Upload
others
View
34
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
i
STRATEGI PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS
PESERTA DIDIK PADA SMK DIPONEGORO SALATIGA
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
AHMAD SULHAN MUKHLISUN
NIM: 23010-15-0075
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iii
STRATEGI PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS
PESERTA DIDIK PADA SMK DIPONEGORO SALATIGA
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
AHMAD SULHAN MUKHLISUN
NIM: 23010-15-0075
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
vii
MOTTO
إيااه وب لدين ٲ۞وقضى ربل ألا تعبدوا إلا ا يبلغنا عندك لى نا إما إحس
أحدهما أو ملهما فل تقل لاهما أف ول تنهرهما وقل لاهما قىلا لنبر ٱ
ا ٣٢مريما
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, inayah
beserta kuasa-Nya akhirnya saya bisa menyelesaikan skripsi ini, aku
persembahkan untuk orang-orang yang telah mendoakan, membantu,
mendampingi, mendorong, dan menyemangati saya dalam menjalankan skripsi
ini untuk mewujudkan salah satu impian:
1. Kedua orang tua tersayang dan tercinta saya Bapak Khaeroni dan Ibu Sri
Wahyuningsih yang selalu memberikan arahan, bimbingan, mendorong, dan
mendoakan selalu agar diberikan kelancaran dalam menuntut ilmu serta
pengorbananmu atas semua yang engkau berikan untuk saya.
2. Segenap keluarga besar saya dari Bani Suhaemi, Bani Thoyib, Bani Sadeli,
Bani Saeroji, Bani Khomsatun, Bani Juwahir dan semuanya yang telah
memberikan dukungan serta doa agar dilancarkan dalam segala hal.
3. Sahabat saya yang selalu saya repotkan Firda Yulianti, Desy Nugraheni,
Syifa Fitri Choirullah, Fahri Arkham Hidayat, Aerla Ayustata D., Daniswara
Fiara S., Ivan Novika A., Alm. Ridhaningtyas F., serta yang lainnya atas
segala dukungan dan semangatnya untuk saya.
4. Segenap Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Salatiga, Pengurus Cabang
Ansor Banser Salatiga, Pengurus Rayon Banser Sidorejo Salatiga yang
selalu mendoakan saya dalam segala hal teruntuk hal agama dan
dukungannya untuk segera menyelesaikan studi ini.
5. Segenap kelurga kecilku di kampus IAIN Salatiga B On Vacation yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang jelas semuanya yang saya
sayangi dan banggakan.
6. Segenap Ikatan Remaja Bonorejo Blotongan, Karang Taruna Blotongan
yang selalu memberikan semangat dan dukungannya untuk saya.
7. Segenap sahabat sahabati PMII Kota Salatiga atas segala doa dan
semangatnya untuk saya.
8. Segenap keluarga Club Zebra Ungaran Ambarawa Salatiga (ZEUSA) atas
segala doanya.
ix
9. Teman-temanku seperjuangan mahasiswa PAI angkatan 2015, ORMASSA
(Organisasi Mahasiswa Salatiga), PPL SMAN 1 Salatiga dari IAIN Salatiga
dan UNNES, KKN IAIN Salatiga 2019 Desa Cacaban Kidul Kec. Bener
Kab. Purworejo yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas kenangan
yang dilalui bersama di kampus maupun luar kampus.
10. Kepada para Kyai dan Ulama’ Salatiga, Simbah Sonwasi Ridwan, Simbah
Munawir, Simbah Tadzkir Mansur, Abah Mansur, Simbah Nasikun, Simbah
Muhlasin, Simbah Nukman, dan semunya atas doa, bimbingan, dorongan,
semangat yang diberikan kepada saya.
11. Segenap guru saya mulai dari TK, SD, SMP, MAN dan sampai sekarang ini,
berkat doa-doa beliau dapat mengantarku sampai perguruan tinggi dengan
kesabaran yang tak kenal lelah.
12. Pembimbing skripsiku Bapak Gufron terimakasih karena selalu meluangkan
waktu untuk membimbing saya, memberikan arahan, masukan, motivasi,
dan semangat kepada saya.
13. Pihak kepala sekolah, guru, karyawan, siswa di SMK Diponegoro Salatiga
yang telah membantu dan memberikan pengalaman kepada saya untuk lebih
bersyukur atas segala yang diberikan Allah SWT.
x
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT., atas segala rahmat, taufiq, hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Strategi Pembinaan Karakter Religius
Pada SMK Diponegoro Salatiga Tahun 2019 ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Agung Muhammad SAW., keluarga dan para sahabatnya. Semoga kelak
dapat berjumpa dan mendapat syafaatnya aamiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan
tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam sekaligus dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Dr. M. Ghufron, M. Ag., yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
xii
ABSTRAK
Mukhlisun, Ahmad Sulhan. 2019. Strategi Pembinaan Karakter Religius Peserta
Didik Pada SMK Diponegoro Salatiga Tahun 2019. Skripsi, Salatiga:
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.
Ag.
Kata Kunci: strategi pembinaan karakter religius
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Untuk
mengetahui strategi pembinaan karakter religius pada SMK Diponegoro Salatiga.
2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembinaan karakter
religius pada SMK Diponegoro Salatiga..
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Data-data
dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, interview dan dokumentasi,
yang kemudian dilakukan analisis data dengan cara mendeskripsikan data dari
informan, mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian, kemudian dianalisis oleh
peneliti, dan terakhir disimpulkan untuk menjawab tujuan dari penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembinaan karakter
religius yang digunakan di SMK Diponegoro Salatiga adalah Moral Knowing,
Moral Loving, Moral Doing. Dalam membina karakter religius, guru
mempersiapkan materi yang akan disampaikan kemudian memberikan arahan atau
contoh agar peserta didik dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh guru. Faktor
pendukung berjalannya pembinaan karakter adalah adanya dukungan dari para
guru sertu adanya sarana prasarana yang sangat mendukung dalam proses
pembinaan karakter religius. Akan tetapi terdapat faktor penghambat berjalannya
proses pembinaan karakter religius yaitu disebabkan kurangnya kerjasama orang
tua dengan guru dan peran orang tua yang sangat kurang dalam memperhatikan
karakter religius anak. Faktor penghambat ini yang menjadikan tantangan bagi
guru dalam proses pembinaan karakter religius di sekolah, dan selalu mengkontrol
peserta didik dalam kegiatan yang ada. Harapannya peserta didik dapat
mengimplementasikan karakter religius tidak hanya saat berada di sekolah,
melainkan juga di luar lingkungan sekolah.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................................. vi
MOTTO ..................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
ABSTRAK ................................................................................................................. xii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
E. Penegasan Istilah ........................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan .................................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .............................................................................................. 13
1. Strategi Pembinaan Karakter .................................................................. 13
a. Pengertian Strategi Pembinaan Karakter .......................................... 13
xiv
b. Konsep Pembinaan Karakter ............................................................ 16
c. Tujuan Pembinaan Karakter ............................................................. 19
d. Macam-macam Pendekatan Pembinaan Karakter ............................. 21
2. Karakter Religius .................................................................................... 22
a. Pengertian Karakter Religius ............................................................ 22
b. Landasan Pendidikan Karakter Religius ........................................... 23
c. Tujuan Pendidikan Karakter Religius ............................................... 26
d. Macam-macam Strategi Pendidikan Karakter Religius .................... 28
e. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Religius .......................................... 29
B. Kajian Pustaka............................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 34
B. Kehadiran Peneliti ......................................................................................... 35
C. Tempat Penelitian ......................................................................................... 36
D. Sumber Data.................................................................................................. 36
E. Tehnik Pengumpulan .................................................................................... 37
F. Tehnik Analisis Data ..................................................................................... 40
G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................................... 41
H. Tahap-Tahap Penelitian................................................................................. 42
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMK Diponegoro Salatiga ............................................... 44
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Diponegoro ........................................ 44
2. Sejarah Yayasan YAIMAM .................................................................... 44
3. Profil Sekolah ......................................................................................... 45
4. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga .............................................................. 47
xv
5. Struktur Organisasi Sekolah ................................................................... 49
6. Struktur Organisasi Yayasan ................................................................... 50
7. Data Guru ............................................................................................... 51
8. Sarana dan Prasarana .............................................................................. 53
9. Kegiatan Ekstrakulikuler ........................................................................ 54
B. Paparan Data Penelitian ................................................................................ 54
1. Strategi Pembinaan Karakter Religius pada SMK Diponegoro ............... 54
2. Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Pembinaan Karakter Religius
pada SMK Diponegoro ........................................................................... 56
C. Analisis Data ................................................................................................. 57
1. Strategi Pembinaan Karakter Religius pada SMK Diponegoro .............. 57
2. Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Pembinaan Karakter pada SMK
Diponegoro ............................................................................................ 61
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 63
B. Saran ............................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Data Guru SMK Diponegoro Salatiga .................................... 52
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Data Responden
2. Lampiran Transkip Hasil Wawancara
3. Lampiran Dokumentasi
4. Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian
5. Lampiran Surat Pembimbing Skripsi
6. Lampiran Lembar Konsultasi Pembimbing
7. Lampiran Daftar Nilai SKK
8. Lampiran Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia ini kami tahu bahwa setiap seseorang memerlukan sebuah
ilmu dalam mencari sesuatu. Dengan adanya ilmu, maka akan tahu mana
baik dan buruk dalam semua tingkah laku dengan kualitas yang didapat.
Dunia pendidikan sangat dibutuhkan bagi seseorang dan sangat berperan
penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan adanya pendidikan
diharapkan dapat membentuk generasi muda yang berpengetahuan luas,
terampil, serta memiliki nilai moral dan budi pekerti luhur sehingga
mereka mampu menerapkan dalam kehidupan (Ngainun, 2012:25).
Peraturan undang-undang terdapat aturan pendidikan dalam
mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan yaitu Undang-Undang
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, dijelaskan bahwa pendidikan di setiap jenjang
2
harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut
(Anas dan Irwanto, 2017:41).
Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ilmu atau mentransfer
ilmu, akan tetapi juga memberikan perubahan dan membentuk karakter
seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dan santun pada tataran
etika maupun estetika dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter
menjadi salah satu pokok penting dalam sebuah pendidikan, karena
dengan adanya karakter dapat menopang dan mendorong perilaku
seseorang menjadi lebih baik dalam mencari ilmu pengetahuan ( Daryanto,
2013:42).
Karakter seperti ini alangkah baiknya apabila seseorang dilatih
untuk membiasakan diri untuk melakukan suatu hal atau perilaku yang
baik dengan didukung dari pendidikan, keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar yang mana selalu memberikan contoh yang baik.
Dengan begitu karakter dapat diajarkan dan ditanamkan sejak dini melalui
pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter disetiap mata pelajaran,
ekstrakulikuler maupun budaya (Daryanto, 2013: 18). Ellen G. White
(dalam Hidayatullah, 2010: 20) megemukakan bahwa pembangunan
karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada
manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem
pendidikan yang benar. Jika bukan mendidik dan mengasuh anak-anak
untuk perkembangan tabiat luhur, tidak ada gunanya diadakan pendidikan.
Orang yang pandai saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang
3
berbahaya, karena dengan kepandaiannya seseorang bisa menjadikan
sesuatu menjadi hancur dan rusak. Setidaknya pendidikan masih lebih
bagus menghasilkan orang baik walaupun kemampuan rata-rata. Tipe ini
paling tidak memberikan suasana kondusif karena seseorang itu memiliki
akhlak yang baik.
Pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan
oleh personal sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang
tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja agar
memiliki sifat peduli, berpendirian, dan tanggung jawab. Dengan begitu
pendidikan karakter harus ditanamkan melalui pengetahuan, kesadaran dan
juga tindakan agar melaksanakan nilai-nilai tersebut. Di dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah semua komponen
harus ikut terlibat, yaitu komponen-komponen yang ada pada pendidikan
itu sendiri. Pengaruh lingkungan atau lainnya juga dapat merubah karakter
seseorang. Salah satunya yaitu sekolah karena guru harus mampu
memberikan pengaruh dan membina karakter kepada peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik agar menjadi lebih baik dengan
berbagai macam kegiatan seperti keteladanan seorang guru, cara
penyampaian seorang guru, cara guru dalam bertoleransi, dan lainnya
dalam pembelajaran. Dengan begitu pendidikan karakter harus ditanamkan
sejak dini, sehingga peserta didik mendapatkan hal-hal baru dari guru yang
mengajarkannya tentang suatu kebiasaan melakukan hal-hal baik sesuai
dengan nilai dan norma (Daryanto, 2013:11). Pendidikan karakter
4
diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai karakter seperti rasa
hormat, religius, tanggung jawab, jujur, peduli, dan adil serta membantu
peserta didik untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai
karakter tersebut dalam kehidupan mereka sendiri (Daryanto, 2013:61)
Seiring berkembangnya teknologi informasi saat ini, yang awalnya
dipengaruhi oleh arus globalisasi, globalisasi mempengaruhi setiap sektor
kehidupan sehingga menyebabkan krisis multidimensi, salah satunya di
bidang pendidikan seperti pendidikan karakter yang belum mencapai
tujuan pendidikan nasional, ditandai dengan minimnya kesadaran siswa
untuk menghormati orang yang lebih tua; banyaknya tindak kekerasan dan
kriminalitas; dan kurangnya menghargai orang lain. Dengan begitu
pendidikan di Indonesia sangat dibutuhkan baik di pendidikan umum,
agama ataupun ekstakurikuler.
Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan
karakter SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. Pendidikan
merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan
pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi
manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan
berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun rohani (Maksudin,
2013: 45).
Penyelenggaraan pendidikan dalam sekolah dimaksudkan untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, keterampilan
dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi diri secara
5
optimal, sehingga lulusan memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam
pendidikan lanjutan, serta kehidupan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman. Perilaku peserta didik yang bermoral dipastikan
lahir dari budaya sekolah yang bermoral, budaya sekolah yang bermoral
tumbuh dari guru yang memiliki moral agar bisa menjadi teladan untuk
peserta didik. Dalam hal ini budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap
karakter siswanya. Sekolah yang merupakan salah satu tempat
pembentukan karakter yang tepat setelah rumah, sekolah diamanahi untuk
mendidik dan membina perilaku mereka dengan karakter baik dan mulia.
Salah satu lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai
tempat yang srategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik dalam segala ucapan, sikap dan perilakunya mencerminkan
karakter yang baik dan kuat (Hidayatullah, 2010: 3).
Masih banyaknya sekolah yang mengabaikan pendidikan karakter,
mereka hanya memfokuskan dalam pendidikan umum yang masih minim
tentang pendidikan karakter. Maka dari itu, sekolah perlu evaluasi kembali
tentang bagaimana pendidikan karakter itu tetap ada terutama dalam
pembinaannya pada pendidikan karakter religius. Hasil dari pembinaan
karakter religius sebagai landasan utama peserta didik dalam bertindak,
berperilaku dan bersosial. Pembinaan karakter dilakukan secara bertahap
dan melalui proses yang sudah ditentukan. Dengan begitu peserta didik
dapat berperilaku, bersikap, perkataan yang sesuai dan memahami ajaran
agama Islam.
6
Menurut Anggih Ratna Sari (2017:5) dalam skripsi Strategi
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pembentukan karakter Anak
Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)
Wantuwirawan Salatiga 2016/2017 pendidikan karakter sangat penting
ditanamkan kepada peserta didik dan tidak ada kata terlambat untuk
mendidik karakter seseorang peserta didik. Seorang guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) harus mampu memberikan pemahaman kepada peserta
didik. Keberhasilan pendidik dalam memahamkan siswa-siswinya tidak
terlepas dari pemilihan strategi yang dilakukan dalam membina karakter
peserta didik.
Salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan pembinaan
karakter religius peserta didik adalah SMK Diponegoro Salatiga. Banyak
keunggulan yang ada di SMK Diponegoro, terbukti dengan banyaknya
piala penghargaan dan kejuaraan yang diraih oleh siswa-siswinya serta
guru-gurunya. Sekolah ini banyak diminati oleh masyarakat sekitar, di
dalam daerahnya sendiri maupun di daerah-daerah lain. Peneliti memilih
di SMK Diponegoro karena ingin mengetahui cara pembinaan karakter
religius peserta didik. SMK Diponegoro adalah salah satu sekolah berbasis
agama Islam, dengan pembelajaran kejuruan yaitu praktik. Di SMK
Diponegoro memiliki peserta didik bermacam-macam, walaupun disana
sekolah berbasis agama Islam, akan tetapi peserta didik perempuan
khususnya ada yang tidak menggunakan hijab. SMK Diponegoro ini
minoritas peserta didiknya laki-laki karena lebih banyak peserta didik
7
perempuannya. Walaupun begitu, sekolah tidak melakukan diskriminasi
terhadap peserta didik dalam membina karakter.
Sekolah yang menjadi tempat belajar para peserta didik harus
dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi sekolah mampu
mengemban misinya dalam rangka mencapai tujuan kelembagaannya. Dari
pernyataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMK
Diponegoro Salatiga karena dirasa bahwa sekolah tersebut merupakan
salah satu sekolah yang memberikan pendidikan karakter dan judul yang
penulis teliti adalah “Strategi Pembinaan Karakter Religius Peserta
Didik Pada SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2019”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana strategi pembinaan karakter religius peserta didik pada
SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2019?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penggunaan
strategi pembinaan karakter religius peserta didik pada SMK
Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2019?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembinaan karakter religius
peserta didik pada SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran
2019.
2. Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam penggunaan strategi pembinaan karakter religius peserta
didik pada SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran 2019.
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
untuk mengembangkan pengetahuan dan keilmuan dalam membina
karakter siswa, sehingga dari hasil penelitian ini mendapatkan
informasi dan referensi khususnya dalam strategi pembinaan karakter
religius.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan siswa mampu menerapkan tentang
pentingnya penanaman karakter religius agar dapat berupaya
menjadi insan yang berkualitas.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan agar guru selalu membina
karakter religius yang diterapkan diseluruh mata pelajaran,
ekstrakurikuler maupun penciptaan budaya sekolah yang baik.
c. Bagi Pembaca
Dapat memberikan gambaran tentang bagaimana strategi
pembelajaran yang diajarkan dalam membina karakter di SMK
Diponegoro Salatiga serta dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
9
E. Penegasan Istilah
1. Strategi
Strategi berasal dari kata Yunani, strategia, yang berarti ilmu
perang atau panglima perang. Dengan kata lain strategi adalah suatu
seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara mengatur
posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. (Hardini dan
Dewi, 2015: 11)
Menurut Gagne yang dikutip Hardini dan Dewi strategi dalam
konteks pembelajaran adalah kemampuan internal seseorang untuk
berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Berkaitan
dengan belajar mengajar strategi dapat diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
(Hardini dan Dewi, 2012: 12).
Sehingga dapat disimpulkan pengertian strategi adalah suatu
kemampuan untuk berfikir dan memecahkan masalah dalam suatu
pembelajaran di sekolah guna mencapai tujuan.
2. Karakter
Karakter menurut Yaumi adalah penggambaran kualitas moral
seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang
mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan,
atau perilaku dan kebiasaan yang baik (Daryanto, 2013:9).
10
Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawab setiap akibat dari keputusan yang ia buat
(Anas dan Irwanto, 2017:44).
Dapat peneliti simpulkan karakter adalah cara berfikir dalam ciri
khas setiap individu dalam melakukan sesuatu dalam kehidupan baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Pembinaan
Pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berasal dari kata “bina” yaitu membangun, mendirikan atau
mengusahakan supaya lebih baik. Pembinaan yaitu pembaharuan atau
usaha, tindakan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Gouzali, 2000: 408).
Menurut Passaribu dan Simanjutak pembinaan adalah upaya
formal maupun non formal yang dilakukan secara sadar, berencana,
terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan
suatu dasar-dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras,
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan atau
keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk
selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan
11
mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya kearah
tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal
dan pribadi yang mandiri (Syaeful, 2017:52).
Dapat disimpulkan bahwa pembinaan yaitu suatu proses
mengubah, menambah atau meningkatkan suatu perilaku atau tindakan
untuk menjadi lebih baik yang terfokus dalam satu tujuan.
F. Sistematika Penulisan
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa
bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiri dari dua pokok
pembahasan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab.
Adapun perinciannya, sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok
pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut
antara lain : latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah,
manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penlitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang kajian teoritis yang dapat dijadikan
dasar untuk penyajian dan analisis yang ada relevansinya dengan
rumusan masalah, kajian pustaka menjelaskan mengenai kajian
peneliti terdahulu.
12
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan temuan.
BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum SMK Diponegoro
Salatiga seperti letak geografis, profil sekolah, visi dan misi
sekolah, struktur organisasi sekolah, data guru dan siswa, tata tertib
sekolah, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di
sekolah, faktor pendukung dalam membina siswa di SMK
Diponegoro Salatiga.
BAB V: PENUTUP
Bab terakhir ini akan menyajikan tentang kesimpulan
sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran
yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang
berkepentingan.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Strategi Pembinaan Karakter
a. Pengertian Strategi Pembinaan Karakter
Secara umum, srategi dapat diartikan sebagai upaya
seseorang atau organisasi secara prosedural dan sistematis dalam
proses belajar untuk mencapai tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, srategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran. Menurut Abdul srtategi adalah suatu pola
yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan
kegiatan atau tindakan (Abdul, 2014:3). Menurut Syaiful dan
Aswan strategi adalah suatu garis-garis besar untuk bertindak
dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Syaiful dan
Aswan, 1997:5).
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas
menjelaskan strategi merupakan usaha untuk memperoleh
kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan (Mulyono,
2011: 8). Strategi digunakan untuk mempermudah rencana secara
prosedural mengenai kegiatan untuk mencapai tujuan.
Pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) berasal dari kata bina yaitu membangun, mendirikan atau
14
mengusahakan supaya lebih baik. Pembinaan adalah usaha,
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan merupakan aktivitas
atau kegiatan secara sadar, terarah, terencana dan tanggung jawab
dalam peningkatan dan pengembangan dasar-dasar kepribadian,
pengetahuan serta kemampuan yang tersedia untuk mencapai
tujuan (Syaeful, 2017:52). Pengertian Pembinaan Menurut
Psikologi Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara
dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga
keadaan sebagaimana seharusnya. Pembinaan yaitu pembaharuan
atau usaha, tindakan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis
untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Gouzali, 2000: 408).
Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar,
terencana, teratur, dan terarah untuk meningkatkan sikap dan
keterampilan anak didik dengan tindakan-tindakan, pengarahan,
pengembangan, dan pengawasan.
Karakter tidak diwariskan, akan tetapi sesuatu yang
dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran
dan perbuatan, pikiran demi pikiran, dan tindakan demi tindakan.
Karakter yang kuat sebagai landasan fundamental yang
memberikan kemampuan kepada manusia dalam hidup
bermasyarakat. Karakter dapat dimaknai bahwa cara berpikir dan
berperilaku yang khas setiap individu untuk hidup dan berkerja
15
sama, baik dalam keluarga, sekolah, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Karakter yang baik yaitu perilaku yang sesuai dengan
agama, moral, dan nilai-nilai yang ada dalam lingkungan
masyarakat dan dapat mempertanggung jawabkan setiap akibat dari
keputusan yang diambilnya. Dapat terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan setiap individu (Muchlas dan
Hariyanto, 2014:41).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) karakter
merupakan sifat kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Maka dari itu karakter
adalah nilai yang baik yang tertanam dalam diri sendiri dan
terimplementasi dalam individu.
Menurut Thomas Lickona dalam Darmiyati (2013:16)
karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi
secara bermoral. Karakter yang mulia meliputi pengetahuan
tentang kebaikan, komitmen terhadap kebaikan, dan melakukan
kebaikan atau peneladanan atas karakter baik.
Menurut Suyanto yang dikutip dari Masnur Muslich, bahwa
karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
16
mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia
buat (Masnur, 2011:70).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi
pembinaan karakter adalah upaya yang dilakukan untuk mencapai
peningkatan dan pengembangan secara sadar, terarah, terencana
dan tanggung jawab secara optimal untuk melakukan suatu
kehidupan di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara melalui pembinaan serta pengembangan potensi yang
terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan yang akan
dilakukan untuk menjadi manusia seutuhnya. Strategi pembinaan
karakter ini dilakukan agar terciptanya peserta didik yang
memberikan suatu hal positif dalam melakukan sesuatu dan
memahami tentang perilaku yang dilakukan.
b. Konsep Pembinaan Karakter
Tujuan pendidikan setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu
pendidikan bertujuan mengembangkan aspek batin dan rohani dan
pendidikan yang bersifat jasmani atau lahiriyah. Pendidikan islam
merujuk pada kualitas kepribadian, karakter, akhlak dan watak.
