Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRUKTUR LIMA PUISI FATIH KUDUS JAELANI DALAM KUMPULAN PUISI ASMARA ULAR KAYU SERTA KAITANNYA
DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP/MTS
JURNAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Lina Hulwana Aminin E1C114049
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA
DAN DAERAH 2018
STRUKTUR LIMA PUISI FATIH KUDUS JAELANI DALAM KUMPULAN PUISI ASMARA ULAR KAYU SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMP/MTS
Oleh:
Lina Hulwana Aminin
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur lima puisi Fatih Kudus Jaelani dalam kumpulan puisi Asmara Ular Kayu serta kaitannya dengan pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiah (MTs), untuk dapat dijadikan materi ajar di sekolah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana struktur lima puisi Fatih Kudus Jaelani dalam kumpulan puisi Asmara Ular Kayu dan bagaimana kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMP/MTs. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan menggunakan bukti-bukti dan keterangan yang diperoleh dari buku kumpulan puisi Asmara Ular Kayu karya Fatih Kudus Jaelani. Adapun metode analisis data menggunakan pendekatan struktural dengan mendeskripsikan, menganalisis semua data berdasarkan kategorinya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa struktur lima puisi Fatih Kudus Jaelani dalam kumpulan puisi Asmara Ular Kayu serta kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMP/MTs sangat cocok untuk dijadikan materi ajar pada pembelajaran sastra di sekolah karena menggunakan struktur fisik dan batin yang sesuai untuk siswa pada jenjang SMP/MTs. Salah satunya diksi yang lugas, imaji yang bervariasi, tema dan amanat yang memiliki nilai positif untuk dipelajari siswa.
Kata Kunci: Struktur Puisi, Pembelajaran Sastra
STRUCTURES OF FIVE POEMS BY FATIH KUDUS JAELANI IN ASMARA ULAR KAYU BOOK AND ITS CORRELATION WITH THE LEARNING PROCESS OF LITERATURE IN JUNIOR HIGH SCHOOL
2018
By: Lina Hulwana Aminin
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Email : [email protected]
ABSTRACT
This study aims to know the structures of five poems by Fatih Kudus Jaelani in Asmara Ular Kayu
book and its correlation with the learning process of literature in junior high school, to be taken as
material of teaching literature. The problems of this research is what are the structures of five poems
by Fatih Kudus Jaelani in Asmara Ular Kayu book and how is the correlation of the structures to the
learning process of literature in Junior High School level. This research uses study literature method
in collecting the data by providing information which taken from Asmara Ular kayu book by Fatih
Kudus Jaelani. As regard to method in analyzing the data uses structural approach by describing and
analyzing the data based on its categories. This research finds that the structure of five poems by fatih
Kudus Jaelani in Asmara Ular Kayu book and its correlation with learning process of literature in
Junior high school level is acceptable due to the relevancy for Junior High School students. There are
two main reasons (1) Explicit (physical structure); forthright diction. (2) Implicit; various imagination,
positive theme and message.
Keywords: Structure of poem, Learning process of literature
A. PENDAHULUAN
Memahami makna suatu karya
sastra khususnya puisi diperlukan adanya
kemampuan tentang penguasaan unsur-
unsur yang membangun puisi dan unsur
yang berhubungan dengan puisi tersebut.
Damono (2017: 02) mengatakan bahwa
memahami karya sastra tidak harus
didahului oleh penguasaan teori yang
muluk-muluk, yang biasanya membuat
kita tidak bersemangat.
Salah satu unsur yang membangun
puisi yaitu unsur intrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur yang membangun puisi dari
dalam, terdiri atas struktur fisik dan
struktur batin, Samosir (2013: 20).
Memahami struktur puisi sebagai bagian
sastra merupakan salah satu kompetensi
dasar yang harus dipelajari dalam
Kurikulum 2013 di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah
Tsanawiah (MTs).
Menganalisis struktur sebuah puisi
dapat memperoleh gambaran yang
komperhensif terhadap unsur pembangun
yang digunakan penyair dalam puisinya.
