Upload
nguyencong
View
234
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH ZAKAT INDONESIA
DALAM PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN MASYARAKAT
PADA PROGRAM SENYUM LESTARI DI KELURAHAN
BINTARO
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S. Sos. I)
Oleh :
NADIA ANGGRAENI
108051000152
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015/1436 H
STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH ZAKAT INDONESIA
DALAM PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN MASYARAKAT
PADA PROGRAM SENYUM LESTARI DI KELURAHAN
BINTARO
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S. Sos. I)
Oleh :
NADIA ANGGRAENI
NIM :108051000152
Dosen Pembimbing
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam
Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum Lestari Di
Kelurahan Bintaro, telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Kamis 2 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 2 Juli 2015
Sidang Munaqosyah
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) Jurusan Komunikasi Dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua data yang saya gunakan sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini,
telah saya cantumkan sesuai dengan prosedur yang berlaku di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Pada penulisan skripsi ini jika terbukti bukan hasil karya saya sendiri atau
terindikasi hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat) dan itu terbukti di
kemudian hari, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
ABSTRAK
Nadia Anggraeni
STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH ZAKAT INDONESIA DALAM
PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN MASYARAKAT PADA PROGRAM
SENYUM LESTARI DI KELURAHAN BINTARO
Pembimbing Muhammad Zen, MA
Strategi Komunikasi pada Rumah Zakat Indonesia merupakan salah satu
upaya untuk memperbaiki situasi dan kondisi dimana masyarakat atau kelompok
komunitas menjadi agen dari perubahan itu sendiri. Rumah Zakat Indonesia (RZI)
merupakan salah satu lembaga yang mengoptimalkan donasi filantropi untuk
mengembangkan program Senyum Lestari dengan misi memberdayakan
lingkungan masyarakat secara produktif dan berkesinambungan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana strategi
komunikasi Rumah Zakat Indonesia dalam pemberdayaan lingkungan masyarakat
pada program senyum lestari di Kelurahan Bintaro?. Teori yang digunakan pada
penelitian ini adalah teori Anwar Arifin disamping teori Laswell, C.I. Hovland,
Gerald R. Muller dan Mark Steinberg yang disesuaikan dengan teori strategi
komunikasi. Dengan teori ini, penulis mencoba meneliti strategi komunikasi yang
digunakan oleh Rumah Zakat Indonesia dalam melaksanakan program lingkungan
pemberdayaan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif yang bertujuan mencari dan memaparkan data mengenai keadaan
permasalahan sesuai dengan data dan teori yang diperoleh. Metode ini
menggambarkan secara sistematis fakta dan konsep pemberdayaan yang dilihat
dengan teori pendekatan pembangunan.
Strategi komunikasi yang dirumuskan oleh Rumah Zakat Indonesia yaitu
perumusan strategi dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan kegiatan,
Implementasi Strategi yaitu Rumah Zakat memberdayakan masyarakat melalui
kegiatan donatur perorangan, donatur institusi, donatur program, ICD (Integrated
Community Development), publikasi informasi, humas (Public Relations), dan
periklanan (Advertising).
Evaluasi strategi yaitu meninjau kembali faktor-faktor eksternal dan internal
yang menjadi dasar strategi yaitu dengan mengevaluasi pelaksanaan implementasi
sebagai tindakan dan sumber daya manusia yang bekerja di Rumah Zakat
Indonesia dalam melaksanaan program berbagi itu gaya senyum lestari dalam
periode waktu enam bulan.
Keywords : strategi, pemberdayaan, perencanaan, implementasi, evaluasi,
publikasi informasi, public relations, periklanan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismilahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatu
Alhamdulillah terucap syukur senantiasa kepada sang penguasa alam Allah
SWT yang telah memberikan nikmat hidup serta kekuatan dalam lahir dan batin
sehingga karunia yang telah diberikan dalam kehidupan ini menjadi sesuatu yang
berharga untuk disyukuri. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang dengan keluhuran budi pekertinya
menjadikan simbol penyelamatan manusia dari zaman kebodohan menuju zaman
yang berkembang dengan berbagai disiplin keilmuannya ini.
Alhamdullilah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan proses kesulitan yang cukup beragam baik itu dari segi internal dan
eksternal serta dari materi dan non materi, sungguh merupakan proses
pembelajaran diri yang menguji pikiran, keimanan, mental, kesabaran, keberanian,
ketekunan dan naluri dalam proses menuju diri yang lebih baik terhadap
pencapaian prestisius sebagai mahasiswa Strata 1 yang tentu saja masih terdapat
kekurangan yang harus direnungi, diperbaiki dan dievaluasi agar tercipta sebuah
motivasi diri yang hakiki sebagai pembelajaran diri kearah yang lebih baik.
Sebagai tanda syukur penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak akademis dan non akademis, narasumber serta
keluarga yang selalu mendukung dan memberikan arahan dalam menyelesaikan
iii
penulisan skripsi ini, dengan secara mendalam peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Dr. Arief Subhan,
MA. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik bapak Dr. Suparto, PHD. Wakil
Dekan 2 Bidang Administrasi Umum ibu Dr. Roudhonah, MA. Wakil Dekan 3
Bidang Kemahasiswaan bapak Dr. Suhaemi, MA.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi bapak Drs. Masran, M.Ag, dan kepada Sekretaris Jurusan ibu Fita
Fathurrahmah, M. Si.
3. Bapak Muhammad Zen, M.A sebagai pembimbing utama yang dengan
kesabaran, arahan, masukan, dan waktu yang diberikan sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini
4. Seluruh dosen fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang dengan
dedikasinya sebagai akademisi telah memberikan berbagai pengetahuan,
pengalaman, arahan, masukan serta bimbingan kepada penulis selama dalam
menjalani masa aktif perkuliahan.
5. Para staf pegawai dan pengurus Birokrasi Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi serta staf pegawai bagian Akademik pusat yang telah
memberikan kesempatan dan pelayanan dalam hal prosedur akademik dalam
memenuhi persyaratan kegiatan akademik campus.
6. Bapak/ibu pimpinan serta semua staf Perpustakaan Utama dan khususnya
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi, serta Perpustakaan
iv
Umum Masjid Raya Bogor yang telah membantu dalam kelengkapan teori dan
data sebagai pendukung referensi pada penulisan skripsi ini.
7. Orang tua dirumah Hj. Lina Lediana dan H. Aang Asep Saepudin yang
senantiasa mendukung secara materil maupun moril dalam penyelesaian
skripsi, serta kesabaran dan doa beliau yang tak pernah putus menjadikan
sebuah kekuatan bagi penulis untuk terus kuat dan bertahan dalam menjaga
kewajiban pada pendidikan dan tanggung jawab.
8. Lanny Mulya Nurani kakakku, Taniya Anglinawati dan Naura Zahratu
Alhumaira adikku tersayang yang telah memberikan dukungan doa dan moril
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga di Jakarta Timur, Amang dan Bibi serta para sepupuku Rahmat
Affliludin dan Yaden Nugraha dalam memberikan dukungan moril dan materil
pada masa aktif perkuliahan.
10. Seluruh pimpinan dan para staf lembaga sosial Rumah Zakat Indonesia pusat
dan cabang Bintaro
11. Teman-teman satu perjuangan prodi KPI E Angkatan 2008/2009 yang
bersimbol Multitalenta yakni Farha, Deniza, Siti Sabili, Asiyah, Anna, Nia,
Rini, Rizki, Taufan, Fiani, Ania, Azizah, Azimah, Renita, Ruri, Rangga,
Sandy, Iqbal, Rizka, Wahyu, Gilang, Jalal, Lutfi, Dayat, Akmal, dan Hilwah
yang menjadi teman baru seperjuangan dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
12. Untuk sahabat yang menjadi bagian kecil namun berarti dalam kehidupan
yaitu Irmawati, Pipit, Novita, Hotmi, Fajri, Putri, Ulfa, Siti, Tintin, Rahma,
v
Yosef, Teja, Dandan, Cicah, Inah, Putri, Teh Eva, Teh Rina, Teh Rika, Puri
dan Frida.
13. Keluarga besar Kuliah Kerja Nyata (KKN) Cadas, kota Cisarua Cimahi
Bandung tahun 2011. Semoga Kebersamaan selalu terhubung dan terjaga.
14. Semua pihak yang terlibat membantu dan mendukung baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Dan akhirnya peneliti
hanya dapat mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada
terhingga, semoga Allah membalas semua kebaikan pihak yang membantu,
baik keluarga, sahabat, dan orang lain yang menjadi bagian kecil dari sebuah
kehidupan. Amiin ya Rabbal’Alamin.
Dan akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih sangat jauh dari poin
sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna
sebagai referensi baik bagi para pembaca, peneliti lama dan baru yang sedang
menulis karya ilmiah serta segenap keluarga besar civitas akademik Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 25 April 2015
Nadia Anggraeni
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 01
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 12
1. Pembatasan Masalah ....................................................... 12
2. Perumusan Masalah ........................................................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 13
1. Tujuan Penelitian ............................................................ 13
2. Manfaat Penelitian .......................................................... 13
D. Tinjauan Pustaka................................................................... 14
E. Metodologi Penelitian........................................................... 16
1. Metode Penelitian ........................................................... 16
2. Tehnik Pengumpulan Data ............................................. 17
3. Tehnik Analisis Data ...................................................... 18
4. Lokasi Penelitian ............................................................ 19
5. Pedoman Penulisan Data ................................................ 20
F. Sistematika Penelitian........................................................... 20
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Strategi Komunikasi ............................................................. 23
1. Pengertian Strategi .......................................................... 23
2. Pengertian Komunikasi................................................... 30
3. Proses Komunikasi ......................................................... 37
4. Strategi Komunikasi ....................................................... 39
5. Tahapan Strategi Komunikasi ........................................ 43
vii
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ...................................... 49
1. Pengertian Pemberdayaan ............................................... 49
2. Pengertian Masyarakat ................................................... 51
3. Upaya Mensejahterakan Masyarakat .............................. 53
4. Konsep Gerakan Sosial ................................................... 54
5. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ................................. 54
6. Strategi Komunikasi Dalam Pemberdayaan
Masyarakat ...................................................................... 56
7. Demografi dan Geografi Bintaro .................................... 59
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT INDONESIA
A. Sejarah Berdiri ................................................................ 61
B. Visi, Misi, dan Brand Value ........................................... 65
C. Strategi Pengembangan Rumah Zakat Indonesia ........... 66
D. Struktur Organisasi Rumah Zakat Indonesia .................. 68
E. Program Pemberdayaan Rumah Zakat Indonesia ........... 69
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam
Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum
Lestari Di Kelurahan Bintaro ................................................. 75
1. Perumusan Strategi Pemberdayaan 76
2. Implementasi Strategi Pemberdayaan ............................ 79
3. Periode Evaluasi ............................................................. 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 96
B. Saran .................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah komunikasi adalah kebutuhan dalam kehidupan yang isinya
terdapat unsur bahasa, gerak tubuh, dan ekspresi dalam menyampaikan
pemikiran yang disebut sebagai pesan. Dengan mengutarakan sebuah pesan
maka terjadi suatu aktifitas percakapan antara komunikator yakni diri sendiri
dengan komunikan yaitu orang lain yang disebut dengan aktifitas makhluk
sosial yang sifatnya dasariah, sehingga pada akhirnya komunikasi menjadi
sebuah kebutuhan permanen manusia yang membentuk keberlangsungan
kehidupan makhluk sosial. 1
Sebuah strategi diperlukan dalam komunikasi, hal ini didasarkan karena
untuk mencapai tujuan dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis dan
terarah agar tujuan yang telah direncanakan dapat diterima dan dipahami oleh
masyarakat, sehingga akan berdampak baik pada lembaga sebagai pemberi
jasa dan masyarakat sebagai penerima jasa. Strategi yang spesifik menjadi
kesatuan dalam komunikasi organisasi terutama pada lembaga yang ingin
mencapai tujuan dengan cara cepat. Salah satu aspek utama pendukungnya
yakni penguasaan terhadap informasi yang disampaikan dengan baik akan
1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2007), cet ke- 21, hal. 9.
2
membuat hubungan komunikasi organisasi dengan masyarakat memberikan
hasil yang sama-sama menguntungkan.
Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi dan penguasaan terhadap
informasi harus diutamakan, karena isinya mencakup gambaran besar
mengenai program yang direncanakan seperti pengetahuan, visi dan misi, serta
isi dari tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dikemukakan oleh Evert M. Rogers
dalam bukunya komunikasi organisasi, yang menyampaikan sebuah lembaga
yang terorganisasi dengan baik serta cepat dalam mencapai tujuannya adalah
lembaga yang anggotanya memiliki pengetahuan tentang informasi dan
penguasaan baik terhadap tehnik penyampaian. 2
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya sosial dalam
memperbaiki keadaan kondisi kurang baik menjadi lebih baik, hal ini
disebabkan karena beberapa faktor yang melatarbelakangi kehidupan
masyarakat yang umumnya berada pada situasi miskin dan kurang mampu,
oleh karena itu pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan utama, yaitu
mensejahterakan kehidupan masyarakat agar memilki kehidupan yang lebih
baik dengan membuat sebuah program yang didasarkan dari berbagai aspek,
karena sudah menjadi kodrat manusia sebagai makhluk hidup untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Tujuan dari sebuah pemberdayaan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan tujuan memberikan arti kepada arah yang
hendak dicapai, artinya jika tujuan itu telah dicapai maka terhentilah proses
2 Popy Oktarini, “Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Program Majelis
Ta’lim”, (10805100082, skripsi, Jurusan KPI, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta
Syarif Hidayatullah), hal. 1.
3
tujuan tersebut dan akan dimulai kembali dengan tujuan lain yang berbeda,
karena sasaran atau tujuan dalam pemberdayaan bersifat abstrak, dan dibuat
demikian agar tetap dapat digunakan sepanjang masa, selama masyarakat atau
sebuah negara masih ada. Walau bagaimanapun abstraknya suatu tujuan
pemberdayaan harus tetap diakui bahwa ia mengandung arah, nilai-nilai, dan
moral pemberdayaan itu sendiri.3
Hal yang paling utama pada proses pemberdayaan adalah merencanakan
dan mengarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang disebut dengan tujuan
tahapan, setelah tujuan tahapan ini berhasil dicapai maka akan dilakukan
proses tahapan selanjutnya. Dalam setiap menentukan tujuan tahapan, maka
didalamnya terletak prioritas yang akan dicapai dan merupakan target
pemberdayaan yang dapat dihitung atau diukur keberhasilan maupun
kegagalannya melalui jalan evaluasi.
Wujud dari pemberdayaan terhadap masyarakat banyak macamnya, ada
yang berwujud bantuan secara langsung dalam jangka pendek dan tidak
berkesinambungan, ada pula bantuan langsung dalam jangka panjang, bantuan
langsung dalam jangka panjang adalah dengan diadakan sebuah program yang
telah direncanakan dan sifatnya berkesinambungan dengan program yang
telah dirintis diwaktu dulu seperti program Senyum lestari yang dulunya
berasal dari program Merangkai Senyum Indonesia, program ini memiliki
proses yang cukup panjang mulai dari pengamatan, peralatan yang menunjang
serta mengamati berlangsungnya kegiatan dan evaluasi.
3 H. Khailuddin, Membangun Masyarakat Tinjauan Sosiologi, Ekonomi dan
Perencanaan, (Yogyakarta: Liberti, 2000), cet ke- 2, hal. 28.
4
Salah satu anjuran yang selalu dikemukakan dalam ajaran Islam yaitu
tentang mensejahterakan kaum lemah yang selalu berada dalam kesulitan,
Islam selalu mengutamakan ajaran kebaikan yang menyangkut kehidupan
masyarakat dalam melaksanakan ibadah sosial yang disebut pula dengan
ibadah Ijtima’iah, dengan tujuan utamanya sebagai bentuk pengabdian kepada
Allah SWT dalam keikhlasan mencari keridhaan-Nya. Hal ini ditafsirkan
dalam Al-quran surat Az Zukhruf Ayat 32.
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (surat Az Zukhruf: ayat 32).4
Kemiskinan menurut persepsi Islam diakibatkan karena kegagalan kaum
muslim itu sendiri dalam menerapkan ekonomi syariah, karena menggunakan
4 Mushaf dan Terjemah Sirah Maryam (Pustaka AlFatih), Surat Az Zukhruf: Ayat 32.
5
keuntungan ekstra yang berkaitan dengan pembagian sumber penghasilan.5
Kemiskinan akibat utama dari rendahnya indeks pembangunan manusia di
Indonesia, karena secara kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih
sangat rendah secara menyeluruh, secara singkat kemiskinan memiliki sifat
yang kompleks dan kronis, oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat
dan berkelanjutan. Kebanyakan akibat yang ditimbulkan dari kemiskinan
adalah sifat lemah manusia dari ketamakan, ekploitasi tanpa penyelamatan,
kurangnya pengetahuan, ketidakadilan, kesenjangan sosial, korupsi,
penyalahgunaan distribusi yang di latar belakangi oleh masalah politik,
ekonomi, dan sosial.
Salah satu usaha konkret yang dilakukan dalam mengurangi kemiskinan
di kota - kota besar khususnya di Bintaro adalah sebuah lembaga sosial
Rumah Zakat Indonesia cabang Bintaro, yang mengelola harta dari para
donator aktif untuk hal-hal yang bersifat produktif dalam menghasilkan
keuntungan, maka keuntungan inilah yang akan memberikan manfaat dan
kemaslahatan masyarakat dalam memberdayakannya dengan tetap mengacu
pada nilai-nilai pokok syariah islam, dan menjadikannya sebagai bagian dari
gaya hidup yang bermakna dan islami.
Salah satu program yang telah dilakukan oleh lembaga Rumah Zakat
Indonesia di Bintaro adalah Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari, Program ini
merupakan program lanjutan dari program Merangkai Senyum Indonesia pada
tahun 2010 -2011. Dengan turut berkontribusi dalam melestarikan lingkungan
5 Amer al-Roubaei, “Dimensi Global Kemiskinan di Dunia Muslim Sebuah Penilaian
Kualitatif” terj, Elisabeth Diana Dewi dalam Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam,
(Jakarta: Jurnal, INSISTS bekerja sama dengan Khoirul Bayan, 2005), hal. 79.
6
hidup sebagai salah satu warisan untuk masa depan. Serta meringankan beban
sesama umat manusia yang berada dalam kesukaran, isi dari program Senyum
Lestari ini diantaranya Water Well, Kampung Berseri (Bersih, Sehat, dan
Asri), M-Net (Masjid Internet), Urban Farming, Mesjidku Merdu, KPRS
(Kavling Perumahan Masjid di Surga). Program-program sanitasi ini berjalan
dengan memberikan santunan, pembuatan sarana dan prasarana, serta
penyuluhan sebagai pelatihan pengetahuan.6
Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari memiliki komitmen menurunkan
hingga separuhnya proporsi penduduk di wilayah kecil tanpa akses terhadap
sumber air minum yang berkelanjutan serta membangun fasilitas sanitasi desa,
dengan target pada tahun 2015 proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum layak di perkotaan maupun pedesaan,
dengan pembangunan sarana penyediaan air bersih yang bersifat
berkelanjutan, penerima dapat merasakan manfaat adanya kemudahan dalam
mengakses air bersih.
Periode tahapan penerapan program Senyum Lestari ini berjalan
maksimal selama tiga tahun dan untuk periode eveluasi selama enam bulan,
adapun dalam pelaksanaannya RZI memiliki Member Relationship Officer
(MRO) yaitu pendamping warga binaan yang berfungsi sebagai pendamping,
pemberdaya, pengukur wilayah, penggerak lingkungan dan advokat
masyarakat, keberadaan pendamping warga binaan ini dirasakan sangat
penting dan menempati posisi sentral dalam menyukseskan program ini.
