stroke_DT Makalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

diskusi topik neurologi

Citation preview

  • 1

    DISKUSI TOPIK

    STROKE ISKEMIK

    Pembimbing:

    dr. Hastari Soekardi, Sp.S

    Disusun oleh:

    Abdul Jafar Sidik (1111103000099)

    KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI

    RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2014

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya saya

    dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Stroke Iskemik. Makalah ini

    disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di stase

    Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

    Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai

    pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,

    terutama kepada :

    1. dr. Hastari Soekardi, Sp.S selaku pembimbing dalam presentasi kasus ini.

    2. Semua dokter dan staf pengajar di SMF Neurologi Rumah Sakit Umum

    Pusat Fatmawati Jakarta.

    3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat

    Fatmawati Jakarta.

    Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat

    kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna

    penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan.

    Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat

    bermanfaat bagi kita semua dan bisa membuka wawasan serta ilmu pengetahuan

    kita, terutama dalam bidang neurologi.

    Jakarta, 11 November 2014

    Penyusun

  • 3

    BAB I

    STATUS PASIEN

    1.1. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn.S

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Usia : 59 tahun

    Agama : Kristen

    Alamat : Jl. Gotong Royong No.61B, RT 015/RW 005,

    Cilandak, Jakarta Selatan.

    Suku : Batak

    Pekerjaan : Pegawai swasta

    Pendidikan : Tamat SLTA

    Status Menikah : Menikah

    No. RM : 00473914

    1.2. ANAMNESIS

    Pasien masuk ruang rawat inap pada tanggal 2 November 2014. Dilakukan

    autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap isterinya pada tanggal 6 November

    2014.

    a. Keluhan Utama

    Berbicara pelo mendadak sejak 1 hari SMRS.

    b. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang dibawa keluarganya ke IGD RSUP Fatmawati

    dengan keluhan berbicara pelo mendadak saat bangun tidur, menurut

    isterinya pasien tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan fasih. Selain itu

    pasien juga mengeluh lengan dan tungkai kanannya sedikit lemah dan

    kurang kuat menahan beban dan terasa kebas.

    Gangguan penciuman, pandangan mata kabur, pandangan mata

    dobel, gangguan naik turun tangga, gangguan merasakan makanan,

  • 4

    gangguan menelan atau sering tersedak, dan gangguan pendengaran

    disangkal. Sakit kepala, demam, mual, dan muntah disangkal. BAB

    normal namun sering BAK sampai 4-6 kali/hari.

    c. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi sejak kurang lebih

    10 tahun yang lalu namun tidak terkontrol karena tidak minum obatnya

    setiap hari. Pasien juga memiliki riwayat kencing manis sejak kurang lebih

    2 tahun yang lalu namun tidak terkontrol karena jarang minum obatnya.

    Riwayat kolesterol tinggi dan asam urat tinggi tidak diketahui, riwayat

    trauma kepala, sakit jantung dan alergi disangkal oleh pasien.

    d. Riwayat Penyakit Keluarga

    Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.

    Riwayat darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, alergi dan stroke

    dalam keluarga disangkal.

    e. Riwayat Sosial dan Kebiasaan

    Pasien makan 3 kali sehari, sering konsumsi makanan yang asin,

    manis dan berlemak. Pasien jarang minum kopi. Merokok, konsumsi

    alkohol dan penggunaan narkoba disangkal. Pasien menaku jarang

    berolahraga.

    1.3. PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik dilakukan di ruangan bangsal IRNA Teratai lt.6 RSUP

    Fatmawati tanggal 6 November 2014.

    Status Generalis

    Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

    Kesadaran : Compos Mentis

    Tanda Vital

    Tekanan darah : kanan : 170/90 mmHg, kiri : 170/90 mmHg

  • 5

    Nadi : 76x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup

    Napas : 16x/menit, reguler

    Suhu : 36,8 oC

    Berat badan : 53 kg

    Tinggi badan : 150 cm

    BMI : 23,56 kg/m2

    Mata

    - Inspeksi :

    Enoftalmus (-)/(-), eksoftalmus(-)/(-), nistagmus (-)/(-), ptosis (-)/(-),

    lagoftalmus (-)/(-), edema palpebra (-)/(-), konjungtiva Anemis(-)/(-),

    Sklera Ikterik (-)/(-), sekret (-)/(-), pterigium (-)/(-), ulkus kornea (-)/(-),

    pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+).

    - Palpasi : tekanan bola mata secara manual normal

    Telinga, Hidung, Tenggorokan

    Hidung :

    - Inspeksi : Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi septum

    (-)/(-), edema (-)/(-)

    - Palpasi : nyeri tekan pada sinus maksilaris (-)/(-), etmoidalis (-)/(-),

    frontalis (-)/(-), sfenoidalis (-)/(-).

