Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI METODE CERAMAH
DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU
TENTANG MENOPAUSE DI KECAMATAN KLATEN UTARA
Suyami*
Latar Belakang: Menopause merupakan masalah kesehatan pada lanjut usia
yangperlu mendapatkan perhatian karena dapat beresiko terjadinya penyakit
jantung,ginjal, osteoporosis, kanker dan kematian. Peningkatan pengetahuan
dapatmengurangi resiko masalah kesehatan yang terjadi pada wanita menopause.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui metodeceramah
dengan media audio visual terhadap pengetahuan ibu tentang menopause.
Metode: Jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan non equivalencontrol
group design. Subyek penelitiannya adalah ibu yang sudah mengalamimenopause
berusia 50-65 tahun dengan 40 orang sebagai kelompok kontrol dan37 orang sebagai
kelompok eksperimen.Instrumen yang digunakan adalahkuesioner.Analisis yang
digunakan yaitu uji Wilcoxon dan Mann-Whitney.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan signifikan antara mean nilai pretest dan posttestpada
kelompok kontrol. Sedangkan pada kelompok eksperimen terjadipeningkatan
pengetahuan berdasarkan mean nilai pretest dan posttest. Setelahdibandingkan
terdapat perbedaan bermakna antara hasil posttest yaitu 72,38 padakelompok kontrol
dan 89,46 pada kelompok eksperimen.
Kesimpulan: Pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dengan
media audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam menjalani menopause.
Kata kunci: Pendidikan kesehatan, ceramah, audiovisual, pengetahuan ibu,
menopause
*Dosen Keperawatan Stikes Keperawatan Muhammdiyah Klaten
PENDAHULUAN
Menopause merupakan masalah seksualitas yang terjadi pada usia lanjut
seiringdengan terjadinya proses menua. Pemeriksaan secara teratur dan pemahaman
sertapengetahuan tentang menopause merupakan salah satu upaya wanita
dalammenghadapi menopause untuk meningkatkan kualitas hidup (Nugroho,
2008).Menopause adalah proses fisiologis normal yang pasti dialami oleh
setiapwanita yang memasuki usia lanjut dan merupakan suatu kondisi tidak
responsnyagonadotropin terhadap peningkatan umur, dan terjadinya penurunan
fungsisehingga menghilangnya siklus seksual. Pada wanita menstruasi mulai
tidakteratur dan terhenti pada usia 45-55 tahun. Saat ini, dengan berubahnya abad,
usiarata-rata wanita yang mengalami menopause adalah 52 tahun (Ganong,
2001).Akan tetapi menurut PERMI tahun 2007, wanita Indonesia mengalami
menopauserata-rata pada usia 48 tahun.Menurunnya konsentrasi estrogen dan
kurangnya progesteron merupakankarakteristik seks sekunder pada perubahan yang
terjadi pada wanita (Shier,2009).
Data dari PERMI (2007), menunjukkan bahwa beberapa gejala utama
yangdikeluhkan sebagian besar wanita Indonesia yaitu 77,7% merasakan nyeri
ototatau sendi, 68,7% lemah atau merasa tidak berenergi, 63,1%
kehilanganketertarikan pada aktivitas seksual, 60% kulit keriput, 29,5% sulit
berkonsentrasidan ruam pada kulit. Gejala dan gangguan yang terjadi pada wanita
yangmengalami menopause mempunyai masa laten yang bersifat individual. Hal
initidak hanya tergantung pada kadar estrogen semata, melainkan beberapa faktorlain
juga dapat mempengaruhi.Wanita menopause mengalami peningkatan faktor resiko
terjadinya penyakit
osteoporosis, penyakit jantung iskemik dan ginjal (Ganong, 2001). Sebanyak 75juta
wanita di Eropa, USA, dan Jepang mengalami osteoporosis yang merupakanpenyakit
metabolik tulang yang terjadi pada wanita postmenopause (Akdeniz,2009).Sementara
di Korea Selatan penyakit kardiovaskuler dan kankermerupakan penyebab kematian
pada wanita di awal menopause. Penyebabkematian pada wanita menopause lebih
banyak disebabkan karena penurunan
estrogen di awal fase menopause (Seok Hong et al., 2007).