6 Profil Rumah Zakat Indonesia, www.rumahzakat.org, diakses tanggal 03 Desember
2014.
7
Rumah Zakat Indonesia (RZI) sebagai lembaga sosial filantropi yang
salah satunya didirikan dengan tujuan akan kebutuhan masyarakat terhadap
kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, norma-norma didalamnya telah
dibuat sebagai pedoman yang didasarkan pada nilai-nilai sosial dalam syariah
Islam. Rumah Zakat Indonesia berusaha untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
profesional, transparan dan terpercaya, dengan komitmen berani melakukan
inovasi dan edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih dengan
menfasilitasi segala bentuk kebutuhan masyarakat dengan ketulusan kepada
seluruh umat manusia. Dengan visi sebagai “Lembaga filantrofi internasional
berbasis pemberdayaan yang profesional”, dan misi “Berperan aktif dalam
membangun jaringan filantropi internasional”.7
Dipilihnya Rumah Zakat Indonesia (RZI) sebagai objek penelitian ini,
dikarenakan Rumah Zakat Indonesia merupakan lembaga sosial yang
berkomitmen pada program–program pemberdayaan masyarakat, dalam hal
ini RZI mengalokasikan dananya untuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan
lingkungan. Dengan menyalurkan donasi dalam bentuk produktif seperti
santunan, pembangunan akses fasilitas, beasiswa, menanggulangi kemiskinan
dan kelaparan, pelayanan kesehatan gratis, menggerakkan lingkungan,
penyuluhan dan lain sebagainya. Dalam setiap gerakan yang dilangsungkan
RZI menganut status kausal yang artinya gerakan sosial dapat menjadi
7 Profil Rumah Zakat Indonesia, www.rumahzakat.org, diakses tanggal 03 Desember 2014.
8
penyebab hakiki dari perubahan sosial agar dapat mengubah masyarakat
secara lebih efektif melalui mobilisasi dan organisasi. 8
Menurut Carl I. Hovland suatu komunikasi merupakan proses
komunikator dalam menyampaikan pemikiran kedalam bentuk kata-kata yang
disebut dengan informasi yang bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, dan
tingkah laku. Setiap organisasi harus memiliki suatu penyataan tujuan dan
sasaran sebagai pedoman utama bagi manajemen dan para staf. Dalam
konteks fungsi organisasi secara spesifik yaitu, memberikan pedoman pada
anggota masyarakat dalam hal bersikap dan bertingkah laku dalam
menghadapi masalah, menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan,
memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial yang artinya sistem pengawasan terhadap tingkah laku
para anggotanya.
Perkembangan teknologi mempengaruhi komunikasi untuk menjadi
kesatuan yang saling mengisi, dan mendorong berkembangnya ilmu
komunikasi kedalam ilmu interaksi sosial. Perkembangan konsep tersebut
sekaligus menjadikan peran komunikasi dalam aktivitas pemberdayaan
masyarakat menjadi strategis. Strategi dalam pemberdayaan masyarakat dapat
membantu mempublikasikan program sosial sebagai usaha dalam
membangun masyarakat dan dapat memperkuat pesan citra RZI sebagai
lembaga sosial yang profesional.
8 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif
Islam, (Tangerang: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), cet ke- 1, hal. 222.
9
Strategi dalam sebuah lembaga dibutuhkan agar langkah-langkah yang
dilakukan untuk kepentingan lembaga bisa terarah dan mencapai tujuan
dengan baik dan cepat. Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “Dimensi-
dimensi Komunikasi” menyimpulkan bahwa:
Strategi komunikasi merupakan suatu langkah yang telah direncanakan
untuk mencapai tujuan dengan menggunakan program kegiatan, pesan, dan
media tertentu. Suatu strategi komunikasi adalah perpaduan dalam
perencanaan komunikasi dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, oleh
karena itu diperlukan strategi komunikasi untuk menunjukkan arah
bagaimana suatu operasional dapat bekerja dengan baik dengan melakukan
pendekatan pada situasi dan kondisi”.9
Dalam strategi komunikasi diperlukan informasi dalam pengendalian
lingkungan. Pertama, informasi dapat menambah pengetahuan kemampuan
seseorang dalam mengendalikan lingkungan. Kedua, tersedianya informasi
memberikan kekuatan dan kemampuan tertentu, biasanya apabila kekurangan
informasi yang relevan maka usaha untuk mengendalikan lingkungan hanya
sebagian saja yang tercapai, akibatnya manfaat yang akan dirasakan menjadi
tidak maksimal. Kesuksesan dan kegagalan dalam mengendalikan lingkungan
mempengaruhi perkembangan lembaga yang bersangkutan.10
Dukungan media akan membantu memberikan peluang keberhasilan
pada penyampaian informasi, dukungan media digunakan sebagai alat yang
9 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Percetakan Offset
Alumni, 1981), hal. 84. 10
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 1994), hal. 70.
10
bersifat alternative untuk memasarkan program dan tujuan. Media memiliki
cakupan yang sangat luas dan tidak dapat diukur serta bukan sebagai media
tradisional. Yang lebih bermakna media sebagai wadah dalam memenuhi rasa
keingintahuan pelaku atau konsumen sebagai makhluk sosial. Menurut
Garnham dan Smythe, Media bekerja dengan tiga konsep salah satunya
menekankan informasi pada aspek makna, efek, dan ideologi. 11
Komunikasi kelompok yang disebut dengan macrogroup bersifat lebih
formal, kelebihannya lebih terorganisir dan lebih terlembagakan sehingga
memiliki kesatuan secara psikologis, interaksi dan sosiologis. Memiliki
tujuan bersama dalam melakukan interaksi satu sama lain, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang bagian kelompok lain sebagai bagian darinya.
Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antar
pribadi karena pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima
pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal.
Pada kenyataannya dalam komunikasi kelompok, para anggota sosial harus
lebih memahami kebutuhan masyarakat, karena hal tersebut akan
mempengaruhi proses interaksi sosial dalam berkomunikasi dan
menyampaikan informasi.12
Memberdayakan masyarakat berarti memperkuat posisi rakyat
kalangan bawah terhadap kekuatan tekanan hidup dalam berbagai sektor
kehidupan, pemberdayaan masyarakat berarti mengembangkan,
memandirikan, dan menswadayakan. Sehingga dapat memperkuat kapasitas
11
Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations, (Jakarta: PT
Indeks, 2011), cet ke- 2, hal. 29. 12
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, hal. 55-57.
11
dan otonomi mereka dalam mengelola potensi sumber daya manusia dan
lingkungan secara optimal dan berkesinambungan sebagai jalan untuk
menjamin kelangsungan hidup saat ini dan nanti, dengan demikian secara
kualitas akan meningkat, dinamika sosial, dan lingkungan akan berkembang
sehingga potensi sumber daya alam terjamin kelestariannya.13
Rumah Zakat Indonesia membangun masyarakat dengan melakukan
upaya pemberdayaan kepada masyarakat kurang mampu yang mengalami
permasalahan sanitasi berupa sarana dan prasarana serta kebutuhan pokok
hidup. Strategi yang digunakan salah satunya dengan merencanakan program
Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari. Dana yang diperoleh dari para donatur
aktif baik secara tunai maupun non-tunai dialokasikan untuk program
produktif sosial yang sifatnya berkesinambungan.
Pada penelitian ini penulis ingin menitikberatkan pada aspek strategi
komunikasi yang dilakukan Rumah Zakat Indonesia dalam membangun dan
memberdayakan masyarakat lewat kegiatan sosial yang berkelanjutan.
Berdasarkan alasan yang diuraikan diatas, peneliti bermaksud melakukan
penelitian tersebut dengan judul “Strategi Komunikasi Rumah Zakat
Indonesia Dalam Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada
Program Senyum Lestari di Kelurahan Bintaro”
13
Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi, (Jakarta: CSIS, 1996), hal. 97.
12
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Adapun pembatasan masalah dan perumusan masalah berdasarkan latar
belakang diatas sebagai berikut:
1. Pembatasan Masalah
a. Pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada hal-hal
sebagai berikut: Berusaha terfokus pada Strategi Komunikasi yang
meliputi beberapa hal yakni Melalui Perumusan Strategi, Implementasi
Strategi, dan Evaluasi Strategi.
b. Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia yaitu Strategi yang
dilakukan oleh Rumah Zakat dalam menginformasikan program
Berbagi Itu Gaya Senyum Lestari.
c. Lembaga yang difokuskan pada penelitian ini adalah Rumah Zakat
Indonesia yang berada di Jalan Turangga No.25 C Bandung Telp:
(022) 733 2407 dan cabang Bintaro di Jalan Mandar Raya Blok DD
no. 12 Bintaro Tangerang Selatan. Email: [email protected],
facebook: rumah@rumahzakat dan twitter: @rumahzakat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti menjadikan
perumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam
Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Pada Program Berbagi Itu Gaya
Senyum Lestari di Kelurahan Bintaro?
13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi Rumah Zakat Indonesia
dalam pemberdayaan lingkungan masyarakat pada program senyum lestari
di Kelurahan Bintaro.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini di harapkan dapat memperkaya dan menambah teori-teori
komunikasi yang berkaitan dengan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan
umumnya pada Fakultas Ilmu khusus lain dan Ilmu Komunikasi.
Dan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan
oleh Rumah Zakat Indonesia dalam meningkatkan penggunaan media
untuk mempublikasikan program Senyum Lestari sebagai salah satu
upaya sosial dalam pemberdayaan lingkungan masyarakat di Kelurahan
Bintaro.
b. Manfaat Praktisi
Penelitian ini di harapkan mampu memberikan saran dan masukan bagi
para pelaku subjek penelitian mengenai strategi komunikasi yang baik
dalam mensosialisasikan program pemberdayaan lingkungan kepada
masyarakat sehingga dapat mengindentifikasi strategi yang baik dan
tepat untuk digunakan.
14
c. Manfaat Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai kebaikan agar ikut
menjadi bagian dalam upaya mensejahterakan masyarakat khususnya
dalam konteks pemberdayaan sosial lingkungan.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
unsur plagiat, peneliti sebelumnya menjadikan acuan dan tinjauan pustaka
terkait materi strategi komunikasi diantaranya, yaitu14
:
Skripsi Mas Deden Bahrudin, dengan judul Pemberdayaan Masyarakat
Miskin Melalui Optimalisasi Zakat (Studi Kasus Keberadaan Badan Amil
Zakat BAZ di Kota Depok). Fakultas Dakwah dan ilmu komunikasi, Jurusan
pengembangan masyarakat islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2011. Persamaan dalam skripsi ini adalah kesamaan dalam membahas
pemberdayaan masyarakat dan yang membedakan pada skripsi ini yakni
program sosial yang dijadikan sebagai pemberdayaan masyarakat, lembaga
penelitian, serta sasaran dari penelitian.
Dalam skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Tabung Wakaf
Indonesia Dalam Mempromosikan Wakaf Produktif Di Daerah Jakarta
Selatan milik Deniza Anggia Ayu, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2012. Kesamaan
dalam skripsi ini adalah pembahasan mengenai konteks strategi komunikasi
14
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15
dan perbedaannya terlihat dari program penelitian, lembaga penelitian, serta
daerah yang dijadikan penelitian.
Skripsi lain yang dijadikan tinjauan pustaka adalah skripsi dengan judul
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bantuan Pinjaman Dana Bergulir Oleh
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di
Kelurahan Pondok Betung Tangerang milik Lukman Hakim, Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2009, Persamaanya adalah
pembahasan terhadap konteks pemberdayaan masyarakat serta perbedaannya
adalah program yang diaplikasikan, lembaga yang dijadikan objek, dan kota
atau daerah yang dijadikan penelitian.
Skripsi lainnya dengan judul Strategi Fundariasing Program
Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat oleh
Nurlaelatul Afifah Fakultas Syariah dan hukum, Jurusan Muamalat tahun
2011. Skripsi ini mendefinsikan bagaimana aplikasi Senyum Mandiri sebagai
upaya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, persamaanya terdapat pada
lembaga yang sosial yang dijadikan objek, dan perbedaanya terdapat pada
aplikasi program yang diteliti serta strategi yang digunakan.
Skripsi lainnya milik Amin, M. Dzikril dengan judul Strategi
Komunikasi Dompet Dhuafa Republika Dalam Sosialisasi Zakat. Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Tahun
2008. Persamaan pada skripsi ini membahas mengenai konteks strategi
komunikasi, sedangkan perbedaannya terdapat pada lembaga sosial yang
16
diteliti, serta program yang dijadikan penelitian. Demikian perbedaan pokok
bahasan atau materi antara penulis dengan skripsi terdahulu.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Jenis penelitian lapangan yang digunakan adalah penelitian deskriptif
yaitu metode penelitian yang menggambarkan kondisi yang menjadi masalah
yang didukung dengan data-data teoritis maupun dokumenter untuk
dianalisis dan melahirkan solusi. Jenis data yang digunakan pada penelitian
ini meliputi data primer sebagai bahan utama yang bersumber dari Rumah
Zakat Indonesia dan data sekunder yaitu data pendukung yang dapat
memperkaya data penelitian. Ciri utama dalam penelitian ini menitikberatkan
pada observasi yang bersifat alamiah, peneliti memposisikan dirinya sebagai
pengamat yang mengamati perilaku, gejala yang timbul, dan menuliskannya
dalam bentuk laporan.
Tujuannya untuk mengumpulkan informasi secara terperinci dari
kondisi yang terjadi, mengidentifikasi masalah didalamnya, membuat
perbandingan dan evaluasi, sehingga masalah yang dihadapi oleh mereka
dapat membuat kita merasakan hal yang sama dan belajar dari pengalaman
mereka untuk membuat rencana dan keputusan yang lebih baik pada waktu
yang akan datang.15
15
Jalalludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), cet ke- XIII, hal. 25.
17
2. Tehnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap fenomena sosial dan
gejala psikis yang disengaja dengan jalan pengamatan dan pencatatan,
menurut Marshall dengan melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku dan makna dari perilaku itu sendiri. Dalam hal ini peneliti
mengunakan metode dengan pendekatan partisipatif dan observasi terus
terang atau tersamar.
Pada observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan penelitian
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian, data yang akan diperoleh lebih detail dan sampai mengetahui
pada tingkat makna dari setiap perilaku yang terlihat. Sedangkan
observasi terus terang yang digunakan, peneliti dalam melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa
mereka mengetahui aktivitas yang dilakukan yaitu untuk penelitian
dalam mencapai tujuan peneliti.
Tetapi pada suatu waktu peneliti juga tidak terus terang atau
tersamar dalam observasi, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan,
kemungkinan jika penelitian dilakukan dengan terus terang maka
peneliti tidak akan diijinkan untuk mendapatkan data.16
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung,
Alfabeta, 2011), hal. 310.
18
b. Wawancara
Wawancara ini dilakukan oleh penulis agar memperoleh data
yang objektif mengenai strategi komunikasi dan program
pemberdayaan lingkungan masyarakat dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara langsung kepada narasumber tentang segala sesuatu
yang berkaitan langsung dengan penelitian.
c. Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data yang diperoleh dari catatan yang telah
tersedia atau dibuat oleh pihak lain dan bersifat teoritis seperti buku-
buku yang bersangkutan, dokumen formal, brosur, artikel, jurnal, video,
dan lain sebagainya yang disusun secara sistematis. Tehnik
pengumpulan data seperti ini disebut dokumenter yang terdiri dari data
primer maupun sekunder, data dokumentasi diklasifikasikan kedalam
beberapa bagian untuk memudahkan proses analisa.17
Semua
dokumentasi dalam penelitian ini berasal dari Rumah Zakat Indonesia,
perpustakaan, internet, atau lembaga lain yang dapat dijadikan analisa
dalam penelitian ini.
3. Tehnik Analisis Data
Pada tahap analisis data, peneliti menggunakan metode analisis
kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui makna
dibalik fakta, yang bertujuan menjelaskan fenomena lebih dalam melalui
pengumpulan data. Pendekatan kualitatif menurut Lexy, J. Moeleong
17
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat, Kalam Indonesia, 2005), cet ke- 1, hal.
129.
19
penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati sebuah fakta dengan mencari
data-data lapangan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode
alamiah.18
Menurut Bogdan dan Taylor menggambarkan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata yang tertulis dari lisan orang-orang yang diamati dan
bersifat autentik.19
Pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami
strategi komunikasi oleh Rumah Zakat Indonesia dalam usaha untuk
memberdayakan masyarakat, dalam hal ini peneliti berusaha memahami
dan menggambarkan langkah dan upaya yang dilakukan oleh Rumah
Zakat dalam memberdayakan masyarakat di daerah Bintaro. Untuk
penelitian tersebut peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, objek
dalam data kualitatif adalah objek yang alamiah, dimana peneliti berperan
sebagai instrument kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan secara
gabungan dan bersifat induktif. 20
4. Lokasi Penelitian
Lembaga sosial yang dijadikan tempat pengamatan adalah
Lembaga Rumah Zakat Indonesia di Jalan Turangga No. 25 C Bandung
Telp: (022) 733 2407 dan cabang Bintaro di Jalan Mandar Raya Blok DD
no. 12 Bintaro Tangerang Selatan. Email: [email protected]
18
Suyadi, Libas Skripsi Dalam 30 Hari, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), cet ke- 1, hal. 62 19
Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1993), cet ke- 10, hal. 03. 20
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet ke- 1, hal.
01.
20
5. Pedoman Penulisan Data
Dalam penulisan penelitian ini, penulis mengacu pada beberapa
buku pedoman untuk referensi penulisan seperti pada buku Penulisan
karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid Nasuhi dkk, yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center of Quality Development And Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi
(Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian) yang
disusun Prof. Dr. Hamidi, M.si. yang diterbitkan oleh UMM Press Malang
2010. Dan Keterampilan Berbahasa Indonesia yang disusun oleh Dra. Hj.
Siti Sahara dkk yang diterbitkan oleh FITK Press UIN Syarif HIdayatullah
Jakarta tahun 2009.
F. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan skripsi ini,
peneliti membuat sistematika penulisan secara gambaran umum sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah yang menjelaskan kondisi permasalahan
yang terjadi dan membatasi serta merumuskan permasalahan.
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian yang
digunakan, Tinjauan Pustaka sebagai bahan perbandingan referensi
dan Sistematika Penelitian yang menjadi gambaran umum dalam
penulisan.
21
BAB II KERANGKA TEORITIS
Menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari permasalahan pada
penelitian untuk digunakan dalam penulisan skripsi yang bertujuan
untuk menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh dari
berbagai sumber referensi seperti buku-buku yang bersangkutan,
jurnal, artikel, dan data-data dari internet yang jelas akan
sumbernya. Landasan fokus pada skripsi ini yakni pengertian
strategi komunikasi, konsep pemberdayaan masyarakat, dan
program Senyum Lestari sebagai program pembahasan.
BAB III PROFIL RUMAH ZAKAT INDONESIA
Membahas tentang latar belakang berdirinya Lembaga Sosial
Rumah Zakat Indonesia dan perkembangannya sejauh ini, Visi dan
Misi Rumah Zakat Indonesia, Struktur Organisasi Rumah Zakat
Indonesia, Profil Program Sosial Pemberdayaan Rumah Zakat
Indonesia serta Keunggulan dan Kelebihan Program Berbagi Itu
Gaya Senyum Lestari.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Membahas hasil temuan penelitian dan analisis data yang diperoleh
dari Rumah Zakat Indonesia tentang penerapan Strategi
Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan
Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum Lestari Di
Kelurahan Bintaro.
22
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran dari seluruh aspek
permasalahan yang menjadi topik pembahasan pada penulisan
skripsi.
