Upload
lelien
View
222
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
�
STUDI KASUS
ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
DEVI ANGGRAINI
NIM. P.10013
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
STUDI KASUS
ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
�
�
�
DISUSUN OLEH :
DEVI ANGGRAINI
NIM. P.10013
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Devi Anggraini
NIM : P. 10013
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. M
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
SRIKANDI RSJD SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwaTugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 08 Juni 2013
Yang membuat Pernyataan
DEVI ANGGRAINI
NIM. P. 10013
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. M
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Program Studi DIII
keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta, serta selaku dosen penguji III yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
4. Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 08 Juni 2013
Penulis
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................. 5
C. Manfaat Penulisan................................................ 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ..................................................... 7
B. Pengkajian............................................................ 8
C. Perumusan Masalah Keperawatan....................... 15
D. Perencanaan Keperawatan................................... 16
E. Implementasi Keperawatan................................. 20
F. Evaluasi Keperawatan......................................... 21
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan......................................................... 24
B. Simpulan............................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2 Look Book
Lampiran 3 Format Pendelegasian
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Konsul
Lampiran 6 Daftar riwayat hidup
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan jiwa menurut WHO adalah berbagai karakteristik positif
yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa menurut UU
Kesehatan Jiwa No. 3 yaitu suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan
perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain (Hartono, 2010).
Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan.
Orang dianggap sehat jika meraka mampu memainkan peran dalam
masyarakat dan perilaku mereka pantas dan adaptif. Sebaliknya, seseorang
dianggap sakit jika gagal memainkan peran dan memikul tanggung jawab
atau perilaku tidak pantas (Videbeck, 2008).
Karakteristik sehat jiwa terdiri dari persepsi yang sesuai dengan
realitas, mampu menerima diri sendiri dan orang lain secara alami, mampu
fokus dalam memecahkan masalah, menunjukan kemampuannya secara
spontan, mempunyai otonomi, mandiri, kreatif, puas dengan hubungan
interpersonal, kaya pengalaman yang bermanfaat, menganggap hidup ini
sebagai sesuatu yang indah (Ngadiran, 2010).
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan
lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal
dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan
biopsikososial (Simanjutak, 2006). Persepsi masyarakat bahwa penderita
gangguan jiwa adalah sesuatu yang mengancam juga harus diluruskan.
Selama ini keluarga masih beranggapan bahwa penanganan penderita
gangguan jiwa adalah tanggung jawab pihak Rumah Sakit Jiwa saja, padahal
faktor yang memegang peranan penting dalam hal perawatan penderita adalah
keluarga serta masyarakat di sekitar penderita gangguan jiwa tersebut
(Kusumawati, 2009).
Menurut WHO atau World Health Organization menyebutkan bahwa
prevalensi masalah keperawatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari
penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% di diantaranya
adalah gangguan jiwa berat. Potensi seseorang mudah terserang gangguan
jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena
dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku. Salah satu bentuk
gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah gangguan jiwa berat
yaitu Skizofrenia (Riza, 2010).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007 (Depkes
RI, 2007) menyebutkan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan
jiwa dari ringan hingga berat. Data dari 33 rumah sakit jiwa di seluruh
Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita jiwa berat mencapai 2,5
juta orang. Indonesia memiliki prevalensi sekitar 11% dari total penduduk
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
dewasa. Menurut penelitian WHO di beberapa negara berkembang
menunjukkan bahwa 30 – 50 % pasien yang berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan umum ternyata menderita gangguan kesehatan jiwa. Sedangkan
jumlah penderita Skizofrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima per 1000
penduduk. Mayoritas penderita berada di kota besar. Ini terkait dengan
tingginya stres yang muncul di daerah perkotaan. Dari hasil survei di rumah
sakit Indonesia, ada 0,5-1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa.
Pada penderita Skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi (Purba,
dkk dalam Riza, 2010).
Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku aneh
yang terganggu (videbeck, 2008). Salah satu gejala umum skizofrenia yaitu
adanya halusinasi atau gangguan persepsi sensori. Halusinasi adalah salah
satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penglihatan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahaan persepsi sensori: halusinasi bisa
juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua
sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan) (Cook & Fontaine, dalam Fitria, 2009).
Halusinasi pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling banyak
terjadi, diantaranya mendengar suara-suara, paling sering adalah suara
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
manusia yang menyuruh untuk melakukan suatu tindakan (Videbeck, 2008).
Respon klien akibat terjadinya halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan nyata dan tidak nyata (Yosep, 2010).
Berdasarkan data keseluruhan yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta pada akhir bulan April 2013 terdapat sejumlah pasien
keseluruhan 10268 pasien, didapatkan 4606 pasien (44,8%) yang mengalami
gangguan persepi sensori : halusinasi. Dan berdasarkan laporan periode bulan
Maret sampai bulan April 2013, pasien yang dirawat di ruang Srikandi RSJD
Surakarta sebanyak 32 pasien mengalami gangguan jiwa dan didapatkan 18
pasien atau 56,2% yang mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi,
rata-rata berumur antara 21 tahun sampai 50 tahun. Serta penulis tertarik
untuk menulis karya tulis ilmiah pada pasien dengan halusinasi dan pada
klien dengan inisial Nn. M dimana klien pada saat itu tampak menyendiri,
jarang berinteraksi dengan orang lain, tertawa sendiri serta berbicara sendiri
dan jika pada seseorang yang mengalami halusinasi dapat didefinisikan
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar), biasanya klien memberi
persepsi tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis
Karya Tulis Imiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Nn. M Dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Srikandi
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
B. Tujuan Penulisan�
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori
pada Nn. M dengan halusinasi pendengaran di ruang Srikandi RSJD
Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Nn. M dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keparawatan pada Nn. M dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada Nn. M dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Nn. M dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Nn. M dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
C. Manfaat Penulisan
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat dimanfaatkan untuk :
1. Bagi Penulis
a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan gangguan halusinasi pendengaran.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
b. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penerapan
asuhan keperawatan jiwa.
c. Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa.
2. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap bagi instansi terkait. Khususnya didalam
meningkatkan pelayanan perawatan pada kasus halusinasi.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat
kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan pada klien dengan halusinasi.
b. Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan halusinasi dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
�
�
�
�
�
�
�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
BAB II
LAPORAN KASUS
Bab II ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan jiwa yang
dilakukan pada Nn. M : halusinasi pendengaran di ruang Srikandi RSJD Surakarta
pada tanggal 22- 24 April 2013. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian,
analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Sedangkan asuhan keperawatan secara lengkap, dengan metode allo
anamnesa dan auto anamnesa.
A. Identitas Klien
Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 22
April 2013 didapatkan data sebagai berikut klien bernama Nn. M dengan
usia 21 tahun, tinggal di Malangjiwan, Colomadu, berjenis kelamin
perempuan, berpendidikan SMP. Klien masuk ke rumah sakit jiwa Surakarta
sejak tanggal 4 April 2013, diterima melalui IGD, dengan diagnosa medik
F.20.3 (skizofrenia tidak terinci), dokter yang merawat yaitu dr. H.
Sedangkan identitas penanggung jawab klien yaitu Tn. S berusia 60 tahun,
bertempat tinggal di Malangjiwan, Colomadu, bekerja sebagai wiraswasta,
hubungan dengan klien yaitu Ayah klien.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Klien dibawa ke RSJD Surakarta dengan alasan. Karena sejak 3
minggu klien tampak bingung, bicara kacau, sering berbicara sendiri dan
tertawa sendiri, kadang tiba-tiba marah dan mudah tersinggung, keluarga
sudah berusaha untuk memberikan obat yang diberikan dari rumah sakit
sebelumnya, tetapi klien tidak mau minum obat, Nn. M juga mendengar
suara jin yang menyuruhnya untuk marah-marah dan berbicara kasar
terhadap orang lain, suara itu muncul pada waktu siang dan malam hari
pada saat pasien sedang sendiri frekuensinya sering, kira-kira 5 menit,
klien juga tidak merasa takut, jika suara itu muncul klien menanggapinya
dengan ngomong sendiri dan tertawa sendiri. Dengan melihat kondisi klien
tersebut, keluarga hanya mendiamkannya saja dan melihat kondisi pasien
yang semakin parah akhirnya keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta untuk yang kelima kalinya.
2. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan sempat
dirawat di RSJD Surakarta sudah 5 kali, karena tidak teratur minum obat
akhirnya pasien kambuh lagi. Klien juga tidak pernah mengalami
penganiayaan fisik maupun seksual selama sakit serta tidak melakukan
tindakan kekerasan. Di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit
seperti klien. Pengalaman klien yang paling tidak menyenangkan adalah
saat SMA klien tidak naik kelas, klien merasa frustasi menjadi pendiam
dan tidak mau melanjutkan sekolah lagi.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
3. Faktor Presipitasi
Didapatkan hasil dari keluarga Nn. M mengatakan pada waktu
sekolah klien diejek teman-temannya karena klien gemuk, sehingga klien
merasa minder dan tidak dapat fokus pada sekolahnya dan akhirnya klien
tidak naik kelas.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan meliputi tanda-tanda vital
klien, dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92 kali/menit, suhu
36,7˚C, respirasi 20 kali/menit, tinggi badan 169cm, berat badan 120kg.
Dan hasil pengkajian keluhan fisiknya yaitu klien tidak mengalami riwayat
penyakit jantung , sesak nafas dan hipertensi.
5. Psikososial - Spiritual
Hasil pengkajian psikososial genogram didapatkan gambaran
Klien Nn. M 21 tahun halusinasi
Gambar 2.1. Genogram Nn. M
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal 1 rumah
: Perempuan : Garis keturunan
: Laki-laki Meninggal
: Perempuan meninggal
: Klien
Pengkajian psikososial didapatkan dari data diatas yaitu pasien
merupakan anak tunggal, pasien belum menikah, seorang perempuan,
tinggal satu rumah dengan ayah dan ibunya. Pada riwayat keluarga klien,
tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Pola konsep diri, pada gambaran diri klien mengatakan bagian
tubuh yang disukai adalah seluruh anggota tubuhnya, tidak ada anggota
tubuh yang tidak disukai, klien tidak mengalami kelainan fisik. Identitas
diri, klien adalah seorang perempuan berusia 21 tahun anak tunggal dan
belum menikah. Peran diri, klien mengatakan saat di rumah sebagai anak
yang selalu membantu orangtuanya dalam kegiatan rumah tangga. Ideal
diri, klien berharap ingin cepat sembuh dan segera kembali pulang
kerumah untuk menjalankan tugasnya seperti sedia kala. Harga diri, klien
mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain saling menghargai satu
sama lain.
Pola hubungan sosial, orang yang paling berarti dalam hidup klien
adalah kedua orang tuanya dan jika ingin mengadu atau berbicara
mengungkapkan apa yang dirasakan klien selalu mengadu pada ibunya.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat, didapatkan data
pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat dan
lingkunganya karena merasa malu dengan dirinya yang mengalami
gangguan mentalnya saat ini, sehingga pasien lebih suka diam dirumah
karena merasa terhibur dengan menonton televisi. Hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, klien mengatakan ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, buktinya klien jarang berinteraksi dengan
teman-temannya dan lebih suka tiduran ditempat tidur karena pasien
merasa malu.
Pada pengkajian pola spiritual, nilai dan keyakinan, klien
mengatakan bahwa dirinya beragama Islam, kegiatan ibadah, klien
mengatakan selama dirumah sakit dan dirumah jarang sholat karena klien
tiap kali sholat tidak bisa konsentrasi.
6. Status Mental
Selama dirumah sakit klien berpenampilan cukup rapi, rambut
selalu diikat, mandi 2x sehari dan kramas kurang lebih 3 hari sekali, baju
diganti setiap habis mandi. Pembicaraan klien saat dikaji cukup kooperatif,
klien mau berbicara tetapi harus didahului, bicara klien sesuai dengan apa
yang dibicarakan, kontak mata tidak tahan lama. Aktivitas motorik klien,
klien terkadang terlihat gelisah, namun klien mau melakukan kegiatan
sehari-hari diruangan. Alam perasaan, klien mengatakan perasaannya
biasa-biasa saja, karena keluarganya sering menjenguknya.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Afek klien sesuai dengan stimulus pada saat sedih ekspresi wajah
sedih, pada saat senang ekspresi wajah ceria. Interaksi selama wawancara,
klien mau berinteraksi bila didahului, kontak mata ada tetapi tidak tahan
lama, klien suka berbicara ngelantur, tampak gelisah, klien mudah
tersinggung.
