Upload
trinhcong
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA
DI DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH
KABUPATEN LEBAK
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Yunita
NIM. 666111063
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Oktober 2015
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Yunita
NIM : 6661110637
Tempat tanggal lahir : Tangerang, 5 Juni 1993
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan
Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak”
adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila
dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka
gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Oktober 2015
Yunita
NIM. 6661110637
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya…
(QS. Al Baqarah: 286)
Katakanlah kamu bisa dan itu sudah setengah jalan
keberhasilan
(Theodore Rosevelt)
“Ku persembahkan hasil karya kecilku
Perjuanganku dan jawaban atas doaku selama
ini
Untuk Ayah dan Ibu tercinta
Kakakku dan Adikku tersayang
Serta teman-temanku yang selalu setia
menemaniku dikala suka maupun duka”
ABSTRAK
Yunita. NIM. 6661110637. Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa
Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Dr. Ayuning Budiati, MPPM;
Dosen Pembimbing II, Dr. Dirlanudin, M.Si
Desa Sawarna memiliki daya tarik yang khas berupa keunikan fisik lingkungan alam pedesaan, kekayaan alam pesona wisata maupun kehidupan sosial masyarakatnya yang dikemas secara alami dan menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan. Dalam mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna terdapat masalah yang menghambat pelaksanaan pengembangan wisata diantaranya adalah belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata, kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah, belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat, kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang tepat dalam pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada analisis SWOT yang dikemukakan oleh Hunger dan Wheleen dalam penentuan alternatif strategi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan Pariwisata Desa Sawarna adalah Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk meningkatkan daya tarik wisata, Strategi menyusun pemodelan kawasan desa Sawarna yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan, strategi meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam membangun pariwisata di Desa Sawarna, dan strategi penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna. Kata Kunci : Strategi, Pengembangan Parwisata, Sawarna
ABSTRACT
Yunita. NIM. 6661110637. Tourism Development Strategy in the Sawarna
Village, Bayah Subdistrict, Lebak. Public Administration Department. Social
and Politic Faculty. Sultan Ageng Tirtayasa University. First Advisor, Dr.
Ayuning Budiati, S.IP. MPPM.; Second Advisor, Dr. Dirlanudin, M.Si.
Sawarna Tourism Village has a peculiar fascination such as the physical uniqueness of the natural environment of rural, and the social life of rural community which is packaged in natural and attractive so that attraction can increase the tourist visit. There are problems hindering the implementation of the tourism development in Sawarna Village, among which are not optimal provision of facilities and infrastructure at tourist sites, lack of coordination between manager of Sawarna Village and Local Government, the empowerment of community-based tourism operators are still not optimal, and lack of opportunities for Sawarna’s local communities to market handicraft and culinary in the tourism site. The goal of this research is to analyze the appropriate strategy in the tourism development in Sawarna Village. The method used in this research is qualitative with descriptive approach. This research use a theory base on the SWOT analysis presented by Hunger and Wheelen in determining strategic alternatives. The result of this research showed that the appropriate strategy to be applied in the Tourism Development in Sawarma Village is to explore the potential of natural and artificial tourism original made from Sawarna Village to increase the attractiveness of tourism, enhance the capacity and role of the community in the tourism development, draw up regional modeling of Sawarna Village which is based to tourism development sustainable/environmentally friendly, increase the capacity and role of the community in developing tourism in the Sawarna Village, and strengthening the awareness of local communities in tourism development in the Sawarna Village. Keyword : Strategy, Tourism Development, Sawarna
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat
dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada nikmat
Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya pula, maka
peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul
penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu “Strategi Pengembangan Pariwisata Di
Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak” Penyusunan skripsi ini tidak
akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka
pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan ungkapan
terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Ir. Soleh Hidayat, M.Sc sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. Mia Dwiana, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Gandung Ismanto, S.Sos, MM sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
7. Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Dr. Ayuning Budiati, MPPM sebagai pembimbing I yang sudah banyak
sekali memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta sarannya yang sangat
membantu peneliti sejak awal hingga penelitian yang peneliti susun ini
selesai dengan sebaik-baiknya.
9. Dr. Dirlanudin, M.Si sebagai Pembimbing II yang membantu dan
memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari
awal hingga akhir.
10. Listyaningsih, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan.
11. Hasuri, M.Si sebagai penguji I siding skripsi penelitian yang telah
memberikan masukkan demi kesempurnaan penelitian yang dilakukan
peneliti,
12. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
iii
13. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materil
serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak-anaknya di masa
depan. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang
terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan kalian.
14. Kakakku (Kurnia Sepyanti) dan Adikku (Anita Fridayanti) yang selalu
sabar, baik, dan memberikan semangat selama ini.
15. Sahabat seperjuangan Diana Pusvita dan Lilla Mujiani yang selalu setia
menemani sejak awal masuk di Kelas C Program Studi Ilmu Administrasi
Negara 2011 hingga penyelesaian skripsi.
16. Teman-teman khusunya kelas C Program Studi Ilmu Administrasi Negara
2011 Firstyana, Nita, Desy Hartining, Seli, Dhani, Roy, Dedi, Gema, Ari,
Risda, dan lainnya yang tidak sempat disebutkan satu persatu. Terimakasih
untuk dukungan dan doanya selama ini.
17. Inge, Mia, Sughron Jazila, dan Nindi yang sudah membantu untuk
menemani selama penelitian skripsi ini.
18. Keluarga BEM FISIP UNTIRTA 2014 yang sudah memberikan warna dan
dukungan selama berada di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
19. Keluarga HIMANE 2012 dan HIMANE 2013 yang sudah memeberikan
warna dan pendewasaan selama berorganisasi di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
20. Reifky Syahmi Kusuma, Genta Noer Kahar, dan Alfin Nugroho sebagai
sahabat setia yang selalu ada dan membantu selama ini meskipun berbeda
kampus dan berjalan jauh untuk menemani penelitian skripsi.
iv
21. Keluarga Bams Kost Renita, Siska, Anggi, Kekey, Lape, dan Lia yang selalu
setia menemani selama di Serang dan memberi dukungan serta doa untuk
penyelesaian skripsi.
22. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluru
informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan
skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan
skripsi ini.
Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan
selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang
membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti
sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Serang, 26 Oktober 2015
Yunita
NIM. 6661110637
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAT PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 17
1.3 Batasan Masalah....................................................................................... 17
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 17
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 18
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 18
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................. 19
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 24
2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik ................................................... 24
2.1.1.1 Proses Manajemen Strategi ............................................... 26
2.1.1.2 Pengertian Strategi ............................................................ 30
2.1.1.3 Metode Perumusan Strategi .............................................. 32
2.1.2 Konsep Pariwisata ......................................................................... 33
2.1.2.1 Pengertian Pariwisata ........................................................ 33
2.1.2.2 Pengembangan Pariwisata ................................................. 36
2.1.2.3 Pengelolaan Pariwisata ...................................................... 37
2.1.2.4 Pariwisata Perdesaan ......................................................... 39
2.1.2.5 Desa Wisata ....................................................................... 40
2.1.2.6 Pengembangan Desa Wisata ............................................. 45
2.1.2.7 Tujuan dan Sasaran Desa Wisata ...................................... 48
2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pengembangan Pariwisata 49
2.1.3.1 Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Berbasis
Masyarakat ......................................................................... 51
2.1.4 Analisis SWOT .............................................................................. 53
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 56
2.3 Kerangka Pemeikiran Penelitian ............................................................. 61
2.4 Asumsi Dasar .......................................................................................... 64
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 65
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ............................................................ 66
3.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 66
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 66
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................ 70
3.6 Informan Penelitian ................................................................................. 72
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 73
3.8 Uji Kreadibilitas Data ............................................................................. 75
3.9 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 78
4.1.1 Keadaan Wilayah Desa Sawarna Kec. Bayah Kab. Lebak ............. 78
4.1.2 Visi dan Misi Desa Sawarna .......................................................... 79
4.1.3 Keadaan Penduduk Desa Sawarna ................................................. 80
4.1.4 Potensi Wisata Sawarna ................................................................. 82
4.1.5 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Desa Sawarna .................... 86
4.1.6 Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa Sawarna dibidang
Pariwisata ....................................................................................... 89
4.1.7 Program Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Banten ............. 89
4.2 Deskripsi Data ......................................................................................... 91
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 91
4.2.2 Data Informan Peneliti ................................................................... 94
viii
4.3 Pembahasan ............................................................................................. 96
4.3.1 Strengths ......................................................................................... 96
4.3.1 Weaknesses ................................................................................... 105
4.3.2 Opportunities ............................................................................... 114
4.3.3 Threats ......................................................................................... 123
4.3.5 Analisis Faktor Internal ................................................................ 128
4.3.6 Analisis Faktor Eksternal ............................................................. 130
4.3.7 Matriks Analisis SWOT ............................................................... 135
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 141
5.2 Saran ...................................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2010-2014 ................... 2
1.2 Desa Wisata di Provinsi Banten Tahun 2013 ........................................... 6
1.3 Potensi Ekonomi yang Paling Menonjol dan Sudah diberdayakan di
Kecamatan Bayah tahun 2013 ................................................................... 8
1.4 Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang berkunjung
ke Desa Sawarna Tahun 2014 ................................................................... 9
1.5 Daya Tarik Sawarna Lebak ..................................................................... 10
1.6 Penetapan Kawasan Strategis di Kawasan Kabupaten Lebak ................. 14
1.7 Sarana dan Prasarana di Lokasi Wisata Desa Sawarna ........................... 15
2.1 Matriks TOWS ........................................................................................ 56
3.1 Informan Penelitian ................................................................................. 72
3.2 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 77
4.1 Data Penduduk Desa Sawarna Kec. Bayah Kab. Lebak ......................... 80
4.2 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sawarna ............. 81
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian ......................................... 82
4.4 Potensi Desa Wisata Sawarna ................................................................. 87
4.5 Informan Penelitian ................................................................................. 95
4.6 Potensi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sawarna ............................ 98
4.7 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) Desa
Sawarna Kecamatan Bayah Tahun 2013-2016 ..................................... 103
4.8 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ............................................ 134
4.9 Matriks SWOT ..................................................................................... 135
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Model Manajemen Komperehensif .......................................................... 29
2.2 Alur Kerangka Berpikir ............................................................................ 63
3.1 Analisis Data Model Interaktir ................................................................. 73
4.1 Analisis SWOT ....................................................................................... 136
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN III Pedoman Wawancara
LAMPIRAN IV Membercheck
LAMPIRAN V Matriks Wawancara
LAMPIRAN VI Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN VII Data Pendukung Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia terutama dalam kegiatan sosial dan ekonomi, dalam menghadapi
tantangan dan peluang telah dilakukan perubahan peran pemerintah dibidang
kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu berperan sebagai pelaksana
pembangunan, saat ini lebih difokuskan hanya kepada tugas-tugas pemerintahan
terutama sebagai fasilitator agar kegiatan pariwisata yang dilkukan dapat
berkembang dengan pesat. Permasalahan yang cukup kompleks membutuhkan
intervensi dari semua pihak secara bersama, namun pada pelaksanannya selama
ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan pada
masyarakat umumnya juga belum optimal. Partisipasi masyarakat yang menjadi
sumber penting dalam pembangunan juga sudah mulai luntur. Untuk itu
diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyuluruh dalam upaya
penanggulangan kemiskinan.
Indonesia memiliki kekayaan budaya dan alam yang indah. Indonesia juga
menyediakan tempat-tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi, sekedar
berekreasi atau untuk mempelajari tempat yang indah dan penuh budaya.
Tempat-tempat yang menarik di Indonesia mampu menarik semua wisatawan
baik dalam negeri maupun luar negeri untuk datang dan berwisata. Kontribusi
pariwisata dalam perolehan devisa Negara menagalami kenaikan setiap
2
tahunnya dengan kedatangan tamu mancanegara, seperti yang terlihat pada
tabel perkembangan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia
pada tahun 2010-2014.
Tabel 1.1
Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2010-2014
Tahun Wisatawan Mancanegara
Rata-rata
Lama Tinggal (hari)
Rata-rata Pengeluaran Per
Orang (USD)
Penerimaan Devisa
Jumlah Pertumbuhan (%)
Per Hari
Per Kunjungan
Jumlah (juta USD)
Pertumbuhan (%)
2010 7,002,944 10.74 8.04 135.01 1,085.75 7,603.45 20.73
2011 7,649,731 9.24 7.84 142.69 1,118.26 8,554.39 12.51
2012 8,004,462 5.16 7.70 147.22 1,133.81 9,120.85 6.62
2013 8,802,129 9.42 7.65 149.31 1,142.24 10,054.15 10.23
2014 9,435,411 7.19 7.66 154.42 1,183.43 11,166.13 11.06
(Sumber : Pusdatin Kemenprekraf & BPS Tahun 2014)
Berdasarkan di atas bahwa terdapat jutaan wisatawan mancanegara yang
berwisata ke Indonesia dan semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi di sektor pariwisata. Menurut
data dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Tahun 2010-2025
dari Kementrian Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, Indonesia
memiliki 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50
Destinasi Pariwisata Nasional, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak usaha yang dilakukan pemerintah
untuk mengembangkan pariwisata untuk menyumbang devisa Negara.
3
Pembangunan kawasan wisata atau destinasi wisata menurut Undang-
undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan meliputi Industri Pariwisata,
Destinasi Pariwisata, Pemasaran, Kelembagaan Pariwisata. Pembangunan dan
pengembangan destinasi wisata kini menjadi prioritas pembangunan guna
mendatangkan kembali wisatawan yang telah berkunjung, dan semakin menarik
minat wisatawan yang belum berkunjung. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 mengatakan bahwa visi
pembangunan kepariwisatan adalah terwujudnya pariwisata berkelas dunia,
berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan
kesejahteraan rakyat, jadi dalam pembangunan kepariwisataan bertjuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat.
Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
cukup besar sebagai pengembangan modal dasar pembangunan dan
perkembangan kepariwisataan. Modal dasar tersebut, apabila dikelola dan
direncanakan dengan baik dan terarah akan mempunyai peranan yang besar dalam
menunjang pencapaian nasional, yakni meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, memperluas, dan meratakan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan
mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata. Usaha pemberdayaan masyarakat,
terutama dalam kaitannya dengan kepariwisataan adalah dengan
diimplementasikannya konsep pariwisata kerakyatan secara nyata di masyarakat.
4
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dunia
pariwisata. Berbagai program dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk meningkatkan daya saing
pariwisata di Indonesia. Kemajuan pariwisata harus diimbangi dengan kemajuan
perekonomian masyarakat. Pemberdayaan menjadi tolak ukur keberhasilan
pariwisata Indonesia, jadi perlunya peningkatan pariwisata dengan berbasis
masyarakat. Strategi untuk mengembangkan pariwisata dengan meningkatkan
partisipasi masyarakat adalah dengan cara meningkatkan kemajuan Desa Wisata.
Berdasarkan UU No. 9 Tahun 2009, menyerahkan sebagaian urusan di
bidang penyelenggaraan pariwisata kepada pemerintah daerah. Penyerahan
sebagian urusan pariwisata kepada pemerintah daerah tersebut diperluas dengan
keberadaan UU No. 32 tahun 2004 mengenai Otonomi Daerah. Bergulirnya
otonomi daerah, memungkinkan setiap daerah untuk memilih sektor yang menjadi
andalan sesuai dengan potensi yang dimilikidan kebutuhan masyarakat, jika
pariwisata menjadi pilihan sektor andalan dalam pembangunan suatu wilayah,
maka wilayah tersebut harus memiliki berbagai keunikan karakteristik untuk
pengembangan perekonomian, sekaligus mampu meberdayakan masyarakat luas,
baik pelaku maupun penikmat dari pengembangan pariwisata.
Provinsi Banten memiliki potensi objek pariwisata yang besar. Pola
pengembangan pariwisata Provinsi Banten berdasarkan Peraturan Daerah Nomor
9 Tahun 2005 membagi tiga kawasan pariwisata yaitu: (1) Wilayah
Pengembangan Pariwisata (WPP) A terdiri dari Kab/Kota Tangerang, Pantai
Utara, dan Kota Serang; (2) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) B terdiri
5
dari Kota Cilegon, Pantai barat, dan Ujung Kulon; (3) Wilayah Pengembangan
Pariwisata (WPP) C terdiri dari Banten Tengah, dan Pantai Selatan.
Awal mula adanya Desa Wisata di Provinsi Banten karena adanya
program PNPM Mandiri Pariwisata yang memberikan stimulun untuk desa yang
memiliki potensi wisata di daerahnya untuk di kembangkan dengan sentuhan
langsung masyarakat sekitar melalui desa wisata, oleh sebab itu dinamakanlah
Desa Wisata untuk desa-desa yang memiliki potensi wisata. Sejak tahun 2009,
Pemerintah Provinsi Banten telah mendapat alokasi dana untuk kegiatan PNPM
Mandiri Bidang Pariwisata, sampai dengan tahun anggaran 2014 jumlah desa
yang telah mendapat alokasi anggaran dari PNPM Mandiri Bidang Pariwisata
adalah sebanyak 21 desa. Desa Wisata yang ada di Provinsi Banten dari tahun
2009 sampai dengan 2013 berbeda mendapat jumlah anggaran dana bantuannya,
ada yang sudah mendapat tiga kali, dua kali, dan satu kali sesuai dengan potensi
sumber daya manusianya di desa dalam kemandirian mengembangkan desa
wisata. Desa wisata tersebut memiliki potensi daerah wisata yang berbeda-beda
ada yang termasuk desa wisata berkarakteristik alam, sejarah, ataupun budaya.
Seperti pada pesebaran desa wisata yanga ada di Provinsi Banten dapat dilihat dari
tabel berikut :
6
Tabel 1.2
Desa Wisata di Provinsi Banten Tahun 2013
Kota/Kabupaten Kecamatan Kelurahan/Desa
Kabupaten Lebak Kec. Leuwidamar
s
Kec. Bayah Kec.
Wanasalam
Kec. Cibeber Kec.
Malimping
Kota Serang Kec. Kasemen Kec. Walantaka Kabupaten Serang Kec. Cinangka
Kec.
Padarincang
Kec. Keramatwatu
Kec. Bandung Kabupaten Pandeglang
Kec. Jiput
Kec. Labuan Kec.
Panimbang
Kec. Kadu Hejo Kec. Cipeucang Kec.
Mandalawangi
Kec. Pulo Sari (Sumber : Database Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten 2013)
Provinsi Banten memiliki potensi pariwisata dan kebudayaan yang banyak
dan indah. Potensi wisata di Provinsi Banten yang menarik minat wisatawan
diantaranya adalah pada wisata bahari (Pantai Anyer, Tanjung Lesung, Pantai
Carita, Pulau Umang, Pantai Sawarna, Pulau Peucang, Pulau Burung), ekowisata
(Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung dan Pulau Krakatau), dan wisata religi
(Masjid Agung Banten, Batu Al Quran, dan Makam-makam Kesultanan Banten).
7
Selain itu, Provinsi Banten juga memiliki tempat wisata sejarah yang sangat
terkenal di seluruh Indonesia yaitu Cagar Budaya Banten Lama. potensi
pariwisata dan kebudayaan yang banyak menjadikan kesempatan bagi Provinsi
Banten untuk mengembangkan desa wisata dengan meningkatkan kemandirian
masyarakat lokal dalam membantu mengembangakan pariwisata di wilayahnya.
Pada tahun 2014, Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
Provinsi Banten masuk menjadi nominasi penghargaan Desa Wisata Nasional
Terbaik dari 10 besar Desa Wisata yang ada di Indonesia, Desa Sawarna
mendapat peringkat ke-7 terbaik se-Nasional. Desa wisata yang masuk dalam 10
besar adalah dari Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi
Banten, Desa Gampong Punge Balang Kecamatan Jaya Baru Cut Kota Banda
Aceh, Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Provinsi
Jawa Timur, Desa Kalibiru Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo DIY, Desa
Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah,
Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Provinis jawa
Tengah, Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY, Desa
Panglipurna Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Bali, Desa bagak Sahwa
Kecamatan Singkawang Timur Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat, dan
Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Jawa Timur.
Penghargaan tersebut diberikan pada desa-desa penerima bantuan PNPM Mandiri
Pariwisata dan unsur penilaiannya mencakup tranasparansi keuangan dan
seberapa besar pemanfaatan dana serta monitoring langsung ke Desa Wisata
tersebut. Pada tahun 27 September bertepatan dengan hari Pariwisata Dunia maka
8
dinyatakan Desa Wisata Terbaik diraih oleh 1) Desa Dieng Kulon Banjarnegara,
Jawa Tengah yang pada tahun 2012 meraih penghargaan harapan desa wisata. 2)
Desa Panglipurna Kabupaten Bangli, Bali. Dan pada posisi 3) Desa Gubug
Klakah, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Kecamatan Bayah memiliki potensi ekonomi dari masing-masing desa
sesuai dengan potensi yang ada di daerahnya yang dapat dikembangkan dan
diberdayakan, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.3
Potensi Ekonomi yang Paling Menonjol dan Sudah diberdayakan di
Kecamatan Bayah tahun 2013
Potensi Ekonomi No Desa 1 2 3 1 Bayah Barat Perdagangan Jasa Perikanan Laut 2 Damarsari Perkebunan Pariwisata Perikanan Laut 3 Sawarna Pariwisata Perikanan Laut Industri Kerajinan 4 Cidikit Pertanian Industri Gula Aren Peternakan 5 Bayah Timur Pertanian Perdagangan Pertambangan 6 Cimancak Pertanian Pengolahan Biji
Emas Perdagangan
7 Sukawan Pertanian Pertambangan Perdagangan 8 Pasirgombong Pertanian Pertambangan
Emas Penggalian Ziolit
9 Cisuren Pertanian Pengolahan Biji Emas
Peternakan
10 Pamubulan Pertanian Galian Batu Kapur Perkebunan Karet 11 Sawarna timur Pertanian Industri Sale Pisang Industri Mabel
(Sumber: Kecamatan Bayah Dalam Angka tahun 2014 – BPS Provinsi Banten)
Potensi ekonomi utama Desa Sawarna ialah pariwisata, berbeda dengan
desa lainnya yang menjadi potensi ekonomi utama di daerahnya. Hal tersebut
9
memberikan dampak kepada masyarakat lokal dengan menambah
perekonomiannya melalui pariwisata.
Tabel 1.4
Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang berkunjung ke Desa
Sawarna Tahun 2014
No Bulan Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara 1 Januari 824 10 2 Februari 828 6 3 Maret 816 10 4 April 823 10 5 Mei 821 6 6 Juni 811 10 7 Juli 2.819 20 8 Agustus 802 32 9 September 405 25
10 Oktober 1.033 30 11 November 525 9 12 Desember 471 3
Jumlah 10.978 171 (Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak,
2014)
Desa Sawarna memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga
Sawarna merupakan kunjungan wisata terbanyak yang di datangkan wisatwan
Nusantara maupun Mancanegara. Desa Sawarna mempunyai kesempatan yang
besar sebagai salah satu Desa Wisata yang terpilih menjadi Desa Wisata terbaik di
tahun 2014, hal tersebut menjadi alasan peneliti untuk meneliti pengembangan
Desa Wisata Sawarna dengan menganalisis strategi Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengembangannya sehingga dapat menjadi
salah satu desa wisata terbaik se-Nasional yang mendapat peringkat ke-7 terbaik
10
se-Nasional dan mendorong pengelola untuk meningkatkan kualitas pelayanan
desa wisata sebagai daya tarik wisata dengan masyarakat sebagai subjek yang
dapat memberdayakan diri sendiri dan mengentaskan kemiskinan di desa.
Kebijakan pemerintah Kabupaten Lebak untuk mengembangkan pariwisata
sebagai salah satu sumber pendapatan telah dimulai sejak awal pembangunan
jangka panjang tahap kesatu, tetapi baru dikembangkan pada awal tahun 1990-an.
Tabel 1.5
Daya Tarik Sawarna Lebak
No Daya Tarik Alam Obyek Wisata Keterangan 1 Daya Tarik Utama a. Surfing
b. Pantai Sawarna c. Pulau Tanjung
layar d. Pantai Pasir
Putih Ciantir e. Gua Lalay
2 Daya Tarik Pendukung
a. Gua Pangir b. Pemancingan c. Pantai Muara
Sawarna d. Pantai Lagon
Pari e. Karang taraje f. Karang Bokor
(Sumber : Profil Desa Wisata tahun 2014)
Desa Sawarna merupakan salah satu desa di Kecamatan bayah, Kabupaten
Lebak yang memiliki panorama alam yang masih asli, sehingga dapat
memanjakan mata dan memuaskan hati bagi para wisatawan yang datang. Obyek
wisata pantai yang ada di Desa Sawarna yaitu Pantai Ciantir Sawarna dan Pantai
Pulo Manuk, di sisi timur juga terdapat Pantai Legon Pari. Pantai yang ada di
Desa Sawarna secara karakteristik sama dengan pantai lainnya, namun yang
membedakan pantai yang ada di Desa Sawarna adalah memiliki pantai yang
11
panjang dengan pasir putih yang landai, karang-karang yang indah dan gelombang
ombak yang cukup tinggi. Di pantai ini pun terdapat sebuah karang kembar yang
menjulang berbentuk kerucut karena ratusan tahun lalu yaitu tanjung layar yang
merupakan ciri khas dari wisata Desa Sawarna. Area wisata pantai ini masih
terbilang sangat minim dalam fasilitas yang diantaranya, hanya ada satu pos yang
berjaga di pantai, dan belum ada tempat penyewaan seperti alat untuk wisata
airnya, meskipun ada itu hanya satu tempat yang menyewakan alat tersebut,
kemudian akses jalan yang menuju wisata pantai ini masih terbilang cukup jauh
dan jalan yang masih rusak, untuk melalui pantai ini harus melewati sebuah
jembatan bambu yang keamanannya sangat tidak mendukung.
Desa Sawarna juga memiliki keindahan alam yang tidak kalah indahnya
dari pantai. Di Desa Sawarna terdapat beberapa goa yang terkenal diantaranya
adalah Goa Lalay dan Goa Kalelawar yang dihuni oleh ratusan bahkan ribuan
kalelawar, dan didalam goa pun dapat disaksikan berbagai kehidupan satwa dan
jernihnya air yang mengalir menyusuri goa. Selanjutnya yaitu terdapat juga Goa
Langir, yang menurut cerita goa ini adalah menjadi salah satu tempat
peristirahatan Jepang, dan ada juga Goa Lawuk yaitu goa yang memiliki berbagai
macam stalaktit dan stalagmit yang beraneka ragam bentuk, serta ada juga Goa
Harta Karun, menurut cerita Goa ini tempat penyimpanan harta yang dimiliki oleh
tentara Jepang.
Desa Sawarna memiliki Wisata Budaya yang berlimpah. Kesenian yang
ada di Desa Sawarna yaitu Pencak Silat, Seni Tari, dan sejumlah budaya yang ada
di Banten seperti halnya kesenian Dongdang juga terdapat di desa ini. Desa
12
Sawarna juga memiliki Kerajinan Tangan yang dikukir dengan kayu mahoni,
sudah dikenal dan banyak menerima pesanan dari berbagai wisatawan lokal dan
Mancanegara. Kerajinan tangan masyarakat Desa Sawarna yang berupa Gitar,
menjadi daya tarik lain para wisatawan yang berkunjung ke desa ini karena
keindahan ornamen ukirannya dan memiliki kualitas suara yang baik.
Situs sejarah yang dimiliki oleh Desa Sawarna adalah Tapak Sikabayan
dan makam orang Belanda yang bernama Jhon Louis Van Goh. Ia adalah orang
pertama yang membuka lahan perkebunan kelapa di Sawarna saat pemerintahan
Hindia Belanda pada tahun 1907. Tapak Sikabayan adalah sebuah karang yang
mirip dengan kaki manusia berusia besar. Karang ini menarik karena cerita rakyat
yang mengiringnya. Dalam cerita, Si Kabayan adalah salah satu tokoh yang
memiliki karakteristik dalam masyarakat Sunda, yang pernah bertapa di karang
tersebut. Desa Sawarna juga memiliki wisata religius salah satunya yaitu Makam
Mbah Tumengguk Sawarna, beliau adalah salah seorang leluhur yang
mengabdikan hidupnya untuk Desa Sawarna.