Semua itu menjadi hal yang penting dalam pendidikan, kedua
pengembangan aspek jasmani yang mana lebih difokuskan dalam
ketangkasan, kesehatan, cakap dan kreatif. Pengembangan kedua
aspek tersebut dilakukan di institusi sekolah maupun di luar
sekolah seperti dalam keluarga dan masyarakat. Tujuan pendidikan
17
berusaha untuk membentuk pribadi yang berkualitas baik jasmani
dan rohani. Dengan demikian secara konsep pendidikan
mempunyai peran yang penting dalam membentuk anak didik
menjadi manusia yang berkualitas, tidak hanya dalam aspek
kemampuan, kognitif, afektif, tetapi juga dalam aspek spiritual. Hal
ini membuktikan bahwa pendidikan mempunyai andil yang sangat
besar dalam mengarahkan anak didik dalam mengembangkan diri
berdasar potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak
diharapkan menjadi pribadi yang sholeh, berkualitas secara
kemampuan, kognitif dan spiritual.
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang
semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat
Indonesia. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan
hasil pendidikan yang dapat dilihat dari perilaku saat ini, misal
korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba,
tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan
pengangguran lulusan menengah dan atas (Kesuma, 2012: 4).
Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan
pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan
emosional, dan pengembangan etik para peserta didik. Suatu upaya
proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah
untuk membantu peserta didik mengembangkan inti pokok dari
nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran,
18
kerajinan, keuletan dan ketabahan, tanggung jawab, menghargai
diri sendiri dan orang lain (Muchlas dan Hariyanto, 2014: 43).
Indonesia sudah mengupayakan terealisasinya nilai-nilai
karakter bangsa yang sesuai dalam Pancasila melalui kehidupan
sehari-hari. Pendidikan karakter memiliki tujuan dan misi yang
sangat penting untuk menompang pembangunan karakter bangsa
Indonesia pada umumnya dan keberhasilan pendidikan di sekolah
pada khususnya. Dalam rangka ini permerintah Indonesia telah
merumuskan kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa.
Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun
2010-2025 ditegaskan bahwa karakter merupakan hasil
keterpaduan empat bagian, yaitu olah hati, olah pikir, olah raga,
serta olah rasa dan karsa. Olah hati terkait dengan perasaan, sikap,
dan keyakinan atau keimanan yang menjadi pondasi dalam
membangun karakter seseorang. Olah pikir berkenaan dengan
proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara
kritis, kreatif, dan inovatif, sehingga mendukung terwujudnya
karakter secara cepat dan terarah. Olah raga terkait dengan proses
persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktifitas
baru disertai sportifitas yang memberikan motivasi dan kesempatan
untuk melatih seseorang dalam mewujudkan karakter secara
kondusif. Sementara itu, olah rasa dan karsa berhubungan dengan
19
kemauan dan kreatifitas yang tercermin dalam kepedulian dan
pencintaan (Marzuki, 2015: 43).
c. Tujuan Pembinaan Karakter
Tujuan dari pendidikan karakter diharapkan peserta didik
secara mandiri mampu meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya untuk mengkaji, menanamkan, serta memaknai
nilai-nilai karakter sehingga dapat terwujud dalam kegiatan yang
akan dilakukan (Amri, 2011:31). Pembentukan karakter dibentuk
di sekolah melalui berbagai kemampuan yang akan menjadikan
manusia sebagai makhluk yang berketuhanan dan mengemban
amanah sebagai pemimpin di dunia terdiri dari adanya kemampuan
untuk mengabdi kepada Tuhan, menjaga diri, kemampuan untuk
hidup secara harmoni dengan sesame (Kesuma, 2012:9).
Pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki tujuan sebagai
berikut:
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan
yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi
keribadian/kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian
dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
20
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab
pendidikan karakter secara bersama.
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk menjadi salah satu
jawaban terhadap beragam persoalan bangsa. Persoalan yang
muncul diidentifikasikan bersumber dari gagalnya pendidikan
dalam penginternalisasikan nilai-nilai moral terhadap peserta didik.
Penguatan pendidikan karakter sangat relevan untuk mengatasi
krisis karakter di bangsa ini. Dengan adanya pendidikan karakter
berharap agar peserta didik dapat melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan karakter yang ada di lingkungan keluarga,
masyarakat, sekolah, bangsa dan negara secara baik dan sesuai
dengan yang diharapkan oleh pendidik.
Sedangkan tujuan pendidikan karakter yang diharapkan
Kementerian Pendidikan Nasional adalah (Abdullah Nashih,
2007:25):
1) Mengembangkan potensi nurani peserta didik sebagai
manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa.
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik
yang terpuji serta sejalan dengan nilai-nilai universal
dan tradisi budaya bangsa religius.
21
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan
kebangsaan.
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
d. Macam-macam Pendekatan Pembinaan Karakter
Menurut Brooks dan Gooble dalam Rohinah untuk
menjalankan pendidikan karakter terdapat tiga elemen yang
penting untuk diperhatikan yaitu prinsip, proses, dan praktiknya
dalam pengajaran (Rohinah, 2012:114). Untuk melakukan itu perlu
diadakannya pendekatan optimal dalam mengajarkan karakter
secara efektif. Pendekatan ini sebaiknya dilaksanakan antara lain:
1) Sekolah harus dipandang sebagai suatu lingkungan yang
diibaratkan seperti pulau dengan bahasa dan budayanya
sendiri. Sekolah harus memperluas pendidikan karakter,
yaitu dilingkungan keluarga dan masyarakat sekitar tidak
hanya guru, staf dan peserta didik.
22
2) Dalam menjalankan kurikulum sebaiknya: a) pengajarannya
tentang nilai-nilai yang berhubungan dengan sistem sekolah
secara keseluruhan; b) diajarkan sebagai subyek yang
berdiri sendiri, namun diintregasikan dalam kurikulum
sekolah; c) seluruh staf menyadari dan mendukung tema
nilai yang diajarkan.
3) Penekanan ditempatkan untuk merangsang bagaimana
peserta didik menerjemahkan prinsip nilai ke dalam bentuk
perilaku pro-sosial.
Dengan adanya pendekatan ini, akan mempermudah proses
pembinaan terhadap peserta didik untuk menjadi seseorang yang
diinginkan oleh seorang pendidik atau pembina. Hal ini dikarenakan
untuk mengefisiensikan waktu dalam membina peserta didik.
2. Karakter Religius
a. Pengertian Karakter Religus
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark
atau menandai dengan focus mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku (Anas dan Irwanto, 2017:44).
Menurut Yanthi yang dikutip Anas dan Irwanto karakter adalah
watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan cara pandang, berfikir, bersikap, dan
bertindak (Anas dan Irwanto, 2017:44).
23
Religius berasal dari kata religion yang berarti taat pada
agama. Menurut Jalaludin, agama mempunyai arti percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang berupa amal ibadah, dan suatu
keadaan jiwa atau cara hidup yang mencerminkan kecintaan atau
kepercayaan terhadap Tuhan, kehendak, sikap dan perilakunya
sesuai dengan aturan Tuhan seperti tampak dalam kehidupan
kebiasaan (Jalaluddin, 2008:25). Dengan demikian, karakter
religius ialah berakhlak serta berperilaku sesuai dengan yang
diajarkan dalam pendidikan agama islam.
b. Landasan Pendidikan Karakter Religius
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu, dasar
memberikan arah dan tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai
landasan. Dasar pendidikan karakter sangat identik dengan ajaran
setiap agama dan budaya bangsa (Anas dan Irwanto, 2017:81).
Berikut sumber-sumber dasar pendidikan karakter menurut visi
Islam adalah sebagai berikut:
1) Al-Qur’an
Kitab Al-Qur’an merupakan kitab agama Islam
yang berisi ajaran secara universal, meliputi bidang akidah,
syariah, ibadah, akhlak, maupun muamalah.
2) Sunnah (Hadis) Rasulullah Saw
Nabi Muhammad Saw merupakan Rasul Allah yang
terakhir yang mengemban tugas untuk disampaikan kepada
24
umat-Nya. Jadi, segala yang berasal dari beliau Nabi
Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan maupun
ketetapannya sebagai rasul merupakan sunnah bagi ummat
Islam yang dijadikan sebagai landasan.
3) Teladan para sahabat dan tabiin
Para sahabat dan tabiin merupakan generasi awal
islam yang pernah mendapat pendidikan langsung dari
Rasulullah SAW terdiri dari sikap, perkataan dan tindakan.
Para sahabat dan tabiin sebagai kader awal dakwah dapat
dijadikan contoh dalam perkataan, perbuatan, dan sikapnya
selama tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan As-
Sunnah.
4) Ijtihad
Ijtihad merupakan totalitas penggunaan pikiran
dengan ilmu yang dimiliki untuk menetapkan hukuman
tertentu apabila tidak ditemukan dalam Al Qur’an, As-
Sunnah, atau suatu kasus atau peristiwa tidak ditemukan
pada masa Rasulullah SAW., para sahabat atau tabiin.
Orang yang ijtihad harus mempunyai otoritas dan
kualifikasi sebagai orang yang mampu secara komprehensif
dalam bidang keislaman dan bidang lain yang menjadi
pendukungnya. Pendidikan karakter dalam ajaran islam
25
merupakan perintah Allah SWT yang sudah dijelaskan
dalam salah satu firman-Nya dalam
نكم ة يدعىن إلى ٱلخير ويأمرون بٱلمعروف ولتكه م أم
ئك هم ٱلمفلحىن ٤٠١وينهىن عه ٱلمنكر وأول
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (surah
Al-Imron ayat: 104)
Setelah pendidikan karakter dalam nilai agama, kemudian
empat pilar yang merupakan nilai budaya bangsa yang harus
dijadikan sebagai landasan atau dasar ideal pendidikan karakter,
antara lain (Anas dan Irwanto, 2017:87):
a) Pancasila
b) Undang Undang Dasar 1945
c) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
d) Bhineka Tunggal Ika
Dengan adanya landasan dasar pendidikan karakter, akan
membuat seorang pendidik lebih menekankan tentang pendidikan
karakter menurut ajaran islam dan juga menurut budaya bangsa dan
negara. Pendidikan karakter yang berdasarkan dengan ajaran islam
dan budaya bangsa akan membuat seseorang untuk selalu
memperhatikan apa yang diperbuat, diucap dan disikapnya.
26
c. Tujuan Pendidikan Karakter Religius
Menurut An-Nahlawi yang dikutip Anas dan Irwanto,
(2017:105) pendidikan harus memiliki tujuan yang sama dengan
tujuan penciptaan manusia sebab bagaimanapun pendidikan Islam
adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam
kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.
Tujuan pendidikan harus selaras dengan tujuan yang
menjadi landasan dan dasar pendidikan. Karena tujuan pendidikan
harus bersifat universal dan selalu aktual pada segala masa dan
zaman. Konsep adanya pendidikan karakter pada dasarnya
berusaha mewujudkan peserta didik atau manusia yang berkarakter
sehingga dapat menjadi manusia sempurna
Menurut Al-Abrasyi yang dikutip Anas dan Irwanto
(2017:107) menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan islam
adalah membentuk moral yang tinggi serta akhlak yang mulia. Dan
menurut Jalaludin dalam buku Teologi Pendidikan membagi tujuan
pendidikan Islam dalam beberapa dimensi, di antaranya (Anas dan
Irwanto, 2017:107):
1) Dimensi hakikat penciptaan manusia, yaitu pendidikan
bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik
secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang
setia.
27
2) Dimensi tauhid, yaitu pendidikan bertujuan mengarahkan
manusia sebagai hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya.
3) Dimensi moral, yaitu pendidikan bertujuan upaya
pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik, kemudian
diinternalisasikan, serta diaplikasikan dalam sikap dan
perilaku melalui pembiasaan.
4) Dimensi perbedaan individu, yaitu pendidikan bertujuan
usaha membimbing dan mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal, menyesuaikan perkembangannya
dengan kadar kemampuan dari potensi yang dimilikinya
masing-masing.
5) Dimensi sosial, yaitu pendidika bertujuan untuk
memanusiakan peserta didik agar berperan dalam statusnya
sebagai An-Nas (makhluk sosial), Abdullah (hamba
pengabdi Allah), dan khalifah Allah.
6) Dimensi professional, yaitu pendidikan bertujuan untuk
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik
sesuai dengan bakat masing-masing. Dengan demikian,
diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang serasi
dengan bakat yang dimiliki, hingga keterampilan itu dapat
digunakannya untuk mencari nafkah sebagai penopang
hidupnya.