23
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Strategi Komunikasi
1. Strategi
a. Pengertian Strategi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah ilmu
siasat atau akal muslihat untuk mencapai suatu maksud dan tujuan
yang telah direncanakan.1
Konsep strategi didefinisikan sebagai cara untuk mencapai tujuan
(ways to achieve ends). Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan
(planning), dan manajemen (management) untuk mencapai suatu
tujuan, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. 2
Konsep strategi ini sesuai dengan perkembangan awal
penggunaan konsep strategi yang digunakan dalam dunia militer.
Kemudian arti strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi
termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.3
1 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Surabaya: Pustaka
Amelia, 2002), cet ke- 1, hal. 491. 2 Onong U. Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Percetakan Offset
Alumni, 1981), hal. 84. 3 Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung:
Pustaka Setia, 1997), hal. 76.
24
Secara umum strategi mempunyai pengertian yaitu sebagai
suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan, dalam menetapkan strategi harus didahului oleh
analisis kekuatan lawan yang meliputi jumlah personal, kekuatan, dan
persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh, dan lain sebagainya.4
Pengertian strategi menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
1) William F. Gluek
Strategi merupakan suatu rencana yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan pokok suatu lembaga dapat dicapai,
rencana yang dipersatukan secara konprehensif dan terintegrasi
dapat menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau
lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk
meyakinkan bahwa sasaran perusahaan akan tercapai.5
2) George Steiner dan John Miner
Strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran
organisasi dengan meningkatkan kekuatan eksternal dan internal,
perumusan kebijakan dan implementasinya secara cepat sehingga
tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.6
4 Abu Ahmad Dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal.
11. 5 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hal. 25.
6 George Steiner dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2012),
hal. 70.
25
3) Mintzberg
Strategi adalah sebuah pola menunjukkan adanya serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengejar sebuah
tujuan.7
4) Sondang Siagian
Strategi adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya, dan
tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntutan perubahan
lingkungan.8
5) Syarif Usman
Strategi adalah kebijakan untuk menggerakkan dan membimbing
seluruh potensi kekuatan, daya serta kemampuan bangsa untuk
mencapai kemakmuran dan kebahagian.9
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai pengertian strategi maka penulis menyimpulkan strategi
adalah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan yang di dalamnya
mencakup berbagai keputusan strategis agar sebuah lembaga mampu
menghadapi perubahan lingkungan dalam jangka panjang.
7 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hal. 26.
8 Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi,
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet ke- 2, hal. 17. 9 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam,
(Jakarta: Firma Jakarta, 2000), hal. 6.
26
b. Fungsi Strategi
Strategi memiliki dua fungsi yaitu pertama dengan
menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informasi, persuatif,
dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil
yang optimal, kedua menjembatani “cultural gap” yaitu kondisi yang
terjadi akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan
akan merusak nilai-nilai yang dibangun 10
c. Kategori Strategi
Mintzberg (1991) membagi strategi sebagai sebuah pola ke dalam
lima kategori yaitu: Strategi yang direncanakan perusahaan melalui
proses perencanaan (Intended Strategy) yang diterjemahkan kedalam
suatu tindakan strategi yang disengaja (Deliberate Strategy) dan sering
kali berubah menjadi strategi yang tidak dapat direalisasikan
(Unrealized Strategy) akibat terjadinya perubahan lingkungan
perusahaan. Sebaliknya strategi yang tidak dimaksudkan sebelumnya
dapat muncul menjadi alternatif strategi (Emerging Strategy) yang
apabila diimplementasikan perusahaan dapat menjadi strategi yang
dapat direalisasaikan (Realized Strategy).11
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 33. 11
Ismail Solihin, Manajemen Strategik, hal. 26.
27
Deliberate Strategy
Unrealized Strategy Emerging Strategy
Strategi sebagai pola (Strategy as a Pattern)12
d. Tahapan-Tahapan Strategi
Terdapat tiga konsep dalam proses strategi, yaitu:13
1) Perumusan Strategi
Termasuk mengembangkan tujuan, mengenali peluang dan ancaman
eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan
suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif serta memilih
strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
2) Implementasi Strategi
Termasuk menciptakan organisasi yang efektif, menyiapkan
anggaran, mengembangkan, dan memanfaatkan sistem informasi
yang diterima. Tahap ini sering pula disebut tahap tindakan karena
implementasi berarti memobilisasi manusia yang ada dalam sebuah
organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi
tindakan.
12
Mintzberg, Quinn, Brian etc, The Strategy Process: Concepts, Contexts, Cases,
(Prentice Hall, 1991), page. 14. 13
Fred David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1998), hal.
5-6.
Intended
Strategy
Realized
Strategy
28
3) Evaluasi Strategi
Merupakan tahap terakhir dari langkah-langkah strategi. Ada tiga
aktifitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:
a) Maninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi yang ada.
b) Mengukur prestasi dengan membandingkan hasil yang
diharapkan dengan kenyataan.
c) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai rencana.
e. Faktor-Faktor Strategi14
1) Lingkungan
Lingkungan tidak pernah berada pada suatu kondisi dan selalu
terjadi perubahan yang dipengaruhi sangat luas terhadap segala
sendi kehidupan manusia. Sebagai individu dan masyarakat, tidak
hanya kepada cara berfikir, tetapi juga tingkah laku, kebiasaan,
kebutuhan, dan pandangan hidup.
2) Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi mencakup segala sumber dan daya
kebijakan organisasi yang ada.
3) Kepemimpinan
Seorang pemimpin adalah orang yang tertinggi dalam mengambil
suatu keputusan. Oleh karena itu, pemimpin dalam menilai
14
Sondang P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), cet ke- 2,
hal. 9.
29
perkembangan yang ada dalam lingkungan, baik internal ataupun
eksternal sangat berbeda.
Strategi yang direncanakan, difokuskan, dan dikonsepkan
dengan baik, dapat menghasilkan pelaksanaan yang disebut dengan
strategi, oleh karena itu agar strategi berjalan baik dan tujuan
tercapai, harus memperhatikan konsep dasar berikut:
1) Strength (Kekuatan)
Memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya
menyangkut manusia, dana serta beberapa peralatan yang
dimilikinya.
2) Weakness (Kelemahan)
Memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan
menyangkut aspek-aspek sebagaimana kekuatan, misalnya kualitas
sumber daya manusia, dana, dan lain sebagainya.
3) Opportunity (Peluang)
Melihat seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar,
sehingga peluang yang sangat kecil pun dapat diterobos.
4) Threats (Ancaman)
Memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman, baik dari luar
maupun dari dalam. Ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi
secara baik. Dengan mengetahui ancaman, organisasi diharapkan
dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak
menjadi kenyataan. Ancaman dapat berupa gangguan baik itu berada
30
didalam saluran, audiens, pengirim atau pesan itu sendiri yang
menyebabkan maksud pesan menjadi tidak jelas. Oleh karenanya
membatasi jumlah informasi yang diinginkan dapat menjadi
alternatif untuk mengurangi gangguan.15
2. Komunikasi
a. Pengertian komunikasi
Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
yaitu “Communicare” yang artinya berbicara, menyampaikan pesan,
informasi, pikiran, perasaan, gagasan, dan pendapat yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain yang mengharapkan jawaban, tanggapan,
maupun arus balik (feedback) dari orang yang diajak bicara. Komunikasi
menurut bahasa Latin lainnya adalah “Communicati” kata sifatnya
“Communis” yang berarti “sama” dan dalam bahasa Inggris yaitu
“Communication” dengan kata sifatnya “Commonness” keduanya
diartikan “pemberitahuan”. Yang artinya bersama-sama diantara dua
orang atau lebih yang berbicara mengenai kebersamaan, kepentingan,
keinginan, pengetahuan, kepemilikan, dan gagasan.16
Adapun pengertian komunikasi secara istilah diantaranya
dikemukakan oleh sebagian para ahli di bidang komunikasi yaitu:
15
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), hal. 13. 16
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 32.
31
1) C.I. Hovland, 1970, komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah
rangsangan dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan, seorang
komunikator mampu mengubah perilaku individu lainnya atau
komunikan.17
Dalam penerapan pada proses kegiatan lembaga, manajemen
memberikan Informasi pada media massa dan cetak serta menunjuk
seorang humas yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik
sebagai tindakan rangsangan komunikasi.
2) Harold D. Lasswell, 1948, mengatakan bahwa komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” dan
mengatakan “apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan dengan
akibat atau hasil apa (Who? Says what? In which channel? To whom?
With effect) formula Lasswell ini mengkaji lebih jauh mengenai
pertanyaan “efek apa yang diharapkan” komponan-komponen dari
pertanyaan itu adalah (When? How? Why?) yaitu “kapan
dilaksanakannya”, “bagaimana melaksanakannya” dan “mengapa
dilaksanakan demikian”.18
Model ini bersifat Linier, melihat komunikasi sebagai transmisi pesan
memunculkan efek bukan makna. Efek menunjukkan sebuah
perubahan yang dapat diamati dan diukur dari penerima yang
disebabkan oleh elemen-elemen dari proses komunikasi yang bisa
diidentifikasikan. Perubahan satu dari elemen tersebut akan
17
Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 1994), cet ke- 1, hal. 25. 18
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, hal. 34.
32
mengubah efek seperti kita bisa mengubah pengirim, mengubah
pesan, mengubah saluran, dan lainnya, perubahan dari masing-
masing elemen tersebut akan menciptakan perubahan yang sesuai
terhadap efek dari masing-masing elemen.19
Proses yang menjelaskan tentang:
a. Siapa Lembaga Rumah Zakat yang memiliki struktur
manajemen visi dan misi.
b. Mengatakan“Apa” Memiliki keinginan untuk memperbaiki kondisi
tertentu dengan membuat program pemberdayaan
berbasis lingkungan.
c. Saluran “Apa” Menyebarkan informasi dengan memanfaatkan
saluran media massa dan media cetak.
d. Kepada “Siapa” Masyarakat Umum sebagai donatur dan relawan
Masyarakat Khusus sebagai penerima jasa
bantuan/wilayah mereka yang akan diperbaiki.
e. Dengan
hasil/akibat apa
Kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera dan lebih
baik atas hasil dari program sosial tersebut
f. Kapan
dilaksanakannya
Ketika masyarakat berada dalam kondisi
membutuhkan pertolongan.
g. Bagaimana
melaksanakannya
Mengikuti tahapan mulai dari perumusan program,
implementasi, dan evaluasi.
19
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), hal. 50.
33
h. Mengapa
dilaksanakan
demikian
Agar teratur dalam pelaksanaannya dan tetap pada
jalur tujuan yang disepakati sehingga hasil yang
dicapai terwujud.
3) Everett M. Rogers, 1981 mendefinisikan sebagai proses arus
komunikasi berjalan searah dari komunikator ke komunikan. Inisiatif
untuk mengkomunikasikan pesan datang dari komunikator dan
komunikan hanya menerima pesan, diharapkan pesan yang diterima
komunikan dapat mengubah perilakunya.
Proses arus komunikasi lembaga yang searah antara pimpinan dan
anggota, serta hubungan masyarakat dengan publik, yang ditekankan
disini adalah inisiatif untuk memunculkan komunikasi datang dari
lembaga dengan harapan informasi yang diberikan dapat mengubah
perilaku masyarakat.
4) D. Lawrence Kincaid, 1981 dalam buku Communication Networks
merumuskan komunikasi baik komunikator maupun komunikan
sebagai partisipan sama-sama aktif dalam merumuskan isi pesan
yang dapat dimengerti dan disetujui oleh kedua belah pihak. Ini
merupakan ciri komunikasi dua arah, yakni isi pesan bukan hanya
dimengerti oleh salah satu pihak saja (Komunikator) tetapi oleh
34
kedua-duanya, dengan demikian efek komunikasi yang diharapkan
dapat tercapai dengan baik.20
Tahapan terjadinya sebuah komunikasi lahir dari sebagian opini
publik yang melihat bahwa ada suatu masyarakat yang sedang
membutuhkan pertolongan dari segi lingkungan dan disampaikan
salah satunya kepada lembaga untuk dipertimbangkan menjadi
bantuan. Kemudian lembaga menindak lanjuti dengan
mendiskusikan, mancari data-data dan donatur, yang pada akhirnya
informasi secara keseluruhan dikembalikan kepada masyarakat
melalui publikasi informasi.
5) Gerald R. Muler dan Mark Steinberg merumuskan definisi
komunikasi yang begitu singkat tetapi padat yaitu Intensional artinya
komunikator dalam menyampaikan pesan kepada pihak lain
mempunyai maksud tertentu. Transaksional artinya pengetahuan
yang diperoleh manusia berdasarkan hasil suatu transaksi informasi,
Prosesual yaitu adanya interaksi yang berkesinambungan dari
sejumlah variable dan yang terakhir adalah simbolik yaitu lambang
berdasarkan konvensi yang digunakan untuk mewakili sesuatu baik
kata-kata lisan maupun tertulis.21
a. Intensional Orang yang diberikan wewenang oleh
lembaga menyampaikan pesan dengan
20
Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:
Universitas Terbuka Depdikbud, 1994), cet ke- 9, hal. 26. 21
Ibid, hal. 26-30.
35
maksud mengajak masyarakat untuk ikut
terlibat dalam proses kegiatan sosial.
b. Transaksional Masyarakat memberikan informasi kepada
lembaga dan lembaga mengolah
informasi.tersebut menjadi pengetahuan.
c. Prosesual Terjadi hubungan yang saling barkaitan
dalam variable, variable disini seperti
pengalaman. Pengalaman dalam
berkomunikasi atau dalam proses kerja akan
berbeda setiap waktu, setiap proses, dan
kondisinya
d. Simbolik Rumah Zakat menggunakan lambang rumah
dan cinta untuk mewakili tujuan sebagai
tempat tinggal yang memberikan pertolongan
dengan cinta dan kasih sayang.
6) Sedangkan definisi menurut pakar komunikasi Indonesia Onong
Uchjana yaitu proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat,
atau perilaku baik secara langsung dengan lisan maupun tidak
langsung melalui media 22
22
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), cet ke- 7, hal. 5.
36
Publik relation yang diberikan wewenang memberitahukan informasi
kepada publik dengan tujuan dapat berpartisipasi sebagai donatur
maupun relawan dengan secara langsung berbicara atau membuat
berita, artikel, dan selembaran melalui media massa dan cetak.
Kesimpulan dari sebagian definisi yang dikemukakan oleh para ahli
diatas adalah komunikasi merupakan mekanisme dimana terdapat
hubungan antarmanusia yang melakukan interaksi dengan pesan, suara,
lambang pikiran, simbol yang mencakup ekspresi wajah, sikap, gerak
gerik, dan suara baik secara tertulis, terlihat, maupun terdengar.
b. Unsur-unsur Komunikasi
Unsur pokok dalam komunikasi yaitu manusia, alat (benda) dan
pengertian. Manusia disini berfungsi sebagai sentral, yakni menentukan
bentuk komunikasi, peralatan komunikasi yang akan digunakan serta
pengertian yang akan dikomunikasikan. Pengertian disini dapat berupa
lambang-lambang atau simbol yang dapat dimengerti oleh penyampai
informasi dan penerima. Komunikasi akan berlangsung dengan baik dan
mencapai sasaran apabila baik komunikator dan komunikan mempunyai
lambang yang sama atau kesepakatan tentang isyarat yang digunakan.23
Penegasan tentang unsur-unsur dalam komunikasi dapat dirinci
sebagai berikut:
1) Sender: menyampaikan pesan kepada satu orang atau sejumlah orang.
23
H. Khairuddin, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 87-
88.
37
2) Encoding: proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang atau
gambar.
3) Message: pesan yang berupa lambang bermakna yang disampaikan
oleh komunikator.
4) Media: saluran komunikasi tempat pesan lewat dari komunikator ke
komunikan.
5) Decoding: pengawasan terhadap proses pesan dalam menetapkan
makna pada lambang yang disampaikan.
6) Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7) Response: tanggapan atau reaksi pada komunikan setelah pesan
diterima.
8) Feedback: umpan balik, yaitu tanggapan komunikan terhadap pesan
yang diterima.
9) Noise: gangguan diluar pengawasan dalam proses komunikasi seperti
tidak ada kesamaan makna pada pesan dari komunikator atau
kesalahpahaman.
c. Proses Komunikasi
Proses komunikasi diklasifikan sebagai Verbal Communication dan
Non-Verbal Communication.
1) Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
lambang bahasa, ini mencakup komunikasi dengan bahasa lisan
maupun bahasa tulisan. Bahasa adalah lambang yang paling banyak
digunakan dalam komunikasi, karena selain mewakili kenyataan yang
38
objektif juga mewakili hal yang abstrak seperti ide, informasi atau
opini. Bahasa memegang peranan yang sangat penting terutama pada
zaman ini, media massa surat kabar, majalah, film, radio, dan televisi
yang menghendaki penggunaan bahasa dengan cara dan gaya yang
berbeda
Manajemen dalam lembaga menggunakan komunikasi verbal ini
untuk mendapatkan keputusan, hal ini berdasarkan pada ide dari para
anggota yang didiskusikan, informasi yang didapatkan atau opini
yang sedang berkembang, pada proses komunikasi bahasa secara
tidak formal dinilai lebih nyaman dari bahasa formal yang cenderung
kaku.
2) Komunikasi non-verbal adalah komunikasi dengan gejala yang
menyangkut gerak-gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi muka
(facial expressions) melalui gambar. Gambar adalah lambang lain
yang digunakan komunikasi non verbal untuk menyatakan suatu
pikiran dan perasaan, pada masa tertentu gambar bisa lebih efektif
dari pada bahasa contohnya seperti televisi yang dapat memberikan
kita informasi dilihat dan didengar. Dalam prakteknya komunikasi
verbal dan non verbal saling mengisi untuk memperoleh efektivitas
artinya media massa akan efektif bila berdampingan dengan bahasa.24
Komunikasi non-verbal juga menjadi bagian dari proses komunikasi
di lembaga Rumah Zakat, lembaga menggunakan gambar pada
24
Onong U. Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Penerbit Alumni
Press, 1981), hal. 28-31.
39
brosur, majalah, pamflet, reklame sebagai media percetakan dalam
menyatakan pikiran dan ide, hal ini sifatnya sederhana karena dapat
ditemui diberbagai tempat. Internet dan televisi digunakan sebagai
informasi bergerak, dalam televisi menggunakan format iklan namun
sifatnya terbatas karena diputar hanya sesekali tanpa ada
pemberitahuan, sedangkan Internet membutuhkan jaringan dan
perangkat untuk dapat mengaksesnya walau tanpa ada batasan waktu.
Guna mendapatkan efektivitas, bahasa yang digunakan berupa slogan
dan ajakan dengan kata-kata yang mudah dipahami dan
menerjemahkan secara sederhana jika terdapat istilah kata yang rumit
maknanya contohnya padanan kata zakat An-Numuw yang
diterjemahkan zakat yang tumbuh dan berkembang.
3. Strategi Komunikasi
a) Pengertian Strategi Komunikasi
Anwar Arifin dalam bukunya “Strategi Komunikasi”
menyatakan strategi komunikasi merupakan keseluruhan keputusan
kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai
tujuan, jadi dalam merumuskan strategi komunikasi selain diperlukan
rumusan tujuan yang jelas, juga harus memperhitungkan kondisi dan
situasi khalayak.25
25
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, (Bandung: PT. Amrico, 1984), hal. 59.
40
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukan
arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik
operasionalnya. Dengan kata lain, bahwa pendekatan yang digunakan
bisa berbeda-beda tengantung pada kondisi dan situasi, strategi
komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi
(communication management) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.26
Pada kesimpulannya strategi komunikasi adalah kesatuan dari
dua komponen perencanaan dan manajemen dalam mencapai tujuan
dengan memperhitungkan kondisi dan situasi yang dihadapi sekarang
dan dimasa depan untuk menciptakan perubahan pada diri masyarakat.
b) Tujuan Strategi Komunikasi
Tujuan komunikasi secara umum adalah untuk mencapai
sejumlah perubahan pengetahuan (Knowlage Change), perubahan sikap
(Attitude Change), perubahan perilaku (Behavior Change), dan
perubahan masyarakat (Sosial Change), Empat tujuan dalam strategi
komunikasi sebagai berikut 27
26
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 32. 27
Ibid, hal. 32.
