81
STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN DAYA DUKUNG SOSIAL DI KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA PROVINSI JAWA TENGAH SANDY SUHARTO PUTRO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2020

STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA

BERDASARKAN DAYA DUKUNG SOSIAL

DI KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

PROVINSI JAWA TENGAH

SANDY SUHARTO PUTRO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2020

Page 2: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
Page 3: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Strategi Pengelolaan

Ekowisata Berdasarkan Daya Dukung Sosial Di Kawasan Taman Nasional

Karimunjawa Provinsi Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pemimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta tulis saya kepada Institut Pertanian

Bogor.

Bogor, Januari 2020

Sandy Suharto Putro

NIM P052170231

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar

IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 4: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

RINGKASAN

SANDY SUHARTO PUTRO. Strategi Pengelolaan Ekowisata Berdasarkan Daya

Dukung Sosial di Taman Nasional Karimunjawa Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing

oleh NANDI KOSMARYANDI dan TUTUT SUNARMINTO.

Ekowisata merupakan salah satu pemanfaatan Taman Nasional Karimunjawa

yang digerakkan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomian,

pelestarian budaya dan lingkungan. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke

Taman Nasional Karimunjawa, mengakibatkan interaksi yang dapat mempengaruhi

kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kondisi tersebut dapat berpengaruh

terhadap sikap masyarakat di Karimunjawa. Tujuan penelitian ini adalah mengukur

pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap masyarakat menggunakan

metode analisis regresi linear sederhana, menganalisis kondisi daya dukung sosial

di Taman Nasional Karimunjawa, dan menyusun strategi pengelolaan ekowisata

berdasarkan daya dukung sosial.

Hasil analisis data diperoleh (1) terdapat pengaruh signifikan perilaku

wisatawan terhadap sikap masyarakat penyedia jasa wisata, dibuktikan dengan

persamaan regresi Y=23.357+0.457X dan nilai koefisien determinasi sebesar

22.6%. (2) tidak terdapat pengaruh signifikan antara perilaku wisatawan terhadap

sikap masyarakat bukan penyedia jasa wisata, dibuktikan dengan persamaan regresi

Y=31.404+0.168X, dan nilai koefisien determinasi sebesar 5.3%. Hasil analisis

tingkat kepuasan wisatawan adalah 74,46% (puas) dan tingkat toleransi penerimaan

kegiatan ekowisata adalah 100% untuk masyarakat penyedia jasa wisata dan 75,7%

untuk masyarakat bukan penyedia jasa wisata. Pengukuran kesesuaian indikator

daya dukung sosial dari berbagai aspek, menunjukkan perlunya meningkatkan

kepuasan wisatawan bersamaan dengan tingkat toleransi penerimaan oleh

masyarakat.

Alternatif strategi pengelolaan ekowisata berdasarkan daya dukung sosial

diantaranya meningkatkan promosi ekowisata di TNKJ, aktivitas konservasi

dijadikan atraksi wisata dengan melibatkan wisatawan, meningkatkan sarana dan

prasarana penunjang kegiatan ekowisata, mendorong masyarakat berpartisipasi

terhadap kegiatan ekowisata dengan adanya bantuan modal usaha, meningkatkan

promosi ekowisata di TNKJ, penguatan nilai-nilai budaya masyarakat

Karimunjawa, sosialisasi peranan ekowisata terhadap sosial budaya, ekonomi dan

lingkungan, optimalisasi budaya lokal untuk meminimalisir perubahan sikap

negatif dan konflik, penguatan SDM dengan keahlian-keahlian tertentu, dan

penguatan kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya konflik dan kerusakan SDA.

Kata kunci: daya dukung sosial, ekowisata, strategi pengelolaan, taman nasional

Page 5: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

SUMMARY

SANDY SUHARTO PUTRO. Ecotourism Management Strategy Based on Social

Carrying Capacity in Karimunjawa National Park Central Java Province.

Supervised by NANDI KOSMARYANDI and TUTUT SUNARMINTO.

Ecotourism is one of the uses of Karimunjawa National Park which is carried

by the local community to improve the economy, culture and environment

preservation. The increasing number of tourist visits to Karimunjawa National Park,

resulting in interactions that can affect social, economic, and environmental

conditions. These conditions can affect the attitude of the community in

Karimunjawa towards ecotourism activities. The purpose of this study is to measure

the influence of tourist behavior toward changes in the community attitudes using

a simple linear regression analysis method, to analyze the conditions of social

carrying capacity in Karimunjawa National Park, and develop ecotourism

management strategies based on social carrying capacity.

The results obtained (1) there is a significant influence of tourist behavior

toward the community of tourism service providers attitude, proven by the

regression equation Y=23,357+0.457X and the coefficient of determination of

22.6%. (2) there is no significant influence between tourist behavior toward the

community of non-tourism service providers attitude, proven by the regression

equation Y=31.404+0.168X, and the coefficient of determination of 5.3%. The

results of the analysis of the level of tourist satisfaction are 74.46% (satisfied) and

the tolerance level of acceptance of ecotourism activities is 100% for the

community of tourism service providers and 75.7% for the community of non-

tourism service provides. Measurement of the suitability of social carrying capacity

indicators from various aspects, shows the need to increase tourist satisfaction along

with the level of tolerance of acceptance by the community.

Alternative strategies for ecotourism management based on social carrying

capacity include increasing the promotion of ecotourism in the TNKJ, conservation

activities are made as tourist attractions by involving tourists, increasing the

facilities and infrastructure to support ecotourism activities, encouraging people to

participate in ecotourism activities with the help of venture capital, increasing the

promotion of ecotourism in the TNKJ, strengthening the cultural values of the

Karimunjawa community, socializing the role of ecotourism towards socio-cultural,

economic and environmental, optimizing local culture to minimize changes in

negative attitudes and conflicts, strengthening human resources with certain skills,

and strengthening policies to anticipate conflicts and damage to natural resources.

keywords: ecotourism, social carrying capacity, management strategy, naational

park

Page 6: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2020

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA

BERDASARKAN DAYA DUKUNG SOSIAL

DI KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

PROVINSI JAWA TENGAH

SANDY SUHARTO PUTRO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoreh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2020

Page 8: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Page 9: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

Judul : Strategi Pengelolaan Ekowisata Berdasarkan Daya Dukung Sosial

di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Provinsi Jawa Tengah

Nama : Sandy Suharto Putro

NIM : P052170231

Program Studi : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Nandi Kosmaryandi MscFTrop Dr Ir Tutut Sunarminto MSi

Ketua Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi

Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan

Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Prof Dr Ir Anas Miftah Fauzi MEng

Tanggal Ujian: 31 Januari 2020 Tanggal Lulus:

Page 10: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
Page 11: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini berjudul

“Strategi Pengelolaan Ekowisata Berdasarkan Daya Dukung Sosial di Kawasan

Taman Nasional Karimunjawa Provinsi Jawa Tengah”.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesarbesarnya kepada Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MScFTrop dan Dr Ir Tutut

Sunarminto, MSi selaku komisi pembimbing atas semua arahan, bimbingan, dan

segala bentuk dukungan kepada penulis. Disamping itu penghargaan penulis

sampaikan kepada Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS selaku penguji luar komisi, Prof

Dr Ir Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen penguji PSL, seluruh dosen dan staf

Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pascasarjana

IPB atas semua dukungan dan bimbingan selama penulis melaksanakan studi.

Ungkapan terima kasih juga disampikan kepada kedua orang tua, Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah, Ibu mertua, Istri Intan Ayu Dewi, ananda Azka Ghailan

Fadhilah, rekan-rekan PSL-IPB angkatan 2017 atas segala doa, dukungan,

semangat, dan kesabarannya dari awal proses studi sampai dengan akhir

penyusunan tesis, serta Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Prov. Jawa

Tengah dan Balai Taman Nasional Karimunjawa yang telah memberikanizin dan

membantu dalam penyediaan data pendukung penelitian, masyarakat dan

wisatawan Karimunjawa yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi

kuesioner dan wawancara, serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu

pelaksanaan studi, penelitian, dan penulisan tesis ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2020

Sandy Suharto Putro

Page 12: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
Page 13: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang ............................................................................................... 1

Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 4

Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 5

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6

Taman Nasional ............................................................................................. 6

Ekowisata ....................................................................................................... 7

Dampak Sosial dari Kegiatan Ekowisata ....................................................... 8

Konsep Daya Dukung Sosial ......................................................................... 9

Kualitas Pengalaman Wisatawan ................................................................. 12

Kepuasan Wisatawan ................................................................................... 14

Persepsi dan Sikap Para Pelaku ................................................................... 15

Perumusan Strategi dengan Analisis SWOT ............................................... 16

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 17

Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 17

Alat dan Bahan ............................................................................................ 17

Jenis dan Sumber Data................................................................................. 17

Jumlah Sampel ............................................................................................. 17

Prosedur Analisis Data ................................................................................ 18

Metode Analisis Data .................................................................................. 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 26

Analisis Kondisional .................................................................................... 26

Karakteristik Wisatawan .............................................................................. 33

Pengaruh Perilaku Wisatawan Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat

Karimunjawa................................................................................................ 34

Daya Dukung Sosial Taman Nasional Karimunjawa .................................. 40

Strategi Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa ............ 55

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 59

Simpulan ...................................................................................................... 59

Saran ............................................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60

RIWAYAT HIDUP ................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kronologis penetapan Taman Nasional Karimunjawa ........................... 1 Tabel 2 Jumlah kunjungan wisatawan ke TNKJ tahun 2008-2018 ..................... 2 Tabel 3 Identifikasi dampak dari perkembangan ekowisata ............................... 8

Page 14: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

ii

Tabel 4 Indikator-indikator daya dukung sosial ................................................ 12 Tabel 5 Matriks tahapan pencapaian tujuan penelitian ...................................... 18 Tabel 6 Skala likert ............................................................................................ 19 Tabel 7 Matriks variabel dependent dan independent........................................ 19 Tabel 8 Kriteria reliabilitas suatu penelitian ...................................................... 20

Tabel 9 Pedoman intepretasi koefisien korelasi dan determinasi ...................... 22 Tabel 10 Skoring tingkat kinerja/ kepuasan dan kepentingan ............................. 23 Tabel 11 Indikator/ atribut kepuasan pengunjung berdasarkan dimensi

service quality ....................................................................................... 24 Tabel 12 Matriks SWOT ...................................................................................... 26

Tabel 13 Persentase tutupan karang dan komponen abiotik di perairan TNKJ ... 27 Tabel 14 Zonasi kawasan Taman Nasional Karimunjawa tahun 2012 ................ 28

Tabel 15 Kondisi jumlah penduduk di Kecamatan Karimunjawa berdasarkan

jenis kelamin, kepala keluarga, angkatan kerja dan tingkat

pendidikan tahun 2017 .......................................................................... 29 Tabel 16 Jumlah sekolah, tenaga pengajar dan peserta didik Kecamatan

Karimunjawa tahun 2017 ...................................................................... 30

Tabel 17 Jumlah penduduk Kecamatan Karimunjawa menurut pekerjaan

tahun 2017 dalam orang ........................................................................ 31

Tabel 18 Masyarakat penyedia jasa wisata .......................................................... 31 Tabel 19 Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pengaruh perilaku

wisatawan terhadap perubahan sikap masyarakat untuk masyarakat

penyedia jasa wisata .............................................................................. 34 Tabel 20 Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pengaruh perilaku

wisatawan terhadap perubahan sikap masyarakat untuk masyarakat

bukan penyedia jasa wisata ................................................................... 35

Tabel 21 Hasil uji reliabilitas instrumen pertanyaan ........................................... 35 Tabel 22 Hasil uji normalitas ............................................................................... 36

Tabel 23 Hasil uji linieritas .................................................................................. 36 Tabel 24 Koefisien uji heteroskedastisitas ........................................................... 37 Tabel 25 Hasil analisis regresi sederhana ............................................................ 37

Tabel 26 Hasil uji koefisien korelasi (R) dan determinasi (R2) ........................... 39 Tabel 27 Hasil uji validitas tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat kepentingan .. 41 Tabel 28 Hasil uji reliabilitas tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat

kepentingan ........................................................................................... 41 Tabel 29 Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) ......................... 42

Tabel 30 Nilai Indeks kepuasan pengunjung/ wisatawan .................................... 44

Tabel 31 Nilai IKP dimensi bukti langsung ......................................................... 45

Tabel 32 Nilai IKP dimensi keandalan ................................................................ 46 Tabel 33 Nilai IKP dimensi daya tanggap ........................................................... 46 Tabel 34 Indeks Kepuasan Pengunjung dimensi jaminan ................................... 47

Tabel 35 Indeks Kepuasan Pengunjung dimensi empati ..................................... 47 Tabel 36 Indikator tingkat toleransi masyarakat .................................................. 48

Tabel 37 Konflik yang terjadi di Karimunjawa ................................................... 52 Tabel 38 Faktor internal dan eksternal strategi pengelolaan ekowisata

berdasarkan daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa ..... 56 Tabel 39 Matriks SWOT pengelolaan ekowisata Taman Nasional Karimunjawa

berdasarkan daya dukungsosial ............................................................. 57

Page 15: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian ..................................................................... 5 Gambar 2 Model pengalaman konseptual pengaruh dan hasil (Clawson dan

Knetsch 1966) .................................................................................... 13 Gambar 3 Kuadran Importance Performance Analysis (IPA) ............................ 24

Gambar 4 Grafik model regresi linear masyarakat penyedia jasa wisata ........... 38 Gambar 5 Grafik model regresi linear masyarakat bukan penyedia jasa wisata. 38 Gambar 6 Kuadran IPA kepuasan wisatawan Taman Nasional Karimunjawa ... 43 Gambar 7 Histogram dukungan masyarakat Karimunjawa terhadap kegiatan

ekowisata ............................................................................................ 49

Gambar 8 Histogram sikap masyarakat penyedia jasa wisata terhadap

kegiatan ekowisata di Karimunjawa .................................................. 49

Gambar 9 Histogram sikap masyarakat bukan penyedia jasa wisata terhadap

kegiatan ekowisata di Karimunjawa .................................................. 50 Gambar 10 Histogram partisipasi masyarakat penyedia jasa wisata terhadap

kegiatan ekowisata di Karimunjawa .................................................. 51 Gambar 11 Histogram partisipasi masyarakat bukan penyedia jasa wisata

terhadap kegiatan ekowisata di Karimunjawa .................................... 52 Gambar 12 Histogram konflik masyarakat penyedia jasa wisata ......................... 54

Gambar 13 Histogram konflik masyarakat bukan penyedia jasa wisata............... 55

Page 16: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
Page 17: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berkembanganya pariwisata di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya

inovasi-inovasi yang dilakukan untuk terus meningkatkan jumlah kunjungan

wisatawan, salah satunya wisata minat khusus seperti ekowisata. Meningkatnya

jumlah kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara karena adanya

kegiatan ekowisata, dapat menghasilkan dampak terhadap lingkungan dan sosial

budaya setempat dan jika tidak dapat dikendalikan akan merusak atau mengalami

degradasi lingkungan dan sosial budaya tersebut (Supriana 1997, Butarbutar dan

Soemarno 2013).

Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu Taman Nasional yang

letaknya berada di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Sejarah pembentukan

Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) bermula dari usulan Gubernur Jawa Tengah

pada tahun 1982 mengenai Kepulauan Karimunjawa sebagai Taman Nasional Laut

dan sebagai daerah pengembangan wisata bahari di Kabupaten Jepara. Kronologis

penetapan Kepulauan Karimunjawa menjadi Taman Nasional Karimunjawa

(TNKJ) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kronologis penetapan Taman Nasional Karimunjawa

Tanggal Nomor Keputusan Tentang

26 Oktober

1982

Surat Gubernur Jawa

Tengah No. 556/21378

Penunjukan sebagian

Kepulauan Karimunjawa

sebagai Taman Nasional Laut

9 April 1986 Surat Keputusan Menteri

Kehutanan nomor

123/Kpts-II/1986

Penunjukan Kepulauan

Karimunjawa dan Perairan

Laut disekitarnya seluas

±111.626 Ha yang terletak di

Dati II Jepara Dati I Jawa

Tengah sebagai Cagar Alam

Laut

22 Februari

1999

Surat Keputusan Menteri

Kehutanan dan

Perkebunan No. 78/Kpts-

II/1999

Perubahan Fungsi dari

Kawasan Cagar Alam

Karimunjawa Menjadi Taman

Nasional Karimunjawa

15 Maret

2001

Surat Keputusan Menteri

Kehutanan No. 74/Kpts-

II/2001

Penetapan sebagai kawasan

Taman Nasional

Karimunjawa

Sumber: Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) (2019)

TNKJ telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Stategis Pariwisata

Nasional (KSPN) pada bidang ekowisata berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor

50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pariwisata Indonesia Tahun 2010-2025.

Menindaklanjuti peraturan tersebut, maka Kementerian Lingkungan Hidup Dan

Kehutanan melalui Dirjen Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam menerbitkan

surat keputusan nomor SK.28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional

Page 18: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

2

Karimunjawa dengan total kawasan seluas 111,625 hektar. Dokumen acuan

pengembangan pariwisata Karimunjawa yaitu Rencana Induk Pengembangan

Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2027 (Perda Jateng Nomor 10

Tahun 2012) dan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional

Karimunjawa Tahun 2018-2027. Kebijakan-kebijakan tersebut diterbitkan untuk

mengembangkan ekowisata di TNKJ.

Menurut Laksono dan Mussadun (2014), potensi yang ada di TNKJ adalah:

1) keanekaragaman hayati yang tinggi flora maupun fauna; 2) Kawasan yang

mempunyai keindahan alam dengan keadaan hutan yang masih asli dan asri, pantai

pasir putih dengan terumbu karang yang mengelilingi setiap pulau; 3) Potensi

sumber daya tinggi baik wisata bahari maupun wisata lingkungan yang ditujukan

untuk skala nasional maupun internasional. Potensi-potensi yang terdapat di TNKJ

dikembangkan menjadi daya tarik wisata seperti snorkling, diving, island hopping,

memancing, tracking mangrove, bird watching, berkemah, wisata religi (makam

Kyai Nyamplungan), wisata pantai dengan pasir putih, menikmati sunrise dan

sunset. Sehingga dengan adanya potensi-potensi tersebut, menarik wisatawan untuk

berkunjung ke TNKJ. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Jepara (2019), jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan sebagaimana

tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah kunjungan wisatawan ke TNKJ tahun 2008-2018

Tahun

Kunjungan

Pertumbuhan Wisatawan

nusantara

Wisatawan

mancanegara Jumlah

2008* 7,837 2,149 9,986 0%

2009* 27,999 46 28,045 180.84%

2010* 15,070 1,567 16,637 -40.68%

2011** 39,224 2,907 42,131 153.24%

2012** 53,633 5,005 58,638 39.18%

2013** 65,568 5,372 70,940 20.98%

2014** 71,081 8,669 79,750 12.42%

2015** 84,536 7,579 92,115 15.50%

2016** 110,984 7,317 118,301 28.43%

2017** 115,057 7,819 122,876 3.87%

2018** 129,679 8,156 137,835 12.17%

Catatan: * (sebelum penetapan KSPN); **(setelah penetapan KSPN)

Sumber: BPS Kab. Jepara tahun 2019 (diolah)

Meningkatnya wisatawan yang berkunjung ke TNKJ akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Karimunjawa dengan menyediakan tempat

menginap atau homestay, tempat makan, menjual souvenir, menyewakan kapal

untuk berkeliling pulau, menjadi pramuwisata, menyewakan transportasi darat

(motor dan mobil), menyewakan alat snorkeling dan diving (Thelisa et al. 2018).

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan akan timbul interaksi antara

wisatawan dengan masyarakat. Menurut Prayogi (2011), kondisi sosial budaya

masyarakat dipengaruhi oleh interaksi antara wisatawan dengan masyarakat dan

Page 19: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

3

kualitas pengalaman wisatawan yang didapat berasal dari interaksi dengan

masyarakat Karimunjawa. Interaksi masyarakat dengan wisatawan dapat

mempengaruhi kehidupan wisatawan dan masyarakat baik secara sosial ataupun

budaya, sehingga menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap perubahan

nilai-nilai sosial dan budaya, serta perubahan kebiasaan dan gaya hidup

(Oktaviyanti 2013). Dampak negatif ekowisata akibat adanya interaksi antara

wisatawan dengan masyarakat yang terlibat langsung maupun masyarakat yang

tidak terlibat langsung, akan menimbulkan konflik berupa persaingan usaha

maupun konflik norma sosial, norma budaya dan norma agama. Selain itu, menurut

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bersama World Wild Foundation (2009)

merumuskan salah satu kunci dalam ekowisata adalah jumlah pengunjung terbatas

atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya

masyarakat.

Dampak pariwisata massal maupun pariwisata minat khusus (ekowisata)

terkait erat dengan konsep daya dukung. Daya dukung sosial merupakan bagian dari

daya dukung, dimana cakupannya pada analisis sosial masyarakat dan wisatawan.

Shelby dan Heberlain (1984) mengkonsepkan bahwa daya dukung sosial berfokus

pada fakta dan aspek subjektif, sehingga menunjukkan perlunya intervensi dari

stakeholder ekowisata untuk mengurangi dampak negatif yang diakibatkan oleh

wisatawan. Daya dukung sosial adalah tingkat penggunaan maksimum yang dapat

diterima oleh wisatawan tanpa mengurangi kualitas pengalaman dan kenyamanan,

serta tingkat maksimum toleransi masyarakat terhadap kehadiran wisatawan

(Saveriades 2000; Marzetti dan Mosetti 2004; Marzetti dan Mosetti 2005; Bonilla

dan Bonilla 2008).

Analisis daya dukung sosial tersebut diperlukan untuk merumuskan strategi-

strategi yang dapat meminimalkan dampak negatif dari aspek sosial budaya

ekonomi dan mendorong program-program dari pemerintah untuk menjaga dan

melestarikan sosial budaya untuk pelestarian lingkungan di Karimunjawa. Peranan

stakeholder ekowisata di Karimunjawa dan masyarakat Karimunjawa diperlukan

untuk mengaplikasikan program-program tersebut. Sehingga didapatkan kegiatan

ekowisata yang mempertahankan kondisi sosial budaya dan meningkatkan

perekonomian masyarakat karimunjawa.

Rumusan Masalah

Kondisi sosial budaya akan terpengaruh secara langsung akibat pelayanan

yang diberikan oleh masyarakat kepada wisatawan (Thelisa et al. 2018). Perilaku

wisatawan dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap sikap

masyarakat. Perubahan kondisi sosial budaya dan lingkungan masyarakat akibat

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dan interaksi dikhawatirkan akan

menghilangkan identitas asli masyarakat Karimunjawa, sehingga perubahan-

perubahan sosial budaya dan lingkungan yang bersifat negatif harus diantisipasi.

Menurut Widyawati (2015), konsumsi minuman keras dan kerusuhan antarwarga,

perkelahian pemuda, ketegangan antara Balai Taman Nasional dengan masyarakat

terkait dengan hak kepemilikan tanah, penipuan dan pencurian merupakan konflik-

konflik yang terjadidi Karimunjawa akibat kegiatan wisata. Dampak kegiatan

Page 20: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

4

ekowisata terhadap lingkungan antara lain penurunan kualitas perairan,

meningkatnya kebutuhan lahan, meningkatnya sampah dan polusi (Sulisyati 2019).

Pengukuran daya dukung sosial diperlukan sebagai alat yang valid untuk

mengendalikan dampak sosial dan perencanaan ekowisata berkelanjutan yang

terjadi di lokasi wisata, sehingga mendorong karakter budaya setempat sebagai

daya tarik wisata (Hall, Page 2006; Bonilla, Bonilla 2008). Selain itu, pemerintah

sebagai penentu kebijakan memiliki arah perumusan kebijakan dan strategi-strategi

yang sesuai untuk pengelolaan ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa.

