14
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027 © Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya JTRESDA Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/ *Penulis korespendensi: [email protected] Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal Pembagian Air pada Daerah Irigasi Kedungrejo Kabupaten Madiun Bernardinus Yoga Winanto 1 *, Rini Wahyu Sayekti 1 , M. Janu Ismoyo 1 1 Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia *Korespondensi Email: [email protected] Abstract: Kedungrejo Irrigation Area in Madiun Regency has a total area 1.538 hectares. Kedungrejo Irrigation Area has some problems, namely the Global Planting Plan made by the Water Department that is not implemented properly in the field, maximum river discharge during the rainy season and minimum river flow during the dry season. This study aims to evaluate existing water needs using the Water Balance method and then plan the planting patterns to increase planting intensity when the discharge is maximum and plan a rotation schedule for water distribution using the K factor. From this study, the results of the calculation of the 80% dependable discharge maximum is 4.533,50 lt/sec and a minimum is 0,00 lt/sec, then the results of the evaluation of existing water needs with a water surplus happens for 18 times (50%) and a water deficit happens for 18 times (50%) where the planting intensity of the existing conditions in 2014-2019 reached 284,32%. For water needs with a planned planting pattern, the condition of the surplus is 32 times (89%) and the water deficit is 4 times (11%) where the planned planting intensity is 155,27%. Then the rotation of the division of water with a factor of K occurs 4 times. Keywords: evaluation, irrigation, madiun, water balance, water needs Abstrak: Daerah Irigasi (DI) Kedungrejo Kabupaten Madiun memiliki luas baku sawah 1.538 ha. Daerah Irigasi Kedungrejo memiliki beberapa problematika yaitu Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang dibuat oleh Dinas Pengairan tidak terlaksana dengan baik di lapangan, debit sungai berlebih ketika musim hujan dan debit sungai minim ketika musim kemarau. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan air eksisting menggunakan metode Water Balance kemudian merencanakan pola tata tanam rencana untuk meningkatkan intensitas tanam ketika debit berlebih dan merencanakan jadwal rotasi pembagian air dengan menggunakan

Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA

Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

*Penulis korespendensi: [email protected]

Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan

Penyusunan Jadwal Pembagian Air pada

Daerah Irigasi Kedungrejo Kabupaten

Madiun Bernardinus Yoga Winanto1*, Rini Wahyu Sayekti1, M. Janu

Ismoyo1 1Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia

*Korespondensi Email: [email protected]

Abstract: Kedungrejo Irrigation Area in Madiun Regency has a total area

1.538 hectares. Kedungrejo Irrigation Area has some problems, namely the

Global Planting Plan made by the Water Department that is not

implemented properly in the field, maximum river discharge during the

rainy season and minimum river flow during the dry season. This study

aims to evaluate existing water needs using the Water Balance method and

then plan the planting patterns to increase planting intensity when the

discharge is maximum and plan a rotation schedule for water distribution

using the K factor. From this study, the results of the calculation of the 80%

dependable discharge maximum is 4.533,50 lt/sec and a minimum is 0,00

lt/sec, then the results of the evaluation of existing water needs with a water

surplus happens for 18 times (50%) and a water deficit happens for 18 times

(50%) where the planting intensity of the existing conditions in 2014-2019

reached 284,32%. For water needs with a planned planting pattern, the

condition of the surplus is 32 times (89%) and the water deficit is 4 times

(11%) where the planned planting intensity is 155,27%. Then the rotation

of the division of water with a factor of K occurs 4 times.

Keywords: evaluation, irrigation, madiun, water balance, water needs

Abstrak: Daerah Irigasi (DI) Kedungrejo Kabupaten Madiun memiliki

luas baku sawah 1.538 ha. Daerah Irigasi Kedungrejo memiliki beberapa

problematika yaitu Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang dibuat oleh

Dinas Pengairan tidak terlaksana dengan baik di lapangan, debit sungai

berlebih ketika musim hujan dan debit sungai minim ketika musim

kemarau. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan air eksisting

menggunakan metode Water Balance kemudian merencanakan pola tata

tanam rencana untuk meningkatkan intensitas tanam ketika debit berlebih

dan merencanakan jadwal rotasi pembagian air dengan menggunakan

Page 2: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Winanto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

15

faktor K. Dari studi ini didapat hasil perhitungan debit andalan 80%

maksimum sebesar 4.533,50 lt/dt dan minimum sebesar 0,00 lt/dt, lalu hasil

evaluasi kebutuhan air eksisting dengan kondisi surplus air sebanyak 18

kali (50%) dan defisit air sebanyak 18 kali (50%) di mana intensitas tanam

kondisi eksisting tahun 2014-2019 mencapai 284,32%. Untuk kebutuhan

air dengan pola tata tanam rencana kondisi surplus air sebanyak 32 kali

(89%) dan defisit air sebanyak 4 kali (11%) di mana intensitas tanam

rencana dibuat sebesar 155,27%. Lalu rotasi pembagian air dengan faktor

K terjadi sebanyak 4 kali.