28
7) Dimensi ruang dan waktu, yaitu pendidikan bertujuan pada
dua tujuan utama, yakni upaya untuk memperoleh
keselamatan hidup di dunia dan kesejahteraan hidup di
akhirat.
d. Macam-macam Strategi Pendidikan Karakter Religius
Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak
mulia dalam diri setiap peserta didik ada tiga tahapan strategi yang
harus dilalui, diantaranya (Abdul dan Dian, 2013:112):
1) Moral Knowing/Learning to Know
Tahapan pertama ini bertujuan untuk diorientasikan
pada penguasaan pengetahuan tentang nila-nilai. Dengan
begitu diharapkan peserta didik mampu untuk: a)
membedakan nilai-nilai akhlak mulia dengan akhlak
tercela serta nilai-nilai universal; b) memahami secara
logis dan rasional (bukan secara dogamtis dan doktriner)
pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam
kehidupan; c) mengenal sosok Nabi Muhammad SAW.
Sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadits-hadits
dan sunahnya.
2) Moral loving/Moral feeling
Tahapan ini diajarkan untuk mencintai dengan
melayani orang lain dan mencintai dengan cinta tanpa
syarat. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta
29
dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam
tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi
emosional peserta didik, hati, atau jiwa, bukan lagi akal,
kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga peserta
didik mampu berkata kepada dirinya sendiri dengan
memberikan kisah-kisah yang menyentuh hati, modelling,
atau kontemplasi. Melalui tahapan ini diharapkan peserta
didik mampu menilai dirinya sendiri tentang kekurangan-
kekurangannya.
3) Moral Doing/Learning to Do
Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak,
peserta didik mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu
dalam perilakunya sehari-sehari. Peserta didik menjadi
semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin,
cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan
seterusnya. Selama perubahan akhlak belum terlihat
dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula
kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu
dicari jawabannya (Abdul dan Dian, 2013:113).
e. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Religius
Nilai-nilai pendidikan karakter antara lain (Abdul dan Dian,
2013:170):
30
1) Terbiasa khusnudzon, terbuka, hati-hati, gigih, berinisiatif, rela
berkorban dan tidak terbiasa suudzon terhadap Allah, tidak
tamak dan hasud, tidak ria, tidak aniaya serta terbiasa
berpakaian dan berhias yang sopan dan menghormati tamu.
2) Terbiasa bertobat, roja, optimis, dinamis, lugas, berfikir kritis,
demokratis, mengendalikan diri, tidak melanggar HAM, dan
menghormati hasil karya orang lain dan kaum lemah.
3) Terbiasa berperilaku ridha, produktif, obyektif, rasional dan
dapat berinteraksi serta bersosialisasi dalam kehidupan plural
berdasarkan etika Islam.
B. Kajian Pustaka
Adapun kajian pustaka yang sesuai dengan judul peneliti sebagai berikut:
1. Nur Hidayati 2017
Dalam skripsi Nur Hidayati yang berjudul Implementasi
Pendidikan Karakter Peserta didik Di SMP Islam Al Azhar 18 Kota
Salatiga Tahun 2017 adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa: a)
konsep pendidikan karakter yang dikembangkan SMP Islam Al Azhar
18 Kota Salatiga adalah berkonsep kepada nilai dan ajaran Islam,
unggah-ungguh dan budaya jawa, visi dan misi sekolah, serta tata
tertib sekolah; b) implementasi pendidikan karakter peserta didik di
SMP Islam Al Azhar 18 Kota Salatiga dilaksanakan oleh peserta didik
dan semua warga sekolah dengan cara mengimplementasikan
pendidikan karakter ke dalam kegiatan belajar mengajar dan
31
implementasi pendidikan karakter dalam pengembangan budaya
sekolah dan pusat kegiatan belajar serta implementasi pendidikan
karakter berbasis fikiran; c) faktor pendukung implementasi
pendidikan karakter di SMP Islam Al Azhar 18 Kota Salatiga terbagi
menjadi dua yaitu faktor intern (keadaan peserta didik sendiri) dan
faktor ekstern (visi dan misi sekolah, kekuatan dari guru dan dukungan
dari seluruh stakeholder, kegiatan yang sudah terprogam dan budaya
sekolah, prinsip kebersamaan antar sekolah, jumlah peserta didik yang
tidak terlalu banyak sehingga mudah mengontrol, sarana dan prasarana
serta fasilitas yang baik, dan lingkungan yang kondusif); d) perbedaan
pendidikan karakter faktor penghambatnya, perbedaan karakter pada
masing-masing peserta didik dan perbedaan kebudayaan antara di
sekolah dengan rumah, kurangnya waktu pengawasan ketika di luar
sekolah, lingkungan bergaul dan media sosial.
2. Durotun Nasikah 2017
Dalam skripsi Durotun Nasikah yang berjudul Implementasi
Pendidikan Karakter Peserta didik Dalam Perspektif Islam di SMP
Negeri 2 Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017
adapun hasilnya menunjukkan bahwa: a) konsep pendidikan karakter
yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru adalah berkonsep
pada nilai dan ajaran agama Islam, unggah-ungguh budaya jawa, visi
dan misi sekolah, serta tata tertib sekolah; b) implementasi pendidikan
karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Banyubiru dilaksanakan oleh
32
peserta didik dan seluruh warga sekolah dengan cara
mengimplementasikan pendidikan karakter dalam kegaitan belajar
mengajar dan implementasi pendidikan karakter dalam pengembangan
budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, serta implementasi
pendidikan karakter berbasis fikiran; c) faktor pendudukan dan
penghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2
Banyubiru terbagi menjadi dua yaitu faktor intern (keadaan peserta
didik sendiri) dan faktor ekstern (visi dan misi sekolah, kekuatan dari
guru dan dukungan dari seluruh stakeholder, kegiatan yang sudah
terprogam dan budaya sekolah, prinsip kebersamaan antar sekolah,
jumlah peserta didik yang tidak terlalu banyak sehingga mudah
mengontrol, sarana dan prasarana serta fasilitas yang baik, dan
lingkungan yang kondusif).
3. Anggih Ratna Sari 2017
Dalam skripsi Anggih Ratna Sari yang berjudul Strategi Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pembentukan Karakter Anak
Tunagrahita Di SMPLB Wantuwirawan Salatiga Tahun Ajaran
2016/2017 adapun hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu: a)
karakter peserta didik tunagrahita di SMPLB –C Wantuwirawan
Salatiga pada awalnya sulit untuk diarahkan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi karakter peserta didik yaitu usia, tingkat ke
tunagrahitaan, dan keluarga; b) strategi guru PAI dalam membentuk
karakter anak tunagrahita di SMPLB –C Wantuwirawan Salatiga
33
adalah dengan cara melakukan pendekatan personal kepada peserta
didik, memberikan motivsi positif, menjalin kerjasama dengan
keluarga peserta didik, dan mengoptimalkan strategi pembelajaran di
kelas; c) faktor pendukung dan penghambat dalam proses
pembentukan karakter adalah faktor pendukungnya yaitu guru yang
selalu memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik,
metode yang tepat dalam pembelajaran, sarana dan prasaran
pendukung, dan peran serta orang tua yang senantiasa memperhatikan
dan mendukung. Faktor penghambat yaitu kepedulian beberapa orang
tua peserta didik yang rendah, keterbatasan yang dimiliki masing-
masing peserta didik dan metode pembelajaran yang terbatas.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009:6).
Peneliti kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrument kunci
(Sugiyono, 2005:54). Menurut Hadani Nawawi dan Mimi Martini, seperti
yang dikutip oleh Moh Kasiram, penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam
keadaan kewajaran sebagaimana adanya dengan tidak mengubah dalam
bentuk simbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasanya
berarti rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia tertentu yang
belum diketahui dengan menggunakan metode yang sistematik, terarah
dan dapat dipertanggungjawabkan (Kasiram, 2010:175-176).
Penelitian kualitatif menekankan kepada pemahaman makna,
berkaitan erat dengan nilai-nilai tertentu, lebih menekankan pada proses
daripada pengukuran, mendeskripsikan, menafsirkan, dan memberikan
35
makna dan tidak cukup dengan penjelasan belaka, dan memanfaatkan
multimetode dalam penelitian (Sutama, 2012:61). Penelitian ini termasuk
dalam penelitian deskriptif kualitatif karena memiliki tujuan untuk
memberikan gambaran tentang suatu gejala tertentu (Sukandarrumidi,
2004:104).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan
metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Peneliti berupaya untuk
menggali data berupa pandangan responden dalam bentuk pengamatan di
lapangan terkait tentang pembinaan karakter religius siswa.
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut
mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen
pribadi, catatan, dan dokumen resmi lainnya.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak langsung sebagai
instrument, sekaligus menjadi pengumpulan data. Adapun instrument lain
yang digunakan oleh penulis adalah buku catatan serta alat dokumentasi.
Akan tetapi instrument ini hanya sebagai pendukung tugas penulis sebagai
instrument. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat
peneliti adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2017:305).
36
Selain itu kehadiran peneliti di lapangan itu mutlak. Sebab, dalam
hal ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melaksanakan
pengamatan yang berkaitan dengan Strategi Pembinaan Karakter Religius
Peserta Didik pada SMK Diponegoro Kota Salatiga.
C. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memfokuskan penelitiannya yang
berjudul “Strategi Pembinaan Karakter Religius Peserta Didik pada
SMK Diponegoro Kota Salatiga Tahun 2019”, yang terletak di Jalan
Kartini No. 02, Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian mulai dari tanggal 23 Juli 2019 sampai
dengan selesai penelitian.
D. Sumber Data
Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang
berhubungan dengan strategi pembinaan karakter religius peserta didik
pada SMK Diponegoro Salatiga. Menurut Lofland dan Lofland yang
dikutip Moleong sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain (Moleong, 2009:157). Data yang dikumpulkan oleh peneliti
meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumber
data pertama atau pengumpul data. Hal ini dikatakan data primer karena
37
diperoleh dan dikumpulkan dari sumber pertama. Data primer menyangkut
wawancara mendalam berkaitan dengan informan utama yaitu dari orang
yang terlibat dalam kegiatan pembinaan karakter reigius. Sedangkan data
primer yang menyangkut observasi secara langsung di lapangan yaitu
mengikuti fenomena apa yang dilakukan di lingkungan sekolah. Dan data
ini yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian di SMK
Diponegoro Salatiga.
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen, catatan, foto-foto atau lainnya. Dengan begitu peneliti
dapat mengumpulkan data dengan maksimal dalam penelitiannya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian kualitatif harus melalui tehnik
pengumpulan data dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
ini adalah mendapatan data. Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa tehnik pengumpulan data
yaitu dengan metode interview (wawancara), dan metode dokumentasi.
Berikut penjelasannya:
1. Metode Interview (Wawancara)
Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya
langsung, lisan maupun tertulis kepada narasumber. Menurut Lexy J.
38
Moleong (2009:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu yang berlangsung antara dua pihak yaitu pewawancara (yang
mengajukan pertanyaan) dan wawancara (yang memberikan jawaban
atas pertanyaan). Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan
wawancara dengan wawancara pribadi yaitu tanya jawab langsung
kepada perorangan atau observed. Pengumpulan data melalui
wawancara ini agar terarah pada sasaran, maka dipergunakan
wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan sudah disiapkan sebelumnya. Dengan demikian diharapkan
wawancara dapat berjalan dengan lancar serta data yang diperoleh
dapat representatif.
Menurut Esterbeg dikutip Sugiyono (2017:319) mengemukakan
tiga macam wawancara yaitu:
a. Wawancara terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai tehnik
pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informan apa yang akan diperoleh, oleh karena itu
dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabanpun telah disiapkan. Dengan wawancara ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama maka dengan ini
peneliti menggunakan beberapa pewancara.
b. Wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview)
39
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-
depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti
perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
disampaikan oleh informan.
c. Wawancara tak terstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
mengumpulkan datanya. Pedoman yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dengan demikian metode wawancara yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pembinaan karakter
religius peserta didik pada SMK Diponegoro Salatiga adalah
menggunakan metode wawancara terstruktur.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena dalam banyak hal dokumentasi digunakan untuk menguji, dan
menafsirkan berdasarkan catatan, buku-buku, surat kabar dan lainnya.
Menurut Lexy J. Moleong (2009:216) dokumentasi adalah setiap
40
bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena adanya
permintaan dari peneliti.
Metode ini digunakan untuk melengkapi dan mengumpulkan data
yang diperoleh peneliti. Metode ini berupa dokumen dan buku-buku
serta kumpulan dari beberapa pengamatan secara langsung di lokasi
penelitian. Tehnik ini hanya sebagai faktor pendukung dalam dalam
penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam,
dan dilakukan secara terus menerus sampai data cukup. Menurut Bogdan
dan Biklen dikutip Lexy J. Moleong analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Menurut Lexy J. Moleong (2009:248)
analisis data kualitatif adalah mengemukakan proses atau menjelaskan
tentang komponen-komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data.
