Upload
dede-novinda
View
224
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
1/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sungai adalah aliran air pada suatu alur yang panjang di atas permukaan
bumi yang berasal dari hujan. Apabila sungai mempunyai lebih dari dua
cabang, maka sungai yang paling penting yakni sungai yang daerah
pengalirannya, panjangnya dan volume airnya paling besar disebut sungai
utama (main river), sedangkan cabang-cabang lainnya disebut anak sungai
(tributary). Percabangan di anak-anak sungai yang ada ditandai dengan anak
sungai orde 1, orde 2, dan seterusnya.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air,
limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan
es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan
baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan
sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
Salah satu contoh sungai adalah sungai yang kami teliti yaitu Sungai Jeruk
yang terletak di Kecamatan Puding Besar. Hulu Sungai Jeruk terletak di Desa
Labu. Hilir Sungai Jeruk terletak di Dusun Telang. Di Sungai Jeruk diperkirakan
terdapat ribuan ekor buaya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
2/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 2
BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN
2.1 Waktu dan Lokasi Obyek Studi
Pelaksanaan survei pengamatan dilakukan pada Hari Sabtu tanggal 12 Maret
2016 dengan jadwal pelaksanaan dimulai pukul 09.00 – 17.00 WIB di Sungai
Jeruk, Kabupaten Bangka. Pemilihan objek studi didasarkan pada tujuan studi.
Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Objek Studi
Sumber : Tesis Khoirul Muslih, 2014
2.2 Teknik Pengambilan Data
Data dalam studi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
dikumpulkan melalui metode triangulasi, dengan menggunakan tiga kombinasi
teknik pengumpulan data, yaitu (1) wawancara mendalam ( in-depth interview)
kepada masyarakat, tokoh masyarakat dan para penangku adat setempat, (2)
observasi langsung dan (3) pengumpulan dan telaah dokumen-dokumen
kesejarahan tentang komunitas lokal setempat. Adapun data dan informasi yang
dikumpulkan meliputi; (1) kearifan lokal masyarakat setempat dalam memelihara
sungai dan keanekaragaman hayati perairan sungai, (2) nilai-nilai, norma dan
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
3/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 3
tradisi masyarakat dalam memelihara badan sungai termasuk keanekaragaman
hayati perairan, (3) masalah dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga kearifan
lokal dan norma-norma serta tradisi masyarakat setempat terkait pemeliharaan dan
perlindungan sungai.
Data sekunder dikumpulkan dari instansi pemerintah dan non pemerintah
yang terkait dengan topik penelitian ini. Data sekunder dikumpulkan dengan
metode studi dokumen, literatur, dan publikasi.
2.3 Proses Pengambilan Data Primer
Pengambilan data yang dilakukan terdiri dari pengambilan gambar dan
wawancara dengan masyarakat.
Gambar 2.2 Kunjungan ke Bagian Hulu Sungai Jeruk, Desa Labu
Sumber : Dokumen Pribadi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
4/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 4
Gambar 2.3 Kunjungan ke Bagian Tengah Sungai Jeruk, Desa Tanah Bawah
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2.4 Kunjungan ke Bagian Hilir Sungai Jeruk, Desa Kotawaringin
Sumber : Dokumen Pribadi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
5/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 5
Gambar 2.5 Kunjungan ke Rumah Dukun Sungai Jeruk, Desa Nibung
Sumber : Dokumen Pribadi
2.4 Proses Analisis Data dan Diskusi
Diskusi dilakukan di Gedung Dharma Pendidikan Kampus Terpadu UBB
dan di rumah Ade Novinda. Proses analisis data dilakukan dengan bantuan
software Microsoft Word 2010.
Gambar 2.6 Proses Analisis Data Sungai Jeruk oleh Kelompok 1
Sumber : Dokumen Pribadi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
6/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 6
Gambar 2.7 Proses Analisis Data Sungai Jeruk oleh Kelompok 1
Sumber : Dokumen Pribadi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
7/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 7
BAB III
KARAKTERISTIK SUNGAI
3.1.
Karakteristik Meteorologi
3.1.1 Curah Hujan
Gambar 3.1 Peta Curah Hujan Pulau Bangka
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC
Consultants, 2010
Curah hujan merupakan ketinggian air yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.
Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi
pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter. Satuan curah hujan selalu dinyatakan
dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di Indonesia satuan curah
hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter (mm). Hujan
merupakan input air yang masuk dalam suatu DAS, oleh karena itu
mengetahui besarnya curah hujan sangat penting.
