18
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI PADAT (SEMISOLIDA) CARA PEMBUATAN SUSPENSI Dosen Pembimbing, Nurul chusna, S.Farm., M.Sc., Apt Wahyu puspita dewi, S.Farm., Apt Kelompok 5 kelas B Akhmad khadafi saputra (13.71.014699) Muhammad rizky septianor (13.71.014697) Ridha oktavia anugrah (13.71.014695) Ririn fuji lestari (13.71.014693) Yurnida harum (13.71.014701) Program Studi D3 Farmasi

Suspen Si

  • Upload
    dafidef

  • View
    259

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmasi

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASITEKNOLOGI SEDIAAN SEMI PADAT (SEMISOLIDA)CARA PEMBUATAN SUSPENSI

Dosen Pembimbing,Nurul chusna, S.Farm., M.Sc., AptWahyu puspita dewi, S.Farm., Apt

Kelompok 5 kelas BAkhmad khadafi saputra (13.71.014699)Muhammad rizky septianor (13.71.014697)Ridha oktavia anugrah (13.71.014695)Ririn fuji lestari (13.71.014693)Yurnida harum (13.71.014701)

Program Studi D3 FarmasiFakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah PalangkarayaPERCOBAAN IITEKNOLOGI SEDIAAN SEMI PADAT (SEMISOLIDA)CARA PEMBUATAN SUSPENSI

A. TUJUAN PRAKTIKUMUntuk mengenal cara pembuatan suspensi

B. DASAR TEORILarutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. (Anonim, 2004) Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M, 2005)Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20o , kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar. (Anief, M., 2005)Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan atau dicampur. (Anonim, 1995)Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lainlain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam golongan ini. (Anonim, 1995)Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang trdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojok perlahanlahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojok dan dituang. Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae). Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi. (Anief, 2006)

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :1. Ukuran partikel Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.2. Kekentalan (viscositas) Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.3. Jumlah partikel (konsentrasi) Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat. 4. Sifat / muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya. ( Anonim, 2004 )

Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi :1. Metode pembuatan suspensi Metode disperseDengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kmudian baru diencerkan. Metode praesipitasi Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hrndak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.2. Sistem pembentukan suspensi System flokulasi1. partikel merupakan agregat yang bebas2. sedimentasi terjadi capat3. sediment terbentuk cepat4. sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula5. wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata. System deflokulasi1. partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain2. sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal3. sediment terbentuk lambat4. akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. (Anonim, 2004 )Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator . ( Anief, M., 1987 )C. ALAT DAN BAHANa. Alat Beaker glass 500 ml1 buah Beaker glass 250 ml1 buah Beaker glass 100 ml1 buah Gelas ukur 100 ml1 buah Gelas ukur 10 ml5 buah Batang pengaduk1 buah Pipet volume 3 ml 1buah Thermometer celcius 1 buah Mangkok plastik besar1 buah Timbangan teknis (neraca) dengan anak timbangan1 buah Hot plate1 buah Mixer1 buahb. Bahan Formula untuk tiap 5 mlR/ Sulfadiazine167 mgSulfamerazin 167 mgSulfadimidin 167 mgAsam sitrat200 mgCMC Na50 mgMetil paraben5 mgNaOH100 mgSirupus simplek1,5 mlEtanol 50lAir ad5 mlTiap formula dibuat sebanyak 300 ml

D. CARA KERJACara kerja presipitasi1. CMC Na disuspensikan dalam 75 ml air panas, dimixer. Tambahkan 25 ml air dingin (air es), dan dinginkan sampai temperatur kamar. Mixer selama 60 menit atau hingga terbentuk larutan jernih.2. Larutkan metal paraben dalam etanol3. Campur ketiga sulfa dalam mangkok4. Larutkan NaOH dalam 25 ml air, kemudian tambahkan dalam campuran ketiga diatas5. Tambahkan (1) dan (4) sambil diaduk6. Kemudian tambahkan (2) sambil diaduk, hingga homogeny7. Tambahkan sirupus simplek (sirupus simplek dibuat dengan melarutkan 35 bagian gula ke dalam 65 bagian air dengan pemanasan yang tidak terlalu tinggi) sambil terus diaduk.8. Tambahkan asam sitrat yang telah dilarutkan dalam 25 ml air9. Tambahkan air sampai 300 ml10. Tempatkan pada gelas ukur 10 ml sebanyak 5 buah gelas ukur, amati sedimentasi yang terjadi.