41
1) To Secure Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi
suatu pengertian.
2) To Establish Acceptance yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus
dibina dengan baik.
3) To Motivate Action yaitu penggiatan untuk memotivasinya.
4) To Goals Which Communication Sought To Achieve yaitu
bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak
komunikator dari proses komunikasi tersebut.
c) Komponen-Komponen Strategi Komunikasi
Usaha dalam merancang strategi komunikasi diperlukan
berulang-ulang, agar strategi dalam menyampaikan informasi
tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran, untuk itu perlu
diperhatikan kelebihan dan kekurangan yang ada pada komponen-
komponen komunikasi yaitu
1) Komunikator
Istilah Komunikator bersamaan dengan mengirim, dalam bahasa
Inggris sender dan enconder, istilah-istilah tersebut diberlakukan ketika
dalam penyampaian pesan karena bertindak sebagai pelaku atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi, seorang komunikator tidak bisa
lepas dari proses komunikasi, karena disini komunikator berperan
sebagai pengirim simbol, lambang, bahasa, dan informasi. Syarat
komunikasi menjadi efektif adalah memiliki kredibilitas, keterampilan
42
komunikasi, kepribadian (Personality), dan kemampuan komunikator
dalam memperhitungkan harapan komunikan. 28
Ciri-ciri keterampilan komunikasi menurut Kris Cole (2005)
yaitu dapat berkomunikasi dengan jelas, memilki rasa simpati dan
empati, memiliki intergritas, memiliki kemampuan dalam mendorong
dan memberikan motivasi, memiliki rasa hormat terhadap orang lain,
serta mampu bermain sebagai tim dan bekerja sama secara efektif. 29
2) Materi atau Pesan
Dalam bahasa Inggris pesan disebut sebagai massage, content
atau informasi. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka
melalui media komunikasi atau media telekomunikasi. Komunikasi
akan efektif jika pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh
komunikan, komunikan bersikap atau berperilaku seperti apa yang
dikehendaki oleh komunikator sehingga ada kesesuaian antar
komponen. Model pesan yang efektif akan menimbulkan kebutuhan,
dapat menarik perhatian dan simbol atau lambang yang dikirim dapat
dipahami. 30
3) Media atau Saluran
Selama ini kecendrungan dalam penggunaan media adalah alat
komunikasi massa, media yang berkaitan dengan alat komunikasi
28
Soleh Soemirat, Dasar-Dasar Komunikasi, (Bandung: Pascasarjana UNPAD
press, 2000), hal. 5. 29
Komunikasi Antar personal
http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/24/ketrampilan-komunikasi-antarpersonal diakses
tanggal 22 Desember 2014. 30
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, (Malang: UMM Press, 2010),
cet ke- 3, hal. 72-73.
43
massa adalah surat kabar, majalah, buku-buku, pamflet, dan surat
kilat, media komunikasi massa yang bersifat audio visual seperti radio
dan televisi yang memiliki fungsi ganda yaitu didengar dan dilihat.31
Adapun kegiatan yang dilaksanakan ditempat-tempat tertentu yang
banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan bisa juga dipandang
sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah ibadah, balai desa,
panggung kesenian, dan pesta rakyat.32
d) Tahapan Strategi Komunikasi
Model proses strategis pada dasarnya meliputi tiga langkah
utama yang saling berkaitan yaitu perumusan strategi, implementasi
strategi, dan eveluasi strategi. Ketiga langkah tersebut dapat
dirumuskan dengan lebih spesifik kedalam langkah-langkah konkrit
yang dilakukan manajemen untuk menyusun sebuah strategi, yaitu:
a. Menetapkan bisnis atau program yang akan dijalankan oleh
perusahaan dengan didasari cita-cita dan harapan yang ingin dicapai di
masa depan. Langkah ini merupakan tahap awal pembentukan misi
dan visi yang ingin dijalankan perusahaan.
No.1 Water Well
Aspek Sanitasi
Misi Pengadaan sarana air bersih dan sanitasi publik
Harapan Menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses
31
Emery, Ault and Agee, Introduction to Mass Communications, (New York: Dadd
& Mead Company, 1970), page. 10. 32
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), hal. 25.
44
sumber air yang berkelanjutan
No. 2 Kampung Berseri
Aspek Pelestarian Lingkungan
Misi Mengadakan penyuluhan dan pelatihan lingkungan berbasis
komunitas dan rumah tangga
Harapan Masyarakat dapat menerapkan pengetahuan lingkungan yang
dimiliki didalam maupun diluar tempat tinggal mereka
No. 3 Masjid Internet
Aspek Teknologi
Misi Menjadikan masjid sebagai sentra pendidikan masyarakat berbasis
IT
Harapan Proses belajar dan mengajar menjadi berkembang sehingga
memberi kemudahan dalam mengakses pengetahuan umum
maupun agama
No. 4 Urban Farming
Aspek Pertanian
Misi Mengoptimalkan lahan terbuka agar menjadi kebun yang produktif
Harapan Menjaga kelestarian lingkungan menjadi bagian gaya hidup
masyarakat perkotaan
No. 05 Mesjidku Merdu
Aspek Perbaikan Fasilitas
Misi Perbaikan sound system rusak menjadi lebih baik digunakan dengan
kualitas suara jelas dan merdu
45
Harapan Mendukung pelaksanaan ibadah dan kegiatan keagamaan pada hari-
hari besar tertentu
No. 06 KPRS (Kavling Pembangunan Rumah di Surga)
Aspek Pembangunan Masjid
Misi Pembangunan dan renovasi infrastruktur masjid yang kokoh dan
nyaman untuk ibadah umat muslim
Harapan Pelaksanaan ibadah menjadi nyaman dan bersemangat juga sebagai
wujud dari investasi pahala di Akhirat.
b. Menerjemahkan visi dan misi kedalam suatu tujuan strategis yang
terukur dan berbagai kinerja target yang harus dicapai.
No. Program Tujuan Strategis Target 4 Tahun
1. Water Well Membuat perilaku hidup
bersih dengan dukungan
fasilitas layak
Pembangunan
fasilitas sebanyak
6 unit pertahun
2. Kampung Lestari Memberikan pelatihan dan
penyuluhan lingkungan
1 Paket program
dengan
operasional
kegiatan 1 tahun
3. Masjid Internet Masjid sebagai sentra
pendidikan masyarakat
berbasis IT
6 Unit WiFi
pertahun
4. Urban Farming Optimalisasi lahan kosong Disesuaikan
46
untuk berbagai jenis tanaman dengan
pengadaan lahan
5. Mesjidku Merdu Perbaikan sound system rusak 11 Unit pertahun
6. KPRS Membangun tempat ibadah
muslim yang kokoh dan
nyaman
Pertahun 1 Set up
Infrastruktur
pembangunan
c. Menyusun strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dan target.
Dalam penyusunan strategi diikuti pula dengan penetapan
kebijaksanaan yang akan menjembatani terhadap implementasi atau
penerapan.
1. Input Data Lembaga Rumah Zakat menetapkan suatu objektivitas
dilihat dari masuknya data yang diperoleh dari
pengamatan media dan masukan masyarakat. Seperti
wilayah bencana, penerima bantuan, kebutuhan bantuan,
kondisi dan situasi yang terjadi, jumlah penduduk,
donatur, anggaran, akomodasi, dan sumber daya
manusia.
2 Pertimbangan
Rumah Zakat melihat berdasarkan data yang diperoleh
seperti masalah apa yang dihadapi, proses pembinaan,
dan pengawasan dalam pelaksanaan program,
memutuskan prioritas sasaran, pemberian wewenang,
sumberdaya manusia yang tersedia dan faktor lainnya.
47
3. Keputusan
Menetapkan keputusan awal yang sudah disepakati
dengan mempertimbangkan segala kondisi dan situasi
lembaga dari segi faktor eksternal dan internal
4. Alokasi
Anggaran
Menyesuaikan anggaran dari laporan persentase masing-
masing program. Anggaran diutamakan untuk
kepentingan bantuan materi atau logistik, akomodasi,
penyuluhan dan pembangunan.
d. Menjalankan strategi yang dipilih dan melakukan berbagai keputusan
taktis dengan efisien dan efektif.
1. Donasi perorangan Donatur perseorangan.
2, Donasi Institusi Donatur yang datangnya dari kelompok seperti PT,
CV dan perusahaan.
3. Donasi Program Donatur baik perseorangan atau institusi yang
memiliki keinginan penggunaan donasi untuk
program tertentu.
4. ICD (Integrated
Community
Development)
Proses pemberdayaan melalui program yang
terintegrasi sesuai dengan karakteristik wilayah dan
waktu tertentu yang selaras dengan tujuan
pembangunan Millenium atau global.
5. Publikasi Informasi Informasi berisi keputusan yang disetujui sebelum
dan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan.
6. Publik Relation Menunjuk seseorang untuk diberikan wewenang
48
dalam memberikan informasi kepada publik.
7. Periklanan Cara komunikasi antara lembaga dan mitra dengan
tujuan dapat mempengaruhi pemikiran, kesadaran,
pemahaman, penerimaan, dan motivasi publik.
Lembaga menyesuaikan keputusan yang telah disepakati sesuai
dengan kebutuhan bantuan, dalam suatu wilayah membutuhkan
sarana air bersih maka program water well yang akan dijalankan, jika
kebutuhan masyarakat dalam sarana perbaikan sound system maka
program mesjidku merdu yang akan diberikan, atau jika dalam suatu
wilayah memerlukan sarana masjid maka program kavling
pembangunan rumah surga yang akan digulirkan.
e. Melakukan eveluasi terhadap kinerja dan diperlukan berbagai
penyesuaian terhadap arah, tujuan, strategi, dan pelaksanaanya sesuai
dengan kondisi terbaru yang akan dihadapi oleh perusahaan di masa
yang akan datang33
.
Evaluasi tahap terakhir dari langkah strategi, didalamnya membahas
mengenai kelemahan dan kekuatan pelaksanaan kegiatan,
membandingkan hasil yang dicapai selama pelaksanaan kurang lebih 2
tahun 4 bulan karna 6 bulan terakhir telah memasuki tahap evaluasi.
33
Bambang Haridi, Strategi Managemen, (Malang: Bayu Media, 2003), hal. 04.
49
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan menurut bahasa barasal dari kata “Daya” yang berarti
tenaga atau kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Inggris yaitu
“Empowerment” sebuah kata benda dari pembangunan sedangkan action atau
kata kerjanya yaitu memberdayakan atau “empowering”. Jika melihat lebih
jauh Pemberdayaan atau lebih tepatnya disebut sebagai “Empowerment”
merupakan konsep lahir dari perkembangan pemikiran dan budaya barat.34
Pemberdayaan sebagai terjemahan dari “Empowerment” menurut
Merrian Webster dalam Oxford English Dictionary mengandung dua
pengertian yakni a) To Give Ability or Enable to, yang diterjemahkan sebagai
memberi kecakapan/kemampuan atau memungkinkan, b) To Give Power of
Authority to, yang berarti memberi kekuasaan.35
Subtansi dari konsep
pemberdayaan adalah kesetaraan dan kebebasan terhadap segala bentuk
penguasaan dan kekuasaan, sehingga pemberdayaan merupakan upaya untuk
membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran atas potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya. 36
Berikut Beberapa pengertian dari para tokoh yang memberikan
kontribusi pemikiran diantaranya:
34
Pranaka dan Moeljarto, Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi,
(1996), hal. 47. 35
Riza Risyanti dan Roesmini, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqaprint,
2006), hal. 1. 36
Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta: BPFE, 2000), cet ke- 1,
hal. 263.
50
a. Paul (1987)
Mendefinisikan pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang
adil sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan
kelompok lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap
proses dan hasil-hasil pembangunan.
b. Parsons (1994)
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannnya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.
c. Ife (1995)
pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-
orang yang lemah atau tidak beruntung.37
Pemberdayaan ditujukan untuk meningkatkan kehidupan sumber
daya alam masyarakat secara produktif sehingga mampu
menghasilkan nilai tambah terhadap perbaikan akses empat hal, yaitu
akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses
terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.38
37
Riza Risyanti dan Roesmini, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqaprint,
2006), hal. 2. 38
Ernawati Cholitin Dan Juni Thamrin, Pemberdayaan dan Refleksi Finasial Usaha
Kecil di Indonesia, (Bandung: Yayasan Akita, 1997), hal. 238.
51
2. Pengertian Masyarakat
a. Hasan Shadily
Mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari
beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya bertalian secara
golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.39
b. Koentjaraningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang
terikat oleh suatu rasa identitas bersama.40
c. Parsudi Suparlan
Mendefinisikan masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri atas
peranan-peranan dan kelompok-kelompok yang saling berkaitan dan
saling pengaruh mempengaruhi, yang mana tindakan-tindakan dan
tingkah laku sosial manusia diwujudkan.41
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang saling
berhubungan, saling mempengaruhi, mempunyai norma-norma,
memiliki identitas yang sama dan memiliki teritorial kewilayahan
tertentu. Konsep ini dapat berlaku untuk masyarakat dalam arti luas
39
Hassan Shadily, Sosiolgi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), cet ke- 12, hal. 47. 40
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1989), hal.
146. 41
Parsudi Suparlan dan A.W. Widjaya ed, Manusia Indonesia, Individu, Keluarga
dan Masyarakat, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1986), hal. 66.
52
seperti masyarakat dalam suatu Negara maupun dalam arti sempit yaitu
masyarakat didalam pedesaan dan perkotaan.42
Memberdayakan masyarakat yakni mengembangkan,
memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekanan di
segala bidang dan sektor kehidupan dengan cara mengelola sumber daya
alam, lingkungan, laut, dan manusia secara optimal dan berkelanjutan
sebagai jalan untuk menjamin kelangsungan hidup saat ini dan masa
generasi selanjutnya.43
Pemberdayaan masyarakat mengandung dua kecenderungan, yakni:
a. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan
atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan
kepada masyarakat agar menjadi lebih baik dan berdaya.
b. Proses menstimulasi yaitu mendorong atau memotivasi individu
atau kolektif agar mempunyai kemampuan atau kebudayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses
dialog.44
42
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi
Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), cet ke- 1, hal. 129. 43
Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi, (Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Press, 1996),
cet ke- 1, hal. 97. 44
Sutaryono, Pemberdayaan Setengah Hati, (Klaten: Lapera Pustaka Utama, 2008),
cet ke- 1, hal. 159.
53
Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat sebagai:
a. Upaya Mensejahterakan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakan
sebuah tatanan sosial dimana manusia secara adil dan terbuka dapat
melakukan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan
potensi yang dimilikinya sehingga kebutuhan material dan spiritual
dapat terpenuhi, pemberdayaan masyarakat mesti dilihat sebagai
sebuah proses pembelajaran kepada masyarakat agar mereka dapat
secara mandiri melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas
kehidupannya.
Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin dilaksanakan
tanpa keterlibatan secara penuh oleh masyarakat itu sendiri.
Partisipan bukan sekedar diartikan sebagai kehadiran tetapi
kontribusi tahapan yang mesti dilalui dalam program kerja
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu
upaya keterlibatan masyarakat dalam suatu program pembangunan
tatkala masyarakat itu sendiri tidak memiliki daya ataupun bekal
yang cukup. Kunci keberhasilan dalam upaya pemberdayaan
masyarakat yakni penyatuan antara dimensi material, spiritual dan
kehidupan sosial.45
45
Istiqomah dan Supriyantini “Pemberdayaan Dalam Konteks Pengembangan
Masyarakat Islam”, (Lampung: Jurnal, 2008), Vol 04, hal. 67-68, http://iain.lampung.ac.id/
Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Online, diakses tanggal 22 Desember
2014.
54
b. Sebagai Konsep Gerakan Sosial
Gerakan sosial adalah bentuk tindakan kelompok dan
individu yang berkumpul dengan tujuan sama untuk mengungkap
ketidakpuasan secara subjektif yang dirasakan dalam basis sosial.
Gerakan sosial merupakan upaya untuk memantapkan tatanan
kehidupan baru dan memodifikasi norma dan nilai, tindakan ini
bersifat kolektif untuk mendorong atau menolak perubahan dalam
masyarakatnya dan mengendalikan perubahan atau mengganti arah
perubahan.46
Dilanjutkan pula oleh Anthony Giddens yang
menyebutkan bahwa gerakan sosial merupakan upaya kolektif
untuk mengejar suatu kepentingan bersama, atau gerakan mencapai
tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar
lingkup lembaga-lembaga yang sudah mapan.47
3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayakan adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan
apa yang mereka lakukan. Pemberdayaan masyarakat hendaknya
mengarah pada pembentukkan kognitif masyarakat yang lebih baik,
untuk itu diperlukan proses menuju kemandirian masyarakat.
46
Piort Stomezka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2004), hal. 323. 47
Suharko, Gerakan Sosial Baru di Indonesia, (Yogyakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Fisipol UGM, 2006). Hal. 03.
55
Sasaran yang tepat menentukan tujuan dari pemberdayaan,
karena sasaran memiliki daya untuk membangun, dalam hal ini good
governance berperan sebagai struktur pemerintahan secara luas dalam
menjalankan fungsi pembangunan atau lebih tepatnya sebagai awal
informasi dalam menentukan sasaran. Good Governance adalah tata
pemerintahan yang menggambarkan suatu kondisi yang menjalin
adanya proses kesejahteraan, kesamaan, dan keseimbangan peran, serta
adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintahan,
komponen rakyat dan komponen usahawan.48
Selain itu tujuan lain dari pemberdayaan terhadap masyarakat
yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku
masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat, contohnya seperti
kemampuan untuk berusaha, kemampuan mencari informasi,
kemampuan untuk mengelola kegiatan baik dalam bidang ekonomi,
kesehatan, lingkungan dan sosial.
Sedangkan perilaku masyarakat yang perlu dirubah yaitu
perilaku yang merugikan masyarakat atau yang dapat menghambat
peningkatan kesejahteraan masyarakat contohnya perilaku merugikan
seperti membuang sampah sembarangan. Pengorganisasian masyarakat
dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur
dalam mengelola kegiatan atau program yang sedang dikembangkan,
48
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan,
(Yogyakarta: Gaya Media, 2004), hal. 76.
56
disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja seperti pembagian
tugas, saling mengawasi, maupun merencanakan kegiatan.
4. Strategi Komunikasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Strategi pada komunikasi dirumuskan terlebih dahulu masuk
dalam kategori komunikasi kelompok hal ini didasarkan pada konsep
sosio kultural yang terjalin pada lembaga, konsep kelompok yang ada
pada lembaga tersebut melibatkan kelompok dalam yaitu anggota
lembaga dan kelompok luar yaitu elemen masyarakat. Dalam
merumuskan suatu strategi para anggota memiliki kebijakan yang
bersifat sementara untuk menghasilkan keputusan.
Hubungan yang berjalan tersebut melibatkan banyak orang yang
berbeda dari segi latar belakang dan pemikiran, sehingga membentuk
kesatuan kelompok yang tidak sama. Hal tersebut disesuaikan dengan
teori Fungsional Perspektive on Group Decision Making menurut
Hirokawa dan Gouran yang menjelaskan bahwa komunikasi pada
kelompok dapat membuat keputusan yang sangat berarti bila masing-
masing anggota kelompok berfungsi sebagai problem analysis,
berfungsi sebagai goal setting, dapat mengidentifikasi alternatif serta
dapat mengevaluasi konsekuensi positif atau negatif.49
Strategi komunikasi yang dimulai dari bagian perencanaan
komunikasi, implementasi, serta tahap evaluasi adalah keseluruhan
49
Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations, (Jakarta:
Indeks Penerbit, 2011), hal. 07.
