38
STUDI HISTOPAT ETILEN GLIKOL FAK IN TOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIIN L: PENGARUH INFUSUM DAUN ALP (Persea americana Mill.) ISNIA NURULAZMY KULTAS KEDOKTERAN HEWAN NSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 NDUKSI PUKAT

STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSIETILEN GLIKOL: PENGARUH INFUSUM DAUN ALPUKAT

(Persea americana Mill.)

ISNIA NURULAZMY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2010

STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSIETILEN GLIKOL: PENGARUH INFUSUM DAUN ALPUKAT

(Persea americana Mill.)

ISNIA NURULAZMY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2010

STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSIETILEN GLIKOL: PENGARUH INFUSUM DAUN ALPUKAT

(Persea americana Mill.)

ISNIA NURULAZMY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2010

Page 2: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

ABSTRAK

ISNIA NURULAZMY. Studi Histopatologi Ginjal Tikus yang Diinduksi EtilenGlikol: Pengaruh Infusum Daun Alpukat (Persea americana Mill.). Dibimbingoleh EVA HARLINA dan RINI MADYASTUTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari histopatologi ginjal tikus yangdiinduksi etilen glikol dan diberi infusum daun alpukat. Penelitian ini merupakankelanjutan dari penelitian Adha (2009) dengan rancangan percobaan sebagaiberikut: dua puluh ekor tikus jantan dibagi menjadi empat kelompok yaitu,kelompok kontrol negatif (KN) diberi air minum ad libitum, kelompok kontrolpositif (KP) diinduksi etilen glikol 0.75% dan amonium klorida 2% (inducer),kelompok perlakuan 1 (IF5) diberi inducer dan dicekok infusum daun alpukat 5%dengan dosis 3 ml/200 g BB, dan kelompok perlakuan 2 (IF10) diberi inducer dandicekok infusum daun alpukat 10% dengan dosis 3 ml/200 g BB. Perlakuandiberikan selama 10 hari, pada hari ke-11 tikus dieuthanasi, dan organ ginjaldiambil untuk dibuat sediaan histopatologi dan diwarnai dengan pewarnaanHematoksilin–Eosin. Hasil pengamatan histopatologi ditemukan perubahanberupa edema glomerulus serta endapan protein, droplet hyalin dan nekrosis padatubulus. Persentase edema glomerulus seluruh kelompok perlakuan tidak berbedanyata (p>0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, sedangkanpersentase tubulus nekrosis kelompok kontrol positif berbeda nyata (p<0.05)dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Pemberian infusum daun alpukatdapat menurunkan persentase tubulus nekrosis, sedangkan peningkatan dosisinfusum cenderung menurunkan persentase endapan protein, droplet hyalin dantubulus nekrosis. Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan olehflavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan.

Page 3: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

ABSTRACT

ISNIA NURULAZMY. Histopathological Study of Ethylen Glycol-Induced RatKidney: Effects of Avocado (Persea Americana Mill.) Leaves Infusum. Under theDirection of EVA HARLINA and RINI MADYASTUTI.

The objective of this research was to study the histopathological lesions ofrat kidneys induced by ethylene glycol and treated by avocado leaves infusum.This research is continuation of Adha’s experiment (2009) with the experimentaldesign as follows: twenty male rats were divided into four groups, namely thecontrol negative (KN) were received just drinking water ad libitum, the positivecontrol (KP) were induced by 0.75% ethylen glycol and 2% ammonium chloride(inducer), the treatment group I (IF5) were induced and treated by 5% avocadoleaves infusum at a dose of 3 ml/200 g BW,and the treatment group II (IF 10)were induced and treated by 10% avocado leaves infusum (3 ml/200 g BW).Treatment was given for 10 days, at day-11 rats were euthanasid, and kidneyorgans were taken for histopathological study and stained with Hematoxylin-Eosin. The histopatological study showed glomerular edema; hyaline droplet,deposition of protein and tubular necrosis. Percentage of glomerular edema of alltreatment groups were not significantly different (p>0.05) compared with negativecontrol group, while the percentage of tubular necrosis of positive control groupwas significantly different (p<0.05) compared with negative control group.Treatment with avocado leaves infusum can reduce the percentage of necrotictubulus whereas doses of infusum tend to decrease precentage in proteindeposition, hyaline droplet and tubular necrosis. Percentage decrease in tubulardamage caused by the avocado leaves flavonoid activity as diureticum andantioxidants.

Page 4: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSIETILEN GLIKOL: PENGARUH INFUSUM DAUN ALPUKAT

(Persea americana Mill.)

ISNIA NURULAZMY

SKRIPSISebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan padaFakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2010

Page 5: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Drh. Eva Harlina, M.Si Rini Madyastuti P, S.Si, Apt, M.SiKetua Anggota

Diketahui :

Dr. Dra. Nastiti KusumoriniWakil Dekan FKH IPB

Tanggal Lulus :

Judul Skripsi : Studi Histopatologi Ginjal Tikus yang Diinduksi EtilenGlikol: Pengaruh Infusum Daun Alpukat (Perseaamericana Mill.)

Nama : Isnia Nurulazmy

NIM : B04063533

Page 6: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mataram, NTB, 21 Juli 1988, dari pasangan Ir.

Abidin Hamzah dan Hartati HAR, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Kota Bima, NTB pada tahun 2006.

Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2007.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Forum Keluarga

Mahasiswa Bima Bogor sebagai Bendahara (2007-2008), IMAKAHI Cabang

FKH IPB sebagai Kepala Bidang Kesekretariatan (2009), menjadi anggota

Departemen Syi’ar DKM An Nahl FKH IPB (2008-2009), dan sebagai staf Divisi

Pendidikan dan Pelatihan HIMPRO RUMINANSIA FKH IPB (2008-2009).

Selain itu penulis juga menjadi Asisten Pendidikan Agama Islam TPB IPB

(Semester genap tahun 2009).

Page 7: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT untuk setiap petunjuk dan kemudahan

yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah menjadi teladan bagi umat manusia.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Dr. Drh. Eva Harlina, M.Si., APVet.,

sebagai pembimbing pertama dan Rini Madyastuti Purwono, S.Si., Apt., M.Si.

sebagai pembimbing kedua, yang telah merelakan sebagian waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan kemudahan kepada penulis dalam

pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi. Semoga amal baik Ibu dapat

melapangkan jalan di yaumil akhir nanti. Selain itu disampaikan pula terima kasih

kepada Dr. Dra. Hj. Ietje Wientarsih, M.Sc., Apt. selaku Pembimbing Akademik

dan penyandang dana penelitian ini, atas saran dan masukannya selama masa studi

hingga terlaksananya penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Drh.

