Upload
operator-warnet-vast-raha
View
3.373
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di
KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR
(Studi Kasus : Kelompok Tani Pambalahan Nagari Binaan Aie Angek)
Oleh :
NAIMAH RANGKUTI
06115002
Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Pertanian
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2009
STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di
KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR
Usulan Penelitian Skripsi
Nama : Naimah Rangkuti
No Bp : 06115002
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Padang, November 2009
Mahasiswa Yang Bersangkutan
(Naimah Rangkuti)
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Prof. Dr. Ir. H. Helmi, MSc) (Ferdhinal Asful, SP, Msi)
Mengetahui
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
(Dr. Ir. Endry Martius, MSc)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan
judul “Strategi Pengembangan Kelompok Tani Dalam Mendukung Pembangunan
Kawasan Agribisnis Sayuran Organik di Kenagarian Aie Angek Kabupaten Tanah
Datar”.
Dengan selesainya penulisan proposal ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Helmi, MSc selaku dosen pembimbing I, dan Bapak
Ferdhinal Asful, SP, Msi selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan
petunjuk, bimbingan, dorongan serta saran pada penulisan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa dan manusia biasa penulis tidak
luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima
segala kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap agar proposal penelitian ini bermanfaat bagi setiap pembaca
dan pihak yang memerlukannya.
Padang, November 2009
Naimah Rangkuti
DAFTAR ISI
Halaman
Lembaran Pengesahan.....................................................................................iKATA PENGANTAR.....................................................................................iiDAFTAR ISI...................................................................................................iiiDAFTAR TABEL...........................................................................................ivDAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................5 1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Strategi..................................................................................7
2.2 Konsep Kelembagaan Kelompok Tani.............................................. 7 2.3 Konsep Pembangunan Pertanian....................................................... 10 2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura............... 12 2.5 Konsep Pertanian Organik................................................................ 17 2.6 Penelitian Terdahulu......................................................................... 20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................23 3.2 Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel.....................................23 3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................23 3.4 Variabel Yang Diamati...................................................................... 24 3.5 Analisa Data.......................................................................................25 3.6 Definisi Operasional.......................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 29
LAMPIRAN...................................................................................................31
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar
Gambar 1. Abstraksi Kawasan Agribisnis.......................................Gambar 2. Peta Kawasan Agribisnis...............................................
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran
Lampiran 1.Daftar Kelompok Tani di Kenagarian Aie Angek........Lampiran 2. Topic Training BPP Kec.X Koto Tahun 2008..............Lampiran 3. Rekapitulasi Masalah dan Rencana Kegiatan BPP Kec. X Koto tahun 2008................................................Lampiran 4. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanah Datar 2003 – 2008............................................Lampiran 5. Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura Kab.Tanah Datar tahun 2005 dan 2006........................Lampiran 6. Peta Kawasan Agribisnis Kabupaten Tanah Datar....Lampiran 7 . Data Luas tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Hortikultura di Kecamatan
X Koto Kab. Tanah Datar
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelembagaan petani mencakup pengelolaan sumberdaya pertanian pada kawasan
agribisnis hortikultura yang berada didataran tinggi (Deptan, 2003).Pengembangan
kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok dalam keseluruhan rancangan
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005-2025. Selama ini
pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan
pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan
sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk
pemberdayaan yang lebih mendasar. Kedepan, agar dapat berperan sebagai kelompok
tani yang partisipatif, maka pengembangan kelembagaan harus dirancang sebagai upaya
untuk peningkatan kemampuan kelompok tani itu sendiri sehingga menjadi mandiri
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis. Pembentukan dan pengembangan
kelompok tani disetiap desa juga harus menggunakan prinsip kemandirian lokal yang
dicapai melalui prinsip pemberdayaan. Pendekatan yang top-down planning
menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Kedi Suradisastra, 2008; Syahyuti,
2007).
Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan
pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan
pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial
yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek,
belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003;
Kedi Suradisastra, 2008).
Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara
horizontal, dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa. Kelompok tani juga dapat
dibentuk berdasarkan komoditas, areal pertanian, dan gender. Pengembangan kelompok
tani dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan petani dalam mengakses berbagai
kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap
lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap
sumber informasi (Saptana, Saktyanu, Sri Wahyuni, Ening dan Valeriana Darwis, 2004).
Sedangkan menurut di Suradisastra, Kelompok tani merupakan lembaga yang
menyatukan para petani secara horizontal dan vertikal.
Berbagai kesalahan dalam pengembangan kelembagaan selama ini yaitu hampir
tiap program pembangunan pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan
membentuk satu kelembagaan yang baru. Sebagian besar kelembagaan dibentuk lebih
untuk tujuan mendistribusikan bantuan dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana
program, bukan untuk pemberdayaan masyarakat secara nyata. Setiap program membuat
satu organisasi yang baru dengan nama yang khas, jarang sekali program dari dinas
tertentu menggunakan kelompok yang sudah ada. Pengembangan kelembagaan hanya
dengan dukungan material yang cukup tapi tidak dibina bagaimana mengelolanya dengan
manajemen yang baik. Walaupun kelembagaan telah dijadikan alat yang penting dalam
menjalankan suatu program, namun penggunaan strategi pengembangan kelembagaan
banyak mengalami ketidaktepatan dan kekeliruan (Uphoff, 1986; Syahyuti, 2003).
Secara konseptual tiap kelembagaan petani yang dibentuk dapat memainkan peran
tunggal ataupun ganda. Khusus untuk kegiatan ekonomi, terdapat banyak lembaga
pedesaan yang diarahkan sebagai lembaga ekonomi, diantaranya adalah kelompok tani,
koperasi dan kelompok usaha agribisnis. Secara konseptual masing-masing dapat
menjalankan peran yang sama (tumpang tindih). Berdasarkan konsep sistem agribisnis,
aktivitas pertanian pedesaan tidak akan keluar dari upaya untuk menyediakan sarana
produksi (benih, pupuk dan obat-obatan), permodalan usahatani, pemenuhan tenaga
kerja, kegiatan berusaha tani (on farm), pemenuhan informasi dan teknologi serta
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (Syahyuti, 2008; F. Kasijadi,A. Suryadi dan
Suwono, 2003).
Kawasan menunjuk pada suatu wilayah yang merupakan sentra (pusat), dapat
berupa sentra produksi, perdagangan maupun sentra konsumsi. Dengan demikian
kawasan sentra produksi sayuran adalah suatu kawasan pusat kegiatan produksi sayuran
dalam suatu unit wilayah tertentu yang memiliki karakteristik yang relatif sama, dan
memiliki kelengkapan infrastruktur dan sistem yang menunjang kegiatan produksi
sayuran (Saptana,Saktyanu, Sri Wahyuni, Ening dan Valeriana Darwis, 2004).
Sistem Agribisnis yang lengkap merupakan suatu gugusan industri ynag terdiri
dari empat subsistem yaitu subsistem agribisnis hulu yakni industri sarana produksi
(industri benih, pupuk, pestisida dan indutri alsintan), subsistem budidaya (on-farm) yang
menghasilkan komoditas pertanian primer, subsistem agribisnis hulu yaitu pengolahan
hasil baik menghjasilkan produk antara maupun produk akhir, subsistem pemasaran yaitu
pendistribusian produk dari sentra produksi ke sentra konsumsi, subsistem jasa penunjang
yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang mendukung pengembangan
agribisnis (Sudaryanto dan Pasandaran, 1993; dan Ditjerhot, 2001).
Dalam pengembangan kawasan agribisnis ada 4 masalah yang dihadapi yaitu
penurunan harga dengan cepat dan sempurna kepada petani,sedangkan kenaikan harga
lambat dan tidak sempurna; informasi pasar yang monopolistik pada agribisnis hilir;
IPTEK dari agribisnis hilir tidak ditransmisikan ke agribisnis hulu (petani); Modal
investasi yang relatif banyak di agribisnis hilir tidak disalurkan dengan baik, bahkan
cenderung digunakan untuk mengeksploitasi agribisnis hulu (Simatupang, 1995).
