Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI MERAWAT KEBHINEKAAN DAN MODEL MASYARAKAT
MULTIKULTURALDI KECAMATAN SEPUTIH RAMAN,
LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
GARDINA JUFI ANDINI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
Strategy of Careing Diversity and Models Multicultural Society
in Seputih Raman Subdistrict, Central Lampung
By
Gardina Jufi Andini
This study aims to describe: (1) the condition of diversity in Seputih Raman
subdistrict (2) the strategy of preserving diversity in a multicultural society in Seputih
Raman subdistrict (3) the model of multiculturalism in communities in Seputih
Raman subdistrict. This study applied qualitative approach with the determination of
the informants was carried out using purposive sampling technique. The data
collection technique was obtained through in-depth interviews, observation and
documentation. The results of the research showed that the society of Seputih Raman
has its own diversity, ranging from different ethnicity, religion and culture, yet such
diversity remained in a conducive situation and never there a conflict. The strategy
applied by the society to preserve the diversity is by instilling a high tolerance and
unity, in addition, the society routinely conducted several activities which support
tolerance among the member of the society; further, the active role of the security
apparatus also became part of the strategy to treat diversity in Seputih Raman
subdistrict. Based on the results of the study, a multicultural model in the society of
Seputih Raman was called an autonomous model of multiculturalism which means a
pluralistic society seeking to realize equality with a dominant culture and pursuing
for autonomous life. This cultural concern is being applied to preserve their way of
life, which has the same rights as the dominant group; they challenge the dominant
group and try to create a society where all different groups can exist as equal
partners.
Keywords: strategy to preserve diversity, diversity model, multicultural society
ABSTRAK
Strategi Merawat Kebhinekaan dan Model Masyarakat Multikultural
di Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah
Oleh
Gardina Jufi Andini
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) mengetahui kondisi
kebhinekaan di Kecamatan Seputih Raman (2) mengetahui strategi merawat
kebhinekaan dalam masyarakat multikultural di Kecamatan Seputih Raman (3)
mengetahui model multikulturalisme pada masyarakat di Kecamatan Seputih
Raman. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
penentuan informan menggunakan teknik purposive. Data diperoleh
menggunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat Seputih Raman memiliki keberagaman, mulai
dari suku, agama dan budayanya, akan tetapi dengan keberagaman yang dimiliki
mayarakat Seputih Raman tetap dalam keadaan yang kondusif dan tidak pernah
terdapat suatu konflik. Strategi yang dilakukan masyarakat guna merawat
kebhinekaan yaitu dengan menanamkan sikap toleransi dan persatuan yang tinggi,
selain itu terdapat beberapa aktivitas yang menunjang sikap toleransi pada
masyarakat dan peran aktif aparat keamanan yang menjadi bagian dari strategi
merawat kebhinekaan Seputih Raman. Berdasarkan hasil penelitian, model
multikultural pada masyarakat Seputih Raman yaitu model multikulturalisme
otonomis yang berarti masyarakat plural yang berusaha mewujudkan kesetaraan
(equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom.
Perhatian pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka,
yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang
kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat yang semua
kelompoknya bisa eksis sebagai mitra sejajar
Kata Kunci: strategi merawat kebhinekaan, model kebhinekaan, masyarakat
multikultural
STRATEGI MERAWAT KEBHINEKAAN DAN MODEL MASYARAKAT
MULTIKULTURALDI KECAMATAN SEPUTIH RAMAN,
LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
GARDINA JUFI ANDINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Gardina Jufi Andini dilahirkan pada tanggal 01 Juni 1996
di Seputih Raman, penulis merupakan anak kedua.dari
tiga. bersaudara, pasangan Bapak Bambang Wiejanarko
dan Ibu Esa Hanura. Alamat penulis di Kampung Rama
Gunawan 1, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten
Lampung Tengah.
Pendidikan Formal yang telah diselesaikan adalah:
1. SD Negeri 2 Rama Gunawan, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung, diselesaikan pada tahun 2008.
2. SMP Negeri 1 Seputih Raman, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung, diselesaikan pada tahun 2011.
3. SMA Negeri 1 Kota Gajah, Kecamatan Kota Gajaha, Kabupaten Lampung
Tengah, Provinsi Lampung, diselesaikan pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung
Fakultas Ilmu Sosial (Fisip) jurusan Sosiologi, melalui jalur SNMPTN. Pada
Januari 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sumber
Agung, Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah. Selama
menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi HMJ Sosiologi.
Motto
Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut
oleh manusia ialah menundukan dirinya sendiri.
(Ibu Kartini)
Work hasn’t been done often seems impossible, we’ll be sure if we’ve it well.
(Gardina Jufi Andini)
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucap Syukur Kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, Kupersembahkan Karya ini
sebagai tanda bakti dan kecintaanku kepada:
Mama dan Papaku Tercinta
Bambang Wiejanarko dan Esa Hanura
Kakak dan adikku Tersayang
Gilang Ternadho, Rantika Ratnasari dan Gradilla Ndaru Kadesi
Dosen Pembimbing dan Dosen Pembahas
Bapak Damar Wibisono, S.Sos.,M.A dan Bapak Drs. Ikram, M.Si
Kawan-kawan seperjuanganku
Sosiologi 2014
Almamaterku
Keluarga Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT.
Karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW
yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya di Yaumul Akhir, Amin Allahuma
Amin.
Skripsi ini berjudul “Strategi Merawat Kebhinekaan dan Model Masyarakat
Multikultural di Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah” yang merupakn
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan karunia dan ridho-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan dan penyusunan degan baik.
2. Kepada Papa dan Mama yang selalu mengiringiku dengan doa, nasihat,
dukungan, bimbingan, serta kasih sayang yang sangat luar biasa dan tak
terhingga. Tak cukup lembaran dan tinta ini untuk menuliskan jasa kalian,
hanya doa dan usaha untuk dapat membahagiakan dan membanggakan Papa,
Mama ke depannya kelak. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan
dan kebahagian untuk Mama dan Papa, Amin.
3. Untuk yang tersayang Mas Gilang, Mba Tika, adikku Lala dan kesayangan
tante, Maiko yang selalu memberi dukungan, doa dan saran sampai saat ini
sehingga penulis dapat semangat menyelesaikan studi dan proses skripsi.
4. Kepada Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Ikram, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan selaku dosen penguji
dalam penyusunan skripsi ini, yang sudah memberikan penulis banyak pelajar
selama studi serta telah banyak membantu kelancaran penulis dalam
penyusunan skripsi.
6. Kepada Bapak Damar Wibisono, S.Sos., MA selaku Sekertaris Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan selakaligus sebagai
dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, terimakasih banyak karena
telah meluangkan banyak waktu, tenaga, pikiran dan memberikan semangat
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan berkah kepada bapak dak keluarga, Amin.
7. Kepada Ibu Dra. Anita Damayanti, M.H selaku dosen pembimbing akademi
penulis, terimakasih atas bimbingan yang telah diberikan selama ini.
8. Kepada semua Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Polik Universitas Lampung.
9. Untuk Dwiyan Ramadhan, terimakasih atas kasih sayang, doa, dukungan
serta telah banyak membantu urusan penulis selama ini, maaf jika selama ini
banyak merepotkan dan telah sabar mendengar keluh kesah penulis. Semoga
kelak kita bisa sukses dan bahagia bersama. Amin.
10. Keluarga besar Sosiologi 2014 semuanya tanpa terkecuali terima kasih telah
memberikan cerita baru dalam hidup ini. Semoga dengan selesainya kuliah
kita bukan menjadi akhir dari kebersamaan kita.
11. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Sani Almira, Putri Windarni, Erriyadi
Widhiastuti, Anjani Firna. Terimakasih banyak telah setia menjadi sahabatku,
baik dalam suka maupun duka, terimakasih sudah banyak membantu penulis
dalam segala hal, sudah bersedia mendengarkan curhatan dan memberikan
saran yang baik kepada penulis, sudah bersedia menjadi korban kejailanku
selama ini. Terimakasih untuk canda dan tawa yang selalu kita torehkan,
terlalu banyak hal yang telah kita lewati bersama, semoga menjadi kenangan
yang tak pernah terlupakan, sukses dan bahagia selalu untuk kita gengs,
Amin.
12. Kepada sahabat-sahabatku di Kosan Restu, Lintang Sharastuti, Mba Nike
Novita Halim, Mba Diora Gustina, terimakasih atas semua cerita yang sudah
terjalin selama ini, dukungan, saran, dan bantuan kalian yang sangat berarti
untuk aku bangkit terutama saat aku mulai putus asa dalam menyelesaikan
skripisi ini. Semoga Allah Swt melimpahkan berkah untuk kalian, serta
sukses dan bahagia selalu untuk kita, Amin.
13. Untuk sahabat-sahabatku SMA sampai saat ini dan selamanya, Nisa, Zsazsa,
Windri, Asih, Uti terimakasih telah setia menjadi sahabat baik penulis sampai
saat ini, terimakasih atas semangat, dukungan dan sarannya selama ini.
Semoga kelak kita sukses bersama, Amin.
14. Kepada teman-teman KKN Sumber Agung, Kak Dayat, Kak Danu, Kak
Doni, Kak Sidik, Kak Adik, Axel, Mba Bher, Mba Dian, Khoi, Resti,
Murtika, Maul dan Vivi. Terimakasih atas cerita selama KKN, yang banyak
memberi pelajaran dan kenangan. Sukses selalu untuk kita semua. Amin.
15. Kepada seluruh pihak yang sudah banyak membantu proses penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan
penambahan wawasan bagi para pembaca, serta dapat dijadikan referensi bagi
penelitian yang dilakukan di masa yang akan datang terkait dengan merawat
kebhinekaan dalam masyarakat multikultural.