    Telinga :

    - Inspeksi :

    Preaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), scar (-)/(-)

    Aurikuler : normotia, hiperemis (-)/(-), cauli flower (-)/(-), pseudokista

    (-/(-)

    Postaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), scar (-)/(-)

    Liang telinga : lapang, serumen (-)/(-), Ottorhea (-)/(-)

    - Palpasi:

    Nyeri tekan preaurikuler (-)/(-), aurikuler (-)/(-), postaurikuler (-)/(-)

    Tenggorokan dan Rongga mulut :

    - Inspeksi :

  • 6

    Bucal : warna normal, ulkus (-)

    Lidah : pergerakan simetris, massa (-), ulkus (-), plak (-)

    Palatum mole dan uvula simetris pada keadaan diam dan bergerak, arkus

    faring simetris, penonjolan (-)

    Tonsil : T1/T1, kripta (-)/(-), detritus(-)/(-), membran (-)/(-)

    Dinding anterior faring licin, hiperemis (-),

    Dinding posterior faring licin, hiperemis (-), Post nasal drip (-)

    Karies gigi (+), Kandidisasis oral (-)

    Leher

    - Inspeksi : bentuk simetris, warna normal, penonjolan vena jugularis (-),

    tumor (-), retraksi suprasternal (-), tidak tampak perbesaran KGB

    - Palpasi : pulsasi arteri carotis normal, perbesaran thyroid (-), posisi trakea

    ditengah, KGB tidak teraba membesar

    - Auskultasi : bruit (-),

    - Tekanan vena jugularis dalam batas normal

    Thoraks Depan

    - Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), Retraksi sela iga (-/-),

    bentuk dada normal, barrel chest (-), pectus carinatum (-)/(-), pectus

    ekskavatum (-)/(-), pelebaran sela iga (-)/(-), tumor (-)/(-), scar (-),

    emfisema subkutis (-)/(-), pergerakan kedua paru simetris statis dan

    dinamis, pola pernapasan normal.

    - Palpasi : massa (-)/(-), emfisema subkutis(-)/(-), ekspansi dada simetris,

    vocal fremitus sama di kedua lapang paru, pelebaran sela iga (-)/(-)

    - Perkusi :

    Sonor di kedua lapang paru

    Batas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga 6, peranjakan hati

    sebesar 2 jari

    Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga 8

    - Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)

  • 7

    Thoraks Belakang

    - Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), Retraksi sela iga (-/-),

    pelebaran sela iga (-)/(-), tumor (-)/(-), emfisema subkutis (-)/(-),

    Pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis, pola pernapasan

    normal, scar (-), luka operasi (-), massa (-), kelainan tulang belakang (-)

    - Palpasi : massa (-)/(-), emfisema subkutis(-)/(-), ekspansi dada simetris,

    vocal fremitus sama di kedua lapang paru

    - Perkusi : Sonor dikedua lapang paru

    - Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)

    Jantung

    - Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terihat

    - Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba 2 jari lateral dari linea midklavikula

    sinistra ICS V, thrill (-), heaving (-), lifting (-)

    - Perkusi : batas jantung kanan pada ICS IV 1 jari lateral linea parasternal

    dekstra, batas jantung kiri pada ICS V 2 jari lateral linea midklavikula

    sinistra. Pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra

    - Auskultasi : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen

    - Inspeksi : massa (-),striae (-), scar (-), bekas operasi (-), kaput medusa (-)

    - Auskultasi : BU (+) normal, borborigmi (-), bruit (-)

    - Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), massa (-)

    - Hepar dan lien tidak teraba

    - Ginjal : Ballotemen (-)/(-)

    - Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), undulasi (-), nyeri ketok CVA (-)/(-)

    Ekstremitas: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 3 det, edema (-)/(-),

    jari tabuh (-), koilonikia (-), hiperemis (-), deformitas (-).

  • 8

    1.4 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

    A. Rangsang Selaput Otak Kanan Kiri

    Kaku Kuduk : (-)

    Laseque : > 70 > 70

    Kernig : > 135 > 135

    Brudzinski I : (-) (-)

    Brudzinski II : (-) (-)

    B. Saraf-saraf Kranialis

    N. I : Normosmia kanan dan kiri

    N.II Kanan Kiri

    Acies Visus : Baik Baik

    Visus Campus : Baik Baik

    Melihat Warna : Baik Baik

    Funduskopi : Tidak dilakukan

    N. III, IV, VI Kanan Kiri

    Kedudukan Bola Mata : Ortoposisi Ortoposisi

    Pergerakan Bola Mata

    Ke Nasal : Baik Baik

    Ke Temporal : Baik Baik

    Ke Nasal Atas : Baik Baik

    Ke Nasal Bawah : Baik Baik

    Ke Temporal Atas : Baik Baik

    Ke Temporal Bawah : Baik Baik

    Eksopthalmus : (-) (-)

    Nistagmus : (-) (-)

    Pupil : Isokor Isokor

    Bentuk : Bulat, 3mm Bulat, 3mm

    Refleks Cahaya Langsung : (+) (+)

  • 9

    Refleks Cahaya Konsensual : (+) (+)

    Akomodasi : Baik Baik

    Konvergensi : ` Baik Baik

    N. V Kanan Kiri

    Cabang Motorik : Baik Baik

    Cabang Sensorik

    Optahalmik : Baik Baik

    Maxilla : Baik Baik

    Mandibularis : Baik Baik

    N. VII Kanan Kiri

    Motorik Orbitofrontal : Baik Baik

    Motorik Orbicularis orbita : Baik Baik

    Motorik Orbicularis oris : Sudut bibir tertarik ke kiri, plica

    nasolabialis kiri lebih datar dari kanan

    Pengecap Lidah : Baik Baik

    N. VIII

    Vestibular

    Vertigo : (-)

    Nistagmus : (-)

    Cochlear

    Tuli Konduktif : (-)/(-)

    Tuli Perspeptif : (-)/(-)

