Upload
ngomien
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Studi Hutan SKT dipresentasikan di
Seminar REDD+ Task Force
Seminar sehari dunia bisnis dan REDD+ di Indonesia
"Green Practices untuk mengurangi emisi karbon pada industri berbasis lahan"
Jakarta, 5 Juni 2012
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
Bustar Maitar Head of Forest Campaign Global Forest Network Greenpeace
Dipresentasikan oleh:
Presentasi ini dikeluarkan oleh Golden Agri-Resources Ltd (“GAR” atau “Perusahaan”) guna keperluan pemberian informasi.
Presentasi ini memuat pernyataan-pernyataan, presentasi-presentasi yang mungkin berasal dari pihak ketiga atau bukan, kutipan-kutipan dari sumbersumber lain yang berasal dari luar Perusahaan, proyeksi-proyeksi dan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan prediksi di masa mendatang yang merefleksikan pandangan-pandangan Perusahaan saat ini berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dan kinerja-kinerja di masa mendatang.
Semua pernyataan dan pandangan yang dimuat dalam presentasi ini berdasarkan keadaan-keadaan, praktik-pratik dan asumsi-asumsi yang ada pada saat ini yang dapat berubah setiap saat, laporan-laporan pihak ketiga yang digunakan oleh GAR khusus untuk pembuatan presentasi ini adalah laporanlaporan pihak ketiga yang telah tersedia dan dipublikasikan kepada masyarakat dan laporan-laporan khusus dari pihak ketiga yang ditujukan untuk Perusahaan yang isinya tidak atau dianggap bukan merupakan informasi untuk umum.
Presentasi ini juga mengandung pernyataan-pernyataan atas komitmen Perusahaan dalam melakukan upaya-upaya dalam melakukan suatu tindakan berdasarkan presentasi ini. Bahwa semua pernyataan-pernyataan tersebut dibuat dengan itikad baik berdasarkan pada keadaan-keadaan yang berlaku sehingga Perusahaan yakin akan melaksanakan komitmen-komitmennya, Perusahaan tidak atau tidak dapat memberikan jaminan bahwa peristiwaperistiwa yang akan terjadi dimasa mendatang akan terjadi sehingga dapat menyebabkan Perusahaan tidak mampu melaksanakan sebagian atau seluruh komitmen-komitmennya atau melakukan penyimpangan atas pelaksanaan komitmen-komitmennya. Isi laporan ini sama sekali tidak boleh digunakan sebagai dasar suatu tuntutan terhadap Perusahaan dengan dasar adanya informasi yang tidak benar yang dilakukan oleh Perusahaan.
Pendapat-pendapat yang dimuat dalam presentasi ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh Perusahaan, atau keyakinan Perusahaan yang mendasarkan pada laporan-laporan yang dikutip oleh pihak-pihak ketiga sampai pada tanggal dikeluarkannya presentasi ini, dan Perusahaan sewaktuwaktu dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dapat mengubahnya jika Perusahaan mengetahui bahwa suatu informasi baik yang secara khusus menyangkut usaha Perusahaan, atau secara umum dapat menimbulkan akibat yang bersifat material terhadap pendapat-pendapat tersebut.
Informasi hanya berlaku pada tanggal dikeluarkannya informasi ini dan dengan alasan apapun tidak memberikan jaminan bahwa infromasi yang dimuat dalam presentasi ini adalah benar setelah tanggal tersebut. Apabila pihak ketiga dikutip dalam presentasi ini kemudian mengubah atau melakukan variasi atau dengan cara apapun mengubah laporannya sendiri yang laporan tersebut merupakan dasar dari presentasi ini, dan pihak ketiga tersebut tidak memberitahukan kepada Perusahaan atas adanya perubahan pandangan tersebut. GAR sama sekali tidak bertanggung jawab atas informasi dalam presentasi ini yang belum dikoreksi atau diubah untuk disesuiakan dengan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pihak ketiga tersebut.
Presentasi ini dapat diperbarui dari waktu ke waktu dan dengan mengingat hal-hal yang telah dinyatakan di atas, tidak ada kesanggupan yang diberikan oleh GAR terhadap perubahan-perubahan, adendum dan suplemen-suplemen terhadap presentasi ini.
Perusahaan tidak bertanggung jawab atas akibat apapun yang timbul dari penggunaan presentasi ini serta kepercayaan terhadap suatu pendapat atau pernyataan yang dimuat dalam presentasi ini atau suatu kelalaian dalam presentasi ini.