Penelitian ini akan membahas secara rinci
terkait struktur puisi seperti tema, amanat,
nada dan suasana, rima, diksi, kata
konkret, gaya bahasa, imaji, tipografi, dan
kaitannya dengan pembelajaran sastra di
sekolah.
Menganalisis struktur puisi dan
kaitannya dengan pembelajaran sastra di
sekolah, diharapkan dengan jelas pembaca
dapat mengetahui makna puisi dilihat dari
strukturnya sehingga pesan dan maksud
penyair dapat tersampaikan. Memahami
struktur puisi serta kaitannya dengan
pembelajaran sastra di sekolah tentunya
dapat terwujud apabila, guru pandai
memilih materi sesuai dengan pemahaman
dan kemampuan siswa agar siswa dapat
memperdalam kemampuan bersastra.
Kumpulan puisi Asmara Ular
Kayu karya Fatih Kudus Jaelani sangat
cocok untuk materi atau bahan ajar
pembelajaran sastra di SMP/MTs. Puisi-
puisi Fatih Kudus Jaelani merupakan
puisi-puisi yang menggunakan bahasa
yang lugas, diksi yanag menarik, rima
yang bervariasi dan puisi-puisinya
merefleksikan kehidupan sehari-hari serta
menceritakan tentang perjalanan
hidupnya, tentang situasi sosial, dan
lingkungan tempat ia dilahirkan sehingga
sesuai dengan pembelajaran sastra di
sekolah berdasarkan kurikulum 2013.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian akan
mengkaji tentang struktur lima puisi Fatih
Kudus Jaelani dalam kumpulan puisi
Asmara Ular Kayu serta kaitannya dengan
pembelajaran sastra di SMP/MTs.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan strukturalisme. Pendekatan
strukturalisme adalah pendekatan yang
sering digunakan dalam menganalisis karya
sastra khususnya puisi. Pendekatan ini
bertujuan untuk membongkar dan
menganalisis secara cermat keterkaitan dan
keterjalinan semua unsur karya sastra yang
sama-sama menghasilkan makna yang
menyeluruh.
Adapun metode yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Nawawi (dalam Siswantoro,
2016: 56) mengatakan bahwa metode
deskriptif adalah metode pemecahan
masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan
subjek atau objek penelitian (novel,
drama, cerita pendek, puisi) fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya.
Populasi dimaksudkan sebagai
himpunan terbesar dari orang atau satuan
lain yang diteliti, Semi (2010: 40).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pusisi yang terdapat dalam
kumpulan puisi Asmara Ular Kayu karya
Fatih Kudus Jaelani yang berjumlah 47
puisi.
Menurut Siswantoro (2016: 72-73),
sampel merujuk pada karya individu yang
diteliti, sedangkan sampling merujuk pada
teknik pengambilan sampel. Teknik
sampling dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Purposive sampling
adalah pengambilan sampel yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah lima puisi yang
sudah mewakili keseluruhan puisi dalam
kumpulan puisi Asmara Ular Kayu karya
Fatih Kudus Jaelani dan sesuai dengan
pembelajaran sastra khususnya struktur
puisi pada jenjang SMP/MTs, pada
jenjang tersebut siswa masih mencari jati
diri dan memiliki semangat yang tinggi.
Kelima puisi tersebut yaitu, Malam-
malam Ibu, Semut, Lebah Tambora, Di
Dalam Sebuah Doa, dan Puisi Pertama.
Instrumen adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Menurut Siswantoro (2016: 73) dalam
penelitian sastra instrumen penelitian
adalah peneliti itu sendiri, data diperoleh
secara alamiah dari teks berdasarkan
parameter atau kriteria tertentu, dan tidak
memungkinkan menggunakan tes,
observasi, atau interviu. Namun, dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah alat berupa tabel yang berisi kolom
dengan penjelasan bahwa pada kolom
pertama yaitu nomor data, kolom kedua
strukur puisi, dan kolom ketiga berisi
kutipan puisi.
Berikut contoh instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini.
