Upload
erydmardhatillah
View
152
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 1/10
1
JUDUL
“STRATEGI OPTIMALISASI PERAN BMT
SEBAGAI PENGGERAK SEKTOR USAHA MIKRO”
Oleh : Prof.Dr.H.Hendi Suhendi, M.Si
(Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN SGD Bandung)
A. Preface
Fenomena penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan semakin berkembang
pesat, tidak hanya di perbankan tetapi juga lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Di
sektor lembaga keuangan bank dikenal dengan perbankan syariah, sedangkan pada
lembaga keuangan bukan bank dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 49 huruf i Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama, terdiri dari lembaga keuangan mikro syariah, asuransi
syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah dan surat berharga
berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah,
dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan bisnis syariah.
Adapun mengenai Baitul Maal wat Tamwil (BMT) tercangkup dalam istilah lembaga
keuangan mikro syariah. Keberadaaan BMT ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang nyata dalam pengembagan sektor ekonomi riil, terlebih bagi kegiatan usaha yang
belum memenuhi segala persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga
perbankan syariah.
BMT merupakan bentuk lembaga keuangan dan bisnis yang serupa dengan koperasi
atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul tamwil merupakan cikal bakal lahirnya
bank syariah pada tahun 1992. Segmen masyarakat yang biasanya dilayani BMT adalah
masyarakat kecil yang kesulitan berhubungan dengan bank. Perkembangan BMT semakin
marak setelah mendapat dukungan dari Yayasan Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (YINBUK)
yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Apa peranan BMT dalam rangka pemberdayaan sektor ekonomi riil; Bagaimana
optimalisasi peran itu dalam realitas kehidupan masyarakat; Apa yang menjadi kendala
dalam upaya dimaksud; Dan alternatif solusi yang dapat ditempuh untuk menghilangkan
atau paling tidak meminimalisir adanya kendala dimaksud, akan menjadi bahasan dalam
artikel ini.
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 2/10
2
B. Peranan BMT dalam Rangka Pemberdayaan Sektor Usaha Mikro
Krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia pada 2008-2009 awal yang lalu
menyebabkan sektor riil di kaum akar rumput hampir lumpuh dengan banyaknya
pengusaha yang ‘gulung tikar’ alias mengalami kebangkrutan.
Dalam realitasnya, operasional bank syariah belum dapat secara optimal menjangkau
sektor usaha mikro di tingkat akar rumput (grass root ). Hal demikian karena ternyata bank
syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan dalam menjalankan fungsinya
menyalurkan dana kepada masyarakat berupa memberikan pembiayaan masih
mensyaratkan adanya jaminan yang itu tidak mudah bisa dipenuhi oleh nasabah,
khususnya nasabah kecil. Di sisi yang lain fakta menunjukkan bahwa operasional bank
syariah juga terbatas di kota-kota, sedangkan pelaku sektor ekonomi riil juga sebagian
berada di desa-desa. Dengan demikian layanan yang diberikan oleh bank syariah belum
dapat menjangkau sektor ekonomi riil secara optimal.
Kondisi tersebut menjadi latar belakang munculnya lembaga-lembaga keuangan
mikro yang sudah menjangkau hingga ke pedesaan-pedesaan atau yang dikenal dengan
sebutan BMT. BMT dalam operasional usahanya pada dasarnya hampir mirip dengan
perbankan yaitu melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk
pembiayaan, serta memberikan jasa-jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Secara umum produk BMT dalam rangka melaksanakan fungsinya tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi empat hal yaitu:
a. Produk penghimpunan dana ( funding)
b. Produk penyaluran dana (lending)
c. Produk jasa
d. Produk tabarru’: ZISWAH (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan Hibah)
Dengan demikian sebagaimana namanya BMT menjalankan dua misi, yaitu misi
sosial (tabarru’ ) dan misi untuk mendapatkan keuntungan (tamwil). Keduanya hendaknya
mampu dilaksanakan oleh BMT secara proporsional.
Penjelasan mengenai produk BMT dengan mengacu pada Fatwa Dewan Syariah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pertama, produk penghimpunan dana yang ada di BMT pada umumnya berupa
simpanan atau tabungan yang didasarkan pada akad wadiah dan akan mudharabah. Untuk
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 3/10
3
itu dalam BMT dikenal adanya dua jenis simpanan yaitu simpanan wadiah dan simpanan
mudharabah.
