refleksi dari keterbatasan manusia.
Kecemasan menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi
41 Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h. 5
42 Koeswara, E. Psikologi Eksistensial. (Bandung : PT. Eresco, 1987) h.107
35
dan problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk
menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti.43
Berdasarkan uraian diatas kecemasan menghadapi kematian adalah
suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan berupa perasaan takut,
tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam yang terjadi pada
individu dalam menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan kehilangan
nyawa dan tidak hidup lagi di dunia ini.
2. Dinamika Kecemasan Menghadapi Kematian
Pada umumnya selama manusia hidup, manusia selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan dirinya agar dapat terus
melanjutkan kehidupan. Manusia membayangkan dan mendambakan
keabadian, hidup di dunia dan menikmati segala yang ada untuk selama-
lamanya. Pada kenyataannya, semua makhluk hidup di dunia pasti akan
mengalami kematian, karena setiap ada kehidupan pasti pada akhirnya akan
menuju pada kematian.
Oleh karena itu, kematian merupakan hal yang wajar terjadi dalam
kehidupan. Meskipun demikian, kematian dapat menjadi hal yang
mencemaskan bagi beberapa individu. Ketidaktahuan mengenai hal dibalik
kematian, seperti manusia tidak pernah tahu kapan ia akan mati, bagaimana
ia akan mati, dimana ia akan mati, dan apa yang akan ia alami setelah ia
mati, menimbulkan kecemasan dalam diri manusia. Manusia pun merasa
cemas menghadapi kematian dirinya sendiri.
43 Ibid. h.40
36
D. Lansia
1. Pengertian Lansia
Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir di dalam
rentang kehidupan manusia di dunia ini. Kisaran usia yang ada pada periode
ini adalah 60 tahun ke atas. Perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi
organ merupakan indikator utama yang tampak jelas, guna menandakan
masa tersebut sudah memasuki masa lansia. Perubahan fisik tersebut
biasanya ditandai dengan beberapa ciri seperti, gigi, rambut sudah memutih,
kulit mulai mengering dan keriput.44
Menurut Elizabeth Hurlock dalam bukunya “Psikologi
Perkembangan” masa lansia adalah masa dimana seseorang mengalami
perubahan fisik dan psikologis. Bahkan ketika masa tua disebut sebagai
masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami
kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, dan pikiran.
Agama islam memandang lansia dengan pandangan terhormat
sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama islam
memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya
keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tidak bernilai oleh
masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 23-
24 :
44 Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.
37
إ� � �عبدوا وق� ر�ك � ين إياه و� ا �بلغن عندك ٱل�� إم نا إح�
هما ٱلك� ف و� �نهرهما وقل ل أ هما هما ف� �قل ل و �
أ حدهما
أ
٢٣قو� كر�ما “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka
adalah hal yang di tekankan dalam islam. Orang yang sudah lanjut usia
mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan, islam sebagai agama
sempurna berada dibarisan paling depan dalam memberi perhatian dan
menjaga hak-hak mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya termasuk pengagungan terhadap Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan ahli Qur’an dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan memuliakan para pemimpin yang berbuat adil”.45
Dalam islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan
ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat khususnya,
mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan
45 HR. Abu Dawud : 4843 ; dihasankan oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam Shahih al-Jami’ no.2199
38
pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan diperhatikan
serta pengalaman yang harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad SAW
bersabda :
“ Hormatilah orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”.
Islam juga mengajarkan agar kita selalu memperhatikan kondisi
kesehatan lansia. Sebab, usia yang bertambah tua akan membuat lemah,
lemah kemampuan panca indera, bahkan ada sebagian orang yang sudah tua,
perbuatannya seperti kembali pada perbuatan anak-anak, maka dari itu
perlunya perhatian lebih terhadap lansia. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Ar-Rum ayat 54 :
ي ٱ� جعل من �عد ضعف قوة �م خلق�م من ضعف �م ٱ� وهو �لق ما �شاء � ضعفا وشيبة ٱلعليم جعل من �عد قو
٥٤ ٱلقدير “ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa.”
Masa dewasa akhir atau usia tua adalah periode penutup dalam
rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah
39
beranjak jauh dari periode dahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak
dari waktu yang penuh manfaat. Usia enampuluhan biasanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut.46
Adapun tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai
berikut:
a. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin
menurun.
b. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang
semakin berkurang.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup.
d. Membina hubungan dengan sesama usia lanjut.
e. Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan kenegaraan secara luwes.
f. Kesiapan menghadapi kematian.47
Erikson pada tahapan psikologi perkembangan psikososialnya
menjelaskan masa dewasa akhir (lanjut usia) manusia dituntut untuk hidup
dengan apa yang telah mereka perbuat selama masa hidupnya di periode
yang lalu. Secara ideal mereka telah dapat mencapai integritasnya, integritas
ini oleh Erikson diartikan sebagai suatu tahap dimana individu yang berada
46 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke-5, h.30.
47 Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, ( Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 84.
40
pada dewasa akhir merasakan dan mengalami kepuasan dalam menjalani
hidupnya.48
2. Pembagian Lansia
Usia lanjut merupakan periode yang panjang dalam rentang
kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi ke dalam dua bagian,
yaitu :
a. Usia Madya Dini (antara usia 40 hingga 50 tahun).
Pada usia madya dini adalah bahwa usia ini merupakan masa
transisi. Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia
madya dini merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciriciri
jasmani dan perilaku dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan
pola perilaku yang baru. Pada usia madya dini, cepat atau lambat, semua
orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai
perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia
mudanya harus diperbaiki secara radikal.
b. Usia Madya Lanjut (antara usia 50 tahun sampai 60 tahun keatas).
48 Zahrotun,dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam,( Jakarta : UIN Jakarta Press,2006 ),h.57
41
Umumnya pada masa usia madya lanjut ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya
terjadi penurunan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.
Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan
tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya
masih nampak. Meningkatkan kecenderungan untuk pensiun pada usia
enampuluhan sengaja ataupun tidak sengaja usia enampuluhan tahun
dianggap sebagai garis batas antara usia madya dini dengan usia madya
lanjut.49
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi lagi seperti biasanya, untuk itu bimbingan keagamaan pada
lansia adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam rangka memberikan bantuan kepada lansia atau
kelompok lansia agar kehidupan keagamaannya dapat berjalan selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kebahagiaan hidup dapat
tercapai di dunia dan di akhirat.
49 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke- 5, h. 320-321
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA
JELAMBAR
A. Sejarah Berdirinya
Keberadaan Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan
salah satu wujud perhatian pemerintah Jakarta untuk menjawab
berkembangnya jumlah dan masalah lansia terlantar yang dari tahun ke tahun
cenderung meningkat, kenyataan yang ada menunjukan bahwa di RPLU
Jelambar jumlah warga binaan sosialnya selalu mengalami peningkatan dan
jumlah ini akan terus bertambah, tidak membatasi kapasitas sesuai dengan
kemampuannya.
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan unit pelaksana
teknis dinas sosial provinsi Jakarta yang berada dibawah PSTW Budi Mulya
cengkareng, dipimpin oleh seorang penanggung jawab, bertanggung jawab
kepada kepala panti dan kepala dinas sosial, dibentuk dengan peraturan
gubernur no.57 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja
RPLU Jelambar yang beralamat di jalan jelambar 2 no.10 grogol petamburan,
Jakarta barat adalah suatu RPLU milik dinas sosial yang menampung orang
lanjut usia terlantar.1
1 Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September 2014.
42
43
1. Dasar hukum :
a. UUD No.13 tahun 1998 tentang Lanjut Usia.
b. UUD No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
c. Perda No. 10 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi
DKI Jakarta.
d. Peraturan Gubernur No. 104 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
e. Peraturan Gubernur No. 57 tahun 2010 tentang Penerapan dan Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial.
B. Visi dan Misi
Visi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah mengangkat harkat
dan martabat lansia terlantar menuju kehidupan layak, sehat, berpegang teguh
pada norma yang berlaku, dan juga manusiawi, dengan cara memberikan
pembinaan dan penyantunan kepada lanjut usia terlantar secara maksimal.
Misi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah agar para lanjut usia
terlantar dapat terbina dan tersantuni, sehingga mampu melaksanakan fungsi
sosialnya.
C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti
Tugas Pokok
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi Penyandang masalah kesejahteraan social
(PMKS) lanjut usia terlantar.
44
Fungsi :
a. Pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi,
motivasi, dan seleksi.
b. Penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi dan
penempatan dalam panti.
c. Perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.
d. Asesment meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman
masalah dan potensi.
e. Pembinaan fisik, bimbingan mental, sosial keagamaan dan
pengisian waktu luang.
f. Penyaluran kembali kepada keluarga dan rujukan ke lembaga
sosial lain.
g. Pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,
pemantapan dan terminasi.
h. Pengurusan pemulasaraan jenazah dan pemakaman.
Tujuan
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah terbina dan
tersantuninya PMKS lanjut Usia terlantar, sehingga mampu melaksanakan
fungsi sosialnya.2
2 Data Dinas Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, 2014.
45
D. Sasaran dan Persyaratan
Sasaran
a. Lanjut usia terlantar, yaitu lanjut usia yang telah berusia 60 tahun
keatas ( UU No.13 tahun 1998 ).
b. Keluarga, yaitu keluarga yang karena sesuatu sebab mereka tidak
dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada orang tua yang
telah berumur diatas 60 tahun.
c. Masyarakat terutama yang mau dan mampu untuk berpartisipasi
aktifdidalam pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.
Persyaratan
a. Laki-laki/ Perempuan.
b. Tidak menderita gangguan jiwa.
c. Tidak menderita penyakit menular.
d. Mampu mengurus diri.
E. Prosedur Pelayanan, Fasilitas Pelayanan dan Proses Pelayanan
Prosedur pelayanan
Penyerahan dari kepolisian
a. Menyerahkan langsung ke sasana
b. Surat penyerahan
Penyerahan dari Institusi Sosial ( Pemerintah/ Swasta )
a. Surat pengantar penyerahan
b. Laporan sosial ( Case Study )
46
Penyerahan dari keluarga/ masyarakat
a. Menyerahkan langsung ke panti
b. Membuat surat pernyataan tertulis diatas materai yang cukup
Penyerahan dari rumah sakit
a. Menyerahkan ke sasana dengan surat Rekomendasi dari Dinas Sosial
setempat.
b. Kelengkapannya:
1) Surat penyerahan.
