Upload
others
View
27
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI
DANGE DI DESA LANGKIDI KECAMATAN BAJO
KABUPATEN LUWU
(Studi Kasus IKM Dange Masani)
MAYA SARI
1602405035
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
i
STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI DANGE DI
DESA LANGKIDI KECAMATAN BAJO
KABUPATEN LUWU
(Studi Kasus IKM Dange Masani)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada
Pertanian Progran Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo
MAYA SARI
1602405035
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu Menjadi Dange di
Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu (Studi
Kasus IKM Dange Masani)
Nama : Maya Sari
NIM : 1602405035
Program Studi : Agribisnis
Tanggal Ujian : 29 September 2020
Menyetujui,
Pembimbing II, Pembimbing I,
Erni Firdamayanti, S.TP., M.Si. Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si.
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Agribisnis, Dekan Fakultas Pertanian,
Abdul Rais, S.Si., M.Ling. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.
Tanggal: Tanggal:
iii
iv
UNIVERSITAS COKROAMINOTOPALOPO
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo91913 - Sulawesi Selatan
Telepon (0471) 222111, Fax. (0471) 32055.Website. http://www.uncp.ac.id
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN NASKAH SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Maya Sari
NIM : 1602405035
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Menyatakan bahwa naskah Skripsisaya dengan :
Judul : Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu
Menjadi Dange di Desa Langkidi Kecamatan
Bajo Kabupaten Luwu (Studi Kasus IKM
Dange Masani)
Adalah benar merupakan karya asli saya yang dibuat berdasarkan serangkaian
gagasan, rumusan, metode, dan penelitian yang telah saya laksanakan sendiri.
Sumber informasi dalam karya initelah dituliskan sesuai dengan kaidah
pengutipan yang berlaku dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka dan belum
pernah dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebaik-baiknya tanpa ada paksaan dari
pihak manapundan apabila dikemudian hari ditemukan keterangan yang tidak
benar maka saya bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan.
Palopo, 08 Oktober 2020
Maya Sari
NIM. 1602405035
v
ABSTRAK
Maya Sari.2020. Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu Menjadi Dange di
Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu (Studi Kasus IKM Dange
Masani). (dibimbing oleh. Suaedi dan Erni Firdamayanti).
Berdasarkan penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan usaha pengolahan
sagu menjadi dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember-Januari 2020 di Desa Langkidi
Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif
kuantitatif dan menggunakan sampel pemilik usaha dange. Penelitian ini
menggunakan pendekatan evaluasi proyek/usaha, sehingga bisa diketahui layak
atau tidak layak usaha dijalankan. Sedangkan analisis yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan pada aspek finansial yang diukur menggunakan
kriterian investasi yang terdiri dari BEP dan B/C Ratio. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa usaha dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten
Luwu layak untuk diusahakan. Hal ini berdasarkan jika nilai B/C Ratio semakin
tinggi maka tingkat keuntungan dalam suatu usaha bisa menjadi lebih tinggi.
Penggunaan B/C Ratio ini diketahui bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
hasil yang diperoleh dari usaha yang menguntungkan pada periode tertentu.
Apabila B/C > 1 maka usaha tersebut layak dilanjutkan sedangkan apabila B/C <
1 maka usaha tersebut dinyatakan merugi (tidak layak).
Kata kunci: Aspek Finansial, Produksi, Pendapatan, Kelayakan Usaha.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur kita
panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa atas limpahan rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi inidenganjudul “Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu
Menjadi Dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu (Studi Kasus
IKM Dange Masani)”.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, dorongan, semangat, dan
bimbingan dari berbagai pihak dan penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, tetapi berkat usaha dan kerja keras yang senantiasa diiringi doa serta
dukungan dari orang tua dan saudara semua dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis patut dan wajar menyampaikan
ucapan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayah Muh Yusuf dan Ibu
Nurhayana dan saudaratercinta (Adryan) yang tak henti-hentinya mendoakan,
memberi dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selain
itu penulis juga menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Drs. Hanafie Mahtika, M.S., Selaku Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo
2. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si., Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo.
3. Abdul Rais, S.Si., M.Ling., Selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Universitas Cokroaminoto Palopo.
4. Bapak Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan kepercayaann, bimbingan dan masukan kepada penulis.
5. Ibu Erni Firdamayanti, S.TP., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan ilmu, perhatian, arahan, dan masukan yang sangat berarti kepada
penulis.
6. Segenap dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan ilmu, nasehat dan bantuan
lainnya yang bersifat membangun.
vii
7. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan semangat dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membutuhkan. Semoga budi baik
dan amal dari semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun
material senantiasa mendaapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT, Aamin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Palopo, Oktober 2020
Maya Sari
viii
RIWAYAT HIDUP
MAYA SARI, lahir di Desa Sampano pada tanggal 19 Januari
1997, anak ke 1 dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan
Ayah Muh Yusuf dan Ibu Nurhayana. Penulis mulai
memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar di MI Salubua
pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2010. Penulis
melanjutkan pendidikan di MTs Salubua pada tahun 2010 dan
lulus pada tahun 2013, kemudian melanjutkan pendidikan di MA Salubua pada
tahun 2013 dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan
pendidikan perguruan tinggi di Universitas Cokroaminoto Palopo mengambil
jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian. Pada akhir perkuliahan dalam menuntut
ilmu untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, penulis menyusun skripsi yang
berjudul “Studi Kelayakan Usaha Pengolahan Sagu Menjadi Dange Di Desa
Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu (Studi Kasus IKM Dange Masani)”.
Penulis menyelesaikan studi di Universitas Cokroaminoto Palopo pada tahun
2020.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
SURAT KETERANGAN HASIL SIMILARITY ........................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ........................................................................... 2
1.3 TujuanPenelitian ............................................................................ 2
1.4 ManfaatPenelitian .......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KajianTeori .................................................................................... 3
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 11
2.3 Kerangka Pikir ............................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 13
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 13
3.3 Sampel ............................................................................................ 13
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 13
3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................... 13
3.6 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 14
3.7 Defenisi Operasional ...................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 16
x
4.2 Pembahasan .................................................................................... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 27
5.2 Saran ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28
LAMPIRAN ..................................................................................................... 30
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 16
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................................... 17
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..................................... 18
4. Siklus Produksi Usaha Dange ..................................................................... 21
5. Variabel Cost dan Fix Cost Usaha Dange ................................................... 21
6. Laporan Cash Flow (Arus Kas) Usaha Dange ............................................ 23
7. Rata-Rata Biaya Usaha Dange .................................................................... 24
8. Jumlah Pendapatan Usaha Dange ................................................................ 24
9. Analisis Kelayakan Usaha Dange ................................................................ 25
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halamann
1. Kerangka Pikir ............................................................................................. 12
2. Kuesioner Wawancara Responden ............................................................... 32
3. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sagu merupakan makanan yang digemari oleh penduduk di Desa Langkidi
bahkan sudah menjadi makanan pokok di daerah tersebut. Di Sulawesi selatan
terdapat cukup banyak sagu pada beberapa kabupaten. Kawasan Luwu Raya
(Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur) merupakan kabupaten yang memiliki
potensi yang besar untuk pengembangan sagu. Luwu memiliki wilayah potensi
lahan yang sangat luas, dimana sagu tidak hanya dibudidayakan tetapi tumbuh
dengan sendirinya. Dengan budidaya yang dilakukan dengan baik nantinya bisa
menjadikan sagu di Sulawesi Selatan berkembang dengan baik dan maksimal
(Jumadi, 2003).
