Upload
diptyanidikara
View
73
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Studi literatur bangunan tingkat tinggi
Citation preview
TAR 322-3
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
STUDI LITERATUR
Dosen : Ricky Ibrahim, S.T., M.T.
Kelas : D
Disusun Oleh :
Meidy Charista 2012420079
Kirana Zerlinda 2012420130
Alifi Diptya Nidikara 2012420132
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Bangunan bertingkat tinggi kuat kaitannya dengan suatu wilayah perkotaan
yang memiliki lahan yang sempit namun dengan harga penjualan yang mahal,
sehingga warga kota memanfaatkannya dengan membangun bangunan bertinggat
tinggi yang dapat memiliki banyak fungsi dengan kuantitas yang banyak pula,
sehingga lebih menguntungkan. Akan tetapi permasalahan dalam proses perancangan
akan berbeda dengan bangunan bertingkat rendah. Berbagai sistem struktur dan
konstruksi nya dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemukan dalam
membangun bangungan bertingkat tinggi.
BAB II
PERTIMBANGAN PERENCANAAN
Pemilihan struktur untuk bangunan bertingkat tinggi harus memenuhi berbagai
faktor fungsi dikaitkan dengan kebutuhan budaya, sosial, ekonomi, dan teknologi.
Bertikut adalah bergabai pertimbangannya :
1. Pertimbangan Ekonomi
Arsitek harus memperhatikan tidak hanya seberapa besar biaya
proses pembangunan, tetapi juga biaya setelah pembangunan selesai
yaitu, biaya utilitas, pemeliharaan (maintenance), asuransi, pajak, dll.
Makin tinggi tingkat bangunan makin banyak membutuhkan ruang
yang lebih banyak untuk struktur, sistem mekanis dan lift, sehingga
luas lantai sewa akan berkurang. Semua biaya ini dapat diimbangi
oleh harga tanah yang sangat tinggi dan kebutuhan akan lokasi tertentu
untuk bangunan tersebut. Dengan semakin tinggi bangunan, harga
lahan per luas lantai makin menurun. Demikian pula pengelolaan dapat
ditekan per luas lantai pun akan menurun berhubung dengan biaya
untuk mengelola satu gedung akan lebih sedikit dibandingkan dengan
beberapa bangunan kecil.
2. Kondisi Tanah
Pondasi atau substruktur akan mengikat superstruktur ke tanah.
Pondasi ini menerima beban dan meneruskannya ke yanah yang akan
mampu menerimanya.
Untuk dapat memutuskan sistem struktur dan perilakunya,
kondisi tanah harus diperiksa terlebih dahulu. Misalnya apabila kondisi
tanah daya dukungnya rendah, maka pondasi tiang pancang atau
caisson akan diperlukan untuk mencapai tanah keras.
Variabel struktur bangunan, super struktur, sub struktur dan
tanah masih memberikan kebebasan komposisi dikaitkan dengan
sistem struktur yang dipilih.
3. Rasio Tinggi-Lebar Suatu Bangunan
Kekakuan struktur bangunan bergantung pada ukuran pada
ukuran dan jumlah trave, sistem struktur, dan kekakuan unsur dan
sambungan. Rasio tinggi dan lebar umum untuk suatu struktur rangka
bidang berkisar dari 5 sampai 7.
4. Pertimbangan Fabrikasi dan Pembangunan
Factor ini penting dalam mempertimbangkan pilihan sistem
struktur, bahakan factor-faktor ini dapat menjadi pertimbangan untuk
menentukan metode konstruksi prefab. Sistem ini dapat mengurangi
banyak biaya upah kerja dan waktu yang diperlukan pembangunan.
Komponen struktur yang digunakan harus sesedikit mungkin agar
waktu pelaksanaan dapat dikurangi. Bentuk0bentuk tertutup yang
rumit harus dihindari untuk menghindari pengelasan dilapangan.
Maka, sebelum memilih metode konstruksi, prosedur fabrikasi dan
pembangunan harus diketahui.
5. Pertimbangan Mekanis
Sistem mekanis terdiri dari sistem-sistem HVAC (Heating,
ventilating, and Air Conditioning), lift, listrik, pipa air, dan
pembuangan sampah, rata-rata menghabiskan sepertiga dari
keseluruhan biaya bangunan tinggi. Sistem pemasok energy dapat
dipusatkan pada inti-inti (core) mekanis yang dipadukan dengan daerah
inti umum.
6. Pertimbangan Tingkat Bahaya Kebakaran
Sesuai dengan tuntutan persyaratan pengamanan terhadap
bahaya kebakaran, suatu konstruksi bangunan harus memenuhi hal-hal
sebagai berikut :
Ketahanan struktur untuk waktu tertentu dengan menggunakan
bahan-bahan tahan api yang tidak akan terbakar atau
menghasilkan asap.
Pembatasan perjalanan api agar penyebarannya ke bagian
bangunan lainnya dapat dicegah.
Bahan kimia yang biasa digunakan sebagai bahan penghambat
api antara lain jenis garam monoammonium dan diammonium
phospat, ammonium sulfat, seng khlorida, sodium tetraboratdan
asam borat yang tersusun dalam suatu formula tertentu. Secara
keseluruhan bahan penghambat api berpusat pada enam unsur
kimia yaitu phospor, antimon, khlor, brom dan nitrogen.
Akses keluar (exit) yang memadai
Sistem peringatan diri terhadap api dan asap yang efektif
Springkler dan ventilasi untuk panas dan asap
7. Pertimbangan Setempat
Peraturan zoning dan bangunan dalam lingkup kota akan
mengharuskan persyaratan yang akan mempengaruhi pemilihan sistem
konstruksi. Misalnya apabila ada pembatasan ketinggian, sedangkan
lantai yang harus dibangun adalah maksimum, maka tinggi lantai ke
lantai berikutnya hatus diusahakan sekecil mungkin sehingga
menyebabkan pemilihan sistem beton plat datar atau prinsip pratekan.