Keberhasilan pengembangan agribisnis sayuran tergantung kepada keterpaduan
antara program dan kesiapan kelembagaannya. Ada tiga bentuk kelembagaan yaitu
kelembagaan yang hidup dan telah diterima oleh komunitas lokal atau tradisional,
kelembagaan pasar, kelembagaan sistem politik atau sistem pengambilan keputusan
ditingkat publik (Etzioni, 1991;Uphoff, 1992).
Kabupaten Tanah Datar tepatnya di Kecamatan X Koto Kenagarian Aie Angek
merupakan daerah yang terletak pada dataran tinggi. Sehingga sangat cocok untuk
pengembangan usaha pertanian. Pengembangan pertanian bertujuan untuk kesejahteraan
petani dan keluarganya dalam berusaha tani dengan melakukan agribisnis pertanian
sayuran organik yang tangguh dan profesional serta berwawasan lingkungan (Pemerintah
Kabupaten Tanah Datar, 2007).
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang memiliki potensi berupa lahan
kering, sawah dan perikanan. Khusus di Kenagarian AieAngek, kawasan ini sangat cocok
ditanami sayur-sayuran karena memiliki keunggulan komparatif, dan Pemerintah
Kabupaten Tanah Datar telah menetapkan menjadi suatu Kawasan Pusat Pengembangan
Agribisnis Sayuran Organik (KASO), dalam pelaksanaannya pembinaan dilakukan oleh
Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar dan Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Selama ini pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam
pembangunan pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya
diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai
upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar. Pendekatan yang top-down planning
menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Kedi Suradisastra, 2008; Syahyuti,
2007; Bank Dunia, 2005)
Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan
pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan
pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial
yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek,
belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003;
Kedi Suradisastra, 2008).
Pada tahun 2002 bahwa untuk kelancaran pelaksanaa kegiatan Pengembangan
Kawasan Agribisnis Sayuran Organik (KASO), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Tanah Datar menetapkan kelompok tanim “ Pambalahan” sebagai pelaksana kegiatan
tersebut.
Komoditas yang diusahakan adalah kubis, brokoli, kol bunga, wortel, selada,
sawi, cabe, bawang daun, lobak. Produk sayuran dengan sistem organik ini memiliki
keunggulan-keunggulan yaitu diantaranya ramah lingkungan dan memiliki kadar mutu
kesehatan yang lebih baik dari sayuran produksi non organik dan harga jual sayuran
organik lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran non organik (Pracaya, 2003).
Menurut Perhepi (1989), menyatakan salah satu hambatan dalam pengembangan
agribisnis di Indonesia yaitu sistem kelembagaan, terutama di pedesaan terasa masih
lemah sehingga kondisi ini menyebabkan kurang mendukung kegiatan agribisnis.
Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian ini. Dari
perumusan masalah diatas, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apa saja permasalahan kegiatan kelompok tani pambalahan dalam mendukung
pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto.
2. Bagaimana pengaruh Institut Pertanian Organik (IPO) terhadap kelompok tani
pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik..
3. Bagaimana strategi pengembangan kelompok tani pambalahan dalam mendukung
pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui permasalahan kegiatan kelompok tani pambalahan dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek
Kecamatan X Koto.
2. Menganalisis pengaruh IPO terhadap kelompok tani pambalahan dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek
Kecamatan X Koto.
3. Menganalisis strategi pengembangan kelompok tani pambalahan dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek
Kecamatan X Koto.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan hasilnya dapat berguna dan
bermanfaat untuk :
1. Bagi petani, yaitu sebagai masukan dan informasi sehingga dapat membantu
dalam menghadapi masalah sehubungan dengan pengembangan kelompok tani
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis.
2. Bagi pemerintah, yaitu sebagai masukan, gambaran dan pertimbangan
mengenai pengembangan kelompok tani dan masalah yang dihadapi kelompok
tani, sehingga membantu dalam perumusan kebijakan dan perencanaan
pembangunan pertanian yang lebih berpihak pada petani.
3. Bagi penulis sendiri yaitu dapat meningkatkan pemahaman mengenai
pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan
agribisnis dan bagi mahasiswa lain dapat dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian tentang kasus ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Strategi
Dalam Artikel Michail Porter berjudul “What is Strategy?” yang dimuat dalam
Harvard Business Review (1996) Istilah strategi tidak asing dalam percakapan sehari-
hari. Kita mempunyai pengertian tersendiri ketika membaca kata ini dalam sebuah tulisan
atau mendengarnya dalam percakapan seseorang. Strategi sebagai penentu tujuan jangka
panjang, program kerja dan alokasi sumberdaya.Dalam dimensi ini, strategi merupakan
cara untuk secara eksplisit menentukan tujuan jangka panjang, sasaran-sasaran
organisasi, program kerja yang dibutuhkan untu mencapai tujuan, dan alokasi
sumberdaya yang diperlukan.
a. Strategi penentu aspek keunggulan organisasi, disini strategi dijadikan power
yang efektif untuk menentukan segmentasi produk dan pasar. Segmentasi itu
mencakup baik penentuan customer maupun pengenalan tentang competitor yang
dihadapi.
b. Strategi sebagai penentu tugas manajerial. Dimensi ini memperlihatkan
perspektif organisasi sebagai korporasi, bisnis, dan fungsi-fungsi. Ketiga
perspektif ini harus dilihat secara holistik dengan tetap memperhatikan perbedaan
tugas manajerial masing-masing perspektif.
c. Strategi sebagai pola pengambilan keputusan yang saling mengikat. Disini
strategi dilihat sebagai pola pengambilan keputusan berdasarkan masa lampau
yang mungkin ikut menentukan apa yang harus dilakukan dimasa depan.
d. Strategi sebagai upaya mengalokasikan sumberdaya untuk mengembangkan
keunggulan berdaya saing yang berkesinambungan. Disini kompetensi inti terkait
erat dengan sumberdaya organisasi.
2.2 Konsep Kelembagaan Kelompok Tani
Kelembagaan dan Organisasi adalah berbeda, kelembagaan adalah sesuatu yang
berada diatas petani, sedangkan organisasi berada dilevel petani, sebagaimana yang
dianut kalangan ahli “ekonomi Kelembagaan “. Menurut North (2005) institution adalah
the rule of the game, sedangkan organization adalah “their enterpreneurs are the
players”. Pendapat ini diperkuat oleh Robin (2005) yang berpendapat bahwa ”institution
determine social organization”. Jadi kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat
organisasi hidup.
Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan
kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan
kelompok-kelompok petani kecil (Kartasasmita, 1997 : 31-32).
Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian
kelompok itu sendiri. Menurut Sherif dan Sherif (Catrwright dan Zander, 1968)
kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang satu dengan
individu lainnya, mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan
perannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu.
Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi
untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan
mempunyai struktur tertentu. Menurut Polak (1976) maksud struktur sebuah kelompok
adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang agak stabil, yang terdiri atas : (1)
suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya yang hirarkhis,
(2) peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu, (3) unsur-unsur
kebudayaan (nilai-nilai, norma-norma, model) yang mempertahankan, membenarkan dan
mengagungkan struktur.
Menurut Soekanto (1986) ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok,
yaitu : setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok, ada hubungan
timbal balik antara sesama anggota dan terdapat suatu faktor yang dimiliki mbersama
oleh para anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat.
Perry dan Perry (Rusdi, 1987) mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu
kelompok adalah : (1) ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu
untuk waktu yang relatif lama, (2) setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian
dari kelompok, dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota, (3)
adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-
nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai, (4) adanya struktur
dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antar
peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh didalam kelompom itu.
Menurut Bappenas (2004), Dalam rangka pemberdayaan (penguatan) petani
sebagai salah satu pelaku agribisnis hortikultura, maka perlu menumbuh kembangkan
kelompok tani yang mandiri dan berwawasan agribisnis. Penguatan kelembagaan
ditingkat petani meliputi kelompok tani, asosiasi, himpunan, koperasi, merupakan hal
yang perlu segera dikembangkan secara dinamis guna meningkatkan profesionalisme dan
posisi tawar petani.