Sagu biasanya di olah menjadi beberapa makanan tradisonal seperti dange
meskipun sagu merupakan pangan pokok yang terdahulu lebih dominan
dikonsumsi, namun saat ini beras yang lebih banyak dikonsumsi masyarakat di
daerah tersebut. Tetapi bukan berarti sagu ditinggalkan untuk dikonsumsi. Sagu
merupakan makanan yang sangat digemari oleh penduduk di daerah tersebut.
Ketersediaan pangan sagu yang melimpah di daerah tersebut bersumber dari
produksi usahatani sehingga muncul ide responden untuk membuat suatu usaha
pengolahan sagu menjadi makanan tradsional yaitu “dange”. Studi kelayakan
bisnis atau proyek adalahsalah satu kegiatan untuk mengevaluasi, menganalisis,
serta menilai kelayakan bisnis bisnis atau sebuah proyek yang dijalankan.
Jumingan (2009).
Dalam usaha pengolahan sagu “dange” ini masih terus-menerus dilakukan
pengembangan usaha, mengingat banyaknya persaingan usaha dangemaka
responden berusaha untuk membuat menarik hati para konsumen agar membeli
dange tersebut, sehingga mampu meningkatkan penghasilan responden dengan
laba yang lebih unggul. Usaha dange yang dijalankan diperperlukan adanya
analisis kelayakan usaha untuk mengetahui usaha yang dijalankan apakah layak
atau tidak untuk diusahakan.
Pada rumah tangga yang tidak memproduksi sagu, mereka memenuhinya dari
membeli di pasar dan juga bantuan atau pemberian dari keluarga mereka, karena sagu
2
tidak sulit didapatkan.Rumah tangga dengan ketersediaan pangan sagu yang didapatkan
kemudian mendirikan usaha ini hingga mengolah menjadi makanan (dange) sampai
kemudian dijual kepada masyarakat.Namun dalam usaha ini masih dalam bentuk
pemasaran skala kecil belum terlalu besar skala pemasarannya.Maka dari itu timbul rasa
ketertarikan peneliti untuk meneliti usaha pengolahan dange di Desa Langkidi Kecamatan
Bajo Kabupaten Luwu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitubagaimana kelayakan usaha pengolahan sagu menjadi dange di
Desa Langkidi, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan sagu menjadi dange di Desa
Langkidi, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai sumber pengetahuan mengenai pengolahan sagu menjadidange.
2. Sebagai pengetahuan dan bahan informasi bagi pemerintah maupun masyarakat
setempat mengenai manfaat sagu dalam kehidupan masyarakat untuk bahan
penelitian sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Sagu
Sagu merupakan sumber energi serta memiliki kandungan protein paling
unggul diantara makanan pokok seperti beras, jagung, singkong dan kentang.
Dibandingkan dengan tepung jagung dan tepung beras, kandungan karbohidrat
tepung sagu relatif lebih tinggi yaitu sebesar 381 per 100 gram. Namun demikian,
sagu termasuk bahan pangan yang sangat miskin akan protein. Kandungan protein
tepung sagu, jauh lebih rendah dari tepung beras, jagung, dan beras.
Ditinjau dari kadar vitamin dan mineral, sagu juga memiliki kadar yang
lebih rendah dibandingkan dengan bahan makanan pokok lainnya. Menyadari
potensi gizi sagu yang tidak selengkap dan sebaik bahan makanan pokok lain,
sagu harus dikonsumsi bersama-sama dengan bahan lain yang lebih baik kadar
gizinya.Seperti halnya dengan jenis karbohidrat lainnya, tepung sagu juga dapat
dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan utama maupun sebagai bahan
tambahan dalam berbagai jenis industri, seperti industri pangan, industri makanan
ternak, industri kertas, industri perekat, industri kosmetika, industri kimia dan
industri energi.
Kabupaten Luwu dalam setiap tahunnya mengalami surplus beras
sehingga untuk ketersediaan pangannya mencukupi hampir di semua kecamatan.
Saat ini konsumsi sagu mulai ditingkatkan lagi, ditandai dengan kebiasaan
masyarakat di sana yang sering mengkonsumsi sagu walaupun sudah ada beras
sebagai makanan pokok. Olahan sagu seperti kapurung merupakan makanan yang
tidak bisa dipisahkan dengan menu masyarakat dalam berbagai acara dan menu
saat berbuka puasa (Rahmawati, 2013).
Menurut (Fahmid, 2004) Pengembangan sagu di Indonesia bertujuan
untuk mengoptimalkan sumberdaya dan pengolahan secara berkelanjutan dalam
rangka membangun ketahanan pangan serta terwujudnya agribisnis sagu.ini urgen
mengingat pemenuhan pangan melalui padi sawah tidak selalu stabil.
4
2. Studi Kelayakan Usaha
Pengertian studi kelayakan menurut Jumingan (2009) merupakan penilaian
yang menyeluruh untuk menilai keberhasilan suatu proyek, dan studi kelayakan
proyek mempunyai tujuan menghindari keterlanjuran penanaman modal yang
terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan
proyek atau bisnis merupakan suatu kegiatan mengevaluasi, menganalisis, dan
menilai layak atau tidak proyek bisnis yang dijalankan. Secara umum, di adakan
khususnya kelayakan bagi investor yaitu menghindari keterlanjuran investasi atau
penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu proyek atau kegiatan usaha yang
ternyata tidak menguntungkan.
Adapun yang termasuk aspek-aspek studi kelayakan usaha yaitu:
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Menurut Kasmir dan Jakfar (2004) aspek pasar dan pemasaran bertujuan
untuk mengetahui berapa besar pasar yang akan dimasuki, struktur dan peluang
pasar yang ada, prospek pasar dimasa yang akan dating, serta bagaimana strategi
pemasaran yang harus dilakukan. Aspek pasar dan pemasaran menyajikan
tentang peluang pasar, perkembangan permintaan produk di masa mendatang,
kendala-kendala yang dihadapi seperti keberadaan pesaing, serta beberapa
strategi yang dilakukan dalam pemasaran.
Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul (Kotler,
2013). Sedangkan Suiyanto (2010) mengatakan suatu ide bisnis dinyatakan
layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat
menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh
calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan.
2. Aspek Teknis dan Produksi
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan proses
pembangunan fisik usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah bangunan
fisik selesai dibangun (Kamaluddin, 2004). Pembahasan dalam aspek teknis
meliputi penentuan lokasi proyek, perolehan bahan baku produksi, serta pemilihan
mesin dan jenis teknologi yang digunakan untuk menunjang proses produksi.
5
Suliyanto (2010) beberapa hal yang perlu dipahami dalam kegiatannya
dalam sapek teknis dan teknologi ialah penentuan lokasi bisnis, tata letak (layut)
bisnis, pemilihan peralatan dan teknologi.