Kata kunci: evaluasi, irigasi, kebutuhan air, madiun, neraca air

1. Pendahuluan

Kebutuhan pangan di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah

penduduknya, maka untuk memenuhi produksi bahan makanan pokok berupa padi, sangat

diperlukan jaringan irigasi. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 2 tahun 1982,

maksud irigasi adalah untuk dapat memenuhi air bagi usaha pertanian dalam jumlah dan

waktu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan bagi semua tanaman menurut aturan yang

telah ditetapkan [1]. Manusia membutuhkan air hampir dim semua sisi kehidupan, baik itu

untuk menanaman tanaman, minum, memasak, mencuci dan lain sebagainya, dengan

berkembangannya kebutuhan air memerlukan perhitungan hidrologi untuk mengetahui

ketersediaan air dan pemanfaatan air. DAS merupakan salah satu pemanfaatan air, yang

dapat mensuplai air yang dibutuhkan oleh kepentingan manusia. [2]

Usaha peningkatan produksi pangan harus didukung oleh pengelolaan sumber daya air

yang baik, yaitu dengan mengelola tata air yang secara efektif dan efisien. Kebutuhan air

irigasi dapat tercukupi dengan baik apabila operasi jaringan irigasi juga dilaksanakan

dengan baik. Bagi daerah yang mendapatkan pengairan secara alami (hujan) secara baik,

maka dengan adanya irigasi produktivitas dapat ditingkatkan. Nyata sekali bahwa

sumbangan irigasi terhadap keperluan daerah pertanian sangat besar, dimana daerah yang

mulanya kurang produktif akan menjadi potensial. [3]

Perencanaan operasi jaringan irigasi didasarkan atas rencana tata tanam. Rencana tata

tanam merupakan perpaduan antara permintaan luas tanam dari petani dengan ketersediaan

air berkaitan dengan musim selarna setahun maka terbentuklah rencana tata tanam yang

dinamakan Rencana Tata Tanam Global (RTTG). Faktor yang menjadi acuan dalam

penyusunan pola tata tanam diantaranya adalah kebutuhan air. Untuk itu perlu adanya

evaluasi kebutuhan air irigasi sebagai rencana sistem pembagian air irigasi. Dan pada

evaluasi kebutuhan air irigasi ini akan menggunakan Metode Water Balance karena sudah

sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan air irigasi.

2. Bahan dan Metode

2.1 Bahan

A. Wilayah Studi

Secara geografis Kabupaten Madiun terletak diantara 111˚ 25’ 45” hingga 111˚ 51’

Page 3: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Wianto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

16

Bujur Timur (BT) dan 07˚ 12’ sampai 07˚ 48’ 30” Lintang Selatan (LS). Daerah Irigasi

Kedungrejo merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi sehingga ada pada Dinas

Pengairan Provinsi Jawa Timur. DI Kedungrejo memiliki luas 1.538 ha. Sumber air yang

dipakai untuk mengairi areal irigasi ini berasal dari Sungai Kedungrejo yang bangunan

pengambilannya berupa bendung tetap yaitu Bendung Kedungrejo.

Gambar 1: Peta DAS Kedungrejo

B. Data penelitian yang dibutuhkan

• Data debit sungai (Tahun 2010-2019) yang didapat dari UPTD Pilang Kenceng

Kabupaten Madiun

• Data curah hujan 3 pos staiun (Tahun 2010-2019) yang didapat dari UPTD Pilang

Kenceng Kabupaten Madiun

• Data klimatologi (Tahun 2008-2018) yang didapat dari Stasiun Klimatologi Sawahan

Kabupaten Nganjuk

• Data intensitas tanam eksisting dan RTTG serta Skema Jaringan Irigasi yang didapat

dari UPTD Pilang Kenceng Kabupaten Madiun

2.2 Metode

Data yang diperlukan dalam studi ini adalah data pola tata tanam eksisting, data debit

sungai, data klimatologi, data curah hujan, dan skema jaringan irigasi. Pada mulanya, data

curah hujan diolah dengan analisa kualitas data yaitu uji konsistensi. Pada Daerah Irigasi