Bandar Lampung, 2 Agustus 2018
Tertanda,
Gardina Jufi Andini
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
SANWACANA ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
I.PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11
A. Tinjauan Tentang Bhinneka Tunggal Ika.................................................. 11
1. Pengertian Bhinneka Tunggal Ika ........................................................ 11
2. Fungsi Bhinneka Tunggal Ika .............................................................. 13
3. Kebhinekaan ......................................................................................... 15
4. Strategi Merawat Kebhinekaan ............................................................ 18
B. Tinjauan Tentang Multikultural ................................................................ 22
1. Masyarakat Multikultural................................................................... 22
2. Model Multikulturalisme ................................................................... 24
C. Tinjauan Tentang Masyarakat, Interaksi Sosial, Integrasi dan Konflik .... 26
1. Tinjauan Masyarakat .......................................................................... 26
2. Tinjauan Interaksi Sosial.................................................................... 27
3. Tinjauan Integrasi .............................................................................. 28
4. Tinjauan Konflik ................................................................................ 31
D. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 32
E. Kerangka Pikir .......................................................................................... 34
III.METODE PENELITIAN ........................................................................ 36
A. Tipe Penelitian .......................................................................................... 37
B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 37
C. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 38
D. Penentuan Informan .................................................................................. 38
E. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 39
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 42
H. Uji Keabsahan ............................................................................................ 44
I. Tahapan Penelitian ..................................................................................... 45
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 47
A. Gambaran Umum Seputih Raman ............................................................. 47
1. Sejarah Kecamatan Seputih Raman ..................................................... 47
2. Luas Wilayah ........................................................................................ 49
B. Kependudukan............................................................................................ 50
C. Perekonomian ............................................................................................. 52
D. Sarana dan Prasarana.................................................................................. 52
1. Sarana Transportasi .............................................................................. 52
2. Listrik ................................................................................................... 53
3. Telekomunikasi .................................................................................... 53
4. Lembaga Keuangan dan Koperasi ........................................................ 53
5. Sarana Pendidikan ................................................................................ 53
6. Sarana Keagamaan ............................................................................... 54
7. Sarana Kesehatan ................................................................................. 54
8. Sarana Olahraga dan Rekreasi .............................................................. 54
9. Kondisi Kebhinekaan di Kecamatan Seputih Raman........................... 54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 56
A. Identitas Informan ..................................................................................... 56
B. Kondisi Kebhinekaan dalam Masyarakat Multikultural Di Kecamatan
Seputih Raman .......................................................................................... 59
C. Strategi Merawat Kebhinekaan di Kecamatan Seputih Raman ................ 70
D. Model Multikulturalisme Pada Masyarakat Seputih Raman .................... 83
E. Pembahasan ............................................................................................... 88
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 94
A. Kesimpulan ............................................................................................... 94
B. Saran ......................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Konflik yang Terjadi di Indonesia ............................................................ 5
2. Perbedaan dan Kontribusi Penelitian Terdahulu ....................................... 33
3. Jumlah Pemeluk Agama Kecamatan Seputih Raman ............................... 50
4. Jumlah Penduduk Kecamatan Seputih Raman.......................................... 51
5. Presentase Suku di Seputih Raman ........................................................... 51
6. Mata Pencaharian Penduduk Seputih Raman ........................................... 52
7. Identitas Informan ..................................................................................... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Skema Kerangka Pemikiran Kebhinnekaan dalam Masyarakat
Multikultural ............................................................................................. 35
2. Kegiatan Linmas ....................................................................................... 69
3. Kegiatan Gotong Royong ......................................................................... 72
4. Kegiatan Doa Lintas Agama ..................................................................... 73
5. Menggotong Ogoh-Ogoh yang Dilakukan oleh Karang Taruna ............... 75
6. Kegiatan Senam Massal di Lapangan Merdeka Seputih Raman .............. 76
7. Ibu-Ibu Muslim Menghadiri Hajat Potong Gigi ....................................... 80
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pancasila adalah nama resmi dari dasar negara Republik Indonesia yang
tercantum dalam alinea IV pembukaan UUD 1945. Secara etimologis “Pancasila”
berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti 5 (lima), sedangkan syila artinya
batu sendi, alas, atau dasar. Maka, Pancasila dapat diartikan sebagai 5 dasar
peraturan tingkah laku yang baik (Lasiyo & Yuwono, 1985:67).
Dwiyanto dkk (2012:93) mengungkapkan pancasila berfungsi sebagai sebuah
idealisme, maka tindakan yang kita lakukan merupakan prinsip yang regulatif
dalam tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Berikutnya lima sendi utama
penyusun Pancasila adalah ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
2
Selanjutnya rangkaian nilai-nilai, cita-cita negara yang termaktub dalam Pancasila
diejawatahkan dalam pasal-pasal dan ayat UUD 1945 yang selanjutnya dijabarkan
dalam perundang-undangan. Dalam pasal 28E ayat (2) UUD 1945 menyatakan
bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu
dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama
merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga
menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk
memeluk agama. Selain itu di dalam pasal 28J ayat (2) UUD 1945 dijelaskan
bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain untuk memenuhi tuntutan yang adil dan sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis. Jadi, sudah merupakan suatu keharusan untuk
menciptakan kehidupan bermasyarakat yang baik sesuai nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Selain itu Indonesia memiliki semboyan yang
mengisyaratkan bahwa Indonesia adalah negara yang beragam yaitu dengan
adanya Bhinneka Tunggal Ika , yang merupakan semboyan pada lembaga negara
Republik Indonesia yang ditetapkan berdasarkan PP No. 66 Tahun 1951 yang
mengandung arti walaupun berbeda-beda tetap satu”. Semboyan tersebut terukir
kokoh dalam cengkraman Burung Garuda yang merupakan lambang bangsa
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika menunjukan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen, yaitu bangsa yang mempunyai
3
keanekaragaman, baik dalam aspek suku bangsa, budaya, ras dan agama
(Sujanto, 2009:1).
Menurut Kusumohamidjojo (2000:45) Negara Indonesia adalah salah satu negara
multikultur terbesar di dunia, hal ini dapat terlihat dari kondisi sosiokultural
maupun geografis Indonesia yang begitu kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia
terdiri atas sejumlah besar kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang
masingmasing plural (jamak) dan sekaligus juga heterogen “aneka ragam”. Selain
itu menurut Sujanto (2009:3), menyatakan sebagai Negara yang memiliki 657
suku bangsa dan lebih dari 700 bahasa yang tersebar dalam 33 provinsi
Indonesia kaya akan nilai-nilai budaya dengan warna-warni kultur bangsanya.
Selain kultur dan budaya yang beragam, Indonesia juga merupakan negara
dimana penduduknya adalah pemeluk dari beragam agama dan kepercayaan.
Tentang keragaman agama diakomodasikan dan dilegitimasikan oleh Negara
melalui pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945.
Keanekaragaman bangsa Indonesia dilatarbelakangi oleh jumlah suku-suku
bangsa di Indonesia yang sangat banyak, dimana setiap suku bangsa tersebut
mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya.
Menurut sensus BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2015, jumlah suku bangsa di
Indonesia lebih dari 300 suku bangsa atau kelompok etnik, atau lebih tepatnya
mencapai 1.340 suku bangsa atau kelompok etnik. Hal ini dapat diartikan jika
masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi sosial budaya masing-
masing, berarti di Indonesia ada dan berkembang bermacam-macam budaya yang
memiliki ciri khas masing-masing.
4
Bermacam-macamnya etnik ini disebabkan karena kondisi geografis Indonesia
sebagai negara lautan, Indonesia ditaburi oleh ribuan pulau-pulau dengan jumlah
sekitar 18.000 pulau, dengan 6000 pulau diantaranya berpenduduk.
Menurut Nasikun (2007:33) bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia paling
tidak, dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan
suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal
ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan
bawah yang cukup tajam. Dengan adanya kemajemukan tersebut, hal yang tidak
bisa kita lupakan di Indonesia, yaitu konflik SARA adalah konflik yang nyaris
sama tuanya dengan kelahiran bangsa ini (Indonesia) bahkan, beberapa sejarawan
dan pengamat social-humaniora menyebut bahwa konflik SARA di bangsa-bangsa
Melayu telah terjadi sebelum pra-kolonial. Konflik SARA tampaknya menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat multi etnis, multi religius dan multi kultur
seperti Indonesia sepanjang sejarahnya .
Pandangan klise tentang keragaman mengakibatkan semangat kebhinekaan yang
terkandung dalam Pancasila terasa mati dalam sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Masyarakat dengan gampang terbakar emosi, karena
pandangan primordialisme yang sempit dan bersifat SARA. Masyarakat hidup
dalam kecurigaan. Perasaan curiga ini justru memudarkan nilai-nilai Pancasila
dalam hidup bermasyarakat sehingga tidak jarang Indonesia dilanda oleh
berbagai konflik mulai dari konflik kecil sampai konflik besar.
5
Tabel 1. Konflik yang Terjadi di Indonesia
No. Konflik Lokasi dan
Waktu
Keterangan
1. Kerusuhan 1998 Jakarta, 1998 Dipicu krisis moneter yang
membuat banyak sektor di
Indonesia runtuh. Namun lambat
laun kerusuhan menjadi semakin
mengerikan hingga berujung pada
konflik antara etnis pribumi dan
etnis Tionghoa. Seluruh aset
Thionghoa dijarah, para wanitanya
diperkosa dan juga terjadi banyak
pembunuhan.
2. Kerusuhan Ambon &
Poso
Ambon, 2000 Konflik yang meluas antara agama
Islam dan Kristen yang berakhir
dengan banyaknya orang
meninggal dunia. Orang-orang
dari kelompok Islam dan Kristen
saling serang dan berusaha
menunjukkan kekuatannya.
Kerusuhan yang terjadi di Ambon
membuat kerukunan antar umat
beragama di Indonesia jadi
memanas hingga waktu yang
cukup lama.
3. Konflik Kelompok
Separatis
Aceh, 2003 GAM (Gerakan Aceh Merdeka),
RMS (Republik Maluku Selatan),
dan OPM (Organisasi Papua
Merdeka) adalah 3 nama
kelompok separatis yang sangat
dikenal di Indonesia. Mereka
adalah kelompok yang ingin
memisahkan diri dari tanah air dan
mendirikan negara sendiri, tentu
saja aparat dan pemerintah
langsung melakukan aksi cepat
demi persatuan Indonesia.
4. Konflik Kelompok
Separatis
Aceh, 2003 GAM (Gerakan Aceh Merdeka),
RMS (Republik Maluku Selatan),
dan OPM (Organisasi Papua
Merdeka) adalah 3 nama
kelompok separatis yang sangat
dikenal di Indonesia. Mereka
adalah kelompok yang ingin
memisahkan diri dari tanah air dan
mendirikan negara sendiri, tentu
saja aparat dan pemerintah
langsung melakukan aksi cepat
demi persatuan Indonesia.
6
5. Konflik Antar
Golongan Agama
(Ahmadiyah dan
Syiah)
NTB, 2006 Konflik tersebut terlihat dari
golongan Ahmadiyah dan Syiah
yang mengalami banyak sekali
tekanan dari kelompok mayoritas
di wilayahnya karena dianggap
menjalankan syariat Islam yang
sesat. Seperti terjadnya
pengasingan, pembakaran rumah
ibadah.
Sumber: (okezone news, 2016)
Berikut merupakan konflik yang pernah terjadi di Indonesia, sedangkan konflik
yang pernah terjadi di Provinsi Lampung tercermin dalam kasus kerusuhan sosial
terjadi di Kabupaten Lampung Selatan pada 27 Oktober 2012 sampai dengan 29
Oktober 2012 yang melibatkan Etnik Lampung (etnik pribumi/ mayoritas
beragama Islam) dan Etnik Bali (pendatang/ mayoritas beragama Hindu) dipicu
persoalan sepele yang tidak terselesaikan secara hukum adat istiadat yang berlaku.
Konflik bermula dari peristiwa kecelakaan sepeda motor yang melibatkan pemuda
dari Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji (mayoritas Etnik Bali) dan pemudi
dari Desa Agom Kecamatan Kalianda (mayoritas Etnik Lampung). Kedua desa
tersebut masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Lampung Selatan, secara
geografis letak keduanya tidak terlalu berjauhan, jarak kedua desa hanya sekitar
lima kilo meter. Peristiwa kecelakaan lalu lintas tersebut kemudian berkembang
menjadi isu SARA yang tidak hanya melibatkan kedua desa tersebut, namun
melibatkan banyak desa dari kedua etnik yang ada, Etnik Lampung dan Etnik
Bali. Konflik bermula pada tanggal 27 Oktober 2012, kemudian berlanjut pada
hari berikutnya, dan memuncak pada tanggal 29 Oktober 2012. Peristiwa
penyerbuan dan bentrok berdarah oleh ribuan warga Desa Agom serta desa-desa
sekitarnya yang berpenduduk Etnik Lampung terhadap warga Desa Balinuraga
7
(Etnik Bali) mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 14 orang tewas,
puluhan orang luka-luka, 166 unit rumah warga di Desa Balinuraga dan Sidoreno
dibakar massa, 27 unit rumah mengalami rusak berat, sebelas unit sepeda motor
dibakar, dan dua gedung sekolah juga ikut dibakar massa (Iqrametro,2017).