Pertanyaan yang kemudian menjadi permasalahan mengapa penelitian ini

dilakukan adalah:

1. Berapa besar pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap

masyarakat Karimunjawa terkait kondisi lingkungan dan sosial budaya?

2. Bagaimana kondisi daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa?

3. Bagaimana strategi pengelolaan ekowisata berdasarkan kondisi daya dukung

sosial di Taman Nasional Karimunjawa?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latarbelakang permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengukur pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap masyarakat

Karimunjawa terkait kondisi lingkungan dan sosial budaya,

2. Menganalisis kondisi daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa, dan

3. Menyusun strategi pengelolaan ekowisata berdasarkan kondisi daya dukung

sosial di Taman Nasional Karimunjawa.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa strategi

pengelolaan ekowisata yang bersentuhan langsung dengan masyarakat setempat.

Selain itu, sebagai bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan terkait

pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa dengan mendorong potensi-potensi

sosial budaya masyarakat Karimunjawa.

Kerangka Pemikiran

Kegiatan ekowisata memiliki 3 (tiga) unsur yang saling mempengaruhi yaitu

lingkungan, wisatawan dan masyarakat lokal (Hijriati, Mardiana 2014). Perilaku

wisatawan pada saat melakukan kegiatan wisata akan mempengaruhi kondisi sosial

budaya akibat adanya interaksi sosial dengan masyarakat yang terlibat langsung

dari kegiatan ekowisata (Armenski et al. 2011, Thelisa et al. 2018). Menurut

Laksono dan Mussadun (2014), interaksi yang terjadi antara wisatawan dengan

masyarakat Karimunjawa yang terlibat langsung dengan aktivitas ekowisata akan

memberikan dampak sosial baik positif maupun negatif.

Penghitungan daya dukung sosial diperlukan untuk meminimalisir dampak

negatif serta mendorong upaya-upaya pencegahan yang terjadi dengan

Page 21: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

5

memperhatikan parameter kepuasan wisatawan dan toleransi masyarakat (Bonilla

2008, Attallah 2015). Hasil dari kajian daya dukung sosial berdasarkan parameter

kepuasan wisatawan dan toleransi masyarakat, dianalisis menggunakan metode

SWOT, sehingga didapatkan indikator-indikator untuk merumuskan strategi

pengelolaan ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah menganalisis tingkat kepuasan wisatawan

dan toleransi masyarakat Karimunjawa di Desa Karimunjawa terhadap kegiatan

ekowisata, serta merumuskan strategi pengelolaan ekowisata di Taman Nasional

Karimunjawa berdasarkan daya dukung sosial. Masyarakat terbagi menjadi 2

kategori, masyarakat penyedia jasa wisata (tour guide, jasa akomodasi, jasa

persewaan transportasi, jasa konsumsi, penjual souvenir) dan masyarakat bukan

penyedia jasa wisata.

Kegiatan Ekowisata di TNKJ

Lingkungan Wisatawan Masyarakat

Mempengaruhi

tingkat kunjungan

Mempengaruhi

kondisi sosial budaya

Interaksi Sosial

(Sikap dan Persepsi)

Dampak positif sosial

pertahankan

Dampak negatif sosial

antisipasi

Kajian Daya Dukung Sosial

1. Kepuasan Wisatawan

2. Toleransi Masyarakat

Strategi Pengelolaan Ekowisata TNKJ

Berdasarkan Analisis Daya Dukung Sosial

Analisis SWOT

Mempengaruhi

Promosi Wisata

Page 22: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

6

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Nasional

Definisi Taman Nasional menurut pasal 1 UU No. 5 Tahun 1990 adalah

kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem

zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Menurut UU No. 5 Tahun 1990,

penentuan kawasan Taman Nasional didasarkan pada beberapa kriteria yaitu:

1. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis

secara alami;

2. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan

maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami;

3. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;

4. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai

pariwisata alam;

5. Merupakan kawasan yang dapat dibagi menjadi Zona Inti, Zona Pemanfaatan,

Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi

kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka

mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat

ditetapkan sebagai zona tersendiri.

Taman Nasional memiliki fungsi sebagai kawasan perlindungan sistem

penyangga kehidupan, kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa, kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Taman Nasional diatur

dalam peraturan yang berlaku, termasuk dalam pengusahaan pariwisata alam di

zona pemanfaatan Taman Nasional. Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No.

P.19/Menhut-II/2004 mengatur kolaborasi pengelolaan kawasan suaka alam dan

kawasan pelestarian alam. Berdasarkan definisi dari International Union for

Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) tahun 1994 mengenai

kawasan perairan yang dilindungi (marine protected area), Taman Nasional

(National Park) termasuk dalam kategori II yang bertujuan untuk perlindungan

ekosistem dan rekreasi.

Pemanfaatan Taman Nasional berupa tambang tidak dibolehkan dan harus

mempertahankan kondisi aslinya (Mac Kinnon et al. 1990 dalam Anwar 2009),

selanjutnya definisi Taman nasional sebagai kawasan dengan tujuan utamanya

yaitu:

1. Mempertahankan contoh ekosistem dalam kondisi alamiahnya;

2. Mempertahankan keanekaragaman ekologis dan pengaturan lingkungan;

3. Melestarikan sumberdaya plasma nutfah;

4. Melestarikan kondisi kawasan tangkap air;

5. Menyediakan pelayanan rekreasi dan pariwisata;

6. Melindungi objek dan tempat warisan budaya, sejarah, dan purbakala;

7. Melindungi keindahan alam serta tempat terbuka, dan

8. Mendorong pemanfaatan rasional serta berkelanjutan dari kawasan marjinal dan

pembangunan perdesaan.

Taman Nasional Karimunjawa memiliki kekhasan tersendiri sehingga

ditunjuk dan ditetapkan menjadi Taman Nasional. Kekhasan yang ada di TN

Page 23: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

7

Karimunjawa antara lain elang laut, dara laut, rusa, kera ekor panjang, trocokan

karimuniensis, terumbu karang, dan bunga karang. Selain itu penduduk asli yang

berada di kawasan TN Karimunjawa juga merupakan sumber kearifan lokal yang

dapat dimanfaatkan sebagai objek ekowisata. Kearifan lokal yang masih dapat

dipelajari di Karimunjawa adalah saling menghormati sesama sebagai bentuk

syukur atas sumberdaya alam yang dapat dinikmati, masyarakat lokal juga sangat

menjunjung sejarah kawasan sehingga berusaha untuk tetap menjaga kawasan

untuk generasi berikutnya.

Ekowisata

Pada tahun 1991 The International Ecotourism Society (TIES)

mendefinisikan ekowisata sebagai kegiatan wisata yang memiliki tujuan berupa

konservasi terhadap lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Harapan dari kegiatan ekowisata adalah kontribusi terhadap konservasi maupun

pembangunan yang berwawasan lingkungan (Tsaur et al. 2006; Stronza and

Gordillo 2008). Ekowisata dapat bermanfaat bagi masyarakat lokal dan

membangun dukungan lokal maupun internasional untuk kawasan lindung dengan

tujuan menghasilkan pendapatan dari wisata berbasis alam, penyaluran bantuan

bagi kawasan lindung dan masyarakat lokal, serta pengalaman pendidikan bagi

wisatawan (Brightsmith et al. 2008). Bjork (2000) mengatakan bahwa ekowisata

harus non-konsumtif dan tingkat maupun ruang lingkup ekowisata ditentukan oleh

kerapuhan alam, budaya dan sosial.

Ekowisata merupakan wisata berwawasan lingkungan yang mendapat

perhatian dari masyarakat dunia, karena ekowisata lebih menekankan pada

pemanfaatan sumber-sumber lokal seperti alam dan lingkungan untuk konservasi,

pendidikan, dan ekonomi masyarakat (Yoeti 1999; Lisa 2005 dalam Qomarudin

2013). Menurut Damanik dan Weber (2006) bahwa dalam konteks ekowisata,

tingkat pendidikan wisatawan rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan

wisatawan konvensional (massal). Carter dan Lowman (1994) memberikan definisi

ekowisata merupakan bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami

yang lingkungannya dilindungi dan mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat lokal. Carter dan Lowman (1994) menyampaikan bahwa terdapat 4

gambaran perjalanan berlabel ekowisata, yaitu:

1. Wisata berbasis alam (nature based tourism)

2. Kawasan konservasi sebagai pendukung objek lingkungan (conservation

supporting system)

3. Wisata yang sangat peduli lingkungan (environmentally aware tourism)

4. Wisata yang berkelanjutan (sustainability run tourism).

Pengembangan ekowisata di kawasan taman nasional sangatlah tepat

kedalam bentuk ekowisata berbasis masyarakat lokal, karena masyarakat lokal

sebagai pemilik nilai-nilai dasar tentang konservasi yang tertuang dalam norma-

norma (Mastika 2018). Ekowisata berbasis masyarakat menciptakan peningkatan

perekonomian dan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat berupa penyediaan

jasa-jasa wisata untuk wisatawan seperti: penyewaan transportasi; akomodasi;

menjual kerajinan, makanan, pramuwisata, dan seni budaya. Ekowisata dapat

membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat

Page 24: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

8

yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa

bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan

ekowisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bersama World Wild

Foundation 2009).

Dampak Sosial dari Kegiatan Ekowisata

Menurut Roe et al. (1997), dampak perkembangan pariwisata dikategorikan

menjadi 3 aspek yaitu, aspek lingkungan, aspek sosial-budaya, dan aspek ekonomi.

Dalam perkembangannya, kegiatan ekowisata memberikan dampak positif maupun

negatif terhadap lingkungan dan nilai sosial budaya. Kepariwisataan akan

membawa hal baru dalam masyarakat dan kondisi yang ada di suatu destinasi akan

memberikan pengaruh pada proses sosial masyarakat (Qomarudin 2013).

Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat bisa berdampak positif

maupun negatif sehingga perlu diketahui dan dipaparkan lebih lanjut sejauh mana

kepariwisataan dan kedatangan wisatawan mempengaruhi kondisi sosial budaya

masyarakat (Thelisa et al. 2018).

Hall dan Page (2006) mengidentifikasi bahwa dampak positif sosial-budaya

dari ekowisata termasuk penguatan tradisi dan nilai-nilai, layanan masyarakat yang

efektif, peningkatan kesukarelaan, peningkatan identitas daerah dan partisipasi

masyarakat. Ap dan Compton (1998) dalam Stankova et al. (2005) mencoba

membangun skala dampak pariwisata dengan membagi dampak wisata yang

mungkin terjadi di kelas yang berbeda, yang salah satunya berfokus pada dampak

sosial dan budaya baik positif dan negatif. Vishwanatha dan Chandrashekara (2014)

mengatakan dampak positif sosial-budaya dari ekowisata diketahui kuat dalam

perbaikan ekonomi lokal melalui penerimaan manfaat finansial dari ekowisata.

Tabel 3 Identifikasi dampak dari perkembangan ekowisata

Pendapat Ahli Dampak

Ap dan Compton

(1998) dalam

Stankova et al.

(2005)

1. Dampak positif sosial:

a. Meningkatkan kualitas hidup

b. Meningkatkan ketersediaan fasilitas/ peluang rekreasi

c. Meningkatkan kualitas keamanan

2. Dampak positif budaya:

a. Meningkatkan pemahaman dan citra berbagai komunitas atau

budaya

b. Mempromosikan pertukaran budaya

c. Memfasilitasi pengunjung rapat (pengalaman pendidikan)

d. Menjaga identitas budaya lokal

e. Meningkatkan permintaan akan pameran sejarah dan budaya

3. Dampak negatif sosial budaya:

a. Peningkatan prostitusi

b. Alkoholisme meningkat

c. Peningkatan penyelundupan

d. Rawan terjadinya benturan antar masyarakat

e. Komunitas dan kehidupan pribadi yang semakin sibuk

f. Penciptaan budaya rakyat palsu

Page 25: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

9

Lanjutan Tabel 3 Pendapat Ahli Dampak

Vishwanatha dan

Chandrashekara

(2014)

1. Dampak positif ekonomi:

a. Perubahan peluang kerja

b. Pendapatan luar untuk pengembangan lokal dan regional

c. Peningkatan ekonomi lokal

d. Peningkatan pembangunan lokal

e. Peningkatan manfaat ekonomi untuk peningkatan mata

pencaharian rumah tangga lokal

f. Peningkatan dan pengembangan usaha kecil, menengah, dan

ekonomi mikro lokal

g. Meningkatnya pasar untuk produk dan layanan lokal

h. Meningkatkan relawan dan dana untuk mendukung konservasi

sumber daya alam dan lingkungan ekologis dan

pengembangan strategi mata pencaharian berkelanjutan di

daerah

2. Dampak negatif ekonomi:

a. Peningkatan biaya hidup

b. Penghasilan musiman atau pekerjaan menyebabkan ekonomi

lokal tidak stabil

c. Tempat tinggal semakin mahal

d. Penghasilan tinggi dalam migrasi keluar penduduk lokal

e. Produktivitas rendah dari sumber daya terbarukan dan tidak

terbarukan dan profitabilitas bisnis pariwisata yang buruk

f. Hubungan ekonomi dengan pemilik bisnis luar

g. Aktivitas pariwisata juga dominan ekonomi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Laksono dan Mussadun

(2014), dampak kegiatan ekowisata di Karimunjawa sebagai berikut:

1. Meningkatnya perekonomian dengan adanya penyedia jasa wisata, penyewaan

akomodasi, penyewaan kendaraan, penyewaan alat snorkeling dan diving

2. Tersedianya alternatif pendapatan dari kegiatan pariwisata

3. Terbukanya wawasan terhadap budaya asing

4. Munculnya lembaga-lembaga yang mengakomodir atau mengatur

keberlangsungan kegiatan pariwisata

5. Memudarnya norma-norma yang seharusnya tertanam pada masyarakat jawa

6. Berkurangnya jiwa sosial gotong royong dan cenderung egois

7. Munculnya persaingan terhadap usaha kepariwisataan

8. Berkurangnya kualitas kenyamanan dan keamanan

Konsep Daya Dukung Sosial

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa daya dukung lingkungan

hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan

manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Daya tampung

lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menerima

komponen-komponen yang masuk ke dalamnya. Penentuan daya dukung

Page 26: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

10

lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan,

yaitu:

1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang;

2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan; dan

3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Hasil penentuan daya

dukung lingkungan hidup ini merupakan acuan dalam penyusunan rencana tata

ruang wilayah.

Daya dukung merupakan kapasitas fisik dari objek wisata untuk menganalisis

jumlah maksimum kunjungan wisatawan tanpa mengurangi kualitas lingkungan

tersebut, ketika suatu objek dibanjiri oleh sejumlah wisatawan (di atas daya

dukung), akan mengurangi tingkat kepuasan para wisatawan dan ancaman

kerusakan lingkungan semakin tinggi. Daya dukung wisata merupakan tipe spesifik

dari daya dukung lingkungan dan mengarah kepada daya dukung dari lingkunan

biofisik serta sosial sehubungan dengan aktivitas wisatawan (Subur R 2012). Daya

dukung wisata merupakan tingkat pengunjung yang memanfaatkan suatu kawasan

wisata dengan perolehan tingkat kepuasan yang optimal serta dampak terhadap

sumberdaya yang minimal. Konsep ini meliputi dua faktor utama yang membatasi

perilaku pengunjung berkaitan dengan daya dukung yaitu kondisi lingkungan dan

kondisi sosial budaya masyarakat. Yulianda (2007) menyampaikan bahwa konsep

daya dukung mempertimbangkan dua hal yaitu kemampuan alam untuk mentolelir

gangguan atau tekanan dari manusia dan standar keaslian sumberdaya alam.

Menurut Marzetti dan Mosetti (2004), di antara prinsip-prinsip umum yang

ditetapkan dalam rekomendasi, ditekankan bahwa pariwisata harus dibatasi hingga

tingkat yang sesuai dengan daya dukung ekologis dan daya dukung sosial dari

lokasi tersebut.

Daya dukung sosial adalah tingkat penggunaan untuk lokasi yang diberikan,

di luar itu kualitas pengalaman pengunjung menurun atau tidak lagi dapat diterima

dengan mengembangkan model daya dukung sosial yang berfokus pada poin

deskriptif dan preskriptif (Shelby dan Heberlein 1984). Daya dukung sosial suatu

daerah wisata didefinisikan dari dua sudut pandang yang berbeda: a) dari sudut

pandang pengunjung, daya dukung sosial adalah tingkat kepadatan maksimum yang

bersedia diterima oleh pengunjung dari pengunjung lain tanpa mengurangi kualitas

pengalaman rekreasi dan b) dari sudut pandang penghuni, daya dukung sosial

adalah jumlah maksimum pengunjung yang ditoleransi oleh populasi masyarakat

lokal (O’Reilly 1986).

Menurut Donnelly et al. (2000), daya dukung sosial sering disebut sebagai

kepadatan yang dapat didiskusikan sebagai konsep normatif dan norma kepadatan

umumnya digambarkan sebagai standar berbasis pengunjung yang digunakan

individu dan kelompok untuk mengevaluasi perilaku dan kondisi sosial dan

lingkungan. Standar sosial dianggap normatif jika ada kesepakatan konsensus yang

kuat tentang norma dan kepentingan relatif dari norma, jika pengunjung memiliki

standar normatif seperti itu, maka mereka dapat digunakan untuk manajemen daya

dukung sosial dari area rekreasi dan konservasi (Arnberger et al. 2004).

De Ruyck et al. (1997) menyoroti bahwa dalam hal pengunjung, keberadaan

fasilitas dan inovasi ekonomi seperti organisasi kegiatan yang menarik perhatian

banyak orang dapat meningkatkan daya dukung sosial, yang juga berubah sesuai

dengan karakteristik pengunjung (jenis kelamin, pendidikan, sikap, dan lain-lain).

Daya dukung sosial adalah indikator dinamis yang ukurannya dipengaruhi oleh

Page 27: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

11

banyak faktor yang spesifik dengan pertimbangan kondisi lokasi (Marzetti dan

Mosetti 2004). Konsep daya dukung sosial digunakan sebagai istilah umum untuk

mencakup tingkat toleransi populasi tuan rumah, serta kualitas pengalaman

pengunjung ke daerah tersebut, hal ini dapat didefinisikan sebagai tingkat

penggunaan maksimum (dalam hal jumlah dan kegiatan) yang dapat diserap oleh

suatu daerah tanpa penurunan kualitas pengalaman pengunjung yang tidak dapat

diterima dan tanpa dampak buruk yang tidak dapat diterima pada masyarakat di

area tersebut.

Dua komponen daya dukung sosial adalah (a) kualitas pengalaman yang akan

diterima pengunjung sebelum mencari tujuan alternatif, dan (b) tingkat toleransi

populasi tuan rumah terhadap kehadiran wisatawan (Saveriades 2000). Kepuasan

pengunjung kemungkinan tidak selalu menjadi ukuran yang baik dari daya dukung

sosial, karena jumlah pengunjung dapat mencapai titik di mana pengalaman yang

diinginkan tidak lagi disediakan meskipun tidak ada pengurangan nyata dalam

kepuasan pengunjung yang hadir. Kepuasan akan selalu cukup tinggi bagi

pengunjung saat ini ke area rekreasi, meskipun pengalaman mereka mungkin sangat

berbeda dari pengunjung sebelumnya (Watson 1988).

Konsep daya dukung sosial adalah konsep yang semakin penting dalam

literatur pariwisata (Zaidan dan Kovacs 2017). Daya dukung sosial seperti yang

didefinisikan oleh Boniface dan Cooper (2005) adalah ukuran kemampuan

masyarakat tuan rumah untuk mentoleransi pariwisata yang dipengaruhi oleh

perbedaan dalam hal budaya dan kondisi ekonomi antara wisatawan dan penduduk

setempat; masyarakat lokal biasanya menunjukkan toleransi yang lebih besar

terhadap para wisatawan yang lebih dekat dalam penampilan, karakteristik

ekonomi, budaya, dan bahasa (Mathieson dan Wall 1982). Reisinger (1994)

berpendapat, semakin besar jarak antara masyarakat lokal dengan wisatawan akan

semakin terlihat dampak sosial-budaya. Daya dukung sosial bervariasi tergantung

pada sejauh mana tujuan wisata dan populasi tuan rumah mampu menyerap

kedatangan wisatawan baik secara fisik dan psikologis tanpa fasilitas dan layanan

lokal yang luar biasa (Lundberg 1974). Selanjutnya, daya dukung sosial

dipengaruhi oleh kecepatan dan intensitas pengembangan pariwisata, serta

pendekatan yang digunakan. Sebagai contoh, ketika pariwisata secara bertahap

diintegrasikan ke dalam ekonomi yang mapan, dampak sosial-budaya umumnya

tidak terlalu signifikan. Di sisi lain, berbagai dampak sosial-budaya yang tidak

diinginkan tidak dapat dihindari ketika pariwisata menggantikan kegiatan ekonomi

yang mapan dalam periode waktu yang lebih singkat (Wall dan Mathieson 2006).

Pengembangan konsep dan indikator dapat merumuskan batas-batas

kemampuan manusia dan kelompok penduduk untuk menciptakan keserasian sosial

seperti seperti merumuskan daya dukung (Faturochman dan Widaningrum 1993).

Getz (1981) menentukan batasan-batasan daya dukung sosial bagi masyarakat lokal

melalui dua aspek, yaitu aspek sosial budaya dan sosial ekonomi. Indikator

penentuan daya dukung sosial dari aspek toleransi masyarakat diperlukan untuk

menentukan skala karakter toleransi melalui tiga aspek, yaitu aspek kedamaian,

aspek menghargai perbedaan, dan aspek kesadaran (Supriyanto dan Wahyudi

2017). Batasan-batasan penelitian toleransi masyarakat terhadap kegiatan

ekowisata, berdasarkan indikator-indikator daya dukung sosial menurut para ahli

dijelaskan pada Tabel 4.

Page 28: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

12

Tabel 4 Indikator-indikator daya dukung sosial

Getz (1981) Faturochman dan

Widaningrum (1993)

Supriyanto dan Wahyudi

(2017)

1. Sosial Budaya

a. Stabilitas populasi

b. Migrasi

c. Standar kehidupan

d. Layanan dan fasilitas

e. Kejenuhan

f. Kelangsungan

komunitas

g. Sikap dan masalah

sosial

h. Kepuasan

i. Tradisi dan bahasa

2. Sosial Ekonomi

a. Penanaman modal

b. Biaya operasional

c. Peluang usaha

d. Efek pada sektor lain

e. Pasokan/

keterampilan tenaga

kerja

f. Inflasi

g. Penawaran dan

permintaan

1. Kondisi Sosial

a. Etnis

b. Agama

c. Pendapatan

d. Pendidikan

2. Lembaga Sosial

a. Adat-istiadat

b. Musyawarah

c. Pengadilan adat

d. Pengadilan formal

ulah manusia

3. Pertumbuhan

Ekonomi

a. Stabilitas

b. Laju inflasi

4. Teknologi

a. Inovasi teknologi

b. Daya serap

teknologi

c. Transfer teknologi

5. Ketersediaan

Prasarana

1. Aspek kedamaian

a. Peduli

b. Ketidaktakutan

c. cinta

2. Aspek menghargai

perbedaan dan individu

a. Saling menghargai satu

sama lain

b. Menghargai perbedaan

orang lain

c. Menghargai diri sendiri

3. Aspek kesadaran

a. Menghargai kebaikan

orang lain

b. Terbuka dan reseptif

c. Kenyamanan dalam

kehidupan

d. Kenyamanan dengan

orang lain

Pariwisata menggambarkan proses sosial dan interaksi sosial yang

dipertemukan oleh unsur-unsur, antara lain: lembaga, kepentingan, individu dan

kelompok dan sebagainya baik secara langsung maupun tidak langsung (Soemanto

RB 2010). Adanya interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan

menimbulkan dampak positif dan negatif dari aspek sosial-budaya maupun sosial-

ekonomi, sehingga diperlukan toleransi antara masyarakat lokal dengan wisatawan

untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Toleransi memiliki arti bertahan atau

memikul, menurut Siagian (1995) toleran diartikan dengan saling menerima

walaupun hal tersebut tidak disukai; atau memberi kesempatan kepada orang lain,

walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. Namun menurut W. J. S.