Kedungrejo, terdapat 3 stasiun hujan yang berpengaruh yaitu Stasiun Hujan Kedungrejo,

Stasiun Hujan Kuwu, dan Stasiun Hujan Sogo yang kemudian dihitung curah hujan

reratanya menggunakan Metode Aritmatik. Curah hujan rerata tersebut nantinya akan

digunakan untuk mencari curah hujan efektif. Setelah mendapatkan curah hujan efektif dan

data klimatologi sudah tersedia, maka bisa digunakan untuk menghitung kebutuhan air.

Untuk data debit sungai akan dianalisis menggunakan debit andalan Metode Tahun Dasar

Perencanaan (Basic Year). Neraca air dapat dibuat setelah kebutuhan air dan debit andalan

sebagai debit tersedia sudah dihitung. Dari neraca air, dapat dilihat berapa kali debit air

Page 4: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Winanto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

17

mengalami surplus maupun defisit. Pola tata tanam rencana dibuat setelah diketahui hasil

neraca air eksisting. Karena sudah ada pola tata tanam rencana, maka kebutuhan air dapat

dihitung sehingga mendapatkan neraca air rencana.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Debit Andalan

Perhitungan debit andalan pada studi ini menggunakan data debit sungai yang didapat

dari UPTD Pilang Kenceng Kabupaten Madiun. Data yang digunakan adalah 10 tahun

(2010-2019) kemudian dianalisa menggunakan Metode Tahun Dasar Perencanaan (Basic

Year). Metode ini biasanya digunakan dalam perencanaan atau pengelolaan irigasi [3].

Besarnya debit andalan menggunakan Q80 untuk MT I memiliki nilai rerata sebesar

1.754,73 lt/dt. MT II memiliki nilai rerata sebesar 1.216,23 lt/dt. MT III memiliki nilai

rerata sebesar 224,48 lt/dt.

3.2 Analisa Curah Hujan

3.2.1 Uji Konsistensi Data

Sebelum menggunakan data curah hujan, dilakukan uji konsistensi data untuk

memperoleh data hujan tiap pos hujan konsisten atau tidak [4]. Berdasarkan hasil

pengujian, besaran koefisien determinasi pada ketiga pos hujan mendekati angka 1 yang

berarti data hujan bersifat konsisten. Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa data dari ketiga

stasiun hujan adalah konsisten dan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan.

3.2.3 Perhitungan Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang menjadi aliran permukaan. Dalam

pengertian irigasi, curah hujan efektif adalah curah hujan yang meresap ke dalam tanah

untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman [5]. Dasar perhitungan untuk menentukan

curah hujan efektif yaitu menggunakan curah hujan rerata daerah yang didapatkan dari

perhitungan curah hujan rerata daerah metode aritmatik dari 3 stasiun hujan [6]. Setelah

dianalisis nantinya didapatkan curah hujan andalan 80% dan akan dilanjutkan dengan

perhitungan curah hujan efektif untuk tanaman padi, palawija, dan tebu.

3.3 Perhitungan Evaporasi Potensial

Perhitungan Evaporasi Potensial menggunakan metode Penman Modifikasi sesuai

yang ditetapkan oleh Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01) dan Food and

Agriculture Organization (FAO). Metode ini mempunyai parameter lebih banyak sehingga

dianggap paling efektif. Dalam perhitungan evaporasi potensial membutuhkan data

klimatologi seperti kelembapan udara, kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan

temperatur udara [7].

Data yang digunakan adalah data klimatologi 10 tahun mulai tahun 2008-2017. Data

ini diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sawahan Kabupaten Nganjuk. Dari hasil

perhitungan didapat nilai evaporasi potensial terbesar ada pada bulan September yaitu

sebesar 6,33 mm/hr.

3.4 Intensitas Tanam Eksisting

Intensitas tanam eksisting didapatkan dari data intensitas tanam tahun 2014-2019.

Berikut adalah hasil rerata selama 5 tahun.