Desa Sawarna memiliki wisata kuliner, yaitu dengan terdapat industri
rumah tangga pengolahan gula merah yang terdapat dari kelapa sawit yang
dicampur dengan buah cokelat. Kemudian minuman dari buah mahoni dan juga
terdapat Sale Pisang yang dikelola secara tradisi tanpa bahan pengawet yang bisa
bertahan lama.
Desa Sawarna juga terdapat potensi pendukung yaitu juga menyediakan
fasilitas homestay yang terdapat disekeliling pantai yang berada dalam
pemukiman masyarakat. Di Desa Sawarna tidak terdapat penginapan berupa hotel
13
karena mengambil konsep wisatawan berbaur dengan masyarakat lokal secara
langsung dengan masyarakat menyewakan rumahnya untuk penginapan. Semua
inilah yang menjadikan Desa Sawarna sebagai salah satu Desa Wisata di Lebak.
Untuk Memberi lapangan pekerjaan pada masyarakat lokal dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan desa wisata maka
membutuhkan strategi yang tepat. Strategi merupakan penentuan cara yang harus
dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam
jangka waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dan pengelolaan objek pariwisata di Kabupaten Lebak masih
mengandalkan pada instansi pemerintah dan swasta, yang tentunya manfaat
ekonomi lebih banyak dinikmati oleh pemerintah pusat danswasta, sedangkan
kondisi masyarakat sekitar objek wisata sendiri yang masih minus dari segi
ekonominya dan perlu ditingkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini terjadi karena
pemerintah masih menganggap kesiapan sumber daya manusia masyarakat lokal
belum mampu mengelola wisata alam secara mandiri dan professional, sehingga
pemberdayaan masyarakat lokal terkesan masih bersifat kurang tercukupi.
Kecamatan Bayah merupakan kawasan strategis pariwisata dan
berwirausaha di Kabupaten Lebak, sehingga Desa Sawarna sebagai salah satu
Desa di Kabupaten Lebak menjadi salah satu desa yang dikembangkan menjadi
Desa Wisata oleh Kementrian Pariwisata. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah
ini:
14
Tabel 1.6 Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Lebak
No. Kawasan Strategis
Fungsi Pengembangan Kriteria Kawasan Arah Penanganan
1. Kawasan Bayah dan Sekitarnya
Perdagangan dan jasa skala kabupaten
Pariwisata
Kawasan yang didorong perkembangannya
Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan tingkat kabupaten
Meningkatkan aksesibikitas dan sarana penunjang perekonomian, wisata dan kegiatan tambang
Mengembangkan potensi wisata yang ada di desa
2. Kawasan Masyarakat Adat Baduy
Sosial Budaya Pariwisata
Kawasan yang dikendalikan perkembangannya
Menjaga kelestarian sosial dan budaya masyarakat adat baduy
Pengembangan pariwisata lokal
3.
Kawasan Kaolotan Banten Kidul
Sosial Budaya Pariwsata
Kawasan yang dikendalikan perkembangannya
Menjaga kelestarian sosial dan budaya masyarakat adat baduy
Pengembangan pariwisata lokal
(Sumber : RTRW Kab. Lebak 2013-2033)
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal pada lokasi
penelitian, ada beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna, diantaranya adalah :
Pertama, belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di
lokasi obyek wisata. Desa Sawarna hanya memiliki satu pos penjaga pantai yang
berada di Pantai Ciantir atau Pasir Putih, pos penjaga pantai tersebut hanya dijaga
oleh penjaga pantai pada saat musim liburan saja. Di sekitar lokasi obyek wisata
15
juga tidak terdapat toilet umum, yang ada hanya toilet yang disewakan oleh
pemilik warung disekitar pantai dan juga kurangnya tempat pembuangan sampah.
Tabel 1.7
Sarana Dan Parasarana di Lokasi Wisata Desa Sawarna
SARANA DAN PRASARANA DI LOKASI WISATA DESA SAWARNA
1 Penginapan/homestay Ada 59 Penginapan (Homestay)
2 Warung Makan 20 Warung Makan
3 Kamar Mandi dan WC 20 MCK (tidak umum)
4 Air Bersih Tersedia
5 Listrik Tersedia
6 Tempat Sampah Minim
7 Toko Cinderamata Belum Tersedia
8 Jaringan Telepon Tersedia (telkomsel, Indosat, dan
Xl Indo)
9 Bank dan Money Changer Tidak ada
10 Kantor Pos Tidak Ada
11 Panggung Hiburan Belum Ada
12 Fasilitas Pendukung yang
Lain
Sarana alat Surfing
13 Pos Penjaga Pantai 1 di Pantai Ciantir
(Sumber : Peneliti, 2015)
Kedua, kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan
Pemerintah Daerah dalam pertemuan baik secara formal maupun informal dalam
pengembangan Desa Wisata Sawarna, sehingga pelaksanaan kegiatan kurang
efektif. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Suhanda S.IP sebagai Kepala Desa
Sawarna yang menyatakan bahwa masih kurang komunikasi dan koordinasi
dengan Disporapar Kab. Lebak terkait pembangunan pariwisata (wawancara, 20
16
Agustus 2015). Pengembangan Desa Sawarna lebih banyak dibantu dari APBD
Provinsi. Desa Sawarna merupakan icon pariwisata di Provinsi Banten saat ini
karena potensi wisatanya yang besar, tetapi kurang respon dari Pemerintah Daerah
khususnya Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sebagai
pemegang kewenangan pengembangan pariwisata di wilayahnya.
Ketiga, belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata
berbasis masyarakat. Pembinaan yang didapatkan masyarakat sebagai pengelola
pariwisata langsung di daerahnya adalah hanya satu kali dalam setahun. Seperti
yang di sampaikan oleh bapak Zaenal Mustofa S.Pd yaitu sebagai Ketua Lembaga
Pemberdayaan masyarakat (LPM) Desa Sawarna yang menyatakan bahwa
pembinaan yang didapatkan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak hanya
sekali saja, melainkan yang sering mengadakan pembinaan atau pelatihan-
pelatihan adalah dari Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
(wawancara, 20 Agustus 2015).
Keempat, kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna
untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Salah
satu kemajuan dari pariwisata kerakyatan adalah masyarakat lokal mampu
memberdayakan dirinya sendiri melalui kemampuannya dengan memanfaatkan
peluang obyek wisata yang ada disekitarnya. Seperti observasi yang ditemukan
oleh peneliti bahwa tidak ada hasil karya masyarakat lokal Desa Sawarna yang di
pasarkan di lokasi utama obyek wisata Desa Sawarna, yang hanya ada penjual
pakaian yang bertuliskan Sawarna yang berasal dari luar Desa Sawarna bahkan
tidak berdomisili di Provinsi Banten dan bukan hasil karya masyarakat lokal Desa
17
Sawarna. Desa Sawarna memiliki daya ketrampilan masyarakat yang tinggi, tetapi
belum dapat dikembangkan oleh Pemerintah Daerah.
1.2 Identifikasi Masalah
Merujuk pada latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah yang berkaitan dengan latar belakang di atas yang terdiri:
1. Belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi
obyek wisata.
2. Kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan
Pemerintah Daerah.
3. Belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis
masyarakat.
4. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk
memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata.
1.3 Batasan Masalah
Batasan Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yang diteliti yaitu
pada Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah
Kabupaten Lebak.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang diuraikan
sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan,
Bagaimanakah strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata di Desa
Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak?
18
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Operasional
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
strategi yang sebaiknya dilakukakan untuk mengembangkan pariwisata di Desa
Sawarna.
1.5.2 Tujuan Fungsional
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, baik bagi Pemerintah Daerah Kab. Lebak, Pemerintah Desa
Sawarna, Masyarakat Desa Sawarna, dan Wisatawan.
1.5.3 Tujuan Individual
Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun
secara teoritis.
1.6.1 Manfaat Praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai cara pengembangan pariwisata yang ada di Desa
Sawarna.
19
b. Bagi pembaca, Penelitian ini dapat menjadi promosi Pariwisata di
Desa Sawarna yang memilikiki obyek wisata yang berlimpah untuk dijadikan
lokasi wisata unggulan di Provinsi Banten .
1.6.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam Pembangunan
Daerah, Pembangunan Masyarakat, dan Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pariwisata Pedesaan.
1.7 Sistematika Tulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka penelitian ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan
sesuai petunjuk penulisian penelitian dari perguruan tinggi tempat penulis belajar,
dengan ketentuan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling
umum hingga menukik ke arah yang paling spesifik dan relevan dengan judul.
Materi dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian dari yang sudah ada
sebelumnya, hasil pengamatan dan wawancara terkait. Latar belakang masalah
perlu diuraikan secara aktual dan logis.
20
1.2 Identifikasi Masalah
Menjelaskan identifikasi peneliti terhadap permasalahan yang muncul dari
uraian pada latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dapat diajukan
dalam bentuk pernyataan.
1.3 Batasan Masalah
Menjelaskan keterbatasan kemapuan dan kemapuan berfikir peneliti
terhadap permasalahan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah.
1.4 Rumusan Masalah
Dari sejumlah masalah hasil identifikasi peneliti di atas, ditetapkan
masalah yang paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian. Pembatasan
masalah mencakup fokus dan lokus penelitian, termasuk di dalamnya membuat
batasan definisi konsep dan operasional yang digunakan dalam penelitian.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi
dan tujuan penelitian sejalan dengan isi dari tujuan penelitian.
1.6 Manfaat penelitian
Menguraikan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis pada
pengembangan ilmu pengetahuan dari hasil penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka tugas Metode Penelitian Administrasi ini disusun berdasarkan
ketentuan yang biasa digunakan sesuai petunjuk dari perguruan tinggi dimana
21
penulis belajar.
BAB II Tinjauan Pustaka dan Asumsi Dasar
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang
relevan dengan permasalahan yang variabel penelitian sehingga akan memperoleh
konsep penelitian yang jelas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjelaskan tentang referensi penelitian yang sudah
ada sebelumnya untuk memberi gambaran pada peneliti tentang penelitiannya.
2.3 Kerangka Pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan alur pikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari deskripsi teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikiran
peneliti serta kaitan antar teori yang diteliti.
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar menjelaskan tentang perkiraan awal peneliti terhadap suatu
masalah atau kajian yang diteliti. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti,
peneliti menggunakan presentase dalam asumsi dasar.
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus penelitian
Menjelaskan tentang fokus yang diteliti oleh peneliti.
22
3.3 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian dilakukan sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan.
3.4 Teknik Pengumulan Data
Menjelaskan tentang teknik dalam mendapatkan atau mengumpulkan data.
Disini teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan,
dan dokumentasi
3.5. Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang instrumen penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang dipakai
adalah peneliti itu sendiri.
3.6 Informan Penelitian
Informan penelitian menjelaskan informan penelitian yang mana yang
memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.
3.7 teknik Pengolahan dan Analisa Data
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai dengan
sifat data yang diteliti.
3.8 Uji Keabsahan Data
Menjelaskan pernyataan tentang pengujian keabsahan data. Pada
penelitian ini lebih menekankan pada aspek realibilitas yang berkenaan dengan
derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
3.9 Jadwal penelitian
Menjelaskan tentang waktu penelitian dari pelaksanaan penelitian sampai
penelitian tersebut berakhir.
23
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
` penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi alokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini
menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang
berhubungungan dengan obyek penelitian.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisa data yang relevan.
4.3 Temuan Lapangan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif.
4.4 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dari lebih rinci terhadap hasil
penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan
juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta
asumsi dasar penelitian.
5.2 Saran
Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
24
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata
di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, yang akan dikaji dengan
beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi Negara untuk mendukung
masalah penelitian diantaranya yaitu: Manajemen Strategi, Analisis SWOT,
Pengembangan Pariwisata, dan Pembangunan Masyarakat dibidang Pariwisata,
serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan
kajian dalam penelitian ini.
2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik
Manajemen stratejik merupakan suatu proses yang dinamik karena
berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu
memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan.
Salah satu alasan utamanya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh satu
organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah.
Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan
yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah
25
organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya semakin lama semakin
tinggi.
Manajemen stratejik berhubungan dengan proses memilih strategi dan
kebijakan dalam rangka upaya memaksimali sasaran-sasaran organisasi yang
bersangkutan. Manajemen stratejik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan
timbulnya perumusan sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan
rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaran-
sasaran strategitersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total.
Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu
set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi
rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and
Robbins, 2011:5). Selanjutnya pendapat yang tidak jauh berbeda dari Hunger dan
Wheelen yang memeberikan definisi Manajemen strategi adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan,
perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang),
implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian (Hunger, David. J &
Thomas L. Wheelen, 2003 : 4). Ditambah lagi pendapat dari Hadari Nawawi
(2000:148) yang memberikan definisi manajemen strategik sebagai proses atau
rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu
organisasi, untuk mencapai tujuannya.
26
Pendapat lain yaitu Menurut Fred R. David (2010:5)
“Manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplemenatsikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional
yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”.
Bernard Marr (2006) mengajukan 10 prinsip penerapan manajemen strategis
yang baik yaitu :
1. Kejelasan strategi
2. Pengumpulan indikator kinerja yang tepat
3. Pelaksanaan analisis manajemen kinerja
4. Penciptaan budaya belajar yang positif
5. Perolehan kepercayaan internal
6. Penjajaran/pengarahan organisasi
7. Perbaruan system terus-menerus
8. Komunikasi dan pelaporan yang baik
9. Implementasi software pendukung
10. Dedikasi sumber daya dan waktu
2.1.1.1 Proses Manajemen Strategi
Pada proses manajemen strategis organisasi dituntut untuk terus-menerus
memonitori peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga
organisasi dapat melakukan perubahan tepat waktu. Agar organisasi dapat terus
bertahan dan berkembang semua organisasi harus mampu mengenali dan
menyesuaikan diri dengan perubahan. Proses manajemen strategi bertujuan
27
memungkinkan organisasi menyesuaikan diri secaraefektif untuk berubah dalam
jangka panjang.
Hunger dan Wheelen (2003:9) menyebutkan bahwa dalam proses
manajemen strategis meliputi empat elemen dasar yaitu:
1. Pengamatan lingkungan
2. Perumusan strategi
3. Implementasi strategi
4. Evaluasi dan pengendalian.
Sementara itu proses manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson
(2011:20), mengandung Sembilan tugas penting, yaitu:
1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang
maksud keberadaan (purpose), filosofi (phylosophy), dan tujuan (goal).
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern
dan kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun
faktor-faktor konstektual umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdayanya
dengan lingkungan ekstern.
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi
setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum
(grand strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
28
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang
sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strategic dengan mengalokasikan
sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas,
SDM, struktur, teknologi, dan system imbalan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan yang akan datang.
Proses manajemen strategis dapat dengan cukup mudah dipelajari dan
diaplikasikan dengan menggunakan sebuah model. Fred R. David (2010:21)
mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan,
menerapkan, dan menilai strategis. Mengidentifiksi visi, misi, tujuan, dan strategi
yang dimiliki suatu organisasi saat ini merupakan titik mula yang logis untuk
manajemen strategis sebab situasi dan kondisi perusahaan saat ini mungkin
menghalangi strategi tertentu dan bahkan mendikte langkah aksi khusus (David,
R. Fred. 2010:21). Menurut Fred R. David Proses manajemen strategis terdiri dari
tiga tahap yaitu :
1. Perumusan strategi
a. Pengembangan Pernyataan Visi dan Misi
b. Penilaian Eksternal (kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan
Lingkungan)
c. Penilaian Internal (Pandangan Berbasis Sumber Daya)
d. Analisa dan Pilihan Strategi
2. Penerapan Strategi
29
a. Penetapan tujuan tahunan
b. Pembuatan kebijakan
c. Memotivasi karyawan
d. Alokasi sumber daya
e. Struktur organisasional yang efektif
f. Pemasaran
g. Penyiapan anggaran
h. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi
3. Pengevaluasian Strategis
a. Pengkajian Ulang
b. Pengevaluasian
c. Pengendalian Strategis
Gambar 2.1
Model Manajemen Komprehensif
Sumber: David, R. Fred. (2010:21)
Menjalankan Audit Ekternal
Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
Mengimplementasikan strategi – Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang, dan isu SIM
Mengimplementasikan Strategi – Isu-isu Manajemen
Menciptakan, mengevaluasi, dan memilih strategi
Menetapkan tujuan jangka panjang
Mengembangkan pernyataan visi dan misi
Menjalankan Audit Internal
Perumusan Strategi
Penilaian Strategi
Penerapan Strategi
30
Penerapan proses manajemen strategis umumnya lebih formal di
organisasi-organisasi yang lebih besar dan mapan. Formalitas disini merujuk pada
partisipan, tanggung jawab, otoritas, tugas, dan pendekatan yang ditetapkan.
Bisnis yang lebih kecil cenderung lebih tidak formal. Organisasi – organisasi
yang bersaing dalam lingkungan yang kompleks dan senantiasa berubah dengan
cepat, seperti organisasi yang bergerak pada bidang teknologi, cenderung lebih
formal dalam perencanaan strategis mereka. Organisasi yang memiliki banyak
divisi, produk, pasar, dan teknologi juga cenderung lebih formal dalam
mengaplikasikan konsep manajemen strategis. Formalitas yang lebih besar dalam
menerapkan proses manajemen strategis umumnya secara positif terkait dengan
biaya, cakupan, akurasi, dan keberhasilan rencana di semua jenis dan ukuran
organisasi.
2.1.1.2 Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategia (stratos : militer, dan
ag : pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral,
dimana jendral tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar
dapat selalu memenangkan perang. Strategi merupakan cara terbaik yang
dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu pula bahwa strategi adalah
suatu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh organisasi dalam
mencapai tujuannya dalam menentukan persaingan dengan para kompetitornya.
Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebuut dapat dicapai. Sedangkan
31
secara khusus strategi merupakan tidakan yang bersifat senantiasa meningkat dan
terus-menerus.
Strategi menurut J.L Thompson (dalam Oliver, 2007: 2) mendefinisikan
strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut
tujuan dan sasaran organisasi. Strategi merupakan cara yang sifatnya mendasar
dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan
untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya dengan selalu memperhitungkan
kendala lingkungan yang pasti dihadapi.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai suatu tujuan tersebut,
strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja
tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Fred R. David (2010) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang
membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan
dalam jumlah yang besar. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan
multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal
yang dihadapi perusahaan.
Dengan demikian strategi merupakan pola umum yang terdiri dari
tahapan untuk mencapai tujuan yang dimulai dari cara pelaksanaan dan langkah
sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi dalam segala hal
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah
dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan untuk pembuatan
32
tujuan tidak terlepas dari strategi. Agar semua perencanaan dari suatu kegiatan
tercapai dengan baik, tentunya harus sesuai dengan strategi yangtelah tersusun
dengan baik. Oleh karena itu, perlu ditetapkan kriteria strategi dalam mencapai
suatu tujuan yaitu:
a. Strategi pemberdayaan masyarakat
b. Strategi peningkatan kapasitas sumber daya
c. Strategi perlindungan sosial
d. Strategi peningkatan kualitas lingkungan
2.1.1.3 Metode Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi yang terpenting adalah bagaimana pemilikan
suatu strategi dilakukan menurut William R. King proses pemilikan strategi
dilakukan berdasarkan :
a. Pengembangan strategi (strategic development)
b. Penyempurnaan (refinement)
c. Evaluasi
Pengembangan strategi meliputi pencairan strategi dalam rangka
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Penyempurnaan strategi merupakan elaborasi
strategi-strategi yang ditentukan apakah dapat dianggap memungkinkan untuk
mewujudkan tujuan yang memiliki aspek-aspek tertentu. Evaluasi strategi
dimaksudkan suatu pertimbangan terhadap berbagai strategi yang telah dipilih,
dikembangkan dan disempurnakan untuk memastikan alternatif mana yang paling
sesuai untuk dapat digunakan sebagai upaya dalam mencapai tujuan yang
ditentukan.
33
Perumusan strategi antara lain dapat didasarkan atas hasil analisis SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats analysis) sebagaimana
dilakukan pada waktu mengadakan premises perencanaan yang lazimnya juga
disebut situation audit dengan memanfaatkan kekuatan dan kesempatan
tertungkap.
Dalam pengadaan premises melalui analisis SWOT dapat terungkap data
strategis yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan.
Faktor-faktor tersebut berasal dari keadaan ekstern, dan prakiraan keadaan
(ekstern dan intern) serta disebut sebagai profil keuntungan strategis (kekuatan
dan kelemahan) serta profil kesempatan dan tantangan lingkungan (kesempatan
dan tantangan).
2.1.2 Konsep Pariwisata
2.1.2.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah semua proses yang ditimbulkan oleh arus perjalanan
lalu lintas orang-orang dari luar ke suatu Negara atau daerah dan segala sesuatu
yang terkait dengan proses terebut seperti makan/minum, transportasi,
akomodasi, dan objek atau hiburan (Viloletta Simatupang, 2009:24). Pariwisata
merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang
mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2012:7).
Mcintosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata adalah “... a composite of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation, accommodation, eating and dringking establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”. WTO dalam (Muljadi A.J 2012:9) mendefinisikan pariwisata sebagai
34
“the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business and other purposes”. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah
pusat dan pemerinth daerah (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, ayat 3). Sedangkan definisi Kepariwisataan adalah
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi
serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No.
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, Ayat 1).
Menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan Diarta,
2009:46) mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan mengandung
beberapa unsur pokok yaitu :
1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu
tempat ke tempat lain.
2. Adanya unsur “tinggal sementara” ditempat yang bukan merupakan
tempat tinggal yang biasanya; dan
3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari
penghidupan/pekerjaan ditempat yang dituju.
Dari penjelasan tentang pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa
pariwisata merupakan kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan
sekaligus kegiatan wisata yang menguntungkan berbagai pihak baik pengunjung
35
atau wisatawan, warga setempat dan pemerintah. Namun dari beberapa definisi
diatas terlihat bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila dikelola
secara maksimal baik oleh pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan wisatawan.
Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari
kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka
ragam atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka
ragam pemakaian jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa
hotel, jasa makan/minum, jasa angkutan dan lain-lain.
2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor – sektor ekonomi
yang lain “saling ketergantungan” dengan gambaran yang jelas seperti
beberapa contoh pertanyaan sebagai berikut.
1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan
dampak produksi di segala sektor?
2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada
peningkatan jumlah impor?
3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada
kesempatan lapangan kerja?
4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara
tidak langsung terhadap pajak?
3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi
berpengaruh secara signifikan, sebab:
1) Pengeluaran wisatawan dapat digolongkan menjadi tiga golongan
36
yaitu :
a. Transportasi;
b. Akomodasi, makan, dan minum
c. Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah
devisa Negara. (Muljadi, 2012:119-120)
Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yangdijabarkan Muljadi bahwa
pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik
pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang
terpenting adalah menambah devisa Negara.
2.1.2.2 Pengembangan Pariwisata
Strategi pengembangan pariwisata menurut Rangkuti (2002: 3)
sebagaimana mengutip Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk mencapai
tujuan dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut serta
prioritas sumber daya. Selanjutnya menurut Marpaung (2007 : 19) :
“Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata”. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf
perkembangan ekonomi dan suatu tempat wisata yang masuk dalam pendapatan
untuk wisatawan akibatnya akan menjadi pengalaman yang unik daritempat
wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam
perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan
37
pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah
yang ada.
2.1.2.3 Pengelolaan Pariwisata
Pengelolaan atau manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu
“management”. Manajemen adalah konsep perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Yohanes Yahya. 2006:1). Menurut Leiper dalam Pitana (2009:80)
pengelolaan (manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi
yang melekat pada peran tersebut.
Ahli manajemen mengemukakan sudut pandang yang hamper sama
mengenai urutan fungsi manajemen, misalnya fungsi-fungsi manajemen menurut
George Terry yang biasa di singkat POAC yaitu Planning (perencanaan),
Organizing (pengorganisasian) Actuating (penggerakkan), Controlling
(pengawasan). Henri Fayol mengurutkan lima fungsi manajemen yang dikenal
dengan singkatan POCCC, yaitu planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Commanding (perintah), Cordinating (pengkoordinasian),
Controlling (pengawasan). Luther M Guillick mengurutkan enam fungsi
manajemen dengan singkatan POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing,
Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting).
Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip
pengelolaan yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan alam,
38
komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan
wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox
dalam Pitana dan Diarta (2009:81), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan
prinsip-prinsip berikut :
a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada
kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan
peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.
b. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi
basis pengembangan kawasan pariwisata.
c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah
budaya lokal.
d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan pengembangan
lingkungan lokal.
e. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan
pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi
sebaliknya mengendalikan atau mengehentikan aktivitas pariwisata
tersebut jika melalmpaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan
alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan
pendapatan masayarakat.
Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip-
prinsip pengelolaan dalam uraian sebelumnya, diperlukan suatu metode
pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen pariwisata.
39
Metode pengelolaan pariwisata menurut WTO dalam Pitana dan Diarta
(2009:88) mencakup beberapa kegiatan berikut :
a. Pengkonsultasian dengan semua pemangku kepentingan
b. Pengidentifikasian isu yang mungkin muncul dalam kegiatan pariwisata
c. Penyusunan kebijakan
d. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus
e. Penyediaan fasilitas dan operasi
f. Penyediaan kebijakan fiskal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif
g. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat
2.1.2.4 Pariwisata Perdesaan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berdasarkan
pada definisi tersebut maka dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan
definisi atau konsep tentang pariwisata perdesaan.
Banyak konsep atau definisi tentang Pariwisata Perdesaan. Pengertian atau
definisi tersebut dapat berdasarkan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang
dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan tradisi yang ada di desa tersebut
(Hadwijoyo, Suryo Sakti, 2012:67). Apabila berdasarkan pada fasilitas yang
disediakan, pariwisata perdesaan dapat dilihat sebagai suatu pemukiman dengan
40
fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntunan wisatawan dalam menikmati,
mengenal dan menghayati kekhasan desa dengan segala daya tariknya dan
tuntutan kegiatan hidup bermasyarakat. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan
perspektif masyarakatnya, pariwisata perdesaan merupakan suatu bentuk
pariwisata dengan tujuan kepada obyek dan daya tarik berupa kehidupan desa
yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, alam dan budayanya
sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan asing
khususnya.
Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai obyek sekaligus
juga sebagai subyek dari kepariwisataan. Sebagai suatu obyek maksudnya adalah
bahwa kehidupan pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan
sebagai subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya
merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktifitas kepariwisataan, dan apa
yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara
langsung. Menurut Soebagyo (1991) dalam Suryo Sakti Hadwijoyo, (2012:67)
Peran aktif dari masyarakat sangat menentukan dalam kelangsungan kegiatan
pariwisata perdesaan.
2.1.2.5 Desa Wisata
Desa Wisata pada dasarnya merupakan bagian dari suistainable tourism.
Model pariwisata ini memiliki pemanfaatan lingkungan sosial, pelestarian
kebudayaan masyarakat serta memiliki semangat pemberdayaan komunitas lokal.
Secara sosiologis, bentuk desa wisata lebih meletakkan masyarakat sebagai
subyek itu sendiri. Hal ini popular dengan model community based tourism.
41
Terdapat banyak konsep mengenai desa wisata, pada pengertian tersebut
mengacu fasilitas yang disediakan pada kegiatan yang dilakukan atau pada budaya
dan kehidupan masyarakat setempat.
Menurut Demartoto (2009: 124)
“Bila dilihat dari fasilitas yang disediakan, desa wisata bisa dilihat sebagai suatu pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan : (a) tuntutan wisatawan untuk menikmati, mengenal dan menghayati/mempelajari kekhasan desa dengan segala daya tariknya, (b) tuntutan kegiatan hidup kemasyarakatan (kegiatan hunian, interaksi sosial, kegaiatan adat setempat dan sebagainya), sehingga dapat terwujud suatu lingkungan yang harmonis yaitu rekreatif dan terpadu dengan lingkungannya. Dilihat dari perspektif lingkungan masyarakat, pariwisata pedesaan merupakan bentuk pariwisata dengan obyek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, panorama alamnya, dan budayanya sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan. Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah sebagai obyek sekaligus sebagai subyek. Sebagai suatu obyek maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa kehidupan pedesaan merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktifitas kepariwisataan, dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan terebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung”.