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
8/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 8
Untuk dapat mengetahui besarnya curah hujan yang terjadi pada
DAS Jeruk. Klasifikasi curah hujan DAS Jeruk dapat dilihat pada gambar
3.2
Karakteristik Morfologi3.2.1 Geologi
Gambar 3.2 Peta Geologi Pulau BangkaSumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC
Consultants, 2010
Variabel geologi merupakan variabel yang sangat penting dalam
pembentukan karakteristik DAS dalam kaitannya dengan air permukaan
maupun air tanah. Sifat-sifat geologi lahan yang tercermin dalam litologi
(jenis batuan), stratigrafi maupun struktur geologi akan sangat
mempengaruhi keberadaan dan potensi air permukaan dalam DAStersebut.
Jenis batuan yang bersifat kedap (tersusun dari material : lava,
andesit, granit) akan menghasilkan aliran dengan puncak lebih tajam dan
waktu naik (rising limb) lebih pendek dari pada jenis batuan yang bersifat
tidak kedap air ( permeable) seperti batu kapur (limstone) dan batu pasir
( sandstone). Hal ini disebabkan oleh batuan yang bersifat kedap air akan
sedikit meloloskan air, sehingga sebagian besar air hujan yang jatuh di
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
9/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 9
atasnya akan dialirkan sebagai limpasan permukaan yang langsung
masuk ke dalam sungai. Untuk batuan yang bersifat tidak kedap air akan
banyak meloloskan air, sehingga sebagian kecil dari air hujan yang akan
mengalir sebagai limpasan permukaan.
Untuk memperoleh informasi variabel geologi ini maka sumber
data utama yang dapat diacu adalah Peta Geologi Bersistem yang
diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Namun apabila
peta tersebut tidak tersedia, dapat digunakan informasi yang terdapat
dalam REPPPROT ataupun melakukan interpretasi pada citra
penginderaan jauh.
3.2.2 Geomorfologi
Bentuk lahan terbentuk dari proses struktural (lipatan, patahan dan
pengangkatan), proses pelapukan batuan induk (geologi), erosi,
pengendapan dan vulkanisme yang menghasilkan konfigurasi ragam
bentuk muka bumi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran.
Karakteristik geomorfologi akan mempengaruhi besarnya potensi
limpasan permukaan, erosi, banjir dan tanah longsor yang terjadi diwilayah DAS.
3.2.3 Topografi
Variabel topografi dalam karakteristik DAS ini dibagi ke dalam 4
variabel, yaitu ketinggian DAS, orientasi DAS, kemiringan lereng DAS
dan bentuk lereng DAS. Keempat variabel topografi tersebut mempunyai
peranan yang erat dengan proses terjadinya infiltrasi, limpasan permukaan dan erosi yang terjadi akibat air hujan yang turun.
a. Ketinggian ( Elevation ) DAS
Elevasi rata-rata dan variasi ketinggian pada suatu DAS
merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap temperatur dan
pola hujan, khususnya pada daerah dengan topografi bergunung.
Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, diukur
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
10/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 10
di lapangan atau melalui foto udara, jika terdapat salah satu titik
kontrol sebagai titik ikat.
b.
Orientasi DAS ( Aspect )
Transpirasi, evaporasi dan faktor-faktor yang berpengaruh pada
jumlah air yang tersedia untuk aliran sungai, seluruhnya dipengaruhi
oleh orientasi umum atau arah dari DAS. Orientasi DAS secara
normal dinyatakan dalam derajat azimuth atau arah kompas seperti
arah utara, timur laut, timur dan sebagainya. Tanda arah anak panah
yang menunjukkan arah DAS dapat dipakai sebagai muka DAS
( faces). Arah aliran sungai utama dapat juga dipakai sebagai
petunjuk umum orientasi DAS
c. Kemiringan Lereng DAS
Kemiringan rata-rata DAS (Sb) adalah faktor yang berpengaruh
terhadap limpasan permukaan. Kecepatan dan tenaga erosif dari
overland flow sangat dipengaruhi oleh tingkat kelerengan lapangan.
Peta mengenai kemiringan lereng DAS ditunjukkan pada
gambar 3.3
.
Gambar 3.3 Peta Kemiringan Lereng Pulau Bangka
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDCConsultants, 2010
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
11/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 11
3.2.4 Tanah
Gambar 3.4 Peta Jenis Tanah Pulau Bangka
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC
Consultants, 2010
Tipe dan distribusi tanah dalam suatu daerah aliran sungai sangat
berpengaruh dalam mengontrol aliran bawah permukaan ( subsurface
flow) melalui infiltrasi. Variasi dalam tipe tanah dengan kedalaman dan
luas tertentu akan mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan
kelembaban tanah ( soil moisture storage). Pemilihan variabel tanah juga
merupakan fungsi dari tujuan studi, misalnya untuk mempelajari
overland flow dalam single watershed , maka watershed tersebut dibagidalam zona-zona menurut tipe tanah, tetapi jika untuk mempelajari yang
lebih detail lagi, maka perlu klasifikasi tipe tanah yang detail juga, yang
didasarkan pada pembatas permukaan geologi DAS yang bersangkutan
yaitu : persentase batuan permeabel, persentase batuan kurang
permeabel. Variabel lain yang perlu diperhatikan adalah kedalaman
lapisan kedap dan permeabilitas rata-rata dari horizon A.
