10
STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen 1 dan Wahyono Hadi 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp. 0813-40440633, email: [email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp. 031-5948886, email: [email protected] ABSTRAK Distribusi air minum PDAM Kota Ternate sampai dengan akhir tahun 2008 baru mencapai 49,32% dari jumlah penduduk 147.237 jiwa yang tersebar di 2 (dua) kecamatan, yakni kecamatan Ternate Utara dan Ternate Selatan, dengan tingkat kebocoran sebesar 43,77% di sistim distribusi. Penzoningan sistim distribusi dalam upaya penurunan tingkat kebocoran, saat ini merupakan prioritas utama dalam strategi pengembangan sistim distribusi air minum Kota Ternate. Diharapkan pada akhir tahun 2018 tingkat pelayanan air minum PDAM Kota Ternate adalah 65%, dengan tingkat kebocoran 25%. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini difokuskan pada strategi pengembangan sistim distribusi air minum di Kota Ternate dalam bentuk penzoningan dan pengembangan jaringan distribusi serta penurunan tingkat kebocoran. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan penelitian menggunakan studi kasus. Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kebijakan jangka pendek; tersusunya zona-zona pelayanan guna penurunan tingkat kebocoran, optimalisasi infrastruktur dan pemeliharaan secara berkala, melakukan perbaikan terhadap jaringan pipa transmisi dan distribusi yang sudah tua, membanguan jaringan distribusi untuk melayani 9 kelurahan dengan 18 HU dan 300 SR, upaya perlindungan terhadap sumber air baku. Kebijakan jangka menengah/panjang secara bertahap mengoperasikan Pusat Operasi Ngade 50 ltr/dt untuk mendukung pelayanan di zona I,II dan III, membangun jaringan distribusi bagi kawasan Kota Baru di Kecamatan Ternate Selatan bagi 5300 SR. Kata Kunci : strategi, pengembangan, kebocoran, penzoningan, distribusi air minum. 1. PENDAHULUAN Sistim penyediaan air minum di Kota Ternate pada awalnya dikelola oleh PDAM Kabupaten Halmahera Barat. Namun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemekaran Wilayah Provinsi Maluku Utara dan Surat Keputusan Walikota Ternate Nomor 800/KEP/3041/2007, tanggal 30 April 2007, maka saat ini pengelolaan sistim penyediaan air minum Kota Ternate dilaksanakan oleh PDAM Kota Ternate. PDAM Kota Ternate yang merupakan salah satu Perusahaan Milik Daerah yang bertugas melayani suplai air minum untuk Kota Ternate, saat ini baru mampu melayani 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Ternate Utara, dengan jumlah jiwa terlayani adalah 147.237 jiwa. Sistim penyediaan air minum PDAM Kota Ternate saat ini mempunyai kapasitas produksi sebesar 326,67 Liter/detik, terdiri dari 23 (dua puluh tiga) buah sumur dan 7 (tujuh) buah reservoir distribusi yang dibedakan kedalam 5 (lima) buah sistim yaitu : (1) Sistim Pacei, (2) Sistim Skeep, (3) Sistim Ubo-ubo, (4) Sistim Falaraha, (5) Sistim Ngade. Kelima sistim ini dibedakan berdasarkan lokasi unit produksinya yaitu mulai dari sumber air baku sampai dengan reservoir distribusi.

STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

  • Upload
    vantu

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate)

Sahdin Hi. Husen1 dan Wahyono Hadi2

1Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp. 0813-40440633, email: [email protected]

2Dosen Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp. 031-5948886, email: [email protected]