8. Ketersediaan dan Harga Bahan Konstruksi Utama
Tapak bangunan apabila dekat dengan sumber-sumber bahan
konstruksi tertentu akan dapat mengurangi biaya angkutan dan
menyebabkan bahan yang dipasaran mahal menjadi murah.
BAB III
PEMBEBANAN
Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat
statis dan dinamis. Gaya statis adalah yang bekerja secara perlahan-lahan pada
struktur and mempunyai karakter steady-state. Gaya dinamis adalah yang bekerja
secara tiba-tiba pada struktur. Pada umumnya bersifat steady-state dan mempunyai
karakteristik besar dan lokasinya berubah dengan cepat. Gaya dinamis dapat
menyebabkan ternyadinya osilasi pada struktur hingga deformasi puncak tidak
bersamaan dengan terjadinya gaya terbesar.
A. Beban Mati Beban mati dapat dinyatakan sebagai gaya statis disebabkan oleh berat
setiap unsur pada struktur bangunan itu sendiri dapat berupa unsur pendukung
beban dari bangunan, laintai, langit-langit, dinding partisi permanen,
penyelesaian fasad, tangki simpan, sistem distribusi mekanis dll.
B. Beban Hidup
Beban ini berubah-rubah dan sulit diperkirakan.perubahan ini bisa
berjangka pendek ataupun panjang. Beban-beban ini mecakup beban peluang
untuk berat manusia, perabot, pastisi yang dapat dipindahkan, lemari besi,
buku,dan semua barang barang semi permanen atau barang sementara lainnya
yang berpenaruh terhadap sistem bangunan, tetapi bukan bagian dari struktur
dan tidak diaanggap benda mati.
C. Beban Konstruksi
Beban konstruksi adlah beban rencana ketika bangunan sedang
didirikan. Beban ini merukapan pertimbangan penting daam rancangan unsur
struktur. Hal yang biasanya terjadi pada saat pembangunan adalah kontraktor
menumpuk perlengkapan dan bahan bangunan di satu tempat yang yang tidak
luas pada struktur. Hal ini menyebabkan keruntuhan karena beban-beban
terpusat yang jauh lebih besar terjadi daripada beban rencana untuk struktur
tersebut.
D. Beban Salju, Hujan dan Es
Beban salju pada atap sangat bervariasi dan bergantung pada factor-
faktor seperti ketinggian, garis lintang, frekuensi angin, lama salju jatuh,
terpaan salju setempat, ukuran atap, geometri, dan kemiringanya. Sebagai
pedoman berat salju adalah sekitar 0.5 sampai 0.6 lb/ft2 per in.
Es akan mengumpul pada bagian-bagian unsur yang menonjol,
terutama pada unsur ornament luar yang bila tidak ada es tidak dibebani selain
beratnya sendiri. Itulah sebabnya unsur-unsur tersebut harus dirancang untuk
menahan beban es yang berat. Selanjutnya, gumpalan es pada struktur rangka
terbuka akan meningkatkan luas, demikian pula berat, sehingga menghasilkan
tekanan angina yang lebih tinggi.
E. Beban Angin
Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angina
berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya energy kinetic angin akan
berubah menjadi energy potensial yang berupa tekanan atau isapan pada
struktur. Besar tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh angina pada suatu
titik bergantung pada kecepatan angin, rapat nassa udara, lokasi yang ditinjau
pada struktur, perilaku permukaan struktur, bentuk geometris, dimensi dan
orientasi struktur dan kekakuan keseluruhan struktur.
Kecepatan Angin
Kecepatan angin pada umumnya bertambah berdasarkan
ketinggian suatu wilayah. Akan tetapi, tingkat pertambahan kecepatan
rata rata adalah fungsi dari kekasaran permukaan tanah karena
perjalanan angina dihambat di dekat permukaan tanah oleh gaya gesek.
Pembebanan angin dikaitkan dengan persyaratan bangunan
Persyaratan bangunan masih mencerminkan pendekatan statis
terhadap aksi dinamis angin. Pendekatan persyaratan ini tidak tepay
untuk memprakirakan kerumitan aksi angin yang sebenarnya karena
tidak mempertimbangkan sifat dinamis dari efek hembusan ataupun
dampak konteks fisik pada perilaku angin.
Topografi sebagai penentu tekanan angin
Kecepatan angin yaitu tekanan angin tidak selalu meningkat
dengan ketinggian seperti anggapan pada persyaratan bangunan.
Tekanan paling tinggi terjadi di pertengahan tinggi bangunan.
Arah angin
Apabila massa udara yang bergerak ke suatu arah tertentu
membentur permukaan bangunan, maka terjadilah gaya guling. Gaya
guling adalah tekanan angin yang dapat membesar oleh adanya
peningkatan kecepatan angina atau oleh penambahan luas permukaan
pernghalangnya. Aksi angin yang cukup besar ke satu muka bangunan
atau lebih dapat menyebaban lentur ganda pada bangunan. Rancangan
aerodinamis bangunan dapat membantu mengurangi pergeseran
bangunan pada lentur ganda. Tekanan angin terbesar datang tegak
lurus rerhadap muka bangunan. Oleh sebab itu apabila aliran udara
menabrak permukaan tidak secara tegak lurus maka sebagian besar
gaya angin menyebar secara alami.
Tekanan angin
Kecepatan hembusan angina yang dinamis menyebabkan
tekanan angin yang dapat menyebabkan suatu bangunan lendut, hal ini
banyak terjadi pada bangunan yang pipih.
Turbulensi
Vortice dan eddy adalah aliran udara melingkar uang
dihasilkan oleh turbulensi angin di daerah bertekanan tinggi. Aliran
tersebut diperlihatkan pada gambar dibawah ini
pada muka bagian belakang bangunan, sudut-sudut tumpul pada arah
datangnya angin akan memungkinkan transisi yang lebih halus bagi
angin.