1) Penumbuhan Kelompok tani
a) Menumbuhkan kelompok tani baik dari kelompok yang sudah ada ataupun dari
petani dalam satu wilayah.
b) Membimbing dan mengembangkan kelompok berdasarkan kepentingan usaha tani
kelompok.
c) Mengorganisasikan petani dalam kelompok.
d) Menjalin kerjasama antar individu petani didalam satu kelompok
2) Peningkatan Kemampuan Kelompok tani
a) Meningkatkan kemampuan kelompok tani melalui peningkatan kualitas dan
produktivitas SDM, meningkatkan managerial dan kepemimpinan kelompok.
b) Mengembangkan fungsi kelompok tani menjadi kelompok usaha/ koperasi.
c) Mengembangkan organisasi kelompok ke bentuk yang lebih besar, seperti
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) atau Asosiasi.
3) Mengembangkan Kemitraan Usaha
a) Mengembangkan kemitraan usaha agribisnis antara kelompok on-farm dengan
kelompok off-farm.
b) Meningkatkan nilai tambah ekonomis produk melalui kerjasama usaha antara
pelaku agribisnis.
c) Memperhatikan prinsip-prinsip kemitraan adanya pelaku kemitraan (petani,
kelompok tani, pengusaha, dan pemerintah; Adanya kebutuhan dan kepentingan
bersama dari pelaku-pelaku agribisnis; Adanya kerjasama dan kemitraan yang
seimbang dan saling menguntungkan.
Organisasi atau kelembagaan petani diakui sangat penting untuk pembangunan
pertanian, baik di negara industri maupun negara berkembang seperti Indonesia. Namun
kenyataan memperlihatkan kecenderungna masih lemahnya organisasi petani di negara
berkembang, serta besarnya hambatan dalam menumbuhkan organisasi atau kelembagaan
pada masyarakat petani. Intervensi yang terlalu besar dari pemerintah atau politisi
seringkali menyebabkan organisasi itu bekerja bukan untuk petani tetapi melayani
kepentingan pemerintah atau para pengelolanya (Vahn den Ban dan Hawkins, 1999:
265).
Bunch (1991: 270-271) menegaskan pembangunan lembaga tidak sekadar
memindahkan kerangka organisasi tetapi juga hgarus memberikan “perasaan” tertentu,
ciri-ciri masyarakat, perassan, keterampilan, sikap dan sikap moral merupakan darah dan
daging suatu lembaga.
2.3 Konsep Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dengan mengimplementasikan beberapa elemen-elemen seperti
peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas ekonomi pedesaan, pelaksanaan reformasi
agraria, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan petani serta mengurangi
kesenjangan pembangunan antar desa dan kota (Yudhoyono, 2006).
Terdapat 5 (lima) syarat pokok yang diperlukan untuk menggerakkan dan
membangun pertanian yaitu (Mosher, 1987) :
1). Adanya pasar untuk hasil usaha tani.
2). Teknologi yang senatiasa berkembang
3). Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal
4). Adanya perangsang produksi bagi petani
5). Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu.
Di samping lima syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi
kalau ada (dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan
pertanian. Yang termasuk sarana pelancar tersebut adalah pendidikan pembangunan,
kredit produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian
serta perencanaan nasional pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut di atas dapat
dikelompokkan kepada dua hal yaitu 1) Merupakan serangkaian kegiatan untuk
menciptakan iklim yang merangsang, 2) Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang
merupakan alat (means) untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian.
1) Perangsang pembangunan pertanian
Adanya rencana pembangunan yang memberi prioritas pada pembangunan
pertanian.
Adanya kebijakan-kebijakan khusus seperti kebijakan harga minimum
(floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan penyuluhan yang intensif,
perlombaan dengan hadiah-hadiah yang menarik pada petani teladan,
pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa baik mengenai teknik
baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan lainnya yang
membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan
2) Faktor-faktor fisik dan sosial
Tersedianya secara lokal kebutuhan akan sarana pertanian seperti bibit
unggul, pupuk dan obat-obatan.
Adanya lembaga perbankan yang siap melayani dan meminjamkan kredit
dengan persyaratan yang tidak berat.
Pengembangan usaha koperasi melalui peningkatan mutu pengurus
koperasi yang ada dan pendidikan kader-kader baru, membantu dan
membina sistem pembukuan dan lain-lain.
Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa tidak semua model pembangunan
pertanian bisa diimplementasikan oleh negara-negara yang sedang berkembang di dalam
membangun pertaniannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kas dari negara yang
bersangkutan seperti sosial-ekonomi, politik, tehnologi dan kebudayaan yang tidak
memungkinkan penerapan model pembangunan pertanian dari negara luar tersebut secara
keseluruhan. Namun, setidaknya (seperti Indonesia) bisa belajar dari Taiwan tentang “
cara-cara mengatur organisasi pertaniannya”, dari Jepang dalam “ merangsang kerja
petani ”, dari Thailand dalam “ pembangunan jalan-jalan oleh negara “ dan dari India
dalam “ kegiatan-kegiatan penelitiannya “.
2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura
Definisi yang lebih lengkap mengenai agribisnis diberikan oleh pencetus awal
istilah agribisnis yaitu Davis dan Goldberg (1957) sebagai berikut: “Agribusiness is the
sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies;
production activities on the farm; and storage, processing and distribution of
commodities and items made from them“. Definisi inilah yang sekarang sering digunakan
dalam literatur manajemen agribisnis (Sonka dan Hudson 1989).
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani,
hilir, dan penunjang. Menurut Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan agribisnis adalah
sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem
agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa
penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian.
Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan :
(1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem,
kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling
terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut.
Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan
kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua
sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional
(Sumodiningrat, 2000).
Menurut Anonimous ( 2000 ), yang dimaksud dengan Sistem Agribisnis adalah
rangkaian dari berbagai sub sistem penyelesaian prasarana dan sarana produksi,
subsistem budidaya yang menghasilkan produk primer, sub sistem industri pengolahan
(agroindustri), sub sistem pemasaran dan distribusi serta sub sistem jasa pendukung. Bagi
Indoensia pengembangan usaha pertanian cukup prospektif karena memiliki kondisi yang
menguntungkan antara lain; berada di daerah tropis yang subur, keadaan sarana prasarana
cukup mendukung serta adanya kemauan politik pemerintah untuk menampilkan sektor
pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan. Tujuan pembangunan agribisnis adalah
untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil
menengah dan koperasi serta mengembangkan kemitraan usaha. Dengan visi
mewujudkan kemampuan berkompetisi merespon dinamika perubahan pasar dan pesaing,
serta mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Departemen Pertanian (2005), komoditas hortikultura merupakan sangat
prospektif, baik untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun internasional
mengingat potensi permintaan pasarnya baik di dalam maupun di luar negeri besar dan
nilai ekonominya yang tinggi. Dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan
pemenuhan untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk
hortikultura semakin meningkat. Disamping itu keragaman karakteristik lahan dan
agroklimat serta sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan
untuk pengembangan hortikultura tropis dan sub tropis. Fungsi utama tanaman
hortikultura bukan hanya sebagai bahan pangan tetapi juga terkait dengan kesehatan dan
lingkungan. Secara fungsi ini sederhana dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :
Fungsi Penyediaan Pangan, terutama dalam hal penyediaan vitamin, mineral,
serat, energi dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi.
Fungsi Ekonomi, pada umumnya komoditas hortikultura mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi, sumber pendapatan cash petani, perdagangan,
perindustrian, dan lain-lain.
Fungsi Kesehatan, bahwa buah dan sayur dan terutama biofarm maka dapat
digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit-penyakit tidak menular.
Fungsi Sosial Budaya, sebagai unsur keindahan/kenyamanan lingkungan,
upacara-upacara, pariwisata dan lain-lain.
Usaha kegiatan tanaman hortikultura adalah kegiatan yang menghasilkan produk
tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan dengan
tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual / ditukar atau memperoleh pendapatan /
keuntungan atas resiko usaha ( Badan Pusat Statistik, 2003).