ABSTRAK

Distribusi air minum PDAM Kota Ternate sampai dengan akhir tahun 2008 baru mencapai 49,32% dari jumlah penduduk 147.237 jiwa yang tersebar di 2 (dua) kecamatan, yakni kecamatan Ternate Utara dan Ternate Selatan, dengan tingkat kebocoran sebesar 43,77% di sistim distribusi. Penzoningan sistim distribusi dalam upaya penurunan tingkat kebocoran, saat ini merupakan prioritas utama dalam strategi pengembangan sistim distribusi air minum Kota Ternate. Diharapkan pada akhir tahun 2018 tingkat pelayanan air minum PDAM Kota Ternate adalah 65%, dengan tingkat kebocoran 25%.Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini difokuskan pada strategi pengembangan sistim distribusi air minum di Kota Ternate dalam bentuk penzoningan dan pengembangan jaringan distribusi serta penurunan tingkat kebocoran. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan penelitian menggunakan studi kasus.Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kebijakan jangka pendek; tersusunya zona-zona pelayanan guna penurunan tingkat kebocoran, optimalisasi infrastruktur dan pemeliharaan secara berkala, melakukan perbaikan terhadap jaringan pipa transmisi dan distribusi yang sudah tua, membanguan jaringan distribusi untuk melayani 9 kelurahan dengan 18 HU dan 300 SR, upaya perlindungan terhadap sumber air baku. Kebijakan jangka menengah/panjang secara bertahap mengoperasikan Pusat Operasi Ngade 50 ltr/dt untuk mendukung pelayanan di zona I,II dan III, membangun jaringan distribusi bagi kawasan Kota Baru di Kecamatan Ternate Selatan bagi 5300 SR.

Kata Kunci : strategi, pengembangan, kebocoran, penzoningan, distribusi air minum.

1. PENDAHULUANSistim penyediaan air minum di Kota Ternate pada awalnya dikelola oleh PDAM Kabupaten Halmahera Barat. Namun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemekaran Wilayah Provinsi Maluku Utara dan Surat Keputusan Walikota Ternate Nomor 800/KEP/3041/2007, tanggal 30 April 2007, maka saat ini pengelolaan sistim penyediaan air minum Kota Ternate dilaksanakan oleh PDAM Kota Ternate.PDAM Kota Ternate yang merupakan salah satu Perusahaan Milik Daerah yang bertugas melayani suplai air minum untuk Kota Ternate, saat ini baru mampu melayani 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Ternate Utara, dengan jumlah jiwa terlayani adalah 147.237 jiwa. Sistim penyediaan air minum PDAM Kota Ternate saat ini mempunyai kapasitas produksi sebesar 326,67 Liter/detik, terdiri dari 23 (dua puluh tiga) buah sumur dan 7 (tujuh) buah reservoir distribusi yang dibedakan kedalam 5 (lima) buah sistim yaitu : (1) Sistim Pacei, (2) Sistim Skeep, (3) Sistim Ubo-ubo, (4) Sistim Falaraha, (5) Sistim Ngade. Kelima sistim ini dibedakan berdasarkan lokasi unit produksinya yaitu mulai dari sumber air baku sampai dengan reservoir distribusi.

Page 2: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Sahdin Hi. Husen dan Wahyono Hadi

Sistim pengaliran dari sumur ke reservoir distribusi dari kelima sistim tersebut di atas semuanya dilakukan dengan cara pemompaan, sedangkan dari reservoir distribusi ke daerah pelayanan sebagian besar dilakukan dengan cara gravitasi dan hanya sebagian kecil yang menggunakan sistim pemompaan yaitu untuk daerah-daerah tertentu yang mempunyai elevasi lebih tinggi atau relatif sama dengan elevasi reservoir.Laporan PDAM Kota Ternate per Desember 2008 cakupan pelayanan baru mencapai 49,32% dari jumlah penduduk 147.237 jiwa, jika dibandingkan dengan target pelayanan air minum yang ditetapkan NSPM Bidang Air minum Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2003 sebesar 80% untuk kota sedang dengan kehilangan air rencana 25%, maka tingkat pelayanan PDAM Kota Ternate tergolong masih rendah, hal ini disebabkan karena terdapat kebocoran sebesar 43,77% pada sistim distribusinya.Kondisi ini mengharuskan PDAM dan Pemerintah Daerah harus menyusun strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang terhadap pengembangan sistim distribusi air minum. Hal ini sesuai dengan visi-misi RPJMD (Rencana Program Jangka Menengah Daerah) Kota Ternate dimana diharapkan pada akhir tahun 2018 tingkat pelayanan air minum PDAM adalah 65%. Penetapan strategi pengembangannya yang didasari pada permasalahan dan potensi yang terdapat di dalam sistim distribusi air minum PDAM saat ini termasuk aspek teknis, aspek finansial, dan aspek kelembagaan sehingga dapat dilakukan penanganan secara tepat.