Nomor data :
Struktur Puisi :
-
Kutipan Puisi :
-
Metode pengumpulan data yang
dilakukan dalam peneliti ini adalah studi
pustaka. Studi pustaka adalah metode
penggunaan bukti-bukti dan keterangan
yang diperoleh dari buku kumpulan puisi
Asmara Ular Kayu karya Fatih Kudus
Jaelani. Data yang dikumpulkan berupa
kata, frase, dan kalimat yang terdapat
dalam puisi yang mengandung struktur
fisik dan struktur batin puisi.
Metode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan
struktural. Pendekatan struktural adalah
penganalisisan secara objektif struktur
pembangun puisi dan keterkaitan struktur-
sturkturnya hingga mencapai kebulatan
makna, struktur pembangun puisi tersebut
meliputi:
1. Struktur fisik puisi
a. Diksi
Data yang termasuk kata formal dan non-
formal, termasuk ke dalam struktur diksi.
b. Imaji
Data yang menimbulkan imaji penglihatan,
pendengaran, dan rasa atau perasaan
termasuk ke dalam struktur imaji.
c. Kata konkret
Data yang berhubungan dengan kiasan dan
lambang merupakan contoh kata konkret.
d. Gaya bahasa
Data yang mengandung kata perbandingan,
pertentangan, pertautan, dan pengulangan
merupakan data yang termsuk ke dalam
gaya bahasa.
e. Rima
Data yang memiliki persamaan bunyi
konsonan atau vokal di awal, tengah, atau
di akhir kalimat puisi, merupakan bentuk
rima.
f. Tipografi
Bentuk atau perwajahan puisi yang tidak
bervariasi, bervariasi, tiap baitnya lurus
dari awal sampai akhir, bait yang menjorok
ke dalam, penggunaan huruf kapital,
termasuk ke dalam struktur tipogarafi.
2. Struktur batin puisi
a. Tema
Latar belakang terciptanya puisi
mencerminkan tema puisi. Penentuan tema
dalam puisi dilakukan dengan cara
merumuskan secara menyeluruh larik yang
terdapat dalam puisi. Tema puisi biasanya
terdapat pada bait akhir puisi. Jika data
dalam puisi mengisahkan romantisme
hubungan sepasang kekasih, berarti tema
puisi tersebut adalah tentang cinta.
b. Amanat
Amanat merupakan pesan yang
ingin disampaikan penyair dalam puisinya.
Data dalam puisi secara implisit
menyiratkan amanah dalam puisi tersebut.
Struktur puisi yang lain akan sangat
berkaitan dengan proses penemuan amanat
yang ingin disampaiakan penyair dalam
puisinya.
c. Nada dan suasana
Nada dalam puisi biasanya nada
sinis, protes, menggurui, memberontak,
main-main, serius, patriotik, belas kasih,
takut, mencekam, santai, masa bodoh,
pesimis, humor, mencemooh, kharismatik,
filosofis, khusyuk, dan sebagainya. Nada
belas kasih akan memunculkan suasana iba.
Data dalam penelitian ini akan
diidentifikasi kemudian diklasifikasikan
berdasarkan struktur puisi, seperti diksi,
imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima,
tipogarfi, tema, amanat, nada, dan
suasana. Selanjutnya, setelah data
diklasifikasikan, data tersebut
dideskripsikan mengapa termasuk ke
dalam salah satu struktur puisi tersebut.
C. PEMBAHASAN
1. Struktur Fisik
a. Diksi
Lima puisi dalam penelitian ini
menggunakan diksi ragam baku. Hal
tersebut dibuktikan dengan melakukan
pengecekan melalui Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI). Berikut contoh kutipan
puisi yang termasuk ragam baku pada
puisi: Malam-malam Ibu
Ibuku bukan penjahit tapi setiap malam luka yang menganga ditutupnya dengan do’a
Semut
akhirnya, bersatu pun kami runtuh
Lebah Tambora
ke hutan-hutan Sumbawa kami membuat sarang-sarang rahasia menghitung sisa sengatan sebelum rumah kami
Di Dalam Sebuah Doa
di dalam sebuah doa kami tak meminta apa-apa selain mengucapkan amin dan menerima segalanya
Puisi Pertama
kau bukan saja kata-kata namun juga kebahagiaan yang tak pernah ada
b. Imaji
Penanda imaji yang terdapat dalam
puisi Malam-malam Ibu adalah imaji
suara, imaji penglihatan, dan imaji rasa,
berikut pembahasannya:
Imaji penglihatan pada puisi ini
adalah kata menganga, pencuci, berjalan,
dan mendaras yang merupakan aktivitas
yang dapat terlihat oleh mata, sehingga
memunculkan imaji penglihatan.