Dari pernyataan diatas desa wisata merupakan pedesaan yang memiliki
karakteristik pariwisata dengan obyek daya tarik berupa kehidupan desa yang
membawa wisatawan merasakan kembali ke alam (back to nature). Masyarakat
lokal dalam pengembangan desa wisata merupakan peran utama karena
masyarakatlah sebagai penyelenggara dan pengelola kepariwisataan di
wilayahnya dan membangun pendapatan perekonomian dari kunjungan
wisatawan.
Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodisi,
dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan
42
masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Suatu desa
wisata memiliki daya tarik yang khas (dapat berupa keunikan fisik lingkungan
alam pedesaan, maupun kehidupan sosial masyarakatnya) yang dikemas secara
alami dan menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan
wisatawan ke desa tersebut (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011 : 1).
Pengertian diatas hampir sama dengan 2 (dua) konsep penting dalam
komponen desa wista menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:69), yaitu :
(1) Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau
unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
(2) Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting
fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegarasinya wisatawan sebagai
partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa, membatik dan lain sebagainya
yang lebih spesifik.
Pengembangan strategi pariwisata yang berdasar pada keunikan dan ciri
khas suatu daerah merupakan elemen yang dapat menjamin keunggulan bersaing
suatu proyek pariwisata pedesaan. Dalam hal ini pembinaan yang berkelanjutan
sangat diperlukan sehingga membawa pada isu mengenai keikut sertaan
masyarakat dalam memberdayakan potensi sosial budaya yang ada akan lebih
efektif karena pembangunan desa wisata yang berkelanjutan tidak akan
berkembang dalam situasi dimana penduduk setempat merasa dieksploitasi dan
terancam oleh kegiatan pariwisata tersebut.
Menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:67) Pembangunan desa wisata
bertujuan untuk :
43
1) Mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan
dengan menyediakan obyek wisata alternatif.
2) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa
wisata.
3) Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk
desa, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi pemerataan
pembangunan ekonomi desa.
4) Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik,
agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (Ruralisasi).
5) Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di
desanya, sehingga mengurangi urbanisasi.
6) Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumi dengan
penduduk pribumi.
7) Memperkokoh persatuan bangsa, sehingga bisa mengatasi disintegrasi.
Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk
wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan
yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah:
(1) Memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) Menguntungkan
masyarakat setempat, (3) Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan
timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) Melibatkan masyarakat setempat,
(5) Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria
yang mendasarinya seperti antara lain :
44
1. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal
yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin
adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk
berkembangnya desa wisata.
2. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan
ekonomi tradisional lainnya.
3. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses
pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan
kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian
pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.
4. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.
Selanjutnya, prinsip dasar dari pengembangan desa wisata menurut Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (2014), yaitu :
1. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta
pelayanan didalam atau dekat dengan desa
2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh
penduduk desa, salah satu bisa bekerjasama atau individu yang
memiliki
3. Pengmbangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya
tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat
dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi
wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut.
45
2.1.2.6 Pengembangan Desa Wisata
Menurut Julisetiono (2007), Konsep Desa Wisata, meliputi: (a) berawal
dari masyarakat, (b) memiliki muatan lokal, (c) memiliki komitmen bersama
masyarakat, (d) memiliki kelembagaan, (e) adanya keterlibatan anggota
masyarakat, (f) adanya pendampingan dan pembinaan, (g) adanya motivasi, (h)
adanya kemitraan, (i) adanya forum komunikasi, dan (j) adanya studi orientasi.
Mengacu pada konsep-konsep pengembangan desa wisata dari
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2001), maka pola pengembangan desa
wisata diharapkan memuat prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat
Suatu desa yang tata cara dan adat istiadatnya masih mendominasi pola
kehidupan masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai atraksi wisata
harus disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya.
b) Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa
Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah
apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah
apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa
sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang
dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti penambahan sarana
jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan prasarana air
bersih dan senitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan
dinikmati wisatawan.
46
c) Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian
Arsitektur bangunan, pola landscape serta material yang digunakan dalam
pembangunan haruslah menonjolkan ciri khas desa, mencerminkan
kelokalan dan keaslian wilayah setempat.
d) Memberdayakan masyarakat desa wisata
Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan
masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut.
Pengembangan desa wisata sebagai pengejawantahan dari konsep
Pariwisata Inti Rakyat mengandung arti bahwa masyarakat desa
memperoleh manfaat sebesar-besarnya dalam pengembangan pariwisata.
Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk
pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat diluar aktifitas sehari-hari.
e) Memperhatikan daya dukung dan berwawasan lingkungan
Prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan harus mendasari
pengembangan desa wisata. Pengembangan yang melampaui daya dukung
akan menimbulkan dampak yang besar tidak hanya pada lingkungan alam
tetapi juga pada kehidupan sosial budaya masyarakat yang pada akhirnya
akan mengurangi daya tarik desa tersebut. Beberapa bentuk keterlibatan
masyarakat tersebut adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-
rumah penduduk (homestay), penyediaan kebutuhan konsumsi wisatawan,
penyediaan transportasi lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain.
47
Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan
pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan, yang membutuhkan
kerjasama dengan berbagai komponen penyelenggaraan pariwisata yaitu
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah
seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait dengan
pengembangan desa wisata dan usulan penetapan forum komunikasi desa wisata
sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antara masyarakat,
lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia usaha/swasta. Instansi terkait
khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu lebih mengintensifkan
pembinaan secara berskala setiap bulan sekali dan memfasilitasi pertemuan bagi
forum komunikasi desa wisata agar benar-benar dapat memeberikan manfaat
dalam rangka koordinasi bersama dan ajang berbagi pengalaman dari masing-
masiang desa wisatanya. Pada level Dunia Usaha/Swasta, keterlibatan masyarakat
khususnya generasi muda dalam kegiatan yang ebrsifat teknis, seperti menjadi
instruktur atau pemandu kegiatan outbound perlu mendapat perhatian yang serius.
Investor sebaiknya tidak hanya bergerak sebatas menanamkan modal dalam
pengembangan infrastruktur pariwisata tapi perlu bekerjasama dengan masyarakat
dalam rangka penguatan modal usaha mereka guna mendukung kegiatan investasi
pariwisata. Pada level masyarakat, partisipasi elemen penting dalam perumusan
rencana pembangunan agar mampu meningkatkan rasa percaya diri dan
menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap hasil pembangunan
pariwisata berbasis masyarakat.
48
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pengembangan desa wisata sebagai
produk wisata baru sangat diengaruhi oleh aspek kelembagaan, obyek dan daya
tarik wisata, serta sarana dan prasarana wisata. Hal ini disebabkan ketiga aspek
pengembangan desa wisata tersebut memiliki peranan penting dalam
meningkatkan pelayanan dan kualitas produk wisata. Penentuan strategi dalam
pengembangan desa wisata sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan model pengembangan desa wisata sebagai rekomendasi tindak
lanjut dari perencanaan wilayah pengembangan desa wisata.
2.1.2.7 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Desa Wisata
Tujuan
Tujuan pengembangan kawasan desa wisata adalah:
1. Mengenali jenis wisata yang sesuai dan melengkapi gaya hidup yang
disukai penduduk setempat.
2. Memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap
perencanaan dan pengelolaan lingkungannya.
3. Mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam
pembuatan keputusan tentang bentuk peristiwa yang memanfaatkan
kawasan lingkungannya, dan agar mereka mendapat jaminan memperoleh
bagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.
4. Mendorong kewirausahaan masyarakat setempat.
5. Mengembangkan produk wisata desa.
49
Sasaran
Sasaran pengembangan kawasan desa wisata adalah:
1. Tersusunnya pemodelan kawasan desa wisata yang didasari pembangunan
kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan.
2. Memudahkan pembangunan dengan mengidentifikasi dan menganalisis
potensi yang ada, menentukan pola penataan lanskap kawasan tapak, serta
membuat kemungkinan alternatif pengembangannya.
3. Terwujudnya penataan desa wisata yang berdasarkan kepada penerapan
sistem zonasi yang berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
menjaga keselamatan pengunjung.
4. Terwujudnya kawasan desa wisata yang berlandaskan pola kampung dan
arsitektur bangunan rumah tradisional.
5. Terwujudnya kemampuan masyarakat setempat untuk memelihara,
menggali, mengembangkan keanekaragaman seni budaya, masyarakat,
yang berguna bagi kelengkapan atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh
pengunjung dan tersedianya makanan khas daerah dari bahan bahan
mentah yang ada di desa.
2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pengembangan Pariwisata
Paradigma baru dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia adalah
paradigma pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat menjadi pusat atau titik
tekan pembangunan (people centered development). Pendekatan ini menyadari
pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian dalam mengelola sumber daya serta memenuhi kebutuhannya.
50
pemberdayaan merupakan istilah dari empowerment atau penguatan yang berarti
pemberian kekuatan pada masyarakat untuk mengatur kehidupannya sendiri.
Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Loekman Soetisno adalah
sebagai berikut :
“Pemberdayaan masyarakat (empowement) yang dimaksud bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarakat diberi hak mengelola sumber daya alam yang mereka miliki dan menggunakannya untuk pembangunan masyarakat”. (Anggito Abimanyu, 2000:136)
Usaha memberdayakan masyarakat desa serta menanggulangi kemiskinan
dan kesenjangan menjadi fenomena yang semakin kompleks, pembangunan
pedesaan dalam perkembangannya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan
produksi pertanian. Pembangunan pedesaan juga tidak hanya mencakup
implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang
dan jasa untuk mencakupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya
dengan spektrum kegaiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam
kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri,
tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural yang membuat hidup
sengsara. Karena itu, ruang lingkup pembangunan pedesaan sebenernya sangat
luas, implikasi sosial dan politiknya juga tidak sederhana.
Secara teoritis, interaksi antar instansi di tingkat lokal dalam kaitannya
dengan perencanaan dan implementasi program-program pengembangan industri
pariwisata dapat digambarkan dalam dua macam struktur, yaitu: (1) rangkaian
antarorganisasi (inter-organizational set), dan (2) jaringan antarorganiasasi (inter-
51
organizational network). (Dr.Sunyoto Usman, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat, 2013. hlm 56).
2.1.3.1 Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat
Konep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat untuk pertama
kalinya dipopulerkan oleh Murphy (Hadwijoyo, Suryo Sakti, 2012:83). Menurut
Murphy dalam Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:83), produk pariwisata secara lokal
diartikulasikan dan dikonsumsi, produk wisata dan konsumennya harus visible
bagi penduduk lokal yang seringkali sangat sadar terhadap dampak turisme.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pariwisata harus melibatkan masyarakat
lokal, sebagai bagian dari produk turisme, selain itu, dari pihak industri juga harus
melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Sebab, masyarakat
lokal-lah yang harus menanggung dampak kumulatif dari perembangan wisata dan
mereka butuh untuk memiliki input yang lebih besar, sebagaimana masyarakat
dikemas dan dijual sebagi produk pariwisata.
Namun demikian, sebagaimana lazimnya sebuah kajian akademis, Getz
dan Jamal (1994) mengkritik model Murphy, menurut Getz dan Jamal (1994),
model yang dikemukakakan oleh Murphy tersebut tidak menawarkan blueprint
untuk mengimplementasikannya dalam bentuk konkret, sehingga dalam
implementasinya masih mendapatkan masalah (Hadwijoyo, Suryo Sakti,
2012:87).
D’Amore dalam buku Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:88) memberikan
guidelines model bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, yakni :
1) Mengidentifikasi prioritas pembangunan yang dilakukan penduduk lokal
52
2) Mempromosikan dan mendorong penduduk lokal
3) Pelibatan penduduk lokal dalam industri
4) Investasi modal lokal atau wirausaha sangat dibutuhkan
5) Partisipasi penduduk dalam event-event dan kegiatan yang luas
6) Produk wisata untuk menggambarkan indentitas lokal
7) Mengatasi problem-problem yang muncul sebelum pengembangan yang
lebih jauh
Poin-poin diatas merupakan ringkasan dari community approach.
Masyarakat lokal harus “dilibatkan”, sehingga mereka tidak hanya dapat
menikmati keuntungan pariwisata dan selanjutnya mendukung pengembangan
pariwisata yang mana masyarakat dapat memberikan pelajaran dan menjelaskan
secara lebih rinci mengenai sejarah dan keunikan yang dimiliki.
Menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:88) agar pelaksanaan Community
Based Tourism dapat berhasil dengan baik, terdapat elemen-elemen yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Sumberdaya alam dan budaya
2) Organisasi-organisasi masyarakat
3) Manajemen
4) Pembelajaran (Learning)
Pariwisata perdesaan meruapakan suatu bentuk pariwisata yang bertumpu
pada obyek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki cirri-ciri khusus
dalam masyarakatnya, panorama alamnya, maupun budayanya, sehingga
mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan. Kehidupan desa
53
sebagai tujuan desa wisata adalah desa sebagai obyek sekaligus subyek dari
kepariwisataan.
2.1.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para
pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis
organisasi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif
diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal organisasi
(kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman).
Kesesuaian yang baika akan memaksimalkan kekuatan dan peluang organisasi
serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat,
asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain
dari strategi yang berhasil (Pearce and Robinson, 2011:200). Dari bahasan analisis
SWOT, maka peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari hasil analisis
eksternal, bersama dengan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
organisasi dari hasil analisis internal akan menjadi masukan dalam menyusun
analisis SWOT.
(Strengths) kekuatan merupakan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki
oleh suatu organisasi yang meliputi ketrampilan, produk , atau sebagainya dalam
mencapai tujuan organisasi. (Weaknesses) kelemahan yang terdapat dalam tubuh
suatu organisasi seperti keterbatasan dalam hal sumber, ketrampilan dan
kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi
yang memuaskan. (Threats) ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang
54
tidak menguntungkan, sedangkan (Opportunities) peluang merupakan sebagian
situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi.
Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis lingkungan
eksternal dan internal organisasi, maka perusahaan tentunya memikirkan
bagaimana organisasi menggunakan analisis SWOT dalam menuangkan strategi
yang akan dilakukan. Dalam penyusunan strategi, organisasi tidak selalu harus
mengejar semua peluang yang ada, tetapi perusahaan dapat membangun suatu
keuntungan kompetitif dengan mencocokkan kekuatannya dengan peluang masa
depan yang akan dikejar. Untuk dapat membangun strategi yang
mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks.
TOWS Matriks (TOWS hanya kebalikan atau kata lain dalam ungkapan SWOT)
mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal
dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari organisasi, sehingga hasil
yang diperoleh dapat digambarkan melalui empat set alternatif strategi (Wheelen
and Hunger, 2012:230).
Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang – Ancaman (Strenght-
Weaknesses-Opportunities-Threats – SWOT ) adalah alat pencocokan yang
penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi:
Strategi SO (Kekuatan-Peluang), Strategi WO (Kelemahan-Peluang), Strategi ST
(Kekuatan-Ancaman), dan Strategi WT (Kelemahan-Ancaman). Mencocokkan
faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam
mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik – dan
tidak ada satu pun paduan yang paling benar (David .R. Fred, 2010:327)
55
Strategi SO (SO Strategies) memanfaatkan kekuatan internal organisasi
untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya
menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal
dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian
eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT
untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan Strategi SO. Jika
sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang
untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah
organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka organisasi akan berusaha
untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.
Strategi WO (WO Strategies) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang,
peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal
yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.
Strategi ST (ST Strategies) menggunakan kekuatan sebuah organisasi
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan
berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara
langsung didalam lingkungan eksternal.
Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang diarahkan
untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.
Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan
internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya,
56
perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup,
melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.
Pada tabel berikut dapat menjelaskan TOWS Matriks secara singkat:
Tabel 2.1
Matriks TOWS
Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
Eksternal
Kekuatan (S)
Daftarkan 5-10 kekuatan Internal disini
Kelemahan (W)
Daftarkan 5-10 kekuatan Internal disini
Peluang (O)
Daftarkan 5-10 kekuatan Eksternal disini
Strategi S-O
Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O
Buat strategi disini yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan
Ancaman (T)
Daftarkan 5-10 kekuatan Eksternal disini
Strategi S-T
Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi W-T
Buat strategi disini yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Hunger and Wheelen, (2003:231)
1) S-O strategi : Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
2) W-O strategi : Memanfaatkan peluang untung mengatasi
kelemahan
3) S-T strategi : Menggunakan kekuatan untuk
mengatasi/mengurangi dampak dari ancaman
4) W-T strategi : Menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar
tidak rentan terhadap ancaman.
57
Dari hasil kompetisi diatas akan diperoleh banyak kemungkinan strategi
yang dapat dilakukan organisasi. Tetapi, organisasi harus berani memilih beberapa
strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar bagi kemajuan organisasi.
Organisasi harus mempertimbangkan pemilihan strategi yang sesuai dengan nilai-
nilai perusahaan dan tanggung jawab organisasi terhadap lingkungan sekitar
(social responsibility). Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas maka akan
diperoleh strategi yang diterima oleh anggota masyarakat.
2.2 Penelitian Terdahulu
Pertama, daalam melakukan penelitian “Strategi Dinas Pemuda Olahraga
dan Pariwisata dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Sawarna”. Peneliti
melakukan peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik
berupa skripsi maupun tesis, yang terkait dengan tema yang diambil dalam
penelitian ini. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu sebagai pembanding
dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian pertama yaitu diambil dari skripsi
yang berjudul “Pengembangan Desa Wisata Bejihjo, Kecamatan Karangmojo,
Kabupaten Gunungkidul” yang dilakukan oleh Ian Puji Priyono pada Tahun 2014,
Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik, Universitas Gajah Mada (UGM).
Penelitian ini disajikan dengan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung
dan peran dari tiap-tiap aktor yang terlibat sehingga membuat Desa Bejiharjo
dapat berkembang seperti sekarang ini, dan menyajikan dalam bentuk tulisan yang
bersifat kulitatif deskriptif.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Goa Pindul daripada Desa Wisata
Bejiharjo itu sendiri. Dengan memanfaatan kondisi tersebut pihak pengelolapun
58
memanfaatkannya. Hal tersebut dapat dilihat dari pengembangan fasilitas dan
kegiatan wisata yang masih berpusat di Goa Pindul. Untuk mengatasi hal tersebut
sebaiknya pihak pengelola memiliki cara bagaimana mengembalikan konsep desa
wisata pada Desa Bejiharjo. Salah satunya yaitu dengan merevitaslisasi daya tarik
lainnya sebagai alternatif jika wisatawan bosan dengan atraksi yang ditawarkan
oleh Goa Pindul. Terutama daya tarik budaya yang merupakan jalan hidup
masyarakat Desa Bejiharjo.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu penulis melakukan penelitian
dengan obyek pengembangan desa wisata. Dengan melihat obyek yang sama
maka dapat menjadi kajian bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana cara
pengembangan desa wisata yang baik. Perbedaan penelitian ini yaitu lokus dan
fokus. Pada fokusnya peneliti lebih melihat pengembangan desa wisata berbasis
masyarakat, bagaimana strategi desa wisata memberdayakan masyarakat lokal
bukan hanya mempromosikan obyek wisata yang ada di wilayahnya saja. Pada
lokusnya peneliti mangambil di Desa Banten, Kota Serang yang menjadi salah
satu destinasi pariwisata di Provinsi Banten.
Kedua, pada penelitian skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan
Desa Wisata Pancoh Sebagai Desa Ekowisata Di Kabupaten Sleman” oleh Dea
Eka Marshita Tahun 2014 Universitas gadjah Mada (UGM).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) potensi wisata di Desa
Wisata Pancoh dan (2) strategi pengembangan Desa Wisata Pancoh sebagai desa
ekowisata di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menentukan potensi wisata yang
layak dikembangkan di Desa Wisata Pancoh dan strategi pengembangannya
59
dengan menyeseuaikan konseo ekowisata. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitataif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui analisis SWOT yang sebelumnya masing-masisng faktornya telah
dievaluasi IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor
Analysis Summary).
Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Desa Wisata Pancoh memeiliki
potensi berbasis alam yang hasrus dikembangkan dengan konsep ekowisata
karena memiliki kondisi alam khas lereng Gunung Merapi, yang harus dijaga dan
dilestarikan. Selain potensi alam, Desa WIsata Pancoh juga memiliki potensi
budaya dan sejarah yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata. (2) Faktor-
faktor internal dan faktor eksternal memiliki pengaruh besar untuk
mengembangkan Desa Wisata Pancoh. (3) Evaluasi melalui IFAS dan EFAS
membuktikan bahwa Desa Wisata Pancoh memiliki kesempatan untuk
berkembang.
Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu obyek yang sama
mendeskripsikan strategi pengembangan desa wisata, sehingga dapat
memeberikan gambaran kepada penulis dalam mengembangkan penelitiannya.
Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu penulis membuat fokus
penelitiannya yaitu pada pengembangan desa wisata berbasis masyarakat
(community based tourism), jadi mendeskripsikan peran masyarkat lokal dalam
mengembangkan desa wisata.
60
Ketiga, pada penelitian skripsi yang berjudul “Strategi Pengelolaan Pantai
Lontar Indah di Kabupaten Serang” yang dilakukan oleh Mita Fitriani pada tahun
2011 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi Dinas Pemuda
Olahraga Kebudayaan dan pariwisata dalam mengelola Pariwisata pantai Lontar
Indah di Kabupaten Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori
yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi analisis SWOT menurut
teori Hunger. Faktor-faktor tersebut adalah Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi
dan studi dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan teknik analisa interaktif
Miles and Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Dinas Pemuda Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di
Kabupaten Serang Cukup baik tetapi masih belum maksimal. Pelaksanaan strategi
yang belum maksimal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor
eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal antara lain adalah disebabkan
karena pengelolaan pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang sampai
dengan penelitia ini masih pasif, belum dilakukan dengan cara menjalin kerjasama
dengan pihak lain, dimana pihak lain dimaksud tersebut tidak berbentuk badan
hokum melainkan diserahkan kepada individu (perseorangan) dan pihak swasta.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhinya antara lain: satu tidak adanya
program dalam upaya perkembangan pariwisata berkelanjutan. Kedua kurangnya
61
pegawai baik dalam kualitas maupun kuantitas yang berbasis kepariwisataan.
Ketiga tidak adanya sarana Informasi seperti website untuk mempromosikan
obyek wisata. keempat hubungan kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Serang dengan masyarakat sadar pariwisata (DARWIS)
masih belum terjalin dengan baik karena tidak diadakannya pertemuan baik yang
bersifat formal maupun informal.
Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan analisis SWOT
dalam menjabarkan pilihan strateginya. Sehingga membantu peneliti dalam
memaparkan pengamatannya dengan dipaparkan menggunakan analisis SWOT.
Perbedaan penelitian ini adalah ruanglingkup penelitian ini adalah pada
masyarakat lokal sebagi pelaksana langsung desa wisata dalam mengembangkan
masyarakat dan fokusnya ialah desa wisata bukan obyek wisata.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran
merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.
Kerangka berfikir dari penelitian ini adalah tentang strategi pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna. Latar belakang dari penelitian ini yaitu besarnya
permasalahan pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, dan kemiskinan
pada masyarakat yang tinggal disekitar obyek wisata. Masyarakat banyak yang
62
tidak merasakan manfaat dari obyek wisata yang ada diwilayahnya oleh sebab itu
dibentuklah desa wisata yaitu pengembangan pariwisata pedesaan dengan
memberikan pemberdayaan kepada masyarakat lokal.
Identifikasi masalahnya antara lain yaitu belum optimalnya dalam
pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata, kurangnya koordinasi
antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah, belum optimalnya
pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat, dan kurangnya
kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil
kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata.
Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan untuk pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna maka peneliti menggunakan teknik Analisis SWOT.
Adapun Teknik Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor
internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam mengoptimalkan
usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor internal akan menentukan
aspek-aspek yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness),
sedangkan faktor eksternal akan menentukan aspek-aspek yang menjadi peluang
(opportunities) dan ancaman (threaths) dengan begitu akan dapat ditentukan
berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan dalam
pengembangan desa wisata berbasis masyarakat. Untuk lebih jelasnya, kerangka
berfikir penulis dalam penelitian ini dapat dilihat gambar dibawah ini :
63
Gambar 2.2
Alur Kerangka Berpikir
Input :
1. Belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di
lokasi obyek wisata.
2. Kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan
Pemerintah Daerah.
3. Belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata
berbasis masyarakat.
4. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna
untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi
obyek wisata.
Proses :
Analisis SWOT
1) Strengths
2) Weaknesses
3) Opportunities
4) Threats
(Wheleen dan Hunger, 2003 : 195)
Output :
Diperoleh Gambaran
Umum dan pilihan strategi
yang tepat dalam
pengembangan Pariwisata
di Desa Sawarna
Feedback :
Memberi lapangan pekerjaan
pada masyarakat lokal dan dapat
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui
pengembangan pariwisata
perdesaan
64
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
Berdasarkan asumsi dasar pemikiran yang dipaparkan serta observasi awal
yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa
penelitian mengenai strategi pengembangan desa wisata di Desa Sawarna masih
belum efektif dan belum memiliki pemilihan strategi yang tepat dalam mencapai
keberhasilannya. Hal ini dilihat berdasarkan dengan masaih adanya permasalahan
– permasalahan yang timbul dalam strategi pengembangan pariwisata di Desa
Sawarna.
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitan adalah seperangkat asumsi yang saling berkolerasi
satu dengan yang lain mengenai fenomena alam semesta. Metode penelitian adalah
kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengukur dan melakukan analisis
data sehingga dapat menjawab masalah-masalah dalam penelitian. Metode
penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-
kualitatif yaitu penelitian tentang data yang ditentukan dan dinyatakan dalam
bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat
wawancara antara peneliti dan informan.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dalam kondisi
yang alamiah atau natural setting, peneliti mengumpulkan data berdasarkan
observasi yang wajar. Dalam melakukan penelitiannya, peneliti merupakan alat
utama dalam pengumpulan data karena penelitilah yang langsung terjun
kelapangan mencari data dengan wawancara secara mendalam. Subjek yang
diteliti berkedudukan sama dengan peneliti. Orang yang diteliti dipandang sebagai
partisipan, konsultan atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu
berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai Strategi
Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna. Informasi yang digali lewat
wawancara mendalam terhadap informan (Pemerintah Daerah, Kepala Desa, dan
66
Pengelola Desa Wisata/Masyarakat Lokal). Teknik kualitatif dipakai sebagai
pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas
rasional sebagai realitas subjektif kesejahteraan masyarakat Desa Sawarna dengan
pengembangan desa wisata dalam pemberdayaan masyarakat. Proses observasi dan
wawancara bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Dari observasi dan
wawancara diharapkan mampu menggali permasalahan yang ada di dalam
Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, guna mengetahui strategi apa yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan Pariwisata Sawarna di mata Nasional
bahkan Internasional serta dalam menyejahterahkan masyarakat lokal melalui
bantuan pemberdayaan masyarakat.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Ruang lingkup atau fokus penelitian ini adalah pada Strategi
Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
dengan memberdayakan masyarakat lokal Desa Sawarna.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sawarna. Penentuan lokasi penelitian di
Desa Sawarna karena Desa Sawarna merupakan Desa Wisata yang mendapat
peringkat terbaik ke-7 se-Nasional dan Sawarna sudah menjadi pariwisata berskala
Nasional..
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
67
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:63).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai
berikut.
3.4.1 Sumber data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya
dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:
1. Observasi
Sedangkan observasi menurut Moloeng (2007) adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
Menurutnya, observasi diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara
berperan serta dan cara yang tidak berperan serta. Observasi berperan
serta, pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai
pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang
diamatinya. Namun observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya
melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan.
Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai ialah
observasi tanpa berperan serta atau di sebut observasi tidak berstruktur
dengan mengamati dari jauh. Peneliti hanya sebagai pengamat saja
tanpa menjadi anggota resmi organisasi yang diteliti.
68
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara
pewancara dan informan. Adapun teknik pengumpulan data dengan
cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh
terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman,
pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan
penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan
selama proses penelitian.
Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk
mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait penelitian, dalam
rangka memperoleh informasi tentang hal-hal yang belum tercantum
dalam observasi. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan
metode wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya
lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan
permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat dan memberi informasi mengenai startegi
pengembangan desa wisata. Sebagaimana yang disarankan oleh
(Esterberg: 2002) dalam Sugiyono (2008:73) peneliti akan
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan
oleh informan (Esterberg: 2002) dalam Sugiyono (2008:73)
69
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih
dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan
kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih
dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara
peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.
b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.
c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara.
d. Mempersiapkan pencatat data wawancara.
Peneliti menyusun pedoman wawancara mengenai hal-hal yang
nantinya menjadi acuan dalam wawancara kepada informan untuk
mendapatkan informasi yang akurat. Secara garis besar pedoman
wawancara yang digunakan untuk memperoleh informasi.
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui
kegiatan studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti.
1. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan
dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books
maupun jurnal ilmiah.
2. Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincolin (1981) dalam Moleong (2007:161)
dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari record yang
70
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyelidik.
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari arsip dan dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan, laporan-laporan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,
2012:82).
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari informan
penelitian yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder
merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari informan yaitu melalui
data-data dan dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (human instrument) karena peneliti adalah manusia dan
hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya,
serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu,
peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant observation
(Moleong, 2007:9). Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui
evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan
71
teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal
memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:59). Jadi, peneliti mempunyai peran yang
sangat penting dalam penentuan sukses atau tidaknya suatu penelitian dengan
kesiapan peneliti dalam terjun langsung ke lapangan.
Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan, oleh
sebab itu untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan
untuk mewawancarai informan dan handphone. Handphone digunakan untuk
merekam wawancara dengan informan. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan
melalui peralatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data.
Dalam mencari sumber data, peneliti menggunakan teknik wawancara
mendalam terhadap narasumber (informan) yang bersangkutan dengan fokus
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara mendalam (indepth interview)
adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang
pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan
penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama
proses penelitian. Selain wawancara mendalam, sumber data dalam penelitian ini
juga di dapat dari hasil observasi, dimana sumber data dari hasil wawancara dan
observasi merupakan sumber data primer. Selain itu, sumber data yang lainnya
juga didapat dari hasil dokumentasi dan studi literatur/pustaka sebagai sumber data
sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai Strategi
Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna.
72
3.6 Informan Penelitian
Penentuan informan peneliti dilakukan dengan menggunakan tehnik
snowball. Peneliti pada mulanya menelusuri informan dari berbagai status yang
terlibat dalam Strategi Pengembangan Desa Wisata di Desa Sawarna, informan
yang memiliki kaya informasi dipilih dan sub-subunit dipilih untuk mengkasi
kajian yang lebih dalam. Penentuan informan ini dengan memilih narasumber yang
terjun langsung dalam Pengelolaan Desa Wisata dan diberi kode dalam tabel
berikut :
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Kategori Informan
Informan Kode Informan (I)
1 Pengelola Desa Wisata Sawarna
a. Kepala Desa Sawarna b. Sekretaris Desa Sawarna c. Ketua POKDARWIS Desa
Sawarna a. Ketua Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) Desa Sawarna
2 Instansi a. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
b. Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
c. Seksi Usaha dan Jasa Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
d. Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Provinsi Pariwisata dan Kebudayaan Banten
3 Masyarakat a. Masyarakat Lokal
b. Wisatawan
(Sumber: Peneliti, 2015)
73
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan data, memilih-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2012:88).
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian
dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian
dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,
mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
analisis interaktif dari Miles & Huberman, seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.1
Analisis Data Model Interaktif
(Sumber : Sugiyono, 2012:88)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Penyajian Data
74
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian
dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal
yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh
informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
2. Reduksi Data
Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian
laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian di
reduksi, di rangkum, dan kemudian dipilih hal yang pokok, di fokuskan
untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui
proses penyuntingan, pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data
dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada
tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak
diperlukan disortir agar diberi kemudahan dalam penampilan, penyajian,
serta untuk menarik kesimpulan sementara.
3. Penyajian Data
Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih
mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini
merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga
kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilih-
pilih dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun
sesusai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras
75
dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan
sementara diperoleh pada waktu data direduksi.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan
mencatat keteraturan pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung
dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan tersebut
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistensi peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Uji Kreadibilitas Data
Uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2009:121).
Pada penelitian ini, dalam menguji kreadibilitas data peneliti melakukan
triangulasi dan member check untuk member kepercayaan terhadap penelitiannya.
76
1. Triangulasi
Menurut Moloeng (2007:330), triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Terdapat 3 macam teknik triangulasi, yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Pada
penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber
melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih
dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, observasi
tidak langsung, dan dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini
dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kejadian yang
kemudian dari hasil pengamatan tersebut di ambil benang merah yang
menghubungkan diantara keduanya.
2. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
77
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2009:129).
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti Strategi Pengembangan
Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak.
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
2014 2015
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt
1 Pengumuman Judul
2 Observasi Awal
3 Penyusunan Proposal
4 Bimbingan dan Perbaikan Proposal
5 Seminar Proposal 6 Perbaikan proposal 7 Proses Pencarian
Data di Lapangan
8 Pengolahan Data di Lapangan
9 Penyusunan Laporan Penelitian dan Bimbingan
10 Sidang Skripsi (Sumber, Peneliti 2015)
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum
Desa Sawarna. Hal tersebut akan dijelaskan dibawah ini:
4.1.1 Keadaan Wilayah Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten
Lebak
Luas wilayah Desa Sawarna adalah 1.700 ha yang terdiri dari 10 (sepuluh)
RW dan 30 (Tiga Puluh) RT. Letak ketinggiannya adalah 2 s/d 90 M diatas
Permukaan Laut (Mdpl) dan mempunyai curah hujan rata-rata 1200 MM / tahun.
Desa Sawarna terdiri dari dataran rendah seluas 800 Ha dan perbukitan /
pegunungan seluas 700 Ha. Desa Sawarna dapat ditempuh melalui jalan darat dari
Ibukota Banten yaitu Serang sekitar 6 jam. Batas wilayah Desa Sawarna adalah
sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Lebak Tipar
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Lautan Indonesia
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Darmasari
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sawarna Timur
Desa Sawarna memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.331 jiwa yang
terdiri dari penduduk laki-laki : 2.210 dan penduduk perempuan sebanyak 2.121
jiwa, jumlah kepala keluarga (KK) 1.207 KK dan kepadatan penduduk ± 10 orang
79
/ . Keadaan alam dan pola pengguanaan tanah di Desa Sawarna adalah
sebagai berikut :
a. Pemukiman : 102 Ha
b. Sawah : 234 Ha
c. Ladang / Tegalan : 520 Ha
d. Perkebunan PTPN VIII : 54 Ha
e. Perkebunan Rakyat : 100 Ha
f. Kehutanan : 300 Ha
g. Kuburan : 5 Ha
h. Lapangan Olah Raga : 2.5 Ha
i. Perikanan : 4 Ha
j. Lain-lain : 179 Ha
4.1.2 Visi dan Misi Desa Wisata Sawarna
Visi Desa Sawarna
“Menjadikan Desa Sawarna sebagai Desa Wisata yang mandiri, maju serta
didukung dengan kelestarian budaya dan alam guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan tidak merubah adat istiadat serta budaya
setempat”.
Misi Desa Sawarna
1. Membangun Desa Sawarna guna menyongsong pengembangan Desa
Wisata yang lebih maju, terarah serta tidak merubah tatanan budaya
serta kearifan lokal
80
2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mengembangkan
ekonomi kreatif di segala bidang kegiatan dengan membentuk
lembaga-lembaga masyarakat
3. Membuka peluang investasi seluas-luasnya demi kemajuan pariwisata
Desa Sawarna
4. Melaksanakan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Desa
Sawarna
5. Meningkatkan budi pekerti masyarakat dengan berbasis keagamaan
4.1.3 Keadaan Penduduk Desa Sawarna
Desa Sawarna memiliki Jumlah Penduduk : 4028 Jiwa yang terdiri dari
Penduduk Laki-laki : 2043 dan Penduduk Perempuan :1985 Jiwa, dengan Jumlah
Kepala Keluarga (KK) 1058 KK dan Kepadatan kependuduk-+ 10 orang / KM 2.
Tabel 4.1
Data Penduduk Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
No Golongan Umur Jumlah 1 1-5 Tahun 733 Orang 2 6- 10 Tahun 650 Orang 3 11-15 Tahun 569 Orang 4 16-20 Tahun 680 Orang 5 21-25 Tahun 652 Orang 6 26-30 Tahun 746 Orang 7 31-35 Tahun 449 Orang 8 36-40 Tahun 472 Orang 9 41-45 Tahun 281 Orang 10 46-50 Tahun 245 Orang 11 51-55 Tahun 237 Orang 12 56-59 Tahun 200 Orang
Sumber : Profil Desa Sawarna 2014
Tingkat Pendidikan sangat berpengaruh bagi kebutuhan hidup masyarakat,
dengan pendidikan yang tinggi maka masyarakat dapat memajukan perekonomian
81
keluarganya. Berikut dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan di Desa Sawarna.
Tabel 4.2
Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sawarna
No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan
1 Belum Sekolah 763 Orang 2 Usia 7 – 45 tahun tidak pernah sekolah 5 Orang 3 Tidak Tamat SD 10 Orang 4 Tamat SD/Sederajat 1058 Orang 5 SLTP/Sederajat 2890 Orang 6 SLTA/Sederajat 876 Orang 7 D-1 28 Orang 8 D-2 39 Orang 9 D-3 11 Orang 10 S-1 37 Orang 11 S-2 4 Orang 12 S-3 -
Sumber: Profil Desa Sawarna 2014
Dari data diatas dapat dilihat masih banyak masyarakat yang belum
sekolah bahkan putus sekolah. Di Desa Sawarna tingkat pendidikan terbanyak
adalah yang tamat SLTP. Hal tersebut menjelaskan perlu adanya pemberdayaan
masyarakat Desa Sawarna untuk memajukan perekonomian keluarga dan dapat
memenuhi keberlangsungan hidupnya. Dari data yang ditemukan banyak yang
memilihi untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikan karena tidak ada biaya,
dan untuk masyarakat yang tidak mempunyai usaha sendiri dan ketrampilan
memilih bekerja sebagai buruh atau petani.
82
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian
No Mata Pencharian Jumlah
1 Petani 790 Orang 2 Buruh Tani 479 Orang 3 Buruh/Swasta 563 Orang 4 Pegawai Negeri 64 Orang 5 Pengrajin 215 Orang 6 Pedagang 206 Orang 7 Peternak 15 Orang 8 Nelayan 179 Orang 9 Montir 5 Orang 10 Dokter -
Sumber: Profil Desa Sawarna 2014
Penduduk Desa Sawarna memiliki mata pencharian yang beranekaragam, karena
Desa Sawarna masih terapat lahan pertanian yang luas maka domisili penduduk Desa
Sawarna bermata pencharian Petani dan Buruh Tani. Potensi pariwisata kini sudah
berkembang dan masuk ke Desa Sawarna oleh sebab itu menjadi sebuah peluang untuk
penduduk Desa Sawarna dalam meningkatkan perekonomian dan kehidupan mereka
dengan memanfaatkan pariwisata yang ada.
4.1.4. Potensi Wisata di Desa Sawarna
Desa Sawarna adalah sebuah desa wisata yang berlokasi di kabupaten
Lebak, Banten. Desa Sawarna mulai menjadi bahan pembicaraan pada tahun
2000an ketika mulai ramai diekspos melalui media eletronik. Desa Sawarna juga
memiliki keistimewaan yang lain, yaitu memiliki banyak tempat wisata dengan
jarak yang berdekatan sehingga dalam satu kali jalan akan dapat menikmati obyek
wisata yang lain sekaligus. Desa Sawarna terletak di wilayah Kecamatan Bayah
Kabupaten Lebak dan merupakan Desa disekitar Hutan dan Desa Pesisir Pantai
83
yang merupakan Desa Wisata Binaan dengan memiliki beberapa Potensi Sumber
Daya Alam yang sangat potensial. Jenis wisata yang dapat dinikmati wisatawan di
Desa Sawarna dalah wisata alam dan juga kerajinan karena memang alam
disekitar lokasi ini masih jarang tersentuh gangguan manusia sehingga masih
sangat indah dan menarik untuk dilihat. Daya tarik wisata di Desa Sawarna antara
lain adalah sebagai berikut :
A. Daya Tarik Wisata Alam
1. Potensi Obyek Wisata Bahari
a. Pantai Ciantir
b. Pantai Pulo Manuk
c. Pantai Legon Pari
d. Karang Tanjung Layar
e. Pantai Karang Bokor
f. Pantai Karang Taraje
2. Potensi Obyek Wisata Goa / Goa Wisata
a. Goa Langir (Pinggir Pantai)
b. Goa Lalay
c. Goa Sikadir
d. Goa Camaul
e. Goa Harta Karun
f. Seribu Candi
3. Potensi Obyek Wisata Ziarah
a. Obyek Wisata Ziarah Jhon Louis Van Goh.
84
b. Obyek Wisata Ziarah Tumenggung
4. Potensi Obyek Wisata Hutan Lindung dan Hutan Produksi
5. Potensi Sumber Daya Alam lainnya, diantaranya : Kandungan Batu
Bara, Pasir Kuarsa, Batu Kapur, Batu Kaca, dll.
B. Daya tarik Wisata Budaya dan Kerajinan
1. Seni Budaya
a. Dongdang
b. Pencak silat
c. Upacara Adat
d. Kesenian Sunda lainnya
2. Seni Kerajinan
a. Kerajinan Seni Ukir
b. Kerajinan Membuat Gitar
c. Kerajinan Makanan Ringan
d. Kerajinan Pisang Sale
3. Seni Kerajinan
Pantai Ciantir atau Pantai Pasir Putih adalah sebuah pantai yang terdapat
di Desa Sawarna yang menjadi daya tarik Desa Sawarna, Pantai Ciantir adalah
sebuah pantai yang menghadap ke Samudera Hindia, sehingga mempunyai ombak
yang khas pantai selatan yaitu berombak besar dan kuat, menjadikannya sebagai
salah satu tempat selancar (surfing) terfavorit bagi wisatawan mancanegara.
Pantai Ciantir atau Pantai Pasir Putih atau biasa dikenal dengan wisatawan
Pantai Sawarna ini memiliki panjang sekitar 65 KM, dengan air laut yang jernih,
85
pasir yang putih, berbukit hijau, dihiasi karang, dan tidak terlalu ramai
pengunjung adalah pantai yang paling indah di Banten. Desa Sawarna yang
berjarak sekitar 150KM dan menghabiskan waktu sekitar 4 jam dari Kota
Rangkasbitung banyak didatangi wisatawan yang berasal dari Bandung, Jakarta,
dan sekitarnya.
Desa Sawarna dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan
umum. Jika menggunakan kendaraan pribadi dari Jakarta, maka rute yang akan
ditempuh yaitu:
1. Jalur Timur : Tol Jagorawi, Ciawi, Cibadak, Pelabuhan Ratu,
Sawarna
2. Jalur Barat : Tol Merak, Serang Timur, Pandeglang, Malimping,
Bayah, Sawarna
Perjalanan menuju Desa Sawarna juga dapat melalui jalur Rangkasbitung
yang melewati Pandeglang Gunung Kencana, dari Jakarta menuju Desa Sawarna
dapat melalui jalur Rangkasbitung dengan melewati Gunung Kencana, kondisi
jalan Gunung Kencana lumayan hancur sehingga dapat menghabiskan waktu
sekitar 7-8 jam menuju Desa Sawarna dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Perjalanan menuju Desa Sawarna cukup lama jika ditempuh melalui kendaraan
bermotor dari Kota Serang dapat menghabiskan waktu sekitar 5 jam dikarenakan
jalan di Kecamatan Bayah menuju Desa Sawarna sedang dalam perbaikan
sehingga berdebu dan hancur. Jika ingin menggunakan kendaraan umum dapat
menaiki bus jurusan Pelabuhan Ratu dari terminal bus setempat, kemudian dari
86
Pelabuhan Ratu dapat melanjutkan kea rah Sawarna dengan menggunakan elef.
Kendaraan umum menuju Desa Sawarna hanya sampai jam 5 sore saja.
Efek dari adanya wisata di Desa Sawarna memberikan tambahan serta
meningkatkan penghasilan bagi masyarakat terutama yang berada di Desa
tetangga sebagai desa yang paling dekat dengan Desa Sawarna. Perkembangan
kepariwisataan desa yang signifikan akan mendukung pariwisata yang ada,
menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan produktifitas home industry
meupun kerajinan sehingga secara otomatis akan mengurangi kemiskinan.
4.1.5 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Desa Sawarna
Sarana prasarana yang ada di Desa Sawarna adalah :
1. Tersedianya homestay (penginapan) serta rumah-rumah penduduk
yang disewakan untuk menginap.
2. Sarana jembatan gantung akses penyebrangan menuju kawasan
wisata Pantai Tanjung Layar dan Pantai Legon pari.
3. Sarana akses jalan tonblok menuju kawasan wisata.
4. Sarana transportasi ojek wisata.
5. MCK dan ruangan ganti di lokasi obyek wisata yang disewakan
warga.
6. Warung-warung wisata untuk jajanan.
7. Guide (pemandu) Wisata jika dibutuhkan.
87
Tabel 4.4
Potensi Desa Wisata Sawarna
INFORMASI UMUM DESKRIPSI
Nama Desa/Kelurahan/Kampung Kecamatan/Distrik Kabupaten/Kota Provinsi
Sawarna Bayah Lebak Banten
Kategori Desa Desa Wisata Desa di sekitar Daya Tarik Wisata / Berbasis Industri Kreatif Desa Pendukung Usaha Pariwisata / Kemitraan dengan Usaha Pariwisata
A. DAYA TARIK ALAM Daya Tarik Utama Obyek Wisata Pantai Tanjung Layar
dan Pasir Putih Daya Tarik Pendukung Obyek Wisata Goa Lalay dan Pantai
Legon Pari B. DAYA TARIK BUDAYA Daya Tarik Utama Kesenian Upacara Adat dan Kesenian
Dondang Daya Tarik Pendukung Upacara Ruat Laut
C. DAYA TARIK BUATAN Daya Tarik Utama Seni Kerajinan Cinderamata Daya Tarik Pendukung Makanan Khas Sawarna
D. AKSESIBILITAS Cara pencapaian menuju desa/kelurahan/kampung dari kota/pusat pelayanan terdekat
Dengan Kendaraan Umum (mobil PS) dan Ojek
Kualitas jalan menuju desa/kelurahan/kampung
Jalan beraspal
Kualitas jalan di dalam desa/kelurahan/kampung
Layak untuk dilewati
Ketersediaan model transportasi Tersedia Ojek Wisata untuk menuju kawasan wisata
Waktu tempuh 7-8 Jam dari Jakarta Ketersediaan rambu-rambu/ petunjuk arah
Tersedia
Ketersediaan BPW (Biro Perjalanan Wisata) yang telah menjual paket
Belum Tersedia
88
wisata ke desa/kelurahan/kampung tersebut
E. SARANA DAN PRASARANA Penginapan/homestay Ada 59 Penginapan (Homestay) Warung Makan 20 Warung Makan Kamar Mandi dan WC 20 MCK Air Bersih Tersedia Listrik Tersedia Tempat Parkir Belum Tersedia dengan Rapi Tempat Sampah Minim Toko Cinderamata Belum Tesedia Jaringan Telepon Tersedia (telkomsel, Indosat, dan
XlIndo) Bank dan Money Changer Tidak Ada Kantor Pos Tidak Ada Panggung Hiburan Belum Ada Fasilitas Pendukung yang Lain Sarana Alat Surfing F. ASPEK PASAR Besarnya jumlah wisatawan yang berkunjung: Lokal/Nusantara dan Mancanegara
20.000/Tahun
G. INVESTASI Investasi/partisipasi masyarakat yang telah ada
Swadaya masyarakat untuk perbaikan jalan wisata
Para pihak yang berperan dalam investasi
Pemerintah Desa
Para pihak yang berkaitan dengan struktur bagi hasil dalam pengelolaan
PAD Kepada Pemerintah Kabupaten Lebak
H. KELEMBAGAAN DAN SDM BIDANG PARIWISATA
Pengelolaan Desa Wisata Pemerintah Desa Sawarna Ketersediaan Struktur Lembaga Pengelola
TPK Pariwisata
Ketersediaan Pemandu Wisata Tersedia (guide Sawarna) terbatas Pelibatan Masyarakat Sekitar Tersedia PERMASALAHAN Permasalahan mendasar yang perlu diperhatikan dan perlu segera ditangani
Penataan lingkungan sekitar objek wisata perlu ditingkatkan agar menambah daya tarik keasrian sebuah
89
desa, sehingga Desa Sawarna sebagai Desa Wisata benar-benar menjadi tujuan wisata unggulan.
Permasalahan jangka panjang yang mungkin muncul
Pengelolaan sampah, baik dari masyarakat ataupun dari tempat lokasi wisata itu sendiri.
(Sumber : Proposal Bantuan Desa Wisata Sawarna Tahun 2014)
4.1.6 Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa Sawarna di Bidang
Pariwisata
Penduduk Desa Sawarna umumnya beraktifitas dalam bidang pariwisata
sebagai pelaku wisata diantaranya :
a. Pemilik penginapan 56 orang
b. Pemilik warung makan 20 orang
c. Pemilik warung jajanan di pantai 120 orang
d. Pengrajin cinderamata 10 orang
e. Pengrajin makanan khas 10 orang
f. Pemandu wisata / guide 5 orang
g. Ojek Wisata 100 orang
4.1.7 Program Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Banten
1. Mengembangkan strategi pasar, promosi dan branding
a. Menggalakan promosi desa wisata melalui media eletronik maupun media
online, secara berkesinambungan;
b. Promosi melalui pameran-pameran pembangunan secara berskala baik di
tingkat Regional, Nasional maupun Internasional;
c. Ditawarkan ke media-media eletronik yang memperkenalkan daya tarik
wisata suatu wilayah/desa dan memperkenalkan khazanah budaya-budaya
masyarakat Indonesia.
90
2. Mengembangkan moda transportasi
a. Mengadakan moda transportasi umum yang menuju lokasi desa wisata;
b. Membangun shelter-shelter moda transportasi umum di Ibukota
Provinsi, Kabupaten/Kota.
3. Pembangunan PSD Perkim desa wisata yang padu serasi
a. Meningkatkan jalan lingkungan dan jalan poros desa;
b. Membangun sarana dan prasarana persampahan (bak-bak sampah
terpilah, sarana 3R);
c. Membangun sarana air bersih;
d. Membangun saluran-saluran guna mengantisipasi daerah genangan air;
e. Meningkatkan fungsi irigasi perdesaan;
f. Membangun rumah-rumah warga, melalui fasilitas KPR perumahan
swadaya bagi masyarakat desa yang mampu , dan program bedah
rumah bagi masyarakat desa Pra KS.
4. Pembentukan koperasi desa wisata
a. Mendorong pertumbuhan usaha masyarakat;
b. Memasarkan komuditas dan produk-produk olahan masyarakat;
c. Mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan.
5. Penyusunan pembangunan Investasi Desa Wisata Ramah Lingkungan
a. Menyusun dokumen pengpembangunan desa yang berkesinambungan
dan berkelanjutan berdasarkan hasil Musrenbangdes;
b. Mengusulkan program-program pembangunan masyarakat secara
berskala dan sesuai dengan aspirasi masyarakat;
91
c. Mengusulkan program pembangunan yang tetap memperhatikan
kearifan lokal.
6. Pengembangan kapasitas SDM lokal menjadi SDM terampil
a. Mengadakan pelatihan-pelatihan pemandu wisata;
b. Mengadakan pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas hasil kerajinan
masyarakat;
c. Mengadakan pelatihan-pelatihan pemasaran produk-produk kreatif
yang dihasilkan oleh masyarakat.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan
menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian ini, penelitian mengenai
strategi pengembangan pariwisata Desa Sawarna, peneliti menggunakan analisis
SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran yang berguna atas komponen-
komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi untuk
menjamin dapat berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang efektif
mencakup hubungan yang konsisten yang terdiri dari faktor-faktor strategis yaitu
strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah organisasi. Langkah
penentuan strategi ini yaitu; pertama, peneliti menentukan faktor-faktor yang
termasuk dalam strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah
organisasi pengelola Desa Sawarna. Kedua, peneliti mencocokan peluang-peluang
dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi tertentu dengan
92
kekuatan dan kelemahan internalnya dalam Matriks SWOT (dikenal juga dengan
TOWS), untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis. Analisis
internal diperlukan dalam menyusun strategi untuk memaksimalkan kekuatan dan
meminimalkan kelemahan.
Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata
dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data atau hasil
dokumentasi lainnya. Kata-kata dan tindakan informan merupakan sumber utama
penelitian. Sumber data dari informan dicatat dengan menggunakan alat tulis dan
direkam melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber data
sekunder yang didapatkan peneliti berupa dokumentasi seperti dokumen-dokumen
Profil Desa Sawarna, pengembangan pariwisata Desa Sawarna, dan PNPM
Mandiri Pariwisata sebagai bantuan Desa Wisata Sawarna yang merupakan data
mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-
foto terebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan desa
wisata.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi dilakukan reduksi data untuk mendapatkan tema dan
polanya serta diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban
yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta
dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, untuk
93
mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode
pada aspek tertentu, yaitu :
a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan.
b. Kode , , , , dan seterusnya menunjukkan daftar urutan pertanyaan.
c. Kode I menunjukkan informan.
d. Kode , , , menunjukkan daftar urutan informan dari kategori
Pengelola Desa Sawarna
e. Kode , , , , menunjukkan daftar urutan informan dari kategori
Instansi yang terdiri dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak dan Pemerintah
Provinsi di bidang kepariwisataan
f. Kode , menunjukkan daftar urutan informan kategori masyarakat
yaitu dari masyarakat lokal dan wisatawan.
g. Kode P menunjukkan Peneliti
Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, langkah selanjutnya
adalah penyajian data, dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk
dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data
penelitian. Data-data tersebut kemudian dipilih-pilih dan disisikan untuk disortir
menurut kelompoknya dan disusun sesusai dengan kategori yang sejenis untuk
ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk
kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.
Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data
dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data telah dilakukan
94
peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil
ketika peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh.
4.2.2 Data Informan Penelitian
Pada penelitian ini, mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa
Sawarna Adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-
orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik
pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator, pelaksana langsung
pariwisata di sawarna, serta pihak lainnya yang terlibat dalam pengembangan
wisata sawarna. Pelaksana langsung desa wisata yang dijadikan informan dalam
penelitian ini adalah Kepala Desa Sawarna, Sekertaris Desa Wisata Sawarna
(Fasilitator Desa Sawarna), Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Sawarna, dan
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Pemerintah Daerah yang
terkait dalam penelitian ini sebagai informan adalah Kepala Bidang Destinasi
Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak Bidang Pariwisata yaitu terdiri dari
Kepala Bidang Pariwisata, Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata,
Kepala Seksi Jasa dan Usaha Pariwisata. Masyarakat lokal yang menjadi informan
adalah masyarakat yang mendukung kegiatan pariwisata yaitu kelompok kegiatan
kerajinan dan kelompok kuliner, kelompok homestay, dan masyarakat sekitar
yang tinggal di sekitar obyek wisata, serta wisatawan yang berkunjung ke Desa
95
Sawarna. Adapun informan-informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tebel
berikut ini.