Pembangunan pertanian yang ada selama ini dengan pendekatan kewilayahan dan
peningkatan partisipasi masyarakat daerah setempat, khususnya untuk program tanaman
pangan dan hortikultura. Mendesaknya kepentingan pembangunan dan perancangan
ulang program ini dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama, program tanaman pangan
dan hortikultura adalah merupakan tempat penyerapan tenaga kerja terbesar dalam sistem
pembangunan nasional, sedemikian hingga setiap peningkatan pembangunan tanaman
pangan dan hortikultura secara otomatis juga akan membantu mengatasi masalah
pengangguran. Kedua, program tanaman pangan dan hortikultura masih merupakan
penopang utama dalam sistem perekonomian nasional, khususnya dalam memproduksi
makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan pangan kepada dunia luar. Ketiga,
harga produk tanaman pangan dan hortikultura memiliki bobot yang besar dalam
penentuan indeks harga konsumen, sehingga sifat dinamikanya sangat berpengaruh dalam
menekan laju inflasi, yang oleh karenanya pembangunan pertanian ini akan membantu
memantapkan stabilitas ekonomi nasional. Keempat, Peningkatan pembangunan tanaman
pangan dan hortikultura ini bisa berperan penting dalam mendorong sektor industri dan
ekspor, serta mengurangi impor produk tanaman pangan dan hortikultura yang pada
gilirannya akan memantapkan neraca pembayaran. Kenyataan betapa pentingnya
pembangunan tanaman pangan dan hortikultura tersebut diatas telah disadari sepenuhnya
oleh pemerintah yang melihat bahwa pemanfaatan sumberdaya dalam pembangunan
sektor pertanian dimasa mendatang mutlak memerlukan reorientasi pemikiran dalam
pelaksanaannya (Bappenas, 2004).
Pembangunan pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan dan hortikultura,
diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan yang tidak hanya bertumpu pada
persoalan produksi semata-mata, tapi lebih berwawasan kepada peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat. Upaya ini dilakukan dengan prioritas
utama kepada produksi, pelestarian sumberdaya dan swasembada pangan, serta agribisnis
yang berwawasan lingkungan.
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agribisnis karena :
1. Memiliki lahan yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang dapat
dipasarkan yang disebut komoditi unggulan.
2. Memiliki pasar, baik itu pasar untuk hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian
maupun pasar jasa pelayanan.
3. Memiliki kelembagaan petani (kelompok, koperasi, assosiasi) yang dinamis dan
terbuka padsa inovasi baru, yang harus berfungsi juga sebagai sentra pembelajaran dan
pengembanagn agribisnis.
4. Memiliki Balai Penyulukan Pertanian yang berfungsi sebagai Klinik Konsultasi
Agribisnsis (KKA) yaitu sebagai sumber informasi agribisnis, tempat percontohan usaha
agribisnis dan pusat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis
yang lebih efisien dan menguntungkan (Deptan, 2002).
2.5 Konsep Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dengan mengimplementasikan beberapa elemen-elemen seperti
peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas ekonomi pedesaan, pelaksanaan reformasi
agraria, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan petani serta mengurangi
kesenjangan pembangunan antar desa dan kota (Yudhoyono, 2006).
Terdapat 5 (lima) syarat pokok yang diperlukan untuk menggerakkan dan
membangun pertanian yaitu (Mosher, 1987) :
1). Adanya pasar untuk hasil usaha tani.
2). Teknologi yang senatiasa berkembang
3). Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal
4). Adanya perangsang produksi bagi petani
5). Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu.
Di samping lima syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi
kalau ada (dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan
pertanian. Yang termasuk sarana pelancar tersebut adalah pendidikan pembangunan,
kredit produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian
serta perencanaan nasional pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut di atas dapat
dikelompokkan kepada dua hal yaitu 1) Merupakan serangkaian kegiatan untuk
menciptakan iklim yang merangsang, 2) Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang
merupakan alat (means) untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian.
Perangsang pembangunan pertanian diantaranya : Adanya rencana pembangunan
yang memberi prioritas pada pembangunan pertanian Adanya kebijakan-kebijakan
khusus seperti kebijakan harga minimum (floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan
penyuluhan yang intensif, perlombaan dengan hadiah-hadiah yang menarik pada petani
teladan, pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa baik mengenai teknik baru
dalam pertanian maupun mengenai keterampilan lainnya yang membantu menciptakan
iklim yang menggiatkan usaha pembangunan
Faktor-faktor fisik dan sosial diantaranya : Tersedianya secara lokal kebutuhan
akan sarana pertanian seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan. Adanya lembaga
perbankan yang siap melayani dan meminjamkan kredit dengan persyaratan yang tidak
berat. Pengembangan usaha koperasi melalui peningkatan mutu pengurus koperasi yang
ada dan pendidikan kader-kader baru, membantu dan membina sistem pembukuan dan
lain-lain.
Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa tidak semua model pembangunan
pertanian bisa diimplementasikan oleh negara-negara yang sedang berkembang di dalam
membangun pertaniannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kas dari negara yang
bersangkutan seperti sosial-ekonomi, politik, teknologi dan kebudayaan yang tidak
memungkinkan penerapan model pembangunan pertanian dari negara luar tersebut secara
keseluruhan. Namun, setidaknya (seperti Indonesia) bisa belajar dari Taiwan tentang “
cara-cara mengatur organisasi pertaniannya”, dari Jepang dalam “ merangsang kerja
petani ”, dari Thailand dalam “ pembangunan jalan-jalan oleh negara “ dan dari India
dalam “ kegiatan-kegiatan penelitiannya “.
2.6 Konsep Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia
(non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik (Pracaya, 2002). Secara sederhana,
pertanian organik didefinisikan sebagai sistern pertanian yang mendorong kesehatan
tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur ulangan unsur hara dan
bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan
penggunaan pupuk dan pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati, 2002). Sedangkan
pengertian organik menurut FAOI adalah suatu sistem manajemen yang holistik yang
mempromosikan dan meningkatkan pendekatan sistem pertanian berwawasan kesehatan
lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Dalam
pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam manajemen
dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai.
Pertanian organik didasarkan pada prinsip-prinsip IFOAM (International
Federation of Organic Agriculture Movement) 2005 : prinsip kesehatan, ekologi, keadilan
dan pelindungan. Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan
tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait
dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Pertanian organik harus memberikan
kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan
pangan dan pengurangan kemiskinan. Keadilan memedukan sistern produksi, dtstribusi
dan perdagangan yang terbuka, adil dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan
yang sebenamya.
Departemen Pertanian telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia
yang tertuang dalarn SNI 01-6729-2002 (BSN, 2002). SNI sistem pangan organik ini
merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya juga harus diakreditasi oleh
Deptan melalui PSA (Pusat Standarisasi dan Akreditasi). SNI sistern pangan organik
diadopsi dengan mengadopsi seluruh materi dalam dokumen standar CAC/GL 32 - 1999,
Guidelines for the production, processing, labeling and marketing of organikally
produced food dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia. Bila dilihat kondisi
petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka mendapatkan label sertifikasi dad
suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam negeri. Luasan lahan yang dimiliki serta
biaya sertifikasi yang tidak terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi
lahannya. Satu-satunya jalan adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam
suatu kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka
dapat membiayai sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong. Namun ini pun
masih sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka (Husnain et al., 2005).
Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian
organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari
penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran
udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan
produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian
yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai
pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari
luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian
organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui
pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan
generasi mendatang.
Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah : 1) pemanfaatan
sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air)
secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, 2) proses produksi atau
kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, 3) penanganan dan
pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak
menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), 4) produk yang dihasilkan
harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi.
Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis
hortikultura ini.
Perkembangan pertanian organik di Indonesia masih sangat lambat. Namun minat
bertani dengan sistem organik akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh. Hal ini diharapkan
akan berdampak positif terhadap pengembangan petanian organik yang waktu-waktu
yang akan datang.
Kendala-kendala dalam pengembangan pertanian organik yang bersifat makro
antara lain peluang pasar, penelitian dan pengembangan, dan kondisi iklim.