2. DASAR TEORISistem Penyediaan Air MinumSistem penyediaan air minum merupakan rangkaian proses pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat. Berdasarkan bentuk dan teknisnya, sistem penyediaan air minum dibedakan menjadi dua macam, yaitu; penyediaan air minum individual dan penyediaan air minum komunal.Sistem Penyediaan Air Minum didasarkan pada potensi air baku, kebutuhan, jumlah penduduk, distribusi/sebaran penduduk, dan aktifitas dominan yang dilakukan penduduk. Penyediaan air minum juga terkait dengan penerapan teknologi fisik, tingkat kapasitas pelayanan, tingkat jenis sambungan pelayanan, dan tingkat institusi pengelolaan sistem.

Jenis Kebutuhan Air minumAir minum Domestik

Kebutuhan dasar domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik, yang berasal dari data penduduk, pola kebiasaan dan tingkat hidup yang didukung adanya perkembangan sosial ekonomi yang memberikan kecenderungan peningkatan kebutuhan air minum. Fasilitas penyediaan air minum yang sering dikenal, yaitu;

1. Fasilitas perpipaan, yang meliputi: sambungan rumah, sambungan halaman, sambungan umum.

2. Fasilitas non perpipaan, dapat berupa; sumur, mobil air, mata air.Jumlah penduduk di suatu kota atau kawasan sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan air minum kota atau kawasan tersebut, standar pemakaian dan pelayanan air minum masyarakat dapat dilihat dalam Tabel 1.

Page 3: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Strategi Penurunan Kebocoran di Sistim Distribusi Air Minum Kota Ternate (Studi Kasus PDAM Kota Ternate)

Tabel 1: Kebutuhan Air minum Domestik

No Uraian

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk( x 1000 jiwa)

>1000 500 - 1000 100 - 500 20 - 100

Ditjen. Cipta Karya, 20041 Konsumsi unit SR (ltr/org/hr) 200 150 125 1002 Konsumsi unit HU (ltr/org/hr) 30 30 30 303 Konsumsi non domestik (ltr/org/hr) 200 200 200 2004 Kehilangan (%) 25 25 25 255 Faktor harian maksimum 1,1 1,1 1,1 1,16 Faktor jam maksimum 1,5 1,5 1,5 1,55 Jumlah jiwa per SR 6 6 5 56 Sisa tekanan di jaringan distr. (mka) 5 - 12,5 5 - 12,5 5 - 12,5 5 - 12,57 Jam operasi 24 24 24 248 Cakupan pelayanan (%) 80 80 80 80

Ditjen. Cipta Karya, 19981 Konsumsi unit SR (ltr/org/hr) 190 170 150 1302 Kehilangan (%) 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 303 Sisa tekanan di jaringan distribusi

(mka) 10 10 10 10

4 Rasio SR : HU 50:50 s.d. 80:20

50:50 s.d. 80:20 80 : 20 50:50 s.d.

70:30Sumber: Depkimpraswil, 1998 dan 2004

Air minum Non DomestikKebutuhan air minum non domestik ditentukan oleh adanya konsumen non domestik. Konsumen non domestik ini memanfaatkan fasilitas-fasilitas antara lain; perkantoran, tempat ibadah, prasarana pendidikan, prasarana kesehatan, komersial (pasar, pertokoan, penginapan, bioskop, rumah makan dll), industri.

Sistem Distribusi Air minumZonasi dalam sistim distribusi air minum yang bertujuan untuk meratakan sisa tekan di tiap-tiap konsumen, memudahkan deteksi pada saat terjadinya kebocoran pipa, dan memudahkan perbaikan bila terjadi kerusakan. Pembagian zonasi ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu;- Luas kota, menyangkut pertimbangan efisiensi dan kelancaran pelayanan serta

pendistribusian air minum.- Perbedaan elevasi kota, dapat dibedakan atas zona-zona distribusi apabila terdapat

perbedaan elevasi antara bagian wilayah yang satu dengan bagian wilayah lainnya.- Potesi air baku, dalam sistim distrusi air minum potensi atau kapasitas air baku

juga berpengaruh terhadap luas kawasan zonasi. Dalam hal pengaliran, terdapat tiga pilihan sistem pengaliran distribusi air

minum, yang penggunaannya disesuaikan dengan kondisi eksisting sumber air baku dan wilayah pengguna/konsumen, yaitu;1. Sistem Pengaliran Gravitasi2. Sistem Pemompaan3. Sistem Kombinasi

Page 4: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Sahdin Hi. Husen dan Wahyono Hadi