3. Aspek Organisasi dan Manajemen
Aspek ini mencakup manajemen dalam pembangunan proyek dan
manajemen dalam operasi. Manajemen dalam pembangunan proyek mengkaji
tentang pembangunan proyek secara fisik, sedangkan manajemen dalam operasi
mencakup pengadaan sumber daya manusia, jumlah tenaga kerja serta kualifikasi
yang diperlukan untuk mengelola dan mengoperasikan suatu proyek. “Aspek
manajemen dan organisasi digunakan untuk meneliti kesiapan sumber daya
manusia yang akan menjalankan usaha tersebut, kemudian mencari bentuk
struktur organisasi yang sesuai dengan usaha yang akan dijalankan” (Kasmir dan
Jakfar, 2004).
Manajemen merupakan proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, dan penggiatan dan pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai pasaran-pasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.
Stoner dan Freeman (Safroni, 2012). Sedangkan menurut Melayu S.P. Hasibuan
dalam Karyoto (2016) pengorganisasian adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mengelompokkan kegiatan-kegiatan, mendirikan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan, serta menampakkan salah satu pekerja sebagai pemimpin kelompok
guna mencapai tujuan.
4. Aspek Finansial
Sofyan (2004) menjelaskan, analisis finansial adalah kegiatan melakukan
penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak
dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Pembahasan dalam
aspek finansial ini yaitu sumber dan penggunaan dana, modal kerja, pendapatan,
biaya usaha, serta aliran kas atau arus kas (cash flow).
6
Adapun yang termasuk dalam aspek finansial yaitu:
a). BEP (Break Event Point)
Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue
sama dengan totalcost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah
proyek/usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama harus
penerimaan sebuah proyek/usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan
pemeliharaan beserta biaya modal lainnya, (Kasmir, 2003).
Menurut Muliyadi (2001), Break Event Point (BEP) adalah keadaan
perusahaan yang tidak memperoleh laba dan tidak juga menderita rugi. Dengan
kata lain suatu usaha dikatakan inpas jika jumlah pendapatan (revenue) sama
dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan
menutupi biaya saja.
Menurut Harahap (2001), Break Event Point (BEP) adalah suatu analisis
untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada
konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta
mendapatkan keuntungan atau profit. Analisis BEP bertujuan menemukan satu
titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukkan biaya sama dengan
pendapatan.
Mengetahui titik tersebut, berarti belum diperoleh keuntungan atau dengan
kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan melebihi BEP maka
mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP tidak lain mengetahui pada
tingkat volume berapa tiitik impas berada. Dalam kondidsi lain, analisis BEP pun
digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan
mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk
suatu volume harapan. Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai
untuk menentukan lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan
tertinggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan
antara penggunaan untuk produk tunggal atau untuk beberapa produk sekaligus.
Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk
menggunakan pasilitas yang sama, (Harahap, 2001).
Berusaha tani sebagai satu kegiatan untuk mendapatkan produksi di
lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan
7
penerimaan yang diperoleh. Selisih pendapatan dari usaha taninya (Soeharjo,
2001).
Untuk ada tidaknya keuntungan yang diperoleh petani dalam hubungannya
dengan arus biaya digunakan kriteria investasi pada suatu proyek dapat dilakukan
dengan menghitung IRR (perhitungan tingkat investasi atau penghasilan lebih).
Tingkat investasi (IRR) adalah suatu tingkat bunga dalam hal ini sama
artinya dengan (discount rate) yang menentukan jumlah nilai sekarat nilai
sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh ongkos investasi proyek (Zulkarnaen
Djamin, 2003).
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara Present Value dari benefit
badan present value dari biaya, sedangkan Internal rate of Return adalah tingkat
bunga yang menunjukkan bahwa nilai sekarang sama dengan jumlah seluruh
investasi proyek. Oleh karena suatu nilai IRR yang lebih dari social discount rate
bemberikan tanda “NO GO” (Payanan, 2002).
Payback Priod merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar
kembali semua biaya yang telah dikeluarkan, dimana makin cepat
pengembaliannya makin baik dan kemungkinan akan dipilih (Muljadi 2008).
b). Metode Payback Priod (PP)
Metode Payback Priod dalam perhitungannya menitipberatkan pada
perhitungan periode waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali
pengeluaran investasi dari hasil pendapatan bersih (Net Cash Flow). Metode ini
untuk mengukur berapa cepat suatu investasi bias kembali, dan dasar
yangdigunakan adalah aliran kas buku laba, satuan hasilnya bukan presentase
tetapi satuan waktu seperti tahun, bulan atau hari. Kalau periode payback priod ini
lebih pendek dari yang diisyaratkan, maka proyek dapat dikatakan mengutungkan,
sedangkan kalau lebih lama proyek ini ditolak.
Menurut Bambang Riyanto (2005), payback priod adalah suatu periode
yang diperlukan untuk dapat menutupi kembali pengeluaran investasi dengan
menggunakan proses atau aliran kas Netto (Net cash Flow).
Weston dan Brigman (2002), mendefinisikan Payback Priod (masa
peralihan) sebagai jumlah tahun yang diperlukan oleh perusahaan memperoleh
kembali investasi yang semula deari arus kas bersih.
8
c). Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah PV
Net Benefit yang fositif dengan jumlah PV Net Benefit yang negative.Net B/C
Ratio merupakan manfaat bersih tambahan yang diterima proyek dari setiap 1
satuan biaya yang dikeluarkan.
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara benefit
kotor yag biaya secara keseluruhan yang telah mengalami compounding.Net
Benefit-Cost Ratio diperoleh dari perbandingan total present value positif dengan
total present value negative (Ibrahim, 2009).
Nilai Net B/C diperoleh sebesar Rp. 1, maka akan menghasilkan
pendapatan kotor sebesar Rp.3 yang berarti pengusaha agroindustri tahu masih
memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.2 dan usaha agroindustri tahu ini
berada pada kondisi yang layak untuk dilaksanakan.
Cara perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah sebagai berikut
(Ibrahim, 2003): Kontribusi pendapatan dari budidaya ikan lele dumbo terhadap
pendapatan rumah tangga petani ikan lele dumbo di Desa Mojomulyo Kecamatan
Puger digunakan analisis kontribusi pendapatan atau proporsi. (Handayani dan
Artini, 2009).
Kelebihan menggunakan Net B/C dalam menganalisa sebuah proyek
adalah lebih mencerminkan berapa rasio keuntungan yang akan didapat karena
manfaat yang didapat telah dikurangi dengan biaya. Selain itu, metode ini telah
memperhitungkan aliran khas selama umur proyek/usaha investasi. Sedangkan
kekurangannya adalah proses perhitungan akan lebih lama karena setelah
mengidentifikasi semua biaya, ketika akan mengurangkannya dengan manfaat
untuk setiap tahun selama umur proyek.
3. Pengolahan Sagu
Dange yang terbuat dari bahan sagu merupakan cemilan yang sangat khas
karena proses pembuatannya masih tergolong tradisional, hanya menggunakan
tungku dan tempat persegi panjang yang terbuat dari tanah liat. Dengan
mempertahankan ciri khas dari proses pembuatan serta alat-alat masak yang
digunakan, di percaya dapat menjaga kualitas rasa dari dange.