Menopause merupakan suatu tahapan psikis dan sosial oleh karena itu,
pentingadanya perhatian antara lain dengan sosialisasi agar wanita
mendapatkanpemahaman yang benar, konseling psikologis yang holistik dengan
melibatkanpasangan, mempopulerkan ide-ide kultural yang mengagungkan nilai-
nilaiketuaan, dapat merubah pola hidup serta dapat melakukan diet yang
sesuai(Irmawati, 2003).
Salah satu bentuk promosi kesehatan yang dapat dilakukanantara lain melalui
pendidikan kesehatan yang merupakan bentuk intervensiterutama terhadap faktor
perilaku dan bertujuan supaya masyarakat menyadariatau mengetahui bagaimana cara
memelihara kesehatan, bagaimana menghindariatau mencegah hal-hal yang
merugikan kesehatan dan mengetahui kemana harusmencari pengobatan yang tepat
(Notoatmodjo, 2007).Ceramah merupakan salah satu metode pemberian informasi
yang sederhana,mudah dan murah (Prayitno, 2004).Metode ini dapat menjangkau
bagi semuakalangan masyarakat, baik masyarakat dengan pendidikan tinggi maupun
rendah.Selain itu, metode ceramah yang merupakan alternatif untuk pemberian
informasipada sasaran dengan jumlah besar dan merupakan salah satu bentuk
metodependidikan yang efektif dilaksanakan dalam beberapa golongan
usia(Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan penelitian Triana (2002),
menunjukkanefektifitas metode ceramah dengan modul dan ceramah tanpa modul
terhadappeningkatan pengetahuan dan sikap wanita dalam memelihara
kesehatanmenghadapi menopause.
Media audio visual merupakan salah satu media promosi kesehatan
yangdigunakan sebagai alat bantu penyampaian suatu pendidikan kesehatan.
Mediaaudio visual adalah media dengan unsur gerak, suara dan gambar menjadi
satu.Semakin banyaknya indra yang digunakan untuk menerima sesuatu
diharapkansemakin banyak pula pengertian dan pengetahuan yang diterima
(Notoatmodjo,2007).
Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggabungkan metode
ceramahdan audio visual dalam penyampaian pendidikan kesehatan pada ibu-ibu
yangmengalami menopause. Seiring dengan proses menua yang terjadi pada
lansiayang mengalami banyak penurunan, penggabungan ceramah dan audio
visualdiharapkan dapat membantu pemahaman dan pengetahuan ibu
tentangmenopause. Menurut Notoatmodjo (2007), penggunaan media yang
melibatkanlebih dari satu indra dapat meningkatakan pemahaman dalam penerimaan
suatu
informasi.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti yang diambil dari
wawancara peneliti dengan beberapa ibu yang sudahmengalami menopause di Dukuh
Girimulyo, Kelurahan Gergunung, KecamatanKlaten Utara mengungkapkan bahwa
kurangnya pemahaman serta pengetahuanibu tentang menopause.Berdasarkan hasil
wawancara dengan 8 ibu yang sudahmengalami menopause menyatakan bahwa
belum dapat mendefinisikan tentangmenopause dan kurangnya pemahaman tentang
tanda dan gejala menopause padawanita dalam menghadapi menopause.Selain itu,
mereka menyatakan bahwapernah mengalami pegal-pegal, merasa gelisah, emosi
yang tidak stabil sertakeringat dingin pada malam hari pada saat memasuki
menopause. Namun, merekamenganggap menopause sebagai hal yang biasa terjadi
bersamaan denganbertambahnya usia dan hanya 2 dari 8 ibu yang memeriksakan
kondisinya padaahli kesehatan. Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan olehpeneliti menunjukkan bahwa 5 dari 8 ibu yang sudah mengalami
menopausemengungkapkan belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan
tentangmenopause.
