Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PENGEMBANGAN TABUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT
(BUNGKESMAS) DI SOCIAL TRUST FUND (STF) UIN JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah ( SE.Sy)
Oleh
FARIZ ABDUL ROHMAN
NIM : 1110046100218
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/ 1436 H
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Penguasa Alam semesta
Yang berkat segala limpahan rahmat, taufik, inayah dan hidayah-Nya, alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita
mendapatkan syafaa’at nya di hari akhir nanti.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat dorongan semangat dan bantuan dari
berbagai pihak yang sangat penulis hargai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan
yang setinggi-tingginya terutama kepada :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali., M.A. Ketua Program Studi Muamalat Fakultas
Syari’ah dan Hukum.
3. Bapak Abdurrauf, MA. Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas
Syari’ah dan Hukum.
4. Ibu Yuke Rahmawati, M.A. Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa
mengingatkan penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
ii
5. Dr. H. Abdurrahman Dahlan, M.A. Pembimbing skripsi yang telah
membimbing,, mengarahkan, mengoreksi, dan memberikan saran-saran yang
amat berharga kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan skripsi
ini.
6. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si sebagai Penguji skripsi penulis yang
telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga penulis bisa
menyelesaikan proses revisi skripsi.
7. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang amat bermakna selama penulis mengikuti perkuliahan di
FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H.A.Rafe’i dan Ibunda Hj. Bai Supliah
yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendo’akan tanpa kenal lelah
kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
9. Kepada teteh Neng, Yanah, Tati, Khusnul. Empat kaka perempuan tercinta
penulis yang selalu memberikan dorongan, dukungan , dan motivasi kepada
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
10. H. Endang Hamdani, dan Abanganda Ali Syamsudin. Dua kaka ipar yang
tanpa henti mendukung dan memberikan dukungan materi dan non materi
kepada penulis.
iii
11. Kepada Ayahanda Drs. H. Tumidjan Soepono, B.A M.Si dan Adinda Denayu
Swami Vevekananda yang telah mendukung dan memberikan dorongan dan
motivasi kepada penulis untuk lebih bersemangat menyelasaikan skripsi ini.
12. Kawan-kawan “HMI Cabang Ciputat” yang telah berjuang bersama, dan
memberikan kesempatan penulis dalam mengkader diri di organisasi ekstra
kampus. terkhusus kepada Kanda Ridho Akmal Nst, Kanda Asep Sholahuddin
dan Kanda Dhani Ramdhany
13. Kawan-kawan HMI Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum Cabang Ciputat.
Tempat awal penulis mengkader diri dan diberi amanah untuk
mengembangakan potensi di luar kampus. Terkhusus kepada M. Rois, Ade
Septiawan Putra, S.Sy, M. Caesal Regia, M. Ibnu Taslim, S.Sy, dan MPKPK
HMI Komfaksy Humaedullah Irpan, Abiyudin, SH, Abdurrahman dan Kanda
Moh Tohir SE, Sy. Yakin Usaha Sampai!
14. Kawan-kawan IKDAR (Ikatan Keluarga Alumni Daarur Rahman) Ciputat
yang selalu mendukung dan tempat bertukar pikiran bersama penulis.
15. Kawan, sahabat, dan tempat bersandar penulis. A.Zakial Fajri Nas dan
Husnul Qari. Terimakasih dan selamat berjuang lagi kawan.
16. Kawan dan mentor skripsi penulis, Ismail, SE, Sy, Nisrina Mutiara Dewi
SE,Sy, Dea Hilyatul Aulia, SE, Sy, Sena Siti Arafiah. S.Sy dan Zaki Halim,
SE,Sy
iv
17. Untuk staf PF dan PU, terimakasih atas fasilitas dan referensi yang diberikan
kepada penulis sehingga mempermudah dalam menyelesaikaan skripsi ini.
18. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima
kasih atas segala bantuan dan sumbangsihnya, baik moril ataupun materil
dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
Semoga bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak tersebut mendapat
balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 06 Oktober 2015
FARIZ ABDUL ROHMAN
v
ABSTRAK
Fariz Abdul Rohman NIM 1110046100218. Strategi Pengembangan Tabungan
Kesehatan Masyarakat di Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta, Program Studi
Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1436 H / 2015 M, vi + 82 halaman.
Penelitian ini menggunakkan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan, wawancara langsung, dan
studi dokumentasi di mana penulis melakukan pengidentifikasian secara sistematis
dari sumber yang berkaitan dengan objek kajian yaitu STF UIN Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk Strategi Pengembangan
Bungkesmas di STF UIN Jakarta dan merumuskan alternatif strategi yang tepat bagi
STF UIN Jakarta dalam mengembangkan Bungkesmas dengan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threats).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa STF UIN Jakarta masih kesulitan dalam
mengembangkan Bungkesmas. Maka STF UIN Jakarta harus mengambil langkah
strategi berupa penguatan visi dan misi lembaga, penguatan produk, peneterasi pasar,
dan pengembangan pasar.
Kata kunci : Strategi Pengembangan, Bungkesmas, STF UIN Jakarta, Analisis
SWOT.
Pembimbing :Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A
Daftar pustaka :Tahun1985 s/d tahun 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
E. Kajian Pustaka (Review Studi terdahulu) 9
F. Kerangka Teori dan Konseptual 11
G. Metode Penelitian 14
H. Sistematika Penulisan 18
BAB II : KONSEP TABUNGAN PLUS KESEHATAN
A. Konsep Strategi Pengembangan
a. Strategi Pengembangan 22
b. Proses Pengembangan Produk Baru 25
B. Konsep Tabungan Plus Asuransi Kesehatan
a. Pengertian Tabungan 27
b. Pengertian Asuransi 30
c. Pengertian Ausransi Kesehatan 32
C. Konsep Analisis SWOT Sebagai Formulasi Strategi
a. Analisis Lingkungan 34
b. Perumusan Strategi 36
c. Implementasi Strategi 37
d. Evaluasi Strategi 39
BAB III : PROFIL LEMBAGA STF UIN JAKARTA
A. Gambaran Umum Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta
a. Sejarah Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta 41
b. Visi Misi STF UIN Jakarta 42
c. Fokus STF UIN Jakarta 43
d. Aktifitas STF UIN Jakarta 43
e. Struktur STF UIN Jakarta 43
f. Program STF UIN Jakarta 44
B. Konsep Bungkesmas STF UIN Jakarta 48
C. SOP Bungkesmas STF UIN Jakarta 50
D. Strategi STF UIN Jakarta dalam Mengembangkan Program Tabungan
Kesehatan Masyarakat 57
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Pengembangan Bungkesmas STF UIN Jakarta 59
B. Analisis Alternatif Strategi Dengan Menggunakan SWOT dalam
Pengembangan Bungkesmas STF UIN Jakarta 67
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan 80
B. Saran 81
DAFTAR PUSTAKA 83
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap-Tahap Strategi 13
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 14
Gambar 2.3 Dana Talangan Pendidikan STF 45
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 LKM/BMT Provider Bungkesmas 49
Tabel 1.2 Syarat dan Ketentuan Bungkesmas 52
Tabel 1.3 Manfaat Jaminan Asuransi Bungkesmas 54
Tabel 1.4 Tambahan Manfaat Jaminan Asuransi Bungkesm 66
Tabel 1.5 Matriks Analisis SWOT 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dalam melakoni hidup dan kehidupannya selalu
dihadapkan pada berbagai macam resiko, terutama resiko yang tak
disenangi dan bersifat merugikan (pure risk), seperti resiko bisnis, resiko
kecelakaan, dan resiko sakit, jika ketidakpastian yang mendatangkan
kerugian tersebut menimpa seseorang, misalnya meninggal dunia, ahli
waris akan kehilangan pendapatan. Atau orang yang terkena penyakit akan
kehilangan uang untuk biaya pengobatannya.1
Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan (qadha dan
qadar) Allah SWT, namun manusia (muslim) wajib berikhtiar dalam
menghadapi resiko ini setiap manusia dapat berikhtiar dengan pilihan
alternatif menanggung sendiri, membagi resiko dengan pihak lain, atau
menyerahkan resiko sepenuhnya kepada pihak lain.
Bila sebuah resiko ditanggung sendiri, salah satu upayanya bisa
dengan menabung, namun ikhtiar ini seringkali tidak mencukupi, karena
resiko yang terjadi melebihi dari yang diperkirakan, atau resiko terjadi
namun dana tabungan tidak mencukupi. Sedangkan bila resiko tersebut
dibagi atau dialihkan, diharapkan pada saat terjadi musibah, maka
berkurangnya nilai ekonomi atau kesejahteraan keluarga dapat terjamin
1 Khoirul Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Maslahat, (Jakarta: Tiga Serangkai 2007), h.
6
2
(tergantikan), begitu pula dengan hilangnya fungsi sebuah benda dapat
tergantikan juga.
Dalam konsep islam, asuransi islami bukanlah semata profit
oriented, tetapi ia mengandung nilai social oriented, jadi perpaduan antara
dua kepentingan inilah yang dibangun oleh asuransi syariah dalam
menjalankan roda bisnisnya.
Asuransi sebagai sebuah perlindungan merupakan langkah yang
tepat bagi seseorang dalam membagi atau mengalihkan suatu resiko,
karena asuransi menjawab kebutuhan rasa aman bagi setiap orang.2
Namun pada kenyataannya banyak sekali masyarakat Indonesia
khususnya masyrakyat miskin yang tidak mengerti tentang konsep
asuransi dan bagaimana cara menjadi peserta asuransi, hal ini juga
diperparah dengan kurang sadarnya masyarakat miskin untuk menyisihkan
uang nya untuk kejadian yang tidak diduga-duga seperti jatuh sakit.
Dalam hal kesehatan, ketika berhadapan dengan kemiskinan seperti
yang terjadi pada masa krisis ekonomi, reaksi masyarakat bermacam-
macam, seperti orang miskin cenderung menghindari fasilitas rawat jalan,
menunda pelayanan rumah sakit, menghindari penggunaan jasa spesialis
yang mahal, cenderung memperpendek rawat inap, membeli separuh atau
bahkan sepertiga obat yang diresepkan sihingga tidak menjalani
pengobatan total, mencari pengobatan lokal yang kadang-kadang dapat
menimbulkan efek berbahaya , para ibu cenderung melahirkan di rumah
2 Cacan S. Agis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful (Jakarta: PT. Syarikat Takaful
Indonesia 2005), h. 9-10
3
dengan bantuan dukun yang memperbesar resiko persalinan, penyakit
menjadi kronis karena menghindari pengobatan yang mahal. Pasien gagal
ginjal cendrung menunda, membatalkan atau dibatalkan dari pengobatan,
pasien cenderung mengobati sendiri yang berakibat terjadi komplikasi,
tingkat pengguguran kandungan meningkat karena karena biaya dan
implikasi sosial ekonomi, pasien menolak atau menunda prosedur operasi
karena ketiadaan biaya.3
Untuk memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat
pemerintah pemerintah di tahun 2014 menggulirkan program JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Program telah memberikan angin segar untuk masyarakat
Indonesia. Kemudian disempurnakan dengan adanya BPJS Kesehatan
yang dijalankan oleh BPJS. Dengan adanya program tersebut semua
masyarakat mendapaatkan pelayanan sosial kesehatan dari pemerintah.
Namun, pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena
penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang
rutin atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada
penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada
umumnya menjadi biaya perawatan di rumah sakit, obat-obatan, operasi,
dan lain-lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri
sendiri maupun keluarga.Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit
sedikit jadi miskin.
3Soendoro T, Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan: Tindakan Strategis Untuk
Mengurangi Dampak Krisis di Sektor Kesehatan. Medika. Edisi Khusus September 1999
4
Social Trust Fund UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengembangkan sebuah program pelayanan kesehatan bagi masyarakat
tidak mampu.Program ini bertujuan untuk mendidik dan memberikan
pemahaman bahwa kesehatan merupakan elemen penting dalam
peningkatan produktifitas kerja dan pendapatan mereka. Program ini
didesain dengan memadukan tabungan dan asuransi kesehatan dan
kecelakaan.4
Sebagai program pemberdayaan dan advokasi masyarakat miskin,
Bungkesmas coba didisein untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
yang sering diabaikan yaitu kesehatan. Karenanya ketika program ini
digulirkan, banyak masyarakat yang kemudian tertarik dan menganggap
program ini penting bagi mereka.
Bungkesmas mendorong masyarakat untuk dapat menyisihkan
pendapatan mereka untuk keperluan kesehatan melalui tabungan, dan
jaminan asuransi murah dan mandiri melalui jaminan asuransi kesehatan
dan kecelakaan. Dengan program Bungkesmas, masyarakat diharapkan
dapat bekerja lebih tenang karena memiliki dana cadangan kesehatan dan
jaminan asuransi kesehatan dan kecelakaan selama satu tahun penuh.
Program Bungkesmas ini dilaksanakan oleh Baitul Mal Wat-
Tamwil (BMT)/Koperasi atau lembaga sejenis sebagai provider utama.
Pemilihan BMT/Koperasi sendiri disasarkan karena lembaga keuangan ini
memang berorientasi pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
4 Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013
5
miskin di mana BMT/koperasi fungsi sosial (maal) selain profit oriented
(tamwil).
Saat diinisiasi pada tahun 2010, Bungkesmas hanya
diimplimentasikan di wilayah Sulawesi Selatan, bekerjasama dengan 4
(empat) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dan hanya memilik 100 (seratus)
anggota. Dalam tiga tahun program Bungkesmas telah dikembangkan di
wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Jabodetabek, dengan
bekerja sama dengan 66 BMT dan memiliki 3000 anggota Bungkesmas5.
Dengan adanya penambahan wilayah pengembangan, pertambahan jumlah
BMT sebagai provider Bungkesmas dan penambahan jumlah peserta
menjadi bukti bahwa program ini diterima dengan baik oleh masyarakat
kecil.
Sebagai program pendukung dari program pemerintah,
Bungkesmas diharapkan dapat lebih berkembang pada masa yang akan
datang dimana manfaatnya dapat dirasakan tidak hanya pada masyarakat
petani, pedagang kecil tetapi juga kaum kaum pekerja, buruh pabrik, ibu
rumah tangga biasa dan lainnya. Karenanya, perlu ada sinergi dari banyak
pihak dalam menjalankan dan mengembangkian program Bungkesmas
ini.6
Dengan keunikan program Bungkesmas ditinjau dari manfaat dan
kegunaann serta karakteristiknya sebagai pelengkap jaminan kesehatan
milik pemerintah, serta masih kurang berkembangnya program
5Laporan Kegiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013
6 Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M.Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
6
Bungkesmas, maka saya tertarik untuk meneliti tentang program Tabungan
Kesehaatan di Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta dengan judul
“Strategi Program Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas)
Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta”
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Strategi Pengembangan Bungkesmas yang sudah
dijalankan oleh STF UIN Jakarta ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Strategi Pengembangan
Bungkesmas di STF UIN Jakarta ?
3. Apa saja faktor-faktor pendukung dari Bungkesmas STF UIN
Jakarta?
4. Bagaimana tantangan dan kendala STF UIN Jakarta dalam
mengembangkan Program Bungkesmas?
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-
batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Pembatasan
7
masalah berguna untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang
tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian.7
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, agar penelitian dalam
skripsi ini terfokus pada permasalahan yang ingin dibahas, penulis
membatasi masalah pada uraian yang telah dipaparkan pada
identifikasi masalah di atas, penulis merasa perlu untuk membatasi
permasalahan sebagai berikut:
a. Objek yang diteliti hanya Social Trust Fund (STF) Universitas
Islam Negeri (UIN) Jakarta.
b. Masalah yang diteliti pada masalah bagaimana strategi dan
kebijakan STF UIN Jakarta dalam pengembangan Program
Bungkesmas, ditinjau melalui perspekif formulasi strategi,
implementasi strategi, pengendalian strategi, dan melalui
perspektif strengths (kekuatan),weaknesses (kelemahan),
opportunities (peluang), dan threats (tantangan).
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, agar mempermudah
penulis menyusun skripsi ini, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimanakah bentuk Strategi Pengembangan yang dilakukan
STF UIN Jakarta dalam program Bungkesmas?
7Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
2006) h. 23
8
b. Bagaimanakah Alternatif Strategi yang tepat untuk dilakukan
oleh STF UIN Jakarta dengan menggunakan Analisis SWOT?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui strategi bisnis yang dijalankan STF UIN
Jakarta pada program Bungkesmas Jakarta melalui pendekatan
SWOT
b. Untuk mengetahui alternatif strategi yang tepat dalam
pengembangan program Bungkesmas
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas
mengenai strategi pemasaran dan pengembangan program
asuransi plus jaminan kesehatan Bungkesmas STF UIN Jakarta
b. Bagi STF UIN Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif
strategi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengimplementasian program Bungkesmas STF UIN Jakarta.
c. Bagi Program Studi Muamalat/Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah khazanah ilmu
pengetahuan, melengkapi informasi yang berharga khsususnya
9
dalam pengenalan program-program jaminan dan asuransi
sosial.
d. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
atau masukan informasi tentang pentingnya tabungan kesehatan
bagi keberlangsungan hidup serta cara dan mekanisme
pengajuan menjadi peserta program Bungkesmas STF UIN
Jakarta di BMT-BMT yang sudah bekerja sama sebagai
provider.