Hj. Tutik Wresdiati, MS., Ph.D. dan Ir. Etih Sudarnika, M.Si. selaku dosen

penguji pada ujian akhir sarjana kedokteran hewan. Terima kasih yang tiada

terhingga penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta, Denny (kakak),

Tauhid (adik) dan keluarga besar di Bima, Dompu, NTB atas kasih sayang,

perhatian, usaha, dukungan moril yang tulus dan doa yang tiada putus serta kerja

keras semuanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada

Ical sebagai rekan sepenelitian, terima kasih atas bantuan, kerjasama dan

kebersamaan selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Saudara-saudara

saya tercinta di Marhamah (Dini, Lina, Mila, Danis, Dina, Karim, Isti, Chacha,

Dya, Evi, Ina dan Khory) terima kasih atas keceriaan, kenyamanan dan

persahabatan yang tulus. Fitri, Karunia, Ninis, Enen, Winda, Feni dan Rani yang

selalu memberikan dorongan dan semangat, dan sandaran hati dalam keadaan

suka maupun duka.

Saudara-saudara saya selama mengemban amanah di FKMBB, IMAKAHI

Cabang FKH IPB 2007-2009, DKM An Nahl 2007-2010 dan HIMPRO

Page 8: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

iii

Ruminansia 2007-2009 serta Aesculapius (FKH 43) terima kasih atas

kebersamaan yang telah mewarnai aktivitas penulis selama menjalani studi.

Seluruh dosen dan tenaga kependidikan Bagian Patologi Departemen

Klinik, Reproduksi dan Patologi FKH IPB terima aksih atas bantuannya sehingga

penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penulisan

skripsi ini sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga

tulisan ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2010

Penulis

Page 9: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

iv

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................vii

PENDAHULUANLatar Belakang ................................................................................................................. 1Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 2Manfaat Penelitian........................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKAPersea Americana Mill. .................................................................................................. 3Tikus Putih........................................................................................................................ 5Ginjal ................................................................................................................................. 6Kelainan Ginjal ................................................................................................................ 7Nefrotoksikan ................................................................................................................... 8

BAHAN DAN METODETempat dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 10Alat dan Bahan............................................................................................................... 10Metode Penelitian .......................................................................................................... 10

Rancangan Percobaan…………………..………………………………………………………….10

Pembuatan Sediaan Histopatologi……...………………………....................................11Evaluasi Histopatologi………………....…………………………………………………………..11

Analisis Statistik ........................................................................................................…..11

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 12

SIMPULAN DAN SARANSimpulan ......................................................................................................................... 19Saran ................................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

LAMPIRAN............................................................................................................... 23

Page 10: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

v

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Persentase kerusakan glomerulus dan tubulus ginjal tikus pasca

pemberian zat nefrotoksik (etilen glikol) selama 10 hari ………. 12

Page 11: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman alpukat (Persea americana Mill.) ………………………. 4

2 Mekanisme kerja diuretikum ……………………………………… 5

3 Tikus putih (Rattus novergicus) …………………………………... 6

4 Edema glomerulus, endapan protein pada lumen tubulus dan

tubulus nekrosis pada kelompok perlakuan IF 10 ………………… 14

5 Kumpulan tubulus dengan endapan protein di lumennya pada

kelompok KP……………………………………………………….. 15

6 Droplet hyalin pada sitoplasma tubulus dan tubulus yang lisis

pada kelompok perlakuan IF 10……………………………………. 16

7 Kelompok tubulus proksimal yang nekrosis pada kelompok KP …. 17

Page 12: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil uji duncan kerusakan glomerulus dan tubulus …………….. 23

2 Pembuatan sediaan histopatologi ………………………………… 24

3 Pewarnaan HE ……………………………………………………. 26

Page 13: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan sumber daya

alamnya yang melimpah, diantaranya adalah tanaman yang sangat bervariasi.

Diantara tanaman tersebut banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

tanaman obat. Sebanyak 65% dari penduduk negara maju, dan 80% dari penduduk

negara berkembang telah menggunakan tanaman obat atau obat herbal untuk

memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Hal ini dikarenakan obat herbal

mempunyai banyak keuntungan antara lain bahan baku yang mudah diperoleh,

harga yang relatif murah, praktis dalam pemakaian dan memiliki efek samping

yang lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetik.

Salah satu tanaman yang biasa digunakan sebagai obat herbal adalah daun

alpukat (Persea americana Mill.). Sebagian masyarakat telah menggunakan daun

alpukat sebagai diuretik, analgesik, anti radang, anti hipertensi, anti hipoglikemia,

anti diare, mengobati sakit tenggorokan dan perdarahan (Brai et al. 2007).

Batu ginjal merupakan salah satu masalah urologi yang serius, menempati

urutan ketiga setelah infeksi saluran kemih dan kelainan prostat (Bahdarsyam

2003). Batu ginjal adalah masa keras seperti batu yang terbentuk melalui proses

fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam urin. Terbentuknya batu

ginjal terjadi secara endogen dari unsur mikrolit-mikrolit yang lama kelamaan

bisa bertambah besar (Price dan Wilson 1995). Menurut Tugcu et al. (2008), batu

ginjal juga dapat diinduksi oleh zat etilen glikol sehingga membentuk kristal

kalsium oksalat (CaOx). Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urin bahkan

pada hewan sehat. Pembentukan kristal dapat dipercepat dengan pemberian

amonium klorida. Kristal biasanya terbentuk pada urin yang memiliki pH asam

dan dapat muncul dalam spesimen urin setelah hewan mengalami keracunan etilen

glikol atau mengkonsumsi pakan tertentu seperti asparagus dan kubis (Anonim

2009).

Proses pembentukan batu ginjal disebut urolithiasis. Batu ginjal bervariasi

ukurannya, dapat bersifat tunggal atau ganda. Batu ginjal dapat berada di

sepanjang saluran kemih dan di dalam ginjal sehingga dapat menyebabkan nyeri,

Page 14: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

2

perdarahan, penyumbatan aliran kemih, infeksi dan kerusakan jaringan ginjal

(Anonim 2008). Salah satu pengobatan batu ginjal adalah menggunakan preparat

diuretikum, karena berhubungan dengan pengeluaran cairan dari dalam tubuh

(Adha 2009). Untuk mengetahui kinerja daun alpukat yang diduga bekerja sebagai

diuretikum, dilakukan studi histopatologi ginjal tikus yang diinduksi etilen glikol

dan diberi infusum daun alpukat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi ginjal

tikus yang diinduksi etilen glikol dan diberi infusum daun alpukat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

manfaat infusum daun alpukat terhadap ginjal yang diinduksi etilen glikol.

Page 15: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

3

TINJAUAN PUSTAKA

Persea americana Mill.

Alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket

(Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur dan Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat

(Batak), dan pookat (Lampung). Tanaman alpukat diperkirakan masuk ke

Indonesia pada abad ke-18 yang berasal dari dataran Amerika Tengah.

Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri atas tiga tipe keturunan, yaitu

tipe Meksiko, Guatamala dan Hindia Barat. Menurut Prihatman (2000), taksonomi

tanaman alpukat (Persea americana Mill.) sebagai berikut: Divisi:

Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Dicotyledoneae; Bangsa:

Renales; Keluarga: Lauraceae; Marga: Persea; Varietas: Persea americana Mill.