Berikut penjelasan tentang langkah-langkah analisis data sebagai
berikut:
41
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses membuat rangkuman data dari
data penelitian yang tersedia dari berbagai sumber antara lain
wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen sehingga
dapat ditemukan hal-hal pokok penting dari fokus penelitian.
2. Penyajian Data
Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Data yang disajikan disederhanakan sehingga dapat dipahami
dengan jelas dan memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.
3. Penyimpulan Data
Penyimpulan data adalah proses penjelasan dari suatu
analisis yang sudah didapat dari catatan lapangan, hasil
wawancara, dokumentasi, serta dokumen berupa soft file dan
hard file yang akan disusun, dianalisis dan ditafsirkan. Hal ini
dilakukan untuk memberi pemahaman yang kuat dan jelas
sebelum sampai kesimpulan akhir penelitian.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Triangulasi. Triangulasi adalah
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu (Moleong, 2009:330). Menurut Lexy J. Moleong terdapat
pembagian triangulasi sebagai berikut (Moloeng, 2009:331):
42
1. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara membandingkan data dan mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi tehnik dilakukan dengan cara mengecek data
wawancara kepada sumber yang sama dengan hasil data dari
pengamatan.
H. Tahap-Tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada tiga tahap yaitu tahap pra-lapangan, tahap
pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2009:127-150).
Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tahap pra-lapangan
Pada tahap pra-lapangan terdapat enam tahapan yang harus
dilakukan oleh peneliti meliputi penyusunan rancangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajaki lapangan, menilai lapangan, dan
menyiapkan perlengkapan penelitian dan ditambah dengan etika
penelitian lapangan.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahapan ini meliputi pengumpulan bahan-bahan dengan cara
mengkaji data kembali yang berkaitan dengan strategi pembinaan
karakter religius pada peserta didik pada SMK Diponegoro Salatiga
43
3. Tahap analisis data
Tahap analisis data, peneliti menganalisis data yang diperoleh
dari dokumen, wawancara dan observasi mendalam tentang strategi
pembinaan karakter religius peserta didik pada SMK Diponegoro
Salatiga. Kemudian melakukan penafsiran data sesuai dengan
konteks permasalahan yang diteliti, selanjutnya melakukan
pengecekan keabsahan data yang didapat benar-benar valid.
44
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMK Diponegoro Salatiga
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Diponegoro
SMK Diponegoro merupakan salah satu sekolah menengah
kejuruan swasta di Salatiga dengan status diakui. SMK Diponegoro
Salatiga didirikan tahun 1997 di bawah pimpinan Bapak Drs. Joko
Anis Suwantoro, M.Pd.I sebagai kepala sekolah. SMK Diponegoro
memiliki luas tanah sekitar ±500 m² dibawah naungan Yayasan
Imaratul Masajid wal Madaris (YAIMAM) yang berlokasi di jalan
Kartini No. 2 Salatiga berdampingan dengan MTs NU Salatiga.
Dahulu SMK Diponegoro sebelum menjadi sekolah menengah
kejuruan adalah Madrasah Aliyah NU yang kemudian pengurus
YAIMAM mengganti nama Madrasah Aliyah NU menjadi SMEA
Diponegoro dengan surat keputusan No: 010/ YAIMAM/ II/ 1997.
Kemudian nama SMEA berubah kembali menjadi Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Diponegoro Salatiga sampai saat ini.
2. Sejarah Yayasan YAIMAM
Yayasan ini berdiri sekitar tahun 1964-1965 yang berada di jalan
Kartini. Tanah ini dimiliki oleh orang-orang NU pembeliannya melalui
gotong royong. Setelah beberapa tahun, ada peraturan negara bahwa
sebuah organisasi itu tidak boleh memiliki asset sehingga untuk
penyelamatan di jalan Kartini ini dibentuklah yayasan yang bernama
45
yayasan YAIMMAM (Yayasan Imarotul Madaris wa Masajid). Dan
fungsi yayasan ini sebagai penyelamat tanah wakaf milik orang-orang
NU. Kegiatan ke-NUan berada di yayasan ini mulai dari rapat PC NU,
PC Banser, PC Ansor, PC Fatayat dll berada di yayasan ini.Setelah
beberapa tahun dengan hadirnya dewan masjid, maka yayasan ini
berubah dan terfokus pada pendidikan saja kemudian nama yayasan
berubah menjadi YAIMAM (Yayasan Imarotul Madaris) sampai saat
ini.
3. Profil Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Diponegoro Salatiga
merupakan bagian terpadu dari Sistem Pendidikan Kejuruan di bawah
naungan Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal ini Dinas
Pendidikan Propinsi Jawa Tengah dan Kota Salatiga, serta mengemban
misi untuk meningkatkan pendidikan kejuruan di Wilayah Eks
Karesidinen Semarang dan sekitarnya. Dalam mempersiapkan tugas
tersebut, SMK Diponegoro Salatiga telah mengembangkan sumber
daya manusia, terutama mengikuti kompetensi pengembangan tenaga
kependidikan baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini sebagai
konsekuensi dari investasi besar dalam sumber daya, khususnya
sumber daya manusia, terutama untuk mempersiapkan diri menuju
Sekolah Berstandar Internasional. SMK Diponegoro Salatiga telah
melaksanakan kegiatan inti pada bidang jasa pendidikan dan pelatihan
di tiga kompetensi keahlian. Masing-masing kompetensi keahlian
46
memiliki kompetensi unggulan yang diminati oleh masyarakat dan
lulusannya telah terserap di dunia usaha maupun dunia industri.
Sesuai dengan potensi dan eksistensi SMK Diponegoro Salatiga
melaksanakan pendidikan dan pelatihan pada tiga kompetensi keahlian antara
lain akuntansi, perbankan syariah dan pemasaran yang dalam melaksanakan
kegiatan didukung oleh beberapa urusan antara lain: ketatausahaan, urusan
pengembangan kurikulum, urusan hubungan masyarakat, urusan kepeserta
didikan, urusan sarana dan prasarana. Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Diponegoro Salatiga merupakan sekolah yang terletak di Jl.
Kartini No. 2 Kec. Sidorejo Salatiga.
a. Identitas Sekolah
1) Nama : SMK Diponegoro Salatiga
2) NPSN : 20328450
3) NSS : 321036202008
4) Alamat : Jl. Kartini No. 2 Salatiga
5) No. Telpon : (0298) 314644 / (0298) 324255
6) Kode Pos : 50714
7) Email :[email protected]
8) Tahun berdiri : 04 Juni 1997
9) Status Sekolah : Swasta
10) Status Kepemilikan : Yayasan
11) Nama Kepala Sekolah : Drs. Joko Anis Suwanto, M.Pd.I
12) Luas Tanah : 4.697 m²
13) Luas Bangunan : 1.350 m²
47
b. Jumlah Guru dan Pegawai
1) Kepala Sekolah : 1
2) Guru : 30
3) Karyawan : 8
c. Jumlah Peserta didik SMK Diponegoro Tahun Pelajaran 2019 ±
490 peserta didik.
4. Visi Misi dan Tujuan Lembaga
a. Visi
Terwujudnya SMK yang berkualitas dalam bidang bisnis dan
manajemen, yang berbasis enterpreneurship serta berakhlakul
karimah. (dokumen SMK Diponegoro Salatiga)
b. Misi
1) Mengembangkan iklim belajar yang berakar pada budaya
bangsa guna menghadapi era global, dengan
mengedepankan nilai Jujur, Disiplin, Peduli, Cerdas, dan
Tangguh
2) Meningkatkan kompetensi profesionalisme sumber daya
pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan
kinerja serta menumbuhkan nilai-nilai enterpreneurship dan
berwawasan global disertai nilai kejujuran dan akhlak
mulia
3) Menciptakan lingkungan yang kondusif agar peserta didik
memiliki kompetensi keahlian
48
berbasis enterpreneurship dan berwawasan global disertai
nilai kejujuran dan akhlak mulia
4) Menerapkan kompetensi pembelajaran berwawasan global
yang tanggap terhadap perkembangan dunia bisnis,
teknologi informasi, disertai penguatan enterpreneurship.
5) Menanamkan sikap peserta didik yang berwawasan mutu,
keunggulan, profesionalisme berlandaskan penanaman nilai
nilai keimanan, kejujuran, dan akhlak mulia. (dokumen
SMK Diponegoro Salatiga)
c. Tujuan Lembaga
1) Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya.
2) Tujuan SMK Diponegoro Salatiga
a) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia
produktif memiliki jiwa entrepreneuship , mampu
bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada
di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai
dengan kompetensi dalam kompetensi keahlian
pilihannya
49
b) Membekali peserta didik agar mampu memilih karir,
ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di
lingkungan kerja dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
c) Membekali peserta didik dengan ilmu agama,
pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki jiwa
entrepreneuship agar mampu mengembangkan diri di
kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (dokumen SMK
Diponegoro Salatiga)
5. Struktur Organisasi Sekolah
a. Kepala Sekolah : Drs. Joko Anis Suwanto, M.Pd.I
b. Koordinator TU : Maya Sekarsari
c. Wk. Kurikulum : Suryo Suwanditho, S.Pd
d. Wk. Kesiswaan : Dwi Adi Prasetyo, S.Pd
e. Wk. Sarana Prasarana : Fajar Umar Haryono, S.Pd
f. Wk. Humas dan Industri : Budi Santoso, S.Pd
g. Perpustakaan : Wulan Suryani
h. BKK : Sutari, S.Pd
i. Ka. Komli AKL : Rif’ati Setyarini, S.Si
j. Ka. Komli PbS : Dwi Antari UD, S.Pd
k. Ka. Komli Pm : Drs. Amrih Susilawati
50
6. Struktur Organisasi Yayasan
a. Nadzir : KH. Ahmad Daroji
b. Pembina :
1) Ketua : KH. Mahfud Ridwan
2) Anggota :KH. M. Zarkasyi Rosyid
3) Anggota : Drs. KH. Ahmad Azroi
4) Anggota : K. Shodiq Mahfudz
c. Pengurus :
1) Ketua : KH. Sonwasi Ridwan
2) Wakil Ketua 1 : Drs. KH. Zaenuri M. Dalail
3) Wakil Ketua 2 : Drs. H. Cholil Asad
4) Sekretaris :H. Muhammad Zaenal Arifin
5) Wakil Sekretaris : Drs. KH. Abdul Basith
6) Bendahara : Muh Haris S.H.