2) Berita acara penyerahan.
3) Case Study.
Fasilitas Pelayanan
a. Penampungan dan perawatan.
b. Pelayanan Kesehatan.
c. Usaha Kesejahteraan Sosial, Mental dan Spritual bagi lansia binaan.
d. Kegiatan Rekreatif dan Rekreasi.
e. Pembinaan lanjut.
Proses Pelayanan
Untuk kelancaran pelaksanaan program penanganan PMKS lanjut usia
di dalam Sasana, pelaksanaannya melalui tahapan sebagai berikut:
1) Pendekatan awal/intake process, terdiri dari:
a. Orientasi dan Konsultasi
b. Identifikasi
2) Penerimaan, terdiri dari:
47
a. Registrasi
b. Penelaahan dan pengungkapan masalah
c. Penempatan pada program
3) Bimbingan Sosial dan Keterampilan
4) Pembinaan lanjut
a. Supervisi bagi lanjut usia binaan yang telah mampu
melaksanakan fungsi sosialnya.
b. Bimbingan sosial (Home Visit) terhadap lanjut usia binaan
yang kembali kekeluarganya/wali.
F. Kegiatan, Pengurus, Jumlah Warga Binaan (Lansia)
Kegiatan
Jenis kegiatan pembinaan sehari-hari di Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar, adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Lansia RPLU Jelambar 2014.
NO. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Hari 1. Bimbingan Keterampilan Senin dan Rabu 2. Senam Kesehatan Selasa dan Jum’at 3. Bimbingan Rohani Kamis 4. Bimbingan Kesenian Rabu 5. Bimbingan Sosial Senin dan Rabu 6. Panggung Gembira 1 Bulan Sekali
Sumber : Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar 2014
Pengurus
48
Para pengurus di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar ada 13
orang terdiri dari 9 pegawai negeri sipil dan 4 pegawai honorer atau
pramusosial, berikut datanya dibawah ini.
Tabel 2. Susunan pengurus RPLU Jelambar 2014.
NO. NAMA JABATAN 1. Sumaryati. S.Ap Penanggung Jawab 2. M.Suwarma Saleh Staf 3. Suwarso Staf 4. Sumantri Staf 5. Joko Wasisto Staf 6. Slamet Riyadi Staf 7. Suharjo Staf 8. Rasini Staf 9. Wasri Staf 10. Arief Rahman Pramusosial 11. Fitri Subiah Oktriana Pramusosial 12. Yulia Widowati Pramusosial 13. Meutia Novianti Pramusosial
Sumber : Data Ka. SUB. Tata Usaha RPLU Jelambar 2014
Jumlah Warga Binaan (Lansia)
Tabel 3. Jumlah Lansia berdasarkan usia.
NO. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 50-55 Tahun 2. 56-60 Tahun 4 1 5 3. 61-75 Tahun 36 35 71 4. 76-80 Tahun 3 2 5 5. 81-85 Tahun 4 5 9 6. 86-90 Tahun 1 1 2 7. 91-95 Tahun 1 1 8. 96-100 Tahun Jumlah 49 44 93
Sumber : Data Ka. SUB. Tata Usaha RPLU Jelambar 2014
Dari table diatas dapat diketahui bahwa mayoritas warga binaan lansia di
RPLU Jelambar berada dikisaran usia 61-75 tahun.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Temuan
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dan
observasi langsung terhadap proses kegiatan bimbingan agama.
Informan yang penulis wawancarai adalah penanggung jawab Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, pembimbing agama, dan tiga
orang lansia sebagai pihak yang terbimbing.
Adapun gambaran umum mengenai informan adalah sebagai berikut :
1. Pembimbing
a. Sumaryati S.Ap
Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 11 April 1996, dan
jabatan yang beliau duduki di Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar adalah selaku penanggung jawab bukan kepala panti karena
RPLU Jelambar ini merupakan anak lembaga dariinduknya yaitu
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2 Cengkareng, beliau baru
menerima jabatan itu kurang lebih baru satu tahun, adapun alasan
mengapa beliau dijadikan informan adalah karena beliau yang
bertanggung jawab di RPLU Jelambar dan sebagai pembimbing
penulis selama melakukan penelitian di RPLU Jelambar. Beliau
49
50
memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk mendapatkan
informasi-informasi penting lainnya baik itu mengenai data-data
seperti sejarah berdirinya RPLU Jelambar, visi dan misinya,
kegiatan-kegiatan, dan lain sebagainya yang penulis harus ketahui
untuk kepentingan penelitian ini.1
Adapun hubungannya dengan judul penelitian penulis,
menurutnya kecemasan kematian itu adalah rasa trauma lansia
terhadap pengalaman pribadi yang dilihatnya yang belum bisa ia
terima contohnya ketika menyaksikan temannya meninggal dunia,
perpisahan dan kehilangan yang timbul setelahnya membuat lansia
cemas akan kematian, ini merupakan suatu masalah psikologis yang
harus diluruskan jika sudah menimpa pikiran lansia, maka dari itu
bimbingan bimbingan agama tentang kematian yang lebih kearah
kuratif sangat dibutuhkan untuk menyadarkan lansia karena
kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang, kematian
merupakan siklus akhir dari tahap kehidupan manusia didunia
menuju hidup yang abadi diakhirat sana.
Ibu sumaryati selaku penanggung jawab di RPLU Jelambar
dalam rangka mencegah lansia dari masalah tersebut menerapkan
strategi preventif atau pencegahan, yang aplikasinya yaitu dengan
1Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September 2014.
51
cara mengaktifkan kegiatan-kegiatan positif setiap harinya dipanti
yang didasari suatu pemikiran jika para pembimbing dapat
menghindari lansia darimasalah-masalah yang sangat potensial untuk
timbul dengan ragam kegiatan yang ada sehingga perasaan yang
biasanya ada pada lansia dipanti seperti perasaan kesepian, perasaan
tidak berguna, cemas, dan lain sebagainya maka potensi timbulnya
masalah-masalah psikologis pada lansia tersebut bisa diminimalisir
kemunculannya.
b. Ustadz Agus Makhsum
Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 23 Desember 1955,
amanah yang beliau dapatkan di RPLU Jelambar adalah sebagai
pembimbing agama, dan menjadi pembimbing agama dari tahun
2010 sampai sekarang. Tugas beliau adalah membimbing dan
mengarahkan lansia sebagi orang yang terbimbing ke jalan yang
lurus melalui jalan agama yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan
Hadist, adapun alasan penulis mengambil beliau sebagai informan
adalah karena memang fokus penelitian penulis dalam skripsi ini
yaitu tentang bimbingan agamanya yang meliputi
strateginya,metodenya, dan lain-lain dalam bimbingan yang beliau
jalankan.2
2Wawancara dengan Ustadz Agus Makhsum, Pembimbing Agama RPLU Jelambar 25 September 2014.
52
Kecemasan kematian pada lansia menurutnya adalah perasaan
takut ketika mengingat kematian karena belum mempunyai bekal
yang cukup untuk menghadap ilahi, masih minimnya pengetahuan
agama mereka tentang kematian itu sendiri membuat mereka
menjadi cemas, dalam hal ini ustadz agus makhsum lebih kepada
proses penyembuhan atau strategi kuratifnya dengan jalan ceramah
dan juga pendekatan langsung tehadap lansia agar para lansia
semangat dalam menjalani hidup dan terus beribadah kepada Allah
agar amal ibadahnya terus bertambah dan kelak siap untuk
menghadap Allah dengan bekal yang cukup, yang mana semua itu
dilakukan dengan cara memberikan materi-materi yang bijak seputar
agama khususnya tentang kematian yang bersumber dari Al-Qur’an
dan hadist.
2. Terbimbing
a. Jumini
Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 21 juni 1942, beliau
sudah 2 tahun 6 bulan berada dipanti anak dan suaminya telah
meninggal dunia, merantau ke Jakarta demi mencari kehidupan dan
akhirnya beliau diberi rujukan sama camat setempat agar tinggal
dipanti jompo saja karena mengingat usianya sudah tua, dan tidak
mempunyai sanak saudara di Jakarta, beliau sangat bersyukur tinggal
dipanti daripada hidupnya tidak jelas dijalanan, beliau rajin mengikuti
53
kegiatan-kegiatan yang ada dipanti terutama kegiatan bimbingan
agamanya,karena dengan agama beliau bisa tahu mana yang benar
dan mana yang salah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik agar
kelak jika beliau mati bisa pulang dengan membawa bekal yang
cukup untuk kehidupan yang kekal disana.3
Ibu Jumini merupakan lansia yang taat ibadahnya, ia tidak
pernah melewatkan shalat 5 waktu setiap harinya, juga dalam
kegiatan lain iapun cukup aktif mengikutinya seperti kegiatan
qasidah, keterampilan, dan lain sebagainya. Ketika penulis bertanya
tentang kematian seperti apa rasanya ketika ia mengingatnya ia
menjawab sambil menundukan kepalanya sambil menjawab
bahwasanya ia sedih ketika memikirkan kematian karena ia tinggal
dipanti dan punya pengalaman pribadi yang kurang mengenakan
dibenaknya yang ia lihat ketika ada lansia yang meninggal dipanti
seperti nanti kuburannya tidak ada yang merawatnya karena jauh dari
keluarga, takut kuburannya nanti dapat beberapa tahun digali lagi
terus ditumpuk oleh jenazah yang lain, terus bagaimana nanti keadaan
di dalam kuburnya karena ia ditumpuk-tumpuk seperti itu, itu yang
membuat ibu jumini sedih ketika ingat kematian, akan tetapi setelah
dibimbing diberi arahan yang benar oleh penanggung jawab panti dan
juga pembimbing agama Alhamdulillah sekarang ia menjadi lebih
3 Wawancara dengan nene Jumini ( Lansia RPLU Jelambar), Jakarta, 22 September 2014
54
tenang dan lebih berpikir positif lagi ke depannya, dan fokus untuk
terus meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah agar kelak bisa
menolongnya nanti diakhirat.
b. Yuli
Beliau lahir di Bandung pada tanggal 17 Juni 1943 sudah 2
tahun beliau tinggal dipanti tidak mempunyai anak karena suaminya
meninggal, seluruh hartanya dirampas oleh mertuanya sendiri
akhirnya beliau tidak punya apa-apa lagi dan setelah berpikir panjang
memutuskan untuk tinggal dipanti jompo saja daripada hidup
dijalanan, selanjutnya beliau meminta surat rekomendasi dari polisi
agar bisa bisa ditempatkan atau tinggal dipanti jompo, kini di sisa-sisa
hidupnya beliau memasrahkan dirinya kepada Allah sambil terus
berusaha beridah semaksimal mungkin agar kelak bisa meninggal
dalam keadaan khusnul khatimah.