D. KAJIAN PUSTAKA (REVIEW TERDAHULU)
1. Analisis SWOT Terhadap Produk Asuransi Unit Link (Studi Pada PT.
Asuransi Takaful Keluarga) oleh Siti Muyasarah, Konsentrasi Asuransi
Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syari‟ah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Dalam skripsi
ini membahas bagaimana perkembangan asuransi unit link pada Asuransi
Takaful Keluarga, dan bagaimana hasil prosedur analisis SWOT terhadap
produk unit link Asuransi Takaful Keluarga. Perbedaannya dengan skripsi
saya pada objek penelitian sebelumnya mengenai analisis SWOT produk
asuransi Unit Link yang merupakan pengembangan dari produk asuransi
konvensional dan asuransi syariah. Strategi pengembangan dan
pemasarannya, dan bagaimana produk asuransi Unit Link dianalisa
10
dengan SWOT. Namun yang peneliti lakukan lebih kepada Analisa SWOT
terhadap perkembangan Program Bungkesmas.
2. Strategi Pengembangan Binsis Waralaba Lembaga Pendidikan Primagama
oleh Dewi Irma Fitrianti, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi
Muamalat, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2009. Dalam skripsi ini membahas bagaimana
strategi bisnis waralaba Primaraga dan pengembangannya, bagaimana
alternatif strategi untuk mengembangkan bisnis waralaba dengan
menggunakan SWOT, dan bagaimana tinjauan kesesuaian strategi
pengembangan bisnis waralaba dengan prinsip syariah. Perbedaannya
dengan skripsi saya ada pada objek penelitian sebelumnya mengenai
strategi pengembangan lembaga Primaraga yang merupakan bisnis
waralaba, sedangkan yang penulis lakukan lebih spesifik kepada
pengembangan produk/program Bungkesmas dengan analisis SWOT.
3. Pendekatan Analisis SWOT Terhadap Produk Tabungan Haji Arafah
(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia) oleh Cipta Kurnia Aji,
Konsentrasi Perbankan Syari‟ah, Program Studi Muamalah, Fakultas
Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2009. Skripsi ini membahas Analisis SWOT produk Tabungan Haji
Arafah, bagaimana rancangan strategi Bank Muamalat Indonesia
mengenai Tabungan Haji Arafah. Perbedaannya dengan skripsi saya
adalah hanya pada objek penelitiannya saja, penulis sebelumnya meneliti
produk Tabungan Haji Arafah di Bank Muamalat Indonesia dengan
11
Analisa SWOT, sedangkan saya meneliti pengembangan program
Bungkesmas di STF UIN Jakarta.
4. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wakaf Uang oleh M. Nur Rianto Al-
Arif, Jurnal Asy-Syir‟ah Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2010. Di dalam jurnal ini Menjadikan waqaf uang sebagai
instrumen alternatif pemberdayaan masyarkat, sehingga bisa menjadi daya
gerak ekonomi rakyat miskin. Sedangkan perbedaannya dengan skripsi
saya adalah pada instrumen yang dijadikan penulis sebagai alternatif
pemberdayaan masyarakat miskin. Saya fokus pada program Bungkesmas
yang merupakan instrumen bagi masyarakat miskin untuk lebih mandiri
bagi kesehatannya dan program pemberdayaan ekonomi masyarakat
miskin.
E. KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL
1. Kerangka Teori.
Apapun bentuk organisasi itu ia memerlukan manajemen. Suatu
kelembagaan seperti institusi pemerintah atau perusahaan bahkan
rumah tangga sekalipun akan berjalan dengan baik jika dikelola
dengan baik (teratur, rapi, benar tertib, dan sistematis). 8.
Sistem manajemen yang dipilih untuk diterapkan harus mampu
melakukan proses transformasi yang efisien dan kompetitif dengan
organisasi lain yang mempunyai tujuan sejenis. Lebih jauh sistem
8 Didin Hafidhuddin-Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek, (Jakarta: Gema
Insani 2003) h.4
12
manajemen yang diterapkan oleh sebuah organisasi harus sedemikian
rupa sehingga organisasi responsif atau peka terhadap perubahan
lingkungan. Kepekaan sistem manajemen terhadap perubahan
lingkungan diharapkan dapat mengantisipasi tantangan dan ancaman,
melakukan penilaian pengaruh ancaman ancaman tadi terhadap
organisasi, mengambil keputusan langkah langkah yang akan diambil
dan melakukan implementasi terhadap keputusan yang diambil.
Karenanya, manajemen menghadapi dua masalah yang mendasar,
yaitu:
1. Setiap perusahaan atau organisasi perlu mengenal tantangan ,
ancaman dan peluang yang dimasa depan yang harus dihadapinya
2. Setiap perusahaan atau organisasi harus mampu merencanakan
serta mengimplementasikan reaksi terhadap tantangan yang secara
spesifik dihadapi setiap perusahaan.9
Untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan diperlukan
adanya strategi-strategi yang merupakan analisis langkah-langkah
terukur organisasi dalam mengembangkan produk atau jasa nya.
Dalam proses pengembangan, setiap produk/jasa yang dipasarkan
oleh perusahaan atau organisasi harus lah mempunyai landasan yang
kuat apakah langkah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk sudah sesuai dengan kemampuan yang dimiiki
oleh perusahaan atau organisasi ini sehingga perusahaan dapat
9 M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Berbasis Syaria’ah, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo
2013) h. 281
13
mengambil langkah strategi pengembangan yang benar-benar tepat
sasaran untuk produk/jasa nya.10
.
Pengarahan secara strategis meliputi mengenali peluang dan
ancaman dari lingkungan luar serta analisis yang tepat terhadap
kelemahan dan kekuatan dari sumber daya internal. Secara bersamaan
harus pula diperhitungkan dan dikembangkan keterlibatan dari
stakeholder, termasuk diantaranya pemasok, pelanggan, pemasok,
keuangan dan anggota masyarakat. Untuk dapat bertahan dalam
lingkungan yang sangat bersaing perusahaan atau organisasi harus
dapat membangun model manajemen strategis yang sesuai dengan
skala yang di hadapi, mengikuti model dasar seperti pada gambar di
bawah ini11
Gambar 2.1
Tahap-tahap Strategi
2. Kerangka Pemikiran Konseptual
10 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 257
11 Manajemen Strategi https://phia12.wordpress.com/tag/manajemen-strategi/ diakses
pada tanggal 10 Juni 2015
Evaluation And
Control
Strategy Implementation
Environmental Scanning
Strategy Formulation
14
Untuk menjabarkan kerangka teori dalam penelitian ini, maka perlu
kiranya dibuat kerangka pemikiran konseptual guna mempermudah
dan memperjelas alur penelitian penulis sebagai berikut :
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskritif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu jenis
Program Tabungan
Kesehatan Masyarakat
(Bungkesmas) STF UIN
Jakarta
Konsep, Manajemen, dan
Implementasi Program
Bungkesmas STF UIN
Jakarta
Strategi Pengembangan
Program Bungkesmas UIN
Jakarta
Analisis SWOT
Sebagai Bentuk Formulasi
Strategi
15
pendekatan penelitian yang menghasilkan deskritif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari fenomena yang dikaji.12
Penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian yang meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang.13
2. Data Penelitian
Adapun data yang digunakan penulis dalam skirpsi ini menggunakan
dua jenis sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Data yang diporeleh langsung dari wawancara dengan pihak STF
UIN Jakarta, yaitu hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti seperti bagaimana strategi program Bungkesmas
STF UIN Jakarta dikembangkan dengan metode analisis SWOT.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur
kepustakaan yang berkaitan dengan materi judul yang dibahas,
baik itu berupa buku, laporan kegiatan program Bungkesmas STF
UIN Jakarta, jurnal, Undang-Undang, surat kabar atau sumber-
sumber lain yang relevan dengan pokok permasalahan yang
diangkat penulis pada skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
12
Subhana.Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.26 13 Moh.Nazir.Metode penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h.54
16
Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam skripsi ini, penulis
menggunakan jenis pengumpulan data berikut:
a. Wawancara
Wawancara mendalam dan terbuka dengan berpedoman dengan
pedoman wawancara yang penulis buat .Data yang diperoleh terdiri
dari kutipan langsung dari orang tentang pengalaman, pendapat,
perasaan dan pengetahuannya.14
Dalam Hal ini, penulis
mewawancarai Ibu Sri Hidayati, M.Ed selaku Maneger program
Bungkesmas STF UIN Jakarta.
b. Studi Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data berdasarkan data atau laporan tentang
laporan kegiatan program Bungkesmas STF UIN Jakarta.
c. Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Penelitian kepustakaan ini, penulis mendapatkan dari literatur
berupa buku-buku tentang strategi pengembangan program.
manajemen strategik,, asuransi sosial, asuransi kesehatan, artikel,
internet yang membahas tentang strategi pemasaran dan
manajemen pemasaran dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan
judul skirpsi yaitu Strategi Pengembangan Tabungang Kesehatan
Masyarakat di Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta.
4. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta.
14
Suryanto.Bagong, dan Sutisna.Metode Penelitian Sosial: berbagai alternatif pendekatan Ed. Rev. Cet. VI. (Jakarta:Kencana,2011). h.186
17
5. Metode Analisis Data
Penelitian dalam skripsi ini seluruhnya menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan analisis SWOT yaitu penelitian yang menghasilkan
deskripsi berupa kata-kata lisan dari fenomena yang diteliti dari orang
yang berkompeten di bidangnya. Penelitian ini bersifat deskriptif
analisis, yakni penelitian yang mengambarkan data- data informasi
yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan.
Analisis dari penelitian ini menggunakan Matriks SWOT dan tujuan
dari penelitian itu sendiri yaitu untuk mengetahui strategi dan alternatif
strategi STF UIN Jakarta dalam mengembangkan Program Tabungan
Kesehatan Masyarakat.
Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perushaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliknya.15
Matriksini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis, yaitu:
a. Strategi SO (Strenght, Opportunity)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan dan manfaat peluang sebesar-
besarnya.16
Hal ini sejalan dengan Diagram Matriks SWOT milik
15Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep
Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.31
16Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep
Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.31
18
Kearns17
yang menjelaskan dalam matriknya Sel A berisikan Stategi
Comparative Advantage (Keunggulan Komparatif) yang berarti
pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga organisasi harus
segera memperkuatnya dengan perencanaan yang mampu
mendukungnya.
b. Strategi ST (Strenght, Threats)
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.Sedangkan dalam Matriks
SWOT Kualitatif Kearns dijelaskan bahwa Sel B dalamMatriks ini
berada pada isu stategis Mobilization (mobilisasi) yaitu kotak interaksi
dan pertemuan antara ancaman dari luar yang diidentifikasikan dengan
kekuatan organisasi.Di sini organisasi harus melakukan mobilisasi
sumber daya yang meryupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan jika mungkin
organisasi dapat mengubahnya menjadi peluang.18
c. Staregi WO (Weakness, Oportunity)
Strategi ini diterapkan beedasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara minimalkan kelemahan yang ada.Sedangkan dalam
Matriks SWOT Kualitatif Kearns dijelaskan bahwa Sel C
dalamMatriks ini berada pada isu stategis Investment atau
Divestmentyang memberikan pilihan pada isu yang kabur.Peluang
17Muhammad Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Manajemen Strategis
Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 31 18
Muhammad Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 33
19
yang tersedia sangat meyakinkan, namun organisasi tidak memiliki
kemampuan untuk menggarapnya.19
d. Strategi WT (Weakness, Threats)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindarkan
ancaman.sedangkan Kearns menjelaskan dalam Matriks SWOT
Kualitatif miliknya bahwa SEL D dalam matriks ini adalah kotak yang
paling lemah dari semua sel karena merupakan titik temu dua sisi yang
masing-masing lemah. Dan karenanya keputusan yang salah akan
membawa bencana bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah
Damage Control (mengendalikan kerugian) yang diderita sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.20
6. Teknik Penulisan
Adapunteknik penulisan dalam skripsi ini menggunkan buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I: PENDAHULUAN
19Muhammad Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Manajemen Strategis
Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 33 20
Muhammad Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 33
20
Sebagaimana penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang biasa,
penulisan skripsi ini mempunyai prosedur yang baku sesuai pedoman
skripsi pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta 2012. Pada bab ini
akan dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka
teori dan konseptual, metode penelitian, dan sistematika penulisan sebagai
pengantar dan pembentukan kerangka penelitian skripsi ini.
BAB II: LANDASAN TEORI
Untuk memudahkan penulis dalam mengantarkan penelitian kepada pokok
penelitian, perlu kiranya penulis memaparkan teori dasar yang
menghantarkan variabel-variabel penelitian kepada pokok penelitian, maka
pada bab ini membahas tentang teori konsep strategi pengembangan,
konsep tabungan plus asuransi kesehatan, dan konsep analisis SWOT
sebagai formulasi strategi.
BAB III: METODE PENELITIAN
Setelah dipaparkan teori-teori dasar pengantar penelitian, perlu kiranya
penulis memaparkan gambaran umum objek yang akan diteliti yaitu
lembaga Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta. Maka pada bab ini
berisikan sejarah Social Trust Fund UIN Jakarta, Visi dan misi STF UIN
Jakarta, Fokus dan aktivitas STF UIN Jakarta, Struktur lembaga STF UIN
Jakarta, dan program-program yang dijalankan STF UIN Jakarta, Standart
21
Operational Procedure (SOP) Bungkesmas STF UIN Jakarta, dan Strategi
Pengembangan Bungkesmas oleh STF UIN Jakarta.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Setelah membahas objek yang akan diteliti, untuk menghasilkan jawaban
dari rumusan masalah sangat perlu kiranya menganalisis masalah yang
akan diteliti pada penelitian ini. Maka bab IV ini berisikan tentang analisis
data antara lain tentang analisis SWOT terhadap pengembangan program
Bungkesmas, dan juga rekomendasi alternatif strategi bagi STF UIN
Jakarta dalam pengembangan Program Bungkesmas.
BAB V : PENUTUP
Dalam penutup, setelah analisis dan pembahasan data telah diteliti, bab V
ini memuat kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya.
22
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. KONSEP STRATEGI PENGEMBANGAN
a. Strategi Pengembangan
Menurut Fred. R. David, strategi pengembangan menjadi bagian dalam
strategi intensif, yakni strategi yang terdiri atas penetrasi pasar, pengembangan
pasar dan pengembangan produk. Peneterasi pasar adalah strategi yang
mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di
pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar.21
Ada lima pedoman tentang kapan peneterasi pasar dapat menjadi sebuah
yang sangat efektif, yang pertama ketika pasar saat ini belum jenuh dengan
produk atau jasa tertentu, kedua ketika tingkat pemakaian konsumen saat ini
dapat dinaikan secara signifikan, ketiga ketika pangsa pasar pesaing utama
menurun secara sementara total penjualan industri meningkat, keempat ketika
korelasi antara pengeluaran penjualan mata uang asing dan pemasaran nya
secara historis tinggi, dan yang kelima ketika meningkatnya skala ekonomi
memberikan keunggulan kompetitif yang besar.22
Adapun pengembangan pasar (market development strategy) adalah
merupakan cara yang digunakan dalam memperkenalkan produk atau jasa ke
21 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 257
22 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 258
23
wilayah baru. Enam pedoman tentang kapan pengembangan pasar dapat
menjadi strategi yang efektif adalah pertama ketika saluran-saluran distribusi
baru yang tersedia dapat diandalkan, kedua ketika organisasi sangat berhasil
dalam bisnis yang dijalankannnya, ketiga ketika pasar baru yang belum
dikembangakan dan belum jenuh muncul, keempat ketika organisasi
mempunyai modal dan sumber daya manusia yang cukup, ketika organisasi
memiliki kapasitas produksi yang berlebih, dan keenam ketika industri dasar
organisasi dengan cepat berkembang global dalam cakupannya.23
Selanjutnya strategi pengembangan produk (product development
strategy) yaitu strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan
cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Ada
lima pedoman tentang kapan pengembangan produk dapat menjadi sebuah
strategi yang efektif. Pertama ketika organisasi memiliki produk berhasil yang
berada di tahap kematangan dari siklus hidup produk, kedua ketika organisasi
berkompetisi di industri yang ditandai oleh perkembangan teknologi yang
cepat, ketiga ketika pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik
dengan harga kompetitif, keempat ketika organisasi bersaing dalam industri
dengan tingkat pertumbuhan tinggi, dan kelima ketika organisasi memiliki
kapabilitas penelitian dan pengembangan yang sangat kuat.24
23 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 258
24 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 258
24
Strategi ini biasanya memerlukan penilitian yang luas dan tajam serta
membutuhkan biaya yang cukup besar. Jadi tujuan strategi ini adalah untuk
memperbaiki dan mengembangkan produk yang sudah ada. Hal ini dapat
dilakukan jika produk sudah berada pada tahapan jenuh, pesaing menawarkan
produk sejenis yang lebih baik dan lebih murah, memiliki kemampuan untuk
mengembangkan produk, dan berada pada industri yang tumbuh 25
Biasanya strategi ini dilaksanakan dengan jalan mengganti atau
memformulasi ulang produk yang sudah ada, atau memperluas lini produk.