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
12/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 12
Jenis tanah dengan permukaan pasir akan mempunyai tingkat
infiltrasi yang lebih tinggi dibanding dengan jenis tanah bertekstur
lempung. Dengan demikian jenis tanah dengan tekstur pasir (kasar) akan
mempunyai limpasan permukaan yang lebih kecil dari pada jenis tanah
dengan tekstur lempung (halus). Untuk kondisi ini DAS dominan dengan
jenis tanah bertekstur halus lebih mudah terjadi erosi daripada DAS
dominan dengan jenis tanah bertekstur kasar
Tabel 3.1 Jenis Tanah DAS Jeruk
Jenis TanahLuas Jenis Tanah DAS Jeruk
(Km2)
Hapludox 448,84
Endoaquepts 40,28
Hydraquents 57,54
Haplohemists
Hapludults
Udipsamments 28,77
Dystruedepts
Tidak Ada Data
Total Luas DAS 575,44
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDCConsultants, 2010
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
13/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 13
3.2.5 Perwilayahan DAS
Gambar 3.5 Peta Batas Daerah Aliran Sungai (DAS) Pulau Bangka
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC
Consultants, 2010
Secara umum suatu DAS dibagi dalam tiga wilayah, yaitu wilayah
hulu, wilayah tengah dan wilayah hilir. Ketiga wilayah tersebut memiliki
karakteristik dan fungsi yang berbeda, yaitu :
a. DAS Bagian Hulu, didefinisikan sebagai daerah aliran yang
terbatas pada bagian Hulu dimana > 70% dari permukaan lahan
DAS tersebut umumnya mempunyai kemiringan lahan > 8%.
Disini, aspek prioritas pemanfaatan lahan adalah konservasi tanah
dan pengendalian erosi. Secara hidrologis, DAS Bagian Hulu biasanya membentuk daerah utama pengisian kembali curah hujan
untuk air permukaan dan air tanah dari DAS (Screening Study
Brantas Watersheed ).
b. DAS Bagian Tengah didefinisikan sebagai aliran yang terbatas
pada bagian tengah, dimana kurang lebih 50% dari permukaan
lahan DAS tersebut mempunyai kemiringan lahan < 8% serta
dimana baik konservasi tanah maupun pengendalian banjir adalah
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
14/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 14
sama pentingnya. Secara hidrologis DAS Bagian Tengah
membentuk daerah utama transisi curah hujan untuk air tanah.
(Screening Study Brantas Watersheed ).
c.
DAS Bagian Hilir didefinisikan sebagai daerah aliran yang terbatas
pada bagian Hilir, dimana kurang lebih 70% permukaan lahannya
mempunyai kemiringan < 8%. Disini, pengendalian banjir dan
drainage biasanya merupakan faktor-faktor yang terabaikan dalam
pengembangan tata guna lahan. (Screening Study Brantas
Watersheed ).
3.2.5.1
Perwilayahan Sungai
a. Sungai Bagian Hulu
Gambar 3.6 Bagian Hulu Sungai Jeruk, Desa Labu
Sumber : Dokumen Pribadi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
15/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 15
Gambar 3.7 Bagian Hulu Sungai Jeruk, Desa Labu
Sumber : Dokumen Pribadi
b.
Sungai Bagian Tengah
Gambar 3.8 Bagian Tengah Sungai Jeruk, Desa Tanah BawahSumber : Dokumen Pribadi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
16/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 16
Gambar 3.9 Bagian Tengah Sungai Jeruk, Desa Tanah Bawah
Sumber : Dokumen Pribadi
c. Sungai Bagian Hilir
Gambar 3.10 Bagian Hilir Sungai Jeruk, Desa Kotawaringin
Sumber : Dokumen Pribadi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
17/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 17
3.3 Karakteristik Morfometri
3.3.1 Luas DAS
DAS dibatasi oleh igir pegunungan yang berfungsi sebagai batas
(river divide) dan akhirnya mengalirkan air hujan yang bertemu pada satu
outlet . Akibatnya, semakin luas suatu DAS, hasil akhir (water yield) yang
diperoleh akan semakin besar, karena hujan yang ditangkap juga semakin
banyak. Luas DAS Jeruk sebesar 575,44 km2.