Ibu yuli termasuk lansia yang ceria yang sangat aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dipanti setiap harinya
walaupun sekarang umurnya sudah menginjak diusia 71 tahun,
termasuk juga dikegiatan bimbingan agamanya yang selalu ia tunggu,
bahkan ketika hari bimbingan agama tiba ia selalu datang duluan ke
mushola sebelum pembimbing agama datang, rasa semangat untuk
beribadah kepada Allah menjadi penggerak hatinya untuk selalu
55
belajar agama, ketika penulis bertanya tentang perasaannya akan
kematian yang pasti datang ia menjawab rasa takut pasti ada, perasaan
takut itu didasari karena ia memikirkan bagaimana nanti suasana
didalam kuburnya, hal seperti apa yang akan menimpanya nanti juga
karena ia merasa bekal yang ada sekarang belum cukup masih sedikit,
tetapi Alhamdulillah setelah ustadz Agus makhsum bimbing dengan
metode ceramah dan juga melalui pendekatan-pendekatan ia merasa
lebih tenang dan harus terus berbuat baik dibarengi dengan ibadah
yang maksimal kepada Allah.
c. Emiyati
Beliau lahir pada tanggal 19 Mei 1939 di kampung
halamannya yaitu Sragen, Jawa Tengah. Beliau sudah enam tahun
berada di panti, nenek emi tidak mempunyai dan ditinggal suaminya
di usia pernikahannya yang baru sembilan tahun untuk merantau ke
Jakarta dan setelah itu tidak ada lagi kabar suaminya sampai
sekarang, selang beberapa tahun karena sudah tidak ada yang
manafkahi lagi, akhirnya beliau memutuskan untuk ke Jakarta dengan
niat untuk mencari pekerjaan, akan tetapi sesampainya di Jakarta
karena beliau tidak mempunyai skill untuk menempati suatu
pekerjaan, beliaupun tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Akhirnya
beliau memutuskan untuk menjadi seorang pengemis.
56
Cukup lama beliau menjadi pengemis di Jakarta tepatnya yaitu
dikawasan Grogol, Jakarta barat. Karena peraturan di DKI Jakarta
yang sedang gencarnya memberantas pengemis akhirnya ketika
sedang mengemis beliaupun di tangkap oleh petugas Satpol PP didata
dan selanjutnya dimasukan ke PSBDI Cengkareng dan dipindahkan di
RPLU Jelambar, dan karena tidak mempunyai sanak saudara di
Jakarta beliaupun pasrah untuk tinggal di panti sampai sekarang.
Sama seperti lansia yang lain, nenek emi juga termasuk lansia
yang selalu mengikuti kegiatan yang ada dipanti. Nenek emi
mempunyai teman yang sangat akrab di panti yaitu nenek yanti,
beliau sudah menganggap nenek yanti sebagai saudaranya sendiri,
suatu ketika nenek yanti jatuh sakit dan tidak kunjung sembuh,
beliaupun selau menemaninya hingga pada saat nenek yanti sakaratul
maut dan meninggal beliau menyaksikannya. Nenek emi sangat sedih
dan seperti orang ketakutan mengurung diri terus dikamar hingga
berhari-hari, tidak mau mengikuti kegiatan seperti biasanya. Melihat
permasalahan itu pada akhirnya ustadz Agus makhsum
mendatanginya mengajak nenek emi untuk berbagi cerita akan
permasalahan yang dialamainya selanjutnya bertukar pikiran dan
mencari solusinya. Setelah digali permasalahannya lalu ditemukanlah
mengapa nenek emi bersikap seperti itu, yaitu ternyata nenek emi
menyimpan trauma yang mendalam ketika melihat temannya
sakaratul maut lalu meninggal dunia. Selanjutnya ustadz Agus
57
makhsum memberikan pengertian yang lebih akan hakikat sebuah
kematian dan Alhamdulillah nenek emi bisa menerimanya dan
kembali beraktifitas seperti biasa lagi di panti.
B. Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan
Kematian
Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara langsung
dilapangan, penulis menemukan dua strategi yang diterapkan oleh
pembimbing, baik itu pembimbing agama maupun pembimbing di
bagian lainnya dalam rangka menghilangkan kecemasan kematian
pada diri lansia di RPLU Jelambar, yaitu strategi preventif dan juga
strategi kuratif yang mana penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Strategi Preventif
Strategi preventif atau pencegahan adalah upaya bimbingan
yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum
individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah
tersebut pada individu.Pembimbing berupaya untuk mengajarkan
pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-
masalah atau mencegah terjadinya masalah. Masalah-masalah yang
dimaksud pada lansia seperti kesepian, perasaan tidak berguna,
cemas dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi
58
pada lansia secara umum. Model preventif ini, didasarkan kepada
pemikiran bahwa jika pembimbing dapat menghindari lansia dari
masalah-masalah tersebut dengan memberikan ragam kegiatan yang
ada , maka pembimbing akan dapat mencegah lansia dari masalah-
masalah yang sangat potensial untuk timbul.
“Strateginya ya, kita disini memakai dua strategi atau cara yaitu strategi preventif atau pencegahan dan juga strategi kuratif atau penyembuhan, strategi preventif yaitu dengan cara mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang positif disini, seperti kegiatan bimbingan agama, bimbingan keterampilan, bimbingan kesenian kaya qosidah dan lain-lain dengan suatu tujuan agar para lansia dapat terisi hari-harinya dengan hal-hal yang positif. Kalau strategi kuratif yaitu dengan cara memberikan nasihat-nasihat secara langsung baik itu dengan jalan ceramah jadi terus kita siram tuh dengan agama agar rohaninya kuat dan juga dengan cara pendekatan, pendekatan antara seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dengan jalan satu persatu.”4
Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini
termasuk membimbing dan memberikan informasi. Bimbingan yang
ada di RPLU Jelambar seperti bimbingan keterampilan,bimbingan
kesenian, bimbingan rohani, bimbingan baca Al-Qur’an, bimbingan
sosial, dan lain sebagainnya yang dijalankan oleh lansia sebagai
rutinitasnya dalam kehidupan sehari-harinya di panti.
“Senin dan kamis kita ada bimbingan rohani, hari rabu ada qosidah, selasa dan kamis ada membuat keterampilan untuk kakek nenek yang mau saja kerena usia mereka seperti membuat keset,pernak pernik, kipas-kipas kecil, dll, selasa dan jum’at kita ada senam, dan kalau hari sabtu dan minggu kita tidak ada kegiatan tetapi biasanya ada dari donatur bakti sosial jadi mereka bikan acara supaya nenek kakek
4Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
59
gembira , dan setiap satu bulan sekali ada panggung gembira, panggung gembira itu kita panggil pemain organ nanti nenek kakek pada nyayi pada joged bareng gitu biar pada seneng.”5
Bimbingan merupakan usaha membantu orang lain dengan
mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya.
Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara
memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya,
mampu mengambil keputusan untuk hidupnya, dan dengannya ia
akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna, dan
bermanfaat di masa kini dan masa yang akan datang.6
Tujuan dengan adanya kegiatan-kegiatan positif tersebut di
harapkan lansia bisa melupakan masalah-masalah yang ada
dibenaknya dan merubah pola pikirnya ke arah yang lebih maju.
Masalah seperti rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan
menerima kenyataan, khawatir, kesepian, depresi, kecemasan
menghadapi kematian, merupakan sebagian kecil yang harus dihadapi
para lansia. Satu sebab rasa tidak bahagia adalah cara berfikir yang
negatif terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka percaya
hidup sendirian itu mengerikan dan merasa cemas sebab bertambah
tua tanpa keluarga atau seorangpun yang dicintai.
5Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumaryati.S.Ap ( penanggung jawab RPLU Jelambar),Jakarta 29 September 2014.
6M. Lutfi, Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan (konseling) islam, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008), h.6.
60
Dengan mengisi hari-harinya di panti dengan kegiatan yang
positif merupakan suatu upaya untuk memberikan peluang dan
kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan
berbagai kegiatan atau aktifitas yang positif, bermakna, dan produktif
bagi dirinya maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka
lakukan harus sesuai dengan minat, bakat, dan potensi yang mereka
miliki.
2. Strategi Kuratif
Strategi Kuratif atau penyembuhan adalah upaya atau tindakan
yang diambil setelah terjadi kesalahan.Tindakan ini ditujukan untuk
memberikan penyadaran agar mampu memperbaiki sesuatu yang
salah, sehingga timbul kesadaran dalam dirinya untuk tidak
melakukan kesalahan itu lagi.
Tindakan kuratif pada lansia ini berbentuk pelayanan sosial
bagi lansia yang diarahkan untuk penyembuhan atas gangguan-
gangguan yang di alami lanjut usia, baik secara fisik , psikis maupun
sosial. Contohnya, seorang pembimbing agama menegur dan
menasihati lansia karena tidak melaksanakan shalat.
Dikatakan secara kuratif karena dilaksanakan saat atau setelah
terjadinya kesalahan pada pola fikir lansia yang tercermin dari
tingkah laku sehingga mengganggu kehidupan lansia tersebut. Dalam
61
hal ini pembimbing akan berusaha merubah pola fikir yang
menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkannya dengan tujuan
agar terciptanya tingkah laku lansiaberubah kearah yang benar dan
juga lebih baik. Tindakan kuratif ini diaplikasikan pembimbing
agama di RPLU Jelambar dengan cara memberikan nasihat-nasihat
secara langsung ketika kegiatan bimbingan agama dilakukan yang
bertempat dimushola Al-Ikhlas yaitu dengan menyampaikan materi-
materi agama dengan jalan ceramah dan juga dengan cara pendekatan
langsung terhadap lansia.