Pengembangan produk merupakan alternatif yang cocok untuk situasi dimana
perubahan kebutuhan dan selera mengakibatkan munculnya segmen baru atau
jika ada perubahan persaingan dan teknologi yang memotivasi perusahaan
untuk memodifikasi lini produk mereka.26
Sebelum membahas proses pengembangan produk baru, kita harus
mengupas konsep produk baru terlebih dahulu. Terdapat dua perspektif
konsep „baru‟ yaitu:
a. Baru bagi pasar (new to market) yang berarti belum ada perusahaan
yang memproduksi atau memasarkan produk tersebut.
b. Baru bagi perusahaan yang bersangkutan (new to the firm), artinya
perusahaan-perusahaan lain sudah memasarkan produk tersebut, tetapi
perusahaan yang bersangkutan belum memasarkannya.
25 Kotler dikutip dari http://elib.unikom.ac.id diakses pada tanggal 3 Juni 2015 26
Kotler dikutip dari http://elib.unikom.ac.id diakses pada tanggal 3 Juni 2015
25
Dengan demikian, istilah „baru‟ di sini masih mengandung pengertian
relative (a matter of degree). Secara garis besar, aktivitas perkembangan
produk baru dapat menghasilkan 5 macam tipe produk baru, yaitu :
a. Produk baru bagi dunia (new to the world products)
b. Lini produk baru (new product line)
c. Perluasan lini (Improvement to existing product)
d. Repositioning, yaitu pengembangan teknis yang memungkinkan
suatu produk menawarkan aplikasi baru dan melayani kebutuhan
baru.
e. Pengurangan biaya (cost reductions), yaitu versi dari produk yang
ada dan yang dapat memberikan kinerja setara tingkat harga yang
lebih murah.27
a. Proses Pengembangan Produk Baru
Kotler berpendapat organisasi atau perusahaan harus
mempertimbangkan apakah harus menciptakan produk baru dan
mengembangakan produk baru yang dapat memberikan keunggulan
potensial bagi pasar yang ada.28
Sebagian besar perusahaan memiliki sistem dan proses formal
untuk mengelola program pengembangan produk baru. Sequential model
berusaha untuk menekan resiko kegagalan produk dengan jalan melakukan
riset pasar ekstensif guna menyeleksi sejumlah besar ide menjadi menjadi
beberapa ide yang mungkin dianggap sukses. Secara umum, proses-proses
27 Kotler dikutip dari http://elib.unikom.ac.id diakses pada tanggal 3 Juni 2015
28 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Indonesia: PT. Indeks 2009) h. 58
26
tersebut memiliki kesamaan dalam enam hal pokok,29
selaras dengan apa
yang dikemukakan oleh Kotler enam proses pengembangan produk baru
terdiri dari :30
Tahap I : Pemunculan Ide
Pengembangan baru dimulai dengan penelitian terhadap berbagai
gagasan produk baru. Pemunculan gagasan baru harus sesuai dengan jenis
usaha perusahaan dan konsumen sebagai salah satu sumber yang paling
logis untuk mencari gagasan-gagasan produk baru.
Tahap II : Penyaringan Ide
Tujuan penyaringan ide adalah mengurangi banyaknya gagasan
dengan mencari dan menghilangkan gagasan buruk sedini mungkin.
Tahap III : Pengembangan Produk
Bila konsep produk lolos dari uji analisis usaha, konsep itu lalu
menuju riset dan pengembangan dan/atau rekayasa untuk dikembangkan
menjadi produk fisik. Bagian riset dan pengembangan membuat satu atau
beberapa versi bentuk fisik dari konsep produk agar bisa menemukan
sebuah prototipe yang memenuhi konsep produk dan dapat diproduksi
dengan biaya produksi yang telah dianggarkan.
Tahap IV : Pengujian Pasar/Produk
Pengujian pasar ialah keadaan dimana produk dan program
pemasaran diperkenalkan kepada kalangan konsumen yang lebih otentik
29 Gregorius Chandra. Strategi Program Pemasaran, (Yogyakarta: ANDI 2002), h.123 30
Kotler (1987) dikutip dari dari http://kasusmanajemen.files.wordpress.com/2011/09/npd.png diakses pada tanggal 3 Juni 2015
27
untuk mengetahui bagaimana konsumen dan penyalur mengelola,
memakai, dan membeli-ulang produk itu dan seberapa luas pasarnya.
Tahap V : Analisis Bisnis
Bila manajemen telah menentukan konsep produk dan strategi
pemasaran, perusahaan bisa mengevaluasi daya tarik usulan usaha itu.
Manajemen harus menilai penjualan, biaya, dan perkiraan laba untuk
menentukan apakah mereka telah memenuhi tujuan perusahaan. Jika telah
memenuhi, produk bisa bergerak maju ke langkah pengembangan produk.
Tahap VI : Komersialisasi
Tahap komersialisasi menyangkut perencanaan dan pelaksanaan
strategi peluncuran (launching strategy) produk baru ke pasar. Dalam
melemparkan suatu produk, perusahaan harus memutuskan: kapan,
dimana, pada siapa, dan bagaimana.
Jadi yang dimaksud dengan Analisis Strategi Pengembangan
produk menurut peneliti adalah suatu proses perencanaan dengan
menganalisa data-data dan informasi yang diperoleh untuk merancang
suatu strategi untuk mengembangkan suatu produk baru yang sesuai
dengan perubahan kebutuhan dan selera konsumen.
B. KONSEP TABUNGAN PLUS ASURANSI KESEHATAN
a. Pengertian Tabungan
Tabungan merupakan salah satu produk penghimpunan dana
masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
28
yang berlaku, bahwa sumber dana bank yang dihimpun dari masyarakat
teridiri dari simpanan giro, deposito, dan tabungan.31
Secara terminologi, tabungan atau saving adalah jumlah uang yang
ditanamkan seorang individu pada bank atau tempat lain.32
Adapun
pengertian tabungan menurut UU Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 5
tentang perbankan, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.33
Tabungan sebagai salah satu produk yang disediakan dalam suatu
lembaga keuangan dan sebagaimana produk yang lain, mempunyai
manfaat yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Manfaat suatu produk dapat dikategorikan dengan manfaat utilitarian
merupakan atribut produk finansial yang objektif. Sedangkan manfaat
hedonik mencakup respon emosional, kesenangan panca indera, mimpi
serta timbangan etetis.34
31Hal ini sejalan dengan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 6 ayat (a), yang
menyatakan bahwa usaha Bank Umum meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/ataubentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
32 Save M, Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan(Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara, 1997) Cet Ke-2 , h. 1091 33 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo persada,
2001), Cet. Ke-5, h.74 34
Faisal Basri, Indonesia Pasca Kritis: catatan positif dan ekonomi. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004), h. 270
29
Dengan demikian tabungan juga memberikan manfaat fungsional,
praktis serta emosional untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
nasabah.
Sedangkan menabung adalah tindakan yang dianjurkan dalam
islam,35
karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan
diri untuk pelaksanaan perencaan masa yang akan datang sekaligus untuk
menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan, dalam ayat al-Quran terdapat
ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin
untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti dalam surat al-
Baqarah ayat 266:
“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun
kurma dan anggur yang mengalir di bawah nya sungai-sungai; Dia
mempunyai dalam kebunitu segala macam buah-buahan, kemudian
datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan
yang masih kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung
api, lalu terbakarlah. Demikiannlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada kamu supaya kamu memikirkannya”
Ayat tersebut memerintahkan kita untuk bersiap siap dan
mengantisipasi masa depan keturunan , baik secara rohani (iman/taqwa)
maupun secara ekonomi, harus dipikirkan langkah-langkah
perencanaannya. Salah satu langkah perencanaan adalah dengan
menabung.
35
Muhamad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 153
30
b. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie, yang dalam
hukum Belanda disebut dengan Verzekering yang artinya pertanggungan.
Dari peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi
penanggung, dan geassureerde bagi tertanggung.36
Banyak definisi tentang asuransi konvensional, salah satu definisi dari
asuransi adalah a device for reducing risk by combining a sufficient
number of exposure units to make their individual losses collectively
predictable. The predictable loss in then shared by or distributed
proportionately among all units in the combination (suatu alat untuk
mengurangi resiko untuk menggabungkan sejumlah unit-unit yang
beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian
yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara
proporsional di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut).37
Kemudian definisi asuransi selanjutnya adalah sebagai an economic
institution that reduces risk by combining under one management and
group of objects so situated that the aggregate accidental losses to which
the group is subject become predictable within narrow limits (institusi
ekonomi yang mengurangi resiko dengan menggabungkan di bawah satu
36KH. Alie Yafie, Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Sosial,
(Bandung, Mizan 1994) h.205-206 37
Robert I Mehr dikutip oleh Muhammad Syakir Sula dalam buku Asuransi Syariah (Life And General), (Jakarta,Gema Insani Press, 2004) h.26
31
manajemen dan kelompok objek dalam satu kondisi sehingga kerugian
besar yang terjadi yang diderita oleh suatu kelompok tadi dapat diprediksi
dalam lingkup yang lebih kecil)38
Definisi asuransi sebetulnya bisa diberikan dari berbagai sudut
pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian
matematika. Itu berarti bisa lima definisi bagi asuransi. Tidak ada satu
definisi yang bisa memenuhi masing-masing sudut pandang tersebut.
Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat kelima
aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan aspek
matematika.39
Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian “ Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti; atau untuk memberikan suatu
38 Mark R. Greene dikutip oleh Muhammad Syakir Sula dalam buku Asuransi Syariah (Life
And General), (Jakarta, Gema Insani Press, 2004.) h.26-27 39
Herman Darmadi, Manajemen Asuransi, (Jakarta, Bumi Aksara, 2000), h. 2-3
32
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan”. 40
Sedangkan ruang lingkup usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan
yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi
asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai
jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu
peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup dan meninggalnya
seseorang.41
c. Pengertian Asuransi Kesehatan
Asuransi Kesehatan adalah suatu sistem pengelolaan dana yang
diperoleh dari uang iuran secara teratur oleh anggota, suatu bentuk
organisasi guna membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
anggota.42
Dari segi ekonomi, asuransi kesehatan juga merupakan usaha
bersama untuk menghindari adanya kesulitan ekonomi dari para
anggotanya apabila mereka sakit, atau suatu usaha untuk memungkinkan
seseorang membayar terlebih dahulu biaya kesehatannya atas dasar
spekulasi dari sebagian atau seluruh biaya kesehatannya yang mungkin
40 Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992
dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003, DAI. H. 2-3 41 Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992
dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003, DAI. H. 2-3 42 Wirjono Prodjodikoro, 1986, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa, Jakarta. h.
12.
33
terjadi pada masa yang akan datang.43
Sistem asuransi kesehatan bagi banyak negara merupakan bagian
dari sistem jaminan sosial yang semakin lama semakin berkembang.
Yang termasuk di dalam jangkauan asuransi sosial meliputi: Tabungan
hari tua, jaminan hari tua, jaminan kesehatan,jaminan kecelakaan, dan
jaminan kematian.44
Dengan demikian asuransi kesehatan ini dapat digolongkan sebagai
asuransi sosial. Pada asuransi kesehatan dikenal asas mempertimbangkan
kemampuan membayar premi dari para pesertaasuransi. Karena itu
dikenal azas yang kaya membayar yang lebih besar dari yang kurang
mampu (miskin). Biasanya dipakai presentase tertentu dari pendapatan
mereka. Sekaligus ini mencerminkan adanya sifat solidariras sosial atau
kegotong-royongan.45
Health Insurance Association of America (HIAA) atau Asosiasi
Asuransi Kesehatan Amerika mendefinisikan asuransi kesehatan sebagai
berikut : “Coverage that provide for payment of benefit as a result of
sickness or injury includes insurance for losses from accident medical
expense, disability or accidental death and dismemberment”.46
43 Wirjono Prodjodikoro, 1986, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa, Jakarta. h.
12. 44 Sri Rejeki Hartono, 1985, Asuransi dan Hukum Asuransi, IKIP Semarang Press.
Semarang. h. 35
45 Sri Rejeki Hartono, 1985, Asuransi dan Hukum Asuransi, IKIP Semarang Press.
Semarang. h. 35
46Harriet E. Jones dan Dani L. Long, Prinsip-prinsip Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan
Anuitas. (Georgia, FLMI, 1999). h.213
34
(Cakupan/kumpulan yang menyediakan pembayaran manfaat sebagai
akibat dari sakit atau cedera termasuk asuransi kerugian dari kecelakaan ,
biaya pengobatan, cacat, atau meninggal karena kecelakaan dan
pemotongan)
Definisi HIAA ini menjelaskan bahwa asuransi kesehatan
memberikan jaminan manfaat karena terjadinya suatu penyakit atau
kecelakaan, serta kerugian-kerugianlain yang timbul menyertainya
misalnya biaya rumah sakit, disabilitas,kematian karena kecelakaan dan
cacat.
Asuransi kesehatan di dalam pelaksanaannya tetap berpedoman
pada azas-azas sebagai berikut:47
1) Azas usaha bersama berdasarkan kekeluargaan
2). Azas adil dan merata
3). Azas keseimbangan dan kepentingan
4). Azas berdaya guna dan hasil guna
5). Azas musyawarah dan mufakat
6). Azas percaya diri
7). Azas tidak mencari keuntungan semata.
a. KONSEP ANALISIS SWOT SEBAGAI FORMULASI STRATEGI
a. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan merupakan proses awal dalam manajemen.
Tahapan ini berintikan pada analisis lingkungan internal dan analisis
47 Tarsis Tarmudi, Wawasan Perasuransian, (Semarang: IKIP Semarang Press 1990) h.
124
35
lingkungan eksternal. Aktivitas analisis ini kerap digabung dalam suatu
kesatuan aktivitas yang lebih dikenal sebagai Analisis SWOT (Strength,
Weakness, Oppurtunity and Treath). Hasil analisis SWOT akan
menunjukkan kualitas kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian
memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik serta kebutuhan
atau modifikasi sumberdaya organisasi.48
Berikut dijelaskan tentang analisis SWOT:
1) Strength (kekuatan) adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh
lembaga.Dengan adanya kekuatan ini suatu lembaga dapat memahami
danmengetahui cara tepat dalam menyusun rencana global
2) Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan dan kekurangan yang
dimilikisebuah lembaga. Dengan mengetahui kelemahan, lembaga yang
diharapkandapat mengantisipasi agar kelemahan itu tidak menjadi
penghalang dalammencapai rencana global
3) Opportunity (peluang) adalah situasi yang menguntungkan
lembaga.Dengan mengetahui peluang lembaga diharapkan dapat
memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengantarkan tujuan
utama.
4) Treath (ancaman) adalah suatu keadaan yang tidak menguntungkan
lembaga. Ancaman ini perlu diketahui oleh lembaga dengan baik.
48
Ismail Yusanto & M Karebet, Manjemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul
Bayan, 2003), h. 11 .
36
Denganmengetahui ancaman lembaga diharapkan dapat mengambil
langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.49
Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan
eksternal suatu lembaga adalah mengidentifikasi peluang (opportunity)
yang harus segera mendapat perhatian serius dan pada saat yang sama
lembaga menentukan beberapa kendala dan ancaman yang perlu
diantisipasi50
Dari uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa dengan
analisis internal maupun eksternal, maka suatu lembaga akan mengetahui
aspek mana yang berpengaruh terhadap kemampuan lembaganya.