3.3.2 Bentuk DAS
Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran sungai dan
ketajaman puncak discharge banjir. Bentuk daerah aliran sungai ini sulit
untuk dinyatakan secara kuantitatif. Dengan membandingkan konfigurasi
basin, dapat dibuat suatu indeks yang didasarkan pada derajat kekasaran atau
circularity dari DAS
3.4 Karakteristik Hidrologi DAS
3.4.1 Limpasan Permukaan
Limpasan permukaan (overland flow) merupakan bagian kelebihan
hujan (excess rainfall) yang mengalir di permukaan lahan pada saat terjadi
hujan, apabila hujan berhenti maka tidak terjadi lagi limpasan permukaan.
Koefisien limpasan permukaan adalah perbandingan antara bagian hujan yang
menjadi limpasan permukaan dengan total hujan pada suatu kejadian hujan.
Limpasan permukaan inilah yang menjadi tenaga penggerus/pengelupas
lapisan tanah atas, pengangkut material tanah permukaan yang lepas atau
yang dikenal dengan proses erosi permukaan oleh tenaga limpasan permukaan, yang kemudian membawanya ke dalam sungai membentuk banjir
kiriman (banjir limpasan) menyumbang banjir di sungai serta membawa
lumpur yang menyebabkan pendangkalan atau dikenal dengan proses
sedimentasi.
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
18/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 18
3.4.2 Debit Maksimum (Q maks)
Perhitungan debit maksimum (banjir puncak, Qmaks) dilakukan pada
mulut sungai dari DAS diestimasi berdasarkan pada nilai koefisien limpasan
permukaan (C), intensitas hujan (I) yang lamanya sama dengan waktu
konsentrasi (Tc), dan luas DAS (A). Total nilai atau angka koefisien limpasan
permukaan per satuan lahan adalah nilai koefisien limpasan permukaan total
DAS atau Sub-DAS. Intensitas hujan dihitung sama dengan lamanya waktu
konsentrasi (Tc) yang dihitung berdasarkan panjang DAS dan parameter
morfometri DAS lainnya.
Seyogyanya setiap pengukuran parameter sungai dilakukan minimal
tiga kali perlakuan. Pengukuran debit banjir maksimum (Qmaks) dapat
dilakukan pada saat musim kemarau dengan melihat tanda-tanda banjir
puncak pada tepi penampang sungai atau menanyakan kepada penduduk
setempat (lokal). Hasil perhitungan debit maksimum (Qmaks) dapat dilihat
pada tabel 3.2.
3.4.3 Debit Minimum (Q min)
Perhitungan debit minimum (Qmin) di lapangan dilakukan di mulut
sungai dalam suatu DAS atau Sub-DAS dalam kondisi musim kemarau pada
saat debit sungai terkecil.
Pada dasarnya debit minimum suatu sungai tidak pernah sama dengan
nol (Qmin tidak 0) karena sebelum air sungai itu mengalir hingga mulut
sungai biasanya di bagian hulu DAS air sungai telah dimanfaatkan oleh
penduduk petani untuk irigasi tradisional. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelusuran di lapangan (river routing ) guna mengetahui adanya pengambilan air sungai di bagian hulu oleh penduduk petani. Hasil
perhitungan debit minimum (Qmin) dapat dilihat pada tabel 3.2.
3.4.4 Debit Rata-rata (Qav)
Debit aliran rata-rata (Qav) dari suatu sungai merupakan besaran
hidrologi yang penting sebagai indikator potensi DAS dalam menyimpan air
hujan yang jatuh kedalam lapisan akuifer untuk selanjutnya dikeluarkan
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
19/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 19
secara pelan-pelan dalam bentuk mata air ataupun rembesan. Apabila
besarnya debit aliran rata-rata setiap tahunnya tinggi atau tidak jauh bedanya
menunjukkan bahwa wilayah DAS sebagai prosesor cukup berfungsi baik, hal
ini menunjukkan karakteristik DAS atau kesehatan DAS terjaga atau tidak.
Hasil perhitungan debit rata-rata (Qav) dapat dilihat pada tabel 3.2.