(c) Golden Agri-Resources Ltd. Hak Cipta Dilindungi
Pernyataan
Agenda
1. Pendahuluan – Kepentingan Strategis kelapa sawit bagi Indonesia
– Multi-stakeholder collaboration
– GAR FCP
2. Ringkasan hasil penelitian hutan SKT
3. Studi hutan SKT
4. Analisis data
5. Hasil dan keterbatasan studi
6. Deskripsi strata dan foto
7. Konservasi area SKT
8. Rekomendasi untuk penelitian di masa mendatang
9. Kesimpulan
Bustar Maitar Head of Forest Campaign Global Forest Network Greenpeace Indonesia
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
1
1. Pendahuluan
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
2
Kepentingan strategis kelapa sawit
bagi Indonesia
Peran penting
industri kelapa sawit
bagi pembangunan
Indonesia
Kekhawatiran akan
dampak dari
industri
Fokus pada kerja sama dengan berbagai pemangku
kepentingan untuk mencari solusi bagi produksi minyak sawit
yang berkelanjutan.
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
3
People, planet and profits
Kelestarian
Lingkungan
Ketahanan
Pangan
Kesempatan
ekonomi
4 Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Pembangunan
berkelanjutan
Kolaborasi dengan para pemangku
kepentingan Golden Agri-Resources percaya bahwa
kolaborasi dengan para pemangku
kepentingan adalah satu-satunya cara untuk
mencapai solusi bagi produksi minyak sawit
berkelanjutan.
5 Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Dari konflik ke kolaborasi: Keterlibatan para pemangku kepentingan
Keterlibatan
Terbuka dan transparan
Kepemimpinan
Kesamaan nilai
6 Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Kebijakan Konservasi Hutan (KKH) GAR
• Dibangun di atas komitmen-komitmen GAR yang sudah ada
sebelumnya.
• GAR berkolaborasi dengan TFT dalam mengumumkan KKH
yang bertujuan untuk memastikan GAR memiliki kenihilan
rekam jejak deforestasi. Berbagai pemangku kepentingan
termasuk Greenpeace telah memberikan masukan.
• KKH berfokus pada:
No development on
peat and
high conservation
value forest areas
No development on
high carbon stock
forests
Free prior
informed
consent
Mematuhi semua peraturan
dan perundangan yang
berlaku serta prinsip &
kriteria sertifikasi
internasional
tidak membangun
pada area gambut
dan Nilai Konservasi
TInggi (NKT)
No development on
high carbon stock
forests
Free prior
informed
consent
Tidak membangun
pada hutan ber-
Stok Karbon Tinggi
7 Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Kebijakan Konservasi Hutan (KKH) GAR
• Pendekatan holistik: berkolaborasi dengan TFT dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengimplementasikan Kebijakan Sosial dan Keberperanan Komunitas serta Kebijakan Peningkatan Produktifitas.
• Pada akhirnya, area hutan stok karbon tinggi (SKT) yang dikonservasi dapat kembali secara alami ke fungsi ekologisnya sebagai hutan.
• Diterapkan di seluruh perkebunan yang dimiliki, kelola atau berinvestasi terlepas dari besarnya kepemilikan perusahaan.
8 Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
2. Ringkasan hasil penelitian hutan SKT
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
9
Ringkasan hasil penelitian hutan SKT
Hasil temuan studi hutan SKT mengindikasikan bahwa vegetasi penutup
lahan dapat digunakan sebagai pendekatan untuk:
• Memperkirakan tingkat karbon stok
• Menstratifikasi berbagai kelas untuk merepresentasikan berbagai nilai
karbon stok
Hal ini juga mengindikasikan:
• Adanya metode praktis dan kokoh untuk mengidentifikasi SKT pada
konsesi GAR di Kalimantan.
• Namun, agar metodologi ini dapat digunakan sebagai alat yang andal
untuk memprediksi hutan SKT di seluruh Indonesia, diperlukan
pengujian dan kajian lapangan lebih lanjut.
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
10
Ringkasan hasil penelitian hutan SKT
Enam strata yang teridentifikasi:
1. Hutan Kerapatan Tinggi (HK3) – sisa hutan alam, hutan sekunder
dengan kondisi mendekati hutan primer.
2. Hutan Kerapatan Sedang (HK2) – sisa hutan alam, tetapi kondisinya
lebih terganggu dibandingkan HK3.
3. Hutan Kerapatan Rendah (HK1) – tampak seperti sisa hutan alam, tapi
kondisinya sangat terganggu dan sedang dalam pemulihan. (di dalamnya
masih didapati tanaman rakyat / kebun campuran).