METODE
Jenis penelitian ini adalah adalah penelitian quasi experimental.Rancanganyang
digunakan non equivalent control group design.Penelitian dilakukan pada bulan
Desember2010- Februari 2011.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang sudah
mengalami menopause diDukuh Girimulyo, Kelurahan Gergunung Kecamatan Klaten
Utara.DukuhGirimulyo dijadikan populasi penelitian berdasarkan purposive
sampling.Pada penelitian ini populasinya adalah ibu yang sudahmengalami
menopause berusia 50-65 tahun dan aktif dalam kegiatan posyandulansia. Peneliti
menggunakan total sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 77orang. Sampel
penelitian ini yaitu 37 orang dari Girimulyo blok B sebagaikelompok eksperimen dan
40 orang dari Girimulyo blok A sebagai kelompokkontrol. Kriteria inklusi : (a) Ibu
yang sudah mengalami menopause berusia 50-65 tahun; (b) Ibu yang datang saat
penelitian berlangsung; (c) Ibu yang dapat membaca dan menulis; (d) Ibu yang
bersedia menjadi responden penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu yang berhalangan hadir
saatpenyuluhan berlangsung dengan alasan sakit atau berada di luar kota pada
saatpenelitian. Instrumen pengetahuan yang digunakan sebagai alat pengumpulan
data padapenelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui perubahan pengetahuan
ibutentang menopause.Analisis yang digunakan adalah analisis univariat danbivariat.
Analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi,presentase dan mean dari
masing-masing responden. Untuk membandingkan hasil pretest dan posttest
pengetahuan pada kelompokkontrol dan kelompok eksperimen menggunakan
Wilcoxon test.Untuk membandingkan nilai pretest pada kelompok eksperimen dan
kontrolserta nilai posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol maka uji
yangdigunakan yaitu Mann-Whitney.Uji tersebut dikatakan terdapat perbedaanyang
bermakna apabila nilai p < 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, usia
menopause,pendidikan, pekerjaan dan pengalaman pendidikan kesehatan tentang
menopause.
Tabel 1. Distribusi karakteristik ibu menopause di Dukuh Girimulyo dengan
Girimulyo Blok A sebagai kelompok kontrol dan Girimulyo Blok B
sebagaikelompok eksperimen (n=77)
Analisa pada tabel 1, menunjukkan bahwa untuk rentang usia responden
padakedua kelompok hampir sama dan terbanyak pada kedua kelompok berada
padarentang usia 45-59 tahun. Hal ini dapat dilihat melalui pembagian lanjut
usiaberdasarkan WHO yaitu 45-59 tahun yang disebut usia pertengahan (middle age).
Haltersebut juga dapat menjelaskan pendapat Ganong (2001) yang menyatakan
bahwawanita mulai tidak teratur atau berhenti menstruasi usia 45-55 tahun.
Selain itu, sebagian besar responden belum pernah mendapatkan
pendidikankesehatan tentang menopause.Informasi tentang menopause sebaiknya
dapatdiberikan pada ibu-ibu dalam menjalani menopause.Hal ini dikarenakan pada
ibuyang menghadapi menopause membutuhkan banyak pengetahuan dalam
upayapemeliharaan kesehatan sehingga diharapkan dengan adanya pengetahuan
tentangmenopause ibu dapat menjalani masa menopause sebagai suatu kenikmatan
bukansebagai hukuman bagi seorang wanita. Pemberian pendidikan kesehatan
diharapkan
dapat meningkatkan kualitas hidup ibu menopause. Hal ini merupakan salah satuyang
dapat dilakukan seiring dengan meningkatnya harapan hidup dan
meningkatnyajumlah lansia di Indonesia. Selain itu, pelaksanaan pendidikan
kesehatan yang dapatditerapkan pada sasaran ibu yang sudah menopause dapat
diberikan melalui metodeyang disesuaikan dengan usia serta karakteristik responden
sehingga dapatmempermudah responden dalam menerima pesan yang disampaikan.
Pada penelitianini peneliti menggabungkan antara ceramah dengan media audio
visual.Penggabungan ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa hal seperti
karakteristik
responden, sumber daya yang ada serta beberapa faktor penunjang lain yang
dapatmempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan ini.