Imaji suara dalam puisi ini terdapat
pada baris puisi langit dan musik-musik
yang menggema. Imaji rasa dalam puisi ini
adalah kata kesedihan, derita, dan
ketabahan merupakan perasaan yang dapat
dirasakan oleh manusia dalam menjalani
kehidupan.
Penanda imaji yang terdapat dalam
puisi Semut adalah imaji penglihatan. Imaji
penglihatan adalah imaji yang dapat
memunculkan sesuatu yang tampak oleh
penglihatan. Adapun dalam puisi ini adalah
kata runtuh, adalah suatu peristiwa yang
dapat terlihat oleh penglihatan, sehingga
dalam puisi ini kata tersebut memunculkan
imaji penglihatan pada pembacanya.
Penanda imaji yang terdapat dalam
puisi Lebah Tambora adalah imaji
penglihatan, dan imaji rasa, berikut
pembahasannya:
Imaji penglihatan adalah imaji yang
dapat memunculkan sesuatu yang tampak
oleh penglihatan. Adapun dalam puisi ini
adalah kata membuat, menyimpan,
menggali, dan terbang, ketiga kata tersebut
adalah suatu aktivitas yang dapat terlihat
oleh mata, sehingga kata-kata tersebut
memunculkan imaji penglihatan kepada
pembaca.
Imaji rasa adalah kata yang dapat
menimbulkan rasa ketika membaca puisi,
dalam puisi ini imaji rasa atau perasaan
adalah kata asing, adalah suata perasaan
aneh, tidak biasa yang dapat dirasakan
seseorang. Begitupun dengan kata
sengatan yang brarti perbuatan menyengat
oleh hewah penyengat yang menimbulkan
bengkak pada bagian yang disengat.
Penanda imaji yang terdapat dalam
puisi Di Dalam Sebuah Doa adalah imaji
suara. Imaji suara, dalam puisi ini adalah
kata mengucapkan, adalah suatu aktifitas
yang dapat menimbulkan suara sehingga
dapat ditangkap oleh indra pendengaran.
Kata tersebut memunculkan imaji suara
pada pembaca.
Penanda imaji yang terdapat dalam
puisi Puisi Pertama adalah imaji rasa.
Imaji rasa, dalam puisi ini adalah kata
kebahagiaan, adalah kesenangan,
ketentraman yang dirasakan oleh hati,
sehingga penggunaan kata kebahagiaan
dalam puisi ini memunculkan imaji rasa
atau perasaan yang dirasakan oleh
pembaca. Begitupun dengan kata derita,
kata tersebut berarti sesuatu yang
menyusahkan yang ditanggung di dalam
hati, sehingga memunculkan juga imaji rasa
pada pembaca.
c. Kata Konkret
Kata konkret adalah bentuk
perlambangan yang bisa memunculkan
imaji, dalam puisi Malam-malam Ibu
terdapat kata konkret yaitu luka yang
menganga.
Menurut KBBI kata luka berarti
belah, pecah, cedera pada kulit karena
terkena barang yang tajam. Sedangkan kata
menganga dalam KBBI berarti membuka
lebar mulut. Namun dalam puisi ini kata
luka melambangkan kepedihan, kesakitan.
Sehingga luka yang menganga
melambangkan kesedihan atau kesakitan
yang sangat luar biasa.
Selain itu ada kata konkret daun-
daun melambangkan keteduhan dan
kesejukan. Kata konkret mencium
kenangan melambangkan ingatan yang
kembali hadir.
