Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PEMASARAN KELOMPOK USAHA
BERSAMA (KUB) DALAM MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(Studi Di Kub Radesta Kelurahan Rano Kecamatan Muara Sabak
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi)
SKRIPSI
Oleh:
M.TAUFIK IKHSAN
SE 120 110
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
2018
ii
iii
iv
v
MOTTO
عىهم فٱعف حىلك مه لٱوفضىا ٱلقلب غليظ فظا كىت ولى لهم لىت ٱلله مه رحمة فبما
٩٥١ ٱلمتىكليه يحب ٱلله إن ٱلله على فتىكل عزمت فإذا ٱلأمر في وشاورهم لهم وٱستغفر
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.” (QS. Ali Imran {3} : 159)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi Ini Kepada :
Kedua Orang Tua, Abah A.Wahab Muhammad Dan Ummi Saniah Binti
A.Karim, Serta Kakak, Adik, Sanak Keluarga Dan Orang Spesial Saudari Laras
sari Yang Senantiasa Memberi Dukungan Moril Dan Materil Dalam Susah Dan
Senang Sehingga Dapatlah Penulis Selesaikan Skripsi Ini.
Untuk Teman-Teman Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi Khususnya Teman-teman Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Dan Para Dosen
Se Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Beserta Staff. Tanpa Dukungan Kalian
Mungkin Penulis Tidak Seperti Ini Dalam Menyelesaikan Skripsi Ini, Hanyalah
Ungkapan Terima Kasih Atas Segala Yang Telah Kalian Berikan Selama Ini
Hanya Allah Swt Yang Dapat Membalas Kebaikan Kalian.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kegelisahan akademik mengenai isu
aktual mengenai MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dan sejumlah tantangan
yang ditimbulkan olehnya terkhusus bagi pelaku seperti Kelompok Usaha
Bersama (KUB) Radesta. Melalui penelitian ini ingin dijawab tiga hal penting
yaitu: (1) Bagaimana strategi Kehumasan KUB RADESTA dalam mendukung
usaha pemasaran produk usaha kerajinan anyaman pandan?; (2) Apa faktor
penghambat KUB RADESTA dalam implementasi strategi pemasaran produk
kerajinan anyaman pandan? dan (3) Apa upaya KUB Radesta dalam mengatasi
faktor penghambat dan tantangan MEA?
Menjawab persoalan diatas, maka peneliti menggunakan metodologi
penelitian yang sistematik. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah
kualitatif, setting penelitianya di Divisi Humas Pemerintah Kabupaten Muaro
Jambi, teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis datanya menggunakan miles and huberman (reduksi,
display, verifikasi, kesimpulan), sedangkan uji keabsahan datanya menggunakan
teknik trianggulasi.
Setelah melakukan riset di lapangan dengan metodologi yang ada, maka
diperoleh temuan sebagai berikut: (1) Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Strategi-strategi kehumasan yang ditempuh oleh KUB Radesta dalam pemasaran
produk adalah dengan jalan: pemanfaatan brosur, melakukan kegiatan promosi
penjualan dan bisnis, memaksimalkan divisi humas KUB Radesta untuk aktif
dalam memeperkenalkan produknya kepada masyarakat, mendafarkan produk-
produk anyaman dalam setiap event-event pameran, serta menggunakan media
sosial sebagai penyebaran info produk. (2) Adapun hamabatan yang dihadapi oleh
KUB Radesta dalam usaha penerapan strategi pemasaran produk anyaman pandan
adalah dikarenakan adanya beberapa faktor yaitu: PR KUB Radesta yang belum
memiliki kualifikasi pendidikan kehumasan, kurangnya sarana dan prasarana
penunjang promosi, dan masih adanya persepsi bahwa pekerjaan promosi tersebut
bukanlah kegiatan inti dalam suatu organisasi seperti halnya kegiatan produksi.
(3) Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak pengurus KUB Radesta dalam
upayanya mengatasi kendala penerapan starategi pemasaran dan tantangan MEA
adalah dengan jalan sebagai berikut: meningkatkan kompetensi humas KUB
Radesta untuk lebih gencar dalam melakukan kegiatan promosi, melakukan loby-
loby kepada pihak pemerintah, melakukan peningkatan dan pengembangan SDM
yang ada pada setiap anggota KUB Radesta sehingga kinerja KUB Radesta
berjalan dengan efisien, melibatkan kegiatan perusahaan dengan memanfaatkan
media teknologi informasi, serta melakukan evaluasi dengan analisis SWOT
secara berkala.
Kata Kunci: MEA, KUB Radesta, Public Relations.
viii
ABSTRACT
This research is motivated by academic anxiety about the actual issue
regarding the MEA (Asean Economic Community) and a number of challenges
posed by it, especially for actors such as the Radesta Joint Business Group
(KUB). Through this research three important things are answered, namely: (1)
How is the KUB RADESTA PR strategy in supporting the marketing business of
Pandan woven craft business products ?; (2) What are the inhibiting factors of
KUB RADESTA in the implementation of marketing strategies for pandanus
woven craft products? and (3) What are the efforts of KUB Radesta in
overcoming the obstacles and challenges of the MEA?
Answering the above problem, the researcher uses a systematic research
methodology. The research approach used is qualitative, setting the research in the
Muaro Jambi District Government Public Relations Division, data collection
techniques using observation, interviews, and documentation. Analysis of the data
using miles and huberman (reduction, display, verification, conclusion), while the
validity of the data using triangulation techniques.
After conducting research in the field with the existing methodology, the
findings are as follows: (1) The results of this study are as follows: The public
relations strategies adopted by KUB Radesta in product marketing are by: using
brochures, conducting sales promotion activities and business, maximizing KUB
Radesta's public relations division to be active in introducing its products to the
public, memorizing woven products in every exhibition event, and using social
media as a dissemination of product info. (2) The position faced by KUB Radesta
in the effort to implement marketing strategies for pandanus woven products is
due to several factors, namely: PR KUB Radesta which does not have public
relations education qualifications, lack of facilities and infrastructure to support
promotion, and there is still a perception that the promotion work not a core
activity in an organization as well as production activities. (3) Efforts that have
been made by the KUB Radesta management in their efforts to overcome the
obstacles to the implementation of marketing strategies and the challenges of the
AEC are as follows: improving KUB Radesta's public competence to be more
vigorous in carrying out promotional activities, conducting lobbies to the
government , improving and developing existing human resources in each
member of KUB Radesta so that the performance of KUB Radesta runs
efficiently, involving company activities by utilizing information technology
media, as well as conducting evaluations with SWOT analysis regularly.
Keywords: MEA, KUB Radesta, Public Relations.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Peneliti mengucapkan segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya guna
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S.1) pada Program
Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi. Shalawat dan salam juga penulis khaturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya yang telah membawa umat
manusia dari kehidupan yang tidak berperadaban menuju kepada masyarakat yang
penuh dengan semangat ilmu pengetahuan dan penuh dengan keadaban.
Peneliti menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Yth. Kedua orang tua peneliti yang telah berkorban secara moril dan materil
dan yang telah mendidik dan memperjuangkan peneliti untuk dapat
mengenyam pendidikan tinggi.
2. Yth. Dosen pembimbing yang telah mendidik peneliti sehingga selesainya
naskah skripsi ini.
3. Yth. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang
telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepaa peneliti sehingga peneliti
menjadi lebih dewasa dalam bersikap, berpikir, dan bertindak.
4. Yth. Bapak / Ibu pejabat dan para staff akademik Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan
pelayanan administrasi secara profesional sehingga lancarnya proses
penyelesaian studi peneliti.
5. Yth. pejabat dan para pustakawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Perpustakaan Wilayah Provinsi Jambi, dan
Perpustakaan Kota Jambi yang telah memberikan pelayanan profesional
sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh beberapa literatur.
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Batasan Masalah................................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 8
E. Kerangka Teori..................................................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 15
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 19
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian .................................................... 19
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 20
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 22
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 27
F. Uji Keterpercayaan Data ...................................................................... 30
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya KUB Radesta ........................................................ 35
B. Visi dan Misi KUB Radesta ................................................................. 37
C. Produk-produk KUB Radesta .............................................................. 37
D. Keadaan Sosial Masyarakat Kelurahan Rano ...................................... 43
xii
E. Prospek Pasar Anyaman Pandan KUB Radesta ................................... 44
F. Keadaan Geografis Kelurahan Rano ....................................................
G. Keadaan Topografi Kelurahan Rano ....................................................
H. Keadaan Demografi Kelurahan Rano ..................................................
I. Struktur Organisasi KUB Radesta .......................................................
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Strategi KUB Radesta dalam Pemasaran Produk.................................
B. Faktor Pendorong dan Penghambat KUB Radesta dalam
Menerapkan Strategi Pemasaran ..........................................................
C. Upaya KUB Radesta dalam Menghadapi Tantangan MEA .................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 66
B. Saran-saran ........................................................................................... 66
C. Kata Penutup ........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
RIWAYAT HIDUP PENELITI .................................................................... 71
LAMPIRAN .................................................................................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan lingkungan usaha baik di tingkat nasional, regional, dan
global membawa dampak yang cukup tinggi bagi setiap perubahan untuk
semakin giat lagi dalam memperbaiki kualitas produknya sehingga mampu
menghadapi persaingan yang semakin ketat di era perdagangan bebas
sekarang ini. Bagi sejumlah perusahan perbaikan kualitas produk sangat
penting demi kelangsungan kemajuan perusahaan. Perusahaan dapat
mencapai keberhasilan apabila dapat menarik pelanggan baru untuk
membeli atau menggunakan produk yang dihasilkan dan memberikan
pelayanan terbaik demi tercapainya kepuasan pelanggan.1
Pelanggan merupakan faktor penting bagi perusahaan sebab
perusahaan akan bertahan hidup selama perusahaan itu mempunyai
pelanggan. Untuk menjaga eksistensinya, perusahaan akan melakukan
berbagai usaha untuk menarik pelanggan dan mempertahankan pelanggannya.
Selain itu, tingkat keberhasilan suatu perusahaan dapat diukur dari
banyaknya pelanggan yang mengunakan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut dan juga tingkat kepuasan pelanggan.2
1http://digilib.uin-suka.ac.id/23405/1/12240039_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
2http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-paper-6524-EMA503_13_-
_Kepuasan_Pelanggan.pdf
2
Perusahaan berharap dengan memenuhi kepuasan pelanggan, mereka
akan memiliki hubungan yang baik dengan pelanggan, sehingga
pelanggan akan tetap menggunakan produk mereka. Perusahaan yang selalu
memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka akan menarik custumer
produk yang sama untuk menggunakan produk perusahaan tersebut.
Sekarang ini, pelanggan semakin kritis dalam menentukan pilihan terhadap
kualitas, manfaat, dan harga produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Oleh karena itu suatu perusahaan diharapkan mampu mengambil perhatian
konsumen dengan cara memperbaiki kualitas produk secara
berkesinambungan demi tercapainya kepuasan pelanggan serta selalu
memelihara hubungan komunikasi yang baik dengan pelanggan.3
Melihat semakin kompleksnya kegiatan suatu perusahaan, maka
semakin jelas peranan seluruh anggota perusahaan menjadi penentu dalam
menunjang kemajuan perusahaan. Pembentukan rencana dan strategi dalam
suatu perusahaan berguna sekali dan sangat ugen karena dapat menjalin
hubungan yang harmonis antara pihak internal dan eksternal perusahaan
serta menciptakan citra positif di mata publik (calon konsumen).4
Perusahaan dituntut untuk menciptakan dan mempertahankan suatu
citra perusahaan terlebih dalam persaingan yang semakin ketat pada industri
makanan dan minuman. Hal ini dibuktikan dengan bermunculnya produk-
produk kerajinan tangan baik skala kecil, menengah ataupun skala besar.
3http://astadipangarso.staff.telkomuniversity.ac.id/wp-content/uploads/sites/59/2014/11/Etika-
Bisnis-8th-Week.pdf 4https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2009/12/fcgi_booklet_ii.pdf
3
Masing-masing produk berusaha menarik perhatian konsumen melalui
kemasan, iklan, dan promosi serta menawarkan varian yang beragam.5
Salah satu bentuk perusahaan di Indonesia, ada yang dinamakan
dengan KUB (Kelompok Usaha Bersama). Kelompok Usaha Bersama Radesta
merupakan salah satu industri yang bergerak dibidang anyaman pandan.
Kelompok Usaha Bersama (KUB) terletak dikelurahan Rano kecamatan
Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kelompok Usaha
Bersama (KUB) merupakan salah satu industri rumahan yang memanfaatkan
tanaman pandan yang diolah menjadi bahan kerajinan yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi.
Hingga saat ini Kelompok Usaha Bersama (KUB) masih memproduksi
berbagai aneka kerajinan tangan. Pemilihan Kelompok Usaha Bersama (KUB)
sebagai obyek penelitian ini adalah karena selama ini Kelompok Usaha
Bersama (KUB) selalu dihadapkan pada berbagai tantangan dan
permasalahan dalam mendukung pemasaran produk. Untuk itu perlu
adanya strategi ekonomi tertentu dalam menghadapi tantangan dan
permasalahan tersebut.
Berdasarkan pengamatan peneliti di awal (grand tour), KUB
RADESTA cukup produktif dan terus eksis di tengah persaingan dengan
kelompok industri kerajinan lainya. Padahal banyak di antara pengrajin yang
sudah bangkrut.6 Namun demikian, usaha KUB RADESTRA tampaknya
masih saja terus berjalan dan eksis. Hal ini mendorong peneliti untuk
5Ibid.
6Observasi tanggal 19 November 2014
4
mengungkapkan bagaimana strategi yang dijalankan sehingga KUB
RADESTA tetap eksis di tengah persaingan yang semakin ketat apalagi dalam
menghadapi tantangan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
Penelitian ini dibatasi di KUB Muara Sabak Barat dikarenakan alasan
waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti. Peneliti membatasi
wilayah kajian di Muara Sabak Barat dengan pertimbangan bahwa Muara
Sabak Barat merupakan daerah yang masih dapat dijangkau oleh wilayah asal
peneliti, sehingga peneliti sudah memahami lingkungan sosial penelitian yang
dapat memudahkan peneliti dalam menggali data dilapangan nantinya.
KUB Radesta juga adalah industri rumahan yang eksis hingga saat ini.
Hal ini mengindikasikan bahwa KUB tersebut memiliki pengelolaan
pemasaran produk yang baik sehingga mampu bersaing sehat dengan produk-
produk sejenis, terlebih dalam persaingan global MEA saat ini. Adapun
produk yang dihasilkan semua berasal dari hasil anyaman pandan dengan
berbagai olahan dan produk seperti: tas, sepatu, kipas, tempat tisu, dan lain
sebagainya. Dibalik eksistensi KUB Radesta, tentunya ada strategi perusahaan
yang baik. Dan hal itu perlu untuk diteliti agar dapat menjadi contoh bagi
perusahaan lainnya untuk bertahan bahkan berkembang diera kompetisi bisnis
yang semakin ketat.
Peneliti juga membtasi diri pada KUB RADESTA dikarenakan alasan
tenaga, dan biaya, serta waktu penelitian yang singkat. Jika peneliti
mengambil lokasi penelitian yang lebih dari satu, maka tentu memutuhkan
biaya dan waktu penelitian yang banyak. Oleh seab itulah menyadari keadaan
5
peneliti secara pribadi dan dengan tidak mengurangi bobot keilmiahan
penelitian ini, maka fokus penelitian diarahkan kepada KUB RADESTA
Muara Sabak Barat.
Melalui berbagai pertimbangan tersebut, maka peneliti termotivasi
untuk melakukan suatu riset dalam bentuk skripsi dengan judul: “STRATEGI
PEMASARAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) DALAM
MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (STUDI DI KUB
RADESA KELURAHAN RANO KECAMATAN MUARA SABAK
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI).”
B. Rumusan Masalah
Rumusan pokok masalah penelitian ini adalah: bagaimana langkah-
langkah strategis yang diambil oleh KUB (Kelompok Usaha Bersama)
RADESTA Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi agar tetap eksis di tengah persaingan menghadapi MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN)? Pokok permasalahan ini akan peneliti jawab
menggunakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi KUB RADESTA dalam mendukung usaha pemasaran
produk usaha kerajinan anyaman pandan?
2. Apa faktor penghambat KUB RADESTA dalam implementasi strategi
pemasaran produk kerajinan anyaman pandan?
3. Apa upaya KUB Radesta dalam mengatasi faktor penghambat dan
tantangan MEA?