Keseimbangan Tekanan Air di Jaringan a. Kecepatan Aliran

Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah sebesar 0,5 – 2,5 m/dtk pada debit jam puncak. Untuk menentukan kecepatan aliran dalam pipa, digunakan persamaan;Q = A.V = 0,25 . л . D2 . V ..................................................................(2.1)dimana: Q = Debit aliran (m3/dtk)

V = Kecepatan aliran (m/det)D = Diameter pipa (m)

b. Sisa TekananNilai sisa tekanan minimum pada setiap titik jaringan pipa induk yang direncanakan adalah sebesar 10 m kolom air.

c. Kehilangan Tekanan (Headloss)Kehilangan tekanan air dalam pipa terjadi akibat adanya friction antara fluida dengan permukaan dalam pipa yang dilaluinya. Kehilangan tekanan maksimum 10 m/km panjang pipa

d. KontinuitasAin x Vin = Aout x Vout ............................................................................ (2.2)dimana:

Ain = Luas penampang masuk (m2)Vin = Kecepatan aliran pada saat masuk (m2)Aout = Luas penampang keluar (m2)Vout = Kecepatan aliran pada saat keluar (m2)

3. METODOLOGIMetode pengumpulan data primer berupa observasi lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka dan pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan metode kasus. Metode survey dilakukan dengan melakukan pengamatan di lapangan dengan tujuan untuk mengukur fakta, merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi. Metode kasus dilakukan melalui suatu penelitian pendekatan secara spesifik terhadap masalah-masalah dengan lebih mendalam disegala tingkatan. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 201 orang, 53 orang merupakan pelanggan PDAM dan 148 orang merupakan masyarakat pengguna sumber air minum lainnya (non pelanggan PDAM).Analisis teknis terhadap penurunan tingkat kebocoran pada sistem distribusi pelayanan air minum dilakukan dengan membentuk zona-zona pelayanan sehingga kapasitas dan tingkat kebocoran pada masing zona dapat ketahui, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan. Sedangkan untuk pengembangan sistim distribusi dilakukan simulasi dengan dengan menggunakan software Epanet 2.0. Aspek kelembagaan dianalisis dengan menggunakan parameter good governance, dengan menggunakan metode analisi SWOT. Alur pikir penelitian sebagaimana terlihat dalam Gambar 1.

Page 5: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Strategi Penurunan Kebocoran di Sistim Distribusi Air Minum Kota Ternate (Studi Kasus PDAM Kota Ternate)

Gambar 1 Bagan Alir Penelitian

4. HASIL DAN DISKUSIAspek Teknis

Kebocoran adalah permasalahan yang tidak dapat dihindari, akan tetapi dapat diminimalisir dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membagi daerah pelayanan menjadi beberapa zona, sehingga tingkat kebocoran disetiap zona dapat diamati dan diketahui secara berkala dan berkesinambungan. Dengan cara ini dapat diketahui zona mana yang mempunyai tingkat kebocoran paling tinggi dan jauh melebihi standar yang diperbolehkan (20%), sehingga tindakan penurunan kebocoran dapat lebih dikonsentrasikan terhadap zona yang bersangkutan.

Studi Pustaka dan Gambaran Umum Wilayah Studi

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pengumpulan Data

Perumusan Masalah

Latar Belakang

Data SekunderKependudukan (jumlah dan sebaran)Jenis dan jumlah fasilitasRegulasi, standar, dan kebijakanPotensi sumber air baku yang telah teridentifikasi serta hasil

penelitian yang pernah dilakukanDokumen administratif dan peta wilayah studiJumlah penduduk terlayani air minumLembaga pengelola air minum Kota Ternate

Data PrimerPemenuhan kebutuhan air minum Kota TernatePotensi air baku (kualitas dan kuantitas)Kebutuhan nyata air minum (RDS)Topografi sumber air baku dan daerah pelayananPotensi ekonomi dan peran serta masyarakatData institusi pengelola air minum Kota Ternate

Pengolahan DataProyeksi jumlah pendudukProyeksi fasilitasPerhitungan kebutuhan air minumZona pelayanan air minum Analisis kelembagaan eksisting pengelola air

minum

Strategi dan Rekomendasi

Strategi Penurunan Kebocoran di Sistim Disribusi Air MinumKota Ternate

(Proyeksi 10 tahun)

Analisis dan Pembahasan Teknis Kelembagaan - Penurunan tingkat kebocoran - Partisipasi pembangunan - Rencana pengembangan - Penentuan model lembaga pengelola O/P- Analisis pemanfaatan sumber air baku tersedia - Responsibilitas dan akuntabilitas lembaga - Analisis teknik penyediaan air bersih

Page 6: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Sahdin Hi. Husen dan Wahyono Hadi

Dari hasil survei serta laporan dari PDAM Kota Ternate bahwa sistim distribusi air minum Kota Ternate saat ini dilakukan secara menyeluruh pada masing-masing unit produksi dengan tidak membagi sistim distribusi tersebut dalam zona pelayanan yang jelas. Kondisi ini mengakibatkan tingginya tingkat kebocoran pada proses distribusi, sebagaimana terlihat pada Gambar 2 dan Tabel 2.