7) Wakil Bendahara : Suwanto S.Pd
d. Pengawas :
1) Ketua : H. Slamet Gufron
2) Sekretaris : Muhammad Sauqi Prayogo
3) Anggota : Drs. Anshori
51
7. Data Guru
Tabel 4.1
Data Guru SMK Diponegoro Salatiga
KO
DE
NAMA MATA PELAJARAN
STATUS
KEPEGAWAIAN
1 Drs. Joko Anis Suwantoro,
M.PdI
Pendidikan
Kewarganegaraan
GTY/PTY
2 Widy Maryono, S.Pd Produk Kreatif dan
Kewirausahaan
PNS
Diperbantukan
3 Suwanto, S.Pd Komputer Akuntansi GTY/PTY
4 Dra. Amrih Susilaswati Ekonomi Bisnis GTY/PTY
Penataan Produk
5 Siti Faizah, S.Pd Akuntansi Keuangan GTY/PTY
Perbankan Dasar
6 Henny Kristiana, S.Pd Etika Profesi GTY/PTY
Akuntansi Dasar
Pengelolaan Kas
7 Sutari, S.Pd Marketing GTY/PTY
Pengelolaan Bisnis Ritel
Perencanaan Bisnis
8 Suryo Suwanditho, S.Pd Produk Kreatif dan
Kewirausahaan
PNS
Diperbantukan
Administrasi Umum
9 Dwi Susanti Nugraningtyas,
SE Administrasi Pajak
GTY/PTY
Komputer Akuntansi
10 Dwi Antari Utami Dewi, S.Pd Bahasa Indonesia GTY/PTY
11 Rohzi, SE
Praktikum Akuntansi
Lembaga/Instansi
Pemerintah
GTY/PTY
Akuntansi Perbankan
Syari'ah
12 Fajar Umar Haryono, S.PdI Bahasa Inggris GTY/PTY
13 Murnita Rahmawati, S.Pd Komunikasi Bisnis GTY/PTY
Bisnis Online
Bahasa Jawa
14 Dwi Adi Prasetya, .S.Pd Sejarah Indonesia GTY/PTY
Penjas Orkes
52
15 Wahyu Hidayati, S.Pd Pendidikan Pancasila &
Kewarganegaraan
GTY/PTY
16 Jarwadi, S.Pd Matematika GTY/PTY
Bahasa Jawa
17 Budi Santoso, S.PdI Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti
GTY/PTY
Bahasa Jawa
18 Lilis Suryani, S.Pd Administrasi Transaksi GTY/PTY
Administrasi Umum
19 Andi Yani, A.Md Bahasa Inggris GTY/PTY
20 Rif'ati Setyarini, S.Si IPA GTY/PTY
Produk Kreatif dan
Kewirausahaan
Administrasi Umum
21 Santi Rahayu, S.Pd Bahasa Indonesia GTY/PTY
Bahasa Jawa
22 Muhammad Hermawan AW,
S.Pd Penjas Orkes
Guru Honor
Sekolah
Seni Budaya
23 Bayu Setyo Nugroho, S.Pd Matematika Guru Honor
Sekolah
24 Muhammad Fadlil, S.PdI Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti
Guru Honor
Sekolah
Ke-NU-an
25 Ira Marta Putri, S.Pd Bimbingan Konseling Guru Honor
Sekolah
26 Opie Kurniasari, S.Pd
Praktikum Akuntansi
Perusahaan Jasa, Dagang
dan Manufaktur
Guru Honor
Sekolah
Simulasi & Komunikasi
Digital
27 Muhammad Wahid Sholihul
Huda Ekonomi Islam
Guru Honor
Sekolah
Layanan Lembaga
Keuangan Syari'ah
28 Hery Setiawan, S.Kom Aplikasi Pengolah
Angka/Spreadsheet
Guru Honor
Sekolah
Simulasi & Komunikasi
Digital
29 Ainun Najib, S.Pd Bimbingan Konseling Guru Honor
Sekolah
30 Maya Delyana, S.pd Bimbingan Konseling Guru Honor
Sekolah
53
8. Sarana dan Prasarana
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Diponegoro Salatiga secara
geografis terletak di Kelurahan Sidorejolor Kecamatan Sidorejo,
berada di pusat kota Salatiga. Selain itu juga didukung oleh tatanan
organisasi dan sistem manajemen yang siap menghadapi persaingan
global. Selain itu didukung letak yang strategis yang mudah dijangkau
oleh sarana transportasi dari segala penjuru.
a. Ruangan Belajar
Sejumlah 18 kelas teori, 1 lab. pemasaran, 2 lab. komputer,
1 lab. bahasa, 1 lab. multimedia dan 3 Bussiness Centre (BC)
MART yang tersebar di Jetis, Grogol dan Pabelan , menjadikan
tanda tentang kesiapan sarana dan prasarana yang kami miliki.
b. Pusat Informasi (Perpustakaan)
Perpustakaan kami memiliki stok buku sebanyak lebih dari
1000 eksemplar ditulis dalam bahasa Indonesia, Inggris, belum
termasuk majalah dan penerbitan lainnya. Juga termasuk data
elektronik melalui e-mail dan akses internet yang dapat digunakan
setiap saat. Selain itu juga dikembangkan sistem pustaka maya
dengan penyediaan akses internet di dalam lingkungan
perpustakaan sehingga memudahkan setiap pengguna untuk
mengakses materi atau informasi yang dibutuhkan dengan media
internet. Untuk mendukung sistem tersebut juga sudah diterapkan
sistem data base perpustakaan dengan bar code untuk peminjaman,
54
pengembalian buku dan sirkulasi buku serta pengguna di
perpustakaan.
9. Kegiatan Ekstrakulikuler
Kegiatan Ekstrakulikuler yang ada pada SMK Diponegoro Salatiga
yaitu:
1. Karate dan Pencak Silat
2. Rohis
3. PMR
4. Musik
5. Seni Tari
B. Paparan Data Penelitian
1. Strategi Pembinaan Karakter Reigius pada SMK Diponegoro
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terkait dengan strategi
pembinaan karakter religius yang didapatkan melalui wawancara
dengan berbagai sumber, diantaranya kepala Sekolah, waka kurikulum,
dan beberapa guru pendidikan agama Islam di SMK Diponegoro
Salatiga.
JA selaku kepala sekolah di SMK Diponegoro Salatiga,
mengungkapkan tentang strategi pembinaan karakter religius di SMK
Diponegoro:
“Pembelajaran disini hampir sama dengan sekolah lain, yang
membedakan pada sistem sekolah, karena di SMK Diponegoro ini
sekolah swasta. Pembelajaran dalam pembinaan karakter religius ini
dimasukkan dalam KBM ( Kegiatan Belajar Mengajar ) yang
disesuaikan dengan mata pelajaran dengan karakter religius, karena di
SMK Diponegoro sangat mengutamakan tentang karakter religius
55
dalam kegiatan KBM maupun sehari-hari. Pada prinsip tahun 2019 ini
kurikulum di SMK Diponegoro menggunakan kurikulum k-13, yang
mana kurikulum ini direvisi sendiri atau dirombak untuk pelaksaan di
lapangan , karena kalau tidak dirombak sekolah swasta akan kalah
dengan sekolah negeri.” ( wawancara 2 Agustus 2019, pukul 12.45-
13.15)
Menurut S selaku Waka kurikulum menyampaikan bahwa :
“Di SMK Diponegoro ini menggunakan kurikulum K-13, akan
tetapi untuk di tahun ini menggunakan kurikukulum k-13 dengan
merevisi sendiri atau merombak dalam pelaksanaan lapangannya
karena kalau tidak dirombak hal ini sekolah swasta akan kalah dengan
sekolah negeri.” (wawancara 2 Agustus 2019, pukul 13.30-14.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber tentang
beberapa strategi yang dilakukan oleh guru di SMK Diponegoro:
JA selaku kepala sekolah menyampaikan bahwa:
“Strategi yang digunakan kalau di SMK Diponegoro yaitu sesuai
dengan KBM dan juga pada saat kegiatan ekstakulikuler. Karena
karakter religius ini sangat penting bagi anak-anak dalam melakukan
sesuatu.” (wawancara 2 Agustus 2019, pukul 12.45-13.15)
S selaku waka kurikulum menyampaikan tentang strategi
pembinaan karakter religius bahwa:
“Strategi pembinaan karakter religius yang dilakukan di SMK
Diponegoro sesuai dengan indikator KBM yang ada dan dilakukan
juga saat kegiatan ekstrakulikuler. Yang ditekankan untuk saat ini di
SMK Diponegoro yaitu tentang mengaji karena banyak sekali anak-
anak yang masih belum bisa mengaji.” (wawancara 2 Agustus 2019,
pukul 13.30-14.00)
F selaku guru pendidikan agama islam juga mengatakan tentang
strategi pembinaan karakter religius bahwa:
“Strategi pembinaan karakter religius yang saya lakukan dengan cara
membiasakan melakukan ibadah secara rutin dan berjamaah,
memprogamkan kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah, dan
membuat kartu kontrol. Pada saat kegiatan ekstrakulikuler
menekankan sikap religius dalam setiap kegiatan, ikut aktif dalam
56
kegiatan-kegiatan keagamaan dan melakukan kajian serta diskusi
bersama.” (wawancara 2 Agustus 2019, pukul 14.15-14.45)
B juga selaku guru pendidikan agama islam juga menyampaikan
tentang strategi pembinaan karakter religius bahwa:
“strategi yang digunakan yang utama dengan uswatun khasanah,
kemudian dengan memberikan contoh peserta didik nanti kita
mengajak peserta didik itu sudah lebih enak karena kita sendiri sebagai
guru sudah melakukan. Selain itu dengan mengkontrol mereka dengan
kegiatan-kegiatan religius dalam kegiatan sekolah ataupun di luar
sekolah.” (wawancara 2 Agustus 2019, pukul 09.30-10.00)
2. Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Pembinaan Karakter
Religius pada SMK Diponegoro
Dalam proses pembinaan ini sudah pasti setiap guru memiliki
strategi tersendiri dalam menangani peserta didiknya, dan ketika
mengamalkan atau menggunakan setiap strategi pasti ada hal-hal yang
mendukung ataupun menghambat jalannya pembinaan karakter
religius, seperti yang disamapikan oleh beberapa narasumber:
JA selaku kepala sekolah menyampaikan bahwa:
“Untuk faktor pendukung di SMK Diponegoro Alhamdulillah sudah
dipersiapkan dan sudah mendukung dari segi sarana dan prasarana dan
juga dari bapak ibu guru. Untuk faktor penghambatnya untuk sekarang
ini yaitu dari orang tua karena mereka berfikir yang penting anak saya
sekolah seperti itu. Mereka lupa akan karakter anak mereka juga harus
dilakukan di lingkungan keluarga. Banyak orang tua masih jarang
sekali sekolah, malah waktu penerimaan raport saja orang tua ke
sekolah ” (wawancara 2 Agustus 2019, pukul 12.45-13.15)
S selaku waka kurikulum mengatakan tentang faktor penghambat
dan pendukung dalam membina karakter bahwa:
“Untuk faktor pendukung dalam membina karakter religius sudah
sangat mendukung dan sudah dipersiapkan, akan tetapi untuk faktor
penghambat tetap saja karena yang terjadi faktor penghambatnya
57
adalah dengan orang tua dari peserta didik itu sendiri. Terkadang
kesadaran orang tua dalam membina karakter religius itu sendiri sangat
kurang bahkan tidak ada perhatian sama sekali karena banyak orang
tua lepas begitu saja setelah anak berada di sekolah. Dan ini menjadi
tantangan terberat kami dalam membina karakter religius, dengan
begitu kami bekerja sama dengan pondok pesantren di sekitar Salatiga
untuk membina karakter religius peserta didik siswi kami yang berada
di pesantren tersebut.” (wawancara 2 Agustus 2019, pukul 13.30-
14.00)
F selaku guru pendidikan agama islam menyampaikan tentang
faktor penghambat dan pendukung pembinaan karakter religius bahwa:
“Untuk faktor pendukungnya sendiri dari sarana dan prasarana
yang sudah cukup lengkap, pihak sekolah mendukung penuh dalam
membina karakter religius. Untuk faktor penghambatnya yaitu watak
peserta didik yang berbeda sehingga butuh strategi yang sesuai dengan
peserta didik, dan lingkungan tempat tinggal peserta didik di rumah
karena jauh terkontrol dari guru dan peran orang tua pun masih kurang
dalam memperhatikan karakter religius.” (wawancara 2 Agustus 2019,
pukul 14.15-14.45)
B selaku guru pendidikan agama islam juga menyampaikan tentang
faktor penghambat dan pendukung bahwa:
“Untuk sarana dan prasarana sudah sangat mendukung sekali, akan
tetapi peran orang tua yang harus lebih diperhatikan dalam membentuk
karakter religius terhadap peserta didik. Pembinaan karakter religius
ini tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah saja, tetapi juga harus
dilakukan di lingkungan masyarakat sekitar dan keluarga itu sendiri,
karena peran orang tua dalam membina karakter religius peserta didik
itu sangat penting.” (wawancara 2 Agustus 2019, pukul 09.30-10.00)
C. Analisis Data
1. Strategi Pembinaan Karakter Reigius pada SMK Diponegoro
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan strategi
pembinaan karakter religius peserta didik pada SMK Diponegoro
Salatiga sudah berjalan dengan baik, jika dilihat dari kerja sama pihak
sekolah yang bertanggungjawab yang dimiliki oleh kepala sekolah,
58
guru, waka kurikulum dan orang-orang yang terlibat dalam
meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan secara baik, jelas
dan terarah.
Dalam pelaksanaan proses pembinaan sudah pasti memiliki tujuan
yang ingin dicapai dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
diperlukan suatu strategi dengan menyesuaikan materi yang ingin
disampaikan dan juga dikolaborasikan dengan kegiatan ekstrakulikuler
yang ada di sekolah.
SMK Diponegoro adalah salah satu sekolah swasta yang berbasis
agama yang mana sekolah ini di bawah yayasan YAIMAM yang mana
yayasan ini melingkupi dari kegiatan belajar di SMK Diponegoro dan
juga MTs NU Salatiga. Lokasi yang berada dalam satu lingkup ini
mempermudah dalam pengawasan pihak yayasan dalam kualitas
pendidikan yang ada. Dalam kegiatan pembinaan karakter religius ini,
SMK Diponegoro menggunakan kurikulum k-13 yang mana
kurikulum ini direvisi atau dirombak oleh pihak sekolah untuk
bersaing dalam pendidikan yang ada. Hal ini dilakukan karena untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sekolah swasta dalam bersaing
dengan sekolah negeri. SMK Diponegoro melaksanakan pembinaan
karakter religius bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar dan juga
pada saat kegiatan ekstrakulikuler yang ada pada sekolah.