Tanaman alpukat tumbuh liar di hutan-hutan, kebun dan pekarangan yang

memiliki lapisan tanah gembur dan subur serta tidak tergenang air. Ciri-ciri

tanaman alpukat diantaranya adalah berpohon kecil dengan tinggi 3-10 m, berakar

tunggang, batang berkayu, berbentuk bulat dan berwarna coklat kotor, dengan

cabang banyak dan ranting halus. Memiliki daun tunggal dengan panjang tangkai

1.5-5 cm yang letaknya berdesakan di ujung ranting, berbentuk lonjong sampai

bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata

terkadang seperti menggulung ke atas, bertulang menyirip dengan panjang 10-20

cm dan lebar 3-10 cm. Bunga majemuk, berkelamin dua dan berwarna kuning

kehijauan. Buah berbentuk bola atau bulat telur dengan panjang 5-20 cm,

berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu, berbiji satu bulat

seperti bola dengan diameter 2.5-5 cm, berdaging buah lunak jika sudah matang,

dan berwarna hijau kekuningan (Anonim 2010).

Tanaman alpukat telah banyak digunakan untuk pengobatan tradisional,

seperti pengobatan kencing batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri syaraf, nyeri

lambung, bronchial swellings dan menstruasi tidak teratur. Hal ini dikarenakan

daun dan buah tanaman alpukat mengandung saponin, alkaloida, flavonoid,

polifenol dan quersetin (Sunanto 2009). Selain itu, daun alpukat juga mengandung

kalium yang berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan

meningkat (Fitriani 2009).

Page 16: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

4

Gambar 1 Tanaman alpukat (Persea americana Mill.).

Berdasarkan hasil penapisan fitokimia, daun alpukat mengandung senyawa

flavonoid, tanin, katekat, kuinon, saponin dan steroid atau triterpenoid (Maryati

2007). Flavonoid merupakan unsur mikro yang terkandung dalam hampir semua

tipe daun alpukat karena berfungsi sebagai pigmen warna buah atau daun,

pengusir serangga dan molekul pemberi isyarat (Sampson et al. 2002). Diantara

senyawa di atas, yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas diuretik adalah

flavonoid. Senyawa flavonoid dapat meningkatkan urinasi dan pengeluaran

elektrolit pada tikus normotensi. Hal ini dapat terjadi karena seyawa tersebut

dapat meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) secara signifikan (Jouad

2001).

Menurut Klabunde (2005), diuretikum dapat meningkatkan output urin

melalui pengaturan natrium oleh ginjal karena jika ekskresi natrium meningkat,

maka ekskresi air juga akan meningkat. Secara umum mekanisme kerja

diuretikum adalah menghambat reabsorpsi natrium pada segmen yang berbeda

dari sistem tubular ginjal. Agar efek diuretikum lebih baik biasanya pada

pengobatan dilakukan kombinasi dua diuretikum. Hal ini dikarenakan efek

sinergis dari kedua diuretikum dapat mengkompensasi reabsorpsi natrium dari

nefron pada segmen yang berbeda, sehingga beberapa nefron dapat menghambat

secara bersamaan. Diuretikum terbagi menjadi tiga yaitu loop diuretikum, thiazid

diuretikum, dan anhydrase inhibitor karbonat. Mekanisme kerja diuretikum

disajikan pada Gambar 2.

Page 17: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

5

Gambar 2 Mekanisme kerja diuretikum. Sumber: Klabunde 2005.

Tikus Putih

Menurut Subahagio et al. (1997), hewan percobaan atau hewan

laboratorium adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk

dipergunakan sebagai salah satu sarana dalam berbagai penelitian dibidang medis.

Hewan percobaan harus memenuhi persyaratan genetik dan lingkungan yang

memadai dalam pengolahan, serta memperlihatkan reaksi biologis sesuai dengan

yang dikehendaki. Malole dan Pramono (1989) menyebutkan bahwa tikus telah

diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, relatif sehat dan

cocok untuk berbagai penelitian.

Tikus yang sudah menyebar ke seluruh dunia dan digunakan secara luas

untuk penelitian di laboratorium ataupun sebagai hewan kesayangan adalah tikus

putih yang berasal dari Asia Tengah. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini

adalah spesies Rattus novergicus dengan galur Sprague-Dawley. Tikus ini

memiliki ciri-ciri berwarna albino putih, berkepala kecil, dan ekornya lebih

panjang daripada badannya (Krinke 2000). Sistem klasifikasi tikus putih (Norway

rats) berdasarkan Myers dan Arnitage (2004) adalah sebagai berikut: Kingdom:

Animalia; Filum: Chordata; Subfilum: Vertebrata; Kelas: Mammalia; Ordo:

Rodensia; Famili: Muridae; Subfamili: Murinae; Genus: Rattus; Spesies: Rattus

novergicus.

Page 18: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

6

Gambar 3 Tikus putih (Rattus novergicus).

Ginjal

Anatomi, Fisiologi dan Histologi Ginjal

Ginjal merupakan organ utama yang berperan dalam homeostasis air dan

elektrolit. Ginjal juga merupakan organ utama yang terkena efek toksik. Fungsi

utama ginjal adalah mengeluarkan limbah metabolisme, memusnahkan bahan

toksik, mengatur cairan, garam, keseimbangan asam basa, serta mengatur tekanan

darah (Wuthrich 2000). Menurut Lu (2006) ginjal berfungsi memekatkan toksikan

pada filtrat dan membawa toksikan melalui tubulus. Ginjal juga memiliki fungsi

sebagai penyingkir buangan metabolisme normal dan mengekskresikan

xenobiotik dan metabolitnya. Ginjal juga memiliki fungsi sebagai organ endokrin

yang dapat menghasilkan hormon-hormon eritropoietin, renin, dan prostaglandin

(Huminto et al. 1995). Ginjal terletak di retroperitoneum vertebralis lumbalis,

dibungkus oleh kapsula yang normalnya dapat bergerak bebas pada

permukaannya, berpasangan dan berwarna merah kecoklatan (Maxie 1993).

Pada umumnya ginjal berbentuk seperti kacang dengan hillus renalis yaitu

tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter (Hartono 1992). Ginjal

terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks dan medulla, dengan perbandingan rata-

rata satu banding dua atau satu banding tiga (Maxie 1993), dan ukuran ginjal

dalam berbagai spesies sangat ditentukan oleh jumlah nefron (Ganong 2003). Unit

fungsional ginjal yaitu nefron. Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula

glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli

konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis, segmen tebal pada nefron, dan

Page 19: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

7

tubuli konvoluti distalis (Dellman dan Brown 1992). Nefron memiliki fungsi

dasar membersihkan plasma darah dari substansi yang tidak diinginkan oleh

tubuh. Biasanya substansi tersebut berasal dari hasil metabolisme urea, kreatinin,

asam urat, ion-ion natrium, kalium, klorida, serta ion-ion hidrogen dalam jumlah

yang berlebihan (Guyton 2008).