57
dari strategi yang diterapkan. Formula Lasswell 1948 mengkaji proses
perumusan, implementasi, dan evaluasi yang menjelaskan strategi
komunikasi yaitu50
:
a) Siapa, hal ini tertuju pada lembaga sosial.
b) Dengan saluran apa, yakni informasi pada isi program.
c) Kepada siapa, masyarakat yang akan menerima hasil dari program
sosial.
d) Akibat atau hasil apa, yaitu dapat mensejahterakan kehidupan
masyarakat atas hasil dari program sosial.
e) Kapan dilaksanakannya, ketika masyarakat berada dalam kondisi
membutuhkan pertolongan.
f) Bagaimana melaksanakannya, dengan memberikan bantuan yang
dibutuhkan baik jasa, materi maupun sarana dan prasarana.
g) Mengapa dilaksanakan demikian, agar tercapai tujuan utama yaitu
pemberdayaan dari efek yang diharapkan lembaga.
Program pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu strategi
dan penting untuk dikembangkan sesuai dengan sosio-kultural
masyarakatnya, berdasarkan strategi dan pola adaptasi yang
dikembangkan oleh masyarakat sekitar, model perencanaan sosial
50
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2012), hal. 50.
58
tersebut berlaku secara menyeluruh sehingga ada mata rantai aktivitas
yang sinergis dari berbagai pihak.51
Perencanaan komunikasi berkaitan dengan strategi-strategi
yang dipilih, sumber, pembuatan pesan, penyebaran, penerimaan serta
umpan balik. Strategi dalam perencanaan meliputi:
a. Pemilihan komunikator sebagai agen informasi, dan komunikan
sebagai sasaran. Dennis A. Rondinelli (1978 : 92) menyampaikan
“Keberhasilan penyampaian informasi tersebut bukanlah karena
banyaknya jumlah “agen of development” tetapi yang terpenting
adalah “individual performance”, dalam arti bagaimana
penampilan pribadi dari agen tersebut dapat diterima dan dipahami
oleh masyarakat setempat.
b. Penyusunan pesan (isi pesan), harus menggunakan etika yang
sesuai dengan norma-norma. Pesan harus membangkitkan
kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara
untuk memperoleh kebutuhan itu.
c. Menggunakan media atau saluran yang tepat dalam penyampaian
pesan, baik secara tertulis maupun tergambar.
d. Frekuensi informasi harus sesuai dengan intensitas yang
diharapkan artinya tidak dilebih-lebihkan, dan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami.52
51
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: FE
Universitas Indonesia Press, 2001), hal. 60.
59
Dasar dari upaya ini adalah dengan mengakui dan memberikan
hak-hak masyarakat untuk ikut mengelola, mengawasi, bertanggung
jawab serta ikut menikmati keberadaan lingkungan disekelilingnya.
Demografi dan Geografi Bintaro53
1. Letak
Bintaro terletak pada kode wilayah 31’71’040’001 Bujur
Timur (BT). Luas wilayah sesuai dengan keputusan Gubernur
KDKI Nomor 1815 tahun 1989 yaitu 450,5 Ha2, berada pada
kelurahan di kecamatan Pesanggarahan, Jakarta Selatan dengan
kode pos 12330. Masuk terbagi dalam bagian 10 kecamatan dan 65
kelurahan. Nama kelurahan ini cukup dikenal karena dipakai
sebagai nama perumahan elit dengan nama Perumahan Bintaro
Jaya yang wilayahnya cukup luas dengan sektor 1 yang terletak
dari kelurahan Bintaro saat ini. Bintaro terletak pada perbatasan
wilayah Jakarta Selatan sebagai berikut:
Sebelah Barat : Kelurahan Pesanggarahan, Tangerang Selatan dan
Kota Tangerang.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Pondok Pinang.
Sebelah Utara : Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan
Kebayoran Lama Selatan.
52
Edward Depari, Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Gadjah
Mada Universitas Press, 1995), hal. 173. 53
Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Wilayah Bintaro,
Jakarta Selatan.
60
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kota Administrasi Depok.
2. Topografi
Masuk pada wilayah Topografi Jakarta Selatan yang
umumnya dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan
tingkat kemiringan 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata mencapai
sekitar 5-50 meter diatas permukaan laut. Sedangkan pada wilayah
Selatan, banjir kanal relatif merupakan daerah perbukitan jika
dibandingkan dengan wilayah bagian utara.
3. Iklim
Masuk dalam radius iklim Jakarta Selatan dengan beriklim
panas dengan suhu rata-rata pertahun 27 derajat celcius dengan
tingkat kelembapan berkisar antara 80 sampai dengan 90 %. Arah
mata angin dipengaruhi angin Muson Barat terutama menginjak
bulan Mei sampai Oktober. Bintaro masuk dalam 65 kelurahan
yang memiliki kepadatan penduduk kurang lebih sekitar 14.940,98
jiwa/km2 yang artinya berada pada pertengahan.
4. Kantor Pemerintahan Daerah
Kantor Kelurahan Bintaro berada di Jalan RC Veteran no.
1 Rt. 001 Rw. 003 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan
Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta 12330.54
54
Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Wilayah Bintaro,
Jakarta Selatan.
61
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT INDONESIA
A. Sejarah Berdiri
Rumah Zakat Indonesia (RZI) adalah lembaga sosial yang berkhidmat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tujuan akan kebutuhan
masyarakat terhadap kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, norma-norma
didalamnya didasarkan pada syariat Islam dan nilai-nilai sosial.
Rumah Zakat Indonesia didirikan secara legal dan formal pada 12 Juli
2001 dengan notaris Dr. Wiratni Ahmadi. SH, pengesahan akta pendirian
berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia nomor :
C. 1490 HT 01.02 TH 2006 pada tanggal 25 Juli 2006. Awalnya pada
tahun 1998, bermula dari kelompok pengajian Majlis Ta’lim Ummul Quro
Bandung tokoh da’i Bandung Abu Syauqi bersama rekan-rekannya
membentuk sebuah organisasi yang bertujuan pada bantuan kemanusian yang
diberi nama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ) pada tanggal 2 Juli 1998 di
jalan Turangga no. 33 Bandung Masjid Al- Manaar yang sekaligus menjadi
tempat kajian jamaah pengajian.1
Dengan berbagai dukungan masyarakat mendorong organisasi ini
berkomitmen pada pengembangan sumber daya zakat dan wakaf dengan
pencapaian donasi pada tahun 1998-1999 sebesar Rp. 0,8 Milyar, seiring
1 ://www.rumahzakat.org/tentang-kami/legal-formal/diakses 20 desember 2014
62
dengan pengelolaan organisasi yang lebih baik dan hasil dari donasi cukup
besar maka organisasi ini perlahan menjalankan upaya sosial dengan program
pemberdayaan pada masyarakat miskin.
Pada tahun 2000 kebutuhan akan organisasi sosial terlihat meningkat,
masyarakat memandang misi sosial penting untuk dikembangkan secara
meluas dengan masuk ke sektor-sektor penting seperti pendidikan, ekonomi,
dan kesehatan, maka mulailah dirintis program beasiswa pendidikan untuk
yatim dan kaum dhuafa, layanan pada kesehatan, rehabilitasi masyarakat
miskin dan program lainnya.
Secretariat pusat RZI awalnya Jl. Turangga No. 33 Bandung dengan
Telp. 022-7317400 Fax. 022-7332451, donasi yang terkumpul pada tahun
2000 berkisar Rp 2.1 Milyar. Saat ini kantor pusat RZI berada Jl. Turangga
No.25 C Bandung dengan Telp. 022-7332407 dan Fax. 022-7332478 dan
kantor yang berada di Jl. Turangga No. 33 menjadi kantor cabang Bandung.
Dengan menyebarkan misi sosial ke seluruh wilayah Indonesia maka
RZI membuka kantor cabang di Yogyakarta pada bulan Mei tahun 2000 yang
beralamat di Jl. Veteran No.9. Disusul pada bulan Fabruari 2001 kantor
cabang Jakarta resmi berdiri di Jl. Ekor Kuning Rawamangun Jakarta Timur,
pengumpulan donasi yang dibukukan tahun 2001 berkisar Rp 2,19 Milyar,
dan tahun 2002 meningkat menjadi 4,19 Milyar.2
Dompet Sosial Umul Quro (DSUQ) berubah nama pada tahun 2003
menjadi Rumah Zakat Indonesia dengan turunnya SK Menteri Agama RI No.
2 https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/diakses 20 desember 2014
63
157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang menyatakan organisasi ini sebagai
Lembaga Amil Zakat Nasional. Pada bulan Mei RZI hadir di wilayah Jawa
Timur kota Surabaya dengan perolahan donasi menjadi Rp 6,46 Milyar.
Di tahun selanjutnya 2004 kantor cabang wilayah Tangerang Berdiri,
perluasan juga memasuki wilayah Sumatra di daerah Pekanbaru yang berada
di Jl. Nenas No.11 Kel. Jadirejo, Kec. Sukajadi.
Memasuki tahun 2005 pertumbuhan akses Rumah Zakat Indonesia
dengan pembangunan kantor cabang semakin berkembang, terjadinya
Peristiwa Tsunami di Aceh pada akhir tahun 2004 membangun kantor cabang
di Jl. T. Imuem Leung Bata No.5/16 Gp. Laseupeung, Kec. Lueng Bata Aceh,
serta mulai melakukan perluasan di wilayah Jawa seperti Semarang, Solo,
Garut, Bogor, dan sekitarnya. Demi peningkatan mutu pelayanan dan akses
yang lebih baik, maka dibangun Sistem Teknologi Informasi dengan website
www.rumahzakat.net pertama yang dirilis dan berganti menjadi
www.rumahzakat.org, facebook: rumahzakatfans dan twitter @rumahzakat.
Dengan dirilisnya website RZI sistem informasi lembaga mulai
masuk ke jaringan online, seperti donasi secara online, transaksi online dan
beberapa software keuangan sendiri. Dampaknya meningkat secara signifikan
pada pengumpulan donasi sebesar Rp 45,26 Milyar atas bantuan masyarakat
untuk program rehabilitasi pasca tsunami Aceh 2004.3 Pada 2006 terjadi
regenerasi pimpinan dari Ustadz Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra
dengan misi “Transformation From Traditional Corporate to Professional
3 https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/legal-formal diakses 20 desember 2014
64
Corporate” dengan kampanye zakat sebagai bagian dari gaya hidup untuk
kesadaran akan berzakat.
Seiring dengan misi dan kampaye yang dilakukan, untuk pertama
kalinya diluncurkan program Gelar Budaya Zakat (GBZ) Menuju Indonesia
Sadar Zakat 2008 di 6 Kota, donasi yang diperolah mencapai Rp 29,52 M.
Pengembangan pada program semakin disempurnakan dengan perubahan
istilah “Departement Empowering” menjadi “Direktorat Program”. Dengan
fokus pada empat rumpun yaitu ekonomi (EcoCare), pendidikan (EduCare),
kesehatan (HealthCare) dan lingkungan (YouthCare) dengan konsep
berkelanjutan berbasiskan komunitas.4
Dengan dukungan dan kepercayaan masyarakat tahun 2008 Rumah
Zakat Indonesia memantapkan dan fokus berkomitmen pada program
pemberdayaan masyarakat dengan usaha wujud nyata lembaga yaitu
memperluas jaringan pengembangan usaha kecil dan mikro di 18 kota. Tahun
2009 dalam kurun waktu 1 semester 14 cabang baru dibuka dengan total
jumlah jaringan sebanyak 52 kantor cabang. Apresiasi penghargaan
didapatkan Rumah Zakat Indonesia diantaranya The Best Organization in
Zakat Development dari IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) dengan
pertumbuhan donasi semakin baik yang mencapai Rp 107, 3 Milyar dan
menjadikan RZI sebagai Organisasi Pengelola Zakat terbesar dengan
pengumpulan donasi terbesar se-Indonesia dan penghargaan lain datang dari
Karim Bussines Consulting yang menempatkan RZI berada di posisi ke-2
4 https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/diakses tanggal 20 desember 2014
65
sebagai LAZNAS terbaik dalam ISR Award (Islamic Social Responsibility
Award 2009). Sedangkan pada tahun 2014 menjadikan Rumah Zakat meraih
penghargaan Top of Mind Zakat Management 2014 dalam Indonesia Middle-
Class Brand Forum (IMBF) III yang diselenggarakan Majalah SWA dan
Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS) dan penghargaan Mitra
Bakti Kesra Utama 2014 dari Kementerian Bidang Koordinasi Kesejahteraan
Rakyat Republik Indonesia karena konsisten berpartisipasi dalam kegiatan
Ekspedisi Bhakesra setiap tahunnya.5
RZI secara resmi meluncurkan brand terbaru Rumah Zakat Indonesia
dengan menggantikan brand sebelumnya, hal ini sebagai langkah persiapan
menuju organisasi berskala internasional pada tanggal 5 April 2010 dengan
karakter menuju “World Class Socio Religious Non Governance
Organization” (NGO). Dengan keyakinan yang kuat untuk berbagi dan
menciptakan keluarga global yang lebih baik, Rumah Zakat berupaya menjadi
lembaga terdepan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
menjamin program efektif dan berkesinambungan dengan memberdayakan
masyarakat demi mencapai kehidupan yang lebih baik.6
B. Visi, Misi dan Brand Value7
Visi yang di usung oleh Rumah Zakat Indonesia adalah menjadi
Lembaga Filantropi Internasional berbasis pemberdayaan yang profesional.
Misi yang di usung oleh Rumah Zakat Indonesia adalah sebagai berikut:
5 https://www.rumahzakat.org/tentang-kami/sejarah/diakses 20 desember 2014
6 //www.rumahzakat.org/tentang-kami/brand-story/diakses tanggal 20 desember 2014.
7 Brosur Lembaga Rumah Zakat diperoleh dari Kantor Pusat Bandung.
66
1. Berperan aktif dalam membangun jaringan Filantropi Internasional
2. Memfasilitasi kemandirian masyarakat
3. Mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui keunggulan insani
Brand Value yang di usung Rumah Zakat Indonesia adalah:
1. Trusted yaitu menjalankan usaha dengan profesional, transparan, dan
terpercaya.
2. Progressive yaitu senantiasa berani melakukan inovasi dan edukasi untuk
memperoleh manfaat yang lebih
3. Humanitarian yaitu memfasilitasi segala upaya humanitarian dengan tulus
secara universal pada seluruh umat manusia.
C. Strategi Pengembangan Rumah Zakat Indonesia
Rumah zakat dalam mensosialisasikan program lembaga melakukan
beberapa strategi komunikasi agar mencapai tujuan secara efisien dan insentif,
untuk meningkatkan mutu kualitas dan kuantitas pada pengembangan lembaga
berdasarkan pada Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat, agar melakukan terlebih dahulu proses sosialisasi kepada masyarakat
secara luas sebelum menerapkan program pemberdayaan. Strategi yang telah
disusun diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih baik pada efek
pengembangan lembaga, strategi yang dirancang antara lain:
1. Sosialisasi pada komunikasi massa baik cetak maupun elektronik.
Rumah zakat memanfaatkan media massa sebagai media untuk
mensosilisasikan program pemberdayaan termasuk tujuan dan manfaatnya,
sistemnya dengan membuat artikel berisi informasi yang di sebarkan
67
melalui surat kabar, majalah, radio, televisi dan website resmi atau blog
dalam internet.8
2. Famplet, Brosur, dan Booklet.
Program pemberdayaan pada seluruh aspek serta permasalahannya
disebarkan melalui famplet, brosur, dan booklet ke tengah-tengah
masyarakat maupun pada outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, serta
stand yang didirikan jika sedang berlangsung acara perayaan maupun
pameran.
3. Billboard, Banner, Baliho, dan Spanduk
Sosialisasi lainnya yang dilakukan Rumah Zakat yaitu melalui
Billboard, Banner, Baliho, dan Spanduk yang berada di keramaian jalan
atau tempat-tempat umum yang strategis dan sering dilalui banyak orang.
Media ini biasanya dilakukan secara mandiri dan bekerja sama dengan
pihak lain sebagai sponsor.
4. MRO (Member Relationship Officer)
Upaya lainnya yang dijadikan strategi Rumah Zakat Indonesia adalah
pada setiap program yang diterapkan diberikan pendamping warga binaan
yang disebut MRO (Member Relationship Officer) yang berfungsi sebagai
pendamping, pemberdaya, peninjau, penggerak lingkungan, dan advokat
masyarakat, masing-masing pendamping ini ditempatkan sesuai dengan
8 Wawancara pribadi dengan Herlan (Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah
Zakat), Jakarta, 10 Mei 2014.
68
program pemberdayaan yang sedang dilaksanakan serta ahli dan memiliki
pengetahuan dibidang masing-masing.9
D. Struktur Organisasi Rumah Zakat Indonesia.10
9 Wawancara pribadi dengan Herlan (Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah
Zakat), Jakarta, 10 Mei 2014. 10
www.rumahzakat.org, profile RZ/direksi diakses tanggal 20 desember 2014
Dewan Pembina
Dewan Pengawas
Syariah
Referensi
Syariah
Dewan
Direksi
Chief Executive
Officer (CEO)
Chief Program
Officer (CPO)
Konsorsium
Konsultan Ahli
Chief Fundraising
Officer (CFO)
Chief Operating
Officer (COO)
Chief Relationship
Officer (CRO)
Konsultan
Legal
Konsultan
Marketing
Auditor
Independen
69
Dewan Pembina : Yayan Somantri
Dewan Pengawas Syariah : Kardita Kintabuwana, Lc., MA
Referensi Syariah : Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc., MM
DEWAN DIREKSI
Chief Executive Officer (CEO) : Nur Efendi
Chief Program Officer (CPO) : Heny Widiastuti
Chief Fundraising Officer (CFO) : Asep Nurdin
Chief Operating Officer (COO) : Herry Hermawan
Chief Relationship Officer (CRO) : Pamungkas Hendra
KONSORSIUM KONSULTAN AHLI
Konsultan Legal : Yayan Sutarna, SH, MH
Konsultan Marketing : AM. Adhy Trisnanto
Auditor Independen : KAP Kanaka Puradiredja Suhartono
E. Program Pemberdayaan Rumah Zakat Indonesia11
BIG SMILE Indonesia adalah sebuah gerakan pengibaran semangat
optimisme bangsa melalui rangkaian gempita aksi senyum pemberdayaan
untuk Indonesia yang lebih membahagiakan, program ini merupakan lanjutan
dari program “Merangkai Senyum Indonesia” yang telah dimulai pada tahun
2010-2011 melalui program pemberdayaan terpadu. BIG adalah singkatan dari
berbagi itu gaya yang berupaya menjembatani langkah sinergi berbagi
sehingga menjadi bagian dari gaya hidup yang lebih bermakna.
11
www.rumahzakat.org, profile RZ/program diakses tanggal 20 desember 2014.
70
Tujuan program ini adalah membangkitkan partisipasi masyarakat untuk
dapat memberdayakan potensi diri dari lingkungannya secara mandiri. Empat
rumpun program pemberdayaan yang dikembangkan RZI adalah Senyum
Sehat, Senyum Juara, Senyum Mandiri, dan Senyum Lestari, semua program
diimplementasikan melalui pemberdayaan berbasis wilayah terpadu atau
Integrated Community Development (ICD) yang artinya proses pemberdayaan
melalui program yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan waktu
tertentu.12
Tujuan ICD adalah menciptakan perbaikan secara terukur berdasarkan
permasalahan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, pendekatan inilah
yang menjadi konsep pemberdayaan Rumah Zakat sehingga selaras dengan
tujuan pembangunan di era Millenium atau yang disebut dengan Millenium
Development Goals (MDGs).