Hasil pengkajian persepsi diri, klien mengatakan sering mendengar
suara-suara yang tidak nyata suara bisikan tersebut datang saat klien
sedang sendiri pada saat siang dan malam hari frekuensinya sering,
lamanya kurang lebih 5 menit, suara bisikan itu isinya bujukan jin yang
menyuruhnya supaya klien marah-marah dan berbicara kasar dengan orang
lain, klien juga tidak merasa takut jika suara itu muncul malah ditanggapi
dan kelihatan ngomong sendiri dan tertawa sendiri, tanpa melakukan
sesuatu biasanya suara itu hilang dengan sendirinya.
Hasil pengkajian proses pikir klien, ketika diajak berbicara
pembicaraan klien jelas sesuai dengan topik dan mampu menjelaskan apa
yang terjadi. Isi pikir klien, selalu memikirkan ingin segera pulang dan
bertemu dengan keluarga, klien tidak mengalami waham. Tingkat
kesadaran, klien tampak bingung tetapi klien mampu menyebutkan hari
atau orang dengan baik tanpa bantuan perawat. Hasil pengkajian memori
daya ingat klien masih baik antara jangka pendek pada klien didapatkan
klien mampu mengingat makanan yang dimakan waktu pagi hari tadi dan
memori jangka panjang Nn. M mampu mengingat masa lalu misalnya
sewaktu SMA tahun 2008 yang lalu klien tidak naik kelas.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Tingkat konsentrasi klien kurang, klien mampu berhitung
sederhana seperti berhitung 1 sampai 50. Kemampuan penilaian klien,
klien mampu mengambil keputusan sederhana seperti, cuci tangan
sebelum makan atau mandi terlebih dahulu sebelum beraktivitas. Daya
tilik diri klien, klien sadar bahwa dirinya sedang dirawat RSJD untuk
pengobatan agar cepat sembuh.
7. Persiapan Pulang
Hasil pengkajian kebutuhan persiapan pulang, didapatkan data
klien makan 3x sehari dengan teratur dan mandiri, klien makan habis 1
porsi yang disediakan oleh rumah sakit dengan menu nasi, sayur, lauk
pauk, tidak ada pantangan cara makan klien diaduk-aduk nasi dengan
lauknya. Klien minum habis antara 7 sampai 8 gelas kecil dalam sehari.
Klien mengatakan BAB/BAK lancar tidak ada gangguan pada saat
BAB/BAK selalu dikamar mandi secara mandiri kemudian membersihkan
dengan cara mengguyurnya dengan air dan dapat merapikan pakaiannya
sendiri setelah selesai BAB/BAK. BAB 1x sehari dan BAK 4-5x sehari.
Klien mandi dengan mandiri, mandi 2x sehari dengan memakai sabun dan
menggosok gigi. Klien setelah mandi dapat berhias dan berpakaian sendiri,
selalu menyisir rambut dan mengikatnya dengan tali rambut, ganti baju
sehari 2 kali, baju kotornya diletakkan didalam keranjang. Istirahat tidur,
klien tidur sehari kurang lebih 8 sampai 9 jam, tidur malam pukul 21.00
WIB, bangun pagi jam 05.00 WIB, pada saat siang hari kadang tidur
kurang lebih 1 jam. Penggunaan obat mengatakan sehabis makan klien
selalu minum obat yang disediakan oleh perawat.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Hasil pengkajian pemeliharaan kesehatan klien, mengatakan selalu
merawat dirinya sendiri, ketika klien sudah diperbolehkan pulang klien
dianjurkan kontrol sebelum obatnya habis. Kegiatan didalam rumah, saat
dirumah klien selalu membantu ibunya dalam kegiatan rumah tangga
seperti menyapu, mengepel ataupun mencuci baju. Kegiatan diluar rumah,
klien mengatakan jarang keluar rumah karena klien merasa minder dan
malu.
8. Mekanisme Koping
Pada pengkajian mekanisme koping, mekanisme koping adaftif
kalau ada masalah yang belum ada jalan keluarnya bercerita dengan
keluarganya, namun selalu menjadikan beban dalam pikiranya.
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien dapat diterima baik dengan masyarakat dan keluarganya.
Pengetahuan yang kurang yaitu klien kurang mengetahui tentang fungsi
obat yang telah diberikan oleh perawat.
10. Aspek Medik
Dengan diagnosa medik F.20.3 (skizofrenia tidak terinci). Klien
mendapatkan terapi obat yaitu terapi medis meliputi Trifloperazine (TFP)
3 x 5 mg yang fungsinya untuk mengurangi kebingungan dan halusinasi.
Trihexylphenidyl (THP) 3 x 2 mg yang fungsinya sebagai obat agar klien
rileks dan badan tidak kaku lagi, dan Chlorpromozime (CPZ) 2 x 100 mg
sebagai obat penenang. Pemeriksaan penunjang hasil laboratorium pada
tanggal 4 April 2013 yaitu gula darah sewaktu 103 mg/dL (normal :< 130
mg/dL), SGOT 37 u/L (normal : < 37 u/L), SGPT 19 u/L (normal : < 42
u/L).
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan
analisa data kemudian merumuskan diagnosa yang sesuai dengan prioritas,
menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan evaluasi
tindakan. Daftar perumusan masalah sebagai berikut, dari data subyektif
didapatkan data, klien mengatakan mendengar suara jin yang menyuruhnya
untuk marah-marah, suara-suara itu muncul dengan frekuensi sering dan
terjadi setiap siang dan malam hari saat sedang sendirian, lamanya kurag
lebih 5 menit. Ketika mendengar suara itu, klien tidak merasa takut jika suara
itu muncul klien menangapinya dengan berbicara sendiri dan tertawa sendiri.
Data obyektifnya didapatkan data, klien terlihat bingung dan tampak
berbicara sendiri, kontak mata tidak tahan lama, dan kadang tertawa sendiri.