3.4.5 Koefisien Regime Sungai (Qmaks/Qmin)
Parameter karakteristik Hidrologi DAS yang diperoleh dari
perbandingan antara debit maksimum (Qmaks) dan debit minimum (Qmin)
atau sering disingkat dengan parameter Qmaks/Qmin merupakan indikator
besaran hidrologi untuk menyatakan apakah DAS itu berfungsi sebagai
prosesor yang baik atau tidak, dapat ditinjau dari sudut pandang nilai
perbandingan itu. Apabila nilai besaran perbandingan antara Qmaks/Qmin
besar (>50) berarti lebih banyak kejadian banjir maksimum yang terjadi,
ataupun sebaliknya. Pemantauan besarnya perbandingan Qmaks/Qmin rata-
rata tahunan (25tahun) dapat digunakan sebagai indikator selama kurun waktu
tersebut terjadi peningkatan atau penurunan potensi DAS sebagai pengatur
aliran sungai sehingga parameter ini dikenal dengan koefisien regime
(pengaturan) sungai atau aliran sungai. Hasil perhitungan Koefisien Rejim
sungai dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Perhitungan Koefisien Regim Sungai dan Koefisien Varian Sungai Jeruk
Debit Sungai (m3/detik)
KRSStandar
Deviasi
Koefisien
Varian (CV)Qmaks Qrerata Qmin
35,92 19,65 5,28 6,81 10,39 52,84Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC
Consultants, 2010
3.5 Karakteristik Kemampuan DAS
3.5.1 Erosi dan Sedimentasi
Pendugaan kehilangan Lapisan Tanah Atas sebagai Erosi Permukaan
(Surface Erosion) dan sedimentasi dapat dilakukan melalui berbagai cara,
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif berdasarkan konsep satuan
lahan dalam satuan Daerah Aliran Sungai (DAS) atau sub-DAS. Secara
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
20/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 20
konseptual dan praktis cara-cara pemantauan erosi permukaan dan
sedimentasi tersebut dapat dijelaskan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Perhitungan Indeks Erosi DAS Jeruk
Luas DAS
(Ha)
Erosi Aktual
(Ton/Tahun)
Erosi Yang Ditoleransi
(Ton/Tahun)Indeks Erosi
57.544,00 771.190,48 719.300,00 107,21
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC
Consultants, 2010
3.5.2 Penutup Lahan, Penggunaan Lahan dan Pemanfaatan Lahan
Data penutup lahan (land cover), penggunaan lahan (land use), dan
pemanfaatan lahan (land utilization type) merupakan tingkatan atau stratadata yang diesuaikan dengan kebutuhan dan skala penyajian yang diinginkan
untuk tujuan pengelolaan DAS. Secara deskriptif uraian tingkatan data dapat
disusun menurut skala perencanaan DAS, sumber data, klasifikasi data
sebagai berikut :
a. Data penutup lahan merupakan tingkatan skala kecil (makro) atau dalam
perencanaan DAS termasuk skala provinsi (DAS antar provinsi). Sumber
data yang digunakan juga dalam skala kecil , seperti citra satelit Landsat
dan peta yang digunakan adalah peta penutup lahan berskala lebih kecil
ata sama dengan 1:100.000. Klasifikasi penutup lahan juga sangat
sederhana hanya terdiri atas berpenutup vegetasi atau non vegetasi. Hasil
perhitungan kesesuaian penutup lahan DAS Jeruk dapat dilihat pada tabel
3.4.
Tabel 3.4 Perhitungan Kesesuaian Penutup Lahan DAS Jeruk
LUAS (Km )
PROSENTASEDAS
Lahan Bervegetasi
Permanen
575,44 198,90 34,57
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC
Consultants, 2010
b. Data penggunaan lahan merupakan tingkatan skala menengah (meso) dan
dalam perencanaan DAS termasuk skala kabupaten (dalam satu atau
antar dua kabupaten). Sumber data yang digunakan berskala sedang,
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
21/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 21
seperti peta yang digunakan berskala lebih besar atau sama dengan
1:50.000. Klasifikasi penggunaan lahan sudah agak rinci terdiri atas
penggunaan lahan sawah, tegalan, kebun campuran, permukiman, hutan,
semak belukar, badan air, dan sebagainya. Data penggunaan lahan DAS
Jeruk bisa dilihat pada tabel 3.5 dan peta penggunaan lahan pulau bangka
pada gambar 3.11.
Tabel 3.5 Luas Penggunaan Lahas DAS Jeruk
Penggunaan LahanLuas Penggunaan Lahan
(Km2)
Hutan Sekunder 1,49
Hutan Mangrove 29,48Semak / Belukar 5,10
Belukar Rawa 93,66
Perkebunan 69,17
Pertanian Lahan Kering 365,95
Sawah -
Tambak -
Pemukiman 4,13
Pertambangan 5,73
Tanah Terbuka 0,66Tertutup Awan -
Badan Sungai 0,07
Total Luas DAS 575,44
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DCC Consultants,
2010
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
22/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 22
Gambar 3.11 Peta Penggunaan Lahan Pulau BangkaSumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC Consultants,
2010
3.6 Karakteristik Sosial Kependudukan
Gambar 3.12 Peta Tekanan Penduduk Pulau Bangka
Sumber : Peta Penggunaan Lahan, Dinas Kehutanan Prov. Babel (2007), dan Hasil Analisis GIS
Konsultan (2010).