Page 5: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Wianto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

18

1. Musim Tanam I (Awal mulai tanam pada November periode II)

• Padi = 98,64%

• Palawija = 0,00%

• Tebu = 0,77%

2. Musim Tanam II (Awal mulai tanam pada Maret periode II)

• Padi = 93,11%

• Palawija = 0,06%

• Tebu = 0,77%

3. Musim Tanam III (Awal mulai tanam pada Juli periode II)

• Padi = 2,08%

• Palawija = 88,10%

• Tebu = 0,77%

3.5 Perhitungan Kebutuhan Air Eksisting

Dalam mencari besarnya kebutuhan air irigasi rencana untuk tanaman, dilakukan

analisa kebutuhan air yang dipengaruhi oleh faktor penyiapan lahan, penggunaan air

konsumtif, perkolasi, pergantian lapisan air dan curah hujan efektif [8]. Perhitungan

kebutuhan air ini menggunakan metode Water Balance. Dari hasil perhitungan, didapatkan

kebutuhan air eksisting terbesar ada pada MT III dengan rata-rata kebutuhan air sebesar

489,71 lt/dt.

3.6 Neraca Air Eksisting

Analisa neraca air dilakukan dengan membandingkan kebutuhan air dengan debit

yang tersedia. Debit yang tersedia menggunakan Q80% sedangkan kebutuhan air irigasi

menggunakan perhitungan Metode Water Balance. Dari neraca air ini bisa dilihat apakah

Daerah Irigasi tersebut mengalami surplus air atau defisit air.

Tabel 1: Tabel Neraca Air Eksisting

Bulan Q Tersedia

(lt/dt)

Rerata Q

Keb. Irigasi

(lt/dt)

Lebih (+) Keterangan

Kurang(-)

Nov III 984,80 0,00 984,80 Surplus

Des

I 1.216,50 0,00 1.216,50 Surplus

II 2.655,00 0,00 2.655,00 Surplus

III 620,45 110,74 509,72 Surplus

Jan

I 428,00 229,15 198,85 Surplus

II 1.352,30 0,00 1.352,30 Surplus

III 2.665,55 17,39 2.648,16 Surplus

Feb

I 2.440,40 0,00 2.440,40 Surplus

II 2.239,10 0,00 2.239,10 Surplus

III 747,00 0,00 747,00 Surplus

Mar

I 4.533,50 0,00 4.533,50 Surplus

II 1.174,20 0,00 1.174,20 Surplus

III 3.364,27 0,00 3.364,27 Surplus

Apr I 1.758,00 0,00 1.758,00 Surplus

II 1.429,00 0,00 1.429,00 Surplus

Page 6: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Winanto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

19

Tabel 1: Tabel Neraca Air Eksisting

Bulan Q Tersedia

(lt/dt)

Rerata Q

Keb. Irigasi

(lt/dt)

Lebih (+) Keterangan

Kurang(-)

III 422,50 552,73 -130,23 Defisit

Mei

I 2.587,40 687,68 1.899,72 Surplus

II 3.656,60 589,87 3.066,73 Surplus

III 402,00 539,86 -137,86 Defisit

Jun

I 402,00 575,41 -173,41 Defisit

II 283,00 613,81 -330,81 Defisit

III 102,00 630,78 -528,78 Defisit

Jul

I 125,00 608,87 -483,87 Defisit

II 63,00 443,67 -380,67 Defisit

III 50,00 68,17 -18,17 Defisit

Ags

I 50,00 122,97 -72,97 Defisit

II 0,00 201,25 -201,25 Defisit

III 0,00 239,09 -239,09 Defisit

Sep

I 0,00 387,58 -387,58 Defisit

II 0,00 449,10 -449,10 Defisit

III 0,00 530,75 -530,75 Defisit

Okt

I 0,00 527,36 -527,36 Defisit

II 0,00 538,05 -538,05 Defisit

III 0,00 533,34 -533,34 Defisit

Nov I 0,00 347,77 -347,77 Defisit

II 2.593,80 213,14 2.380,66 Surplus

Gambar 2: Grafik Rekapitulasi Neraca Air Eksisting

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kejadian surplus air terjadi sebanyak

18 kali periode tanam dan defisit air sebanyak 18 kali periode tanam. Defisit terbanyak

Page 7: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Wianto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

20

terjadi pada MT III yaitu pada bulan Juli periode III hingga bulan November periode II.

Hal ini terjadi dikarenakan intensitas tanam yang besar sehingga kebutuhan air juga besar,

sedangkan debit yang tersedia kecil. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan air

tanaman.

3.7 Pola Tata Tanam Rencana

Pola tanam yang direncanakan adalah dengan merubah intensitas tanam eksisting.