Sehingga lembaga tersebut dapat mengidentifikasi peluang-peluang yang
ada dengan begitu kelemahan yang dimiliki dapat menjadi kekuatan yang
dapat mengokohkan lembaga.
b. Perumusan Strategi
Perumusan strategi dalam hal ini adalah pengembangan tujuan,
mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan,
kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan
strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dihasilkan.51
49 Mulia Nasution, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan, 1996), h. 30-31.
50Amirullah & Sri Budi Cantika, Manajemen Strrategik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002),
Cet. Ke-1, h. 127
51Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhard Lindo, 2002), h. 15
37
Kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu
strategi, yaitu:52
1. Strategi tersebut harus berkontribusi untuk kinerja perusahaan
yang lebih tinggi,
2. Strategi melibatkan keunggulan kompetitif,
3. Strategi harus sejalan dengan strategi yang lainnya yang
terdapat didalam organisasi,
4. Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan
organisasi strategi harus dengan misi organisasi dan tujuan
jangka panjang,
5. Strategi tersebut harus sesuai dengan keseluruhan situasi yang
ada. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa perumusan
strategi memiliki peran besar dalam suatu lembaga. Dengan
memiliki tujuan, maka lembaga dapat merefleksikan target
yang akan dicapai. Strategi yang dirumuskan hendaknya harus
melihat kearah depan terhadap suatu lembaga agar suatu
lembaga dapat mencapai tujuannya.
c. Implementasi Strategi
Setelah strategi ditentukan, maka strategi harus dipadukan ke
dalam kegiatan organisasi sehari-hari. Strategi yang paling canggih dan
kreatif sekalipun tidak dapat menguntungkan organisasi kecuali bila
52
Fana Jodie, Pentingnya Analisa Situasi untuk Perumusan Strategi, Jurnal diakses pada
tanggal 24 mei 2015 dari http://vibizmanagement.com/column/index/category/strategic_management/2313
38
dilaksanakan dengan baik. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi
dan pengorganisasian sumber daya manusia yang ditampakkan melalui
penetapan struktur organisasi, mekanisme kepemimpinan yang dijalankan
berikut budaya perusahaan dan organisasi.53
Perumusan strategis yang berhasil tidak menjamin penerapan
strategis yang berhasuil juga. Melakukan sesuatu (implementasi strategi)
selalu lebih sulit dari pada mengatakan akan melakukan sesuatu
(perumusan strategi).54
Secara mendasar implementasi strategi berbeda dari perumusan
strategi. Perumusan dan implementasi strategi berbeda dalam hal-hal
berikut:55
1. Perumusan strategi memposisikan kekuatan sebum tindakan.
2. Implementasi strategi mengelola kekuatan selama tindakan.
3. Perumusan strategi berfokus pada keefektifan.
4. Perumusan strategi terutama merupakan proses intelektual.
5. Implementasi strategi terutama merupakan proses operasinal
6. Perumusan strategi membutuhkan keterampilan intuitif dan
analisis yang bagus.
53Ismail Yusanto dan M Kerebet Widjajakusuma, Mnajemen Straegis dalam Perspektif
Syariah, h. 92 54 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 386
55 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 386-387
39
7. Implementasi strategi membutuhkan keterampilan motivasi dan
kepemimpinan yang khusus
8. Perumusan strategi membutuhkan koordinasi antar beberapa
individu.
9. Implementasi strategi membutuhkan koordinasi antar banyak
individu
Oleh karenanya penulis menyimpulkan bahwa implementasi
strategi dibutuhkan untuk mempraktekkan strategi. Langkah implementasi
strategi sebagian tergantung pada tujuan dari strategi lembaga. Selain itu
implementasi juga tergantung pada struktur organisasi. Keberhasilan
implementasi dapat dihambat oleh kendala-kendala internal lembaga
seperti struktur lembaga yang kaku ataupun budaya organisasi tidak
sesuai. Hal ini dikarenakan budaya organisasi mempengaruhi interaksi
internal.
d. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap final dalam menejemen strategis.
Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan
seperti diharapkan; evaluasi srtategi adalah alat utama untuk mendapatkan
informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi dimasa datang karena
faktor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar
evaluasi strategi adalah (1) meninjau ulang faktor eksternal dan internal
40
yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, dan (3)
mengambil tindakan korektif. 56
.
Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin
kesuksesan hari esok. Umpan balik yang memadai dan tepat waktu
merupakan batu pertama evaluasi strategi yang efektif.
56 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 500
41
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran Umum Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta
a. Sejarah Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta57
Keinginan untuk mencontoh perguruan tinggi besar di dunia seperti
Harvard University membuat UIN Jakarta mempunyai mimpi besar yaitu
bagaimana UIN Jakarta bisa menjadi ikon kebanggaan umat Islam Indonesia.
Salah satu caranya adalah dengan memiliki dana abadi yang sangat besar.
Dana abadi itu bisa menopang biaya operasional dan pengembangan
pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. menjadi motivasi
tersendiri. Harvard, juga universitas besar lainnya di dunia, seperti Yale,
Stanford, Princeton, dan MIT, memiliki dana abadi (endowment) yang sangat
besar. Harvard misalnya, data terakhir yang dirilis pada tahun 2013
menyebutkan, dana abadi yang berhasil dihimpun sebesar USD 32,3 milyar.
Maka wajar, banyak mahasiswa di universitas-universitas tersebut yang
mendapat beasiswa. Lebih dari itu, kualitas pendidikan universitas itu juga
sangat tinggi. Peringkat mereka tak pernah keluar dari 10 universitas terbaik
dunia.
Mimpi besar itu kemudian dirajut melalui langkah-langkah sederhana,
menghimpun dan mengoptimalkan kedermawanan masyarakat. Potensi
kedermawanan yang sangat besar di masyarakat itu harus bisa didayagunakan
57
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
42
agar dapat membawa manfaat untuk masyarakat luas. Untuk tahap awal,
kolega terdekat dari dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah diajak
untuk menyisihkan sebagian rezekinya melalui STF. Ada yang berdonasi Rp
50 ribu, Rp 100 ribu, dan seterusnya.
Agar pengelolaan dana dilakukan secara professional, transparan, dan
akuntabel, maka STF harus diresmikan melalui badan hukum resmi. Pada 20
Juli 2012, STF mendaftarkan diri sebagai lembaga sosial dan kemanusiaan
dengan bentuk yayasan melalui notaris. Tepat pada 15 Februari, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia mengesahkan badan hukum STF. Eksistensi
STF juga diperkuat dengan SK Rektor bernomor Un.001/R/HK.00.5/47/2012,
sebagai lembaga non-struktural di bawah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Visi dan Misi STF UIN Jakarta
Dalam menjalankan aktivitas dan kegiatan kemanusiaan yang bersifat
filantropis, STF UIN Jakarta memiliki visi dan misi yang jelas sebagai acuan
dalam menjalankan aktifitas-aktifitasnya. Adapun visi dari STF UIN Jakarta
adalah: “Mewujdukan aktivitas filantropi demi terciptanya dunia yang lebih
baik bagi misi kemanusiaan”58
.
Sedangkan misi STF UIN Jakarta adalah sebagai berikut: (1) Menghimpun
dan mengelola dana sosial secara transparan dan akuntabel, (2) menyediakan
lebih banyak kesempatan bagi masyarakat miskin dan orang-orang yang
kurang beruntung, (3) mendukung peningkatan fasilitas dan kualitas
58
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
43
pendidikan, (4) mendukung segala bentuk inisiasi kemanusiaan, dan (5)
mempromosikan kesetaraan dan perbedaan59
c. Fokus STF UIN Jakarta
Untuk menerjemahkan aktifitas sosial dan kemanusiaan sebagaimana yang
diamanatkan dalam SK Rektor, STF UIN Jakarta mendedikasikan kerja nya
pada penguatan sektor pendidikaan, penguatan pesantren, pendidikan
kewirausahaan, dan penelitian.60
d. Aktifitas STF UIN Jakarta
Sebagai upaya pengejawantahan dari visi dan misi nya, STF UIN Jakarta
mencoba fokus pada empat pilar kegiatan besar, yaitu: (1) amal, (2) advokasi,
(3) riset dan penelitian, (4) dan wakaf. 61
e. Struktur62
STF UIN Jakarta memiliki struktur lembaga meliputi Dewan Pembina,
Dewan Pengawas, Direktur, Wakil Direktur, Program Manager, dan Manager
Program Bungkesmas.
Untuk Dewan Pembina STF UIN Jakarta adalah: Prof. Dr. Komarudin
Hidayat, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Prof Dr. Quraish Shihab, dan Drs.
59 http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada
tanggal 05 April 2015 60 http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada
tanggal 05 April 2015 61 http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada
tanggal 05 April 2015 62
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=structure dikses pada tanggal 06 April 2015
44
Ahmad Syadali. Kemudian untuk Dewan Pengawas STF UIN Jakarta adalah:
Prof. Dr. MK. Tajudin, SP. And, dan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA.
Selanjutnya, dalam struktur operasional, Direktur STF UIN Jakarta adalah
Prof. Dr. Jamhari Makruf, MA. Sedangkan Wakil Direktur nya adalah Dr.
Amelia Fauzia, Program Manager STF UIN Jakarta adalah Emi Ilmiah, MA,
dan Manager Program Bungkesmas adalah Sri Hidayati, M.Ed.
f. Program STF UIN Jakarta
STF UIN Jakarta memiliki beberapa program yang sudah dijalankan,
antara lain : Beasiswa, Dana Talangan Pendidikan, Tabungan Kesehatan
Masyarakat (Bungkesmas), Charity Store, dan Endowment.
Program beasiswa adalah program yang bertujuan untuk memberikan
beasiswa bagi pelajar, santri dan mahasiswa dari berbagai latar belakang yang
sedang belajar di dalam maupun luar negeri terutama mereka yang tidak
mampu dan berprestasi. Selain memberikan beasiswa, kami juga melakukan
kegiatan pendampingan dan pemberdayaan bagi mereka.
Adapun jenis-jenis beasiswa yang dijalankan adalah :
1) Beasiswa Prestasi
2) Beasiswa Bagi Mereka Yang Kurang Beruntung
3) Beasiswa Bagi Pelajar di Daerah Terpencil
4) Beasiswa Calon Guru dan Da'i
5) Beasiswa Bagi Santri
6) Beasiswa Calon Dokter dan Perawat
45
7) Beasiswa Penggerak Pembangunan Desa63
Selanjutnya, program yang dilakukan oleh STF UIN Jakarta adalah Dana
Talangan Pendidikan. Dana Talangan Pendidikan ini dimaksudkan untuk
membantu mahasiswa yang tidak memiliki dana tunai akan tetapi memiliki
kemampuan untuk mengangsur biaya pendidikan. Dana talangan ini bebas
bunga dan biaya administrasi.
Pada Tahun 2014, total ada 30 mahasiswa yang mendapat fasilitas
pinjaman ini dengan nilai total Rp65.420.000. Dari 30 mahasiswa yang
mendapat dana talangan, 19 di antaranya telah melunasi pinjamaan, 5 orang
masih proses mencicil, dan 6 orang lainnya mengalami kemacetan. Total dana
yang telah kembali sebanyak Rp42.870.000, sedangkan dana yang masih
tertahan berjumlah Rp22.550.00064
Gambar 2.3
Dana Talangan Pendidikan STF UIN Jakarta
63 http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada
tanggal 05 April 2015 64
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
46
Kemudian program selanjutnya adalah Tabungan kesehatan Masyarakat
(Bungkesmas). Bungkesmas STF UIN Jakarta adalah program advokasi dan
edukasi yang dilakukan Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kesehatan. Program ini didesain dengan memadukan unsur tabungan dan
asuransi kesehatan dalam satu paket produk. STF menggandeng Koperasi Jasa
Keuangan Syariah atau BMT sebagai mitra atau provider. Pemilihan BMT dan
koperasi sebagai pelaksana program ini karena lembaga ini bekerja di level
akar rumput.65
Melalui program ini masyarakat miskin diajarkan untuk menyisihkan
pendapatan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu mengalami musibah, sakit,
atau kecelekaan. Cadangan tabungan ini penting, agar mereka tak perlu
menjual asset ekonomi karena musibah yang dialami. Dengan begitu mereka
bisa melwati masa-masa sulit dengan mengandalkan tabungan kesehatan yang
dimiliki.
Program ini memang menyasar masyarakat miskin, atau kelas ekonomi
rendah. Program ini digulirkan berangkat dari data bahwa sepertiga penduduk
Indonesia, atau 77 juta orang, tidak memiliki simpanan yang dapat diandalkan
apabila terkena musibah. Lebih-lebih masyarakat miskin yang bekerja di sektor
informal dan kondisi keuangannya sangat rentan. Program mikro asuransi
65
Laporan Kegiatan Bungkesmas 2012-2013
47
Bungkesmas ini adalah terobosan agar masyarakat miskin atau kelangan
ekonomi rendah dapat terproteksi.66
Program selanjutnya adalah Charity Store. Adalah layanan donasi yang
disiapkan bagi para donatur yang ingin mendermakan barang-barangnya, baik
berupa pakaian, aksesoris, elektronik, maupun perlengkapan hobi. Barang-
barang yang didonasikan ini akan dijual, dan hasilnya akan digunakan untuk
program beasiswa.67
Sejak diluncurkan pada Juni 2013, bertepatan dengan puncak perayaan
Milad UIN, pertumbuhan Charity Store bisa dibilang menggembirakan. Jumlah
barang donasi yang berhasil dihimpun Charity Store mencapai 2.269 pcs, yang
terdiri dari pakaian, aksesoris, buku, dan peralatan elektronik.68
Program yang terakhir adalah Endowment. Endowment adalah program
yang bertujuan untuk menggalang dana abadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan Endowment diharapkan universitas memiliki dana cadangan yang
digunakan sepenuhnya untuk peningkatan kualitas pendidikan Indonesia69
B. KONSEP TABUNGAN PLUS ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT
(BUNGKESMAS) STF UIN Jakarta.
66
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
67 http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada
tanggal 05 April 2015 68 http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada
tanggal 05 April 2015 69
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
48
Social Trust Fund UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengembangkan
sebuah program pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu. Program
ini bertujuan untuk mendidik dan memberikan pemahaman bahwa kesehatan
merupakan elemen penting dalam peningkatan produktifitas kerja dan
pendapatan mereka. Program ini didesain dengan memadukan tabungan dan
asuransi kesehatan dan kecelakaan.
Program ini dibuat untuk masyarakat Indonesia khususnya pekerja formal
seperti pegawai swasta, pengusaha kecil, pedagang, asisten rumah tangga, guru honor,
buruh pabrik dan lain sebagainya.70
Melalui program ini masyarakat miskin diajarkan untuk menyisihkan
pendapatan mereka untuk kesehatan. Cadangan tabungan dan fasilitas asuransi
dalam program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin untuk
menghindari mereka menjual aset ekonomi dikarenakan sakit atau mengalami
kecelakaan. Dengan begitu, mereka bisa melewati masa-masa sulit dengan
mengandalkan tabungan kesehatan yang mereka miliki. Oleh karenanya,
sangatlah perlu mengembangkan program yang langsung menyentuh akar
rumput khususnya rakyat miskin seperti Tabungan kesehatan Masyarakat
(Bungkesmas) ini.71
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya Bungkesmas adalah
gerakan advokasi dalam bentuk inovasi produk simpanan/tabungan kesehatan
masyarakat yang memadukan unsur tabungan kesehatan masyarakat yang
70Laporan Kegiatan Bungkesmas 2012-2013 71
Laporan Kegiatan Bungkesmas 2012-2013
49
memadukan unsur tabungan dan asuransi mikro yang dikelola melalui
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/BMT.72
Secara teknis, Bungkesmas terdiri dari dua komponen utama yaitu
Tabungan dan asuransi mikro. Tabungan dikelola oleh LKM/BMT sebagai
provider, sedangkan asuransi mikro dikelola oleh provider asuransi yang
difasilitasi oleh STF.