Secara fikih akad wadiah ditinjau dari boleh tidaknya penerima titipan untuk
memanfaatkan barang titipan tersebut dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Wadiah al-Amanah, yaitu akad wadiah yang mana pihak yang menerima titipan
tidak boleh memanfaatkan barang yang dititipkan.
b. Wadiah ad Dhamanah, yaitu akad wadiah yang mana pihak yang menerima
titipan diperbolehkan untuk memanfaatkan uang/barang yang dititipkan, dengan
ketentuan bahwa sewaktu-waktu pemilik barang membutuhkan uang/barang
yang bersangkutan masih utuh.
BMT akan menggunakan akad Wadiah ad Dhamanah dalam produk simpanannya,
sehingga ia dapat menggunakan dana yang disimpan oleh nasabah untuk kegiatan
produktif. Hal demikian juga mendatangkan keuntungan bagi nasabah, yakni bahwa
nasabah dimungkinkan mendapatkan bonus yang besarnya tergantung pada kebijaan BMT
dan tidak boleh diperjanjikan di muka. Melalui simpanan wadiah nasabah BMT terhindar
dari risiko kerugian, akan tetapi potensi penghasilan atau keuntungan yang akan diperoleh
juga kecil karena sangat tergantung pada kebijakan dari BMT yang bersangkutan.
Dalam hal nasabah BMT menghendaki uang yang di simpan juga memberikan
tambahan pendapatan atau memang ditujukan sebagai sarana investasi maka BMT
biasanya juga menyediakan produk simpanan yang di dasarkan pada akad mudharabah.
Melalui simpanan mudharabah nasabah berpeluang mendapatkan penghasilan yang
besarnya sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah diperjanjikan di awal akad. Namun
demikian nasabah yang memakai skema simpanan mudharabah juga menanggung risiko
kerugian atas uang yang ia simpan.
Kedua, produk penghimpunan dana yang di sediakan oleh BMT bisa mendasarkan
pada akad-akad tradisional Islam, yakni akad jual beli, akad sewa-menyewa, akad bagi
hasil, dan akad pinjam meminjam.
1. Jual Beli
Jual beli intinya adalah akad antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
jual beli, dimana obyeknya adalah barang dan harga. Adapun penerapan dari akad jual beli
ini dalam transaksi BMT tampak dalam produk pembiayaan murabahah, salam, dan
istishna. Dengan demikian akad jual beli hanya dapat diterapkan pada produk perbankan
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 4/10
4
berupa penyaluran dana. Adapun pengertian dari masing-masing jenis pembiayaan
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Murabahah, adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati.
b. Salam, adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat
tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
c. Istishna, adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran
sesuai dengan kesepakatan.
Implementasi akad murabahah, salam, dan istishna, khususnya dalam praktik BMT
secara teknis dapat dibaca dalam Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah, Fatwa DSN MUI No. 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam, dan
Fatwa DSN MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Istishna.
2. Bagi Hasil
Penerapan akad bagi hasil dalam transaksi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) inilah
yang lebih dikenal di masyarakat karena memang fungsinya sebagai pengganti bunga.
Akad ini unik, karena dalam praktik BMT bisa diterapkan dalam dua sisi sekaligus, yaitu
sisi penghimpunan dana ( funding) dan sisi penyaluran dana (lending).
Implementasi akad bagi hasil dalam produk BMT di bidang penghimpunan dana
sebagaimana disebut di atas dalam bentuk simpanan, sedangkan implementasinya dalam
produk penyaluran dana adalah pada produk Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan
Musyarakah. Secara teknis mengenai penerapan akad mudharabah dalam bentuk
pembiayaan dapat dibaca dalam Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) dan untuk penerapan akad musyarakah dalam produk
pembiayaan dapat dibaca dalam Fatwa DSN MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah.
3. Sewa-Menyewa
Sewa-menyewa merupakan perjanjian yang obyeknya adalah manfaat atas suatu
barang atau pelayanan, sehingga bagi pihak yang menerima manfaat berkewajiban untuk
membayar uang sewa/upah (ujrah). Dalam praktik BMT akad sewa-menyewa ini
diterapkan dalam produk penyaluran dana berupa pembiayaan ijarah dan pembiayaan
ijarah muntahia bit tamlik (IMBT), yang penjelasannya adalah sebagai berikut:
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 5/10
5
a. Ijarah adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah
atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.