Bagian ginjal yang berfungsi sebagai alat penyaring adalah glomerulus

yang bekerja berdasarkan faktor-faktor hermodinamika dan osmotik. Glomerulus

dibentuk oleh tumpukan kapiler yang dilayani oleh arteriola afferens dan dialirkan

oleh arteriola efferens (Ganong 2003). Kapiler-kapiler tersusun kompleks dalam

suatu matriks glikoprotein yang disebut mesangium. Aliran darah yang masuk

melalui kapiler menjadi sumber bagi terbentuknya filtrat glomerulus. Kerusakan

pada barrier filtrasi glomerulus menyebabkan berbagai manifestasi klinis pada

penyakit ginjal. Bentuk utama dari manifestasi klinis tersebut adalah lolosnya

protein pada filtrat glomerulus ke urin. Selain itu, aliran darah abnormal pada

kapiler juga dapat menyebabkan edema ginjal (Confer dan Panciera 1995).

Menurut Ganong (2003), tubulus ginjal terdiri atas tubulus proksimal, jerat

Henle dengan bagian descenden dan ascenden, serta tubulus distal. Tubulus

proksimal berperan dalam proses reabsorpsi cairan, elektrolit dan bahan organik

seperti glukosa dan asam amino. Tubulus proksimal dilengkapi dengan brush

borders untuk mendukung proses reabsorpsi (Komarek et al. 2000). Reabsorpsi

tubulus proksimal terhadap protein terjadi dengan cara pinositosis yaitu protein

melekat ke brush borders membran lumen kemudian bagian membran inti

berinvaginasi ke bagian dalam sel sehingga protein diserap dengan sempurna

(Guyton 2008).

Kelainan Ginjal

Reaksi ginjal terhadap rangsangan dari luar serupa dengan organ tubuh

lainnya, yaitu sesuai dengan mekanisme patologi pada umumnya. Penyakit ginjal

pada umumnya menyerang salah satu diantara empat kesatuan terpenting pada

ginjal, yaitu glomerulus, tubulus, interstisium dan pembuluh darah. Meskipun

hanya salah satu yang terkena, namun seluruh kesatuan itu saling berhubungan

erat sehingga pada kesatuan lain tentu terjadi perubahan. Perubahan pada ginjal

Page 20: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

8

antara lain nephrosis, yaitu perubahan pada ginjal yang bersifat degenerasi yang

ditimbulkan oleh gangguan pertukaran zat. Nephrosis adalah istilah morfologik

yang digunakan para ahli patologi untuk kelainan ginjal degeneratif terutama pada

tubulus. Nephrosis dibagi menjadi tubulo-nephrosis dan glomerulo-nephrosis.

Tubulo-nephrosis terdiri atas perubahan-perubahan progresif pada epitel tubuli.

Glomerulo-nephrosis berupa perubahan yang tidak bersifat radang dalam

glomerulus. Disfungsi glomerulus dapat menyebabkan degenerasi atau kematian

epitel tubuli bila terlalu banyak bahan-bahan yang harus direasorbsinya (McGavin

dan Zachary 2007). Penyakit lain yang dapat terjadi pada glomerulus diantaranya

adalah glomerulonefritis, glomerular lipidosis serta amiloidosis (Jubb et al. 1993).

Selain itu dalam glomerulus juga sering terlihat corak radang, sedangkan

tubulus sering memperlihatkan tanda degenerasi. Perubahan-perubahan

degenerasi pada tubulus yang sering terlihat adalah degenerasi berbutir,

degenerasi lemak dan nekrosa. Interstisium sering mengalami radang dan

pertambahan jaringan ikat. Perubahan dan kelainan yang terjadi pada ginjal bisa

diakibatkan oleh zat yang bersifat nefrotoksik, seperti logam berat, antibiotik,

analgesik dan hidrokarbon halogen tertentu. Zat-zat tersebut dapat merubah fungsi

ginjal, yang ditandai dengan glikosuria, aminosiduria, poliuria, atau bahkan

kematian jika dosisnya berlebihan (Lu 2006).

Nefrotoksikan

Ginjal adalah organ sasaran utama dari efek toksik, dan sebagian besar

hasil filtrasi diekskresikan melalui urin. Nefrotoksikan dapat menyebabkan efek

buruk pada beberapa bagian ginjal dan mengakibatkan perubahan fungsi (Jubb et

al. 1993). Menurut Tugcu et al. (2008), salah satu contoh zat yang dapat

menginduksi batu ginjal adalah zat etilen glikol yang dapat terakumulasi di

tubulus ginjal serta dapat merusak ginjal, sehingga etilen glikol dapat

dikategorikan sebagai zat nefrotoksik. Menurut Confer dan Panciera (1995),

terdapat beberapa kelompok nefrotoksikan yang umum menyebabkan kerusakan

ginjal pada hewan domestik, diantaranya kelompok logam berat (merkuri, arsen,

cadmium dan bismuth), agen antibakterial atau antifungal (aminoglikosida,

tetrasiklin, amphotericin B dan monensin), mikotoksin (ochratoxin A dan

Page 21: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

9

citrinin), pembentuk kalsium oksalat (etilen glikol, halogeton, Sarcobatus

vermiculatus, Rheum rhaponticum dan Rumex sp.), dan antineoplastik (ciplastin).

Kelompok di atas dapat menyebabkan tubular nekrosis akut yang ditandai dengan

perubahan pada tubulus seperti kehilangan brush borders dan dispersi ribosom

serta diikuti dengan pembengkakan mitokondria dan kematian sel.

Page 22: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi

dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan

Agustus hingga Desember 2009.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan dan pengamatan sediaan

histopatologi antara lain pisau, pinset, tissue cassette, stopwatch, object glass,

cover glass, tissue processor, microtom, oven, mikroskop, alat foto mikrografi

dan video mikrometer.

Bahan yang digunakan adalah larutan fiksatif Buffer Neutral Formalin

10%, alkohol bertingkat (70, 80 dan 90%, alkohol absolut), xilol, paraffin,

pewarna jaringan Hematoksilin-Eosin, aquades dan ginjal tikus yang sudah

mendapatkan perlakuan (Adha 2009).

Metode Penelitian

Rancangan Percobaan

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Adha (2009) dengan

rancangan percobaan (Rancangan acak lengkap satu faktorial) sebagai berikut:

sebanyak 20 ekor tikus jantan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol

negatif (KN) diberi air minum ad libitum, kelompok kontrol positif (KP) diinduksi

etilen glikol 0.75% dan amonium klorida 2% (inducer), kelompok perlakuan 1

(IF5) diberi inducer dan dicekok infusum daun alpukat 5% dengan dosis 3 ml/200

g BB, dan kelompok perlakuan 2 (IF10) diberi inducer dan dicekok infusum daun

alpukat 10% dengan dosis 3 ml/200 g BB. Induksi dan pemberian infusum daun

alpukat dilakukan selama 10 hari. Infusum daun alpukat merupakan hasil rebusan

simplisia dalam air yang dipanaskan pada suhu 90○ C selama 15 menit (Anonim

2005).