Adapun materi-materi agama yang di tekankan Ustadz Agus
Makhsum selaku pembimbing agamadipanti yang tujuannya sebagai
renungan bagi para lansia agar rasa takut atau cemas terhadap
kematiannya bisa hilang dan berubah menjadi suatu motivasi untuk
terus semangat beribadah kepada Allah, adapun materi-materi yang
beliau berikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kematian itu
sendiri yang semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi,
berikut ini adalah hal-hal pentingnyayang harus lansia sadari dan juga
sebagai bentuk instropeksi diri yaitu :
1. Kematian adalah perkara yang menyedihkan, tetapi jangan
bimbang karena bertemu Allah adalah suatu kegembiraan yang
tidak dapat digambarkan.
62
2. Mengenal diri sendiri atau introfeksi diri untuk apa kita hidup dan
kemana kita hidup nantinya sebagai renungan.
3. Menyadari bahwa hidup semata-mata hanya untuk beribadah
kepada Allah.
4. Kematian adalah hal yang pasti bagi manusia, dan tidak ada
satupun manusia dapat menghindarinya, jadi janganlah takut pada
kematian karena ia adalah sebuah keniscayaan.
5. Giat dan teruslah semangat beribadah kepada Allah untuk bekal
kita di akhirat dan mohon agar ketika meninggal nanti dalam
keadaan khusnul khatimah.
6. Meyakini bahwa kehidupan dan kematian adalah ujian bagi
manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran dari keduanya,
dan selalu berbuat baik selama masih hidup didunia.
Menurut Ustadz Agus Makhsum Jika semua point-point
penting itu bisa dipahami dengan sungguh-sungguh dan diaplikasikan
dalam hidup lansia sehari-hari, insya Allah lansia tidak akan cemas
lagi akan yang namanya kematian, dan malah akan berubah menjadi
energi positif yang akan membawa lansia lebih giat dalam
beribadahnya.
Semua yang disampaikan oleh ustadz Agus Makhsum itu
menurutnya sejalan dan mengacu dengan firman Allah dalam surat
Ali-Imran ayat 185 :
63
جور�م يوم ٱلموت� �فس ذا�قة � ما توفون أ �من ٱلق�مة� ��
دخل ٱ�ار زحزح عن وما ٱ�نة وأ يوة �قد فاز ٱ� �يا إ� ٱ�
١٨٥ ٱلغرور م�ع Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (QS. Al-imran: 185).7
Dalam surat Al-Mulk ayat 2 Allah SWT juga berfirman :
ي يوة و ٱلموت خلق ٱ� حسن �م� وهو ٱ�ي�م أ
�بلو�م �
٢ ٱلغفور ٱلعز�ز Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Al-Mulk: 2). 8
Selain ayat-ayat diatas terdapat pula dalam surat An-Nisa ayat 78 :
�نمام � شيد ٱلموت ت�ونوا يدر�� ة� ولو كنتم � بروج م
Artinya: di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh (QS. An-nisa: 78).9
Ustadz Agus Makhsum juga terus menekankan kepada para
lansia sebelum bimbingan agama dimulai untuk selalu diawali dengan
membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, Istighfar,
7Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009), h. 74
8Ibid, h. 562 9Ibid h.90
64
dan juga dua kalimat Syahadat. Semua itu harus dihapal Surat-surat
pendek itu untuk bacaan shalat mereka, istighfar itu agar mereka
selalu mengingat Allah agar hati mereka tidak kosong, Syahadat itu
agar mereka nanti ketika sakaratul maut dapat mengucapkannya dan
bisa pulang ke pangkuan Allah dalam keadaan khusnul khatimah.
Sesuai dengan pernyataan pembimbing :
“Ya pastinya bimbingan agama seperti mengajarkan tata cara shalat yang benar, mengucapkan dua kalimat syahadat, bacaan-bacaan istighfar, surat-surat pendek, untuk membekali mereka selama masih didunia, karena dikuburan itu gelap gulita dan yang bisa menerangkannya adalah amal ibadah kita.”10
3. Metode Bimbingan Agama
Dalam pengertiannya metode diartikan sebagai segala sesuatu
atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Adapun metode bimbingan agama yang diterapkan di
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yaitu :
1. Metode ceramah
Metode Ceramah yaitu penerangan dan penuturan secara lisan
oleh guru terhadap muridnya.
Dalam konteks pembinaan, metode ceramah berarti
penyampaian materi secara langsung dengan mengunakan bahasa
lisan, dari pembimbing agama kepada para lansia yang mengikuti
10Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
65
bimbingan keagamaan melalui kegiatan bimbingan rohani agama
Islam.
Metode ini sudah sesuai apabila digunakan dalam pembinaan
keagamaan para lansia dikarenakan mengingat jumlah lansia yang
mengikuti bimbingan rohani lumayan banyak, tidak ada buku
panduan yang digunakan, dan kebanyakan para lansia hanya bisa
diterangkan dalam bahasa lisan. Kebanyakan dari mereka tidak bisa
membaca dan menulis, jadi metode paling efektif dalam
menyampaikan materi agar bisa diterima yaitu dengan bahasa lisan.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan metode ini berupa
ceramah interaktif. Pembimbing agama tidak selalu memberikan
materi, akan tetapi diselingi dengan pertanyaan- pertanyaan
pancingan tentang materi yang telah disampaikan. Fungsi dari
pertanyaan ini adalah untuk mengetahui para lansia tersebut faham
dengan materi yang disampaikan atau tidak, paling tidak ingat dengan
materi yang telah disampaikan.
Adapun dalam pelaksanaannya pada metode ceramah ini
adalah sebagai berikut :11
a. Materi Bimbingan Agama
Materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing
diantaranya yaitu bimbingan baca Al-Qur’an, bimbingan agama islam
seperti bimbingan tentang kematian, fiqh, ahlak, dan juga
11 Hasil wawancara dengan ibu Sumaryati dan Bpk. Agus Makhsum
66
ibadah.Semua materi yang disampaikan oleh pembimbing bersumber
dari Al-Qur’an dan juga hadist Nabi karena kedua sumber ini
merupakan pedoman dan juga pegangan hidup bagi manusia.
b. Media Bimbingan Agama
Media atau alat bantu yang digunakan dalam bimbingan
agama ini ialah Al-qur’an serta lekarnya, microfont, soundsistem,
dan juga didukung tempat yang nyaman sehingga proses belajar dan
mengajar menjadi lebih menyenangkan.
c. Tempat dan waktu Bimbingan Agama
Pelaksanaan bimbingan agama di Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar dilaksanakan setiap hari senin dan kamis pukul 10.00-
12.00. Ini merupakan bimbingan agama yang dilaksanakan secara
kelompok atau bersama-sama yang dilaksanakan di mushola Al-
Ikhlas Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. Sedangkan untuk
metode pendekatan secara personal tidak dijadwalkan waktu dan
tempatnya, tergantung dengan situasi dan kondisi bisa di mushola,
kamar, kantor, dan tempat-tempat lainnya.
2. Metode Pendekatan
67
Metode pendekatan adalah metode dimana pembimbing agama
melakukan komunikasi langsung bertatap muka secara satu persatu
dengan lansia menggunakan bahasa yang halus dan ramah.Pendekatan
disini adalah pendekatan antara seorang seorang ustadz dengan
muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dalam rangka
pembelajaran. Kelebihan metode ini pembimbing jadi bisa merasakan
akan suatu hal yang sedang dirasakan oleh lansia, bisa juga diartikan
pendekatan dari hati ke hati secara nonformal artinya diluar kegiatan
yang ada bisa kapan saja dan dimana saja dengan tujuan membantu
lansia memecahkan atau mengatasi masalah yang sedang menimpa
dirinya.
Sesuai dengan pernyataan pembimbing :
“Dan juga dengan cara pendekatan, pendekatan antara seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar dengan yang diajar dengan jalan satu persatu. Harus pendekatan terhadap mereka jangan diam saja, ya perhatianlah antara seorang pembimbing dengan yang dibimbing, nah dengan candaan dan pendekatan itulah kita juga bisa menyelipkan materi-materi seputar kematian seperti tadi.”12
Pembimbing agama mempunyai perana penting untuk
mengadakan pendekatan edukatif terhadap lansia.Pembimbing dapat
berperan sebagai orang siap menampung segala rahasia pribadi dan
menjadi sahabat yang akrab.Pembimbing harus memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam member kesempatan dan waktu yang cukup
12Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
68
banyak untuk menerima segala bentuk keluhan permasalahan agar
lansia merasa puas. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka akan suatu hal pembimbing bisa melakukannya secara halus
dan perlahan-lahan. Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita
merupakan salah satu upaya pembimbing dalam melakukan
pendekatan yang bertujuan edukatif.
C. Analisis Hasil Temuan
Pada penelitian kali ini penulis fokus untuk membahas
mengenai bimbingan agamanya, terutama strategi bimbingan agama
dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia, strategi itu
sendiri pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen untuk mencapai tujuan tersebut.13 Sehingga pada
penelitian ini kita bisa lihat bagaimana seorang pembimbing agama
dalam memberikan pengarahan-pengarahan kepada para lansia
melalui bahasa-bahasa agama, sehingga kecemasan kematian pada
lansia bisa hilang.
Kecemasan kematian itu sendiri merupakan ketidaktahuan
mengenai hal dibalik kematian, seperti manusia tidak pernah tahu
kapan ia akan mati, bagaimana ia akan mati, dimana ia akan mati, dan
apa yang akan ia alami setelah ia mati, menimbulkan kecemasan
13 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32
69
dalam diri manusia. Manusia pun merasa cemas menghadapi
kematian dirinya sendiri.Sehingga diharapkan setelah Lansia
mengikuti bimbingan agama di panti, pandangan, nilai, dan sikap dari
masing-masing lansia mengenai kematian dapat berubah serta
bertambah iman dan taqwa mereka kepada Allah SWT.
Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan
penulis menemukan bahwa bimbingan agama atau bimbingan rohani
di panti bermanfaat dan berpengaruh untuk membantu masalah yang
dihadapi lansia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Agus
Makhsum :
“Pengaruhnya banyak sekali di antaranya yaitu merubah sikap dan kebiasaannya dengan pengetahuan-pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang telah diberikan.”14
Dari ungkapan Ustadz Agus Makhsum diatas terlihat bahwa
bimbingan agama dapat merubah hidup lansia menjadi lebih baik
melalui pengetahuan-pengetahuan umum dan juga pengetahuan
agama yang disampaikan.