Gambar 2 Eksisiting Sistim Distribusi Air Minum Kota Ternate

Tabel 2: Kebocoran Pada Sistim Distribusi

No. Sistim/Pusat Operasi

Area Pelayanan Pelayanan

Kapasitas Terpasang

(L/D)

PresentasiKebocoran

Tingkat Kebocoran

(L/D) 1. Sistim Fatcei Kec.Ternate Utara 100,00 10,05% 32,832. Sistim Skep Kec. Ternate Utara 118,00 15,25% 49,87 3. Sistim Ubo-Ubo Kec. Ternate Selatan 60,00 10,23% 33,424. Sistim Falaraha I Kec. Ternate Selatan 28,00 5,23% 17,095. Sistem Ngade Kec. Ternate Selatan 20,00 4,46% 14,57

Jumlah 326,00 43,77% 147,720Sumber : Laporan PDAM, Desember 2008

Ditinjau dari faktor penyebabanya kebocoran pada sistim distrbusi ini dibagi menjadi 2, yaitu:1. Kebocoran karena faktor teknis.2. Kebocoran karena faktor non teknis. Pada sistim distribusi air minum Kota Ternate dari hasil survei di lapangan kebocoran karena faktor teknis disebabkan oleh; rusaknya pipa karena korosif, masa pakai pipa sudah habis, pemasangan pipa yang kurang sempurna terutama pada sambungan, rendahnya akurasi water meter dan water meter dalam kondisi rusak sehingga pencatatan berdasarkan perkiraan.

Sistim Falaraha

Sistim Skep

Sistim Ubo-Ubo

Sistim Ngade

-

Sistim Fatcei

Page 7: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Strategi Penurunan Kebocoran di Sistim Distribusi Air Minum Kota Ternate (Studi Kasus PDAM Kota Ternate)

Pembagian ZonaBerdasarkan hasil Real Demand Survey dan analisis, maka pembagian zona dilakukan berdasarkan lokasi Pusat Operasi/Reservoir yang terdiri dari 10 (sepuluh) zona, dimana setiap zona merupakan satu sistem pelayanan mulai dari reservoir distribusi sampai dengan jaringan pipa distribusi dan pelayanan. Rencana zonasi ini didasarkan pada kapasitas Pusat Operasi masing-masing dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan penduduk pada akhir tahun proyeksi, sehingga diharapkan zonasi ini akan efektif. Disamping itu penentuan batas zona dalam perencanaan ini diusahakan sedapat mungkin berupa sungai/kali, karena pada lokasi ini akan terlihat jelas pipa eksisting, sehingga memudahkan dalam melakukan isolasi zona. Pembagian zona selanjutnya dapat dilhat pada Tabel 3 dan Gambar 3.

Gambar 3 Pembagian Zona Pelayanan

Tabel 3: Kapasita Pelayanan Per Zona 2018

Reservoir/Pusat Operasi

Pembagian Zona Pelayanan

Penambahan Kapasitas Pelayanan

Liter/Detik

Tingkat Kebocoran Eksisting

Reservoir Ngade Zona I 10,50 4,46% 14,57 l/dReservoir Ngade Atas Zona II 4,50Reservoir Falaraha Zona III 13,00 5,23% 17,09 l/d

Reservoir Ubo-ubo Zona IV 58,80Rerservoir Jan Zona V 16,60 10,23% 33,42 l/d

Reservoir Skeep Zona VI 111,40Reservoir Tabahawa Zona VII 27,50Reservoir Moya Zona VIII 13,60

15,25% 49,87 l/d

Reservoir Facei Zona IX 76,40Reservoir Facei Atas Zona X 10,10 10,05% 32,83 l/d

Jumlah 342,40 43,77 147,720Hasil Analisa 2009

Page 8: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Sahdin Hi. Husen dan Wahyono Hadi