Kata konkret penakar dalam
kutipan puisi di atas melambangkan
pinambang, penghitung. Sedangkan kata
berjalan dalam puisi ini melambangkan
perpindahan, perubahan, tidak diam.
Pada puisi Lebah Tambora terdapat
kata konkret sarang-sarang, harta, terbang
Sarang-sarang melambangkan tempat
tinggal manusia atau matapencarian. Kata
harta melambangkan kekayaan,
kemakmuran, kecukupan. Dalam KBBI
harta berarti barang atau uang yang menjadi
kekayaan sesorang. Sedangkan kata
terbang pada bait ketiga baris ketiga
kutipan puisi di atas menurut KBBI berarti
melayang di udara dengan tenaga sayap,
namun pada puisi ini melambangkan
kebebasan yang di renggut.
Pada puisi Puisi Pertama terdapat
kata konkret derita, melambangkan
kesedihan, duka, kesengsaraan.
d. Gaya Bahasa
Puisi Malam-malam Ibu
menggunakan gaya bahasa perbandingan
yaitu personifikasi, gaya bahasa pertautan
yaitu elepsis, dan gaya bahasa pertentangan
yaitu paradoks, berikut pembahasannya:
1. Personifikasi dalam puisi ini adalah di dekat kesedihan daun-daun.
Pada kata kesedihan pada kutipan puisi di
atas, seolah-olah daun-daun mengalami
kesedihan, padahal pada dasarnya
kesedihan adalah perasaan sedih yang
dirasakan oleh insan, bukan benda atau
tumbuhan. Kesedihan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesi (KBBI) berarti perasaan
sedih, duka cita, dan kesusahan hati.
2. Elepsis adalah gaya bahasa yang di
dalamnya dilaksanakan penanggalan atau
penghilangan salah satu atau beberapa
unsur penting dalam konstruksi sintaksis
yang lengkap. Adapaun dalam puisi ini
gaya bahasa elepsis terdapat pada bait
ketiga, berikut pembahasannya.
ibuku hanya penakar bayang-bayang pencuci pakaian siang-malam pendiam yang berjalan dengan do’a mendaras masa lalu dan derita
Pada baris kedua, ketiga, dan
keempat terjadi penghilangan subjek (saya,
dia, kami, kita, mereka, dan lain-lain).
Subjek yang dihilangkan adalah kata ibuku
pada baris sebelumnya ibuku hanya
penakar bayang-bayang. Apabila
subjeknya tidak dihilangkan maka
kalimatnya akan menjadi ibuku pencuci
pakaian siang-malam, ibuku pendiam yang
berjalan dengan do’a, dan ibuku mendaras
masa lalu dan derita.
3. Paradoks adalah gaya bahasa yang
megandung pertentangan yang nyata
dengan fakta-fakta yang ada. Adapun pada
puisi ini gaya bahasa paradoks yaitu
kalimat gelap sebagai cahaya.
Kata gelap berarti tidak ada cahaya,
namun pada kutipan baris puisi di atas
gelap diibaratkan cahaya. Sebaliknya kata
cahaya berarti terang, namun cahaya
adalah gelap seperti kutipan baris puisi di
atas. Dengan demikian, terjadi pertentangan
atau paradoks.
Puisi Semut menggunakan gaya
bahasa perbandingan yaitu depersonifikasi,
dan gaya bahasa pertentangan yaitu
paradoks, berikut pembahasannya:
a. Depersonifikasi, gaya bahasa yang
meletakkan sifat benda-benda pada insan.
Adapun dalam puisi ini terdapat gaya
bahasa depersonifikasi pada bait pertama
baris kedua.
akhirnya, bersatu pun kami runtuh
Kata runtuh disematkan pada kata
kami yang menunjukan insan. Pada puisi
ini, kata kami digambarkan seolah-olah
runtuh seperti bangunan. Runtuh dalam
KBBI berarti bangun yang roboh karena
rusak dan sebagainya.
b. Paradoks, pada puisi ini yaitu kalimat
bersatu pun kami runtuh.