    N. IX, X

    Motorik : Baik

    Sensorik : Baik

    Uvula : Letak di tengah

    N. XI Kanan Kiri

    Mengangkat bahu : Baik Baik

    Menoleh : Baik Baik

  • 10

    N. XII

    Pergerakan Lidah : Deviasi ke kanan saat dijulurkan, tertarik ke kiri

    saat di dalam mulut

    Atrofi : (-)

    Fasikulasi : (-)

    Tremor : (-)

    C. Sistem Motorik

    Ekstremitas Atas Proksimal Distal : 3333 5555

    Ekstremitas Bawah Proksimal Distal : 3333 5555

    D. Gerakan Involunter

    Tremor : (-)

    Chorea : (-)

    Atetose : (-)

    Mioklonik : (-)

    Tics : (-)

    E. Trofik : Eutrofi

    F. Tonus : Normotonus

    G. Sistem Sensorik

    Proprioseptif : (-)/(+)

    Eksteroseptif : (-)/(+)

    H. Fungsi Cerebellar dan Koordinasi

    Tes Rhomberg : Baik

    Jari-Jari : Baik

    Jari-Hidung : Baik

    Tumit-Lutut : Baik

    Rebound Pheomenon : (-)

    I. Fungsi Luhur

    Astereognosia : (-)

    Apraksia : (-)

    Afasia : (-)

    J. Fungsi Otonom

    Miksi : Baik

  • 11

    Defekasi : Baik

    Sekresi Keringat : Baik

    K. Refleks-refleks Fisiologis Kanan Kiri

    Bisep : (+3) (+2)

    Trisep : (+2) (+2)

    Radius : (+2) (+2)

    Patella : (+3) (+2)

    Achilles : (+2) (+2)

    Sfingter Ani : Tidak diperiksa

    L. Refleks-refleks Patologis Kanan Kiri

    Babinsky : (+) (-)

    Chaddock : (-) (-)

    Gordon : (-) (-)

    Gonda : (-) (-)

    Schaeffer : (-) (-)

    Hoffman Tromner : (-) (-)

    Klonus Lutut : (-) (-)

    Klonus Tumit : (-) (-)

    M. Keadaan Psikis

    Intelegensia : Baik

    Tanda regresi : (-)

    Demensi : (-)

    1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Hasil Nilai normal

  • 12

    HEMATOLOGI

    Hemoglobin

    Hematokrit

    Leukosit

    Trombosit

    Eritrosit

    LED

    13,4 g/dl

    39 %

    12,9 ribu/ul

    324 ribu/ul

    4,63 juta/ul

    92,0 mm

    13,2-17,3

    32-45

    5.0-10,0

    150-440

    4,40-5,90

    0,0-10,0

    VER/HER/KHER/RDW

    VER

    HER

    KHER

    RDW

    84 fl

    29 pg

    34,6 g/dl

    12,8 %

    3,0-100,0

    26,0-34,0

    32,0-36,0

    11,5-14,5

    HITUNG JENIS

    BASOFIL

    EOSINOFIL

    NETROFIL

    LIMFOSIT

    MONOSIT

    FUNGSI HATI

    SGOT

    SGPT

    ALBUMIN

    0 %

    5 %

    76 %

    12 %

    6 %

    20 U/l

    21 U/l

    3,5 g/dl

    0-1

    1-3

    50-70

    20-40

    2-8

    0-34

    0-40

    3,4-4,8

  • 13

    HEMOSTASIS

    APTT

    KONTROL APTT

    PT

    KONTROL PT

    INR

    FIBRINOGEN

    D-DIMER

    38 det

    31,5 det

    11,1 det

    13,5 det

    0,78 det

    626 mg/dl

    300 ng/ml

    27,4-39,3

    -

    11,3-14,7

    -

    -

    200-400

  • 14

    Kesan: jantung dalam batas normal, paru terdapat infiltrat di lapangan atas

    paru kanan DD/ TB, pneumonia.

    2. CT-scan

    Sulci dan gyri dalam batas normal, sesuai usia

    Sistem ventrikel dan cysterna baik

    Belum tampak/tidak tampak lesi hipodens secara CT scan

    saat ini.

    Tidak tampak perdarahan intracerebral

  • 15

    Tidak tampak pergeseran struktur midline

    Kalsifikasi fisiologis di pineal body dan plexus coroidalis

    Pons dan cerebellum tidak tampak kelainan

    Tulang-tulang tidak tampak fraktur

    Sinus paranasalis yang tervisualisasi tidak berselubung

    Kedua mastoid tidak berselubung

    Kesan: belum tampak/tidak tampak infark secara CT scan saat ini,

    dan tidak tampak perdarahan intracerebral.

    1.6. RESUME

    Pasien mengeluh mendadak berbicara pelo saat bangun tidur sejak

    1 hari SMRS. Pasien juga mengeluh lengan dan tungkai kanannya terasa

    lemah dan kebas. Keluhan somatik, dan otonom disangkal. Pasien

    memiliki riwayat darah tinggi dan kencing manis namun tidak terkontrol.

    Pasien makan 3 kali sehari, sering konsumsi makanan asin dan berlemak.

    Pasien jarang olahraga.

    Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/90 mmHg, HR

    76x/menit, RR 16x/menit, suhu 36,80 C. Status generalis dalam batas

    normal. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan GCS E4M6V5, pupil

    bulat isokor diameter 3 mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), TRM: (-),

    parese N. VII dextra tipe sentral, parese N. XII dextra tipe sentral,

    hemiparesis dextra, hemihipestesia dextra dan otonom baik. Pada

    pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan peningkatan HbA1c

    dan glukosa darah puasa, pada pemeriksaan foto toraks didapatkan infiltrat

    di lapangan atas paru kanan dan jantung dalam batas normal, serta hasil

    CT-scan belum tampak/tidak tampak infark secara CT scan saat ini, dan

    tidak tampak perdarahan intracerebral.

    1.7 DIAGNOSIS

    - Diagnosis klinis :

    o Hemiparesis dextra

  • 16

    o Hemihipestesia dextra

    o Parese N. VII dextra tipe sentral

    o Parese N. XII dextra tipe sentral

    o Hipertensi grade II

    - Diagnosis etiologi : trombosis

    - Diagnosis topis : subkorteks

    - Diagnosis Kerja : CVD SI, Hipertensi grade II, DM tipe 2

    1.8 Tata Laksana

    Medikamentosa

    IVFD NaCl 0,9% 500 cc per 12 jam

    Amlodipin 1x 10 mg (per oral)

    Simvastatin 1 x 10 mg (per oral)

    Citicolin 3 x 500 mg (per oral)

    - Clopidogrel 1 x 75 mg (per oral)

    - Valsartan 1 x 80 mg (per oral)

    - Apidra (insulin) 3 x inj (subkutan)

    Non medikamentosa

    Tirah baring

    Asupan cairan 2000-2300 ml per hari

    Terapi nutrisi 1300-2000 kkal per hari

    Diet rendah lemak dan garam

    1.9 Prognosis

    Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad malam

    Ad sanationam : dubia ad bonam

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI STROKE

    Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi

    neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak,

    berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian yang semata-mata

    disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah

    (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan.

    B. EPIDEMIOLOGI

    Di Indonesia, angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar

    0,5% (Darmojo , 1990) dan angka insidensi penyakit stroke pada daerah rural

    sekitar 50/100.000 penduduk (Suhana, 1994). Sedangkan dari data survey

    Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI, menunjukkan bahwa penyakit

    vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia.

    C. KLASIFIKASI STROKE

    Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke.Semuanya berdasarkan atas

    gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya.

    I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya

    1. Stroke iskemik

    a. Transient Ischemic Attack (TIA)

    b. Trombosis serebri

    c. Emboli serebri

    2. Stroke hemoragik

    II. Berdasarkan stadium

    a. Transient Ischemic Attack (TIA)

    b. Stroke in evolution

    c. Completed Stroke

    III. Berdasarkan sistem pembuluh darah.

    1. Sistem karotis

  • 18

    2. Sistem vertebrobasiler

    D. FAKTOR RESIKO DAN PENYEBAB

    Terdapat faktor resiko timbulnya stroke dibagi dalam faktor resiko yang

    tidak dapat diubah dan faktor resiko yang dapat diubah.

    Yang dapat diubah : Hipertensi, DM, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat,

    kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimptomatis, hiperurisemia,

    dislipidemia.

  • 19

    Yang tidak dapat diubah : Usia yang meningkat, jenis kelamin pria, ras, riwayat

    keluarga, riwayat TIA, atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium,

    homosisitinuria homozigot atau heterozigot.

    Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri

    yang menuju ke otak.Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di

    dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.Keadaan

    ini sangat serius karena setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan

    darah ke sebagian besar otak.Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri

    dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.

    Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga

    tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya

    dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang

    paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan

    penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi

    atrium).Emboli lemak jarang menyebabkan stroke.Emboli lemak terbentuk jika

    lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan

    akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.

    Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan

    menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke otak.Obat-obatan (misalnya

    kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan

    menyebabkan stroke.Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan

    berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang

    pingsan.Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan

    menahun.Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak

    karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang

    abnormal.

    E. PATOFISIOLOGI STROKE ISKEMIK

    Stroke iskemik ialah stroke yang disebabkan oleh penyumbatan lumen

    pembuluh darah otak dan paling sering disebabkan oleh trombus dan embolus.

  • 20

    Trombosis

    Trombosis merupakan penyebab stroke yang paling sering.Biasanya ada

    kaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.

    Stary I lesion: permukaan endotel mengekspresikan suatu molekul adhesi

    yaitu molekul selektin E dan selektin P, menarik lebih banyak lagi sel

    polimorfonuklear dan monosit pada ruang subendotel.

    Stary II lesion: makrofag mulai memfagosit sejumlah besar LDL (fatty

    streak)

    Stary III lesion: karena proses terus berlanjut makrofag pada akhirnya

    berubah menjadi sel foam (foam cell).

    Stary IV lesion: akumulasi lipid di ruang ekstrasel dan mulai bersatu untuk

    membentuk suatu inti lipid.

    Stary V lesion: sel otot polos dan fibroblas berpindah membentuk

    fibroateroma dengan di dalamnya terdapat inti lipid dan lapisan luarnya

    tertutupi suatu fibrosa (fibrous cap)

    Stary VI lesion: ruptur fibrous cap menyebabkan timbulnya trombosis.

    Stary VII and VIII lesions: lesi stabil, berubah menjadi fibrokalsifikasi

    (Stary VII lesion) dan akhir terjadi lesi fibrosis dengan banyak kolagen

    didalamnya (Stary VIII lesion).