Prioritas Pembentukan ZonaDidalam pembentukan zona diperlukan biaya yang relatif besar. Oleh karenanya pembentukan zona direncanakan akan dilakasanakan secara bertahap sesuai dengan urutan prioritasnya. Penetapan prioritas pembentukan zona didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut; 1).Dengan dibentuk/dibangunnya zona tersebut, maka akan memberikan nilai tambah bagi pendapatan PDAM, 2).Secara Teknis zona tersebut diperkirakan mempunyai tingkat kebocoran lebih tinggi dari zona lainnya, 3).Tekanan air di zona tersebut relatif kecil, 4).Pemerataan aliran di zona tersebut kurang baik. Berdasarkan kriteria diatas, maka zona-zona yang diprioritaskan untuk ditangani dalam jangka pendek antara lain ; 1).Zona VI (Pelayanan Reservoir Skeep), 2).Zona VII (Pelayanan Reservoir Tabahawa), 3).Zona IX (Pelayanan Reservoir Facei), 4).Zona IV (Pelayanan Reservoir Ubo-ubo)

Aspek KelembagaanPengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah, untuk menjamin setiap orang mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Arah kebijakan pemerintah dalam peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air minum diantaranya adalah peningkatan pelayanan untuk perkotaan sebesar 80 % dan perdesaan sebesar 40 % dengan menekan angka kebocoran sampai dengan 20%.Struktur kelembagaan PDAM Kota Ternate adalah tipe B berdasarkan Keputusan Menteri Otonomi Daerah Nomor 10 tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum yang memuat tipe PDAM berdasarkan jumlah pegawai. Jumlah pegawai saat ini pada PDAM Kota Ternate adalah 138 karyawan dan jumlah pelanggan 14.440, dengan rasio 1 : 105.Dalam upaya peningkatan cakupan pelayanan air minum masyarakat dari tinjauan kelembagaan, perlu dilakukan pembaruan dalam bentuk maupun operasionalisasi lembaga penanggung jawab pengelolaan air minum Kota Ternate, sehingga lembaga dapat bekerja secara optimal dalam menjalankan fungsinya. Pembaruan merupakan transformasi sistem dan organisasi pemerintah secara fundamental guna menciptakan peningkatan dramatis dalam efektifitas, efisiensi, dan kemampuan mereka untuk melakukan inovasi. Transformasi ini dicapai dengan mengubah tujuan, sistem insentif, pertanggungjawaban, struktur kekuasaan, dan budaya sistem dan organisasi pemerintah. Dengan kata lain pembaruan adalah menggantikan sistem yang birokratis menjadi sistem yang bersifat wirausaha; menciptakan organisasi dan sistem pemerintah yang terus menerus berinovasi, yang secara kontinu memperbaiki kualitas mereka, tanpa mendapat tekanan dari pihak luar. Tak hanya memperbaiki efektifitas saat ini, juga menciptakan organisasi-organisasi yang mampu memperbaiki efektifitasnya di masa mendatang, pada saat lingkungan mereka berubah.Semangat pembaruan sesungguhnya telah diusung dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan dalam pengelolaan Pemerintahan Republik Indonesia sejak tahun 2003, yaitu dengan menerapkan Sistem Anggaran Berbasis Kinerja. Penyempurnaan senantiasa dilakukan hingga terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri.) Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dengan menggunakan analisis SWOT, secara sistematis dilakukan identifikasi dan analisis terhadap berbagai faktor, dalam upaya merumuskan strategi kelembagaan yang tepat bagi pengelolaan air minum di Kota Ternate. Dari hasil penilaian pada analisis SWOT, diperoleh kondisi sebagai berikut;

Page 9: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Strategi Penurunan Kebocoran di Sistim Distribusi Air Minum Kota Ternate (Studi Kasus PDAM Kota Ternate)

- Analisis Faktor Strategi Internal = - 0,10- Analisis Faktor Strategi Eksternal = 0,15Dari kuadran Analisis SWOT, kondisi tersebut masuk ke dalam kuadran III, yang berarti bahwa Pdam Kota Ternate menghadapi peluang yang besar namun pula menghadapi kendala/kelemahan internal. Sehingga untuk mengelola kondisi tersebut ditetapkan Konsep Strategi WO (Weakness - Opportunities), berupa Tindakan Turn Around dan Likuidasi. Untuk itu, disusun beberapa strategi sebagai penjabaran dari konsep strategi terkait penanganan model kelembagaan sebagai berikut;- Perkuatan kapasitas lembaga secara teknis dan administratif.- Review kembali lembaga pengelola air minum Kota Ternate.