E. HASIL PENGAMATAN Suspensi presipitas1. Pengamatan organoleptis fisik sirup dan uji pHOrganoleptis

WarnaBentukBauRasapH

Putih susuSuspense (cairan kental)Tidak berbauAsam sedikit Pahit4

2. Uji keseragaman volume (cara presipitasi)N0Gelas ukurVolume (ml)

Hari ke-0Hari ke-1Hari ke-2Hari ke-3

1110 ml10 ml10 ml10 ml

2210 ml10 ml10 ml10 ml

3310 ml10 ml10 ml10 ml

4410 ml10 ml10 ml10 ml

5510 ml10 ml10 ml10 ml

3. Uji sedimentasi (cara presipitasi)N0Gelas ukurSedimentasi (ml)

Hari ke-0Hari ke-1Hari ke-2Hari ke-3

110 ml9,6 ml9,6 ml9,6 ml

220 ml9,8 ml9,8 ml9,8 ml

330 ml9,8 ml9,8 ml9,8 ml

440 ml9,6 ml9,6 ml9,6 ml

550 ml9,6 ml9,6 ml9,6 ml

Suspensi dispersi (data pembanding dari kelompok 2 kelas A)1. Uji sedimentasi (cara disperse)N0Gelas ukurSedimentasi (ml)

Hari ke-0Hari ke-1Hari ke-2Hari ke-3

110 ml9,6 ml9,6 ml9,6 ml

220 ml9,6 ml9,6 ml9,6 ml

330 ml9,7 ml9,7 ml9,7 ml

440 ml9,7 ml9,7 ml9,7 ml

550 ml9,8 ml9,8 ml9,8 ml

2. Uji keseragaman volume (cara disperse)N0Gelas ukurVolume (ml)

Hari ke-0Hari ke-1Hari ke-2Hari ke-3

1110 ml10 ml10 ml10 ml

2210 ml10 ml10 ml10 ml

3310 ml10 ml10 ml10 ml

4410 ml10 ml10 ml10 ml

5510 ml10 ml10 ml10 ml

Perhitungan1. Perhitungan bahansulfadiazine =sulfamerazine=sulfadimidin=asam sitrat=CMC NA=Metal paraben=NAOH=Sirupus simplex=Etanol=Air ad 300 ml = 300 (10,02 + 10,02 + 10,02 + 12 + 3 + 0,3 + 6 + 90 + 3)= 300 (144,36)= 155, 64 ml

2. Perhitungan uji sedimentasiGelas ukur 1 = Gelas ukur 2 = Gelas ukur 3 = Gelas ukur 4 = Gelas ukur 5 = Rata-rata sedimentasi =

3. Perhitungan uji keseragaman volumeGelas ukur 1 = Gelas ukur 2 = Gelas ukur 3 = Gelas ukur 4 = Gelas ukur 5 = Rata-rata volume =