  • 21

    Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima

    arteria besar. Bagian intima arteria serebri menjadi tipis dan berserabut,

    sedangkan sel-sel ototnya menghilang.Lamina elastika interna robek dan

    berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik

    tersebut.

    Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang

    melengkung. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit

    menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh

    darah menjadi kasar. Trombosit akan melepaskan enzim, adenosin difosfat yang

    mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan

    membentuk emboli atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria

    itu akan tersumbat dengan sempurna.

    Emboli

    Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis, akan

    tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik

    1) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau arteria

    vertebralis, dapat berasal dari plak aterosklerotik atau dari trombus

    yang melekat pada intima arteri.

    2) Embolisasi kardiogenik

  • 22

    a. Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan

    bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.

    b. Penyakit jantung reumatoid akut atau menahun yang

    meninggalkan gangguan pada katup mitralis

    c. Fibrilasi atrium

    d. Infark kordis akut

    3) Embolisasi akibat gangguan sistemik

    a. Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru

    b. Embolisasi lemak dan udara atau gas N

    Pengurangan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan atau sebab lain,

    akan menyebabkan iskemia di suatu daerah otak. Terdapatnya kolateral di daerah

    sekitarnya disertai mekanisme kompensasi fokal berupa vasodilatasi,

    memungkinkan terjadinya beberapa keadaan berikut:

    a. Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia dalam waktu singkat dapat

    dikompensasi dengan mekanisme kolateral dan vasodilatasi lokal. Secara

    klinis gejala yang timbul adalah transient iscemic attack (TIA), yang

  • 23

    timbul dapat berupa hemiparesis sepintas atau amnesia umum sepintas,

    yaitu selama < 24 jam.

    b. Bila sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas. Penurunan cerebral

    blood flow (CBF) regional lebih besar, tetapi dengan mekanisme

    kompensasi masih mampu memulihkan fungsi neurologik dalam waktu

    beberapa hari sampai dengan 2 minggu. Mungkin pada pemeriksaan klinik

    ada sedikit gangguan. Keadaan ini secara klinik disebut RIND (Reversibel

    Ischemic Neurologic Deficit).

    c. Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang luas

    sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi tidak dapat mengatasinya.

    Dalam keadaaan ini timbul defisit neurologis yang berlanjut.

    Pada iskemia otak yang luas, tampak daerah yang tidak homogen akibat

    perbedaan tingkat iskemia, yang terdiri dari 3 lapisan area yang berbeda:

    1. Lapisan inti yang sangat iskemik (ischemic-core) terlihat sangat pucat

    karena CBF-nya paling rendah. Tampak degenerasi neuron, pelebaran

    pembuluh darah tanpa adanya aliran darah. Kadar asam laktat didaerah

    ini tinggi dengan PO2 yang rendah. Daerah ini akan mengalami

    nekrosis.

    2. Daerah disekitar ischemic core yang CBF-nya juga rendah, tetapi

    masih lebih tinggi daripada CBF di ischemic core. Walaupun sel-sel

    neuron tidak sampai mati, fungsi sel terhenti, dan terjadi function

    paralysis. Pada daerah ini PO2 rendah, PCO2 tinggi dan kadar asam

    laktat meningkat. Tentu saja terdapat kerusakan neuron dalam berbagai

    tingkat, edema jaringan akibat bendungan dengan dilatasi pembuluh

    darah dan jaringan berwarna pucat. Disebut sebagai ischemic

    penumbra. Daerah ini masih mungkin diselamatkan dengan resusitasi

    dan manajemen yang tepat.

    3. Daerah disekiling penumbra tampak berwarna kemerahan dan edema.

    Pembuluh darah mengalami dilatasi maksimal, PCO2 dan PO2 tinggi

    dan kolateral maksimal. Pada daerah ini CBF sangat meninggi

    sehingga disebut sebagai daerah dengan perfusi berlebihan (luxury

    perfusion) karena melebihi kebutuhan metabolik, sebagai akibat

  • 24

    mekanisme sistem kolateral yang mencoba mengatasi keadaan

    iskemia.

    Meskipun aliran darah otak merupakan faktor penentu utama pada infark

    otak, pengalaman klinis serta penilitian pada hewan percobaan menunjukkan

    bahwa pada infark otak, pulihnya aliran darah otak ke taraf normal tidak selalu

    memberikan manfaat yang diharapkan, berupa hilangnya gejala klinis secara total.

    Selain faktor lamanya iskemi, ada hal-hal mendasar lain yang harus

    diperhitungkan dalam proses pengobatan infark otak.

    Pada dasarnya terjadi 2 perubahan sekunder pada periode reperfusi jaringan

    iskemia otak:

    1. Hyperemic paska iskemik atau hiperemia reaktif yang disebabkan

    oleh melebarnya pembuluh darah di daerah iskemia. Keadaan ini

    terjadi pada 20 menit pertama setelah penyumbatan pembuluh

    darah otak terutama pada iskemia global otak.

    2. Hipoperfusi paska iskemik yang berlangsung antara 6-24 jam

    berikutnya. Keadaan ini ditandai dengan vasokontriksi (akibat

    asidosis jaringan), naiknya produksi tromboksan A2 dan edem

    jaringan. Diduga proses ini yang akhirnya menghasilkan nekrosis

    dan kerusakan sel yang diikuti oleh munculnya gejala neurologik

    Pada proses iskemi fokal terjadi juga perubahan penting didaerah

    penumbra pada sel-sel neuron tergantung dari luas dan lama iskemi yaitu:

    1. Kerusakan membran sel

    2. Aliran masuk Ca++ ke dalam sel melalui kerusakan reseptor Ca++.

  • 25

    3. Meningkatnya asam arakidonat dalam jaringan, diikuti oleh naiknya kadar

    prostaglandin yang menyebabkan vasokontriksi dan meningkatnya

    agregasi trombosit.