Bersatu pada dasarnya akan menghasilkan
kekuatan dan kesatuan. Namun pada
kutipan baris puisi di atas, bersatu
menyebabkan perpecahan, bersatu pun
kami runtuh. Dengan demikian, terjadi
pertentangan atau paradoks.
Puisi Lebah Tambora
menggunakan gaya bahasa perbandingan
yaitu personifikasi, dan gaya pertauatan
yaitu elepsis berikut pembahasannya:
a. Personifikasi, dalam puisi ini yaitu
ketika rumah kami menyimpan harta.
Kata rumah diibaratkan bisa
menyimpan harta, layaknya seorang
manusia yang menyimpan sesuatu. Kata
rumah dalam KBBI berarti bengunan
untuk tempat tinggal.
b. Elepsis, dalam puisi ini yaitu:
ke hutan-hutan Sumbawa
kami membuat sarang-sarang ra1hasia
Pada baris pertama kutipan puisi di
atas terdapat pengilangan subjek. Subjek
yang dihilangkan adalah subjek kami yang
digambarkan pada baris kedua. Sehingga
apabila subjeknya tidak dihilangkan maka
kalimat pada baris pertama akan menjadi
kami ke hutan-hutan Sumbawa.
Puisi Di dalam Sebuah Doa
menggunakan gaya bahasa pertautan yaitu
elepsis. Pada puisi ini yaitu kalimat,
kami tak meminta apa-apa selain mengucapkan amin
Terdapat penghilangan subjek pada
kalimat di atas. Subjek yang dihilangkan
adalah kami yang terdapat pada baris
sebelumya. Sehingga apabila subjeknya
tidak dihilangkan maka kalimatnya akan
menjadi selain kami mengucapkan amin.
Puisi Puisi Pertama menggunakan
gaya bahasa pertautan yaitu elepsis. Pada
puisi ini yaitu kalimat,
kau bukan saja kata-kata namun juga kebahagiaan
Terdapat penghilangan subjek pada
kalimat di atas, subjek yang dihilangkan
adalah kau yang digambarkan pada baris
sebelumnya. Sehingga apabila tidak
terdapat penghilangan subjek maka
kalimatnya akan menjadi namun kau juga
kebahagiaan.
e. Rima
Rima adalah persamaan bunyi baik
vokal maupun konsonan. Kelima puisi
dalam penelitian ini menggunakan
persamaan bunyi vokal (asonansi) dan
persamaan bunyi konsonan (aliterasi) baik
di awal, tengah, atau di akhir kalimat.
f. Tipografi
Tipografi kelima puisi dalam
penelitian ini menggunakan bait-bait yang
tersusun lurus dan jumlah baris yang
beervariasi dalam setiap baitnya. Pemilihan
huruf kapital atau huruf kecil juga menjadi
salah satu hal yang penting, dalam temuan
data penggunaan huruf kecil pada awal
kalimat dalam setiap puisi sangat dominan.
2. Struktur Batin
a. Tema
Tema puisi Malam-malam Ibu adalah
tentang kekuatan, pengorbanan, dan
keikhlasan seorang ibu dalam
memperjuangkan kebahagiaan anaknya.
Tema puisi Semut adalah suatu perpecahan
karena hal yang sepele. Tema puisi Lebah
Tambora adalah kesia-siaan perjuangan
seseorang yang mempertahankan haknya.
Tema puisi Di Dalam Sebuah Doa adalah
keikhlasan seorang hamba yang menerima
segala ketetapan yang maha kuasa. Tema
puisi Puisi Pertama adalah suatu
kebanggaan seseorang atas apa yang telah
dimiliki.
b. Amanat
Amanat pada puisi Malam-malam Ibu
adalah setiap orang harus menghormati dan
menghargai ibu, karena seorang ibu begitu
besar pengorbanannya untuk kebahagiaan
anak-anaknya. Amanat pada puisi Semut
adalah Faktor ekonomi bisa menyebabkan
perpecahan suatu hubungan. Amanat pada
puisi Lebah Tambora adalah Tidak boleh
menjadi orang yang serakah karena hal
tersebut dapat membuat orang lain
mengalami kesusahan. Amanat pada puisi
Di Dalam Sebuah Doa adalah bersyukur
dan ikhlas atas apa yang menjadi ketetapan
yang maha kuasa dan selalu berprasangka
baik kepadanya. Amanat pada puisi Puisi
Pertama adalah Selalu menghargai dan
bahagia atas apa yang telah dilakukan.
c. Nada dan Suasan
Pada puisi Malam-malam Ibu bernadakan
sedih sehingga menimbulkan suasana haru
dan iba hati. Puisi Semut bernadakan miris
sehingga menimbulkan suasana kesedihan.