Sejak dua dasawarsa terakhir permintaan pasar dunia terhadap produk pertanian organik
mulai tumbuh. Pertumbuhan pasar ini, khususnya di Eropa, merupakan salah satu
pertimbangan utama dalam pemberlakuan Council Regulation (EEC) No. 2092/91 (EEC,
1991).
Disamping kendala pasar, program penelitian dan pengembangan yang
mendukung ke arah pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia pada komoditas
lain masih belum banyak dilakukan, sehingga pengembangan agribisnis di sektor organik
masih terbatas. Berdasarkan pengalaman pada komoditas kopi tersebut di atas, dukungan
penelitian sangat diperlukan agar pengembangan agribisnis di sektor organik dapat
berhasil dengan baik.
Kendala lainnya adalah Indonesia memiliki iklim tropika basah, bahkan di
beberapa tempat tidak memiliki atau sedikit sekali periode kering. Kondisi iklim seperti
ini menguntungkan untuk jasad penganggu, khususnya jamur. Intensitas serangan jasad
penggangu yang tinggi akan lebih menyulitkan dalam praktek penerapan pertanian
orgnik.
Kendala mikro yang dimaksud adalah kendala yang dijumpai di tingkat usaha
tani, khususnya petani kecil. Minat produsen, pada pelaku usaha pertanian di Indonesia
belum banyak yang beminat untuk betani organik. Minat pelaku usaha untuk
mempraktekkan pertanian petanian organik ini akan meningkat apabila pasar domestik
dapat ditumbuhkan. Pemahaman kurang, pemahaman para petani terhadap sistem
pertanian organik masih sangat kurang. Pertanian organik sering dipahami sebatas pada
praktek pertanian yang tidak menggunakan pupuk anorganik dan pestisida.
Pengertian tentang sistem pertanian organik yang benar perlu disebarluaskan pada
masyarakat. Pengertian tersebut meliputi filosofi, tujuan, penerapan, perdagangan, dan
lain-lain. Sebagai acuan untuk penyebarluasan pengertian pertanian organik sebaiknya
menggunakan standar dasar yang dirumuskan oleh IFOAM. .
Organisasi di tingkat petani, Organisasi di tingkat petani merupakan kunci penting
dalam budidaya pertanian organik. Hal ini terkait dengan masalah penyuluhan dan
sertifikasi. Agribisnis produk organik di tingkat petani kecil akan sulit diwujudknan tanpa
dukungan kelompok tani.
Di beberapa daerah organisasi petani sudah terbentuk dengan baik, tetapi
sebaiknya di daerah-daerah lain organisasi pertani masih sulit diwujudkan.
Kemitraan petani dan pengusaha, upaya membentuk hubungan kemitraan antara petani
dan pengusaha yang pernah dilakukan beberapa waktu yang lalu yang masih belum
memberikan hasil seperti yang diharapkan petani.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Sry Wahyuni (2007) tentang Integrasi
Kelembagaan di Tingkat Petani : Optimalisasi Kinerja Pembangunan Pertanian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa agar petani memiliki wadah untuk belajar, mengajar,
bekerjasama antar petani maupun kelompok lain serta mencapai usaha ekonomi
diwajibkan membentuik kelompok tani. Pembenahan yang dilakukan ditingkat petani
adalah dengan mengintegrasikan kelompok tani dengan P3A.
Penelitian yang dilakukan oleh Kedi Suradisastra (2006) tentang Revitalisasi
Kelembagaan Untuk Percepetan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kebijakan pertanian, sedangkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Revitalisasi Kelembagaan memerlukan strategi yang luwes dan
mampu memahami elemen-elemen kelembagaan formal dan non formal. Keberhasilan
penerapan suatu lembaga pertanian tidak semata-mata diukur dengan nilai tambah
ekonomi, namun harus mempertimbangkan peran dan fungsi nilai-nilai sosio kultural
secara utuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2005) tentang Kebijakan
Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS).
Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa sentralitas produksi sayuran di Sumatera
terkonsentrasi tinggi terutama untuk komoditas sayuran spesifik dataran tinggi, seperti
kubis dan kentang. Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan yang seimbang antara
produksi, pemasaran di KAHS maka perlu langkah kebijakan operasional diantaranya,
penguatan kelembagaan, baik ditingkat petani, pemerintah maupun forum KAHS sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2005) tentang Mewujudkan
Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan
Kemitraan Usaha Hortikultura. Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa lemahnya
struktur, fungsi, dinamika dan konsolidasi kelompok tani sehingga menempatkan posisi
perwakilan masyarakat petani lemah dalam kelembagaan kemitraan usaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2004) tentang Integrasi
Kelembagaan Forum KASS dan Program Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan
Agribisnis Sayuran Sumatera. Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa masih lemahnya
implementasi pengembangan agribisnis di Kawasan KASS baik melalui program forum
KASS maupun program Agropolitan.
Penelitian yang dilakukan oleh Unang Yunasaf (2005) tentang Kepemimpinan
Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan Keefektifan Kelompok. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa ketua kelompok dengan kepemimpinannya yang tergolong baik atau
sangat tinggi tersebut akan memberikan peluang yang sangat besar untuk tercapainya
keefektifan dikelompok yang dipimpinnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2003) tentang Integrasi
Kelembagaan Forum Kawasan Agribisnis sayuran Sumatera (KASS) dan Program
Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa belum adanay keterpaduan antara program forum
KASS dengan program Agropolitan, dan kinerja dari program pembangunan pertanian di
Kawasan KASS masih mengalami hambatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ikin Sadikin et. Al (1999) tentang Kajian
Kelembagaan Agribisnis Dalam Mendukung Pengembangan Sistem Usaha Pertanian
Berbasis Agroekosistem. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa kelembagaan yang
mampu tumbuh dan berkembang adalah kelembagaan komersial lokal yang berfungsi
ganda.
Penelitian yang dilakukan oleh Sapja Anantanyu (2004) tentang Gambaran
Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahanny. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pengembangan SDM petani perlu didasarkan pemahaman terhadap petani secara
utuh dan diarahkan pada kemandirian petani.
Penelitian yang dilakukan oleh Syahyuti (2007) tentang Kebijakan Pengembangan
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa permasalahan kelembagaan masih banyak,
maka pengembangan kelembagaan ditingkat lokal atau ditingkat komunitas perlu
perhatian yang lebih. Gapoktan dibentuk hanya untuk menyukseskan kegiatan lain bukan
untuk pengembangan kelembagaan itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Suci Indraningsih et, al (2005) tentang
Strategi Pengembangan Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa disamping menyimpan potensi yang besar,
kelembagaan kemitraan agribisnis hortikultura di Propinsi Bali masih mempunyai
kelemahan sehingga perlu upaya pembenahan dalam pembangunan kelembagaan.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto
Kabupaten Tanah Datar yaitu secara purposive atau sengaja karena kelompok tani
pambalahan merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di Sumatera Barat. Selain
itu didaerah ini, pemerintah melaksanakan Program Pengembangan Kawasan Agribisnis
Sayuran Organik (KASO).
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dimulai bulan Desember
2009 sampai bulan Januari 2009 terhitung sejak dikeluarkannya surat turun penelitian
dari Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
3.2 Metode Penelitian Dan Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) yaitu
penelitian yang diadakan untuk memperhatikan faktor-faktor dan gejala yang ada dan
keterangan-keterangan serta mendapatkan kebenaran terhadap praktek-praktek yang
sedang berlangsung (Nazir, 1999).
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sensus yaitu semua petani yang
tremasuk kedalam kelompok tani Pambalahan. Karena kelompok tani Pambalahan
merupakan satu-satunya kelompok tani yang sudah menerapkan pertanian organik di
Kenagarian Aie Angek dengan jumlah petani 40 orang yang melakukan usahatani kubis.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan kunci
(key informan) secara mendalam dengan bantuan pengisian daftar pertanyaan (kuisioner)
yang telah disiapkan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini untuk
kelompok tani pambalahan.
Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan diperoleh dari lembaga atau instansi
yang berhubungan dengan penelitian ini seperti dinas pertanian, BPP (Balai Penyuluh
Pertanian), kantor wali nagari, serta literatur-literatur yang relevan seperti buku-buku,
jurnal penelitian internet dan laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Variabel Yang Diamati
Berdasarkan tujuan pertama yaitu mendeskripsikan masalah kelompok tani dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di kecamatan X Koto,
maka variabel yang diamati :
A. Masalah Teknis meliputi sentra produksi yaitu
a. pengolahan lahan meliputi : pembersihan lahan dan pengaturan jarak tanam.
b. penanaman meliputi : penyiapan bibit, cara tanam dan pola tanam.
c. jenis bibit yang digunakan petani.
d. pemupukan meliputi cara pemupukan dan jumlah pupuk yang digunakan.
e. pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit
f. penggunaan pestisida
g. pemanenan meliputi : kriteria siap panen, waktu panen dan cara panen.
B. Masalah Sosial meliputi keterlibatan pemerintah dan msyarakat didaerah sekitar.
C. Masalah Ekonomi meliputi pengadaan modal dan pemasaran.
Untuk tujuan kedua yaitu untuk menganalisis pengaruh Institut Pertanian
Organik (IPO) terhadap kelompok tani Pambalahan dalam mendukung pembangunan
kawasan agribisnis sayuran organik, maka variabel yang diamati adalah jenis kegiatan,
materi, metode, media, tempat dan waktu pelaksana kegiatan pelatihan petanian sayuran
organik.
Untuk tujuan ketiga yaitu menganalisis strategi pengembangan kelompok tani
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Kecamata X
Koto meliputi variabel yang diamati adalah :
A. Faktor Sosial dapat dilihat dari :
a. Kelembagaan petani yaitu keikutsertaan petani dalam kelompok tani.
b. Pelatihan dan percontohan pertanian organik yaitu Institut Pertanian Organik
(IPO).
c. Penyuluhan yaitu adanya program dari penyuluh yang berkaitan dengan
pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan
agribisnis sayur organik.
B. Faktor Ekonomi
4 subsistem agribisnis
a. subsistem hulu yaitu pengadaan sarana produksi (industri benih, pupuk,
pestisida dan alsintan) meliputi harga saprodi dinyatakan dalam satuan Rupiah
(Rp).
b. subsistem budidaya (on-farm) yaitu yang menghasilkan komoditas pertanian
primer.
c. subsistem agribisnis hulu yaitu pengolahan hasil baik menghasilkan produk
antara maupun produk akhir.
d. subsistem pemasaran yaitu pendistribusian produk dari sentra produksi ke sentra
konsumsi dan subsistem jasa penunjang yaitu dukungan sarana dan prasarana
serta lingkungan yang mendukung pengembangan agribisnis.
C. Faktor Karakteristik petani, dapat dilihat dari :
a. Umur yaitu umur petani pada saat penelitian berlangsung yang dibulatkan
keulang tahun terdekat yang dinyatakan dalam tahun (Th).
b. Luas lahan yang diukur dalam satuan Hektar (ha).
c. Pendidikan dilihat dari tingkat pendidikan terakhir petani.
d. Pengalaman berusahatani sayuran yaitu lamanya petani menekuni usahatani
sayuran yang dinyatakan dalam tahun (Th).
D. Penggunaan Sumber Daya, dapat dilihat dari :
a. Lahan, meliputi : kepemilikan lahan, penguasaan kawasan.
b. Produksi / produktivitas.
c. Tenaga Kerja yaitu seluruh tenaga kerja yang dicurahkan dalam kegiatan
usahatani sayuran baik Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) maupun Tenaga
Kerja Luar Keluarga (TKLK).
3.5 Analisa Data
Analisa data untuk tujuan pertama yaitu Mendeskripsikan masalah kelompok tani
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik dianalisa dengan
analisa deskriptif kualitatif, dimana dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan yang
dialami oleh petani antara lain : masalah teknis, masalah sosial dan masalah ekonomi
Untuk tujuan kedua yaitu Mendeskripsikan pengaruh IPO terhadap kelompok tani
pambalahan erkait dengan pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik dianalisa
denagn deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran dan bentuk pengaruh kegiatan
IPO terhadap kelompok tani pambalahan. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh
kegiatan IPO terhadap kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan
kawasan agribisnis sayuran organic, maka digunakan metode skor, yaitu pemberian nilai/
skor melalui penyebaran kuisoner untuk setiap variabel yang diamati. Dari penilaian skor
ini, maka data akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Untuk menguji nilai skor yang diperoleh, ditentukan melalui rumus sebagai berikut:
Nilai rata-rata = Ni / n
Keterangan:
Ni = Jumlah Skor keseluruhan pengaruh kegiatan IPO
n = Jumlah responden
Berdasarkan nilai skor diatas maka pengaruh kegiatan IPO terhadap kelompok tani dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik.
Peranan kegiatan penyuluhan = Total skor yang diperoleh x 100%
Total skor yang diharapkan
Sehingga skor pengaruh kegiatan IPO tersebut dikategorikan sebagai berikut:
a. Sangat berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 79 - 99
b. Cukup berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 56 - 78
c. Kurang berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 33 - 55
Penentuan tiga kategori tersebut didapatkan dari rentang nilai dengan rumus:
R = Skor tertinggi – Skor terendah
n
Keterangan: n = jumlah kategori rendah, sedang, dan tinggi
R = range ( rentangan)
Untuk tujuan ketiga yaitu Menganalisis strategi pengembangan kelompok tani
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis di Kota Padang Panjang digunakan
analisa SWOT. Analisa SWOT yang memuat variabel faktor internal yang meliputi aspek
yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta variabel faktor eksternal yang meliputi
aspek yang menjadi peluang dan ancaman.Dari analisa SWOT yang dilakukan ini, maka
diharapkan segala kemungkinan yang menguntungkan dan merugikan, baik berasal dari
dalam atau dari luar sehubungan dengan pengembangan kelompok tani dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis ini, akan dapat diantisipasi dan dicarikan
jalan keluarnya.
3.6 Definisi Operasional
Dari kerangka teori, konsep dan kerangka yang telah disajikan pada bagian
tinjauan pustaka, maka penelitian ini menggunakan defenisi oprasional agar tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda. Adapun defenisi itu adalah sebagai berikut
1. Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal
dan vertikal.
2. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi masyarakat pertanian di
kawasan agropolitan. Dimana terdapatnya kegiatan belajar mengajar dalam perubahan
sikap, keterampilan, dan perilaku masyarakat tani di kawasan agropolitan. Dalam proses
pembelajaran, dilengkapi dengan penyuluh sebagai pengajar, materi yang disampaikan,
media yang digunakan, dan sasaran (petani) sebagai orang yang disuluh.
3. Tanaman hortikultura adalah berbagai jenis tanaman sayuran, tanaman hias, dan
tanaman obat-obatan yang diusahakan oleh petani di kawasan agropolitan. Adapun jenis
tanaman hortikultura yang banyak diusahakan adalah sayuran dataran tinggi seperti
wortel, sawi, cabe, kubis, kol, kentang, daun bawang, seledri, dan lain sebagainya.
4. Pasar hasil pertanian adalah sarana penampungan dan pemasaran hasil pertanian
masyarakat di kawasan agropolitan Koto Baru Kecamatan X Koto seperti Sub Terminal
Agribisnis (STA) yang dilengkapi dengan pasar lelang, gudang penyimpanan (cold
storage), sarana pencucian, sortasi dan prossesing hasil pertanian sebelum dipasarkan.
6. Partisipasi adalah peran serta / inisiatif masyarakat dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan, yaitu meliputi pada perencanaan kegiatan sampai pada mengevaluasi dan
menikmati hasil kerja. Partisipasi masyarakat seperti dalam penentuan usulan kegiatan,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
7. Lembaga pertanian adalah lembaga / organisasi petani yang mengelola setiap kegiatan
usaha tani baik yang bersifat formal maupun informal seperti BPP, kelompok tani /
gapoktan, P3A, Koperasi, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Michail Porter berjudul “What is Strategy?” yang dimuat dalam Harvard Business Review November-Desember 1996.