Berikut adalah daftar LKM/BMT provider Bungkesmas yang diambil
dari Laporan Kegiatan Bungkesmas STF UIN Jakarta:
NO Daerah Nama Lembaga
1 Kalimantan Selatan KSSU BMT Anjir Muara Sejahtera
2 Kalimantan Selatan KJKS BMT Rantau Badauh Sejahtera
3 Kalimantan Selatan LKM BMT Wanaraya Unit 100
4 Kalimantan Selatan KSSU BMT Sejahtera Kalsel
5 Kalimantan Selatan LKM BMT BKPRMI Tapin
6 Kalimantan Selatan LKM BMT Wanita Syariah
7 Kalimantan Selatan KJKS BMT Tapin Tengah Sejahtera
8 Kalimantan Selatan BMT Al-Falah
9 Kalimantan Selatan BMT Agro Buana
10 Kalimantan Selatan BMT Khoirul Ikhwan Martapura
11 Kalimantan Selatan BMT Khoirul Amin Martapura
12 Kalimantan Selatan BMT Amanah Banjarmasin
13 Sulawesi Selatan BMT KS 036 Makasar
14 Sulawesi Selatan BMT Ar-Rahmah
15 Sulawesi Selatan BMT Al-Birry
16 Sulawesi Selatan BMT Insan Madani
17 Sulawesi Selatan BMT Sinar Surya
18 Sulawesi Selatan BMT Al-Azhar
19 Sulawesi Selatan BMT Kube 033
20 Sulawesi Selatan BMT As‟adiyah Sengkang
21 Sulawesi Selatan BMT Amanah Ummat
22 Sulawesi Selatan BMT Fauzan Aziima
23 Sulawesi Selatan BMT Saadatul Birry
24 Sulawesi Selatan BMT Al-Amanah
72
Teknis Pengelolalaan Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
50
25 Sulawesi Selatan KJKS BMT Al-Markaz
26 Sulawesi Selatan BMT Fastabiqul Khairat
27 Sulawesi Selatan BMT Al-Amanah
28 Sulawesi Selatan BMT Sinergi Karya
29 Sulawesi Selatan BMT Mitra Sejahtera
30 Sulawesi Selatan BMT Asy Syabaab
31 Sulawesi Selatan KSP Global
32 Sulawesi Selatan BMT Al-Ikhlas
33 Sulawesi Selatan BMT Berkah Sakinah
34 Sulawesi Selatan BMT Sinar Surya
35 Sulawesi Selatan KSP Baji Gau Smada
36 Sulawesi Selatan BMT Insan Madani
37 Jabodetabek BMT Al-Fath IKMI Ciputat
38 Jabodetabek BMT Ibu Mandiri Serpong
39 Jabodetabek BMT Prima Syariah
40 Jabodetabek Kospin SMS Ciputat
41 Jabodetabek BMT RBMS
42 Jabodetabek BMT Taman Surga
43 Jabodetabek BMT UMJ
44 Jabodetabek Puskop Wanita Islam
45 Sulawesi Tenggara BMT Al-Syifa
46 Sulawesi Tenggara BMT Mandiri
47 Sulawesi Tenggara BMT Bonggoeya
48 Sulawesi Tenggara BMT Lapulu
49 Sulawesi Tenggara BMT Muamalah
50 Sulawesi Tenggara BMT Insan
51 Sulawesi Tenggara BMT Balaikota
52 Sulawesi Tenggara BMT Baruga
53 Sulawesi Tenggara BMT Kota
Tabel 1.1
Daftar LKM/BMT Provider Bungkesmas
C. STANDART OPERATING PROCEDURE (SOP) BUNGKEMAS STF UIN
JAKARTA73
Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas) STF UIN Jakarta adalah
simpanan plus asuransi kesehatan dan kecelakaan yang didisein khusus untuk
73
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
51
BMT, Koperasi dan/atau lembaga sejenis. Adapun komponen Bungkesmas
terdiri dari: (1) Tabungan Kesehatan dan/atau pendidikan, dan (2) Asuransi
Kesehatan dan Kecelakaan.
Keuntungan yang didapat dari program Bungkesmas ini dibagi
berdasarkan keuntungan bagi BMT/Koperasi dan/atau lembaga sejenis, dan
keuntungan bagi peserta.
Keuntungan Bungkesmas ditinjau dari BMT/Koperasi dan/atau lembaga
sejenis adalah: Tambahan anggota BMT/Koperasi baru, tambahan dana
tabungan, marketing fee, dapat meringankan dan mengamankan asset BMT
jika anggota mengalami musibah sakit dan/atau kecelakaan.74
Adapun keuntungan bagi peserta Bungkesamas adalah: Proses
pembukaan tabungan mudah dan cepat, tabungan dapat diantar dan dijemput
petugas, peserta memiliki dana cadangan kesehatan, peserta memiliki dana
cadangan pendidikan, peserta memiliki jaminan kesehatan dan kecelakaan
selama satu tahun penuh, premi sangat murah dan terjangkau, premi dapat
dicicil, tidak ada masa tunggu, jaminan asuransi Bungkesmas berlaku sesaat
setelah mendaftar, proses klaim mudah dan cepat, dan tidak memerlukan
medical check up.75
a) Ketentuan Pendaftaran Bungkesmas
74 Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed)
pada tanggal 06 Agustus 2015 75
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
52
Ketentuan pendaftaran Bungkesmas dibagi menjadi dua, yaitu
Ketentuan bagi BMT/Koperasi dan/atau lembaga sejenis, dan ketentuan bagi
peserta. Adapun ketentuan bagi BMT/Koperasi dan/atau lembaga sejenisnya
adalah: Memiliki semangat pemberdayaan bagi masyarakat miskin, bersedia
mendorong peserta program Bungkesmas untuk menabung minimal Rp.
2.000/hari, bersedia menerima cicilan atau member pembiayaan pembelian
premi asuransi Bungkesmas jika peserta tidak mampu, berbadan hukum dan
terdaftar pada dinas terkait, dinilai sehat keuangan maupun menejemen,
bersedia menanggung segala resiko yang ditimbulkan, dan mentaati segala
peraturan yang ditetapkan oleh STF UIN Jakarta.76
Adapun ketentuan Bungkesmas bagi peserta antara lain: Warga Negara
Indonesia, anggota BMT, Koperasi dan sejenisnya, berusia 18-64 tahun
dan/atau 17 tahun jika sudah menikah, memiliki penghasilan, bersedia
menabung minimal Rp. 2.000/hari, bersedia membayar premi Rp.
100.000/tahun atau sebesar Rp. 165.000 untuk pasangan suami istri,
pembukaan rekening Rp. 20.000, menyerahkan dokumen yang diperlukan
dapat dilihat di tabel.
Tabel 1.2
Syarat dan Ketentuan Bungkesmas
Peserta Mengisi Formulir FC KTP FC KK FCSurat
Nikah
Perorangan
Pasangan
Suami-istri
76
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
53
b) Ketentuan layanan77
Untuk layanan tabungan, secara umum ketentuannya adalah sebagai
berikut: Pertama peserta wajib menabung sesuai dengan ketentuan yang sudah
dibahas sebelumnya
Adapun untuk ketentuan penyetoran dan penarikan dana tabungan adalah
sebagai berikut: Pertama penarikan tabungan dapaat dilakukan langsung di
konter BMT setiap hari kerja selama kas buka atau dijemput oleh petugas
BMT, kedua setoran awal minimal Rp. 10.000,- dan setoran selanjutnya
minimal Rp. 2.000, ketiga peruntukan penarikan tabungan hanya untuk
transportasi berobat, obat-obatan dan laboratorium di luar tanggungan
Jamkesmas/Jamkesda, dan asuransi kesehatan penjamin, dan untuk biaya
dokter spesialis, keempat saldo yang tersisa pada saat penarikan dana tabungan
minimum Rp. 20.000 di luar dana dana Rp. 100.000 yang dibayarkan peserta,
dan yang kelima setiap penyetoran dan penarikan penabung wajib menunjukan
buku tabungan dan kartu identitas.78
b. Asuransi Bungkesmas79
Asuransi Bungkesmas adalah program asuransi kesehatan, kecelakaan,
dan meninggal dunia yang diperuntukan khusus bagi nasabah Bungkesmas.
77Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed)
pada tanggal 06 Agustus 2015 78 Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed)
pada tanggal 06 Agustus 2015 79
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
54
Kemudian jenis manfaat dan jumlah uang pertanggungan yang akan
didapatkan oleh peserta asuransi Bungkesmas adalah sebagaimana yang tertulis
di tabel. 80
Tabel 1.3
Manfaat Jaminan Asuransi Bungkesmas
No Jenis Manfaat Nilai Pertanggungan
#1 Santunan harian rwat inap
rumah sakit *) akibat sakit
ataupun kecelakaan
Rp. 100.000/hari maksimum 90
hari/tahun
#2 Penggantian biaya
bedah/operasi, (akibat sakit
atau kecelakaan **)
Maksimum Rp. 2.500.000,-
dalam setahun
3 Santunan meninggl dunia
karena kecelakaan
Maksimum Rp. 5.000.000,-
4 Santunan cacat tetap karena
kecelakaan
5 Santunan pendapatan keluarga
jika Tertanggung meninggal
karena kecelakaan
Rp. 12.000.000,-
6 Santunan pemakaman akibat
kecelakaan
Rp. 2.500.000,-
Sekanjutnya usia masa kepesertaan peserta dalam asuransi Bungkesmas
adalah sebagai berikut: minimal usia peserta masuk kepesertaan 16 tahun jika
sudah menikah dan memiliki KTP, maksimal usia masuk kepesertaan 64 tahun,
dan masa kepesertaan peserta berlaku 1 tahun sejak menjadi nasabah
Bungkesmas.81
80Brosur Tabungan Kesehatan Masyarakat (diberikan ketika wawancara dengan Ibu Sri
Hidayati, M.Ed) pada tanggal 06 April 2015 81
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
55
c. Ketentuan Asuransi Bungkesmas82
Ketentuan asuransi Bungkesmas adalah sebagai berikut (1) Tidak ada
masa tunggu (waiting periode) untuk klaim dana asuransi. Seketika peserta
dapat mendaftarkan namanya sebagai peserta Bungkesmas di BMT mereka
bisa mengajukan klaim meskipun namanya belum terdaftar. (2) Klaim diajukan
oleh tertanggung atau ahli warisnya tidak lebih dari 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tanggal terjadinya resiko yang dijamin, (3 )Permohonan pengajuan klaim
harus melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai berikut:
a. Asli dari salinan informasi rekening nasabah.
b. Fotokopi bukti kepesertaan.
c. Asli formulir klaim
d. Serta kelengkapan yang sesuai dengan jenis klaim sebagai berikut:
Tabel 1.4
Tabel Permohonan Klaim
Jenis Santunan Kuitansi
RS
KTP
Pese
rta
Kuitansi
Operasi
Ket.
Kemat
ian
KTP
Pengaju
Klaim
Ket.
Dokter
Santunan rawat
inap rumah sakit
*)
Santunan
pembedahaan
akibat kecelakaan
dan penyakit
Santunan
menoinggal dunia
karena kecelakaan
Santunan cacat
tetap karena
kecelakaan
82
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
56
Santunan
pendapatan
bulanan keluarga
karena meninggal
disebabkan oleh
kecelakaan
Santunan
pemakaman
karena kecelakaan
Adapun prosedur pengajuan klaim adalah sebagai berikut: (1) Nasabah
akan mengajukan klaim kepada petugas BMT, dengan mengisi Form
Pengajuan Klaim (form 003). (2) Petugas BMT akan memeriksa kelengkapan
dokumentasi pengajuan klaim sesuai dengan klaim yang diajukan. (3) Apabila
dokumen sudah lengkap, maka petugas BMT akan segera mengirimkan
pengajuan klaim tersebut kepada kantor perusahaan asuranis. (4) BMT akan
mengirimkan scan dokumen kelengkapan klaim melalui email ke perusahaan
asuransi, (5) Setelah petugas menerima klaim tersebut, petugas perushaan
asuransi akan memeriksa kembali dokumen yang ada, apabila belum lengkap,
maka petugas di BMT pengaju akan segera dihubungi, akan tetapi apabila
pengajuan klaim sudah lengkap dan benar, maka proses pembayaran premi
segera dilakukan. (6) Adapun prose pembayaran klaim tersebut akan ditransfer
ke rekening masing-masing BMT yang mengajukan. (7) BMT pengaju akan
mengkreditkan dana klaim ke rekening nasabah maksimum 14 hari.83
Selanjutnya dalam SOP ada beberapa resiko yang dikecualikan.
Asuransi kesehatan dan kecelakaan Bungkesmas tidak dapat menanggung
83
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
57
resiko yang terjadi dalam situasi sebagai berikut: (1) Melukai diri sendiri
secara sengaja, bunuh diri atau percobaan bunuh diri, pada saat pikiran waras
atau tidak waras atau dengan sengaja membiarkan diri berada dalam keadaan
berbahaya (kecuali dalam usaha menyelamatkan jiwa manusia), (2)
Tertanggung terbunuh akibat dari percobaan kejahatan atau criminal yang
dilakukan oleh ahli waris Tertanggung. (3) Kehamilan, melahirkan atau
komplikasi lain daripadanya meskipun pristiwa tersebut mungkin dipercepat
atau disebabkan oleh suatu kecelakaan, (4) Terjadinya perang dimana perang
tersebut harus dideklarasikan oleh pemerintah Indonesia, dan (5) Penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV84
D. STRATEGI STF UIN JAKARTA DALAM MENGEMBANGKAN
PROGRAM TABUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT
Dalam mengembangkan Bungkesmas, STF UIN Jakarta telah melakukan
langkah-langkah strategis sebagai berikut:
1. Menjadikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) sebagai Provider Bungkesmas.
2. Fundrising ke lembaga-lembaga sosial untuk pendanaan pengembangan
Bngkesmas
3. STF UIN Jakarta Mendorong LKM/BMT untuk memasarkan
Bungkesmas sesuai dengan konteks masyarakat dan daerah.
4. Melakukan training-training pengembangan program Bungkesmas
84
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
58
5. Sosialisasi Bungkesmas langsung ke masyarakat
6. Membantu BMT dengan menyediakan alat kampanye Bungkesmas.
7. Penelitian Kebutuhan Pengembangan Wilayah Bungkesmas (Need
Assessment)
8. Menambah Benefit Jaminan Bungkesmas85
85 Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. STRATEGI PENGEMBANGAN BUNGKESMAS DI STF UIN JAKARTA
Dalam mengembangkan program Bungkesmas STF UIN Jakarta
menerapkan strategi pengembangan, menurut Fred. R David Strategi
pengembangan adalah strategi intensif yang terdiri dari penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk.86
Adapun upaya strategis yang dilakukan oleh STF UIN Jakarta yaitu
dengan pengembangan pasar dan pengembangan produk-produk. Dalam
pengembangan pasar, strategi yang dilakukan oleh STF UIN Jakarta yaitu:
1. Menjadikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) sebagai Provider Bungkesmas
Sebagai upaya dalam mengembangkan pasar Bungkesmas, STF
UIN Jakarta menjalankan program Bungkesmas dengan dikerjasamakan
dengan LKM/BMT. Pemilihan LKM/BMT sebagai provider pelaksana
program ini didasarkan karena lembaga ini bekerja di level akar rumput
dan menurut visi dan misi nya memiliki orientasi dan semangat membela
kepentingan masyarakat miskin87
. Hal ini sejalan dengan fungsi dari BMT
86 Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),
Edisi-12. h. 257
87Laporan Kegiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 h. 2
60
selain memiliki fungsi maal (profit oriented) juga fungsi tamwil (social
oriented)88
2. Fundrising 89
ke lembaga-lembaga sosial untuk pendanaan pengembangan
Bngkesmas
Pada proses pengembangan Bungkesmas, STF UIN Jakarta banyak
melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan Bungkesmas yang
memerlukan anggaran untuk melakukannya, maka STF UIN Jakarta
sebagai lembaga sosial banyak melakukan pencarian dana (fundrising)
kepada lembaga-lembaga sosial lainnya demi mewujudkan pemberdayaan
ekonomi masyarakat kecil. Dari awal dibentuknya Program Bungkesmas
pada tahun 2010-sekarang,90
funding(penyandang dana) untuk kegiatan-
kegiatan pengembangan Bungkesmas adalah Ford Foundation91
3. Melakukan training-training pengembangan program Bungkesmas
Tentu untuk bisa mengajak kerjasama LKM/BMT menjadi
provider dari Bungkesmas tidak hanya dengan mengenalkan produk nya
saja tetapi STF UIN Jakarta juga harus memberikan pengayaan dulu
88 Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015 89 Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari
masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut. Hendra Sutisna, Fundraising Database, (Depok: 2006) Cet 1, h. 1
90Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015 91Ford Fundation adalah Lembaga Sosial yang bergerak untuk menciptakan kesempatan
ekonomi dan menawarkan akses serta partisipasi pada tingkat pemerintah local bagi kelompok masyarakat miskin dan komunitas yang secara sosial terpinggirkan.www.fordfoundation.org, diakses pada tanggal 25 Juli 2015
61
kepada mereka, pengayaan beupa aspek manajemen, manajerialnya.
Kemudian STF UIN Jakarta juga harus bisa meningkatkan kapasitas SDM
mereka, terutama dalam pengelolaan program ini. Kita juga berusaha
untuk mendukung misalnya kita memberikan training Bungkesmas dan
lain-lain.92
Artinya pengembangan pasar yang dilakukan oleh STF UIN
Jakarta harus diiringi dengan kapasitas dan kapabilitas Sumber daya
manusia nya.
Adapun training-training yang telah dilakukan oleh STF UIN
Jakarta untuk pengembangan Bungkesmas adalah:93
1) Training manajemen dan Strategi pemasaran Bungkesmas untuk
pemberdayaan masyarakat miskin. Training ini dilaksanakan pada
tanggal 4-5 Desember 2015 di Guest House Sultan Sulaiman
Martapura, Kalimantan Selatan. Peserta training tersebut sebanyak 24
orang.
2) Training Pengembangan Bungkesmas di Jabodetabek yang diadakan
pada tanggal 21 Februari 2013di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
Dihadiri oleh 14 orang pengurus/pengeola BMT di Jabodetabek.
3) Training Pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Selatan. Training
yang dihadiri oleh 22 orang peserta ini diadakan di BMT al-Azhar
Maros, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 April 2013.
92
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hiayati, M.Ed pada tanggal 06 Agustus 2015 93Laporan kegiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 h. 4
62
4) Training Bungkesmas pada Unit Pemberdayaan Keuangan (UPK)
Jombang, Jawa Timur. Diadakan di Jombang pada tanggal 31 Maret
2013, dengan jumlah peserta sebanyak 17 orang.
5) Training Pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Tenggara diadakan
di Balai Kota Kendari Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Juni 2013.
Acara ini dihadiri oleh 23 orang.
6) Training pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Tenggara pada
tanggal 9-10 Oktober 2013. Training yang dilaksanakan di Hotel
Aden, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Training lainnya adalah Training Pengayaan untuk pengurus/pengelola
BMT/Koperasi yang ingin merefresh pengetahuaannya tentang
Bungkesmas serta mencharge motivasi mereka untuk pengembangan
Bungkesmas. Dua Training tersebut adalah:
b. Refereshing Training Bungkesmas yang dilaksanakan pada tanggal
20 Maret 2013 di BMT Al-Azhar Maros, Sulawesi Tenggara yang
dihadiri oleh 30 orang peserta
c. Bungkesmas Sharing and Learning Meeting (BSLM), yang
diadakan di Jakarta pada tanggal 28-30 Oktober 2013 yang khusus
dihadiri oleh 21 orang pimpinan BMT
d. BSLM lanjutan akan diadakan di Jakarta Oktober 2015 ini di
Jakarta.94
e.
4. Sosialisasi Bungkesmas langsung ke masyarakat
94
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M.Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
63
STF UIN Jakarta melakukan kegiatan sosialisasi dengan beragam
pendekatan. STF UIN Jakarta mencoba menjajaki dan memperkenalkan
program Bungkesmas di wilayah baru Yaitu Sulawesi Tenggara,
Kalimantan Selatan, Jabodetabek, DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kegiatan di willayah ini meliputi sosialisasi langsung ke masyarakat
berupa pertemuan dengan masyarakat di sekitar pasar atau mendatangi
komunitas-komunitas baik sifatnya keagamaan maupun
paguyuban95
.Kegiatan sosialisasi ini tidak hanya dilakukan oleh STF tetapi
juga oleh BMT langsung yang turun ke masyarakat.96
5. Membantu BMT dengan menyediakan alat kampanye Bungkesmas.
Untuk membantu BMT menyebarluaskan informasi Bungkesmas
dan memudahkan mereka mengimplementasikannya, STF telah
menyediakan alat-alat kampanye produk atau media campaignseperti
brosur, banner, pulpen berlogo, famplet, serta logistik Bungkesmas berupa
buku tabungan dan buku panduannya.97
Selain itu untuk menyebarluaskan program Bungkesmas dan
memudahkan masyarakat maupun BMT mengakses informasi tentang
95Paguyuban adalah perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, didirikan orang-orang
yang sepaham (sedarah) untuk membina persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia Android Girfa eSuite 2015
96Laporan kegaiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 h. 61 97
Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013 h. 5
64
program ini digunakan juga media sosial sebagai media campaign seperti
Facebook, blog dan Whatsapp.98
6. Penelitian Kebutuhan Pengembangan Wilayah Bungkesmas (Need
Assessment)
Kegiatan Need Assessment merupakan bagian utama dalam
pengembangan Bungkesmas di wilayah baru.Mulai akhir 2012, wilayah
baru yang ditargetkan untuk pengembangan Bungkesmas adalah Sulawesi
Tenggara dan Kalimantan Selatan. Kegiatan need assessment ingin
memotret kultur masyarakat setempat, sebaran BMT dan
perkembangannya (kondisi fisik, asset, dan manajemennya), mengetahui
ada tidaknya asuransi jiwa dan kesehatan gratis bagi keluarga dengan
pendapatan rendah. Metode yang dilakukan dalam need assessment
tersebut adalah wawancara mendalam, dan observasi langsung ke
lapangan, dimana tim STF UIN Jakarta mendatangi langsung wilayah-
wilayah tersebut.99
Kegiatan Need Assessment yang sudah dilakukan antara lain :
1. Need Assessment pada tanggal 28 November – 01 Desember
2012, dilakukan di wilayah Kalimantan Selatan.
2. Need Assessment pada tanggal 10-11 April 2013, dilakukan di
Sulawesi Tenggara.
98Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013 h. 73 99
Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013 h.6
65
Hasil dari penelitian kebutuhan pengembangan wilayah
Bungkesmas ini biasanya menjadi acuan untuk STF UIN Jakarta dalam
upaya melakukan strategi peenetrasi pasar dan strategi pengembangan
pasar.
Adapun strategi pengembangan produk yang sudah dilkakukan
oleh STF UIN Jakarta dalam mengembangkan Bungkesmas adalah
sebagai berikut:
7. STF UIN Jakarta Mendorong LKM/BMT untuk memasarkan Bungkesmas
sesuai dengan konteks masyarakat dan daerah.
Strategi yang dilakukan dalam pengembangan Bungkesmas itu
berbeda-beda di setiap LKM/BMT, hal ini dikarenakan kebutuhan dan
corak masyarakat daerah masing-masing yang juga berbeda satu dengan
lainnya.
Pada perjalanannya, banyak sekali contoh kasus LKM/BMT
mensiasti dengan strategi yang unik. Seperti melibatkan tokoh masyarakat
dan agama sekitar yang dilakukan di Sulawesi Tenggara100
dan menjual
Bungkesmas dengan Kombinasi skema permodalan, peminjaman, atau
pembiyaan di daerah lain.101
8. Menambah Benefit Jaminan Bungkesmas
100Laporan Kegiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 h. 122 101
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M.Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
66
Benefit jaminan bungkesmas yang ditambah oleh STF UIN Jakarta untuk
peserta Bungkesmas adalah santunan meninggal karena sebab apapun
sebesar Rp. 2.500.000,- yang sebelumnya hanya ada jaminan meninggal
karena kecelakaan102
.
Tabel 1.4
Tambahan Manfaat Jaminan Asurasnis Bungkesmas
No Jenis Manfaat Nilai Pertanggungan
#1 Santunan harian rwat inap
rumah sakit akibat sakit
ataupun kecelakaan
Rp. 100.000/hari maksimum 90
hari/tahun
#2 Penggantian biaya
bedah/operasi, (akibat sakit
atau kecelakaan)
Maksimum Rp. 2.500.000,-
dalam setahun
3 Santunan cacat tetap Total Rp. 7.500.000,-
4 Santunan meninggal dunia
karena kecelakaan
Rp. 20.000.000,-
5 Santunan meninggal dunia
sebab apapun
Rp. 2,500.000,-
Sumber : Brosur Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas) yang
baru
Penulis menilai penambahan benefit pada jaminan Bungkesmas
berupa santunan meninggal karena sebab apapun ini merupakan suatu daya
tarik dan upaya penyempurnaan produk dengan menambahkan pelayanan
kepada peserta Bungkesmas. Hal ini dapat dinilai positif oleh pasar
sehingga dapat meningkatkan penjualan Bungkesmas.
9. Meringankan harga premi asuransi mikro Bungkesmas
Dengan biaya asuransi Bungkesmas yang hanya Rp.100.000
per/tahun dan atau Rp.165.000 untuk suami-istri per/tahun maka
102
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
67
menunjukan bahwa STF UIN Jakarta telah melakukan upaya pengurangan
biaya (cost reductions), yaitu memodifikasi versi dari produk yang ada dan
yang dapat memberikan kinerja setara tingkat harga yang lebih murah.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa strategi yang
dilakukan oleh STF UIN Jakarta dalam pengembangan Bungkesmas sudah
sesuai dengan teori Fred. R David tentang strategi pengembangan, yaitu
terciptanya strategi dengan melalui proses fornulasi strategi, implementasi
strategi dengan melakukan kegiatan dan training dengan steakholder
Bungkesmas, dan megevaluasi strategi dengan melakukak kegiatan
monitor dan evaluasi (Monev)
B. ANALISIS ALTERNATIF STRATEGI DENGAN MENGGUNAKAN
SWOT DALAM PENGEMBANGAN BUNGKESMAS
a. Analisis SWOT dan Matriks Analisis Kualitatif Peluang Bisnis.
Kekuatan (Strenght)
Penulis mengidentifikasi kekuatan (strength) dari program Bungkesmas
adalah sebagai berikut: (1) Program untuk pemberdayaan masyarakat miskin, (2)
Program yang mensinergikan pemberdayaan ekonomi melalui program edukasi
menabung dan perlindungan sosial keksehatan berupa asuransi mikro, (3)
Asuransi mikro yang ditawarkan sangat murah dan terjangkau, (4) Memiliki
banyak benefit dalam jaminan kesehatan, (5) Melengkapi program yang dimiliki
pemerintah (BPJS/Jamkesmas/jamkesda), (6) Pemberdayaan koperasi, dan (7)
Peningkatan kapasitas koperasi
68
Kelemahan (Weakness)
Sedangkan untuk kelemahan dari program Bungkesmas adalah sebagai
berikut: (1) Kurang dikenal masyarakat, (2) Belum mempunyai hak paten produk,
(3) STF bukan lembaga/perusahaan asuransi, (4) Steakholder untuk Asuransi
Mikro Bungkesmas tidak tetap, (5) SDM STF masih sangat kurang, (6) SDM
Koperasi/BMT kurang percaya diri dalam memasarkan program Bungkesmas
karena Produk baru, (7) SDM Koperasi dan BMT kurang cakap teknologi., (8)
Modal sedikit sekali untuk operasional
Peluang (Opportunity)
Selanjutnya penulis mengidentifikasi peluang bagi program Bungkesmas
adalah sebagai berikut: (1) Masih Tingginya angka kemiskinan di Indonesia, (2)
Indonesia merupakan Negara berkembang, (3) Adanya Funding tetap dari Ford
Foundation, (4) Sinergitas dengan Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat
miskin, (5) Peluang pasar yang besar di Provinsi Sulawesi, (6) Kepercayaan
masyarakat terhadap BMT/Koperasi semakin kuat, dan (6) Jaringan
Ancaman (Threats)
Sedangkan ancaman yang harus diwaspadai oleh program Bungkesmas adalah
sebagai berikut: (1) Perekonomian Indonesia yang sedang buruk, (2) Ketatnya
aturan OJK dalam mengembangkan Program seperti Bungkesmas, (3)
Kompetensi dengan produk lain yang serupa, (4) Masyarakat Ekonomi Asean, (5)
69
Resistensi masyarakat terhadap Asuransi karena pengalaman buruk, (6) Doktrin
Agama terkait larangan asuransi.103
Setelah pemetaan Kondisi Internal perusahaan (kekuatan pengan kelemahan)
dan juga kondisi internal perusahaan (peluang dan tantangan). Kemudian penulis
akan menganalisa strategi yang tepat berdasarkan kondisi internal dan eksternal
Program Bungkesmas di STF UIN Jakarta menggunakan Matriks SWOT
Kualitatif.
Berdasarkan data hasil analisis wawancara, dokumen, dan pengamatan penulis
tentang kekuatan, kelemahan, pelung dan tantangan Program Bungkesmas, maka
STF UIN Jakarta dapat mengambil empat strategi berikut:
1) Strategi SO (Strenght, Opportunity)
Stategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.104
Adapun
kekuatan program Bungkesmas di STF UIN Jakarta adalah: (1) Program untuk
pemberdayaan masyarakat miskin, (2) Program yang mensinergikan
pemberdayaan ekonomi melalui program edukasi menabung dan perlindungan
sosial keksehatan berupa asuransi mikro, (3) Asuransi mikro yang ditawarkan
sangat murah dan terjangkau, (4) Melengkapi program yang dimiliki
pemerintah (BPJS/Jamkesmas/jamkesda), (5) Pemberdayaan Koperasi, (6)
103Sayid Sabiq, Abdullah Al-Qalafid, dan Muhammad Yusuf Qardawi adalah sebagian
ulama yang mengharamkan segala bentuk asuransi. Baik asuransi jiwa maupun asuransi kerugian. Lihat : Asuransi Syariah Halal &Maslahat (Tiga Serangkai 2010)
104
Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.34
70
Peningkatan kapasitas Koperasi, (7) Memiliki banyak benefit dalam jaminan
kesehatan.
Adapun peluang dari pada Bungkesmas ini adalah: (1) Masih Tingginya
angka kemiskinan di Indonesia, (2) Indonesia merupakan Negara berkembang,
(3) Adanya Funding tetap dari Ford Foundation, (4) Sinergitas dengan
Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat miskin, (4) Peluang pasar yang
besar di Jawa dan Jabodetabek. (5) Kepercayaan masyarakat terhadap
BMT/Koperasi semakin kuat, (6) Jaringan. Untuk itu STF UIN Jakarta bisa
mengambil strategi:
1. Penguatan jaringan dan dukungan Steakholder selain Ford
Foundation sebagai funding.
Hal ini diperlukan untuk menambah modal operasional yang dapat
digunakan oleh STF UIN Jakarta dalam mengembangkan program
Bungkesmas.
2. Penguatan pangsa pasar Bungkesmas di daerah lain khususnya
Jawa dan Jabodetabek.
Dengan melihat peluang pasar yang besar di Jawa dan
Jabodetabek, dan semakin tingginya kepercayaan masyarakat
terhadap BMT/Koperasi, perlu kiranya bungkesmas mulai
dikembangkan di Jawa dan Jabodetabek dengan catatan dapat
menyeleksi BMT/Koperasi yang akan dijadikan provider
Bungkesmas.
71
3. Berafiliasi pemerintah sebagai partner.
Dengan corak Bungkesmas yang hampir sama dengan program
BPJS Kesehatan milik pemerintah, perlu kiranya STF UIN Jakarta
mencoba mendekatkan diri kepada pemerintah atau instansi terkait
agar mendapatkan bantuan berupa materi dan non materi untuk
pengembangan Bungkesmas.
2) Stategi ST (Strength, Threats)
Ini adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
dengan cara menghindari ancaman105
.Adapun kekuatan program Bungkesmas
di STF UIN Jakarta adalah: (1) Program untuk pemberdayaan masyarakat
miskin, (2) Program yang mensinergikan pemberdayaan ekonomi melalui
program edukasi menabung dan perlindungan sosial keksehatan berupa
asuransi mikro, (3) Asuransi mikro yang ditawarkan sangat murah dan
terjangkau, (4) Melengkapi program yang dimiliki pemerintah
(BPJS/Jamkesmas/jamkesda), (5) Pemberdayaan Koperasi, (6) Peningkatan
kapasitas Koperasi, (7) Memiliki banyak benefit dalam jaminan kesehatan.
Sedangkan ancaman dari pada program Bungkesmas adalah: (1)
Perekonomian Indonesia yang sedang buruk, (2) Ketatnya aturan OJK dalam
mengembangkan Program seperti Bungkesmas, (3) Kompetensi dengan
produk lain yang serupa, (4) Masyarakat Ekonomi Asean, (5) Resistensi
105Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi
Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.34
72
masyarakat terhadap Asuransi karena pengalaman buruk, (6) Doktrin Agama
terkait larangan asuransi. Dari urian di atas, STF UIN Jakarta dapat
mengambil langkah strategis sebagai berikut:
1. Penguatan SDM Koperasi/BMT Sebagai Provider utama. Sumber
daya manusia yang baik adalah keharusan dalam sebuah organisasi
profit dan non profit, sehingga baik atau buruk kinerja sebuah
organisasi banyak bergantung kepada kualitas SDM nya, maka
perlu kiranya STF UIN Jakarta lebih konsisrten dalam
mengedukasi dan mengadvokasi SDM BMT/Koperasi dengan
kegiatan-kegiatan.
2. Marketing berorientasi konteks lokal daerah.
Dengan banyaknya pengalaman buruk masyarakat terhadap
asuransi, maka perlu kiranya STF UIN sJakarta memakai strategi
pemasaran berdasarkan konteks lokal daerah masing-masing.
3. Mengupayakan Bungkesmas lebih bercorak syariah.
Dengan masih banyaknya stigma agama tentang asuransi, maka
STF UIN Jakarta harus mengupayakan Bungkesmas lebih bercorak
syariah lagi, minimal mensiasati dengan melakukan pendekatan
pemasaran dengan melibatkan okoh agama.
3) Strategi WO (Weakness, Opportunity)
73
Straegi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada,
dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki106
. Program
Bungkesmas di STF UIN Jakarta memiliki kelemahan-kelemahan sebagai
berikut: (1) Kurang dikenal masyarakat, (2) Belum mempunyai hak paten
produk, (3) STF bukan lembaga/perusahaan asuransi, (4) Steakholder
untuk Asuransi Mikro Bungkesmas tidak tetap, (5) SDM STF masih
sangat kurang, (6) SDM Koperasi/BMT kurang percaya diri dalam
memasarkan program Bungkesmas karena Produk baru, (7) SDM
Koperasi dan BMT kurang cakap teknologi, (8) Modal sedikit sekali untuk
operasional.