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
23/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 23
3.6.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Dalam ekosistem DAS, penduduk merupakan bagian yang sangat
penting. Salah satu aspek kependudukan yang perlu diperhatikan antara lain
menyangkut kepadatan penduduk geografis. Kepadatan penduduk geografis
di suatu wilayah mempunyai pengaruh terhadap potensi kerusakan
lingkungan termasuk terhadap kelestarian sumber daya lahan. Asumsi yang
digunakan adalah bahwa suatu wilayah yang mempunyai kepadatan
penduduk geografis tinggi cenderung akan lebih mempunyai resiko terjadinya
kerusakan lingkungan daripada wilayah dengan kepadatan penduduk
geografis rendah. Hal tersebut disebabkan intensitas pemanfaatan lahan dan
air akan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang mempunyai
kepadatan penduduk geografis yang lebih rendah. Data mengenai tekanan
penduduk DAS Jeruk dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Perhitungan Tekanan Penduduk DAS Jeruk
Luas Lahan
Pertanian
Mineral
Proporsi
Petani
Jumlah
Penduduk
Pertumbuhan
Penduduk
Asumsi
Waktu
Luas
Lahan
Pertanian TP
Z (Ha) F Po r t (Tahun) L
0,75 0,3608 32.145 0,0288 5 36.594,60 0,2739
Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC
Consultants, 2010
3.7 Karakteristik Sosial Budaya
3.7.1 Kearifan/Nilai-nilai Lokal Masyarakat Sungai Jeruk
Tokoh sentral yang berperan penting dalam sistem kearifan lokal diSungai Jeruk adalah dukun sungai. Dukun sungai berperan sebagai ketua adat
yang memiliki kewenangan penuh dalam menentukan aturan dan
menjatuhkan hukuman terkait penjagaan dan perlindungan sungai diperoleh
secara turun temurun dari generasi sebelumnya. Dukun sungai dipilih secara
prerogartif oleh dukun sebelumnya kepada putra atau keturunannya dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
24/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 24
Sungai Jeruk di Kecamatan Puding Besar memiliki dukun sungai yang
dikenal masyarakat dengan nama Amang Dahlan. Beliau baru menjabat
menjadi dukun sungai semenjak satu tahun terakhir menggantikan ayahnya
yaitu H. Abbas yang telah wafat beberapa tahun lalu. Sebelumnya alm. H.
Abbas merupakan dukun sungai yang telah bertugas selama hampir 50 tahun.
Beliau merupakan generasi ketujuh dari keturunan dukun sungai di daerah
Sungai Jeruk. Putranya, Amang Dahlan yang menggantikan beliau menjadi
generasi kedelapan dari dukun sungai di daerah tersebut. Penunjukan Amang
Dahlan sebagai dukun sungai didasari oleh pertimbangan yang ditentukan
sendiri oleh leluhurnya. Ada beberapa unsur yang menjadi pertimbangan dan
alasan diturunkannya jabatan dukun sungai kepada penerusnya. Salah satunya
adalah nilai-nilai kejujuran dan kepribadian calon dukun sungai yang dipilih
dari beberapa anak keturunannya. Adapun Amang Dahlan sendiri merupakan
anak ketiga dari delapan putra Alm. H. Abbas.
Amang Dahlan sebagai dukun Sungai Jeruk memiliki wilayah
kekuasaan dan penjagaannya tersendiri. Setiap dukun sungai di Bangka
memiliki batasan wilayah teritori yang menjadi tanggung jawabnya. Daerah
penjagaan Amang Dahlan sebagai dukun Sungai Jeruk meliputi empat
wilayah desa di sepanjang sungai, yaitu Desa Labu, Desa Nibung, Desa
Tanah Bawah dan Desa Saing. Selebihnya di daerah hilir sungai sampai ke
laut maupun daerah hulu sungai sebelum desa Labu adalah menjadi
kewenangan dan tanggung jawab dukun sungai lainnya. Namun umumnya
dukun sungai tidak mengetahui siapa yang bertugas sebagai dukun sungai di
daerah lain tersebut.
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
25/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 25
BAB IV
PERMASALAHAN SUNGAI
Selama ini, permasalahan tentang sungai belum dianggap hal yang
penting. Keberadaan sungai masih dianggap sebagai sebuah kontur alam. Sungai
hanya dianggap sebagai tempat air untuk mengalir menuju tempat yang rendah.
Padahal sungai memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan
lingkungan khususnya terhadap pengolahan air.
Sungai berperan mengaliri air dari satu tempat ke tempat lain dan juga
menjaga pola air agar selalu tetap pada jalurnya. Dengan demikian, air tidak
mengalir ke sembarang tempat yang pada akhirnya bisa menyebabkan
permasalahan bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya.
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke
dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai
merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke
laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak
sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan
kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara
sungai.
Permasalahan yang terdapat di Sungai Jeruk antara lain :
1. Pencemaran Sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh
limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara
yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia. Di Sungai Jeruk, pencemaran sungai sebagian besar
disebabkan oleh limbah penduduk.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daratanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Daratanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hujan
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
26/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 26
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan hewan, dan menjadi penyebab ketidakseimbangan
ekosistem sungai.