Page 23: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

11

Pembuatan Sediaan histopatologi

Ginjal tikus dari setiap kelompok perlakuan difiksasi dengan Buffer

Neutral Formalin 10%, kemudian dibuat sediaan histopatologi melalui proses

fiksasi, dehidrasi, clearing, infiltrasi, embedding dan pemotongan jaringan

menggunakan mikrotom serta diwarnai dengan pewarna HE.

Evaluasi Histopatologi

Evaluasi histopatologi dilakukan dengan mengamati perubahan

glomerulus dan tubulus pada tiga sediaan (slide). Dilakukan penghitungan

glomerulus yang mengalami edema dan dibandingkan dengan jumlah seluruh

glomerulus yang ada pada setiap sediaan dikali 100%. Pengamatan tubulus

proksimal meliputi adanya endapan protein dalam lumen, droplet hyalin dan

nekrosis epitel tubulus yang berada disekeliling glomerulus. Rata-rata jumlah

tubulus proksimal pada masing-masing lesio dihitung pada sepuluh lapang

pandang di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 x dan dibandingkan dengan

seluruh tubulus proksimal yang ditemui kemudian dikalikan 100%.

Analisis Statistik

Rata-rata persentase glomerulus dan tubulus proksimal yang mengalami

lesio dianalisis dengan Sidik Ragam (ANOVA) untuk melihat pengaruh perlakuan

dan dilanjutkan dengan uji Wilayah Berganda Duncan (α = 0.05).

Page 24: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi histopatologi ginjal tikus percobaan difokuskan pada glomerulus

dan tubulus proksimal. Selain tidak ditemukan perubahan pada interstitium,

glomerulus merupakan bagian yang berperanan penting dalam menyaring zat-zat

yang dimetabolisme ginjal. Tubulus proksimal merupakan tubulus yang

berdekatan dengan glomerulus, yang menerima hasil filtrasi glomerulus serta

berperan dalam eksresi dan reabsorpsi zat yang dimetabolisme ginjal.

Hasil pengamatan histopatologi glomerulus ditemukan edema, yang

ditandai dengan adanya endapan protein di mesangium hingga ke ruang Bowman,

sedangkan pada tubulus berupa endapan protein di lumen, droplet hyalin dan

nekrosa epitel. Hasil evaluasi histopatologi glomerulus dan tubulus proksimal

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Persentase kerusakan glomerulus dan tubulus ginjal tikus pascapemberian etilen glikol dan infusum daun alpukat selama 10 hari

Perlakuan

Glomerulus Tubulus

Normal Edema NormalEndapanProtein

DropletHyalin

Nekrosis

KN 68.9±11.3a 29.6±10.4a 74.7±10.2b 5.1±2.4a 2.9±2.7a 14.0±0.8a

KP 65.9 ± 8.2 a 34.1 ± 8.2a 5.7 ± 2.7a 21.2± 12.6b 8.6 ± 7.6a 64.2±21.7b

IF 5 71.0 ± 1.8a 29.0 ± 1.7a 61.9 ± 5.2b 22.1 ± 6.2b 2.2 ± 1.1a 19.5 ± 3.2a

IF 10 70.5 ± 2.5a 29.5 ± 2.5a 70.1 ± 6.2b 11.2 ± 7.4ab 0.8 ± 0.9a 18.0 ± 2.9a

Keterangan:Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05), KN:Kontrol negatif; KP: Kontrol positif; IF 5: Infusum 5%; IF 10: Infusum 10%.

Berdasarkan hasil analisis statistika, persentase edema glomerulus seluruh

kelompok perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) dibandingkan kelompok

kontrol. Persentase tertinggi didapatkan pada kelompok KP, sedangkan pada

kelompok IF 5 dan IF 10 cenderung menurun. Persentase endapan protein

kelompok KP dan IF 5 lebih tinggi dan berbeda nyata (p<0.05) dibandingkan

dengan kelompok KN, sedangkan kelompok IF 10 lebih rendah dari kelompok KP

dan IF 5, namun tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan kelompok KN. Selanjutnya,

persentase tubulus dengan droplet hyalin pada seluruh kelompok perlakuan tidak

Page 25: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

13

berbeda nyata (p>0.05) dibandingkan kelompok KN, namun peningkatan dosis

infusum daun alpukat cenderung menurunkan persentasenya. Peubah yang

terakhir adalah, persentase tubulus nekrosis tertinggi dan berbeda nyata (p<0.05)

ditemukan pada kelompok KP, serta kelompok IF 5 dan IF 10 tidak berbeda nyata

(p>0.05) dibandingkan kelompok KN. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian

infusum daun alpukat berpengaruh nyata terhadap penurunan persentase tubulus

nekrosis, namun peningkatan dosis infusum tidak berpengaruh nyata (p>0.05)

dalam menurunkan persentasenya.

Glomerulus tersusun secara kompleks atas kapiler-kapiler dalam suatu

matriks glikoprotein yang disebut mesangium. Glomerulus berperan penting pada

proses filtrasi zat-zat yang dimetabolisme ginjal. Aliran darah yang masuk melalui

kapiler menjadi sumber bagi terbentuknya filtrat glomerulus. Seharusnya filter

glomerulus tidak dapat dilalui oleh protein bermolekul besar, akan tetapi pada

keadaan patologis protein tersebut dapat lolos dan terkumpul di mesangium

hingga ke ruang Bowman (Junqueira et al. 1998). Hal inilah yang menjadi

penyebab edema glomerulus. Akibat adanya bahan yang bersifat nefrotoksik

mengakibatkan kerusakan pada barrier filtrasi glomerulus sehingga menyebabkan

berbagai manifestasi klinis pada penyakit ginjal. Bentuk utama dari manifestasi

klinis tersebut adalah lolosnya protein pada filtrat glomerulus. Secara mikroskopis

hal ini juga dapat menyebabkan edema glomerulus (Confer dan Panciera 1995).

Menurut Peterson dan Talcott (2006), etilen glikol dengan cepat diserap

oleh saluran pencernaan dan segera didistribusikan melalui darah ke jaringan.

Sebanyak 50% etilen glikol yang terserap tersebut akan dimetabolisme dan

diekskresikan oleh ginjal, sedangkan sisanya dimetabolisme di hati dan disalurkan

menuju ginjal (Merk et al. 2005). Metabolisme etilen glikol di hati meliputi

pembentukan glikoaldehid dan asam glikolat oleh enzim alkohol dehidrogenase,

selanjutnya membentuk asam glikosiklik, dan akhirnya membentuk asam oksalat

(Cheville 2006).

Etilen glikol yang dimetabolisme di ginjal dapat menyebabkan asidosis

metabolik. Penambahan amonium klorida pada penelitian ini juga bertujuan untuk

menurunkan pH darah, sehingga mempercepat terbentuknya asidosis metabolik.