Vortices adalah aliran udara berkecepatan tinggi yang menimbuklkan
aliran ke atas dan aliran isap yang dekat dengan bangunan
Toleransi manusia terhadap aksi angin
Perubahan-perubahan sifat angina setempat seperti aliran
vortex yang terbentuk dari bangunan tinggi dapat menerbangkan cucia
dari gantungannya, merusak kebun, merobek pintu kendaraan yang
terbuka, dan menebarkan debu ke udara. Pemahaman pertimbangan
toleransi terhadap manusia dan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di
dalam bangunan dan disekitar bangunan harus menjadi factor utama
dalam merancang bangunan tinggi masa kini.
F. BEBAN SEISMIK
Pondasi adalah titik singgung antara bangunan dengan tanah, gerak
seismic mengakibatkan pondasi bergerak secara bolak-balik. Massa bangunan
harus dapat menahan gerak ini, dengan cara membangun gerak inersia pada
seluruh struktur. Gaya inersia contohnya adalah gerakan yang dirasakan
penumpang ketika kendaraan berhenti secara mendadak. Bagaimanapun, gaya
inersia vertical diabaikan karena bangunan sudah dirancang untuk
pembebanan vertical statis. Maka kita hanya mempertimbangkan gaya-gaya
horizontal.
Pada tingkatan tertentu suatu bangunan yang tinggi haruslah fleksibel,
tetapi hanya dapat sedikit berubah bentuk artinya menyerap sebagian energy,
besar gayanya akan kurang dari massa kali percepatannya. Akan tetapi
struktur yang terlalu fleksibel yang mempunyai waktu getar alamiah yang
mendekati waktu getar gelombang permukaan, dapat mengalami gaya yang
jauh lebih besar yang ditimbulkan oleh gerak permukaan yang berulang.
G. BEBAN AIR DAN TANAH
Struktur di bawah permukaan tanah cenderung mendapat beban yang
berbeda dengan beban diatas tanah. Struktur sebuah bangunan harus memikul
tekanan lateral yang disebabkan oleh tanah dan ait tanah. Gaya-gaya ini
bekerja tegak lurus pada dinding dan lantai substruktur.
Tekanan air lateral maksimum di dasar pondasi sama dengan tekanan
daya apung (buoyancy) yang akan mengangkat bangunan. Pada tahap-tahap
awal konstruksi, tekanan ke atas ini merupakan pertimbangan utama. Plat
lantai basement harus dirancang untuk gaya tekan ke atas. Tekanan lateral
yang dihasilkan oleh tanah ke dinding bisa dianggap setara dengan tekanan air.
Besaran tekanan tanah berganung pada jenis tanah. Untuk tanah kering,
tekanan cair setara dengan kedalaman 30psf.ft dapat dianggap sebagai
perkiraan sementara.
H. BEBAN AKIBAT PERUBAHAN VOLUME MATERIAL
Beban suhu
Perbedaan suhu menyebabkan gerak vertical pada kulit
bangunan. Apabila suhu menurun, bangunan akan menyusut dan
sebaliknya, apabila suhu meningkat, maka bangunan mengembang.
Gerak horizontak struktur lantai akan terjadi, yang disebabkan jarena
atap diekspor terhadap perbedaan antara suhu di dalam dan di luar
ruangan dan oleh perbedaan suhu di antara fasad yang berlawanan,
yang satu menghadap arah datang matahari, dan yang lainnya
membelakangi arah datang matahari.
Jenis eksposur kolom
Tingkat eksposur dari kolom, atau perilakunya, berkaitan
dengan letak olom dan pada jenis baha penutup atau cladding yang
digunakan. Artinya suhu ambient pada kolom baja terjadap suhu udara
sekitar berkaitan langsung dengan resistensi termal dari bahan yang
mengelilingi kolom. Berbagai jenis insulasi kolom diciptakan untuk
mengendalikan perbedaan suhu pada kolom:
Cladding sederhana
Insulasi kolom jenis ini paling tidak efektif karena udara yang
mengelilingi kolom bereaksi langsung terhadap suhu cladding
logam yang sangat rentan terhadap pengaruh suhu luar. Insulasi
jenis ini tidak boleh digunakan dalam bangunan setinggi lebih
dari 10 lantai..
Kolom dilindungi beton dengan cladding eksterior
disini tercipta kulit tanpa klem komposit yang selain
memberikan insulasi juga meningkat kelakuan struktur.
Cladding diberi insulasi
Insulasi cladding mengendalikan peralihan suhu dari luar ke
kolom. Selanjutnya akan tercipta ruang udara yang tak berhawa
antara cladding dengan kolom sehingga memberi insulasi yang
baik untuk kolom.
Jenis dan pengaruh gerak yang diinduksi suhu
Respon bangunan terhadap gerak yang diinduksi oleh suhu
berbanding lurus dengan jumlah lantai struktur tersebut.
Lentur kolom
Perbedaan suhu di dalam ruangan menyebabkan tegangan yang
tak merata pada kolom luar sehingga mengakibatkan lentur.
Perbandungan gerak antara kolom luar dan kolom dalam
Pergeseran vertical terjadi antara kolom eksterior dan interior
apabila perubahan suhu menimbulkan pemuaian atau
penyusutan sepanjang garis kolom
Perbedaan gerak antara kolom luar
Perbedaan gerak vertical dapat terjadi antara kolom-kolom
yang mempunyai eksposur permukaan luar yang berbeda
seperti halnya kolom sudut.
Retak lantai
Retak pada lantai terjadi pada struktur rangka kaku akibat
perubahan vertical pada kolom luar. Terjadi sedikit demi
sedikit dan paling besar pada trave eksterior.