2. Erosi
Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang
disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme
hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di
dinding-dinding lembah. Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak
lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang
menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena faktor curah hujan, tekstur tanah,
tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu
lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen, misalnya pasir serta letak
tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor
curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi
tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan
rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es. Di
sepanjang aliran Sungai Jeruk terjadi erosi yang bervariasi dari erosi yang sangat
ringan hingga erosi yang berat.
3. Pendangkalan (Sedimentasi)
Secara umum, pendangkalan sungai dapat terjadi karena adanya
pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai, seperti di kelokan
sungai (meander ), waduk atau dam, ataupun muara sungai. Partikel ini bisa
berupa padatan besar, seperti sampah, ranting, dan lainnya. Namun, sumber utama
partikel ini biasanya berupa partikel tanah sebagai akibat dari erosi yang
berlebihan di daerah hulu sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah
subur di permukaan dan melarutkannya yang kemudian akan terbawa ke sungai.
Proses transportasi partikel semacam ini disebut sebagai suspensi. Hasil partikel
yang terbawa ini biasanya akan berupa lumpur tanah dan kemudian tersedimentasi
di dasar sungai.
4. Banjir
http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
27/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 27
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti
sungai yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan
alaminya, begitu pula seperti yang terjadi di Sungai Jeruk.
5. Menurunnya kuantitas dan kualitas Air
Akibat dari pencemaran, baik itu pencemaran organik dan non organik,
DAS tidak berfungsi untuk memenuhi aktifitas manusia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungai
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
28/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 28
BAB V
POTENSI SUNGAI
5.1 Sungai Jeruk Puding Besar
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan
baku air minum walaupun sebenarnya seiring perkembangan jaman peran sungai
mulai sedikit bergeser. Manusia mulai mampu menemukan teknologi yang
mampu memberikan kemudahan bagi mereka untuk medapatkan air, sungai
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
Dibeberapa daerah atau negara, sungai menjadi salah satu bagian dari
sarana transportasi yang membantu kegiatan manusia. Selain dari itu sungai juga
banyak dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik. Tentunya hanya beberapa
sungai yang bisa dimanfaatkan untuk ini, inipun ditinjau dari letak yang strategis
dan memenuhi syarat untuk transportasi air atau pembangkit listrik, beberapa
tinjauan tersebut antara lain morfologi sungai, hidrolika sungai, hidrologi sungaimaupun karakteristik sungai.
Di Sungai Jeruk, pemanfaatan yang ada adalah sebagai air irigasi untuk
pertanian dan perkebunan. Selain itu, dimanfaatkan juga sebagai air untuk
mencuci dan mandi bagi penduduk di sekitar aliran sungai,
Berdasarkan informasi yang kami dapat dari Dukun Sungai dan penduduk
setempat, diperkirakan di Sungai Jeruk terdapat ribuan ekor buaya. Sehingga,
menurut hasil diskusi kelompok kami, di Sungai Jeruk berpotensi untuk dibangun
penangkaran buaya dan pusat penelitian buaya sebagai tempat pembelajaran
mengenai buaya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
29/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 29
5.2 Sungai Kuriyama
5.2.1 Lokasi
Berada di daerah Jepang, sungai yang terletak di timur laut Prefektur
Chiba. Memiliki panjang 38,8 kilometer dan memiliki luas drainase 292,3
kilometer persegi (112,9 mil persegi), 7 anak sungai yaitu Hirayama River
(平 山川 Hirayama-gawa), Yamakura River (山 倉 川 Yamakura-gawa),
Joban River (常 盤 川 Joban-gawa), Numada River (沼 田 川 Numada-
gawa), Kariate River (借 当 川 Kariate-gawa), Takohashi River (多 古橋 川
Takohashi-gawa), Takaya River (高 谷川 Takaya-gawa) dan merupakan
sungai terbesar kedua di Prefektur Chiba.
Gambar 5.1 Peta Sungai Kuriyama
Sumber : Google Maps
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
30/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 30
Gambar 5.2 Peta Sungai Kuriyama
Sumber : Google Maps
5.2.2 Sejarah Sungai Kuriyama
Di abad ke-7 para imigran dari Semenanjung Korea masuk ke daerah
bekas kota Kurihara, yang sekarang merupakan bagian dari Katori. Daerah di
sekitar sungai itu disebut 句 麗 山 (Kuriyama). Nama Kuriyama
kemungkinan berasal dari bahasa yang dibawa dari imigran Korea yang
berarti gunung Kuri.
5.2.3 Permasalahan Sungai Kuriyama
Sejak diterjang tsunami pada tahun 2011 sungai Kuriyama sudah
mengalami perubahan yang sangat besar, akibat rusaknya tanggul penahan
sungai dan rumah-rumah yang berada di sekitar sungai pemerintah jepang
mulai menata ulang sungai di daerah Chiba tersebut.