9
Pada dasarnya proses pengolahan sagu menjadi tepung sagu dibuat dari
empelur batang sagu. Tahapan proses pengolahan sagu secara umum meliputi:
penebangan pohon, pemotongan dan pembelahan, penokonan atau pemarutan,
pemasaran, penyaringan, pengendapan dang pengemasan (Johan, 2011). Ditinjau
dari cara dan alat yang digunakan, proses pengolahan sagu yang dilakukan di
daerah-daerah penghasil sagu di Indonesia saat ini dapat dikelompokkan atas cara
tradisional, semi-mekanis dan mekanis (Kindangen dan Malia, 2006).
1. Pengolahan Sagu Secara Tradisional
Pada umumnya cara ini banyak dijumpai di Maluku, papua, Sulawesi
Selatan, dan Kalimantan. Pengambilan tepung sagu secara tradisional umumnya
dilakukan oleh penduduk setempat, dan digunakan sebagai bahan makanan pokok
sehari-hari (Kindangen dan Malia, 2006).
Penebangan pohon sagu dilakukan secara gotong-royong dengan
menggunakan perlatan sederhana, seperti parang atau kampak. Selanjutnya,
batang sagu dibersihkan dan dipotong-potong sepanjang 1-2 meter, kemudian
potongan-potongan ini dibelah dua. Empulur batang yang mengandung tepung
dihancurkan dengan alat yang disebut nanni, dan pekerjaan menghancurkan
empulur sagu ini disebut menokok. Penokanan empulur dikerjakan sedemikian
rupa sehingga empulur cukup hancur dan pati mudah dipisahkan dari serat-serat
empulur. Empulur yang telah ditokok akan berwarna kecoklatan bila disimpan di
udara terbuka dalam waktu lebih dari sendiri. Oleh karena itu, empulur yang
ditokok dalam satu hari harus diatur sedemikian rupa agar pemisahan tepung
dapat diselesaikan pada hari yang sama. Penokonan dapat dilanjutkan pada hari
berikutnya sampai seluruh batang habis ditokok. Dengan cara tradisional ini,
penokonan satu pohon sagu dapat diselesaikan dalam waktu 1-3 minggu (Johan,
2011).
2. Pembuatan Tepung Sagu Secara Semi-mekanis
Pengolahan tepung sagu menjadi tepung sagu secara semi-mekanis pada
prinsipnya sama dengan cara tradisional. Cara semi-mekanis ini banyak
digunakan oleh penghasil sagu di daerah Luwu Sulawesi Selatan, secara umum,
cara semi-mekanis ini diawali dengan memotong-motong pohon sagu yang telah
ditebang, dengan ukuran 0,5-1 meter. Potongan-potongan ini kemudian dikupas
10
kulitnya, dibelah-belah, dan diparut. Selanjutnya, hasil parutan ditampung dalam
bak kayu yang dilengkapi dengan pengaduk yang berputar secara mekanis.
Pengadukan biasanya dilakukan dalam dua tahap, dengan tujuan agar seluruh
tepung terlepas dari serat-seratnya. Selanjutnya campuran yang terdiri dari serat-
serat, tepung dan air dialirkan ke saringan selinder berputar yang terdiri dari
beberapa tingkat. Hasil penyaringan berupa bubur ditampung dalam bak-bak kayu
untuk proses pengendapan tepung. Endapan tepung ini kemudian dicuci kembali
dalam bak atau tangki yang dilengkapi pengaduk, dan diendapkan lebih lanjut.
Tepung sagu basah yang diperoleh kemudian dijemur dan digiling dengan alat
penggiling (grinder) selanjutnya, tepung yang sudah digiling dimasukkan ke
dalam karung-karung goni, dan siap untuk dipasarkan (Pranamuda,et.al., 2006).
4. Hasil Produksi Dange
Dange adalah makanan khas Luwu yang terbuat dari sagu. Dange ini
menyerupai bentuk kuetetapi sebenarnya dapat pula digantikan sebagai pengganti
nasi. Dange ini menyerupai bentuk panjang dan persegi empat berwarna putih
tekstur keras dan rasa yang hambar. Pada umumnya masyarakat di Desa Langkidi
memiliki cara menyajikan makanan ini yaitu dengan menyediakan mangkuk atau
piring yang berisi sup ikan lalu dicelupkannya kebawah sup ikan tersebut setelah
itu dange yang sudah dicelupkan bisa dinikmati, selain dengan cara ini dange
dapat pula dinikmati dengan disajikannya lauk yang lain atau makanan khas
lainnya.
Seiring berjalannya waktu kini semakin bergeser menjadi makanan
selingan. Data di Desa Langkidi menunjukan bahwa seluruh rumah tangga
mengkonsumsi dange setiap harinya terutama bagi lansia dengan tujuan karena
penyakit gula. Terdapat rumah tangga yang tergolong rumah tangga baru, tetapi
rumah tangga tersebut mengkonsumsi sagu yang diolah menjadi dange. Rumah
tangga lainnya juga yang masih juga mengkonsumsi sagu dan sebagai makanan
pokok yang dikonsumsi sehari-hari dalam jumlah banyak disbanding pangan
lainnya. masyarakat selain kapurung adalah dange.
Produksi adalah kegiatan yang dilakukan manusia dalam menghasilkan
suatu produk baik barang, maupun jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh
11
konsumen. Menurut definisi lain, produksi yaitu setiap usaha manusia untuk
menciptakan atau menambah guna suatu barang.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan ini adalah penelitian yang digunakan sebagai acuan
serta pembanding dalam penelitian yang saya lakukan.penelitian ini bukanlah
penelitian pertama melainkan terbuktinya adanya penelitian yang lain atau sejenis
acuan yang telah gunakan dengan materi yang berbeda. Sehingga peneliti hanya
melanjutkan atau meneruskan penelitian ini sehingga dapat memberikan manfaat
kepada kita serta dunia pertanian. Diantaranya penelitian yang telah ada, yaitu :
1. Susana (2012) yang berjudul Peranan Home Industry Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Mengkirau Kecamatan Merbau).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses produksi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa mengkirau,dan tinjauan ekonomi islam terhadap
kegiatan usaha tersebut. Hasil (1) Proses produksi dilakukan oleh pengusaha
home industri di Desa Mengkirau dalam melakukan dalam pengolahan masih
sangat sederhana atau masih menggunakan sistem manual, (2) Home industry
merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat desa Mengkirau
dan berperan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, mengurangi
pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (3) Berdasarkan
tinjauan ekonomi islam, bahwa usaha yang dilakukan oleh pengusaha home
industri di desa Mengkirau dilakukan dengan baik dan sejalan dengan syariat
Islam, baik pada bahan baku, modal, proses produksi dan pemasaran.
2. Ananada (2016) yang berjudul Peran Home Industri dalam Meningkatkan
Ekonomi Keluarga ( Studi Kasus Home Industry Keripik Di Kelurahan Kubu
Gadang). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kegiatan
home industry keripik ini mampu bertahan dan apa saja cara yang dilakukan oleh
home industry ini untuk meningkatkan daya saing sehingga terus
meningkat.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Subyek
adalah para pemilik home industry yang sudah menjalankan home industrinya
selama 5 sampai 20 tahun. Data yang diperoleh dijelaskan secara kualitatif.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam mempertahankan modal dan menambah
12
permodalan yang dilakukan pleh pemilik home industry sudah baik, dengan
melakukan pencatatan yang teliti dan selalu dihitung barang masuk barang
keluarnya.Dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi tenaga kerja
sudah benar.Hanya saja dari segi pemasaran belum baik karena masih bergatung
kepada pengampas.