    4. Lepasnya neurotransmiter asam amino eksitatorik didaerah otak tertentu

    yang mempunyai kepekaan selektif terhadap iskemia (selective

    vulnerability) yaitu daerah-daerah talamus, sel-sel granuler dan purkinje di

    serebelum, serta lapisan 3,5,6 korteks piramidalis.

    Neurotransmiter glutamat banyak diimplikasikan dalam patofisiologi

    stroke iskemik.Dalam keadaan normal, neurotransmiter glutamat

    terkonsentrasi dalam terminal saraf (nerve terminal) dan di dalam proses

    transisi neuronal yang bersifat eksitatorik. Glutamat diekspresikan di dalam

    ruangan ekstraseluler dengan cepat akan di reuptake ke dalam oleh sel. Selain

    itu dapat terjadi gangguan akibat disfungsi sel berupa ekses dari glutamat ini

    baik karena reuptake ke dalam oleh sel.

    Pada keadaan patologis, dapat terjadi gangguan akibat disfungsi sel berupa

    ekses dari glutamat ini baik karena reuptake atau, kerusakan karena sel neuron

    berisi glutamat juga mengalami gangguan. Selain itu dapat terjadi kebocoran

    glutamat akibat kerusakan dinding sel (sitolisis) dan nekrosis dan terjadi juga

    proses apoptosis dimana akan menimbulkan influks ion kalsium ke dalam sel.

    Penumpukan neurotransmiter di dalam ruangan ekstra seluler menyebabkan

    proses eksitotoksisitas glutamat. Selanjutnya akibat dari eksitotoksisitas

    terhadap neuron adalah timbulnya edema seluler, degenerasi organel

    intraseluler serta degenerasi piknotik inti sel yang diikuti kematian sel.

    5. Lepasnya radikal bebas, yaitu unsur yang mempunyai elektron pada

    lingkar paling luarnya tidak berpasangan, karena zat ini sangat labil dan

    sangat reaktif. Dalam keadaaan normal, proses kimia menghasilkan radikal

    bebas terjadi di dalam mitokondria sehingga tak menggangu struktur sel

    lainnya. Pada kerusakan mitokondria, zat ini bebas dan merusak struktur

    protein dalam sel serta menghasilakn zat-zat toksik.

    Pada keadaan iskemia fokal, peranan peroksidase lipid sangat penting

    karena merupakan bagian dari patofiologi iskemi fokal maupun global.

    Superoksida, radikal bebas oksigen telah ditemukan pada iskemia terutama

  • 26

    pada periode reperfusi jaringan, yang berasal dari proses alamiah maupun

    sebagai tindakan pengobatan. Radikal bebas oksigen dihasilkan dari proses

    lipolisis kaskade arakidonat dalam sel-sel di daerah penumbra. Sumber lain

    dari superoksida ialah aktivitas enzimatik (monoaminooksidase) dalam

    otooksidase dari biologiamin (epinefrin, serotonin dan sebagainya). Pada

    iskemia fokal, peroksidase lipid ini meningkat karena:

    1. Timbulnya edema otak vasogenik/seluler, telah diketahui bahwa

    endotelium memproduksi nitrit oksida (NO) dan pada keadaan patologik

    menhasilkan radikal bebas yang akan memperburuk timbulnya edema.

    2. Pada proses disintegrasi pompa kalsium dan natrium kalium akibat

    kerusakan membran sel yang berkaitan dengan pompa ion. Gangguan ini

    mempercepat kalsium influks dan natrium influks ke dalam sel.

    3. Peroksidasi lipid juga terlihat pada mekanisme eksitatorik neurotransmiter

    glutamat. Meningkatnya aktivitas superoksida mempercepat dan

    memperbesar pengeluaran neurotransmiter eksitatorik glutamat dan

    aspartat.

    Pada infark serebri yang cukup luas, edema serebri sering timbul akibat

    energy failure dari sel-sel otak dengan akibat perpindahan elektrolit (Na+,

    K+) dan perubahan permeabilitas membran serta gradasi osmotik. Akibatnya

    terjadi pembengkakan sel disebut cytotoxic edema. Keadaan ini terjadi pada

    iskemia berat dan akut seperti hipoksia dan henti jantung. Selain itu edema

    serebri dapat juga timbul akibat kerusakan sawar otak yang mengakibatkan

    permeabilitas kapiler rusak dan cairan serta protein bertambah mudah

    memasuki ruangan ekstraselular sehingga menyebabkan edema vasogenik.

    F. MANIFESTASI KLINIS

    Tekanan perfusi otak merupakan komponen terpenting pada sirkulasi

    darah otak yang merupakan integrasi fungsi jantung, pembuluh darah dan

    komposisi darah. Tekanan perfusi otak menentukan Cerebral Blood Flow

    (CBF), dimana penurunan CBF yang tidak lebih dari 80% masih

    memungkinkan sel otak untuk pulih kembali. Sedangkan pada penurunan

    lebih dari 80 % sudah dipastikan terjadi kematian sel otak. Kehidupan sel otak

  • 27

    sangat tergantung pada sirkulasi kolateral di otak, faktor resiko, dan perubahan

    metabolisme di otak.