Perbedaan gerak antara atap dan lantai-lantai di bawahnya
Perbedaan pemuaian dan penyusutan antara bidang atap yang
diekspos dengan lantai-lantai di bawahnya dapat
mengakibatkan retak geser pada struktur dinding pendukung
batu atau lentur kolom pada suatu bangunan rangka kaku.
I. BEBAN DAMPAK DAN DINAMIK
Beban-beban getaran ini bisa timbul dari dalam ataupun dari luar
bangunan. Sumber-sumber yang dari dalam gedung misalnya, lift, escalator ,
peralatan mesing yang bergetar. Gaya gaya ini tidak sekadar siklik, tetapi bisa
saja terjadi perceptan atau oengurangan kecepatan kendaraan atau lift,
misalnya: gaya gaya dampak yang cukup besar dapat bekerja pada struktur
pada saat tertentu. Sumber-sumber dari luar bangunan adalah gaya gaya
angina, gempa, suara, dan sistem lalu lintas yang berdekatan.
J. BEBAN LEDAKAN
Ledakan menimbulkan tekanan yang besar di daerah ledakan sehingga
mengakibatkan beban yang sangat besar terhadap unsur-usnsur bangunan dan
menghancurkan jendela, dinding dan lantai. Tekanan internal harus ditahan
setempat, dan tidak boleh menimbulkan keruntuha struktur secara beruntun.
K. KOMBINASI BEBAN
Kemungkinan terjadinya beban kombinasi harus dievaluasi secara
statisttik dan diramalkan akibatnya. Apabila penentuan aksi beban dilakukan
lebih tepat, maka factor keamanan yang dibuat untuk mencegah hal-hal yang
tidak diketahui dapat dikurangi.
BAB III
TIPE STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
Tipe struktur bangunan tinggi yang ada terbagi kedalam beberapa unsur struktur dasar
bangunan, diantaranya:
1. Unsur Linier :
a. kolom dan balok yang mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi.
2. Unsur Permukaan :
a. dinding, bisa berlubang atau berangka yang mampu menahan gaya
aksial dan gaya rotasi.
b. plat, bisa padat atau beruas, ditumpu pada rangka lantai dan mampu
memikul beban di dalam dan tegak lurus terhadap bidang tersebut.
3. Unsur Spasial :
a. Pembungkus façade atau inti (core), mengikut bangunan agar berlaku
sebagai kesatuan.
Tipe Struktur:
Dinding pendukung sejajar (Parallel Bearing
Walls)
Terdiri dari unsur-unsur bidang vertikal yang
dapat menahan gaya lateral secara efisien.
Memiliki beban struktur sendiri yang besar
dan diutamakan untuk bangunan yang tidak
memerlukan ruang bebas yang luas dan sistem
mekanisnya tidak memerlukan struktur inti.
Inti dan dinding pendukung fasade (Core and façade Bearing
Walls)
Pada tipe ini bangunan memiliki struktur inti
yang dikelilingi oleh unsur bidang vertikal
membentuk dinding eksterior. Struktur inti ini
memuat sistem transportasi mekanis dan
vertikal dan menambah kekauan bangunan.
Tipe ini dapat menghasilkan ruang yang
terbuka tanpa kolom, bergantung pada
kemampuan bentangan struktur lantainya.
Boks berdiri sendiri (Self supporting boxes)
Boks adalah unit 3 dimensi prefabrikasi yang
mendukung dirinya sendiri. Bila disatukan
dengan unit lainnya akan menyerupai dinding
pendukung. Bisa disusun dengan ‘pola English
bond’ seperti batu bata menghasilkan susunan
balok dinding berseling-seling.
Plat terkantilever (Cantilever slab)
Sistem lantai dipikul oleh struktur inti (core)
yang memungkinkan ruang dalam bebas kolom
yang batas kekuatannya adalah batas besar
ukuran bangunan.
Plat rata (Flat slab)
Merupakan sistem bidang horizontal, umumnya
berupa plat lantai relatif tebal yang bertumpu
pada kolom. Bila tidak terdapat penebalan pelat
atau kepala kolom dapat dikatakan sebagai sistem
pelat rata (flat plate). Tinggi lantai bisa minimum
karena tidak terdapat pembalokan (deep beam).
Interspasial
Merupakan struktur rangka setinggi lantai yang
terkantilever dan diadakan secara selang-seling
sehingga memungkinkan menghasilkan ruang
fleksibel didalam dan diatas rangka.
Gantung (Suspension)
Sistem ini menggunakan penggantung sebagai
pengganti kolom untuk memikul beban lantai
sehingga penggunaan bahan dapat lebih efisien.
Menggunakan unsur tarik dengan kabel-kabel yang meneruskan
beban ke rangka di bagian atas yang terkantilever dari struktur
inti.
Contoh bangunan: the qube
Rangka selang-seling (Staggered truss)
Merupakan rangka setinggi lantai yang disusun
selang-seling pada bangunan, sehingga lantai
bangunan menumpang di bagian atas suatu rangka
dan di bagian bawah rangka. Dapat menahan beban
vertikal dan menahan angin.
Rangka Kaku (Rigid Frame)
Merupakan unsur-unsur linear (kolom dan balok)
yang disambungkan secara kaku untuk membentuk
bidang vertikal (kolom dan balok) dan horizontal
(balok anak dan balok induk).
Bergantung pada kekuatan elemen dan kekakuan
sambungan, serta jarak antar lantai dan jarak antra
kolom menjadi pertimbangan rancangan.
Rangka kaku dan inti (Rigid Frame & Core)
Bereaksi terhadap beban lateral, karena ayunan lateral
yang besar pada bangunan dengan ketinggian tertentu.
Dapat diperkuat dengan menggunakan sistem struktur
inti akibat interaksi antara inti dan rangka.
Rangka trussed (Trussed Frame)
Terdiri dari rangka batang yang dapat menahan beban gravitasi
dan beban angin dengan rangka vertikal yang serupa dengan
rangka kaku dan inti.
Rangka belt-trussed dan inti (Belt-trussed Frame & Core)
Rangka belt-trussed ini mengikat kolom-kolom pada
fasade ke inti bangunan sehingga keduanya tidak
bekerja secara terpisah (berganutng pada kekakuan
masing-maisng). Sistem pengakuan ini bila berada di
atap bangunan dinamaka cap trussing, dan bila berada
di bawah bangunan dinamakan belt trussing.
Tabung dalam tabung (Tube in Tube)
Struktur bangunan seperti tabung dalam tabung,
karena kolom dan balok eksterior bangunan disusun
rapat sehingga tampak seperti dinding yang dilubangi.
Lalu didalamnya terdapat struktur inti (tube) yang
meningkatkan kekakuan bangunan. Bangunan
memiliki perilaku seperti tabung yang kantilever
terhadap tanah.
Kumpulan tabung (Bundled Tube)
Dapat digambarkan sebagai suatu himpunan tabung-
tabung terpisah yag membentuk tabung multisel,
pada sistem ini kekakuan bertambah. Sistem ini
memungkinkan bangunan mencapai bentuk yang
paling tinggi dan daerah lantai yang paling luas.
BAB IV
MATERIAL STRUKTURAL DAN PENGARUHNYA PADA SAAT
KONSTRUKSI
Material struktural yang umumnya digunakan pada bangunan tingkat tinggi antara
lain :
1. Concrete / beton
Beton banyak digunakan karena ditunjang oleh ketersediaan bahan yang
cukup mudah didapatkan, mudah dibentuk, tidak korosif, dan dapat dibuat
ditempat (dicor di tempat). Di Indonesia sendiri, kebanyakan bangunan
bertingkat tinggi dibuat dengan menggunakan konstruksi beton bertulang
karena material ini berkembang cukup pesat di Indonesia. Mutu beton 40
MPa- 50 Mpa sering kali digunakan di Indonesia.
Jenis – jenis beton selain beton bertulang yang digunakan pada bangunan
tingkat tinggi:
a. Ferro Concrete
Ferro Concrete yaitu lapisan jala baja yang di padatkan dengan cement.
b. Gunite / shot crete
Yaitu udara yang ditekan untuk menembak beton. Biasanya digunakan
pada tanah atau batu yang berbentuk vertikal.
METODE KONSTRUKSI:
A. Slip Form construction
Metode Konstruksi dimana beton dituang pada bekisting yang bergerak.
B. Table form / flying form construction
Metode konstruksi pra rakitan dalam skala besar dimana plat lantai
digantung. Hal ini menyebabkan pergerakan dan instalasi yang cepat.
Cocok digunakan untuk bangunan bertingkat dengan denah tipikal seperti
hotel, apartment, atau kantor.
C. System Column Formwork construction
Metode konstruksi dimana kolom – kolom dibentuk menggunakan
bekisting yang sudah tersedia. Sehingga perakitan dan erection menjadi
lebih cepat di tempat selain itu juga meminimalisasi jumlah pekerja dan
waktu derek. Bekisting tersebut tersedia dalam bentuk baja, aluminium,
bahkan karton (recycled tapi tidak reusable).
D. Vertical Panel System construction
Umumnya digunakan untuk membangun elemen vertikal.
E. Jump Form Systems construction
Cetakan atau bekisting menyangga diri sendiri
pada beton yang sudah dicetak sebelumnya
sehingga tidak mertumpu pada bagian bangunan
yang lain. Cocok untuk mencetak elemen beton
vertikal pada bangunan tinggi, seperti shear wall,
core wall, lift shaft, stair shart, dan bridge pylon.
Sistemnya berbentuk modular sehingga mudah
disambung untuk bentang yang lebih besar.
F. Tunnel Form construction
Digunakan untuk membentuk struktur petak yang berulang. Sistem ini
dapat membentuk elemen horizontal dan vertikal secara bersamaan.
2. Baja
Pemilihan konstruksi baja pada bangunan tingkat tinggi biasanya disebabkan
oleh jumlah lantai maksimal yang dapat dibangun dan efisiensi waktu dalam
pembangunan. Di Indonesia perkembangan material baja sangat rendah
dikarenakan keahlian para konsultan dan kontraktor spesialis yang sangat
terbatas.
BAB V
SISTEM STRUKTUR BIDANG VERTIKAL DAN HORIZONTAL
A. PENYEBARAN GAYA GAYA VERITIKAL
Beban gravitasi bekejrja pada suatu bangunan harus diteruskan melalui
bidang vertical menerus atau membentuk sudut dengan permukaan tanah.
Bidang-bidang vertical ini bisa berupa jenis rangka tiang dam balok atau
sistem dinding, yang bisa padat atau berangka.
Bidang bidang disebar secara merata sepanjang bangunan atau
dipusatkan pada bagian tengah dan fasad
Bidang-bidang membentuk pembungkus luar bangunan
Bidang-bidang dipusatkan pada bagian tengah bangunan.
B. PENYEBARAN GAYA GAYA HORIZONTAL
Struktur bangunan harus memiliki kemampuan untuk menahan
berbagai jenis gaya horizontal sperti yang disebabkan oleh angina atau gempa.
Dengan demikia suatu jenis pengaku harus disediakan pada arah memanjang
dan melintang bangunan.j
BAB VI
SISTEM PONDASI
Dalam merancang pondasi bangunan tinggi membutuhkan pertimbangan yang
matang akan beberapa faktor diantaranya, memilih sistem pondasi yang tepat,
menghitung daya dukung tanah dan menganalisa sistem pondasi yang ada apakah
sesuai dengan bangunan dan tapak yang dirancang.
Desian pondasi yang tidak sesuai daoat mengakibatkan beberapa maslaah,
diantaranya adalah penundaan proses konstruksi, kelebihan budget bangunan karena
meremehkan kapasitas pile, meningkatnya budget pondasi karena menggunakan
sistem yang terlalu kuno dan merusak struktur disekitarnya bahkan membuat
bangunan menjadi tidak aman.
A. Syarat Pondasi pada Sebuah Bangunan
Agar pondasi dalam suatu bangunan kuat, maka pondasi harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Bentuk dan konstruksinya harus menunjukkan suatu konstruksi yang
kokoh dan kuat untuk mendukung beban bangunan diatasnya.
b. Harus dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur,
sehingga kerusakan pondasi tidak mendahului kerusakan bangunannya
c. Tidak mudah terpengaruh oleh keadaan diluar podasi, misalnya pengaruh
air tanah dll.
d. Harus terletak pada tanah dasar yang cukup kuat sehingga kedudukan
pondasi stabil
B. Pemilihan Tipe atau Jenis Pondasi Berdasarkan 4 Poin Penting
• Hasil penyelidikan tanah, survey lapangan dan interpretasinya
• Besarnya beban statis atau dinamis yang bekerja dan batasan deformasi
• Biaya konstruksi dan kemudahan pelaksanaan di lapangan
• Pertimbangan tingkat resiko kegagalan pondasi selama rencana umur
bangunan.
C. Pemilihan Tipe atau Jenis Pondasi Berdasarkan Kondisi Tanah Dasarnya
Tanah dasar yang memiki daya dukung baik(tanah batu, padas/ cadas,
kerikil menggunakan sistem pondasi langsung
Tanah dasar yang memiliki daya dukung sedang menggunakan sistem
pondasi langsung dengan perlakuan tertentu (pembesaran dimensi,
perkuatan dengan meningkatkan mutu dan kekuatannya)
Tanah dasar yang memiliki daya dukung jelek menggunakan sistem
pondasi tidak langsung
D. Pekerjaan Pondasi
Untuk pekerjaan pondasi hal yang pertama dilakukan adalah pembersihan lahan
untuk bangunan, pengukuran dan pemasangan papan bowplank dan dilanjutkan
dengan pekerjaan penggalian tanah untuk pondasi.
a. Pekerjaan Papan bouwplank
1. Pengertian dan fungsi papan bowplank
Papan bouwplank berfungsi untuk membuat titik-titik as bangunan
sesuai dengan gambar denah bangunan yang diperlukan untuk penentuan
jalur/arah pondasi dan juga sebagai dasar ukuran tinggi/level/peil penentuan
ketinggian lantai dalam rumah dengan permukaan jalan.
2. Pemasangan papan bouwplank
Proses pemasangan papan bouwplank memiliki beberapa tahapan
sebagai berikut:
Pengukuran luas rencana bangunan
Pekerjaan pengukuran disini dimaksudkan unutk mengukur luas
bangunan yang nantinya akan dibangun.
Pemasangan papan bouwplank
Mula-mula pemasangan patok sebagai pijakan papan dengan jarak kira-
kira 15-20 cm dari tepi galian pondasi (sekiranya tidak terlalu dekat
dengan galian agar tidak mudah lepas).
Patok dipasang tegak lurus dan diusahakan tidak mudah goyah atau
lepas,
Papan bowplank dipaku pada setiap patok dengan ketinggiannya sebagai
patokan muka atas lantai ± 0.00 (muka atas lantai biasanya terletak
antara 30-50 cm di atas tanah tergantung pada keadaan tanah
disekitarnya, dan di papan bowplank dipasang pula paku atau dicat meni
sebagai pedoman as suatu bangunan /pondasi.
b. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dilakukan setelah pekerjaan pemasangan papan
bouwplank, pekerjaan ini dimaksudkan untuk menggali tanah sebagai tempat
pondasi, ukuran penggalian disesuaikan dengan lebar dan tinggi pondasi.
c. Pekerjaan Pasir Urug
Pemberian pasir urug ini (biasanya dikerjakan pada podasi batu bata,
batu kali, dan pondasi telapak) dimaksudkan untuk alas pondasi agar rata dan
peredam getaran.
d. Aanstamping
Merupakan pasangan batu kosong yang memiliki fungsi untuk mencegah atau
meminimalisir merembesnya air ke pondasi.
E. Tanah
Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang dijadikan sebagai
pijakan pondasi. Tanah yang digunakan untuk pijakan pondasi haruslah tanah
keras sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan atau beban bangunan yang
dirancang. Untuk itu mengetahui daya dukung tanah dan klasifikasinya sangat
penting untuk menentukan jenis pondasi yang sesuai rancangan.
1. Klasifikasi Tanah
Bedasarkan susunannya, klasifikasi tanah dapat dibagi menjadi:
Tanah Batu
Memiliki butiran lebih dari 40mm, merupakan tanah dasar yang amat baik
untuk bangunan, umumnya berlapis-lapis dan lapisan ini tidak boleh miring
karena dapat menyebabkan pergeseran.
Tanah Padas/ Cadas
Merupakan pengerasan dari tanah dan terkadan terdapat tanah-tanah
lembek, umumnya setelah terbuka tanah ni mudah lapuk, lain halnya jika
tertutup dengan pasir.
Tanah Kerikil
Butiran kerikil anda yang mengatakan 2-20 mm dan ada yang mengatakan
5-50 mm, karena besarnya butiran maka air mudah merembs diantara
kerikil-kerikil tersebut, sebagai tanah dasar kerikil baik untuk didirikan
bangunan.
Tanah Pasir
Tanah pasir terdiri dari butiran-butiran yang memiliki bentuk hampir bulat,
besarnya 0,1-2 mm.
Tanah Liat
Tanah yang mudah menerima air, waktu musim penghujan tanah menjadi
lembek, jika pada musim kemarau tanah menjadi retak-retak terkadang
hingga sampai kedalaman 2 m.