Secara teknis mengenai penerapan akad ijarah di BMT dapat mengacu pada
Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
b. Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT), adalah transaksi sewa-menyewa yang
memberikan hak opsi di akhir masa sewa bagi pihak penyewa untuk memiliki
barang yang menjadi obyek sewa melaluai mekanisme hibah ataupun melalui
mekanisme beli. Secara teknis mengenai implementasi IMBT ini dapat dibaca
dalam ketentuan Fatwa DSN MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah
Al-Mutahiyah bi Al-Tamlik.
4. Pinjam-meminjam yang Bersifat Sosial
Dalam sistem konvensional produk penyaluran dana berupa kredit merupakan
perjanjian pinjam-meminjam dengan ketentuan bahwa nasabah debitur wajib membayar
bunga berdasarkan presentase tertentu terhadap pokok pinjaman. Ini merupakan riba, yang
jelas-jelas dilarang dalam Islam. Dalam Islam akad pinjam-meminjam juga disediakan
tetapi hanya pada keadaan emergency, artinya bahwa pinjaman akan diberikan hanya
kepada nasabah yang benar-benar membutuhkan uang. Pihak BMT selaku pemberi
pinjaman dilarang meminta imbalan betapapun kecilnya, karena itu termasuk riba.
Dalam operasional BMT transaksi pinjam-meminjam ini dikenal dengan nama
pembiayaan qardh, yaitu pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka
waktu tertentu. Ada juga qardh al-hasan (pinjaman kebajikan), yang pada dasarnya dalam
hal nasabah tidak mampu mengembalikan, maka seyogyanya pihak pemberi pinjaman bisa
mengikhlaskannya. Secara teknis mengenai pembiayaan qardh ini mengacu pada Fatwa
DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IX/2000 tentang al Qardh.
Ketiga, produk jasa merupakan produk yang saat ini banyak dikembangkan oleh
LKS termasuk BMT, karena melalui produk ini bank akan mendapatkan pendapatan
berupa fee. Dengan semakin banyaknya jenis produk jasa yang diberikan oleh BMT
kepada nasabahnya, maka semakin besar pula pendapatan BMT yang bersangkutan dari
sektor ini. Adapun mengenai produk jasa misalnya di dasarkan pada akad wakalah. BMT
berdasarkan akad wakalah ini dapat memberikan jasa, misalnya dalam perpanjangan
STNK, SIM, KTP, dan sebagainya.
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 6/10
6
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa BMT sebagai
lembaga keuangan mikro syariah berperan sebagai lembaga yang menghimpun dana dari
masyarakat yang mempunyai dana lebih (surplus unit ) dan menyalurkannya kepada
masyarakat yang membutuhkan dana (deficit unit ). Dalam rangka optimalisasi peranan
BMT untuk pengembangan sektor ekonomi riil, maka fungsi BMT di bidang penyaluran
dana khususnya dalam bentuk pembiayaan produktif perlu lebih ditingkatkan.
C. Optimalisasi Peranan BMT dalam Realitas Kehidupan Masyarakat
Peranan BMT di bidang penyaluran dana kepada masyarakat dunia usaha yang
bergerak di sektor ekonomi riil perlu dioptimalkan. Adapun salah satu caranya selain
peningkatan kapabilitas dan profesionalitas para pengelolanya, juga diperlukan
pemahaman terhadap kondisi setempat dimana sebuah BMT berada. BMT yang berada di
sekitar masyarakat petani, tentu berbeda dengan BMT yang ada di sekitar masyarakat
pedagang.
Optimalisasi peran BMT dalam pengembangan sektor riil secara prinsip dapat
dilakukan dengan mengenal motivasi dari nasabah atau calon nasabah ketika mereka
mengajukan permohonan ke BMT. Adapun beberapa motivasi nasabah atau calon nasabah
berikut jenis pembiayaan yang sesuai dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Nasabah atau calon nasabah yang menginginkan barang modal atau barang
konsumtif dengan maksud untuk dimiliki, maka dengan melihat karakteristik
pembiayaan sebagaimana tersebut di atas dan setelah melalui studi kelayakan
( feasibility study), ia dapat diberikan pembiayaan murabahah.