Dari hasil observasi dan wawancara langsung pembimbing
agama selama di lapangan, penulis juga melakukan wawancara
langsung dengan terbimbing (lansia).Penulis menemukan bahwa
seorang pembimbing agama memiliki peran dalam menghilangkan
kecemasan kematian dan merubah lansia menjadi lebih tenang.
14Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
70
Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 1 sebelum
bimbingan agama:
“Perasaan takut ya pasti ada, takut nanti nenek didalam kubur itu kaya bagaimana, takut bekal nenek yang masih baru sedikit rasanya, dosa-dosa nenek yang banyak, tapi yang di cita-cita sih pengen jalan yang lurus, jalan yang jelas,jalan yang suci yang di sebut pak ustadz yaitu surga, tapi nene tidak bisa ngapa-ngapain karena semua sudah diatur sama yang maha tau, Allah itu tidak tidur, Allah tau seluruh umat yang ada didunia ini, yang penting nenek disini banyak-banyak ibadah aja buat bekal nenek nanti, begitu aja nenek mah.”
Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat sebelum lansia
mendapatkan bimbingan agama yang lebih tentang kematian
perasaannya takut masih menyelimuti dirinya dengan alasan karena
ketidaktahuan karena minimnya pengetahuan yang di milikinya
tentang alam kubur yang pasti ia akan jumpai itu seperti apa,
membayangkan suasana seperti apakah nanti dialam kuburnya, juga
takut akan kematian karena ia menyadari amalnya saat ini baru sedikit
dan mengakui dosa-dosanya yang banyak, tapi nene yuli pun
menyadari semua sudah diatur sama Allah SWT, dan yang penting
mengerjakan ibadah semaksimal mungkin untuk bekalnya nanti.
Seperti telah diungkapkan oleh informan 1 setelah mengikuti
kegiatan bimbingan agama :
“Tenang ya habis dijelasin pak ustadz Alhamdulilah seperti tadi katanya dikuburan itu gelap gulita yang bisa menerangkan ya amal ibadah kita aja , tinggal nenek aja yang harus lebih giat lagi ibadahnya
71
mohon sama Allah agar selalu diberi ingatan, jalan yang lurus, pikiran yang jujur, jangan sampai dikasih ketidak jelasan.”15
Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat lansia menjadi lebih
tenang hatinya setelah diberi pengertian yang lebih tentang hakikat
kematian, lansia pun menjadi lebih giat ibadahnya agar amal
ibadahnya cukup dan bisa menolong mereka ketika menghadap Allah
nanti.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan 2 sebelum
mengikuti bimbingan agama :
“Setiap hari saya selalu ingat mati, saya tidak pikirkan makan,minum,baju,karena saya kira di panti ini walaupun tidak bagus tapi cukup ya, tetapi tentang mati yang saya masih pikirkan terus setiap hari, bagaimana saya besok kalau mati, karena di panti ini kalau ingin tau ya kita mati misalnya mati sore-sore besok pagi dimandiin langsung dikubur di jeruk purut ya,kemudian katanya beberapa bulan kemudian digali lagi diganti lain lagi, itu yang saya ingat dan terus saya pikirkan , sedangkan katanya yah orang mati itu disana di alam kubur bertahun-tahun , kekal kita disana nanti kita dipindahin lagi ke alam akhirat atau ke alam surga atau kemana itu, bagaimana nasib kita selama di alam kubur nantinya,sedangkan kuburan kita aja ditumpuk-tumpuk, itu yang membuat saya sedih dan saya pikirkan terus.”
Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwasanya lansia
ketika ingat akan kematian perasaannya sedih karena mempunyai
pengalaman yang ia lihat tentang proses selanjutnya ketika ada orang
yang meninggal dipanti itu seperti apa, ia takut nanti ketika
meninggal nanti kuburannya setelah beberapa bulan itu digali lagi dan
15 Hasil wawancara pribadi dengan nene Yuli ( lansia RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.
72
ditumpuk oleh jenazah yang lain, itulah yang ia ketahui, terus
bagaimana suasana dialam kuburnya nanti melihat kuburnya
ditumpuk, karena ia tinggal dipanti dan menyadari pasti tidak ada
sanak saudaranya yang peduli apalagi merawat kuburannya nanti.
Seperti telah diungkapkan oleh informan 1 setelah mengikuti
kegiatan bimbingan agama :
“Alhamdulillah tambah tenang, makanya saya sih dari dulu masuk kesini juga tenang-tenang aja, kebetulan disini diajarin agama yang dulu juga waktu masih anak-anak saya sudah pelajari ya, terus disambung lagi disini saya senang lah jadi ilmu saya bertambah lagi.”16
Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwasanya efek
daripada bimbingan agama tersebut yaitu hati lansia menjadi tambah
tenang karena pandangan mengenai kematiannya menjadi berbeda
dan juga senang karena ilmu pengetahuan tentang agamanya menjadi
bertambah.
Hal senada juga di ungkapkan oleh informan 3 sebelum bimbingan
agama :
“ Waktu itu sedih dan takut aja kalau di bayangin, tapi karena sekarang nenek sudah dikasih tahu pengetahuan yang lebih tentang kematian, jadi tidak takut lagi sama yang namanya mati karena kata pak ustad kematian itu pasti bakal ditemukan sama setiap orang, ya sekarang mah yang penting banyakin ibadah aja banyakin istighfar mohon ampun sama Allah atas dosa-dosa kita.”
16 Hasil wawancara pribadi dengan nene Jumini ( lansia RPLU Jelambar ), Jakarta 22 September 2014.
73
Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwasanya
perasaan lansia tersebut ketika ingat akan kematian takut dan sedih
karena minimnya pengetahuan mereka tentang arti dari kematian itu
sendiri sehingga salah dalam memaknai sebuah kematian.
Setelah diberi pengetahuan agama yang lebih tentang
kematian, perasaan beliaupun berubah menjadi tenang sehingga
kecemasan kematiannya bisa hilang, seperti yang diungkapkannya :
“ Pengalaman yang udah pernah nenek rasain ya Alhamdulillah hidup nenek jadi tenang dan nenek jadi semangat lagi ibadahnya sehari-hari biar bekal nenek banyak dan bisa masuk syurga.”
Bimbingan yang diberikan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan
berbentuk finansial, media, dan lain sebagainya. Strategi dan materi
bimbingan yang digunakan pembimbing di sesuaikan dengan kondisi
lansia, dimana materi yang disampaikan antara lain seperti bimbingan
baca Al-Qur’an , bimbingan agama islam seperti bimbingan kematian,
fiqh, ahlak, ibadah, dan juga ditambah dengan hapalan surat-surat
pendek seperti surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, bacaan-bacaan
istighfar, dan juga dua kalimat syahadat, dan lain-lain. Dengan
strategi yang digunakan yaitu strategi kuratif atau penyembuhan
dengan cara memberikan nasihat-nasihat secara langsung dengan
materi-materi agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi
dengan jalan ceramah dan juga dengan cara pendekatan langsung
terhadap lansia secara satu persatu diluar kegiatan yang ada dipanti.
74
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden
selama di lapangan penulis dapat dapat mengambil arti bahwasanya
strategi yang diterapkan oleh pembimbing agama dalam
menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar bisa dikatakan berhasil. Dari
pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat bahwa
pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
berperan dalammemberikan bantuan kepada terbimbing dalam
menghilangkan kecemasannya terhadap kematian dengan materi-
materi yang diberikan pembimbing agama sehingga pengetahuan
akan hal kematiannya menjadi bertambah dan paham akan hakikat
dari kematian itu sendiri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
tentang strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian
pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Strategi yang digunakan pembimbing agama itu ada dua yaitu strategi
preventif dan juga strategi kuratif, Strategi preventif atau pencegahan adalah
upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah
umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah
tersebut pada individu. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan
responden selama di lapangan penulis dapat dapat mengambil arti bahwasanya
strategi yang diterapkan oleh pembimbing agama dalam menghilangkan
kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar bisa dikatakan berhasil. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh
respoden dapat terlihat bahwa pembimbing agama di Rumah Perlindungan
Lanjut Usia Jelambar berperan dalam memberikan bantuan kepada terbimbing
dalam menghilangkan kecemasannya terhadap kematian dengan materi-materi
yang diberikan pembimbing agama sehingga pengetahuan akan hal
kematiannya menjadi bertambah dan paham akan hakikat dari kematian itu
sendiri.
75
76
2. Pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar telah
melakukan beberapa upaya dalam menghilangkan kecemasan kematian pada
lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, yaitu dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan positif setiap harinya dan menyampaikan
materi-materi yang berkaitan dengan kematian, sehingga lansia menjadi lebih
tenang dalam memandang kematian karena sudah mengetahui hakikat yang
sebenarnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi.
3. Sedangkan metode yang digunakan guna menerapkan strategi tersebut
khususnya pada strategi kuratif didalam bimbingan agama di Rumah
Perlindungan LanjutUsia Jelambar diantaranya yaitu metode ceramah dengan
cara berkelompok berkumpul di mushola, dan juga metode pendekatan antara
pembimbing dengan yang terbimbing dengan cara satu persatu di luar
kegiatan yang ada.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai bimbingan agama bagi lansia
dalam menghilangkan kecemasan kematian di Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Penanggung jawab panti dapat menambah sumber daya manusia
dibidangnya masing-masing terutama dibimbingan agamanya lebih ada
yang membimbing lagi.
2. Kegiatannya lebih terprogram lagi, agar lansia tidak banyak waktu yang
kosongnya.