Untuk pola tata tanam juga berubah yang semula padi-palawija-tebu menjadi padi-

palawija. Di pola tanam rencana ini terdapat pembagian blok golongan menjadi 3 golongan.

Pembagian blok golongan berdasarkan kondisi topografi dan bangunan bagi agar

memudahkan pembagian air irigasi. Pada kasus ini, Daerah Irigasi Kedungrejo

menggunakan golongan vertikal karena pembagiannya sesuai mulai dari hulu, tengah, lalu

hilir. Golongan vertikal ini memberikan keuntungan berupa pembagian batas golongan

yang lebih jelas. [9]

Tabel 2: Tabel Pola Tata Tanam Rencana

Janis

Tanaman

Intensitas Tanam Jumlah

MT I MT II MT III

(%) (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) (ha)

Padi 100,00 1.538 0,00 0 0,00 0 100,00 1.538

Palawija 0,00 0 55,27 850 0,00 0 55,27 850

Total 100,00 1.538 55,27 850 0,00 0 155,27 2.388

Tabel 3: Tabel Pembagian Blok Golongan

Musim

Tanam Jenis Tanaman

Luasan (ha) Total

(ha) Gol. 1 Gol. 2 Gol. 3

Luas Baku Sawah = 1.538 ha 477 525 536 1.538

MT I Padi 100,00 % 477 525 536 1.538

Palawija 0,00 % 0 0 0 0

MT II Padi 0,00 % 0 0 0 0

Palawija 55,27 % 264 290 296 850

MT III Padi 0,00 % 0 0 0 0

Palawija 0,00 % 0 0 0 0

3.8 Perhitungan Kebutuhan Air Rencana

Perhitungan kebutuhan air rencana menggunakan metode Water Balance yang sama

dengan perhitungan kebutuhan air eksisting. Letak perbedaannya ada pada intensitas

tanam. Karena intensitas tanam eksisting dan rencana berbeda, maka kebutuhan airnya pun

akan berbeda. Dari hasil perhitungan, didapatkan kebutuhan air rencana terbesar ada pada

MT II dengan rata-rata kebutuhan air sebesar 156,00 lt/dt

3.9 Neraca Air Rencana

Analisis neraca air rencana ini hampir sama dengan neraca air eksisting. Letak

perbedaannya pada kebutuhan air irigasinya. Untuk kebutuhan air eksisting menggunakan

Page 8: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Winanto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

21

intensitas tanam eksisting yang bisa dilihat pada Sub Bab 3.4. Lalu untuk kebutuhan air

rencana menggunakan intensitas tanam yang sudah direncanakan dalam studi ini yang bisa

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 4. Tabel Neraca Air Rencana

Bulan

Keb. Air Irigasi (lt/dt) Total

Keb. Air

Irigasi

(lt/dt)

Q

Tersedia

(lt/dt)

Lebih (+)

Keterangan Gol. I Gol. II Gol. III Kurang (-)