5.2.4 Potensi Sungai Kuriyama
Setelah beberapa tahun pemerintah sudah bisa mengatasi permasalahan
sungai Kuriyama, terbukti dengan menjadi salah satu sungai dengan sumber
potensi sebagai irigasi pertanian terbesar di selatan Jepang, Sungai Kuriyama
yang mempunyai hulu di Dataran Shimōsa ini awalnya terdiri dari padang
rumput dan rawa-rawa, dan dikembangkan untuk penggunaan pertanian dari
waktu ke waktu. Sungai Kuriyama terhubung ke Sungai Tone oleh Kanal
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
31/41
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
32/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 32
Gambar 5.4 Bagian Tengah Sungai Kuriyama
Sumber : www.instantstreetview.com
Gambar 5.5 Bagian Hilir Sungai Kuriyama
Sumber : www.instantstreetview.com
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
33/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 33
BAB VI
SARAN DAN SOLUSI
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, maka kami menyarankan :
1. Wilayah hulu sungai jeruk perlu perlu diatasi pemerintah karena
berpotensi banjir saat musim penghujan.
2.
Melestarikan hutan lindung sekitar tepian sungai agar sungai dapat
dinikmati oleh generasi yang akan datang.
3.
Mengurangi sedimentasi di daerah aliran sungai sehingga tidak
menyebabkan aliran menjadi terhambat.4. Pemerintah harus melakukan upaya pengelolaan sungai sehingga DAS
bisa optimal dalam peruntukannya.
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, maka kami memberikan solusi :
1. Untuk mengatasi banjir, pemerintah bisa dengan pembuatan jalur sungai
baru menjauhi pemukiman warga agar air mengalir saat hujan tidak
langsung berdampak pada masyarakat.
2. Pemerintah bersama masyarakat perlu melestarikan hutan lindung di
sekitar aliran sungai dengan cara reklamasi lahan-lahan yang kurang
subur, lalu menjadikan lokasi tersebut menjadi hutan lindung dan
memberikan sanksi terhadap pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
terhadap penebangan pohon secara liar.
3. Untuk mengatasi sedimentasi pemerintah maupun masyarakat harus
melakukan pengerukan sedimen di daerah yang berpotensi banjir
menggunakan alat berat maupun gotong royong warga.
4. Banyak upaya pengelolaan DAS yang bisa dilakukan pemerintah seperti
memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk mengelola sendiri
wilayah mereka, agar masyarakat mengetahui perkembangan pengetahuan
yang ada pada saat ini.
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
34/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 34
BAB VII
PENUTUP
Kesimpulan yang didapat dari hasil survei yang dilakukan adalah sungai
jeruk yang hulunya berada di desa Labu dan daerah hilir yang berada di desa Kota
Waringin. Dengan mayoritas penduduk sebagai petani dan nelayan, air disungai
jeruk di daerah hulu dimanfaatkan masyarakat untuk irigasi persawahan dan
perkebunan. Sedangkan sungai jeruk di daerah hilir banyak dipergunakan warga
untuk menangkap ikan dan udang.
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
35/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 35
DAFTAR PUSTAKA
Muslih, Khoirul.2014. Pengaruh Penambangan Timah Terhadap
Keanekaragaman Ikan Sungai Dan Kearifan Lokal Masyarakat Di
Kabupaten Bangka.IPB
Wikipedia (2016, 12 Maret) Banjir . Didapat dari :
https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir
Suryajaya, Rio (2016, 12 Maret). Makalah Sungai dan Masalah Sungai. Didapat
dari : http://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-
sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpuf
https://id.wikipedia.org/wiki/Banjirhttps://id.wikipedia.org/wiki/Banjirhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttps://id.wikipedia.org/wiki/Banjir
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
36/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 36
LAMPIRAN
Gambar. Bagian Hulu Sungai Jeruk
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
37/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 37
Gambar. Bagian Hilir Sungai Jeruk
Gambar. Bagian Tengah Sungai Jeruk
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
38/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 38
Gambar. Bagian Tengah Sungai Jeruk
Gambar. Bagian Tengah Sungai Jeruk
Gambar. Bagian Hilir Sungai Jeruk
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
39/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 39
Gambar. Kediaman Dukun Sungai Jeruk
Gambar. Waktu Istirahat saat Survei ke Sungai Jeruk, Desa Kotawaringin
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
40/41
Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk 40
Gambar. Peralatan untuk Menangkap Buaya Milik Dukun Sungai Jeruk
Gambar. Diskusi dalam Penyelesaian Laporan
8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK
41/41
Gambar. Diskusi dalam Penyelesaian Laporan