77
3. Sesuai permintaan informan dan penulis menanggapinya bahwa hal itu
sangat penting agar pembimbing agama menambah materi tentang
bagaimana tata cara melaksanakan shalat yang benar mulai dari niatnya
sampai salam, cara mengerjakannya ketika sedang sakit, karena seperti
yang kita ketahui bersama bahwasanya shalat itu adalah amal ibadah
pertama yang akan Allah hisab ketika kita meninggal nanti.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011
Abidin, Z.Refika Aditama Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung :, 2002
Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq. Jakarta : Erlangga, 1991
Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997
Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV Ilmu, 1975
D.Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Penerbit Kanitius,1998
Daradjat, Z. Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung,1990
De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2002
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2005
H.M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT.Golden Terayon Press, 1994
Hawari, Dadang, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa, Jakarta : PT. Dana Bakti Prima Yasa, 2001
79
Hawari, Dadang, Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001
Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga Jakarta
Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach, Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003
Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. Bandung : PT. Mizan Publika, 2006
Irwanto, E.H. Psikologi Umum. Cetakan ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 1994
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Kartono.K ,Psikologi Perkembangan. Cetakan keempat. Bandung : CV. Mandar Maju, 1992
Kartono, K. Gangguan-gangguan Psikis. Bandung : Sinar Baru, 1986
Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. Bandung : PT. Eresco, 1991
Kardiman. A.M. ,Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT. Pronhalindo
Lexsy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya 1922
M.Umar,Bimbingan dan penyuluhan, Bandung : CV Pustaka Setia 2001
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006
Mahmud, D.M. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : BPFE, 1990
M. Lutfi, Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan (konseling) islam, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008
Nugroho Wahyudi, 1992. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
80
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta
Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: 2001
Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi .Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986
Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis .Yogyakarta : BPFE, 1986
Sukmana, O. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. Malang : Bayu Media dan UMM Press. 2003
Syarief Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, Jakarta : Firma
Thohari Musnawar,Dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,Yogyakarta : UII Press, 1992
Wilfred C.Smith. Memburu Makna Agama, Jakarta : PT Mizan Pustaka
Zahrotun, Psikologi Perkembangan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Ziauddin Sardar , Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E Priyono dan Ilyas Hasan, Bandung : Mizan, 1996
Zain, B. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan, 2004
Zahrotun,dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, Jakarta : UIN Jakarta Press,2006
WAWANCARA
Dengan Penanggung Jawab di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 29 september 2014
Tempat : kantor
Nama : Sumaryati. S.Ap
TTL : Jakarta, 11 April 1966
Alamat : Jln. Rawa selatan 2 Rt 011/005 No.38 Jakarta pusat
Usia : 48
Jabatan : Penanggung Jawab RPLU Jelambar
Pukul : 11.30
1. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar?
RPLU Jelambar didirikan pada tahun 1994, dengan luas tanah 2141
m persegi, dengan luas bangunan 1760 meter persegi, kapasitasnya 85
0rang, yang berlokasi di Jl. Jelambar selatan no.10 Grogol, Jakarta barat.
RPLU Jelambar merupakan unit pelaksana teknis dinas social provinsi
DKI Jakarta yang berada dibawah PSTW Budi Mulya 2 Cengkareng,
dipimpin oleh seorang penanggung jawab yang bertanggung jawab kepada
kepala panti dan kepala dinas social, di bentuk dengan peraturan gubernur
no.57 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja, yang
berada dibawah naungan dinas sosial yang menampung lansia terlantar.
2. Apa visi dan misi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar?
Visinya adalah mengangkat harkat dan martabat lansia terlantar
menuju kehidupan layak, sehat, normative dan manusiawi, sedangkan
misinya yaitu yang pertama menyediakan tempat perlindungan sosial bagi
lanjut usia terlantar yang nyaman dan aman, yang kedua
menyelenggarakan pelayanan social, psikologis,perawatan medis,
bimbingan fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu luang,
yang ketiga menyelenggarakan penyaluran bina lanjut dan pemulasaraan
jenazah, yang ke empat menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas
sektoral, dan yang terakhir menggalang peran serta sosial masyarakat dan
dunia usaha.
3. Jadwal kegiatan sehari-hari disini apa saja?
Senin dan kamis kita ada bimbingan rohani, hari rabu ada qosidah,
selasa dan kamis ada membuat keterampilan untuk kakek nenek yang mau
saja kerena usia mereka seperti membuat keset,pernak pernik, kipas-kipas
kecil, dll, selasa dan jum’at kita ada senam, dan kalau hari sabtu dan
minggu kita tidak ada kegiatan tetapi biasanya ada dari donatur bakti
sosial jadi mereka bikan acara supaya nenek kakek gembira , dan setiap
satu bulan sekali ada panggung gembira, panggung gembira itu kita
panggil pemain organ nanti nenek kakek pada nyayi pada joged bareng
gitu biar pada seneng.
4. Seperti apa keadaan lansia saat pertama kali masuk disini?
Jadi gini mereka itu hasil razia sosial yang ada diperapatan-
perapatan jalan yang ada dilampumerah itu mereka terkena penertiban
sosial yang dilakukan oleh satpol pp bekerjasama dengan kami dinas
sosial,kemudian sesudah itu dibawa ke PSBI (panti sosial bina insan), itu
dikita ada tiga jadi ada panti PSBI 1 adanya dikedoya, kemudian PSBI 2
adanya diceger, dan PSBI 3 dicengkareng, setelah disana nanti mereka ya
diwawancara, diasesment, ditanya permasalah sosialnya gimana,
kemudian bila tidak ada keluarga ya disalurkan, salurkannya kemana?, ya
kalau misalnya usianya masih anak-anak disalurkannya dipanti asuhan
putra utama itu ada enam yang pertama dikelender, yang kedua
dipelumpang, yang ketiga ditebet, yang keempat diceger, yang kelima
diduren sawit, yang ke enam dicengkareng, itu kalau panti anak-anak yah
usia-usia sekolah SD sampai SMA, kemudian kalau untuk lansia yang
sudah berusia 60 tahun ke atas bias ke tempat sini kami RPLU Jelambar,
bias ke PSTW 1 dicipayung, PSTW 2 dicengkareng, PSTW 2 adalah induk
dari panti kami yah, kemudian PSTW 3 diciracas, PSTW 4 dimargaguna
yaitu diradio dalam, PSTW 5 ada lagi dicengkareng, kemudian kalau
untuk yang perempuan-perempuan pekerja seks atau perempuan yang
kurang beruntung jadi dia kerjanya seperti itu ada juga disalurkannya
dikedoya yaitu PSKW (panti sosial bina karya wanita), kemudian kalau
untuk yang laras atau yang ada gangguan psikotiknya kita juga ada itu ada
empat juga itu yang pertama dicengkareng, yang kedua dicipayung, yang
ketiga diceger, yang ke empat didaan mogot, kalau untuk titipan sendiri
kita dijalan-jalan itu sudah banyak dan kita juga sudah banyak ga bolehlah
kita menerima titipan, jadi yang harus dipentingkan yang terlantar.
5. Seperti apa bimbingan agama disini ?
Ada mengkaji Al-Qur’an dengan ceramah agama, belajar mengaji,
belajar ayat-ayat yang pendek untuk bacaan shalatnya.
6. Apakah harapan dengan adanya bimbingan agama itu?
Harapan kami ya karena mereka berada pada usia senja kita
membekali mereka untuk mereka nanti kelak menghadap Tuhan sudah
punya bekal dengan bimbingan agama itu, karena mau apalagi kan di usia
senja harusnya kan memang itu saja,kita kan semua pasti akan kembali
juga tidak tua tidak muda, tapi kan biasanya kalau sudah tua itu kan mau
ngapain lagi ya,jadi ya fokus aja buat bekal mereka nanti.
7. Materi apa saja yang biasanya disampaikan oleh pembimbing?
Dengan kajian Al-Qur’an jadi surat apa nih yang dibahas,
contohnya surat An-naas itu dibaca dulu sama pak ustadznya nah setelah
itu dibahas dengan ceramah, ya intinya agar mereka semua maulah belajar
agama, sepeti yang saya bilang tadi tujuan atau arahnya untuk bekal
mereka juga.
8. Kapan dan dimana bimbingan agama itu dilakukan?
Hari senin dan kamis jam 10 sampai jam 12 yang bertempat
dimushala.
9. Menurut ibu/bapak kecemasan kematian pada lansia itu apa sih?
Oh belum lama ini ada yang seperti itu, jadi pas temennya
meninggal besoknya dia langsung sakit, jadi dipikirin terus tuh karena dia
juga takut seperti itu, karena kita semua kan pasti akan kesana semua yah,
jadi langsung meriang tuh dia berhari-hari kaya orang stress ketakutan
gitu dan akhirnya setelah diberi pengetahuan bimbingan agama dan
diyakini oleh pak ustadz Alhamdulillah bisa sembuh.
10. Bagaimana respon lansia dari adanya bimbingan agama tersebut?
Untuk responnya jadi disini itu ada yang semangat ada yang tidak,
yang dah biasa-biasa aja itu sih tidak usah kita panggil, tidak usah kita
datengin udah datang dan ngumpul sendiri dia dimushola, ada beberapa
memang yang harus kita paksa,memang tidak wajib sih tapi kan kita
niatnya baik itu demi kebaikan mereka untuk bekal mereka juga.
WAWANCARA
Dengan Pembimbing Agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 25 September 2014
Tempat : Mushola
Nama :Agus Makhsum
TTL : Indramayu, 23 Desember 1955
Alamat : Jl. Jelambar jaya 2 no.20 Rt.009/001, kelurahan jelambar baru, Jakarta
barat
Usia : 63 Tahun
Jabatan : Pembimbing Agama
Pukul : 12.00
1. Sudah berapa lama bapak menjadi pembimbing agama di Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar ?
Disini sudah sekitar 4 tahunan,tapi tadinya kan dimintanya dulu
hanya kasih ceramah tapi sekarang ditambah sama seni baca Al-
Qur’annya, kalimat-kalimat Allah, dan istighfar itu setelah pergantian
pimpinan.
2. Apakah yang dimaksud dengan bimbingan agama?
Bimbingan agama bagi lansia yaitu kita mengarahkan dan
membekali pengetahuan mereka dengan ilmu-ilmu agama diantaranya
bimbingan yang kaya tadi seperti bimbingan membaca Al-Qur’an,
bimbingan kematian yang meliputi amal kebaikan, masalah-masalah yang
berkaitan dengan kehidupan didunia dan juga diakhirat,dan lain
sebagainya.
3. Kapan dan dimana bimbingan agama di lakukan?
Setiap hari senin dan kamis di mushola ini, sebetulnya waktunya
cuma 1 jam dari jam 10 sampai jam 11, tetapi karena sekarang caranya
satu persatu jadi ga cukup,jadinya nambah dari jam 10 sampai jam 12.