6
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan yang terkait dengan
strategi divisi KUB RADESTA Muara Sabak Barat dalam menanggapi
persoalan pemasaran produk kerajinan anyaman dan MEA. Divisi Peneliti
membatasi pada pembicaraan masalah tersebut karena sinkron dengan jurusan
keilmuan peneliti yaitu di Jurusan Ekonomi Islam di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Penelitian ini dibatasi pula pada diskursus persoalan pemasaran dan
MEA dengan alasan bahwa pembicaraan tentang persoalan ini sedang hangat
didiskusikan oleh masyarakat Indonesia saat ini, khususnya persoalan
tantangan yang dihadapi oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di
Indonesia. Oleh sebab itu, peneliti memfokuskan pembicaraan kepada dua hal
tersebut.
Lebih fokusnya, penelitian ini dibatasi pada strategi pemasaran yang
dilakukan oleh KUB Radesta dalam menghadapi MEA. Jadi, penelitian ini
bukan memfokuskan kepada MEA-nya, karena hal ini luas sekali cakupannya.
Jadi MEA hanya menjadi isu kontemporer saja dalam penelitian ini. Sekali
lagi, yang menjadi fokusnya adalah KUB Radesta.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan pokok disusunya penelitian ini adalah untuk memahami
langkah-langkah strategis yang diambil oleh KUB RADESTA Muara
Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dalam
7
menyikapi persoalan pemasaran produk dan persaingan global MEA.
Sedangkan secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui strategi kehumasan KUB RADESTA dalam
mendukung usaha pemasaran produk usaha kerajinan anyaman
pandan.
b. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat KUB
RADESTA dalam menerapkan strategi pemasaran produk anyaman
pandan.
c. Untuk mengetahui upaya KUB Radesta dalam mengatasi faktor
penghambat dan tantangan MEA.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian secara teoritis dan praktis adalah
sebagai berikut:
a. Kegunaan Secara Teoritis
Kegunaan penelitian ini secara teoritis adalah pertama, secara
umum diharapkan dapat memperkaya wacana keilmuan khususnya
dalam khazanah pemikiran ilmu ekonomi, khususnya dalam bidang
pemasaran produk. Hasil penelitian ini diharapkan dapat pula berguna
bagi para peneliti selanjutnya dalam pengembangan penelitian
sebidang maupun non sebidang.
Selanjutnya bagi peneliti pribadi, penelitian ini berguna sebagai
pengembangan diri dalam berpikir ilmiah dan sekaligus sebagai bukti
8
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam
ilmu Ekonomi Islam di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
b. Kegunaan Secara Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat berguna bagi pihak
KUB RADESTA sebagai bahan evaluasi kinerja organisasi di
lingkugan kerjanya sehingga dapat meningkatkan citra positif dan
eksistensi kelompok usahanya dan dapat eksis dalam menghadapi
MEA. Sehingga hal ini dapat diaplikasikan bagi KUB-KUB lainnya di
Indonesia.
E. Kerangka Teori
1. Strategi Pemasaran
a. Definisi Pemasaran
Secara etimologi, kata pemasaran memiliki dua arti yaitu: 1)
proses, cara, perbuatan memasarkan suatu barang dagangan; 2) perihal
menyebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat.7
Secara terminologi, definisi kata pemasaran menurut Alma
memiliki lima makna yaitu: 1) pemasaran adalah menghubungkan
penjual dengan pembeli potensial; 2) pemasaran adalah menjual
barang, dan barang tersebut tidak kembali ke orangnya; 3) pemasaran
adalah memberikan standar kehidupan; 4) pemasaran adalah satu
proses dalam menentukan permintaan konsumen akan barang dan jasa,
memotivasi penjualan, mendistribusikan ke konsumen akhir, dengan
7Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2014), 1027
9
keuntungan sebagai imbalanya; dan 5) pemasaran adalah sebuah
disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan,
penawaran, dan perubahan nilai dari suatu inisiator ke stakehoder-
nya.8
Berdasarkan keterangan di atas, maka peneliti berpendapat
bahwa pemasaran merupakan aktivitas ekonomi yang didalamnya
terjadi proses promosi atau pengenalan produk kepada konsumen
sehingga barang yang diproduksi menjadi laku di pasaran.
b. Tingkatan Pemasaran
Jika diperhatikan struktur perusahaan, maka ada tingkatan-
tingkatan tertentu yang masing-masing memiliki penekanan pada tugas
pemasaranya. Menurut Alma, tingkatan pemasran tersebut adalah
sebagai berikut:9
1) Pada tingkat pimpinan, pemasaran adalah penekanan pada analisis
struktur pasar, orientasi dan dukungan pelanggan, serta
memposisikan perusahaan dalam mengawasi rantai nilai. Aktivitas
para pegawai ini harus dibina agar lebih memuaskan pada
pelanggan;
2) Pada tingkat bisnis, di sini pemasaran adalah untuk segmentasi dan
targeting pasar. Unit bisnis harus lebih menekankan pada
karakteristik produk yang harus dipasarkan dan lebih kepada
keinginan dan kebutuhan konsumen;
8Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: Alfabeta, 2013), 2-3
9Ibid., 5
10
3) Pada tingkat operasional, ini berarti marketing in action para
petugas harus melaksanakan berbagai taktik marketing mix,
mencari kombinasi dari bauran yang paling maksimal apakah akan
lebih menekankan pada produk, harga, atau tempat, dan promosi.
c. Tujuan Pemasaran
Tujuan pemasaran yaitu mengadakan kesimbangan antar
negara atau daerah untuk saling mengisi mengadakan perdagangan
antara daerah surplus dengan daerah minus.10
Usaha marketing tidak saja negara-negara maju (berkembang),
tetapi juga meliputi negara-negara yang belum maju. Negara
berkembang merupakan negara yang sudah maju dalam industri barang
dan jasa yang ditawarkan ke pasar saling bersaingan. Di negara
tersebut dijumpai bahwa pembelilah yang berkuasa. Pembeli dapat
memilih sesuai kemauanya sehingga para penjual berusaha merebut
hati konsumen dengan cara meningkatkan layanan, memberi hadiah,
korting harga, iklan, papan reklame dan lain sebagainya.
d. Konsep tentang Strategi Pemasaran Menurut Kotler
Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Menurut Philip Kotler
dan Kevin Lane Keller yaitu kegiatan memenuhi kebutuhan secara
menguntungkan.11
Selanjutnya ditambahkan pula bahwasanya
pemasaran merupakan kegiatan manusia yang diarahkan untuk
10
Ibid., 7 11
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Macanan Jaya
Cemerlang, 2009), hlm. 6
11
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses
pertukaran.12
Pemasaran dalam pandangan Islam merupakan suatu penerapan
disiplin strategi yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah. Ide
mengenai pemasaran ini sendiri ditelurkan oleh dua orang pakar
dibidang pemasaran syariah. Mereka adalah Herawan Kertajaya satu
dari lima puluh orang guru yang mengubah masa depan dunia
pemasaran bersama-sama dengan Philip Kotler, dan Muhammad
Syakit Sula, salah satu dari enam pemegang gelar professional ahli
asuransi syariah juga CEO Batasa Tazkia sebuah konsultan syariah
yang cukup dikenal di kalangan perbankan dan asuransi syariah.
Bauran promosi tradisional melipiti berbagai metode untuk
mengkomunikasikan mafaat jasa kepada pelanggan potensial dan
actual. Metode-metode tersebut terdiri dari periklanan, promosi
penjualan, direct marketing, personal selling, dan public relations.13
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pemasaran
Basu Swastha dan Irawan menjelaskan bahwa ada beberapa hal
yang menjadi faktor yang mempengaruhi srategi pemasaran yaitu
sebagai berikut:14
12
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Macanan Jaya
Cemerlang, 2009), hlm. 193 13
Ibid., hlm. 4 14
Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Liberti, 2008), 355
12
1) Jumlah Dana
Jumlah dana yang tersedia merupakan faktor penting yang
mempengaruhi kegiatan pemasaran. Perusahaan yang memiliki
dana yang besar tentu saja kegiatan pemasarannya akan lebih
meluas. Oleh sebab itu, bagi perusahaan yang kurang kuat kondisi
keuangannya akan lebih baik jika mengadakan periklanan pada
majalah atau surat kabar.
2) Sifat Pasar
Sifat pasar itu ada berbagai macam. Hal tersebut juga akan
sangat mempengaruhi kegiatan pemasaran. Sifat pasar tersebut
antara lain sebagai berikut:
Pertama, luas pasar secara geografis. Bagi perusahaan yang
mempunyai pasar lokal mungkin sudah cukup untuk menggunakan
personal selling saja, akan tetapi bagi perusahaan yang mempunyai
pasar nasional paling tidak harus menggunakan periklanan.
Kedua, konsentrasi pasar. Konsentrasi pasar ini dapat pula
mempengaruhi strategi pemasaran yang diambil. Perusahaan yang
hanya memusatkan penualannya pada satu kelompok pembeli saja,
maka penggunaan alat promosinya akan berbeda dengan
perusahaan yang menjual kepada semua kelompok pembeli.
Ketiga, macam pembeli. Strategi pemasaran yang dilakukan
oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh objek atau sasaran dalam
kampanye penjualannya, apakah pembeli industri, konsumen
13
rumah tangga, atau pembeli lainnya. Sering perantara pedagang
ikut menentukan atau ambil bagian dalam pelaksanaan program
pemasaran perusahaan.
3) Jenis Produk
Faktor lain yang turut mempengaruhi strategi promosi
perusahaan adalah jenis produknya, apakah barang konsumsi atau
barang industri. Dalam mempromoskan barang konsumsi juga
macam-macam, apakah barang shoping atau barang spesial. Pada
barang industripun juga demikian, cara mempromosikan instalasi
akan berbeda dengan perlengkapan operasi.
4) Siklus Kehidpan Barang
Faktor yang lain yang juga menjadi pertimbangan dalam
pemasaran adalah siklus barang yang meliputi tiga tahapan yaitu;
(1) Tahap perkenalan. Perusahaan harus berusaha mendorong
untuk meningkatkan permintaan primer lebih dahulu, dan
bukannya permintaan selektif dengan merk tertentu. Jadi,
perusahaan harus menjal kepada pembeli dengan mempromosikan
produk tertentu secara umum sebelum mempromosikan satu merk
tertentu. (2) Tahap pertumbuhan: Kedewasaan dan kejenuhan
perusahaan dapat menitikberatkan periklanan dalam kegiatan
promosinya. (3) Tahap kemunduran: Perusahaan harus sudah
membuat produk baru atau produk yang lebih baik. Ini disebabkan
lama penjualan sudah tidak menentu dan tingkat labanya semakin
14
menurun, bahkan usaha-usaha promosinya sudah tidak
menguntungkan lagi.
2. Deskripsi Tentang Kerajinan Anyaman Pandan
Secara etimologi, kata kerajinan memiliki tiga arti yaitu: 1) perihal
rajin, kegiatan, kegetolan; 2) barang yang dihasilkan melalui keterampilan
tangan seperti tikar, anyaman dan lain sebagainya; 3) perusahaan keci
yang membuat barang-barang sederhana, biasa mengandung unsur seni.15
Secara etimologi, kata anyaman memiliki arti hasil menganyam
atau barang yang dianyam.16
Sedangkan kata pandan mengandung dua arti
yaitu: 1) tubuhan yang daunya berbentuk pita, erwarna hijau tua dan agak
kaku seperti daun nanas yang dalam bahasa Latin disebut pandanus, 2)
daun pandan.17
Secara terminologi, pandan adalah tanaman liar yang tumbuh di
semak-semak, tepi sungai dan di hutan-hutan.18
Berdasarkan arti etimologi
dan terminologi di atas, maka peneliti mensintesiskan bahwa kerajinan
anyaman pandan merupakan hasil kerajinan yang memanfaatkan pandan
menjadi nilai ekonomi yang lebih tinggi dengan cara membuat kerajinan
berupa anyaman pandan. Dimana anyaman pandan yang dibuat diubah
menjadi berbagai macam produk seperti tas, dompet, kotak tisu, bros,
sandal, dan lainya sebagainya.
15
Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2014), 1134 16
Ibid., hlm. 79 17
Ibid., hlm. 1010 18
Linda, Sentra Home Industry Produk Industri Kecil dan Menengah Kerajinan Anyaman
Pandan KUB RADESTA (Jambi:, t.p, 2004), 1
15
3. MEA dan Tantangannya
Indonesia kini tengah berpacu dengan waktu dalam menyambut
pelaksanaan pasar bebas Asia Tenggara atau biasa disebut dengan
Masyarakat Ekomoni Asean (MEA) yang akan dimulai pada tahun 2015.
Sejalan dengan pesatnya dinamika hubungan antar bangsa di berbagai
kawasan, ASEAN menyadari pentingya integrasi negara-negara di Asia
Tenggara pada pertemuan informal para kepala negara ASEAN di Kuala
Lumpur tanggal 15 Desember 1997 disepakati ASEAN Vision 2020 yang
kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan di Hanoi. Pertemuan ini
menghasilkan Hanoi Plan of Action yang isinya adalah menginginkan
berorientasi ke luar, hidup berdampingan secara damai, dan menciptakan
perdamaian internasional.
Beberapa agenda kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
merealisasikan visi 2020 adalah dengan meningkatkan kualitas SDM,
ekonomi, lingkungan, sosial, teknologi, hak cipta intelektual, keamanan dan
perdamaian,serta turisme melalui serangkaian aksi bersama dalam bentuk
hubungan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan diantara negara-
negara anggota ASEAN.
Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai negara
ASEAN di (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai
Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar) yang masng-masing
memiliki latar belakang yang berbeda secara sosiologis dan ideologi politik
16
maupun ekonomi.19
Nilai-nilai dalam globalisasi yang terimplementasi
dalam MEA 2015 diantaraya adalah:20
a. Kualitas produk barang dan jasa
b. Kualitas SDM yang mempunyai kompetensi unggul dan profesional
c. Kualitas manajemen yang menerapkan standarisasi sistem dan nilai-niali
modern yang mengedepankan efesiensi, efektivitas, dan transparani.
d. Mobilitas uang, barang, dan orang yang bebas dari hambatan dan tanpa
batas
e. Terfokus pada kekuatan daya saing nasional (kualitas barang, jasa, dan
manusia)
Dengan diberlakukanya MEA 2015, diharapkan dapat memberikan
dampak yang positif diantaranya sebagai berikut:21
a. Terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor di ASEAN
b. Kemudahan untuk mengakses modal investasi antar negara ASEAN
c. Kemudahan dalam memperoleh barang dan jasa yang diproduksi di luar
negara kita.
d. Meningkatnya kegiatan pariwisata, mobilitas orang, dan uang yang tinggi
serta perbahan sistem kehidupan masyarakat.
Demikianlah empat hal positif dari adanya MEA. Akan tetapi, tidak
hanya dampak postif yang ditimbulkan, melainkan di sisi lain juga
19
Khabib Alia Akhmad, “Strategi CIU Untuk Memenangi Persaingan Perdangan Asia” Jurnal
Ekonomi (Karanganyar: t.p., t.t), hlm. 279 20
Ibid. 21
Ibid.
17
memunculkan dampak negatif yang terjadi dengan adanya MEA 2015,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Hilangnya pasar produk ekspor karena kalah bersaing karena harga dan
kualitas produk dibanding dengan negara lain,
b. Banjir produk impor di pasaran dalam negeri akan mematikan usaha-
usaha di negara.
c. Kemungkinan adanya spekulasi di sektor keuangan yang bisa
menghancurkan stabilitas suatu negara.
d. Masuknya SDM dari negara lain yang berkualitas, dan profesional yang
akan menggusur tenaga kerja dalam negeri.22
Ada kecemasan dalam menyongsong MEA. Ini adalah sikap yang
wajar jika dilihat MEA dengan kesapan masyarakat Indonesia menghadapi
persaingan dibandingkan dengan negara anggota ASEAN yang lainya.
Kecemasan tentu menjadi hal yang wajar terhadap pembentukan MEA
mengingat selama ini belum semua masyarakat mengetahui apa itu MEA.