Nov III 0,00 0,00 0,00 0,00 984,80 984,80 Surplus

Des

I 0,00 0,00 0,00 0,00 1.216,50 1216,50 Surplus

II 0,00 0,00 0,00 0,00 2.655,00 2655,00 Surplus

III 186,55 205,32 209,62 601,49 620,45 18,96 Surplus

Jan

I 196,36 216,12 220,65 633,12 428,00 -205,12 Defisit

II 0,00 0,00 0,00 0,00 1.352,30 1352,30 Surplus

III 114,17 125,66 128,29 368,12 2.665,55 2297,42 Surplus

Feb

I 0,00 0,00 0,00 0,00 2.440,40 2440,40 Surplus

II 7,26 7,99 8,16 23,41 2.239,10 2215,69 Surplus

III 0,00 0,00 0,00 0,00 747,00 747,00 Surplus

Mar

I 0,00 0,00 0,00 0,00 4.533,50 4533,50 Surplus

II 0,00 0,00 0,00 0,00 1.174,20 1174,20 Surplus

III 0,00 0,00 0,00 0,00 3.364,27 3364,27 Surplus

Apr

I 0,00 0,00 0,00 0,00 1.758,00 1758,00 Surplus

II 0,00 0,00 0,00 0,00 1.429,00 1429,00 Surplus

III 2,23 2,45 2,50 7,18 422,50 415,32 Surplus

Mei

I 53,60 59,00 60,23 172,83 2.587,40 2414,57 Surplus

II 62,87 69,20 70,65 202,72 3.656,60 3453,88 Surplus

III 74,39 81,88 83,59 239,87 402,00 162,13 Surplus

Jun

I 74,72 82,24 83,96 240,91 402,00 161,09 Surplus

II 76,18 83,85 85,61 245,64 283,00 37,36 Surplus

III 75,45 83,04 84,78 243,27 102,00 -141,27 Defisit

Jul

I 81,52 89,73 91,61 262,86 125,00 -137,86 Defisit

II 79,62 87,63 89,46 256,71 63,00 -193,71 Defisit

III 0,00 0,00 0,00 0,00 50,00 50,00 Surplus

Ags

I 0,00 0,00 0,00 0,00 50,00 50,00 Surplus

II 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

III 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

Sep

I 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

II 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

III 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

Okt

I 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

II 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

III 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

Nov I 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surplus

II 0,00 0,00 0,00 0,00 2.593,80 2593,80 Surplus

Page 9: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Wianto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

22

Gambar 3: Grafik Neraca Air Rencana

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa kejadian surplus air terjadi sebanyak 32

kali periode tanam dan defisit air sebanyak 4 kali periode tanam. Defisit terbanyak terjadi

pada MT II yaitu pada bulan Maret periode III hingga bulan Juli periode II. Hal ini terjadi

dikarenakan intensitas tanam yang besar sehingga kebutuhan air juga besar, sedangkan

debit yang tersedia kecil. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanaman.

3.10. Penyusunan Jadwal Rotasi

Jadwal rotasi dibuat berdasarkan hasil neraca air rencana. Jadwal rotasi bertujuan untuk

mengatur jatah waktu rotasi pada tiap blok golongan yang sudah ditentukan [10].

Perhitungan waktu rotasi / jatah hari gilir dicontohkan Januari Periode I seperti berikut:

Kebutuhan Air Irigasi Gol 1 : 196,36 lt/dt

Kebutuhan Air Irigasi Gol 2 : 216,12 lt/dt

Kebutuhan Air Irigasi Gol 3 : 220,65 lt/dt

Total Kebutuhan Air Irigasi : 633,12 lt/dt

Lama Waktu Pemberian Air : 24 jam dalam 1 hari dengan periode gilir 1 harian

Faktor K : 0,68 → Rotasi

Lama Gilir (jam) :

Periode I = (Keb. Gol. 1+ Keb. Gol. 2)

Total kebutuhan air x

Periode pemberian air (jam)

Jumlah golongan yang akan diairi

= (196,36.+ 216,12)

633,12 x

24

2

= 8 jam

Periode II = (Keb. Gol. 1+ Keb. Gol. 3)

Total kebutuhan air x

Periode pemberian air (jam)

Jumlah golongan yang akan diairi

= (196,36.+ 220,65)

633,12 x

24

2

= 8 jam

Periode III = (Keb. Gol. 2 + Keb. Gol. 3)

Total kebutuhan air x

Periode pemberian air (jam)

Jumlah golongan yang akan diairi

= (216,12.+ 220,65)

633,12 x

24

2

= 8 jam

Page 10: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Winanto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

23

Untuk perhitungan jadwal selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5: Tabel Jadwal Rotasi

Bulan Periode Evaluasi Pembagian Air Lama Gilir (jam)

Faktor K Keterangan Periode 1 Periode 2 Periode 3

Nov III - Terus menerus

Des

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Jan

I 0,68 Rotasi 8 8 8

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Feb

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Mar

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Apr

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Mei

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Jun

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III 0,42 Rotasi 7 8 9

Jul

I 0,48 Rotasi 7 8 9

II 0,25 Rotasi 7 8 9

III - Terus menerus

Ags

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Sep

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Okt

I - Terus menerus

II - Terus menerus

III - Terus menerus

Nov I - Terus menerus

II - Terus menerus

Page 11: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Wianto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

24

3.11 Rekapitulasi

Hasil rekapitulasi intesitas tanam eksisting dan rencana disajikan pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6: Tabel Rekapitulasi Intensitas Tanam Eksisting dan Rencana

Intensitas Tanaman

(%)

Jenis Tanaman Total

Padi Palawija Tebu

MT I Eksisting 98,64 0,00 0,77 99,41

Rencana 100,00 0,00 0,00 100,00

MT II Eksisting 93,11 0,06 0,77 93,95

Rencana 0,00 55,27 0,00 55,27

MT III Eksisting 2,08 88,10 0,77 90,96

Rencana 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah Eksisting 193,83 88,16 2,32 284,32