2.3 Kerangka Pikir
Dange yang merupakan makanan tradisional khas luwu maka dari itu
masyarakat setempat mengolah menjadi makanan tradisonal “dange”. Seperi yang
dibuat oleh kaum responden yang saya teliti di Desa Langkidi. Pada penelitian
kelayakan finansial ini adalah landasan untuk menentukan sumber daya finansial
yang diperlukan untuk tingkat kegiatan tertentu dan laba yang bisa diharapkan.
Adapun beberapa yang termasuk di dalam yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknis dan produksi, aspek organisasi dan manajemen,dan aspek finansial.
Gambar 1. Kerangka Pikir
Pengolahan Sagu
(Dange) Kelayakan Usaha
Aspek Pasar
dan
Pemasaran
Aspek
Teknis dan
Produksi
Aspek
Organisasi dan
Manajemen
Aspek
Finansial
1. BEP
2. PP
3. NET B/C RATIO
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriftif kuantitatif yaitu dimana
data yang diperoleh dilokasi penelitian berupa data tertulis dan data yang
menggunakan angka sehingga diperoleh data yang lebih akurat.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai studi kelayakan usaha pengolahan sagu ini
dilaksanakan di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Desember-Januari 2020.
3.3 Sampel
Sampel ini adalah pemilik usaha dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo
Kabupaten Luwu yang sudah menjalankan usaha ini. Data yang diperoleh
dijelaskan secara kuantitatif.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melalui tanya jawab
antara dua pihak yaitu wawancara dan narasumber untuk memperolehdata terkait
penelitian ini.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan pengambilan gambar atau foto saat
melakukan wawancara kepada responden yaitu pengusaha yang ada di Desa
Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
data deskriftif kuantitatif dimana data yang diperoleh berupa angka pendapatan
untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha pengolahan sagu menjadi dange.
Adapun rumus yang digunakan yaitu:
14
a. BEP = FC/P-VC
Keterangan:
BEP :Titik Impas (Break Even Point)
FC :Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC :Biaya Variabel Per Unit (Variable Cost)
P :Harga Jual Per Unit (Price)
S :Jumlah Penjualan (Sales)
b. Net B/C Ratio
Keterangan:
B :Jumlah Pendapatan
TC :Total Biaya (Total Cost)
3.6 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui observasi dan hasil
wawancara secara langsung dengan responden dengan berpedoman pada
kuesioner penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh, dari instansi atau kantor desa di
Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu yang berupa dokumen terkait
penelitian ini.
3.7 Definisi Operasional
1. Dange adalah makan khas tradisional masyarakat bugis yang merupakan
santapan sehari-hari masyarakat Palopo, Luwu dan sekitarnya.
2. Usaha dange adalah aktifitas usaha ekonomi untuk menghasilkan dange yang
diolah oleh masyarakat dari tepung sagu.
3. Tenaga kerja adalah yang secara langsung terlibat didalam kegiatan produksi,
mulai dari persediaan hingga pengolahan sagu menjadi dange.
4. Biaya adalah sajumlah uang tertentu yang telah dikeluarkan guna pembelian
atau pembayaran input yang diperlukan.
15
5. Investasi adalah sejumlah modal dikeluarkan pada tahun dasar (Rp) untuk
memperoleh manfaat pada tahun kemudian.
6. Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk menjual dan
membeli barang atau jasa. Atau dengan kata lain pasar adalah suatu tempat
pada waktu tertentu para penjual dan pembeli dapat bertemu guna melakukan
transaksi jual beli barang.
7. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-
barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta
tujuan perusahaan.
8. Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai guna
suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.
9. Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-
orang di bawah pengarahan menejer tujuan bersama.
10. 10.Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi agar mencapai tujuan yang
ditetapkan.
11. Kelayakan Finansial adalah landasan untuk menentukan sumberdaya finansial
12. BEP (Break Event Point) ialah titik impas dimana posisi jumlah pendapatan
dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun
kerugian dalam suatu perusahaan
13. PP (Payback Period) adalah metode evaluasi kelayakan suatu investasi dengan
mencari periode yang diperlukan untuk mengembalikan jumlah investasi yang
telah dikeluarkan berdasarkan arus kas yang diharapkan dari investasi yang
didanai
14. Net B/C Ratio adalah perbandingan antara jumlah PV Net Benefit yang fositif
dengan jumlah PV Net Benefit yang negatif.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Langkidi
a. Keadaan Wilayah Penelitian
Desa Langkidi termasuk dalam wilayah Kecamatan Bajo, yang memiliki
luas wilayah 3409km, Desa Langkidi memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
1) Sebelah Utara : Desa Pangi
2) Sebelah Timur : Desa Tabaja
3) Sebelah Selatan : Desa Jambu
4) Sebelah Barat : Desa Saga
b. Keadaan Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di suatu wilayah yang
menempati wilayah geografis dan ruang tertentu. Penduduk merupakan salah satu
potensi dan pengerak pembangunan disuatu daerah. Jumlah penduduk yang
bertempat tinggal pada suatu wilayah dan sudah memiliki mata pencahariaan di
wilayah tersebut. Secara keseluruhan jumlah penduduk di Desa Langkidi
berdasarkan jenis kelamin sekitar 1336 jiwa, yaitu laki-laki 626 jiwa dan
perempuan 684.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Langkidi
Kecamatan Bajo
NO Jenis Kelamin Jumlah(Jiwa)
1 Laki-Laki 652
2 Perempuan 684
Total 1336
Sumber: Kantor Desa Langkidi (2019)
Berdasarkantabel diatas keadaan jumlah penduduk secara keseluruhan
yang bermukim atau tinggal menetap di Desa Langkidi sebanyak 1336 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 652 jiwa, sedangkan perempuan 684 sebanyak jiwa.
Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang ada di Desa Langkidi lebihbanyak
perempuan dari pada laki-laki dengan selisih 32 jiwa dengan jumlah penduduk
yang ada.
17
c. Tingkat Pendidikan
Faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia adalah faktor
pendidikan terutama untuk penyerapan teknologi baru dalam dunia pertanian. Ini
berkaitan dengan petani dan pedagang. Utamanya dalam manajemen usaha
taninya sehingga ada hasil yang mengarah kepada perbaikan tingkat pendidikan.
Kemajuan masyarakat dapat di ukur melalui tingkat pendidikan dan
pengetahuannya makin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima ide-
ide baru. Maka untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat yang menjadi
objek penelitian ini dapat dilihat pada tebel berikut.
Tabel 2. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Langkidi Kecamatan
Bajo.