Hasil survey di lima kota besar (Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan
Pontianak) menunjukkan bahwa pemangku kepentingan baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah, akademisi, mapun masyarakat di negara ini masih
rendah pemahaman dan pegetahuanya terhadap MEA.23
Saat komitmen ditandatangai selalu dilandasi dengan keyakinan
tentang kseiapan kita untuk bersaing dengan mitra ekonomi tersebut. Namun
saat waktu pelaksanaan sudah dekat, hampir selalu dan ketergesa-gesaan
22
Ibid. 23
Boys. S. Bakri, “Kesiapan Indonesua Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asena 2015 dari
perspetif daya saing mansional.” ISEI Provinsi Riau, Edisi, Vo; I Januari : , hlm. 21
18
yang muncul. Hal yang memperihatinkan adalah sosilisasi dan evaluasi dak
ada yang kurang genar sehingga para pemangku kepentingan banyak yang
tidak mengetahui secara jelas berbagai skim perdangangan
Dengan demikian tidak ada persiapan matang mengenai kompetensi
bebas tersebut. Dengan demikian tidak ada persiapan menghadapi
kompetensi bebas tersebut. Barulah menjelang saat dilaksanakan organisasi
di Indonesia ini seperti kalang kabut saja untuk menyiapkan diri. Sementara
sebagian pesaing sudah bekerja keras jauh di depan dengan berbagai strategi
untuk memenangkan atau mendapatkan keuntungan besar dari keperurukan
integrasi keilmuan yang dihadapai.24
Tantangan MEA itu bisa dijawab juga bisa tidak. Bagaimana bisa
unggul di pasar dalam negeri intinya adalah mengapa saya tidak mempunyai
skill dan mampu bertahan ditengah pasaran domestik lainya. Dalam
menganalisis kendala-kendala yang dihadapi yang dihadapi oleh perusahaan
semakin besar, maka peluangnya lebih besar pula.25
Survey BPS pada tahun 2005 menunjukkan bahwasanya permasalah
nutaman yang dihadapi oleh sebagian besar kelompok dari kelompon usaha
ini adalah keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran. Dalam hal
pemasaran, biasanya memiliki sumber-sumber daya untuk mengetahui,
mncari dan mengambangkan atau memperluas pasar-pasar mereka sendiri.26
24
Observasi tanggal 05 April 2015 25
Observasi tanggal 05 April 2015 26
Ibid.
19
4. Konsep mengenai Survive di Era MEA
Banyak rasa khawatir bermunculan saat MEA dilaksanakan pada
tanggal 31 Desember 2015, khususnya di kalangan pengusaha lokal atau
pemilik brand lokal. Serbuan pesaing dari negara negara ASEAN + 3
(Jepang, Tiongkok, Korea Selatan) menyebabkan pemain lokal kurang
percaya diri. Apalagi masyarakat Indonesia sangat tergila-gila dengan merek
asing, semakin menambah rasa khawatir yang berlebihan. Oleh sebab itu,
untuk dapat bertahan di era persaingan global, maka sangat diperlukan
bebera strategi survive sebagai berikut:27
a. Memiliki Produk yang WOW: Pelanggan puas belum tentu melakukan
repeat buying karena pesaing juga berusaha memberikan yang lebih
baik. Yang penting adalah pelanggan merasa enjoy terhadap produk dan
layanan yang diterima. Itu pun tidak cukup. Perusahaan harus
memberikan rasa nyaman dan keramahan kepada pelanggan agar
pelanggan memiliki experience terhadap perusahaan.
b. Menetapkan Harga Bukan Sekedar Mencari Keuntungan Semata: jika
perusahaan mementingkan kebutuhan pelanggan, maka harga tidak
terlalu sensitif. Bahkan pelanggan akan membela matimatian jika
perusahaan ”diserang” oleh pihak lain.
c. Produk Mudah DIperoleh di Berbagai Outlet: Berbagai outlet mini
market saat ini sangat mudah sekali dijumpai di sepanjang jalan, baik di
jalan raya maupun di jalan perkampungan. Fenomena ini dimanfaatkan
oleh perusahaan sebagai sarana untuk melakukan pembayaran transaksi
27
Johanes Jenu Widjaja Tanjung, “Strategi Perusahaan Lokal Menghadapi Persaingan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” Jurnal Ilmiah Vol.1 No. 2 (Desember), hlm. 29-31
20
di sana. Tentu saja masyarakat lebih happy karena lebih dekat dan
efisien.
d. Memberikan Informasi Produk Secara Jujur: Promosi gencar akan
percuma saja kalau mengandung kebohongan dan tidak sesuai janji. Saat
ini adalah era transparansi atau serba terbuka. Perusahaan harus
mengatakan yang sejujurnya tentang produk yang akan dijual. Jika
bagus, katakana bagus. Jika kualitas sedang, katakan sedang. Jangan
sampai produk berkualitas jelek dipromosikan sebagai produk bagus
dengan iming-iming hadiah. Bisa saja penjualan meningkat tetapi tidak
akan lama karena pelanggan merasa ditipu.28
e. Konsentrasi terhadap Niche Market: Jagoan lokal umumnya sudah
mendapat tempat di hati pelanggan di setiap tempat mereka membuka
bisnis. Kopi Kapal Api, rokok Gudang Garam, Depot Bu Rudy di Surabaya,
Hot Cwi Mie di kota Malang memiliki pelanggan loyal yang sulit
digoyahkan. Apalagi jika pebisnis ini selalu melakukan inovasi produk
terus-menerus sehingga pelanggan tidak punya alasan meninggalkan
mereka.
f. Perhatikan Kebutuhan dan Keinginan Lokal:
Banyak cerita sukses tentang perusahaan lokal dalam mengelola bisnis.
Salah satu
kuncinya adalah memahami selera pelanggan lokal. Rawon Nguling di
Pasuruan atau rawon Setan di Surabaya, Goldilocks Bakeshop di Makati
City, Philipina atau Bengawan Solo di Singapura yang juga menjual roti.
Perusahaan lokal ini bisa berjaya di masingmasing negaranya karena
memahami selera masyarakat lokal.
28
Ibid
21
g. Membina Hubungan dengan Pelanggan: Perusahaan lokal bisa menjadi
juara dalam persaingan di era regional ASEAN, asal mereka mampu
menjalin hubungan kekerabatan dengan pelanggan. Gathering secara
berkala, manajer atau pemilik perusahaan turun ke lapangan,
mengadakan bakti sosial bersama adalah bentuk membina keintiman
bersama pelanggan. Dengan kata lain, manajemen atau pemilik
perusahaan harus selalu keep and touch bersama pelanggan.
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti terhadap beberapa literatur
terdahulu, maka peneliti menemukan adanya beberapa referensi yang dapat
menunjang penelitian ini untuk dapat ditindaklanjuti. Kemudian dari literatur-
literatur yang penulis temukan, terdapat titik persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan. Letak persamaan dan perbedaan dari
literatur-literatur tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lars (Artikel)
Lars melakukan penelitian yang laporannya dalam bentuk artikel
dengan judul “Pengrajin Kerajinan Tangan Tasikmalaya Siap Hadapi
MEA” Penelitian Lars dilakukan di Tasikmalaya, Bandung. Metodologi
penulisannya menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dan kesimpulan
penelitian beliau adalah sebagai berikut: (1) Indonesia dapat lolos dalam
persaingan bisnis secara global sebab Indonesia kaya akan Sumber Daya
Alam (SDA). Namun hal ini harus diimbangi dengan konsistensi para
perajin dalam menjamin kualitas produk-produk mereka; (2) Indonesia
memiliki SDA alam yang melimpah baik itu kayu, rotan, bambu, dan lain
22
sebagainya. Namun demikian, mayoritas pengerjaannya masih manual,
kedepannya Indonesia harus berinovasi dengan cara melibatkan mesin dan
teknologi dalam proses produksi, sehingga produk-produk yang dihasilkan
dapat memenuhi jumlah yang diinginkan oleh pasar internasional yang
lebih luas lagi.29
Persamaan penelitian Lars dengan skripsi ini terletak pada objek
kajiannya yang sama-sama membahas tentang usaha kerajinan dan
tantangan MEA. Namun demikian, tetap terdapat perbedaan antara
penelitian Lars dengan skripsi ini diantaranya dari sisi lokasi penelitiannya
yaitu antara di Tasikmalaya dan di Sabak, Jambi.
2. Penelitian Susilo (Jurnal)
Penelitian yang dilakukan oleh Y. Sri Susilo dengan judul “Strategi
Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi CAFTA dan MEA.
Penelitian beliau tersebut disusun dalam bentuk jurnal ilmiah degan
metodologi kualitatif. Kesimpulan penelitian beliau adalah: (1) Pemilik
UMKM dengan dukungan para pekerjanya harus mampu menjadi motor
penggerak untuk meningkatkan daya saing perusahaan perusahaan.
Peningkatan daya saing ini akan berimbas kepada meluasnya jaringan
kerjasama dengan stakeholder; (2) Dengan iklim usaha yang kondusif dari
usaha pemerintah, maka akan memudahkan UMKM untuk meningkatkan
29
http : / / www. jabarpublisher.com / index. php/2016 / 01 / 16 / pengrajin-kerajinan-tangan -
tasikmalaya-siap-hadapi-mea/ diakses pada 09 April 2017
23
daya saing baik daya saing perusahaan maupun daya saing produk yang
dihasilkan.30
Persamaan penelitian ini dengan skripsi ini adalah dari segi objek
kajiannya sama-sama membahas tentang usaha bisnis mikro dalam
menghadapi MEA. Hanya saja, penelitian Susilo juga mengaitkannya
dengan tantangan CAFTA juga, sedangkan skripsi ini hanya membatasi
diri pada tantangan MEA saja.
3. Penelitian Nuryanti (Jurnal)
Penelitian Nuryanti ini mengambil judul “Analisis Pengembangan
Usaha Anyaman Pandan dengan Value Chain Analysis: Studi Kasus pada
Sentra Anyaman Pandan Karya Bersama Kecamatan Enok Kabupaten
Indragiri Hilir Provinsi Riau” Laporan penelitian Nuryanti berbentuk
jurnal yang terbit pada tahun 2010 di Universitas Riau. Penelitian Nuryanti
menggunakan teknik wawancara dan kuesioner.31
Hasil penelitian Nuryanti adalah lemahnya jiwa kewirausahaan par
pengrajin dan mentalitas mereka tidak mampu berinovasi karena relatig
rendahnya tingkat pendidikan para pekerjanya sehingga mengakibatkan
sulitnya dalam mencari penemuan atau mengikuti teknologi baru yang
dipergunakan untuk proses produksi.32
30
Y. Sri Susilo, “Strategi Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi Implementasi
CAFTA dan MEA.” Jurnal Buletin Ekonomi Vol. 8 No. 2. Agustus (2010), 70 dan 75 31
Nuryanti, “Analisis Pengembangan Usaha Anyaman Pandan dengan Value Chain Analysis:
Studi Kasus pada Sentra Anyaman Pandan Karya Bersama Kecamatan Enok Kabupaten Indragiri
Hilir Provinsi Riau,” Jurnal Ekonomi,Volume XVIII No. 2 (2010), 108 32
Ibid., 118
24
Persamaan penelitian Widjaja dengan skripsi peneliti adalah dari
segi objek kajianya sama-sama membicarakan tentang kerajinan anyaman
pandan dan segala bentuk problem pemasaranya. Akan tetapi penjelasan
dalam penelitian Nuryanti adalah menguraikan hakikat analisis usaha
anyaman pandan saja dari dan lebih fokus kepada analisa aspek
ekonominya, sedangkan skripsi peneliti adalah hendak menguraikan
strategi kehumasan di instansi KUB RADESTA untuk menghadapi
tantangan MEA dan persoalan pemasaran.
4. Penelitian Ina Winarni dan Totok K. Waluyo (Artikel)
Penelitian Winarni dan Waluyo ini mengambil judul “Peningkatan
Teknik Pengolahan Pandan: Pewarnaan dan Pengeringan” Laporan
penelitian mereka berbentuk artikel yang terbit pada tahun 2013 di
Yogyakarta. Penelitian mereka menggunakan metode eksperimen
laboratorium.33
Hasil penelitian mereka adalah dalam pembuatan kerajinan pandan,
permasalahan yang sering terjadi adalah pada waktu pewarnaan dan
pengeringan. Pewarnaan dan pengeringan yang kurang baik akan
menurunkan kualitas barang kerajinan, karena barang kerajinan akan cepat
lembab sehingga pewarnaan menjadi tidak merata.34
Persamaan penelitian Winarni dan Waluyo dengan bahasan skripsi
peneliti adalah dari segi objek pembahasanya sama-sama mengangkat
tema anyaman pandan. Hanya saja terdapat perbedaan dari segi
33
Ina Winarni dan Totok K. Waluyo, “Peningkatan Teknik Pengolahan Pandan: Pewarnaan
dan Pengeringan,” Artikel, (2013), 2 34
Ibid., 16
25
pendekatan peneitianya, dimana mereka menggunakan pendekatan
eksperimen di laboratorium, sedangkan peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif.
5. Penelitian Agus Cahyana (Skripsi)
Penelitian Cahyana ini mengambil judul “Studi Pengembangan
Desain Kerajinan Anyaman Pandan Sentra Industri Kecil Rajapolah
Kabupaten Tasikmalaya.” Laporan penelitian Cahyana berbentuk skripsi
yang dilakukan pada tahun 2008 di Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.35
Hasil penelitian Cahyana menjelaskan bahwa desain produk baru
yang secara terus menerus akan dikembangkan oleh setiap perusahaan atau
industri dapat mempertahankan eksistensi bisnis perusahaan. Untuk itu
perusahaan harus secara aktif melakukan penelitian dan menjadikan hasil
produknya sebagai produk unggulan yang belum ada di pasar.36
Persamaan
penelitian Cahyana dengan peneliti adalah dari segi objek penelitianya
sama-sama membahas tentang kerajinan anyaman pandan dan strateginya
untuk eksis dalam dunia usaha. Hanya saja letak perbedaanya adalah
penelitian Cahyana lebih fokus kepada peneitian desain produk sedangkan
peneliti fokusnya kepada usaha KUB RADESTA dalam tantangan pasar
global dan persoalan pemasaran produk anyaman pandan.
35
Agus Cahyana, “Studi Pengembangan Desain Kerajinan Anyaman Pandan Sentra Industri
Kecil Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya,” Skripsi (Bandung: t.p, 2008), 5 36
Ibid., 39
26
BAB II
METODE PENELITIAN
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Untuk menjelaskan peranan dan usaha yang dilakukan oleh KUB
RADESTA dalam menghadapi MEA terkhusus pada persoalan pemasaran
produk usahanya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Beni, penelitian kualitatif meliputi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuan penelitiannya.37
Penelitian dengan pendekatan kualitatif
menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang
berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan
senantiasa menggunakan logika ilmiah.38
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang dimaksudkan
untuk mengungkap sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan
berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh
metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang
ditekuni.39
Dengan pendekatakan kualitatif, peneliti berupaya membangun
argumentasi rasional tentang strategi kehumasan yang dilakukan.
37
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 183-184 38
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), 80 39
Muktar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), 29
27
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di divisi KUB Muara Sabak
Baratyang beralamat di Kelurahan Rano Kecamatan Muara Sabak
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. ada beberapa alasan mengapa
wilayah ini dipilih sebagai setting penelitian skripsi ini diantaranya: 1)
lokasi penelitian tidak terlalu jauh dari kediaman peneliti, sehingga
lokasi dapat ditempuh secara berkala jika sewaktu-waktu ingin
melakukan pengumpulan dan verifikasi data di lapangan. 2) divisi
KUB RADESTA Muara Sabak Barat aktif dalam melakukan tugas dan
fungsinya untuk menanggapi persoalan pemasaran dan persaingan
global MEA.
b. Subjek Penelitian
Adapun mengenai subjek penelitianya diambil secara purposive
sampling. Dalam menentukan subjek penelitianya dipilih dengan
beberapa pertimbangan atau kriteria sebagai berikut: 1) subjek tersebut
bekerja sebagai pegawai tetap bukan pegawai di luar KUB RADESTA,
2) subjek adalah mereka yang telah berkecimpung di KUB RADESTA
minimal tujuh tahun, 3) subjek diambil secara purposive sampling
sebanyak satu orang dalam setiap bidang-bidang kerja yang terdapat
dalam struktur KUB RADESTA. Demikianlah dua kriteria yang
peneliti terapkan dalam menentukan subjek penelitian ini.
28
3. Jenis dan Sumber Data
MenurutLofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti
dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis
datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan serta sumber data tertulis.40
a. Jenis Data
Jenis data dibagi kedalam dua kategori, yakni data primer dan
data sekunder. Penjelasan kedua jenis data tersebut adalah sebagai
berikut:
2) Data Primer
Data primer adalah data utama penelitian.41
Data primer
dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara dengan subjek penelitian, dan dokumentasi.
Adapun yang menjadi data primer penelitian ini adalah seluruh
data yang peneliti peroleh, olah, dan atau usahakan sendiri di
lapangan mengenai strategi KUB Radesta dalam menghadapi
pemasaran produk anyaman pandan di tengah-tengah tantangan
MEA itu sendiri.
3) Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung penelitian.42
Data
sekunder diperoleh dari sejumlah literatur yang menjadi bahan
40
Lexy J. Moleong,MetodologiPenelitianKualitatif (Bandung: RemajaRosdakarya. 2010).
157. 41
Suaidi Asy’ari (Ed), Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa (Jambi, t.p, 2009), 43 42
Ibid.