Tabel 4.5
Informan Penelitian
No Informan Status Informan (SI) Jenis
Kelamin Usia
Kode
Informan
(I)
1 Suhanda, S.IP Kepala Desa Sawarna Laki-laki 45 2 Lili Suheli Sekretaris Desa Sawarna Laki-laki 40 3 Ndan Nuradi Ketua Kelompok Sadar
Wisata (POKDARWIS) Desa Sawarna
Laki-laki 40
4 Zaenal Mustofa, S.Pd
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sawarna
Laki-laki 38
5 Drs. Oman Nurohman, M.Si
Kepala Bidang Pariwisata Disporapar Kab. Lebak
Laki-laki 48
6 Sri Wahyuni Kepala Seksi Promosi Pariwisata Disporapar Kab.Lebak
Perempuan 52
7 Muslimah Kepala Seksi Usaha dan Jasa Disporapar Kab. Lebak
Perempuan 54
8 A. Sapta Gumelar, S.Sos, MM
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
Laki-laki 56
9 Danu Miharja Pembuat Kuliner Khas Desa Sawarna yaitu Pisang Sale
Laki-laki 63
10 H. Abad. S Pengrajin Ukiran Kayu Laki-laki 54
11 Iqbal Taufiq Pengrajin Ukiran Kayu Laki-laki 26
12 Ade Pengrajin Gitar Laki-laki 40
13 Nina Mulyati Pengelola Homestay Perempuan 32
14 Reifky Syahmi Wisatawan Laki-laki 22
(Sumber, Peneliti 2015)
96
4.3 Pembahasan
Pembahasan dan analisa dalam penelitian ini merupakan data dan fakta
yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang
peneliti gunkaan yaitu analisis SWOT. Dimana dalam analisis SWOT dapat
menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna Analisis SWOT membantu memilih strategi alternatif
untuk mengembangkan Pariwisata di Sawarna.
4.3.1 Strengths (kekuatan)
Stengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor
yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal-hal positif yang menjadi kekuatan
dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari
luar, strengths biasanya berisi manfaat organisasi, anggaran organisasi, Sumber
Daya Manusia (SDM), kemampuan teknologi. Tujuan dari penilaian kekuatan
dalam organisasi ialah untuk melihat keunggulan dari suatu organisasi agar dapat
mengurangi kelemahan dan menutupi ancaman agar dapat mencapai tujuan
organisasi tersebut.
Struktur Perekonomian Kabupaten Lebak, sektor usaha jasa pariwisata dari
perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2008 mencapai angka sebesar Rp.
856.074.000.000.-. PDRB Kabupaten Lebak hingga saat ini masih didominasi
Sektor Pertanian. Kontribusi retribusi dari sektor objek wisata pada tahun 2008
hanya memberikan kontribusi sebesar Rp. 50.000.000.- , dan pada tahun 2013
sebesar Rp 160.000.000,- antara lain dari Pantai Karang Taraje, pemandian Tirta
97
Buana Lebak, Gor Ona, Pantai Bagedur, Pantai Binuangeun, Pantai Cibobos dan
Pantai Pulau Manuk. Melalui penataan dan pengembangan pariwisata di dalam
upaya meningkatkan sekaligus menciptakan rasa aman bagi para wisatawan baik
domestik maupun mancanegara berkunjung ke objek – objek wisata, alam, pantai
dan wisata budaya di Kabupaten Lebak.
Pariwisata Kabupaten Lebak secara terus menerus melaksanakan
pengembangan dan menggali potensi wisata dengan pengembangan destinasi
objek wisata merupakan langkah–langkah yang ditempuh, agar dapat memberikan
kontribusi bagi pendapatan daerah sehingga kelangsungan pembangunan dibidang
kepariwisataan terus berjalan sesuai dengan tuntutan pembangunan daerah dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Desa Sawarna memiliki potensi alam yang sangat indah yaitu dapat dilihat
dari wisata alamnya yang berupa pantai, goa, perbukitan, dan persawahan.
Suasana nyaman dan nmasih nuansa pedesaan membuat daya tarik tersendiri
untuk wisatawan kota yang berkunjung untuk menikmati suasana yang berbeda
dari perkotaan. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Sawarna punya potensi alam yang sangat indah yang sekarang kita manfaatkan jadi daya tarik pariwisata buat ningkatin ekonomi masyarakat yang ada disini. Potensi wisata alam jadi andalan kita sekarang kaya banyak wisatawan yang dateng berkunjung ke pantai pasir putih karena ngerasa masih asri dan nyaman banget belum terlalu ramai”. (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35)
Potensi alam yang indah di Desa Sawarna menjadi daya tarik utama
wisatawan untuk datang berkunjung dan meningkatkan perekonomian masyarakat
98
sekitar yang berpenghasilan di bidang jasa atau usaha di sekitar lokasi wisata di
Desa Sawarna.
Tabel 4.6
Potensi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sawarna
No Jenis ODTW Nama ODTW Karakteristik
1 Pantai Ciantir/Pasir Putih Pasir Putih, sebagian kecil karang,
landai, ombak sedang – besar
Pulo Manuk Pasir Putih, Ombak Besar –
Sedang
Tanjung Layar Pasir Putih, karang-karang, dua
karang besar, icon Sawarna
Karang Taraje Karang-karang, pepohonan perdu
Legon pari Pasir putih, sebagian kecil karang,
ombak sedang – besar, sunrise
yang indah
Karang Bokor Ombak yang besar – sedang,
karang besar
2 Goa Langir Dipinggir pantai
Lalay Stalakmit, goa horizontal, kondisi
yang lembap
Sikadir Goa horizontal
Camaul Goa horizontal
Harta Karun Goa horizontal, mulut goa yang
lebar, kondisi yang lembap,
terdapat aliran air
Seribu Candi Bentuk stalakmit, goa horizontal,
mulut goa yang lebar, panjang goa
± 30 m.
(Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2014)
99
Program pengembangan pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata kabupaten Lebak yaitu :
1. Pembinaan Kesenian Daerah (sebagai penunjang pemasaran Pariwisata).
2. Promosi Pariwisata tingkat Propinsi dan Nasional
3. Pembangunan WC, Ruang mandi dan Pagar ODTW Air Panas Cipanas
4. Pengadaan Sarana Penyelamat Pantai berupa 2 set Perahu Karet berikut
kelengkapannya peruntukan ODTW Sawarna dan Bagedur
5. Diklat Resque Beach yang diikuti oleh ODTW Sawarna dan Bagedur.
6. Pengadaan homestay di Sawarna
7. Pemilihan Saija dan Adinda
Pengembangan Wisata Sawarna yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga
dan pariwisata Kabupaten Lebak, seperti yang disampaikan adalah sebagai
berikut :
“Buat ngembangin Desa Wisata Sawarna kita bangun sarana dan prasarana yang ada di sekitar obyek wisata utama kaya homestay dan tempat kuliner, tempat kontrol penjaga pantai, perbaikan jalan menuju tempat wisata, dan pelatihan-pelatihan penjaga pantai, kuliner, cinderamata. Buat ngembangin wisata Sawarna kita juga engga sendiri kita juga di bantu Provinsi dan Desa.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab. Lebak, tanggal 3 September 2015 pukul 11.10 WIB)
Peran Pemerintah Daerah membantu untuk mengembangkan wisata
Sawarna dengan membantu pengadaan sarana dan prasarana untuk menggali
potensi wisata alam di Sawarna.
Lingkungan di Desa Sawarna yang asri dan nyaman menjadi kekuatan
bagi pariwisata yang ada di Sawarna untuk menarik perhatian kunjungan
100
wisatawan. Pemerintah Daerah membantu mengembangkan wisata Sawarna guna
memberikan dampak kenyamanan bagi wisatawan dengan memanfaatkan keasrian
lokal dan tidak merusaknya. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Sawarna sekarang menjadi pariwisata andalan di Lebak bahkan di Indonesia saat ini. Potensi alam yang sangat eksotis dan susasana desa yang masih asri dan nyaman menjadi salah satu alasan Sawarna banyak dinikmati wisatawan. Kita meningkatkan sarana dan prasarana di lokasi wisata yang tersebar di Sawarna untuk menggali potensi wisata Sawarna”. (wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB)
Seperti yang disampaikan yang menyatakan bahwa Desa Sawarna
memiliki suasana yang asri dan nyaman sehingga menjadi kekuatan desa untuk
menarik minat wisatawan yang berkunjung. Pembangunan dan pengembangan
pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang
merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.
Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna sangat menjaga keaslian dan keunikan
lingkungannya, sehingga pembangunan pariwisata tidak merusak kebudayaan dan
keaslian lingkungan di Sawarna.
Masyarakat Desa Sawarna memiliki sikap yang ramah dengan wisatawan.
Salah satu karakteristik pariwisata ialah memiliki sikap masyarakat yang ramah
karena masyarakat lokal yang menerima dan melayani wisatawan yang datang
berkunjung sehingga dapat membuat wisatawan nyaman datang untuk berwisata.
Salah satu implementasi konsep desa wisata di Desa Sawarna ini adalah dengan
adanya homestay yang berasal dari rumah warga, wisatawan dapat menginap di
rumah warga yang disewakan sehingga dapat tinggal bersama warga desa dan
101
dapat memberi pengetahuan yang luas mengenai kebiasaan dan kehidupan
masyarakat Desa Sawarna. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Warga sini sudah terbiasa dengan kedatangan wisatawan sekarang dan mereka juga nyambut wisatawan yang dateng kesini dengan ramah, karena mereka tau dengan datengnya wisatwan itu dapat memberikan penghasilan buat mereka”. (Wawancara di pos retribusi menuju pasir putih, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 14.30 WIB)
Berdasarkan pernyataan oleh bahwa masyarakat Desa Sawarna sudah
bisa menerima kehadiran wisatawan dengan baik dan ramah karena dengan
meningkatnya wisatawan yang berkunjung maka dapat meningkatkan
perekonomian mereka.
Pemilik Homestay atau penginapan yang ada di Desa Sawarna adalah
masyarakat lokal sendiri. Masyarakat lokal memanfaatkan pariwisata yang ada
dengan membangun usaha dan jasa disekitar lokasi obyek wisata untuk
meningkatkan perekonomian mereka. Partisipasi masyarakat yang tinggi membuat
pengembangan wisata Sawarna semakin maju karena salah satu prinsip
pengembangan pariwisata pedesaan adalah melibatkan masyarakat lokal dalam
pembangunan pariwisata di wilayahnya.
Partisipasi masyarakat lokal menjadikan sasaran utama dari
pengembangan desa wisata, dengan adanya partisipasi yang tinggi dari
masyarakat lokal maka desa wisata akan berjalan sesuai dengan kearifan lokal dan
budaya tanpa harus merubah struktur desa atau daya tarik utama desa. Tingkat
parstisipasi yang tinggi dari masyarakat lokal Desa Sawarna menjadi sebuah
peluang yang besar dalam pengembangan Desa Wisata, seperti yang disampaikan
, yang menyatakan sebagai berikut :
102
“Pariwisata di Desa Sawarna ini sangat memberikan dampak positif untuk warga desa, apalagi setelah ditetapkan sebagai desa wisata.Warga sini sangat memberikan respon positif, banyak warga sini yang mencari nafkah dari pariwisata. Kaya warga sini yang rumahnya deket pantai gitu dia bikin homestay atau rumah mereka dijadiin penginapan, juga banyak warung-warung yang ada di pinggir pantai, terus juga ada yang bekerja lewat pemberian jasa kaya jadi tukang ojek atau guide. Sekarang mah banyak warga sini yang terlibat di bidang pariwisata dan malahan bisa jadi penghasilan pokok mereka ya dari situ” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna mendapat respon positif dari masyarakat desa.
Partisipasi masyarakat Desa Sawarna yang tinggi menjadikan peluang yang besar
dalam pengembangan Desa Sawarna. Karena salah satu sasaran dari
pengembangan desa wisata adalah terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan
maupun pengembangan desa wisata. Seperti yang disampaikan yang
menyatakan sebagai berikut :
“Kita senang sekarang Sawarna sudah ngembangin pariwisata soalnya emang disini kan potensi wisatanya emang tinggi banget bukan cuman dari pantai tapi juga ada goa terus juga ada wisata sejarahnya malahan. Saya setuju banget dengan Sawarna dijadiin Desa Wisata beratikan desa ini udah jadiin pariwisata sebagai prioritas buat nambak penghasilan kita warga sini. Saya disini sekarang mencari nafkah ya lewat homestay, saya sengaja bangun homestay di deket pantai sini soalnya saya tau sekarang udah banyak banget orang yang tau tentang Sawarna dan pengen dateng kesini, banyak wisatawan yang dateng kesini setiap hari liburan bukan dari wisatawan yang dari Jakarta aja tapi juga banyak yang dari luar negeri. Kalau kata orang bule mah disini ombaknya bagus jadi mereka tertarik buat surfing.” (Wawancara di homestay yang terletak di dekat Pantai Pasir Putih, tanggal 30 Agustus 2015 pukul 14.15 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa pariwisata di Desa
Sawarna sudah menjadi penghasilan utama mereka, sehingga masyarakat Desa
103
Sawarna pun memberikan partisipasi yang tinggi dalam pengembangan desa
wisata. Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan
pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan. Masyarakat Desa Wisata
Sawarna memberikan usaha taupun jasa pelayanan kepada wisatawan yang
berkunjung untuk merasakan kenyamanan berwisata ke Sawarna.
Tabel 4.7
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-Des) DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH
TAHUN 2013 - 2016
No
Bidang / Jenis Kegiatan Sasaran/
Mamfaat Waktu
pelaksanaan
Biaya dan sumber biaya
Sarana dan Prasarana Kp. Jml (Rp) sumber
1 3 6 13 14 15 16 1 Pengerasan
Jl.Lingkungan Sangko – Cisujen
Masy Petani 2013 20.000.000 APBD dan Swadaya
2 Rehab Jembatan Semi Permanen
Cikaung-Cibeas Masy Desa 2013 50.000.000 APBD dan
Swadaya 3 Pembangunan
sarana air bersih Mata air ciwedus
Masy Petani 2013 250.000.000 PNPM
4 Pemansangan Bronjong
Leles Masy Desa 2014 265.000.000 PNPM
5 Pemasangan Bronjong
Cikaung Masy Desa 2014 350.000.000 APBD dan Swadaya
6 Rabat beton Jl. Lingkungan
Tari Kolot Masy Lingkungan
2013 10.000.000 APBD san APBDES
7 Rabat beton Jl.Lingkungan
Cihaseum Masy Lingkungan
2013 10.000.000 APBD dan Swadaya
8 Irigasi Cipanas Masy petani 2014 87.000.000 APBD dan Swadaya
9 Irigasi Cibarengkok Masy Petani 2014 189.000.000 PNPM 10 Rehab Jembatan
Gantung Leles Masy Desa 2013 30.000.000 APBD dan
Swadya 11 Rehab Jembatan
Gantung Cikaung Masy Desa 2013 120.000.000 APBD dan
Swadaya 12 Paving Blok
Jln.Wisata Cikaung Masy Desa 2013 450.000.000 APBD dan
Swadaya 13 Telford Jl. Poros
Dusun Tari Kolot Masy Desa 2013 20.000.000 APBD dan
Swadaya 14 Telford Jl. Poros
Dusun Cihaseum Masy Petani 2013 10.000.000 APBD
104
15 Telford Jl. Ke Legon Pari
Leles Masy Petani 2013 25.000.000 APBD dan Swadaya
16 Rehab Gorong-gorong
Cibarengkok Masy.Lingkungan
2013 12.500.000 APBD dan APBDES
17 Telford Jl. Lingkungan
Kp.Baru Masy.Lindkungan
2014 10.000.000 APBD dan Swadaya
18 Rabat Beton Jl. Lingkungan
Cibeas-cisujen
Masy.Lingkungan
2014 35.000.000 APBD dan Swadaya
19 Telford Jl. Lingkungan
Sangko-cibarengkok May.Petani 2014 25.000.000 APBD dan
Swadaya 20 Pembangunan
sekretariat RT/RW
Menyebar Pewlayanan Masyarakat 2013-2016 60.000.000 APBDEs dan
Swadaya
21 Penataan Objek Wisata Goa Langir
Cihaeum Wisatawan dan Masy Desa
2014 75.000.000 APBD dan Swadaya
22 Penataan Objek Wisata Goa Lalay
Cipanas Petani dan Wisatawan 2013 25.000.000 APBD dan
Swadaya
23 Penataan Objek Wisata Ziarah
Cihaseum Masy.Desa 2015 36.000.000 APBD
24 Penataan Wisata Ciantir-Tj. Layar
Cikaung Masy. Desa dan Wisatawan
2013 95.000.000 APBD
25 Pembangunan jembatan Permanen
Pantai Ciantir
Masy. Desa dan Wisatawan
2013 960.000.000 APBD I
26 Penataan Lapangan Olah Raga
Gempol dan Cibeas Masy Desa 2013 30.000.000 APBD dan
swadaya
27 Pembangunan Gedung serba guna
Gempol Msy. Desa 2015 97.000.000 APBD dan APBDES
(Sumber : RPJMDes Desa Sawarna Tahun 2013-2016) Pengelolaan pariwisata Desa Sawarna seutuhnya dipegang langusng oleh
Pengelola Desa Sawarna yaitu Kepala Desa dan aparaturnya dengan dibantu oleh
Pemerintah Daerah untuk mengembangkan pariwisata Desa Sawarna. Tidak ada
pihak swasta yang ikut terlibat dalam pembangunan dan pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna. Hal terebut menjadi kekuatan bagi Desa Sawarna
karena dapat mengelola dan memanfaatkan pengembangan pariwisata dengan
baik dan leluasa tanpa adanya campur tangan pihak swasta.
105
Dana pembangunan Desa Sawarna berasal dari dana APBD Provinsi,
APBD Kabupaten, APBD Desa dan swadaya masyarakat dengan tujuan
membangun Desa Sawarna baik dalam bidang Sarana dan Prasarana, Pendidikan,
Kesehatan, maupun Sosial dan Budaya. Pembangunan desa dilakukan dengan
melihat prioritas yang dibutuhkan untuk masyarakat desa dan pengembangan
pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan.
4.3.2 Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan merupakan kondisi kekurangan yang terdapat didalam
organisasi. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi. Kelemahan Desa Sawarna dilihat dari kekurangan yang ada
dalam Pengelolaan dan Pengembangan Desa Sawarna yang dapat menghambat
pengembangan pariwisata.
Pengadaan sarana dan prasarana di obyek wisata merupakan kegiatan
Dinas pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak yang tertuang dalam
Rencana Strategi (Renstra) tahun 2014-2018. Dalam pelaksanaannya belum
optimal yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
dalam pengadaan sarana dan parasarana di obyek tujuan daerah wisata. Seperti
yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Bantuan pengadaan sarana dan prasarana yang didapat disini dari Dinas Lebak belum maksimal kalau kata saya. Wc umum gratis belum ada, tempat sampah juga cuman ada di beberapa titik doang. Bantuan yang ada baru ada homestay yang katanya lagi masa pembangunan terus juga tempat pemantau penjaga pantai yang bisa ade liat di pinggir pantai. Kalau bantuan sarana dan prasarana disini juga didapat dari Provinsi terus juga ada dari swadaya masyarakat sekalian masyarakat juga berjualan disana. Kalau kondisi jalan menuju tempat wisata Alhamdulillah udah rapi
106
dan bagus jalannya.” (wawancara di rumah pribadi pak Sekertaris Desa, tanggal 15 September 2015 pukul 22.30 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa kurangnya pengadaan
sarana dan prasarana penunjang wisata Sawarna. Sarana dan prasarana
pengunjang wisata Sawarna yang kurang diantaranya adalah tidak adanya WC
umum gratis untuk pengunjung, lahan parkir yang kurang, tidak adanya Musolah,
dan tempat sampah yang minim disekitar lokasi wisata. Selanjutnya pendapat
yang disampaikan dari adalah sebagai berikut :
“Untuk pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan rencana Strategi tahun 2014-2018 kita adain pemberian homestay untuk kawasan wisata sawarna, pos pengawas pantai bagedur dan sawarna, ada juga pengadaan tempat sampah. Kita si belom bisa ngasih pembangunan sarana di obyek wisata yang ada di Lebak dengan maksimal balik lagi dana anggaran yang dikit yang kita punya.” (wawancara di Ruangan Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 1 September 2015 pukul 11.20 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan , Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak belum maksimal dalam pengadaan sarana dan
parasarana untuk daerah obyek wisata ataupun desa wisata dikarenakan anggaran
dana yang terbatas. Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak
merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah
apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga
menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang dilakukan dalam
rangka pengembangan desa seperti penambahan sarana jalan setapak, penyediaan
MCK, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan senitasi lebih ditujukan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat
dikunjungi dan dinikmati wisatawan.
107
Promosi pariwisata menjadi langkah utama keberhasilan suatu obyek
wisata yang ada di suatu daerah. Promosi yang dilakukan oleh Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak menjadi program prioritas yang saat
ini dilakukan dalam pengembangan pariwisata di Lebak. Seperti yang
disampaikan oleh yang menyatakan sebagai berikut :
“Sekarang kita lagi gentar untuk melakukan promosi pariwisata Lebak soalnya salah satu cara pariwisata tetap berkembanga ya dengan terus melakukan promosi. Promosi yang dilakukan kita itu dengan melakukan pameran di tingkat Provinsi atau Nasional kaya acara MTQ di tingkat Provinsi tanggal 13 maret 2015, pameran di JCC tingkat Nasional tanggal 14-17 maret 2015, dan pameran di ITEC Bandung tanggal 20-23 September 2015. Kita juga ada pemilihan Seja Adinda buat mewakili Lebak untuk promosiin pariwisata atau kebudayaan disini. Ohiya kita juga promosi lewat website buat yang pengen tau tentang apa aja si yang ada di Lebak, obyek apa aja yang bisa didatengin nah tinggal online juga bisa, tapi yang ngelola website parwisata di Lebak bukan kita soalnya kita masih kurang orang yang berkemampuan mengelola IT. Kalau buat kawasan wisata Sawarna itu juga kita terus promosiin apalagi sekarang emang lagi buming yah banyak wisatwan yang pada pengen berkunjung kesana. Ya kita promosiin sawarna juga sama kaya tempat wisata lainnya.” (wawancara di Ruangan Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 1 September 2015 pukul 11.20 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan , promosi yang
dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata di Kabupaten Lebak yaitu
dengan cara mengikuti pameran di tingkat Provinsi atau Nasional, Pemilihan Seja
Adinda yang mempromosikan kekayaan kebudayaan dan pariwisata Kabupaten
Lebak keliling Nusantara.
Promosi yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dalam fokus mengembangkan pariwisata Sawarna masih
kurang. Tidak adanya promosi pada media elteronik seperti via website resmi
108
yang dikelola Pemerintah Daerah dan juga pengelola Desa Sawarna menjadi
kelemahan Desa Sawarna pada sistem pemasaran melalui promosi.
Promosi Desa Wisata Sawarna melalui media eletronik dikelola langsung
oleh pengelola Desa Sawarna, tetapi ketidakmampuan Pengelola Desa menjadikan
promosi tidak berjalan dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh yang
menyaakan sebagai berikut :
“Untuk promosi pariwisata di Sawarna ya kita lewat acara-acara yang biasanya di undang oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat, terus juga ada lewat website walaupun masih standar soalnya dikita belum banyak ngerti gimana cara menggunakan media eletronik. Ohiya tapi ade juga bisa lihat sendiri kalo buka di internet klikaja kata Sawarna pasti banyak yang muncul soalnya kaya wisatawan yang datang berkunjung mereka suka banyak bikin tulisan gitu di internet tentang perjalanannya ke Sawarna dan ada apa aja tempat wisata di Sawarna yang wajib di kunjungin.” (wawancara di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).
Berdasarakan hasil wawancara dengan , bahwa promosi yang
dilakukan pengelola Desa Sawarna terkait pengembangan pariwisata
diwilayahnya yaitu dengan cara mengikuti undangan acara kepariwisataan yang
daiadakan Pemerintah Daerah ataupun Pemerintah Pusat, tetapi masih terdapat
kendala pada promosi melalui media eletronik karena keterbatasan kemampuan
sumber daya manusianya.
Pengelola pariwisata langsung adalah masyarakat yang tinggal di obyek
wisata yang bertugas sebagai pelaksana perkembangan pariwisata yang ada
didaerahnya dengan berpedoman pada kebijakan yang dibuat pemerintah daerah.
Koordinasi antar/lintas instansi yang optimal membuat pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan dengan efektif. Permasalahan yang dihadapi adalah belum
109
optimalnya koordinasi antar Pemerintah Daerah dengan pengelola pariwisata.
Seperti yang disampaikan oleh sebagai Kepala Desa Sawarna adalah sebagai
berikut :
“Dinas Pariwisata Lebak sih jarang kesini, yang sering biasanya dari provinsi. Buat pembangunan Desa Wisata Sawarna ini kita masih kurang koordinasi sama Dinas Pariwisata Lebak. Kaya buat program pembangunan jalan yg ke pasir putih gitu aja Dinas Pariwisata Lebak engga banyak terlibat.Tapi kita setiap tiga bulan sekali melaporin kunjungan wisatawan yang datang dan mengasih retribusi pengunjung yang dateng ke obyek wisata yang ada disini setiap bulannya.” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa koordinasi yang
dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dengan
pengelola Desa Wisata Sawarna belum optimal. Hal ini yang menjadi kelemahan
bagi pelaksanakan pengembangan pariwisata. Pada level birokrasi yang selama ini
dilakukan pemerintah daerah seharusnya menindaklanjuti dengan adanya
kejelasan regulasi terkait dengan pengembangan pariwisata dan usulan penetapan
forum komunikasi obyek wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani
hubungan antara masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia
usaha/swasta. Instansi terkait khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu
lebih mengintensifkan pembinaan secara berskala setiap bulan sekali dan
memfasilitasi pertemuan bagi forum komunikasi desa wisata agar benar-benar
dapat memberikan manfaat dalam rangka koordinasi bersama dan ajang berbagi
pengalaman dari masing-masiang desa wisatanya.
Pengembangan pariwisata tidak lepas dari orang-orang yang terlibat
sebagai pengelola wisata baik yang berasal dari masyarakat lokal atau aparatur
110
daerah. Salah satu mengembangkan pariwisata yang ada di daerah ialah dengan
memberikan pembinaan langsung dan pelatihan ketrampilan bagi masyarakat
lokal yang terlibat kedalam pengembangan pariwisata. Pada Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak belum melaksanakan pembinaan dan
pelatihan bagi pegawainya ataupun pengelola wisata dengan baik. Seperti yang
disampaikan oleh , adalah sebagai berikut :
“Kalau pembinaan kita pernah ada dari Dinas Pariwisata Lebak, tapi cuman sekali dalam setahun itu juga bahkan setahun kita engga ada kegiatan dari Dinas Pariwisata Lebak. Nah malahan kita lebih sering pembinaannya dapat dari Provinsi, kaya pembinaan pengelolaan pariwisata gitu terus juga yang ini bisa jadi desa wisata terbaik sebenernya lebih diurus sama Provinsi, kalau dari Dinas Lebak mah cuman sesekali aja gitu. Dinas Pariwisata Lebak pernah ngadain pelatihan kuliner lagi itu di rangkas dan ada perwakilan kita yang ikut terus juga kemarin baru-baru ini ada pelatihan keamanan pantai.Tapi kalo menurut saya masih kurang pembinaan dan pelatihan yang diberikan Dinas Pariwisata Lebak, jadi kita disini mencoba memaksimalkan masyarakat yang pernah ikut pembinaan gitu buat ngebantu masyarakat lain yang kurang paham tentang pariwisata. Menurut saya perlu banget adain pelatihan ketrampilan gitu di masyarakat sini soalnya kan kalo di lihat konep desa wisata itu masyarakat lokal bisa ngejual keunikan dari desanya, langkahnya itu ngebangun ketrampilan masyarakat sini supaya bisa bikin kerajinan atau kuliner Sawarna supaya bisa jadi daya tarik sendiri buat wisatawan yang datang.” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).
Berdasarkan hasil wawancara dengan menyatakan bahwa kurangnya
pembinaan dan pelatihan yang didapatkan pengelola Wisata Sawarna dari Dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Pembinaan dan pelatihan
lebih banyak didapatkan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten.
Perlunya pembinaan yang didapatkan pengelola pariwisata agar pengelola
pariwisata di lapangan dapat membantu mengembangkan desa wisata dengan
111
baik, selanjutnya pelatihan ketrampilan untuk masyarakat lokal diharapkan
masyarakat lokal dapat merasakan dampak positif dari pembangunan pariwisata
di daerahnya sehingga bisa merasakan manfaatnya bersama dan
menyejahterahkan kehidupan mereka.
Pembinaan dan pelatihan yang belum optimal dilakukan Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak disebabkan minimnya anggaran.