4. Belukar Tua (BT) – didominasi oleh pohon-pohon muda yang sedang
tumbuh kembali menjadi hutan, namun sesekali masih ditemui sisa hutan
yang lebih tua (semacam hutan transisi).
5. Belukar Muda (BM) – lahan yang baru dibuka, beberapa tanaman kayu
yang baru tumbuh, dan rerumputan yang menutupi tanah.
6. Lahan Terbuka (LT) – lahan yang baru dibuka, didominasi oleh
rerumputan atau tanaman pangan serta beberapa tanaman berkayu.
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
11
3. Studi hutan SKT
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
12
Metodologi
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
Langkah-langkah untuk mengidentifikasi hutan SKT pada suatu konsesi
13
Stratifikasi suatu konsesi • Suatu konsesi pada awalnya distratifikasi menjadi 16 strata berdasarkan vegetasi
dan kerapatan kanopi. Stratifikasi ini kemudian disempurnakan menjadi enam strata.
• Plot-plot dialokasikan ke setiap strata. • Plot-plot dialokasikan secara random dan sistematis sepanjang transect di dalam
konsesi. Hal ini kemudian disempurnakan menjadi plot-plot random. • Pohon-pohon dengan diameter setinggi dada (1.3m) >= 5cm diukur dan kemudian
dirata-ratakan untuk mengestimasi nilai karbon pada setiap strata. • Mengembangkan suatu kunci interpretasi untuk menginterpretasi citra satelit
menjadi enam strata.
16 to 25 tn.C/ha
26 to 35 tn.C/ha
Strata
Garis transect
Lokasi plot
0 to 15 tn.C/ha
> 35 tn.C/ha
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
14
Stratifikasi
Citra satelit
PT KPC
Setelah
proses
unsupervised
classification
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
15
Sosialisasi
• Mayoritas pembangunan kelapa sawit berlangsung pada area yang
dikuasai oleh komunitas lokal.
• Komunitas lokal perlu dilibatkan sebelum kegiatan pembangunan
berlangsung melalui proses FPIC dan kompensasi yang terbuka dan
transparan.
• Karena studi hutan SKT kami melibatkan area yang belum dibangun dan
mungkin masih dikuasai oleh komunitas lokal, sangatlah penting untuk
memastikan bahwa komunitas lokal memahami dan memberikan
persetujuan mereka untuk kegiatan lapangan.
• Kami juga menyadari bahwa seperti kawasan NKT, dukungan komunitas
sangat penting untuk mengkonservasi area SKT.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
16
Lokasi kegiatan lapangan
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
17
Sampling
• Mengidentifikasi plot sampel untuk mengukur biomassa di atas tanah
dengan DBH ≥ 5 cm DBH.
• Memfokuskan di plot sampel pada strata yang diharapkan akan overlap
dengan ambang sementara 35 tC/ha.
• Koefisien variasi untuk strata yang ditargetkan dihitung menggunakan
Winrock Terrestrial Sampling Calculator dengan sampling error 5%.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
18
Desain sampel plot
• Menggunakan desain berupa persegi panjang.
• Plot dengan ukuran lebih kecil (10 x 10m) dimana pohon-pohon dengan ukuran DBH ≥ 5 cm dan < 20 cm saja yang diukur.
• Plot dengan ukuran lebih besar (10 x 50 m) dimana pohon-pohon dengan ukuran DBH ≥ 20 cm saja yang diukur.
Skema desain plot yang digunakan selama kegiatan lapangan
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
19
Detail plot
• Dua teknik yang berbeda digunakan pada 431 plot yang diukur.
Jul - Okt
Plot yg diukur Konsesi Periode
Feb - Jun
11
105
PT PGM
PT BAT
254
61
PT KPC
PT PIP
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
20
Detail plot
Kedua teknik berbeda yang digunakan adalah:
• Plot Transect
- Plot-plot dialokasikan secara sistematis setiap 200 m
sepanjang garis transect yang dibuat di dalam konsesi.
• Plot Random
- Plot-plot dialokasikan secara acak sepanjang konsesi dan
strata yang ditargetkan, walaupun beberapa plot random tidak
diukur karena tidak dapat diakses.
- Untuk mencapai plot-plot ini, kami menggunakan GPS portabel.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
21
Detail plot
Total plot yang dikunjungi pada berbagai strata di setiap konsesi
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
22
4. Analisis data
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
23
Allometric
• Biomassa pohon diperkirakan dari DBH-nya menggunakan alometrik
umum (Brown 1997) untuk hutan tropis.