NO Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1 Tamat SD 70
2 Tamat SMP 200
3 Tamat SMA 200
4 Tamat D-3 20
5 Tamat S-1/Sarjana 40
Total 530
Sumber: Kantor Desa Langkidi Tahun (2019)
Tabel diatas merupakan tingkat pendidikan penduduk yang bermukim di
Desa Langkidi Kecamatan Bajo, dimana angka terbesar di tunjukan oleh tingkat
pendidikan SMP/SMAsebesar 400jiwa sedangkan jumlah tamatan perguruan
tinggi sebanyak 40 jiwa. Hal ini menandakan tingkat pendidikan di Desa Langkidi
Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu sedang, sehingga untuk mengatasi hal ini
diupayakan untuk pembangunan perekonomian agar menunjang masyarakat untuk
melanjutkan pendidikan hingga kejenjang perguruan tinggi.
d. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk Desa Langkidi memiliki beragam usaha sehingga menyebabkan
pula tingkat penghasilan dan pendapatan masyarakat berbeda-beda. Berikut mata
pencaharian penduduk di Desa Langkidi
18
Tabel 3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Langkidi Kecamatan Bajo
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)
1 Petani 321
2 Buruh Harian Lepas 100
3 Buruh Tani 70
4 Karyawan Honorer 40
5 Wiraswasta 60
6 Guru Swasta 15
7 Sopir 10
8 PNS 8
10 Nelayan 5
11 Peternak 2
Total 631
Sumber: Kantor Desa Langkidi (2019)
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa mata pencaharian
penduduk di Desa Langkidi paling dominan adalah sebagai buruh tani dengan
jumlah sebesar 321 jiwa sedangkan yang paling sedikit yaitu peternak dan
wiraswasta. Hal ini disebabkan karena Desa Langkidi merupakan desa luas lahan
taninya.
2. Identifikasi Responden
a. Umur Responden
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan pengusaha
dalam dalam mengolah usaha dangenya. Pengusaha yang lebih tua akan
mempunyailebih banyak pengalaman dalam berusaha dange akan tetapi jika
ialangsung mengolah usaha dangenya maka akan dipengaruhi oleh tenaga fisik
yang sangat terbatas karena sudah tua sedangkan pengusaha yang memiliki umur
yang lebih muda akan mempermudah dalam mengolah usaha dangenya meskipun
dia belum memiliki pengalaman yang cukup dalam berusaha dange.
Pengusaha dange di Desa Langkidi memiliki umur yang terbilang
mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir pada umumnya,
pengusaha yang berumur muda dan sehat mempunyai tenaga yang lebih kuat dari
pengusaha yang lebih tua, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa jumlah usia sangat bergantung pada hasil produktif. Hal ini
dikemukakan oleh (Robbins (2008: 52) kemampuan kerja merupakan kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan berbegai tugas yang diberikan dalam suatu
19
pekerjaan. Dimana kemampuan ini terdiri dari dua faktor yaitu kempuan fisik dan
intelektual.
b. Pendidikan Responden
Pendidikan pada umumnya akan dipengaruhi oleh cara berfikir pengusaha
kedepannya. pengusaha akan lebih mudah berkembang jika memiliki pendidikan
yang relatif tinggi dan berumur masi muda dibandingkan dengan pengusaha yang
pendidikannya rendah. Pendidikan pengusaha dapat diperoleh dengan dua cara
yaitu pendidikan formal dan non formal.
Pengusaha dange di Desa Langkidi ditunjang oleh pendidikan dimana
kemampuan berinovasi yang baru sangat kurang dan terbatas, sehingga sangat
minim untuk menciptakan hasil produksi yang baru. Hal ini berkaitan dengan
(Robbins 2008:52) kemampuan intelektual adalah kemampuan yang yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental, misalnya berfikir, menganalisis
dan memahami. Kemampuan intelektual yang bagus dimilikioleh pegawai
diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi. Dengan demikian kemampuan
intelektual yang tinggi juga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
kemajuan organisasi. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan
keterampilan.
3. Kelayakan Usaha Dange
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di Desa Langkidi
Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu dari aspek pasar dan pemasaran usaha dange
Masani dilakukan dengan carapenjualan langsung ke pasar atau bisa juga
mempromosikan melalui media online dan penjualan juga dilakukan ditempat
produksi dimana pembeli bisa langsung datang kerumah produksi sehingga
perkembangan permintaan dalam setiap waktu dapat berjalan dengan baik.
Dari aspek teknis dan produksi usaha dange Masani masih menggunakan
alat tradisonal atau dengan sistem manual untuk menunjang proses produksi usaha
dange. Adapun proses pengambilan bahan baku yaitu diperoleh langsung dari
petani sagu menggunakan transfortasi motor untuk menuju ke lokasi penjualan
sagu.
20
Dari aspek organisasi dan manajemen usaha dange Masani tenaga kerja
dalam usaha ini hanya menggunakan keluarga saja untuk mempertimbangkan
upah tenaga kerja.Usaha dange ini berjalan dengan baik karena para konsumen
sangat menyukai makanan dange yang dibuat oleh ibu Masani. Adapun hasil
produksi dange tidak dapat terjual habis dalam waktu sehari.
Dari aspek finansial usaha dange Masani yaitujumlah produksi yang
dihasilkan dalam satu kali pembuatan dange diperoleh 120 Pcs. Usaha dange
inilah yang kemudian menjadi penghasilan rutin setiap hari ibu Masani dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Kelayakan usaha dange di Desa Langkidi merupakan penilaian yang
menyeluruh untuk menilai keberhasilan suatu usaha, dan studi kelayakan usaha
mempunyai tujuan menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu
besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Studi kelayakan proyek atau bisnis merupakan suatu kegiatan mengevaluasi,
menganalisis, dan menilai layak atau tidak proyek bisnis yang dijalankan. Secara
umum, di adakan khususnya kelayakan bagi investor yaitu menghindari
keterlanjuran investasi atau penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu
proyek atau kegiatan usaha yang ternyata tidak menguntungkan.
4. Aspek Finansial
Aspek finansial yaitu tujuan menganalisis aspek keuangan untuk
menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti
ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali
dana tersebut dalam waktu yang telah ditetapkan menilai apakah proyek akan
dapat berkembang terus.
Sofyan (2004) menjelaskan, analisis finansial adalah kegiatan melakukan
penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak
dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Pembahasan dalam
aspek finansial ini yaitu sumber dan penggunaan dana, modal kerja, pendapatan,
biaya usaha, serta aliran kas atau arus kas (cash flow).
21
Tabel 6. Siklus Produksi Usaha Dange Selama 1 Tahun
No Siklus Per bulan Produksi Penerimaan
1 Bulan 1 120 pcs Rp. 600.000
2 Bulan 2 120 pcs Rp. 600.000
3 Bulan 3 120 pcs Rp. 600.000
4 Bulan 4 120 pcs Rp. 600.000
5 Bulan 5 120 pcs Rp. 600.000
6 Bulan 6 120 pcs Rp. 600.000
7 Bulan 7 120 pcs Rp. 600.000
8 Bulan 8 120 pcs Rp. 600.000
9 Bulan 9 120 pcs Rp. 600.000
10 Bulan 10 120 pcs Rp. 600.000
11 Bulan 11 120 pcs Rp. 600.000
12 Bulan 12 120 pcs Rp. 600.000
Total 1.440 pcs Rp. 7.200.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa siklus usaha dange
perbulan dapat menghasilkan setiap kali produksi dengan jumlah 120 pcs
sedangkan jumlah penerimaannya sebesar Rp. 7.200.000
Tabel 7. Variabel Cost dan Fix Cost Usaha DangeSelama 1 Tahun
No Uraian Tahun (Rp)
Variabel Cost
1. Bahan Baku 521.000
2. Bahan Kemasan 230.000
3. Biaya Pemasaran 780.000 5555555555555555
Total I 1.531.000
Fix Cost
1. Penyusutan 765.500
2. Biaya Peralatan 260.500
Total II 1.026.000
Total 2.557.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa total variabel cost usaha
dange dan fix cost usaha dange di Desa Langkidi adalah Rp. 2.557.000.