Tanah Geluh
Campuran (alami) antara tanah liat dengan pasir
Tanah napal
Campuran tanah liat, pasir dan kapur
Tanah Halus
Terbentuk dari butiran-butiran tanah yang sangat halus yang terbawa oleh
angin, dalam susunanya banyak terdapat butiran-butiran kapur.
Tanah Gambut
Terjadi dari tumbuhan yang telah lama mengendap didalam air. Tanah ini
tidak baik sebagai dasar bangunan.
2. Penyelidikan atau Pemeriksaan Tanah
a. Tujuan Penyelidikan atau Pemeriksaan Tanah
Tujuan dari penyelidikan/ pemeriksaan tanah disini adalah untuk
mengetahui jenis tanah tersebut dan selanjutnya dipakai sebagai
pedoman penentuan jenis pondasi yang akan digunakan.
b. Penyelidikan atau Pemeriksaan Tanah
Pemeriksaan jenis tanah
Memiliki tujuan untuk mendapatkan sifat fisik tanah (warna &
bentuk) guna pendiskripsian jenis tanah (tanah pasir: warna hitam,
butiran sedikit kasar, bila basah dapat dikepalkan, bila kering sulit
untuk dikepalkan):
Pengujian dengan taksiran melalui visual & sentuhan
(penglihatan) akan didapatkan warna, bentuk, dll.
Pengujian dengan penelitian bor log dan uji analisis ukuran
butiran tanah, didapatkan besaran butiran dan nantinya dapat
ditentukan jenis tanah apa itu.
Pemeriksaan daya dukung tanah
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data berupa
sifat indeks dan sifat mekanis suatu tanah (untuk mengetahui
kekuatan tanah dalam mendukung beban diatasnya), pengujian yang
dilakukan meliputi:
Pengujian sondir
Pengujian sandcone
Pemeriksaan kadar air didalam tanah
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data
kandungan air didalam tanah tanah, semakin banyak tanah
mengandung air semakin buruk tanah tersebut untuk dijadikan tanah
dasar pondasi, pengujian yang dilakukan:
Pengujian dengan taksiran melalui visual & sentuhan
(penglihatan) akan didapatkan warna, bentuk, dll.
Uji kadar air untuk tanah
3. Maksud dan Tujuan Dari Penyelidikan Tanah
Untuk mendapatkan data berupa sifat fisik, sifak indeks dan sifat
mekanis dari tanah, yang selanjutnya dapat digunakan oleh kontraktor untuk
merencanakan jenis pondasi apa yang tepat untuk tanah tersebut., diantaranya:
sifat fisik, (warna, tekstur dan struktur)
sifat indeks, menunjukkan sifat-sifat tanah yang mengindikasikan
jenis dan kondisi tanah (indeks plastisitas tanah).
sifat mekanis, seperti kekuatan dan pemampatan atau kecenderungan
untuk mengembang, dan permeabilitas.
4. Struktur dan Komposisi Tanah
Komposisi tanah terdiri dari:
Butiran (agregat), solid, semakin bervariasi ukuran agregat semakin
kuat daya ikat antar agregat tersebut
Pori (void), terdiri dari udara (air) & Air (water)
Perbandingan komposisi tanah:
Komposisi tanah = butiran (solid) + {udara (air) & Air (water)}
5. Pengujian untuk Menyelidiki atau Memeriksa Tanah
a. Pengujian tanah di lapangan
Sumur percobaan
o Pengertian:
Penggalian tanah yang yang digunakan untuk penyelidikan
suatu tanah, biasanya memiliki ukuran 1 m X 1,5 – 2 m serta
dengan kedalaman tanah sesuai dengan yang diperlukan.
o Tujuan:
Untuk mengetahui susunan tanah, warna tanah, tekstur tanah,
dan dapat pula digunakan untuk pengambilan sempel tanah yang
selanjutnya digunakan untuk penelitian di laboratorium.
o Alat-alat yang digunakan:
Pelubangan: Meteran, patok, tali, cangkul, linggis, ember
dan tali (katrol). Pengambilan sempel: sendok, sekop kecil,
nampan dll.
o Langkah-langkah pengujian:
- Pengukuran tanah menggunakan meteran dan kemudian
ditandai dengan tali dan patok
- Penggalian menggunakan cangkul dan linggis
- Pengeluaran tanah galian dari dalam menggunakan ember
dengan sistem katrol
- Penelitian secara fisual, pengambilan sempel dan pencatatan
hasil penelitian.
Bor log (bor tangan)
o Pengertian:
Bor tangan dapat digunakan untuk menggali lubang bor
hingga kedalaman 5 meter dengan memakai seperangkat batang
penyambung, bor tangan biasanya digunakan hanya bila sisi-
sisi lubang bor tidak memerlukan penyangga (tanah tidak terlalu
keras) dan bila tidak terdapat partikel-partikel berukuran kerikil
atau yang lebih besar.
o Tujuan:
Untuk mengambil sampel (tanah asli/ tak terganggu = mata
bor berbentunk tabung dan tidak asli /terganggu = mata bor auger)
dari tanah yang akan diteliti, sampel dilanjutkan dengan penelitian
di laboratorium atau dapat dilakukan penelitian di tempat secara
fisual dengan mengambil sampel tanah setiap kedalaman tertentu,
biasanya dilakukan untuk pengklasifikasian tanah dan
pendiskripsian tanah.
o Alat-alat yang digunakan:
- Pemboran = Tang, pipa besi sambung, pegangan pipa, mata bor.
- Pengambilan sempel = dengan bor dan kemudian dimasukkan
dalam wadah dan diberi label.
o Langkah-langkah pengujian:
Bor diputar sambil ditekan ke bawah dengan tuas berbentuk
T di batang paling atas hingga kedalaman maks. 5 m.