Biomassa = 42.69 - 12.800*DBH + 1.242*DBH2
• Untuk menghitung jumlah karbon per plot, kami menggunakan faktor
konversi 0.47 (IPCC 2006) dan mengkonversi biomassa per ton dari
kilogram ke ton molekular karbon per pohon.
• Setelah berat karbon pohon dijumlahkan pada setiap plot, kami
menghitung jumlah karbon per plot yang diekstrapolasi menjadi angka per
hektar dan diekspresikan sebagai ton per hektar.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
24
Pengecekan data
114 plot anomali dikeluarkan dari analisis final.
Alasan jumlah
Area dimana baru saja terjadi kegiatan manusia setelah pengambilan citra satelit seperti logging
12 plot
Area transisi antara hutan dengan lahan terbuka 14 plot
Area yang tidak terlihat pada citra satelit karena tertutup awan
3 plot
Area dimana terdapat tanaman pangan, sawah atau kebun campuran
85 plot
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
25
Pengecekan data 317 plot digunakan untuk analisis final.
Jumlah plot per strata yang diikutsertakan dalam analisis data final
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
26
Ekstrapolasi data
• Nilai karbon untuk setiap strata dihitung dengan merata-ratakan data plot untuk mendapatkan nilai rata-rata karbon di setiap strata.
• Confidence leve 90 persen digunakan untuk menghitung rata-rata terbobot.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
27
5. Hasil dan keterbatasan studi
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
28
Hasil: Rata-rata terbobot nilai karbon stok
• Mengindikasikan bahwa nilai karbon stok menurun seiring menurunnya
kerapatan kanopi vegetasi.
• Mendukung penggunaan kanopi vegetasi untuk mengestimasi nilai rata-rata
karbon stok yang bermanfaat untuk mendefinisikan dan memetakan hutan
SKT.
Selain itu, hasil ini juga mengindikasikan:
• Kesamaan nilai karbon stok di strata-strata pada berbagai konsesi.
• Adanya perbedaan nilai karbon stok pada berbagai strata.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
29
Hasil: Rata-rata terbobot nilai karbon stok Dengan memplotkan rata-rata terbobot nilai karbon stok pada berbagai
strata, dapat dicatat bahwa nilai karbon pada beberapa strata ada yang
overlap.
Rata-rata terbobot nilai karbon stok pada berbagai strata
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
30
Hasil: Analisis variansi
Hasil analsis variansi telah dilakukan:
• Tidak ada perbedaan signifikan antara HK3 dan HK2.
• Tidak ada perbedaan signifikan antara BM dan LT.
• Pasangan strata yang lain berbeda secara signifikan dengan pasangan
lainnya. HK1 berbeda dengan BT dan BM berbeda dengan HK3.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
31
6. Deskripsi strata dan foto
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
32
Deskripsi strata
Deskripsi kualitatif berikut dikembangkan oleh tim teknis:
Hutan Kerapatan Tinggi (HK3) – sisa hutan alam, hutan sekunder dengan
kondisi mendekati hutan primer.
Hutan Kerapatan Sedang (HK2) – sisa hutan alam, tetapi kondisinya lebih
terganggu dibandingkan HK3.
Hutan Kerapatan Rendah (HK1) – tampak seperti sisa hutan alam, tapi
kondisinya sangat terganggu dan sedang dalam pemulihan. (di dalamnya
masih didapati tanaman rakyat / kebun campuran).
Belukar Tua (BT) – didominasi oleh pohon-pohon muda yang sedang
tumbuh kembali menjadi hutan, namun sesekali masih ditemui sisa hutan
yang lebih tua (semacam hutan transisi).
Belukar Muda (BM) – lahan yang baru dibuka, beberapa tanaman kayu yang
baru tumbuh, dan rerumputan yang menutupi tanah.
Lahan Terbuka (LT) – lahan yang baru dibuka, didominasi oleh rerumputan
atau tanaman pangan serta beberapa tanaman berkayu.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
33
Hutan Kerapatan Tinggi: HK3
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
34
Hutan Kerapatan Sedang: HK2
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
35
Hutan Kerapatan Rendah: HK1
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
36
Belukar Tua: BT
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
37
Belukar Muda: BM
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
38
Lahan Terbuka: LT
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
39
Keterbatasan studi
• Tidak semua biomassa di atas tanah diukur.
• Survei biologis lengkap tidak dilakukan.
• Terbatas pada area yang diizinkan untuk diakses oleh masyarakat.
• Kualitas citra satelit.
• Kesalahan manusia pada saat menginterpretasi citra.
• Pengecekan lapangan yang kurang memadai.