Di samping banyaknya konflik yang terjadi di Indonesia, masih banyak ditemukan
daerah dan masyarakat yang harmonis salah satunya di Provinsi Lampung, yaitu
di Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah selain dipandang
dengan keramahan warganya, Seputih Raman merupakan daerah yang didiami
oleh masyarakat dengan berbagai suku, agama, ras dan budaya yang beraneka
ragam.
Sumber: Data Monografi Seputih Raman, 2017
Seputih Raman merupakan miniatur Indonesia yang di dalamnya terdapat
masyarakat yang beragam baik suku, agama, ras dan budaya. Di Kecamatan
40%
30%
15%
5%
10%
Suku di Seputih Raman
Jawa Bali Sunda lampung dll
8
Seputih Raman terjadi toleransi lintas agama dan budaya yang sangat luar biasa.
Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kericuhan dan kekisruhan antar warga
lintas agama ataupun budaya. Antar umat beragama menjalankan tradisi dan
kepercayaannya masing-masing tanpa mengganggu satu sama lain. Ini merupakan
suatu kebanggaan tersendiri bagi warga Seputih Raman. Meskipun Seputih
Raman didominasi dengan masyarakat suku Jawa namun terdapat juga beberapa
suku di Seputih Raman seperti suku Jawa, Bali, Sunda, dan lain-lain. Seperti pola
kebudayaan Sunda masih tampak dilingkungan masyarakat suku Sunda yang
bermukim di Seputih Raman tepatnya di perkampungan Ratna Chaton. Kenyataan
itu terlihat dari bahasa daerah yang dituturkan, sistem kekerabatan serta
kebudayaan yang berkembang dilingkungan mereka. Beberapa kesenian atau
tradisi yang dilakukan dalam sebuah prosesi misalnya saat pernikahan,
masyarakat dominan lain yang bermukim di Seputih Raman adalah penduduk
suku Bali. Agama yang di anut mayoritas memeluk agama Hindu-Bali, memasuki
kampung-kampung masyarakat suku Bali terlihat khasanah yang begitu menonjol.
Kehidupan keagamaan dan seni ukir Bali sangat akrab dilingkungan
penduduknya. Tempat melakukan ibadah agama Hindu-Bali disebut Pura, bahasa
Bali yang masih begitu kental diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kepercayaan masyarakat Seputih Raman juga didominasi dengan masyarakat
Muslim namun terdapat juga kepercayaan agama lain seperti Hindu, Budha,
Katolik dan Kristen. Namun pasti ada saja beberapa ancaman yang mengintai
dalam sebuah kerukunan masyarakat Seputih Raman yaitu adanya toleransi
individu yang kurang, adanya campur tangan kepentingan politik yang bergejolak
atau usaha-usaha tertentu bisa mempengaruhi sebuah kerukunanan. Kekacauan
9
politik yang bisa mempengaruhi kerukunan biasanya bersifat SARA. Sikap
fanatisme, sikap ini merupakan sikap yang harus dihindari jika ingin menerapkan
kerukunan antar masyarakat yang hidup ditengah keragaman. Sikap ini cenderung
menilai agama maupun suku atau budaya yang dipeluknya yang paling benar.
(Profil Lampung Tengah, 2017).
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan
penelitian ini dengan judul “Strategi Merawat Kebhinekaan dan Model
Masyarakat Multikultural” (Studi di Kecamatan Seputih Raman, Lampung
Tengah).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi kebhinnekaan di Kecamatan Seputih Raman?
2. Bagaimana strategi merawat kebhinnekaan dalam masyarakat multikultural di
Kecamatan Seputih Raman?
3. Bagaimana model multikulturalisme pada masyarakat Seputih Raman?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi kebhinnekaan di Kecamatan Seputih Raman.
2. Untuk mengetahui strategi dalam merawat kebhinnekaan dalam masyarakat
multikultural di Kecamatan Seputih Raman.
3. Untuk mengetahui model multikulturalisme pada masyarakat Seputih Raman.
10
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi
atau masukan untuk pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan ilmu sosial
dan pendidikan khususnya pendidikan nilai dan moral Pancasila dan
kewarganegaraan yang berkaitan dengan upaya membina pengetahuan,
keterampilan dan watak atau karakter warga negara yang sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila dan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan managemen konflik.
2. Secara praktis
a. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran dan pemahaman realitas yang terjadi mengenai pluralisme
budaya yang ada dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat
Indonesia saat ini.
b. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan
untuk memperoleh pertimbangan dalam mengambil kebijakan,
memperoleh solusi dalam memecahkan masalah sosial misalnya
perpecahan konflik dalam hal SARA, dan juga memperoleh masukan
dalam meningkatkan kualitas pelaksaan pemerintah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Bhineka Tunggal Ika
1. Pengertian Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan pada lembaga negara Republik Indonesia
yang ditetapkan berdasarkan PP No. 66 Tahun 1951 yang mengandung arti
walaupun berbeda-beda tetap satu. Bhinneka Tunggal Ika sebagai kunci dan
pemersatu keragaman bangsa Indonesia merupakan ciri persatuan bangsa
Indonesia sebagai negara multikultural. Bangunan wawasan ke-Indonesia-an
adalah perwujudan dari keinginan bersama untuk dapat mewujudkan kesatuan/
keesaan, manunggalnya keberagaman menjadi satu-kesatuan yang disepakati yaitu
Indonesia (Sujanto, 2009:1).
Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” memuat dua konsep yang berbeda, bahkan
kedua konsep tersebut seolah-olah bersifat kontradiktif. Kedua konsep itu adalah
“Bhinneka” dan “Tunggal Ika”. Konsep “Bhinneka” mengakui adanya keanekaan
atau keragaman, sedangkan konsep “Tunggal Ika” menginginkan adanya
kesatuan. Keanekaan dicirikan oleh adanya perbedaan, sedangkan kesatuan
dicirikan oleh adanya kesamaan. Jika kedua hal tersebut dipahami dan
dilaksanakan dengan tekanan yang berbeda (tidak seimbang), maka akan dapat
menimbulkan kondisi yang berbeda pula. Manakala segi keanekaan yang
12
menonjolkan unsur perbedaan itu ditampilkan secara berlebihan, maka
kemungkinan munculnya konflik tak terhindarkan, sebaliknya manakala segi
kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu ditampilkan secara berlebihan, maka
tindakan itu tergolong melanggar kodrat perbedaan, karena perbedaan adalah
kodrat sekaligus berkah yang tak terelakkan. Adanya dua konsep yang berbeda
tersebut menunjukkan bahwa semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” mengandung
problem metafisika, yaitu problema antara keberbagaian dan kesatuan, problem
antara hal banyak (the many) dan hal satu (the one). Berdasarkan problema
tersebut tampak bahwa untuk mencari makna “Bhinneka Tunggal Ika” diperlukan
adanya perenungan mendalam yang bersifat filosofis metafisis. (Taufani,
2014:12).
Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular
semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut tercantum dalam
bait 5 pupuh 139, seperti dibawah ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa
Terjemahan
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu.
Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Didalam kitab Sutasoma mengajarkan toleransi dalam hidup beragama, yaitu
antara agama Hindu dan agama Budha yang hidup bersama dengan damai dan
rukun. Kedua agama tersebut hidup bersama di bawah payung kerajaan, pada
jaman pemerintahan raja Hayam Wuruk. Meskipun agama Hindu dan Buddha
13
merupakan dua substansi yang berbeda, namun perbedaan itu tidak menimbulkan
perpecahan, karena kebenaran Hindu dan Buddha bermuara pada hal “Satu”.
Hindu dan Buddha memang berbeda, tetapi sesungguhnya satu jenis, tidak ada
perbedaan dalam kebenaran (Taufani, 2014:14).
Peristilahan Bhinneka Tunggal Ika dalam bahasa Jawa dapat dimaknai bahwa
walaupun kita berbeda-beda, memiliki latar belakang budaya yang berbeda,
berbeda ras, etnis, agama, budaya namun kita adalah saudara yang diikat oleh
kedekatan persaudaraan dengan rasa saling memiliki, menghargai, dan saling
menjaga. Dalam Bhinneka Tunggal Ika tersurat petuah bijak untuk bersatu dalam
keberagaman tanpa mempermasalahkan keberagaman, karena dalam keberagaman
ditemukan suatu nilai persatuan yang menyatukan semua perbedaan (Lestari,
2015:35).
2. Fungsi Bhinneka Tunggal Ika
Menurut Sujanto (2009:9) Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mempunyai fungsi
yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Fungsinya yaitu sebagai berikut :
1. Mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku,
ras dan agama. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia dengan
penduduk terbanyak ke-4 saat ini. Dengan wilayah yang sangat luas dan
penduduk yang banyak,keberagaman penduduk sudah dapat dipastikan ada
sejak sebelum masa kolonial hingga sekarang. Lebih dari 13.000 pulau yang
dimiliki Indonesia, dan semua pulau tersebut mempunyai keberagaman dan
ciri khas masing-masing yang membuat Indonesia sangat kaya dengan
keberagaman budaya dari Sabang sampai Merauke. Masyarakat Indonesia
14
yang bersifat plural, tak hanya dari segi budaya,tetapi Indonesia juga
memiliki berbagai variasi ras, suku, bahasa, dan agama yang tersebar
diseluruh plosok bumi pertiwi. Dari keberagaman hal yang dimiliki
Indonesia, diperlukan suatu fungsi yang sangat penting dari semboyan
Bhineka Tunggal Ika yang mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri atas
beragam suku, ras dan agama.
2. Menghambat semua konflik yang didasari atas kepentingan pribadi atau
kepentingan kelompok. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri
yang dibawa individu atau kelompok dalam suatu interaksi. Perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa
sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan suatu
yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
msyarakat itu sendiri.
3. Mempersatukan kesatuan bangsa Indonesia. Dimana sekarang yaitu masa
revormasi, banyak tekanan dan pengaruh dari pihak luar maupun dalam,
dapat mengganggu kesatuan bangsa Indonesia. Agar kesatuannya tidak
dapatterganggu, bangsa Indonesia harus meningkatkan peran dan fungsi dari
pancasila sebagai alat pemersatu bangsa agar tidak terjadi suatu perpecahan
dalam bangsanya.
4. Membantu wewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Dalam pembukaan
UUD 1995, disebutkan dengan gamblang cita-cita luhur dibentuknya negara
15
Republik Indonesia yang berdaulat. Cita-cita luhur yang amanatkan UUD
1945 ada 4 poin diantaranya, melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
5. Mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat madani adalah masyarakat
yang menjunjung tinggi norma, nilai-nilai , dan hukum yang ditopang oleh
penguasaan teknologi yang beradap, iman dan ilmu.
6. Mewujudkan perdamaian Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika mempunyai
fungsi sebagai frasa pemersatu bangsa Indonesia yang terdiri dari
keberagaman penduduk sehingga apabila peran itu berfungsi secara baik,
maka akan tercipta suatu kedamaian hidup berbangsa dan bernegara oleh
penduduk Indonesia.
3. Kebhinekaan
Kebhinnekaan menunjuk pada realitas objektif masyarakat Indonesia yang
memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keanekaragaman masyarakat Indonesia
dapat ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan. Keanekaragaman dibidang
politik diwarnai oleh adanya kepentingan yang berbeda-beda antara individu atau
kelompok yang satu dengan individu atau kelompok yang lainnya. Dibidang
ekonomi, keanekaragaman dapat dilihat dari adanya perbedaan kebutuhan hidup,
yang akhirnya berimplikasi terhadap munculnya keanekaragaman pada pola
produksi (Taufani, 2014:15).