29
untuk menyusun teori dalam penelitian ini. Adapun data sekunder
dalam penelitian ini adalah sejumlah data yang telah ada atau yang
tidak diusahakan sendiri oleh peneliti. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa literatur-literatur yang dikutip dalam
kepustakaan penelitian ini untuk memperkuat landasan teori
mengeai MEA, dan KUB Radesta.
b. Sumber Data
Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari
sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip
dokumen pribadi dan dokumen resmi. Untuk mempermudah
mengidentifikasi sumber data penulis mengklasifikasikanya menjadi
tiga jenis sumber data yaitu:
1) Person. Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara atau angket. Adapun yang
dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan
mempedomani daftar pertanyaan wawancara yang sudah disiapkan
dalam catatan lapangan.
2) Place. Yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa
keadaan diam dan bergerak. Diam, misalnya ruangan, kelengkapan
alat, wujud benda dan lain-lain. Bergerak, misalnya aktivitas,
kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron,
kegiatan belajar mengajar dan lain sebagainya. Adapun dalam
30
konteks penelitian ini yang dimaksudkan adalah kondisi Kantor
KUB Radesta dan lingkungan di sekitar kantor KUB Radesta.
3) Paper. Yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa
huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dengan
pengertianya ini, maka paperbukan terbatas pada kertas
sebagaimana terjemahan dari kata paper dalam bahasa Inggris,
tetapi dapat beruwujud batu, kayu, lontar dan sebagainya, yang
cocok untuk penggunaan dokumentasi.43
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan dilapangan
peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu dengan
beberapa cara sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara
memperhatikan atau mengamati secara langsung. Metode ini satu
pengumpulan data yang akan dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan dan pencatatan disetiap terjadinya komunikasi, termasuk
juga gejala-gejala yang tampak dalam objek penelitian yang
pelaksanaanya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, situasi
dan kondisi yang terjadi. Situasi kondisi dapat dibuat-buat namun ada
juga yang memang faktanya demikian.Sedangkan pengamatan di suatu
43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 172
31
tempat dapat dilakukan dengan atau tanpa alat. Metode ini pun akan
peneliti lakukan guna menggali informasi penting nantinya.
Hasil observasi dapat digunakan untuk melengkapi data yang
berasal dari wawancara dan sangat bermanfaat untuk memberikan
informasi tambahan untuk menjelaskan permasalahan di dalam
penelitian ini. Adapun pengamatan yang dilakukan adalah secara tidak
terlibat (non-partisipant).
Peneliti melakukan observasi mengenai beberapa hal terkait
KUB Radesta diantaranya mengenai: jenis-jenis produk, keadaan
kantor, etos kerja anggota, proses pengolahan produk, sarana dan pra-
sarana, dan bagaimana strategi yang diambil oleh KUB Radesta dalam
menghadapi tantangan MEA, serta meninjau langsung lokasi
pengambilan bahan baku yaitu daun pandan yang ditanam oleh petani
dan atau yang tumbuh secara liar di sekitar kantor.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan.44
Wawancara atau interview akan peneliti lakukan agar peneliti
bisa mengetahui dan mendapatkan data di lokasi penelitian.
Wawancara ini akan penulis lakukan langsung berhadap-hadapan
dengan merujuk kepada butir-butir pertanyaan wawancara yang sudah
44
Ibid, 135.
32
peneliti persiapkan sebelumnya. Metode ini akan penulis lakukan
sewaktu melakukan penelitian kelak.
Informan-informan yang diwawancarai oleh peneliti dianggap
mengetahui dan objek permasalahan penelitian ini. Teknik pemilihan
informan dilakukan secara purposif sampling. Digunakanya teknik ini
karena sebelum melaukan penelitian, peneliti sudah melakukan pra-
penelitian terlebih dahulu sehingga informan-informan yang akan
diteliti sudah diketahui kapasitasnya untuk diwawancarai oleh peneliti.
Wawancara dilaksanakan kepada beberapa pengurus KUB Radesta
diantaranya adalah: Kepala kelompok KUB Radesta, karyawan, petani
pandan, dan pihak-pihak lain yang dianggap representatif.
c. Dokumentasi
Dokumentasia dalah metode untuk memperoleh keterangan-
keterangan atau informasi dari tata usaha atau catatan-catatan tentang
gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa masalalu.45
Metode ini akan
penulis gunakan untuk mendapatkan data yang sebenarnya tentang
situasi lokasi penelitian.
Peneliti di lapangan mendokumentasikan beberapa hal terkait
dengan penelitian ini seperti: produk-produk anyaman pandan, proses
interviewantara peneliti dan informan, tanaman pandan yang menjadi
bahan baku produk, dan data-data lainya yang dianggap relevan.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam peneltian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini Nasution sebagaimana dikutip oleh Sugiyono, menyatakan
bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah.
Sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
45
SetnaYuwanaSudican, Penuntun Penyusunan KaryaI lmiah(Semarang: Aneka Ilmu,
1998), 39.
33
penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutya
sampai jika dimungkinkan teori yang grounded. Namun dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data.46
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data model Miles dan Huberman. Analisis datanya dilakukan
selama proses pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti
sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap
kredibel.47
Miles and Huberman mengatakan bahwa aktivitas dalam
analisa data kualitatif dilakuakan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas. Sehingga datanya sudah jenuh. Teknik ini
terdiri dari tiga tahapan yakni analisis sebelum ke lapangan, analisis ketika
di lapangan.
Analisis data sebelum ke lapangan menurut Miles and Huberman
adalah peneliti menganalisis data terhadap hasil studi pendahuluan, atau
data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki lapangan penelitian. Analisis
setelah dilapangan menurut Miles and Huberman juga terdiri dari beberapa
tahapan sebagaimana dijelaskan dalam paragraf di bawah ini:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.48
Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
46
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 90 47
Ibid.. 91 48
Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 200
34
padahal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.49
Secara operasionalnya, dalam teknik reduksi data ini, sejumlah
besar data mentah yang peneliti peroleh dan kumpulkan di lapangan
akan peneliti susun dalam bentuk catatan lapangan, salinan
wawancara, salinan dokumentasi. Setalah dipilah seperti itu, maka
peneliti akan mudah untuk melakukan proses reduksi dan penyeleksian
dari data mentah yang terserak itu mengkerucut menjadi sejumlah data
yang penting-penting saja, dan berkaitan dengan penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bias dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
sejenisnya.Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitan
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.50
Peneliti melakukan teknik men-display-kan data ialah dengan
tujuan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,
merencakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang sudah ditemukan
tersebut.
Secara operasionalnya, setalah data direduksi, tahap
selanjutnya peneliti akan merangkai dan mensistematiskan data-data
sesuai pada tempatnya menyesuaiakan dengan kepentingan laporan
penelitian. Sehingga data yang telah direduksi itu menjadi suatu
49
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2007), 338 50
Ibid., 341
35
argumen-argumen yang menjelaskan dan mempunyai arti dan
bermakna.
c. Verifikasi Data
Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir
dalam proses analisis data penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif diharapkan dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal.51
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
samar-samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.52
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik trianggulasi untuk menguji tingkat
keterpercayaan data di lapangan. Trianggulasi adalah suatu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut. Hal ini dapat tercapai dengan cara:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
b. Membanding kan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkankeadaanperspektifseseorangdenganberbagaipendapatd
anpandangan orang lain, orang biasa, ahli.
51
Beni Ahmad Saebeni,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 202 52
Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2014), 345
36
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang
berkaitan.53
53
Lexy J. Moeleong, Penelitian Kualitatif(Bandung: Rosdakarya, 1995), 178
37
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya KUB Radesta
Kelompok Usaha Bersama (KUB) Radesta merupakan salah satu
industri rumahan yang dapat memanfaatkan pandan menjadi nilai ekonomi
yang lebih tinggi dengan cara membuat kerajinan berupa anyaman pandan. Di
mana anyaman pandan yang diubah menjadi berbagai macam produk seperti
tas, dompet, kotak tisu, bros, sandal, dan produk-produk lainya.54
Sejarah anyaman pandan di Kelurahan Rano dimulai sejak tahun 1970-
an. Dimana pada waktu itu banyak penduduk setempat yang membuat tikar.
Tikar yang dibuat oleh penduduk setempat disebut tikar aria yang terdiri dari
dua lapis agar terasa empuk ketika diduduki. Lapisan atas lebih empuk (biasa
disebut halusan) dari pada lapisan bawah (disebut kasaran). Informasi ini
peneliti peroleh berdasarkan wawancara dengan Ibu Samsidar sebagai berikut:
“Kegiatan menganyam pandan ini memang sudah sejak lama digeluti
oleh masyarakat sekitar. Pada ketika itu, produk yang dihasilkan masih
sederhana dan diperuntukan untuk pribadi. Saya rasa perkembangan
dari warisan leluhur inilah yang kemudian membentuk masyarakat
sekitar menjadi memiliki keahlian menganyam, sehingga saat ini
54
Observasi tanggal 02 Februari 2015
38
berkembang menjadi suatu life skill yang menjadi sumber mata
pencaharian bagi sebagian masyarkat.”55
Bahan pewarna yang digunakan pada waktu itu adalah bahan yang
diambil dari alam, sehingga macam dan warnanya sangat terbatas. Warna-
warna yang digunakan pada waktu itu antara lain adalah merah, coklat, coklat
tua, merah darah, dan kuning. Beberapa informasi yang masih berkaitan
dengan informasi tersebut diperoleh informasi sebagai berikut:
“Pada masa itu memang sudah mulai berkembang pada saat itu masih
sederhana dan pembagian warna masih sederhana aja, belum ada warna
warni yang variatif. Yah begitulah, memang pada masa itu, pewarnaan
masih alami dari alam, dan tidak menggunakan zat kimia macam-
macam dalam pewarnaan produknya.”56
Pada tahun 1975-an, muncul pembuatan tudung yang dipelopori oleh
Haji Sudirman, penduduk Kelurahan Rano. Pada perkembanganya, usaha
kerajinan ini mendapat bantuan dari Bupati Tanjung Jabung Timur, antara lain
dengan mengikutsertakan kerajinan anyaman pandan dalam acara pameran,
bazar, dan sejenisnya. Pameran tersebut biasa diadakan di Ibu Kota
Kecamatan, bahkan pernah disertakan hingga ke Provinsi Jambi. Melalui
pameran inilah kegiatan anyaman pandan menjadi terkenal dan menjadi ciri
khas bagi daerah Kelurahan Rano. Informasi ini peneliti peroleh berdasarkan
penuturan dari salah seorang informan sebagai berikut:
55
Ketua KUB Radesta, Ibu Samsidar, 03 Februari 2017, Pukul 13:00 WIB 56
Wakil Ketua KUB Radesta, Ibu Linda Wati, 05 Februari 2017, Pukul 08:00 WIB
29
39
“Sebenarnya kerajinan anyaman pandan di Kelurahan Rano ini memang
sudah menjadi kegiatan sambilan pada awalnya. Namun seiring
kemajuan zaman, dan melihat ada potensi ekonomi di sana, maka
munculah ide untuk mengatur para pengrajin dalam satu wadah yang
disebut KUB. Agar para pengrajin menjadi lebih terkoordinir, dan
membantu pemerintah dalam mengimplementasikan bantuan-bantuan
dana dan sebagainya. Saya pikir hal ini terjadi akibat dari adanya
keikutsertaan kami pada ajang pameran.”57
Pada tahun 1990-an, para perajin anyaman pandan di Kelurahan Rano
mulai berinovasi tidak hanya sebatas produk tikar dan tas saja. Tetapi sudah
mulai memproduksi aneka produk seperti tas, dompet, kipas, tempat pensil, dan
lain-lain. Sejak itu usaha kerajinan mulai bergairah kembali dan
berkembanglah hingga abad ke-21 ini. Tradisi menganyam dikembangkan
secara turun temurun oleh generasi berikutnya hingga beberapa perajin berhasil
mengembangkan usahanya di bidang pemasarana dan mendirikan badan usaha
sendiri. Salah satu badan usaha yang berhasil adalah milik nenek dari Ibu
Samsidar yang diturunkan secara turun temurun.58
KUB Radesta merupakan salah satu industri rumahan yang bergerak
dibidang anyaman pandan yang berlokasi di Kelurahan Rano, Kecamatan
Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur sejak tahun 2004 dengan
jumlah tenaga kerja pada waktu itu sebanyak 20 (dua puluh) perajin yang
57
Bendahara KUB Radesta, Ibu Dian, 06 Februari 2017, Pukul 12:56 WIB 58
Observasi tanggal 07 Maret 2017
40
dipimpin oleh Ibu Syamsidar. Hingga saat ini KUB Radesta masih terus
berkembang dan dapat menghasilkan berbagai macam produk anyaman
pandan.59
B. Visi dan Misi KUB Radesta
Visi KUB Radesta adalah “Usaha produk istimewa khas Rano dengan
kualtas asli sejak tahun 2004 yang memiliki jaringan bisnis tersebar di
Nusantara” sedangkan misi KUB Radesta adalah: “Memberi kepuasan kepada
setiap pelanggan.”60
Dengan visi dan misi tersebut diharapkan dapat menjadi arahan yang
kuat bagi KUB Radesta untuk membangun kemitraan yang terpadu dan
koheren antara Sumber Daya Manusia (SDM) internal, supplier, masyarakat
umum, khususnya dalam mewujudkan kepuasan konsumen.
C. Produk-produk KUB Radesta
KUB Radesta memproduksi berbagai jenis kerajinan berbahan dasar
pandan. Produk tersebut terbuat dari bahan pandan pilihan dan meliputi
berbagai macam proses. Pandan yang digunakan adalah pandan minyak yang
berbeda dengan pandan biasa yang digunakan untuk membuat produk sejenis
pada a. Kelebihan bahan baku yang digunakan adalah pandan tersebut lebih
halus daripada pandan yang biasanya.61
Produk yang dihasilkan di KUB Radesta secara umum memiliki
kesamaan dalam teknik pembuatan, yaitu teknik dasar anyam. Untuk
59
Anonim, Sentra Home Industry Produk Industri Kecil Menengah Kerajinan Anyaman
Pandan KUB Radesta (Tanjung Jabung Timur: t.p., 2001), hlm. 1 60
Ketua KUB Radesta, Ibu Samsidar, 02 Februari 2017, Pukul 14:00 WIB 61
Anonim, Sentra Home Industry Produk Industri Kecil Menengah Kerajinan Anyaman
Pandan KUB Radesta (Tanjung Jabung Timur: t.p., 2001), hlm. 2
41
mengklasifikasikan banyaknya keragaman produk yang ada di pasaran, maka
ditentukan tiga kategori umum yang dibedakan berdasarkan fungsi pakai yang
lebih khusus, misalnya fungsi sandang dibedakan menjadi fungsi topi, tas, dan
sandal.
Fungsi wadah dapat dibagi lagi menjadi dua kategori berdasarkan jenis
interior dimana produk tersebut ditempatkan, yaitu wadah untuk keperluan
rumah tangga dan wadah untuk keperluan kantor atau yang biasa disebut
sttionary. Demikian seterusnya untuk kategori aksesoris rumah tangga
dibedakan menjadi beberapa fungsi khusus. Beberapa contoh produk yang
ditemukan peneliti dalam observasi di lapangan semuanya berikisar pada
kategori-kategori yang telah dijabarkan di atas.62
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap produk-produk andalan
KUB Radesta, maka diperolehlah data berupa spesifikasi produk tersebut
sebagai berikut:63
1. Produk anyaman pandan kategori kontainer yang berfungsi sebagai
keranjang serba guna, kotak seerba guna, kotak CD, kotak tissue, laci mini,
dan wadah segitiga perhiasan.
2. Produk anyaman pandan kategori stationary yang berfungsi sebagai kotak
pensil, kotak surat, alas daun meja (kantor), folder, dan laci mini.
3. Produk anyaman pandan kategori tabung yang berfungsi sebagai tabung
majalah atau koran, tabung serba guna, dan keranjang pakaian kotor.
62
Observasi tanggal 04 Februari 2017 63
Observasi tanggal 03 Februari 2017
42
4. Produk anyaman pandan kategori sandang yang berfungsi sebagai topi,
sandal jenis jepit, sandal jenis selop, tas tangan jenis jinjing, tas tangan jenis
tali bahu, tas kepit kantor, tas jinjing travel.
5. Produk anyaman pandan kategori asesoris rumah tangga yang berfungsi
sebagai bingkai foto (kartu undangan), tatakan makan dan minum, tatakan
makan bulat, tatakan makan persegi, pengikat tirai (tasle), tikar, bantal sofa,
bantal sofa, dan lapis sandaran kursi.
6. Produk anyaman pandan kategori hantaran yang berfungsi sebagai kotak
kertas folio, kado, dan seperangkat alat sholat, dan lain sebagainya.