Rencana 100,00 55,27 0,00 155,27

Hasil rekapitulasi intensitas tanam dalam grafik disajikan pada Gambar 4 berikut:

Gambar 4: Grafik Intensitas Tanam Eksisting dan Rencana

Berdasarkan hasil rekapitulasi intensitas tanam eksisting dan rencana di atas dapat kita

ketahui bahwa intensitas tanam rencana lebih kecil daripada intensitas tanam eksisting

karena debit tersedia yang kecil, sehingga faktor K nilainya kecil. Oleh karena itu intensitas

rencana dibuat lebih kecil agar faktor K menjadi layak untuk digunakan.

Page 12: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Winanto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

25

Tabel 7: Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Eksisting dan Rencana

Bulan

Q

Tersedia

(lt/dt)

Q Kebutuhan (lt/dt)

Eksisting Ket. Rencana Ket.

Nov III 984,80 0,00 Surplus 0,00 Surplus

Des

I 1.216,50 0,00 Surplus 0,00 Surplus

II 2.655,00 0,00 Surplus 0,00 Surplus

III 620,45 110,74 Surplus 601,49 Surplus

Jan

I 428,00 229,15 Surplus 633,12 Defisit

II 1.352,30 0,00 Surplus 0,00 Surplus

III 2.665,55 17,39 Surplus 368,12 Surplus

Feb

I 2.440,40 0,00 Surplus 0,00 Surplus

II 2.239,10 0,00 Surplus 23,41 Surplus

III 747,00 0,00 Surplus 0,00 Surplus

Mar

I 4.533,50 0,00 Surplus 0,00 Surplus

II 1.174,20 0,00 Surplus 0,00 Surplus

III 3.364,27 0,00 Surplus 0,00 Surplus

Apr

I 1.758,00 0,00 Surplus 0,00 Surplus

II 1.429,00 0,00 Surplus 0,00 Surplus

III 422,50 554,16 Defisit 7,18 Surplus

Mei

I 2.587,40 689,10 Surplus 172,83 Surplus

II 3.656,60 591,29 Surplus 202,72 Surplus

III 402,00 541,28 Defisit 239,87 Surplus

Jun

I 402,00 576,83 Defisit 240,91 Surplus

II 283,00 615,23 Defisit 245,64 Surplus

III 102,00 632,20 Defisit 243,27 Defisit

Jul

I 125,00 610,29 Defisit 262,86 Defisit

II 63,00 445,10 Defisit 256,71 Defisit

III 50,00 96,60 Defisit 0,00 Surplus

Ags

I 50,00 205,38 Defisit 0,00 Surplus

II 0,00 337,66 Defisit 0,00 Surplus

III 0,00 402,50 Defisit 0,00 Surplus

Sep

I 0,00 550,99 Defisit 0,00 Surplus

II 0,00 612,52 Defisit 0,00 Surplus

III 0,00 694,16 Defisit 0,00 Surplus

Okt

I 0,00 690,78 Defisit 0,00 Surplus

II 0,00 701,47 Defisit 0,00 Surplus

III 0,00 696,75 Defisit 0,00 Surplus

Nov I 0,00 511,19 Defisit 0,00 Surplus

II 2.593,80 376,56 Surplus 0,00 Surplus

Banyak Kejadian Defisit 18 4

Banyak Kejadian Surplus 18 32

Page 13: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Wianto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

26

Gambar 5: Grafik Neraca Air Eksisting dan Rencana

Berdasarkan hasil rekapitulasi kebutuhan air eksisting dan rencana di atas dapat kita

ketahui bahwa rata-rata kebutuhan air rencana lebih kecil daripada intensitas tanam

eksisting. Hal ini dikarenakan luas intensitas tanam rencana lebih kecil dibanding dengan

luas intensitas tanam eksisting.

4. Kesimpulan

Dalam studi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu besarnya debit andalan, luas

intensitas tanam, kebutuhan air, neraca air, dan banyaknya kejadian rotasi.

Besarnya debit andalan menggunakan Q80 untuk MT I memiliki nilai minimum

sebesar 428,00 lt/dt dan nilai maksimum sebesar 4.533,50 lt/dt. MT II memiliki nilai

minimum sebesar 63,00 lt/dt dan nilai maksimum sebesar 3.656,60 lt/dt. MT III memiliki

nilai minimum sebesar 0,00 lt/dt dan nilai maksimum sebesar 2.593,80 lt/dt.