Periode waktu pada masing-masing program pemberdayaan dibagi
menjadi dua tahapan yaitu tahapan implementasi dalam kurun waktu 3 tahun,
dan tahapan evaluasi selama 6 bulan. Sasaran wilayah ditentukan setingkat
Desa yang memiliki permasalahan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan
sanitasi dengan menerapkan program tertentu menuju pada perbaikan dan
kesejahteraan. Empat rumpun program pemberdayaan dijelaskan sebagai
berikut:
12
Wawancara pribadi dengan Herlan (Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat),
Jakarta 10 Mei 2014.
71
1. Senyum Sehat
Program penggalangan dana tunai dan non-tunai yang dikelola
disalurkan pada layanan kesehatan untuk masyarakat kurang mampu.
Program ini secara khusus ditangani langsung oleh Rumah Zakat.
Misi dan Tujuan
Misi dari program ini yaitu sepenuh hati melayani hingga ke pelosok
negeri agar masyarakat kurang mampu dapat mengakses kesehatan secara
gratis. Tujuannya menanggulangi kemiskinan dan kelaparan dengan asupan
gizi dan nutrisi, menurunkan tingkat kematian ibu, bayi, dan balita di wilayah
binaan, dan kelahiran yang dibantu tenaga terlatih di wilayah binaan.
Program dan Sarana
Program pemberdayaan didalamnya mencakup Klinik RBG,
Khitanan Massal, Ambulans Gratis, Mobil Klinik Keliling, Layanan Bersalin
Gratis (LBG), Bantuan Kesehatan dan Operasi Katarak Gratis. Saat ini,
jaringan sarana akses kesehatan meliputi antara lain 7 klinik RBG (Rumah
Bersalin Gratis) yang tersebar di Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta,
Medan, Surabaya, dan Pekanbaru. 1 Klinik Sehat JICT berada di Jakarta
Utara di Jl. Cipeucang IV No. 2A, kelurahan Koja, Kec. Koja. Selain itu
terdapat Mitra LBG (Layanan Bersalin Gratis) yang bekerja sama dengan
pihak lain yang tersebar 43 wilayah serta memiliki jumlah ambulans gratis
sebanyak 59 unit. 13
13
Majalah “ Rumah Zakat News”, Edisi Januari 2015, hal.4-6.
72
2. Senyum Mandiri
Program penggalangan dana tunai dan non tunai yang dikelola
Rumah Zakat untuk meningkatkan taraf hidup kesejahteraan ekonomi
masyarakat miskin.
Misi dan Program
Misinya adalah bertransformasi menjadi mandiri untuk kembali
memandirikan sebuah rangkaian proses dari pemberdayaan masyarakat
menjadi bagian dari pembangunan peradaban yang lebih baik. Program
sosial dalam pemberdayaan ekonomi diantaranya:
a. Bantuan Wirausaha, yaitu layanan santunan sosial berbentuk bantuan
modal usaha.
b. Gaduh Domba dan Sapi yaitu pemeliharaan hewan ternak sebagai aset
wirausaha mandiri.
c. Menyelenggarakan program pelatihan, workshop, pembinaan, dan
pemberdayaan melalui acara-acara bakti sosial salah satunya program
superqurban.
d. Pendampingan berbasis kelompok dan komunitas pada pemberdayaan
masyarakat dalam bidang pertanian, kerajinan, peternakan, dan
perdagangan.
e. Mendirikan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) sebagai pusat
pemberian pinjaman dana untuk modal usaha pedagang dan pengusaha
kecil.
73
3. Senyum Lestari14
Program penggalangan dana tunai dan non tunai yang dikelola
Rumah Zakat untuk disalurkan pada layanan sanitasi dan lingkungan
hidup.
Misi dan Tujuan.
Misi dari Senyum Lestari adalah Turut berkonribusi dalam
melestarikan lingkungan hidup sebagai salah satu warisan untuk masa
depan, serta meringankan beban sesama umat manusia dalam kesukaran.
Tujuanya dapat menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa
akses terhadap sumber air minum yang berkelanjutan serta fasilitas sanitasi
desa.
Program dan Target
Water Well (Sarana Air Bersih), Kampung Berseri (Bersih, Sehat
dan Asri), M-net (Masjid Internet), Urban Farming (Pertanian), Mesjidku
Merdu (Perbaikan Sarana Sound Sistem Masjid) dan KPRS (Kavling
Pembangunan Rumah di Surga). Target 2015 yaitu proporsi rumah tangga
dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak perkotaan dan
pedesaan. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap
sanitasi layak perkotaan dan pedesaan.
14
Brosur Rumah Zakat diperoleh dari Kantor Lembaga RZ Bandung.
74
4. Senyum Juara
Program penggalangan dana tunai dan non-tunai yang dikelola
Rumah Zakat untuk disalurkan pada layanan pendidikan.
Misi dan Tujuan
Misi yang diusung yaitu mengiringi generasi penerus bangsa
menggapai cita dan mimpinya melalui pendidikan berkualitas di Indonesia.
Tujuannya membantu anak yang kurang mampu untuk mengenyam
bangku sekolah, menyediakan akses dan fasilitas terpadu gratis dan
berkualitas, mampu bersaing dengan sekolah unggulan lain dan
memberikan motivasi kepada penerima bantuan sehingga dapat
menyelesaikan wajib belajar. 15
Program dan Sarana
Beasiswa Ceria, Sekolah Juara, Beasiswa Juara dan Gizi Sang
Juara. Saat ini sarana pelayanan pendidikan memiliki Sekolah Dasar Juara
untuk tingkat SD yang tersebar di wilayah Bandung, Cimahi Selatan,
Jakarta, Pekanbaru, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan. SMP
Juara untuk menengah tingkat pertama di Bandung dan Pekanbaru, SMK
Juara untuk tingkat kejuruan peternakan Jl. Manyeti No. 06 RT 05 RW 01
Kp. Cikadu, Kab. Subang.
.
15
Majalah “ Rumah Zakat News”, Edisi Januari 2015, hal. 2-3.
75
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan
Lingkungan Masyarakat Pada Program Senyum Lestari Di Kelurahan
Bintaro
Proses komunikasi dalam lembaga adalah gabungan dari komunikasi pribadi
dan publik yang menjadi sosio kultur dalam perencanaan kegiatan dan informasi,
terorganisirnya suatu informasi merupakan proses untuk menjadikan informasi yang
sesuai dengan diskusi yang telah di sepakati melalui aksi dan seleksi informasi yang
berkelanjutan, dengan komunikasi yang digunakan, maka organisasi dalam sebuah
lembaga dapat bertahan menghadapi lingkungan yang bersifat ancaman jika
dilakukan peninjauan informasi secara bijak. 1
Strategi komunikasi adalah kesatuan dari dua komponen perencanaan dan
manajemen dalam mencapai tujuan dengan memperhitungkan kondisi dan situasi
yang dihadapi sekarang dan dimasa depan untuk menciptakan perubahan pada diri
masyarakat. Strategi dalam perumusan, implementasi, serta evaluasi merupakan
seluruh tahapan dalam merancang keputusan. Tahapan semacam ini merupakan cara
untuk mempublikasikan program kepada masyarakat, diharapkan ada efek positif
yang dirasakan baik secara respon, jasa, tenaga, dan donasi.
Perencanaan dalam komunikasi merupakan strategi komunikasi dalam
pencapaian tujuan keberhasilan, strategi semacam ini secara operasional teknis dan
non teknis dapat dilakukan dengan baik walau tidak bersifat sempurna. Artinya
pendekatan yang digunakan berbeda-beda tergantung pada kondisi dan situasi
1 Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi Dalam Publik Relations, (Jakarta: PT. Indeks Permata
Puri Media, 2011), cet ke- 2, hal. 7.
76
contohnya jika terjadi permasalahan pada perizinan untuk membangun fasilitas
umum, jika pihak pemerintah daerah belum memberikan izin karena suatu hal yang
belum dipahami, maka dari pihak manajemen bertindak menggunakan pendekatan
strategi komunikasi yang bersifat formal dengan tindakan resmi.2
Dalam pelaksanaan kegiatan strategi ini Rumah Zakat Indonesia
merumuskan tahapan sebagai berikut:
1. Perumusan Strategi Komunikasi
Tahapan ini adalah awal dari sebuah perencanaan yang akan dilaksanakan,
Strategi yang akan digunakan ditinjau berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah
dilakukan sebelumnya yaitu aspek dari segi lokasi, keuangan, sumber daya alam
dan manusia, juga akomodasi dan relawan, sehingga tujuan yang diinginkan
lembaga mencapai visi dan misi sesuai yang diinginkan.
Dalam perumusan strategi, Rumah Zakat menetapkan strategi yang akan
digunakan, arah tujuan, mengetahui peluang yang bersifat memudahkan proses,
ancaman eksternal dan internal dari dalam lembaga, kekuatan, kelemahan,
menentukan objektivitas dan membuat strategi alternatif sebagai cadangan. Secara
pembahasan teknik yang digabungkan menjadi kerangka kerja yaitu:
a. Input Data
Langkah pertama ini merupakan penyesuaian dari proses formula
Lasswell yang menjelaskan komponen siapa, mengatakan apa, kepada siapa.
Tahapan awal proses ini yaitu lembaga Rumah Zakat meringkas informasi
sebagai langkah pertama, data yang diperoleh berasal dari survei anggota
RZ yang telah ditugaskan, opini masyarakat, dan informasi dari berbagai
2 Wawancara khusus dengan Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat Indonesia)
Bandung, 16 Januari 2015
77
media yang lama atau baru yang bersifat transaksional atau transaksi
informasi sesuai dengan pendapat R. Muler dan Steinberg. Dengan
demikian lembaga dapat mengetahui kegiatan apa yang akan dilaksanakan,
program apa yang akan diterapkan dan objektivitas yang akan menjadi
sasaran. Dengan dasar ini pula, maka perencanaan strategi akan
memudahkan proses dan menarik daya pikat donatur untuk berdonasi karena
telah mengetahui plus minus informasi.3
b. Pertimbangan
Tahap ini memfokuskan pada menghasilkan proses strategi yang
akan diterapkan, dalam hal ini lembaga Rumah Zakat melihat berdasarkan
data yang diperoleh seperti masalah apa yang dihadapi, proses pembinaan
dan pengawasan dalam pelaksanaan program, memutuskan prioritas sasaran,
pemberian wewenang, melihat sumberdaya manusia yang tersedia dan
faktor lainnya, jika keseluruhan faktor tersebut telah digabungkan maka
akan menghasilkan sebuah strategi yang akan digunakan untuk
melaksanakan program pemberdayaan.
c. Keputusan
Langkah selanjutnya yaitu menggunakan satu tehnik keputusan
awal yang sudah disepakati dengan mempertimbangkan segala kondisi dan
situasi lembaga dari segi faktor eksternal dan internal. Contohnya jika
berdasarkan data yang dianalisis, kebutuhan publik memerlukan sarana air
bersih, maka diputuskan program yang diterapkan yaitu program Water
Well yang tercakup pada Senyum Lestari dengan melihat informasi donatur,
3 Wawancara khusus dengan Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat
Indonesia) Bandung, 16 Januari 2015.
78
pelaku relawan, akomodasi, fasilitas, perizinan, dan kondisi wilayah.
Langkah ini menjelaskan komponen Lasswell masalah kapan
dilaksanakannya, bagaimana melaksanakannya, dan mengapa dilaksanakan
demikian.
d. Alokasi Anggaran4
Rumah zakat mengelola anggaran dengan membagi persentase
untuk masing-masing program, adapun untuk anggaran program Senyum
Lestari di Bintaro total sebesar 14% dari keseluruhan jumlah alokasi dana
untuk tahun 2013, berikut persentase dalam alokasi anggaran yaitu:
Alokasi Dana 2013 Jumlah
Dana Pengelolaan 12,5%
Cadangan Penyaluran 10%
Dana Siap Salur Alokasi Untuk
Program Pemberdayaan
77,5%
Senyum Juara 42%
Senyum Mandiri 10%
Senyum Sehat 34%
Senyum Lestari 14%
ICD 5%
Penyaluran Nasional 9%
4 Wawancara personal dengan Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat,
Jakarta , 11 Mei 2014.
79
2. Implementasi Strategi Komunikasi
Implementasi strategi adalah tahap tindakan dalam memobilisasi manusia
yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan
menjadi tindakan, mulai menyiapkan anggaran, melaksanakan, dan memanfaatkan
sistem informasi yang diterima. Siklus gambaran pada sistem lembaga yaitu
sistem manajemen top down yang didasarkan pada hubungan kerja secara sosio
kultural, dewan organisasi, sistem layanan informasi, jaringan lembaga dan
pengelolaan anggaran. Implementasi sistem manajemen top down yang digunakan
Rumah Zakat Indonesia adalah pola manajemen secara tidak langsung yang
didukung dengan aplikasi manajemen lembaga.
Penyempurnaan sistem operasional seperti ini dilakukan sebagai persiapan
awal agar menjadi lembaga sosial yang bisa ditunjuk oleh pemerintah untuk
bekerja sama sebagai mitra utama pembangunan manusia.
Siklus Manajemen Komunikasi Lembaga
Disamping itu kelemahan dari sistem ini secara tidak langsung telah
mengesampingkan peluang kreasi dan tingkat kemampuan para anggota jaringan
lembaga yang berprinsip tunduk pada dewan pimpinan. Dalam menjalankan
Sosio Kultural
Dewan Oragnisasi
Sistem Layanan Informasi
Jaringan Lembaga
Pengelolaan Anggaran
80
implementasi kegiatan program, Rumah Zakat melakukan kegiatan pilihan donasi
sebagai tindakan dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan yang terdiri dari:
a. Donatur Perorangan
Donatur perseorangan seperti pekerja, karyawan, dan wiraswasta yang
mempercayakan sebagian penghasilannya untuk didonasikan khusus pada
program pemberdayaan.
b. Donatur Institusi
Donatur yang datangnya dari kelompok seperti PT, CV, dan perusahaan
besar baik milik Negara maupun swasta seperti Telkomsel, Bakrie Untuk
Negeri (BUN) yang membuat komunitas pengelolaan, penghimpunan yang
dijadikan mitra kerjasama dengan Rumah Zakat.
c. Donatur Program
Donatur baik perseorangan atau institusi yang memiliki keinginan
penggunaan donasi untuk program tertentu.
Penyaluran donasi untuk para donatur pada bulan pertama ditetapkan
minimal Rp 100.000 ribu rupiah dan donasi pada bulan berikutnya bebas tidak
terbatas.5 Donasi ini sebagian besar digulirkan Rumah Zakat Khusus pada
Program Big Smile Indonesia diantaranya Senyum Lestari.
d. ICD (Integrated Community Development).
Proses pemberdayaan melalui program yang terintegrasi sesuai dengan
karakteristik wilayah dan waktu tertentu yang selaras dengan tujuan
pembangunan Millenium atau global.
5 Brosur Infak Card/i Card Rumah Zakat.
81
1. Tujuan ICD
Menciptakan perbaikan secara terukur berdasarkan permasalahan yang
terjadi pada wilayah pertolongan.
2. Karakteristik Wilayah
Wilayah ICD adalah sebuah wilayah administratif setingkat desa yang
diimplementasikan program Senyum Lestari menuju pada perbaikan atas
permasalahan lingkungan, sanitasi, dan pembangunan.
e. Publikasi Informasi
Pelayanan informasi menjadi salah satu strategi komunikasi yang diterapkan
untuk menginformasikan berbagai kepentingan lembaga terhadap publik dengan
melaksanakan kegiatan sebagai kebijakan masing-masing divisi yang diberikan
wewenang dalam menyelenggaraan program, pelatihan, maupun seminar, dan
melaporkan hasil pelaksanaan secara langsung kepada masyarakat.
Gerald R. Muler dan Mark Steinberg menyebutnya perilaku komunikasi
bersifat Prosesual yaitu adanya interaksi yang berkesinambungan dari sejumlah
variable yang saling berhubungan.6 Tahapan ini Rumah Zakat mengikuti perilaku
komunikasi prosesual dimana hal tersebut memiliki peluang untuk meningkatkan
pencitraan nama lembaga dengan harapan sebagai berikut7:
a) Sebagai Pembinaan publik
Rumah Zakat memberikan pembinaan dalam melaksanakan hubungan serta
kegiatan komunikasi sebagai kebijakan lembaga, contohnya menginformasikan
sejauh mana perkembangan program yang sedang berjalan, kesuksesan para
6 Nina Mutmainah dan M. Budyatna, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Universitas Terbuka,
1994), cet ke- 1, hal. 28. 7 Wawancara khusus dengan Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat
Indonesia) Bandung, 16 Januari 2015.
82
penerima bantuan yang berhasil mengembangkan usahanya melalui testimoni.
Memberikan edukasi publik mengenai kebijakan di sektor program, kegiatan
kolom CEO di media cetak dan rubrik Tanya Ustad dalam majalah RZ News.
b) Pemeliharaan Jaringan
Memelihara hubungan kemitraan terhadap mitra kerja, donatur, asosiasi
usaha dan organisasi untuk keberlangsungan keberhasilan lembaga dalam jangka
panjang, mengidentifikasi program yang kurang berkembang tetapi masih dapat
diterima oleh masyarakat dengan melakukan perbaikan dengan tujuan
mempertahankan program tersebut.
Selain itu menginformasikan hasil pelaksanaan program secara langsung
kepada publik baik dalam bentuk data laporan, artikel maupun berita baik dalam
majalah, dan media online melalui website
([email protected]/www.rumahzakat.org), Facebook (rumahzakatfans),
dan Twitter (@rumahzakat). Menurut narasumber “Pada prinsipnya dalam
sosialisasi keterbukaan informasi kita menggunakan semua jenis media, akan
tetapi masih belum terkoordinasi dengan baik sehingga dampaknya masih belum
maksimal”8
c) Opini Publik
Memantau perkembangan berbagai komentar publik, baik itu pertanyaan,
pernyataan, saran, dan kritikan secara langsung dengan menganalisis dan
menyusunnya sebagai laporan, hal ini dilakukan jika terjadi ketidaksesuaian maka
bisa langsung ditangani sedini mungkin.
8 Wawancara khusus dengan Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat
Indonesia) Bandung, 16 Januari 2015.
83
f. Publik Relation
Agen perubahan dan manager perubahan yang bersifat Intensional artinya
menyampaikan pesan kepada pihak lain dengan mempunyai maksud tertentu, baik
didalam lembaga maupun diluar lembaga, publik relation berwenang memfasilitasi
dengan melakukan kegiatan presentasi dan menghasilkan informasi menarik
tentang isi program dan manfaatnya sesuai dengan kebijakan lembaga. Kegiatan
publik relation yang dilakukan dengan mengadakan seminar umum mengenai
program senyum lestari lingkungan baik secara langsung dengan seminar terbuka,
penempatan stand di mall, kegiatan pameran, atau presentasi undangan talkshow di
radio-radio lokal.
Komponen Lasswell “dengan akibat atau hasil apa”, Tujuannya agar
mendapat respon positif dari publik baik dengan cara menyumbang materi maupun
non materi, jasa dan tenaga sebagai relawan. Menjaga ekstensi nama baik
perusahaan di mata publik, sekaligus menjalin hubungan baik antara mitra dan
lembaga.
g. Periklanan
Media komunikasi pemasaran yang menjadi bagian dari strategi manajemen
untuk mempromosikan produk baik bersifat barang maupun jasa, dalam hal ini
Rumah Zakat mempublikasikan salah satu program pemberdayaan yang bersifat
non personal. Komponen Lasswell dengan “saluran apa” menjadikan Iklan sebagai
salah satu cara komunikasi antara lembaga dan mitra dengan tujuan dapat
mempengaruhi pemikiran, kesadaran, pemahaman, penerimaan, dan motivasi
publik.