2. Nasabah atau calon nasabah yang menginginkan modal kerja atau tambahan
modal kerja, maka dengan melihat karakteristik pembiayaan sebagaimana
tersebut di atas dan setelah melalui studi kelayakan ( feasibility study), ia dapat
diberikan pembiayaan mudharabah/pembiayaan musyarakah.
3. Nasabah atau calon nasabah yang menginginkan manfaat atas suatu barang,
maka dengan melihat karakteristik pembiayaan sebagaimana tersebut di atas dan
setelah melalui studi kelayakan ( feasibility study), ia dapat diberikan pembiayaan
ijarah. Dan apabila nasabah atau calon nasabah menghendaki kepemilikan atas
barang di akhir masa sewa maka tepat jika ia diberi pembiayaan IMBT.
4. Nasabah atau calon nasabah yang membutuhkan uang tunai karena adanya
kebutuhan yang mendesak (emergency), maka dengan melihat karakteristik pembiayaan sebagaimana tersebut di atas dan setelah melalui studi kelayakan
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 7/10
7
( feasibility study) ia dapat diberi produk berupa pembiayaan qardh/qardh al
hasan.
Melalui peningkatan kapabilitas dan profesionalitas para pengelola BMT, serta
kepekaan melakukan analisis pembiayaan sehingga dapat memberikan pembiayaan yang
tepat bagi nasabah atau calon nasabah maka optimalisasi peranan BMT di sektor ekonomi
riil dapat dilaksanakan dengan semestinya. BMT yang berperan secara optimal dapat
memberikan andil dalam pembangunan nasional, sehingga diharapkan kesejahteraan
masyarakat dapat terwujud secara adil dan merata.
D. Kendala dalam Pengelolaan BMT dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro
Banyak kendala-kendala yang menjadi hambatan pengelolaan BMT dalam
pemberdayaan sektor riil. Kendala-kendala tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kendala internal dan kendala eksternal.
Kendala internal adalah kendala yang disebabkan karena faktor dari dalam BMT itu
sendiri. Hal ini nampak pada adanya fakta bahwa banyak dijumpai pengurus atau
pengelola BMT belum memahami tentang prinsip-prinsip syariah dan juga prinsip
pengelolaan usaha yang baik dan benar. Atau dengan kata lain belum terpenuhinya sumber
daya insani yang mumpuni di bidang ekonomi syariah, sehingga dalam praktiknya BMT
seringkali menjadi sama dengan lembaga keuangan konvensional yang jauh dari nilai-nilai
Islami.
Adapun kendala eksternal adalah kendala yang disebabkan oleh faktor dari luar
BMT, seperti masih adanya budaya masyarakat yang belum sepenuhnya menerima
eksistensi lembaga keuangan syariah karena di anggap njlimet dan tidak terprediksi.
Kendala pada aspek hukum juga masih dijumpai, yakni terkait dengan status hukum BMT
yang pada umumnya adalah koperasi. Menurut ketentuan hukum koperasi memerlukan
aspek legal lain jika ingin melakukan kegiatan penghimpunan dana. Fungsi BMT yang
hampir mirip-mirip dengan bank, yakni sebagai lembaga intermediasi keuangan belum
mendapatkan pijakan hukumnya yang kokoh.
Adanya kendala dimaksud perlu segera dicarikan jalan keluarnya, agar BMT sebagai
lembaga dengan target market sektor riil berupa usaha-usaha kecil dapat menjalankan
perannya dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 8/10
8
E. Alternatif Solusi untuk Mengatasi/Mengurangi Kendala-Kendala Menuju
Kinerja BMT yang Optimum
Kendala berupa masih rendahnya sumber daya insani yang memahami pengelolaan
lembaga keuangan berdasarkan prinsip syariah, khususnya bagi BMT yang baru berdiri
dapat diatasi dengan proses magang pada BMT lain yang sudah memiliki kredibilitas
dalam operasionalnya. Di samping itu juga dapat melalui partisipasi dalam program
pelatihan ekonomi syariah yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga terkait.
Dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi, sektor hukum juga mempunyai peran
penting di dalamnya. Adapun untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan
pembiayaan kepada masyarakat, BMT dapat menerapkan prinsip-prinsip berikut:
1. Prinsip kehati-hatian ( prudential principle) dalam melaksanakan kegiatannya,
terutama dalam pemberian pembiayaan kepada masyarakat.