16
Tirta N Mursita (2010:32) mengatakan bahwa keberagaman itu given (berkah), tak
bisa dihindari di dunia ini. Siapa yang bisa mengelak kalau ada kulit hitam, putih,
kuning, dan cokelat di dunia ini. Siapa pula yang menafikan, kalau ada ratusan,
ribuan bahkan jutaan pemikiran baru di alam ini. Semua saling bertumpuk-
tumpuk, memberikan tesis dan antitesis baru. Kebhinnekaan merupakan ciri dasar
bangsa Indonesia sejak Republik ini dibentuk, kemudian diproklamasikan oleh
para founding fathers pada paruh kedua abad silam hingga kini. Sebagai suatu
realitas objektif, maka kebhinnekaan telah menjadi identitas bangsa Indonesia.
Karena itu, upaya-upaya untuk meniadakan keberagaman atau upaya
penyeragaman merupakan tindakan yang menentang kenyataan. Kalau
keberagaman itu tidak boleh ada di Indonesia, berarti identitas bangsa tidak ada
lagi.
Salah satu asumsi yang digunakan untuk menjelaskan ketunggalikaan adalah dari
sisi nondiskriminasi. Ketika hal ini terjadi maka sekat-sekatnya hilang yang
berarti pula terdapat kecairan hubungan yang identik dengan kesatuan. Dalam
kajian psikologi sosial, ada beberapa model ke-bhinnekatunggalika-an (Brewer &
Gaertner, 2003:46). Model yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Dekategorisasi
Ketidakselarasan relasi antara dua kelompok atau lebih dan upaya menjadikan
adanya persatuan, dipercaya dapat ditempuh dengan jalan dekategorisasi.
Asumsinya, kategorisasi yang ada akan menguatkan perbedaan. Secara
psikologis kategorisasi akan menumbuhkan ingroup favoritisme dan outgroup
derogation. Kedua konsep ini merupakan sumber dari bias dalam relasi antar
17
kelompok. Dekategorisasi merupakan upaya untuk eliminasi bias ingroup
favoritisme melalui diferensiasi dan tumbuhnya personalisasi.
b. Rekategorisasi
Rekategorisasi merupakan upaya untuk menstrukturisasi ulang kategorisasi
kelompok pada level yang lebih tinggi secara inklusif (Brewer & Gaertner,
2003:46). Dengan demikian, dua kelompok atau lebih yang masing-masing
memiliki identitas yang berbeda-beda akan memiliki satu identitas kelompok
yang umum. Secara teknis kelompok yang berbeda-beda tersebut digabung.
Dengan kata lain, sebutan kelompok ’kami’ dan ’mereka’ disintesakan
menjadi ’kita’.Penggabungan kelompok-kelompok menjadi satu dan
identitasnya dileburkan sekilas tampak ideal tetapi dalam operasionalisasinya
sangat kompleks. Sebelum sebuah kelompok dileburkan dengan kelompok
lain tentu memiliki tujuan, karakteristik, dan homogenitas yang berbeda-beda.
Satu hal yang pasti, rekategorisasi melalui penggabungan berarti memaksakan
diversitas yang besar masuk ke dalam satu kategori.
c. Diferensiasi Mutual
Ada satu model yang menekankan pada aspek kerjasama tanpa mengabaikan
kategorisasi yang ada. Model ini merupakan strategi untuk memelihara
identitas masing-masing dan hal-hal yang positif dari masing-masing kategori
tanpa perlu melakukan rekategorisasi diantara mereka. Agar kelompok-
kelompok yang memiliki identitas berbeda tersebut dapat kerjasama secara
mutual, maka model kerjasama yang direkomendasikan adalah
komplementari. Artinya, bidang-bidang kerjasama yang digarap adalah
bidang yang merupakan keunggulan satu kelompok dan diperlukan oleh
18
kelompok lain. Disamping itu, kelompok-kelompok yang terlibat juga harus
memiliki tujuan bersama. Pada kelompok-kelompok yang memiliki
perbedaan, kerjasama mutual dapat dilakukan ketika situasinya
memungkinkan. Agar perbandingan antar kelompok dapat diminimalisasi,
maka kelompok-kelompok yang ada seharusnya memiliki status yang relatif
sama. Secara struktural berarti harus ada kesetaraan ekonomi dan politik bila
model ini akan diterapkan. Berbeda dengan dekategorisasi yang mengarahkan
kontak ke arah individual, model ini menekankan relasi antar kelompok
daripada antar individu.
4. Strategi Merawat Kebhinekaan
Menurut Lubis dan Sodeli (2017:58-62) menyatakan bahwa terdapat 3 strategi
pokok dalam merawat suatu kebhinekaan/integrasi, yaitu:
a. Memahami dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
kewargenegaraan.
Salah satu kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai
pandangan hidup bangsa. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
mengandung pengertian bahwa nilai-nilainya merupakan pegangan dalam
mengatur sikap dan tingkah laku. Pancasila digunakan sebagai petunjuk
perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia harus menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai luhur tersebut yang telah diakui kebenaran dan
keabsahannya.
19
b. Meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama.
Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia.
Nasionalisme didefinisikan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang
secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu,
yakni semangat kebangsaan. Nasionalisme dapat dirumuskan sebagai satu
paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara
(dalam bahasa Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu identitas yang
dimiliki sebagai ikatan barsama dalam satu kelompok.. Paham nasionalisme
menjadi persyaratan mutlah yang harus dipenuhi bagi kehidupan sebuah
bangsa. Paham nasionalisme membentuk kesadaran para pemeluknya bahwa
loyalitas tidak lagi diberika pada golongan atau kelompok kecil, seperti agama,
ras, etnis, budaya (ikatan primordial), namun ditujukan pada komunitas yang
dianggap lebih tinggi yaitu bangsa dan Negara.
c. Meningkatkan rasa toleransi antar suku, agama dan budaya
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang
berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas
adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan,
dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang
lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial
budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat
diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Indonesia adalah negara
20
dengan beribu-ribu pulau dan beragam budaya, adat, ras, etnis, bahasa, agama
dan lainnya. Semua itu dicantumkan ke dalam semboyan kita yaitu “Bhinneka
Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Namun kalimat
tersebut tetap saja tidak menjanjikan adanya kerukunan dalam bangsa
Indonesia. Faktanya tentu banyak perang antar wilayah, ras, agama dan lainnya
yang sudah terjadi di Indonesia. Seperti contoh perang antar suku, kemudian
pengeboman tempat ibadah dan lainnya. Mengapakah hal tersebut dapat
terjadi? Bukankah bangsa Indonesia seharusnya bersatu layaknya semboyan
kita? Akan tetapi kita tidak dapat menyalahkan hal tersebut, karena yang
membuat bangsa Indonesia aman, tentram dan hidup rukun itu adalah
masyarakat Indonesia sendiri. Oleh karena itu jika kita ingin bangsa kita ini
aman, tentram dan rukun, maka masyarakat Indonesia pun harus memiliki nilai
sikap tolerasi yang tinggi. Makna dari toleransi adalah membiarkan orang lain
berpendapat lain, melakukan hal yang tidak sependapat dengan kita, tanpa kita
ganggu ataupun intimidasi. Berikut fungsi toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara terutama bagi negara Indonesia yang merupakan
negara yang majemuk.
Fungsi toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara:
a. Terhindar dari perpecahan
Sikap toleransi yang tinggi yaitu saling menghormati, saling mengahargai,
dan mengabaikan perbedaan yang dapat menghindari terjadinya pertikaian,
permusuhan, peperangan dan perpecahan yang dapat memicu konflik
didalam negara, kondisi ini dapat mengancam keutuhan persatuan negara
21
Indonesia. Keadaan ini bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi negara lain
yang mempunyai kepentingan tertentu.
b. Meningkatkan rasa persaudaraan
Sikap toleransi dapat menimbulkan rasa sayang dan meningkatakan rasa
persaudaraan antara umat beragama. kondisi ini dapat membuat terhindar
adanya kesalahpahaman dan pertikaian yang tidak perlu.
c. Meningkatkan kekuatan dalam iman
Perbedaan agama dan tradisi dapat membuat sikap toleransi semakin kuat.
tradisi yang berbeda dapat membuat orang lain ingin mengetahui dan
mempelajari tradisi daerah lain. hal ini dapat menumbuhkan rasa bangga
seseorang terhadap negara yang memiliki keaneka ragaman agama, tradisi
dan budaya yang tidak dimiliki bangsa lain. Menghormati agama orang lain
dan menghargai perbedaan tradisi dapat meningkatkan kekuatan dalam iman
dan lebih menyadari bahwa rasa persaudaraan sangat dibutuhkan dalam
pergaulan.
d. Dapat mencapai kata mufakat
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang demokrasi dan
mengutamakan musyawarah untuk pencapaian kata mufakat tanpa ada
pertikaian, permusuhan, pertemngkaran dan kesalahpahaman. didalam
bermusyawarah sangat penting dibudidayakan sikap toleransi antara sesama
manusia yang memiliki perbedaan agama, suku, tradisi atau budaya
daerahnya.
22
e. Meruntuhkan rasa paling benar pada diri sendiri
Tidak ada satu manusiapun yang akan luput dari yang namanya kesalahan
ataupun kekurangan. Sikap toleransi akan menghindari seseorang untuk
bersikap egois dan merasa diri paling benar. Sikap toleransi dapat membuat
manusia lebih cerdas dalam berfikir positif. Sikap seperti ini adalah yang
paling banyak disukai masyarakat dan tak heran jika seseorang yang
memiliki sikap toleransi yang kuat akan menjadi seorang pemimpin yang
adil.
f. Mempermudah pembangunan negara menjadi lebih maju
Sikap toleransi dapat mempermudah pembangunan negara menjadi lebih
baik dan selalu selangkah lebih maju. Negara manapun tidak akan menjadi
maju dan besar jika sikap toleransi tidak membudaya . Karena sikap
toleransi dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di dalam perbedaan
yang akhirnya dapat membuat sebuah negara tidak mudah dirongrong dan
diancam oleh bangsa lain (Lubis dan Sodeli, 2017:69).
B. Tinjauan Tentang Multikultural
1. Masyarakat Multikultural
Menurut Nasikun (2007:43), masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat
bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara setruktur memiliki sub-
subkebudayaan yang bersifat deverse yang ditandai oleh kurang berkembangnya
sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai
dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik sosial.
23
Menurut Heywood (2007:311), multikultural berasal dari kata multi (plural) dan
kultural (tentang budaya), multi-kulturalisme mengisyaratkan pengakuan terhadap
realitas keragaman kultural, yang berarti mencakup baik keberagaman tradisional
seperti keberagaman suku, ras, ataupun agama, maupun keberagaman bentuk-
bentuk kehidupan (subkultur) yang terus bermunculan di setiap tahap sejarah
kehidupan masyarakat. Istilah multikulturalisme secara umum diterima secara
positif oleh masyarakat Indonesia. Ini tentu ada kaitannya dengan realitas
masyarakat Indonesia yang majemuk. Kemajemukan masyarakat Indonesia
terlihat dari beberapa fakta berikut: tersebar dalam kepulauan yang terdiri atas
13.667 pulau (meskipun tidak seluruhnya berpenghuni), terbagi ke dalam 358
suku bangsa dan 200 subsuku bangsa, memeluk beragam agama dan kepercayaan
yang menurut statistik: Islam 88,1%, Kristen dan Katolik 7,89%, Hindu 2,5%,
Budha 1% dan yang lain 1% (dengan catatan ada pula penduduk yang menganut
keyakinan yang tidak termasuk agama resmi pemerintah, namun di kartu tanda
penduduk menyebut diri sebagai pemeluk agama resmi pemerintah), dan riwayat
kultural percampuran berbagai macam pengaruh budaya, mulai dari kultur
Nusantara asli, Hindu, Islam, Kristen, dan juga Barat modern.