84
Media periklanan yang sejauh ini digunakan oleh Rumah Zakat untuk
menginformasikan program pemberdayaan diantaranya melalui media cetak dan
elektronik.
No Media Massa Tujuan Patner Promosi
1. Radio Media ini digunakan oleh masyarakat
dan calon donatur yang ingin menjadi
mitra Rumah Zakat agar lebih
mengetahui informasi dan program
baru atau yang sedang berjalan.
RRI Pro 2
RRI Pro 3
Delta FM
City FM
Smart FM
2. Koran Digunakan agar pembaca dapat
tertarik menjadi mitra sehingga
sebagian dari materinya dapat
didonasikan untuk pengembangan
program pemberdayaan
Berita Sore
Tribun News
RZ Magazine
3. Pamflet/selebaran Mengetahui informasi yang
ditemukan didalam atau diluar kantor
seperti di jalan-jalan protokol dan
keramaian tempat umum
Baliho
Spanduk
Brosur
a. Implementasi Program Senyum Lestari di Kelurahan Bintaro
Rumah Zakat turut berkontribusi dalam melestarikan lingkungan hidup
sebagai salah satu warisan untuk masa depan demi meringankan beban sesama
umat manusia yang berada dalam kesukaran. Program ini didukung oleh
organisasi gerakan ekonomi syariah atau Support Gres. awalnya hanya bagian
85
skala kecil yang masuk dalam program tambahan yaitu program Water Well yakni
pengadaan sarana air bersih bagi komunitas binaan masyarakat.
Karena mendapat dukungan luas dari masyarakat walaupun dengan donasi
yang terbatas maka seiring dengan perkembangan zaman, dan isu lingkungan
menjadi permasalahan Internasional pemanasan global maka Senyum Lestari
masuk dalam kategori empat rumpun Berbagi Itu Gaya Indonesia pada 2010
dengan menghadirkan program di dalamnya untuk diberdayakan, pada wilayah
Bintaro program ini dijalankan di wilayah Kebayoran Jln. Nenas Dalam,
Tangerang Selatan, Perbatasan Pondok Pinang Timur dan wilayah lainnya berikut
pembahasannya:
a) Water Well
Program lama yang melakukan inovasi pembaharuan dengan mencakup
komunitas binaan secara meluas se-Indonesia, program pengadaan sarana air
bersih dan sanitasi publik di wilayah ICD sebagai penunjang implementasi
perilaku hidup bersih di tempat tinggal warga, adapun penyaluran dana yang
diprogramkan adalah:9
Donasi Donasi Retail Keterangan
Rp 62.000.000 Rp 119.000 1 Paket Set Up Infrastruktur
Set up Infrastruktur telah dibangun diantaranya Daerah Magelang, Bintaro
daerah Kebayoran Lama, Nenas Dalam Rw. 04 dan Dusun Leuwiliyang Rw. 06
Desa Tanjungwangi Cicalengka.
9 Brosur Program Senyum Lestari Rumah Zakat
86
b) Kampung Berseri (Bersih, Sehat, dan Asri)
Program pelestarian lingkungan berbasis pemberdayaan
komunitas/rumah tangga, dengan aplikasi program sebagai berikut:
1. Pelatihan kader lingkungan
2. Pelatihan dan penyuluhan pengelolaan sampah berbasis masyarakat
3. Kerja bakti
4. Lomba kebersihan dan pelestarian lingkungan
5. Program Promosi kesehatan
6. Penyediaan sarana kebersihan rumah tangga dan komunitas
Aplikasi donasi yang diprogramkan secara keseluruhan program diatas yaitu
Donasi Donasi Retail Keterangan
Rp 75.000.000 Rp 129.000 1 Paket Program dan Operasional
Kegiatan Selama 1Tahun
c) M-net (Masjid Internet)10
Masjid Internet Merupakan program pengembangan masjid dengan
menjadikan masjid sebagai sentra pendidikan masyarakat berbasis IT
melalui optimalisasi jaringan WIFI di area masjid. Aplikasi donasi yang
diprogramkan adalah:
Donasi Donasi Retail Keterangan
Rp 22.500.000 Rp 99.000 Satu Paket set Up WIFI dan
PC Untuk Satu Masjid
10
Brosur Program Senyum Lestari Rumah Zakat
87
d) Urban Farming11
Optimalisasi lahan kosong dan terbuka hijau di sekitar pekarangan
rumah warga perkotaan agar menjadi kebun hijau yang produktif. Tanaman
yang dapat dibudidayakan diantaranya: Kangkung, Tomat, Mentimun, Cabe
Rawit, Bayam, Daun Bawang, Strawberry, Jeruk Lemon, Rosella, Jahe, dan
tanaman lainnya. Aplikasi donasi yang diprogramkan yaitu:
Donasi Donasi Retail Keterangan
Rp 17.550.000 Rp 89.000 Untuk 255 Kepala keluarga
dengan pendampingan 6 bulan
Menurut data yang diperoleh Urban Farming saat ini telah
dilaksanakan di daerah kampung Perubunan Yogyakarta dengan nama
Green House dan belum terlaksana untuk wilayah Bintaro dikarnakan
keterbatasan lahan tanam.
e) Masjidku Merdu
Program Masjidku Merdu merupakan program perbaikan Sound
System masjid yang sudah rusak ataupun kurang baik digunakan menjadi
lebih baik dengan kualitas suara terdengar merdu dan jelas. Aplikasi donasi
yang diprogramkan yaitu:
Donasi Donasi Retail Keterangan
Rp 2.400.000 Rp 69.000 1 Kali Set Up Infrastruktur
Perbaikan Sound System
11
Brosur Program Senyum Lestari Rumah Zakat
88
f) KPRS (Kavling Pembangunan Rumah di Surga)
Program pembangunan dan renovasi infrastruktur Masjid yang kokoh,
nyaman dan makmur untuk ibadah umat Islam. Program ini sebagai
investasi akhirat untuk Kavling Pembangunan Rumah di surga. Aplikasi
donasi yang diprogramkan adalah:
Donasi Donasi Retail Keterangan
Rp 268.400.000 Rp 159.000 Set Up Infrastruktur Pembangunan
Data perkembangan program senyum lestari rumah zakat yang telah
diberdayakan pada desember 2014.
Program Sub Program Diberdayakan Persentase
Senyum
Lestari
Water Well 285 orang 22%
Kampung Berseri (Bersih, Sehat dan
Asri)
3.487 orang 40%
Urban Farming - 0%
M-net (Masjid Internet) - 0%
Masjidku Merdu 15 unit 13%
Pembangunan/Renovasi Masjid 12 unit 10%
Program Lastari Lainnya 19 unit 15%
Sumber diolah dari Kantor RZ News Bandung
Dari data tersebut diperkirakan pada tahun 2014 tidak seluruh program
Senyum Lestari berjalan dengan tujuan. Program Urban Farming dan Masjid
Internet belum ada perkembangan pada tahun tersebut. Pada program kampung
berseri yang terdiri dari pelatihan dan penyuluhan menunjukan hasil yang paling
89
tinggi sebesar 40 persen, disusul dengan program water well sebanyak 285 orang
atau 22 persen, kegiatan pelestarian diluar program Senyum Lestari sebanyak 15
persen. Perbaikan sound system sebanyak 15 unit/13 persen dan terakhir pada
renovasi dan pembangunan masjid sebanyak 10 persen dengan 12 unit/set up
infrastruktur di tahun 2014.
a. Periode Evaluasi
Program evaluasi merupakan pengukuran sistematis terhadap hasil nyata
(outcomes) yang bermanfaat bagi masyarakat dari suatu proses atau kegiatan yang
telah ditetapkan tujuannya karena kondisi nyata sering kali menimbulkan
kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan. Tiga hal yang mendasari proses
evaluasi sebagai berikut:
a) Laporan Implementasi, yaitu penerapan setiap strategi komunikasi yang
direncanakan dan meninjau kembali faktor internal maupun eksternal
dengan periode waktu 6 bulan dari keseluruhan implementasi program
selama 3 tahun.
b) Laporan Perkembangan, yaitu laporan yang menekankan pada
perkembangan setiap poin keberhasilan dari strategi yang digunakan.
Dalam waktu tertentu laporan ini memungkinkan terjadinya modifikasi
strategi, membandingkan hasil yang diharapkan dengan indikator tujuan
dan manfaat yang direncanakan.
c) Dokumentasi, laporan evaluasi akhir kajian analisis dengan mengukur
dampak nyata dan manfaat bagi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dalam program senyum lestari adalah upaya
untuk menolong kebutuhan masyarakat pada bidang sanitasi dan lingkungan.
90
Program ini bagus untuk ditindak lanjuti karena menjunjung nilai-nilai sosial dan
lingkungan untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Selain
membantu mengurangi kerusakan bumi, nilai-nilai didalamnya mengingatkan kita
bahwa bumi, alam, dan manusia memiliki keterikatan satu sama lain dalam
menjalani siklus kehidupan manusia, kita membutuhkan lingkungan untuk tempat
tinggal, bersosialisasi, serta memenuhi kebutuhan pangan sedangkan lingkungan
membutuhkan kita untuk menjaga dan mengambil manfaatnya.
Disisi lain program ini diharapkan terus dilakukan selama kemiskinan pada
lingkungan, pembangunan, dan kekurangan sanitasi air bersih masih terjadi karena
terasa efektif walaupun efeknya belum semaksimal seperti tiga program
pemberdayaan sebelumnya, besar manfaat yang dirasakan masyarakat kecil
karena memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk mandi, mencuci, memasak,
bercocok tanam, pembangunan sarana, dan perawatan lingkungan.
Realistis untuk terus mencari wilayah yang bermasalah terhadap
lingkungan, sanitasi air bersih, dan pembangunan, faktanya jelas akan mengurangi
wilayah yang kekeringan, membuat konsumsi air minum dan memasak menjadi
layak, masyarakat dapat menjaga kebersihan jasmani dan terhindar dari berbagai
penyakit. Sedangkan untuk peran teknologi mempermudah akses informasi
sebagai pengetahuan umum dan agama dengan mengurangi buta Internet di
Indonesia, memberikan kenyamanan dalam beribadah dan melakukan kegiatan
keagamaan dalam hal pembangunan.
Sebagian besar pengurus divisi Rumah Zakat yang memiliki wewenang
melakukan evaluasi kegiatan strategi perencanaan dan strategi manajemen dilihat
91
dari indikator yang menjadi peluang dan ancaman terhadap lembaga yang
tergambar dari analisis SWOT dibawah ini: 12
a. Strenght (Kekuatan)
Faktor mikro yang dimiliki Rumah Zakat Indonesia dalam pelaksanaan
kegiatan strategi komunikasi adalah :
1) Lebih dikenal dengan lembaga filantrofi yang berbasiskan program
pemberdayaan berdasarkan empat aspek disamping sebagai lembaga
amil zakat atau LAZ.
2) Telah memiliki jaringan merata dan akses di 52 titik wilayah di
Indonesia.
3) Memiliki program inovasi tersendiri dalam manajemen pengolahan
daging qurban dengan Superqurban yaitu program optimalisasi
pelaksanaan ibadah qurban sesuai syariat dengan mengolah dan
mengemas daging qurban menjadi kornet untuk disalurkan di wilayah
terpencil.
4) Memiliki program Member Relationship Officer (MRO) dalam setiap
wilayah pemberdayaan yaitu memberikan pendamping warga binaan
yang berfungsi sebagai pendamping, pemberdaya, penggerak
lingkungan, dan sebagai advokat masyarakat.
5) Konsistensi jumlah donatur aktif cukup meningkat setiap tahunnya
yaitu 136.908 orang (Berdasarkan jumlah donatur menurut grafik
pertumbuhan pemberdayaan 2013-2014)
12
Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997),
h. 77.
92
Hal ini sesuai dengan pengertian analisis kekuatan menurut Rafi’udin dan
Abdul Djaliel dalam buku Prinsip dan Strategi Dakwah yaitu dengan
memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya menyangkut manusia,
dana serta beberapa piranti yang dimilikinya. Lembaga perlu memikirkan
keunggulan yang dimiliki, walaupun kekuatan itu tidak sepenuhnya merupakan
keunggulan dalam bersaing. Dari semua itu yang terpenting bagi suatu lembaga
adalah memiliki kekuatan yang relatif besar untuk faktor mikro dibandingkan
dengan lembaga lain yang sejenis.13
b. Weakness (Kelemahan)
Setiap perusahaan memiliki kelemahan, termasuk Rumah Zakat dalam
pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi memiliki kelemahan yang peneliti
analisis diantaranya yaitu:
1) Keterbatasan anggaran dalam publikasi informasi dan agen media massa
dalam bekerja sama. Karena publikasi informasi berhubungan dengan
bisnis periklanan yang memiliki aturan dalam menayangkannya, serta
harga yang harus dibayar relatif tinggi mengingat media periklanan yang
digunakan lembaga tidak hanya satu. Untuk mengantisipasinya lembaga
membuat suatu paper berbentuk majalah yang diberi nama RZ Magazine
diterbitkan setiap beberapa bulan sekali dan terus dikembangkan kepada
publik
2) Keterbatasan sumberdaya manusia yang masih jauh dari kemampuan,
keterampilan akademik dan profesional. Lembaga kurang bekerja sama
dengan para ahli bidang dan institusi dalam mengembangkan program,
13
Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, Hal. 77.
93
serta keterbatasan pengetahuan untuk relawan dalam bidang lingkungan.
Untuk mengantisipasi hal ini dengan terus memberikan pelatihan ataupun
mengadakan seminar untuk publik dan relawan, melakukan kerjasama
dalam mengembangkan dan melaksanakan program dengan para ahli yang
menekuni bidang lingkungan.
3) Layanan dan penyaluran program senyum lestari dirasa kurang konsisten
setiap tahunnya, hal ini dilihat dari data penerima manfaat yang jumlahnya
jauh signifikan dari tiga program pemberdayaan lainnya dan tim pelaksana
yang dibentuk sebagian besar adalah para anggota yang merangkap
pekerjaan dengan staf kantor sehingga kesatuan manjemen yang dibentuk
tidak bekerja secara maksimal dan kurang dalam memanfaatkan tenaga
relawan dalam berpartisipasi. Dalam meminimalkan hal tersebut lembaga
dapat membentuk kesatuan manajemen khusus untuk program senyum
lestari dengan lebih memanfaatkan dan memberikan pelatihan kepada para
relawan sebelum ataupun saat berlangsungnya program berjalan.
Memperhitungkan berbagai kelemahan yang dimiliki seperti menyangkut
aspek kekuatan, misalnya kualitas sumber daya manusia yang digunakan,
pengelolan dana dan poin lainnya bisa menjadi kelemahan organisasi. Selain
mengetahui kekuatan, wajib sifatnya sebuah lembaga mengetahui kelemahan yang
dimiliki agar lembaga dapat mengantisipasi lebih dini kelemahannya sebelum
memasuki basis persaingan. 14
14
Rafi’udin dan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 77.
94
c. Opportunity (Peluang)
Melihat seberapa besar peluang yang tersedia di luar, sehingga peluang kecil
dapat dimanfaatkan menjadi sebuah keuntungan.
Peluang yang dihadapi Rumah Zakat dalam pelaksanaan kegiatan
Strategi komunikasi adalah:
1) Memiliki peluang untuk berkembang menjadi lembaga filantrofi
nasional dan memperluas jaringan akses di wilayah skala kecil. Hal ini
bisa mendekatkan pada peluang status lembaga filantrofi di mata
internasional.
2) Menjadi lembaga panutan atau referensi sistem kerja dan program bagi
lembaga sosial yang ingin masuk pada sektor pemberdayaan
masyarakat.
3) Pertimbangan untuk menjadi mitra yang dipilih pemerintah untuk
bekerja sama dalam mengatasi permasalahan lingkungan.
d. Threats (Ancaman)
Memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman, baik eksternal dan
internal, ancaman ini harus diketahui oleh lembaga sedini mungkin. Dalam
mengembangkan kekuatan yang akan bersaing, suatu organisasi akan menghadapi
ancaman terutama dari luar, ancaman yang tidak diinginkan pasti akan
melemahkan sistem lembaga, untuk itu perlu diantisipasi sedini mungkin.
Adapun ancaman yang dihadapi Rumah Zakat Indonesia dalam
melaksanakan kegiatan proses strategi komunikasi yaitu:
1) Semakin berkembang lembaga pemberdayaan sejenis sehingga akan
memunculkan alternatif berbagai pilihan dalam berdonasi.
95
2) Adanya anggaran tak terduga dalam pelaksanaan strategi komunikasi
terlebih pada aspek publikasi informasi dan periklanan.
3) Perizinan pemerintah daerah maupun pusat dalam pelaksanaan program
secara legal.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dengan demikian penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Strategi komunikasi yang diterapkan oleh Rumah Zakat Indonesia sebagai upaya
dalam pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Bintaro yaitu:
a. Perumusan strategi yaitu mengetahui faktor internal dan eksternal yang akan dihadapi
dengan melibatkan anggota lembaga, donatur, dan masyarakat, seperti menetapkan
standar operasi dalam pelaksanaan dan pengawasan, pertimbangan dan keputusan
program yang akan digunakan sebagai alternatif solusi sesuai dengan misi dan visi
yang dijalankan lembaga, pemilihan skala prioritas sasaran dan kegiatan, serta
menyesuaikan persantase alokasi anggaran yang telah diputuskan.
b. Implementasi strategi, lembaga Rumah Zakat menerapkan tindakan dalam beberapa
pilihan seperti donatur perseorangan, donatur institusi, dan donatur program. ICD
(Integrated Community Development) atau karakteristik wilayah, publikasi informasi
yang telah direncanakan baik secara langsung maupun menggunakan media, public
relation yang berperan menjembatani komunikasi antara keinginan lembaga dan
kebutuhan masyarakat, serta periklanan berfungsi sebagai akses informasi bagi publik
di suatu wilayah dan donatur untuk pemasukan donasi.
c. Evaluasi strategi dari pelaksanaan program baik secara internal maupun eksternal
dengan periode waktu 6 bulan dari keseluruhan implementasi program selama 3
tahun. Mengukur berbagai keberhasilan secara internsif dengan tujuan mengetahui
97
kekurangan dan kelebihan yang telah dicapai sehingga dapat memperbaiki
penyimpangan sedini mungkin.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan masukan kepada
Rumah Zakat demi keberlangsungan keberhasilan yang lebih baik di masa mendatang.
1. Kemiskinan adalah faktor krusial yang akan selalu melatar belakangi kehidupan sosial
tingkat bawah, RZ diharapkan konsisten dan komitmen dalam misi pemberdayaan
sosial khususnya dalam program lingkungan “Senyum Lestari” khususnya di wilayah
Bintaro serta meningkatkan pelayanan dan bantuan sebagai alternatif solusi pada
permasalahan sanitasi, sehingga dari hasil perkembangan tidak terlalu jauh berbeda
dengan hasil program pemberdayaan lainnya.
2. RZ diharapkan mampu meningkatkan donasi untuk masalah sanitasi dan lingkungan
salah satunya dengan cara menggalang dana secara Internasional, baik itu bekerja
sama dengan lembaga lingkungan luar negeri milik pemerintah maupun swasta atau
mengundang para investor yang ingin membantu menjembatani permasalahan
lingkungan di Indonesia. Sehingga anggaran untuk program ini pelaksanaannya dapat
disamakan dengan program utama lainnya
3. Meningkatkan sumberdaya manusia sebagai penggerak lingkungan dengan
melakukan pelatihan dan pemberian materi lingkungan. Menjadikan pakar ahli
lingkungan sebagai bagian dalam proses pengambilan keputusan, hal ini dirasa
penting agar pemberian bantuan dapat sampai kepada sasaran yang dijadikan
prioritas.
4. Menciptakan struktur khusus manajemen program senyum lestari agar terbangun pola
koordinasi yang terpantau jelas.