22
a. HPP dan Harga jual
Berdasarkan hasil penelitian pada IKM dange Masani adapun harga pokok
penjualan sebesar Rp.2.557.000 sedangkan harga jual Rp. 5.000 pcs. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kegiatan usaha dange ini
mampu bertahan dan apa saja cara yang dilakukan oleh pengusaha dange ini untuk
meningkatkan daya saing sehingga terus meningkat. Metode penelitian yang
dilakukan adalah metode deskriftif kuantitatif.Subyek adalah pemilik usaha dange
yang sudah menjalankan usahanya.Data yang diperoleh dijelaskan secara
deskriftif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mempertahankan modal dan
menambah permodalan yang dilakukan oleh pemilik usaha dange sudah berjalan
baik, dengan melakukan pencatatan yang teliti dan selalu dihitung barang masuk
barang keluarnya.Dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi usaha
sudah baik.
b. Cash Flow (Arus kas)
Arus kas atau cash flow adalah sebuah perincian yang menunjukkan jumlah
pemasukan dan pengeluaran dalam suatu periode tertentu. Arus kas dalam arti lain
adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi,
kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih
dalam kas suatu perusahaan selama suatu periode.
Semua perusahaan yang memiliki namanya laporan arus kas, yaitu sebuah
bentuk laporan yang berisi catatan atau catatan dari setiap transaksi yang terjadi
dalam waktu tertentu, baik berupa pengeluaran maupun pemasukan. Laporan ini
disusun dengan sistematis serta berurusan sesuai waktu dari transaksi tersebut.
Rincian keuangan biasanya pengeluaran seperti utang, beban yang harus
dikeluarkan atau pengambilan prive.
Sedangkan untuk pemasukan, bisa berupa pendapatan tunai ataupun
pendapatan yang lainnya.Dengan adanya laporan arus kas, sebuah usaha bisa
mendapat manfaat yang besar mengetahui kemampuan perusahaan untuk melihat
sejauh mana perkembangan usaha mampu menghasilkan arus kas.Untuk
kelangsungan dari sebuah perusahaan, tentu saja hal ini merupakan hal yang
penting.
23
Tabel 8. Laporan Cash Flow (Arus Kas) Usaha Dange
Ikm Dange Masani Laporan Cash Flow Untuk Bulan Ke 12
1. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
Penerimaan Kas dari Pelanggan Rp. 7.200.000
Pembayaran Kas Dari Pemasok
Beban Listrik dan Air Rp. 360.000
Beban Telepon Rp. 300.000
Beban Transportasi Rp. 480.000+
Rp. 1.140.000 -
Total kas yang dihasilkan operasi (Rp.6.060.000)
Pembayaran Bunga Rp. -
Pembayaran Pajak Penghasilan Rp. -
Arus Kas bersih dari aktivitas bersih (Rp. 6.060.000)
2. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi
Biaya Peralatan (Rp. 260.500)+
Total kas yang dihasilkan dari investasi Rp. 6.320.500
3. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan
Investasi Awal Rp. 3.500.000
Prive Pemilik Rp. 1.000.000 -
Arus Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan Rp. 2.500.000 -
Kenaikan bersih kas dan setara kas Rp.3.820.500
Kas dan setara kas pada awal periode Rp. -
Kas dan setara kas akhir periode Rp. 3.820.500
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas laporan cash flow IKM Dange Masani pada bulan
ke 12 dari aktivitas operasi penerimaan kas dari pelanggan berjumlah
Rp.7.200.000 dengan pembayaran kas dari pemasok berjumlah Rp.1.140.000
sehingga total kas bersih yang dihasilkan operasi berjumlah Rp.6.060.000.
Adapun arus kas dari aktivitas investasi total yang dihasilkan berjumlah
Rp.6.320.500 sedangkan arus kas bersih yang digunakan untuk
aktivitaspendanaan berjumlah Rp.2.500.000 sehingga kenaikan bersih kas dan
setara kas pada bulan ke 12 adalah Rp.3.820.500.
24
c. Kriteria kelayakan
1. BEP (Break Event Point)
BEP (Break Event Point) ialah titik impas dimana posisi jumlah
pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan
ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.
Tabel 9. Rata-Rata Biaya Usaha Dange
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Total biaya tetap 260.500
2 Total Biaya Variabel 1.531.000
Total biaya(TC)=FC+VC 2.557.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas menunjukka bahwa total biaya yang dikeluarkan
dalam produksi usaha dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu
sebesar Rp. 2.557.000
Tabel 10. Jumlah Pendapatan Usaha Dange
No Uraian Jumlah
1 Peneriman 7.200.000
2 Biaya
a. Biaya Tetap 260.500
b. Biaya Variabel 1.531.000
Total Biaya (TC)=FC+VC 2.557.000
3 Pendapatan
Total Pendapatan 2,81
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penerimaan usaha dange
yang diperoleh sebesar Rp. 7.200.000 sedangkan total biaya usaha dange sebesar
Rp. 2.557.000 dengan total pendapatan yaitu 2,81.
2. B/C Ratio
Net B/C Ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara pendapatan
dengan total biaya produksi.
25
Tabel 11. Analisis Kelayakan Usaha Dange
No Penerimaan (TR) Total biaya (TC) Nilai B/C Ratio
1 7.200.000 2.557.000
Total Pendapatan 2,81
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa total penerimaan usaha
dange dan total biaya yang dikeluarkan di Desa Langkidi dapat menghasilkan nilai
yang menguntungkan. Karena berdasarkan perhitungan kelayakan B/C Ratio yaitu
perbandingan antara penerimaan dengan total biaya diperoleh nilai B/C Ratio 2,81
atau 2,81> 1 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha dange di Desa Langkidi
dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan.
4.2 Pembahasan
Dalam sebuah proyek akan dikatakan layak dijalankan apabila nilai B/C
ratio dinyatakan lebih besar dari 1. Hal tersebut dapat terjadi sebab, jika nilai B/C
semakin tinggi, maka tingkat keuntungan dalam suatu usaha bisa menjadi lebih
tinggi.Penggunaan B/C ratio ini diketahui bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana hasil yang diperoleh dari usaha yang menguntungkan pada periode tertentu,
Apabila B/C > 1 maka usaha tersebut layak dijalankan sedangkan B/C ratio < 1
maka usaha tersebut tidak layak.
Hal ini sejalan dengan perkataan Kasmir dan Jakfar (2008:6) bawa
pengertian kelayakan adala penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk
menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang
lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan di jalankan akan memberikan
manfaat yang lebhi besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan.
Berdasarkan analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan bahwa usaha
dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten luwu layak untuk diusahakan
hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2005:8) bahwa studi kelayakan bisnis
merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis
layak atau tidak layak bisnis yang dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan
secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimalkan untuk waktu
yang tidak ditentukan misalnya rencana peluncuran produk baru.