2. Prinsip mengenal nasabah (know your customer principle), hal ini lebih
menekankan aspek karakter nasabah.
3. Secara internal perlu menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance,
yang meliputi transparancy, accountability, responsibility, independency, and
fairness.
Kemudian dalam rangka pemasaran produk-produk BMT kepada masyarakat, ada
beberapa strategi yang dapat ditempuh oleh pengelola BMT yang bersangkutan antara lain
yaitu:
1. Meluruskan niat, bahwa niat pengelola yang utama adalah berupa niat untuk
beribadah kepada Allah SWT. Dengan diniatkan ibadah, maka seorang pengelola
akan mendapatkan dua macam keutamaan yakni berupa pahala dan keberhasilan
dalam pengelolaan BMT.
2. Memperhatikan ulama. Ulama adalah tokoh yang berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat sehingga pengurus BMT dapat menjalin kerjasama saling
menguntungkan dengannya untuk kepentingan sosialisasi mengenai lembaga
keuangan yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dimaksud.
3. Memperluas jaringan kerjasama. BMT dapat menjalin kerjasama dengan BMT
lain, Bank Syariah, Pemerintah, dan siapa saja yang memiliki minat dalam
rangka mengembangkan sistem ekonomi Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 9/10
9
4. Metode jemput bola. Metode ini perlu ditempuh untuk mengakselerasi
perkembangan BMT, misalnya dengan pembentukan unit khusus yang
menawarkan produk BMT dari rumah ke rumah.
Strategi pemasaran tersebut sama-sama penting dan saling menguatkan dalam rangka
optimalisasi peran BMT.
Setelah keempat pendekatan di atas dilalui, selanjutnya perlu dikembangkan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengelola BMT harus mampu bertindak jujur, amanah, serta profesional di
bidangnya, yang diwujudkan dengan mengedepankan transparansi manajemen,
keikhlasan menerima kritik dan saran, bijaksana dalam mengambil keputusan
penting, memberikan pelayanan terbaik.
2. Memilih produk-produk yang tepat: sederhana, tidak terlalu berisiko, dan
memiliki nilai jual yang tinggi.
F. Penutup
Demikian sekilas pembahasan mengenai optimalisasi peranan BMT sebagai
penggerak sektor ekonomi riil. Perkembangan sektor ekonomi riil akan dapat berlangsung
dengan cepat ketika didukung oleh tersedianya sumber dana yang memadahi dan sesuai
dengan nilai-nilai keadilan. BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah sudah saatnya
berbenah diri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan dana bagi pengembangan
kegiatan usaha. Adanya merupakan salah satu kontribusi bagi suksesnya proses
pembangunan, sehingga pelan tapi pasti dapat mengikis atau mengurangi jumlah
penduduk miskin di Indonesia.
5/17/2018 Strategi Optimalisasi Peran Bmt Sebagai Penggerak Sektor Usaha Mikro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/strategi-optimalisasi-peran-bmt-sebagai-penggerak-sektor-usaha-mikro 10/10
10
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, Umar, 2000, Islam dan Pembangunan Ekonomi, pent. Ikhwan Abidin Gema
Insani Press.
Khan, 1997, Muhammad Akram ‘The Role of Government in the Economy,” The
American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. 14, No. 2.
Muhamad, 2006, Perkembangan Bisnis dan Keuangan Syariah di Indonesia dalam Bank
Syariah, Analisis Kekuatan, Kelemahan, dan Ancaman, Yogyakarta: Ekonisia.
Rizky, Awalil, 2007, BMT: Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil, Yogyakarta:
UCY Press.
SM, Makhalul Ilmi, 2002, Teori dan Praktik Lembaga Keuangan Mikro Syariah,
Yogyakarta: UII Press.
Suhendi, Hendi, 1997, Asas-asas Fiqh Muamalah, Bandung : SGD Press.
Suhendi, Hendi, 2000. Fiqh Muamalah, Bandung : Rosdakarya.
Suhendi, Hendi, 2004, BMT dan Bank Islam, Bandung.
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
Fatwa DSN MUI No. 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam
Fatwa DSN MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Istishna
Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)
Fatwa DSN MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah
Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah
Fatwa DSN MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah Al-Mutahiyah bi Al-
Tamlik
Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IX/2000 tentang al Qardh