D. Keadaan Sosial Masyarakat Kelurahan Rano
Seperti telah diketahui bahwa pada umumnya penduduk Kelurahan
Rano, Kecamatan Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi bermata pencaharian sebagai petani sawit dan karet. Dengan
berkembangnya kerajinan anyaman pandan, maka beberapa petani tersebut
mencari pekerjaan sampingan sebagai perajin untuk penghasilan tambahan.
Biasanya petani mengerjakan anyaman pandan pada waktu musim panen usai
atau disela-sela waktu kosong mereka sedang tidak bekerja di lahanya masing-
masing. Di antara mereka ada yang bekerja sebagai penyedia bahan baku
(bahan belum jadi), bahan siap olah (bahan setengah jadi atau lembar
anyaman), perajin dan tenaga finishing.64
Selain sebagai mata pencaharian sampingan, teradapat pula di antara
perajin di KUB Radesta tersebut yang memang bermatapencaharian utama
64
Observasi tanggal 08 Februari 2017
43
sebagai perajin. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, diketahui bahwa
untuk saat ini di tahun 2004-2015, kepengurusan dan anggota KUB di isi oleh
perajin yang memang bermata pencaharian utamanya sebagai perajin bukan
petani.65
Usaha kerajinan anyaman pandan di Kelurahan Rano memiliki
dukungan sumber daya manusia yang terampil dan berpengalaman cukup lama.
Hal ini dikarenakan usaha kerajinan anyaman pandan telah menjadi usaha
turun temurun dalam masyarakat Kelurahan Rano. Melihat kondisi seperti ini,
terbuka peluang untuk memanfaatkan lahan yang kurang produktif untuk
pengembangan tanaman pandan.66
E. Prospek Pasar Anyaman Pandan KUB Radesta
Kerajinan anyaman pandan merupakan produk unggulan sebagai tongak
dan penggerak ekonomi mikro Kelurahan Rano. Komoditas ini mampu
menyerap tenaga kerja dan mempunyai ciri khas yang khusus yang tidak
dimiliki oleh daerah lain. Sehingga mempunyai peluang yang panjang untuk
terus dikembangkan.67
Efek dari industri kecil dimaksud mampu mendorong
atau mengangkat aspek lain sehingga semua sektor maju dan kondusif. Untuk
memasarkan hasil produk tersebut Kelurahan Rano dicanangkan untuk menjadi
pusat pemasaran kerajinan pemasaran kerajinan anyaman pandan.
Pemasaran hasil kerajinan pandan terbilang tidak sulit, karena pada
umumnya pembeli datang sendiri ke tempat KUB Radesta. Pembeli yang
datang adalah pedangang, baik pedangan skala kecil, dan skala besar. Namun
65
Observasi tanggal 08 Februari 2017 66
Observasi tanggal 09 Februari 2017 67
Observasi tanggal 09 Februari 2017
44
ada juga konsumen langsung yang datang ke KUB Radesta. Pembeli yang
langsung membeli ke KUB Radesta biasanya berasal dari Kabupaten atau Kota
di sekitar Provinsi Jambi, dan juga permintaan dari manca negara.68
Produk anyaman yang dibeli biasanya dijadikan barang cenderamat
bagi daerah lain. Tidak sedikit barang anyaman pandan di KUB Radesta yang
dijual di pasar seni di Padang dan menjadi barang cenderamata di Padang.
Pemasaran produk anyaman pandan KUB Radesta juga diminati pasar
mancanegara seperi Jepang. Produk ini diminati oleh konsumen mancanegara
hanya berupa barang setangah jadi. Karena di luar negeri bahan tersebut akan
diolah dan finishing di sana. Produk ini diminati karena sifat produk yang
mudah didaur ulang. Kemudian sampah produk yang berbahan baku anyaman
pandan juga tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup.69
F. Keadaan Geografis Kelurahan Rano
Kelurahan Rano berada dalam wilayah administratif Kecamatan Muara
Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Berdasarkan
data Kecamatan, luas wilayah Kecamatan Muara Sabak Barat adalah 410,28
Km2 atau sebesar 7,53% dari total seluruh luas Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. Kecamatan Muara Sabak Barat tersebut terdiri dari 7 (tujuh) buah
kelurahan yang salah satunya adalah Kelurahan Rano.70
Luas wilayah
Kelurahan Rano yang digunakan untuk lahan produktif adalah antara lain
disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
68
Observasi tanggal 09 Februari 2017 69
Observasi tanggal 10 Fenruari 2017 70
Tim Penyusun, Profil Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2011 (Sabak: BPPBD,
2010), hlm. 5
45
Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan71
No Penggunaan Lahan Luas (ha/m2)
1 Luas pemukiman 200
2 Luas perkebunan 1.500
3 Luas pekarangan 2
4 Luas perkantoran 1
5 Luas ruang publik 1
Total 1.703
Bentangan wilayah Kelurahan Rano didominasi dengan dataran seluas
13.025 ha/m2 topografi ini terletak di kawasan hutan. Adapun orbitasi
Kelurahan Rano adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Orbitasi Kelurahan Rano72
No Orbitasi
Jarak/Waktu
Tempuh
1 Jarak ke ibu kota kecamatan 4 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan
kendaraan bermotor
30 Menit
2 Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan
berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
1 Jam
3 Jarak ke ibu kota kabupaten 46 Km
4 Jarak ke ibu kota provinsi 285 Km
5 Lama jarak tepuh ke ibu kota provinsi dengan 8 Jam
71
Ibid., hlm. 8 72
Ibid., hlm. 5
46
kendaraan bermotor
G. Keadaan Topografi Kelurahan Rano
Kelurahan Rano memiliki topografi wilayah dataran rendah, rawa-rawa
dengan ketinggian 0-10 meter dari permukaan laut. Jenis tanahnya bergambut,
dengan ketinggian tersebut maka cocok untuk ditanami jenis padi dan
holtikultura lain, dan prozolik merah kuning (PMK) yang juga cocok untuk
ditanami karet dan sawit, atau jenis tanaman perkebunan lainya.73
Topografi Kelurahan Rano adalah wilayah perbukitan seluas 13.025
ha/m2. Di wilayah Kelurahan Rano terdapat dataran rendah, pantai/pesisir,
kawasan rawa, kawasan gambut, aliran sungai, dan bantaran sungai.74
Warna
tanah di Kelurahan Rano sebagian besarnya adalah merah dan abu-abu dengan
tingkat kemiringan ranah yakni 30 - 65 derajat. Kelurahan Rano terdapat
kawasan hutan produksi seluas 4.000 ha/m2
kemudian kawasan hutan rakyat
seluas 2.000 ha/m2
dan tidak terdapat lahan kritis dan atau lahan terlantar.
75
Tingkat erosi tanah di wilayah Kelurahan Rano dalam kategori ringan
adalah 700 ha/m2 dan tidak atau belum ditemukan adanya erosi dalam kategori
sedang apalagi berat. Sedangkan luas tanah yang tidak mengalami erosi adalah
seluas 12.325 ha/m2.
H. Keadaan Demografi Kelurahan Rano
Penduduk asli di Kelurahan Rano adalah suku Melayu Jambi. namun
dengan adanya imigrasi, maka keadaan penduduk menjadi heterogen. Akan
73
Tim Penyusun, Profil Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2011 (Sabak: BPPBD,
2010), hlm. 6 74
Ibid., hlm. 5 75
Ibid., hlm. 4
47
tetapi meskipun demikian, di Kelurahan Rano masih tetap di dominasi oleh
suku Melayu Jambi tersebut. Diantara suku lainya yang berdomisili di
Kelurahan Rano adalah suku Jawa, Sunda, Batak, dan Minang.76
Keadaan
penduduk di Kelurahan Rano berdasarkan etnis disajikan dalam bentuk tabel di
bawah ini:
Tabel 2.3 Keadaan Penduduk Kelurahan Rano Berdasarkan Etnis77
Dari grafik di atas diketahui bahwa keadaan etnis di Kelurahan Rano
didominasi oleh masyarakat Suku Melayu Jambi sebanyak 614 orang
(98,24%), kemudian Suku Batak 1 orang (0,16%), Suku Aceh 1 orang (0,16%),
Suku Minang 3 orang (0,48%), Suku Sunda 1 orang (0,16 %), Suku Jawa 3
orang (0,48%), dan Suku Madura 1 orang (0,16 %), Keadaan penduduk di
Kelurahan Rano berdasarkan rincian menurut gender di tahun 2012 dan 2013
disajikan dalam grafik berikut ini:
Gambar 2.4 Keadaan Penduduk Kelurahan Rano Berdasarkan Gender78
Berdasarkan grafik diatas diketahui keadaan penduduk Kelurahan Rano
di tahun 2013 sebesar 561 jiwa dimana 291 laki-laki (51,87%) dan 270
76
Koordinator Statistik Kecamatan Muara Sabak Barat, Muara Sabak Barat dalam Angka
2012 (Tanjung Jabung Timur: Badan Pusat Statisik Tanjung Jabung Timur, 2012), hlm. 23 77
Anonim, Laporan Profil Kelurahan Rano Tahun 2013 (t.tt: t.p. 2013), hlm. 20-21 78
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur
0
50
100
150
200
250
300
350
Batak Aceh Melayu Minang Sunda Jawa Madura
Laki-laki
Perempuan
240
250
260
270
280
290
300
310
320
2012 2013
Laki-laki
Perempuan
48
perempuan (48,12%). Ditahun 2013 sebesar 625 jiwa dimana 318 laki-laki
(50,88%) dan 307 perempuan (49,12%). Jumlah kepala keluarga di Kelurahan
Rano adalah sebanyak 148 KK (Kepala Keluarga). Dengan demikian, maka
kepadatan penduduk di Kelurahan Rano adalah 32 jiwa/Km.79
Jumah keluarga pada tahun 2013 di Kelurahan Rano terdiri dari 148
KK (Kepala Keluarga). Sedangkan di tahun 2012 yang lalu jumlahnya adalah
137 KK (Kepala Keluarga).80
Jika ditinjau dari tingkat kesejahteraanya, maka
keadaan keluarga di Kelurahan Rano tersebut adalah sebagai berikut:81
1. Jumah keluarga pra sejahtera : 45 Keluarga
2. Jumlah keluarga sejahtera I : 79 Keluarga
3. Jumlah keluarga sejahtera II : 19 Keluarga
4. Jumlah keluarga sejahtera III : 5 Keluarga
5. Jumlah keluarga sejahtera III plus : 0 Keluarga
Demikianlah kondisi keadaan jumlah keluarga berdasarkan tingkatan
kesejahteraanya yang berada di Kelurahan Rano, Kecamatan Muara Sabak
Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
I. Struktur Organisasi KUB Radesta
Sebuah organisasi supaya operasionalnya bisa berjalan dengan lancar
sebaiknya membuat sistem organisasi, supaya setiap pegawai mempuyai
bagian tugasnya masing-masing agar pekerjaan lebih maksimal. Menurut
keterangan di lapangan, struktur organisasi KUB Radesta menggunakan garis
79
Anonim, Laporan Profil Kelurahan Rano Tahun 2013 (t.tt: t.p. 2013), hlm. 18 80
Ibid., hlm. 47 81
Ibid.
49
komando. Dimana setiap bawahanya mendapat perintah dari atasan saja atau
ketua.82
Struktur organisasi KUB Radesta disesuaikan dengan kebutuhan
prioritas dan kemampuan organisasi, sehingga perlu dilakukan evaluasi secara
periodik setiap tahun. Adapun struktur organisasi KUB Radesta adalah sebagai
berikut:83
Tabel 2.3 Struktur Organisasi KUB Radesta
Nama Jabatan Keterangan
Samsidar Ketua Mendesain dan membuat produk
Lindawati Wakil/Humas Mendesain dan membuat produk
Dian Bendahara Membuat bahan
Masita Sekretaris Mengerjakan bahan baku setengah jadi
Zainab Anggota Merebus pandan
Devi Anggota Membuat pilinan pandan
Ira Anggota Menganyam pandan
Santi Anggota Finishing
Liani Anggota Finshing
Rahma Anggota Melembutkan pandan
Demikianlah susunan struktur organisasi KUB Radesta yang berhasil
peneliti himpun. Berdasarkan pengamatan tersebut, maka total seluruh SDM
82
Observasi tanggal 11 Februari 2017 83
Observasi tanggal 12 Februari 2017
50
yang terlibat didalamnya adalah sepuluh orang dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing.
51
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Strategi KUB Radesta dalam Pemasaran Produk
Berdasarkan pengamatan di lapangan, KUB Radesta telah melakukan
sejumlah hal yang berkenaan dengan kegiatan kehumasanya terutama terkait
dengan fungsi pemasarana produk anyaman produk itu sendiri. Beberapa hal
yang menunjukkan peranan KUB Radesta antara lain adalah:
1. Pemanfaatan Brosur
Dalam pengamatan peneliti, media brosur masih penting untuk
digunakan dalam media periklanan. Karena dengan brosur calon
konsumen dapat melihat dahulu keterangan dari suatu produk baik secara
rinci maupun menyebutkan hal penting suatu produk anyaman pandan itu
saja. Dengan adanya brosur, secara tidak langsung konsumen ikut
menyebarkan iklan dalam brosur tersebut. Brosur cukup membantu untuk
mengkomunikasikan produk kepada konsumen dengan efektif. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Linda Wati kepada peneliti sebagai
berikut:
“Misalnya ada seseorang yang ditugaskan untuk membawa brosur
anyaman pandan KUB Radesta ke kantor-kantor misalnya,
kemudian brosur tersebut ditaruh di meja, lalu ada orang lain yang
melihatnya, kemudian begitulah seterusnya.”84
Berdasarkan keterangan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa
brosur memainkan peranan yang penting dalam proses pengenalan produk
kepada konsumen. Berdasarkan pengamatan peneliti muatan daripada
84
Humas KUB Radesta, Linda Wati, 12 Februari 2017, Pukul 19:35 WIB
52
brosur yang di konsep oleh KUB Radesta memuat seluruh produk.85
Iklan
brosur masuk dalam iklan lini bawah, arinya iklan yang dibuat dengan
media khusus. Dalam brosur tersebut, iklan produk anyaman pandan KUB
Radesta hanya memberi informasi tentang poin penting dari produk
anyaman pandan tersebut.
Menurut peneliti, informasi yang diberikan dalam brosur tersebut
masih kurang. Seperti pilihan warna yang tersedia, ukuran produk, dan
kegunaan produk belum terakomodir dalam brosur tersebut. Dengan
memberikan informasi secara spesifik, maka hal itu dapat membuat
konsumen lebih tertarik untuk membeli produk, dan konsumen tidak
menjadi kecewa ketika sudah membeli dan menggunakan produk. Brosur
diproduksi 1.000 eksemplar setiap kali produksi, brosur akan habis sekitar
dua sampai tiga bulan pasca produksi brosur.86
2. Promosi Penjualan
Promosi penjualan yang dilakukan oleh anyaman pandan KUB
Radesta dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai
oleh organisasi yang mana diantaranya adalah:
a. Promosi Kepada Pelanggan
Promosi penjualan yaitu promosi yang bertujuan untuk
mendorong konsumen untuk membeli. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Ketua KUB Radesta yang memberikan informasi
kepada peneliti sebagai berikut:
85
Observasi tanggal 13 Februari 2017 86
Observasi tanggal 14 Februari 2017
53
“Promosi dibidang penjualan mungkin sering kita lakukakan
melalui promosi lewat diskon, harga murah dan sebagainya,
tapi itu semua tergantung kepada situasi dan kondisi. Kira-kira
semacam inilah yang kita gunakan.”87
Berdasarkan hasil penelitian, promosi kepada pelanggan yang
dilakukan oleh KUB Radesta adalah dengan membarikan diskon 10%
atau dengan cara membagi-bagikan cindera mata berupa mainan kunci,
tempat pena yang terbuat dari anyaman pandan bagi pelanggang yang
mampir untuk melihat-lihat produk di KUB Radesta tersebut.88
Promosi kepada pelanggan dengan memberikan diskon 10%
dan atau dengan membagikan sovenir biasanya dilakukan dengan
meminta pelanggan untuk berfoto selfie di digerai penjualan produk
anyaman pandan KUB Radesta. Kegiatan atau strategi ini menarik,
karena konsumen yang berfoto selfie tersebut dapat membantu
mempromosikan produk anyaman pandan KUB Radesta dengan cara
membagikan foto-foto tersebut kepada teman atau keluarganya
masing-masing melalui media sosial.
Orang yang ditandai akan membaca mengenai informasi yang
ditandai di akun sosial medianya. Dengan membaca informasi tersebut,
seseorang bisa terpengaruh untuk mencari tahu tentang anyaman
pandan KUB Radesta. Dan sekaligus juga terpengaruh untuk membeli
produk yang diatawarkan oleh KUB Radesta tersbut.89
87
Keua KUB Radesta, Ibu Samsidar, 15 Februari 2017, Pukul 17:00 WIB 88
Observasi tanggal 15 Februari 2017 89
Observasi tanggal 16 Februari 2017
54
Menurut pendapat peneliti, kegiatan promosi penjualan
menggunakan diskon dan pembagian sovenir sudah cukup baik.