Setiap guru memiliki strategi masing-masing dalam pelaksanaan
proses pembinaan karakter religius pada saat kegiatan di kelas ataupun
59
di luar kelas. Strategi yang digunakan guru SMK Diponegoro dalam
membina karakter religius peserta didik pada umumnya menggunakan
strategi Moral Knowing, Moral Loving, Moral Doing. Strategi ini
dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai karakter religius peserta didik
dan dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia
dalam diri setiap peserta didik ada tiga tahapan strategi yang harus
dilalui, diantaranya (Abdul dan Dian, 2013:112):
4) Moral Knowing/Learning to Know
Tahapan pertama ini bertujuan untuk diorientasikan
pada penguasaan pengetahuan tentang nila-nilai. Dengan
begitu diharapkan peserta didik mampu untuk: a)
membedakan nilai-nilai akhlak mulia dengan akhlak
tercela serta nilai-nilai universal; b) memahami secara
logis dan rasional (bukan secara dogamtis dan doktriner)
pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam
kehidupan; c) mengenal sosok Nabi Muhammad SAW.
Sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadits-hadits
dan sunahnya.
Yang dilakukan guru SMK Dipoengoro yaitu
dengan mengenalkan, dan memberikan contoh tentang
karakter religius dalam KBM serta kegiatan
ekstrakulikuler yang ada di sekolah. Hal ini dilakukan
60
oleh guru dengan harapan peserta didik dapat memahami
tentang karakter religius.
5) Moral loving/Moral feeling
Tahapan ini diajarkan untuk mencintai dengan
melayani orang lain dan mencintai dengan cinta tanpa
syarat. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta
dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam
tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi
emosional peserta didik, hati, atau jiwa, bukan lagi akal,
kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga peserta
didik mampu berkata kepada dirinya sendiri dengan
memberikan kisah-kisah yang menyentuh hati, modelling,
atau kontemplasi. Melalui tahapan ini diharapkan peserta
didik mampu menilai dirinya sendiri tentang kekurangan-
kekurangannya.
Strategi ini dilakukan oleh guru SMK Dipoengoro
yaitu dengan guru memberikan contoh karakter religius
dalam kegiatan sekolah. Dengan stratgi ini, peserta didik
tidak hanya menerima pemahaman tentang karakter
religius saja, tetapi juga dapat mengimplementasikan
dalam kehidupannya dengan rasa yang ikhlas dan cinta.
61
6) Moral Doing/Learning to Do
Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak,
peserta didik mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu
dalam perilakunya sehari-sehari. Peserta didik menjadi
semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin,
cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan
seterusnya. Selama perubahan akhlak belum terlihat
dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula
kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu
dicari jawabannya (Abdul dan Dian, 2013:113).
Dengan strategi ini peserta didik dapat
mengimplementasikan karakter religius dalam kehidupan
sehari-hari serta memberikan contoh terhadap orang-
orang di sekitar untuk melakukan karakter religius.
2. Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Pembinaan Karakter
pada SMK Diponegoro
Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan faktor penghambat dan
pendukung strategi pembinaan karakter religius peserta didik pada
SMK Diponegoro Salatiga. Faktor pendukung dalam strategi
pembinaan karakter religius peserta didik di SMK Diponegoro adalah
sarana dan prasarana yang sangat memadai dan mendukung dalam
proses pembinaan karakter religius. Di dalam pembinaan karakter
religius terdapat semangat serta dorongan para guru pada kegiatan di
62
kelas ataupun di luar kelas yang sangat mendukung.. Dalam proses
pembinaan karakter religius, guru memiliki tujuan yaitu peserta didik
dapat mengimplementasikan karakter religius pada kehidupan sehari-
hari. Dengan adanya faktor pendukung tersebut, kegiatan pembinaan
karakter religius dapat berjalan
Adanya faktor penghambat yang menyebabkan terkendalanya
proses pembinaan karakter religius peserta didik yaitu terdapat pada
sifat peserta didik yang berbeda, dengan sifat yang berbeda akan
membutuhkan cara dan waktu yang banyak untuk melaksanakan
pembinaan karakter religius. Dengan adanya pebedaan sifat pada
peserta didik bukan tidak mungkin dapat mempersulit proses
berlangsungnya pembinaan karakter religius. Faktor yang kedua yaitu
terdapat pada kurangnya peran orang tua terhadap anaknya tentang
pentingnya karakter religius. Masih banyak orang tua yang lepas
perannya saat anak berada di lingkungan sekolah. Kondisi seperti ini
yang dapat menyulitkan guru dalam melakukan proses pembinaan
karakter religius peserta didik. Hal ini juga dapat menjadi tantangan
guru dalam proses pembinaan karakter religius karena SMK
Diponegoro termasuk salah satu sekolah yang berbasis agama.
63
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Strategi pembinaan karakter religius peserta didik pada SMK
Diponegoro Salatiga sudah baik, karena dari sarana dan prasarana
untuk pembinaan sudah sangat mendukung, dan peran guru serta
dorongan guru dalam membina sudah sangat mendukung.. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikannya, SMK Diponegoro Salatiga
menggunakan kurikukulum k-13 yang sudah dirombak atau
direvisi sendiri, Hal ini dilakukan untuk persaingan pendidikan
dengan sekolah negeri yang ada di lingkungan kota Salatiga.
Strategi yang digunakan di SMK Diponegoro ini yaitu strategi
Moral Knowing, Moral Loving, Moral Doing yang disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan saat KBM maupun
ekstrakulikuler sekolah. Pada kegiatan ekstrakulikuler, pihak
sekolah tetap menanamkan nilai-nilai karakter religius yang
disesuaikan dengan kegiatan tersebut. SMK Diponegoro ini adalah
termasuk sekolah swasta yang dibawahi oleh yayasan yang
dinamakan yayasan YAIMAM.
2. Faktor pendukung dan penghambat pembinaan karakter yang
disampaikan guru pada umumnya sama, yaitu faktor
64
pendukungnya sarana dan prasarana sudah sangat mendukung,
peran guru dan dorongan guru yang sangat mendukung dalam
pembinaan karakter religius. Dengan begitu sangat mempermudah
sekali dalam membina karakter religius peserta didi pada SMK
Diponegoro Salatiga. Untuk faktor penghambatnya adalah peran
orang tua dalam membina karakter religius peserta didik masih
kurang, karena orang tua berfikir bahwa bila peserta didik sudah
berada di sekolah mereka menganggap itu sudah hak guru dan
orang tuapun lepas dari tanggungjawabnya dalam membina
karakter religius. Tidak hanya itu, dengan adanya perbedaan
berfikir siswa yang terkadang sulit untuk diarahkan. Dan salah satu
tantangan terberatnya bagi guru SMK Diponegoro yaitu sekolah ini
salah satu sekolah berbasis agama, dan peserta didik masih kurang
dalam hal religius. Maka dari itu guru lebih menekankan terhadap
kegiatan religius di dalam KBM ataupun kegiatan ekstrakulikuler.
B. Saran
1. Bagi pihak sekolah
Pihak sekolah sebaiknya selalu berkomunikasi dengan orang tua
peserta didik dalam kerjasama membina karakter religius di
lingkungan sekolah dan lingkungan rumah. Karena peran orang tua
sangat penting, tidak hanya di lingkungan sekolah saja. Pihak sekolah
harus selalu memberikan dorongan kepada peserta didik untuk selalu
65
menanamkan nila-nilai karakter religius pada tingkah laku peserta
didik.
2. Bagi orang tua
Orang tua dalam membina karakter religius sangat berperan sekali
dalam hal ini, karena dalam keseharian peserta didik selalu bersama
dengan keluarga. Dengan begitu peserta didik akan mudah dibina
dalam karakter religius di lingkungan rumah dan juga lingkungan
sekolah. Jangan sampai orang tua lepas dari mendidik, mengarahkan,
dan membina peserta didik untuk menjadi lebih baik dalam karakter,
terutama dalam karakter religius.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Salahudin, Irwanto Alkrienciehie. 2017. Pendidikan Karakter, Pendidikan
Berbasis Adama dan Budaya Bangsa. Bandung: CV Pustaka Setia.
Daryanto, dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Gava Media.
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Gouzali, Saydam. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resourse)
Suatu Pendekatan Mikro. Jakarta: Djanbatan.
Hidayatullah, M. Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Israini Hardini, Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori,
Konsep & Implementasi). Yogyakarta: Familia.
J. Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta:
UIN-Maliki Press.
Kesuma, Dharma dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Majid, Abdul, Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
5102 .i. zraM .mkk i i.1k r101.ak0 idn1P. h1.10a1a rP21J
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non Dikotomi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengn
Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Mulyono. 2011. Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran di Abad
Global. Malang: UIN Maliki Press.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara
Naim, Ngainun. 2012. Character Building : Optimalisasi Peran Pendidikan
dalam pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Noor, Rohinah M. 2012. Mengembangkan Karakter Anak Secara efektif di
Sekolah dan di Rumah. Yogyakarta: Pedajogja
Samani, Muchlas, Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Skripsi Anggih Ratna Sari. 2017. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita Di SMPLB
Wantuwirawan Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017. IAIN Salatiga.
Sofan, Amri, dkk. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran.
Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Fairus Media
Syaeful Manan. 2017. Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan
Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Agama Islam – Ta’lim. Vol. 15. No. 1.
Ulwan, Abdullah Nashih. 2007.Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Usmani.
Zuhdi, Darmiyati dkk. 2013. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan
Implementasi di Peguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DATA RESPONDEN
1. Nama : JA
Jabatan : Kepala Sekolah
2. Nama : S
Jabatan : WAKA Kurikulum
3. Nama : F
Jabatan : Guru PAI dan Kurikulum
4. Nama : B
Jabatan : Guru PAI
5. Nama : KH. S
Jabatan : Ketua Yayasan
HASIL WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKOLAH
Nama dengan kode : JA
Tanggal Wawancara : 2 Agustus 2019
Jam : 12.45-13.15 WIB
Tempat : SMK Diponegoro Salatiga
1. Sejak kapan Bapak atau Ibu menjabat sebagai kepala sekolah?
Sejak berdiri SMK Diponegoro , sekitar tahun 1997
2. Bagaimana sejarah sekolah dan yayasan di SMK Diponegoro
Salatiga?
Sejarah sekolah SMK Dipnegoro Salatiga didirikan tahun 1997 dan
memiliki luas tanah sekitar ±500 m² dibawah naungan Yayasan
Imaratul Masajid wal Madaris (YAIMAM) yang berlokasi di jalan
Kartini No. 2 Salatiga berdampingan dengan MTs NU Salatiga. SMK
Diponegoro dulu sebelum menjadi sekolah menengah kejuruan
adalah Madrasah Aliyah NU setelah beberapa tahun, pengurus
YAIMAM mengganti nama Madrasah Aliyah NU menjadi SMEA
Diponegoro dengan surat keputusan No: 010/ YAIMAM/ II/ 1997.
Kemudian nama SMEA berubah lagi menjadi Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Diponegoro Salatiga sampai saat ini.
Untuk sejarah yayasan ini berdiri sekitar tahun 1964-1965 yang
berada di jalan Kartini. Dulunya tanah ini milik orang-orang NU
yang pembeliannya melalui gotong royong. Setelah beberapa tahun,
ada peraturan negara bahwa sebuah organisasi itu tidak boleh
memiliki asset sehingga untuk penyelamatan di jalan Kartini ini
dibentuklah yayasan yang bernama yayasan YAIMMAM (Yayasan
Imarotul Madaris wa Masajid). Dan fungsi yayasan ini sebagai
penyelamat tanah wakaf milik orang-orang NU. Kegiatan ke-NUan
berada di yayasan ini mulai dari rapat PC NU, PC Banser, PC Ansor,
PC Fatayat dll berada di yayasan ini.Setelah beberapa tahun dengan
hadirnya dewan masjid, maka yayasan ini berubah dan terfokus pada
pendidikan saja kemudian nama yayasan berubah menjadi YAIMAM
(Yayasan Imarotul Madaris) sampai saat ini.
3. Bagaimana struktur organisasi sekolah di SMK Diponegoro
Salatiga?