Puisi Lebah Tambora bernadakan pesimis
sehingga menimbulkan suasana yang tidak
bersemangat. Puisi Di Dalam Sebuah Doa
bernadakan optimis sehingga menimbulkan
suasana semangat. Puisi Puisi Pertama
bernadakan gembira sehingga
menimbulkan suasana bahagia dan
bersemangat.
3. Pembelajaran Sastra di SMP/MTs
Penelitian ini selain mengkaji
tentang struktur yang terdapat dalam
kumpulan puisi Asmara Ular Kayu karya
Fatih Kudus Jaelani juga mengkaji tentang
kaitannya dengan pembelajaran sastra
khususnya puisi di SMP/MTs.
Puisi merupakan salah satu materi
yang digunakan oleh guru di jenjang
SMP/MTs. Hal tersebut berkaitan dengan
pembelajaran sastra di sekolah yang telah
di sesuaikan dengan kurikulum 2013 materi
pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII,
tentang unsur-unsur pembangun teks puisi,
dengan kompetensi dasar menelaah unsur-
unsur pembangun teks puisi (perjuangan,
kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya,
dan lain-lain) yang diperdengarkan atau
dibaca. Serta indikator pencapaian
kompetensinya yaitu, menganalisis unusr-
unsur pembangun teks puisi (perjuangan,
kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya,
dan lain-lain) yang diperdengarkan atau
dibaca.
Sejalan dengan Kompetensi Inti 1
(KI-1), menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya. Mensyukuri
anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa
Indonesia dan menggunakannya sebagai
sarana komunikasi dalam mengolah,
menalar, dan menyajikan informasi tulis
melalui teks puisi, seperti kumpulan puisi
Asmara Ular Kayu karya Fatih Kudus
Jaelani yang menggunakan bahasa
Indonesia dalam menyajikan puisi-
puisinya. Adapun sikap sosial yang
tercantum pada KI-2, dalam kumpulan
puisi ini menunjukan sikap jujur dan
bertanggung jawab, dalam menggunakan
bahasa Indonesia untuk menceritakan
kembali situasi sosial yang ada di
lingkungan sekitarnya. Sedangkan aspek
pengetahuan yang tercantum pada KI-3,
dalam analisis kumpulan puisi ini
menjelaskan kepaduan struktur pembangun
puisi, sehingga aspek keterampilan yang
tercantum pada KI-4 memberikan
gambaran kepada pembaca khususnya
siswa bagaimana menulis puisi dengan
struktur pembangun yang padu.
Berdasarkan hal tersebut, analisis
struktur kumpulan puisi Asmara Ular Kayu
karya Fatih Kudus Jaelani yang dibahas
dalam penelitian ini, memiliki kaitan
dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar materi pembelajaran puisi seperti
yang telah dipaparkan di atas. Sehingga
penelitian ini dianggap berpotensi untuk
dijadikan materi pembelajaran sastra guna
memenuhi kompetensi dasar dan
kompetensi inti tersebut.
Puisi-puisi Fatih Kudus Jaelani
dalam kumpulan puisi Asmara Ular Kayu
selain digunakan untuk bahan bacaan sastra
juga dapat digunakan sebagai materi
pembelajaran dalam pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia yang berkaitan dengan
struktur puisi. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan minat siswa dalam
mengetahui struktur pembangun puisi,
karena puisi-puisi tersebut merupakan puisi
yang mencerminkan kehidupan yang terjadi
di lingkungan sekitar dan di tanah air.