F. PEMBAHASANSesuai dengan tujuan dari praktikum kali ini, yaitu mahasiswa mampu mengenal cara pembuatan suspensi, maka pembahasan kali ini menitik beratkan pada cara pembuatan suspense trisulfa yang telah dipraktikumkan beserta bahan-bahan penyusunnya dan uji stabilitasnya.Sulfadiazinum menurut farmakope Indonesia edisi IV adalah Serbuk, putih sampai agak kuning, tidak berbau atau hampir tidak berbau, stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahanlahan menjadi hitam. Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium hiroksida dan dalam larutan amonium hidroksida, agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton, sukar larut dalam serum manusia pada suhu 37o . Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan) (Anonim, 1995)Sulfamerazinum menurut farmakope indonesia edisi IV adalah Serbuk atau hablur putih atau agak putih kekuningan, tidak berbau atau praktis tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa agak pahit, stabil di udara, tetapi perlahan-lahan menjadi gelap pada pemaparan terhadap cahaya. Sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam eter dan dalam kloroform. Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan) (Anonim, 1995)Sulfadimidinum menurut farmakope indonesia edisi IV adalah Serbuk, putih sampai putih kekuningan dapat menjadi gelap pada pemaparan terhadap cahaya, rasa agak pahit, praktis tidak berbau. Sangat sukar larut dalam air dan dalam eter, larut dalam aseton, sukar larut dalam etanol. Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan) (Anonim, 1995)Asam salisilat menurut farmakope indonesia edisi III adalah Hablur tak berwarna atau serbuk putih tak berbau, sangat asam agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas. Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan 1,5 bagian etanol 95%P, sukar larut dalam eter P. Khasiat : zat tambahan. (Anonim,1979)Natrium Carboxymetylcelulosum (CMC Na) menurut farmakope edisi IV adalah Serbuk atau butiran putih higroskopis, mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi. Praktis tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain. Khasiat : Bahan tambahan, suspending agent. (Anonim, 1995)Metal paraben (nipagin) menurut farmakope indonesia edisi III adalah Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa pedas. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian eter (95%), dan dalam 3 bagian aseton, larut dalam eter dan larut dalam alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol. Khasiat : Bahan pengawet (Anonim, 1979)Natrium hidroksida (NaOH) menurut farmakope indonesia edisi III adalah Batang, butiran massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih mudah meleleh basah, sangat alkalis an korosif, segra menyerap O2. Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%P. Khasiat : zat tambahan. (Anonim,1979)Sirupus simplex menurut farmakope indonesia edisi III adalah Cairan jernih tidak berwarna. Khasiat : Bahan tambahan, Corringen Saporis (Anonim, 1979)Etanol menurut farmakope indonesia edisi IV adalah cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78. mudah terbakar. Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik. Khasiat : zat tambahan (Anonim, 1995)Aquadest menurut farmakope Indonesia edisi III adalah Cairan jernih tak berwarna, tak berbau dan tak mmpunyai rasa. (Anonim,1979).Pada praktikum kali ini, pembuatan sirup trisulfa dengan cara presipitasi dilakukan dengan terlebih dahulu menimbang CMC Na sebanyak 3 gram kemudian dilarutkan dalam 75 ml air panas sambil dimixer. Kemudiaan menambahkan 25 ml air dingin sambil terus dimixer selama 60 menit atau sampai terbentuk larutan jernih. Setelah itu menimbang sulfadiazine, sulfamerazin, dan sulfadimidin masing-masing sebanyak 10 gram kemudian masukkan kedalam mangkok mixer yang berisi CMC Na sambil terus dimixer. Kemudian menimbang NaOH sebanyak 6 gram kemudian dilarutkan dengan 25 ml air lalu memasukkan kedalam mangkok mixer sambil terus di mixer. Setelah itu menimbang metal paraben sebnyak 300 mg dan dilarutkan dengan 3 ml etanol kemudian massukkan kedalam mangkok mixer sambil terus dimixer. Kemudian menambahkan sirup simplex sebnyak 90 ml kedalam mangkok sambil terus dimixer. Terakhir tambahkan perasa asam sitrat sebanyak 12 gram yang sudah dilarutkan dengan air sebanyak 25 ml sambil terus dimixer. Kemudian tambahkan air sampai 300 ml.Dari hasil percobaan terhadap pembuatan suspense trisulfa dengan cara presipitasi maka dapat dikatakan bahan-bahan penyusun dari sediaan suspense antara lain adalah sebagai berikut :1. Zat aktif obatZat aktif yang dibuat suspense pada percobaan kali ini adalah trisulfa (sulfamerazin, sulfadiazine, dan sulfadimidin)2. PerasaZat perasa yang digunakan pada percobaan kali ini adalah asam salisilat3. Suspending agentSuspending agent merupakan bahan utama dari sediaan suspense. Karena suspending agen disini berfungsi sebagai mendispersikan zat aktif yang tidak larut dengan cairan pembawa. Suspending agent yang diapakai pada percobaan kali ini adalah CMC Na.4. PengawetZat pengawet yang digunakan pada percobaan kali ini adalah metal paraben5. PelarutZat pelarut yang digunakan pada percobaan kali ini adalah etanol.