Bappenas. 2004. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal.
Dinas Pertanian. 2007. Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.
Indraningsih, Kurnia, Suci, Ashari dan Supena Friyatno. 2005. Strategi Pengembangan Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.
Kedi Suradisastra. 2006. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepetan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 4 No 4 Desember 2006.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Penerbit Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian . Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sadikin,Ikin, Rita Nur Suhaeti, dan Kedi Suradisastra. 1999. Kajian Kelembagaan Agribisnis Dalam Mendukung Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Berbasis Agroekosistem. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian.
Sapja Anantanyu. 2004. Gambaran Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahannya. MK Pengantar ke Falsafah Sains (PPS 702).
Saptana, Ariningsih E, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Valeriana. 2005. Kebijakan Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 3 No1 Maret 2005.
Saptana, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Ening Ariningsih dan Valeriana Darwis. 2004. Integrasi Kelembagaan Forum KASS dan Program Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 2 No3 September 2004.
Saptana, Sunarsih, Kurenia Suci Indraningsih. 2005. Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.
Sry Wahyuni. 2007. Integrasi Kelembagaan di Tingkat Petani : Optimalisasi Kinerja Pembangunan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani 10 Juni 2009.
Suradisastra, Kedi. 2008. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Pusat Analisa Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26 No 2 Desember 2008.
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.
Van Den Ban.A.W dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian.Kanisius .Yogyakarta.
Yudhoyono, S. Bambang, 2006, Pembangunan Pertanian Indonesia dari Revolusi Hijau ke Pertanian Berkelanjutan, Orasi Ilmiah di Universitas Andalas Padang Tanggal 21 September 2006
http://www.indonesia.go.id { 14 April 2008}.
Yunasaf, Unang. 2005. Kepemimpinan Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan Keefektifan Kelompok.
Yusmaini. 2009. Kesiapan Teknologi Mendukung Peretanian Organik Tanaman Obat : Kasus Jahe.
Lampiran 1. Daftar Kelompok Tani di Aie Angek
Nama-nama kelompok Tani Aie Angek
No Nama Kelompok Ketua Kelompok Jumlah Anggota1. 2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.
PambalahanGiat BersamaTerataiSepakatGuguak AmpaianBina WargaAnggun SariSuka MajuSaiyoSakatoKarang Permai
DY.Dt MarajoP. St Panghulu malinErminiJono EfendiIskandarB. Datuak PisangErmiSy. Dt PanjangGindo ISaifulMusnizar
4030304040505030555048
Sumber: Programa Penyuluhan Nagari Aie Angek tahun 2007
Lampiran 2. Topic Training BPP Kec.X Koto Tahun 2008
TOPIC TRAINING BPP KEC X KOTO TAHUN 2008
NO Tanggal Topic Training Pengisian Topic1
2
3
4
5
67
8
910
11
12
13
14
15161718192021
7 januari 2008
21 Januari 2008
4 februari 2008
8 februari 2008
3 maret 2008
17 Maret 200831 maret 2008
14 April 2008
28 April 200812 Mei 2008
26 Mei 2008
9 Juni 2008
23 Juni 2008
7 Juli 2008
21 Juli 20084 Agustus 200820 Agustus 2008 3 September 20081 Oktober 200815 November 200824 Desember 2008
Kebijaksanaan program subdin panganKebijaksanaan program subdin peternakanKebijaksanaan program subdi perikananKebijaksanaan program subdin kehutananKebijaksanaan program subdin perkebunanAnalisa usaha tani PTS/SRISapta usaha perternakan sapi potongTeknis pembuatan kolam dan padat penebaranTeknik pembuatan konturTeknik pengolahan tebu ( gula semut)OPT tanaman sayuran dan pengendaliannya pada tanaman cabe dan kubisPencegahan penyakit off pada ternak kambingPengendalian penyakit, virus, ikan air tawarPenanaman kayu di pemukiman /kebun rakyatTeknik pengolahan kopiBudidaya wortel organicPengembangan tanaman hiasPemeliharaan sapi perahPembenihan ikanHutan kemasyarakatan (GNRHL)Pembibitan tanaman keras hutan
Kasubdin /PPS panganKausbdin / pps peternakanKasubdin /pps perikananKasubdin / pps kehutananKasubdin/pps perkebunanPPS Tan. PanganPPS Peternakan
PPS Perikanan
PPS KehutananPPS Perkebunan
PPS Tan. Pangan
PPS Peternakan
PPS Perikanan
PPS Kehutanan
PPS PerkebunanPPS Tan. PanganPPS Tan.PanganPPS PeternakanPPS PerikananPPS KehutananPPS Kehutanan
Sumber: BPP KEC X KOTO TAHUN 2008
Lampiran 7 . Data Luas tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Hortikultura di Kecamatan X Koto Kab. Tanah Datar
No Komoditi Tahun 2006 Tahun 2007 Tanam (Ha) Panen (ton) Produksi (ton) Tanam (Ha) Panen (Ton) Produksi (Ton)
1 Bawang daun 292 385 23144 256 216 309092 Kentang 7 8 889 15 10 8283 Kubis 257 258 36319 236 202 362504 Kembang Kol 75 81 6200 57 42 58025 Petsai/Sawi 218 208 20074 230 172 249976 Wortel 223 212 35932 272 253 332827 Cabe Merah 189 161 4313 175 164 108728 Tomat 0 0 0 16 9 3189 Terung 63 57 7907 67 58 8160
10 Buncis 120 128 5902 100 90 12150 Jumlah 1444 1498 140680 1424 1216 163568
Sumber Data : BPP X Koto (2008)
Lampiran 4. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanah Datar 2003-2008
1. TAHUN 2003Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2003 adalah:
No.
Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari
/Kec/Kabupaten
1.2.3.4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pembangunan jalan nagariPembangunan irigasiPerbaikan Talago Koto BaruPeningkatan jalan Lubuk Mato Kucing-Singgalang-Kandang DigugukPengembangan Agribisnis SayuranKegiatan GNRHL
Inseminasi Buatan
Dukungan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif (PELP)Bantuan kebersihan pasar nagari
Penggantian rambu-rambu lalu lintas
6 nagari6 nagariKoto BaruSinggalang, Koto Laweh
Aie Angek, Koto BaruPaninjauan, Singgalang, Jaho dan TambanganPanyalaian, Paninjauan, Singgalang, Pandai Sikek, Aie Angek dan Koto Laweh Singgalang dan Sungayang
Koto Baru, Panyalaian dan Pandai SikekPandai Sikek
Jumlah
2. TAHUN 2004
Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2004 adalah sebagai berikut :
No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten
1.
2.
3.
Pembangunan jalan nagari
Pembangunan irigasi
Perbaikan irigasi Bandar Layah
Koto Baru, Pandai Sikek, Aie Angek, Panyalaian, Paninjauan dan Koto LawehKoto Baru, Pandai Sikek, Aie Angek, Panyalaian, Paninjauan dan Koto LawehSinggalang
No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Perbaikan irigasi Bandar Lalo
Peningkatan jalan Pakan Rabaa-Tabu BaraiePeningkatan jalan Koto Tinggi-Koto TinggiPengkajian agribisnis sayuran organik
Bantuan bibit tanaman unggulan
Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan AgropolitanKoordinasi Perencanaan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif (PELP)Kegiatan Operasional Pengembangan Ekonomi Lokal
Singgalang
Panyalaian
Koto Baru, Pandai SikekAie Angek, Koto Baru, Payalaian dan PaninjauanAie Angek, Paninjauan, Panyalaian dan Pandai SikekKawasan Koto Baru
Singgalang
Singgalang
Jumlah
3. TAHUN 2005
Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2005 adalah sebagai berikut :
No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.6.
7.
Sekolah Lapangan Pertanian Organik (SLAPO)Koordinasi Agropolitan Lingkup PertanianPengembangan Precision Agriculture berbasis iklim untuk mendukung ketahanan pangan (kerjasama dengan BPPT)Pengembangan Agrotekno Park (kerjasama dengan BPPT)
Penunjang Biocycle FarmingPematangan lahan Pasar Sayur Koto BaruPenyusunan RTBL Kawasan
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X KotoKecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten
8.