    Pada umumnya manifestasi klinis serangan otak dapat berupa:

    1. Baal, kelemahan atau kelumpuhan pada wajah, lengan, atau

    tungkai sesisi atau kedua sisi dari tubuh.

    2. Penglihatan tiba-tiba kabur atau menurun

    3. Gangguan bicara dan bahasa atau pengertian dalam komunikasi

    4. Dizziness, gangguan keseimbangan, atau cenderung mudah

    terjatuh

    5. Kesulitan menelan

    6. Sakit kepala yang hebat secara tiba-tiba

    7. Derilium atau kesadaran berkabut (sudden confusion)

    Proses patologis yang terjadi dapat berupa perdarahan (20%) dan iskemia

    (80%).

    Efek dari perdarahan dengan vaskularisasi yang terkena :

    1. Arteria karotis interna (sirkulasi anterior: gejala biasanya unilateral).

    Lokasi tersering lesi adalah bifurkasio arteria karotis komunis ke dalam arteria

    karotis interna dan eksterna. Cabang-cabang arteria karotis adalah arteria

    oftalmika, arteria komunikantes posterior, arteria koroidalis anterior, dan arteri

    serebri media. Dapat timbul berbagai sindrom. Pola bergantung pada jumlah

    sirkulasi kolateral.

    a. Dapat terjadi kebutaan satu mata (episodic dan disebut amaurosis

    fugaks) di sisi arteria karotis yang terkena, akibat insufisiensi arteria renalis.

    b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena

    insufisiensi arteria serebri media.

    c. Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media atau

    arteria serebri media. Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas (misalnya

    tangan lemah, baal) dan mengenai wajah (kelumpuhan tipe supranukleus).

    Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi afasia ekspresif karena

    keterlibatan daerah bicara motorik Broca.

  • 28

    2. Arteria serebri media (tersering)

    Cabang terbesar arteria carotis interna-berjalan ke lateral di dalam sulcus

    lateralis serebri. Arteri ini memperdarahi seluruh daerah motorik kecuali area

    tungkai.

    a. Hemiparesis atau monoparesis kontralateral (biasanya mengenai lengan)

    b. Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral

    c. Afasia global (apabila hemisfer dominant terkena): gangguan semua

    fungsi yang berkaitan dengan bicara dan komunikasi.

    d. Disfasia

    3. Arteria serebri anterior (kebingungan adalah gejala utama)

    Cabang terminal arteria carotis interna yang kecil.arteria cerebri anterior

    berjalan ke depan dan medial, superior terhadap nervus optikus, dan masuk ke

    fissura longitudinalis cerebri. Di sini, arteria ini berhubungan dengan arteria

    serebri anterior sisi kontralateral melalui arteri communicans anterior. Arteria

    melengkung ke belakang di atas corpus callosum, dan akhirnya

    beranastomosis dengan arteria serebri posterior hingga mencapaisulcus

    parieto-occipitalis. Cabang-cabang ini memperdarahi korteks serebri selebar

    pita 1 inci pada permukaan lateral yang berdekatan. Dengan demikian, arteria

    cerebri anterior memperdarahi area tungkai gyrus precentalis. Sekelompok

    cabang sentral menembus substansia perforata anterior dan membantu dalam

    menyuplai bagia-bagia nucleus lentiformis, nucleus caudatus dan capsula

    interna.

    a. Kelumpuhan kontralateral yang lebih besar di tungkai : lengan proksimal

    juga mungkin terkena; gerakan volunteer tungkai yang bersangkutan

    terganggu.

    b. Defisit sensorik kontralateral

    c. Demensia, gerakan menggenggam, refleks patologik (disfungsi lobus

    frontalis)

    4. Sistem vertebrobasilar (sirkulasi posterior: manifestasi biasanya biasanya

    bilateral)

  • 29

    Cabang-cabang arteri ini memperdarahi permukaan inferior vermis, nuclei

    centralis cerebelli; dan permukaan bawah hemisperium cerebelli; serta

    menyuplai medulla oblongata, plexus choroideus ventriculi quarti, permukaan

    superior cerebellum, pons, glandula pinealis, velum medula superior, talamus

    dan nucleus lentiformis, serta mesensefalon, glandula pinealis corpus

    geniculatum medial, plexus choroideus dan plexus choroideus ventriculi tertii.

    a. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas

    b. Meningkatnya refleks tendon

    c. Ataksia

    d. Tanda Babinski bilateral

    e. Gejala-gejala serebrum seperto tremor intention, vertigo

    f. Disfagia

    g. Disartria

    h. Sinkop, stupor, koma , pusing, gangguan, daya ingat, disorientasi

    i. Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralisis satu

    gerakan mata, hemianopsia homonim)

    j. Tinitus, gangguan pendengaran

    k. Rasa baal di wajah, mulut atau lidah

    5. Arteria serebri posterior (di lobus otak tengah atau talamus)

    Arteria ini memperdarahi permukaan inferolateral dan medial lobus

    temporalis serta permukaan lateral dan medial lobus occipitalis. Jadi, arteria

    cerbri posterior memperdarahi korteks visual. Cabang-cabang sentral

    memperdarahi bagia-bagian talamus dan nucleus lentiformis, serta

    mesensefalon, glandula pinealis dan corpus geniculatum medial. Ramus

    choroidea masuk ke dalam cornu inferius ventriculi lateralis serta

    memperdarahi plexus choroideus dan plexus choroideus ventriculi tertii.

    a. Koma

    b. Hemiparesis kontralateral

    c. Afasia visual atau buta kata (aleksia)

    Kelumpuhan saraf kranialis ketiga : hemianopsia, koreoatetosis

  • 30

    Diagnosis

    a. Definisi stroke (WHO, 1986; PERDOSSI, 1999) adalah tanda-tanda klinis

    yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, global, dengan

    gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau

    menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

    vaskuler

    b. Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis.

    c. CT Scan kepala tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas untuk

    perdarahan di otak.