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
40
7. Konservasi area SKT
Bustar Maitar Head of Forest Campaign Global Forest Network Greenpeace
41
Konservasi area SKT:
Patch and area SKT yang terisolasi • Terdapat patch-patch dengan berbagai ukuran dan tingkat
isolasi di berbagai strata di seluruh konsesi.
• Studi ini mengindikasikan bahwa luas, bentuk konektifitas dan kualitas patch hutan ini mempengaruhi kelayakan area ini untuk beregenerasi menjadi hutan alam yang dapat berfungsi secara ekologis.
• Beberapa prinsip kunci untuk membimbing analisis dan proses pemilihan patch – Memaksimalkan luas patch secara keseluruhan.
– Memaksimalkan area inti dari patch (area hutan yang tidak relatif tidak terpengaruh oleh efek "sisi").
– Memaksimalkan tingkat keterkaitan antara patch dan menciptakan koridor dan hubungan antar patch.
Bustar Maitar Head of Forest Campaign Global Forest Network Greenpeace
42
Konservasi area SKT:
Isu sosial dan management yang lebih luas
• Menentukan status legal
area konservasi SKT.
• Mengelola dampak area
konservasi SKT pada desain
dan management
perkebunan kelapa sawit.
• Menggunakan desain
perkebunan kelapa sawit untuk
mendukung konektifitas patch
hutan konservasi SKT untuk
memfasilitasi pergerakan
hewan.
• Mendapatkan FPIC dari
komunitas lokal
• Dukungan dari komunitas
lokal dan keterlibatan
mereka yang penting.
Bustar Maitar Head of Forest Campaign Global Forest Network Greenpeace
43
8. Rekomendasi untuk penelitian di
masa mendatang
Bustar Maitar Head of Forest Campaign Global Forest Network Greenpeace
44
Rekomendasi untuk penelitian di masa
mendatang • Meneliti lebih lanjut mengenai metodologi stratifikasi untuk digunakan di
daerah lain di Indonesia.
• Memperbaharui metodologi untuk memperbaiki akurasi dan keterandalan
hasil, contohnya persamaan alometrik yang mengikutsertakan berat jenis
kayu.
• Mempertimbangkan berbagai teknologi lainnya seperti LiDAR atau citra
resolusi tinggi untuk mendapatkan data dengan kualitas lebih baik.
• Mempertimbangkan bagaimana potensi carbon bisa digunakan untuk lebih
baik dalam penelitian hutan SKT.
• Mencari solusi yang adil bagi tantangan legal dan insentive untuk
mengkonservasi hutan SKT.
Bustar Maitar Head of Forest Campaign Global Forest Network Greenpeace
45
9. Kesimpulan
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
46
Kesimpulan
Hasil
penelitian SKT:
1. Memfasilitasi komitmen
GAR untuk memastikan
kenihilan rekam jejak
deforestasi
3. Tes lebih lanjut dan
pengecekan lapangan diperlukan
untuk memastikan metodologi
ini bisa digunakan sebagai alat
prediksi hutan SKT yang
terandalkan.
2. Mengindikasikan adanya
metodologi yang praktis dan
kokoh untuk untuk
mengidentifikasi hutan SKT
di area GAR di Kalimantan
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
47
1. Rencana aksi GAR
Dalam mengumpulkan input dan masukan yang dibutuhkan dari
semua pemangku kepentingan dan dengan arahan dari Task force
REDD+ dan UKP4, GAR akan mengembangkan rencana kerja lebih
lanjut terkait metodologi ini untuk diumumkan kepada publik pada
saatnya.
2. Rencana aksi Tim (GAR, Smart, TFT dan Greenpeace)
• Mempresentasikan hasil temuan.
• Mengadakan diskusi yang lebih luas.
• Menjaring masukan mengenai studi dan hasilnya.
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Langkah berikutnya
48
3. Agar dapat berjalan dengan sukses, semua pemangku kepentingan
harus dapat bekerjasama:
• Masyarakat lokal - kerjasama antar para pemangku kepentingan
unuk mencari solusi yang dapat meyakinkan masyarakat lokal untuk
menghargai nilai-nilai konservasi.
• Pemerintah - mendukung penetapan dan implementasi proses tukar-
menukar lahan.
• Industri - dukungan dari para pelaku utama industri.
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Langkah berikutnya
49
Terima kasih
Daud Dharsono Direktur Utama SMART Tbk
Arief Muria Perkasa Program Manager TFT
Bustar Maitar Head of Forest Campaign Global Forest Network Greenpeace