4. Strategi apa yang digunakan dalam bimbingan agama disini?
Strateginyaya, kita disini memakai dua strategi atau cara yaitu
strategi preventif atau pencegahan dan juga strategi kuratif atau
penyembuhan, strategi preventif yaitu dengan cara mengaktifkan kegiatan-
kegiatan yang positif disini, seperti kegiatan bimbingan agama, bimbingan
keterampilan, bimbingan kesenian kaya qosidah dan lain-lain dengan suatu
tujuan agar para lansia dapat terisi hari-harinya dengan hal-hal yang
positif. Kalau strategi kuratif yaitu dengan cara memberikan nasihat-
nasihat secara langsung baik itu dengan jalan ceramah jadi terus kita siram
tuh dengan agama agar rohaninya kuat dan juga dengan cara pendekatan,
pendekatan antara seorang ustadz dengan muridnya, pendekatan pengajar
dengan yang diajar dengan jalan satu persatu.
5. Apakah ada pengaruhnya bagi lansia dengan strategi yang diterapkan?
Pengaruhnya banyak sekali di antaranya yaitu merubah sikap dan
kebiasaannya dengan pengetahuan-pengetahuan umum maupun
pengetahuan agama yang telah diberikan.
6. Apa harapan dengan adanya bimbingan agama ini?
Harapan saya dan pimpinan ingin menjadikan para orang tua kita
ini menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, dan kelak bisa
meninggalkan dunia ini dalam keadaan khusnul khatimah, karenapada
hakikatnya itulah tujuan hidup kita semua sebenarnya.
7. Media apa saja yang biasanya digunakan?
Media atau alat bantu yah, ya saya pakai mix dan juga sound
sistemnya, itu sangat membantu karena kan pendengaran mereka juga
sudah mulai rada berkurang.
8. Materi-materi apa saja yang biasanya bapak sampaikan?
Materinya bimbingan baca Al-Qur’an , bimbingan agama islam
seperti bimbingan kematian, fiqh, ahlak, dan juga ibadah.
9. Materi apa saja yang berkaitan dengan hal kematian?
Yang berkaitan dengan hal kematian, seperti yang kita tahu semua
akan kembali kepada Allah tentunya harus mempunyai bekal yaitu iman
dan taqwa, dan pertimbangannya mengacu pada firman Allah surat Ali
Imran ayat 185 :
جور�م يوم ٱلموت� �فس ذا�قة � ما توفون أ �من زحزح ٱلق�مة� ��
دخل ٱ�ار عن ٱ�نة وأ يوة وما �قد فاز ٱ� �يا ٱلغرور إ� م�ع ٱ�
١٨٥
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Dan juga surat Al-Mulk ayat 2 :
ي حسن �م� وهو ٱ�يوة و ٱلموت خلق ٱ�ي�م أ
ٱلعز�ز �بلو�م �
٢ ٱلغفور “ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Yang intisari dari ayat-ayat tersebut kita harus intropeksi diri, yaitu mengenal diri
sendiri untuk apa kita hidup dan kemana kita hidup nantinya sebagai renungan,
kita menyadari bahwa hidup semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah,
dan meyakini bahwa kehidupan dan kematian adalah ujian bagi manusia agar
manusia dapat mengambil pelajaran dari keduanya, dan selalu berbuat baik selama
masih hidup didunia.
10. Bagaimana cara bapak mengemas materi tersebut agar lansia agar lansia
tidak cemas akan kematian ?
Dengan humor, jangan terlalu formal sekali, ya kita bisa saja
dengan canda tapi canda yang mengandung arti , dan juga melalui tanya
jawab tentang seputar hal-hal yang berkaitan dengan kematian aja baik
itu berbentuk sebuah cerita hikayat dan sebagainya, sesuai dengan Al-
Qur’an dan hadist Nabi.
11. Bimbingan agama seperti apa yang bapak berikan agar lansia merasa
tenang pada saat sakaratul maut nanti?
Ya pastinya bimbingan agama seperti mengajarkan tata cara shalat
yang benar, mengucapkan dua kalimat syahadat, bacaan-bacaan istighfar,
surat-surat pendek, untuk membekali mereka selama masih didunia,
karena dikuburan itu gelap gulita dan yang bisa menerangkannya adalah
amal ibadah kita.
12. Apa yang terus bapak tekankan pada lansia agar mereka semua bisa
mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat?
Suruh baca Al-Qur’an, surat-surat pendek, bacaan bacaan istighfar,
dzikir, shalawatan, jangan meninggalkan shalat supaya bisa meresap ke
dalam hatinya.
13. Menurut bapak kecemasan kematian pada lansia itu apa sih?
Takut mati karena tidak punya bekal yang cukup,juga karena
melihat temannya meninggal ia jadi takut mati karena pernah ada kejadian
seperti itu, dan juga karena tidak mempunyai sanak saudara yang bisa
mendoakannya ketika mereka meninggal nanti,karena mungkin mereka
menganggap ini kan hanya panti bukan rumah mereka yang ada hanya
temen sebayanya bukan saudaranya.
14. Bagaimana cara bapak menghilangkan rasa cemas kematian pada diri
lansia?
Ya tadi dengan cara-cara yang sudah saya jelaskan sebelumnya jadi
dengan strategi preventif dan kuratif, dan juga harus pendekatan terhadap
mereka jangan diem saja, ya perhatian lah antara seorang pembimbing
dengan yang dibimbing, nah dengan candaan dan pendekatan itulah kita
juga bisa menyelipkan materi-materi seputar kematian seperti tadi.
15. Apa tujuan diberikannya bimbingan agama bagi lansia?
Tujuannya agar mereka kembali ke jalan yang lurus seperti dalam Al-
Qur’an surat Al-Fatihah ayat 6-7
“ Tunjukilah Kami jalan yang lurus , yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau
beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula
jalan mereka yang sesat.”
dan juga harapannya agar mereka nanti ketika pulang menghadap Allah
dalam keadaan khusnul khatimah, itulah harapan pimpinan dan juga kami selaku
pengurus disini semua.
WAWANCARA
Dengan Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 25 September 2014
Tempat : Mushola
Nama Lansia : Yuli
Alamat : Jl.Kebon kelapa, lewih panjang, Bandung
TTL : 17 Juni 1943
Usia : 71
Pukul : 12.30
1. Sudah berapa lama ibu berada dipanti ini ?
Nenek dari tahun 2012 sampai sekarang, berarti kurang lebih baru
dua tahunan.
2. Apakah ibu mempunyai anak/cucu?
Justru itu kalau punya anak mah nenek ngapain menyerahkan diri
disini, mendingan juga nyerahin makanan, tidak punya apa-apa nenek
mah, sudah tidak punya ibu, tidak punya bapak, tidak punya saudara, tidak
punya anak.
3. Bagaimana ibu bisa masuk masuk ke panti ini?
Ya asal muasalnya rumah nenek dan suami hasilnya semua habis
disita dan dirampas sama mertua, karena tidak punya tempat tinggal lagi
ya sudah nenekpikir-pikir semalaman suntuk dari pada nenek tinggal
dijalanan, nenek mah mendingan menyerahkan diri, lapor dulu kepolisi
baru masuk panti ini.
4. Bimbingan agama apa yang ibu dapatkan disini?
Ya banyak nasehat-nasehat yang nenek terima dari pak ustadz,
terus reaksi nenek disini didalam sehari-hari Alhamdulillah nenek bisa
bantu-bantu masak.
5. Apakah manfaatnya dari bimbingan agama tersebut bagi ibu?
Banyak manfaatnya , jadi nenek kan buta huruf tidak bisa ngaji,
tidak bisa shalat, sekarang Alhamdulillah nenek bisa ngaji, bisa shalat lima
waktu.
6. Nasihat apa yang selalu ibu ingat dari pembimbing agama?
Ya jadi nenek harus bisa mencari ilmu, yaitu belajar shalat,
meskipun sudah bisa harus lebih tekun dan harus lebih khusyu shalatnya
dan ibadah yang lainnya.
7. Apakah ibu sering teringat akan kematian?
Nenek mah ga punya pikiran kemana-mana, ya diterima aja apalagi
sekarang nenek keadaannya udah begini udah jompo, karena manusia ada
yang ngatur yaitu Allah SWT, pasrah saja sama yang kuasa.
8. Apakah perasaan ibu ketika mengingat kematian?
Perasaan ya takut pasti ada, takut nanti nenek didalam kubur itu
kaya bagaimana, takut bekal nenek yang masih baru sedikit rasanya, dosa-
dosa nenek yang banyak, tapi yang di cita-cita sih pengen jalan yang lurus,
jalan yang jelas, jalan yang suci yang di sebut pak ustadz yaitu surga, tapi
nenek tidak bisa ngapa-ngapain karena semua sudah diatur sama yang
maha tawu, Allah itu tidak tidur,Allah tawu seluruh umat yang ada didunia
ini, yang penting nenek disini banyak-banyak ibadah aja buat bekal nenek
nanti, begitu aja nenek mah.
9. Apakah setelah bimbingan agama ibu merasa lebih tenang?
Tenang ya abis di jelasin pak ustadz Alhamdulillah kaya tadi
katanya dikuburan itu gelap gulita yang bisa nerangin ya amal ibadah kita
ja , tinggal nenek aja yang harus libih giat ibadahnya mohon sama Allah
agar selalu diberi ingatan, jalan yang lurus, pikiran yang jujur, jangan
sampai dikasih ketidak jelasan.
WAWANCARA
Dengan Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 22 September 2014
Tempat : Mushola
Nama Lansia : Jumini
Alamat : Indramayu
TTL : 21 Juni 1942
Usia : 72
Pukul : 13.20
1. Sudah berapa lama ibu berada dipanti ini ?
Sudah dua tahun enam bulan.
2. Apakah ibu mempunyai anak/cucu?
Engga punya anak engga punya cucu, saya pernah punya anak tapi
anak saya mati, suami dulu yang meninggal baru anak.
3. Bagaimana ibu bisa masuk masuk ke panti ini?
Karena di kampung, kan saya tinggal di indramayu tapi saya sih
bukan tidak punya saudara, punya ya tapi saudara saya juga tidak bisa
untuk menampung saya karena pendapatannya sedikit, cuma untuk dia
sama anak-anaknya saja, jadi saya ke Jakarta untuk mencari kehidupan
sendiri,saya di cikini raya ada sekolahan 86 saya di suruh nyapu-nyapu
bersih-bersih,terus waktu itu ada pak camat kontrol-kontrol di sekolah, di
tanya saya disini ngapain ya saya cuma bilang cari makan disini bantu-
bantu saja disekolah, jadi karena saya tidurnya di palmerah dua kali naik
angkot dari sekolah,akhirnya ditawarin sama pak camat bagaimana kalau
nenek tinggal dipanti jompo saja, yasudah setelah saya pikir-pikir karena
saya tidak punya sanak saudara disini, akhirnya saya mau tinggal dipanti
ini.