Poerwadarminto (1986) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi adalah

sikap/ sifat menenggang berupa menghargai serta memperbolehkan suatu

pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda

dengan pendirian sendiri.

Kualitas Pengalaman Wisatawan

Pengalaman wisata sebagai interaksi antara wisatawan sebagai aktor dan

destinasi wisata sebagai destinasi pengalaman yang disimpan dalam memori jangka

panjang. (Stamboulis dan Skayannis 2003, Larsen 2007). Menurut O'Dell (2007),

pengalaman wisatawan menunjukkan bahwa pengalaman lebih dari sekadar

wisatawan. Industri pariwisata juga merupakan bagian dari generasi, pementasan,

Page 29: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

13

dan konsumsi pengalaman melalui manipulasi tempat dan presentasi budaya.

Kualitas pengalaman wisatawan merupakan bagian pariwisata dan memiliki

peranan penting dalam daya saing destinasi wisata, selain itu pengalaman

wisatawan jauh lebih penting dari produk wisata (Mei 2014). Persaingan dalam

pasar pariwisata, harus mampu memberikan pengalaman kepada wisatawan

(Chandralal dan Valenzuela 2013).

Gambar 2 Model pengalaman konseptual pengaruh dan hasil (Clawson dan Knetsch

1966)

Clawson dan Knetsch (1966) menggunakan model lima fase, dengan

menggabungkan pengaruh dan hasil pribadi. Pada gambar 2, pengalaman wisata

adalah semua yang terjadi selama kegiatan wisata (perjalanan ke destinasi wisata,

aktivitas di tempat wisata, dan perjalanan pulang dari destinasi wisata). Fase

antisipatif dan fase ingatan dari pengalaman wisata menunjukkan pengalaman

wisatawan direncanakan dan diantisipasi sebelum perjalanan terjadi dan diingat

lama setelah perjalanan selesai. Fase antisipasi dan ingatan juga mempengaruhi

pengalaman itu sendiri. Hal ini mendasari gagasan bahwa selama perjalanan ke

lokasi, wisatawan masih dalam proses mengembangkan dan menyempurnakan

harapan tujuan, seperti juga perjalanan kembali dapat melibatkan refleksi pada

perjalanan yang baru saja terjadi. Selama pengalaman, tiga kategori pengaruh

disajikan, melibatkan unsur-unsur yang berada di luar individu. Aspek fisik

melibatkan elemen-elemen berbasis tempat, sementara aspek sosial mencakup

berbagai pengaruh sosial pada pengalaman. Pengaruh produk dan layanan mewakili

faktor-faktor seperti kualitas layanan, kegiatan rekreasi yang tersedia, dan jenis

produk terkait wisata yang tersedia.

Faktor pengaruh Faktor perorangan

Perjalanan menuju

lokasi

Aktifitas di lokasi

Perjalanan kembali

Pen

gal

aman

Wis

ataw

an

Antisipasi

Kenangan

Motivasi/ ekspektasi

Kepuasan/

ketidakpuasan

Pengetahuan

Daya ingat

Persepsi

Emosi

Identitas diri

Aspek Fisik

Aspek Sosial

Produk/ pelayanan

Page 30: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

14

Kepuasan Wisatawan

Kepuasan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah puas;

merasa senang; hal yang bersifat kesenangan, kelegaan dan sebagainya. Menurut

Arifin dan Rahayu (2012) kepuasaan adalah keadaan yang dirasakan seseorang dari

hasil membandingkan produk atau jasa yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan

merupakan perasaan seseorang setelah membadingkan kinerja/ hasil yang

didapatkannya dengan harapannya, sehingga tingkat kepuasan merupakan fungsi

dari kinerja yang dirasakan dengan harapan (Supranto 2011).

Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-

undang nomor 10 tahun 2009). Menurut Smith dalam Pitana dan Gayatri 2005,

wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara

sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang berbeda.

Menurut Internasional Union Of Official Travel Organisasion (IUOTO),

pengunjung atau wisatawan yaitu setiap orang yang datang kesuatu negara atau

tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan

pekerjaan yang menerima upah, sehingga dapat disimpulkan bahwa wisatawan

adalah orang-orang yang melakukan kegiatan perjalanan dengan tujuan

memperoleh kesenangan, tidak untuk bekerja, menetap, atau pun mencari nafkah.

Dalam konteks pariwisata, Parasuraman et al. (1985) menyatakan bahwa

kepuasan keseluruhan pelanggan atau wisatawan mungkin terkait dengan penilaian

mereka tidak hanya tentang kualitas tetapi juga produk yang disediakan dan harga.

Kepuasan wisatawan adalah perbandingan antara kinerja produk yang dihasilkan

dengan kinerja yang dirasakan oleh wisatawan. Jika berada di bawah harapan,

wisatawan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan wisatawan akan puas, jika

kinerja melebihi harapan, wisatawan sangat puas atau senang. Chon (1989),

melaporkan bahwa kepuasan wisatawan adalah hasil dari hubungan antara harapan

wisatawan tentang suatu obyek wisata berdasarkan citra yang mereka dengar

sebelumnya tentang daerah tujuan wisata serta penelaahannya dari hasil

pengalaman mereka di lokasi wisata. Oliver (1981) menyatakan bahwa kepuasan

wisatawan dapat dilihat sebagai evaluasi pasca pembelian seorang wisatawan

terhadap suatu obyek atau tujuan wisata.

Penentuan kriteria atau indikator pengukuran kepuasan wisatawan pada

kawasan wisata alam telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dengan

menerbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8013: 2014 tentang Pengelolaan

Pariwisata Alam. SNI tersebut bertujuan sebagai pedoman bagi pemangku

kepentingan untuk pengelolaan pariwisata alam secara lestari dengan

mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan pariwisata alam sebagaimana dalam

SNI ini adalah kelestarian fungsi ekosistem; kelestarian obyek daya tarik wisata

alam (ODTWA); kelestarian sosial budaya; kepuasan, keselamatan dan

kenyamanan pengunjung; serta bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat

sekitar, pemerintah maupun pengusaha pariwisata alam. Adapun kriteria kepuasan

wisatawan menurut SNI 8013: 2014 adalah terlaksananya pelayanan prima,

terlaksanakannya interpretasi sumberdaya alam yang digunakan sebagai daya tarik

wisata alam, dan terjaminnya keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek.

Page 31: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

15

Persepsi dan Sikap Para Pelaku

Persepsi merupakan proses seseorang mengorganisasikan dan

menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan suatu

makna tertentu pada lingkungan (Siagian 1995). Persepsi dalam arti yang sempit

adalah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan persepsi

dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang

memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt 1997). Persepsi merupakan suatu

proses yang didahului oleh proses penginderaan terhadap suatu stimulus yang

kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan oleh individu, sehingga individu

menyadari, mengerti tentang apa yang diindera tersebut. Seseorang memilikli

perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman-pengalaman yang tidak sama yang

menyebakan persepsi orang terhadap stimulus atau objek yang sama dapat

berbeda-beda (Walgito 2002).

Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi antara lain: (1) pelaku persepsi,

yaitu bila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan

apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik-

karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/ kebutuhan

individu, suasana hati, pengalaman masa lalu, prestasi belajar sebelumnya dan

pengharapan; (2) target yang akan diamati, yaitu berkenaan dengan karakteristik

target yang dapat mempengaruhi hal-hal yang dipersepsikan; (3) Situasi, yaitu

unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi persepsi (Robbins

1996).

Selain faktor lingkungan, pariwisata alam juga dipengaruhi persepsi dan juga

perilaku para pelaku pariwisata khususnya wisatawan, ekonomi lokal (penyedia

jasa pariwisata) dan pengelola yang merepresentasikan konsumen dan produsen/

pelaku usaha. Peruntukan kawasan konservasi yang dikelola sebagai obyek wisata,

membutuhkan keterpaduan antara pemanfaatan obyek alam dan perlindungan

ekosistem. Menurut Nugroho (2011), ekowisata merupakan bagian wisata

berkelanjutan yang berarti:

1. Menghargai warisan budaya dan alamnya;

2. Mendukung upaya-upaya konservasi;

3. Tidak menghasilkan dampak negatif;

4. Memberikan keuntungan sosial ekonomi dan menghargai partisipasi penduduk

lokal. Salah satu isu konservasi pada aktivitas ekowisata di kawasan konservasi

adalah kegiatan ekowisata yang cenderung berkarakter wisata massal.

Permsalahan tersebut menjadi penting bagi pengembangan kesadaran publik

tentang upaya-upaya konservasi.

Sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk bertindak secara suka

maupun tidak suka. Menurut Mar’at (1984), sikap merupakan kesiapan mental dan

syaraf yang didapat melalui pengalaman dan berpengaruh langsung terhadap

tanggapan individu dari keadaan dimana mereka berhubungan. Sikap merupakan

reaksi terhadap objek maupun situasi yang disertai adanya perasaan dan

menghendaki adanya respon terhadap hal tersebut (Mulyana 2013). Sikap dapat

berimplikasi terhadap tindakan sesuai dengan keadaan seseorang.

Perilaku wisatawan adalah proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang

mencari, memilih, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa

untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Morissan 2007). Perilaku

Page 32: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

16

wisatawan merupakan respon psikologis yang muncul berupa tindakan secara

individu dalam usaha memperoleh dan menggunakan produk (Ali 2008). Faktor -

faktor yang mempengaruhi perilaku wisatawan adalah faktor budaya, faktor sosial,

faktor personal, dan faktor psikologi (Kotler P 2009).

Perumusan Strategi dengan Analisis SWOT

Analisis SWOT juga dikenal sebagai analisis TOWS yang dikemukakan oleh

manajemen Weihrich di University of San Francisco pada awal tahun 1980-an, dan

merupakan metode yang dapat menganalisis dan mempelajari secara obyektif dan

mempelajari kondisi saat ini. Empat huruf SWOT masing-masing mewakili:

kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman. Secara keseluruhan, SWOT dapat dibagi

menjadi dua bagian: bagian pertama adalah SW, digunakan untuk menganalisis

kondisi internal; bagian kedua adalah PL, digunakan untuk menganalisis kondisi

eksternal. Metode ini dapat mengetahui faktor-faktor yang menguntungkan dan

layak, dan menghindari yang tidak menguntungkan. Analisis ini dapat menemukan

masalah, mencari solusi, dan memperjelas arah pengembangan selanjutnya (Zhang

X 2012).

Menurut Phadermrod et al. (2019) analisis SWOT adalah metode yang umum

digunakan untuk menganalisis dan memosisikan sumber daya dan lingkungan

organisasi di empat wilayah: Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman.

Kekuatan dan Kelemahan adalah faktor internal (terkendali) yang mendukung dan

menghalangi organisasi untuk mencapai misi mereka masing-masing. Sedangkan

Peluang dan Ancaman adalah faktor eksternal (tidak dapat dikendalikan) yang

memungkinkan dan menonaktifkan organisasi dari menyelesaikan misi mereka.

Dengan mengidentifikasi faktor-faktor di empat bidang ini, organisasi dapat

mengenali kompetensi intinya untuk pengambilan keputusan, perencanaan, dan

strategi pembangunan.

Analisis SWOT adalah salah satu dari banyak alat yang dapat digunakan

dalam proses perencanaan strategis organisasi. Alat lain yang biasanya digunakan

untuk analisis strategi adalah analisis PEST, analisis Five Forces, dan 3C

(Company–Customer–Competitor). Mengenai survei yang dilakukan oleh Yayasan

Intelijen Kompetitif (Fehringer, Hohhof, dan Johnson, 2006) yang menerima

tanggapan dari 520 profesional cerdas yang kompetitif, SWOT adalah alat analitik

kedua yang paling sering digunakan dengan 82,6% responden. Itu peringkat setelah

analisis pesaing dengan 83,2% responden. Selain itu, survei berdasarkan jawaban

yang diberikan oleh Chief Executive Officer dari berbagai organisasi di Inggris

menunjukkan bahwa analisis SWOT adalah alat strategis yang paling banyak

diterapkan oleh organisasi di Inggris (Gunn dan Williams 2007). Sebuah survei

tentang metode analitis yang digunakan oleh perusahaan di Afrika Selatan untuk

pemindaian lingkungan juga menunjukkan bahwa analisis SWOT adalah alat

analitik yang paling sering digunakan dengan 87% responden diikuti oleh analisis

pesaing dengan 85% responden (du Toit, 2016).

Keuntungan utama dari analisis SWOT adalah kesederhanaannya telah

menghasilkan penggunaan berkelanjutan baik di perusahaan-perusahaan terkemuka

dan komunitas akademis (Ghazinoory et al. 2011) sejak dikembangkan pada 1960-

an. Terlepas dari kelebihannya, ada kekurangan dalam pendekatan SWOT

Page 33: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

17

tradisional karena menghasilkan daftar faktor yang dangkal dan tidak tepat,

bergantung pada persepsi subjektif dan tidak memiliki prioritas faktor mengenai

pentingnya setiap faktor SWOT.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian tepatnya di Desa Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian dilakukan selama 5

bulan dari bulan Agustus-Desember 2019 dengan melalui 4 tahap, yaitu: 1)

Pengumpulan data dan informasi dari literatur terkait, 2) Survey lapangan dan

pengumpulan data lapangan, 3) Pengolahan data, 4) Penulisan tesis.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: peta kawasan

Taman Nasional Karimunjawa, data demografi Kecamatan Karimunjawa,

instrumen kuesioner, digital voice recorder, kamera digital dan peralatan lainnya

yang mendukung pengambilan data di lapangan. Untuk pengolahan data

menggunakan perangkat komputer dengan program microsoft word, microsoft

excel, dan SPSS versi 23.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan seluruh data

hasil pengamatan di lapangan (kuesioner dan wawancara), dan Focus Group

Discussion (FGD) dengan stakeholder terkait. Pengumpulan data terkait kondisi

sosial budaya masyarakat di Karimunjawa selain menggunakan kuesioner, juga

menggunakan metode FGD, dengan stakeholder dari pemerintah, masyarakat

(penyedia jasa dan bukan penyedia jasa), dan lembaga/ kelompok masyarakat yang

membidangi ekowisata di Karimunjawa. FGD tersebut dilakukan dengan

mengklasterkan stakeholder-stakeholder tersebut sesuai dengan kepentingannya.

Pengelompokan stakeholder masyarakat hanya pada kepala keluarga (bukan

individu), tetapi untuk pelaku usaha pada setiap individu. Data sekunder meliputi

data administrasi desa, sebaran jumlah penduduk dan pengunjung, dan studi

literatur.

Jumlah Sampel

Pengambilan sampel wisatawan pada penelitian ini menggunakan cara

acidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan, responden

yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti sehingga dapat dijadikan sampel

bila dipandang cocok sebagai sumber data (Sugiyono 2015). Pemilihan responden

sebagai sampel penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Page 34: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

18

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Jepara pada tahun 2018 terdapat

kunjungan sebanyak 137,835 wisatawan. Data tersebut tidak dapat dijadikan acuan

sebagai jumlah populasi tetap, karena data tersebut berdasarkan manifest

penumpang kapal penyebrangan. Pada penyeberangan tersebut penumpang dapat

dikategorikan sebagai masyarakat, wisatawan, peneliti, tugas kedinasan, dan

lainnya. Menurut Cooper dan Emory (1996), sampel sejumlah 100 responden dari

populasi sejumlah 5000, memiliki ketepatan estimasi yang sama dengan populasi

sejumlah 200 juta. Sehingga besaran sampel pada penelitian ini sejumlah 200

responden untuk wisatawan dan 140 sampel untuk masyarakat (70 masyarakat

penyedia jasa wisata dan 70 masyarakat bukan penyedia jasa wisata). Masyarakat

penyedia jasa wisata merupakan masyarakat yang menjual jasa-jasanya seperti

penyewaan akomodasi, penyewaan perahu, penjual dan pengrajin souvenir, dan

pramuwisata.

Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data pada penelitian ini dilakukan sebanyak 4 tahapan

penelitian. Setiap tahapan penelitian menggunakan teknik analisis sebagaimana

tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5 Matriks tahapan pencapaian tujuan penelitian

No. Tahapan

Penelitian

Data yang

digunakan

Sumber

data

Teknik

Analisis Keluaran

1 Mengukur

pengaruh

perilaku

wisatawan

terhadap

perubahan sikap

masyarakat

Karimunjawa

Data

primer

dari

kuesioner

dan data

sekunder

Kuesioner

lapangan

Regresi

linier

sederhana,

deskriptif

kuantitatif

Besaran

pengaruh

perilaku

wisatawan

terhadap

perubahan

sikap

masyarakat

2 Menganalisis

daya dukung

sosial dari

parameter

kepuasan

wisatawan

Parameter

kualitas

pelayanan

Kuesioner

lapangan,

studi

literatur

Importance

Performance

Analysis

(IPA), dan

Indeks

Kepuasan

Pelanggan

(IKP)

Tingkat

kepuasan

wisatawan

3 Menganalisis

daya dukung

sosial dari

parameter

toleransi

masyarakat

Keluaran

tahapan

ke 1

Kuesioner

lapangan,

Focus

Group

Discussion,

studi

literatur

Deskriptif

kualitatif

Tingkat

toleransi dan

ekonomi

masyarakat

Page 35: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

19

Lanjutan Tabel 5

No. Tahapan

Penelitian

Data yang

digunakan

Sumber

data

Teknik

Analisis Keluaran

4 Menyusun

strategi

pengelolaan

ekowisata dilihat

dari kondisi

daya dukung

sosial di Taman

Nasional

Karimunjawa

Keluaran

tahapan

ke 2 dan 3

Studi

literatur,

wawancara

Deskriptif

kualitatif,

SWOT

Strategi

pengelolaan

ekowisata

Taman

Nasional

Karimunjawa

Metode Analisis Data

Pengaruh Perilaku Wisatawan Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat

Pengukuran pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap

masyarakat karimunjawa menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan

regresi sederhana dari variabel-variabel yang ditentukan. Penghitungan skoring

setiap instrumen pertanyaan menggunakan skala likert. Variabel-variabel tersebut

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk mengukur ketepatan dan

konsistensi suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Tangkere, Sondak 2017).

Tabel 6 Skala likert

Keterangan Skor

Sangat setuju 4

Setuju 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Sumber: Sugiyono (2013)

Tabel 7 Matriks variabel dependent dan independent

Variabel Indikator

Variabel dependent

sikap masyarakat

1. Sosial ekonomi

2. Sosial budaya

3. Lingkungan

Variabel independent

Perilaku wisatawan

1. Cara berbicara

2. Cara berpakaian

3. Kemanan dan ketertiban

4. Adat dan budaya

5. Ekonomi

6. Lingkungan

Page 36: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

20

1) Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk menentukan valid atau tidak valid alat ukur

dengan menggunakan rumus pearson:

𝒓𝒙𝒚 =𝑵 ∑ 𝑿𝒀− (∑ 𝑿)(∑ 𝒀)

√{𝑵 ∑ 𝑿𝟐−(∑ 𝑿)𝟐} {𝑵 ∑ 𝒀𝟐−(∑ 𝒀)𝟐}

................................................................ (1)

Keterangan:

rxy = r hitung

∑xy = jumlah hasil kali skor x dan y

∑x = jumlah skor x

∑y = jumlah skor y

∑x2 = jumlah kuadrat skor x

∑y2 = jumlah kuadrat skor y

N = jumlah sampel

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana alat ukur yang

digunakan dapat dipercaya dan diandalkan (Sudjana 2005), dengan

menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Dasar pengambilan keputusan dalam

uji reliabilitas adalah jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar “>” dari 0.6, maka

kuesioner atau alat uji tersebut dinyatakan reliabel (Sujarweni 2014).

𝒓𝟏𝟏 = [𝒏

𝒏−𝟏] [𝟏 −

∑ 𝝈𝒕𝟐

𝝈𝒕𝟐 ] ................................................................................... (2)

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item pertanyaan yang diuji

∑ 𝝈𝒕𝟐 = jumlah skor varians tiap-tiap item

𝝈𝒕𝟐 = varians total

Hasil perhitungan uji reliabilitas seluruh item pertanyaan diintepretasikan

menurut Riduwan (2009) sebagai berikut:

Tabel 8 Kriteria reliabilitas suatu penelitian

Interval Koefisien Reliabilitas Tingkat Hubungan

0.800 – 1.000 Sangat reliabel

0.600 – 0.799 Reliabel

0.400 – 0.599 Cukup reliabel

0.200 – 0.399 Kurang reliabel

0.000 – 0.199 Tidak reliabel

Sumber: Riduwan (2009)

2) Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data pada masing-

masing variabel yang akan digunakan dalam penelitian terdistribusi normal

atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan pengujian

kolmogorov-smirnov dengan asumsi menurut Sugiyono (2013) adalah:

Page 37: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

21

a) Data berdistribusi normal, jika nilai sig (signifikasi) >0.05;

b) Data tidak berdistribusi normal, jika nillai sig (signifikasi) <0.05.

b. Uji Linieritas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang linear secara

signifikan antar variabel. Korelasi yang baik seharusnya terdapat hubungan

linear antara variabel. Uji ini menggunakan cara compare means yang akan

menghasilkan tabel ANOVA dengan pengambilan keputusan:

a) Jika nilai deviation from linearity sig. >0.05, maka ada hubungan linear

secara signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent;

b) Jika nilai deviation from linearity sig. <0.05, maka tidak ada hubungan

linear secara signifikan antara variabel independent dengan variabel

dependent;

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari nilai residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Model regresi seharusnya tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas Cara mengujinya dengan menggunakan uji Glejser, yaitu

meregresikan variabel independent terhadap nilai absolute residual. Dasar

pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas adalah jika nilai

sig>0.05, maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Jika terjadi gejala

heteroskedastisitas, penyelesainnya dengan mentransformasikan persamaan

regresi linear menjadi regresi logistik (Manuri et al. 2016 dalam Rahadian

2019).

3) Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi adalah suatu metode statistik yang mengamati hubungan

antara variabel terikat Y dan serangkaian variabel bebas X1,…,Xp, yang

bertujuan untuk memprediksi nilai Y untuk nilai X yang diberikan dan regresi

linier sederhana adalah model regresi yang hanya memiliki satu variabel bebas

X (Hijriani et al. 2016). Analisis regresi memiliki beberapa kegunaan, salah

satunya untuk melakukan prediksi terhadap variabel terikat Y (Smadi et al.

2012). Persamaan untuk model regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:

𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝑿 ................................................................................................... (3)

Keterangan :

Y = Variabel akibat (dependent)

X = Variabel penyebab (independent)

a = konstanta

b = koefisien regresi

4) Uji t (ANOVA)

Uji t digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil

yang menyatakan bahwa ada atau tidaknya pengaruh parsial yang diberikan

variabel (Sudjiono 2010, Rahadian 2019). Setelah melakukan analisis faktor

terhadap masing-masing variabel, akan menghasilkan uji t dan tingkat

signifikansi menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). ANOVA

merupakan metode untuk menguji hubungan antara variabel independent dengan

varibel dependent (Latan dan Temalagi 2013).

Hipotesis penelitian ini adalah:

Page 38: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

22

H0 : = 0 (tidak ada pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap

masyarakat Karimunjawa)

H1 : ≠ 0 (ada pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap

masyarakat Karimunjawa)

5) Uji Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2)

Uji koefisien korelasi merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya hubungan antara variabel independent dan variabel dependent.