Dari hasil pengkajian maka ditemukan masalah yang menjadi
diagnosa prioritas yaitu gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
Dari diagnosa tersebut maka dapat disimpulkan berupa pohon masalah sebagai
berikut:
Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan (akibat)
(core problem)
Isolasi sosial: menarik diri (penyebab)
Harga diri rendah kronis
Gambar 2.2 Pohon Masalah Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Gangguan persepsi sensori: halusinasi�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
D. Perencanaan
Rencana keperawatan yang dapat dilakukan meliputi tujuan umum
klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Sedangkan untuk TUK 1,
klien dapat membina hubungan saling percaya. Setelah dilakukan pertemuan
3x15 menit klien menunjukan tanda-tanda percaya terhadap perawat. Dengan
kriteria evaluasi ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan
masalah yang dihadapi. Intervensi yang dilakukan meliputi: bina hubungan
saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik seperti:
sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama,
nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap
jujur dan menepati janji setiap kali interaksi, tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya, beri perhatian kepada klien, tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien.
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya. Setelah dilakukan
pertemuan 3x15 menit klien mampu mengerti dan mengenal halusinasinya,
dengan kriteria evaluasi klien dapat mengenal tentang isi halusinasinya,
waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi dan situasi dan kondisi yang
menimbulkan halusinasi dan klien juga mampu menyebutkan responnya saat
mengalami halusinasi (marah, takut, sedih, senang, cemas atau
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
jengkel).Intervensi yang dilakukan meliputi : adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika menemukan klien
yang sedang halusinasi: tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika klien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang dialaminya, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami
hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh/menghakimi), katakan bahwa ada klien lain yang
mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat akan membantu klien, jika
klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien : isi, waktu, dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang), situasi
dan kondisi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi, diskusikan
dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya, diskusikan dengan klien apa yang
dilakukan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut,
diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya.
TUK 3 : klien dapat mengontrol halusinasinya. Setelah dilakkan
pertemuan 3x15 menit klien mampu menunjukkan cara mengontrol
halusinasinya, dengan kriteria evaluasi klien menyebutkan tindakan yang
biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien dapat
menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, klien dapat memilih dan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
memperagakan cara mengatasi halusinasi (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap),
klien menyebutkan manfaat minum obat serta nama, warna, dosis, efek terapi
dan efek samping obat, klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat
dengan benar, klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter, klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya.
Intervensi yang dilakukan yaitu identifikasi bersama klien cara atau
tindakan yang dilakukan jika terjadi (tidur, marah, menyibukan diri, dan lain-
lain, diskusikan cara yang digunakan klien jika cara yang digunakan adaptif
beri pujian, jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara
tersebut, diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi, katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (saya tidak mau
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap pada saat halusinasi terjadi), menemui
orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk menceritakan tentang
halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang
telah disusun, meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika sedang
berhalusinasi, untuk diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian
tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping
penggunaan obat, lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien, pantau klien
saat penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar,
diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, anjurkan klien
konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya,
beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih, pantau
pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya. Setelah dilakukan pertemuan 3x15 menit keluarga mampu
mendukung dalam mengontrol halusinasi, dengan kriteria evaluasi keluarga
menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, keluarga
menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan
tindakan untuk mengendalikan halusinasi. Intervensi yang dilakukan buat
kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik),
diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga/kunjungan
rumah): pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya
halusinasi, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi, obat-obatan halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi dirumah (beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi), beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.
TUK 5 : Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan mengikuti
terapi aktifitas kelompok. Setelah dilakukan pertemuan 3x15 menit klien
mampu mengontrol halusinasi dengan mengikuti terapi aktfitas kelompok.
Dengan kriteria evaluasi mengikuti terapi aktifitas kelompok stimulasi
persepsi atau orientasi realitas. Intervensi yang dilakukan anjurkan klien
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
mengikuti TAK stimulasi persepsi sesi 1 : menonton TV, anjurkan klien
mengikuti TAK stimulasi persepsi sesi 2 : membaca majalah, koran, anjurkan
klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sesi 3 : menggambar.
E. Implementasi
Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan gangguan
sensori persepsi : halusinasi pendengaran, pada hari pertama dilaksanakan
hari senin tanggal 22 April 2013, jam 11.00 WIB, untuk SP 1 penulis
melakukan membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi jenis
halusinasi klien, mengidentifikasi isi halusinasi, mengidentifikasi frekuensi
halusinasi, mengidentifikasi waktu, mengidentifikasi respon, mengajarkan
dan melatih cara 1 yaitu mengontrol halusinasi dengan menghardik,
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Respon pasien yaitu pasien dapat
mengidentifikasi isi, frekuensi , waktu halusinasi tersebut, klien menunjukkan
tanda-tanda percaya terhadap perawat.
Pada hari kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 23 April 2013
jam 09.00 WIB dilakukan SP 2, penulis melakukan mengevaluasi cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik, melatih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan
menyusun jadwal kegiatan harian. Respon pasien, pasien dapat mengontrol
halusinasi dengan menghardik dan dapat mempraktikkan cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Pada hari ketiga dilaksanakan pada hari rabu tanggal 24 April 2013
jam 08.45 WIB dilaksanakan SP 3, penulis mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan positif yang bisa dilakukan pasien, menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Responnya, klien dapat
menyebutkan dan mampu mempraktikkan cara menghardik dengan
melakukan kegiatan yang positif. SP 1, 2 dan 3 telah dilakukan.