Seperti yang disampaikan oleh yang menyatakan sebagai berikut :
“Cara kita ngembangin desa wisata di Sawarna dengan ngasih pembinaan buat orang desanya yang terlibat dalam mengelola desa wisata, terus juga ngadain pelatihan kaya pelatihan kuliner yang beberapa bulan lalu yang kita adain disini di rangkas buat perwakilan pengelola pariwisata yang ada di obyek wisata tersebut. Kendala kita sekarang kita engga bisa ngadain pelatihan secara berskala soalnya dana kita yang hanya sedikit. Jadi palingan yang ngadain pelatihan gitu ya dibantu dari Provinsi. Kalo pelatihan buat pegawai yang ada disini biasanya kita ikut pelatihan yang diadain provinsi, jarang kita ngadain pelatihan sendiri buat pegawai yang ada disini ya itu tadi karena terbenturnya dana”. (wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan , bahwa Dinas Pemuda Olahraga
dan Pariwisata belum optimal dalam pemberian pembinaan dan pelatihan bagi
pengelola pariwisata yang ada di obyek wisata ataupun pengelola wisata Sawarna
dan juga belum optimal dalam pemberian pelatihan ketrampilan bagi masyarakat
lokal yang berada di sekitar obyek wisata. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
juga belum mampu memberikan pelatihan untuk pengembangan kemampuan
pegawai dikarenakan minimnya anggaran. Pelatihan yang didapatkan pegawai
hanya berasal dari Pusat ataupun Provinsi.
112
Desa Sawarna memiliki kerajinan dan kuliner asli dari masyarakat
setempat yang dapat dikembangkan dan dapat dijadikan buah tangan untuk
wisatawan yang berkunjung, tetapi sayangnya di Desa Sawarna ini belum ada
tempat untuk masayarakat lokal memasarkan hasil karya kerajinan dan kuliner asli
mereka. Seperti yang disampaikan sebagai berikut :
“Kita disini memproduksi pisang sale doang, pisang sale ini makanan khas sini, kita udah pernah pamerkan di tingkat provinsi. Kita engga ngejual di deket pantai soalnya belum ada tempat, kalau ada kita pengen banget malahan, biar wisatawan yang datang ke Sawarna tahu kalau ada makanan khas sini dan bisa jadi oleh-oleh buat mereka. Kita memproduksi kalau ada pemesanan dan pengiriman barang aja ke kota. Saya sih kurang tahu kenapa belum ada tempat yang dijadiin sebagai pusat oleh-oleh disini. Padahal kalau ada tempat pusat oleh-oleh disini kan bisa nambah perekonomian warga sini kaya yang tadinya diem aja di rumah bisa ikut kerja buat ngebantuin memproduksi soalnya kan pasti dibutuhin pisang yang banyak, apalagi kalau liburan panjang rame pengunjung wisata yang datang”. (Wawancara dirumah produksi pisang sale di Kp. Cibeas, tanggal 16 September 2015 pukul 08.40 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa masyarakat lokal belum
mendapatkan kesempatan untuk menjualkan hasil produksinya sebagai kuliner
khas Desa Sawarna ke wisatawan yang berkunjung ke Sawarna. Masyarakat
sangat berharap untuk adanya tempat penjualan hasil karya masyarakat Desa
Sawarna sebagai oleh-oleh untuk wisatawan.
Belum tersedianya fasilitas pemasaran hasil karya Desa Sawarna yang
berupa kerajinan dan kuliner menjadi suatu ancaman dalam mengembangkan
Desa Wisata Sawarna untuk memberdayakan masyarakat lokal. Tanggapan yang
disampaikan adalah sebagai berikut :
“Untuk saat ini kita memang belum ada tempat untuk berjualan kerajinan dan kuliner Khas Sawarna kaya ukiran kayu, gitar,
113
pisang sale, dan lainnya. Tapi kalo ade ke pantai juga udah bisa beli oleh-oleh ada yang jual pakaian yang tulisan Sawarna disana. Bener sih emang harus ada kaya oleh-oleh yang berasal dari warga sini juga biar bisa nambah penghasilan mereka, soalnya kalo yang jual pakaian di pantai itu bukan produksi dari kita tapi dari Bandung.”(Wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35)
Berdasarkan hasil wawancara bahwa untuk saat ini belum ada fasilitas
penunjang hasil karya masyarakat asli Desa Sawarna dalam memasarkan hasil
karya mereka, yang saat ini dapat dilihat di lokasi obyek wisata adalah berasal
dari pihak swasta atau bukan produksi masyarakat Desa Sawarna.
Pendapat yang sama disampaikan adalah sebagai berikut :
“Rencana kita akan buka galeri di depan sini, karena ini kan didepan jalan ya semoga saja ramai pembeli. Sebetulnya saya juga sangat sayangin engga ada tempat buat orang kita memasarkan hasil karya tangan sendiri, padahalkan punya nilai jual sendiri pastinya di mata wisatawan.Disini itu ada tempat pembuatan gitar yang udah terkenal kemana-mana, tapi sayangnya emang disini itu SDM nya belum pada siap untuk ngembangin usahanya di bidang pariwisata, jadi butuh kerja sama dan pembangunan ketrampilan masyarakat sini agar sadar wisata.” (wawancara di Rumah Ketua LPM Desa Sawarna Kp. Cibeas RT01/RW01, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 13.40)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) Desa Sawarna berencana untuk membangun fasilitas
pemasaran produk asli masyarakat Desa Sawarna, dengan begitu diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat dan masyarakat dapat terberdaya melalui
pengembangan pariwisata secara bersama.
114
4.3.3 Opportunities
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa yang akan
datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri.
Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, adalah SKPD yang baru dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2007, yang dikepalai seorang
Kepala Dinas yang bertanggungjawab kepada Bupati dan pelaksana kebijakan
pemerintah Kabupaten Lebak dibidang Kepemudaan Keolahragaan Kebudayaan
dan Kepariwisataan. Sebagai Lembaga teknis yang mengemban tugas dalam
meningkatkan kualitas kepemudaan keolahragaan kebudayaan dan kepariwisataan
serta kehidupan masyarakat yang beriman, bertaqwa dan berbudaya untuk
mewujudkan daya saing investasi berbasis sumber daya menuju keunggulan yang
kompetitif dengan memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan
wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem
produksi, industri dan pelayanan masyarakat.
Melalui penataan dan pengembangan pariwisata di dalam upaya
meningkatkan sekaligus menciptakan rasa aman bagi para wisatawan baik
domestik maupun mancanegara berkunjung ke objek – objek wisata, alam, pantai
dan wisata budaya di Kabupaten Lebak.Pariwisata Kabupaten Lebak secara
terus menerus melaksanakan pengembangan dan menggalian potensi wisata
dengan pengembangan destinasi objek wisata merupakan langkah–langkah yang
ditempuh, agar dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah sehingga
kelangsungan pembangunan dibidang kepariwisataan terus berjalan sesuai dengan
115
tuntutan pembangunan daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Potensi obyek wisata di Kabupaten Lebak terdiri dari obyek wisata bahari,
obyek wisata budaya, obyek wisata air panas, obyek wisata air terjun, obyek
wisata sejarah, obyek wisata minat khusus, dan obyek wisata buatan, selain itu
juga ada potensi Obyek Wisata Batu Nasional. Potensi obyek wisata Kabupaten
Lebak antara lain sebagai berikut :
1. Potensi Obyek Wisata Pantai, meliputi:
a. Karang Nengah Binuangeun Wanasalam
b. Tanjung Panto Binuangeun Wanasalam
c. Bagedur Sukamanah Malimping
d. Talanca Cilangkahan Malimping
e. Cihara Panggarangan
f. Cimandiri Panggarangan
g. Cibobos Karang Songsong
h. Pelabuhan lelang Bayah Panggarangan
i. Karang Taraje Bayah
j. Pulo Manuk Bayah
k. Ciantir Sawarna Bayah
2. Potensi Obyek Wisata Budaya, meliputi:
a. Budaya Baduy Leuwidamar
b. Budaya Kaolotan Cisungsang Cibeber
c. Budaya Kaolotan Citorek Cibeber
116
d. Budaya Kaolotan Cibedug Cibeber
e. Budaya Kaolotan Ciherang Cibeber
f. Budaya Kaolotan Ciusul Cibeber
g. Budaya Kaolotan Cisitu Cibeber
h. Budaya Kaolotan Cisitu Cibeber
i. Budaya Kaolotan Guradog Sajira
3. Potensi Obyek Wisata Air Panas, meliputi :
a. Air Panas Cipanas
b. Air Panas Citando Senang Hati Malimping
c. Air Panas Cikawah Sobang
4. Potensi Obyek Wisata Curug/Air Terjun, meliputi :
a. Kanteh Cikatomas Cilograng
b. Sata Cimanyangray Gunung Kencana
c. Sukadaya Cikulur
d. Parigi Bojong Manik
e. Kebo Boalang Malimping
f. Indihiyang Warung Gunung
g. Ciarnisah Citorek Cibeber
h. Ciarnisah Citorek Cibeber
i. Cibangkit Sobang
j. Cikeris Cipanas
5. Potensi Obyek Wisata Sejarah, meliputi :
a. Situs Sibedug Cibeber
b. Situs Kosala Cipanas
117
c. Musium Multatuli Rangkasbitung
6. Potensi Obyek Wisata Minat Khusus, meliputi :
a. Goa-goa alam ± 20 buah tersebar
b. Ekowisata/Geologi bekas Aneka Tambang Cikotok Cibeber
c. Arung Jeram Ciberang Desa Banjar Irigasi kec. Lebak Gedong
d. Berburu babi di Gunung Gede dan sekitarnya Panggarangan
7. Potensi Obyek Wisata Buatan, meliputi :
a. Ranca Lentah Indah Rangkasbitung
b. Situ Palayangan Cimarga
c. Kolam Renang Jujuluk Rangkasbitung
d. Kolam Renang Tirta Sari Komplek Pendidikan Rangkasbitung
e. Kolam Renang Bay Pas Rangkasbitung
f. Bendungan Cijoro Rangkasbitung
Banyaknya potensi obyek wisata yang ada di Kabupaten lebak menjadi
sebuah peluang yang besar untuk Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam
mengembangkan pariwisata di daerahnya. Desa wisata menjadi sebuah peluang
besar bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar obyek wisata untuk merasakan
manfaatnya melalui pemberdayaan masyarakat sekitar dibidang usaha pariwisata.
Sawarna merupakan obyek wisata berskala Nasional, Sawarna mampu
bersaing dengan obyek wisata di Indonesia dengan menampilkan keindahahan dan
potensi alamnya yang baik. Keunggulan dari Sawarna adalah memiliki wisata
bahari yang sangat eksotis yang tidak kalah indah dengan Bali, wisata bahari
Sawarna terdiri dari keindahan pantai pasir putih yang masih asri dan memberikan
118
suasana yang sangat tenang dan nyaman karena tidak teralalu banyak wisatawan
yang berkunjung kesini, selanjutnya keindahan wisata baharinya dapat dilihat dari
karang-karang besar yang ada di pinggir pantai yang terbentuk sangat indah dan
disambut dengan ombak besar, serta ombak besar yang ada di Sawarna juga biasa
dimanfaatkan oleh wisatawan mancanegara untuk berolahraga air yaitu selancar
(surfing).
Desa Sawarna merupakan Desa Wisata yang ada di Kabupaten Lebak,
Desa Sawarna disebut sebagai Desa Wisata dikarenakan Desa Sawarna menjadi
salah satu penerima bantuan PNPM Mandiri Pariwisata pada tahun 2014 dari
Kementrian Pariwisisata. Desa Sawarna mendapatkan penghargaan Desa Wisata
terbaik ke-7 se-Nasional, Desa Sawarna mampu bersaing dengan desa wisata
lainnya di Indonesia yang lebih dulu maju dan berkembang. Hal tersebut menjadi
peluang yang sangat besar bagi pengembangan Desa Wisata Sawarna. Seperti
yang disampaikan oleh sebagai Kepala Desa Sawarna dan juga Pengelola
Wisata Desa Sawarna, menyatakan sebagai berikut :
“Alhamdulillah Desa Sawarna dapat peringkat ke-7 Desa Wisata terbaik se-Nasional, bisa dilihat penghargaannya ada di ruangan staff desa kita pajang disana.Penilaian yang dilalui kita itu cukup panjang sampe bisa dapat peringkat Ke-7 se-Nasional. Penilaiannya itu dari peninjauan langsung tim juri yang berasal dari Bali Jogja, Uji kelayakan desa, system pengelolaan desa wisata, kebijakan desa wisata, potensi wisata desa, kebersihan dan kemanan. Kita ngelaporin Desa Wisata Sawarna pure apa adanya dengan kondisi yang ada mungkin itu yang jadi nilai positif dewan juri. Kita kan disini juga ada kelompok masyarakat yang jadi penunjang desa wisata kaya ada kelompok kesenian, kerajinan, kuliner, dan homestay yang semua berasal dari warga asli sini semua”. (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).
119
Berdasarkan hasil wawancara dengan , Desa Sawarna dapat menjadi
Desa Wisata terbaik se-Nasional dengan peringkat ke-7 karena laporan pengelola
desa yang apa adanya sesuai dengan kondisi desa yang ada. Desa Sawarna
merupakan Desa yang baru mengembangkan pariwisata sebagai potensi utama
mereka pada tahun 2011.
Obyek wisata yang berlimpah di Desa Sawarna menjadi peluang Desa
Sawarna untuk menggali pariwisata yang ada disana. Seperti yang disampaikan
oleh sebagai berikut :
“Sekarang Desa Sawarna lagi berkembang di bidang pariwisatanya, bukan cuman dari wisata baharinya tapi juga dari wisata alamnya yang ada banyak goa, terus juga ada wisata sejarahnya, dan ada juga kerajinan dan kuliner khas Desa Sawarna sebagai daya tarik wisata. Kita sangat mendukung dengan kemajuan Sawarna saat ini, apalagi kemarin baru aja Sawarna dinilai jadi Desa Wisata Terbaik se-Nasional, yang pasti itu jadi nilai positif banget buat kami untuk terus mempromosikan pariwisata yang ada di Lebak ini.” (wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB)
Bedasarkan hasil wawancara dengan , Perkembangan pariwisata Desa
Sawarna saat ini sangat baik dan menghasilkan kemajuan. Kemajuan Desa Wisata
Sawarna ini sangat memberikan dampak positif bagi Kabupaten Lebak yaitu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Setiap sebulan sekali Desa
Sawarna melaporakan kunjungan wisatawan yang datang dan memberikan
retribusi parkir di lokasi obyek wisata. Seperti yang disampaikan oleh , yang
menyatakan sebagai berikut :
“Setiap sebulan sekali kita melaporkan jumlah wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke lokasi wisata di Desa Sawarna.Kita juga menarik uang retribusi untuk pengunjung yang
120
datang sebesar Rp 5.000.Uang retribusi nanti yang kami tarik dari wisatawan itu buat Pemerintah Daerah sebesar Rp2.500 dan sisanya buat pembangunan kesejahteraan warga Sawarna.Uang yang kita kasih ke Pemerintah Daerah itu untuk peningkatan PAD yang nantinya juga kembali lagi untuk masyarakat. (wawancara di rumah pribadi pak Sekertaris Desa, tanggal 15 September 2015 pukul 22.30 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa Desa Sawarna memiliki
kesempatan untuk meningkatkan PAD di Kabupaten Lebak melalui potensi
pariwisata yang nantinya untuk pembangunan daerah. Berdasrkan wawancara
yang dilakukan dengan adalah sebagai berikut :
“Laporan kunjungan wisatawan yang datang ke Sawarna setiap bulannya itu untuk meningkatkan PAD yang nantinya buat pembangunan daerah juga.Dinas hanya mengambil Rp 2.500 saja dari harga tiket masukyang dijual di kawasan Sawarna, karena itu udah ada kebijakan dalam Perda.” (wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara bahwa laporan kunjungan wisatawan
yang datang ke obyek wisata di Desa Sawarna setiap bulannya itu untuk
peningkatan PAD Kabupaten lebak. Seperti yang tertera pada Perdfa No 8 taun
2010 yang menyatakan hanya menarik retribusi sebesar Rp 2.500 untuk
diserahkan ke Pemerintah Daerah. Peraturan harga tiket kunjungan wisata
sepenuhnya diatur oleh pengelola wisata di Desa Sawarna.
Pengembangan wisata Sawarna merupakan bagian dari penyelenggaraan
pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan, yang membutuhkan
kerjasama dengan berbagai komponen penyelenggaraan pariwisata yaitu
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat
tersebut adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-rumah penduduk
121
(homestay), penyediaan kebutuhan konsumsi wisatawan, penyediaan transportasi
lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain.
Desa Sawarna selain memberikan potensi wisata alamnya yang sangat
mempesona, juga memberikan karya dari masyarakat lokalnya seperti adanya
kesenian, kerajinan, dan kuliner. Desa Sawarna juga mengembangkan budaya dan
kesenian yang ada untuk menarik minat wisatawan agar Sawarna mampu
berdaya saing dengan pariwisata lainnya. Seperti yang disampaikan adalah
sebagai berikut :
“Pariwisata Desa Sawarna bukan cuman dari obyek wisata alamya aja disini, tapi juga ada wisata budayanya, kerajinan asli orang sini itu ada ukiran kayu buat pajangan terus juga pembuat gitar yang udah terkenal dimana-mana, kuliner asli sini juga ada kaya pisang sale ada itu yang bikin orang sini, terus juga ada wisata sejarahnya makam mbah Sawarna. Kemarin 17 Agustus kalo ade kesini kita ada acara kesenian dan budaya disini kaya ada dongdang dari setiap kampung, ada juga tari langseran, terus juga ada kreasi baju adat. Banyak banget warga sini yang ikut terlibat, saya harapkan juga kesenian disini semakin berkembang buat narik minat wisatawan.” (wawancara di Rumah Ketua Pokdarwis Kp. Cibeas, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 14.30)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa Desa Sawarna juga
memiliki kekayaan budaya, sejarah, kerajinan, dan kuliner yang didalamnya
banyak masyarakat yang terlibat untuk mengembangkan dan melestarikannya.
Masyarakat Desa Sawarna kini terberdaya dengan adanya pengembangan
pariwisata. Masyarakat yang memiliki usaha pendukung pariwisata mendapatkan
bantuan berupa pelatihan-pelatihan ketrampilan dan pengadaan fasilitas
pendukung kegiatannya. Dengan adanya bantuan yang diberikan Pemerintah Pusat
ataupun Pemerintah Daerah diharapkan kesejahteraan masyarakat meningkat dan
adanya pemeratan ekonomi.
122
Pengembangan Wisata Sawarna sangat memberikan manfaat untuk
masyarakat Desa Sawarna, seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :
“Perkembangan pariwisata di Sawarna tentu memberikan banyak manfaat buat warga sini kaya warung nasi jadi laku, homestay penuh, rumah penduduk jadi penginapan, banyak yang nyari nafkah jadi tukang ojek, jadi guide, terus juga manfaat lainnya adanya pendapatan yang rata untuk masyarakat, memberikan motivasi pendidikan, juga ningkatin budaya sendiri seni budaya daerah kaya pencak silat, debus, angklung, qasidah. Ya dampak positifnya itu banyak kaya kesadaran masyarakat tentang kebersihan dan keamanan jadi tinggi, terus juga ningkatin kesejahteraan masyarakat kaya pembangunan rumah, mereka pada punya WC sendiri, terus juga angka putus sekolah berkurang, tapi ya namanya pembangunan mah pasti ada positif dan negatifnya. Dampak negatifnya itu budaya luar jadi mempengaruhi budaya sini, tapi untungnya wisatawan rata-rata masih bisa hormati budaya sini, terus juga anak-anak karena udah kenal uang mereka jadi males buat sekolah.” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35)
Pernyataan selanjutnya juga disampaikan , sebagai berikut :
“Banyak warga sini yang nyari nafkah lewat pariwisata yang berkembang sekarang kaya banyak yang buka warung makan, buka penginapan di sekitar obyek wisata, terus juga banyak yang jadi ojek buat nganterin wisatawan ke tempat wisata yang ingin dikunjungin. Sekrang mah masyarkat udah pada pinter buat nyari uangnya lewat wisatawan yang berkunjung”. (Wawancara di rumah pribadi pak Sekertaris Desa, tanggal 15 September 2015 pukul 22.30 WIB)
Manfaat pengembangan pariwisata di Desa Sawarna bagi masyarakat desa
adalah usaha kegiatan pariwisata masyarakat lokal meningkat seperti warung nasi
yang ada di sekitar obyek wisata meningkat pendapatannya, homestay jadi penuh
karena banyaknya wisatawan yang berkunjung bahkan wargapun banyak yang
menjadikan rumahnya sebagai tempat penginapan wisatawan seperti konsep desa
wisata yaitu masyarakat lokal sebagai subyek bagi wisata dengan memberikan
pelayanan bagi wisatawan, manfaat selanjutnya adanya pemerataan yang rata
123
untuk masyarakat jadi masyarakat miskin yang ada disini yang tidak memiliki
usaha di bidang pariwisata juga merasakan manfaatnya lewat dana retribusi wisata
yang nantinya di kelola oleh desa untuk diberikan kepada masyarakat Desa
Sawarna, serta manfaat selanjutnya ialah memberikan motivasi yang tinggi bagi
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai pariwisata.
4.3.4 Threats
Threats Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi itu sendiri.Kondisi yang terjadi merupakan ancaman dari
luar organisasi itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi
lingkungan sekitar.
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam
pengembangan pariwisata juga memiliki hambatan dari eksternal atau luar
organisasi, akibatnya banyak kegiatan yang tidak berjalan efektif dikarenakan
faktor eksternal. Seperti yang disampaikan yang menyatakan sebagai berikut
:
“Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan disini itu karena kebijakan yang berubah-ubah jadi pelaksanaan kegiatan engga bisa berjalan baik gitu. Jadinya suka ada program kerja yang engga berkelanjutan gitu, kalo kaya misalnya ada program pelatihan setiap tahunnya karena minimnya anggaran makanya kebijakannya diubah terus jadinya engga setiap tahun pelatihan diadain, padahal kan pelatihan itu penting buat ningkatin kinerja pegawai disini. Terus juga ada beberapa program pengembangan pariwisata yang engga berkelanjutan, kaya ditahun sekarang kita belum bisa nambah desa menjadi desa wisata yang ada di Lebak.”. (Wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB)
124
Berdasarkan hasil wawancara bahwa kebijakan yang berubah-ubah
menjadi suatu ancaman untuk pelaksanaan kegiatan, sehingga pelaksanaan
kegiatan tidak berjalan dengan efektif. Program kegiatan yang tidak berkelanjutan
juga menjadi suatu ancaman bagi pengembangan pariwisata sehingga pengelola
harus memanfaatkan dana yang ada kemarin untuk pengembangannya ditahun
sekarang ini agar terus maju dan tidak mengandalkan pemerintah daerah. Seperti
yang disampaikan adalah sebagai berikut :
“Ancaman yang sekarang kita hadapin adalah daya dukung program pemerintah yang tidak berkelanjutan, kaya dana PNPM Mandiri Pariwisata kan yang dikhususinbuat pembangunan desa wisata sekarang udah engga dapat lagi jadi desa sendiri yang perlu kerja keras buat mempertahanin pariwisata dan mengembanginnya, tapi buat ngembanginnya kita juga masih didukung sama pemerintah daerah ko. Pemerintah daerah tidak melepas tangan saja.” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa ancaman dalam
pengembangan Desa Sawarna saat ini adalah daya dukung program pemerintah
yang tidak berkelanjutan. Hal tersebut membuat pengelola Desa Sawarna bersikap
mandiri dan bekerja keras untuk mengembangkan pariwisata di Desa
Sawarna.Daya dukung program pemerintah yang sudah tidak berkelanjutan lagi
seperti bantuan dari Kementrian Pariwisata melalui PNPM Mandiri Pariwisata.
Pengembangan pariwisata di Desa sawarna sekarang jadi tanggung jawab bersama
yaitu masyarakat Desa Sawarna, Kepala Desa Sawarna, dan Pemerintah Daerah.
Kendala yang dihadapin dalam pengembangan pariwisata juga ialah
masayarakat Desa Sawarna yang belum siap dalam pembangunan pariwisata.
Kemampuan masyarakat yang terbatas tentang pengelolaan pariwisata Desa
125
Sawarna mejadikan kesulitan tersendiri bagi Pemerintah Daerah atau Pengelola
Desa Sawarna dalam memberdayakan masyarakat Desa Sawarna, dari sekian
banyak masyarakat yang memanfaatkan pariwisata Desa Sawarna sebagai
peningkatan perekonomian mereka juga banyak yang belum merasakan
manfaatnya karena mereka yang belum memiliki kemampuan dan kesiapan dalam
pembangunan Desa Wisata Sawarna.
Seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :
“Masyarakat sini sagat mendukung dengan pembangunan pariwisata, tapi masih ada beberapa orang yang belum siap dalam pembangunan pariwisata. Ini disebabkan mereka yang tidak memiliki kemampuan di bidang pariwisata dan lebih memilih bekerja sebagai petani dari pada di bidang pariwisata. Kaya pengrajin gitar disini mereka hanya menjual gitarnya keluar kota saja, engga manfaatin wisatawan yang datang kesini, mereka juga berproduksi kalau ada pesanan aja karena terbatasnya modal.” (Wawancara di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 12.48 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa masyarakat Desa
Sawarna masih ada yang belum siap dalam pembangunan pariwisata, karena
keterbatasannya kemampuan mereka dan mereka lebih memilih mencari
penghasilan di bidanglain yang lebih menjanjikan untuk peningkatan
perekonomiannya.
Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna selain memberikan dampak
positif dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat sekitar juga terdapat
dampak negatif yaitu dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung baik dari
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara dapat membawa budaya buruk
yang dapat mempengaruhi masyarakat Desa Sawarna. Seperti yang disampaikan
adalah sebagai berikut :
126
“Dampak negatif buat warga sini si itu budaya dari luar yang bisa mempengaruhi orang sini, apalagi buat para remaja-remaja kita. Engga sedikit wisatawan yang dateng kesini membawa perilaku buruk kaya minum-miuman, terus yang bule juga ada yang memakai bikini. Mungkin kalau di Bali atau di tempat wisata lainnya tidak ada yang melarang, tapi kalau disinikan warga kita tidak banyak yang terbiasa berkelakuan gitu jadi ya buat perhatian banget dan aneh, jadi kalo bisa saya harapkan wisatawan yang datang apat menghormati budaya kami disini dan jangan membawa dampak negatif, makanya kita kan adain satuan keamatan dan ketertiban di setiap titik lokasi wisata.” (Wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35)
Seperti hasil wawancara dengan bahwa budaya asing dari wisatawan
dapat mempengaruhi budaya masyarakat Desa Sawarna. Untuk meminimalisir
dampak negatif tersebut pengelola desa membuat pos ketertiban dan keamanan di
setiap lokasi obyek wisata, dengan adanya pos ketertiban dan keamanan juga
dapat memberikan kenyamanan untuk wisatawan yang berkunjung.
Salah satu kriteria pengembangan wilayah dalam pengembangan desa
wisata adalah kemudahan aksesibilitas. Aksesibilitas menuju Desa Sawarna cukup
sulit karena kontruksi jalan yang hancur dan sedang dalam perbaikan, serta
angkutan umum yang jarang hingga lokasi obyek wisata yang ada di Desa Wisata.
Seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :
“saya kesini naek motor dari tangerang, kesan saya selama perjalanan menuju ke Sawarna cukup melelahkan ternyata, bukan cuman jaraknya saja yang jauh tapi juga kondisi jalan yang lagi ada perbaikan jadi debu dimana-mana dan kalo naek angkutan umum ke Sawarna juga kayanya sulit soalnya jarang angkutan umum yang lewat kesini, palingan juga ada angkutan umum yang banyak sampai bayah doang. Kalau udah jalan ke Sawarnanya mah sepi cuman ada kendaraan pribadi kalau ga kendaraan proyek yang saya banyak temuin.Buat jalan di sekitar obyek wisata sudah cukup rapi cuman saja perlu kemudahan akses untuk menuju kesana.” (wawancara di pantai pasir putih, tanggal 30 Agustus 2015 pukul 15.10 WIB)
127
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa kemudahan akses
angkutan umum menuju Desa Sawarna perlu di optimalkan lagi dan dibutuhkan
keamanan di sekitar jalanan menuju Desa Sawarna karena kondisi desa yang
relatif sepi. Desa Sawarna bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk terus
melakukan perbaikan jalan menuju Desa Sawarna dan menuju lokasi obyek wisata
Desa Sawarna, masyarakat juga dilibatkan untuk ikut kerja sama membangun
akses jalan menuju lokasi obyek wisata.