Untuk kepala sekolah sejak awal berdiri samapai sekarang saya
sendiri, untuk koordinator TU itu Ibu Maya Sekarsari, bagian
Kurikulum Bapak Suryo Suwanditho, untuk kesiswaan ada Bapak
Dwi Adi Prasetyo, bagian sarana prasarana ada bapak Fajar Umar
Haryono, bagian humas dan industri bapak Budi Santoso, bagian
perpustakaan ibu Wulan Suryani, untuk BKK ibu Sutari, Ka. Komli
AKl ada ibu Rif’ati Setyarini, Ka. Komli Pbs ibu Dwi Antari, Ka.
Komli Pm ada ibu Amrih Susilawati.
4. Menurut Bapak, apa pentingnya pendidikan karakter religius
bagi peserta didik?
Ya sangat penting, yang hilang itu sekarang peserta didik kayak dari
orang tua itu pasrah bongkokah yang penting pasrah mau seperti apa,
terserah mau diapakan orang tua tidak mau tahu, malah ada beberapa
orang tua itu belum pernah datang ke sekolah, datangnya pas mau
ambil raport saja itupun kadang diwakilkan. Dan a dengan adanya
karakter religius ini, peserta didik dapat melakukan kegiatan atau
sesuatu itu selalu dengan religius.
5. Berasal darimana saja peserta didik di SMK Diponegoro?
Asal dari peserta didik itu macam-macam, ada dari Salatiga,
kebanyakan peserta didik berasal dari Kabupaten Semarang, bahkan
ada yang dari luar Jawa. Biasanya mereka ke sini itu sekaligus
sebagian ingin mondok di sekitar salatiga, seperti di Kalibening,
Banyubiru, di Pondok Al Hasan Sinoman. Jadi ada beberapa kita
bekerjasama dengan pondok sekitar Salatiga.
6. Berapa jumlah peserta didik keseluruhan?
Untuk jumlah peserta didik sendiri, di SMK Diponegoro ada sekitar
490. Kebanyakan peserta didik disini itu perempuannya
dibandingkan dengan laki-laki.
7. Bagaimana sistem pembinaan karakter religius peserta didik di
SMK Diponegoro?
Strategi yang digunakan kalau di SMK Diponegoro yaitu sesuai
dengan KBM dan juga pada saat kegiatan ekstakulikuler. Karena
karakter religius ini sangat penting bagi anak-anak dalam melakukan
sesuatu. Jadi bagaimanapun kegiatan yang ada, selalu menanamkan
nilai-nilai religius.
8. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam membina
karakter religius di SMK Diponegoro?
.Untuk faktor pendukung di SMK Diponegoro Alhamdulillah sudah
dipersiapkan dan sudah mendukung dari segi sarana dan prasarana
dan juga dari bapak ibu guru. Untuk faktor penghambatnya untuk
sekarang ini yaitu pertama dari peserta didik karena merubah menset
siswa itukan sulit, apalagi kondisi pergaulan sekarang itu rawan
sekali, yang kedua dari orang tua karena mereka berfikir yang
penting anak saya sekolah seperti itu. Mereka lupa akan karakter
anak mereka juga harus dilakukan di lingkungan keluarga. Kalau
saya cek beberapa anak itu saat di rumah, dioyak-oyak sholat tidak
jawaban peserta didik tidak pernah, dibangunkan tidak saat sholat
subuh jawaban peserta didik tidak sholat. Karena memang peserta
didik disini itu kan sebagian menengah kebawah jadi masih banyak
fokus mencari ekonomi kurang sekali dalam memperhatikan hal
pendidikan dan agama. Itu menjadi sebuah tantangan terberatnya,
dengan begitu kita mengadakan parenting, mengadakan pengajian
waktu penerimaan raport.
9. Prestasi apa saja yang sudah diraih di SMK Diponegoro?
Untuk prestasi ada banyak, seperti baca puisi, cabang karate, pidato,
lari estafet, pencak silat, pentas seni saka bakti husada, terampil dan
jelajah pramuka, panca tangkas penegak, kreasi daur ulang, PMR dan
masih banyak lagi.
HASIL WAWANCARA DENGAN WAKA KURIKULUM
Nama dengan kode : S
Tanggal Wawancara : 2 Agustus 2019
Jam : 13.30-14.00 WIB
Tempat : SMK Diponegoro Salatiga
1. Sejak kapan menjabat waka kurikulum?
Saya tahun sekitar 2014 2015 sudah mulai mengajar di SMK
Diponegoro.
2. Kurikulum yang digunakan di SMK Diponegoro seperti apa?
Prinsip tahun penggunakan kurikulum K-13 ini kita rombak
pelaksaan di lapangan, kalau tidak di rombak sekolah swasta kalah
dengan sekolah negeri.
3. Bagaimana strategi pembinaan karakter reigius dilakukan?
strategi pembinaan karakter religius yang dilakukan di SMK
Diponegoro sesuai dengan indikator KBM kita tekankan dan
disesuaikan dengan materi dalam mata pelajaran dan dilakukan juga
saat kegiatan ekstrakulikuler. Setiap 2 minggu sekali itu ada
mujahadah, misalnya nya hari ini upacara minggu depannya
mujahadah, setiap pagi kita ada apel pagi apel siang, ada doa
asmaul husna sebelum KBM dimulai, saat apel siang kita
menyanyikan lagu Yalal Wathon. Dulunya itu kan melalui hafalan,
dan untuk sekarang ini kita tekankan tentang mengaji.
4. Berapa jam proses pembinaan karakter religius setiap
minggunya?
Terutama saat mata pelajaran PAI dan juga mata pelajaran ke-
NUan, kemudian dibarengi dengan kegiatan lain seperti pada hari
jum’at untuk peserta didik laki-laki sholat jum’at dan yang
perempuan pada saat sholat jum;at ada kajian yang diisi oleh
sahabati PMII kota Salatiga
5. Berapa jumlah Guru, pegawai dan peserta didik di SMK
Diponegoro?
Untuk jumlah guru itu ada 30 guru dan 2 diantaranya guru PAI,
untuk pegawai ada 8 orang, dan untuk peserta didik sendiri ada ±
490 orang.
6. Apakah sarana dan prasarana dalam membina karakter
religius sudah mendukung?
Sudah dipersiapkan dan sudah sangat mendukung
7. Bagaimana pembinaan karakter religius peserta didik dalam
kegiatan ekstrakulikuler di SMK Diponegoro?
Untuk esktrakulikuler sendiri memang untuk membina karakter
peserta didik yang kita buat tahun ini berbeda, untuk waktu
ekstrakulikulernya kita barengkan hari Jum’at. Dan di setiap
kegiatan ekstrakulikuler selalu ditanamkan nilai-nilai karakter
religius untuk menjadi sebuah kebiasaan.
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PAI
Nama dengan kode : F
Tanggal Wawancara : 2 Agustus 2019
Jam : 14.15-14.45 WIB
Tempat : SMK Diponegoro Salatiga
1. Sejak kapan bapak mengajar di SMK Diponegoro Salatiga?
Sejak tahun 2016 sudah mengajar di SMK Diponegoro
2. Apa saja strategi yang dilakukan dalam membina karakter
religius di SMK Diponegoro?
Membiasakan melakukan ibadah secara rutin dan berjama’ah,
memprogamkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan membuat kartu
kontrol.
3. Apa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pembinaan
karakter religius di SMK Diponegoro?
Tujuan dari pembinaan karakter peserta didik tertanam dan terbiasa
mengamalkan ajaran agama islam dimanapun dan kapanpun serta
berperilaku akhlakul karimah dalam kehidupannya.
4. Apa faktor pendukung dan penghambat strategi pembinaan
karakter religius di SMK Diponegoro?
Faktor pendukung sendiri dari sarana dan prasarana sudah
mendukung, dan pihak sekolah serta guru mendukung
dilakukannya pendidikan karakter religius. Untuk faktor
penghambat sendiri itu yang jelas terdapat pada peserta didik yang
mana memiliki watak yang bereda dan lingkungan tempat tinggal
yang mungkin kurang perhatian tengan karakter religius.
5. Bagaimana cara menangani peserta didik yang sulit untuk
diarahkan, dibina dan lain sebagainya dengan karakter
peserta didik yang berbeda?
Dengan melakukan pembinaan yang melibatkan berbagai pihak.
6. Bagaimana cara mengevaluasi hasil dari proses pembinaan
yang telah dilakukan?
Dengan penggunaan kartu kontrol akan terlihat hasil dari
pembinaan karakter religius.
7. Bagaimana pembinaan karakter religius peserta didik dalam
kegiatan ekstrakulikuler di SMK Diponegoro?
Menekankan sikap religius dalam kegiatan keagamaan, melakukan
kajian dan diskusi bersama.
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PAI
Nama dengan kode : B
Tanggal Wawancara : 2 Agustus 2019
Jam : 09.30-10.00 WIB
Tempat : SMK Diponegoro Salatiga
1. Sejak kapan bapak mengajar di SMK Diponegoro Salatiga?
Saya mulai mengajar di SMK Diponegoro Salatiga terhitung tahun
2005-2006
2. Apa saja strategi yang dilakukan dalam membina karakter
religius di SMK Diponegoro?
Strategi yang digunakan yang utama dengan uswatun khasanah,
kemudian dengan memberikan contoh peserta didik dan nanti kita
mengajak peserta didik itu sudah lebih enak karena kita sendiri
sebagai guru sudah melakukan. Selain itu dengan mengkontrol
mereka dengan kegiatan-kegiatan religius dalam kegiatan sekolah
ataupun di luar sekolah
3. Apa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pembinaan
karakter religius di SMK Diponegoro?
Yang utama anak ya memiliki karakter religius, seperti kegiatan
keagamaan itu karakter peserta didik terbentuk dan harapannya
ketika saat tidak diawasi atau di luar sekolah itu karakter religius
peserta didik itu tetap terbentuk dan dapat
mengimplementasikannya.
4. Apa faktor pendukung dan penghambat strategi pembinaan
karakter religius di SMK Diponegoro?
Untuk faktor pendukungnya dari segi sarana dan prasarana sudah
sangat mendukung sekali, akan tetapi peran orang tua yang harus
lebih diperhatikan dalam membentuk karakter religius terhadap
peserta didik. Pembinaan karakter religius ini tidak hanya
dilakukan di lingkungan sekolah saja, tetapi juga harus dilakukan
di lingkungan masyarakat sekitar dan keluarga itu sendiri, karena
peran orang tua dalam membina karakter religius peserta didik itu
sangat penting dan ini salah satu faktor penghambatnya.
5. Bagaimana cara menangani peserta didik yang sulit untuk
diarahkan, dibina dan lain sebagainya dengan karakter peserta
didik yang berbeda?
Memahami watak peserta didik yang sulit diarahkan kemudian
didekati pelan-pelan kita cari tahu kenapa seperi itu, setelah itu kita
ikuti kemauan peserta didik. Setelah itu kita arahkan pelan-pelan
sesuai yang diinginkan dan mendidik. Dan selalu berdiskusi dengan
guru lain dalam membina karakter religius peserta didik,
6. Bagaimana cara mengevaluasi hasil dari proses pembinaan
yang telah dilakukan?
Dengan penggunaan kartu kontrol akan terlihat hasil dari
pembinaan karakter religius.
7. Bagaimana pembinaan karakter religius peserta didik dalam
kegiatan ekstrakulikuler di SMK Diponegoro?
Selalu menekankan sikap religius dalam kegiatan keagamaan,
melakukan kajian dan diskusi bersama.
HASIL WAWANCARA DENGAN YAYASAN
Nama dengan kode : KH. S
Tanggal Wawancara : 8 Agustus 2019
Jam : 16.00-16.30 WIB
Tempat : Rumah KH. S.
1. Bagaimana Sejarah Yayasan YAIMAM?
Yayasan berdiri sekitar tahun 1964-1965 yang berada di jalan
Kartini. Tanah ini dimiliki oleh orang-orang NU pembeliannya
melalui gotong royong. Setelah beberapa tahun, ada peraturan
negara bahwa sebuah organisasi itu tidak boleh memiliki asset
sehingga untuk penyelamatan di jalan Kartini ini dibentuklah
yayasan yang bernama yayasan YAIMMAM (Yayasan Imarotul
Madaris wa Masajid). Dan fungsi yayasan ini sebagai penyelamat
tanah wakaf milik orang-orang NU. Kegiatan ke-NUan berada di
yayasan ini mulai dari rapat PC NU, PC Banser, PC Ansor, PC
Fatayat dll berada di yayasan ini.Setelah beberapa tahun dengan
hadirnya dewan masjid, maka yayasan ini berubah dan terfokus
pada pendidikan saja kemudian nama yayasan berubah menjadi
YAIMAM (Yayasan Imarotul Madaris) sampai saat ini.