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari. Evaluasi hari pertama
dilakukan pada hari senin tanggal 22 April 2013 jam 11.30 WIB, adapun hasil
evaluasi yang penulis dapatkan meliputi data subyektif klien mengatakan
senang berkenalan dengan perawat, klien mengatakan mendengarkan suara,
klien mengatakan mendengar suara jin yang menyuruhnya untuk marah-
marah, suara-suara itu muncul dengan frekuensi sering dan terjadi setiap
siang dan malam hari saat sedang sendirian, suara muncul lebih dari 3 kali
dalam sehari. Ketika mendengar suara itu, klien mengatakan merasatakut dan
gelisah, klien mengatakanbersedia diajari cara menghardik dan mau
mempraktekkannya, klien mengatakan bersedia memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian. Data obyektif yaitu selain itu klien juga kooperatif saat
diajak interaksi, klien mau berjabat tangan, menyebutkan nama lengkap dan
nama panggilan, kontak mata ada namun tidak tahan lama, klien menjawab
pertanyaan yang diberikan perawat, klien bisa menjelaskan jenis, isi,
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
frekuensi, waktu dan respon klien saat halusinasi dialami, klien
memperhatikan teknik menghardik yang diajarkan, klien memasukkan
kejadwal kegiatan harian. Hasil yang didapat setelah dilakukannya interaksi
dengan klien yaitu klien mampu mengungkapkan halusinasi yang dialami dan
klien bisa menyebutkan dan mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik secara benar. Penulis dapat menganalisa bahwa masalah
teratasi. Rencana selanjutnya yang penulis rencanakan untuk klien, anjurkan
klien untuk mempraktekkan menghardik dan memasukkan ke dalam jadwal
harian, dan untuk perawat sendiri atau penulis untuk mengevaluasi SP 1 dan
melanjutkan ke SP 2.
Evaluasi hari kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 23 April
2013 jam 11.00 WIB adapun hasil evaluasi yang penulis dapatkan dengan
data subyektifklien mengatakan perasaannya tenang, klien mengatakan telah
mencoba cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, klien mengatakan
bersedia diajari cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain, klien mengatakan mau mencoba cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Dengan data obyektif klien
kooperatif saat berinteraksi, klien tampak tenang, klien mampu melakukan
cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, klien
tampak menyusun jadwal kegiatan harian. Hasil yang didapat setelah
dilakukannya interaksi dengan klien yaitu klien mau berlatih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, analisa data masalah
teratasi. Rencana selanjutnya yang penulis rencanakan untuk klien, anjurkan
klien untuk mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan cara
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain, serta memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian. Untuk perawat sendiri atau penulis untuk
mengevaluasi SP 2 dan melanjutkan ke SP 3.
Evaluasi hari ketiga dilaksanakan pada hari rabu tanggal 24 April
2013 jam 12.30 WIB adapun hasil evaluasi yang penulis dapatkan data
subyektif yaitu klien mengatakan masih ingat dan sudah mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, klien
mengatakan perasaannya tenang, klien mengatakan bersedia diajari cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang positif, seperti
merapikan tempat tidur, membereskan tempat makanan, klien mengatakan
mau mencoba cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
positif, klien mengatakan bersedia memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian. Dengan data obyektif klien kooperatif saat berinteraksi, klien tampak
tenang, klien mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan yang bisa dilakukan seperti merapikan tempat tidur,
membereskan tempat makan, klien tampak menyusun jadwal kegiatan harian.
Hasil yang didapat setelah dilakukannya interaksi dengan klien yaitu klien
mau berlatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
positif yang bisa dilakukan klien dengan analisa data masalah teratasi. Untuk
rencana selanjutnya yang penulis rencanakan untuk klien adalah anjurkan
klien untuk mengontrol halusinasi dengan menganjurkan klien untuk minum
obat secara teratur dan untuk perawat atau penulis adalah mengevaluasi SP 1,
SP 2 dan SP 3, intervensi dihentikan.
�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori
dengan studi kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Nn. M :
halusinasi pendengaran di ruang Srikandi RSJD Surakarta, pada tanggal 22 –
24 April 2013. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Nurjannah 2005), pengkajian
merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa
dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara
dengan klien, observasi secara langsung terhadap kemampuan dan
perilaku klien dan juga dari medical record. Selain itu keluarga juga
berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Nn. M namun saat dilakukan pengkajian tidak ada
anggota keluarga klien yang menjenguknya jadi penulis tidak memperoleh
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
informasi dari pihak keluarga. Dalam pengkajian keperawatan ini
dikumpulkan data tentang identitas klien, diagnosa medis, identitas
penanggung jawab, catatan masuk, alasan masuk, riwayat kesehatan klien,
pengkajian pola kognitif-perceptual, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, terapi medis, analisa data, prioritas diagnosa keperawatan serta
pohon masalah. Disini sudah terdapat kesesuaian antara resume kasus
dengan konsep teori, yaitu :
Pada kasus diatas yang menjadi alasan masuk klien yaitu klien
masuk dengan diantar kedua orang tuanya karena mendengar suara jin
yang menyuruhnya untuk marah-marah, suara itu biasanya timbul pada
siang dan malam hari. Keluarga sudah berusaha untuk memberikan obat
yang diberikan dari rumah sakit sebelumnya, tetapi klien selalu menolak
dan tidak mau minum obat karena pasien merasa bosan dan obat yang
diminum rasanya pahit.
Menurut Cook and Fontaine (dalam Fitria, 2005) perubahan
persepsi sensori halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana
klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi
palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan,
biasanya klien merasakan stimulus yang bisa juga diartikan sebagai
persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering
terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi sistem penginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan).
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui
namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti factor biologis,
psikososial, social budaya dan stressor pencetusnya adalah stress
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
lingkungan, biologis, pemicu masalah koping dan mekanisme koping
(Nasution, 2003).
Menurut Erlinafsiah (2010), faktor predisposisi yang menjadi
penyebab halusinasi ada tiga, salah satunya faktor psikologis. Pada faktor
psikologis dijelaskan hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta
adanya peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang
akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang kehidupan klien. Klien sebelumnya pernah mengalami
gangguan jiwa dan sempat dirawat di RSJD Surakarta sudah 5 kali, karena
tidak teratur minum obat akhirnya klien kambuh lagi. Klien juga tidak
pernah mengalami penganiayaan fisik maupun seksual selama sakit serta
tidak melakukan tindakan kekerasan. Di dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami sakit seperti klien. Pengalaman klien yang paling tidak
menyenangkan adalah saat SMA klien tidak naik kelas, dia merasa frustasi
menjadi pendiam dan tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan
pengkajian penulis.