    Bila tidak memungkinkan, dapat dilakukan CT Scan maka dapat digunakan :

    Algoritme Stroke Gajah Mada

    Djunaedi Stroke Score

    Siriraj Stroke Score:

    (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala)+(0,1 x

    tekanan diastolik) - (3 x petanda ateroma) -12

    keterangan:

    derajat kesadaran : 0 kompos mentis; 1 somnolen; 2 sopor/koma

    vomitus : 0 tidak ada; 1 ada

    nyeri kepala : 0 tidak ada; 1 ada

    ateroma : 0 tidak ada; 1 salah satu atau lebih: DM, angina, penyakit

    pembuluh darah

    d. Pungsi lumbal dapat dilakukan bila ada indikasi khusus

    e. MRI dilakukan untuk menentukan lesi patologik stroke lebih tajam.

    f. Neurosonografi untuk mendeteksi stenosis pebuluh darah ekstrakranial

    dan intrakranial dalam membantu evaluasi diagnostik, etiologik,

    terapeutik, dan prognostik.

    Pemeriksaan Penunjang Rutin

    Penanganan stroke akut memerlukan pemeriksaan kondisi yang mengiringi stroke

    sehingga hasilnya bermanfaat untuk menentukan antisipasinya.

    a. Laboratorium :

  • 31

    1. Pemeriksaan DPL, LED, hitung trombosit, masa perdarahan, masa

    pembekuan.

    2. Gula darah dan profil lipid

    3. Ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, dan urin lengkap

    4. Bila perlu pemeriksaan gas darah dengan elektrolit (Natrium, Kalium)

    b. Roentgen Toraks

    c. Elektrokardiografi

    Pemeriksaan Penunjang Khusus Atas Dasar Indikasi Dan Fasilitas

    Pada kasus stroke yang tidak spesifik atau dengan indikasi pengobatan khusus,

    perlu suatu eksplorasi lebih lanjut serta evaluasi khusus.

    a. Bila ada dugaan gangguan faal hemostasis :

    i. Dilakukan pemeriksaan masa protrombin, APTT, fibrinogen, D-dimer,

    protein C dan S, dan agregasi trombosit.

    ii. Bila perlu AT III, ACA, homosistein, dan lain-lain.

    b. Pemeriksaan lain bila ada dugaan (Lues, HIV, TBC, autoimun, dll)

    c. Ekokardiografi transtorakal dam atau transesofageal dilakukan untuk

    mengetahui adanya vegetasi emboli di jantung dan aorta proksimal.

    d. Angiografi serebral, DSA, MRA, atau CT Scan-Angiografi (AVM, aneurisma,

    plak karotis, dan lain-lain)

    e. SPECT untuk menilai reperfusi hasil pengobatan, tidak direkomendasikan

    untuk pemakaian rutin kasus stroke.

    f. EEG dilakukan atas dasar indikasi antara lain, kejang dan enarterektomi

    karotis.

    G. PENATALAKSANAAN STROKE ISKEMIK

    a. Terapi umum

    Bebaskan jalan napas

    Menilai pernapasan

    Stabilisasi sirkulasi penting untuk perfusi organ-organ tubuh

    yang adekuat

    b. Terapi khusus

  • 32

    Reperfusi

    o Antitrombotik (antiplatelet: aspirin, dipiridamol, tiklopidin,

    klopidogrel, cilostazol, dan antikoagulan: heparin, LMWH,

    warfarin)

    Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48

    jam setelah onset stroke dianjurkan untuk setiap stroke

    iskemi akut.

    Pemberian antikoagulan tidak dilakukan sampai ada hasil

    pemeriksaan imaging memastikan tidak ada perdarahan

    intrakranial. Terhadap penderita yang mendapat pengobatan

    antikoagulan perlu dilakukan monitor kadar antikoagulan

    o Hemoreologik: pentoksifilin

    o rtPA

    Neuroproteksi: citicholin, pirasetam, nimodipin

  • 33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Mansjoer, arif, suprohaita, dkk. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Ed III.

    Fakultas Kedokteran UI: Media Aesculapius.hal 17

    2. Adams and Victors. Principles of Neurology. 8th ed. Ropper AH, Brown

    RH

    3. PERDOSI. Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur

    Operasional (SPO) Neurologi.2006.

    4. RSCM. PANDUAN PELAYANAN MEDIS DEPARTEMEN

    NEUROLOGI.2005.

    5. Misbach, Jusuf. STROKE. Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen.

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    6. Baehr, M and Frotscher,M. DUUS Topical Diagnosisin Neurology. 4th

    edition.USA :Thieme;2005.

    7. Richard S.S. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 5th ed.

    EGC: Jakarta, 2007

    8. Lumbantombing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.

    Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2004.