Pembangunan pabrik-pabrik besar menambahkan suatu ancaman dari
pengembangan wisata di Sawarna seperti jalan menuju Desa Sawarna yang rusak
dan berdebu. Hal tersebut dikarenakan adanya pembangunan pabrik-pabrik dan
juga adanya pembangunan pelabuhan yang sekarang menjadi pengganggu bagi
wisatawan dalam perjalanan menuju Desa Sawarna. Jalan menuju Sawarna kini
semakin berubah, semakin banyak pihak swasta yang memanfaatkan lahan dan
kekayaan di Bayah dengan merusak lingkungan sekitar lokasi tujuan wisata
Sawarna. Meskipun kini Sawarna masih mampu bertahan dengan menahan pihak
swasta untuk ikut terlibat dalam pembangunan pariwisata di Desa Sawarna. Tetapi
akses jalan menuju Desa Sawarna kini sudah tercemari oleh polusi pabrik dari
pihak swasta sehingga menjadi ancaman dalam pengembangan pariwisata
Sawarna.
128
4.3.5 Analisis Faktor Internal
Strengths (Kekuatan)
1. Potensi Alam yang Indah
Desa Sawarna memiliki potensi alam yang sangat indah yaitu dapat dilihat
dari wisata alamnya yang berupa pantai, goa, perbukitan, dan persawahan.
Potensi alam yang indah menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan
kota yang berkunjung untuk menikmati suasana yang berbeda dari
perkotaan.
2. Lingkungan yang asri dan nyaman
Desa Sawarna memiliki suasana yang asri dan nyaman sehingga menjadi
kekuatan desa untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung.
Pembangunan dan pengembangan pariwisata didasarkan pada kearifan
lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan
budaya dan keunikan lingkungan.
3. Sikap masyarakat disekitar lokasi wisata yang ramah
Masyarakat Desa Sawarna memiliki sikap yang ramah dengan wisatawan.
Salah satu karakteristik pariwisata ialah memiliki sikap masyarakat yang
ramah karena masyarakat lokal yang menerima dan melayani wisatawan
yang datang berkunjung sehingga dapat membuat wisatawan nyaman
datang untuk berwisata.
4. Partisipasi masyarakat yang tinggi
Warga Desa Sawarna memanfaatkan pembangunan wisata yang ada
disekitarnya dengan membangun usaha dan jasa disekitar lokasi obyek
wisata Sawarna untuk meningkatkan perekonomian mereka. Partisipasi
129
masyarakat yang tinggi membuat pengembangan wisata Sawarna semakin
maju karena salah satu prinsip pengembangan pariwisata pedesaan adalah
melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata di
wilayahnya.
5. Mampu memanajemen pengembangan wisata Sawarna dengan baik
Desa Sawarna dapat mengelola dan memanfaatkan pengembangan
pariwisata dengan baik dan leluasa tanpa adanya campur tangan pihak
swasta, karena tidak adanya pihak swasta yang terlibat dalam
pembangunan pariwisata sehingga pengelolaan seutuhnya dipegang oleh
pengelola Desa Sawarna dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Weaknesses (Kelemahan)
1. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana wisata Sawarna
Sarana dan prasarana pengunjang wisata Sawarna yang kurang
diantaranya adalah tidak adanya WC umum gratis untuk pengunjung,
lahan parkir yang kurang, tidak adanya Musolah, dan tempat sampah yang
minim disekitar lokasi wisata.
2. Sistem promosi yang masih kurang
Tidak adanya promosi pada media elteronik seperti via website resmi yang
dikelola Pemerintah Daerah dan juga pengelola Desa Sawarna menjadi
kelemahan Desa Sawarna pada sistem pemasaran melalui promosi.
3. Kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah
Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah
seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait
130
dengan pengembangan pariwisata dan usulan penetapan forum komunikasi
obyek wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan
antara masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia
usaha/swasta
4. Belum optimalnya pemberdayaan bagi masyarakat
Masyarakat Desa Sawarna kurang mendapatkan pemberdayaan berupa
pembinaan dan pelatihandalam pengembangan pariwisata. Pemberdayaan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat lokal dalam
membantu pengembangan wisata Sawarna melalui ketrampilan.
5. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal dalam memasarkan hasil
karyanya
Belum adanya tempat penjualan hasil karya masyarakat Desa Sawarna
sebagai oleh-oleh untuk wisatawan. Belum tersedianya fasilitas pemasaran
hasil karya Desa Sawarna yang berupa kerajinan dan kuliner membuat
masyarakat lokal memproduksi karyanya ke kota tanpa harus memasarkan
di tempat obyek wisata utama Sawarna.
4.3.6 Analisis Faktor Eksternal
Opprtunities (peluang)
1. Tempat Pariwisata berskala Nasional
Sawarna merupakan obyek wisata berskala Nasional, Sawarna mampu
bersaing dengan obyek wisata di Indonesia dengan menampilkan
keindahahan dan potensi alamnya yang baik. Keunggulan dari Sawarna
131
adalah memiliki wisata bahari yang sangat eksotis yang tidak kalah indah
dengan Bali.
2. Icon Pariwisata Provinsi Banten
Sawarna kini menjadi icon wisata di Provinsi Banten, pantai di Banten
bukan hanya ada Pantai anyer saja tetapi juga ada Pantai di Desa Sawarna
yang memiliki ombak besar dan masih asri. Sawarna terkenal dengan dua
karang besarnya yang ada di pantai Tanjung Layar.
3. Desa Sawarna menjadi desa wisata terbaik peringkat ke-7 se-Nasional
Desa Sawarna mendapat penghargaan sebagai Desa Wisata terbaik
peringkat ke-7 se-Nasional di tahun 2014. Desa Sawarna menjadi Desa
Wisata terbaik menjadi sebuah peluang promosi yang besar terhadap
pengembangan pariwisata, karena saat ini Sawarna menjadiicon pariwisata
di Banten.
4. Meningkatkan PAD Kabupaten Lebak
Potensi pariwisata di Kabupaten Lebak menjadi peningkatan PAD di
Kabupaten Labak. Perkembangan pariwisata yang ada memberikan
dampak positif pada Kabupaten Lebak dengan meningkatnya PAD
Kabupaten Lebak.Kemajuan pariwisata Sawarna sangat mempengaruhi
peningkatan PAD Kabupaten Lebak.
5. Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat lokal
Dengan adanya pariwisata di Desa Sawarna sanat memberikan dampak
positif untuk masyarakat lokal yaitu usaha kegiatan pariwisata masyarakat
lokal meningkat dan pemerataan yang rata untuk masyarakat.
132
Threats (Ancaman)
1. Daya dukung program pengembangan tidak berkelanjutan
Program kegiatan yang tidak berkelanjutan juga menjadi suatu hambatan
bagi pengembangan pariwisata sehingga pengelola wisata harus
memanfaatkan dana yang ada kemarin untuk pengembangannya ditahun
sekarang ini agar terus maju dan tidak mengandalkan pemerintah daerah.
2. Ketidaksiapan sebagian masayarakat Desa Sawarna terhadap
pembangunan pariwisata
Kendala yang dihadapin dalam pengembangan pariwisata juga ialah
masayarakat Desa Sawarna yang belum siap dalam pembangunan
pariwisata. Kemampuan masyarakat yang terbatas tentang pengelolaan
pariwisata Desa Sawarna mejadikan kesulitan tersendiri bagi Pemerintah
Daerah atau Pengelola Desa Sawarna dalam memberdayakan masyarakat
Desa Sawarna, dari sekian banyak masyarakat yang memanfaatkan
pariwisata Desa Sawarna sebagai peningkatan perekonomian mereka juga
banyak yang belum merasakan manfaatnya karena mereka yang belum
memiliki kemampuan dan kesiapan dalam pembangunan Desa Wisata
Sawarna.
3. Budaya asing mempengaruhi budaya masyarakat lokal
Budaya asing dari wisatawan dapat mempengaruhi budaya masyarakat
Desa Sawarna. Untuk meminimalisir dampak negatif tersebut pengelola
desa membuat pos ketertiban dan keamanan di setiap lokasi obyek wisata,
133
dengan adanya pos ketertiban dan keamanan juga dapat memberikan
kenyamanan untuk wisatawan yang berkunjung.
4. Pembangunan Pabrik-pabrik di sekitar Desa Sawarna
Pembangunan pabrik-pabrik besar menambahkan suatu ancaman dari
pengembangan wisata di Sawarna seperti jalan menuju Desa Sawarna yang
rusak dan berdebu. Hal tersebut dikarenakan adanya pembangunan pabrik-
pabrik dan juga adanya pembangunan pelabuhan yang sekarang menjadi
pengganggu bagi wisatawan dalam perjalanan menuju Desa Sawarna.
5. Aksesibilitas Desa Sawarna yang belum optimal
Akses angkutan umum menuju Desa Sawarna perlu di optimalkan lagi dan
dibutuhkan keamanan di sekitar jalanan menuju Desa Sawarna karena
kondisi desa yang relatif sepi. Desa Sawarna bekerja sama dengan
pemerintah daerah untuk terus melakukan perbaikan jalan menuju Desa
Sawarna dan menuju lokasi obyek wisata Desa Sawarna, masyarakat juga
dilibatkan untuk ikut kerja sama membangun akses jalan menuju lokasi
obyek wisata.
134
Tabel 4.8
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
NO. FAKTOR INTERNAL STRENGTHS WEAKNESSES
S1 Potensi Alam yang Indah W1 Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana wisata Sawarna
S2 Lingkungan yang asri dan nyaman
W2 Sistem promosi yang masih kurang
S3 Sikap masyarakat disekitar lokasi wisata yang ramah
W3 Kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah
S4 Partisipasi masyarakat yang tinggi
W4 Belum optimalnya pemberdayaan bagi masyarakat
S5 Mampu memanajemen pengembangan wisata Sawarna dengan baik
W5 Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal dalam memasarkan hasil karyanya
NO. FAKTOR EKSTERNAL OPPORTUNITIES THREATS O1 Tempat Pariwisata berskala
Nasional T1 Daya dukung program
pengembangan tidak berkelanjutan
O2 Icon Pariwisata Provinsi Banten
T2 Ketidaksiapan sebagian masayarakat Desa Sawarna terhadap pembangunan pariwisata
O3 Desa Sawarna menjadi desa wisata terbaik peringkat ke-7 se-Nasional
T3 Budaya asing mempengaruhi budaya masyarakat lokal
O4 Meningkatkan PAD Kabupaten Lebak
T4 Pembangunan Pabrik-pabrik di sekitar Desa Sawarna
O5 Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat lokal
T5 Aksesibilitas Desa Sawarna yang belum optimal
135
4.3.7 Matriks Analisis SWOT
Tabel 4.9
Matriks SWOT
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strengths (S) Weaknesses (W) a. Potensi Alam yang
Indah b. Lingkungan yang asri
dan nyaman c. Sikap masyarakat
disekitar lokasi wisata yang ramah
d. Partisipasi masyarakat yang tinggi
e. Mampu memanajemen pengembangan wisata Sawarna dengan baik
a. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana wisata Sawarna
b. Sistem promosi yang masih kurang
c. Kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah
d. Belum optimalnya pemberdayaan bagi masyarakat
e. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal dalam memasarkan hasil karyanya
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO a. Tempat Pariwisata
berskala Nasional b. Icon Pariwisata
Provinsi Banten c. Desa Sawarna
menjadi desa wisata terbaik peringkat ke-7 se-Nasional
d. Meningkatkan PAD Kabupaten Lebak
e. Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat lokal
a. Menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk meningkatkan daya tarik wisata
b. Melakukan promosi pariwisata Sawarna melalui media eletronik/pameran
c. Meningkatkan dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek wisata
d. Meningkatkan kualitas manajemen pengembangan pariwisata Sawarna
e. Memaksimalkan pengembangan Desa Sawarna dalam mengingkatkan PAD Kabupaten Lebak
a. Membangun koordinasi dan komunikasi yang baik antar pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah
b. Menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan Desa Sawarna
c. Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan
d. Memasarkan produk olahan masyarakat di lokal di lokasi wisata
136
Threats (Ancaman) Strategi ST Strategi WT a. Daya dukung program
pengembangan tidak berkelanjutan
b. Ketidaksiapan sebagian masayarakat Desa Sawarna terhadap pembangunan pariwisata
c. Budaya asing mempengaruhi budaya masyarakat lokal
d. Pembangunan Pabrik-pabrik di sekitar Desa Sawarna
e. Aksesibilitas Desa Sawarna yang belum optimal
a. Memotivasi kelompok kegiatan usaha pariwisata masyarakat sebagai pendukung wisata Sawarna
b. Mengadakan moda transportasi umum yang menuju lokasi Desa Sawarna
c. Mengoptimalkan aksesibilitas menuju Desa Sawarna dan lokasi obyek wisata
d. Meredam pembangunan pabrik-pabrik disekitar Sawarna
a. Meningkatkan pengadaan fasilitas usaha masayarat Desa Sawarna
b. Meningkatkan pemahaman, dukungan, dan prioritas masyarakat lokal
c. Mengadakan sosialisasi secara berskala kepada masyarakat lokal untuk membangun pola pikir dan kesadaran masyarakat
d. Mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pada masyarakat lokal Desa Sawarna
e. Memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung wisata di Desa Sawarna
Gambar 4.1
Analisis SWOT
3. Mendukung strategi turnaround 1. Mendukung strategi agresif
4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi
(Sumber : Rangkuti, 2005:20)
Berbagai Peluang
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
Berbagai Ancaman
137
Penjelasan Diagram Silang Analisis SWOT :
1. Kuadran I : Mendukung Strategi SO
Merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena organisasi
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Berdasarkan hasil
penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa
strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna berdasarkan strategi
SO (Strengths – Opportunities) yang dapat dilakukan diantaranya :
Menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk
meningkatkan daya tarik wisata, menggali potensi wisata dengan
membangun potensi wisata alam dan buatan dengan cara penataan obyek
wisata dan pemberdayaan masyakat dalam mengembangkan wisata buatan
seperti mengembangkan kegiatan usaha kerajinan, kuliner, dan kesenian.
Melakukan promosi pariwisata Sawarna melalui media eletronik/pameran,
melakukan promosi Wisata Sawarna melalui media eletronik dan pameran
tingkat Provinsi dan Nasional dan secara berkesinambungan dengan
memperkenalkan daya tarik wisata, dengan adanya promosi yang kuat
dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung dan memberikan
informasi mengenai pengembangan Desa Sawarna. Meningkatkan
dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek wisata, dukungan
masyarakat berupa kerja sama dan gotong royong dalam pembangunan
pariwisata Desa Sawarna. Meningkatkan kualitas manajemen
pengembangan pariwisata Sawarna. Memaksimalkan pengembangan Desa
Sawarna dalam mengingkatkan PAD Kabupaten Lebak, memberikan
138
kenyamanan agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan
meningkatkan PAD melalui retribusi tiket masuk obyek wisata di Desa
Sawarna.
2. Kuadran II : Mendukung Strategi ST
Meskipun menghadapi ancaman, organisasi ini masih memiliki kekuatan
dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diverifikasi (produk/pasar). Berdasarkan hasil penelitian lapangan
dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna, strategi ST (Strengths – Thretas) yang dapat
dilakukan diantaranya : Memotivasi kelompok kegiatan usaha pariwisata
masyarakat sebagai pendukung wisata Sawarna, dengan cara memberikan
modal atau kebutuhan perlengkapan dalam penunjang usaha pariwisata
masyarakat. Mengadakan moda tranportasi umum yang menuju lokasi
desa wisata, kemudahan aksesibilitas menuju Desa Sawarna menjadikan
peluang bagi peningkatan kunjungan wisatawan. Mengoptimalkan
aksesibilitas menuju Desa Sawarna dan lokasi obyek wisata. Meredam
pembangunan pabrik-pabrik disekitar Sawarna, dengan membuat
kesepakatan dengan pihak swasta untuk tidak mengganggu pengembangan
wisata di sekitar Sawarna dengan adanya pembangunan pabrik-pabrik
diluar Desa Sawarna.
3. Kuadran III : Mendukung Strategi WO
Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak
organisasi menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Berdasarkan
139
hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa
strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, strategi WO
(Weakneses – Opportunities) yang dapat dilakukan diantaranya :
Membangun koordinasi dan komunikasi yang baik antar pengelola Desa
Sawarna dengan Pemerintah Daerah, Koordinasi dan komunikasi
dilakukan secara berskala terkait perkembangan Wisata Sawarna,
melakukan pertemuan baik secara formal maupun non formal.
Menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan Wisata
Sawarna, Menguatkan kelembagaan masyarakat dengan yang berperan
dalam pengembangan Desa Wisata yaitu Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), kelompok
usaha kerajinan, dan kelompok usaha kuliner. Mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan, masyarakat menjadi subjek
dalam pembangunan ekonomi dengan memberdayakan dirinya sendiri
melalui pemberian jasa dan usaha untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi mereka. Memasarkan produk olahan masyarakat di lokal di
lokasi wisata, dengan cara memberikan fasilitas produksi dan penjualan
produk olahan masyarakat lokal agar tidak kalah bersaing dengan pesaing
dari luar.
4. Kuadran IV : Mendukung Strategi WT
Organisasi berada dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan,
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Organisasi harus
melakukan strategi bertahan (defensive) agar organisasi tetap eksis, dengan
140
melakukan berbagai pembenahan internal guna mengahadapi ancaman
yang akan datang. Contoh strategi defensive : manager mengurangi hutang
dengan menjual salah satu divisi mengurangi biaya operasi dengan
mengurangi pegawai (rasionalisasi). Berdasarkan hasil penelitian lapangan
dengan menggunakan teknik wawancara bahwa strategi pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna, strategi WT (Weaknesses – Threats) yang
harus dilakukan diantaranya : Meningkatkan pengadaan fasilitas usaha
masayarat Desa Sawarna, pengadaan fasilitas berupa pengadaan
perlengkapan keperluan penunjang kegiatan usaha pariwisata dan fasilitas
produksinya seperti pengadaan kios-kios. Meningkatkan pemahaman,
dukungan, dan prioritas masyarakat lokal, dengan melakukan pertemuan
secara berskala dengan masyarakat guna memberikan informasi kepada
masyarakat lokal Desa Sawarna. Mengadakan sosialisasi secara berskala
kepada masyarakat lokal untuk membangun pola pikir dan kesadaran
masyarakat. Mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pada
masyarakat lokal Desa Sawarna, pelatihan ketrampilan yang diberikan
berupa pelatihan pemandu wisata, pelatihan penjaga pantai, pelatihan
kerajinan, pelatihan kuliner, dan pelatihan pengelolaan desa.
Memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung wisata di Desa Sawarna,
dengan memberikan sarana dan prasarana berupa toilet umum, homestay
layak pakai, kios-kios souvenir atau pusat oleh-oleh, tempat sampah,
perbaikan jalan dan jembatan.
141
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai strategi pengembangan pariwisata di Desa
Sawarna yang di dalamnya menggunakan teknik analisis SWOT yang menyatakan
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan organisasi guna mencapai
tujuannya. Berdasarkan hasil analisa dan perumusan strategi yang telah dilakukan,
maka alternatif yang dapat dijadikan rumusan strategi dalam pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna adalah sebagai berikut :
a. Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk
meningkatkan daya tarik wisata. Program yang yang dapat dikembangkan
pada wisata Sawarna adalah melakukan promosi melalui media online
atau pameran di tingkat Provinsi, Nasional, dan Internasional.
Meningkatkan dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek
wisata, dukungan masyarakat berupa kerja sama dan gotong royong dalam
pembangunan pariwisata Desa Sawarna. Meningkatkan kualitas
manajemen pengembangan pariwisata Sawarna. Memaksimalkan
pengembangan Desa Sawarna dalam mengingkatkan PAD Kabupaten
Lebak, memberikan kenyamanan agar dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan dan meningkatkan PAD melalui retribusi tiket masuk obyek
wisata di Desa Sawarna.
142
b. Strategi menyusun pemodelan kawasan desa Sawarna yang didasari
pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan.
Program yang dapat dikembangkan adalah Memotivasi kelompok kegiatan
usaha pariwisata lokal dengan memberikan permodalan dan fasilitas untuk
membangun wisata Sawarna yang mendasari kearifan lokal, mengadakan
moda transportasi umum seperti pengadaan angkutan umum menuju Desa
Sawarna dan ojek sebagai alat transportasi wisatawan. Mengoptimalkan
aksesibilitas menuju Desa Sawarna dan lokasi obyek wisata Sawarna
dengan memperbaiki akses jalan menuju Desa Sawarna dan memberikan
keamanan dan ketertiban kepada wisatawan untuk memberikan
kenyamanan dan kemudahan menuju lokasi wisata, meredam
pembangunan pabrik-pabrik disekitar Sawarna dengan membuat
kesepakatan dengan pihak swasta untuk tidak mengganggu pengembangan
wisata di sekitar Sawarna dengan adanya pembangunan pabrik-pabrik
diluar Desa Sawarna.
c. Strategi meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam membangun
pariwisata di Desa Sawarna. Program yang dapat dikembangkan adalah
komunikasi secara berskala dengan pengelola Desa Wisata Sawarna dan
masyarakat lokal baik secara formal maupun informal, meningkatkan
hubungan kelembagaan masyarakat yaitu Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), kelompok
kerajinan, kelomopok kuliner, dan pengelola homestay, mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan, memasarkan
143
produk olahan masyarakat lokal melalui pameran atau membuka galeri di
sekitar obyek wisata Desa Sawarna.
d. Strategi penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna. Program yang dapat dikembangakan adalah
meningkatkan pemahaman masyarakat melalui sosialisasi secara berskala,
mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pada masyarakat
lokal Desa Sawarna berupa pelatihan pemandu wisata, pelatihan penjaga
pantai, pelatihan kerajinan, pelatihan kuliner, dan pelatihan pengelolaan
Pariwisata. Meningkatkan pengadaan sarana dan prasarana pariwisata
berupa toilet umum, lahan parkir, tempat peribadatan, dan tempat
pembuangan sampah, serta fasilitas usaha masyarakat desa yaitu dengan
pembangunan kios-kios dan rumah produksi untuk kegiatan usaha
masyarakat lokal.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di
Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, maka peneliti mencoba
memberikan saran dari hasil penelitiannya agar dapat membantu dalam melaksanakan
pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna, adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan lingkungan disekitar lokasi wisata di Sawarna sebaiknya
dilakukan secara rutin, sehingga pantai akan terlihat lebih bersih, asri, dan
nyaman.
144
2. Perlunya pengoptimalan pengadaan sarana dan prasarana di lokasi wisata
Desa Sawarna berupa toilet umum, lahan parkir, tempat peribadatan, dan
tempat pembuangan sampah.
3. Memaksimalkan aksesibilitas dan akomodasi di sekitar Desa Sawarna
maupun di Desa Sawarna untuk menarik perhatian kunjungan wisatawan
dan wisatawan dapat berkunjung dengan nyaman dan memberikan kesan
baik.
4. Perlunya Pemberdayaan masyaraakat di Desa Sawarna guna
mengembangkan sama-sama pariwisata Desa Sawarana, pemberdayaan
yang dapat dilakukan yaitu melibatkan masyarakat lokal dalam
pembangunan pariwisata seperti meningkatkan kemampuan masyarakat
lokal dengan cara mengadakan pelatihan ketrampilan usaha dan jasa serta
menyediakan sarana dan prasarana untuk penunjang kegiatan usaha
masyarakat.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abimanyu, A. 2000. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Rakyat. Yogyakarta: PAU-SE UGM
David, R. F. 2010. Strategic Management. Jakarta: Selemba Empat Demartoto, A. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Sebelas
Maret University Press, Surakarta Hadiwijoyo, S.S. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis
Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu Handoko, T. H. 2001. Manajemen. Yogyakarta: PT BPFC Hunger, J. D & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta:
Andi. Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
DIA FISIP UI. Depok J.A. Muljadi. 2012. Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Marr, B (2006). Strategic Performance Management: Laveraging an Measuring
Your Intangible Value Drivers. Berlington USA: Elsevier Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Nawawi, H. 2000. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit di Bidang
Pemerintah dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Pearch, A. J and Robinson, B. Richard. 2011. Manajemen Strategi – Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat Pitana, I. G dan I Ketut S. Dinarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Andi Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Bumi Aksara
: Jakarta
xiii
Robbins, S. P. & Coulter, M. 2009. Manajemen Eight Edition. Jakarta: PT.
Indeks Sammeng, A. M. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka Siagian, P. S. 2007. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Simatupang, V. 2009. Pengantar Hukum Kepariwisataan Indonesia. Bandung :
PT. Alumni Soedjadi. 1995, O&M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, Gunung
Agung : Jakarta Soeharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung :
PT. Refika Adifana
Soetomo. 2012, Pembangunan Masyrakat, Pustaka Pelajar : Yogyakarta Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta:
Bandung _______. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta _______. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tripomo, T dan Udin. 2005. Manajemen Strategis. Bandung: Rekayasa Sains Oliver, S. 2007. Strategic Public Relations. Jakarta : Erlangga Usman, S. 2012, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta Yoeti, O. A. 2000. Ilmu Pariwisata: Sejarah, Perkembangan, dan Prospeknyaa.
Jakarta: PT. Pertja Yohanes, Y. 2006. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graaha Ilmu
Dokumen : Desa Sawarna. 2014. Proposal Bantuan Desa Wisata Sawarna Tahun 2014.
Kabupaten Lebak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata. 2014. Rencana Strategi Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak tahun 2014-2018. Kabupaten Lebak
xiv
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2013. Database Kebudayaan
dan Pariwisata. Serang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2014. Profil Desa Wisata.
Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2013. Rencana Strategi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2014-2018. Banten Dirjen Pengembangan Destinasi pariwisata. 2011. Petunjuk Teknis Operasional
(PTO) Pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata. Jakarta: Dirjen Pengembangan Destinasi pariwisata
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :
KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang PEDOMAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA. 2011
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Sumber Lain :
Darmawan, D. R. 2015. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata Berbasis Ekowisata Sidoakur di Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial – UNY
Dzakwan, M. 2013. Prinsip dan Langkah Manajemen Strategik.
Melalui,<yayasanyamka.blogspot.com/2013/05/prinsip-dan-langkah-manajemen-strategik.html?m=1>. Tanggal akses 13/01/2015
Fitriani, M. 2011. Strtategi Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di
Kabupaten Serang. Serang : Ilmu Administrasi Negara FISIP - UNTIRTA Kurniawati, S. 2013. Manajemen Strategi Sektor Publik : Rumusan Teori dan
Model. Melalui, <https://universityofmanagers.wordpress.com/2013/11/17/manajemen-strategi-sektor-publik-rumusan-teori-dan-model/>. Tanggal akses [16/01/2015]
Priyono, I. P. 2014. Pengembangan Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan
Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul. Yogyakarta : Jurusan Kebijakan Publik dan Manajemen Publik FISIP – UGM
xv
Rorah, D. N. P. 2012. Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) di Desa Wisata Kebonagung. Yogyakarta : Jurusan Ilmu administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial – UNY
Saktiawan, F. Y. 2010. Pentingnya Membangun Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengembangan Desa Wisata. Melalui, <https://buletinbetungkerihun.wordpress.com/2010/11/12/pentingnya-membangun-partisipasi-masyarakat-dalam-pengembangan-desa-wisata/>. Tanggal akses [24/04/2015]
Yanto, A. 2013. Manajemen Strategi Bagi Organisasi Non Profit. Melalui,
<ariyantoyanto93.blogspot.com/2013/02/manajemen-strategi-bagi-organisasi-non.html?m=1>. Tanggal askes [16/01/2015]
PEDOMAN WAWANCARA
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH KABUPATEN LEBAK
Analisis Faktor Internal No Faktor Indikator Pernyataan Kode
Informan 1 Kekuatan Sumber Daya
Manusia a. Bagaimana tingkat
pendidikan pegawai Disporapar Kab. Lebak?
b. Bagaimana pemahaman tugas pokok dan fungsi pegawai Disporapar Kab. Lebak?
c. Adakah pelatihan yang didapatkan pegawai dan pengelola pariwisata?
d. Pelatihan apa saja yang didapatkan pegawai dan pengelola pariwisata?