Indonesia adalah suatu negara multikultural yang memiliki keragaman budaya,
ras, suku, agama dan golongan yang kesemuanya merupakan kekayaan tak ternilai
yang dimiliki bangsa Indonesia. Selo Soemardjan (dalam Lestari, 2015:32)
mengemukakan bahwa pada waktu disiapkannya Republik Indonesia yang
didasarkan atas Pancasila tampaknya para pemimpin kita menyadari realitas
bahwa ditanah air kita ada aneka ragam kebudayaan yang masing-masing
terwadahkan di dalam suatu suku. Realitas ini tidak dapat diabaikan dan secara
24
rasional harus diakui adanya. Founding Father bangsa menyadari bahwa
keragaman yang dimiliki bangsa merupakan realitas yang harus dijaga
eksistensinya dalam persatuan dan kesatuan bangsa. Keragaman merupakan suatu
kewajaran sejauh disadari dan dihayati keberadaannya sebagai sesuatu yang harus
disikapi dengan toleransi. Kemajemukan ini tumbuh dan berkembang ratusan
tahun lamanya sebagai warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia.
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan
tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya,
agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan
semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk
mempertahankan kemajemukan tersebut (Lestari,2015:32).
2. Model Multikulturalisme
Menurut Azra (2007:62), terdapat lima model multikulturalisme yaitu:
1. Multikulturalisme isolasionis, yaitu masyarakat yang berbagai kelompok
kulturalnya menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi
minimal satu sama lain.
2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur
dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi
kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan
menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif
secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan mereka. Begitupun
25
sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan.
Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3. Multikulturalisme otonomis, yaitu masyarakat plural yang kelompok-
kelompok kultural utamanya berusaha mewujudkan kesetaraan (equality)
dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam
kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok kultural
ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak
yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok
dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat yang semua
kelompoknya bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4. Multikulturalisme kritikal/interaktif, yakni masyarakat plural yang kelompok-
kelompok kulturalnya tidak terlalu terfokus (concerned) dengan kehidupan
kultural otonom, tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang
mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif khas mereka.
5. Multikulturalisme kosmopolitan, yaitu masyarakat plural yang berusaha
menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah
masyarakat tempat setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu,
sebaliknya secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan
sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.
Selain multikulturalisme deskriptif, ada lagi multikulturalisme normatif, yakni
suatu sokongan positif, bahkan perayaan atas keragaman komunal, yang secara
tipikal didasarkan entah atas hak dari kelompok-kelompok yang berbeda untuk
dihargai dan diakui, atau atas keuntungan-keuntungan yang bisa diperoleh lewat
tatanan masyarakat yang lebih luas keragaman moral dan kulturalnya.
26
Multikulturalisme normatif melibatkan kebijakan sadar, terarah, dan terencana
dari pemerintah dan elemen masyarakat untuk mewujudkan multikulturalisme.
(Heywood, 2007:313).
C. Tinjauan Tentang Masyarakat, Interaksi Sosial, Integrasi dan Konflik
1. Tinjauan Masyarakat
Syani (2012:30) menjelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata
musyarak (Arab) yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi
masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dan saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan
menjadi masyarakat (Indonesia).
Dalam bahasa Inggris kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua pengertian,
yaitu Society dan Community, yaitu:
“a defition of community must be inclusive enough to take account of the variety
of both pysical and social forms which community take”
Dengan kata lain perkataan masyarakat sebagai community cukup
memperhitungkan dua variasi dari suatu yang berhubungan dengan kehidupan
bersama (antar manusia) dan lingkungan ala. Jadi ciri dari community ditekankan
pada kehidupan bersama dengan bersandar dengan lokalitas dan derajat hubungan
sosial atau sentimen. Menurut Syani (2012:30) bahwa masyarakat sebagai
community dapat dilihat dari dua sudut pandang. pertama, memandang community
sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah/ tempat
dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukan bagian dari kesatuan-kesatuan
masyarakat sehinnga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya
27
kampung, dusun, atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah
dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya
hubungan sosial. Disamping itu dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-
nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau
hidup bersama manusia. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang
dinamis, artinya menyangkut suatu proses yang terbentuk melaluifaktor psikologis
dan hubungan antar manusia, maka di dalamnya terkandng unsur-unsur
kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini
dapat diambil contoh tentang masyarakt Pegawai Negri, Masyarakat Ekonomi,
Masyarakat Mahasiswa dan sebagainya.
Dari kedua ciri khusus yang dikemukakan diatas, berarti dapat diduga bahwa
apabila suatu masyarakat tidak memenuhi syarat tersebut, maka ia dapat disebut
masyarakat dalam arti society. Masyarakat dalam pengertian society terdapat
interaksi sosial, perubahan-perubahan sosial, perhitungan-perhitungan rasional
dan like interest, hubungan-hubungan menjadi bersifat pamrih dan
ekonomis.Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-
kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas sosial yang berkembang
menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan
yang tersendiri (Syani, 2012:31).
2. Tinjauan Interaksi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lain
baik yang berasal dari satu kelmpok maupun kelompok, ras, etnik atau budaya
lain. Interaksi sosial merupakan bentuk umum proses sosial, karena interaksi
28
sosial adalah syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial
menurut Gillin dan Gillin merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-orang, perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia. Interaksi sosial juga merupakan kunci dari semua kehidupan sosial
karena tanpa interaksi sosial, tak akan mumgkin ada kehidupan bersama.
(Soekanto, 2007:55).
Menurut Soekanto (2007:80), berlangsungnya suatu proses interaksi
berdasarkan atas berbagai faktor, faktor-faktor terjadinya interaksi sosial yaitu
yang menyatakan bahwa interaksi merupakan kontak sosial secara timbal-
balik antara indivdu dengan individu melalui :
a. Imitasi adalah pembentukan nilai dengan meniru cara-cara orang lain.
b. Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang
yang ditirunya.
c. Sugesti, dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok.
Kelompok kepada kelompok, kelompok kepada seorang individu.
d. Motivasi juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok.
e. Simpati merupakan perasaan simpati bisa juga disampaikan kepada
seseorang atau kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-
saat khusus.
f. Empati, dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Proses
ini dapat berjalan dengan serasi dengan mengedepankan rasa saling
pengertian dan menghargai antar masyarakat sebagai wujud dari
interaksi sosial, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat akan
terjalin suatu kehidupan yang sesuai dengan harapan masyarakat yaitu
hubungan yang harmonis dan serasi.
3. Tinjauan Integrasi
Hidup bermasyarakat memaksa manusia untuk berkomunikasi baik dengan
anggota kelompok maupun dengan manusia diluar kelompok yang dinaunginya.
29
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi diantara sejumlah orang. Dalam
kenyataannya, komunikasi kelompok bukanlah sekedar bertukar pesan
melainkan terjadi pula proses interaksi antarbudaya dari para anggota kelompok
(baik in group maupun out grup) yang berbeda latar belakang kebudayaan.
Termasuk dalam pengertian konteks komunikasi kelompok adalah operasi
komunikasi antar budaya dikalangan in group maupun antara anggota sebuah in
group dengan out group atau bahkan antara berbagai kelompok (Liliweri,
2004:56).
Istilah integrasi berasal dari kata latin integrare, artinya memberi tempat dalam
suatu keseluruhan. Dari kata kerja itu dibentuk kata benda interitas artinya
keutuhan atau kebulatan. Dari kata yang sama itu dibentuk kata sifat integer,
artinya utuh. Maka istilah integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadi
satu kesatuan yang bulat dan utuh, atau bisa juga didefinisikan sebagai suatu
proses mempersatukan masyarakat yang didasarkan pada tatanan hubungan antara
anggota-anggotanya yang dianggap harmonis (Syani, 2012:49).
Syarat masyarakat dapat berfungsi dengan baik, yaitu masyarakat harus mampu
mengatasi disintegrasi potensial yang ada di dalam dirinya sendiri. Seluruh
masyarakat dapat berfungsi hanya apabila anggota-anggotanya bersedia untuk
mengintegrasikan diri, baik dalam bentuk integrasi normatif maupun integrasi
nilai. Integrasi normatif tercermin dari adanya kehidupan bersama di mana seluruh
anggota masyarakat bersedia mematuhi dan mengikuti “aturan permainan” yang
telah ditentukan. Sedangkan integrasi nilai tercermin dari adanya nilai-nilai
30
fundamental yang dijadikan sebagai pandangan hidup bersama (Suparlan,
2003:25).
Secara singkat inti permasalahan yang berpotensi mendisintegrasikan bangsa
Indonesia adalah:
a. Corak Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara yang menekankan
komposisinya pada keanekaragaman suku bangsa dan kesukubangsaan,
dan bukannya pada kebudayaan sebagai fokus keanekaragamannya, dan
keanekaragaman suku bangsa sebagai produk dari keanekaragaman
kebudayaan tersebut
b. Sistem nasional yang otoriter-militeristis dan korup dalam segala
aspeknya sehingga terjadi berbagai bentuk pemanipulasian hukum dan
SARA bagi berbagai kepentingan dan keuntungan oknum, yang
menyebabkan munculnya rasa ketidakadilan hanya dapat diatasi dalam
perlindungan sukubangsa dan kesukubangsaan
c. Corak masyarakatnya yang tidak demokratis walau diakui sebagai
demokratis. Dalam pemerintahan Soeharto, konsep demokrasi Pancasila,
hanya menjadi angan-angan karena tidak operasional. Karena itu,
demokrasi tidak menjadi ideologi dalam pengertian yang sebenarnya
karena hanya lip-service saja. Demokrasi Pancasila dalam konteks
filsafat dan ideologi menjadi obsolete karena tidak universal, dan tidak
didukung oleh filsafat dan ideologi lainnya, serta tidak menjadi bagian
dari kebudayaan dan pranata-pranata demokrasi, tetapi menjadi inti dari
kebudyaan otoriter-militeristis yang berlaku. Produk dari penerapan
demokrasi Pancasila selama tiga puluh tahun yang mementingkan lip-
31
service ini tidak hilang begitu saja dengan kejatuhan pemerintahan
Soeharto, karena ia telah menjadi kebudayaan aktual yang nyata-nyata
ada dalam kehidupan orang Indonesia serta dimanfaatkan untuk
keselamatan jiwa-raga dan harta benda, untuk keuntungan sosial,
ekonomi, dan politik (Suparlan, 2003:26).
4. Tinjauan Konflik
Konflik menurut pandangan Fisher (2000:9), konflik diartikan sebagai hubungan
antara dua pihak atau kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan tujuan
ataupun kepentingan, dalam mengontrol maupun mengendalikan pihak lain
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Perbedaan dan ketidaksesuaian
tujuan, nilai yang tidak sejalan antara pihak satu dengan pihak lainnya terkait
mempersepsikan tujuan atau nilai-nilai mereka secara berbeda. Selain itu sumber
konflik menurut dikelompokkan menjadi empat yaitu alasan ekonomi,alasan
nilai, alasan kekuasaan (power) dan komunikasi tidak efektif.