98
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Al Roubaei, Amer. "Dimensi Global Kemiskinan di Dunia Muslim Sebuah Penilaian Kualitatif
(Terjemahan Elisabeth Diana Dewi dalam Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam."
Jurnal INSISTS Khoirul Bayan, Jakarta: 2005.
Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern . Surabaya: Pustaka Amelia, 2002.
Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi . Bandung: PT Amrico, 1984.
Ault, Emery, and Etc. Introduction to Mass Communications. New York: Dadd & Mead
Company, 1970.
Brosur Program Senyum Lestari Lembaga Rumah Zakat Indonesia . n.d.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000.
David , Fred. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: PT Prenhallindo, 1998.
Depari, Edward . Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan . Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press, 1995.
Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-Dimensi Komunikasi . Bandung: Percetakan Offset Alumni,
1981.
—. Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007.
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
H, Khailuddin. Membangun Masyarakat Tinjauan Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan .
Bandung: Liberti, 2000.
Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press, 2010.
Haridi, Bambang. Strategi Managemen. Malang: Bayu Media, 2003.
Hendropuspito. Sosiologi Sistematika. Yogyakarta: Yayasan Kanisius Press, 1989.
http://www.rumahzakat.org. n.d.
Istiqomah, and Supriyantini. "Pemberdayaan dalam Konteks Pengembangan Masyarakat Islam
Vol 04." http://iain.lampung.ac.id/ Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Online, Lampung, 2008: 67-68.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1989.
Majalah "Rumah Zakat News". Bandung : Edisi Januari , 2015.
99
Mintzberg, Quinn, and Etc. The Strategy Process: Concepts, Contexts, Cases. Prentice Hall,
1991.
Moeleng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993.
Mubyarto. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE, 2000.
Mushaf dan Terjemah Sirah Maryam Surat Az Zukhruf Ayat 32. Pustaka AlFatih, n.d.
Mutmainah, Nina, and M Budyatna. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Universitas Terbuka,
1994.
Oktarini, Popy. Skripsi Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Program Majelis Ta'lim.
Jakarta: KPI UIN Syarif Hidayatullah, 2014.
P Siagian, Sondang. Manajemen Modern. Jakarta: Masagung, 1994.
Prijono, Et All. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS, 1996.
Rafi'udin, and Manna Abdul Djaliel. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia,
1997.
Rahmat, Jalalludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2006.
Razak , Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam .
Tangerang: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008.
Risyanti , Riza Roesmini. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: Alqaprint, 2006.
Rukminto, Isbandi Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,
Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis . 2001: FE Universitas Indonesia
Press , Jakarta .
Sahara, Siti, Mahmudah Fitriyah, and Kusnadi. keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
FITK Press UIN, 2009.
Shadily, Hassan. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Siagian , Sondang. Analisis Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi. Jakarta: PT
Gunung Agung, 1986.
Soemirat, Soleh. Dasar-Dasar Komunikasi . Bandung: Pascasarjana UNPAD Press, 2000.
Solihin, Ismail. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga, 2012.
Steiner, George, and John Minner. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga, 2012.
Stomezka, Piort. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2004.
Strauss, Anselm, and Juliet Corbin. Basic Of Qualitative Research Grounded Theory Procedures
and Techniques (Terjemahan Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 2009.
100
Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Wilayah Bintaro. Jakarta Selatan, n.d.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
—. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.
Suharko. Gerakan Sosial Baru di Indonesia. Yogyakarta: Fisipol UGM Press, 2006.
Suparlan, Parsudi, and A.W Widjaya. Manusia Indonesia, Individu, Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta: Akademika Pressindo, 1986.
Suparmo , Ludwig. Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relation. Jakarta: PT Indeks Permata
Puri Media, 2011.
Suryono, Agus. Dimensi-Dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang: Universitas Brawijaya
UB Press, 2010.
Sutaryono. Pemberdayaan Setengah Hati. Klaten: Lapera Pustaka Utama, 2008.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Teguh, Ambar Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan . Yogyakarta: Gaya
Media, 2004.
Usman , Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam. Jakarta:
Firma, 2000.
Wawancara Khusus Dengan Staff Lembaga Pusat Rumah Zakat Bandung. n.d.
L
A
M
P
I
R
A
N
Konsep Struktur Wawancara
Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Rumah Zakat Indonesia Dalam Pemberdayaan
Lingkungan Masyarakat Pada Program Berbagi Itu Gaya Senyum
Lestari Di Kelurahan Bintaro.
Narasumber : Ardhani Reswari (Divisi System Manajemen Rumah Zakat Indonesia)
Tempat : Lembaga Rumah Zakat, Jalan Turangga No.25 C Bandung.
Tanggal : 16 Januari 2015
Pewawancara : Bagaimana awal berdirinya Rumah Zakat Indonesia?
Narasumber : Berdiri secara Legal dan Formal pada 12 Juli 2001 berdasarkan
keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor C. 1490 HT 01.02 Th
2006, yang berawal dari kelompok pengajian Majlis Ta’lim Ummul Quro
dengan tokoh da’i Abu Syauqi bersama rekan-rekannya yang mendirikan
Dompet Sosial Ummul Quro atau DSUQ pada tanggal 2 Juli 1998 yang
bertempat di Masjid Al-manaar Bandung
Apa Visi dan Misi serta Brand Value yang diusung oleh Rumah Zakat?
Visi yang kami usung adalah menjadi lembaga Filantrofi Internasional berbasis
pemberdayaan yang profesional. Dan misi Rumah Zakat yaitu:
1. Berperan aktif dalam membangun jaringan Filantrofi Internasional
2. Memfasilitasi kemandirian masyarakat
3. Mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui keunggulan insani
Brand Value kami meliputi Trusted yaitu menjalankan usaha dengan
profesional. transparan, dan terpercaya. Progressive yaitu senantiasa berani
melakukan inovasi dan edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih, juga
Humanitarian yaitu memfasilitasi segala upaya humanitarian dengan tulus
secara universal pada seluruh umat manusia,
Apa saja program unggulan yang dijalankan Rumah Zakat?
Selain program Zakat dan Infak, untuk program pemberdayaan kami memiliki
program utama Big Smile Indonesia yaitu Berbagi Itu Gaya Senyum Indonesia
yang dimulai pada 2010 dengan empat rumpun yaitu Senyum Sehat pada aspek
kesehatan, Senyum Mandiri pada aspek ekonomi, Senyum Lestari pada aspek
sanitasi dan lingkungan, serta Senyum Juara pada aspek pendidikan.
Apa itu rumpun Senyum Lestari?
Program lingkungan berbasis sanitasi dan pembangunan sarana umum yang
didalamnya terdapat program:
1. Water Well yaitu program pengadaan sarana air bersih dan sanitasi publik
2. Kampung Berseri (bersih, sehat, dan asri) yaitu pelatihan kader
lingkungan, pelatihan, dan penyuluhan pengolahan sampah berbasis masyarakat,
kerja bakti, lomba kebersihan, dan pelestarian lingkungan, program promosi
kesehatan, serta penyediaan sarana kebersihan rumah tangga dan komunitas
3. M-net (Masjid Internet) yaitu pengembangan masjid sebagai sentra
pendidikan masyarakat berbasis teknologi Wifi
4. Urban Farming adalah optimalisasi lahan kosong sebagai pekarangan lahan
hijau untuk tanaman dan sayuran
5. Mesjidku Merdu yaitu perbaikan sound system yang sudah rusak ataupun
kurang baik
6. KPRS (Kavling Pembangunan Rumah di Surga) adalah pembangunan dan
renovasi infrastruktur masjid
Seperti apakah struktur organisasi dan para staff di Rumah Zakat pada periode
saat ini?
Untuk kepengurusan saat ini terdiri dari dewan Pembina, pengawas Syariah serta
dewan direksi
Dewan Pembina : Yayan Somantri
Dewan Pengawas Syariah : Kardita Kintabuwana, Lc., MA
Referensi Syariah : Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc., MM
DEWAN DIREKSI
Chief Executive Officer (CEO) : Nur Efendi
Chief Program Officer (CPO) : Heny Widiastuti
Chief Fundraising Officer (CFO) : Asep Nurdin
Chief Operating Officer (COO) : Herry Hermawan
Chief Relationship Officer (CRO) : Pamungkas Hendra
KONSORSIUM KONSULTAN AHLI
Konsultan Legal : Yayan Sutarna, SH, MH
Konsultan Marketing : AM. Adhy Trisnanto
Auditor Independen : KAP Kanaka Puradiredja Suhartono
Apakah tulisan, data, serta artikel yang dipublikasikan melalui media online
Rumah Zakat semuanya resmi mewakili lembaga?
Ya… artikel, berita informasi, atau laporan keuangan yang kami publikasikan
secara online resmi mewakili lembaga karena sebalumnya telah melalui
pertimbangan dan tahapan diskusi
Dalam menjalankan program Senyum Lestari, apakah lembaga memiliki tahapan
atau strategi dalam penerapannya?
Dalam melaksanakan proses kegiatan Senyum Lestari kami melakukan tahapan
atau strategi agar penerapan pada program berjalan dengan baik, lembaga
menjalankan tahapan tersebut dengan mengacu pada donatur perorangan,
donatur institusi, donatur program, ICD (Integrated Community Development),
publikasi informasi, public relation,dan periklanan.
Apa yang dimaksud dengan Integrated Community Development/ICD?
Proses pemberdayaan melalui program yang terintegrasi sesuai dengan
karakteristik wilayah dan waktu tertentu yang selaras dengan tujuan
pembangunan global, tujuannnya menciptakan perbaikan secara terukur
berdasarkan permasalahan yang terjadi pada wilayah yang akan diberdayakan,
contohnya wilayah administratif setingkat desa yang diterapkan program
Senyum Lestari manuju perbaikan atas permasalahan lingkungan, sanitasi, dan
pembangunan
Lalu bagaimana tentang penjelasan donatur perorangan, donatur institusi, dan
donatur program?
Donatur perorangan adalah donatur yang sifatnya perseorangan yang datang dari
para pekerja, karyawan, maupun wiraswasta. Donatur institusi merupakan
donatur yang berasal dari kelompok seperti perusahan swasta maupun negeri,
PT, maupun CV sejauh ini perusahaan besar yang telah bekerja sama dengan
kami adalah Telkomsel, Bakrie Untuk Negeri, dan perusahaan lainnya. Donatur
Program yaitu donatur perseorangan atau institusi yaitu mitra yang bekerja sama
dengan kami alokasi utama donasinya dikontribusikan untuk program-program
tertentu.
Pada program donatur masing-masing untuk penyaluran donasi pada bulan
pertama ditetapkan minimal seratus ribu rupiah sedangkan pada bulan-bulan
berikutnya bebas tidak dibatasi
Bagaimana penjelasan tentang publikasi informasi dan public relation?
Publikasi informasi adalah salah satu cara dalam penerapan strategi untuk
menginformasikan berbagai kepentingan lembaga terhadap publik mengenai
kebijakan divisi pada lembaga seperti informasi penyelenggaraan program,
pelatihan, maupun seminar dan hasil dari pelaksanaan program, disamping itu
publikasi informasi ini bertujuan sebagai pembinaan terhadap publik,
pemeliharaan pada jaringan lembaga dan mitra serta membentuk opini publik
terhadap kegiatan lembaga yang dilaksanakan
Rumah Zakat juga melakukan kegiatan Publik Relation sebagai agen perubahan
yang berwenang memfasilitasi kegiatan presentasi terhadap seluk beluk program
Senyum Lestari baik secara langsung maupun lewat undangan seperti acara
Talkshow di radio-radio local.
Bagaimana penjelasan tentang periklanan untuk program Senyum Lestari?
Pada periklanan lembaga bekerja sama dengan media cetak dan elektronik
sebagai alat untuk mempublikasikan program Senyum Lestari diantaranya:
1. Radio, umumnya digunakan masyarakat dan para donatur yang ingin menjadi
mitra untuk mengetahui informasi program baru atau yang sedang berjalan,
partner promosi kami diantaranya RRI Pro 2 dan 3, Delta FM, City FM, serta
Smart FM
2. Koran, media yang bekerja sama melalui Berita Sore, Tribun News, walaupun
sebagian besar informasi program Senyum Lestari kami terbitkan melalui
majalah kami sendiri yakni RZ Magazine baik dengan format majalah biasa
maupun paper digital
3. Pamflet atau selembaran, publik mengetahui informasi yang dilihat diluar
kantor seperti jalan-jalan protocol dan tempat umum seperti Banner, Baliho,
Spanduk, maupun Brosur
Bagaimana pemberdayaan masyarakat yang diterapkan oleh Rumah Zakat?
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu alternatif solusi dalam
memecahkan masalah kemiskinan di Indonesia, dengan pemberdayaan maka
masyarakat tidak hanya diberikan pembinaan, pelatihan, pengarahan, tapi kami
juga mencoba mendidik dengan kemandirian karena dalam menjalani proses
program kami melakukan pengawasan melalui Member Relationship Officer
atau MRO.
Apa itu Member Relationship Officer atau MRO?
Alternatif lain dimana dalam setiap wilayah pemberdayaan, Rumah Zakat
memberikan pendamping warga binaan yang berfungsi sebagai pendamping,
pemberdaya, surveyor pemberdayaan, penggerak lingkungan serta advokat
masyarakat, para pendamping ini ditempatkan pada program empat rumpun
termasuk pada program Senyum Lestari
Kriteria masyarakat seperti apa yang dapat menerima bantuan untuk program
Senyum Lestari?
Seperti yang sudah dijelaskan, masyarakat yang masuk dalam wilayah ICD/
Integrated Community Development yang sesuai dengan karakteristik wilayah
dan waktu tertentu setingkat Desa yang terkena bencana atau kekurangan secara
permanen atas permasalahan kesehatan, ekonomi, pendidikan serta lingkungan
Bagaimana perumusan tahapan strategi di Rumah Zakat Indonesia?
Kami kelompokkan perumusan tahapan strategi menjadi empat yaitu
1. Input Data, yaitu langkah pertama yang meringkas informasi seperti data
yang diperoleh berasal dari survey anggota RZ yang ditugaskan, opini dari
masyarakat serta informasi dari berbagai media. Melalui cara ini lembaga
dapat mengetahui kegiatan apa yang akan dilaksanakan, program apa yang
akan diterapkan serta sasaran yang menjadi objektivitas, fungsi lainnya dapat
mengetahui plus dan minus pada program serta lembaga akan lebih mudah
dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat segera
melakukan perbaikan jika dibutuhkan
2. Pertimbangan
Tahap ini memfokuskan pada strategi yang akan diterapkan dilihat
berdasarkan data yang diperoleh seperti masalah yang akan dihadapi, proses
pembinaan dan pengawasan, pemberian wewenang, sumberdaya yang
tersedia, jika hal tersebut telah kami gabungkan maka akan menghasilkan
strategi yang akan digunakan melalui tahapan keputusan
3. Keputusan
Langkah selanjutnya dengan satu tehnik keputusan awal yang telah
dipertimbangkan dan disepakati dengan pertimbangan segala kondisi dan
situasi lembaga dari segi faktor eksternal dan internal seperti melihat
informasi donatur, melihat pelaku yang menjadi relawan, akomodasi,
fasilitas, perizinan daerah dan pemerintah setempat, serta kondisi wilayah
4. Alokasi Anggaran
Melihat persentase alokasi anggaran yang tersedia untuk masing-masing
program, anggaran diutamakan untuk kepentingan bantuan materi maupun
logistic, akomodasi, penyuluhan, serta pembangunan
Sejauh ini bagaimana manfaat yang dirasakan oleh para penerima bantuan?
Mereka terbantu dengan program yang kami berikan seperti pengadaan air
bersih dan pembangunan sanitasi, pada daerah yang kami bantu masyarakat
tidak lagi membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, memiliki fasilitas sanitasi
yang layak untuk mandi dan mencuci, pembangunan masjid yang menjadi
nyaman, intinya Rumah Zakat dapat mengurangi kekurangan yang terjadi
Bagaimana periode evaluasi yang dilaksanakan di Rumah Zakat?
Kami melakukan evaluasi terhadap kinerja para anggota dan manajemen dari
awal pelaksanaan sampai tahapan evaluasi yang membahas mengenai kelemahan
dan kekuatan dalam pelaksanaan kegiatan, membandingkan hasil yang telah
dicapai selama pelaksanaan selama tiga tahun dan masa evaluasi selama enam
bulan yang kami lihat berdasarkan tiga hal yaitu laporan implementasi, laporan
perkembangan, dan dokumentasi
Apa penjelasan mengenai laporan implementasi, laporan perkembangan, dan
dokumentasi?
1. Laporan implementasi yakni penerapan strategi komunikasi yang telah
direncanakan dengan meninjau faktor internal maupun eksternal dengan periode
waktu enam bulan dari keseluruhan implementasi program selama tiga tahun
2. Laporan perkembangan adalah laporan yang membahas perkembangan
setiap poin keberhasilan strategi yang digunakan, sejauh mana keberhasilan yang
telah dicapai, dan tercapai atau tidaknya sebuah tujuan maupun target. Dengan
laporan perkembangan ini, jika strategi yang diimplementasikan tidak berjalan
baik maka bisa diganti
3. Dokumentasi, laporan evaluasi akhir kajian analisis dengan mengukur
dampak nyata dan manfaat bagi masyarakat
Bagaimana pelaksanaan evaluasi strategi komunikasi dilihat dari kekuatan dan
kelemahan?
a. Kekuatan
1. Lebih dikenal dengan lembaga filantrofi yang berbasiskan program
pemberdayaan berdasarkan empat aspek rumpun senyum disamping sebagai
amil zakat atau LAZ
2. Telah memiliki jaringan merata dan akses di 52 titik wilayah di Indonesia
3. Memiliki program inovasi tersendiri dalam manajemen pengolahan daging
qurban dengan nama Superqurban yaitu program optimalisasi pelaksanaan
ibadah qurban sesuai dengan syariat dengan mengolah dan mengemas daging
qurban menjadi kornet untuk disalurkan di wilayah terpencil
4. Memiliki program Member Relationship Officer atau MRO dalam setiap
wilayah pemberdayaan untuk dijadikan pendamping warga binaan yang
berfungsi sebagai pendamping, pemberdaya, penggerak lingkungan, dan
sebagai advokat masyarakat
5. Konsistensi jumlah donatur aktif yang selalu meningkat setiap tahunnya
b. Kelemahan
1. Keterbatasan anggaran dalam publikasi informasi maupun media massa yang
diajak bekerja sama
2. Keterbatasan sumber daya manusia yang masih jauh dari kemampuan,
keilmuan, dan profesional
3. Penyaluran pada program Senyum Lestari kurang konsisten setiap tahunnya
Bagaimana pelaksanaan evaluasi strategi komunikasi dilihat dari peluang dan
ancaman?
a. Peluang
1. Dapat berkembang menjadi lembaga Filantrofi Nasional dan memperluas
jaringan akses diwilayah terpencil. Hal ini bisa mendekatkan pada peluang
status lembaga Filantrofi di mata Internasional
2. Menjadi lembaga panutan atau referensi sistem kerja dan program bagi
lembaga sosial yang ingin masuk pada sektor sosial pemberdayaan
masyarakat
3. Memiliki kesempatan besar menjadi mitra yang dipilih pemerintah untuk
bekerja sama dalam mengatasi permasalahan lingkungan
b. Ancaman
1. Semakin berkembang lembaga pemberdayaan sejenis sehingga akan muncul
alternatif berbagai pilihan dalam berdonasi
2. Adanya anggaran tak terduga dalam pelaksanaan strategi komunikasi terlebih
pada aspek publikasi informasi dan periklanan
3. Perizinan setempat, pemerintahan daerah maupun pusat dalam pelaksanaan
program pemberdayaan secara resmi dapat menjadi ancaman
D
O
K
U
M
E
N
T
A
S
I