Keadaan asidosis metabolik dan asam oksalat yang dihasilkan pada metabolisme

Page 26: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

14

etilen glikol akan bereaksi dengan kalsium membentuk kompleks kalsium-oksalat

yang bersifat sitotoksik (Cheville 2006). Kompleks kalsium oksalat melukai

membran basal kapiler glomerulus, sehingga permeabilitas kapiler terganggu.

Akibatnya, filter glomerulus meloloskan protein sehingga memenuhi mesangium

dan ruang Bowman (Confer dan Panciera 1995). Etilen glikol dikenal sebagai

salah satu zat nefrotoksik karena menyebabkan gangguan fungsi ginjal, yang

secara klinis ditandai dengan glikosuria, aminosiduria, poliuria, atau bahkan

kematian jika dosisnya berlebihan (Lu 2006). Menurut McGavin dan Zachary

(2007), kapiler glomerulus yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan

edema glomerulus yang akhirnya menimbulkan nefrosis. Edema glomerulus

ditandai adanya protein yang berwarna eosinofil dengan pewarnaan HE,

memenuhi mesangium hingga ke ruang Bowman (Gambar 4).

Gambar 4 Edema glomerulus (panah) ditandai dengan ruang Bowman yang berisiprotein dan tubulus nekrosis dengan endapan protein di lumennya(bintang) pada kelompok perlakuan IF 10. Pewarnaan HE, bar= 5 µm.

Pemberian infusum daun alpukat dapat menurunkan persentase edema

glomerulus. Hal ini dikarenakan kandungan infusum daun alpukat yaitu flavonoid

yang bekerja sebagai diuretikum sehingga dapat meningkatkan kecepatan filtrasi

glomerulus (Adha 2009). Filtrasi glomerulus yang meningkat dapat mempercepat

Page 27: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

15

proses pengeluaran nefrotoksikan dari dalam ginjal melalui peningkatan aktivitas

urinasi, sehingga mengurangi kejadian edema glomerulus (Guyton 2008).

Kerusakan kapiler glomerulus cenderung diikuti oleh kerusakan epitel

tubulus sehingga menyebabkan terbentuknya endapan protein, droplet hyalin dan

nekrosa epitelnya (Confer dan Panciera 1995). Masa protein di mesangium

maupun di ruang Bowman disalurkan ke tubulus terdekat yaitu tubulus proksimal.

Protein yang lolos dari glomerulus tidak dapat diserap dengan sempurna oleh

epitel-epitel tubulus sehingga terjadi penumpukan protein di lumen. Akumulasi

protein di lumen tubulus disebabkan oleh menurunnya fungsi reabsorpsi tubulus

dikarenakan epitelnya mengalami degenerasi hingga nekrosa (Carlton dan

McGavin 1995). Banyaknya protein di tubulus proksimal juga disebabkan oleh

terlewatinya kapasitas absorpsi epitel tubulus. Endapan protein yang berlebihan di

lumen juga dapat menyebabkan abnormalitas tubulus sehingga menurunkan

kemampuan lisosom untuk menghidrolisis protein (Hard 2008). Endapan protein

di tubulus berwarna eosinofil dengan pewarnaan HE (Gambar 5).

Gambar 5 Kumpulan tubulus ginjal dengan endapan protein di lumennya (panah)pada kelompok KP. Pewarnaan HE, bar= 5 µm.

Page 28: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

16

Pemberian infusum daun alpukat cenderung menurunkan persentase

endapan protein di lumen tubulus. Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid yang

terkandung dalam infusum daun alpukat berpengaruh terhadap aktivitas

diuretikum. Menurut Ganong (2003), aktivitas diuretikum dapat menurunkan

reabsorpsi ion natrium tubulus, sehingga terjadi peningkatan pengeluaran ion

natrium dari dalam tubuh. Hal tersebut yang menyebabkan terjadi peningkatan

pengeluaran air, akibatnya proses pengeluaran nefrotoksikan dari dalam tubuh

dapat dipercepat dan dapat mengurangi gangguan proses reabsorpsi tubulus.

Temuan lesio tubulus yang lain adalah droplet hyalin. Droplet hyalin

dibentuk bersamaan dengan pembentukan protein di lumen tubulus, dan

merupakan protein normal dari sitoplasma tubulus proksimal. Droplet hyalin

merupakan lisosom sekunder yang berperan dalam memetabolisme α2

mikroglobulin (Komarek et al. 2000). Akumulasi droplet hyalin dalam jumlah

yang berlebihan dapat ditemukan pada kasus yang bersifat kronis akibat terpapar

zat-zat yang bersifat nefrotoksik. Droplet hyalin dapat ditemukan di sitoplasma

epitel tubulus proksimal, berwarna lebih merah dan tebal dengan pewarnaan HE

(Eveline et al. 2003). Tubulus dengan droplet hyalin disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Droplet hyalin pada sitoplasma tubulus ginjal (panah) dan tubulus yanglisis (bintang) pada kelompok IF 10. Pewarnaan HE, bar= 5 µm.

Page 29: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

17

Perubahan lain yang ditemukan pada tubulus ginjal adalah tubulus yang

nekrosis. Hal ini disebabkan oleh kompleks kalsium oksalat yang merusak brush

border epitel, menyebabkan membran sel terluka yang akhirnya mengakibatkan

degenerasi hingga kematian sel epitel tubulus. Tubulus yang nekrosis ditandai

dengan bentuk epitel yang tidak beraturan dengan inti epitel yang piknotis yaitu

inti lebih mengecil dan berwarna lebih basofil, dan sitoplasma hiperkromik

(Confer dan Panciera 1995). Nekrosis epitel tubulus secara tidak langsung dapat

terjadi apabila ginjal mengalami penurunan fungsi filtrasi glomurulus. Filtrat

glomerulus lolos menuju ke tubulus proksimal dan menumpuk pada lumen

tubulus sehingga menyebabkan degenerasi tubulus. Nekrosis merupakan

kelanjutan dari degenerasi dan bersifat irreversible. Nekrosis tubulus dapat

disebabkan oleh zat nefrotoksik, iskemia dan agen biologi. Tubulus nekrosis

dengan inti piknotis dan sitoplasma lebih menyerap warna eosinofil pada

pewarnaan HE disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Kelompok tubulus proksimal yang nekrosis (bintang) pada kelompokKP. Pewarnaan HE, bar= 5 µm.

Senyawa flavonoid yang bersifat diuretikum diduga dapat menghambat

kerusakan tubulus. Flavonoid tersebut meningkatkan urinasi dan pengeluaran

Page 30: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

18

elektrolit dengan cara meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) secara

signifikan (Jouad 2001). Menurut Ganong (2003), selain memiliki aktivitas

diuretikum, flavonoid juga menghambat sekresi vasopresin. Vasopresin berperan

dalam menurunkan tekanan osmotik efektif plasma dan meningkatkan volume

cairan ekstraseluler. Selain itu, flavonoid juga dapat berperan sebagai antioksidan

yang dapat menetralkan zat-zat yang bersifat toksik serta menghambat terjadinya

oksidasi sel sehingga dapat mengurangi kerusakan tubulus (Simanjuntak et al.