9.
10.
11.
Agropolitan
Penyusunan DED Prasarana Dasar Kawasan AgropolitanPengaspalan/Pemeliharaan Periodik jalan :- Ru
as jalan Pandai Sikek-Tanjung-Koto Tinggi
Rehab dan pemeliharaan jaringan irigasi :- Ba
ndar Gemuruh- Ba
ndar Tutuo SirahKoordinasi Perencanaan Pengembangan Kawasan Agropolitan
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Jumlah
4. TAHUN 2006
Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2006 adalah sebagai berikut :
No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten
1.
2.
3.
4.5.6.
7.
8.
9.
10.
Pengembangan Agribisnis Hortikultura dan CabePengembangan Sarana dan Prasarana PertanianSekolah Lapang Pertanian Organik (SLAPO)Pengembangan Kopi ArabicaPengembangan Sapi PerahPeningkatan Jalan Pandai Sikek – Pagu-pagu-TanjungPemeliharaan jalan Simpang Aie Angek-Pemandian Kaso-Simpang KelokPelebaran Jembatan Sungai TalangPembangunan Prasarana Dasar Kawasan Agropolitan- Pembentukan Badan Jalan- Lapangan Parkir pada bagian
depan- Dinding Penahan TanahRehab Perbaikan Bandar Sungai
Singgalang, Pandai Sikek Kec. X Koto
X KotoPandai Sikek
Aie Angek
Panyalaian
Koto Baru
Panyalaian
No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
TalangRehab Bandar Kubu Induk Ayam Paninjauan
Pembinaan LKM/USP Koperasi Sentra Sayur Mayur di Kawasan AgropolitanOperasional Sub terminal AgribisnisPengembangan Agropolitan Lingkup PertanianKoordinasi Pengembangan Kawasan AgropolitanPengembangan Kambing Kacang LokalLanjutan Pembangunan STA Koto BaruPeningkatan Jalan Produksi Pertanian Kawasan X Koto
Panyalaian
Kawasan Agropolitan
Koto Baru
Kawasan AgropolitanKawasan AgropolitanKec.X Koto
Koto Baru
Koto Baru
Jumlah
5. TAHUN 2007
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :
No Program/Kegiatan
1 Pemeliharan periodik Jalan Simpang Aie Angek - Pamandian KASO - Simpang Kelok (Lanjutan) 800 M
2Pengembangan Prasarana Kawasan Agropolitan Daerah X Koto
a. Pembangunan Sarana STA (1 Paket)
b. Peningkatan Jln Usaha Tani (1950 m')
3 Pemasangan Jaringan Air Bersih Pandai Sikek Kec X Koto
4 Kajian Potensi Sumber Daya yang terkait dengan Investasi (Profil Kawasan Agropolitan)
5 Sekolah Lapangan Pertanian (SLAPO)
6 Pembangunan Promosi Perdagangan Internasional (Penyiapan Kelembagaan Pengelola STA)
7 Pembangunan Pusat-pusat Penampungan Produksi hasil Pertanian/Perkebuanan Masyarakat yang akan dipasarkan
8 Penyusunan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Masyarakat
9 Pembebasan Jalan Masuk STA
No Program/Kegiatan
10 Pembangunan Grading House
11 Pengelolaan Lahan
- Pembuatan Jalan Usaha Tani
- Pengembangan Sayuran Organik
- Konservasi Lahan Hortikultura
12 Pengelolaan Air
- Pembangunan Jitut
- Pembangunan Jides
- Pembuatan Embung
- Pembuatan Dam Parit
13 Pengembangan Sistem Informasi
- Biaya Operasional SMS Harga
14 Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
- Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Pengembangan Kasi
- Sewa Outlet Organik
- Peralatan UP3HP
15 Pengembangan Usaha Tani Komoditas Bernilai Tinggi/Pengutuhan Sentra Komoditas Unggulan Bernilai Tinggi
- PMUK Pengembangan Sayuran Organik
- Pengadaan Alsintan mendukung Pengembangan Hortikultura
- SLPHT
16 Pengembangan Fasilitas Terpadu Investasi Hortikultura
- Pengadaan Sarana Prasarana Pelayanan Pengembangan Hortikultura
17 Pengembangan Kentang Hitam Batang
18 Pengembangan Jeruk Madu
19 Pengembangan Buncis Pena
Jumlah
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN TAHUN 2008
No. Program/Kegiatan 1 Pembangunan Promosi perdagangan internasional
(fasilitasi pembentukan dan operasional lembaga pengelola STA)
2 Pengembangan Penolahan Hasil Pertanian- Fasilitasi STA- Sewa Outlet Organik- Peralatan UP3HP- PMUK Pengembangan KASO- PMUK Pengembangan Sayuran- Koordinasi dan Monitoring
3 Penguatan modal usaha kelompok (PMUK) Sapi Perah
4 Pegembangan Kopi ArabikaJumlah
Sumber: Bappeda Tanah Datar ( Laporan Kinerja Pengembangan Kawasan Agropolitan)
Keterangan: Xxxx = kegiatan agropolitan yang berhubungan dengan penyuluhan tanaman hortikultura
Lampiran 5. Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura Kab.Tanah Datar tahun 2001 – 2006
Tabel . Produksi Sayuran Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001-2006
No KecamatanProduksi (Ton)
2001 2002 2003 2004 2005 20061.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.
X KotoBatipuhBatipuh SelatanParianganRambatanLima KaumTanjung EmasPadang GantingLintau BuoLintau Buo UtaraSungayangSungai TarabSalimpaungTanjung Baru
10.935,91.951,5
*)539,026,0
1.091,2137,5129,0431,1
*)540,5
3.107,6136,4
*)
2.551,43.892,7
*)616,414,2
590,995,9
275,02.045,4
*)1.249,73.129,86.747,7
*)
7.311,087.124,50
*)779,00214,90716,10316,10157,50
2.502,10*)
2.918,403.367,108.503,10
*)
30.659,403.261,10
686,601.340,70
52,50234,40253,70258,00157,80664,40
1.038,401.919,002.388,901.254,10
12.226,001.181,101.492,501.040,90
45,70326,20284,4066,0070,10
1.024,00863,50738,80
1.293,203.770,00
20.501,30394,05
1530,0059,93
606,20422,75264,74
73,772885,55
1292,30
Jumlah 19.025,7 21.209,1 33.909,88 44.169,00 24.423,00
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001-2005 *) Masih bergabung dengan Kecamatan Induk :
- Batipuh Selatan bergabung dengan Batipuh - Lintau Buo Utara bergabung dengan Lintau Buo - Tanjung Baru bergabung dengan Salimpaung
Tabel . Luas Panen dan Produksi Hortikultura Kec X Koto 2006
No Nagari Produksi sayuran Panen ( Ha)
Produksi sayuran Produksi (ton)
Produksi buah-buahanPanen (Ha)
Produksi buah-buahan Produksi (ton)
123456789
TambanganJahoPaninjauanPanyalaianAie Angek
Koto BaruPandai SikekSinggalangKoto Laweh
30 191182 769 126 154 399 161 527
171 1099496616410701231318712824213
46 15 25 18 5 4 14 19 17
482163 68 57 23 16 49 59 44
Jumlah 3367 26923 163 961Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar 2006
Lampiran 6. Peta Kawasan Agribisnis Kabupaten Tanah Datar
Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tanah Datar No. 265/BTD-2004 tanggal 17 Juli 2004 tentang penunjukan Nagari Koto Baru dan hinterlandnya sebagai kawasan agropolitan dan daerah penyangga dalam Kabupaten Tanah Datar.
a. Pusat Pengembangan : Nagari Koto Baru Kecamatan X Koto b. Hinterland :
- Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto- Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto- Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto- Nagari Singgalang Kecamatan X Koto- Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto- Nagari Paninjauan Kecamatan X Koto
c. Daerah Penyangga :- Kecamatan Batipuh- Kecamatan Pariangan- Kecamatan Salimpaung
Gambar 2. Peta Kawasan Agropolitan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar
Sumber: Laporan kinerja Bappeda Tanah Datar tahun 2007