Puisi-puisi Fatih Kudus Jaelani
dalam kumpulan puisi Asmara Ular Kayu
mempunyai struktur fisik dan struktur batin
yang sangat menarik. Diksi, imaji, kata
konkret, gaya bahasa, rima, tipografi, tema,
amanat, nada, dan suasana dikemas sangat
baik. Diksi yang mudah dipahami membuat
puisi tersebut mudah dicerna maknanya.
Imaji yang digunakan juga sangat beragam,
seperti imaji penglihatan, imaji
pendengaran, dan imaji rasa yang membuat
pembaca ikut merasakan apa yang
dirasakan, dilihat, dan didengar oleh
penyair. Fatih Kudus Jaelani juga
menggunakan gaya bahasa personifikasi,
depersonifikasi, serta elepsis yang
memperindah puisi-puisinya. Puisi-
puisinya juga diperindah dengan adanya
penataan rima yang baik, serta tema
keikhlasan dengan nada dan suasana yang
khusyuk serta amanat yang positif
menjadikan puisi-puisi Fatih Kudus Jaelani
sesuai dengan pembelajaran sastra di
sekolah.
D. SIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan
pembahasan yang dilakukan pada bab IV
tentang analisis struktur kumpulan puisi
Asmara Ular Kayu karya Fatih Kudus
Jaelani serta kaitannya dengan
pembelajaran sastra di SMP/MTs diperoleh
simpulan sebagai berikut.
1. Struktur fisik puisi
a. Diksi
Diksi yang digunakan penyair
menggunakan ragam bahasa formal yang
dikemas dengan menarik.
b. Imaji
Imaji dalam kumpulan puisi Asmara Ular
Kayu meliputi imaji penglihatan, imaji
pendengaran, dan imaji perasaan.
c. Kata Konkret
Penggunaan kata konkret dalam kumpulan
puisi Asmara Ular Kayu merupakan usaha
penyair dalam memperkonkret sikap
kebebasannya yang bertujuan agar pembaca
membayangkan dengan lebih hidup apa
yang dimaksudkan penyair.
d. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penyair
dalam kumpulan puisi Asmara Ular Kayu
meliputi personifikasi, depersonifikasi,
paradoks, dan elepsis.
e. Rima
Rima dalam kumpulan puisi Asmara Ular
Kayu meliputi rima asonansi, dan rima
aliterasi.
f. Tipografi
Tipografi yang terdapat dalam kumpulan
puisi Asmara Ular Kayu sangat bervariasi,
terdiri dari bait-bait yang disusun secara
lurus.
2. Struktur Batin Puisi
a. Tema
Kumpulan puisi Asmara Ular Kayu karya
Fatih Kudus Jaelani bertemakan tentang
keikhlasaan, pengorbanaan, kebanggaan.
b. Nada dan Suasana
Penyair menggunakan nada optimis,
kegembiraan. Suasana dalam puisi ini
meliputi semangat dan bahagia.
c. Amanat puisi-puisi Asmara Ular Kayu
karya Fatih Kudus Jaelani berupa ajakan
untuk tetap semangat dan terus berjuang
dalam menghadapi hidup ini, serta
menghargai orang lain.
3. Kaitan puisi-puisi karya Fatih Kudus
Jaelani dalam kumpulan puisi Asmara
Ular Kayu dalam pembelajaran sastra di
SMP/Mts
Berdasarkan data dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
pembelajaran bahasa Indonesia mengenai
unsur pembangun puisi berdasarkan
kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar puisi karya Fatih Kudus
Jaelani dalam kumpulan puisi Asmara Ular
Kayu berkaitan dengan pembelajaran sastra
khususnya puisi pada jenjang SMP/MTs.
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 2017. Buku Apresiasi Puisi: Bilang Begini Maksudnya Begitu. Jakarta: PT Gramedia
Jaelani, Fatih Kudus. 2016. Asmara Ular Kayu. Lombok: Komunitas Rabu Rawit
Samosir, Tiorida. 2013. Apresiasi Puisi. Bandung: Yrama Widya
Semi, M.Atar. 2010. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV. Angkasa
Siswantoro. 2016. Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar