Upload
hoangkhuong
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE
THINK TALK WRITE (TTW) DILENGKAPI MACROMEDIA
FLASH DAN MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI
SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
ARIKA MULIA AGUS
X 3307009
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE
THINK TALK WRITE (TTW) DILENGKAPI MACROMEDIA
FLASH DAN MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI
SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
ARIKA MULIA AGUS
X 3307009
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Elfi Susanti V.H., S.Si., M.Si.
NIP. 19721023 199802 2 001
Pembimbing II,
Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S
NIP. 19510601 197603 2 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program
Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hari :...................................
Tanggal : ..................................
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. JS. Sukardjo, M.Si. ....………....
Sekretaris : Dr. M. Masykuri, M.Si. ……………
Anggota I : Elfi Susanti V.H., S.Si., M.Si. .…………....
Anggota II : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S. ……………
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Arika Mulia Agus. X3307009. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF METODE THINK TALK WRITE (TTW) DILENGKAPI
MACROMEDIA FLASH DAN MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI SMA BATIK 2
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa penggunaan metode Think
Talk Write (TTW) dilengkapi macromedia flash memberikan prestasi belajar
lebih tinggi pada materi pokok koloid dibandingkan dengan penggunaan metode
Think Talk Write dilengkapi modul bagi siswa kelas XI SMA Batik 2 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
penelitian Randomized Group Pretest-Posttest Design dimana kelas eksperimen 1
yang digunakan adalah kelas dengan metode pembelajaran Think Talk Write
dilengkapi macromedia flash dan kelas eksperimen 2 dengan metode
pembelajaran Think Talk Write dilengkapi modul. Populasi adalah siswa kelas XI
SMA Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Pengambilan sampel penelitian
menggunakan teknik cluster random sampling. Data utama penelitian ini adalah
berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh dari aspek kognitif dan aspek afektif.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji t pihak kanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada
pembelajaran materi pokok koloid dengan metode Think Talk Write (TTW) yang
disertai dengan Macromedia Flash memberikan prestasi belajar lebih tinggi
dibandingkan dengan metode Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan
modul. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan menggunakan uji t-pihak
kanan dengan taraf signifikan 5%. Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi
belajar kognitif diperoleh thitung = 1,751> ttabel = 1,67 dan untuk prestasi belajar
afektif diperoleh thitung = 3,196 > ttabel = 1,67.
Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Think Talk Write, Modul, Macromedia
Flash
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Arika Mulia Agus. X3307009. THE COMPARATIVE STUDY OF
COOPERATIVE LEARNING IN THINK TALK WRITE (TTW)
METHOD USE MACROMEDIA FLASH AND MODULE TOWARD
ACHIEVEMENT CHEMISTRY LEARNING ON TOPIC KOLOID
OF CLASS XI SMA BATIK 2 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR
2010/2011. Skripsi, Surakarta: The Faculty of Teaching and Science Education
of Sebelas Maret University.
The research aimed to know whether using Think Talk Write (TTW)
method with macromedia flash can provide the learning achievement higher than
using Think Talk Write (TTW) method with module on topic koloid to student at
class XI SMA Batik 2 Surakarta in academic year 2010/2011.
The research used experiment method with The Randomized Group
Pretest Postest Design where the first experiment class that used in the research
were the class learning by using Think Talk Write (TTW) method with
macromedia flash and the second experiment class learning by using Think Talk
Write (TTW) method with module. The population were the student of class XI of
SMA Batik 2 Surakarta in 2010/2011. The sample were taken by using cluster
random sampling technique. The main data of this research was achievement
students learning outcome from cognitive and affective aspect. The technique of
analizing data were used t-test right side.
The result of the research shown that achievement of student learning by
using Think Talk Write (TTW) method with macromedia flash higher than
achievement of student learning by using Think Talk Write (TTW) method with
module. It could be realized that the result of counting by using t-test right side.
The result of t-test right side for cognitive learning achievement were aequired
tcount= 1,751> ttable= 1,67, for affective of learning achievement were aequired
tcount= 3,196 > ttable= 1,67.
Keywords : Cooperatif Learning, Think Talk Write, Module, Macromedia Flash
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Rasullullah SAW bersabda,
“Setiap urusan yang tidak dimulai dengan Bismillahirrohmanirrohim terputuslah berkahnya”
(Tafsir Ibnu Katsir)
“Orang bijak adalah dia yang hari ini mengerjakan apa yang orang bodoh akan
mengerjakannya tiga hari kemudian.”
If you dream it you can do it
(penulis)
“Selalu jadi diri sendiri untuk melakukan yang terbaik ”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kasih, karya ini kupersembahkan untuk
Ibu dan Bapak yang telah memberikan nasehat,
bimbingan,dan kasih sayang yang belum bisa terbalas.
Adikku tersayang.
Seseorang yamg telah menjadi semangatku dan selalu
mendampingiku
Teman2 kimia 07 yang aku banggakan
Sahabat2ku yang slalu mendukungku (heri, susanto,
dll)
Serta tak lupa keluarga kimia seluruh angkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan
perhatian dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan
penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Bapak Sukarmin, Ph.D selaku Ketua Jurusan P MIPA, yang telah menyetujui
atas permohonan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
yang telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini.
4. Ibu Elfi Susanti V.H., S.Si., M.Si. selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
5. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S. selaku pembimbing II yang telah pula
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Soewarto, M.M. selaku Kepala SMA Batik 2 Surakarta yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
7. Bapak Jumiyat, S.Pd, selaku guru Kimia SMA Batik 2 Surakarta yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya.
9. Bapak dan Ibu serta adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa, kasih
sayang, dukungan serta semangat bagi penulis.
10. Motivasiku yang senantiasa memberi semangat pada penulis.
11. Sahabat dan teman-teman semua untuk segala dukungan, persahabatan dan
bantuan serta semangatnya.
12. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL...................................................................................................... ii
PERSETUJUAN...................................................................................... iii
PENGESAHAN....................................................................................... iv
ABSTRAK................................................................................................ v
ABSTRACT............................................................................................. vi
MOTTO.................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN.................................................................................... viii
KATA PENGANTAR............................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah....................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah...................................................................... 6
D. Perumusan Masalah........................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian............................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian........................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Studi Komparasi....................................................................... 8
2. Metode Pembelajaran............................................................... 8
3. Pembelajaran Kooperatif.......................................................... 9
4. Metode Think Talk Write.......................................................... 12
5. Macromedia flash………......................................................... 16
6. Modul……………………………........................................... 19
7. Prestasi Belajar.......................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
8. Materi Sistem Koloid………………………............................. 24
B. Penelitian Yang Relevan...............................................................
C. Kerangka Berfikir..........................................................................
36
37
D. Pengajuan Hipotesis...................................................................... 39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 41
B. Metode Penelitian.......................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel...................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 44
E. Instrumen Penelitian…….............................................................. 41
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis.................................................................. 51
2. Pengujian Hipotesis.................................................................... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data............................................................................... 55
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas............................................................................. 58
2. Uji Homogenitas......................................................................... 58
C. Hasil Pengujian Hipotesis.............................................................. 59
D. Pembahasan................................................................................... 60
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 67
B. Implikasi...................................................................................... 67
C. Saran........................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 69
LAMPIRAN............................................................................................ 72
DAFTAR TABEL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Halaman
Tabel 1 Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi……...................... 25
Tabel 2 Jenis-Jenis Koloid……………………………....................... 26
Tabel 3 Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob............................ 34
Tabel 4 Jadwal kegiatan Penelitian……….......................................... 41
Tabel 5 Rancangan Penelitian Randomized Control Group Pretest-
Posttest Design……………………………………………… 42
Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal............................. 46
Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas........................................... 47
Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal......................... 47
Tabel 9 Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Suatu Item ………… 48
Tabel 10 Skor Penilaian Afektif …..…………………………………. 49
Tabel 11 Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal afektif................. 50
Tabel 12 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Afektif............................. 51
Tabel 13 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian................................... 55
Tabel 14 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi
Belajar Kognitif Siswa dengan Metode TTW yang disertai
dengan Macromedia Flash dan Metode TTW yang disertai
dengan Modul……………………......................................... 56
Tabel 15 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa
dengan Metode TTW yang disertai dengan Macromedia
Flash dan Metode TTW yang disertai dengan
Modul……………………………………….......................... 57
Tabel 16 Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif................. 58
Tabel 17 Rangkuman Uji Normalitas Nilai Afektif….......................... 58
Tabel 18 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif
Siswa……………………………………………….............. 59
Tabel 19 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Afektif Siswa..... 59
Tabel 20 Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.......................... 60
Tabel 21 Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif………............... 60
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Halaman
Gambar 1 Desain pembelajaran dengan metode Think Talk
Write………………………………………………................. 15
Gambar 2 Suspensi........................................................................... 24
Gambar 3 Koloid............................................................................. 24
Gambar 4 Aerosol............................................................................ 25
Gambar 5 kosmetik dalam bentuk gel…......................................... 25
Gambar 6 Larutan Sejati…….......................................................... 26
Gambar 7 Sistem Koloid................................................................. 26
Gambar 8 Gerak Brown……………………….............................. 27
Gambar 9 Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat
Terdispersi: (a) Larutan (b) Koloid (c) Suspensi............ 27
Gambar 10 Adsorpsi Ion-Ion……………………............................. 27
Gambar 11 Sel Elektrolisis Sederhana………………….................. 29
Gambar 12 Koagulasi Koloid karena Penambahan Elektrolit........... 30
Gambar 13 Proses Dialisis………………………............................. 31
Gambar 14 Diagram suatu Dialisis Darah ………………………… 31
Gambar 15
Gambar 16
Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa
dengan Metode TTW yang disertai dengan
Macromedia Flash dan Metode TTW yang disertai
dengan Modul………………………………....……….
Histogram Nilai Afektif Siswa dengan metode TTW
yang disertai dengan Macromedia Flash dan metode
TTW yang disertai dengan Modul……………………
56
57
Gambar 17
Gambar 18
Foto Penelitian Kelas Eksperimen 1...............................
Foto Penelitian Kelas Eksperimen 2...............................
157
157
Gambar 19 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen 1...................... 157
Gambar 20 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen 2...................... 157
Gambar 21 Siswa Mengerjakan Soal Postest..................................... 157
DAFTAR LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Halaman
Lampiran 1 Silabus………………………………………………… 72
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
1………………………………………….……………. 75
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
2………………………………………………………. 83
Lampiran 4 Indikator Aspek Kognitif...................………………. 91
Lampiran 5 Instrumen Penilaian Prestasi Kognitif…………......... 93
Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Kognitif ……………………… 102
Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket Pengukuran Aspek Afektif ……… 103
Lampiran 8 Instrumen Angket Afektif………………………….. 104
Lampiran 9 Lembar Jawab Aspek Afektif.....………………… 107
Lampiran 10 Soal Instrumen Penilaian Afektif…………………….. 109
Lampiran 11 Uji Validitas,Reliabilitas,Taraf Kesukaran dan Daya
Pembeda Soal Tes Kognitif………………………….. 116
Lampiran 12 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Afektif……… 119
Lampiran 13 Data Induk Penelitian Aspek Kognitif ……………… 122
Lampiran 14 Data Induk Penelitian Aspek Afektif…………………. 123
Lampiran 15 Normalitas Data Penelitian…………………………… 132
Lampiran 16 Uji Homogenitas Prestasi Kognitif………………….. 138
Lampiran 17 Uji Homogenitas Prestasi Afektif…………………… 139
Lampiran 18 Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif…….......... 140
Lampiran 19 Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif.................... 141
Lampiran 20 Daftar Nilai MID Semester Genap ............................... 142
Lampiran 21 Uji Homogenitas Nilai MID Semester Genap……….. 145
Lampiran 22
Lampiran 23
Uji t-matching Nilai MID Semester Genap………….
Modul………………………………………………..
146
147
Lampiran 23
Lampiran 24
Pembagian Kelompok Kelas TTW dengan
Macromedia Flash…………………………………….
Pembagian kelompok Kelas TTW dengan modul ……
171
172
Lampiran 25 Dokumentasi Penelitian………………………………. 171
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia merupakan merupakan salah satu cabang sains/IPA. Ilmu kimia
sudah mulai diperkenalkan kepada siswa sejak dini. Pelajaran kimia di sekolah
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari hal-hal yang ada
disekitar mereka. Kimia diharapkan dapat menjadi prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses transfer ilmu dan pengetahuan kimia di
sekolah perlu ditingkatkan efektivitasnya agar kualitas pembelajaran selalu terjaga
dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, sebaiknya guru bisa
memberikan suatu rangsangan agar siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar karena aktivitas yang dilakukan setiap siswa dalam mengikuti
pelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar, selain itu semestinya siswa diajak
untuk memanfaatkan semua alat indera yang dimilikinya secara optimal. Untuk
kepentingan tersebut maka para guru kimia hendaknya berupaya semaksimal
mungkin untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan
berbagai alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima
dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut
dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa
diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam
materi pelajaran yang disajikan.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal dari siswa. Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri siswa, antara lain motivasi belajar dan kemampuan siswa. Faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau berasal dari
rangsangan pihak luar. Faktor tersebut antara lain metode pembelajaran dan
interaksi sosial siswa. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara dua
pihak, yaitu antara guru dan siswa. Interaksi antara komponen-komponen tersebut
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
akan terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Peranan guru sangat
penting dalam melakukan usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan
motivasi agar siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik sehingga mampu
meningkatkan prestasi belajarnya.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan guru dapat
menyampaikan pembelajaran dengan lebih interaktif, menarik, dan
menyenangkan. Kondisi belajar yang menarik dan menyenangkan akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman materi sehingga prestasi
belajar akan menjadi lebih baik. Peningkatan pemahaman materi diharapkan
dapat memperbaiki prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
SMA Batik 2 Surakarta merupakan salah satu sekolah swasta di Surakarta.
Berdasarkan pengamatan secara umum keadaan sekolah SMA Batik 2 Surakarta
dan wawancara dengan guru kimia kelas XI di sekolah tersebut, keadaan yang
dapat dikemukakan adalah guru dalam menyampaikan materi pelajaran kimia
khususnya pada materi koloid masih menggunakan metode ceramah atau jarang
menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi untuk menyampaikan
materi pelajaran, sehingga kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran
kimia yang relatif rendah. Kurangnya bahan ajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa hanya menerima materi melalui gurunya.
Materi koloid merupakan materi yang penting, karena berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, tetapi siswa hanya dituntut oleh guru untuk sekedar
menghafal tanpa menuntut siswa memahami meteri tersebut secara mendalam.
Dalam materi tersebut terdapat konsep-konsep yang memerlukan pemahaman dan
hafalan yang cukup dari siswa seperti pemahaman tentang koloid secara umum,
jenis-jenis kolid, sifat-sifat koloid, dan cara-cara pembuatan koloid. Untuk itu
perlu cara mudah yang dapat disampaikan ke siswa dengan metode pembelajaran
yang bervariasi agar siswa lebih aktif belajar dan tidak cepat merasa bosan.
Dengan metode pembelajaran kooperatif Think Talk Write diharapkan siswa lebih
mudah memahami konsep-konsep yang ada dalam materi sistem koloid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan data nilai ulangan harian materi koloid siswa kelas XI SMA
Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010, ± 40% siswa belum mencapai
ketuntasan atau mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 65. Oleh karena itu, guru perlu mengatasi permasalahan yang ada, salah satu
caranya dengan menerapkan variasi metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi dan dapat
memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas sehingga prestasi belajar siswa dapat
meningkat.
Di dalam pembelajaran siswa harus berperan secara aktif. Salah satu cara
yang tepat untuk mengajak siswa agar lebih aktif adalah dengan mengembangkan
interaksi kooperatif pada diri siswa, yaitu dengan cara siswa menerapkan
pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan
teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan, dan
mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
konstruktivistik. Hal ini atas dasar bahwa siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat saling
mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan temannya. Pembelajaran
kooperatif juga dapat membangkitkan pembelajaan yang menarik perhatian siswa,
meningkatkan keterampilan sosial, membantu menyesuaikan diri, mengurangi
perbedaan etnis dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. (Slavin, 1995: 273).
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif dalam proses
pembelajaran, karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam bekerja sama dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Ketika menyelesaikan tugas
kelompok, setiap siswa dalam sebuah kelompok belajar dituntut untuk dapat
saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Belajar kelompok memungkinkan siswa selalu terlibat aktif dalam proses belajar,
karena siswa mempunyai tanggungjawab belajar yang lebih besar sehingga
memungkinkan berkembangnya daya kreatif, berpikir kritis dan sifat
kepemimpinan pada diri siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
organisator, motivator dan salah satu sumber informasi selama kegiatan belajar
kelompok berlangsung.
Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dimungkinkan dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan cocok untuk digunakan pada
pembelajaran kimia materi pokok koloid adalah dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif metode Think Talk Write (TTW). Melalui penerapan
metode Think Talk Write dalam pembelajaran kimia siswa diajak untuk berpikir
melalui bahan bacaan berupa buku referensi secara individual kemudian membuat
catatan kecil mengenai materi yang dibaca. Talk yaitu diskusi kelompok yang
merupakan proses tatap muka interaktif dimana siswa menukar ide tentang
persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab pertanyaan,
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman atau membuat keputusan. Tahap
terakhir dalam metode ini adalah write yaitu mengkonstruksikan hasil dari think
dan talk secara individual. Penerapan metode Think Talk Write dalam
pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa diajak untuk
berfikir secara aktif, mendorong dan menyimak dengan hati-hati gagasan yang
dikemukakan siswa secara lisan dan tulisan, mempertimbangkan dan memberi
informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai,
dan mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif. (Nurchayati, 2007: 56)
Penerapan metode pembelajaran kooperatif perlu adanya penunjang dalam
proses kegiatan belajarnya, misalnya dengan penggunaan modul dan animasi
macromedia flash. Dengan penggunaan modul siswa akan mudah mempelajari
materi karena modul disajikan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri
sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk
membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan
jelas. Pengajaran modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar
menurut cara masing-masing. Oleh sebab itu, di dalam kelompok mereka
menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu
berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing, sehingga
akan terjadi interaksi antar setiap anggota kelompok dalam usaha memecahkan
suatu masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Macromedia flash adalah media berbasis animasi vektor yang
memungkinkan penciptaan yang sangat dinamis dan pengalaman multimedia
interaktif. Animasi merupakan suatu teknik gerakan gambar atau paparan yang
dihasilkan oleh gabungan dari media komputer. Salah satu contoh animasi
tersebut adalah Macromedia flash tentang koloid. Media ini mempunyai tampilan
yang menarik, dalam bentuk gambar, warna dan sedikit efek suara. Dengan media
ini siswa menjadi termotivasi untuk lebih menekuni materi yang disajikan serta
dengan adanya warna komponen yang dianimasikan dapat menarik perhatian
siswa. (Nina Setyaningsih dkk, 2006: 60).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik meneliti tentang “STUDI
KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE THINK TALK
WRITE (TTW) DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH DAN MODUL
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
KOLOID KELAS XI SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Adakah alternatif penggunaan suatu metode pembelajaran selain metode
pembelajaran konvensional untuk menyampaikan materi pokok koloid?
2. Apakah prestasi belajar siswa pada materi pokok koloid dipengaruhi oleh
model pembelajaran yang digunakan?
3. Apakah penggunaan metode Think Talk Write dilengkapi macromedia
flash dan modul sesuai untuk materi pokok koloid?
4. Apakah metode Think Talk Write dilengkapi macromedia flash dan
modul dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Batik 2
Surakarta pada materi pokok koloid?
5. Apakah metode Think Talk Write dilengkapi macromedia flash dan
modul dapat meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6. Apakah metode Think Talk Write dilengkapi macromedia flash dapat
memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
metode Think Talk Write dilengkapi modul pada materi pokok koloid?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka
perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Obyek Penelitian
a. Prestasi Belajar
1) Prestasi kognitif siswa yang dibatasi pada nilai kognitif siswa
yang berasal dari hasil pretes dan postes.
2) Prestasi afektif siswa yang dilihat dari hasil angket afektif siswa.
b. Materi pokok
Materi pokok yang diberikan di batasi pada sistem koloid meliputi
koloid secara umum, jenis-jenis kolid, sifat-sifat koloid, dan cara-cara
pembuatan koloid.
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dipilih yaitu modul dan animasi
macromedia flash tentang sistem koloid meliputi koloid secara umum,
jenis-jenis kolid, sifat-sifat koloid, dan cara-cara pembuatan koloid.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah penggunaan metode Think Talk Write dilengkapi macromedia
flash memberikan prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
metode Think Talk Write dilengkapi modul pada materi pokok koloid siswa kelas
XI semester II SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
“Mengetahui bahwa penggunaan metode Think Talk Write dilengkapi
macromedia flash memberikan prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan
penggunaan metode Think Talk Write dilengkapi modul pada materi pokok koloid
siswa kelas XI semester II SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efektivitas
penggunaan metode Think Talk Write dilengkapi macromedia flash dan modul
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok koloid.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan bantuan kepada siswa sebagai usaha peningkatan hasil
belajar kimia khususnya materi pokok koloid.
b. Memberikan informasi bahwa penggunaan metode Think Talk Write
dilengkapi macromedia flash dan modul dapat diterapkan pada materi
pokok koloid.
c. Memberikan alternatif pemilihan model pembelajaran yang optimal dalam
meningkatkan prestasi belajar kimia pada materi pokok koloid.
d. Memberikan bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan bahwa perlu
adanya inovasi dalam pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
e. Sebagai masukan pada guru dan praktisi pendidikan tentang pentingnya
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Studi Komparasi
a. Studi
Studi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya kajian atau
mempelajari (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:860). Dalam
skripsi ini studi berarti mempelajari.
b. Komparasi
Komparasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Comparation yang berarti
perbandingan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:450). Pengertian
membandingkan yang dimaksud yaitu membandingkan paling tidak harus ada
dua masalah dan ada faktor pembedanya. Menurut Van Dalen, “penelitian
komparasi yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat
penyebabnya” (Suharsimi Arikunto, 1998:24). Arswani Sujud mengemukakan,
“Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, prosedur kerja, ide-ide, kritik
terhadap orang, kelompok, terhadap sesuatu ide atau prosedur kerja”
(Suharsimi,1998:247).
Dari beberapa pengertian diatas, maka studi komparasi adalah suatu
kegiatan yang mempelajari perbandingan antara benda-benda, prosedur kerja,
ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja
dengan menemukan perbedaan-perbedaan maupun persamaan-persamaannya.
2. Metode Pembelajaran
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode pembelajaran .
Menurut Mulyani Sumantri (2001: 114) metode pembelajaran merupakan cara-
cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar
dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
Menurut Mulyati Arifin (1990: 107) metode mengajar menyangkut
permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa, menyebabkan
kemampuan intelektualnya dapat berkembang, sehingga belajar dapat berjalan
secara efisien dan bermakna bagi siswa. Metode pembelajaran menurut Slameto
(1995: 65) adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam
pembelajaran. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan
situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan
intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan
bermakna bagi siswa.
Baik dan tidaknya suatu kualitas metode pembelajaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor–faktor yang mempengaruhi kualitas metode
pembelajaran adalah tujuan yang ingin dicapai, siswa, situasi dan guru. Untuk
mencapai kesuksesan dalam pembelajaran, maka guru harus dapat memilih dan
mengembangkan metode pembelajaran yang tepat, efisien dan efektif sesuai
dengan materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan
mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar
memahami materi yang diberikan.(Slameto, 1995:66)
3. Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja mengembangkan interaksi yang saling membantu untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,
sebagai latihan hidup di masyarakat. (Nurhadi, 2004: 112).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pada metode pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat saling
mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan temannya (Slavin, 2008:
273). Menurut Nurhadi (2004: 116) metode-metode yang termasuk dalam
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Metode STAD
b. Metode JIGSAW
c. Metode GI (Group Investigation)
d. Metode Struktural
e. Metode TAI
f. Metode SEM
g. Metode Think Talk Write (TTW)
Penelitian yang dilakukan oleh Nurchayati (2007) dalam skripsi yang
berjudul “Keefektifan strategi Think-Talk-Write Berbantuan Lembar Kerja Pada
Pokok Bahasan Trigonometri Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Purwareja
Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2006/2007.”
menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif metode TTW lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional.
(Nurchayati, 2007: 56).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berpendapat, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam
kelompok yang beranggotakan 2-5 orang untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru (Slavin, 2010: 4-8).
Menurut Nurhadi (2004: 116) ada beberapa alasan perlu dikembangkan
pembelajaran kooperatif, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
3) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
4) Meningkatkan rasa saling percaya pada sesama manusia.
5) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial, dan agama.
Model pembelajaran kooperatif ditandai oleh struktur tugas, tujuan dan
reward yang kooperatif. Siswa dalam situasi pembelajran kooperatif ini didorong
dan dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu.
Terdapat enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pelajaran yang
menggunakan model cooperative learning adalah:
1) Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pelajaran dan
membangkitkan motivasi belajar siswa.
2) Pada fase kedua diikuti oleh presentasi informasi, biasanya dalam bentuk
teks lebih disukai daripada bentuk ceramah.
3) Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar.
4) Dalam langah berikutnya, siswa dibantu oleh guru, bekerja bersama-sama
untuk menyelesaikan tugas-tugas interdependen.
5) Presentasi hasil akhir kelompok atau menguji segala yang sudah dipelajari
siswa, dan memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu.
(Arend, 2001: 315-316)
Adeyemi (2008: 697), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
memiliki unsur-unsur pokok yang diperlukan untuk meyakinkan para siswa agar
bekerja sama ketika mereka dalam kelompok. Unsur-unsur pokok tersebut antara
lain:
1) Setiap anggota kelompok harus merasa sebagai bagian dalam tim dan bahwa
mereka mempunyai tujuan yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
selesaikan adalah masalah bersama dan keberhasilan maupun kegagalan
kelompok akan dirasakan oleh semua anggota dalam kelompok.
3) Untuk mencapai tujuan bersama, seluruh siswa harus berpartisipasai dalam
diskusi.
4) Harus diyakinkan pada seluruh siswa bahwa kerja individual setiap anggota
kelompok akan menentukan keberhasilan kelompoknya.
4. Metode Think Talk Write
a. Pengertian metode Think Talk Write
Metode Think Talk Write didasarkan pada pemahaman bahwa belajar
adalah sebuah perilaku sosial. Metode Think Talk Write mendorong siswa untuk
berfikir, berbicara dan kemudian menuliskan yang berkenaan dengan suatu
topik. Metode ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan
melatih bahasa sebelum menuliskannya.(Reni Untarti, 2009 : 1)
Metode Think Talk Write memperkenankan siswa untuk mempengaruhi
dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya dan juga membantu siswa
dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan
terstruktur. Metode ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen
dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat
catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan, mendengar, dan membagi ide
bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan (Yamin dan
Ansari, 2009: 84).
Tahap pertama adalah aktivitas berpikir atau think yang dapat dilihat dari
proses membaca suatu teks kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca.
Siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan
kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri dalam membuat atau menulis
catatan kecil. Menurut Wiederhold membuat catatan berarti menganalisiskan
tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Belajar rutin membuat
atau menulis catatan setelah membaca akan merangsang aktivitas berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sebelum, selama dan setelah membaca. Membuat catatan mempertinggikan
pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi bagian
integral dalam setting pembelajaran. Kemampuan membaca, dan membaca
secara komprehensif (reading comprehension) secara umum dianggap berpikir,
meliputi membaca baris demi baris atau membaca yang penting saja (Yamin dan
ansari,2009: 85). Menurut wijaya (2007: 71) berpikir dapat didefinisikan sebagai
serentetan proses-proses kegiatan merakit, menggunakan, dan memperbaiki
model-model simbolik internal. Arends (1997: 158) menambahkan bahwa
berpikir adalah suatu kemampuan untuk menganalisa, mengkritik, dan menarik
kesimpulan berdasar pada inferensi atau pendapat. Seseorang perlu berpikir agar
dapat menggunakan informasi yang dimiliki dengan baik jika informasi yang
diperoleh tidak lengkap.
Tahap kedua adalah talk yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-
kata dan bahasa yang mereka pahami. Talking juga dapat membantu guru untuk
mengetahui pemahaman siswa dalam belajar, sehingga dapat mempersiapkan
perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan. Komunikasi dalam metode TTW
memungkinkan siswa untuk terampil bicara. Proses komunikasi dipelajari siswa
dalam kehidupan sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan social.
Proses komunikasi dapat dibangun di kelas secara alami dan mudah serta dapat
dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Komunikasi dalam suatu diskusi
dapat membantu kolaborasi dam meningkatkan aktivitas belajar didalam kelas,
hal ini dapat terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi
sekaligus dapat berpikir bagaimana cara mengungkapkannya dalam tulisan.
Keterampilan berkomunikasi dalam tahap talk dapat mempercepat kemampuan
siswa mengungkapkan idenya melalui tulisan. Berkomunikasi atau berdialog
baik antar siswa maupun guru juga dapat meningkatkan pemahaman. Talking
membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang
dibutuhkan (Yamin dan Ansari,2009: 86-87).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Pentingnya tahap talk antar lain karena pemahaman siswa dibangun
melalui konversasi (percakapan) antara sesame individual yang merupakan
aktivitas social yang bermakna, siswa menggunakan bahasa yang menyajikan
ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing metode solusi dan
membuat definisi. Tahap diskusi juga membantu siswa dalam pembentukan ide
(forming ideas), internalisai ide, dan dapat meningkatkan dan menilai kualitas
berpikir.
Tahap ketiga dalam metode TTW adalah write yaitu menuliskan hasil
diskusi secara individual. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena
setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkan
melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat
hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.
Aktivitas menulis siswa bermanfaat bagi guru untuk dapat memantau kesalahan
siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.
Aktivitas siswa selama fase menulis adalah menulis solusi terhadap
masalah atau pertanyaan yang diberikan, mengorganisasikan semua pekerjaan
langkag demi langkah agar mudah dibaca dan ditindak lamjuti, mengoreksi
semua pekerjaan yang ketinggalan dan meyakini bahwa pekerjaannya yang
terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Yamin dan
Ansari,2009: 87-88).
b. Langkah-langkah metode pembelajaran Think Talk Write
Adapun langkah-langkah pada metode Think Talk Write adalah :
1) Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang memuat
situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur
pelaksananya.
2) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
individual, untuk dibawa keforum diskusi (think).
3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi
catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.
4) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan metode
Think Talk Write ini, menurut Yamin dan Ansari (2009: 90) adalah mengajukan
pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang siswa
untuk berpikir, mendengar secara hati-hati ide siswa, menyuruh siswa
mengungkapkan ide secara lisan dan tertulis. Guru memutuskan apa yang digali
dan dibawa siswa dalam diskusi, memutuskan kapan member informasi,
mengklarifikasikan persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing,
dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan serta memonitoring dan
menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana
mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.
Gambar 1. Desain pembelajaran dengan metode Think Talk Write
GURU
Situasi Masalah
Open-ended
SISWA TALK
WRITE
THINK
Membaca teks
dan membuat
catatan secara
individual
Interaksi dalam
grup untuk
membahas isi
catatan
Konstruksi
pengetahuan hasil
dari think dan talk
secara individual
Kemampuan
pemahaman
dan
komunikasi
siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5. Macromedia flash
Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi
informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan
pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit. Komputer dewasa ini memiliki
kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan
lainnya, seperti CD player, video tape, dan audio tape. Di samping itu, komputer
dapat merekam, menganalisis, dan memberi reaksi kepada respons yang diinput
oleh pemakai atau siswa.
Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering dinamakan
pembelajaran dengan bantuan komputer (CAI) dikembangkan dalam beberapa
format, antara lain drills and practice, tutorial, simulasi, permainan, dan
discovery. Komputer telah pula digunakan untuk mengadministrasikan tes dan
pengelolaan administrasi sekolah. Percival dan Ellington (1988: 137)
mendefinisikan komputer sebagai alat yang dapat menerima informasi,
diterapkan untuk prosedur pemrosesan informasi dan memberikan hasil
informasi baru dalam bentuk yang digunakan oleh pemakai.
Berikut ini dikemukakan beberapa keuntungan dan keterbatasan komputer
yang digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Kelebihan dari media komputer
antara lain:
a. Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran,
karena dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara
yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar
dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang
digunakan.
b. Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan,
melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya
animasi grafik, warna, dan musik yang dapat menambah realisme.
c. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa
dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
komputer dapat berinteraksi dengan siswa secara perorangan misalnya
dengan bertanya dan menilai jawaban.
d. Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan suatu
program pembelajaran memberi kesempatan lebih baik untuk
pembelajaran secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu
dapat dipantau.
e. Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan, peralatan lain seperti
compact disc, video tape, dan lain-lain dengan program pengendali dari
komputer.
Sedangkan keterbatasan penggunaan media komputer antara lain:
a. Meskipun harga perangkat keras komputer cenderung semakin menurun
(murah), pengembangan perangkat lunaknya masih relative mahal.
b. Untuk menggunakan computer diperlukan pengetahuan dan keterampilan
khusus tentang komputer.
c. Keragaman model komputer (perangkat keras) sering menyebabkan
program (software) yang tersedia untuk satu model tidak cocok
(kompatibel) dengan model lainnya.
d. Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa,
sehingga hal tersebut tentu tidak akan dapat mengembangkan kreativitas
siswa.
f. Komputer hanya efektif bila digunakan oleh satu orang atau beberapa
orang dalam kelompok kecil. Untuk kelompok besar diperlukan tambahan
peralatan lain yang mampu memproyeksikan pesan-pesan di monitor ke
layar lebih lebar ( Azhar Arsyad, 2009: 53).
Menurut John Leveille, dalam jurnalnya yang berjudul “Sexy
SAS/IntrNet®: A Macromedia Flash front-end for SAS® Web
Applications”(2009:1), bahwa Macromedia Flash adalah lingkungan berbasis.
animasi vektor yang memungkinkan penciptaan yang sangat dinamis dan
pengalaman multimedia interaktif. Pengalaman ini dapat disampaikan melalui
web atau sebagai aplikasi yang berdiri sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Media komputer yang digunakan untuk menyampaikan materi pokok
koloid dengan menampilkan program media Macromedia flash. Macromedia
flash merupakan suatu software paling populer saat ini dalam hal animasi
(khususnya di web) yang dapat mewujudkan imajinasi dan daya khayal manusia
yang tiada batas.
Macromedia Flash adalah software aplikasi untuk animasi yang digunakan
untuk internet. Dengan Macromedia Flash, aplikasi Web dapat dilengkapi
dengan beberapa macam animasi, audio, interaktif animasi dan lain-lain.
Animasi hasil dari Macromedia Flash dapat diubah kedalam farmat lain untuk
digunakan pada pembuatan desain Web yang tidak langsung mengadaptasi
Flash.
Macromedia Flash memiliki pemrograman ActionScript, dan dapat
merupakan authoring tool berbasis timeline dan terstruktur. Mulai dengan Flash
5, ActionScript merupakan pemrograman berorientasi objek. Flash MX
mempunyai kelebihan yang menonjol dibandingkan dengan Flash 5, diantaranya
dapat menggunakan animasi dengan format file AVI. Dengan demikian dapat
digunakan pada pengembangan multimedia interaktif untuk produksi CD,
jaringan, maupun penggunaan pada Web. Dalam multimedia dapat dilihat teks,
Gambar, animasi dan digital video bersama-sama tampil pada satu saat dan
penggunaan button sebagai alat interaktif (Nina Setyaningsih dkk, 2006: 60).
6. MODUL
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi/sub kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. (Depdiknas, 2003). Di antara
berbagai metode pengajaran individual pengajaran modul termasuk metode yang
paling baru yang menggabungkan keuntungan-keuntungan dari berbagai
pengajaran individual lainnya seperti tujuan instruksional khusus, belajar
menurut kecepatan masing-masing, balikan atau feedback yang banyak. Modul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Walaupun
ada bermacam-macam batasan modul namun ada kesamaan pendapat bahwa
modul itu merupakan satu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar
sendiri.
Salah satu tujuan pangajaran modul ialah membuka kesempatan bagi
siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap bahwa siswa
tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama. Pengajaran
modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-
masing, oleh sebab itu mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk
memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan
kebiasaan masing-masing.
Tujuan ketiga dari pengajaran modul ialah memberi pilihan dari
sejumlah besar topik dalam suatu mata pelajaran. Sedangkan yang keempat ialah
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal kelebihan dan
kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul. Modul sering
memberikan evaluasi untuk mendiagnosis kelemahan siswa secepat mungkin
agar diperbaiki dan memberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada
siswa untuk mencapai hasil yang setinggi-tingginya.
Modul adalah unit kecil dari satu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri
dan di dalamnya telah memuat secara lengkap dan eksplisit TIK (Tujuan
Instruksional Khusus), materi pelajaran assignments dengan kunci jawabannya,
item-item tes formatif dengan kunci jawabannya. Dengan demikian penguasaan
siswa atas satuan pelajaran yang berupa modul yang sama itu berbeda, hal itu
lebih merupakan pencerminan perbedaan attitude siswa dari pada perbedaan
materi pelajaran yang dipelajari siswa.
Siswa-siswa dapat belajar menurut irama kecepatannya masing-masing
dalam menguasai suatu modul. Siswa telah mencapai taraf kelulusan dapat
melanjutkan mempelajari modul yang berikutnya, atau melakukan program-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
program pengayaan. Sedangkan siswa-siswa yang belum mencapai taraf
kelulusan dapat diberikan program-progrm remidial. Dengan demikian,
pengembangan potensi-potensi pribadi siswa dapat mencapai titik optimal.
Pengajaran modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin
rasa persaingan di kalangan siswa sehingga semua dapat mencapai hasil
tertinggi. Dengan sendirinya lebih terbuka jalan ke arah kerjasama. Juga
kerjasama antara murid dengan guru lebih berkembang, karena kedua belah
pihak merasa sama bertanggung jawab atas berhasilnya pengajaran.
Modul yang disusun dengan cermat memudahkan siswa belajar untuk
menguasai bahan pelajaran menurut metode yang sesuai bagi murid yang
berbeda-beda, sehingga hasil belajar yang baik bagi semua murid lebih terjamin.
Pengajaran modul memberikan kesempatan yang lebih besar dan waktu yang
lebih banyak kepada guru untuk meberikan bantuan dan perhatian individual
kepada setiap murid membutuhkannya, tanpa mengganggu atau melibatkan
seluruh kelas (Nasution, 2005:204-206).
7. Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang
dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang
hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan.
Kedudukan siswa dalam kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yaitu
siswa tersebut termasuk pandai, sedang atau kurang. Dengan demikian prestasi
belajar mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator
keberhasilan belajar dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai
evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parenial dalam
sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia
sering mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
Untuk itu, kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan
jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
khususnya manusia yang berada dibangku sekolah. Prestasi belajar semakin
terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi
utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi balajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendodrong bagi anak
didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan
sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Apabila dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka betapa
pentingnya kita mengetahui prestasi belajar anak didik, baik secara perseorangan
maupun secara kelompok., karena fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai
indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator
kualitas institusi pendidikan. Selain itu, prestasi belajar juga berguna sebagai
umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar sehingga
dapat menentukan apakah perliu mengadakan diagnosis, bimbingan, atau
penempatan anak didik.(Zainal Arifin, 1991 : 3-4)
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Dimyati dan Mudijono dalam Wahyudi
2009 : 17-18)
1. Faktor intern
Faktor intern adalah segala faktror yang bersumber dari dalam diri
individu, yang termasuk faktor intern adalah faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
a. Faktor fisiologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Faktor fisiologis adalah yang dibabkan oleh keadaan jasmani atau fisik
individu termasuk dalam faktor ini adalah:
1) Kondisi panca indera seperti penglihatan dan pendengaran
2) Kondisi fisiologis, yaitu kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi,
kurang tidur atau kesakitan yang diderita.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah pengaruh yang timbul oleh keadaan jiwa
seseorang dalam pembelajaran biasanya berkaitasn erat dengan motif-motif
siswa melakukan aktivitas belajar.
c. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi
faktor lingkungan dan faktor instrumental.
1) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan berperan penting dalam membentuk individu baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada faktor lingkungan tersebut
ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Apabila kedudukan dan
peranan diakui oleh sesama siswa, maka seorang siswa dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya jika seorang siswa
ditolak, maka seorang siswa tersebut akan merasa tertekan.
2) Faktor instrumental
Faktor instrumental sangat berpengaruh dalam proses belajar mengjar.
Proses belajar mengajar akan menjadi lebih baik apabila didukung oleh
instrumen atau alat yang berupa program pembelajaran, meliputi:
a) Kurikulum, kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan,
kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.
b) Program pembelajaran, dibuat dan disiapkan sedini mungkin oleh guru
dalam rangka untuk kegiatan belajar mengajar, sehingga setelah kegiatan
belajar mengajar berakhir diharapkan mendapat hasil yang memuaskan.
c) Sarana dan prasarana, merupakan pendukung dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Karena dengan adanya sarana prasarana di sekolah diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kegiatan belajar mengajar semakin mudah dan diharapkan mendapatkan
hasil yang sesuai dengan keinginan.
d) Tenaga pengajar, merupakan pendukung dalam proses belajar mengajar.
Guru adalah pengajar yang mendidik. Guru memusatkan perhatian kepada
kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar.
Sebagai guru yang mengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa
di sekolah.
Dalam pembelajaran KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sistem
penilaian prestasi belajar ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
a) Aspek kognitif
b) Aspek afektif
c) Aspek psikomotor
8. Materi Sistem Koloid
Materi sistem koloid terdiri dari sub pokok bahasan menurut KTSP sebagai
berikut:
a. Sistem Koloid
Koloid merupakan sistem dispersi (pemencaran) yaitu suatu sistem yang
terjadi apabila zat terlarut (dispersikan) ke dalam zat lain. Sistem koloid adalah
suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspensi
(campuran kasar). Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran
tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut
medium pendispersi.
Untuk memberikan Gambaran tentang perbedaan dari larutan, koloid dan
suspensi akan disajikan pada pada Tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 1: Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi.
Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan
cuka, air laut, dan sirup.
Contoh koloid : buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan
mayonaise.
Contoh suspensi : air sungai yang keruh dan campuran air dengan pasir
Contoh dari suspensi dan koloid disajikan pada Gambar 2. dan 3.
Gambar 2. Suspensi Gambar 3. Koloid
Larutan
(dispersi molekular)
Koloid
(dispersi koloid)
Suspensi
(dispersi Kasar)
Contoh: larutan gula Contoh: susu cair Contoh: campuran
tepung terigu dengan air
- Homogen, tak dapat
dibedakan walaupun
menggunakan
mikroskop ultra
- Semua partikel
berdimensi (panjang,
lebar, atau tebal)
kurang dari 1nm
- Satu fase
- Stabil
- Tidak dapat disaring
- Secara makroskopis bersifat
homogen tetapi heterogen
jika diamati dengan
mikroskop ultra.
- Partikel berdimensi antara 1
nm sampai 100 nm
- Dua fase
- Pada umumnya stabil
- Tidak dapat disaring kecuali
dengan penyaring ultra
- Heterogen
- Salah satu atau
semua dimensi
partikelnya lebih
besar dari 100 nm
- Dua fase
- Tidak stabil
- Dapat disaring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 2 merupakan campuran tepung terigu dengan air lambat laun akan
memisah. Campuran seperti ini disebut suspensi. Sedangkan Gambar 2.4 adalah
susu merupakan satu contoh campuran yang digolongkan sebagai koloid
Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya
dapat dilihat pada Tabel 2..
Tabel 2. Jenis-Jenis Koloid
Beberapa produk kosmetik dalam bentuk koloid yang disajikan dalam Gambar 4
dan 5.
Gambar 4 dan 5. Aerosol dan kosmetik dalam bentuk gel
No Fase
Terdispersi
Fase
Pendispersi Nama Contoh
1
2
3
4
5
6
7
8
Padat
Padat
Padat
Cair
Cair
Cair
Gas
Gas
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat
Aerosol
Padat
Sol
Sol Padat
Aerosol
Emulsi
Emulsi padat
Buih
Buih Padat
Asap (smoke), debu di udara
Sol emas, sol belerang,
tinta,cat
Gelas berwarna, intan hitam
Kabut (fog) dan awan
Susu, santan, minyak ikan
Jelly, mutiara
Buih sabun, krim kocok
Karet busa, batu apung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Sifat-sifat Koloid
1) Efek Tyndall
Suatu sifat khas yang membedakan sistem koloid dengan larutan adalah
dengan percobaan Tyndall. Pada Gambar 6 bila suatu larutan sejati disinari
dengan seberkas sinar tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas
sinar (transparan), sedangkan pada Gambar 7 bila seberkas sinar dilewatkan
pada sistem koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid,
sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan
Gambar 6. Larutan Sejati Gambar 7. Sistem Koloid
Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari:
- Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
- Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang
berasap/berdebu
- Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi
hari yang berkabut
- Berkas sinar matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur yang
banyak asapnya.
2) Gerak Brown
Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid
senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag).
Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati
dengan mikroskop ultra. Gambar gerak Brown disajikan pada Gambar 9 Gerak
brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-
molekul medium terhadap partikel koloid. Gerak Brown merupakan salah satu
faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus menerus maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami
sedimentasi. Gambar arah tumbukan molekul medium dengan partikel zat
terdispersi disajikan pada Gambar 9
Gambar 8. Gerak Brown
Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat Terdispersi:
(a) Larutan (b) Koloid (c) Suspensi.
3) Muatan Koloid
a. Adsorpsi
Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik
pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel koloid dari
Fe(OH)3 bermuatan positif dalam air, karena mengadsorpsi ion H+. Sedangkan
partikel koloid As2S3 dalam air bermutan negatif karena mengadsorpsi ion
negatif. Gambar adsorpsi ion-ion disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Adsorpsi Ion-Ion
Fe(OH)3 As2S3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Sifat adsorpsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat dapat
dilakukan berdasarkan sifat-sifat tersebut.
Contoh:
o Pemutihan gula tebu.
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan
melalui tanah diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan
diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
o Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Didalam usus norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorbsi gas atau zat racun.
o Penjernihan air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau
alumunium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk
Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorbsi zat-
zat warna atau zat pencemar dalam air.
b. Elektroforesis
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.
Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke
salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif
akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan
positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan
koloid dari Fe(OH)3 berwarna merah dan As2S3 berwarna kuning, campuran dari
sistem koloid tadi dimasukkan dalam alat elektroforesis. Sel elektrolisis
sederhana disajikan pada Gambar 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana
Dari percobaan Gambar 11, setelah beberapa saat kedua kutub tersebut
dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata daerah kutub (+) berwarna
kuning dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari hasil pengamatan tersebut
dapat dinyatakan bahwa koloid As2S3 bermuatan negatif karena ditarik oleh
elektode positif dan koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena ditarik oleh
elektrode negatif. Dengan demikian elektroferesis dapat digunakan untuk
menentukan jenis muatan koloid
4) Koagulasi
Koagulasi (penggumpalan) adalah proses pengendapan koloid. Koagulasi
partikel koloid dapat terjadi dengan dua macam cara yakni :
a) Cara Mekanik : Koloid dapat digumpalkan dengan cara pengadukan,
pamanasan atau pendinginan.
b) Cara Kimia : yakni dengan penambahan zat-zat kimia
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut.
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatn positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut
akan membentuk selubung lapisan ke dua. Apabila selubung lapisan kedua itu
terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga
terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya
dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. Koagulasi koloid
karena penambahan elektrolit disajikan pada Gambar 12. Pada Gambar 12
memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih efektif dalam mengumpalkan
koloid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 12. Koagulasi Koloid karena Penambahan Elektrolit.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat
(lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan
elektrolit dalam air laut.
Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan
menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan
negatif sehingga akan digumpalkan dengan oleh ion Al3+
dari tawas
(alumunium sulfat).
5) Koloid Pelindung
Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang
disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh:
a) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah
pembentukan kristal besar es atau gula.
b) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid
pelindung.
c) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid
pelindung.
6). Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat
mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penggganggu ini dapat
dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid tadi
terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan
partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan
koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.
Gambar Proses Dialisis disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13. Proses Dialisis
Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga
merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput
semipermeable yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti
urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang
menderita ginjal dapat menjalani “cuci darah”, dimana fungsi ginjal diganti oleh
suatu mesin dialisator. Gambar diagram dialisis darah disajikan pada Gambar
14.
Gambar 14. Diagram suatu Dialisis Darah
7). Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas:
a) Koloid Liofil
Suatu koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar
antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (yunani: lio
= cairan, philia = suka)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b) Koloid Liofob
Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik
tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berati takut cairan (yunani=
phobia= takut/benci).
Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid
diatas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di
permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir
koloid liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga
membentuk suatu selubung atau jaket. Hal tersebut disebut solvatasi/hidratasi.
Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi
(pengelompokan).
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit.
Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau
penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali sol hidrofil.
Dengan kata lain, sol hidrofil bersifat reversible. Contoh dari koloid hidrofil
adalah agar-agar.
Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa
kehadiran zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus
partikel koloid hidrofob sehingga terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak
dalam air) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu kasein, sedangkan
mayonaise (emulsi miyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur.
Contoh koloid hidrofob: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol
sulfida, dan sol-sol logam. Contoh dari koloid hidrofob adalah mayonise,
mayonise dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali
zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur
kembali dengan air. Perbandingan antara sol hidrofil dan hidrofob dapat dilihat
pada Tabel 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 3. Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob.
Sol hidrofil Sol hidrofob
1. Mengadsorbsi
mediumnya
2. Dapat dibuat dengan
konsentrasi yang relatif
besar
3. Tidak mudah
digumpalkan dengan
penambahan elektrolit
4. Viskositas lebih besar
daripada mediumnya
5. Bersifat reversible
6. Efek tyndall lemah
1. Tidak mengadsobsi
mediumnya
2. Hanya stabil pada
konsentrasi kecil
3. Mudah menggumpal pada
penambahan elektrolit
4. Viskositas hampir sama
dengan mediumnya
5. Tidak reversible
6. Efek tyndall lebih jelas.
c. Pembuatan Sistem Koloid
Karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan
partikel suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu:
1) Cara kondensasi
Sistem koloid dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan
sejati. Cara ini disebut cara kondensasi. Dengan cara kondensasi pertikel larutan
sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat
dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan
dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
a) Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Contoh:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan
belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam
larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) 2H2O(l) + 3S(koloid)
Pembuatan sol emas dari reaksi larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3
dan HCHO (formaldehida).
Contoh:
2HAuCl4(aq) + 6 K2CO3(aq) + 3 HCHO(aq) 2Au(koloid) +
5CO2(g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l)
b) Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3, apabila ke dalam air
mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)
c) Dekomposisi Rangkap
Contoh:
- Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan
H2S.
H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) As2S3(koloid) + 6H2O(l)
- Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer
dengan larutan HCl encer.
AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(koloid) + HNO3(aq)
d) Pergantian Pelarut
Contoh:
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan
terbentuk suatu koloid berupa gel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2). Cara dispersi
Sistem koloid dapat dibuat dengan menghaluskan bahan dalam bentuk
kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara ini disebut
cara dispersi. Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel
koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan
loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
a) Cara Mekanik
Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling
koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan
medium dispersi.
Contoh:
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-
sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampurkan
serbuk halus itu dengan air.
b) Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin,
dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh
AlCl3.
c) Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang
akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam
medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya.
Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom
tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi. (Michael
Purba : 2007)
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dr. Tzu-Pu Wang dalam jurnalnya yang berjudul “Applying Slavin’s
Cooperative Learning Techniques to a College EFL Conversation Class”
melakukan penelitian menggunakan teknik pembelajaran aktif yaitu STAD,
Jigsaw II, TTW, dan TPS. Hasil penelitian menujukkan bahwa teknik
pembelajaran aktif tersebut dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
kemampuan dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. (The Journal
of Human Resource and Adult Learning, 2009 Vol. 5, Num. 1)
Penelitian yang dilakukan oleh Nurchayati (2007) dalam skripsi yang
berjudul “Keefektifan strategi Think-Talk-Write Berbantuan Lembar Kerja Pada
Pokok Bahasan Trigonometri Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Purwareja
Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2006/2007.”
menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif metode TTW lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional.
(Nurchayati, 2007: 56).
Penelitian yang dilakukan oleh Reni Untarti (2009) dalam skripsi yang
berjudul “Keefektifan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) pada
pembelajaran statistika dan peluang ditinjau dari kompetensi komunikasi
matematika siswa SMP N 1 Ngaglik” menyimpulkan bahwa prestasi belajar
siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif metode TTW lebih tinggi
dari pada pembelajaran ekspositori. Hal ini ditunjukkan dari presentase
ketuntasan sebesar 94,29 % dengan metode TTW dan 62,86 dengan metode
ekspositori. (Reni Untarti, 2009: 100).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Kerangka Berpikir
SMA Batik 2 Surakarta merupakan salah satu sekolah swasta di
Surakarta. Berdasarkan pengamatan secara umum keadaan sekolah SMA Batik 2
Surakarta dan wawancara dengan guru kimia kelas XI di sekolah tersebut,
keadaan yang dapat dikemukakan adalah guru dalam menyampaikan materi
pelajaran kimia khususnya pada materi koloid masih menggunakan metode
ceramah atau jarang menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi
untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga kemampuan siswa dalam
menyerap materi pelajaran kimia yang relatif rendah. Kurangnya bahan ajar
yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa hanya menerima
materi melalui gurunya.
Di dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tercapai tujuan yang
diharapkan. Hal ini dikarenakan banyaknya kendala yang dihadapi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam penguasaan konsepnya, siswa sering
mengalami kendala, salah satu pemecahannya yaitu dengan mencoba
menggabungkan kemampuan antar personal yang dipadukan dalam metode
pembelajaran kooperatif (kerja sama) dengan panduan salah satu anggota
kelompoknya. Dengan cara ini, kesulitan yang dialami siswa selama proses
belajar mengajar dapat ditanyakan kepada teman dalam kelompoknya yang lebih
menguasai tetapi masih dalam bimbingan guru. Jadi terjadi proses belajar
bersama yang terarah dan jelas tujuannya.
Metode pembelajaran kooperatif dipandang cocok untuk membuat siswa
ikut aktif dalam proses belajar mengajar pada materi sistem koloid. Metode
pembelajaran kooperatif bermacam-macam, pada penelitian ini dipilih metode
Think Talk Write (TTW) karena metode ini menawarkan suatu inovasi
pembelajaran yang akan menghasilkan individu-individu selain menguasai
materi juga mempunyai bekal kemampuan bekerjasama. Berbekal kemampuan
bekejasama ini para peserta didik siap menghadapi tantangan jaman yang
membutuhkan sikap saling bekerjasama dan mampu bersaing secara sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dalam metode TTW siswa tidak hanya sekedar menerima materi secara pasif
tetapi lebih dari itu siswa dituntut mampu menjelaskan materi itu dan
berargumentasi dihadapan teman-temannya serta diharapkan antara siswa satu
dengan yang lain dalam satu kelompok dapat berinteraksi saling memberi
masukan dan pendapat.
Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
TTW dengan mengkomparasikan dua media pembelajaran yaitu Macromedia
Flash dan modul. Pada metode TTW dengan Macromedia Flash materi
diberikan dengan tampilan yang menarik, dalam bentuk Gambar, warna dan
sedikit efek suara. Dengan media ini siswa menjadi termotivasi untuk lebih
menekuni materi yang disajikan serta dengan adanya warna komponen yang
dianimasikan dapat menarik perhatian siswa dan memudahkan siswa dalam
mempelajari materi, sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan dan proses
pembelajaran berjalan menyenangkan serta keaktifan siswa cukup besar.
Pada metode TTW dengan modul siswa akan mudah mempelajari materi
karena modul disajikan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Pengajaran
modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-
masing. Oleh sebab itu, di dalam kelompok mereka menggunakan teknik yang
berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang
pengetahuan dan kebiasaan masing-masing, sehingga akan terjadi interaksi antar
setiap anggota kelompok dalam usaha memecahkan suatu masalah. Dengan
modul siswa cenderung mengalami kejenuhan dalam belajar dan proses
pembelajaran bejalan membosankan serta keaktifan siswa kurang.
Oleh karena itu, diharapkan dengan metode TTW yang disertai dengan
Macromedia Flash akan lebih baik dari TTW yang disertai dengan modul
karena adanya materi yang disampaikan dalam bentuk animasi serta keaktifan
siswa dalam proses belajar mengajar yang cukup besar sehingga menjadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
prestasi belajar siswa yang diajari dengan metode TTW yang disertai dengan
Macromedia Flash akan lebih tinggi.
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat
dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
“Pembelajaran kooperatif metode Think Talk Write dilengkapi macromedia flash
memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding pembelajaran
kooperatif metode Think Talk Write dilengkapi modul pada materi pokok koloid
siswa kelas XI SMA Batik 2 Surakarta.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Batik 2 Surakarta kelas XI semester II
tahun ajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada semester 2 (genap) tahun ajaran
2010/2011. Bulan Februari 2011 sampai bulan Mei 2011 dengan jadwal kegiatan
yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jadwal kegiatan Penelitian
Kegiatan
Bulan
Feb Maret April Mei Juni
Pengajuan Judul √
Penyusunan Proposal √ √
Pengajuan proposal penelitian √
Seminar proposal √
Permohonan ijin √
Penyusunan dan uji instrumen √ √
Pengambilan data √ √
Analisis data √ √ √
Penyusunan laporan √ √ √
B. Metode Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang akan dipelajari, maka penelitian ini
menggunakan metode eksperimen. Subyek penelitian terdiri dari dua kelompok,
yaitu kelompok eksperimen I yang pembelajarannya dilakukan dengan metode
Think Talk Write dilengkapi Macromedia flash dan kelompok eksperimen II
41 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dengan metode Think Talk Write dilengkapi modul. Sebagai metode bantu
digunakan metode kepustakaan guna melengkapi kajian teori dalam rangka
menyusun kerangka berpikir dan untuk merumuskan hipotesis.
Rancangan penelitian ini adalah ”Randomized Control Group Pretest-
Posttest Design”. Adapun bentuk rancangannya adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rancangan Penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest
Design
Group
Pretest Treatment Posttest
Eksperimen I Y1 X1 Y2
Eksperimen II Y1 X2 Y2
(Sukardi, 2003:185)
Keterangan:
Y1 = Pretest terhadap penguasaan materi pokok koloid.
Y2 = Posttest terhadap penguasaan materi pokok koloid.
X1 = Pembelajaran dengan metode Think Talk Write dilengkapi Macromedia
flash.
X2 = Pembelajaran dengan metode Think Talk Write dilengkapi modul
1. Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran TTW
dilengkapi Macromedia flash untuk kelas ekserimen 1 dan metode TTW
dilengkapi modul untuk kelas eksperimen 2.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada
materi pokok Koloid yang diperoleh dari selisih nilai posttest-pretest.
2. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan urutan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a. Memberikan pretest T1 pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek
diberi perlakuan.
b. Memberikan perlakuan 1 pada kelompok eksperimen 1 berupa penggunaan
metode TTW dilengkapi Macromedia Flash.
c. Memberikan perlakuan 2 pada kelompok eksperimen 2 berupa penggunaan
metode TTW dilengkapi Modul.
d. Memberikan postest T2 pada kedua kelas itu untuk mengukur rata-rata
kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan 1 dan 2.
e. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelompok eksperimen 1
untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z1).
f. Menentukan selisih nilai antara T1dan T2 pada kelompok eksperimen 2 untuk
mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z2).
g. Menggunakan test statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan
tersebut signifikan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Batik 2 Surakarta
yang terdiri dari 3 kelas dan rata-rata jumlah siswa tiap kelas adalah 38 siswa..
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
cluster random sampling. Dalam teknik ini, sampel merupakan unit dalam
populasi yang mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa
secara individual tetapi kelas. (Sugiyono, 2010 :120 ) Dari tiga kelas yang ada di
kelas XI IPA SMA Batik 2 Surakarta dilakukan pengambilan secara random
dua kelas yaitu XI IPA 2 dan XI IPA 3 untuk dijadikan sampel yaitu kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Data
yang diambil adalah data prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid yang
meliputi dua aspek penilaian yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
1. Teknik non Tes
Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
angket. Penilaian aspek afektif dilakukan dengan menggunakan angket yang
diisi langsung oleh siswa, yang diberikan sesudah perlakuan.
2. Teknik tes
Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan-
pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh tester (orang yang dites) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
(perilaku) tertentu. Data yang dikumpulkan dengan teknik tes tertulis yaitu tes
prestasi belajar siswa, dalam hal ini kemampuan kognitif siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penilitian ini terdiri atas empat instrumen yaitu instrumen
penilaian kognitif dan afektif. Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes
obyektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen
tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Untuk
mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka
perlu ditinjau aspek kelayakannya, yang diuji dengan statistik sebagai berikut:
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Untuk penilaian kognitif dengan menggunakan bentuk tes obyektif.
Sebelum digunakan instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk
menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Uji Validitas
1) Validitas Isi
Validitas isi adalah sebuah validitas instrument yang menunjukkan bahwa
isi instrumen yang disusun benar-benar dibuat berdasarkan literatur yang ada
dan mewakili setiap aspek yang diukur. Untuk mendapatkan validitas isi, maka
sebelum menyusun instrument tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya dan
dikonsultasikan kepada orang yang ahli. Orang yang ahli dalam hal ini adalah
dosen pembimbing yang terdiri dari pembimbing I dan pembimbing II.
2) Validitas Butir Soal
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah
menggunakan teknik korelasi rumus Product-Moment dari Pearson dengan
rumus sebagai berikut :
}}{{2222
xyr
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X : skor butir item nomor tertentu
Y : skor total
N : Jumlah subjek
Kriteria pengujian:
Kriteria item dinyatakan valid jika, rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika, rxy rtabel.
(Sugiyono,2010: 255 )
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Tidak Valid
Soal-soal materi pokok
Koloid
40 soal 32 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2
2
111
t
iit
s
qps
n
nr
2. Uji Reliabilitas
Budiyono (2000:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang
berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama)
pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Untuk mengetahui apakah suatu instrumen yang digunakan reliabel atau
tidak diperlukan adanya uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tes
prestasi belajar berbentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR-
20). Rumus Kuder-Richardson (KR-20) berbentuk sebagai berikut:
Dengan :
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
ip : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir
ke-i
iq : 1- ip
2
ts : variansi total
Kriteria realibilitas adalah sebagai berikut:
0,80 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,60 – 0,79 : Tinggi (T)
0,40 – 0,59 : Cukup (C)
0,20 – 0,39 : Rendah (R)
0,00 – 0,19 : Sangat Rendah (SR)
(Sugiyono,2010: 186 & 257 )
Hasil uji reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal materi pokok Koloid 40 soal 0.814 Tinggi
3. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor
soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal
yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.
B
TK=
JS
Keterangan :
TK : Tingkat Kesukaran
B : Banyaknya peserta yang menjawab benar
JS : Jumlah seluruh peserta (Depdiknas, 2009 : 9)
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,00 – 0,30 : Sukar (Sk)
0,31 – 0,70 : Sedang (Sd)
0,71 – 1,00 : Mudah (Md) (Depdiknas, 2009 : 9)
Hasil uji taraf kesukaran siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Sk Sd Md
Soal-soal materi pokok Koloid 40 soal 4 7 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan
antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang
belum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal
biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proposi. Semakin tinggi indeks daya
pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan
siswa yang telah memahami materi dengan peserta didik yang belum memahami
materi. Untuk mengetahui daya pembeda soal adalah dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
q
p
S
MMr
t
tp
pbis
Keterangan :
pM = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
tM = rata-rata skor total
tS = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p)
Kriteria daya pembeda :
0,71 – 1,00 = Sangat Baik (SB)
0,41 – 0,70 = Baik (B)
0,21 – 0,40 = Cukup (C)
0,00 – 0,20 = Jelek (J) (Depdiknas, 2009:10)
Hasil uji taraf pembeda suatu item dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Suatu Item
Variabel Jumlah
Soal
Kriteria
SB B C J
Soal-soal materi pokok Koloid 40 soal 0 16 15 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan
adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan jawaban. Siswa memberikan
jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Skor penilaian afektif disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 10. Skor Penilaian Afektif
Skor untuk aspek yang dinilai Nilai(+) Nilai (-)
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4
3
2
1
1
2
3
4
Keterangan :
- Jumlah nilai ≥ 72 : sangat baik (A)
- Jumlah nilai 54-71 : baik (B)
- Jumlah nilai 36-53 : cukup (C)
- Jumlah nilai < 35 : kurang (D) (Depdiknas, 2003:91)
1. Uji Validitas
1) Validitas Isi
Validitas isi adalah sebuah validitas instrument yang menunjukkan bahwa
isi instrumen yang disusun benar-benar dibuat berdasarkan literatur yang ada
dan mewakili setiap aspek yang diukur. Untuk mendapatkan validitas isi, maka
sebelum menyusun instrument tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya dan
dikonsultasikan kepada orang yang ahli. Orang yang ahli dalam hal ini adalah
dosen pembimbing yang terdiri dari pembimbing I dan pembimbing II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2) Validitas Butir Soal
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah
menggunakan teknik korelasi rumus Product-Moment dari Pearson dengan
rumus sebagai berikut :
}}{{2222
xyr
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X : skor butir item nomor tertentu
Y : skor total
N : Jumlah subjek
Kriteria pengujian:
Kriteria item dinyatakan valid jika, rxy > rtabel
Kriteria item dinyatakan tidak valid jika, rxy rtabel.
(Sugiyono,2010: 255 )
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal Afektif
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Tidak Valid
Angket Afektif 30 soal 26 4
2. Uji Reliabilitas
Untuk pengukuran aspek afektif, reliabilitas menggunakan rumus alpha
Cronbach’s Alpha (α) sebagai berikut:
2
2
11 11
t
i
n
nr
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Keterangan rumus :
r11 : realibilitas instrumen
n : banyaknya butir pertanyan atau banyaknya soal
2
i : jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t : varians total
N
N
XX
2
2
2
(Sugiyono,2010:256)
Kriteria realibilitas adalah sebagai berikut:
0,80 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,60 – 0,79 : Tinggi (T)
0,40 – 0,59 : Cukup (C)
0,20 – 0,39 : Rendah (R)
0,00 – 0,19 : Sangat Rendah (SR)
(Sugiyono,2010: 257 )
Hasil uji reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Afektif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Afektif 30 soal 0.922 Sangat Tinggi
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
dari populasi yang normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang
digunakan adalah metode Liliefors. Prosedur uji normalitas dengan
menggunakan metode Liliefors adalah sebagai berikut :
1). Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Ho : sampel berasal dari populasi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
2). Statistik Uji
L = max ii ZSZF
3). Taraf Siginifikansi ( ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
DK = { L L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung DK.
6). Kesimpulan
a. Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.
b. Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak
(Budiyono, 2009: 169-170)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians
digunakan uji Bartlett. Rumus uji Bartlett adalah sebagai berikut:
χ2 2
jj slogf -RKG log fC
2,303
dengan :
χ2 ~ χ
2 (k – 1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
f = N – k = k
j
jf1
= derajat kebebasan untuk RKG = N – k
fj = derajat kebebasan untuk Sj2 = ni – 1
j = 1, 2, …, k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
f
1
f
1
1) -3(k
1 1 C
j
dan j
j
f
SS RKG
serta 2
jj
j
2
jj
2
j s1nn
XXSS
dimana 1n
SSs
j
jj
2
(Budiyono, 2009 : 176 – 177)
kriteria : χ2 < χ
2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang homogen
χ2
≥ χ2
tabel, maka sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
(Budiyono, 2009:175-177)
2. Pengujian Hipotesis
1) Uji t sama subyek
Data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dengan menguji
kesamaan rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji-t pihak kanan dengan
ketentuan sebsgai berikut:
a. Hipotesis
Ho : ,21 (rata-rata kelas eksperimen-1 lebih kecil atau sama dengan nilai
rata-rata kelas eksperimen-2)
H1 = ,21 (rata-rata nilai kelas eksperimen-1 lebih besar dari nilai rata-rata
kelas eksperimen-2)
b. Tingkat signifikasi: = 0,05
c. Statistik uji = nilai rata-rata tes kelas eksperimen-1
21
21
11
nn
XXt
2
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
SnSnS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Keterangan:
1X = nilai rata-rata kelas eksperimen-1
2X = nilai rata-rata kelas eksperimen-2
n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen-1
n2 = jumlah sampel pada kelas eksperimen-2
S2
= simpangan baku gabungan
S12 = varians kelas eksperimen-1
S22 = varians kelas eksperimen-2
c. Kriteria pengujian
a. Jika thitung < ttabel maka hipotesis nol diterima
b. Jika thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak.
(Sugiyono, 2010: 181)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitan ini data yang diperoleh adalah data prestasi belajar
kognitif dan afektif materi pokok Sistem Koloid dari dua kelas eksperimen, yaitu
kelas eksperimen 1 yang diajar menggunakan metode Think Talk Write (TTW)
yang disertai Macromedia Flash dan kelas eksperimen 2 yang diajar
menggunakan metode Think Talk Write (TTW) yang disertai modul.
Berdasarkan data pada Lampiran 12 data prestasi kognitif diperoleh dari
selisih nilai pretest postest dan nilai afektif diperoleh dari skor angket afektif.
Rangkuman deskripsi data penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Uraian Kelas
Eksperimen 1 Eksperimen 2
Rerata Nilai Pretest Kognitif 51,73 51,21
Rerata Nilai Postest Kognitif 79,12 75,45
Rerata Selisih Nilai Kognitif 27,38 24,24
Rerata Nilai Afektif 70,45 67,91
Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka akan
disajikan deskripsi data hasil penelitian berikut ini.
1. Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Sistem Koloid
Selisih nilai prestasi belajar kognitif siswa pada kelas yang diajar dengan
Metode TTW yang disertai dengan Macromedia Flash dan kelas yang diajar
dengan metode Metode TTW yang disertai dengan Modul, maka kedua data
tersebut dijadikan satu dalam sebuah distribusi frekuensi seperti pada Tabel 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 14. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar
Kognitif Siswa dengan Metode TTW yang disertai dengan
Macromedia Flash dan Metode TTW yang disertai dengan Modul.
No. Interval Nilai tengah Frekuensi
Eksperimen I Eksperimen II
1 7,0 – 11,7 9.35 0 4
2 11,8 – 16,4 14.05 1 2
3 16,5 – 21,2 18.85 10 14
4 21,3 – 26,0 23.65 8 4
5 26,1 – 30,8 28.45 11 8
6 30,9 – 35,6 33.25 3 4
7 35,7 – 40,4 38.05 9 6
Jumlah 42 42
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 14 dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan
Metode TTW yang disertai dengan Macromedia Flash dan Metode
TTW yang disertai dengan Modul.
2. Nilai Afektif Materi Pokok Sistem Koloid
Nilai afektif siswa pada kelas yang diajar dengan metode TTW yang
disertai dengan Macromedia Flash dan metode TTW yang disertai dengan
01
10
8
11
3
9
4
2
14
4
8
4
6
0
2
4
6
8
10
12
14
16
9.35 14.05 18.85 23.65 28.45 33.25 38.05
Fre
kue
nsi
Nilai Tengah
eksperimen 1
eksperimen 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Modul, maka kedua data tersebut dijadikan satu dalam sebuah distribusi frekuensi
seperti pada Tabel 15.
Tabel 15. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa dengan Metode
TTW yang disertai dengan Macromedia Flash dan Metode TTW yang
disertai dengan Modul.
No. Interval Nilai Tengah Frekuensi
Eksperimen I Eksperimen II
1 61,0 – 64,0 82 0 9
2 64,1 – 67,1 89,6 11 10
3 67,2 – 70,2 96,7 14 12
4 70,3 – 73,3 103,8 9 10
5 73,4 – 77,4 110,9 7 0
6 77,5 – 80,5 118 0 1
7 80,6 – 83,6 125,1 1 0
Jumlah 42 42
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 15 dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Histogram Nilai Afektif Siswa dengan metode TTW yang disertai
dengan Macromedia Flash dan metode TTW yang disertai dengan
Modul
0
11
14
9
7
01
910
12
10
01
00
2
4
6
8
10
12
14
16
62.5 65.6 68.7 71,8 74,9 77 80,1
Fre
kue
nsi
Nilai Tengah
eksperimen 1
eksperimen 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
Sesuai dengan teknik analisis yang akan dipakai untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu: uji normalitas
lilliefors dan uji homogenitas varian Bartlett.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas terhadap nilai selisih prestasi belajar kognitif dan nilai
afektif siswa pada materi pokok Koloid pada taraf signifikansi 5% dapat dilihat
pada Tabel 16 dan Tabel 17. Perhitungan uji normalitas prestasi belajar kognitif
dan afektif secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 16. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif
Kelompok Siswa L0 Ltabel Kesimpulan
Kelas Eksperimen 1 (Metode TTW yang
disertai dengan Macromedia Flash) 0,1309 0,1367 Normal
Kelas Eksperimen 2 (Metode TTW yang
disertai dengan Modul)
0,1085 0,1367 Normal
Tabel 17. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Afektif
Kelompok Siswa L0 Ltabel Kesimpulan
Kelas Eksperimen 1 (Metode TTW yang
disertai dengan Macromedia Flash) 0,1304 0,1367 Normal
Kelas Eksperimen 2 (Metode TTW yang
disertai dengan Modul)
0,1049 0,1367 Normal
Berdasarkan hasil di atas, maka untuk setiap kelompok siswa diperoleh
harga L0 yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah diketahui tingkat kenormalan data, maka selanjutnya
dilakukan analisis atau uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui tingkat kesamaan varians antara dua kelompok, yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 . Hasil uji homogenitas
selisih nilai prestasi belajar kognitif menggunakan metode Barlett dengan taraf
signifikansi 0,05 dapat dilihat pada Tabel 18. Perhitungan uji homogenitas selisih
nilai kognitif secara lengkap pada Lampiran 16.
Tabel 18. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif Siswa.
Selisih Nilai 2hitung 2
tabel Kesimpulan
Prestasi Belajar Kognitif
0.0093 3,841 Homogen
Hasil uji homogenitas nilai afektif menggunakan metode Barlett dengan
taraf signifikansi 0,05 dapat dilihat pada Tabel 19. Perhitungan uji homogenitas
nilai afektif secara lengkap pada Lampiran 17.
Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Afektif Siswa.
Nilai 2hitung 2
tabel Kesimpulan
Prestasi Belajar Afektif
0.0001 3,841 Homogen
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh
harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik (X2
hitung < X2
tabel). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi
yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian
hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan pada
selisih nilai prestasi belajar kognitif nilai dan afektif siswa.
1. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.
Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi pokok
Koloidpada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 20.
Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 20. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.
Kelompok Belajar thitung ttabel Kriteria
Kelas Eksperimen 1 (Metode TTW
yang disertai dengan Macromedia
Flash)
1,751 1,67 H0 ditolak
Kelas Eksperimen 2 (Metode TTW
yang disertai dengan Modul)
1,751 1,67 H0 ditolak
2. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif.
Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi afektif siswa materi pokok
Koloidpada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 21.
Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 21. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif.
Kelompok Belajar thitung ttabel Kriteria
Kelas Eksperimen 1 (Metode TTW
yang disertai dengan Macromedia
Flash)
3,196 1,67 H0 ditolak
Kelas Eksperimen 2 (Metode TTW
yang disertai dengan Modul)
3,196 1,67 H0 ditolak
D. Pembahasan
1. Situasi Kegiatan Belajar Mengajar
Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok koloid, siswa diberikan
pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki
pengetahuan mengenai pelajaran yang akan diikuti yaitu materi pokok koloid.
Hasil tes ini dapat digunakan untuk memperkirakan pada bagian materi mana
yang belum dikuasai dan yang sudah dikuasai. Guru dapat memperkirakan materi
apa yang harus diajarkan lebih mendalam dan yang tidak, sehingga waktu
pembelajaran akan lebih efektif.
Langkah selanjutnya adalah pemberian masalah kepada masing-masing
siswa dan membuat catatan pendek. Selanjutnya yaitu pembagian kelompok,
karena metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah TTW yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
model pembelajaran kooperatif dan termasuk dalam pembelajaran kelompok
(cooperative learning) dimana dalam pembentukan kelompok harus
memperhatikan perbedaan kemampuan siswa serta jenis kelamin, maka dalam
pembentukan kelompok harus dibuat heterogen. Hal ini dimaksudkan agar terjadi
interaksi siswa di dalam kelompoknya. Di dalam setiap kelompok, siswa yang
berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa yang
berkemampuan rendah sehingga akan dapat segera menyesuaikan dalam proses
pemahaman materi. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan postes untuk
mengukur prestasi kognitif. Adanya pretes dan postes ini dapat digunakan untuk
mengetahui perubahan prestasi belajar kognitif setelah diterapkan metode
pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan Macromedia Flash
dan metode Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan Modul. Sedangkan
penilaian afektif diperoleh dari angket diperoleh dari hasil chek list melalui hasil
pembelajaran yang telah dilakukan.
Materi pokok koloid merupakan salah satu materi yang penting karena
pokok bahasan tersebut sangat dekat dengan kehidupan dan pergaulan sehari-hari,
bersifat informatif, memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari siswa.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) yang
disertai dengan Macromedia Flash dan modul akan mengurangi kejenuhan siswa
dalam menerima materi yang berupa hafalan karena siswa dituntut aktif dalam
proses pembelajaran dimana siswa dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya
meskipun tidak pada guru secara langsung. Siswa juga dapat menemukan konsep
sendiri melalui pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga akan membuat
proses belajar menjadi menarik dan suasana belajar menjadi menyenangkan.
2. Penilaian Kognitif
Berdasarkan hasil uji-t pihak kanan dengan taraf signifikan 5%, prestasi
belajar siswa untuk aspek kognitif pada pembelajaran kimia dengan metode Think
Talk Write (TTW) yang disertai dengan Macromedia Flash dan modul diperoleh
harga thitung = 1,751 dimana harga yang diperoleh lebih tinggi dari pada harga ttabel
= 1,67 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar aspek kognitif pada
pembelajaran kimia dengan metode Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Macromedia Flash lebih tinggi dari pada pembelajaran dengan metode Think Talk
Write (TTW) yang disertai dengan modul.
Prestasi siswa yang diajar dengan metode Think Talk Write (TTW) yang
disertai dengan Macromedia Flash lebih tingginya dibandingkan dengan metode
Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan modul pada aspek kognitif.
Tingginya hasil belajar siswa yang diajar dengan metode Think Talk Write (TTW)
yang disertai dengan Macromedia Flash dibanding dengan metode Think Talk
Write (TTW) yang disertai dengan modul disebabkan karena siswa dapat
mempelajari hal-hal lain yang ingin diketahui oleh siswa yang tidak mungkin
didapatkan dalam diktat atau buku. Selain itu komputer dapat menvisualisasikan
konsep-konsep yang biasanya hanya disampaikan dalam bentuk kata-kata (verbal)
atau gambar diam. Seperti misalnya gambaran tentang pembuatan koloid dan
sifat-sifat koloid. Dengan adanya gambar siswa dapat memahami konsep dan
bukan hanya sekedar menghafal. Hal ini dapat dilihat dari kalimat yang digunakan
tiap siswa tidak sama dalam menjawab pertanyaan, tetapi mereka memahami
intinya. Di samping itu siswa memiliki kebebasan untuk belajar sendiri secara
aktif sehingga siswa dapat belajar dengan kecepatan masing-masing. Media
komputer juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dapat meningkatkan
motivasi siswa dan mengurangi kebosanan dengan suasana pembelajaran yang
berbeda. Selain itu siswa dapat bekerja aktif secara berkelompok sehingga
memungkinkan terjadi interaksi positif antar siswa dan tidak bosan dalam
kegiatan belajar mengajar, dengan demikian siswa merasa senang dan
bersemangat saat belajar sehingga akan mendukung meningkatnya prestasi
kognitif.
Metode pembelajaran TTW sebagai salah satu contoh dari metode
pembelajaran kooperatif juga mempunyai keuntungan dalam memupuk kerja
sama antar siswa. Materi yang kurang dipahami oleh salah seorang anggota
kelompok dapat ditanyakan kepada anggota kelompok sebelum ditanyakan
kepada guru. Adanya sumbangan yang diberikan oleh seorang anggota kelompok
kepada semua anggota kelompok dapat membuat mereka memahami materi dan
belajar lebih baik. Metode pembelajaran TTW lebih menitikberatkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
keaktifan siswa dalam belajar. Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar
berlangsung dua arah yaitu antara guru dan siswa sehingga peran siswa tidak
hanya sebagai objek saja, tetapi sekaligus sebagai subjek sedangkan guru berperan
sebagai mediator dan fasilitator dalam belajar. Kerja sama dan interaksi antar
siswa dalam kelompok akan memotivasi siswa dalam belajar karena keberhasilan
dari suatu individu tergantung pada keberhasilan kelompok. Setiap individu dalam
kelompok akan berusaha sebaik-baiknya untuk memahami materi pelajaran
dengan cara aktif bertanya tentang materi yang kurang dipahami dan mencoba
latihan-latihan soal yang terdapat dalam metode pembelajaran Think Talk Write
(TTW) yang disertai dengan Macromedia Flash. Kejenuhan dalam proses belajar
tidak akan ditemukan lagi karena adanya keheterogenan siswa dalam kelompok
belajarnya. Setiap individu akan tertantang untuk memiliki nilai terbaik sehingga
akan dapat menyumbangkan nilai bagi kelompoknya selain itu menyumbangkan
ide atau gagasan pada saat diskusi untuk membantu teman sekelompoknya yang
belum memahami materi pelajaran.
Komputer dengan program Macromedia flash merupakan permainan yang
dapat bergerak atau berbentuk animasi, sehingga siswa menjadi lebih penasaran
dan tertarik untuk mempelajari materi yang disampaikan. Penggunaan
Macromedia flash dalam penelitian ini lebih ditekankan pada penyampaian
materinya pada seluruh pokok bahasan.
Keberhasilan proses belajar kelompok dalam metode Think Talk Write
(TTW) yang disertai dengan Macromedia Flash ini dituntut adanya ketrampilan
dalam kelompoknya untuk mengkomunikasikan informasi atau ide dalam
pikirannya. Pada kelas eksperimen dengan metode Think Talk Write (TTW) yang
disertai dengan Macromedia Flash lebih dapat membawa siswa dalam suatu
keadaan belajar yang menyenangkan karena materi disajikan dalam bentuk
animasi sehingga dapat lebih cepat membantu siswa dalam memahami konsep
pada materi pokok koloid dan siswapun lebih fokus dalam mempelajari materi
dibandingkan metode Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan modul.
Untuk kelas Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan modul tingkat
kematangan pemahaman siswa cenderung baik tetapi dalam proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
terlihat kejenuhan yaitu siswa cenderung aktif hanya terbatas pada menjawab
pertanyaan yang ada. Pada kelas eksperimen Think Talk Write (TTW) yang
disertai dengan modul, saat pembelajaran berlangsung di kelas suasana sedikit
gaduh karena siswa dituntut untuk memecahkan masalah sendiri. Kegaduhan ini
disebabkan dalam memecahkan masalah siswa harus berdiskusi dengan
kelompoknya bahkan juga diskusi seluruh kelas. Dari segi waktu metode ini
kurang efisien karena banyaknya kelonggaran waktu yang diberikan kepada siswa
yang harus berdiskusi dengan kelompoknya maupun dengan seluruh kelas
sehingga hal itu cenderung membuat suasana menjadi gaduh.
3. Penilaian Afektif
Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai dari siswa. Seorang siswa akan sulit
mencapai keberhasilan studi yang optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki
minat pada pelajaran tertentu, dalam hal ini adalah pelajaran kimia. Dari sini dapat
diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang
keberhasilan pada aspek pembelajaran lain, yaitu kognitif dan psikomotor.
Pada prakteknya dalam pembelajaran di sekolah penilaian aspek afektif
biasanya tidak disajikan dalam bentuk kuantitatif, tetapi kualitatif, misalnya
sangat baik, baik, cukup, dan kurang atau A, B, C, dan D (Lihat Lampiran 12).
Namun karena dalam penelitian ini juga ditinjau dari nilai prestasi belajar afektif,
maka selain disajikan dalam bentuk kualitatif data nilai afektif juga dihitung
secara kuantitatif untuk kepentingan statistik.
Perbandingan nilai afektif antara kelas metode Think Talk Write (TTW)
yang disertai dengan Macromedia Flash dan kelas metode Think Talk Write
(TTW) yang disertai dengan modul dapat dilihat pada Lampiran 12 yang
menunjukkan bahwa kelas Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan
Macromedia Flash mempunyai rata-rata nilai afektif 70.452 sedangkan kelas
Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan modul rata-rata nilai afektifnya
67.905. Dari hasil analisis uji-t pihak kanan dengan taraf signifikan 5%, prestasi
belajar afektif pada kelas Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan
Macromedia Flash dan Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan modul
diperoleh harga thitung = 3,196 dimana lebih tinggi daripada ttabel =1,67 sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dapat disimpulkan bahwa nilai afektif kelas TTW yang disertai dengan
Macromedia Flash lebih tinggi dibandingkan dengan kelas TTW yang disertai
dengan modul. Pada Lampiran 15 juga dapat dilihat predikat nilai afektif dari
setiap siswa. Pada kelas TTW yang disertai dengan Macromedia Flash siswa yang
mendapatkan predikat nilai A ada 12 siswa dan yang mendapat predikat nilai B
ada 30 siswa. Sedangkan pada pada kelas TTW yang disertai dengan modul ada 4
siswa yang mendapat predikat nilai A dan yang mendapat predikat nilai B ada 38.
Aspek afektif menyangkut sikap, minat, perasaan, emosi dan nilai dari
siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal apabila
siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tersebut. Dari sini dapat
diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang
keberhasilan pada aspek pembelajaran yang lain, yaitu kognitif. Bila siswa
memiliki minat belajar yang tinggi maka prestasi belajar siswa juga akan
meningkat. Prestasi belajar afektif pada kelas TTW yang disertai dengan
Macromedia Flash lebih dapat meningkatkan sikap, minat, dan motivasi siswa
dalam belajar.
Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang diisi oleh siswa yaitu pada
penerimaan respon kelas TTW yang disertai dengan Macromedia Flash
memberikan respon positif lebih besar (69,05%) dibandingkan dengan kelas TTW
yang disertai dengan modul yang memberikan respon positif sebesar (68,10%).
Pada aspek sikap kelas TTW dengan Macromedia Flash memiliki sikap yang baik
dalam proses pembelajaran yaitu dapat dilihat dalam pembelajarannya berjalan
dengan tertib dan disiplin (77,43%) dibandingkan kelas TTW dengan modul
(73,29%). Untuk aspek minat pada kelas TTW dengan Macromedia Flash
memiliki minat yang tinggi terhadap materi koloid (77,32%) dibandingkan dengan
kelas TTW dengan modul (72,32%) yaitu dapat dilihat dimana siswa dapat
bekerja aktif secara berkelompok sehingga memungkinkan terjadi interaksi positif
antar siswa dan tidak bosan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan demikian
siswa bersemangat saat belajar. Untuk aspek nilai pada kelas TTW dengan
Macromedia Flash memiliki penilaian yang tinggi terhadap proses pembelajaran
materi koloid (75,71%) dibandingkan dengan kelas TTW dengan modul
(73,69%), yaitu siswa pada kelas TTW dengan Macromedia Flash beranggapan
bahwa pembelajran dengan media komputer tidak membosankan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
menyenangkan. Sedangkan pada kelas TTW dengan modul siswa merasakan
kejenuhan dalam belajar karena materi hanya didapatkan dari buku saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia materi
pokok koloid dengan metode Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan
Macromedia Flash lebih tinggi dibandingkan dengan metode Think Talk Write
(TTW) yang disertai dengan modul. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan
menggunakan uji t-pihak kanan dengan taraf signifikan 5%. Dimana hasil uji t-
pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 1,751> ttabel = 1,67
dan untuk prestasi belajar afektif diperoleh thitung = 3,196 > ttabel = 1,67.
B. Implikasi
Berdasar hasil penelitian menimbulkan suatu pemikiran agar dalam proses
belajar mengajar, guru memiliki suatu metode untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa dalam usaha untuk menemukan dan memahami konsep suatu
materi pembelajaran kimia khususnya materi pokok koloid sehingga kompetensi
dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Untuk itu diperlukan
metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa yaitu antara lain metode
Think Talk Write (TTW) yang disertai dengan Macromedia Flash dan modul.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam menerapkan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW)
yang disertai dengan Macromedia Flash sebaiknya guru senantiasa
mengawasi kelas untuk memberi motivasi kepada siswa agar siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Dalam menerapkan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW)
yang disertai dengan Macromedia Flash atau modul sebaiknya guru
menyesuaikan dari karakteristik materi yang akan diajarkan sehingga
penggunaan metode Think Talk Write dapat berjalan dengan baik dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Pada penggunaan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang
disertai dengan Macromedia Flash, pembagian kelompok harus cermat
dari segala segi sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik.
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode
pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada pembelajaran kimia
materi pokok yang lain.