2004). Hal ini dapat ditunjukkan dengan rendahnya persentase tubulus yang

neksosis pada kelompok yang diberi infusum daun alpukat.

Page 31: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

19

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Induksi etilen glikol menyebabkan edema glomerulus serta endapan protein,

droplet hyalin dan nekrosis tubulus.

2. Pemberian infusum daun alpukat dapat menurunkan persentase tubulus yang

nekrosis.

3. Peningkatan dosis infusum daun alpukat cenderung menurunkan persentase

endapan protein, droplet hyalin dan tubulus yang nekrosis.

Saran

1. Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal untuk mengetahui korelasi antara

gambaran histopatologi dengan fungsinya.

2. Perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop polarisasi untuk

mengetahui adanya pembentukan kristal pada tubulus ginjal.

Page 32: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

20

DAFTAR PUSTAKA

Adha AC. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Perseaamericana Mill.) terhadap Aktivitas Diuretik Tikus Putih, Sprague Dawley[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2005. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan POM.http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf [September 2010].

Anonim. 2008. Pengobatan Alami. http://pengobatanalami.com/artikel-kesehatan/batu-ginjal-3.html [10 Juni 2009].

Anonim. 2009. Urinalisis 2 (Analisis Mikroskopik).http://laboratoriumkesehatan.com/ [12 Mei 2010].

Anonim. 2010. Manfaat Alpukat untuk Pengobatan.http://www.smallcrabonline.com/ [Jum’at, 5 Maret 2010 pkl 16.24 WIB].

Bahdarsyam. 2003. Spektrum Bakteriologik pada Berbagai Jenis Batu SaluranKemih Bagian Atas. Bagian Patologi Klinik. Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara.

Brai BIC, Odetola AA, Agomo PU. 2007. Effects of Persea americana leafextracts on body weight and liver lipid in rats fed hyperlipidaemic diet.African Journal of Biotechnology, 6(8): 1007-1011http://www.academicjournals.org/AJB [10 Juni 2009].

Carlton WM, McGavin MD.1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology. Edke-2. Mosby. A Times Mirror Co.

Cheville NF. 2006. Introduction to Veterinary Pathology. Ed ke-3. Iowa SatateUniversity Press. Iowa.

Confer AW, Panciera RJ. 1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology. Ed ke-2. Edited by: Carlton WW dan McGavin MD. Mosby.

Dellman HD, Brown E. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II dan III. PenerbitUniversitas Indonesia. Jakarta.

Eveline DR, Ravesloot WTM, Wijnands Y, Eric VE. 2003. A Fast HistochemicalStaining Method to Identify Hyaline Droplets in the Rat Kidney.Toxicologic Pathology 31:462 464.

Fitriani V. 2009. Obat Tradisional. Pengidap Hipertensi Makanlah Kucai. TrubusMajalah Pertanian Indonesia. http://www.trubus-online.co.id [3 Agustus2009].

Ganong WF. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran.ECG. Jakarta.

Guyton AG. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11. Penerbit BukuKedokteran. ECG. Jakarta.

Hard GC. 2008. Some Aids to Histological Recognation of Hyaline DropletNephropathy in Ninety-Day Toxicity Studies. Journal of ToxicologyPathology. 36: 1014-1017. http://tpx.sagepub.com [19 Maret 2010].

Hartono. 1992. Histology Veteriner. FKH-IPB. Bogor.Huminto H, Bahagia S, Estuningsih S, Koesharto FX. 1995. Patologi Gizi.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral PendidikanDasar dan Menengah Kejuruan. Proyek Peningkatan Pendidikan danKejuruan Non Teknik II. Jakarta.

Page 33: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

21

Jouad H, Lacaille-Dubois MA, Lyoussi B, Edduks M. 2001. Effect of theflavonoids extract from Spregularia purpurea Pers. on arterial bloodpressure and renal function in normal and hypertensive rats. Journal ofEthnopharmacology.76:159-163.http://www.sciencedirect.com/science/journal/03788741 [Agustus 2009].

Jubb KVF, Peter CK, Nigel P. 1993. Pathology of Domestic Animal. 4th ed.California: Academic Press.

Junqueira LC, Carneiro J, Robert OK. 1998. Histologi Dasar. Ed ke-8. Jakarta:Buku Kedokteran.

Klabunde,RE.2005.Diuretik.http://www.cvpharmacology.com/diuretic/diuretics.htm [Jum’at, 5 Maret2010 pkl 16.34 WIB].

Komarek V, Gembardt C, Krinke A, Mahrous TA, Schaetti P. 2000. Synopsis ofthe Organ Anatomy. Agricultural University, Prague, Czech Republic.

Krinke GJ. 2000. The Laboratory Rat. Chapter 13: Gross Anatomy. AcademicPress: New York dan London.

Lu FC. 2006. Toksikologi Dasar. Asas, Organ Sasaran, dan Perilaku. Ed ke-2.Jakarta: UI Press.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan diLaboratorium. Bogor:PAU Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Maryati S. 2007. Telaah Kandungan Kimia Daun Alpukat (Persea americanaMill.). Central Library, School of Pharmacy ITB.http://www.digilib.itb.ac.id/gdl.php [Jum’at, 5 Maret 2010 pkl 16.12 WIB]

Maxie MG. 1993. Pathology of Domestic Animals. Di dalam: Jubb KVF,Kennedy PC, Palmer N. Ed ke-4. California. USA: Academic Press.

McGavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic Basis of Veterinary Disease. Ed ke-4. An affiliate of Elsevier Inc.

Merk E, Cynthia M, Scott L. 2005. The Merk Veterinary Manual. USA:Merk &Company, Incorporated.

Myers P, Arnitage D. 2004. Rattus novergicus (on-line), animal diversityweb.http://animaldiversity.ummz.edu/site/accounts/information/rattus_novergicushtml [September 2009].

Peterson ME, Talcott PA. 2006. Small Animal Toxicology. Ed ke-2. Elsevier Inc.United States.

Price SA, Wilson LM. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit. Ed ke-4. Jakarta : EGC.

Prihatman K. 2000. Budidaya Pertanian Tanaman Alpukat. Jakarta:DeputiMenegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan dan Teknologi. http://ristek.go.id [Jum’at, 5 Maret 2010 pkl15.52 WIB].

Sampson L, Rimm E, Hollman PC, de Vries JHM, Katan MB. Flavonol andflavones intake in US health professionals. 2002. Journal of The AmericanDietetic Association 102 (10): 1414-1420.http://www.americanheart.org/presenter.jhtml? [Agustus 2009].

Simanjuntak P, Parwati T, Lenny LE, Tamat S, Murwani R. 2004. Isolasi danIdentifikasi Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Benalu Teh, Scurrulaoortiana (Korth) Danser (Lorantaceae). J Ilmu Kefarmasian Indonesia. 21:6-9.