Karena dalam hal ini pihak KUB Radesta menggunakan media
internet sosial media fecebook dan twitter, sehingga hal tersebut
dapat menjangkau anak remaja dan dewasa yang mayoritas
menggunakan sosial media tersebut.90
b. Promosi Bisnis
Promosi bisnis KUB Radesta dilakukan dengan menjalin
relasi kepada beberapa stakeholder yang dapat menunjang kegiatan
pemasarana produk anyaman pandan tersebut. Terkait akan hal ini
diperoleh informasi dari Ibu Linda Wati sebagai berikut:
“Terus hubungan dengan masyarakat itu untuk membangun
kerjasama, seperti melalui taravel agen untuk sarana promosi
dan kerjasama pula dibangun kepada toko oleh-oleh yang
berada di sekitar KUB Radesta ini dengan travel agen kita
memberi fee sebesar 10%.”91
Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa pihak KUB
Radesta akan memberikan fee sebesar 10% untuk travel agent yang
membawa rombongan ke KUB Radesta. Dengan menggunakan fee
sebesar 10% untuk pihak taravel agen, maka hal tersebut akan
menjadikan kerjasama yang baik, karena akan sama-sama
menguntngkan untuk kedua pihak, dari KUB Radesta sendiri
90
Observasi tanggal 17 Februari 2017 91
Humas KUB Radesta, Linda Wati, 17 Februari 2017, Pukul 12:00 WIB
55
mendapatkan keuntungan penjualan, dan dari pihak agen travel juga
mendapat keuntngan berupa fee sebesar 10%.92
Sedangkan mekanisme pemasaran dan kerjasama yang dijalin
PR kepada toko-toko di wilayah sekitar Jambi ini, dijalinlah
kerjasama berupa konsinyasi. Artinya produk anyaman pandan
dititipkan untuk dijual di toko oleh-oleh dengan harga dan syarat
yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Pihak KUB Radesta
mendapatkan keuntungan dari penjualan, karena diberi kemudahan
yakni tidak perlu menjual langsung kepada konsumen, sehingga
terciptalah konsumen-konsumen baru. Sedangkan dari pihak toko
mendapat keuntungan dari penjualan anyaman pandan dengan
kesepakatan dan syarat-syarat yang disepakati bersama, dan pihak
toko tidak perlu membeli produk anyaman KUB Radesta.
3. Memaksimalkan Fungsi Public Relations
Relasi publik terus dijalin dengan baik oleh KUB Radesta. Dan
ini merupakan tanggung jawab pokok dari PR KUB Radesta itu sendiri.
Peranan ini sebagaimana disampaikan oleh Ibu Linda Wati kepada
peneliti sebagai berikut:
“Jadi memang kita bekerjasama juga dengan yang lain untuk
meningkatkan kapasitas pemasaran anyaman pandan ini, kita
melalui media promosi. Media promosi mungkin melalui koran,
melalui radio, televisi, dan atau majalah. Kalau anyaman pandan
masuk televisi dan koran itu sebgai bentuk liputan, mereka para
wartawan mencari berita.”93
92
Observasi tanggal 18 Februari 2015 93
Humas KUB Radesta, Ibu Linda Wati, 16 Februari 2015, Pukul 19:00 WIB
56
Berdasarkan hasil penelitian hubungan masyarakat yang
dilakukan oleh KUB Radesta adalah dengan hubungan per (press
relation), yaitu dengan cara memberikan informasi yang pantas dimuat
di surat kabar dan majalah yang digunakan. Media cetak yang ada
mengulas tentang produk anyaman pandan seperti kegunaan, daya tahan
produk, keunikanya dan lain sebagainya.94
Menurut analisa peneliti, KUB Radesta telah melakukan faktor-
faktor yang mendukung dalam mempengaruhi kosnumen, seperti
kegiatan membuat press release untuk media massa sudah sangat baik.
Karena ditampilkan atau diliput oleh media lokal sehingga menjangkau
pasar yang lebih luas, dan berita yang ditambahkan berdasarkan sumber
yang relevan. Dengan adanya faktor tersebut dapat mempengaruhi sikap
konsumen untuk membeli produk. Sedangkan untuk variabel bobot,
perubahan sikap akan lebih terpengaruh, karena dengan ditampilkanya
berita tentang anyaman pandan KUB Radesta pada media nasional,
berarti tingkat kepercayaan terhadap produk anyaman pandan KUB
Radesta akan semakin bertambah.95
4. Pameran Produk Anyam Pandan KUB Radesta (Penjualan Personal)
Berdasarkan pengamatan peneliti, penjualan personal yang
dilakukan oleh PR KUB Radesta yaitu dengan membuat stand
penjualan seperti di beberapa tempat keramaian. Seperti di toko-toko,
mengikuti acara pamaran, dan lain sebagainya. Dalam penempatan
94
Observasi tanggal 17 Februari 2017 95
Observasi tanggal 18 Februari 2017
57
stand penjualan, KUB Radesta memilih tempat-tempat yang ramai
dikunjungi oleh khalayak. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar semkin
banyak masyarakat yang melihat produk, dan tertarik untuk
membelinya. Berikut penuturan Ibu Linda Wati kepada peneliti:
“Dengan mengikuti pameran dan bazaar, produk anyaman
pandan KUB Radesta dapat menambah pasar baru, karena di
pameran dan bazaar terdapat berbagai macam barang produksi
yang beraneka ragam. Hal tersebut membuat produk anyaman
pandan KUB Radesta dapat memperluas pasar ke konsumen
yang baru.”96
Berdasarkan pengamatan peneliti penjualan personal lebih
efektif karena penjual dan pembeli dapat bertemu langsung. Penjual
dapat langsung menawarkan, menjelaskan produk anyaman pandan
tersebut dan membujuk supaya calon konsumen membeli produk.
Sementara itu di sisi lain, pembeli dapat menanyakan secara langsung
tentang produk anyaman pandan tersebut dan melihat bentuk produk
secara langsung. Strategi komunikasi seperti ini tentu saja dapat
menambah konsumen baru yang belum mengetahui produk tersebut
sebelumnya. Berikut penuturan salah satu pembeli produk anyaman
pandan KUB Radesta:
“Tadinya cuma jalan-jalan ke Sabak, masuk ke desa-desanya
karena pengen tahu suasananya, terus kami mampir ke salah
satu stand usaha rumahan, saya coba beli produk tasnya untuk
dipakai jalan-jalan sekalian.”97
96
Humas KUB Radesta, Ibu Linda Wati, 19 Februari 2017, Pukul 17:49 WIB 97
Konsumen KUB Radesta, Ibu Lisnawati, 20 Februari 2017, Pukul 15:00 WIB
58
Berdasarkan wawancara peneliti dengan konsumen tersebut,
dapat diketahui bahwa strategi komunikasi yang dibangun oleh PR
KUB Radesta sudah cukup baik dalam melakukan penjualan personal,
perusahaan berusaha mendekatkan diri dengan konsumen, produk
ditampilkan dengan nyata (bukan gambar) dan dapat berinteraksi
langsung antara penjual dan pembeli. Dengan penjualan personal
sedemikian rupa maka hal itu dapat menambah kepercayaan konsumen,
karena kegiatan penjualan personal dilakukan di tempat yang sudah
terpercaya dengan membuat stand penjualan.98
5. Pemasaran Produk dengan Menggunakan Sosial Media
Berdasarkan analisis dokumentasi peneliti, pemasaran yang
dilakukan oleh KUB Radesta adalah dengan cara menggunakan media
teknologi untuk menyebarluasksn produk kepada masyarakat. Media
yang dimaksud adalah facbook dan twiter. Hal ini dilakukan karena
media memang sedang populer di tengah-tngah masyarakat. Dengan
sosial media, dapat mencakup beberapa orang dalam sekali melakukan
komunikasi. Penjualan langsung yang digunakan oleh PR KUB Radesta
adalah dengan cara membuat postingan tentang produk anyaman
pandan KUB Radesta dan menandai akun facebook yang sudah
berteman dengan akun facebook KUB Radesta.99
Penjualan langsun dengan menggunakan sosial media yakni
twitter yang dilakukan oleh KUB Radesta yaitu dengan mention akun
98
Observasi tanggal 21 Februari 2017 99
Observasi tanggal 27 Februari 2017
59
twitter yang menulis kata anyaman pandan. Dengan menggunakan fitur
search nantinya akan keluar hasil apa saja kata yang ditulis dengan
bagitu PR KUB Radesta menjadi tidak salah kirim dalam melakukan
promosi produk anyaman pandan KUB Radesta tersebut.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pemasaran melalui media
sosial lebih aktif dibandingkan dengan promosi dan pengenalan produk
melalui penjualan langsung atau mendirikan stand penjualan. Hal
dilakukan dengan alasan karena menggunakan media sosial akan
membuat hubungan dengan konsumen menjadi lebih dekat. Penjual dan
konsumen dapat berinteraksi langsung dengan melalui sosial media
tersebut.
B. Faktor Penghambat KUB Radesta dalam Menerapkan Strategi
Pemasaran Produk
Dari hasil penelitian di lapangan dketahui bahwa KUB Radesta
menjual produknya dengan berbagai cara diantaranya adalah: berdasarkan
pensanan, dijual sendiri ke daerah pasaran, dibeli oleh pedagang perantara,
dijual sendiri ke daerah pasaran, dan dibeli oleh pedagang perantara.100
Adapun usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan
jalan meningkatkan mutu, menjalin kerjasama, mengadakan promosi,
menjalin kerjasama dan meiningkatkan mutu, dan meningkatkan mutu
mengadakan promosi.101
Persebaran daerah pemasaran bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh daerah pemasaran hasil produksi anyaman pandan
100
Observasi tanggal 28 Februari 2017 101
Observasi tanggal 29 Februari 2017
60
KUB Radesta. Tanpa adanya proses pemasaran, maka hasil produksi akan
menumpuk serta menyebabkan kemacetan dalam proses produksi.
Daerah pemasaran terbesar adalah Kabuapaten/Kota di wilayah
Provinsi Jambi. Hal dikarenakan jarak tempuh yang tidak memakan waktu
yang cukup lama. Untuk wilayah pemasaran lainya seperti di luar kota dan
provinsi, maka konsumen akan datang langsung ke KUB Radesta adatu
melalui paket.102
Meskipun peranan yang telah dilaksanakan oleh PR KUB Radesta
berlangsung dengan cukup baik, namun peranan yang dibangun bukan tanpa
halangan. Masih banyak kendala yang dihadapi oleh bagian PR Kuab
Radesta. Setiap kegiatan biasanya berkaitan dengan hambatan atau
permasalahan. Hambatan dapat berasal dari faktor intern dan ekstern. Dalam
industri kecil dan menengah seperti anyaman pandan KUB Radesta ini
ternyata hambatan yang dihadapi berbeda-beda. Hambatan tersebut antara
lain berkisar tentang modal, pemasaran, dan bahan baku. Berdasarkan
pengamatan peneliti, dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat yang
dominan adalah dari segi pemasaran. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa
hambatan yang menjadi akar persoalanya yaitu persaingan harga, persaingan
antar pengusaha, desain produk yang kurang, kurangnya promosi, kurangnya
fasilitas pemerintah, kurangnya informasi mengenai trend pasar.103
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan,
ditemukan adanya kelemahan KUB Radesta dalam mengidentifikasi khalayak
102
Observasi tanggal 01 Maret 2017 103
Observasi tanggal 02 Maret 2017
61
sasaran. Padahal seorang PR perlu untuk mengidentifikasi khalayak sasaran
yang mungkin adalah calon pembeli potensial. Di dalam kegiatan
mengidntifikasi khalayak diperlukan tiga kegiatan yaitu penentuan pasar
sasaran, penentuan pasar sasaran, dan penentuan posisi pasar. Berdasarkan
keterangan dari Ibu Linda Wati, kendala KUB Radesta dalam hal ini terletak
pada aspek penentuan posisi pasar. Berikut keterangan beliau:
“Pada dasarnya peranan perusahaan itu lebih kepada aspek penentuan
posisi pasar atau disebut pula dengan positioning. Hanya saja untuk
melakukan hal tersebut KUB Radesta belum didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai. Saya sendiri kalau ingin mempromosikan
produk masih harus merental ke warnet, seandainya KUB Radesta
memiliki sarana komputer dan modemnya maka tentu aktivitas ini
akan dapat direspon dengan baik oleh kami selaku pengurus KUB
Radesta.”104
Berdasarkan keterangan wawancara di atas diketahui bahwa Ibu
Linda Wati selaku anggota KUB Radesta merasa kalau sarana dan
prasarana sebagai alat penunjang kerja divisi humas masih belum
memeadai sehingga kinerja kehumasan untuk organisasi berjalan seperti
biasanya. Kendala ini merupakan kendala mengenai sarana dan prasarana
yang masih terbatas dan terbatasnya jumlah alat kehumasan yang dimiliki
oleh KUB Radesta.
Peneliti juga menemukan faktor penghambat berjalanya kinerja
kehumasan KUB Radesta adalah dikarenakan adaya pandangan bahwa
organisasi menganggap elemen komunikasi sebagai aktivitas terpisah dari
pemasaran. Sedangkan filosofi pemasaran saat ini menekankan pentingnya
104
Humas KUB Radesta, Linda Wati, 03 Maret 2017, Pukul 18:00 WIB
62
keterpaduan antara keduanya untuk meraih kesuksesan anyaman pandan
KUB Radesta.105
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, diketahui bahwa Ibu
Linda Wati yang menjabat sebagai anggota KUB Radesta memiliki
pendidikan formal tamata SLTA. Beliau memang tidak memiliki
spseifikasi di bidang elektronik secara mendalam seperti mengirim email.
Pengetahuan hanya terbatas pada promosi melalui facebook dan twitter.
Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat berjalanya tugas kehumasa
di KUB Radesta tersebut. Hal ini sebenarnya diakui dan disadari oleh
Ketua KUB Radesta yaitu Ibu Syamsidar yang menyatakan kepada
peneliti:
“Masih minimnya kualitas SDM yang dimiliki PR KUB Radesta
memang masih berada pada jenjang pendidikan SLTA. Selama ini
beliau hanya bekerja sebatas yang mampu beliau kerjakan.
Kegiatan promosi dan relasi publik memang kami serahkan kepada
beliau karena beliau masuih muda dan energik. Hanya saja
memang kalau mengoperasikan teknologi secara canggih belau
memiliki kualifikasi pendidikan sebagai dokter. Oleh seba itu, hal
ini memang menjadi perhatian kami, supaya kedepanya kegiatan
promosi dan relasi publik untuk memperkenalkan produk kepada
konsumen bisa lebih optimal.”106
Berdasarkan pernyataan beliau tersebut diketahui bahwa kualifikasi
pendidikan untuk pekerjaan kehumasan di KUB Radesta memang masih
belum memadahi. Oleh sebab itu hal ini perlu untuk dibenahi dengan baik.
105
Observasi tanggal 03 Maret 2015 106
Ketua KUB Radesta, Ibu Syamsidar, 10 Maret 2015, Pukul 10:00 WIB
63
C. Upaya KUB Radesta dalam Mengatasi Faktor Penghambat dan
Tantangan MEA
1. MEA dan Tantangannya
Indonesia kini tengah berpacu dengan waktu dalam menyambut
pelaksanaan pasar bebas Asia Tenggara atau biasa disebut dengan
Masyarakat Ekomoni Asean (MEA) yang akan dimulai pada tahun 2015.
Sejalan dengan pesatnya dinamika hubungan antar bangsa di berbagai
kawasan, ASEAN menyadari pentingya integrasi negara-negara di Asia
Tenggara pada pertemuan informal para kepala negara ASEAN di Kuala
Lumpur tanggal 15 Desember 1997 disepakati ASEAN Vision 2020 yang
kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan di Hanoi. Pertemuan ini
menghasilkan Hanoi Plan of Action yang isinya adalah menginginkan
berorientasi ke luar, hidup berdampingan secara damai, dan menciptakan
perdamaian internasional.
Beberapa agenda kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
merealisasikan visi 2020 adalah dengan meningkatkan kualitas SDM,
ekonomi, lingkungan, sosial, teknologi, hak cipta intelektual, keamanan
dan perdamaian,serta turisme melalui serangkaian aksi bersama dalam
bentuk hubungan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan diantara
negara-negara anggota ASEAN.
Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai negara
ASEAN di (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai
Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar) yang masng-masing
64
memiliki latar belakang yang berbeda secara sosiologis dan ideologi
politik maupun ekonomi.107
Nilai-nilai dalam globalisasi yang
terimplementasi dalam MEA 2015 diantaraya adalah:108
1. Kualitas produk barang dan jasa
2. Kualitas SDM yang mempunyai kompetensi unggul dan profesional
3. Kualitas manajemen yang menerapkan standarisasi sistem dan nilai-
niali modern yang mengedepankan efesiensi, efektivitas, dan
transparani.
4. Mobilitas uang, barang, dan orang yang bebas dari hambatan dan tanpa
batas
5. Terfokus pada kekuatan daya saing nasional (kualitas barang, jasa, dan
manusia)
Dengan diberlakukanya MEA 2015, diharapkan dapat memberikan
dampak yang positif diantaranya sebagai berikut:109
1. Terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor di ASEAN
2. Kemudahan untuk mengakses modal investasi antar negara ASEAN
3. Kemudahan memperoleh barang dan jasa yang diproduksi di luar
negara kita.
4. Meningkatnya kegiatan pariwisata, mobilitas orang, dan uang yang
tinggi serta perbahan sistem kehidupan masyarakat.
107
Khabib Alia Akhmad, “Strategi CIU Untuk Memenangi Persaingan Perdangan Asia” Jurnal
Ekonomi (Karanganyar: t.p., t.t), hlm. 279 108
Ibid. 109
Ibid.
65
Demikianlah empat hal positif dari adanya MEA. Akan tetapi, tidak
hanya dampak postif yang ditimbulkan, melainkan di sisi lain juga
memunculkan dampak negatif yang terjadi dengan adanya MEA 2015,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hilangnya pasar produk ekspor karena kalah bersaing karena harga dan
kualitas produk dibanding dengan negara lain,
2. Banjir produk impor di pasaran dalam negeri akan mematikan usaha-
usaha di negara.
3. Kemungkinan adanya spekulasi di sektor keuangan yang bisa
menghancurkan stabilitas suatu negara.
4. Masuknya SDM dari negara lain yang berkualitas, dan profesional yang
akan menggusur tenaga kerja dalam negeri.110
Ada kecemasan dalam menyongsong MEA. Ini adalah sikap yang
wajar jika dilihat MEA dengan kesapan masyarakat Indonesia menghadapi
persaingan dibandingkan dengan negara anggota ASEAN yang lainya.
Kecemasan tentu menjadi hal yang wajar terhadap pembentukan MEA
mengingat selama ini belum semua masyarakat mengetahui apa itu MEA.
Hasil survey di lima kota besa (Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan
Pontianak) menunjukkan bahwa pemangku kepentingan baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah, akademisi, mapun masyarakat di negara ini
masih rendah pemahaman dan pegetahuanya terhadap MEA.111
110
Ibid. 111
Boys. S. Bakri, “Kesiapan Indonesua Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asena 2015 dari
perspetif daya saing mansional.” ISEI Provinsi Riau, Edisi, Vo; I Januari : , hlm. 21
66
Saat komitmen ditandatangai selalu dilandasi dengan keyakinan
tentang kseiapan kita untuk bersaing dengan mitra ekonomi tersebut.
Namun saat waktu pelaksanaan sudah dekat, hampir selalu dan ketergesa-
gesaan yang muncul. Hal yang memperihatinkan adalah sosilisasi dan
evaluasi dak ada yang kurang genar sehingga para pemangku kepentingan
banyak yang tidak mengetahui secara jelas berbagai skim perdanganan
Dengan demikian tidak ada persiapan matang mengenai
kompetensi bebas tersebut. Dengan demikian tidak ada persiapan
menghadapi kompetensi bebas tersebut. Barulah menjelang saat
dilaksanakan organisasi di Indonesia ini seperti kalang kabut saja untuk
menyiapkan diri. Semntara sebagian pesaing sudah bekerja keras jauh di
depan dengan berbagai strategi untuk memenangkan atau mendapatkan
keuntungan besar dari keperurukan integrasi keilmuan yang dihadapai.112
Tantangan MEA itu bisa dijawab juga bisa tidak. Bagaimana bisa
unggul di pasar dalam negeri intinya adalah mengapa saya tidak
mempunyai skill dan mampu bertahan ditengah pasaran domestik lainya.
Dalam menganalisis kendala-kendala yang dihadapi yang dihadapi oleh
perusahaan semakin besar, maka peluangnya lebih besar pula.113
Survey BPS pada tahun 2005 menunjukkan bahwasanya
permasalah nutaman yang dihadapi oleh sebagian besar kelompok dari
kelompon usaha ini adalah keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran.
Dalam hal pemasaran, biasanya memiliki sumber-sumber daya untuk
112
Observasi tanggal 05 April 2017 113
Observasi tanggal 05 April 2017
67
mengetahui, mncari dan mengambangkan atau memperluas pasar-pasar
mereka sendiri.
2. Upaya KUB Radesta dalam Menghadapi MEA
Salah satu persoalan yang dihadapi Indonesua adalah daya saing.
Daya saing di Indonesia berbeda jauh di bawah Siangapuran dan Malaysia.
Hasil penelitian Bank Indonesia terkait daya saing di sektor mikro
memeperlihatkan juga bahwa Indonesia masih berada di bawah Singapura,
Malaysia, dan Thailand.
Pelaku usaha dituntut untuk segera berbenah jika tidak ingin
tertinggal dalam persaingan bebas. Efisiensi dan produksi dan kreativitas
menjadi kata kunci dalam bersaing. Dalam persaingan bisanya dibutuhkan
hubungan, promosi, dan relasi publik yang erat. Itu artinya suatu
organisasi masa depan membutuhkan kinerja kehumasan yang baik. Oleh
sebab itu, strategi yang jitu oleh KUB Radesta menjadi sebuah hal yang
urgen untuk menjawab tantangan MEA. Beberapa upaya perlu dilakukan
untuk menghadapi MEA antara lain adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan Kompetensi PR KUB Radesta
Ketua BPP Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia
(Perhumas) yakni Prita Kemal Gani menuturkan agar tenaga kerja
lokal, terutama humas tidak kehilangan pekerjaanya, mereka harus bisa
bersaing dengan tenaga kerja dari luar. Berikut penuturan beliau dalam
sebuah media cetak:
68
“Tenaga kerja yang berkecimpung di Humas harus memiliki
standar kompetensi, misalnya mereka harus memiliki
kompetensi dalam perencanaan program public relation,
kemampuan riset, analisis situasi, serta menganalisis media.”114
Berdasarkan pendapat Prita di atas dapat diketahui bahwasanya
Humas memegang peranan penting dalam aspek kemajuan suatu
organisasi. Betapa pentingnya kinerja humas tersebut, maka sudah
barang tentu profesi tersebut membutuhkan kompetensi yang baik.
Dalam dunia MEA nanti, maka persaingan dalam profesi tersebut
sangat ketat. Oleh sebab itu PR KUB Radesta hendaknya memiliki
kompetensi menganalisis situasi, dan menganalisis media jika ingin
KUB Radesta tetap eksis di tengah persaingna global.
Sejumlah negara seperti Singapura, Philipina, Malaysia,
Thailand, Vietnam, Brunei, dan Myamnmar sangat berat aturanya dan
ketat dalam menyandang profesi humas. Jika PR KUB Radesta tidak
mengikuti trand perkembangan ini, maka bisa jadi posisi PR tersebut
tidak memiliki kinerja yang berjalan dengan baik, karena kalah bersaing
dengan pola kerja PR asing yang datang dari negara tetangga.115
Oleh sebab itu, menghadapi MEA, maka PR KUB Radesta dapat
merespon tantangan ini dengan memanfaatkan wadah ASAN PR
Network yang menjadi tempat bagi seluruh profesi Humas dari seluruh
114
K14-87, Humas Satukan Visi Hadapi MEA “Semarang Metro, Edisi Sabtu, 22 November
2014” Kolom Gerbang Metropolitan, hlm. 23 115
Ibid.
69
ASEAN. Hal ini dilakukan agar negara-negara ASEAN saling
menganal dan bersatu. ASEAN PR Network merupakan wadah bagi
profesi seluruh humas di setiap negara.116
Ketua BPC Perhumasan Semarang yakni Ibu Eriyati Riyanto
mengatakan bahwa paling tidak setiap humas di Indonesia ini memiliki
sertifikasi kehumasan sebagai bukti bahwa ia memiliki skill kehumasan
untuk menghadapi MEA tersebut.
b. Pengembangan SDM PR Melalui Teknologi Informasi
Teknologi Informasi (TI) merupakan bentuk teknologi yang
digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan
menggunakan informasi dalam segala bentuknya. Melalui pemanfaatan
teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil, maupun menengah
seperti KUB Radesta. Pemanfaatan teknologi dalam menjalankan usaha
dikenal dengan istilah e-commerce. KUB Radesta melalui PR-nya dapat
melakukan transaksi dengan cepat tanpa kertas. Pemanfaatan internet
misalnya dapat memungkinkan UMKM melaukan pemasaran dengan
tujuan pasar global, sehingga peluang menembus ekspor terbukan
dengan luas.
Berdasarkan keterangan Ibu Santi kepada peneliti menuturkan
bahwa upaya ke arah itu sudah mulai dilakukan oleh pimpinan KUB
Radesta. Ibu Samsidar selaku ketua telah mengambil tindakan untuk
menyuruh para pegawainya, khususnya pada bagian PR untuk
116
Ibid.
70
mengambil kursus komputer. Hal ini dilakukan untuk menjawab
tantangan yang semakin kompleks dan akan semakin kompleks pula
ketika MEA sudah berlaku di Indonesia. Informasi Ibu Sani adalah
sebagai berikut:
“Pihak pimpinan KUB Radesta alhamdulillah sudah mulai
memperhatikan masalah pendidikan skill komputer bagi PR, dan
anggota lainya. Kami diberikan kesempatan untuk mengikuti
kursus komputer. Adapun biaya untuk kursus separuh ditanggun
oleh KUB Radesta dan yang separuh lagi biaya pribadi.”117
Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwasanya upaya
kursus komputer sudah dilaksanakan dan berjalan selama dua bulan ini.
Meskipun demikian, ilmu komputer yang telah dipelajari selama dua
bulan ini masih belum cukup untuk memahirkan para anggota KUB
Radesta. Hal ini dikarenakan adanya faktor penghambat yakni level
pedidikan formal anggota KUB Radesta yang hanya lulus SLTA pada
angkatan tahun 1980-an yang ketika itu belum diajarkanya komputer di
sekolah masing-masing. Keluhan ini peneliti temukan setelah berdialog
dengan Ibu Liani sebagai berikut:
“Kami sudah mendapatkan kursus di bidang komputer, tapi
nampaknya selama dua bulan kursus berlangsung, kami masih
belum bisa menguasai teknologi tersebut. Karena memang sulit
memahaminya. Maklum ketika saya SMA dahulu pelajaran
komputer belum diberikan, jadi yah bagi saya komputer itu
semacam sesuatu yang aneh. Mungkin butuh waktu lebih lama
lagi untuk belajar.”
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwasanya faktor
level pendidikan juga mempengaruhi penguasaan para anggota KUB
117
Anggota KUB Radesta, Santi, 01 April 2017
71
Radesta dalam memahami ilmu komputer dan memanfaatkanya untuk
kepentingan usaha anyaman pandan tersebut.
Berdasarkan pengamatan peneliti faktor usia juga
mempengaruhi kemampuan anggota KUB Radesta dalam memahami
ilmu komputer tersebut. Khususnya pada jabatan PR. Hal ini ditambah
pula dengan kondisi status mereka yang adalah Ibu Rumah Tangga
(IRT) tentu menjadi sulit membagi waktu untuk disiplin mengikuti
kursus komputer. Dan hal ini menambah kesulitan bagi anggota untuk
memahami pentingnya ilmu komputer atau TI bagi proses kelancaran
usaha anyaman pandan tersebut, terkait hal ini, Ibu Linda Wati
mengatakan:
“Saya sudah berusaha membagi waktu untuk konsentrasi
mengikuti kursus komputer tersebut. Memang saya paham akan
pentingnya itu apalagi untuk menyongsong MEA. Akan tetapi
sebagai IRT saya kadang harus mengikuti acara suami
berkunjung ke ruamah mertua, dan mengajak anak jalan-jalan ke
rumah kakek neneknya, dan hal ini lah yang membuat kadang
saya ndak bisa hadir tepat waktu sewaktu jadwal kursus
berlangsung.”118
Demikianlah pandangan Ibu Linda Wati kepada peneliti yang
menyampaikan alasan mengapa pelajaran kursus komputer tersebut
sulit untuk dia kuasai dengan baik. Namun demikian berdasarkan
wawancara diketahui bahwa Ibu Linda Wati menyadari betul bahwa
sebagai anggota KUB Radesta ia memang perlu untuk menguasai
komputer dalam menyongsong MEA.
118
Humas KUB Radesta, Linda Wati, 02 April 2017, Pukul 19:00 WIB
72
Berdasarkan pengamatan peneliti, hal postif yang diperoleh
dengan memanfaatkan jaringan internet dalam mengembangkan usaha
adalah dapat mempertinggi promosi produk anyaman pandan dan
layanan melalui kontak langsung, kaya informasi, dan interaktif dengan
pelanggan. Kemudian dapat menciptakan satu saluran distribusi bagi
produk anyaman pandan. Dan bermanfaat pula dalam hal biaya
pengiriman informasi ke palanggan lebih hemat jika dibandingkan
dengan paket atau jasa pos. Dan bermanfaat pula untuk menerima dan
mengirim informasi sangat singkat hanya dalam hitungan menit atau
bahkan detik.119
c. Kemampuan Loby KUB Radesta Terhadap Pemerintah
Menurut Ibu Samsidar selaku ketua KUB Radesta, beliau
mengatakan bahwasanya dalam menghadapi MEA sebuah organisasi
bisnis sangat membutuhkan informasi akurat dan cepat. Untuk
kebutuhan ini, memang harus diperlukan seorang Humas yang
kompeten. Begitu pentingnya sinergisatas organisasi itu sehingga
kehadiranya akan membawa manfaat besar bagi sebuah organisasi itu
sendiri. Terkait dengan hal ini, Ibu Samsidar mengatakan sebagai
berikut:
“Informasi pasar yang lengkap dan akurat dapat dimanfaatkan
oleh KUB Radesta untuk membuat perencanaan usaha secara
tepat. Misalnya membuat desain produk yang sesuai dengan
konsumen, menentukan harga yang bersaing di pasar,
mengetahuo pasar yang akan dituju, dan banyak manfaat lainya.
Oleh karena itu KUB Radesta sangat perlu untuk menjalin
119
Observasi tanggal 02 April 2017
73
kerjasama dan komunikasi dengan pihak pemerintah untuk
memperoleh akses jaringan pemasaran.”120
Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara di atas dapat
diketahui bahwa sisi positif yang diperoleh dengan adanya pemikiran
demikian adalah KUB Radesta akan memiliki kemudahan dalam
mempromosikan dan mengkomunikasikan produk anyaman pandan
kepada konsumen dengan baik baik di dalam maupun di luar negeri.
Selama ini, KUB Radesta lebih banyak melakukan pameran-pameran
bersama dalam waktu dan tempat yang terbatas, sehingga hubungan
maupun transaksi dengan konsumen kurang bisa dijamin
keberlangsunganya. Hal ini dikarenakan adanya batasan antara jarak
yang jauh atau kendala intensitas komunikasi yang kurang. Padahal
faktor komunikasi dalam menjalankan bisnis adalah sangat penting.
Karena dengan komunikasi akan membuat ikatan emosional yang kuat
dengan pelanggan yang sudah ada juga memungkinakan datangnya
palanggan baru.121
d. KUB Radesta Melakukan Analisis SWOT
Dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan kualitas suatu
produk diperlukan suatu analisa untuk mengetahui gambaran mengenai
potensi yang dimiliki sentra industri dan peluang yang yang mungkin
terjadi (analisa internal), serta permasalahan dan ancaman (analisa
eksternal) yang perlu ditangani dan dipecahkan. Analisa ini juga
120
Ketua KUB Radesta, Ibu Samsidar, 04 April 2017, Pukul 14:39 WIB 121
Observasi tanggal 05 April 2017
74
bermanfaat agar sentra industri kecil dapat menyusun strategi dalam
menjalankan usahanya di masa yang akan datang.