Strategi 1. Penurunan kebocoran segera dilakukan pada zona yang secara teknis memiliki

kebocoran pada sistim distribusi tertinggi yakni zona VI, zona VII dan zona VIII, dengan melakukan penggantian jaringan pipa distribusi yang rusak serta melakukan isolasi pada batas zona-zona tersebut.

2. Melakukan penggantian water meter produksi dan distribusi yang sudah rusak, serta meningkatkan akurasi pembacaan pada meter pelanggan.

3. Secara bertahap dan berkelanjutan penurunan kebocoran dilakukan sehingga target kebocoran pada sistim distribusi sebesar 25% di akhir tahun 2018 dapat tercapai.

4. Melakukan pemeliharaan secara berkala terhadap infrastruktur terbangun.5. Perkuatan kelembagaan secara teknis dan administratif, sehingga dapat

memperkecil kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan.

5. KESIMPULAN1. Cakupan pelayanan sampai dengan desember 2008 baru mencapai 49,32% dari

jumlah penduduk 147.237 jiwa yang tersebar di 2 (dua) Kecamatan yakni Kecamatan Ternate Utara dan Ternate Selatan, dengan tingkat kebocoran di sistim distribusi sebesar 43,77%.

2. Target RPJMD (Rencana Program Jangka Menengah Daerah) adalah peningkatan pelayanan air minum sebesar 65% dan penurunan tingkat kebocoran distribusi sebesar 25% pada akhir tahun 2018.

3. Penuruna tingkat kebocoran dilakukan dengan membagi pelayanan dalam 10 (sepuluh) zona pelayanan yang jelas dan terintegrasi dan memprioritaskan penanganan terhadap zona yang mempunyai kebocoran tertinggi, (penanganan jangka pendek).

4. Perkuatan kelembagaan secara teknis dan administratif, sehingga dapat mereduksi kebutuhan biaya operasi/pemeliharaan dan memperpanjang masa pakai infrastruktur.

5. Review dan reorganisasi lembaga pengelola air minum, sehingga dapat diperoleh optimalisasi pelayanan dan pengelolaan air minum yang terintegrasi dan berkesinambungan.

Page 10: STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI … · STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTIM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA TERNATE (Studi Kasus PDAM Kota Ternate) Sahdin Hi. Husen1

Sahdin Hi. Husen dan Wahyono Hadi

6. DAFTAR REFERENSI1. Al-Layla, M.A., Ahmad, S dan Middlebrooks, E.J., (1978), Water Supply

Engineering Design, Ann Arbor Science Publishers, Michigan, USA. 2. Balitbang Dept. Kimpraswil, (2002), Spesifikasi Teknis Penyiapan Lembaga

Pengelola, Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual Bagian 5 Volume 1 – NSPM Kimpraswil Departemen Kimpraswil tahun 2002, Jakarta, 2002.

3. Bapeda Kota Ternate, (2007), Kota Ternate Dalam Angka 2008, Pemerintah Kota Ternate BPS.

4. Departemen Kimpraswil, (2001), Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 534/KPTS/M/2001 tanggal 18 Desember 2001 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum, Departemen Kimpraswil, Jakarta

5. Ditjen. Cipta Karya, (1998), Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan, Pembangunan dan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air minum Perdesaan, Departemen PU, Jakarta.

6. Ditjen. Cipta Karya, (2004), Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Departemen Kimpraswil., Jakarta.

7. Ditjen. Cipta Karya, (2008), Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor: 01/SE/DJCK/2008 tanggal 8 Januari 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Badan Layanan Umum Sistem Penyediaan Air Minum (BLU-SPAM), Departemen PU , Jakarta.

8. Mangkoedihardjo, S., (1985), Penyediaan Air minum II Dasar-dasar Perencanaan dan Evaluasi Kebutuhan Air, Teknik Penyehatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

9. Osborne, D. dan Gaebler, T, (2003), Mewirausahakan Birokrasi, Edisi Ketujuh, Penerbit PPM, Jakarta.

10. Rangkuti, Freddy., (2006), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis; Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21, PT. Gramedia, Jakarta.