Luas intensitas tanam eksisting pada Daerah Irigasi Kedungrejo adalah sebesar

284,32% dengan luas intensitas tanam padi sebesar 193,83%; palawija 88,16%; dan tebu

2,32%. Sedangkan intensitas tanam rencana sebesar 155,27% dengan luas intensitas tanam

padi sebesar 100%; palawija 55,27%; dan tebu 0,00%. Dalam hal ini, intensitas tanam

rencana diturunkan lebih kecil dari intensitas tanam eksisting untuk mengurangi kebutuhan

air rencana, sehingga defisit kebutuhan air pada PTT rencana dapat dikurangi.

Besarnya kebutuhan air eksisting untuk MT I memiliki nilai minimum sebesar 0,00

lt/dt dan nilai maksimum sebesar 229,15 lt/dt. MT II memiliki nilai minimum sebesar 0,00

lt/dt dan nilai maksimum sebesar 689,10 lt/dt. MT III memiliki nilai minimum sebesar

96,60 lt/dt dan nilai maksimum sebesar 701,47 lt/dt. Besarnya kebutuhan air rencana untuk

MT I memiliki nilai minimum sebesar 0,00 lt/dt dan nilai maksimum sebesar 633,12 lt/dt.

MT II memiliki nilai minimum sebesar 0,00 lt/dt dan nilai maksimum sebesar 262,86 lt/dt.

MT III memiliki nilai minimum sebesar 0,00 lt/dt dan nilai maksimum sebesar 0,00 lt/dt.

Kebutuhan air irigasi rencana lebih kecil dibanding eksisting karena luas intensitas tanam

berkurang. Untuk neraca air eksisting, dari 36 kali periode tanam terjadi defisit air sebanyak

18 kali (50%) dan surplus air sebanyak 18 kali (50%). Sedangkan untuk neraca air rencana,

dari 36 kali periode tanam terjadi defisit air sebanyak 4 kali (11%) dan surplus air sebanyak

32 kali (89%).

Page 14: Studi Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi dan Penyusunan Jadwal

Winanto, B.Y. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 1 (2022) p. 014-027

27

Kejadian rotasi dengan faktor K (0,50 > K > 0,25) terjadi sebanyak 3 kali dengan lama

gilir Golongan 1 selama 7 jam, Golongan 2 selama 8 jam dan Golongan 3 selama 9 jam.

Kejadian rotasi dengan faktor K (0,75 > K > 0,50) terjadi sebanyak 1 kali rotasi dengan

lama gilir Golongan 1 selama 8 jam, Golongan 2 selama 8 jam, dan Golongan 3 selama 8

jam. Untuk pemberian air terus-menerus dengan faktor K (K > 0,75) terjadi sebanyak 32

kali.

Daftar Pustaka

[1] Peraturan.go.id, 2021. [Online]. Available: https://peraturan.go.id/common/

dokumen/ln/1982/pp23-1982.pdf. [Accessed: 25- Jul- 2021].

[2] L. M. Limantara, Hidrologi Teknik Sumber Daya Air. Malang: Penerbit Citra,

2010.

[3] C. Hazael, R. Sayekti dan T. Prayogo, “Studi Optimasi Pemanfaatan Air Irigasi

Pada Daerah irigasi Kedungputri Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi”, Jurnal

Teknik Pengairan, Vol. 4, No. 1, 2020.

[4] L. M. Limantara, Hidrologi Praktis. Bandung: Penerbit Lubuk Agung, 2010.

[5] C.D. Soemarto, Hidrologi Teknik. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1987.

[6] Dirjen SDA, Kementrian PUPR, Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi

(KP-01). Jakarta: Penerbit Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 2013.

[7] S. Sosrodarsono, Bendungan Type Urugan. Jakarta: Penerbit PT. Pradnya

Paramita, 1976.

[8] Suhardjono, Kebutuhan Air Tanaman. Malang: Penerbit Institut Teknologi

Nasional, 1994.

[9] Pusdik SDA, Kementrian PUPR, Modul Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi.

Jakarta: Penerbit Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air, 2017.

[10] Kunaifi, A.A, Pola Penyediaan Air di Daerah Irigasi (DI) Tibunangka dengan

Sumur Renteng pada Sistem Suplesi Renggung. Tesis. Tidak dipublikasikan.

Malang: Universitas Brawijaya, 2010.