Besaran nilai koefisien korelasi dikatakan baik jika mendekati nilai -1 sampai

dengan 1, namun jika nilai koefisien korelasi 0 atau mendekati 0 maka hubungan

antar variabel lemah atau tidak ada hubungan. Uji koefisien korelasi

menggunakan pearson, dengan pengambilan keputusan jika nilai sig<0.05 maka

terdapat korelasi antara variabel independent dan variabel dependent dan jika

nilai sig>0.05 maka tidak terdapat korelasi antara variabel independent dan

variabel dependent. Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui

besaran pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Nilai

koefisien determinasi didapat dari pengkuadratan nilai koefisien korelasi dengan

rentang nilai 0 sampai dengan 1, jika R2 bernilai (-) negatif maka tidak terdapat

pengaruh antar variabel. Pedoman intepretasi menurut Sugiyono (2013)

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Pedoman intepretasi koefisien korelasi dan determinasi

Interval koefisien Tingkat hubungan/ pengaruh

0.00 – 0.199 Sangat lemah

0.20 – 0.399 Lemah

0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Kuat

0.80 – 1.000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2013)

Daya Dukung Sosial Taman Nasional Karimunjawa

Daya dukung sosial adalah ukuran kemampuan masyarakat tuan rumah untuk

mentoleransi pariwisata yang dipengaruhi oleh perbedaan dalam hal budaya dan

kondisi ekonomi antara wisatawan dan penduduk setempat (Boniface dan Cooper

2005). Konsep daya dukung sosial merupakan tingkat kenyamanan dan apresiasi

pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan area akibat adanya

pengguna lain dalam waktu bersamaan dengan memperhatikan pengembangan

kawasan menimbulkan konflik dengan penggunaan lainnya (Kurnia 2005). Pengukuran

daya dukung sosial melihat 2 aspek, yaitu tingkat kepuasan wisatawan dan tingkat

toleransi masyarakat setempat.

1) Analisis Tingkat Kepuasan Wisatawan

Analisis tingkat kepuasan wisatawan dalam penelitian ini menggunakan

Importance Performance Analysis (IPA) dari aspek wisatawan. Penghitungan

tingkat kepentingan kinerja menggunakan IPA digunakan untuk memetakan

hubungan antara kepentingan dengan kepuasan/ kinerja dari masing-masing

atribut agar dapat menganalisis tingkat kepuasan responden secara keseluruhan

(Martilla, James 1977) dan telah diterima secara umum dan dipergunakan pada

berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil

Page 39: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

23

analisa yang memudahkan usulan perbaikan kinerja (Martinez 2003).

Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dilakukan uji validitas serta uji

reliabilitas. Skoring setiap atribut pertanyaan menggunakan skala Likert 1

sampai 4.

Tabel 10 Skoring tingkat kinerja/ kepuasan dan kepentingan

Kinerja/ kepuasan Kepentingan Skor

Sangat tidak puas Sangat tidak penting 1

Tidak puas Tidak penting 2

Puas Penting 3

Sangat puas Sangat penting 4

Sumber: Sugiyono (2013)

Tahapan-tahapan analisis IPA adalah sebagai berikut:

a) Menghitung nilai rata-rata tingkat kinerja dan tingkat kepentingan

Nilai rata-rata ini merupakan titik tengah untuk membagi kuadaran pada

grafik IPA.

𝑿𝒊 =∑ 𝑿𝒌

𝒊=𝟏

𝒏 ................................................................................................ (4)

dan

𝒀𝒊 =∑ 𝒀𝒌

𝒊=𝟏

𝒏 ............................................................................................... (5)

Keterangan:

Xi : bobot rata-rata tingkat penilaian kepuasan atribut ke-i

Yi : bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i

n : jumlah responden

b) Mengukur tingkat kesesuaian

Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/ kepuasan

(performance) dengan skor kepentingan (importance) yang akan menentukan

urutan prioritas peningkatan kinerja setiap atribut. Semakin tingggi

presentase tingkat kesesuaian maka semakin tinggi pula kepuasan pada

atribut tersebut.

𝑻𝒌𝒊 = 𝑿𝒊

𝒀𝒊 𝒙 𝟏𝟎𝟎% .................................................................................... (6)

Keterangan:

Tki : Tingkat kesesuaian atribut ke-i

Xi : bobot rata-rata tingkat penilaian kepuasan atribut ke-i

Yi : bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i

c) Menggambarkan kuadran IPA (diagram kartesius) dengan nilai tingkat

kinerja sebagai sumbu X (horizontal) dan nilai tingkat kepentingan sebagai

sumbu Y (vertikal). Pembagian kuadran dapat dilakukan dengan menetapkan

titik tolak (X, Y) yang dilalui dua garis berpotongan tegak lurus. Kuadran 1

(pertahankan prestasi) menunjukkan bahwa atribut dianggap penting dan

memiliki nilai kepuasan yang tinggi. Kuadran 2 (prioritas utama) memuat

atribut yang dianggap penting namun dengan nilai kepuasan di bawah

harapan wisatawan. Kuadran 3 (prioritas rendah) memuat atribut yang

dianggap kurang penting dan tidak menjadi prioritas. Kuadran 4 (berlebihan)

Page 40: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

24

memuat faktor-faktor yang dianggap tidak terlalu penting dan tidak terlalu

diharapkan, sehingga lebih baik mengalihkan pada faktor lain yang lebih

memiliki tingkat prioritas lebih tinggi.

Gambar 3 Kuadran Importance Performance Analysis (IPA)

Tingkat kepuasan wisatawan dianalisis dari IPA dan indeks kepuasan

pelanggan (IKP). Kualitas jasa (quality service) adalah ukuran seberapa bagus

tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan,

dengan tingkat pelayanan yang diberikan secara maksimal akan memberikan

kepuasan konsumen (Wijaya 2010). Lima dimensi kualitas jasa (variabel)

kepuasan pengunjung meliputi: bukti langsung (tangible), keandalan

(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati

(emphaty), selengkapnya tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11 Indikator/ atribut kepuasan pengunjung berdasarkan dimensi service

quality

No. Indikator/ atribut

Bukti langsung (tangible)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

a. Ketersediaan transportasi lokal

b. Ketersediaan informasi wisata

c. Ketersediaan akomodasi

d. Ketersedian tempat makan

e. Kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata

f. Peran serta lembaga swadaya masyarakat

g. Kebersihan lingkungan

Keandalan (reliability)

8.

9.

10.

a. Ketepatan waktu pelayanan

b. Keterampilan penyedia jasa

c. Kesesuaian pelayanan dengan yang dijanjikan

Daya tanggap (responsiveness)

11.

12.

13.

a. Penyampaian informasi dengan jelas

b. Kecepatan dalam melayani wisatawan

c. Kesediaan dalam membantu wisatawan

Jaminan (assurance)

14.

15.

16.

a. Jaminan keamanan

b. Jaminan ketertiban

c. Jaminan keterjangkauan harga

Page 41: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

25

Lanjutan Tabel 11

No. Indikator/ atribut

Empati (emphaty)

17.

18.

19.

20.

a. Kemampuan berkomunikasi dengan baik

b. Keramahan dan kesopanan dalam melayani

c. Melayani wisatawan dengan penuh perhatian dan tanggung jawab

d. Mampu memahami kebutuhan wisatawan

Sumber: Wijaya (2010)

IKP menurut Rangkuti (2002) merupakan pengukuran terhadap indeks

kepuasan palanggan, indeks ini diperlukan karena hasil dari pengukuran tersebut

dapat digunakan untuk menentukan sasaran sasaran ditahun tahun mendatang.

Menurut Supranto (2006) Indeks Kepuasan Pelanggan/ pengunjung merupakan

hasil perbandingan antara skor kinerja/ pelaksanaan dengan skor kepentingan/

kepuasan. Penghitungan IKP menggunakan rumus (Bhote 1996):

𝑰𝑲𝑷 =𝑻

𝟒 𝒙 𝒀𝒙 𝟏𝟎𝟎 .......................................................................................... (7)

Keterangan:

T : skor total perkalian rata-rata kepuasan (X) dan rata-rata Y

Y : skor total rata-rata kepentingan (Y)

4 : nilai maksimum pada skala kuesioner

Dari perhitungan menggunakan rumus diatas dapat diketahui puas atau

tidaknya konsumen, dengan mengacu dari Riduwan (2009) sebagai berikut :

1. Indeks Kepuasan Pengunjung 80% -100% berarti pengunjung sangat puas

2. Indeks Kepuasan Pengunjung 60% - 79.99% berarti pengunjung puas

3. Indeks Kepuasan Pengunjung 40% - 59.99% berarti pengunjung cukup puas

4. Indeks Kepuasan Pengunjung 20% - 39.99% berarti pengunjung tidak puas

5. Indeks Kepuasan Pengunjung 0% - 19.99% berarti pengunjung sangat tidak

puas

2) Analisis Tingkat Toleransi Penerimaan Oleh Masyarakat

Pada penelitian ini untuk menganalisis tingkat toleransi masyarakat

terhadap kegiatan ekowisata, menggunakan deskriptif kualitatif dari hasil Focus

Group Discussion (FGD). Sugiyono (2015) mengemukakan penelitian deskriptif

kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan

triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Kirk dan Miller

(dalam Moleong 2002) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai cara untuk

melakukan pengamatan langsung pada individu dan berhubungan dengan orang-

orang tersebut untuk mendapatkan data yang digalinya. Pelaksanaan FGD

dilakukan dengan mengklasterkan stakeholder-stakeholder terkait dengan

pengelolaan ekowisata di Karimunjawa yaitu Klaster kebijakan pengelolaan

ekowisata, Klaster konservasi lingkungan, Klaster sosial-budaya masyarakat,

dan Klaster pengusahaan ekowisata.

Analisis tingkat toleransi masyarakat terhadap kegiatan ekowisata diukur

menggunakan beberapa aspek (Lucyanti 2013), diantaranya:

1. Hubungan antara masyarakat dengan pengunjung.

Page 42: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

26

2. Tingkat penerimaan masyarakat terhadap kehadiran pengunjung.

3. Pengaruh gaya hidup pengunjung pada masyarakat.

4. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata.

5. Tingkat persetujuan dukungan masyarakat terhadap keberadaan dan

pengelolaan ekowisata.

6. Tingkat partisipasi budaya terhadap kegiatan ekowisata.

Analisis Strategi Pengelolaan Ekowisata Menggunakan Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan langkah untuk menentukan alternatif-alternatif

strategi yang dapat diambil dalam pengelolaan ekowisata Taman Nasional

Karimunjawa. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Rangkuti 2000).

Analisis SWOT dikerjakan dengan mengidentifikasi setiap kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang dimiliki Taman Nasional Karimunjawa. Tahap ini

dilakukan dengan membuat matrik SWOT seperti Tabel 12. Matrik SWOT adalah

pencocokan kondisi internal dan eksternal Taman Nasional Karimunjawa. Faktor-

faktor eksternal dan internal didapatkan dari hasil analisis daya dukung sosial dan

FGD. Berdasarkan matrik SWOT dapat diperoleh empat strategi pengelolaan,

diantaranya strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.

Tabel 12 Matriks SWOT

Faktor

Internal

Faktor Eksternal

kekuatan (strengths) kelemahan (weakness)

peluang (opportunities) Strategi SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

ancaman (threats) Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti (2000)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kondisional

Kondisi Ekologi Taman Nasional Karimunjawa

Kegiatan ekowisata yang sangat berkembang di TNKJ adalah ekowisata

bahari, karena TNKJ memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi pada terumbu

karang dan ikan karang. Berdasarkan data statistik Balai Taman Nasional

Karimunjawa pada tahun 2018 terdapat 76 genus terumbu karang dari 18 famili,

Page 43: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

27

karang keras/ anthozoa sebanyak 178 jenis, karang lunak sebanyak 23 jenis, dan

porifera/ sponge sebanyak 35 jenis. Persentase tutupan karang keras, karang lunak

dan komponen abiotik lainnya menunjukkan sebaran terumbu karang yang hidup di

kawasan tersebut. Tutupan terumbu karang di TNKJ disajikan pada Tabel 13

berikut.

Tabel 13 Persentase tutupan karang dan komponen abiotik di perairan TNKJ

Lokasi

Pengamatan Zonasi

Karang

Keras (%)

Karang

Lunak (%)

Abiotik

(%)

Lainnya

(%)

Nirwana Tradisional

perikanan

35.45 1.20 62.70 0.65

Pulau Batu Tradisional

perikanan

58.35 0.40 41.25 0

Geleang Perlindungan

bahari

38.60 2.15 59.25 0

Taka Malang Inti 65.65 0.50 33.85 0

Tanjung Bomang Inti 40.45 3.35 55.30 0.90

Rata-rata 44.70 1.52 50.47 0.31

Sumber: Yuliana (2016)

Kondisi terumbu karang di perairan TNKJ termasuk dalam kondisi sedang,

menunjukkan bahwa tutupan karang di area tersebut belum mencapai kondisi baik

(Aldyza et al. 2015). Kondisi tersebut berpengaruh terhadap habitat bagi ikan

karang, yang diharapkan tutupan karang semakin meningkat. Terdapat 430 jenis

ikan yang terdata oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa pada tahun 2018.

Sumber daya fauna lainnya yang terdapat di TNKJ adalah mamalia sebanyak 7

jenis, dengan 1 jenis fauna endemik (monyet ekor panjang karimunjawa) dan 3 jenis

dilindungi (rusa jawa, trenggiling dan lumba-lumba hidung botol). Fauna reptilia

sebanyak 21 jenis dengan 3 jenis dilindungi (penyu hijau, penyu sisik dan penyu

lekang). Burung sebanyak 138 jenis (34 dilindungi, 4 endemis Indonesia dan 37

burung migran). Hutan di TNKJ terutama di Pulau Karimunjawa dan Pulau

Kemujan merupakan hutan hujan tropis dataran rendah seluas 1,285.5 ha (Nababan

et al. 2010) dengan jumlah flora sebanyak 103 jenis dari 53 suku/ famili, 32 jenis

jamur, 9 jenis lumut, 31 jenis tanaman hias, dan 27 jenis tanaman obat. TNKJ juga

memiliki hutan mangrove dengan 25 jenis mangrove sejati dan 17 jenis mangrove

ikutan, serta hutan pantai/ vegetasi pantai sebanyak 104 jenis dan 9 jenis padang

lamun. Sumber daya air masyarakat Karimunjawa khususnya di Pulau

Karimunjawa dan Pulau Kemujan menggunakan aliran air permukaan, karena tidak

memiliki cekungan air tanah (CAT) (Winata et al. 2017). Terdapat 13 titik mata air

di Pulau Karimunjawa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan lokasinya

berada di tiga zona kawasan Taman Nasional Karimunjawa.

Kondisi Geografi Taman Nasional Karimunjawa

Taman Nasional Karimunjawa, secara geografis terletak pada koordinat

5°40’39”- 5°55’00” LS dan 110°05’ 57”-110°31’ 15” BT. Dalam Surat Keputusan

Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999

dinyatakan bahwa kawasan Cagar Alam Karimunjawa dan sekitarnya yang terletak

Page 44: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

28

di Kabupaten Dati II Jepara Propinsi Dati I Jawa Tengah ditetapkan menjadi Taman

Nasional dengan nama Taman Nasional Karimunjawa dengan luasan kawasan

adalah 111,625 hektar. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No.

SK 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa, saat ini

terdapat 9 (sembilan) zona dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Zonasi

Taman Nasional Karimunjawa selengkapnya tersaji dalam Tabel 14.

Pada umumnya kegiatan ekowisata dilakukan pada zona pemanfaatan wisata

bahari, zona pemanfaatan darat dan zona religi, budaya dan sejarah. Zona

pemanfaatan wisata bahari meliputi perairan Pulau Menjangan Besar, perairan

Pulau Menjangan Kecil, perairan Pulau Menyawakan, perairan Pulau Kembar,

perairan Pulau Tengah, perairan sebelah timur Pulau Kumbang, perairan Pulau

Bengkoang bagian selatan, Indonor dan perairan Pulau Cemara Besar bagian utara,

perairan Tanjung Gelam, Perairan Pulau Cemara Kecil bagian utara, perairan Pulau

Katang, perairan Krakal Besar bagian selatan, perairan Krakal Kecil, perairan Pulau

Cilik. Zona pemanfaatan darat meliputi wilayah Pulau Menjangan Kecil, Pulau

Cemara Besar, areal Legon Lele, areal trekking mangrove, areal Nyamplung Ragas.

Zona religi, budaya dan sejarah meliputi wilayah areal Makam Sunan

Nyamplungan di Pulau Karimunjawa.

Tabel 14 Zonasi kawasan Taman Nasional Karimunjawa tahun 2012

No Zonasi Luas (Ha)

1. Zona Inti 444.629

2. Zona Rimba 1,451.767

3. Zona Perlindungan Bahari 2,599.770

4. Zona Pemanfaatan Darat 55.933

5. Zona Pemanfaatan Wisata Bahari 2,733.735

6. Zona Budidaya Bahari 1,370.729

7. Zona Religi, Budaya dan Sejarah 0.859

8. Zona Rehabilitasi 68.329

9. Zona Tradisional Perikanan 102,899.249

Total Luas Kawasan 111,625.000

Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2019

Wisatawan melakukan kegiatan wisata di lokasi yang telah ditentukan oleh

Balai Taman Nasional Karimunjawa. Meskipun banyak lokasi wisata yang telah

ditetapkan, penyedia jasa wisata hanya memanfaatkan beberapa lokasi untuk

kegiatan wisata bahari dengan alasan untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti

di perairan Pulau Menjangan Kecil, Pulau Menjangan Besar, Pulau Cemara Kecil,

Pulau Cemara Besar, Gosong Cemara, Pulau Cilik, Pulau Tengah, Pantai Tanjung.

Kondisi Sosial di Kecamatan Karimunjawa

Keunikan dari penduduk Kepulauan Karimunjawa adalah keberagaman etnis/

suku yang mendiami Kepulauan Karimunjawa yang berasal dari suku Jawa,

Madura, Bajo, Bugis, Muna, Luwu, Buton dan Mandar. Interaksi antar suku yang

tinggal di Karimunjawa cukup baik dan telah terjadi perkawinan silang antar suku

juga merupakan perpaduan budaya. Penduduk telah tinggal di kepulauan ini jauh

sebelum ditetapkan sebagai Taman Nasional. Jumlah penduduk Kecamatan

Page 45: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

29

Karimunjawa pada tahun 2017 sebanyak 9,514 jiwa yang terdiri dari 2,945 kepala

keluarga (BPS Kab. Jepara 2018).

Pemerintah Kecamatan Karimunjawa menjadikan empat pulau besar di

Karimunjawa sebagai tempat tinggal dengan Pulau Karimunjawa menjadi pulau

yang paling banyak dihuni. Hal ini dipengaruhi karena Pulau Karimunjawa

memiliki luas daratan yang paling luas dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya

dan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian, dan telah tersedianya

fasilitas listrik dari PLN selama 24 jam dibandingkan dengan Pulau Parang dan

Pulau Nyamuk yang masih mengandalkan/ menggunakan pembangkit tenaga listrik

sendiri. Selengkapnya jumlah penduduk, kepala keluarga, angkatan kerja, dan

tingkat pendidikan disetiap desa dijelaskan pada Tabel 15.

Tabel 15 Kondisi jumlah penduduk di Kecamatan Karimunjawa berdasarkan jenis

kelamin, kepala keluarga, angkatan kerja dan tingkat pendidikan tahun

2017

Kondisi Sosial

Desa Jumlah

(orang) Karimunjawa

(orang)

Kemujan

(orang)

Parang

(orang)

Nyamuk

(orang)

1. Jumlah Penduduk

- Laki-laki 2,420 1,501 567 307 4,795

- Perempuan 2,390 1,484 572 273 4,719

2. Kepala Keluarga 1,502 764 453 226 2,945

3. Angkatan Kerja

- Laki-laki 1,800 1,115 414 221 3,550

- Perempuan 1,817 1,112 426 205 3,560

4. Tingkat Pendidikan - Belum/ tidak pernah

sekolah 422 320 195 22 959

- Belum/ tidak tamat SD 1,425 820 435 53 2,733

- Sekolah Dasar 1,262 969 454 58 2,743

- SLTP 450 242 79 58 829

- SLTA 246 130 52 26 454

- Akademi 11 5 3 0 19

- Perguruan tinggi 56 34 18 12 120

Sumber: BPS Kab. Jepara 2018

Jumlah penduduk anak-anak atau usia sekolah di Kecamatan Karimunjawa

sejumlah 2.404 jiwa, sehingga membutuhkan sarana sekolah dan tenaga pengajar

yang mencukupi. Karena keterbatasan sarana pendidikan di Karimunjawa, maka

untuk melanjutkan pendidikan tingkat atas beberapa penduduk melanjutkan

pendidikan ke Ibukota Kabupaten Jepara. SMK yang berada di Karimunjawa adalah

SMK yang mengkhususkan keahlian dalam pengorganisasian dan pemanfaatan

hasil laut di Karimunjawa. Data jumlah sekolah, tenaga pengajar, dan peserta didik

disajikan pada Tabel 16.

Page 46: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

30

Tabel 16 Jumlah sekolah, tenaga pengajar dan peserta didik Kecamatan

Karimunjawa tahun 2017

Jenis

Sekolah

Karimunjawa Kemujan Parang Nyamuk

Sekolah

(unit)

Peserta

didik

(orang)

Sekolah

(unit)

Peserta

didik

(orang)

Sekolah

(unit)

Peserta

didik

(orang)

Sekolah

(unit)

Peserta

didik

(orang)

TPQ 6 418 6 312 1 94 1 56

PAUD 2 87 1 46 0 0 0 0

TK 2 94 4 92 1 43 1 40

SD 7 517 4 337 2 115 1 72

SLTP/ MTs 1 166 1 118 1 58 0 0

SMK/ MAN 1 174 1 90 0 0 0 0

Sumber: BPS Kab. Jepara 2018

Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Karimunjawa masih sedikit

hanya terdapat 1 (satu) unit Puskesmas dan 2 (dua) unit puskesmas pembantu di

Desa Kemujan dan Desa Parang dengan tenaga medis yang masih sedikit (2 orang

dokter, 9 paramedis, 4 bidan) dan 1 unit apotek. Sarana telekomunikasi jaringan

internet menggunakan kabel fiber optic yang terdapat di Karimunjawa difasilitasi

oleh PT. Telkom Indonesia, untuk operator telepon seluler telah dibangun menara

pemancar yang dibangun sejak tahun 2005, sehingga memudahkan masyarakat dan

wisatawan untuk melakukan komunikasi menggunakan gawai.

Kondisi Budaya di Kecamatan Karimunjawa

Masyarakat Karimunjawa menghargai adanya sejarah terbentuknya

Karimunjawa. Hal ini terbukti dengan masih adanya cerita turun-temurun mengenai

asal-usul Karimunjawa dan adanya makam Syeh Amir Hasan yang dikenal dengan

Sunan Nyamplungan yang dipercaya sebagai perintis Karimunjawa. Berawal dari

Sunan Muria yang melihat sebuah pulau di utara jawa dari puncak Gunung Muria

yang terlihat “kremun-kremun” atau dalam kata lain samar sehingga dinamakanlah

Karimun, Sunan Muria kemudian mengutus putranya yang bernama Amir Hasan

untuk pergi ke Pulau Karimun dengan dibekali biji pohon dewadaru. Makam Sunan

Nyamplungan merupakan objek wisata sejarah dan wisata religi yang hingga

sekarang masih dikunjungi oleh wisatawan untuk berziarah.

Kondisi Ekonomi di Kecamatan Karimunjawa

Jenis pekerjaan penduduk Karimunjawa sangat beragam, namun dengan

kondisi alam berupa kepulauan dan perbukitan, maka dominasi jenis pekerjaan

penduduk di Kecamatan Karimunjawa adalah nelayan (nelayan laut lepas dan

budidaya) dan petani. Mata pencaharian lain yang ditekuni oleh penduduk

Karimunjawa adalah petani, PNS dan TNI, Pedagang, pengrajin, dan sebagainya.

Masyarakat Karimunjawa tidak hanya memiliki satu matapencaharian, namun

memiliki matapencaharian. Kondisi ini menyesuaikan dengan keadaan musim yang

sedang berlangsung di Karimunjawa. Selengkapnya tersaji pada Tabel 17.

Banyaknya penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan di

Kecamatan Karimunjawa, sebanding dengan banyaknya jumlah kapal/ perahu

sejumlah 682 unit kapal motor, 125 unit kapal motor tempel, dan 3 unit perahu

Page 47: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

31

tanpa motor berukuran sedang (BPS Kab. Jepara 2017). Pada saat musim liburan

dan atau tangkapan ikan menurun, para nelayan memanfaatkan momentum untuk

menyewakan perahu/ kapal mereka sebagai alat transportasi wisata bagi wisatawan.

Jenis pekerjaan jasa lainnya berupa jasa wisata, jasa persewaan kendaraan, dan jasa

akomodasi.

Perekonomian utama masyarakat Karimunjawa ditopang oleh sektor

perikanan dan pertanian. Namun dengan adanya penetepan Taman Nasional

Karimunjawa sebagai destinasi pariwisata nasional, menciptakan peluang bagi

masyarakat untuk meningkatkan perekonomian dari sektor pariwisata sebagai

penyedia jasa wisata, persewaan sepeda motor, pemandu wisata, penyedia

akomodasi/ penginapan, penyedia jasa konsumsi, pengrajin dan penyedia souvenir,

dan persewaan perahu wisata (Setiawan et al. 2017). Menurut data BPS Kab. Jepara

(2018) jumlah penginapan/ akomodasi yang terdapat di Karimunjawa pada tahun

2017 sejumlah 93 buah yang terdiri dari homestay, hotel, dan resort, namun jumlah

tersebut dapat bertambah karena masih banyak rumah yang tidak secara khusus

dikomersilkan menjadi penginapan akan beralih fungsi apabila kunjungan

wisatawan cukup banyak. Rumah warga banyak dimanfaatkan secara musiman

pada saat kunjungan wisatawan jumlahnya cukup banyak.

Tabel 17 Jumlah penduduk Kecamatan Karimunjawa menurut pekerjaan tahun

2017 dalam orang

Jenis Pekerjaan Desa

Jumlah Karimunjawa Kemujan Parang Nyamuk

Petani 508 452 254 48 1,262

Buruh Tani 1,180 619 284 100 2,183

Nelayan* * * * * 2,844

Penggalian 30 18 12 5 65

Industri 46 52 36 10 144

Perdagangan 69 50 35 24 178

Konstruksi 43 24 26 8 101

Angkutan 42 32 18 4 96

PNS & TNI 362 44 30 7 443

Pensiunan 26 4 1 0 31

Jasa Lainnya 185 52 20 0 257

Sumber: BPS Kab. Jepara 2017 dan BPS Kab. Jepara 2018

Catatan: usia angkatan kerja masyarakat Karimunjawa ≥10 tahun; *(data BPS

Kab. Jepara Tahun 2016 dijumlahkan)

Tabel 18 Masyarakat penyedia jasa wisata

No Jenis jasa Jumlah (orang)

1 Pemilik homestay 84

2 Hotel & resort 15

3 Penjual & pengrajin souvenir 37

4 Penyedia kapal wisata 32

5 Pramuwisata 146

Jumlah total 314

Sumber: Setiawan et al. (2017)

Page 48: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

32

Pemandu wisata yang tergabung dalam paguyuban pemandu wisata dengan

nama Himpunan Pramuwisata Indoensia (HPI) dan beberapa anggotanya telah

memiliki sertifikat diving (menyelam) yang bertujuan untuk melayani wisatawan

yang ingin melakukan penyelaman di lokasi terumbu karang. Masyarakat

Karimunjawa tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang

diberikan pelatihan cara menerima tamu, bersikap ramah terhadap wisatawan, dan

pentingnya wisata yang sejalan dengan pelestarian alam. Jumlah masyarakat

Karimunjawa yang bekerja sebagai penyedia jasa wisata disajikan pada Tabel 18.

Dukungan moda transportasi penyebrangan dari Pulau Jawa ke Kepulauan

Karimunjawa semakin banyak baik dari jalur laut maupun udara, sehingga

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Karimunjawa yang secara langsung

memberikan dampak secara ekonomi terhadap masyarakat Karimunjawa. Jalur

Laut dapat ditempuh dari: 1) Semarang - Karimunjawa dengan frekuensi

penyebrangan sebanyak 2 kali seminggu dengan menggunakan kapal cepat kartini

dan kapal feri Pelni; 2) Jepara-Karimunjawa dengan frekuensi penyebrangan 12

kali seminggu menggunakan kapal cepat Express Bahari dan kapal feri Siginjai.

Jalur udara ditempuh melalui Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang

ke Bandar Udara Dewandaru di Pulau Kemujan dengan frekuensi penerbangan

sebanyak 3 kali dalam seminggu.

Potensi Atraksi Wisata Di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa

Ekowisata Bahari

Ekowisata bahari merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang

memanfaatkan kawasan perairan dan sekitarnya dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan dan budaya, serta memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat.

Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dilakukan di kawasan TNKJ adalah

snorkling, diving dan memancing.

Lokasi kegiatan snorkling dan diving telah ditentukan oleh Balai TNKJ

melalui zona wisata bahari, selain itu masyarakat antara nelayan dan penyedia jasa

wisata telah berkoordinasi agar jalur pelayaran bagi wisatawan tidak mengganggu

kegiatan nelayan. Terdapat 4 lokasi snorkling yang menjadi favorit bagi wisatawan,

yaitu Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Kecil, Pulau Tengah dan Pulau Cilik.

Sedangkan untuk diving terdapat 10 lokasi, yaitu Pulau Menyawakan (terdapat hiu

paus tutul), Pulau Menjangan Kecil, Reruntuhan Kapal Mitra, Reruntuhan Kapal

Biblis, Kapal Karam (lokasi bumphead parrotfish dan hiu karang white tip), Taka

Menyawakan, Terumbu Karang Ezdir, Hawksbill Point, Reruntuhan Kapal

Indonoor, dan Karang Torpedo.

Ekowisata Mangrove

Hutan mangrove yang terdapat di kawasan Taman Nasional Karimujawa

memiliki luas 396.4 ha, dan 30 ha masuk dalam zona pemanfaatan darat yang

dikembangkan untuk kegiatan wisata alam, rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan,

penelitian dan kegiatan yang menunjang budidaya. Trekking mangrove merupakan

salah satu kegiatan ekowisata di kawasan mangrove yang diresmikan oleh

Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2012. Terdapat 25 jenis mangrove sejati dan 17

jenis mangrove ikutan yang tumbuh di hutan mangrove Karimunjawa.

Trekking mangrove terletak di Dusun Nipah Pulau Kemujan, dengan panjang

lintasan lebih kurang 1.37 km. Fasilitas yang tersedia cukup lengkap mulai dari

Page 49: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

33

pusat informasi, shelter sepanjang jalur, toilet, menara pandang, dan papan

informasi. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama berada di

kawasan tersebut adalah, mengamati burung migran (pada saat musim migrasi

burung), mengamati jenis-jenis pohon yang tumbuh di sepanjang jalur, berinteraksi

dengan pencari kerang dan fotografi.

Wisata Budaya dan Religi

Kegiatan kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat Karimunjawa adalah

kesenian rakyat (barikan kubro, reog barong dan pencak silat), pernikahan adat

bugis, Sail Karimunjawa (pesta rakyat, festival kuliner karimunjawa), upacara

sedekah laut (pesta lomban karimunjawa), wisata rumah adat di Karimunjawa,

upacara pelepasan perahu dan Khoul Sunan Nyamplungan. Namun kondisinya pada

saat ini, kegiatan-kegiatan tersebut mulai terabaikan karena banyak masyarakat

lebih fokus untuk berkegiatan pada sektor ekowisata dan kurangnya pengenalan

bagi generasi penerus. Pelestarian budaya yang dilakukan oleh masyarakat

Karimunjawa terus dilakukan dengan mengadakan atraksi-atraksi budaya, sebagai

bentuk pelestarian, atraksi budaya sebagai pengenalan budaya lokal dan hiburan

kepada wisatawan selain keindahan alamnya. Atraksi-atraksi budaya oleh

masyarakat Karimunjawa dikemas agar wisatawan dapat menyaksikan, menikmati

dan mempelajarinya.

Karakteristik Wisatawan

Taman Nasional Karimunjawa menjadi destinasi wisata bagi wisatawan yang

berasal dari Pulau Jawa, dilihat dari profil asal wisatawan berdasarkan hasil

penelitian tersaji pada lampiran 1 menunjukkan bahwa wisatawan asal Jawa Tengah

mendominasi wisatawan yang berkunjung ke TNKJ. Namun wisatawan dari daerah

lain seperti Jakarta dan Jawa Barat cukup banyak berkunjung ke TNKJ. Sedikitnya

kunjungan wisatawan dari luar Pulau Jawa disebabkan karena jarak tempuh menuju

TNKJ cukup menghabiskan waktu dan frekuensi penyebrangan serta penerbangan

yang tidak terlalu banyak, sehingga wisatawan tidak dapat melakukan kunjungan

hanya dalam 1 hari saja. Sebagian besar wisatawan berkunjung ke TNKJ pada saat

hari libur atau weekend.

Wisatawan di TNKJ berasal dari berbagai kelompok usia dengan dominasi

usia 21-30 tahun sebanyak 64 orang (32%) dan tingkat pendidikan perguruan tinggi

91 orang (45.5%), ini menunjukkan bahwa wisatawan di TNKJ didominasi oleh

usia muda. Jenis pekerjaan wisatawan sebagian besar merupakan pegawai swasta

dengan jumlah 74 orang (37%) dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp.

250,000 – Rp. 500,000.-/ orang/ kunjungan. Kebanyakan wisatawan baru pertama

kali melakukan kunjungannya ke TNKJ sejumlah 149 orang (74.5%) dengan alasan

kunjungan yang bermacam-macam seperti penasaran dengan keindahan Taman

Nasional Karimunjawa dan mencoba destinasi wisata bahari. Rombongan wisata

merupakan bentuk kunjungan yang banyak dilakukan oleh wisatawan sebanyak 76

orang (38%) dengan lama kunjungan 3 hari (58%) karena sudah banyak biro

perjalanan wisata yang menjual paket wisata rombongan ke TNKJ dengan biaya

lebih murah dibandingkan dengan perorangan. Sejalan dengan akomodasi yang

digunakan didominasi oleh homestay (84%) karena harga lebih murah

dibandingkan hotel.

Page 50: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

34

Banyaknya potensi wisata yang terdapat di Taman Nasional Karimunjawa,

membuat wisatawan memiliki banyak pilihan untuk melakukan aktivitas. Namun

banyak wisatawan yang datang ke TNKJ telah membeli paket wisata yang

ditawarkan oleh penyedia jasa, sehingga tujuan wisata terjadwal seperti snorkling

(183 orang), bersantai di pantai (174 orang), dan tracking mangrove (39 orang).

Selain tujuan wisata yang telah terjadwal, wisatawan dapat melakukan kegiatan

diluar paket wisata seperti melakukan wisata religi (ziarah Makam Kyai

Nyamplung) dan wisata budaya (Bukit Joko Tuo, Perkampungan Suku Bugis)

namun jumlah kunjungan terbatas karena wisatawan lebih tertarik dengan jenis

wisata bahari.

Pengaruh Perilaku Wisatawan Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat

Karimunjawa

Taman Nasional Karimunjawa merupakan suatu kawasan konservasi yang

memiliki tujuan pemanfaatan untuk pariwisata dan rekreasi. TNKJ telah menjadi

destinasi ekowisata unggulan baik nasional maupun internasional, sehingga jumlah

kunjungan wisatawan ke TNKJ terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian

masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNKJ memanfaatkan kondisi tersebut

dengan menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan ekowisata, seperti

penyediaan akomodasi berupa hostel maupun homestay, pramuwisata, penyewaan

perahu, penyewaan alat snorkling dan diving. Frekuensi pertemuan antara

wisatawan dengan masyarakat (penyedia jasa dan bukan penyedia jasa) akan

mempengaruhi kondisi sosial berupa perubahan sikap dan persepsi (Pelletier et al.

2005).

Uji Validitas

Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan software IBM SPSS 23 dengan

membandingkan r tabel sebesar 0.231 dari jumlah sampel sebanyak 70 responden

dan tingkat toleransi kesalahan yang digunakan sebesar 5%, instrumen pertanyaan

pada setiap variabel bagi responden masyarakat penyedia jasa wisata dan bukan

penyedia jasa wisata menunjukkan hasil valid dimana nilai r hitung > r tabel,

sehingga pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur.

Tabel 19 Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pengaruh perilaku wisatawan

terhadap perubahan sikap masyarakat untuk masyarakat penyedia jasa

wisata

Perilaku Wisatawan Sikap Masyarakat

Atribut r hitung r tabel Keterangan Atribut r hitung r tabel Keterangan

X_1 0.553 0.231 valid Y_1 0.530 0.231 valid

X_2 0.582 0.231 valid Y_2 0.650 0.231 valid

X_3 0.609 0.231 valid Y_3 0.474 0.231 valid

X_4 0.542 0.231 valid Y_4 0.495 0.231 valid

X_5 0.580 0.231 valid Y_5 0.534 0.231 valid

X_6 0.497 0.231 valid Y_6 0.552 0.231 Valid

Page 51: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

35

Lanjutan Tabel 19

Perilaku Wisatawan Sikap Masyarakat

Atribut r hitung r tabel Keterangan Atribut r hitung r tabel Keterangan

X_7 0.609 0.231 valid Y_7 0.517 0.231 valid

X_8 0.509 0.231 valid Y_8 0.452 0.231 valid

X_9 0.558 0.231 valid Y_9 0.538 0.231 valid

X_10 0.549 0.231 valid Y_10 0.558 0.231 valid

X_11 0.467 0.231 valid Y_11 0.496 0.231 valid

X_12 0.492 0.231 valid Y_12 0.538 0.231 valid

Tabel 20 Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pengaruh perilaku wisatawan

terhadap perubahan sikap masyarakat untuk masyarakat bukan penyedia

jasa wisata

Perilaku Wisatawan Sikap Masyarakat

Atribut r hitung r tabel Keterangan Atribut r hitung r tabel Keterangan

X_1 0.474 0.231 valid Y_1 0.513 0.231 valid

X_2 0.591 0.231 valid Y_2 0.434 0.231 valid

X_3 0.594 0.231 valid Y_3 0.510 0.231 valid

X_4 0.638 0.231 valid Y_4 0.577 0.231 valid

X_5 0.542 0.231 valid Y_5 0.513 0.231 valid

X_6 0.420 0.231 valid Y_6 0.689 0.231 valid

X_7 0.599 0.231 valid Y_7 0.401 0.231 valid

X_8 0.568 0.231 valid Y_8 0.611 0.231 valid

X_9 0.583 0.231 valid Y_9 0.471 0.231 valid

X_10 0.510 0.231 valid Y_10 0.468 0.231 valid

X_11 0.575 0.231 valid Y_11 0.535 0.231 valid

X_12 0.740 0.231 valid Y_12 0.495 0.231 valid

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas terhadap instrumen pertanyaan variabel penelitian bagi

masing-masing jenis responden menggunakan cronbach’s alpha, dengan keputusan

p-value >0.6. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 23,

menyatakan variabel penelitian reliabel atau dapat dipercaya dan diandalkan.

Tabel 21 Hasil uji reliabilitas instrumen pertanyaan

Responden Variabel p-value Koefisien

korelasi Keterangan

Masyarakat

penyedia jasa wisata

Perilaku wisatawan (X.1)

Sikap masyarakat (Y.1)

0.799

0.734

0.60

0.60

reliabel

reliabel

Masyarakat bukan

penyedia jasa wisata

Perilaku wisatawan (X.2)

Sikap masyarakat (Y.2)

0.780

0.715

0.60

0.60

reliabel

reliabel

Page 52: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

36

Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan menggunakan kolmogorov-smirnov dari masing-

masing responden dengan sikap masyarakat sebagai variabel dependent dan

perilaku wisatawan sebagai variabel independent. Hasil disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Hasil uji normalitas

Responden Nilai Sig. Keterangan

Masyarakat penyedia jasa wisata 0.200 Normal

Masyarakat bukan penyedia jasa wisata 0.200 Normal

Keterangan: α = 0.05

Berdasarkan hasil uji normalitas kolmogorov-smirnov menggunakan

software IBM SPSS 23 untuk responden masyarakat penyedia jasa wisata

didapatkan hasil nilai sig. sebesar 0.200 > 0.05 dan masyarakat bukan penyedia

jasa wisata didapatkan hasil nilai sig. sebesar 0.200 > 0.05. Sehingga sesuai

dengan asumsi pengambilan keputusan dalam uji normalitas kolmogorov-

smirnov, dapat disimpulkan bahwa data responden masyarakat penyedia jasa

wisata berdistribusi normal dan dapat dilanjutkan pada uji persyaratan

selanjutnya.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan dengan masing-masing responden menggunakan

sikap masyarakat sebagai variabel dependent dan perilaku wisatawan sebagai

variabel independent. Hasil uji linearitas menggunakan cara compare means

tersaji pada Tabel 23.

Tabel 23 Hasil uji linieritas

Responden Deviation from

linearity sig. Keterangan

Masyarakat penyedia jasa wisata 0.770 Linear

Masyarakat bukan penyedia jasa

wisata

0.702 Linear

Keterangan: α = 0.05

Berdasarkan hasil uji linearitas menggunakan software IBM SPSS 23

didapatkan deviation from linearity sig. untuk masyarakat penyedia jasa wisata

sebesar 0.770 > 0.05 dan masyarakat bukan penyedia jasa wisata sebesar 0.702

> 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear secara

signifikan antara variabel perilaku wisatawan dengan sikap masyarakat dari

masing-masing responden.

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji glejser

dengan meregresikan variabel independent (perilaku wisatawan) terhadap nilai

absolute residualnya dan pengambilan keputusan jika nilai sig.>0.05 maka tidak

terjadi gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan Tabel 24 nilai sig. untuk

responden masyarakat penyedia jasa wisata sebesar 0.851 > 0.05 dan responden

Page 53: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

37

masyarakat bukan penyedia jasa wisata sehingga sebesar 0.057 > 0.050.

Sehingga sesuai dengan asumsi yang telah ditetapkan, seluruh variabel

independent menunjukkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Tabel 24 Koefisien uji heteroskedastisitas

Responden Nilai Sig. Keterangan

Masyarakat penyedia jasa wisata 0.851 Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Masyarakat bukan penyedia jasa

wisata 0.057

Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Keterangan: α = 0.05

Analisis Regresi Linear Sederhana

Setelah melakukan serangkaian uji data sebagai syarat melakukan analisis

regresi linear sederhana, selanjutnya menentukan model regresi linear sederhana

untuk menguji pengaruh variabel dependent terhadap variabel independent.

Tabel 25 Hasil analisis regresi sederhana

Responden Konstanta

(a)

Koefisien

regresi (b) t hitung t tabel

Masyarakat penyedia

jasa wisata

23.357 0.457 4.462 1.994

Masyarakat bukan

penyedia jasa wisata

31.404 0.168 1.947 1.994

Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan software IBM SPSS 23,

didapatkan hasil seperti tersaji pada Tabel 25 didapatkan nilai konstanta (a) dan

nilai koefisien regresi (b). Konstanta pada regresi linear sederhana memiliki makna

titik potong antara garis regresi dengan dengan sumbu Y, dengan sifat nilai tetap

dan tidak dapat diubah, nilai konstanta diabaikan dengan asumsi perubahan

terhadap variabel Y akan proposional dengan nilai perubahan variabel X karena

memiliki satuan yang sama. Sedangkan koefisien regresi merupakan nilai slope atau

arah garis regresi yang menyatakan perubahan nilai Y akibat adanya perubahan

pada nilai X, semakin besar nilai koefisien regresi maka semakin besar kontribusi

perubahannya.

Pada responden masyarakat penyedia jasa wisata didapatkan nilai a sebesar

23.357, angka ini mengandung arti bahwa jika tidak ada nilai (0) dari variabel

independent (perilaku wisatawan) maka nilai sikap masyarakat adalah sebesar

23.357. Nilai koefisien regresi (b) sebesar 0.457, angka ini mengandung arti bahwa

setiap penambahan 1% dari variabel independent (perilaku wisatawan) maka sikap

masyarakat akan meningkat sebesar 0.457. Sehingga dapat diketahui persamaan

regresi dari responden masyarakat penyedia jasa wisata adalah Y=23.357+0.457X,

artinya perilaku wisatawan berpengaruh positif atau searah terhadap sikap

masyarakat penyedia jasa wisata.

Hasil analisis regresi sederhana untuk responden masyarakat bukan penyedia

jasa wisata didapatkan nilai konstant (a) sebesar 31.404, artinya jika tidak ada nilai

Page 54: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

38

(0) dari variabel independent (perilaku wisatawan) maka nilai sikap masyarakat

adalah sebesar 31.404. Nilai koefisien regresi (b) sebesar 0.168, angka ini

mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% dari variabel independent (perilaku

wisatawan) maka sikap masyarakat akan meningkat sebesar 0.168. Sehingga dapat

diketahui persamaan regresi dari responden masyarakat penyedia jasa wisata adalah

Y=31.404+0.168X, artinya perilaku wisatawan berpengaruh positif atau searah

terhadap sikap masyarakat.

Gambar 4 Grafik model regresi linear masyarakat penyedia jasa wisata

Gambar 5 Grafik model regresi linear masyarakat bukan penyedia jasa wisata

Page 55: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

39

Berdasarkan gambar 4 dan 5 didapatkan grafik dengan garis linear miring ke

kanan atas yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan/ pengaruh positif antar

variabel. Namun titik-titik plot tersebar menjauh dengan garis linear yang artinya

hubungan/ pengaruh tiap variabel tidak cukup erat atau kuat. Garis linear

menunjukkan nilai konstanta sedangkan sebaran plot menunjukkan nilai koefisien

regresinya.

Uji t (ANOVA)

Pengujian hipotesis menggunakan uji signifikansi dengan uji t, dimana jika t

hitung > t tabel maka tolak H0, sedangkan jika t hitung < t tabel maka terima H0

dengan probabilitas 0.050. Hipotesis penelitian ini adalah:

H0 : = 0 (tidak ada pengaruh secara signifikan perilaku wisatawan terhadap

perubahan sikap masyarakat Karimunjawa)

H1 : ≠ 0 (ada pengaruh secara signifikan perilaku wisatawan terhadap

perubahan sikap masyarakat Karimunjawa)

Berdasarkan Tabel 24 dan Tabel 25 diketahui nilai t hitung untuk masyarakat

penyedia jasa wisata sebesar 4.462 > 1.994 (t tabel) dan nilai signifikansi sebesar

0.851 < 0.050, sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu tolak H0 dan terima H1.

Artinya terdapat pengaruh signifikan perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap

masyarakat di Karimunjawa. Bagi masyarakat bukan penyedia jasa wisata,

didapatkan nilai t hitung sebesar 1.947 < 1.994 (t tabel) dan nilai signifikansi

sebesar 0.057 > 0.050, sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu terima H0 dan tolak

H1. Artinya tidak ada pengaruh signifikan perilaku wisatawan terhadap perubahan

sikap masyarakat di Karimunjawa.

Uji Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2)

Hasil uji koefisien korelasi (R) didapatkan bahwa nilai koefisien korelasi

masyarakat penyedia jasa wisata memiliki korelasi sedang dengan nilai sebesar

0.476 dan nilai sig 0.00<0.050. Sedangkan responden masyarakat bukan penyedia

jasa wisata tidak memiliki korelasi, karena nilai sig 0.056>0.050 meskipun nilai R

sebesar 0.230.

Tabel 26 Hasil uji koefisien korelasi (R) dan determinasi (R2)

Responden R R2 adj R2 sig. keterangan

Masyarakat penyedia

jasa wisata 0.476 0.226 0.215 0.000

Korelasi sedang

dan pengaruh

lemah

Masyarakat bukan

penyedia jasa wisata 0.230 0.053 0.039 0.056

Tidak ada korelasi

dan pengaruh

sangat lemah

Hasil uji koefisien determinasi menunjukan nilai sebesar 0.226 atau 22.6%

untuk masyarakat penyedia jasa wisata dan 0.053 atau 5.3% untuk masyarakat

bukan penyedia jasa wisata. Hal ini disimpulkan terdapat pengaruh meskipun lemah

dari perilaku wisatawan terhadap sikap msayarakat penyedia jasa wisata sebesar

22.6% dan sisanya 77.4% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Lemahnya pengaruh

perilaku wisatawan terhadap sikap masyarakat penyedia jasa wisata diduga karena

Page 56: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

40

mayoritas wisatawan berasal dari Pulau Jawa yang memiliki nilai budaya dan

norma yang sama dengan masyarakat Karimunjawa.

Bagi masyarakat bukan penyedia jasa wisata, perilaku wisatawan memiliki

pengaruh yang sangat lemah bahkan hampir tidak ada pengaruh terhadap sikap

masyarakat, yaitu 5.3%. Hal ini diduga karena masyarakat bukan penyedia jasa

jarang berinteraksi langsung dengan wisatawan. Namun akan menjadi sebuah

ancaman bagi perubahan sikap masyarakat bukan penyedia jasa wisata walaupun

tidak terpengaruh langsung oleh perilaku wisatawan, karena interaksi yang terjadi

antar masyarakat dan tidak menyaring informasi-informasi yang diterima bahkan

dapat dilebih-lebihkan. Interaksi yang terjadi hanya bersifat sementara dikarenakan

kebutuhan akan kegiatan ekowisata.

Masyarakat Karimunjawa terutama penyedia jasa wisata mengalami

perubahan sikap yang diakibatkan oleh perilaku wisatawan. Perubahan sikap

tersebut merupakan bentuk penyesuaian terhadap kebutuhan kegiatan ekowisata

agar masyarakat dapat menyeimbangkan kondisi dengan perkembangan ekowisata

(Thelisa et al. 2018). Masyarakat bukan penyedia jasa wisata memang tidak dapat

terhindar akibat adanya perilaku wisatawan, namun pengaruh yang ditimbulkan

sangat kecil.

Daya Dukung Sosial Taman Nasional Karimunjawa

Kajian Tingkat Kepuasan Wisatawan

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Penghitungan tingkat kepuasan pengunjung/ wisatawan menggunakan

indikator dimensi service quality dengan memberikan skor pada unsur kinerja/

kepuasan dan kepentingan, selanjutnya dianalisis menggunakan metode IPA dan

IKP. Indikator-indikator tersebut sebelum dianalisis menggunakan IPA, dilakukan

pengujian validitas dan reliabilitas.

Uji validitas tingkat kinerja/ kepuasan dan kepentingan menggunakan

korelasi pearson dengan jumlah responden sebanyak 200 orang dan taraf

signifikansi sebesar 5% (0.05), adapun pernyataannya menyatakan bahwa atribut

yang diuji dinyatakan valid jika nilai r hitung > nilai r tabel. Adapun hasil uji

validitas dan reliabilitas menggunakan program IBM SPSS 23 tersaji pada Tabel 27

dan Tabel 28. Berdasarkan hasil uji validitas terhadap indikator-indikator kinerja

dan kepentingan bahwa seluruh nilai r hitung > 0.138 (r tabel), sehingga seluruh

indikator dinyatakan valid.

Hasil uji reliabilitas terhadap indikator tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat

kepentingan menggunakan rumus cronbach’s alpha dari 20 atribut pertanyaan

didapatkan hasil bahwa nilai cronbach’s alpha / p-value indikator kinerja/ kepuasan

sebesar 0.746 dan indikator tingkat kepentingan sebesar 0.785. Berdasarkan

pengambilan keputusan menurut Sujarweni (2014) dan Riduwan (2009) bahwa nilai

cronbach’s alpha > 0.60 dinyatakan reliabel, sehingga indikator kinerja/ kepuasan

dan kepentingan dinyatakan memenuhi syarat reliabel atau dapat dipercaya.

Page 57: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

41

Tabel 27 Hasil uji validitas tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat kepentingan

Kinerja/ Kepuasan Kepentingan

Atribut r hitung r tabel keterangan Atribut r hitung r tabel keterangan

X_1 0.405 0.138 valid Y_1 0.396 0.138 valid

X_2 0.488 0.138 valid Y_2 0.466 0.138 valid

X_3 0.413 0.138 valid Y_3 0.474 0.138 valid

X_4 0.360 0.138 valid Y_4 0.497 0.138 valid

X_5 0.403 0.138 valid Y_5 0.546 0.138 valid

X_6 0.403 0.138 valid Y_6 0.426 0.138 valid

X_7 0.355 0.138 valid Y_7 0.450 0.138 valid

X_8 0.338 0.138 valid Y_8 0.511 0.138 valid

X_9 0.339 0.138 valid Y_9 0.460 0.138 valid

X_10 0.396 0.138 valid Y_10 0.477 0.138 valid

X_11 0.408 0.138 valid Y_11 0.382 0.138 valid

X_12 0.359 0.138 valid Y_12 0.447 0.138 valid

X_13 0.458 0.138 valid Y_13 0.559 0.138 valid

X_14 0.500 0.138 valid Y_14 0.315 0.138 valid

X_15 0.479 0.138 valid Y_15 0.231 0.138 valid

X_16 0.350 0.138 valid Y_16 0.513 0.138 valid

X_17 0.479 0.138 valid Y_17 0.409 0.138 valid

X_18 0.391 0.138 valid Y_18 0.491 0.138 valid

X_19 0.474 0.138 valid Y_19 0.444 0.138 valid

X_20 0.519 0.138 valid Y_20 0.396 0.138 valid

Tabel 28 Hasil uji reliabilitas tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat kepentingan

Indikator p-value Koefisien

korelasi Keterangan

Kinerja/ kepuasan 0.746 0.60 reliabel

Kepentingan 0.785 0.60 reliabel

Importance Performance Analysis (IPA)

Penghitungan nilai rata-rata tingkat kinerja/ kepuasan (X) dan tingkat

kepentingan (Y) merupakan dasar untuk melihat atribut service quality yang

menurut wisatawan sangat mempengaruhi kepuasan wisatawan dan atribut-atribut

mana saja yang perlu ditingkatkan. Selain itu, nilai rata-rata secara keseluruhan

menjadi titik tolak pembagian pada diagram IPA. Selanjutnya, mengukur tingkat

kesesuaian (Tki) atribut kinerja dengan kepentingan. Berdasarkan perhitungan IPA

pada Tabel 29 rata-rata total atribut memiliki tingkat kesesuaian (Tki) antara kinerja

dan kepentingan yang cukup tinggi yaitu 84.44% dengan tingkat kesesuaian

tertinggi pada atribut keramahan dan kesopanan penyedia jasa dalam melayani

sebesar 91.69% dan terendah pada atribut kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata

sebesar 72.68%. Menurut Sukardi dan Cholidis (2006), jika nilai dari tingkat

kesesuaian mendekati 100% dan berada di atas rata-rata maka dapat dikatakan

tingkat kesesuaian sudah baik. Pada total nilai rata-rata tingkat kinerja dengan

Page 58: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

42

tingkat kepentingan masih terdapat gap/ selisih sebesar 0.54, artinya harus ada

perbaikan kinerja untuk mencapai nilai yang diharapkan oleh wisatawan.

Penilaian tingkat kepentingan terhadap tingkat kinerja yang dilakukan oleh

wisatawan terhadap masyarakat Karimunjawa sudah sesuai dengan harapan

wisatawan, namun perlu ada perbaikan atau peningkatan kinerja untuk mencapai

nilai optimal yang diharapkan oleh wisatawan. Peningkatan kinerja tersebut perlu

dibarengi dengan melihat kondisi sosial budaya dan lingkungan yang ada di

Karimunjawa, sehingga peningkatan kinerja tidak semata-mata untuk mengejar

selisih antara kepentingan dengan kinerja. Faktor penerimaan masyarakat terhadap

kegiatan ekowisata menjadi salah satu penentu untuk meningkatkan kualitas

pelayanan.

Tabel 29 Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA)

No. Indikator/ atribut

Nilai rata-

rata Gap Tki

(X) (Y)

Bukti langsung (tangible)

1 Ketersediaan transportasi lokal 2.75 3.24 0.49 84.88%

2 Ketersediaan informasi wisata 2.91 3.44 0.54 84.45%

3 Ketersediaan akomodasi 3.06 3.63 0.57 84.30%

4 Ketersedian tempat makan 2.67 3.33 0.66 80.18%

5 Kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata 2.58 3.55 0.97 72.68%

6 Peran serta lembaga swadaya masyarakat 2.94 3.29 0.35 89.36%

7 Kebersihan lingkungan 2.68 3.58 0.90 74.86%

Keandalan (reliability)

8 Ketepatan waktu pelayanan 2.94 3.51 0.57 83.76%

9 Keterampilan penyedia jasa 2.82 3.51 0.69 80.34%

10 Kesesuaian pelayanan dengan yang dijanjikan 2.97 3.50 0.54 84.71%

Daya tanggap (responsiveness)

11 Penyampaian informasi dengan jelas 3.02 3.57 0.56 84.45%

12 Kecepatan dalam melayani wisatawan 3.03 3.42 0.40 88.45%

13 Kesediaan dalam membantu wisatawan 3.07 3.53 0.46 86.97%

Jaminan (assuranc)

14 Jaminan keamanan 3.06 3.73 0.67 82.04%

15 Jaminan ketertiban 3.00 3.50 0.51 85.57%

16 Jaminan keterjangkauan harga 2.88 3.52 0.64 81.82%

Empati (emphaty)

17 Kemampuan berkomunikasi dengan baik 3.02 3.39 0.38 88.94%

18 Keramahan dan kesopanan penyedia jasa dalam

melayani 3.04 3.31 0.28 91.69%

19 Melayani wisatawan dengan penuh perhatian dan

tanggung jawab 3.03 3.36 0.33 90.18%

20 Mampu memahami kebutuhan wisatawan 3.12 3.49 0.38 89.26%

Nilai rata-rata total 2.93 3.47 0.54 84.44%

Page 59: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

43

Kuadran IPA

Kuadran IPA akan menunjukkan usulan praktis dari penjelasan data yang

diperoleh dalam sebuah diagram kartesius yang dibagi dalam 4 kuadran dengan

sumbu X sebagai tingkat kinerja/ kepuasan dan sumbu Y sebagai tingkat

kepentingan. Hasil dari indeks kepuasan pengunjung menyatakan bahwa

berdasarkan 20 atribut kualitas pelayanan menunjukkan wisatawan merasa puas

(74.46%) berkunjung ke Kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Namun

diperlukan kajian lebih dalam mengenai atribut-atribut yang penting dan prioritas

untuk meningkatkan kepuasan wisatawan. Hasil analisis IPA dengan

membandingkan tingkat kinerja dan tingkat kepentingan, disajikan pada gambar 5.

Gambar 6 Kuadran IPA kepuasan wisatawan Taman Nasional Karimunjawa

a. Kuadran 1 (prioritas utama)

Atribut-atribut yang terdapat kuadran 1 merupakan atribut penting dan

prioritas utama, namun kondisi pada saat ini masih di bawah rata-rata dan

belum maksimal, sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Adapun atribut

tersebut adalah kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata, kebersihan

lingkungan, keterampilan penyedia jasa dan jaminan keterjangkauan harga.

Peran kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata perlu ditingkatkan sebagai

upaya untuk melestarikan budaya, menjaga norma-norma yang berlaku dan

sebagai atraksi wisata selain wisata bahari. Salah satu penyebab kerusakan

lingkungan di Karimunjawa adalah masih rendahnya kesadaran untuk

menjaga kebersihan, dilihat dari sistem pengelolaan sampah yang belum

optimal.

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Page 60: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

44

b. Kuadran 2 (pertahankan prestasi)

Pada kuadran 2 merupakan atribut penting bagi kepuasan wisatawan,

dan kinerja pelayanan yang diterima oleh wisatawan sudah baik dan sesuai

dengan harapan wisatawan. Adapun atribut-atribut yang terdapat pada

kuadran 2 ketersediaan akomodasi, ketepatan waktu pelayanan, kesesuaian

pelayanan dengan yang dijanjikan, kesediaan dalam membantu wisatawan,

jaminan keamanan, jaminan ketertiban dan mampu memahami kebutuhan

wisatawan.

c. Kuadran 3 (prioritas rendah)

Merupakan unsur-unsur atribut layanan yang memiliki prioritas rendah

dan kinerja/ kepuasan yang didapatkan juga rendah. Atribut-atribut tersebut

adalah ketersediaan transportasi lokal, ketersediaan tempat makan, dan

ketersediaan informasi wisata. Atribut-atribut tersebut tidak terlalu penting

bagi wisatawan. Wisatawan tidak perlu repot mencari transportasi lokal,

karena sudah disediakan transportasi antar jemput oleh penyedia jasa wisata.

Ketersediaan tempat makan tidak menjadi prioritas utama, karena penyedia

jasa akomodasi menyediakan makanan pada saat sarapan, penyedia jasa

wisata menyediakan makan siang pada saat tour laut, dan terdapat pujasera di

alun-alun Karimunjawa pada malam hari.

d. Kuadran 4 (berlebihan)

Merupakan unsur-unsur pelayanan yang memiliki prioritas rendah

namun memiliki kinerja yang baik. Atribut-aribut tersebut adalah peran sera

lembaga swadaya masyarakat, kecepatan dalam melayani wisatawan,

kemampuan penyedia jasa dalam berkomunikasi, keramahan penyedia jasa,

dan melayani dengan tanggung jawab. Unsur pelayanan tersebut dianggap

sudah melampaui harapan wisatawan, meskipun tidak menjadi prioritas yang

diharapkan oleh wisatawan.

Tingkat Kepuasan pengunjung/ wisatawan

Penghitungan rata-rata total tingkat kepuasan pengunjung ekowisata di

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa menggunakan rumus IKP sebesar 74.46%,

artinya kepuasan pengunjung berada pada kriteria puas. Pencapaian kriteria puas

terhadap pelayanan bagi wisatawan oleh masyarakat Karimunjawa dikarenakan

sebagian masyarakat penyedia jasa telah mengikuti pelatihan-pelatihan pelayanan

jasa bahkan sertifikasi khusus bagi pramuwisata dan akomodasi dengan tujuan

menyatarakan standar pelayanan. Selengkapnya tersaji pada Tabel 30.

Tabel 30 Nilai Indeks kepuasan pengunjung/ wisatawan

Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP

(%) Kriteria

(X) (Y)

Bukti langsung (tangible) 2.87 3.44 71.64 Puas

Keandalan (reliability) 2.91 3.51 72.71 Puas

Daya tanggap (responsiveness) 3.04 3.51 75.92 Puas

Jaminan (assurance) 2.98 3.58 74.46 Puas

Empati (emphaty) 3.05 3.39 76.22 Puas

Rata-rata total 2.97 3.48 74.46 Puas

Page 61: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

45

Indeks kepuasan pengunjung masing-masing dimensi kualitas pelayanan

dijelaskan sebagai berikut:

a. Bukti langsung

Indeks kepuasan pada dimensi bukti langsung menunjukkan kriteria

puas dengan rata-rata 71.64%, dapat dilihat pada Tabel 31 atribut yang

memiliki tingkat kepuasan tinggi adalah ketersediaan akomodasi bagi

wisatawan/ pengunjung dengan nilai 76.50%. Menurut responden

(pengunjung), ketersediaan akomodasi bagi wisatawan yang bervariasi dari

homestay hingga hotel berbintang dan kemudahan pemesanan akomodasi

dapat melalui aplikasi daring, selain itu jumlah akomodasi yang tersedia di

Karimunjawa cukup banyak. Atribut kebersihan lingkungan memiliki nilai

67% dengan kriteria puas, namun berada di bawah rata-rata IKP dimensi bukti

langsung, dikarenakan pembuangan sampah organik masih dilakukan di

lahan/ rawa yang kosong ataupun dengan dibakar namun untuk sampah non

organik telah dibuat bank sampah. Kecamatan Karimunjawa mengkonfirmasi

bahwa pengelolaan kebersihan terutama sampah masih menjadi kendala

karena belum tersedianya tempat pembuangan akhir.

Tabel 31 Nilai IKP dimensi bukti langsung

No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP (%) Kriteria

(X) (Y)

xy_1 Ketersediaan transportasi

lokal

2.75 3.24 68.75 Puas

xy_2 Ketersediaan informasi

wisata

2.91 3.44 72.63 Puas

xy_3 Ketersediaan akomodasi 3.06 3.63 76.50 Puas

xy_4 Ketersedian tempat

makan

2.67 3.33 66.75 Puas

xy_5 Kebudayaan lokal

sebagai atraksi wisata

2.58 3.55 64.50 Puas

xy_6 Peran serta lembaga

swadaya masyarakat

2.94 3.29 73.50 Puas

xy_7 Kebersihan lingkungan 2.68 3.58 67.00 Puas

Rata-rata 2.87 3.44 71.64 Puas

Atribut kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata menjadi atribut dengan

nilai terendah yaitu 64.50% meskipun termasuk kriteria puas, dikarenakan

pengemasan atraksi budaya lokal sebagai atraksi wisata belum menjadi

prioritas. Hal ini disebabkan karena banyak wisatawan yang berkunjung ke

Taman Nasional Laut Karimunjawa lebih memilih untuk menikmati wisata

bahari.

b. Keandalan

Atribut-atribut pada dimensi keandalan memiliki kriteria IKP puas

dengan rata-rata 72.71%. Atribut kesesuaian pelayanan dengan yang

dijanjikan oleh penyedia jasa memiliki nilai IKP tertinggi dengan nilai

74.13%, sesuai dengan paket-paket wisata yang dipromosikan oleh penyedia

Page 62: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

46

jasa kepada wisatawan. Namun untuk atribut keterampilan penyedia jasa

memiliki nilai rendah 70.50%, sehingga perlu adanya pelatihan-pelatihan

yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan penyedia jasa dalam

melayani wisatawan. Wisatawan merasa puas dengan ketepan waktu,

keterampilan dan kesesuaian pelayanan yang dimiliki oleh masyarakat

Karimunjawa, sehingga wisatawan menilai jika masyarakat Karimunjawa

dapat diandalkan dalam melayani wisatawan.

Tabel 32 Nilai IKP dimensi keandalan

No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP

(%) Kriteria

(X) (Y)

xy_8 Ketepatan waktu

pelayanan 2.94 3.51 73.50 Puas

xy_9 Keterampilan penyedia

jasa 2.82 3.51 70.50 Puas

xy_10 Kesesuaian pelayanan

dengan yang dijanjikan 2.97 3.50 74.13 Puas

Rata-rata 2.91 3.51 72.71 Puas

c. Daya tanggap

IKP pada dimensi daya tanggap memiliki kriteria puas dengan nilai

rata-rata 75.92%. Wisatawan merasa puas dengan kinerja daya tanggap yang

diberikan oleh masyarakat Karimunjawa. Atribut-atribut yang terdapat pada

dimensi daya tanggap hampir memiliki nilai IKP yang sama dan tidak

berbeda jauh dengan nilai rata-rata. Indikator penyampaian informasi

memiliki nilai terendah dengan 75.38%, karena wisatawan merasa ada

perbedaan gaya bahasa dan berbicara dengan masyarakat Karimunjawa

sehingga informasi yang didapat langsung oleh wisatawan kurang maksimal.

Perbedaan gaya bahasa tersebut tidak dapat dijadikan faktor negatif, namun

harus menjadi nilai positif karena merupakan salah satu identitas masyarakat

Karimunjawa.

Tabel 33 Nilai IKP dimensi daya tanggap

No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP

(%) Kriteria

(X) (Y)

xy_11 Penyampaian informasi

dengan jelas

3.02 3.57 75.38 Puas

xy_12 Kecepatan dalam melayani

wisatawan

3.03 3.42 75.63 Puas

xy_13 Kesediaan dalam membantu

wisatawan

3.07 3.53 76.75 Puas

Rata-rata 3.04 3.51 75.92 Puas

d. Jaminan

Dimensi jaminan memiliki kriteria puas dengan nilai IKP 74.46%.

dengan nilai indikator tertinggi yaitu jaminan keamanan (76.5%). Pihak

keamanan seperti Polairud, Polhut dan TNI menjamin keamanan pada saat di

Page 63: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

47

darat, Syahbandar pelabuhan dan nahkoda kapal dan pramuwisata menjamin

keamanan pada saat wisatawan melakukan aktivitas di laut. Standar

operasional prosedur yang diterapkan seperti penggunaan jaket keselamatan

selama di laut dan 1 orang pramuwisata mendampingi maksimal 8 orang

wisatawan merupakan jaminan yang diberikan untuk memberikan rasa aman

dan nyaman bagi wisatawan. Namun atribut jaminan keterjangkauan harga

masih rendah nilainya (72%) dari atribut yang lain, disebabkan harga paket

wisata yang ditawarkan oleh penyedia jasa relatif cukup tinggi, selain itu

harga kebutuhan-kebutuhan lainnya cukup tinggi mengingat masyarakat

Karimunjawa masih memasok bahan baku dari Pulau Jawa yang

membutuhkan biaya tambahan untuk pengiriman. Indikator ketertiban

memiliki nilai 74.88% dengan kriteria puas, dikarenakan jarang terjadinya

konflik antara wisatawan dengan masyarakat.

Tabel 34 Indeks Kepuasan Pengunjung dimensi jaminan

No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP

(%) Kriteria

(X) (Y)

xy_14 Jaminan keamanan 3.06 3.73 76.50 Puas

xy_15 Jaminan ketertiban 3.00 3.50 74.88 Puas

xy_16 Jaminan keterjangkauan

harga

2.88 3.52 72.00 Puas

Rata-rata 2.98 3.58 74.46 Puas

e. Empati

IKP dimensi empati memiliki kriteria puas dengan nilai 76.22% dan

berada di atas rata-rata IKP secara keseluruhan yaitu 74.46%. Mampu

memahami kebutuhan wisatawan merupakan indikator dengan nilai IKP

tertinggi pada dimensi empati yaitu 77.88%. Masyarakat Karimunjawa harus

memahami hal-hal yang menjadi kebutuhan wisatawan seperti atraksi wisata

yang sesuai dengan kondisi di Karimunjawa, ketersediaan konsumsi,

ketersediaan akomodasi, keamanan dan kenyamanan.

Tabel 35 Indeks Kepuasan Pengunjung dimensi empati

No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP

(%)

Kriteria

(X) (Y)

xy_17 Kemampuan berkomunikasi

dengan baik

3.02 3.39 75.38 Puas

xy_18 Keramahan dan kesopanan

penyedia jasa dalam

melayani

3.04 3.31 75.88 Puas

xy_19 Melayani wisatawan dengan

penuh perhatian dan

tanggung jawab

3.03 3.36 75.75 Puas

xy_20 Mampu memahami

kebutuhan wisatawan

3.12 3.49 77.88 Puas

Rata-rata 3.05 3.39 76.22 Puas

Page 64: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

48

Kajian Tingkat Toleransi Masyarakat

Aktivitas pariwisata akan melibatkan individu-individu yang terdapat di

daerah satu dengan daerah lainnya dan menyebabkan terjadinya hubungan sosial

antara wisatawan dan masyarakat lokal dimana hubungan tersebut bersifat

sementara, sehingga memunculkan pergesekan budaya karena perbedaan budaya,

suku, gaya hidup, bahasa, keyakinan dan tingkat kesejahteraan yang akan saling

mempengaruhi (Nurdin 2012). Kondisi tersebut akan menghasilkan gesekan-

gesekan yang mempengaruhi terhadap daya dukung sosial berupa batasan toleransi

sistem sosial dan batasan toleransi budaya. Indikator-indikator yang digunakan

dalam meneliti tingkat toleransi masyarakat disajikan pada Tabel 36.

Tabel 36 Indikator tingkat toleransi masyarakat

No. Variabel Aspek Indikator

1. Sikap masyarakat

Karimunjawa

Aspek Sosial

Budaya

1. Sikap saling menghargai

perbedaan

2. Kepuasan dan kenyamanan

3. Tradisi dan bahasa

4. Pendidikan

5. Gaya hidup masyarakat

Aspek Sosial

Ekonomi

1. Peluang usaha

2. Keterampilan dan kreatifitas

kerja

3. Bantuan modal usaha

2. Tingkatpartisipasi

masyarakat

Aspek

Lingkungan

1. Ketersediaan sarana dan

prasarana

2. Kondisi ekologi

3. Pelestarian lingkungan

3. Konflik atau

permasalahan

antar pihak

Aspek

Kelembagaan

1. Adat istiadat

2. Kebijakan pemerintah

3. Kebijakan pengelola (BTNKJ)

Sumber: Getz (1981), Faturochman (1993), Supriyanto dan Wahyudi (2017)

Berdasarkan kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan kepada 140

responden masyarakat penyedia jasa wisata dan masyarakat bukan penyedia jasa

wisata serta hasil FGD, didapatkan hasil sebagai berikut:

1) Sikap Masyarakat Karimunjawa

Sebagian besar responden (masyarakat Karimunjawa) mendukung

adanya kegiatan ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa, selain sebagai

sarana untuk meningkatkan perekonomian juga sebagai pengenalan budaya.

Berdasarkan hasil dari kuesioner dan wawancara, sebagian masyarakat

mendukung kegiatan ekowisata. Dukungan kegiatan ekowisata tentunya akan

mempengaruhi peningkatan perekonomian, kualitas sarana dan prasarana

penunjang seperti listrik, jalan, dermaga pelabuhan, telekomunikasi, bandara,

dan lainnya. Sebagian kecil masyarakat memilih sikap tidak mendukung

kegiatan ekowisata dengan persepsi khawatir terjadinya eksploitasi sumber

daya alam berlebih seperti, penggunaan air tawar yang melebihi batas

ketersediaan mengingat Karimunjawa tidak memiliki cadangan air tawar,

Page 65: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

49

kerusakan ekosistem laut yang mempengaruhi hasil tangkapan ikan,

pembukaan lahan berlebihan untuk mendirikan sarana akomodasi, dan

meningkatnya pencemaran lingkungan.

Gambar 7 Histogram dukungan masyarakat Karimunjawa terhadap kegiatan

ekowisata

Gambar 8 Histogram sikap masyarakat penyedia jasa wisata terhadap kegiatan

ekowisata di Karimunjawa

Aktivitas wisatawan dengan adanya kegiatan ekowisata di TNKJ

memberikan pengaruh terhadap perubahan sikap masyarakat Karimunjawa,

meskipun perubahan sikap masyarakat tidak terlalu signifikan. Masyarakat

Karimunjawa menerima perubahan sikap akibat aktivitas wisatawan sebagai

bentuk penyesuaian diri terhadap kegiatan ekowisata.

Kegiatan ekowisata juga memberikan dampak pada perubahan gaya

hidup, terutama pada cara berbicara, cara berpakaian dan pola konsumtif

masyarakat Karimunjawa. Menurut salah satu responden menjelaskan bahwa

perubahan gaya hidup merupakan hal yang wajar karena mereka akan lebih

nyaman jika memiliki cara komunikasi yang sama dengan wisatawan, sehingga

komunikasi akan lebih mudah dipahami. Perubahan gaya hidup masyarakat

100

75,7

0

24,3

0

20

40

60

80

100

120

masyarakat penyedia jasa wisata masyarakat bukan penyedia jasa

wisata

RE

SP

ON

DE

N (

%)

mendukung tidak mendukung

100

51,4 54,3

0

48,6 45,7

0

20

40

60

80

100

120

Aktivitas wisatawan gaya hidup budaya luar

RE

SP

ON

DE

N (

%)

menerima tidak menerima

Page 66: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

50

harus dibatasi dengan norma-norma yang berlaku di Karimunjawa, seperti cara

berbicara sopan dengan lawan bicara dan tidak menggunakan pakaian yang

terlalu terbuka. Sebagian masyarakat lainnya memilih sikap untuk tidak

menerima perubahan gaya hidup akibat adanya kegiatan ekowisata, dengan

alasan gaya hidup akan berubah dengan sendirinya tanpa ada pengaruh dari

kegiatan ekowisata bukan suatu hal yang perlu disikapi.

Gambar 9 Histogram sikap masyarakat bukan penyedia jasa wisata terhadap

kegiatan ekowisata di Karimunjawa

Masuknya budaya luar yang dibawa oleh wisatawan merupakan nilai

positif untuk pengenalan budaya. Masyarakat Karimunjawa mempertahankan

budaya lokal dengan harapan budaya yang ada di Karimunjawa dapat dijadikan

daya tarik wisata dan memberikan dampak sosial maupun ekonomi bagi

masyarakat. Budaya lokal yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat

Karimunjawa adalah berbicara menggunakan bahasa daerah, penangkapan

ikan secara tradisional dan ramah lingkungan.

Kegiatan ekowisata memberikan pengaruh terhadap perekonomian

masyarakat Karimunjawa. Bagi masyarakat penyedia jasa wisata, perubahan

perekonomian sangat dirasakan karena mereka dapat memanfaatkan peluang

usaha. Bantuan modal usaha sangat dibutuhkan oleh masyarakat Karimunjawa

untuk mengembangkan jenis usaha atau jasa yang dijual oleh penyedia jasa

wisata. Pemerintah dalam hal ini memiliki program dan kegiatan untuk

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan diantaranya peningkatan kualitas

SDM dengan pelatihan bagi pramuwisata, sertifikasi hotel dan homestay,

promosi wisata, penyelenggaraan event-event sosial dan budaya, peningkatan

sarana dan prasarana, serta perizinan usaha wisata.

2) Tingkat Pasrtisipasi Masyarakat

Toleransi masyarakat terhadap partisipasi perkembangan ekowisata

Karimunjawa, tersaji pada gambar untuk masyarakat penyedia jasa wisata dan

gambar untuk masyarakat bukan penyedia jasa wisata. Masyarakat penyedia

jasa wisata ikut serta berpartisipasi memajukan ekowisata di Taman Nasional

Karimunjawa baik secara personal, bekerjasama dengan Balai Taman Nasional

88,57

27,1421,43

11,43

72,8678,57

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

aktivitas wisatawan gaya hidup budaya luar

RE

SP

ON

DE

N (

%)

menerima tidak menerima

Page 67: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

51

Karimunjawa dalam konservasi lingkungan dan Pemerintah. Sebagian

masyarakat penyedia jasa wisata tidak ikut berpartisipasi dan bekerjasama

dengan BTNKJ dan pemerintah, bentuk partisipasi tersebut berupa sosialisasi

pembayaran PNBP kepada wisatawan. Berdasarkan PP No. 12 Tahun 2014

tentang Tarif Jenis Penerimaan Bukan Pajak Balai Taman Nasional

Karimunjawa, diwajibkan kepada setiap wisatawan membayar PNBP.

Masyarakat berpendapat jika PNBP tersebut dibebankan kepada wisatawan,

akan menambah besaran harga paket wisata yang dijual oleh penyedia jasa

wisata.

Masyarakat Karimunjawa beserta Balai Taman Nasional Karimunjawa

telah bekerjasama dalam melaksanakan program-program terkait konservasi

diantaranya penataan zonasi taman nasional, sosialisasi izin usaha pemanfaatan

jasa wisata alam, sosialisasi pemanfaatan wisata di zona pemanfaatan wisata

bahari, sosialisasi kebersihan lingkungan dan monitoring pengembangan usaha

ekonomi TNKJ. Tujuan utama masyarakat berpartisipasi dengan BTNKJ dan

pemerintah untuk memajukan ekowisata adalah untuk meningkatkan

perekonomian dan peningkatan sarana prasarana yang ada di Karimunjawa,

selain tetap menjaga kondisi ekologi.

Gambar 10 Histogram partisipasi masyarakat penyedia jasa wisata terhadap

kegiatan ekowisata di Karimunjawa

Masyarakat bukan penyedia jasa wisata lebih banyak berpartisipasi

dengan mengikuti program-program konservasi yang diselenggarakan oleh

Balai Taman Nasional Karimunjawa, karena kawasan TNKJ merupakan lokasi

utama masyarakat Karimunjawa untuk menangkap ikan dan bertani. Selain itu

masyarakat bukan penyedia jasa turut bekerjasama dengan pemerintah melalui

program-program bagi masyarakat pesisir dan tidak berpartisipasi untuk

memajukan ekowisata karimunjawa dengan pendapat ekowisata akan

berkembang dengan sendirinya karena pengalaman yang dibawa oleh

wisatawan.

100 100

55,71

0 0

44,29

0

20

40

60

80

100

120

memajukan ekowisata kegiatan konservasi kerjasama dengan

Pemerintah dan BTNKJ

RE

SP

ND

EN

(%

)

Ya Tidak

Page 68: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

52

Gambar 11 Histogram partisipasi masyarakat bukan penyedia jasa wisata

terhadap kegiatan ekowisata di Karimunjawa

3) Konflik atau Permasalahan antar Pihak

Pembangunan sarana dan prasarana penunjang ekowisata akan

menyebabkan ketegangan sosial yang berdampak pada masyarakat lokal

(Nurdin 2012). Konflik-konflik kemungkinan terjadi antar masyarakat,

wisatawan, BTNKJ dan pemerintah. Konflik tersebut terkait sumberdaya alam,

degradasi lingkungan, kemunduran budaya, ekonomi, dan etika. Berdasarkan

hasil kuesioner dan FGD, konflik-konflik yang terjadi diantaranya disajikan

pada Tabel 37.

Tabel 37 Konflik yang terjadi di Karimunjawa

No Jenis

Konflik Sebab Akibat Keterlibatan Penyelesaian

1 Penggunaan

air bersih

Banyaknya

pengguna air

bersih, terutama

pada puncak

musim liburan

Debit air

berkurang

Masyarakat

dengan

masyarakat

BTNKJ

melakukan

evaluasi dan

survey debit air

bekerjasama

dengan Kelompok

Tirta Kencana dan

sebagian warga

memanfaatkan

sumur dengan

kondisi air payau

2 Kerusakan

terumbu

karang

Banyaknya

wisatawan yang

masih

memegang dan

menginjak

terumbu karang

secara sengaja

maupun tidak

sengaja

Kerusakan

ekosistem

laut

Wisatawan

dengan

masyarakat

dan BTNKJ

Melakukan

sosialisasi kepada

wisatawan

sebelum

melakukan

aktivitas snorkling

maupun diving

11,43

81,43

94,2988,57

18,57

5,71

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

memajukan ekowisata kegiatan konservasi kerjasama dengan

Pemerintah dan

BTNKJ

RE

SP

ON

DE

N (

%)

Ya Tidak

Page 69: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

53

Lanjutan Tabel 37

No Jenis

Konflik Sebab Akibat Keterlibatan Penyelesaian

3 Konflik

verbal

Wisatawan yang

acuh dan tidak

mengindahkan

sopan santun

kepada

masyarakat

Karimunjawa

Terjadi

perselisihan

secara

verbal

Wisatawan

dengan

masyarakat

Mensosialisasikan

untuk menjaga

etika dan sopan

santun kepada

masyarakat

maupun

wisatawan

4 Minuman

beralkohol

Permintaan

wisatawan

terhadap

minuman

beralkohol

Masyarakat

ikut

terbawa

gaya hidup

minum-

minuman

beralkohol

yang

berujung

mabuk-

mabukan

dan

meresahkan

warga

Wisatawan

dengan

masyarakat

dan

pemerintah

Diterbitkannya

Perda Kab. Jepara

No. 2 Tahun 2013

Tentang Larangan

Minuman

Beralkohol

5 Cara

berpakaian

Terdapat

wisatawan

menggunakan

pakaian renang

di sekitar

permukiman

warga

Melanggar

norma

kesopanan

Wisatawan

dengan

masyarakat

Wisatawan hanya

diperbolehkan

menggunakan

pakaian renang

pada saat

melakukan

aktivitas di laut

dan atau pantai

6 Pengelolaan

PNBP

BTNKJ

Banyaknya

wisatawan

maupun

penyedia jasa

yang tidak

membayar

PNBP

Rendahnya

peneriman

negara dari

PNBP

Wisatawan

dan

masyarakat

dengan

BTNKJ

Melakukan

koordinasi dengan

Pemkab Jepara

terkait PNBP dan

melakukan

sosialisasi di luar

kawasan TNKJ

7 Pendapatan

masyarakat

penyedia

jasa

Pelayanan bagi

wisatawan tidak

tersebar secara

merata

Pendapatan

ekonomi

berbeda

bagi

masyarakat

penyedia

jasa wisata

Masyarakat

penyedia jasa

wisata

Melakukan

koordinasi dengan

pembagian jadwal

dan kuota

pendampingan

wisatawan

8 Alat

tangkap

ikan

Penangkapan

ikan

menggunakan

alat tangkap

tidak ramah

lingkungan

Merusak

ekosistem

perairan

Masyarakat

dengan

BTNKJ

Dilakukan

tindakan tegas

berupa sanksi

pidana

Page 70: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

54

Banyaknya masyarakat yang pernah terlibat konflik selengkapnya tersaji

pada gambar 12 dan gambar 13. Konflik antara masyarakat dengan wisatawan

jarang terjadi karena menurut masyarakat penyedia jasa wisata menghindari

konflik dan memberikan pelayanan maksimal merupakan faktor penting untuk

memuaskan wisatawan dengan menjalin komunikasi yang baik, kejelasan

penyampaian informasi dan aturan-aturan yang berlaku bagi wisatawan. Bagi

masyarakat bukan penyedia jasa wisata, konflik dengan wisatawan jarang

terjadi. Hal ini disebabkan intensitas pertemuan atau interaksi antara

masyarakat dengan wisatawan sangat sedikit, karena sebagian besar aktivitas

wisatawan tidak dekat dengan pemukiman warga.

Konflik yang terjadi antara masyarakat penyedia jasa wisata dengan

pemerintah dan BTNKJ terkait kebijakan-kebijakan, seperti pembayaran

PNBP, larangan minuman beralkohol, dan rusaknya terumbu karang akibat

aktivitas wisatawan. Terbitnya Perda Kabupaten Jepara tentang Larangan

Minuman Beralkohol menimbulkan keresahan bagi masyarakat penyedia jasa,

karena adanya permintaan wisatawan terkait minuman beralkohol di

Karimunjawa. Kerusakan terumbu karang akibat aktivitas wisatawan

disebabkan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pramuwisata,

meskipun sosialisasi telah dilakukan. Konflik antara masyarakat bukan

penyedia jasa dengan pemerintah dan BTNKJ adalah terjadinya kerusakan

terumbu karang akibat penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang

tidak ramah lingkungan.

Gambar 12 Histogram konflik masyarakat penyedia jasa wisata

Faktor ekonomi menjadi penyebab terjadinya konflik antar masyarakat

penyedia jasa wisata. Konflik akibat fakor ekonomi disebabkan karena

persaingan usaha dan kualitas jasa yang ditawarkan kepada wisatawan. Harga

terjangkau dengan kualitas memuaskan, menjadi salah satu pilihan utama bagi

wisatawan untuk menentukan menggunakan jasa wisata. Bagi masyarakat

bukan penyedia jasa wisata faktor ketersediaan air bersih yang mengakibatkan

konflik antar masyarakat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh

Ramadhan (2016), nilai imbuhan air tanah sebesar 462,932 m3/tahun, cadangan

statis air tanah sebesar 8,242,352 m3 dan cadangan dinamis sebesar 30,025

10

34,2927,14

90

65,7172,86

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

konflik dengan

wisatawan

konflik dengan

pemerintah dan atau

BTNKJ

konflik antar

masyarakat

RE

SP

ON

DE

N (

%)

Pernah Tidak pernah

Page 71: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

55

m3/hari, sehingga pemanfaatan air tanah harus lebih sedikit dari 462,932

m3/tahun. Pengelola air Satuan Kerja Tirta Kencana Karimunjawa

menyebutkan bahwa setiap bulannya penggunaan air bersih sebesar 12,105

m3/bulan dengan debit sebesar 4.67 liter/detik. Melihat kondisi tersebut,

masyarakat khawatir ketersediaan air tanah akan semakin berkurang terutama

pada saat musim kemarau dan musim liburan.

Gambar 13 Histogram konflik masyarakat bukan penyedia jasa wisata

Strategi Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa

Analisis Strength Weakness Opportunities Threat (SWOT)

Identifikasi faktor eksternal dan internal dilakukan melalui wawancara

langsung dengan responden dan hasil FGD dengan masyarakat, BTNKJ dan

pemerintah. Faktor internal terdiri dari 2 faktor, yaitu kekuatan (strength) dan

kelemahan (weakness). Faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah potensi Taman

Nasional Karimunjawa sebagai kawasan ekowisata, dukungan parttisipasi dan toleransi

masyarakat Karimunjawa terhadap kegiatan ekowisata, pelayanan yang diberikan

masyarakat kepada wisatawan, peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi, dan

wisatawan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Faktor yang menjadi

kelemahan dalam pengelolaan ekowisata berdasarkan daya dukung sosial di TNKJ adalah

peranan budaya lokal sebagai atraksi wisata masih lemah, belum optimalnya pengelolaan

kebersihan lingkungan, kualitas SDM masih rendah, dan implementasi kebijakan-

kebijakan belum optimal.

Faktor eksternal terdiri dari 2 faktor, yaitu peluang (opportunities) dan

ancaman (threaths). Faktor yang menjadi peluang adalah peluang usaha bagi

masyarakat Karimunjawa, peluang adanya bantuan modal untuk usaha, peningkatan

perekonomian masyarakat Karimunjawa, dan peningkatan infrastruktur di Karimunjawa.

Faktor yang menjadi ancaman adalah meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan,

masuknya budaya asing mengancam degradasi budaya lokal, terjadinya konflik antar

pihak, perubahan perilaku, dan kerusakan lingkungan akibat pariwisata massal.

2,86

28,57

15,71

97,14

71,43

84,29

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

konflik dengan

wisatawan

konflik dengan

pemerintah dan atau

BTNKJ

konflik antar

masyarakat

RE

SP

ON

DE

N (

%)

Pernah Tidak pernah

Page 72: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

56

Tabel 38 Faktor internal dan eksternal strategi pengelolaan ekowisata berdasarkan

daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa

Faktor Internal

Kekuatan

1. Potensi Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan ekowisata

2. Dukungan, partisipasi dan toleransi masyarakat Karimunjawa terhadap

kegiatan ekowisata

3. Peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi

4. Pelayanan yang diberikan masyarakat kepada wisatawan

Kelemahan

1. Peranan budaya lokal sebagai atraksi wisata masih lemah

2. Belum optimalnya pengelolaan kebersihan lingkungan

3. Kualitas SDM masih rendah

4. Implementasi kebijakan-kebijakan belum optimal

Faktor Eksternal

Peluang

1. Peluang usaha bagi masyarakat Karimunjawa

2. Peluang adanya bantuan modal untuk usaha

3. Peningkatan perekonomian masyarakat Karimunjawa

4. Peningkatan infrastruktur di Karimunjawa

Ancaman

1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan

2. Masuknya budaya asing mengancam degradasi budaya lokal

3. Terjadinya konflik antar pihak

4. Kerusakan lingkungan akibat mass tourism

Matriks SWOT

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan mempertimbangkan relasi faktor

internal dan faktor eksternal, maka diperoleh alternatif strategi pengelolaan

ekowisata berdasarkan daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa yang

disajikan pada Tabel 39.

1. Strategi S-O

Penetapan status KSPN bidang ekowisata oleh pemerintah pusat,

mengakibatkan peningkatan promosi ekowisata di TNKJ diperlukan untuk

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke TNKJ dan mendorong partisipasi

masyarakat untuk terlibat. Ekowisata memberikan peluang usaha bagi

masyarakat Karimunjawa untuk mendongkrak perekonomian bagi masyarakat

Karimunjawa, karena salah satu faktor kesuksesan ekowisata ditentukan

berdasarkan perekonomian.

Peran masyarakat pada kegiatan ekowisata selain menjadi penyedia jasa

wisata adalah sebagai konservator lingkungan. Namun kegiatan-kegiatan

konservasi yang dilakukan dapat dikemas menjadi atraksi wisata dan pendidikan

yang melibatkan wisatawan. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang

kegiatan ekowisata diperlukan untuk memudahkan dan memberikan

kenyamanan bagi masyarakat dan wisatawan di TNKJ.

Page 73: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

57

Tabel 39 Matriks SWOT pengelolaan ekowisata Taman Nasional Karimunjawa

berdasarkan daya dukungsosial

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness)

1. Potensi Taman Nasional

Karimunjawa sebagai

kawasan ekowisata

2. Dukungan, partisipasi dan

toleransi masyarakat

Karimunjawa terhadap

kegiatan ekowisata

3. Peran serta masyarakat

dalam kegiatan konservasi

4. Penetapan sebagai KSPN

bidang ekowisata

1. Peranan budaya lokal

sebagai atraksi wisata

masih lemah

2. Belum optimalnya

pengelolaan kebersihan

lingkungan

3. Kualitas SDM masih

rendah

4. Implementasi kebijakan-

kebijakan belum optimal

Peluang (opportunities) Strategi S-O Strategi W-O

1. Peluang usaha bagi

masyarakat Karimunjawa

2. Peluang adanya bantuan

modal untuk usaha

3. Peningkatan perekonomian

masyarakat Karimunjawa

4. Peningkatan infrastruktur

di Karimunjawa

1. Meningkatkan promosi

ekowisata di TNKJ

2. Aktivitas konservasi

dijadikan atraksi wisata

dengan melibatkan

wisatawan

3. Meningkatkan sarana dan

prasarana penunjang

kegiatan ekowisata

4. Mendorong masyarakat

berpartisipasi terhadap

kegiatan ekowisata dengan

adanya bantuan modal

usaha

1. Pemanfaatan dan

pelestarian budaya lokal

sebagai atraksi wisata dan

peluang usaha yang

melibatkan seluruh

komponen masyarakat

untuk meningkatkan

perekonomian

2. Optimalisasi kebijakan-

kebijakan untuk

mendorong perekonomian

dan pembangunan

infrastruktur serta

peningkatan kualitas

SDM yang berwawasan

budaya lokal

3. Pengelolaan kebersihan

dengan memanfaatkan

bahan bekas untuk didaur

ulang menjadi kerajinan

khas Karimunjawa

Ancaman (threaths) Strategi S-T Strategi W-T

1. Meningkatnya jumlah

kunjungan wisatawan

2. Masuknya budaya asing

mengancam degradasi

budaya lokal

3. Terjadinya konflik antar

pihak

4. Kerusakan lingkungan

akibat mass tourism

1. Penguatan nilai-nilai

budaya dan sejarah

masyarakat Karimunjawa

yang dapat dipromosikan

bagi wisatawan

2. Sosialisasi peranan

ekowisata terhadap sosial

budaya, ekonomi dan

lingkungan

1. Optimalisasi budaya lokal

untuk meminimalisir

perubahan sikap negatif

dan konflik

2. Penguatan SDM dengan

keahlian-keahlian tertentu

3. Penguatan sosialisasi

kebijakan untuk

mengantisipasi terjadinya

konflik dan kerusakan

SDA

Page 74: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

58

2. Strategi W-O

Strategi-strategi W-O meminimalisir kelemahan untuk memanfaatkan

peluang-peluang yang ada di TNKJ. Pemanfaatan dan pelestarian budaya lokal

sebagai atraksi wisata dan peluang usaha yang melibatkan seluruh komponen

masyarakat untuk meningkatkan perekonomian. Masyarakat bukan penyedia

jasa wisata memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam kegiatan

ekowisata dengan memanfaatkan kebudayaan lokal masyarakat Karimunjawa

sebagai atraksi wisata. Cerita rakyat masyarakat Karimunjawa dapat dijadikan

pedoman hidup bagi masyarakat Karimunjawa maupun wisatawan.