Page 34: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

22

Subahagio, Rahman I, Ibnusani D, Sutardjo, Sulaksono ME. 1997. PengaruhFaktor Keturunan dan Lingkungan terhadap Sifat-sifat Biologis yangTerlihat pada Hewan Percobaan. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta:Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. VII. (1).

Sunanto H. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat dan Obesitas.Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Tugcu V, Kemahli E, Ozbek E, Arinci YV, Uhri M, Ertukuner P, Metin G, SeckinI, Karaca C, Ipekoglu N, Altug T, Cekmen MB, Tasci AI. 2008. Protectiveeffect of a potent antioxidant, pomegranate juice in the kidneys of rats withnephrolithiasis induced by ethylene glycol. Journal of Endourology. Vol22 (12): 2723-2731.

Wuthrich RP. 2000. The Urinary System. Physiological Institute, UniversityZurich-Irchel, Zurich. Switzerland.

Page 35: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

23

LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji duncan kerusakan glomerulus dan tubulus

Normal Tubulus

Duncan

PERLAKUAN NSubset for alpha = .05

1KN 3 68.7800KP 3 65.8900IF 5 3 71.0267IF 10 3 70.4800Sig. .431

Edema Glomerulus

Duncan

PERLAKUAN NSubset for alpha = .05

1KN 3 29.5533KP 3 34.1100IF 5 3 29.0700IF 10 3 29.5167Sig. .062

Normal Tubulus

Duncan

PERLAKUAN NSubset for alpha = .051 2

KN 3 74.6733KP 3 5.7267IF 5 3 61.9200IF 10 3 70.0567Sig. 1.000 .053

Endapan Protein

Duncan

PERLAKUAN NSubset for alpha = .051 2

KN 3 21.1833KP 3 5.1067IF 5 3 22.1367IF 10 3 11.1507 11.1507Sig. .383 .147

Page 36: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

24

Droplet Hyalin

Duncan

PERLAKUAN NSubset for alpha = .05

1KN 3 2.9367KP 3 8.5800IF 5 3 2.1767IF 10 3 .7800Sig. .058

Nekrosis Tubulus

Duncan

PERLAKUAN NSubset for alpha = .051 2

KN 3 13.9500KP 3 64.1733IF 5 3 19.5167IF 10 3 18.0067Sig. .570 1.000

Lampiran 2. Pembuatan Sediaan Histopatologi

Proses pembuatan sediaan histopatologi dengan pewarnaan Haematoxylin-

eosin (HE) adalah sebagai berikut :

Fiksasi

Sampel organ difiksasi dengan larutan Buffer Neutral Formalin 10%

selama seminggu dengan tujuan agar proses enzimatis pada jaringan terhenti.

Kemudian sampel dipotong dengan ketebalan 3-5 cm dan diletakkan di dalam

tissue cassette.

Dehidrasi

Proses dehidrasi dimaksudkan untuk menarik air dari jaringan dan

mencegah pengerutan sampel yang diuji, dengan cara merendamnya dalam larutan

alkohol dengan konsentrasi bertingkat (alkohol 70%, 80%, 90%, 96%, alkohol

absolut I dan alkohol absolut II). Proses ini dilakukan pada masing-masing cairan

selama dua jam.

Page 37: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

25

Clearing

Clearing atau penjernihan adalah suatu proses antara sesudah dehidrasi dan

sebelum embedding dan paraffin. Tahap ini bertujuan untuk menjernihkan

jaringan. Zat yang digunakan sebagai larutan clearing adalah xylol (xylol I, xylol

II, xylol III). Proses ini dilakukan pada masing-masing cairan selama tiga puluh

menit.

Infiltrasi

Infiltrasi adalah pengisian paraffin ke dalam pori-pori jaringan

menggunakan paraffin cair dengan titik didih 56○C dan berlangsung selama tiga

puluh menit untuk masing-masing tabung.

Embedding

Embedding adalah penanaman jaringan ke dalam paraffin, dengan cara

meletakkan jaringan ke dalam paraffin cair dan dibekukan. Paraffin cair

dituangkan ke dalam cetakan hingga memenuhi dua per tiga dari tinggi blok.

Jaringan dibenamkan sampai dasar cetakan. Paraffin didiamkan sampai mengeras

sehingga dapat dilepaskan dari blok pencetaknya. Proses ini dikerjakan dekat

dengan sumber panas untuk mencegah pembekuan paraffin sebelum proses

selesai.

Sectioning

Sectioning adalah proses pemotongan jaringan menggunakan mikrotom.

Pada tahap ini jaringan yang telah diblok dalam paraffin disimpan dalam lemari es

agar paraffin semakin mengeras sehingga memudahkan pemotongan. Untuk

mendapatkan sediaan histopatologi yang baik, jaringan dipotong dengan ketebalan

3-5 µ. Hasil potongan kemudian diapungkan dalam waterbath dengan suhu

hangat-hangat kuku agar jaringan tidak mengkerut dan terlipat.

Page 38: STUDI HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS YANG DIINDUKSI … · Penurunan persentase kerusakan tubulus disebabkan oleh flavonoid daun alpukat yang bekerja sebagai diuretikum dan antioksidan

26

Mounting

Hasil potongan jaringan yang berada di water bath diletakkan di atas gelas

objek. Agar jaringan lebih melekat pada gelas objek, sebelumnya gelas objek

diolesi dengan putih telur atau ditempatkan dalam inkubator pada suhu 25○C

semalam. Jaringan siap untuk diwarnai.

Lampiran 3. Pewarnaan HE

Jaringan dimasukkan ke dalam rak pewarnaan dengan posisi dan arah yang

sama. Jaringan dimasukkan ke dalam larutan secara berurutan yaitu xylol I selama

2 menit, xylol II selama 2 menit, alkhohol absolut selama 2 menit, alkhohol 95%

selama satu menit dan alkhohol 80% selama satu menit. Setelah itu jaringan

dicuci dalam air mengalir selama satu menit dan dimasukkan ke dalam larutan

Mayer’s Haematosilin selama delapan menit, dan selanjutnya dicuci kembali

dalam air mengalir selama 30 detik. Jaringan kemudian dimasukkan ke dalam

larutan lithium carbonat selama 15-30 detik, dicuci dengan air mengalir selama

dua detik, selanjutnya dimasukkan kedalam pewarna Eosin selama 2-3 menit dan

dicuci kembali dengan air mengalir selama 30-60 detik.

Setelah proses pencucian, jaringan dicelupkan ke dalam alkhohol 95%

sebanyak 10 kali, alkhohol absolut I sebanyak 10 kali dan alkhohol absolut II

sebanyak 2 kali celupan. Setelah proses pencelupan, gelas objek dimasukkan ke

dalam xylol I selama satu menit, kemudian xylol II selama dua menit. Setelah itu

ditunggu preparat hingga mengering dan dilakukan proses penutupan dengan

gelas penutup yang dilekatkan dengan lem khusus (Entellan®).