1) Analisa Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Dalam analisa internal tersebut meliputi aspek kekuatan,
dan kelemahan. Yang dimaksud dengan analisa internal dan
eksternal tersebut adalah pengamatan peneliti mengenai kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki oleh KUB Radesta dalam
menjalankan perananya dalam pemasaran produk anyaman pandan
tersebut. Adapun kekuatan yang dimiliki oleh KUB Radesta adalah
sebagai berikut:122
a. Lokasi Kecamatan Muara Sabak Barat cukup srategis, yakni di
antara kota Kuala Tungkal dan Provinsi Jambi.
b. Kondisi alam subur dan asri dikarenakan terletak di daerah
pegunungan dan lembah dan dilalui sungai.
c. Tersedianya infrastruktur berupa jalan aspal yang
menghubungkan Kecamatan Muara Sabak Barat dengan
Kabupaten Kota di Provinsi Jambi, bahkan sampai ke pelosok
desa-desa.
d. Jalan desa dalam kondisi baik untuk pencapaian ke sentra-
sentra kerajinan.
e. Perajin cukup terampil dalam menjalankan tugas-tugas mereka.
f. Sifat bahan sangat rama lingkungan dan bisa di daur ulang.
122
Observasi tanggal 30 Maret 2017
75
g. Bahan baku pandan mudah dibudidayakan.
h. Memiliki keunikan tersendiri dalam hal teknik produksi yaitu
teknik dasar menganyam yang hanya dapat dilakukan secara
manual.
i. Tampilan visual (tekstur) produk yang indah dikarenakan hasil
pola anyaman.
Demikianlah sembilan buah analisis yang dapat peneliti
deskripsikan dalam skripsi ini menganai aspek keuatan dari KUB
Radesta. Sedangkan aspek kelemahanya, berdasarkan pengamtan
peneliti terdapat sepuluh hal yaitu sebagai berikut:123
a. Tingkat pendidikan rendah mengakibatkan pengetahuan
tentang pemasaran dan desain (apresiasi) masih rendah.
b. Diversifikasi dan desain produk juga masih rendah.
c. Masih bersifat industri rumahan, belum menuju arah disiplin
industri.
d. Budaya plagiat produk di antara perajin yang masih ditolerir
e. Tidak berfungsinya koperasi.
f. Sistem peminjaman modal yang rumit dan bunga tinggi.
g. Mahalnya biaya penelitian dan pengembangan bagi perajin
kecil.
h. Penghasilan perajin tidak sebandung dengan pedagang.
123
Observasi tanggal 29 Maret 2017
76
i. Sifat bahan yang rentan terhadap jamur dan perusakan
serangga.
j. Sifat bahan yang lemah untuk konstruksi dasar produk perlu
bantuan bahan lain seperti katron, kain, dan lain-lain.
2) Analisa Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, KUB
Radesta memiliki beberapa peluang yang baik untuk masa yang
akan datang. Peluang tersbut antara lain adalah sebagai berikut:124
a. Desain produk jenis kerajinan yang selalu diminati pasar akan
nilai inovasinya dan kekhasanya sebagai produk kerajinan.
b. Daya beli pasar meningkat.
c. Minat masyarakat dunia pada bahan ramah lngkungan
meningkat.
d. Kemungkinan pasar luar negeri terbuka lebar.
e. Sifat bahan memiliki kemampuan untuk mengikui trend yang
sifatnya situasional.
Demikianlah dalam pandangan peneliti, ada setidaknya
lima hal yang menjadi peluang bagi eksistensi KUB Radesta di
masa yang akan datang. Sedangkan ancaman terhadap eksistensi
KUB Radesta antara lain adalah:
124
Observasi tanggal 28 Maret 2015
77
a. Siklus kerja perajin yang kadangkalan merangkap dengan
profesi lain sehingga mengakibatkan terhambatnya proses
produksi anyaman pandan itu sendiri.
b. Berkembangnya mutu produk berbahan anyaman pandan dari
negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Amerika
Latin.
c. Budaya plagiat yang mengakibatkan life cycle produk menjadi
pendek.
d. Sifat bahan tidak sekuat bahan komposit seperti plastik dan
logam, bahkan dengan bahan kuliat yang mengakibatkan
penurunan nilai pada faktor kekuatan.
e. Sifat bahan yang dalam pengerjaanya tidak dapat digantikan
dengan mesin untuk mengejar jumlah produksi yang besar.
Demikianlah lima buah hal yang dalam pengamatan peneliti
menjadi segi ancaman dalam proses eksistensi produk tersebut di
lapangan. Dalam tahapan ini, KUB Radesta merupakan kelompok usaha
bersama yang cukup kuat bertahan dan menjaga eksistensinya. Hal ini
dibuktikan dengan masih berlangsungnya kegiatan produksi anyaman
pandan di KUB Radesta hingga sekarang.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal
penting sebagai berikut:
1. Strategi-strategi KUB Radesta dalam pemasaran produk adalah dengan
jalan: pemanfaatan brosur, melakukan kegiatan promosi penjualan dan
bisnis, memaksimalkan divisi humas KUB Radesta untuk aktif dalam
memeperkenalkan produknya kepada masyarakat, mendafarkan produk-
produk anyaman dalam setiap event-event pameran, serta menggunakan
media sosial sebagai penyebaran info produk.
2. Adapun hambatan yang dihadapi oleh KUB Radesta dalam usaha
penerapan strategi pemasaran produk anyaman pandan adalah dikarenakan
adanya beberapa faktor yaitu: PR KUB Radesta yang belum memiliki
kualifikasi pendidikan kehumasan, kurangnya sarana dan prasarana
penunjang promosi, dan masih adanya persepsi bahwa pekerjaan promosi
tersebut bukanlah kegiatan inti dalam suatu organisasi seperti halnya
kegiatan produksi.
3. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh KUB Radesta dalam upayanya
mengatasi kendala penerapan starategi pemasaran dan tantangan MEA
adalah dengan jalan sebagai berikut: meningkatkan kompetensi humas
79
KUB Radesta untuk lebih gencar dalam melakukan kegiatan promosi,
melakukan loby-loby kepada pihak pemerintah, melakukan peningkatan
dan pengembangan SDM yang ada pada setiap anggota KUB Radesta
sehingga kinerja KUB Radesta berjalan dengan efisien, melibatkan
kegiatan perusahaan dengan memanfaatkan media teknologi informasi,
serta melakukan evaluasi dengan analisis SWOT secara berkala.
B. Saran-saran
Setelah melakukan penelitian, maka peneliti menyarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Peran pemerintah dan pihak swasta sangat diharapkan. Karena dengan
adanya peran pemerintah dan pihak swasta, diharapkan KUB Radesta
dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya industri
rumahan, diharapkan perekonomian dapat tercipta satu peluang usaha baru
yang mandiri, dan mampu bertahan dengan persaingan global.
2. KUB Radesta diharapkan dapat secara terus menerus mengembangkan
setiap produknya dalam rangka eksistensiya terlebih di era perdangan
bebas menjelang MEA (Masyrakat Ekonomi Asean).
3. Diperlukan adanya pembinaan yang berkelanjutan dan secara berkala pada
perajin anyaman pandan KUB Radesta khususnya mengenai kemampuan
berinovasi. Pentingnya sosialisasi mengenai apresiasi desain kepada
perajin sebagai penambah wawasan dan bekel pengetahuan untuk
pengembangan dan diversifikasi produk.
80
4. Pentingnya sosialisasi mengenai kemampuan membaca kebutuhan dan
seleras pasar. Dilaksanakanya program wajib kerja praktek lapangan oleh
mahasiswa jurusan ekonomi khususnya di Kelurahan Rano.
5. Usaha mikro merupakan satu kegiatan yang strategis sehingga perlu
mendapatkan penanganan yang serius baik oleh pihak pemerintah, maupun
masyarakat secara bersama-sama. Tujuan pengembangan usaha kecil
adalah pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat yang pada
giliranya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
6. Pelatihan kehumasan harus sering diadaka bagi pimpinan KUB Radesta
agar semakin mengetahui fungsi dan tugasnya dalam organisasi dan
dengan demikian, organisasi dapat berjalan dengan baik.
C. Kata Penutup
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam karena atas petunjuk dan
Ridha-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala usaha yang
maksimal, walaupun terdapat beberapa rintangan dan hambatan yang dihadapi
tetapi kesemuanya itu penulis anggap sebagai tantangan dalam meraih ilmu
dan kesuksesan.
Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnan dan mungkin terdapat beberapa kekeliruan yang penulis tidak
sadari sewaktu dalam penulisan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran
dan kritik yang konstruktif dari seluruh pembaca guna penyempurnaan skripsi
ini di masa yang akan datang.
81
Semoga apa yang dihasilkan oleh peneliti pada hari ini menjadi suatu
ibadah dalam mensyukuri nikmat Allah SWT. Akhir kata, peneliti tutup
dengan ucpan shalawat dan salam serta pujian bagi Rasulullah SAW.
Jambi, Desember 2017
Peneliti,
TAUFIK IKSAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Literatur
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: C.V. Mikraj Khazanah, 2013).
A.A Miftah, Zakat Antara Tuntunan Agama Dan Tuntunan Hukum, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007).
Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, Fikih Islam, Cet Ke-3, ( Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004).
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, Ed. 1 ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007).
Ali Homsan, Arya Hadidharmawan dkk, Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi
Orang Miskin, CetKe 1 (Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2015).
Alie Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, Cet Ke1 (Bandung: Penerbit Mizan,2010).
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media).
Danim, Sudarwan , Prosedur Penelitian.(Jakarta: Rineka Cipta 2016).
Fakhruddin, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, Cetakan I. (Malang: UIN-
Malang Press, 2008).
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Sosial Kualitatif Dan Kuantitatif.
(Jakarta: Pustaka Press, 2008).
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Roskadakarya,
2014).
Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf, Cet Ke-1, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2016).
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).
Mudrajad Kuncoro, Dasar-dasar Ekonomi Pembangunan, Edisi 5, (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN 2010).
Muh Sjarief Sukandy, Bulughul maram, Cetakan ke-10 (Bandung: PT. Alma’arif,
1993).
Rifki Muhammad, Akutansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK
Syari’ah,(Yogyakarta: P3EI Press).
Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi,
Cetakan Ke-1, ( Jakarta: PT Rajawali Press, 2014).
Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, Cet Ke-2 ( Jakarta: Kencana, 2017).
Shaleh al-Fauzan. Fiqih Sehari-hari, Ahli Bahasa oleh Abdul Hayyie Al Khatani
dkk. Cet I. (Depok: Gemma Insani Press, 2005).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2008).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,cv, 2016).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cetakan Ke-25,
(Bandung: Alfabeta,cv, 2017).
Suharmisi Arikunto, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002).
Wanti Sumato, Pedoman Tekhnik Penulisan Skripsi, (Palangkaraya: 1998).
Yulizar D. Sanrego, Fiqih Tamkin (Fiqih Pemberdayaan), (Jakarta: Qisthi Press,
2016).
Zulkifli, Rambu-rambu Fiqh Ibadah, CetKe-1 ( Yogyakarta: Kalimedia, 2017).
2. Sumber Lain
A. A. Miftah, Pembaharuan Zakat Untuk Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia,
2008, Jurnal: Pembaharuan Zakat Untuk Pengentasan Kemiskinan. Vol. VII,
No. 14.
Ahmad Atabik, Peranan Zakat Dalam pengentasan Kemiskinan, 2015, Jurnal:
Zakat dan Wakaf, Vol.2, No.2
Ali Amin, Pendistribusian Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat (Studi Kasus Badan Amil Zakat Daerah Kota Jambi), Skripsi:
Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
2014.
Andriyanto, Irsyad, Strategi Pengelolaan Zakat dalam Pengentasan kemiskinan.
Jurnal Zakat, Infaq, Shadaqah, 2011 Volume 19, Nomor 1
Devialina Puspita, Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Keberdayaan dan
Pengentasan Kemiskinan Rumah Tangga. Skripsi: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, 2008.
Firmansyah, Zakat Sebagai Instrumenn Pengentasan Kemiskinan Dan
Kesenjangan Pendapatan, 2013, Jurnal: Ekonomi dan Pembangunan, Vol 21, No
2.
Hasti Ernawati, Zakat Sebagai Sarana Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus di
Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi), Skripsi:
Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2008.
Musa Al Jundi, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Provinsi-
Provinsi Di Indonesia, Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Diponegoro, 2014.
Nur Ahmad, Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Zakat, 2015 Jurnal:
Vol. 2, No.1
Nurmawati, Nunung, jurnal:Model pengukuran, permasalahan, dan alternatif
kebijakan, Kemiskinan, 2008 Volume 10, No 1
Robi Irawan, Peran Badan Amil Zakat (BAZNAS) Kota Jambi Dalam Mengurangi
Kemiskinan Di Kota Jambi, Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2017.
www.jambiekspres.co.id, Akses 20 April 2018.
Yogi Citra Pratama, Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi
Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), 2015
Jurnal: Vol. 1 No. 1, Hal 94.
ZakyRamadhan, Peran Baznas Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Daerah
Istemewa Yogyakarta, Skripsi: Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2016.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1
Gedung KUB Radesta yang Terletak di Kelurahan Rano
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Gambar 2
Peneliti tengah melakukan wawancara
kepada Pimpinan KUB Radesta
Gambar 3
Berbagai hasil produksi kerajinan anyaman
pandan KUB Radesta
IPD (INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA)
JUDUL:
PANDUAN OBSERVASI
Peneliti membuat catatan lapangan dan atau mendokumentasikan hasil
observasi dalam bentuk gambar dan atau video dengan menggunakan instrumen
yang telah dipersiapkan berupa form catatan lapangan untuk setiap point observasi
di bawah ini. Adapun daftar aspek-aspek observasi yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
NO ITEM OBSERVASI
1 Keadaan sarana dan prasarana KUB Radesta;
2 Kedisiplinan pegawai KUB Radesta;
3 Struktur organisasi KUB Radesta;
4 Visi dan Misi KUB Radesta;
5 Batas wilayah geografis dan alamat lengkap KUB Radesta;
6 Pola kerja staff KUB Radesta;
7 Tantangan kerja staff KUB Radesta;
8 Objek pengamatan lainya yang relevan;
“STRATEGI PEMASARAN KELOMPOK USAHA BERSAMA
(KUB) RADESTA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN (MEA)”
PANDUAN WAWANCARA
Peneliti merekam seluruh sesi wawancara kepada informan menggunakan
recorder. Adapun butir-butir soal sebagai pedoman wawancara adalah sebagai
berikut:
NO SASARAN INFORMAN BUTIR PERTANYAAN
1 Wawancara kepada Ketua
KUB Radesta
Apakah tujuan dari adanya promosi penjualan
yang dilakukan KUB Radesta?
Berapa jumlah divisi di KUB Radesta ini?
Berapa jumlah staff yang terlibat aktif dalam
KUB Radesta?
Bagaimana dengan jam kerja di KUB Radesta?
Apakah kualitas SDM di KUB Radesta sudah
cukup memadai?
Apakah langkah khusus KUB Radesta dalam
menghadapi tantangan MEA?
Apakah ada kebijakan KUB Radesta untuk
memberikan pelatihan komputer kepada para
staf untuk menunjang dan menyongsong
MEA?
Bagaimana dengan kemampuan lobi kepada
pihak pemerintahan?
2 Wawancara kepada Apa usaha yang dilakukan KUB Radesta untuk
Kepala PR KUB Radesta menunjang kelancaran kegiatan produksi?
Seberapa penting kerjasama dengan
stakeholder dilakukan untuk menunjang
kegiatan produksi?
Peran-peran apa saja yang diambil oleh PR di
KUB Radesta?
Apakah produk-produk KUB Radesta pernah
dipajang dalam sebuah bazar dan
semacamnya?
Apakah KUB melakukan kegiatan promosi via
online?
Apa saja hambatan yang dijumpai oleh KUB
Radesta dalam kegiatan pemasarannya?
Khusus untuk kegiatan promosi via online, apakah
ada kendala-kendala khusus?
Apa saja upaya yang sudah pihak PR lakukan untuk
mengantisipasi kendala-kendala promosi produk
KUB Radesta?
Apakah pihak manajemen KUB Radesta termasuk
PR melakukan analisis tertentu sebelum mengambil
kebijakan?
Apa saja yang PR lakukan untuk menghadapi
tantangan MEA?
3 Wawancara Kepada Darimanakah anda mendapatkan informasi
PANDUAN DOKUMENTASI
Penelitian ini akan mendokumentasikan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
NO ITEM YANG AKAN DIDOKUMENTASIKAN
1 Peneliti meminta dokumen berupa profil KUB Radesta;
2 Peneliti mendokumentasikan kegiatan wawancara kepada informan;
3 Peneliti mendokumentasikan batas wilayah kantor KUB Radesta;
4 Peneliti mendokumentasikan sarana di kantor KUB Radesta;
5 Peneliti mendokumentasikan prasarana di kantor KUB Radesta;
6 Peneliti mendokemntasikan aktivitas staff KUB Radesta;
7 Peneliti mendokumentasikan hal-hal yang dianggap perlu.
Konsumen KUB Radesta mengenai produk-produk KUB Radesta?
Apakah anda pernah menjumpai produk-
produk KUB Radesta dalam sebuah pameran,
bazar, dan atau semacamnya?
Apakah anda senang dengan produk-produk
KUB Radesta?