Menurut Rahmadi (2010:29) resolusi konflik dapat dilakukan dengan
berberapa macam cara seperti berikut :
a. Negoisasi adalah penyelesaian konflik melalui perundingan langsung
antara dua pihak atau lebih yang terlibat dalam konflik tanpa adanya
pihak lain. Tujuan ini diharapkan menghasilkan keputusan yang diterima
dan dipatuhi secara sukarela.
b. Mediasi adalah suatu penyelesaian sengketa atau konflik antara dua
pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan meminta
32
bantuan pihak yang netral namun tidak memiliki wewenang dalam
memutuskan penyelesaian konflik.
c. Arbitrasi adalah penyelesaian konflik oleh para pihak yang terlibat dalam
konflik dengan meminta bantuan kepada pihak netral yang memiliki
kewenangan memutuskan. Hasil keputusan dalam arbitrasi dapat
bersifat mengikat maupun tidak mengikat. Pemilihan arbitrator dipilih
berdasarkan pilihan oleh pihak yang berkonflik.
d. Ligitasi diartikan sebagai proses penyelesaian konflik melalui pengadilan.
Pihak-pihak yang merasa dirugikan mengadukan gugatan kepada
pengadilan terhadap pihak lain yang menyebabkan timbulnya kerugian.
Keputusan dalam legitasi bersifat mengikat dimana pihak yang
berkonflik yang akan meminpin sidang dan memutuskan perkara.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Penelitian -penelitian sejenis ini telah
dilakukan sebelumnya, sebab penelitian-penelitian terdahulu dirasa sangat
penting dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Dari penelitian
terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama
seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa
penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian
penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal
terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
33
Tabel 1. Perbedaan dan Kontribusi Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Gina Lestari, Program Studi Ketahanan Nasional
Universitas Gadjah Mada, 2015
Judul Penelitian Bhinneka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural
Indonesia Di Tengah Kehidupan Sara
Hasil Penelitian
Indonesia sebagai bangsa yang multikultural harus
mengembangkan wawasan multikultural tersebut
dalam semua tatanan kehidupan yang bernafaskan
nilai-nilai kebhinekaan. Untuk menyadari hal
tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran
yang sangat penting. Agar kemajemukan yang ada
tidak membawa pada perpecahan dan konflik.
Kontribusi
Penelitian
Menjadi referensi bagi penelitian penulis serta
membantu dalam proses penyusunan penelitian.
Perbedaan
Penelitian
Yang diteliti peneliti sebelumnya lebih mengarah
pada khasanah atau fenomena pada masyarakat
multikultural di tengah kehidupan SARA
sedangkan penelitian yang sedang ingin ditulis
peneliti sekarang adalah lebih menitikberatkan
atau mengkhususkan pada cara merawat atau
mempertahankan kebhinnekaan dalam masyarakat
multikultural serta mengaetahui model
multikultural pada lokasi yang diteliti.
Sumber:(Lestari, 2015)
Pada penelitian terdahulu tersebut menggunakan metode kualitatif dengan
subjek penelitian yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di seputaran
Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat setempat masih
menjunjung tinggi ideologi bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika
dengan berpegang kepada prinsip tersebut menjadikan masyarakat
Yogyakarta menilai peranan dari Bhineka Tunggal Ika sangatlah penting,
agar kemajemukan yang ada tidak membawa pada perpecahan dan konflik.
Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti kaji adalah pada
lokasi penelitian sebelumnya berlokasi di Yogyakarta sedangkan peneliti
34
akan meneliti di Kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah, dengan subjek
penelitian masyarakat umum, pemuda-pemudi, dan aparat keamanan.
Sedangkan bahasan yang akan dibahas oleh peneliti adalah strategi merawat
suatu kebhinekaan di tengah-tengah masyarakat multikultural dan model dari
masyarakat multikultural.
E. Kerangka Pikir
Indonesia merupakan negara yang beragam mulai dari suku, ras, agama, dan
lainnya, yang biasa disebut sebagai masyarakat multikultural yang tentunya kita
patut bangga hidup ditengah keragaman. Indonesia memiliki semboyan yaitu
Bhinneka Tunggal Ika yang juga merupakan pedoman hidup bagi negara kita
yang beranekaragam yang begitu juga rentan terhadap segala macam konflik dan
perpecahan, maka dari itu kita harus dapat mengembangkan wawasan
multikultural tersebut dalam semua tatanan kehidupan agar tercipta proses
integrasi sosial yang sesuai dan diinginkan yang tentunya bernafaskan nilai-nilai
kebhinnekaan.
Pada penelitian ini akan menyelidiki bagaimana kondisi dan strategi membina
kebhinnekaan dalam masyarakat multikultural di kecamatan Seputih Raman
Seputih Raman yang merupakan miniatur Indonesia yang di dalamnya terdapat
masyarakat yang beragam baik suku, agama, ras dan budaya selain itu juga
peneliti ingin mengetahui model multikulturalisme yang cocok diterapkan pada
masyarakat multikultur di Seputih Raman. Di Kecamatan Seputih Raman terjadi
toleransi lintas agama dan budaya yang sangat luar biasa. Hal ini dibuktikan
dengan tidak adanya kericuhan dan kekisruhan antar warga lintas agama ataupun
35
budaya. Antar umat beragama menjalankan tradisi dan kepercayaannya masing-
masing tanpa mengganggu satu sama lain. Ini merupakan suatu kebanggaan
tersendiri bagi warga Seputih Raman yang merupakan salah satu tercapaikan
Kebhineka Tunggal Ika-an. Menurut Sujanto (2009:3) Bhinneka Tunggal Ika
sebagai kunci dan pemersatu keragaman bangsa Indonesia merupakan ciri
persatuan bangsa Indonesia sebagai negara multikultural. Sedangkan menurut
Parekh (dalam Azra 2007:62) terdapat lima model multikulturalisme yaitu,
multikulturalisme isolasionasi, multikulturalisme akomodatif, multikulturalisme
otonomis, multikulturalisme interktif dan multikulturalisme kosmopolitan.
Keterkaitan antar variable dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka
pikir sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kebhinnekaan dalam Masyarakat
Multikultural.
MASYARAKAT
MULTIKULTURAL
KONDISI
KEBHINEKAAN
STRATEGI MERAWAT
KEBHINEKAAN
MODEL MASYARAKAT
MULTIKULTURAL
INTEGRASI
MASYARAKAT
III.METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitan deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4) mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati melalui
fenomena yang terjadi. Lebih lanjut Moleong (2007:11) mengemukakan bahwa
penelitian deskriptif menekankan pada data berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu,
semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti. Pengambilan sampel atau sumber data pada penelitian ini dilakukan
secara purposive dan teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisa
data bersifat kualitatif dan hasil penelitian menekankan makna generalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran serta pemahaman
mendalam, penelitian ini mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-
wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai strategi dam model masyarakat Seputih Raman,
untuk, mencapai tujuan itu maka peneliti menggunakan metode penelitian
37
kualitatif deskriptif yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami
oleh subjek penelitian. Fenomena itu dapat berupa prilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain secara holistik. Fenomena tersebut dituliskan dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini yaitu mengenai kondisi kehidupan sosial dan budaya
masyarakat Seputih Raman yang multikultur. Fokus penelitian ini juga berfungsi
sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil yang telah
diterapkan Moeloeng (2007:127). Fokus penelitian sangat penting karena tanpa
adanya fokus penelitian, peneliti akan bingung dan terjebak dalam memenuhi
kriteria-kriteria data yang diperoleh. Maka fokus dari penelitian ini antara lain
adalah:
1. Kondisi kebhinnekaan dalam masyarakat multikultural di kecamatan Seputih
Raman yang meliputi kondisi keagamaan, suku, dan budaya.
2. Strategi yang dilakukan masyarakat dalam merawat suatu kebhinnekaan di
Kecamatan Seputih Raman yang meliputi meningkatkan rasa toleransi, antar
suku, agama, dan budaya, meningkatkan rasa cinta tanah air/nasionalisme, dan
memahami nilai-nilai kebhinekaan.
3. Model multikulturalisme yang cocok diterapkan pada masyarakat Seputih
Raman, yang meliputi multikulturalisme isolasionis, akomodatif, otonomis,
multikritikal dan multikosmopolitan.
38
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah.
Lokasi tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan karena keadaan masyarakat di
Kecamatan Seputih Raman yang multikultural baik dari segi suku budaya maupun
agama, selain itu integrrasi masyarakat Seputih Raman yang tinggi dan dirasa
cocok dalam judul yang ditulis oleh peneliti, sehingga mudah mendapatkan
narasumber yang sangat mendukung peneliti dalam menggali informasi.
D. Penentuan Informan
Menentukan informan atau narasumber bertujuan agar dapat memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi seorang informan
tersebut harus mempunyai pengetahuan tentang latar penelitian dan harus mau
menjadi bagian dari penelitian yang bersifat informal. Kegunaan informan adalah
agar penelitian dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. Adanya informan maka
peneliti akan lebih mudah menjaring atau memperoleh data-data yang dibutuhkan.
Adapun penentuan informan dalam penelitian dilakukan secara purposive artinya
dalam mekanisme pemilihan informan ini adalah sengaja, dengan melihat
berbagai pertimbangan sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelum
melakukan wawancara
Penulis memutuskan untuk menentukan informan penelitian dengan masing-
masing kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut :
1. Anggota masyarakat yang berbeda suku dan agama, 4 tokoh masyarakat
umum, 2 tokoh pemuda-pemudi di Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten
39
Lampung Tengah menjadi penentuan informan agar memudahkan peneliti
untuk mengetahui persepsi dari masing-masing suku atau agama.
2. Aparat keamanan di Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah yaitu 1
orang ketua Linmas Seputih Raman dan 1 orang Kapolsek Seputih Raman,
Kabupaten Lampung Tengah menjadi penentuan informan agar memudahkan
peneliti mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan dari pihak keamanan
Seputih Raman.
E. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Dalam penelitian ini data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber pertamanya dengan teknik wawancara mendalam dan
observasi di Seputih Raman. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini adalah tokoh masyarakat berbeda suku dan agama, pemuda-
pemudi, dan aparat keamanan.
b. Data Sekunder
Data yang secara tidak langsung diperoleh oleh peneliti guna mendukung data
yang sudah ada sehingga lebih lengkap adalah tergolong data sekunder.
Menurut Narimawati (2007:51) menyatakan bahwa :“Data sekunder
merupakan data yang sudah ada; data tersebut sudah dikumpulkan
sebelumnya untuk tujuan-tujuan yang tidak mendesak”. yaitu : dokumentasi
institusi, jurnal, makalah, buku, dan penelitian terdahulu. Sedangkan didalam
penelitian ini data sekunder didapatkan melalui jurnal, Profil Kecamatan
40
Seputih Raman, Monografi Kecamatan Seputih Raman dan dokumentasi
Intitusi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:
a. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan
dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan
dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Sugiyono (2012:211) ada
beberapa kelebihan pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya
pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan
dinilai, data diperoleh secara mendalam, yang diinterview bisa
mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa
diulang dan diarahkan yang lebih bermakna. Wawancara dilakukan secara
mendalam dan tidak terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman
yang telah dibuat. Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan
data tentang bagaimana persepsi dan tanggapan masyarakat mengenai
kebhinnekaan ditengah masyarakat yang multikultural. Wawancara mendalam
dilakukan peneliti dengan melakukan kontak secara langsung berawal dari
perkenalan diri, maksud dan tujuan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan
wawancara mendalam dengan mejawab pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti kemudian mengulang pertanyaan yang kurang jelas dan mengarahkan
langsung makna pertanyaan yang kurang jelas.