Sondir
o Pengertian & Tujuan:
Sondir adalah salah satu alat pengujian tanah di
lapangan. Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh
parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di
lapangan yang selanjutntya digunakan untuk interpretasi
perlapisan tanah yang merupakan bagian dari analisis dan desain
geoteknik.
o Alat-alat yang digunakan:
Mesin sondir, stang sondir, mantle cone, friction cone,
jangkar spiral, ambang penekan dan peralatan penunjang
o Langkah-langkah pengujian:
Alat (mesin sondir) di pasang di atas tanah yang akan di uji,
penyambungan satang sondir dengan friction / mantel cone,
pemasangan satang sondir dan friction / mantel cone pada mesin
sondir kemudian memutar tuas dengan kedalaman per 20 cm.
o Hasil/ data yang didapatkan:
Perlawanan conus (qc), perlawanan geser (qc+fs)
b. Pengujian tanah di laboratorium
Uji kadar air untuk tanah
o Pengertian & tujuan:
Pengujian ini digunakan untuk menentukan kadar air
sampel tanah yaitu perbandingan berat air yang terkandung
dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut.
o Alat-alat yang digunakan:
Cawan kadar air, timbangan ketelitian 0,01 gram , oven dan
desikator ( mangkok berisi batu yang dapat mendinginkan).
o Langkah-langkah pengujian:
- Timbang cawan yang akan dipakai berikut tutupnya lalu beri
nomor/tanda.
- Masukkan benda uji yang akan diperiksa kedalam cawan
tersebut lalu tutup.
- Timbang cawan yang telah berisi benda uji tersebut.
- Masukkan kedalam oven yang suhunya telah diatur 110ºC
selama 24 jam
- Sehingga beratnya konstan (tutup cawan dibuka).
- Setelah dikeringkan dalam oven, cawan tersebut lalu
dimasukkan ke dalam
- Desikator agar cepat dingin.
- Setelah dingin, timbang kembali cawan yang telah berisi tanah
kering tersebut
o Hasil/ data yang didapatkan: Kadar air (ω)
Uji berat volume tanah, uji berat jenis tanah, uji analisis ukuran butiran
tanah, uji penentuan batas cair, uji penentuan batas plastis, uji
penentuan batas susut, uji kuat geser tanah dengan uji geser langsung
dan uji pemadatan tanah di laboratorium.
BAB VII
MECHANICAL ELECTRICAL DAN SISTEM UTILITAS
1. Sistem Elektrikal
Sumber elektrikal biasanya didapatkan dari PLN atau generator, oleh karena
itu dibutuhkan satu ruang khusus untuk panel utama, genset, dan lain – lain.
Pada bangunan tinggi di tiap – tiap lantai terdapat satu ruang khusus untuk
panel pembagi ke ruang – ruang di lantai tersebut.
2. Sistem HVAC
Terdapat 2 jenis sistem yaitu:
a. Sentral, yaitu menggunakan Chiller, AHU, Ducting, FCU, Cooling Tower
(utk sistem water to water). Sistem ini berguna untuk bangunan seperti
kantor dan mall.
b. Split, yaitu yang menggunakan indoor unit dan outdoor unit (seperti AC
rumah biasa). Sistem ini cocok untuk bangunan seperti apartemen dan
hotel.
3. Sistem Transportasi Vertikal
Lift, eskalator, conveyor, tangga darurat / evakuasi,
4. Suplai dan sistem Air
a. Air Bersih
b. Air Panas
Sistem air panas menggunakan pipa besi tuang atau tembaga, alat pemanas
yang digunakan adalah:
1. Pemanas air dengan gas
2. Pemanas listrik
3. Pemanas air energi surya
c. Air Kotor
Air kotor disalurkan kedalam septic tank. Pada bangunan tinggi
diusahakan letak toilet di tiap lantai sejajar agar memudahkan perletakan
shaft dan pipa tidak terlalu banyak membelok. Selain itu harus
ditambahkan pipa pembuangan gas agar tidak terjadidesakan gas dari
sumber ke septic tank yang dapat menimbulkan resiko septic tank meledak
karena penuh gas.
d. Grey Water
Sebelum melakukan pembuangan grey water sebaiknya dirancang sebuah
sistem pengolahan agar tidak mencemari lingkungan.
e. Air Hujan
Biasanya air buangan/limpasan ini adalah untuk pembuangan air hujan
yang jatuh di atap bangunan. Air inisebaiknya ditampung untuk cadangan
air bangunan, Kalaupun mau dibuang, bisa langsung dibuang ke riol atau
saluran terbuka karena pada dasarnya air ini masih bersih. Yang perlu
diperhatikan adalah saluran untuk air buangan/limpasan ini harus cepat
tersalurkan ke bawah, karena kalau volume nya besar akan menimbulkan
beban bagi bangunan
5. Sistem Komunikasi
Pada bangunan tingkat tinggi, biasanya terdapat sistem komunikasi internal.
Seperti jaringan telephone, interkom, LAN, dan tata suara. Terdapat shaft
sendiri yang terpisah dari shaft mechanical dan electrical.
Daftar pustaka:
1. https://wiryanto.files.wordpress.com/2010/08/27-davy-sukamta-paper-sip.pdf
2. http://www.steelconstruction.info/Multi-storey_office_buildings
3. http://theconstructor.org/concrete/ferro-cement-in-construction/1156/
4. http://www.slideshare.net/aks254447/highrise-structral-systems
5. http://www.alaberah.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=1103
6. http://www.scribd.com/doc/86692771/Sistem-Utilitas-Bangunan-Tinggi
7. http://www.scribd.com/doc/122967444/utilitas-bangunan
8. http://dhatumukti.blogspot.com/2013/05/menentukan-jenis-pondasi-yang-
tepat.html
9. Schueller, Wolfgang. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi.
10. Schodek, Daniel L. Struktur.