Adapun peluang-peluang yang dimiliki oleh STF dalam
mengembangkan program Bungkesmas adalah: (1) Masih Tingginya
angka kemiskinan di Indonesia, (2) Indonesia merupakan Negara
berkembang, (3) Adanya Funding tetap dari Ford Foundation, (4)
Sinergitas dengan Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat miskin,
(4) Peluang pasar yang besar di Provinsi Sulawesi.(5) Kepercayaan
masyarakat terhadap BMT/Koperasi semakin kuat, (6) Jaringan.
Dari pertemuan antara kelemahan-kelemahan dan peluang-peluang dari
Program Bungkesmas, maka STF UIN Jakarta dapat mengambil langkah
strategis sebagai berikut:
106 Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi
Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.34
74
1. STF UIN Jakarta Membuat BMT atau LKM lainnya sebagai
lembaga pusat pengelolaan Bungkesmas secara bisnis
Bungkesmas dengan keunikannya yang memadukan antara
tabungan kesehatan dan asuransi mikro dapat lebih dikembangkan
oleh STF UIN Jakarta dengan membuat BMT/LKM mandiri di
bawah STF. Karena STF hanya memiliki badan hukum yayasan
yang tidak berhak mengadakan aktivitas bisnis.
2. Membuat Hak Paten Produk.
Dana funding dari ford foundation dan dari lembaga lain dapat
digunakan untuk membuat hak paten produk Bungkesmas. Hal ini
harus dilakukan untuk mengantisipasi ada perusahaan lain yang
meniru produk Bungkesmas STF UIN Jakarta.107
3. Penguatan modal Bungkesmas dari pemerintah dan swasta sebagai
funding.
Dengan melihat peluang yang masih sangat besar untuk
mengembangkan Bungkesmas dan kondisi pendanaan yang hanya
dari Ford Foundation, maka perlu kiranya STF UIN Jakarta
melakukan fundrising kepada lembaga swasta lain dan pemerintah
dalam mengembangkan Bungkesmas.
4) Strategi WT (Weakness, Threats)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif yang
ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang adaserta menghindari
ancaman. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa program
107 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
75
Bungkesmas di STF UIN Jakarta memiliki kelemahan-kelemahan sebagai
berikut: (1) Kurang dikenal masyarakat, (2) Belum mempunyai hak paten
produk, (3) STF bukan lembaga/perusahaan asuransi, (4) Steakholder
untuk Asuransi Mikro Bungkesmas tidak tetap, (5) SDM STF masih
sangat kurang, (6) SDM Koperasi/BMT kurang percaya diri dalam
memasarkan program Bungkesmas karena Produk baru, (7) SDM
Koperasi dan BMT kurang cakap teknologi, (8) Modal sedikit sekali untuk
operasional. Sedangkan ancaman-ancaman untuk program Bungkesmas
adalah: (1) Perekonomian Indonesia yang sedang buruk, (2) Ketatnya
aturan OJK dalam mengembangkan Program seperti Bungkesmas, (3)
Kompetensi dengan produk lain yang serupa, (4) Masyarakat Ekonomi
Asean, (5) Resistensi masyarakat terhadap Asuransi karena pengalaman
buruk, (6) Doktrin Agama terkait larangan asuransi. Maka strategi defensif
yang dapat diambil oleh STF adalah:
1. Efesiensi modal dari funding.
Efisiensi modal untuk pengembangan Bungkesmas adalah
keniscayaan yang harus dilakukan oleh STF UIN Jakarta demi
kelangsungan Bungkesmas.
2. Lebih memudahkan persyaratan menjadi peserta Bungkesmas.
Dengan masih banyaknya kelemahan pada program Bungkesmas,
perlu kiranya STF UIN Jakarta selalu berinovasi salah satunya
dengan lebih memudahkan persyaratan Bungkesmas.
76
Setelah diidentifikasikan kondisi internal dan kondisi eksternal
Bungkesmas maka, penulis mencoba memetakan dalam matriks kualitatif
SWOT sebagai berikut:
Tabel 1.5
Matriks Analisis SWOT
INTERNAL
EKSTERNAL
STRENGTHS (S)
- Program untuk
pemberdayaan
masyarakat miskin
- Program yang
mensinergikan
pemberdayaan
ekonomi melalui
program edukasi
menabung dan
perlindungan
sosial keksehatan
berupa asuransi
mikro.
- Asuransi mikro
yang ditawarkan
sangat murah dan
terjangkau
- Memiliki banyak
benefit dalam
jaminan kesehatan
- Melengkapi
program yang
dimiliki
pemerintah
(BPJS/Jamkesmas/
jamkesda)
- Pemberdayaan
koperasi juga.
- Peningkatan
kapasitas koperasi
WEAKNESSES (W)
- Kurang dikenal
masyarakat
- Belum
mempunyai hak
paten produk
- Database Peserta
Bungkesmas
belum baik.
- STF bukan
lembaga/perusaha
an asuransi.
- Steakholder untuk
Asuransi Mikro
Bungkesmas tidak
tetap
- SDM STF masih
sangat kurang
- SDM
Koperasi/BMT
kurang percaya
diri dalam
memasarkan
program
Bungkesmas
karena Produk
baru.
- SDM Koperasi
dan BMT kurang
cakap teknologi.
- Modal sedikit
sekali untuk
operasional
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
77
- Masih Tingginya
angka kemiskinan di
Indonesia
- Indonesia
merupakan Negara
berkembang
- Adanya Funding
tetap dari Ford
Foundation
- Sinergitas dengan
Pemerintah dalam
pemberdayaan
masyarakat miskin
- Peluang pasar yang
besar di Provinsi
Sulawesi.
- Kepercayaan
masyarakat terhadap
BMT/Koperasi
semakin kuat
- Jaringan
- Penguatan jaringan
dan dukungan
Steakholder selain
Ford Foundation
sebagai funding
- Penguatan Partner
lokal
pemberdayaan
peserta dari
pemerintah yaitu
PINBUK (Pusat
Inkubasi Bisnis
Usaha Kecil)
- Penguatan Market
Share Bungkesmas
di daerah lain
khususnya Jawa
dan Jabodetabek.
- Berafiliasi
pemerintah
sebagai partner.
- Membuat
BMT/LKM di
bawah STF UIN
Jakarta
- Membuat Hak
Paten Produk
- Penguatan modal
Bungkesmas dari
pemerintah dan
swasta sebagai
funding
THREATS (T)
- Perekonomian
Indonesia yang
sedang buruk.
- Ketatnya aturan OJK
dalam
mengembangkan
Program seperti
Bungkesmas
- Kompetensi dengan
produk lain yang
serupa
- Resistensi
masyarakat terhadap
asuransi karena
pengalaman buruk
- Doktrin Agama
terkait larangan
asuransi.
STRATEGI ST
- Penguatan SDM
Koperasi/BMT
Sebagai Provider
utama
- Marketing
berorientasi
konteks lokal
daerah
- Mengupayakan
Bungkesmas lebih
bercorak syariah.
STRATEGI WT
- Efesiensi modal
dari funding
- Lebih
memudahkan
persyaratan
menjadi peserta
Bungkesmas
78
Berdasarkan pendekatan analisis SWOT Kualitatif tersebut, dapat
ditentukan langkah alternatif strategis yang dapat diambil oleh STF UIN Jakarta
dalam pengembangan program Bungkesmas, penulis menganalisis sebaga berikut:
1. Mempertahankan Visi dan Misi STF sebagai lembaga sosial non profit
dalam pemberdayaan masyarakat melalui program Bungkesmas.
Visi dan misi STF UIN Jakarta sebagai lembaga sosial non profit harus
terus dipertahankan untuk terus mendapatkan kepercayaan, funding,
provider dan tentunya masyarakat dalam pengembangan Bungkesmas.
2. Menguatkan pangsa pasar (market share) di daerah yang sudah sukses
dalam mengembangkan Bungkesmas.
Ini adalah langkah dan upaya dari penetrasi pasar dengan terus
melakukan inovasi dan penguatan pangsa pasar yang sudah
berkembang.
3. Pengembangan pasar Bungkesmas di Jawa dan Jabodetabek, karena
peluang pasar masih besar.
Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah pengembangan pasar
di Jawa dan Jabodetabek dengan melihat peluang disana dengan cara
memperkenalkan produk ke wilayah baru dengan diikut dengan
penguatan produk.
4. Melakukan promosi, edukasi, dan advokasi dengan memanfaatkan
sosial media karena tidak memerlukan biaya yang banyak.
79
STF UIN Jakarta adalah lembaga non profit yang tidak mempunyai
funding jelas, sehingga aktifitas pemasaran dan promosi harus lebih
efektif dan tepat sasaran guna meminimalisir kerugian finansial.
5. Memasarkan program Bungkesmas dengan memperbaiki,
memodifikasi, atau melakukan inovasi sesuai dengan strategi
pemasaran LKM masing-masing dan kondisi masyarakat daerah
tertentu.
Hal ini harus dilakuakan mengingat kondisi sosial, budaya, dan agama
yang berbeda pada daerah masing-masing. Dengan begitu proses
pengembangan Bungkesmas akan maksimal dan minim hambatan.
6. Penguatan jaringan steakholder Bungkesmas melalui swasta dan
pemerintah sebagai funding
STF UIN Jakarta harus sudah mencoba melakukan fundrising ke
lembaga swast lain dan pemerintah. Ini didukung dengan manfaat
Bungkesmas sebagai produk pemberdayaan masyarakat miskin.
80
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan serta uraian-uraian sebelumnya
mengenai strategi pengembangan Bungkesmasdi STF UIN Jakarta. Maka penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Strategi Pengembangan STF UIN Jakarta dalam mengembangakan Program
Bungkesmas adalah:
1) Menjadikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) sebagai Provider Bungkesmas.
2) Fundrising ke lembaga-lembaga sosial untuk pendanaan
pengembangan Bngkesmas
3) STF UIN Jakarta Mendorong LKM/BMT untuk memasarkan
Bungkesmas sesuai dengan konteks masyarakat dan daerah.
4) Melakukan training-training pengembangan program Bungkesmas
5) Sosialisasi Bungkesmas langsung ke masyarakat
6) Membantu BMT dengan menyediakan alat kampanye Bungkesmas.
7) Penelitian Kebutuhan Pengembangan Wilayah Bungkesmas (Need
Assessment)
8) Menambah Benefit Jaminan Bungkesmas
81
b. Alternatif Strategi Pengembangan program Bungkesmas Berdasarkan
analisis SWOT
Berdasarkan metode analisis SWOT, dapat ditentukan langkah alternatf
strategis yang dapat diambil oleh STF UIN Jakarta dalam pengembangan
program Bungkesmas, Penulis menganalisis sebagai berikut:
1. Mempertahankan Visi dan Misi STF sebagai lembaga sosial non profit
dalam pemberdayaan masyarakat melalui program Bungkesmas.
2. Menguatkan pangsa pasar (market share) di daerah yang sudah sukses
dalam mengembangkan Bungkesmas.
3. Peneterasi pasar Bungkesmas di Jawa dan Jabodetabek, karena peluang
pasar masih besar.
4. Melakukan promosi, edukasi, dan advokasi dengan memanfaatkan sosial
media karena tidak memerlukan biaya yang banyak.
5. Memasarkan program Bungkesmas dengan memperbaiki, memodifikasi,
atau melakukan inovasi sesuai dengan strategi pemasaran LKM masing-
masing dan kondisi masyarakat daerah tertentu.
6. Penguatan jaringan steakholder Bungkesmas melalui swasta dan
pemerintah sebagai funding
7. Penguatan pengawasan LKM dalam pengimplementasian Bungkesmas
B. SARAN
Pengembangan Bungkesmas memang baru dilakukan mulai tahun 2011-
2015. Proses pengembangan produk baru sebaiknya dilakukan oleh STF UIN
82
Jakarta dengan konsisten dan efisien. Maka dengan itu penulis memberikan
saran kepada STF UIN Jakarta dalam pengembangan Bungkesmas sebagai
berikut:
1. Membuat LKM/BMT di bawah STF UIN Jakarta sebagai pusat
pengelolaan Bungkesmas.
2. Melakukan peneterasi pasar yang sudah sukses dikembangkan Bugkesmas
3. Melakukan perluasan pasar yang masih memiliki peluang besar.
4. Melakukan pengembangan produk Bungkesmas dengan inovasi-inovasi.
83
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdullah, M. Ma‟ruf, 2013, Manajemen Berbasis Syaria’ah, Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Agis, Cacan S, 2005, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Jakarta: PT. Syarikat
Takaful Indonesia.
Antonio, Syafi‟i, Muhammad, 2002, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,, Jakarta:
Gema Insani Press.
Anwar, Khoirul, 2007, Asuransi Syariah Halal dan Maslahat, Jakarta: Tiga
Serangkai.
Basri, Faisal, 2004, Indonesia Pasca Kritis: catatan positif dan ekonomi, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Brosur Tabungan Kesehatan Masyarakat (diberikan ketika wawancara dengan Ibu
Sri Hidayati, M.Ed) pada tanggal 06 April 2015
Cantika, Sri Budi, dan Amirullah, 2002, Manajemen Strrategik, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Chandra, Gregorius, 2002, Strategi Program Pemasaran, Yogyakarta: ANDI.
Dagun, Save M, 1997 Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga
Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
Darmadi, Herman, 2000, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara.
David, Fred R, 2012, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, Jakarta: Salemba
Empat.
84
Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003.
Hartono, Rejeki, Sri, 1985, Asuransi dan Hukum Asuransi, Semarang: IKIP
Semarang Press.
http://elib.unikom.ac.id\
http://kasusmanajemen.files.wordpress.com/2011/09/npd.png
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org.
https://phia12.wordpress.com/tag/manajemen-strategi/
Jodie, Fana, Pentingnya Analisa Situasi untuk Perumusan Strategi, Jurnal
diaksesdarihttp://vibizmanagement.com/column/index/category/strategic_m
anagement/2313
Jurnal, Artikel, Website, dan lainnya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015, Android Girfa eSuite.
Karebet Widjadjakusuma, Muhammad, Yusanto, Muhammad, 2003, Manajemen
Strategis Perspektif Syariah, Jakarta: Khairul Bayaan.
Kasmir, 2001 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Kotler, Philip, 2004, Marketing Insight From A to Z, Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip, 2009, Manajemen Pemasaran, Indonesia: PT Indeks.
L. Long, Dani, dan E. Jones Harriet, 1999, Prinsip-prinsip Asuransi : Jiwa,
Kesehatan dan Anuitas. Georgia: FLMI.
Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013
Nasution, Mulia, 1996, Pengantar Manajemen, Jakarta: Djambatan.
85
Nazir, Moh, 2005, .Metode penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati
M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
Prodjodikoro, Wirjono, 1986, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta: PT.
Intermasa.
Rangkuti, Freddy, 2006, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis
Berorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Setiady, Purnomo, Usman, Husaini, 2003, Metodologi Sosial, Jakarta: Bumi
Aksara.
Subhana, 2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia.
Sula, Syakir, Muhammad, 2004, Asuransi Syariah (Life And General), Jakarta:
Gema Insani Press.
Sutisna, Bagong Suyanto, 2011.Metode Penelitian Sosial: berbagai alternatif
pendekatan, Jakarta:Kencana.
Sutisna, Hendra, 2006, Fundraising Database, Depok.
T, Soendoro, 1999, Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan: Tindakan
Strategis Untuk Mengurangi Dampak Krisis di Sektor Kesehatan. Medika,
Edisi Khusus.
Tanjung, Hendri, Hafidhuddin, Didin, 2003, Manajemen Syariah dalam Praktek,,
Jakarta: Gema Insani.
Tarmudi, Tarsis, 1990, Wawasan Perasuransian, Semarang: IKIP Semarang
Press.
86
www.fordfoundation.org,
Yafie, Alie, 1994, Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih
Sosial, Bandung: Mizan.
Pedoman Wawanara
Faktor Internal
- Strenght
- Weakness
1. Bagaimana bentuk produk?
2. Bagaimana mengenai keahlian SDM yang ada?
3. Bagaimana profil perusahaan?
4. Bagaimana posisi pasar berdasakan produk?
Faktor Eksternal
- Opportunity
- Treats
1. Bagaimana kondisi persaingan yang ada?
2. Bagaimana keahlian manajemen yang dimiliki?
3. Bagaimana perencanaan, pengendalian, dan sistem yang dimiliki?
4. Bagaimana dengan masalah yang dihadapi?
Wawancara : Ibu Sri Hidayati, M.Ed
Jabatan : Direktur Program Bungkesmas
Hari dan Tanggal : Kamis, 06 Agustus 2015
Waktu : 15.00 WIB
Daftar Pertanyaan Wawancara Analisis Pengembangan Program Tabungan Kesehatan
Masyarakat:
1. Mohon jelaskan apa yang dimaksud dengan Program Tabungan Kesehatan
Masyarakat (Bungkesmas) di STF UIN Jakarta dan apa kegunaannya ?