Menurut Erlinafsiah (2010), faktor presipitasi secara umum pada
klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Teori ini sudah sesuai dengan pengkajian
karena didapatkan data, untuk faktor presipitasi pada klien itu sendiri yaitu
saat SMA klien selalu diejek teman-temannya karena dia memiliki badan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
yang gemuk sehingga klien merasa minder dan tidak naik kelas pada tahun
2008 sejak itu dia merasa frustasi menjadi pendiam dan tidak mau
melanjutkan sekolah lagi.
Menurut Carpenito (2004), perubahan sensori-persepsi
menggambarkan individu dengan perubahan persepsi dan kognisi yang
dapat bermanifestasi dengan perubahan persepsi dan sensori. Untuk itu di
dalam persepsi harus dijelaskan jenis-jenis halusinasi yang dialami klien,
menjelaskan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak saat klien
berhalusinasi. Dalam pengkajian penulis didapatkan data bahwa klien suka
mendengar suara-suara yang tidak nyata suara bisikan tersebut datang saat
klien sedang sendiri pada saat siang dan malam hari frekuensinya sering,
lamanya kurang lebih 5 menit, suara bisikan itu isinya bujukan jin supaya
klien marah-marah dengan orang lain, Nn. M juga tidak merasa takut jika
suara itu muncul malah ditanggapi dan kelihatan seperti ngomong sendiri
dan tertawa sendiri, tanpa melakukan sesuatu, biasanya suara itu hilang
dengan sendirinya. Menurut Nanda (2005), menyebutkan beberapa batasan
karakteristik dari gangguan sensori persepsi yaitu munculnya halusinasi,
konsentrasi buruk, gelisah, disorientasi waktu, tempat, orang, serta
perubahan kemampuan pemecahan masalah. Teori ini sudah sesuai dalam
pengkajian karena didapatkan data bahwa ketika diajak berbicara, klien
mau berinteraksi bila didahului, kontak mata ada tetapi tidak tahan lama,
klien suka berbicara ngelantur, tampak gelisah, klien mudah tersinggung.
Tetapi untuk disorientasi waktu, tempat dan orang klien tidak mengalami
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
hal tersebut karena klien mempunyai ingatan yang cukup baik, misalnya
makanan yang dimakan klien dapat menyebutkannya, selain klien juga
dapat mengingat memori jangka panjang, misalnya klien mengingat bahwa
tidak naik kelas pada tahun 2008 yang lalu. Serta untuk perubahan
kemampuan pemecahan masalah klien juga tidak mengalami perubahan
tersebut karena didapatkan data bahwa klien mampu mengambil keputusan
yang sederhana saat diberi pertanyaan oleh perawat, misalnya klien
memilih cuci tangan sebelum makan atau mandi terlebih dahulu sebelum
beraktivitas.
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan tanda- tanda vital,
kepala, mata, telinga, mulut, leher, dada, abdomen, kulit, dan kuku
(Kusyati, 2006). Hasil pemeriksaan fisik tanggal 22 April 2013, yang
penulis lakukan pada klien didapatkan data sebagai berikut : tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 92 kali/menit, suhu 36,7˚C, respirasi 20 kali/menit,
tinggi badan 169 cm, berat badan 120 kg. Penulis tidak mencantumkan
pengkajian lanjut tentang sistem dan fungsi organ karena pasien tidak
mengalami gangguan fisik.
Menurut Keliat (2005), pohon masalah pada halusinasi dapat
mengakibatkan klien mengalami kehilangan kontrol pada dirinya,
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada empat fase, dimana klien
mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Masalah yang menyebabkan halusinasi itu adalah harga diri rendah dan
isolasi sosial, maka klien menjadi menarik diri dari lingkungan.
Berdasarkan masalah – masalah tersebut, maka disusun pohon
masalah yaitu isolasi sosial (menarik diri) sebagai penyebab, gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran atau lihat sebagai core problem,
dan resiko perilaku kekerasan yang diarahkan pada lingkungan sebagai
akibat (Rasmun, 2009).
Penulis mengangkat diagnosa keperawatan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran sebagai prioritas masalah utama yang
didukung dengan data subyektif yaitu Nn. M mengatakan mendengar
suara jin yang menyuruhnya untuk marah-marah dan berbicara kasar
terhadap orang lain, suara itu muncul 1 hari pada waktu siang dan malam
hari pada saat pasien sedang sendiri frekuensinya sering, kira-kira 5 menit,
klien juga tidak merasa takut, jika suara itu muncul klien menanggapinya
dengan ngomong sendiri dan tertawa sendiri. Data objektif klien tampak
bingung, kadang sering mondar mandir dan ngomomg sendiri. Diagnosa
keperawatan yang kedua yaitu adalah isolasi sosial atau menarik diri
didapatkan data subjektif klien mengatakan malu dan merasa sendiri,
jarang berinteraksi dengan orang lain klien lebih suka tiduran dan
menonton televisi. Data objektif klien tampak menyendiri, bingung,
gelisah, tampak sedih dan tidak komunikatif. Berdasarkan pohon masalah
yang ditemukan pada Nn. M dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
yang berarti antara pohon masalah dalam teori dengan yang dialami Nn.
M.