4. Bimbingan agama apa yang ibu dapatkan disini?
Saya sih begini yakarena itu agama islam dan juga saya memeluk
agama islam, ya menurut saya bagus sekali untuk menuntun saya
dikehidupan yang akan datang,selagi saya hidup saya bisa mengerti
tentang ibadah , mengerti tantang kesalahan dan kebenaran diatas dunia ini
apa yang kita lakukan, yang terakhir saya senang, mungkin saya kalau
nanti sudah pulang di alam baka sana saya punya bekal untuk hidup
disana.
5. Apakah manfaatnya dari bimbingan agama tersebut bagi ibu?
Manfaat untuk saya sih untuk kebaikan-kebaikan saja, bisa tawu
gitu tentang kebenaran dan kesalahan,bisa tawu hidup itu harus
bagaimana,ya karena yang dikasih sama pak ustadz bimbingan agama ya
tentu saja tujuannya itu saja untuk bekal mati.
6. Nasihat apa yang selalu ibu ingat dari pembimbing agama?
Nasihat pak ustadz yang saya ingat ya disini tuh di panti terutama
yah kita harus akur dengan teman-teman, harus mau mengalah pada orang
yang tidak begitu ngerti, banyak orang yang pikirannya tidak begitu
nyambung, ya saling menghargai sesama teman dan juga saling menolong,
dan juga tentu saja nasihat yang selalu di ulangi sama pak ustadz yaitu
banyak-banyak ibadah selagi kita hidup.
7. Apakah ibu sering teringat akan kematian?
Setiap hari saya selalu ingat mati, saya tidak pikirkan
makan,minum,baju,karena saya kira di panti ini walaupun tidak bagus tapi
cukup ya, tetapi tentang mati yang saya masih pikirkan terus setiap hari,
bagaimana saya besok kalau mati, karena di panti ini kalau pengen tawu
ya kita mati misalnya mati sore-sore besok pagi dimandiin langsung
dikubur di jeruk purut ya,kemudian katanya beberapa bulan kemudian
digali lagi diganti lain lagi, itu yang saya ingat dan terus saya pikirkan ,
sedangkan katanya ya orang mati itu disana katanya kita di alam kubur
bertahun-tahun , kekal kita disana nanti kita dipindahin lagi ke alam
akhirat atau ke alam surga atau kemana itu, bagaimana nasib kita selama
di alam kubur nantinya,sedangkan kuburan kita aja ditumpuk-tumpuk, itu
yang membuat saya sedih dan saya pikirkan terus.
8. Apakah perasaan ibu ketika mengingat kematian?
Sedih aja, kapanpun mati saya mau-mau aja kalau bisa yang saya
minta sama yang maha kuasa jangan sampai saya terlalu jompo,saya ingin
saya mati dalam keadaan ingatan saya masih segar, saya masih bisa
mengucapkan yang benar karena hidup itu kapanpun bakalan mati,nanti
atau sekarang kan sama saja mati, kalau matinya tambah lama tambah
jompo juga makin tambah juga dosa-dosa kita, saya ingin menemukan
kematian dalam keadaan khusnul khatimah.
9. Apakah setelah bimbingan agama ibu merasa lebih tenang?
Alhamdulillah tambah tenang, makanya saya sih dari dulu masuk
kesini juga tenang-tenang aja, kebetulan disini diajarin agama yang dulu
juga waktu masih anak-anak saya sudah pelajari ya, terus disambung lagi
disini saya senang lah jadi ilm u saya bertambah lagi.
WAWANCARA
Dengan Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Tanggal Interview : 17 Desember 2014
Tempat : Halaman panti
Nama Lansia : Emiyati
Alamat : Sragen, Jawa Tengah
TTL : 19-05-1939
Usia : 75
Pukul : 14.30
1. Sudah berapa lama ibu berada dipanti ini ?
Nenek tinggal dipanti dari tahun 2008, berarti kurang lebih sudah
enam tahun yah.
2. Apakah ibu mempunyai anak/cucu?
Kalau punya anak, punya cucu mungkin nenek tidak tinggal disini,
mending nenek tinggal sama mereka biar seperti orang-orang lain yang
seneng banget kelihatannya bisa punya anak, bisa gendong-gendong cucu
juga, jadi waktu itu kejadiannya nenek menikah udah dapet sembilan
tahun, nenek juga belum mempunyai anak terus nenek ditinggal pergi
sama suami ke Jakarta, katanya mau cari kerja eh abis itu tidak ada kabar
lagi sampe sekarang.
3. Bagaimana ibu bisa masuk masuk ke panti ini?
Iya itu tadi awalnya, jadi pas nenek ditinggal suami yang tidak tahu
kemana, tidak ada kabar juga tidak pulang-pulang yasudah mau tidak mau
nenek harus hidup sendirian dirumah, akhirnya karena sudah tidak ada
yang menafkahi nenek lagi, nenek liat teman-teman nenek banyak yang
kerja di Jakarta, yasudah nenek mutusin untuk ikut ke jakarta karena tidak
enak juga kan hidup sendirian di kampung susah juga buat nyari makan,
udah tuh nenek sampai di Jakarta, eh ternyata di Jakarta susah juga dapet
kerja terus nenek bingung tuh mau kerja apa nenek juga tidak enak
numpang terus sama teman, yasudah nenek mutusin buat jadi pengemis aja
lumayan kan buat makan sehari-hari, dah lama tuh nenek jadi pengemis di
sekitaran Grogol, eh tiba-tiba pas lagi duduk ngemis, nenek ditangkap di
bawa sama petugas gitu, katanya nenek mengganggu orang lain, yasudah
akhirnya nenek didata di masukin ke panti yang di cengkareng, eh
dipindahin kesini.
4. Bimbingan agama apa yang ibu dapatkan disini?
Banyak yang nenek dapet disini, disini nenek diajarin pak ustad
ngaji, shalat, surat-surat pendek, dan Alhamdulillah sekarang nenek sudah
bisa ngaji bisa shalat juga.
5. Apakah manfaatnya dari bimbingan agama tersebut bagi ibu?
Manfaatnya iya seperti tadi itu, jadi nenek bisa shalat bisa ngaji,
nenek juga banyak dikasih ilmu-ilmu agama disini jadi nenek seneng buat
banyakin bekal nenek nanti kalau udah dipanggil sama yang kuasa.
6. Nasihat apa yang selalu ibu ingat dari pembimbing agama?
Harus rajin ibadahnya jangan malas selama kita masih dikasih
kesehatan sama Allah, banyak-banyak istighfar abis shalat, jangan pernah
tinggalin kewajiban shalat lima waktu karena itu yang bakal menolong kita
di akhirat nanti.
7. Apakah ibu sering teringat akan kematian?
Kalau ngomongin masalah mati nenek jadi sedih, dulu nenek
punya teman disini namanya yanti, dia orangnya baik banget sama nenek,
kalau nenek punya masalah nenek certain ke dia, terus dia juga ngasih
nasihat-nasihat, dia juga gitu kalau ada masalah ceritanya ke nenek juga,
akrab banget waktu itu udah kaya saudara, eh waktu itu dia sakit, udah
lama juga sakitnya terus nenek temenin, nenek jengukin lah. Disitu nenek
mulai sedih dia tidak sembuh-sembuh juga, pas nenek lagi nemenin, dia
kaya orang lagi sekarat kasihan nenek ngeliatnya, nenek jadi sedih dan
panik waktu itu, tidak lama kemudian dia meninggal, nenek nyaksiin
sendiri gimana pas sakaratul mautnya, besoknya nenek jadi takut mati,
ngurung diri terus didalem kamar tidak mau ikut kegiatan-kegiatan yang
kaya biasanya, makan jadi tidak nafsu juga masih sedih dan takut kalau
inget, waktu itu pak ustad datang ke kamar nenek, disitu nenek dikasih
penjelasan nasihat-nasihat sama pak ustad tentang kematian,
Alhamdulillah nenek jadi bisa lebih tenang waktu itu.
8. Apakah perasaan ibu ketika mengingat kematian?
Waktu itu sedih dan takut aja kalau di bayangin, tapi karena
sekarang nenek sudah dikasih tahu pengetahuan yang lebih tentang
kematian, jadi tidak takut lagi sama yang namanya mati karena kata pak
ustad kematian itu pasti bakal ditemukan sama setiap orang, ya sekarang
mah yang penting banyakin ibadah aja banyakin istighfar mohon ampun
sama Allah atas dosa-dosa kita.
9. Apakah setelah bimbingan agama ibu merasa lebih tenang?
Pengalaman yang udah pernah nenek rasain ya Alhamdulillah
hidup nenek jadi tenang dan nenek jadi semangat lagi ibadahnya sehari-
hari biar bekal nenek banyak dan bisa masuk syurga.
10. Apakah ibu sulit berkonsentrasi selama ini?
Iya kalau lagi mikir sekarang suka kadang-kadang keganggu aja
suka sering lupa melulu nenek.
11. Hal apa yang menyebabkan ibu sulit berkonsentrasi?
Iya maklum namanya juga udah tua begini udah susah kalau mikir,
udah banyak lupanya tapi yang penting nenek masih inget bacaan-bacaan
buat shalat, terus syahadat yang penting banget kata pak ustad.
12. Apakah ibu mengalami gangguan pencernaan?
Iya kalau itu namanya udah tua gini ya pasti ada.
13. Biasanya gangguan pencernaan seperti apa yang ibu alami?
Iya kaya sekarang-sekarang ini biasanya kalau lagi tidur susah buat
nahan buang air kecil, jadi suka keluar sendiri pas lagi tidur.
14. Apakah ibu sering gemetar dan berkeringat dingin ketika ingin melakukan
sesuatu?
Keringetan sih engga, cuma kalau gemetaran sering pas lagi mau
ngambil-ngambil, kaya ngambil gelas, piring, iya namanya juga udah tua,
udah jadi nenek-nenek emang udah kaya gini kali jalannya.
DOKUMENTASI
Wawancara dengan pembimbing agama
Kegiatan bimbingan agama
Pendekatan pembimbing terhadap lansia
Mushola tempat bimbingan agama