Jawab: Bungkesmas adalah sebuah inovasi produk simpanan/tabungan kesehatan
masyarakat yang memadukan unsur tabungan dan asuransi mikro melalui LKM
(Lembaga Keuangan Mikro)
2. Kapan Program Bungkesmas Mulai disosialisasikan ?
Jawab: Diinisiasi sejak 2010, mulai disosialisasikan 2011
3. Apa yang melatarbelakangi Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta bisa membuat
Program Bungkesmas?
Jawab:
- Jumlah masyarakat miskin masih tinggi
- lingkaran keimiskinan di Indoensia seputar pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
“STRATEGI PENGEMBANGAN TABUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT
(BUNGKESMAS) DI STF UIN JAKARTA”
- Banyak masyarakat miskin yang sulit mendapatkan akses ke kesehatan, belum banyak
yang belum mendapatkan perlindungan sosial.
-STF ingin berkontribusi dalam penyelesaian probelm kemiskinan. Utamanya di bidang
kesehatan dan peningkatan ekonomi.
4. Siapa saja Stakeholder yang bertanggung jawab dalam Program Bungkesmas?
Jawab:
Program Bungeksmas melibatkan 3 stakehokders utama, yaitu STF UIN jakarta,
Koperasi/BMT/instistusi keuangan mikro lainnya, dan lembaga/perusahaan asuransi.
5. Bagaimana Program Bungkesmas disosialisasikan dan dipasarkan oleh STF UIN
Jakarta?
Jawab:
STF disosialisasikan melalui koperasi atau lembaga sejenisnya. Bungkesmas didesain
untuk menjadi produk tambahan koperasi yang akan dipasarkan oleh koperasi ke
anggotanya atau masyarakat. Maka langkah pertama yang dilakukan adalah mencari
koperasi yang dapat menjadi mitra/provider bungkesmas. Setelah itu dibuat kerjasama.
Koperasi atau lembaga sejenis diberi pembekalan berupa training bungkesmas (SOP dan
strategi pemasaran) terlebuh dahulu. Setelah itu mereka akan bergerak sendiri untuk
mendapatkan peserta.
6. Apa syarat-syarat untuk dapat menjadi peserta Program Bungkesmas?
Jawab:
1. Berusia 17-64 tahun
2. Bersedia menabung minimal Rp. 2.000/hari
3. Bersedia membayar mengikuti program asuransi
4. Bersedia membayar administrasi sesuai ketentuan di masing-masing
Koperasi/BMT
5. Menyerahkan dokumen yang diperlukan
7. Kriteria masyarakat seperti apa yang bisa menjadi peserta Program Bungkesmas?
Jawab:
- Kriteria utama adalah masyarakat miskin. Target peserta adalah: masyarakat miksin
tapi produktif. Mereka yang memiliki pekerjaan dan usaha. Seperti pedagang kecil/kaki
lima, buruh/karyawan/ pekerja informal seperti PRT, guru honorer dll
8. Bagaimanakah mekanisme operasional Program Bungkesmas?
Jawab:
Lihat ppt
9. Bagaimanakah bentuk strategi bisnis dan proses pengembangan yang dilakukan STF
UIN Jakarta dalam program Bungkesmas? Mohon jelaskan langkah-langkahnya?
Berkaca pada pengalaman pilot project di Sulawesi Selatn, program pengembangan
Bungkesmas harus dilakukan secara bertahap, sistematis dan memperhatikan konteks
local. Mulai dari persiapan (perencanaan), penyeleksian wilayah, Provider, dan lain2.
Maka dari itu, STF mempunyai Srategi untuk mengawal perkembangan Program
Bungkesmas dengan membuat kegiatan-kegiatan yang didisein dan dimaksudkan
untuk program pengembangan Program Bungkesmas. Diantaranya adalah
1. Training Bungkesmas
- Training manajemen dan Strategi pemasaran Bungkesmas untuk
pemberdayaan masyarakat miskin. Training ini dilaksanakan pada
tanggal 4-5 Desember 2015 di Guest House Sultan Sulaiman
Martapura, Kalimantan Selatan. Peserta training tersebut sebanyak
24 orang.
- Training Pengembangan Bungkesmas di Jabodetabek yang diadakan
pada tanggal 21 Februari 2013di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
Dihadiri oleh 14 orang pengurus/pengeola BMT di Jabodetabek.
- Training Pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Selatan. Training
yang dihadiri oleh 22 orang peserta ini diadakan di BMT al-Azhar
Maros, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 April 2013.
- Training Bungkesmas pada Unit Pemberdayaan Keuangan (UPK)
Jombang, Jawa Timur. Diadakan di Jombang pada tanggal 31 Maret
2013, dengan jumlah peserta sebanyak 17 orang.
- Training Pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Tenggara diadakan
di Balai Kota Kendari Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Juni 2013.
Acara ini dihadiri oleh 23 orang.
- Training pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Tenggara pada
tanggal 9-10 Oktober 2013. Training yang dilaksanakan di Hotel
Aden, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Dua Training lainnya adalah Training Pengayaan untuk pengurus/pengelola
BMT/Koperasi yang ingin merefresh pengetahuaannya tentang Bungkesmas
serta mencharge motivasi mereka untuk pengembangan Bungkesmas. Dua
Training tersebut adalah:
- Refereshing Training Bungkesmas yang dilaksanakan pada tanggal 20
Maret 2013 di BMT Al-Azhar Maros, Sulawesi Tenggara yang
dihadiri oleh 30 orang peserta
- Bungkesmas Sharing and Learning Meeting (BSLM), yang diadakan di
Jakarta pada tanggal 28-30 Oktober 2013 yang khusus dihadiri oleh
21 orang pimpinan BMT
- BSLM lanjutan akan diadakan di Jakarta Oktober 2015 ini di Jakarta.
2. Implementasi Pengembangan Program Bungkesmas; yang merupakan
kegiatan sosialisasi yang dilakukan dengan beragam pendekatan. Sejak
sosialisasi Bungkesmas periode Grant ke-2 dimulai, yaitu Desember 2012.
STF UIN Jakarta mencoba menjajaki dan memperkenalkan program
Bungkesmas di wilayah baru Yaitu Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan,
Jabodetabek, DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kegiatan di willayah ini
meliputi sosialisasi langsung ke masyarakat berupa pertemuan dengan
masyarakat di sekitar pasar atau mendatangi komunitas-komunitas baik
sifatnya keagamaan maupun paguyuban Kegiatan sosialisasi ini tidak hanya
dilakukan oleh STF tetapi juga oleh BMT langsung yang turun ke masyarakat.
Sementara itu, untuk membantu BMT menyebarluaskan informasi
Bungkesmas dan memudahkan mereka mengimplementasikannya, STF telah
menyediakan alat-alat kampanye produk atau media campaign seperti brosur,
banner, pulpen berlogo, famplet, serta logistik Bungkesmas berupa buku
tabungan dan buku panduannya.
Selain itu untuk menyebarluaskan program Bungkesmas dan
memudahkan masyarakat maupun BMT mengakses informasi tentang
program ini digunakan juga media sosial sebagai media campaign seperti
Facebook, blog dan Whatsapp.
3. Monitoring dan Evaluasi Program Bungkesmas
Monitoring dan Evaluasi (Monev) pada program Bungkesmas adalah
kegiatan yang dilakukan di akhir program. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi, memetakan dan mengukur keberhasilan program
Bungkesmas serta melihat kendala dan tantangan yang dihadapi di lapangan1
Hasil dari monitoring ini penting untuk menentukan langkah
pengembangan program Bungkesmas ke depan. Dari kegiatan ini diharapkan
munculnya inovasi-inovasi yang diperlukan untuk promosi pemasaran produk
ini, beberapa kebjakan perlu untuk ditambah atau dikurangi disesuaikan
dengan kebutuhan lapangan, sistem koordinasi juga penting untuk dievaluasi
dan dimodifikasi untuk efisiensi dan kemudahan prosedur operasional
Bungkesmas.Monitoring dan Evaluasi ini seluruhnya menggunakan metode
Focus Grup Discussion (FGD).
Kegiatan Monev yang sudah dilakukan adalah:
1. MONEV pada tanggal 27-28 Agustus 2013, di kantor PINBUK Sulawesi
Selatan dan BMT Al-Azhar Maros. Diikuti oleh 44 peserta.
2. MONEV pada tanggal 17 Desember 2013, diadakan di Hotel Horison
Kendari Sulawesi Tenggara. Peserta yang hadir sebanyak 17 orang.
3. MONEV dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2012 di Hotel Rodhita
Banjarmasin dengan jumlah peserta sebanyak 19 peserta.
4. Need Assessment
1 Hal ini sejalan dengan uraian tentang konsep manajemen ………
Kegiatan Need Assessment merupakan bagian utama dalam pengembangan
Bungkesmas di wilayah baru. Mulai akhir 2012, wilayah baru yang ditargetkan
untuk pengembangan Bungkesmas adalah Sulawesi Tenggara dan Kalimantan
Selatan. Kegiatan need assessment ingin memotret kultur masyarakat setempat,
sebaran BMT dan perkembangannya (kondisi fisik, asset, dan manajemennya),
mengetahui ada tidaknya asuransi jiwa dan kesehatan gratis bagi keluarga dengan
pendapatan rendah. Metode yang dilakukan dalam need assessment tersebut
adalah wawancara mendalam, dan observasi langsung ke lapangan, dimana tim
STF UIN Jakarta mendatangi langsung wilayah-wilayah tersebut.
Kegiatan Need Assessment yang sudah dilakukan antara lain :
1. Need Assessment pada tanggal 28 November – 01 Desember 2012,
dilakukan di wilayah Kalimantan Selatan.
2. Need Assessment pada tanggal 10-11 April 2013, dilakukan di Sulawesi
Tenggara.
5. Coordinatotion Meeting
Kegiatan ini dilakukan untuk melihat komitmen dan kesiapan BMT dalam
melaksanakan program Bungkesmas. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak dua kali,
antara lain :
1. Coordination meeting tanggal 03 Desember 2013 di Guest Hotel Sultan
Sulaiman, Martapura, Kalimantan Selatan.
2. Coordination Meeting pada tanggal 18 Juni 2013 yang dilaksanakan di Balai
Pelatihan Kesehatan Kendari, Sulawesi Tenggara..
Tidak hanya untuk mengukur komitmen BMT dalam melaksanakan program
Bungkesmas, kegiatan Coordination meeting juga untuk membahas persoalan atau
kendala-kendala yang muncul selama proses implementasi Bungkesmas di
masyarakat dan solusinya.
Sementara untuk strategi-strategi setiap BMT itu macam-macam ya, ada yang
misalnya mereka itu mengkombine Bungkesmas dengan skema permodalan dan
peminjaman dan pembiayaan misalnya. Kalo ada yang mau pinjam modal harus
ikut jadi peserta Bungkesmas. Karena apa? Karena missal mereka sakit dan tidak
bisa mengembalikan pinjaman, bisa dikover dari dana yang diklaim dari
Bungkesmas itu.
10. Bagaimana perkembangan Program Bungkesmas dari tahun ke tahun di setiap daerah
Bu?
Jawab: Perkembangan Program :
- 6.000 orang menjadi nasabah dengan jumlah tabungan mencapai Rp.
510.000.000,00
- 72 Koperasi dan BMT aktif sebagai Provider di 16 Kota 6 Provinsi di
Indonesia.
- 500 Staff BMT sudah menjalani Training Bungkesmas.
- 20.000 orang miskin sudah di edukasi terkait program pemberdayaan
ini.
Wilayah :
TAHUN JANGKAUAN WILAYAH
2010-2011 Sulawesi Selatan
2011-2012 Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat
2012-2015
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Kalimantan Selatan, JABODETABEK,
Maluku Tengah, Seram Bag. Barat,
Ambon
Sosialisasi: Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat, Aceh, Yogyakarta,
Jabodetabek
Capaian Bungkesmas:
Tahun LKM Peserta Tabungan Klaim
2010-2011 4 100 7.000.000 1
2011-2012 23 225 81.000.000 4
2012-2013 71 3.313 326.492.098 22
April 2015 72 6.000 ±510.000.000 98
11. Apa faktor pendukung dan penghambat dari program Bungkesmas ini ?
Jawab:
Faktor Pendukung :
1. Produk seperti Bungkesmas yang menyatukan unsur tabungan dengan asuransi
mikro kesehatan belum ada di Indonesia
2. Harga asuransi yang murah, dengan hanya 100 ribu per tahun, peserta bisa
mendapatkan yang banyak sekali.
3. Support penuh dari Lembaga Ford Foundation untuk pengembangan Program
Bungkesmas.
4. Mempunyai tujuan untuk pemberdayaan masyarakat miskin dan menyadarkan
untuk terbiasa menabung untuk kesehatan mereka dan pengembangan
ekonomi.
5. Kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap STF untuk mengelola Program
Bungkesmas
6. Koperasi/BMT lembaga keuangan dan sosial yang mempunyai prinsi
kekluargaan dan gotong royong dengan anggotanya, sehingga walaupun SDM
sedikit bisa solid.
7. Keuntungan dari Dana Tabungan dan Asuransi kembali kepada Anggota
Koperasi/BMT itu sendiri.
Faktor Penghambat :
1. Sulitnya deal dengan Perusahaan Asuransi yang bisa setuju dengan benefit
yang STF pinta.
2. Mempuyai kasus “Bad Story” dengan Perusahaan Asuransi Takaful
3. Sedikit nya Lembaga Asuransi yang bergerak di bidang asuransi mikro.
4. Kompetensi dengan provider lain yang menawarkan asuransi yang sama.
5. Jaringan Bungkesmas adalah Koperasi/BMT yang Frejal, yaitu tergantung
kekuatan dan kelemahan anggotanya, dan SDM nya masih minim.
6. Banyak Koperasi/BMT yang kolaps dan tidak komitmen dalam menjalankan
Program Bungkesmas
7. Resistensi masyarakat terhadap asuransi.
8. Doktrin larangan agama terhadap asuransi.
9. Sulitnya memetakan Koperasi/BMT yang sehat karena ukurannya tidak jelas.
10. Kondisi Koperasi/BMT cendrung up and down.
11. Sedikitnya modal Koperasi/BMT dalam menjalankan program Bungkesmas
12. Ketergantungan yang sangat tinggi Koperasi/BMT terhadap STF untuk
mensupport Koperasi/BMT.
13. Banyak yang hanya tertarik dengan asuransi nya saja, tidak dengan
tabungannya.
12. Bagaimana pendapat ibu tentang prospek perkembangan Program Bungkesmas sejak
diadakan sampai saat ini?
- Bungeksmas punya prosepek besar.
13. BPJS Kesehatan milik pemerintah telah dikritik Majelis Ulama Indonesia (MUI)
karena tidak sesuai syariah, bagaimana pendapat ibu?
- sudah tidak ada masalah lagi sekarang di MUI
14. Apakah Program Bungkesmas menurut ibu sudah sesuai dengan prinsip syariah?
Mohon jelaskan analisis ibu?
Jawab:
Awalnya pengelolaan Bungkesmas kita kombinasikan dengan prinsip filontropi islam
berupa zakat kepada peserta, tetapi akhirnya kita rubah karena itu menimbulkan
ketergantungan kepada peserta. Dan STF pun agak kesulitan mencari dana CSR untuk
peserta Bungkesmas. Dan diawal perjalanannya STF juga mengembangkan Bungkesmas
dengan memakai Provider PT Takaful yang merupakan perusahaan asuransi syariah, tapi
karena ada “bad story” yaitu keterlambatan pembayaran klaim untuk peserta akhirnya kita
stop.
Kemudian, terkait dana tabungan Bungkesmas itu sepenuhnya dikelola oleh
Koperasi/BMT yang keuntungannya kembali lagi untuk kebutuhan dan kesejahteraan
anggota. Apalagi BMT memang memakai cara-cara operasional yang sesuai syariah
dalam mengelola dana, yaitu dengan akad Mudharabah.
Kalau dari unsur syariahnya mungkin secara nyata tidak terlihat jelas. Tetapi secara
simbolis bisa dilihat dari kesukarelaan, saya kira itu sudah syar’i ya meskipun tidak
tertulis secara akad. Kemudian bahwa program in tidak merugikan masyarakat, bahkan
menguntungkan untuk membantu mereka, dan mereka juga menabung dan berasuransi
berdasarkan kesadaran dan kerelaan saya kira itu sudah syar’i.
Hormat Saya,
Fariz Abdul Rohman