41
b. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012:214) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Nasution, dalam Sugiyono (2012:214) menyatakan bahwa, observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai
alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton
dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat
diobservasi dengan jelas. Observasi yang dilakukakan peneliti yaitu dengan
melihat, ikut berpartisipasi, dan mengamati secara langsung kegiatan yang
terjadi di lapangan contohnya seperti pelaksanaan gotong royong yang
dilakukan oleh masyarakat, mengikuti doa lintas agama, dan kegiatan lainnya.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2012:213) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel
apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademi dan seni yang telah
ada. Untuk menunjang pengumpulan data dokumentasi, subjek menggunakan
alat bantu berupa kamera untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan
beberapa dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti merekam secara langsung
proses wawancara dan mengambil foto kegiatan yang terjadi di lapangan.
42
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian
dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan
dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Menurut Patton
(Moleong, 2007:70), analisis data adalah “proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi
tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis
data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah
menemukan teori dari data.
Miles and Huberman (Sugiyono, 2012:137) mengemukakan terdapat 3 langkah
dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.
1. Reduksi data
Menurut Sugiyono (2012:137) mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Sehingga data yang telah direduksiakan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam penelitian ini peneliti merangkum, memilah-milah dan memfokuskan
pjawaban-jawaban dari narasumber sehingga mendapatkan data yang lebih
jelas dan sesuai serta agar lebih mudah untuk melanjutkan ketahap
selanjutnya
43
2. Display data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisis data ini
adalah display data atau penyajian data. Miles and Huberman (Sugiyono,
2012:137) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk
menyajikandata dalam penelitian kualitatf adalah dengan teks yang bersifat
naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut. Dalam penelitian ini data kemudian diolah dan
disajikan sesuai dengan pokok permasalahan yang ingin dipecahkan. Dalam
penyajian data, informasi yang telah diorganisir disimpulkan berdasarkan
kelompok pendapat yang saling menyinergikan sehingga dapat diketahui
benang merah dari data lapangan yang diperoleh.
3. Verifikasi data
Menurut Sugiyono (2012:137) langkah ketiga dalam analisis data kualitatif
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam
penelitian ini memperoleh kesinambungan dari awal sampai akhir penelitian
sehingga menghasilkan kesimpulan yang kredibel.
44
H. Uji Keabsahan
Adapun uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono
(2012:244) meliputi:
1. Kreadibility
Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga
tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai, dan memperlihatkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan cara melakukan pembuktian
terhadap kenyataan yang sedang diteliti. Kegiatan yang dilakukan peneliti agar
hasil penelitiannya dapat dipercaya, yaitu dengan melakukan triangulasi.
Triangulasi merupakan upaya untuk mengecek kebenaran data tertentu dan
membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai
fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dengan berbagai cara
sebagi berikut:
a. Triangulasi sumber yang dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diproleh melalui beberapa sumber. Penelitian dalam tahap ini
melakukan wawancara secara mendalam terhadap beberapa
narasumber yang posisinya berbeda sehingga informasi yang
diperoleh dari narasumber yang satu dapat dibandingkan dengan
informasi dari narasumber lainnya.
b. Triangulasi teknik yang dilakukan dengan cara mengecek data pada
sumber yang berbeda.
c. Triangulasi waktu yang dilakukan melalui pengecekan dengan
melakukan wawancara, observasi atau teknik dalam waktu atau
situasi yang berbeda, baik dengan menggubkan bahan refrensi
45
maupun mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan atau
rekaman-rekaman yang dapat digunkan sebagi refrensi dan patokan
untuk menguji seaktu dilakukan analisis dan penafsiran data.
I. Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis maka
disusun tahapan-tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007:148), ada empat
tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
Peneliti mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek
sebagai narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan penjajagan
lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi
tentang kehidupan masyarakat Seputih Raman ditengah keberagaman.
Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui penelusuran
literatur buku dan referensi pendukung penelitian. Pada tahap ini peneliti
melakukan penyusunan rancangan penelitian yang meliputi garis besar
metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Tahap pra
lapangan dilakukan peneliti selama bulan November-Desember 2017.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam
rangka pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama bulan Januari-
Februari 2018.
46
3. Tahap analisis data
Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti
dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif
sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya.
Selain itu peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang
diperbandingkan dengan teori kepustakaan. Tahap analisis data dilakukan
selama bulan Februari-Maret 2018.
4. Tahap evaluasi dan pelaporan
Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan
dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan April-Mei 2018.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Seputih Raman
1. Sejarah Kecamatan Seputih Raman
Kecamatan Seputih Raman sebelum tahun 1952 termasuk Tanah Marga atau
Hak Ulayat Marga Buay Unyai dan Buay Nuban. Setelah dibuka menjadi
daerah transmigrasi pada tahun 1956 dikirimkan penduduk yang berasal dari
Pulau Jawa dan Pulau Bali maka terbentuklah Kecamatan Seputih Raman.
Pada waktu penyerahan dari Direktorat Transmigrasi kepada Pemerintah
Daerah Tingkat II Lampung Tengah tahun 1956, Wilayah Kecamatan
Seputih Raman hanya terdapat 13 Kampung, selanjutnya berdasarkan
Konsensus bersama antara Kecamatan Seputih Raman dan Kecamatan
Gunung Sugih pada tahun 1976 maka wilayah Kecamatan Seputih Raman
bertambah 1 Kampung yang diberi nama Kampung “ Buyut Baru ”. Jadi
kecamatan Seputih Raman sendiri terdiri atas 14 kampung yaitu, Rejo Asri,
Rejo Basuki, Ratna Chaton, Rama Dewa, Rukti Endah, Rama Gunawan,
Rukti Harjo, Rama Indra, Rama Murti, Rama Nirwana, Rama Oetama,
Rama Klandungan, Rama Yana, Buyut Baru.
Adapun nama “Seputih Raman” berasal dari 2 (dua) nama Sungai yang
membatasi wilayah Kecamatan Seputih Raman yaitu Sungai/Way Seputih
dan Way Raman, sehingga dari hal ini maka dibentuklah nama Kecamatan
48
Seputih Raman yang berarti wilayah yang berada diantara Sungai Seputih
dan Sungai Raman. Batas-batas kecamatan Seputih Raman, sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Seputih Banyak
Sebelah Selatan : Kecamatan Kota Gajah
Sebelah Timur : Kecamatan Raman Utara
Sebelah Barat : Kecamatan Gunung Sugih dan Way Seputih
Kecamatan Seputih Raman Memiliki visi dan misi dalam pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan yang sepakti yaitu:
Visi
Tercipta masyarakat Kecamatan Seputih Raman yang agamis, rukun dan
sejahtera serta meningkatkan hasil pertanian, peternaan dan perikanan guna
mendukung terwujudnya Visi Lampung Tengah.
Misi
1. Menciptakan kehidupan beragama yang penuh toleransi.
2. Menigkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur dan
Masyarakat Kecamatan Seputih Raman
3. Menciptakan suasana kondusif dalam kehidupan bermasyarakat
4. Meningkatkan peran aktif / partisipasi masyarakat
5. Menumbuhkan motivasi untuk berusaha mandiri kepada masyarakat.
49
Dalam Mewujudkan Visi dan Misi Kecamatan Seputih Raman, direncanakan
Kecamatan Seputih Raman menjadi percontohan disegala bidang aspek kehidupan
di Lampung khususnya Lampung Tengah. untuk mewujudkan keinginan tersebut
maka dipandang perlu adanya sarana dan prasarana pendukung antara lain sarana
pendidikan, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
Dalam pengembangan dibidang pendidikan di Kecamatan Seputih Raman dengan
meningkatkan mutu pendidik dan tenaga pendidiknya dengan cara menerapkan
program pemerintah yang mewajibkan anak wajib belajar 9 Tahun dan
mengadakan pelatihan – pelatihan mutu pendidikan bagi tenaga pendidik., dalam
pengembangan di bidang ekonomi yaitu dengan mendirikan berbagai industri
kecil dan didirikannya kelompok industri kecil dan kelompok tani yang berada
dalam lingkup kecamatan Seputih Raman.
2. Luas Wilayah
Kecamatan Seputih Raman memiliki luas wilayah 12.883 Ha atau 128, 83 Km2
dengan rincian sebagai berikut :
1. Tanah Sawah
- Irigasi Teknis ± 6.460 Ha.
- Irigasi setengah teknis : 49 Ha.
- Irigasi sederhana ± 15 Ha.
- Tadah Hujan / Tanah rendahan ± 943 Ha.
2. Tanah Kering
- Pekarangan / pemukiman ± 2.637 Ha.
- Tegalan / kebun ± 1.137 Ha.
50
- Ladang / tanah Huma ± 1.295 Ha.
3. Tanah Basah
- Balong / Empang / Kolom ± 34 Ha.
4. Tanah Keperluan fasilitas umum
- Lapangan olahraga ± 19 Ha.
- Kuburan ± 20 Ha.
- Tanah lain – lain ± 274 Ha.
B. Kependudukan
Penduduk Kecamatan Seputih Raman cukup heterogen yang hidup rukun
berdampingan dalam masyarakat. Artinya terdapat berbagai macam suku ras
dan agama yang tinggal menetap di kecamatan Seputih Raman. Adapun suku-
suku bangsa yang mendiami antara lain; Suku Jawa, Suku Bali, Suku
Lampung, Suku Palembang, Suku Sunda, Suku Padang dan lain sebagainya.
Sedangkan berdasarkan agama antara lain: Islam, Protestan, Katolik, Hindu,
Budha dan Kong Hu Tcu, yang hidup saling berdampingan antara
masyarakatnya.
Tabel.1 Jumlah Pemeluk Agama Kecamatan Seputih Raman
No Agama Jumlah Prensentasi
1 Islam 37.094 78%
2 Katolik 840 2%
3 Protestan 469 1%
4 Hindu 8.538 18%
5 Budha 432 1%
Jumlah 47.373 100%
Sumber: Data Monografi Seputih Raman Tahun 2017
51
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui Kecamatan Seputih Raman saat ini
memiliki jumlah penduduk 47.373 Jiwa dengan rincian Penduduk laki-laki
berjumlah 23.342 Jiwa, Perempuan berjumlah 24.031 Jiwa. Jumlah pemeluk
agama di kecamatan Seputih Raman berjumlah: Islam berjumlah 37.094,
Katolik berjumlah 840, Protestan berjumlah 469, Hindu berjumlah 8.538, dan
Budha berjumlah 432. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah penduduk yang
terdaftar pada profil kecamatan Seputih Raman.
Tabel.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Seputih Raman
No Jenis Kelamin Jumlah Presentasi
1 Laki- Laki 23.342 49%
2 Perempuan 24.031 51%
Jumlah 47.373 100%
Sumber: Data Monografi Seputih Raman Tahun 2017
Diagram.2 Persentase suku di Seputih Raman
Sumber: Data Monografi Seputih Raman Tahun 2017
40%
30%
15%
5%
10%
Suku di Seputih Raman
Jawa Bali Sunda lampung dll
52
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui Kecamatan Seputih Raman saat ini
memiliki jumlah penduduk 47.373 Jiwa dengan rincian Penduduk laki-laki
berjumlah 23.342 Jiwa, Perempuan berjumlah 24.031 Jiwa dan jumlah kepala
keluarga 13.455. Keadaan wilayah Kecamatan Seputih Raman pada umumnya
datar, tanah hitam dan berpasir, dengan curah hujan 2.200 s.d 2.600 mm per
tahun. Jenis tanah podsolit dengan ketinggian 225 M diatas permukaan laut.
Sedangkan diagram persentase suku diatas merupakan perkiraan jumlah suku
yang ada di Seputih Raman, yang menunjukan bahwa Suku Jawa lebih besar
dibandingan presentase suku lain, kemudian menyusul suku Bali sebagai suku
terbanyak kedua Seputih Raman, sedangkan suku pribumi yaitu suku Lampung
hanyak sebanyak 5% saja.