, ,
, ,
, , , , , , , , , ,
, , , , , , , , , ,
Anggaran Bagaimana anggaran untuk pengembangan pariwisata?
, ,
Pemasaran a. Bagaimana pemasaran yang dilakukan dalam mengembangkan Desa Wisata Sawarna?
b. Promosi apa yang dilakukan?
, ,
, , ,
Bagaimana potensi alam dan buatan yang
, , , ,
dimiliki Desa Wisata Sawarna?
, , ,
2 Weaknesses Kelemahan
Sumber Daya Manusia
Bagaimana dengan ketidakpahaman SDM Disporapar tentang Desa Wisata?
, ,
Kelemahan anggaran
Bagaimana kekurangan anggaran pariwisata?
, ,
Kelemahan pemasaran
Promosi apa yang belum dapat dikembangkan?
, , ,
Kelemahan sarana dan prasarana
Bagaimana pengadaan sarana dan prasarana di Desa Wisata Sawarna?
, , , ,
Analisis Faktor Eksternal 3 Opportunities Lingkungan
Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pengembangan pariwisata di Desa Sawarna?
, , , , , , ,
Sosial a. Bagaimana hubungan
dengan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna?
b. Sejauhmana tingkat partisipasi/dukungan masyarakat?
, , ,
, , , , , , ,
Kebijakan Pemerintah
Dukungan apa yang diberikan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengembangan Desa Wisata?
, , ,
Prestasi a. Prestasi apa yang di dapatkan Desa Wisata Sawarna?
, , , ,
(Sumber : peneliti, 2015)
b. Keunggulan apa yang
dimiliki Desa Wisata Sawarna dibandingkan dengan yang lain?
, , , , , , , , , , , ,
4 Threats Kebijakan Pemerintah
Bagaimana dengan kebijakan pemerintah yang tidak berkelanjutan?
, , ,
Masalah Sosial Dampak apa yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata di Desa Sawarna?
, , , , , , , , ,
Pasar Bagaimana dengan kurangnya fasilitas pemasaran hasil karya masyarakat lokal?
, , , , , , , ,
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM
PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun
pedoman wawancara seperti dibawah ini.
Informan :
1. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Lebak
2. Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga
dan Pariwisata Kabupaten Lebak
3. Kepala Seksi Usaha dan Jasa Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak
4. Seksi Sarana dan Bimbingan Masyarakat Wisata Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak
Pedoman Wawancara
1. Strengths
a. Bagaimana kemampuan SDM bidang Pariwisata di Disporapar Kab.
Lebak dalam pengembangan pariwisata?
b. Bagaimana pemahaman SDM bidang Pariwisata di Disporapar Kab.
Lebak tentang desa wisata?
c. Bagaimana anggaran dalam program pengembangan pariwisata?
d. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pengembangan pariwisata di
Desa Wisata Sawarna?
e. Bagaimana promosi yang dilakuakan Dinas dalam pengembangan
pariwisata Desa Wisata Sawarna?
f. Bagaimana Sarana dan Prasarana pendukung pariwisata di Desa Wisata
Sawarna?
g. Program apa yang dikembangkan Dinas dalam pengembangan pariwisata
di Desa Wisata Sawarna?
h. Kekuatan apa yang dimiliki dinas dalam pengembangan pariwisata?
2. Weaknesses
a. Kelemahan apa yang dimiliki Dinas dalam pengembangan Desa Wisata
Sawarna?
b. Pelatihan apa yang diadakan Dinas untuk meningkatkan kemampuan
pengelola pariwisata?
c. Bagaimana pengelolaan anggaran pengembangan pariwisata di Desa
Wisata Sawarna?
d. Kendala apa yang dimiliki Dinas dalam mempromosikan pariwisata
khususnya Desa Wisata Sawarna?
e. Bagaimana dengan fasilitas pendukung pariwisata di Desa Wisata
Sawarna?
3. Opportunities
a. Bagaimana potensi alam yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?
b. Bagaimana keunikan/atraksi yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?
c. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat dalam pengembangan
pariwisata di Desa Wisata Sawarna?
d. Bagaimana hubungan dengan masyarakat dalam pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna?
e. Sejauhmana tingkat partisipasi/dukungan dari masyarakat?
f. Kebijakan apa yang diberikan Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk
pengembangan Desa Wisata Sawarna?
g. Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna?
4. Threats
a. Bagaimana dukungan Pemerintah yang tidak berkelanjutan?
b. Ancaman apa yang didapatkan terkait pengembangan DesaWisata
Sawarna?
c. Bagaimana dengan persaingan dalam mempromosikan Desa Wisata
Sawarna?
d. Bagaimana dengan daya dukung masyarakat yang kurang?
e. Bagaimana cara mengatasi ancaman dalam pengambangan Desa Wisata
Sawarna?
f. Strategi apa yang dilakukan untuk memanfaatkan peluang dan meredam
ancaman?
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM
PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun
pedoman wawancara seperti dibawah ini.
Informan :
a. Kepala Desa Sawarna
b. Ketua PORDAKWIS (Kelompok Sadar Wisata) Desa Sawarna
c. Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Desa Sawarna
Pedoman Wawancara
1. Strengths
a. Bagaimana peran Disporapar Kab. Lebak dalam pengembangan Desa
Wisata Sawarna?
b. Program apa saja yang didapatkan dari Disporapar Kab. Lebak dalam
pengembangan pariwisata di Desa Sawarna?
c. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pengembangan pariwisata di
Desa Wisata Sawarna?
d. Bagaimana promosi yang dilakuakan Dinas dalam pengembangan
pariwisata Desa Wisata Sawarna?
e. Bagaimana Sarana dan Prasarana pendukung pariwisata di Desa Wisata
Sawarna?
2. Weaknesses
a. Pelatihan atau pembinaan apa saja yang didapatkan pengelola Desa
Sawarna terkait pengembangan Desa Wisata Sawarna dari Disporapar
Kab. Lebak?
b. Fasilitas apa saja yang didapatkan Desa Sawarna dalam pengembangan
desa wisata dari Disporapar Kab. lebak? bagaimana kondisinya?
c. Bagaimana koordinasi dari Disporapar dalam pengembangan Desa Wisata
Sawarna?
3. Opportunities
a. Potensi alam apa yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?
b. Bagaimana keunikan/atraksi yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?
c. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat dalam pengembangan
pariwisata di Desa Wisata Sawarna?
d. Bagaimana partisipasi masyarakat lokal Desa Sawarna terkait
pengembangan Desanya sebagai Desa Wisata?
e. Dukungan apa yang didapat dari Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk
pengembangan Desa Wisata Sawarna?
f. Program apa yang dilakukan Pemerintah Desa dalam pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna?
g. Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pariwisata di Desa
Sawarna?
h. Prestasi apa yang didapatkan Desa Sawarna terkait pengembangan
pariwisata?
4. Threats
a. Bagaimana dengan kebijakan Pemerintah yang tidak berlanjutan?
b. Ancaman apa yang didapatkan terkait menghambat pengembangan Desa
Wisata Sawarna?
c. Cara apa yang dilakukan untuk meminimalisir ancaman yang datang
dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna?
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM
PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun
pedoman wawancara seperti dibawah ini.
Informan :
a. Masyarakat Desa Sawarna
b. Wisatawan
Pedoman Wawancara
1. Strengths
a. Program bantuan Disporapar apa yang didapatkan masyarakat dalam
pengembangan Desa Wisata Sawarna?
b. Sarana dan Prasarana apa saja yang sudah ada di Desa Sawarna sebagai
pendukung pariwisata?
2. Weaknesses
a. Apakah pernah mendapatkan pembinaan atau pelatihan dari Disporapar
kab. Lebak?
b. Fasilitas pariwisata apa yang tidak ada atau kondisi tidak baik di Desa
Wisata Sawarna?
c. Bagaimanakah pengelolaan pariwisata yang didapatkan di Desa Wisata
Sawarna?
3. Opportunities
a. Dukungan apa yang diberikan untuk pengembangan Desa Wisata
Sawarna?
b. Potensi pariwisata apa yang diunggulkan oleh masyarakat Desa Sawarna?
c. Manfaat apa yang didapatkan dari pengembangan Desa Wisata Sawarna?
d. Dapat informasi dari mana tentang Desa Wisata Sawarna?
e. Daya tarik apa yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?
f. Bagaimana sikap masyarakat Desa Sawarna dalam menyambut
wisatawan?
4. Threats
a. Dampak negatif apa yang didapatkan masyarakat lokal dari
pengembangan pariwisata di Desa Sawarna?
b. Ancaman apa yang didapatkan Desa Wisata Sawarna dalam
pengembangannya?
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-Des) DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH TAHUN 2013 - 2016
Desa : Sawarna Kecamatan : Bayah Kabupaten : Lebak
No
Bidang / Jenis Kegiatan Lokasi Sifat volume Sasaran/ mamfaat
Waktu pelaksanaan
Biaya dan sumber biaya ket
Bidang Jenis Kp. RT RW B R L Jml (Rp) sumber 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sarana dan Prasarana
Pengerasan Jl.Lingkungan Sangko – Cisujen 03 √ 2 x 2000 m Masy Petani 2013 20.000.000 APBD dan Swadaya
Rehab Jembatan Semi
Permanen Cikaung-Cibeas 04 v 1.5x40 m Masy Desa 2013 50.000.000 APBD dan Swadaya
Pembangunan sarana air bersih Mata air ciwedus 02 v 300 m Masy Petani 2013 250.000.000 PNPM
Pemansangan Bronjong Leles 05 v 100 m Masy Desa 2014 265.000.000 PNPM
Pemasangan Bronjong Cikaung 04 v 150 m Masy Desa 2014 350.000.000 APBD dan Swadaya
Rabat beton Jl. Lingkungan Tari Kolot 02 v 2 x 1000 m Masy Lingkungan 2013 10.000.000 APBD san APBDES
Rabat beton Jl.Lingkungan Cihaseum 03 v 2 x 1000 m Masy Lingkungan 2013 10.000.000 APBD dan Swadaya
Irigasi Cipanas 10 v 800 m Masy petani 2014 87.000.000 APBD dan Swadaya
Irigasi Cibarengkok 08 v 3000 m Masy Petani 2014 189.000.000 PNPM
Rehab Jembatan Gantung Leles 05 v 60 m Masy Desa 2013 30.000.000 APBD dan Swadya
Rehab Jembatan Gantung Cikaung 04 v 60 m Masy Desa 2013 120.000.000 APBD dan Swadaya
Paving Blok Jln.Wisata Cikaung 04 v 2 x 3000 m Masy Desa 2013 450.000.000 APBD dan Swadaya
Telford Jl. Poros Dusun Tari Kolot 02 v 2 x 3000 m Masy Desa 2013 20.000.000 APBD dan Swadaya
Telford Jl. Poros Dusun Cihaseum 03 v 2 x 1000 m Masy Petani 2013 10.000.000 APBD
Telford Jl. Ke Legon Pari Leles 05 v 2 x 2000 m Masy Petani 2013 25.000.000 APBD dan Swadaya
Rehab Gorong-gorong Cibarengkok 08 v 6 unit Masy.Lingkungan 2013 12.500.000 APBD dan APBDES
Telford Jl. Lingkungan Kp.Baru 06 v 2 x 500 m Masy.Lindkungan 2014 10.000.000 APBD dan Swadaya
Rabat Beton Jl. Lingkungan Cibeas-cisujen 01 v 2. x 1500 m Masy.Lingkungan 2014 35.000.000 APBD dan Swadaya
Telford Jl. Lingkungan
Sangko-
cibarengkok
08 v 2 x 2500 m May.Petani 2014 25.000.000 APBD dan Swadaya
Pembangunan sekretariat
RT/RW Menyebar v 10 Unit
Pewlayanan
Masyarakat 2013-2016 60.000.000 APBDEs dan Swadaya
Penataan Objek Wisata Goa
Langir Cihaeum 03 v 1000 m
Wisatawan dan
Masy Desa 2014 75.000.000 APBD dan Swadaya
Penataan Objek Wisata Goa
Lalay Cipanas 10 v
Petani dan
Wisatawan 2013 25.000.000 APBD dan Swadaya
Penataan Objek Wisata Ziarah Cihaseum 03 v 200x150m Masy.Desa 2015 36.000.000 APBD
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Penataan Wisata Ciantir-Tj.
Layar Cikaung 04 v 2000m
Masy. Desa dan
Wisatawan 2013 95.000.000 APBD
Pembangunan jembatan
Permanen Pantai Ciantir 02 04 √ 2.5x 60 m
Masy. Desa dan
Wisatawan 2013 960.000.000 APBD I
Penataan Lapangan Olah Raga
Gempol dan
Cibeas 01 01 v 75x120m Masy Desa 2013 30.000.000 APBD dan swadaya
Pembangunan Gedung serba
guna Gempol 01 06 v 15x20m Msy. Desa 2015 97.000.000 APBD dan APBDES
2 KESEHATAN
Pembangunan MCk Cikaung 01 04 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2014 30.000.000 APBD dan Swadaya
Pembangunan MCK Cihaseum 01 03 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2013 30.000.000 PNPM
Penbangunan MCK Cihaseum 02 03 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2013 30.000.000 PNPM
Pembangunan MCK Mulyasari 03 03 v 3 Unit Masy.LIngkungan 2013 30.000.000 PNPM
Pembangunan MCK Sangko 04 02 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2013 30.000.000 PNPM
Pembanguan MCK Cicayur 03 02 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2013 30.000.000 ABPD dan APBDES
Pembangunan MCK Cisujen 03 01 v 1 unit Masy.Lingkungan 2013 10.000.000 APBD
Pembangunan MCK Cisujen 04 01 v 2 unit Masy.Lingkungan 2013 25.000.000 APBD dan Swadaya
Pembangunan MCK Kp.Baru 03 06 v 2 unit Masy.Petani 2013 25.000.000 APBD dan Swadaa
Pem.Pembuangan ampah Cihaseum 01 03 v 1 unit Kesehatan.Ling 2014 5.000.000 APBD dan Swadaya
Pembangunan Pem. Sampah Cihaseum 02 03 v 1 unit Kesehatan.Ling 2013 5.000.000 ASPBD dan APBDES
Pem.Pembuangan sampah tarikolot 01 02 v 1 unit Kes.Lingkungan 2014 5.000.000 APBD dansaawadaya
Pem.Pembuangan sampah Cibeas 01 01 v 1 unit Kes.Lingkungan 2014 5.000.000 APBD
Pembangunan Pos Yandu Menyebar 10 RW v 10 unit
Pelyanan
Kesehatan
Masyarakat
2016 100.000.000 APBD dan Swadaya
Pembenahan Sanitasi/saluran
air Meyebar 10 RW v 1000m
Kesehatan
Lingkunagan 2015 120.000.000 APBD
3 PENDIDIKAN
Pembangunan PAUD Kp.Baru 03 06 v 3 unit Peningkatan SDM 2015 146.000.000 PNPM
Pembangunan PAUD Gempol I 01 6 v 3 unit
Peningkatan
ADM 2013 146.000.000 PNPM
Pembangunan MDA Kp.Baru 03 06 v 3 unit
Peningkatan Budi
Pekrti/Akhlak 2015 165.000.000 PNPM
Pembangunan SMA Kp. Mulyasari 03 03 v 6 unit Peningkatan SDM 2014 450.000.000 APBD
Pembangunan PAUD Tarikolot 01 02 v 3 unit Peningkatan SDM 2015 175.000.000 PNPM
4 E K O N O M I
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Pembangunan pasar Desa Gempol 02 08 V 15 unit Mempermudah
consume dan
produsen
2015 195.000.000 APBD dan swadaya
Pembangunan kios Wisata Ciantir 01 04 v 20 unit Peningkatan
ekonomi masy
2015 267.000.000 APBD dan Swadaya
Bantuan Modal usaha
Pengrajin mebeler
Menyebar 10 RW V 10 kelompok Meningkatkan
kwuwalitas dan
produksi
2015 150.000.000 APBD
Pelatihan Ukiran Cendra mata Karang Tauna
Desa
v 12 orang Peningkatan
Keahlian
2015 85.000.000 APBD
Bantuan Peralatan Pemantau
Pantai / GUIDE Ciantir 01 04 v 10 orang
Epektipitas
penanggulanagn/
penyelamatan
2014 60.000.000 APBD
Simpan Pinjam Perempuan
(SPP)
Menyebar 10 RW v 10 Kelompok UKM 2013 100.000.000 PNPM
5 S0SIAL DAN BUDAYA
Pembangunan Gedung
Kesenian
gempol 01 06 v 12x16 m Pengembangan
Seni Budaya
2015 185.000.000 APBD dan Swadaya
Penyediaan seperangkat
alat Degung
Desa Sawarna v 1 unit
Pelestarian
Budaya 2015 25.000.000 APBD dan APBDES
Seperangkat sound system Karang taruns v 1 unit Pemberedayaan
Generasi Muda
2015 15.000.000 APBD
Pembangunan Runah Kumuh
Menyebar 10 RW v 100 Unit
Masyarakat
Miskin 2015 250.000.000 APBD
Pembangunan Sekretariat Karang Taruna
Gempol 01 06 v
I unit
Karang Taruna
lebih
terakomodir
2015 15.000.000 APBD dan APBDES
Rehab Lapang Volly Kp.Baru 03 06 v Motivasi olah
ragawan
2013 5.000.000 APBDES dan swadaya
Penyediaan seperangkat
alat musik calung
v 1 unit Pelestarian
Budaya
2013 25.000.000 APBD dan APBDes
6 K E A G A M A A N APBD I
Pembangunan Ponpes
Salafi
cikaung 01 04 v 15x16m Pendidikan
Aklakul Karimah
2015 125.000.000 APBD dan swadaya
Pembangunan Majes ta’lim Cisujen 03 01 v 1 unit Pengajian ibu-ibu 2015 20.000.000 APBD dan APBDES
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Bantuan peralatan
sholat/sajadah Meyebar 10 RW v 200 unit
Peningkatan
ibadah 2015 10.000.000 APBD dan APBDES
Rehab Majelis ta’lim Leles 01 05 v 12x10m
Kegiatan
Keagamaan 2012 15.000.000 Swadaya
Pembangunan Majelis
ta’lim
Cihaseum 03 03 v 10x12m Kegiatan
Keagamaan
2015 26.000.000 Swadaya dan APBDES
Pembangunan Gedung
Tsanawiyah
Gempol II 03 09 v 4 unit Pengembangan
keagamaan
2015 125.000.000 APBD
7 P E R T A N I A N
Modal Usaha Tani Desa Sawarna V 2 Kelompok Peningkatan
kesejahteaan
petani
20013-2014
100.000.000
APBN
Pembangunan jalan Usaha
Tani
leles 01 05 V 7 KM Kelancaran
Transportasi
Pertanian
2013 250.000.000 APBN & Swadaya
Pembangunan Bendungan
irigasi Pertanian
Ciwedus V 1 Unit Peningkatan
Produksi
pertanian
2014 200.000.000 APBD Prov & Swadaya
Peremajaan pohon Kelapa DEsa Sawarna V 50 Ha Pemanpaatan
Lahan Kosong
2013 30.000.000 APBD Kab & Swadaya
Bantyuan Hand Traktor Desa Sawarna V 2 Unit Kelancaran
Pengolahan lahan
Pertanian
2013 30.000.000 APBD Prov.
Pembangunan bendungan
irigasi
Cibeas-cihaseum 01 01-
03
V I unit Peningkatan
Produksi
2014 70.000.000 APBD Kab & Swadaya
Perluasan lahan Pesawahan Blok. Cibarengkok 01-
02
05 V 2 Ha Peningkatan
kesejahteraan
petani
2015 20.000.000 APBD & Swadaya
Semenisasi/ rehab jalan
Lingkungan
Gempol II 09 V 400 M Kelancaran
transportasi
2013 10.000.000 APBD &APB-Des &
Swadaya
Sawarna 17 Januari 2013
Kepala Desa Sawarna
SUHANDA, S.IP.
I. REKAPITULASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (RKP-DESA) BERDASARKAN RKP-DESA
TAHUN 2015
DESA
: SAWANA
KECAMATAN : BAYAH
KABUPATEN : LEBAK
PROVINSI : BANTEN
No Jenis Kegiatan Tujuan Kegiatan
Lokasi (RW/RT, Kampung, Dusun,
dll.) Sasaran Target
Sifat Waktu Pelaksanaa
n
Biaya PenanggungJawab
Ket B L R P Rp Sumber
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14
I APBD Provinsi :
1 Pembangunan Jembatan Gantung Jalur Akses Menuju Lokasi Wisata dan Perkampungan
Jembatan Kp. Cibeas RW. 001 menuju Kp. Cikaung RW. 04
Masyarakat dan Wisman
Penyempurnaan jalan akses wisata V
2015 1.000.000.000 APBD Prop Timlak
II APBD Kabupaten :
1 Pemeliharaan berkalajalan Sawarna - Ciawi
Pemeliharaan Berkala dan Peningkatan Jalan kabupaten
Ds. Sawarna Sebagai akses jalan umum
Penyempurnaan jalan umum V 2015 1.500.000.000 APBD Kab. Timlak
2 Pembangunan Jembatan Permanen
Jalur Akses Menuju Lokasi Wisata dan Perkampungan
Ciroyom Wilayah RW. 02
Masy.Desa dan Wisatawan
Mempermudah tempat kegiatan V 2015 1.150.000.000 APBD Kab Timlak
3 Pemeliharaan rutin jaringan irigasi Penguatan sarana Ciburial Ds. Sawarna Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi V 2015 9.000.000 APBD Kab. Timlak
4 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penguatan sarana Cibarengkok Ds. Sawarna
Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi V Pebruari
‘2015 40.000.000 APBD Kab. Kel. P3A
5 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penguatan sarana LebakJati Ds. Sawarna
Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi V Pebruari
‘2015 40.000.000 APBD Kab. Kel. P3A
6 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penguatan sarana Cihaseum Ds. Sawarna
Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi V Pebruari
‘2015 40.000.000 APBD Kab. Kel. P3A
7 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penguatan sarana Cikaung Ds. Sawarna Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi V Pebruari
‘2015 40.000.000 APBD Kab. Kel. P3A
8 Padat Karya Penguatan sarana Ds. Sawarna Memperbaiki Jalan lingkungan yang sdh rusak.
V 2015 114.131.000 APBD Kab Timlak
9 Lanjutan Rehabilitasi Pustu Penguatan sarana Ds. Sawarna Penyempurnaan fasilitas
Melengkapi bangunan yang belum selesai V 2015 7.692.900 APBD Kab. Timlak
Mengetahui, Kepala Desa Sawarna
SUHANDA, S.IP.
Sawarna, 01 Januari 2015 Ketua LPM
ZAENAL MUSTHOFA, S.Pd.
PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
KECAMATAN BAYAH
D E S A S A W A R N A Jalan Raya sawarna Nomor : 28 Sawarna 42393
KEPUTUSAN KEPALA DESA SAWARNA
Nomor :141/Kep.01/D.2012/VI/2013
Tentang
PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA
DIWILAYAH PEMERINTAH DESA SAWARNA
KEPALA DESA SAWARNA
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta dalam rangka penertiban Perangkat Desa perlu diadakan perubahan / penggantian perangkat Desa.
b. Bahwa untuk dimaksud diatas hurup (a) perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa Sawarna.
Mengingat Memperhatikan
: :
1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Desa; 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Propinsi Banten; 3. Peraturan Daerah Kab. LebakNomor 29 Tahun 2000 Tentang Pemerintah Desa
(Lembaran Daerah Kab. Lebak Nomor 24 Seri D). Hasil Keputusan Rapat Kepala Desa Sawarna bersama seluruh aparatur pemerintahan Desa pada tanggal 12 Juni 2013
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERTAMA : Memberhentikan dengan hormat perangkat desa yang nama-namanya tersebut pada
lajur (2) lampiran surat keputusan ini dari jabatannya sebagaimana tersebut pada lajur (30) disertai ucapan terima kasih dan penghargaan atas bantuan pemikiran dan tenaga yang telah disumbangkan kepada Negara, daerah dan desa selama pengabdiannya.
KEDUA KETIGA KEEMPAT
: : :
Mengangkat perangkat desa yang nama-namanya tercantum pada lajur (5) dan dalam jabatan sebagaimana tercantum pada lajur (6) lampiran surat keputusan ini. Petikan surat keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan. Surat keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perubahan dan atau perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan.
Menyetujui, Ketua BPD Desa Sawarna
KUKUN KURNIA
Ditetapkan di : Sawarna Pada tanggal : 12 Juni 2013
KEPALA DESA SAWARNA
SUHANDA, S.IP.
LAMPIRAN : Surat Keputusan Kepala Desa Sawarna Nomor : 141/Kep.01/D.2012/VI/2013 Tanggal : 12 Juni 2013 Perihal Pemberhentian dan Pengangkatan Perangkat Desa Di Wilayah Pemerintah Desa Sawarna
MEMBERHENTIKAN MENGANGKAT
NO NAMA JABATAN NO NAMA JABATAN
1 2 3 4 5 6
1. LILI SUHELI KAUR PEMERINTAHAN 1. LILI SUHELI SEKRETARIS DESA SAWARNA
2. IDA YUNINGSIH, S.Pd.I KAUR KESRA 2. YUDI HERMAWAN KAUR PEMERINTAHAN & TRANTIB
3. YUDI HERMAWAN KAUR TRANTIB 3. HASBULOH KAUR KESRA & EKBANG
4. HOLISOH KAUR KEUANGAN 4. HOLISOH KAUR UMUM & KEUANGAN
5. YAYAT SUPRIATNA KAUR EKBANG 5. YAYAT SUPRIATNA STAF EKBANG DAN KESRA
6. HASBULLOH KAUR UMUM 6. PENTUS STAF UMUM
7. FITRI ANDRIANI STAF KAUR PEMERINTAHAN 7. RUHEDIN, S.KOM STAF KEUANGAN
8. INTAN SRI MUSTIKA STAF KAUR PEMERINTAHAN 8. INTAN SRI MUSTIKA STAF PEMERINTAHAN
9. YADI NURYADIN STAF KAUR UMUM 9. MISPALUDIN STAF TRANTIB
10. DASEP STAF KAUR TRANTIB 10. KHOLID STAF TRANTIB
12. 11. YADI NURYADIN STAF UMUM
Sawarna, 12 Juni 2013
Kepala Desa Sawarna
SUHANDA, S.IP.
DENAH OBYEK WISATA DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH
KABUPATEN LEBAK
U
1 CARIANG
GINA RICKI
CIHASEUM
HULA-HULA
TUMENGGUNG
KAMPUNG WISATA
CIKAUNG
KAMPUNG
CIBEAS
KAMPUNG
CIHASEUM
KAMPUNG TARI
KOLOT
KAMPUNG
TUMENGGUN
G
LAPANGAN
SEPAK BOLA
KANTOR
DESA
SAWARN
A
CIANTIR
BEACH
KETERANGAN :
ANGSANA
ANDRA
AURA
NIKEN
MILLANG
BATARA II
WIDI I
CLARA II
JAVA BEACH
KANG HENDI
ANDREW
CLARA
BATARA
MUARA CISAWARNA
Akses Menuju
Pantai Ciantir
GOA LANGIR
BEACH
GOA
LALAY
Daftar Riwayat Hidup
DATA DIRI Nama : Yunita
Tempat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 5 Juni 1993 Alamat : Jalan Makmur V, Blok N6 No 9 RT/RW 09/008,
Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang-Banten (15148)
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Hobby : Travelling
KONTAK No. Kontak/HP : 083813722983
E-mail : [email protected]
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
NIM : 6661110637
Riwayat Pendidikan
Tahun Jenjang Pendidikan Nama Institusi Pendidikan
Sedang di tempuh Strata 1 (S1) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2008 – 2011 Sekolah Menengah Atas SMAN 9 Kota Tangerang
2005 – 2008 Sekolah Menengah Pertama SMPN 18 Kota Tangerang
1999 – 2005 Sekolah Dasar SDN 3 Cipondoh 1998 – 1999 Taman Kanak-Kanak TK Assalam
Organisasi
Tahun Jenis / Nama Organisasi
2012 HIMANE
2012 Administrator Muda Indonesia (ADMI)
2013 HIMANE
2014 BEM FISIP UNTIRTA