Penulis menuliskan aspek medik, pasien di diagnosa medis
Skizofrenia tidak terinci, klien mendapatkan terapi obat meliputi
Trifloperazine (TFP) 3 x 5 mg yang fungsinya untuk mengurangi
kebingungan dan halusinasi., THP (Trihexylphenidyl) 3 x 2 mg yang
fungsinya sebagai obat agar klien rileks dan badan tidak kaku lagi, dan
CPZ (Chlorpromozime) 2 x 100 mg sebagai obat penenang. Pemeriksaan
penunjang hasil laboratorium pada tanggal 4 April 2013 yaitu Gula darah
sewaktu 103 mg/dL (normal :< 130 mg/dL), SGOT 37 u/L (normal : < 37
u/L), SGPT 19 u/L (normal : < 42 u/L).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Gordon, diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang
dibuat oleh perawat professional yang menggambarkan tanda dan gejala
yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien dimana
perawat yang berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu
menolongnya (Stuart, 2003). Schultz dan Videbeck (dalam Nurjannah,
2004) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan berbeda dari diagnosa
psikiatrik medis dimana diagnosa keperawatan adalah respon klien
terhadap masalah medis atau bagaimana masalah mempengaruhi fungsi
klien sehari-hari yang merupakan perhatian utama diagnosa keperawatan.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Di dalam konsep dasar menurut Keliat (2006), ada tiga masalah
keperawatan pada gangguan sensori persepsi : halusinasi yaitu resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, gangguan sensori
persepsi : halusinasi, dan gangguan isolasi sosial : menarik diri. Sementara
itu, pada kasus kelolaan penulis hanya mengambil satu prioritas diagnosa
masalah yaitu gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
Menurut Videbeck (2008), halusinasi dapat melibatkan panca
indera dan sensasi tubuh. Beberapa manifestasi klinik halusinasi antara
lain yaitu bicara sendiri, senyum sendiri, mendengar suara, melihat
mengucapkan, menghirup, dan menanyakan sesuatu yang tidak nyata,
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan, tidak dapat memusatkan
perhatian atau konsentrasi, pembicaraan kacau dan kadang jelas, sikap
curiga dan bermusuhan, menyalahkan diri sendiri dan orang lain, ekspresi
muka tegang dan tersinggung.
Data yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa gangguan
sensori persepsi : halusinasi pendengaran yaitu klien mengatakan
mendengar suara-suara yang tidak nyata suara bisikan tersebut datang saat
klien sedang sendiri pada saat siang dan malam hari frekuensinya sering,
lamanya kurang lebih 5 menit, suara bisikan itu isinya bujukan jin supaya
klien marah-marah dengan orang lain, Nn. M juga tidak merasa takut jika
suara itu muncul malah ditanggapi dan kelihatan seperti ngomong sendiri
dan tertawa sendiri, tanpa melakukan sesuatu, biasanya suara itu hilang
dengan sendirinya. Klien terlihat bingung dan gelisah, klien juga terlihat
bicara sendiri dan tertawa sendiri.
3. Rencana Keperawatan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Menurut Nursalam (2003), secara tradisional rencana keperawatan
diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan
masalah, tujuan dan intervensi. Sebagaimana disebutkan bahwa rencana
keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan
pada klien, hal ini dapat disesuaikan dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur). Sedangkan dalam rencana keperawatan dituliskan bahwa
perawat melakukan bina hubungan saling percaya dengan klien, hal ini
dilakukan dengan alasan menurut Videbeck (2008) bahwa membangun
rasa percaya antara klien dan perawat dapat membantu menghilangkan
rasa takut klien. Perawat juga perlu melakukan kontak sering dan singkat
secara bertahap dengan klien, hal ini dilakukan dengan alasan bahwa
keberadaan perawat merupakan kontak dengan realitas bagi klien dan juga
dapat menunjukkan perhatian dan kepedulian perawat yang tulus terhadap
klien. Memanggil nama klien, menyebutkan hari dan waktu, dan memberi
komentar tentang lingkungan merupakan cara-cara yang bermanfaat untuk
melanjutkan kontak dengan klien. Perawat juga harus mengobservasi klien
dari tanda-tanda halusinasi (sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara
atau tertawa sendiri, terdiam ditengah-tengah pembicaraan), hal ini
dilakukan dengan alasan bahwa cara ini akan mencegah respons agresif
yang diperintah dari halusinasinya. Perawat juga menunjukkan sikap
menerima akan mendorong klien untuk menceritakan isi halusinasinya, hal
ini perlu dilakukan karena untuk mencegah kemungkinan terjadinya
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
cedera terhadap klien atau orang lain karena adanya perintah dari
halusinasi (Townsend, 2004).
4. Implementasi
Menurut Efendy dalam Nurjanah, 2005 implementasi adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Sebelum melakukan tindakan keperawatan yang
telah di rencanakan perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisinya
saat ini atau here and now.
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun. Sebelumnya perawat terlebih dahulu
membekali dengan penyusunan strategi komunikasi. Strategi komunikasi
antara perawat dan klien kearah pemecahan masalah klien untuk mencapai
tujuan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya. Penulis tidak
menjabarkan secara rinci implementasi yang sudah penulis lakukan yaitu
menggunakan komunikasi terapeutik, menyapa klien dengan ramah baik
verbal maupun nonverbal.
Interaksi keperawatan yang tidak dapat penulis lakukan adalah
TUK 4 yaitu klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasi dan TUK 5 yaitu klien dapat mengontrol halusinasinya dengan
mengikuti terapi aktifitas kelompok, karena selama tiga hari sejak tanggal
pengkajian tidak ada keluarga klien yang datang mengunjungi, sehingga
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
pelaksanaan TUK 4 dan TUK 5 penulis mendelegasikan pada perawat
ruangan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
(Kurniawati, 2004). Menurut Nursalam (2003), ada dua komponen untuk
mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, salah satunya yaitu evaluasi
hasil (sumatif). Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku
atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Dalam
kasus ini penulis menggunakan evaluasi hasil (sumatif) serta
menggunakan system penulisan SOAP, karena evaluasi hasil (sumatif)
dilakukan pada akhir tindakan perawatan klien dan SOAP terdiri dari data
subyek, data obyektif, analisis/ assesment, dan plan. Evaluasi dilakukan
setiap hari sesudah dilakukan interaksi terhadap klien.
Hasil evaluasi yang penulis dapat sesuai dengan kriteria evaluasi
yang penulis jabarkan dalam BAB II, evaluasi yang penulis lakukan
meliputi hubungan saling percaya dengan klien tercapai dengan ditandai
bahwa klien bersedia duduk berhadapan dengan penulis, klien bersedia
berkenalan dan menjabat tangan penulis, klien bersedia menyebutkan
nama dan nama panggilan yang disukai yaitu Nn. M, klien bersedia
menceritakan tentang masalah yang dialaminya, klien juga menjelaskan
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
tentang halusinasi yang dialaminya, selain itu klien juga bersedia diajarkan
cara mengontrol halusinasinya, klien juga mampu memperagakan ulang
cara yang dilatih dengan benar.