Kebijakan-kebijakan yang telah dibentuk belum dapat diimplementasikan

secara maksimal oleh pengelola, pemerintah, dan masyarakat. Optimalisasi

kebijakan-kebijakan untuk mendorong perekonomian dan pembangunan

infrastruktur serta peningkatan kualitas SDM yang berwawasan budaya lokal

diperlukan untuk memaksimalkan kebijakan-kebijakan tersebut dan

menciptakan SDM yang berkepribadian budaya lokal Karimunjawa.

Pengelolaan kebersihan dengan memanfaatkan bahan bekas untuk didaur ulang

menjadi kerajinan khas Karimunjawa merupakan salah satu peluang usaha bagi

masyarakat Karimunjawa, karena Kecamatan Karimunjawa belum memiliki

sistem pengelolaan sampah.

3. Strategi S-T

Ancaman masuknya budaya asing dapat memberikan pengaruh terhadap

masyarakat Karimunjawa, sehingga perlu penguatan nilai-nilai budaya

masyarakat Karimunjawa untuk mencegah terjadinya degradasi budaya dan

meminimalisir pengaruh negatif dari wisatawan. Sosialisasi peranan ekowisata

terhadap sosial budaya, ekonomi dan lingkungan penting dilakukan oleh

pengelola dan pemerintah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat

Karimunjawa terkait kegiatan ekowisata, sehingga persepsi yang diterima oleh

masyarakat tidak salah.

4. Strategi W-T

Perubahan sikap masyarakat Karimunjawa memang tidak dapat

dihindarkan, karena merupakan bentuk penyesuaian terhadap kebutuhan

ekowisata dan memberikan pelayanan optimal kepada wisatawan. Namun

perubahan sikap ke arah negatif perlu dihindari, sehingga perlu optimalisasi

budaya lokal untuk meminimalisir perubahan sikap negatif dan konflik-konflik

yang kemungkinan terjadi antara wisatawan, masyarakat, pengelola, maupun

pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang ada perlu disosialisasikan dan

dioptimalkan untuk menghindari terjadinya konflik antar kepentingan.

Kelemahan yang ada pada saat ini masih rendahnya kualitas SDM, sehingga

perlu adanya penguatan SDM dengan keahlian-keahlian tertentu tidak hanya

pada sektor wisata saja, melainkan keahlian pada sektor lain seperti kesehatan,

permesinan, dan kesenian.

Implementasi alternatif strategi pengelolaan ekowisata dapat dilakukan

melalui 4 pendekatan, yaitu: pendekatan pengunjung/ wisatawan, pendekatan

masyarakat (pelaku usaha dan bukan pelaku usaha), pendekatan SDM, dan

pendekatan sarana prasarana.

Page 75: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

59

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana terkait pengaruh perilaku wisatawan

terhadap sikap masyarakat penyedia jasa wisata di Karimunjawa didapatkan

pengaruh positif perilaku wisatawan terhadap sikap masyarakat penyedia jasa

wisata sebesar 22.6%. Sedangkan untuk masayarakat bukan penyedia jasa wisata

tidak didapatkan perubahan sikap masyarakat akibat perilaku wisatawan.

Perubahan sikap masyarakat diakibatkan adanya pengaruh dari perilaku

wisatawan seperti bahasa, gaya berbicara, gaya berpakaian, penghasilan, hingga

sikap toleransi. Perubahan sikap tersebut dianggap wajar karena merupakan

bentuk penyesuaian masyarakat terhadap perkembangan pariwisata.

2. Hasil yang didapatkan adalah nilai indeks kepuasan pelanggan berada pada

angka 74.46% (puas) dan tingkat toleransi penerimaan kegiatan ekowisata

sebesar 100% (sudah baik) bagi masyarakat penyedia jasa wisata dan 75.7% bagi

masyarakat bukan penyedia jasa wisata. Masyarakat karimunjawa menerima

kehadiran wisatawan akibat kegiatan ekowisata yang dibarengi dengan kualitas

pelayan yang diberikan oleh masyarakat.

3. Hasil analisis SWOT didapatkan alternatif-alternatif strategi, yaitu

meningkatkan promosi ekowisata di TNKJ, aktivitas konservasi dijadikan

atraksi wisata dengan melibatkan wisatawan, meningkatkan sarana dan

prasarana penunjang kegiatan ekowisata, mendorong masyarakat berpartisipasi

terhadap kegiatan ekowisata dengan adanya bantuan modal usaha, penguatan

nilai-nilai budaya masyarakat Karimunjawa, sosialisasi peranan ekowisata

terhadap sosial budaya, ekonomi dan lingkungan, optimalisasi budaya lokal

untuk meminimalisir perubahan sikap negatif dan konflik, penguatan SDM

dengan keahlian-keahlian tertentu, dan penguatan kebijakan untuk

mengantisipasi terjadinya konflik dan kerusakan SDA.

Saran

1. Pelestarian nilai-nilai budaya perlu ditingkatkan oleh masyarakat Karimunjawa

untuk menghindari terjadinya degradasi budaya dan menonjolkan identitas

masyarakat Karimunjawa.

2. Pengemasan daya tarik wisata berupa budaya dan sejarah Karimunjawa perlu

dilakukan sebagai bentuk pengenalan budaya bagi wisatawan.

3. Diperlukan peran serta pengelola (BTNKJ) dan pemerintah dengan melakukan

sosialisasi, pembinaan, pelatihan bagi masyarakat dalam menghadapi kegiatan

ekowisata.

4. BTNKJ sebagai pengelola kawsan TNKJ perlu melakukan koordinasi dengan

masyarakat terkait kebijakan-kebijakan yang bertentangan atau tidak sependapat

dengan masyarakat.

5. Perlu adanya perbaikan kinerja untuk meningkatkan kepuasan wisatawan dan

tingkat toleransi penerimaan oleh masyarakat. Peningkatan kinerja pelayanan

pada indikator kepuasan wisatawan adalah kebudayaan lokal sebagai atraksi

wisata, kebersihan lingkungan, keterampilan penyedia jasa dan jaminan

Page 76: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

60

keterjangkauan harga. Indikator toleransi penerimaan oleh masyarakat yang

perlu ditingkatkan adalah peran masyarakat berpartisipasi dengan pemerintah

dan BTNKJ untuk memajukan ekowisata di TNKJ.

6. Wisatawan disarankan melakukan aktivitas wisata sesuai dengan peraturan-

peraturan yang telah ditetapkan oleh BTNKJ dan masyarakat Karimunjawa.

DAFTAR PUSTAKA

Aldyza N, Sarong MA, Rizal S. 2015. Monitoring of hard coral covers and zonation

of marine conservation area of Tuan Island, Aceh Besar district, Indonesia.

AACL Bioflux. 8(5): 640-647.

Ali H. 2008. Marketing. Yogyakarta (ID): Media Pressindo.

Armenski T, Pavlukovic V, Pejovic L, Durdjev B, Lukic T. 2011. Interaction

between tourists And residents: Influence in tourism development. Journal

Polish Sociological Review. 173(1): 107-118.

Anwar S. 2009. Strategi Pengembangan Pariwisata Bidang Sapta Pesona Dinas

Pariwisata Kabupaten Lampung Barat [tesis]. Bogor (ID): Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Arifin Z, Rahayu IT. 2012. Hubungan antara orientasi religius locus of control dan

psychological well-being mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim. Jurnal El-Qudwah. 4(4): 1-18.

Arnberger A, Haider W, Muhar A. 2004. Social carrying capacity of an urban park

in Vienna. Economic and Social Impacts of Recreation and Nature Tourism.

1(1):361-368.

Attallah N. 2015. The estimation of physical and real carrying capacity with

application on Egypt’s tourist sites. Journal of Tourism Research. 12(1): 67-

85.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. 2019. Kecamatan Karimunjawa

Dalam Angka 2019. Jepara (ID): BPS.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2014. Standar Nasional Indonesia (SNI) 8013:

2014 Tentang Pengelolaan Paariwisata Alam. Jakarta (ID): BSN.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2020. Statistik Balai Taman

Nasional Karimunjawa Tahun 2019. Semarang (ID): BTNKJ.

Bhote KR. 1996. Beyond Customer Satisfaction to Customer Loyalty: The Key to

Greater Profitability. New York (US): AMA Membership Publications

Division.

Bjork P. 2000. Ecotourism from a conceptual perspective an extended definition of

a unique tourism form. International Journal of Tourism Research. 2(3):189-

202.

Boniface B, Cooper C. 2005. Worldwide destinations: The geography of travel and

tourism. Elsevier.

Bonilla JM, Bonilla LM. 2008. Measuring social carrying capacity: An exploratory

study. Tourismos: An International Multidisciplinary Journal Of Tourism.

3(1):116-134.

Page 77: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

61

Brightsmith DJ, Stronza A, Holle K. 2008. Ecotourism, conservation biology, and

volunteer tourism: a mutually beneficial triumvirate. Biological

Conservation. 141(2008): 2832-2842.

Butarbutar R, Soemarno. 2013. Environmental effects of ecotourism in Indonesia.

Journal of Indonesian Tourism and Development Studies. 1(3):97-107.

Carter E, Lowman G. 1994. Ecotourism: a Sustainable Option?. New York (US).

Wiley.

Chandralal L, Valenzuela F. 2013. Exploring memorable tourism experiences:

Antecedents and behavioural outcomes. Journal of Economics, Business and

Management. 1(2):177–81.

Chon K. 1989. Understanding recreational traveler’s motivation, attitude and

satisfaction. The Tourist Review. 44(1): 3-7.

Clawson M, Knetsch JL. 1966. Economics of Outdoor Recreation. Baltimore (US).

Hopkins Press.

Cole S. 2003. Cultural Tourism Development in Ngadha, Indonesia [tesis]. London

(UK): London Metropolitan University.

Cooper RD, Emory WC. 1996. Metode Penelitian Bisnis, edisi 5 jilid 1. Jakarta

(ID). Erlangga.

Damanik J, Weber FH. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi.

Yogyakarta (ID). CV. Andi Offset.

De Ruyck M, Soares AG, McLachlan AA. 1997. Social carrying capacity as a

management tool for sandy beaches. Journal of Coastal Research. 13(3): 822-

830.

[Depbudpar-WWF] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan World Wildlife

Fund. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta

(ID): Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Donnelly M., Vaske JJ, Whittaker D, Shelby B. 2000. Towards and understanding

of norm prevalence: A comparative analysis of 20 years of research.

Environmental Management. 25: 403–414.

du Toit A. 2016. Using environmental scanning to collect strategic information : A

South African survey. Information Management. 36(1):16-24.

Faturochman, Widaningrum A. 1993. Konsep dan indikator daya tampung sosial.

Populasi. 4(2): 71-84.

Getz D. 1981. Effects of tourism on the host population: A case study of tourism

and potential regional development in the Badenoch-Strathspey district of the

Scottish Highlands. [Disertasi]. Department of Geography. University of

Edinburgh.

Ghazinoory S, Abdi M, Azadegan-Mehr M. 2011. Swot methodology: A state-of-

the-art review for the past, a framework for the future. Journal of Business

Economics and Management. 12(1): 24-48.

Gunn R, Williams W. 2007. Strategic tols: an empirical investigation into strategy

in practice in the UK. Briefings in Entrepreneurial Finance. 16(5): 201-216.

Hall CM, Page SJ. 2006. The Geography of Tourism and Recreation: Space, Place

and Environment (3rd ed.). London (UK): Routledge.

Hijriani A, Muludi K, Andini EA. 2016. Implementasi metode regresi linier

sederhana pada penyajian hasil prediksi pemakaian air bersih pdam way rilau

kota bandar lampung dengan sistem informasi geofrafis. Jurnal Informatika

Mulawarman. 11(2): 37-42.

Page 78: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

62

Hijriati E, Mardiana R. 2014. Pengaruh ekowisata berbasis masyarakat terhadap

kondisi ekologi sosial dan ekonomi di kampung batusuhunan sukabumi.

Jurnal Sosiologi Pedesaan. 2(3): 146-159.

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P.19/Menhut-II/2004 Tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan

Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta (ID): Kementerian

Kehutanan.

Kotler K. 2009. Manajemen Pemasaran: jilid 1 edisi ke 13. Jakarta (ID): Erlangga.

Kurnia R. 2005. Penentuan daya dukung lingkungan pesisir: Makalah individu

pengantar falsafah sains [internet].[diunduh 15 Desember 2019]. Tersedia

pada: www.rudyct.com/PPS702-ipb/rahmat_kurnia.

Laksono AM, Mussadun. 2014. Dampak aktifitas ekowisata di pulau karimunjawa

berdasarkan persepsi masyarakat. Jurnal Teknik PWK. 3(2): 262-273.

Larsen S. 2007. Aspects of a psychology of the tourist experience. Scandinavian

Journal of Hospitality and Tourism. 7(1): 7-18.

Latan H, Temalagi S. 2013. Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi

Menggunakan Program IBM SPSS 20.0. Bandung (ID): Alvabeta.

Leavitt JH. 1997. Psikologi Manajemen (Terjemahan M.Zarkasi). Jakarta (ID):

Erlangga.

Lucyanti S. 2013. Strategi Pengembangan Objek Wisata Alam Bumi Perkemahan

Palutungan Berdasarkan Pendekatan Daya Dukung Lingkungan di Taman

Nasional Gunung Ciremai [tesis]. Semarang. Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro.

Lundberg DE. 1974. Caribbean tourism: Part 2. Social and racial tensions. Cornell

H.R.A. Quarterly 15(1): 82-87.

Mar’at. 1984. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta (ID):

Ghalia Indonesia.

Martilla JA, James JC. 1977. Importance-Performance Analysis: An easily-applied

technique for measuring attribute importance and performance can further the

development of effective marketing program. Journal of Marketing. 41(1):

77-79.

Martinez CL. 2003. Evaluation Report: Tools Cluster Networking Meeting #1.

Arizona (US): CenterPoint Institute Inc.

Marzetti S, Mosetti R. 2004. Sustainable tourism development and social carrying

capacity: a case-study on the North-Western Adriatic Sea. Sustainable

Tourism. 76(19): 211-220.

Marzetti S, Mosetti R. 2005. Social carrying capacity of mass tourist sites:

theoretical and practical issues about its measurement. Natural Resources

Management. 144(5): 1-22.

Mastika IK. 2018. Pengembangan ekowisata berwawasan kearifan lokal di wilayah

eks Karesidenan Besuki, Jawa Timur. Jurnal Master Pariwisata. 4(2): 240-

252.

Mathieson A, Wall G. 1982. Tourism: Economic, physical and social impacts.

England (UK): Longman.

Mei XY. 2014. Boring and expensive: The challange of developing experience-

based tourism in the inland region, Norway. Tourism Management

Perspective. 12(1): 71-80.

Page 79: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

63

Moleong L. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): PT Remaja

Rosdakarya

Morissan A. 2007. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta (ID):

Ramdina Prakarsa.

Mulyana D. 2013. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung (ID): Remaja

Rosdakarya.

Nababan M G, Munasik, Yulianto I, Kartawijaya T, Prasetia R, Ardiwijaya R L,

Pardede S T, Sulisyati R, Mulyadi, Syaifudin Y. 2010. Status ekosistem di

Taman Nasional Karimunjawa 2010. Bogor (ID): WCS - Indonesia Program.

Nugroho I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):

Penerbit Pustaka Pelajar.

O’Dell T. 2007. Tourist experiences and academic junctures. Scandinavian Journal

of Hospitality and Tourism. 7(1): 34-45.

O’Reilly AM. 1986. Tourism carrying capacity: concept and issues. Tourism

Management. 7(4): 254-258.

Oktaviyanti S. 2013. Dampak sosial budaya interaksi wisatawan dengan

masyarakat lokal di kawasan sosrowijayan. Jurnal Nasional Pariwisata. 5(3):

201-208.

Oliver RL. 1981. Measurement and evaluation of satisfaction processes in retail

settings. Journal of Retailing. 57(3): 25-48.

Parasuraman AP, Zeithaml VA, Berry LL. 1985. A Cpnceptual model of service

quality and its implication for future research (SERVQUAL). Journal of

Marketing. 49(1): 41-50.

Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Phadermrod B, Crowder R, Wills G. 2019. Importance performance analysis based

SWOT analysis. International Journal of Information Management.

44(17):194-203.

Pitana IG, Gayatri PG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta (ID): Andi.

Poerwadarminto WJS. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta (ID): Balai

Pustaka.

Prayogi AP. 2011. Dampak perkembangan pariwisata di objek wisata Penglipuran.

Jurnal Perhotelan dan Pariwisata. 1(1): 64-79.

Qomarudin. 2013. Perubahan sosial dan peran masyarakat dalam pengembangan

kawasan wisata kepulauan karimunjawa. Journal of Educational Sosial

Studies. 2(1): 41-46.

Rahadian A. 2019. Model Spasial Pendugaan Biomassa Dan Karbon Mangrove Di

Indonesia [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ramadhan AK. 2016. Kajian Potensi Air Tanah Bebas Di Pulau Karimunjawa,

Taman Nasional Karimunjwa, Kabupaten Jepara [tesis]. Yogyakarta.

Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Page 80: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

64

Rangkuti F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Reisinger Y. 1994. Tourist-host contact as a part of cultural tourism. Journal World

Leisure and Recreation. 36(2):24-28.

Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta.

Robbins SP. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jakarta

(ID): PT Bhuana Ilmu Populer.

Roe D, Williams NL, Clayton. 1997. Take Only Photographs, Leave Only

Footprints: The Environmental Impacts of Wildlife Tourism. IIED Wildlife

And Development Series No. 10.

Saveriades A. 2000. Establishing the social tourism carrying capacity for the tourist

resorts of the east coast of The Republic of Cyprus. Tourism Management.

21(2): 147-156.

Setiawan B, Rijanta R, Baiquni M. 2017. Poverty and tourism: strategies and

opportunities in karimunjawa island, Central Java. Journal of Indonesian

Tourism and Development Studies. 5(2): 121-130.

Shelby B, Heberlein T. 1984. Carrying Capacity in Recreation Settings. Corvallis:

Oregon State University Press.

Siagian SP. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta.

Smadi, Abdullah A, Nour H, Abu-Afouna. 2012. On least squares estimation in a

simple linear regression model with periodically correlated errors: a

cautionary note. Austrian Journal of Statistics. 41(3): 211–226.

Soemanto RB. 2010. Sosiologi Pariwisata: Pengertian Pariwisata, Sosiologi, dan

Ruang Lingkup Sosiologi Pariwisata. Tangerang. Universitas Terbuka.

Stamboulis Y, Skayannis P. 2003. Innovation strategies and technology for

experience-based tourism. Tourism Management. 24(1): 35-43.

Stankova B, Dalmeijer L, Elzerman S. 2005. Review of Best Practices in Handling

Socio-Cultural Impacts in Sustainable Tourism Projects. [Research Paper].

Rotterdam. Erasmus University.

Stronza A, Gordillo J. 2008. Community views of ecotourism. Annals of Tourism

Research. 35(2): 448-468.

Subur R. 2012. Daya Dukung Ekowisata Dengan Pendekatan Kapasitas Adaptif

Ekologi Di Pulau-Pulau Kecil: Kasus Gugus Pulau Guraici Kabupaten

Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara [disertasi]. Bogor (ID). Program

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung (ID): Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung

(ID): Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung (ID):

Alfabeta.

Sujarweni VW. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Press.

Sulisyati R, Prihatinningsih P, Mulyadi. 2019. Revisi zonasi Taman Nasional

Karimunjawa sebagai upaya kompromi pengelolaan sumber daya alam.

Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk

Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional. 713-724.

Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanngan. Jakarta (ID): PT.

Rineka Cipta.

Page 81: STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERDASARKAN ......Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

65

Supriana N. 1997. Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam:

Planning Sustainable. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Supriyanto A, Wahyudi A. 2017. Skala karakter toleransi: konsep dan operasional

aspek kedamaian, menghargai perbedaan dan kesadaran individu. Jurnal

Ilmiah Counsellia. 7(2): 61-70.

Tangkere EG, Sondak LW. 2017. Tingkat kepuasan pengunjung terhadap kualitas

pelayanan daerah Wisata Puncak Temboan Tomohon. Jurnal Agri-Sosio

Ekonomi Unsrat. 13(1): 35-46.

Thelisa, Budiarsa M, Widiastuti. 2018. pengaruh pariwisata terhadap kondisi sosial

budaya masyarakat karimunjawa, Jawa Tengah. Jurnal Manajemen

Pariwisata. 4(2): 228-239.

Tsaur SH, Lin YC, Lin JH. 2006. Evaluating ecotourism sustainable from the

integrated perspective of resource, community and tourism. Tourism

Management. 27(4): 640-653.

Vishwanatha, Chandrashekara. 2014. Economic impacts of ecotourism – a

perceptional study. International Journal of Innovative Research and Studies.

3(3): 16-24.

Walgito B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta (ID): Andi Offset.

Watson D, Clark LA, Tellegen A. 1988. Development and validation of brief

measures of positive and negative affect: The PANAS scales. Journal of

Personality and Social Psychology, 54(6): 1063–1070.

Widyawati A. 2015. Akar konflik dalam masyarakat multikultural di karimunjawa.

Jurnal Yustisia. 4(3): 602-616.

Wijaya T. 2010. Manajemen Kualitas Jasa Desain Servqual, Qfd, Dan Kano

Disertai Contoh Aplikasi Dalam Kasus Penelitian. Jakarta Barat (ID): Pt

Indeks.

Winata A, Yuliana E, Rusdiyanto E. 2017. Diversity and natural regeneration of

mangrove vegetation in the tracking area on Kemujan Island Karimunjawa

National Park, Indonesia. AES Bioflux, 9(2): 109-119.

Yoeti O. 1999. Pengantar Ilmu Pariwisata Edisi Revisi. Bandung (ID): Penerbit

Angkasa.

Yuliana E. 2016. Pengelolaan perikanan karang dengan pendekatan ekosistem

(Kasus: Taman Nasional Karimunjawa). [Disertasi]. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Pesisir Berbasis Konservasi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Zaidan E, Kovacs JF. 2017. Resident attitudes towards tourists and tourism growth:

a case study from the middle east, Dubai in United Arab Emirates. European

Journal of Sustainable Development. 6(1): 291-307.

Zhang X. 2012. Research on the development strategies of rural tourism in Suzhou

based on SWOT analysis. Energy Procedia. 16(2012): 1295-1299.