6. PemanisZat pemanis yang digunakan pada percobaan kali ini adalah sirupus simplex

Setelah mengetahui bahan-bahan penyusun sediaan suspensi dan mengetahui cara pembuatan suspense secara presipitasi. Maka langkah selanjutnya adalah menguji stabilitas suspensi yang telah dibuat. Uji stabilitas suspensi yang dilakukan antara lain adalah uji organoleptis, uji pH, uji sedimentasi, dan uji keseragaman volume. Semua uji stabilitas suspensi tersebut tergolong ke dalam uji stabilitas suspensi dalam bentuk fisik (fisika). Uji stabilitas fisika bertujuan untuk menguji ada tidaknya perubahan sifat fisik dari suatu produk selama waktupenyimpanan. Stabilitas fisika pada sediaan sirup dilakukan untuk mempertahankan keutuhan fisik meliputi perubahan warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan.Setelah mengetahui bahan-bahan penyusun sediaan suspense dan menegtahui uji-uji satbilitaas suspense. Tahap selanjutnya adalah menganalisis perbedaan atau perbandingan hasil yang diperoleh antara kedua cara pembuatan suspense yakni cara presipitasi dan disperse. Suspensi yang dibuat dengan cara presipitasi umumnya menghasilkan ukuran fase internal yang lebih kecil daripada suspensi yang dibuat dengan cara disperse hal ini karena pada cara presipitasi zat aktif (fase internal) telah terlarut terlebih dahulu dalam pelarut organik sedangkan pada cara disperse tidak melalui tahap pelarutan. Semakin kecil fase internal dari suspense maka semakin sedikit pula sedimentasinya. Namun pada analisis perbandingan antara pembuatan suspense cara presipitasi dan disperse, derajad sedimentasi antara suspense presipitasi dan disperse sama besar yakni 9,68 ml. ketidaksesuaian hasil dengan teori yang sudah ada mungkin dikarenakan dalam pembuatan suspense kali ini, saat pencampuran zat aktif dengan dengan menggunakan mixer, zat aktif yang dicampurkan belum terlalu homogen.

G. KESIMPULANDari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahan-bahan penyusun dari sediaan suspense adalah zat aktif, suspending agent, perasa, pengawet dan pemanis. Bahan utama yang membedakan sediaan suspense dengan sediaan cair lain adalah adanya suspending agent yang mendispersi zat aktif yang tidak terlarut dalam cairan pembawa yang digunakan.Perbedaan cara pembuatan suspense cara presipitasi dan disperse terletak pada bahan yang digunakan. Pada pembuatan suspense presipitasi menggunakan pelarut organic untuk melarutkan zat aktif terlebih dahulu, sedangkan pada suspense disperse tidak menggunkan pelarut organic.H. SARANDiaharpkan kepada praktikan agar lebih memperhatikan lagi alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan selama proses praktikum agar tidak terjadi lagi kesalahan dalam proses praktikum seperti kekurangan alat dan bahan praktikum yang digunakan. Sehingga proses praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan perencanaan.

I. DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Linus . 2010. (http://september.ucoz.com/resep/LAPORAN_SUSPENSI.pdf)Hafizhah. 2011. (https://coretanfifi.wordpress.com/2011/01/03/sekilas-tentang-suspensi/)Agustini(https://www.academia.edu/7052522/PRAKTIKUM_TEKNOLOGI_SEMI_SOLIDA_DAN_CAIR_SUSPENSI )