C. Perekonomian
Tabel 3. Mata pencaharian penduduk Seputih Raman
Mata Pencaharian Jumlah
Petani sawah 10.534 orang
Petani ladang 456 orang
Ternak 120 orang
Pedagang 372 orang
Pegawai (PNS, Swasta, TNI,
Guru, BUMN, Pensiunan) 1158 orang
Jumlah 12.643 orang
Sumber: Data Monografi Seputih Raman Tahun 2017
D. Sarana dan Prasarana
1. Sarana Transportasi
Secara umum seluruh wilayah Kecamatan Seputih Raman dapat diakses
dengan mudah, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Untuk
menghubungkan antar jalan.
53
2. Listrik
Seluruh kampung di wilayah Kecamatan Seputih Raman sudah teraliri
listrik yang berasal dari PLN. Status Kantor PLN Kecamatan Seputih
Raman adalah Kantor Pelayanan Teknis. Untuk wilayah Kecamatan Seputih
Raman saat ini telah melayani ± pelanggan dengan kapasitas energi yang
disalurkan sebesar ± KWH
3. Telekomunikasi
Saat ini seluruh wilayah Kecamatan Seputih Raman dapat menikmati
layanan telekomunikasi hampir semua operator baik berbasis kabel, GSM
maupun CDMA.
4. Lembaga Keuangan dan Koperasi
Sektor jasa yang menjadi potensi unggulan adalah jasa keuangan. Di
Kecamatan Seputih Raman terdapat 1 (satu) Bank yaitu Bank BRI
ditambah lagi dengan Koperasi Perkreditan.
5. Sarana Pendidikan
Paud Tk/Kb/Tpa/Sps
Jumlah Sekolah : 20 buah
Jumlah Murid : 1.065 orang
Jumlah Guru : 77 orang
Sd/Mi
Jumlah Sekolah : 30 buah
Jumlah Murid : 4.793 orang
Jumlah Guru : 343 orang
SMP/Mts
54
Jumlah Sekolah : 5 buah
Jumlah Murid : 1.512 orang
Jumlah Guru : 189 orang
6. Sarana Keagamaan
Penduduk Kecamatan Seputih Raman cukup heterogen yang hidup rukun
berdampingan dalam masyarakat. Tempat ibadah yang ada di Kecamatan
Seputih Raman : 57 Masjid, 97 Mushola, 5 Gereja, 19 Pura, 2 Wihara, 6
Pondok Pesantren
7. Sarana Kesehatan
Jumlah sarana dan prasarana kesehatan di Kecamatan Seputih Raman : 2
buah Puskesmas, 4 buah Puskesmas Pembantu, 14 Poskesdes, 3 orang
Dokter Umum, 15 orang Mantri Kesehatan, 16 orang Praktek Bidan, 1
orang Praktek Dokter Gigi, 3 buah Apotik.
8. Sarana Olahraga dan Rekreasi
Sarana olahraga yang bersifat massal dan merakyat terdapat diseluruh
kampung seperti Lapangan Sepakbola dan Bola Volly. Terdapat pula 3
buah gedung lapangan bulutangkis dan beberapa lapangan basket yang
terdapat di sekolah-sekolah. Untuk sarana rekreasi dan sekaligus olahraga
sudah terdapat kolam renang yang terletak di Kampung Rukti Harjo.
9. Kondisi kebhinekaan di Kecamatan Seputih Raman
Seperti yang telah dijelaskan pada tabel jumlah suku dan agama disubbab
sebelumnya, Seputih Raman memiliki keberagaman suku, budaya dan
agama, dengan jumlah masyarakat mayoritas agama Islam dengan suku
Jawa dan menyusul masyarakat dominan beritkutnya yaitu suku Bali
55
dengan agama Hindu yang menjadi salah satu ciri khas Kecamatan Seputih
Raman dengan berbagai keragaman suku budaya dan agama akan tetapi
tetap dalam kebhinekaan dan toleransi yang sangat baik. Selain itu banyak
aktivitas yang menjadi sarana toleransi dan persatuan masyarakat Seputih
Raman guna merawat kebhinekaannya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai model dan strategi
merawat kebhinekaan dalam masyarakat multikultural di Seputih Raman,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi kebinekaan yang ada dimasyarakat kecamatan Seputih Raman
yaitu dengan adanya berbagai macam suku, agama dan budaya Seputih
Raman berada pada kondisi yang baik dan kondusif, kegiatan-kegiatan
yang mencerminkan sikap toleransi terlihat jelas dalam kehidupan sehari-
hari demikian pula dengan tidak pernah adanya konflik yang terjadi
terutama mengenai hal SARA. Masyarakat kecamatan Seputih Raman
sangat menjaga persatuan dan keharmonisan kehidupan sosial
masyarakatnya ditengah kehidupan yang multikultural.
2. Strategi merawat kebhinekaan dalam masyarakat multikultural di Seputih
Raman yaitu masyarakat Seputih Raman menjunjung tinggi kesetaraan
baik suku, agama ataupun budaya yang mayoritas maupun yang
minoritas. strategi-strategi tersebut yaitu, rajin gotong royong bersama
dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah membeda-bedakan tua muda,
berbeda agama, berbeda budaya tetap saling membantu sesama tanpa
pandang bulu, strategi selanjutnya yaitu setiap tahun dibulan Suro
95
masyarakat Seputih Raman melakukan doa Lintas Agama di setiap desa,
jadi semua agama bersatu melakukan doa bersama di setiap desa. Selain
itu tugas Linmas sebagai aparat keamanan desa tidak bisa lepas dari
strategi dalam merawat sauatu keamanan dan kedamaian Seputih Raman.
Maka kesimpulan dari strategi merawat kebhinekaan di Seputih Raman
adalah dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dapat menjunjung toleransi
dan sikap menghargai yang tinggi pada masyarakat Seputih Raman.
3. Model multikulturalisme, Seputih Raman termasuk kedalam model
multikulturalimse otonomis, karena dilihat dari beberapa indikator yang
terdapat pada pengertian model multikulturalisme otonomis yang
kemudian juga terdapat pada masyarakat Seputih Raman. Kecamatan
Seputih Raman memiliki rasa toleransi dan persatuan yang tinggi dalam
kehidupannya, walaupun mereka hidup dalam keberagaman tidak
membuat suatu perbedaan antara budaya dominan maupun budaya
mayoritas, mereka berusaha mewujudkan suatu kesetaraan, semua
memiliki hak yang sama dalam hidup bermasyarakat, dan yang pasti
mereka berusaha mewujudkan kehidupan yang otonom baik dalam
ekonomi maupun politik untuk mempertahankan kehidupan mereka yang
harmonis.
B. Saran
Setelah peneliti menyelesaikan, membahas, menganalisi data dan mengambil
kesimpulan dari hasil penelitian maka peneliti ingin memberi saran kepada:
a. Bagi pemerintah daerah agar lebih memfasilitasi masyarakat kecamatan
Seputih Raman dalam mengadakan kegiatan yang berdampak positif.
96
Serta dapat memberi tambahan gagasan baru dalam upaya persatuan dan
keharmonisan antar masyarakat kecamatan Seputih Raman.
b. Bagi pemuda-pemudi agar lebih giat dalam setiap keikut sertaannya
dalam setiap kegiatan di kecamatan Seputih Raman, dengan tujuan agar
diakuinya remaja atau golongan muda oleh golongan tua. Serta dapat
mempersatukannya golongan muda dan golongan tua.
c. Bagi aparat keamanan agar lebih giat dan waspada dalam menjaga
keamanan terutama terhadap kondisi lingkungan sosial masyarakat
kecamatan Seputih Raman, karena mengingat rentanya terjadi konflik
sebagai akubat dari beragamnya budaya suku dan golongan pada
masyarakat kecamatan Seputih Raman.
d. Bagi masyarakat agar selalu mempertahankan persatuan dan kesatuan
masyarakat Seputih Raman yang sangat menjunjung tinggi sikap
toleransi.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2007. “Identitas dan Krisis Budaya: Membangun Multikultural
Indonesia”.http//www.kongresbud.budpar.go.id/58%20ayyumardi%20azra.
htm
Brewer, M.B. & Gaertner, S.L. 2003. Toward Reduction of Prejudice: Intergroup
Contact and Social Categorization. In Brown, R. & Gaertner, S. (eds.). Blackwell
Handbook of Social Psychology: Intergroup Processes. Oxford: Blackwell
Publishing.
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Jumlah Suku Bangsa di Indonesia. BPS
Indonesia
Data Monografi. 2017. Data Jumlah Suku dan Agama di Kecamatan Seputih
Raman. Kabupaten Lampung Tengah. Provinsi Lampung: Data Monografi
Kecamatan.
Dwiyanto, Djoko & Saksono, Gatut. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis
Pancasila “Negara Pancasila”: Agama atau Sekuler; Sosialis atau
Kapitalis”. Yogyakarta: Ampera Utama.
Fisher, Simon et all, 2000. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk
Bertindak (edisi bahasa Indonesia). Jakarta. The British Council.
Heywood, Andew. 2007. Political Ideologies. (4th
Edition). Palgrave:
McMillan.Kusumohamidjojo, B. (2000). Kebhinnekaan Masyarakat
Indonesia: Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Grasindo.
Iqrometro. 2012. Monumen Kerukunan Lampung Tengah
. Diperoleh 11 November 2017, dari iqrometro.co.id/1520.html
Lasiyo dan Yuwono. 1985. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta: Liberty.
Lestari, Gina. 2015. Bhinneka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di
Tengah Kehidupan SARA. Program Studi Ketahanan Nasional Universitas
Gadjah Mada, hlm. 31-36.
Liliweri, Alo. 2004. Prasangka dan Konflik: Komunintas Lintas Budaya
Masyarakat Multikultur. Yogyakarta. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta.
Lubis, Yusnawan dan Mohamad Sodeli. 2017. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Kansil, C.S.T dan S.T Kansil, C. 2006.Modul Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Kusumohamidjojo, B. 2000. Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia: Suatu
Problematik Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Grasindo.
Mahfud, C. 2005. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Liliweri.
2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:Penerbit PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Nasikun. 2007. Sistem Sosial Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Okezone News. 2016. 5 Konflik SARA Mengerikan yang Terjadi di Indonesia.
Diperoleh 11 November 2017, dari https://news.okezone.com
Parekh, Bikhu. 2001. Rethingking Multiculturalsm. Harvard.
Pipit, Taufani. 2014. Sikap Masyarakat Multikultural Terhadap Semboyan
Bhinneka Tunggal Ika di Dusun Srikaya Desa Sukadana Tengah Lampung
Timur. Lampung. Penerbit: Universitas Lampung.
Profil Lampung Tengah. 2017. Profil Seputih Raman
Diperoleh 11 Desember 2017, dari www.lampungtengahkab.go.id/
Rahmadi, Takdir. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat.
2010. Jakarta: PT. Raja Grafiindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Sujanto, B. 2009. Pemahaman Kembali Makna Bhinneka Tunggal Ika
(Persaudaraan dalam Kemajemukan). Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suparlan, Parsudi. 2003. Bhinneka Tunggal Ika: Keanekaragaman Sukubangsa
atau Kebudayaan?. Antropologi Indonesia. Vol.72. Hlm.24-35.
Syani, Abdul. 2012. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Jakarta. Penerbit:
Fajar Agung.
Taneko, Soleman B. 2010. Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem Sosial Indonesia.
Jakarta: Fajar Agung.