26
Selain itu keuntungan dalam usaha dange di Desa Langkidi Kecamatan
Bajo Kabupaten Luwu bisa kita lihat bahwa usaha dange dapat menjanjikan
sebagai sumber pendapatan responden dalam memenuhi kebutuhan keluarga
seperti biaya pendidikan, terhadap anak-anak dan biaya kebutuhan ekonomi
lainnya.
Sebab keuntungan merupakan indikator untuk mengetahui apakah sebuah
bisnis dapat dikatakan sehat.Kita dapat memperhatikan, apakah omset bisnis anda
naik (pertumbuhan naik) tetapi keuntungan semakin mengecil atau justru
sebaliknya.Jika ternyata pertumbuhan bisnis tidak sejalan dengan keuntungan
yang didapatkan, maka anda harus segera melakukan evaluasi dan mengambil
langkah selanjutnya.
Adapun kendala kelemahan serta kelebihan dalam usaha memproduksi
dange di Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu adalah responden
melakukan pengolahan masih sangat sederhana atau masih menggunakan sistem
manual (alat sederhana) sedangkan kelebihan yang dimiliki usaha ini adalah
mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara
luas kepada masyarakat, mengurangi pengangguran dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas disimpulkan bahwa usaha dange di
Desa Langkidi Kecamatan Bajo Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan layak
untuk di usahakan. Hal ini berdasarkan jika nilai B/C semakin tinggi, maka
tingkat keuntungan dalam suatu usaha bisa menjadi lebih tinggi. Penggunaan B/C
Ratio ini diketahui bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh
dari usaha yang menguntungkan pada periode tertentu, Apabila B/C > 1 maka
usaha tersebut layak dijalankan sedangkan B/C ratio < 1 maka usaha tersebut
dinyatakan merugi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini adapun saran yang dapat peneliti
sampaikan adalah sebagai berikut:
Kepada Pengusaha Dange yang ada di Desa Langkidi Kecamatan Bajo
Kabupaten Luwu, harapan besar yang dapat peneliti sampaikan bahwa melihat
potensi peluang yang sangat besar dan menjamin kemajuan kegiatan usaha dange,
agar kedepannya dapat lebih mengembangkan usaha mereka, dengan demikian
maka dapat berpotensi terhadap pendapatan masyarakat yang ada di lokasi
penelitian, menciptakan peluang kerja bagi masyarakat setempat dan mampu
menjadi salah satu daerah yang memproduksi dange berkualitas sehingga dapat
diminati dari kalangan luar, dan terciptanya suatu pasar yang lebih terjangkau
secara luas dan lebih efektif.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Riski. 2016. Peran home industry dalam meningkatkan ekonomi
Keluarga (studi kasus home industry keripik di kelurahan kubu Gadang).
Jurnal PM FISIP Vol. 3 No. 2. Diakses 29 Agustus 2018. Palopo
Semarang.
Fahmid, I.M., 2004. Gagalnya Politik Pangan di Bawah Rezim Orde Baru:
Kajian Ekonomi Politik Pangan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Sandi
Kota.
Harahap, 2001. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian, Universitas Indonesia
(UI Pres), Jakarta.
Jumadi, 2003. Sistem Pertanian Sagu Di Daerah Luwu Sulawesi Selatan (Tesis).
Bogor: Program Pascasarjana IPB.
Jumingan, 2009.Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara
Johan, S. 2011. Studi Kelayakan pengembangan usaha sagu. Graha ilmu.
Yogyakarta.
Kindangen, J. G. dan I. E. Malia. 2006. Pengembangan potensi dan
Pemberdayaanpetani sagu di Sulawesi utara. Dalam prosiding
SeminarSagu nasional sagu untuk ketahanan pangan. Pusat penelitian
danPengembangan perkebunan. Bogor.
Kotler, P. dan G. Armstrong. 2007. Dasar-dasar pemasaran. Alexander Ltd.
England
Kasmir dan Jakfar. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana
Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2008)
Kasmir dan Jakfar. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana
Kotler, P. dan G. Armstrong. 2007. Dasar-dasar pemasaran. Alexander Ltd.
England
Kamaluddin, 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Malang: DIOMA
Pranamuda, M. Y. Tokiwa dan H. Tanaka. 2006. Pemanfaatan pati sagu sebagai Bahan baku biodegradable plastic. Cipta karya. Jakarta
Parker, R. 2003. Introduction to food science. Delmar, Thomson Learning Inc.
New York.
29
Rahmawati, A. dan F. Yuliana, 2013. Kandungan Gizi Bahan Makanan
Pokok,diunggah pada Tanggal 25 November 2015.
Robbins, S.P. (2008). Perilaku Organisasi Edisi ke-12. Jakarta:Salemba Empat.
Sholeh, Yusrianto. 2017. Peranan home industry mengelola emping
melinjoDalam meningkat pendapatan keluarga di kecamatan burneh
Kabupaten Bangkalan, jurnal agriekonomika volume 6 nomor 1. Diakses
29 agustus 2018. Palopo.
Susana, Siti. 2012. Peranan home industri dalam meningkatkan
kesejahteraanMasyarakat (Studi Kasus Desa Mengkirau Kecamartan
Merbau).Universitasislam negeri sultan syarif kasim. Riau.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sofyan, Iban. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu
Umar, husein.Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komprehensif (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005
30
LAMPIRAN
31
32
Lampiran 1. Contoh Kuesioner Wawancara Usaha Dange
No. Responden :
Tanggal Wawancara :
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id
PANDUAN WAWANCARA
STUDI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SAGU MENJADI DANGE DI
DESA LANGKIDIKECAMATAN BAJO
KABUPATEN LUWU
(Studi Kasus IKM Dange Masani)
I. Identitas Responden
1. Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Jumlah Tanggungan Keluarga :
8. Pekerjaan :
II. Daftar Pertanyaan
A. Aspek Pasar dan Pemasaran
1. Bagaimana anda mempromosikan produk olahan sagu yang sedang digeluti?
Jawab:…………………………………………………………………………
2. Bagaimna proses pemasaran produk olahan sagu yang anda jalankan?
Jawab:…………………………………………………………………………
33
B. Aspek Teknis dan Produksi
1. Apakah bahan baku yang digunakan milik sendiri atau bekerja sama dengan
petani sagu?
Jawab:…………………………………………………………………………
2. Dari mana anda memperoleh bahan baku sagu?
Jawab:…………………………………………………………………………
C. Aspek Organisasi dan Manajemen
1. Apakah anda menggunakan karyawan dalam usaha dange?
Jawab:…………………………………………………………………………
2. Apakah hasil produksi dapat terjual dalam jangka waktu sehari?
Jawab:…………………………………………………………………………
D. Aspek Finansial
1. Berapa jumlah produk olahan sagu yang dibuat dalam satu kali produksi?
Jawab:…………………………………………………………………………
2. Apakah ada sumber penghasilan rutin anda selain dange?
Jawab:…………………………………………………………………………
34
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 . Proses Pengolahan Sagu Menjadi Dange
Gambar 2 . Proses Pengolahan Sagu Menjadi Dange
35
Gambar 3.Proses Pengolahan Sagu Menjadi Dange
Gambar 4 . Proses Pengolahan Sagu Menjadi Dange
36
Gambar 5. Wawancara Dengan Responden