Beberapa kesulitan yang dialami penulis selama proses
keperawatan dilakukan yaitu TUK 4 dan 5 dalam diagnosa keperawatan
tidak dapat tercapai semua dikarenakan selama proses keperawatan
keluarga tidak ada yang datang menjenguk klien. Penulis melakukan
pendelegasian dengan kerjasama tim antar para perawat ruangan.
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
a. Pengkajian diperoleh data subjektif bahwa klien mendengar suara-
suara bisikan saat klien sedang sendiri pada saat siang dan malam hari
frekuensinya sering, lamanya kurang lebih 5 menit, suara bisikan itu
isinya bujukan jin supaya klien marah-marah dan berbicara kasar
dengan orang lain, Nn. M juga tidak merasa takut jika suara itu muncul
malah ditanggapi dengan bicara sendiri dan klien tampak ngomong
sendiri dan tertawa sendiri, tanpa melakukan sesuatu, biasanya suara
itu hilang dengan sendirinya. Data obyektif didapatkan data, klien
terlihat bingung dan tampak berbicara sendiri, kontak mata tidak tahan
lama, dan kadang tertawa sendiri.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
b. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil
dari pengkajian. Sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus
Nn. M adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi.
c. Rencana keperawatan yang dapat dilakukan meliputi tujuan umum
klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Serta untuk TUK 1
klien dapat membina hubungan saling percaya, TUK 2, klien dapat
mengenal halusinasinya, TUK 3, klien dapat mengontrol
halusinasinya, TUK 4, klien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya, dan untuk TUK 5, klien dapat mengontrol
halusinasinya dengan mengikuti terapi aktifitas kelompok, tetapi tidak
dapat diselesaikan semua karena keterbatasan waktu, hanya TUK 1
sampai TUK 3 yang dapat terselesaikan.
d. Implementasi di atas penulis dapat memberikan 3 SP, yaitu SP I
(membina hubungan saling percaya), SP II (mengenal halusinasi) dan
SP III (mengontrol halusinasi dengan cara yang pertama yaitu
menghardik dan cara yang kedua bercakap-cakap dengan orang lain
serta memasukannya kedalam jadwal harian), tetapi untuk SP IV dan
SP V belum dilakukan karenaketerbatasan waktu yang dimiliki oleh
penulis.
e. Evaluasi pada hari terakhir yang telah penulis lakukan yaitu pada hari
rabu 24 April 2013 pukul 12.30 WIB yaitu didapatkan data klien
mengatakan hari ini perasaannya senang dan sudah mampu mengenal
halusinasi yang dialaminya yaitu halusinasi pendengaran dan klien
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik dan sudah mempraktekannya, serta klien mampu
mempraktekan cara mengontrol halusinasi dengan cara yang kedua
yaitu bercakap - cakap dengan orang lain fungsinya jika cara yang
pertama belum hilang juga bisa dilakukan cara yang kedua ini dan
klien mau memasukkan kedalam jadwal harian. Analisa klien
didapatkan klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang pertama yaitu� menghardik dan klien mampu
mempraktekan cara mengontrol halusinasi dengan cara yang kedua
yaitu bercakap-cakap dengan orang lain dan klien mau memasukan
kedalam jadwal harian. Penulis mendelegasikan kepada perawat ruang
untuk memvalidasi cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain yaitu,
mengevaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cara yang pertama
yaitu menghardik, dan melatih klien cara mengontrol halusinasi
dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain,serta
menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian. Bagi klien,
validasi SP 1 klien dapat mebina hubungan salng percaya, lanjut SP 2
yaitu mengenal halusinasi, SP 3 mengontrol halusinasi dengan cara
yang pertama yaitu menghardik dan cara yang kedua bercakap-cakap
dengan orang lain, serta anjurkan klien memasukkan kedalam jadwal
harian.
2. Saran
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran
sebagai berikut:
a. Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan
komunikasi terapeutik kepada pasien, sehingga dapat mempercepat
proses penyembuhan pasien.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada
mahasiswa secara maksimal, sehingga mahasiswa mendapatkan
gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan dengan benar.
c. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengkajian dengan baik melalui
penyusunan rencana kerja dengan baik dalam mendapatkan data yang
lebih akurat.
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik keperawatan Jiwa. Jakarta :
TIM.
Fitria, Nita. 2009. “ Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.”, Salemba Medika,
Jakarta, hal 5.
Hartono, Yudi. 2010. “ Buku ajar keperawatan jiwa.”, Salemba Medika ,
Jakarta, hal 2.
Keliat, Budi Ana, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC.
Kusumawati, Ira. 2011. “ Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat
terhadap pasien dengan gangguan jiwa.” Diakses pada tanggal 26 April
2013.
Nasution, siti saidah. 2003. " Asuhan keperawatan pada pasien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi ". Digitized by USU digital
library. Diakses 27 April 2013.
Ngadiran. 2010. “ Study femonologi pengalaman keluarga entang beban dan sumber dukungan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
halusinasi di wilayah cimahi dan bandung ”, http://ppublicstion_uploud071203937713001196646105okt-
nov2010new.pdf. Di akses pada tanggal 26 April 2013.
Nurjannah, Intanasari. 2005 " Aplikasi proses Keperawatan pada Diagnosis
Resiko Kekerasan Diarahkan pada Orang Lain dan Gangguan Sensori
Persepsi". Yoyakarta : MocoMedika.
Nursalam. 2003. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Rasmun. 2009. "Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan
keluarga". Jakarta : Sagung Seto.
Riza, Hasma. 2012. “ Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien halusinasi dengan perilaku keluarga dalam merawat pasien
halusinasi.” Di akses pada tanggal 26 April 2013.
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
�
�
Santoso, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006. Prima
Medika.
Simanjutak dan Wardiyah. 2006. " Hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluaraga yang
mengalami gangguan jiwa di rumah sakit jiwa propinsi Sumatera utara, Medan." Volume. 2 Nomor 1, diakses 25 april 2013.
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Townsend, Mary C. 2004. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.
Jakarta : EGC.
Videbeck. 2008. “ Buku ajar keperawatan jiwa ”, EGC , Jakarta, hal 3, 362, 348.
Yosep, Iyus. 2010. “ Keperawatan Jiwa”. Bandung : PT. Refika Aditama. Edisi
ketiga.
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com