Tabel 2. Homogenitas kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menurut usia,
pendidikan dan pengalaman pendidikan kesehatan tentang menopause (n=77)
Pada tabel 2, dapat dilihat homogenitas kelompok kontrol dan
kelompokeksperimen yang meliputi usia, pendidikan, dan pengalaman pendidikan
tentangmenopause. Pada uji homogenitas ini untuk memperoleh nilai p atau
signifikanmenggunakan chi_square pada karakteristik usia dan pendidikan kesehatan
tentangmenopause sedangkan pada karakteristik pendidikan
digunakankolmogorov_smirnov. Pada ketiga karakteristik responden tersebut
diperoleh nilaip>0,05. Hasil tersebut membuktikan bahwa pada kelompok kontrol
dan kelompok
eksperimen tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Persamaan
karakteristikresponden pada awal pengambilan data atau sebelum intervensi sangat
penting untukmenentukan pengaruh intervensi terhadap peningkatan
pengetahuan.Hasil ini sesuai dengan penelitian Pandiangan (2005) yang menyatakan
bahwapersamaan karakteristik pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimenmerupakan salah satu indikator untuk melakukan penelitian eksperimen,
karena hal
tersebut merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil
penelitianeksperimen. Selain itu Murti (2003) menyatakan bahwa untuk mendapatkan
taksirandampak perlakuan yang sebenarnya dalam penelitian eksperimen, keadaan
kelompokkontrol dan kelompok perlakuan adalah setara ataupun sebanding
sehinggapersamaan uji homogenitas pada kedua kelompok akan mempengaruhi hasil
daripelaksanaan intervensi suatu kelompok.
Persamaan karakteristik responden merupakan beberapa faktor yang
berpengaruhdalam peningkatan suatu pengetahuan. Hal ini disampaikan oleh
Musharyanti (2004)yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan wanitatentang menopause ada tiga yaitu pengalaman menopause, tingkat
pendidikan danpaparan informasi. Hal serupa juga disampaikan oleh Sulastri (2002)
yangmenunjukkan bahwa tingkat pendidikan secara signifikan mempengaruhi
tingkatpengetahuan wanita mengenai menopause dan klimakterium.
2. Perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompokkontrol di Girimulyo Blok A dan kelompok eksperimen di Girimulyo
Blok B
Tabel 3. Hasil mean nilai pretest dan posttest pengetahuan di Girimulyo Blok
Asebagai kelompok kontrol dan di Girimulyo Blok B sebagai kelompok eksperimen.
a. Pretest dan Postest pengetahuan pada kelompok kontrol
Hasil mean nilai pretest dan posttest pengetahuan pada kelompok kontrol
tidakmengalami perubahan. Hasil analisis statistik pada kelompok kontrol
menunjukkanp=1,000 (p>0,005) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna
antara pretest danposttest pada pengetahuan kelompok kontrol. Hal ini karena antara
waktupengambilan pretest dan posttest tidak ada perlakuan.Pada pelaksanaannya
pengambilan pretest dilakukan di pagi hari sekitar pukul09.00 dan posttest pada sore
hari sekitar pukul 16.00.Waktu pengambilan data padakelompok kontrol disesuaikan
dengan waktu luang responden dengan pertimbanganantara pretest dan posttest tidak
ada perlakuan apapun untuk meningkatkanpengetahuan responden.Hal tersebut dapat
menjadi salah satu penyebab tidakterjadinya perubahan pengetahuan pada kelompok
kontrol saat berlangsungnyapretest dan posttest.
Pada saat pelaksanaan pretest sebagian besar responden menjawab
pernyataantentang aspek pengetahuan menopause berdasarkan pengalaman yang telah
merekaalami selama menjalani masa menopause.Sedangkan pada saat pelaksanaan
posttestresponden merasakan kejenuhan saat pengisian jawaban kuesioner.Hal ini
dapatdisebabkan tidak terdapatnya intervensi yang diberikan pada kelompok kontrol
tetapimereka harus menjawab pernyataan yang sama dengan pretest sehingga
dalampelaksanaan posttest mereka menjawab pernyataan tentang aspek
pengetahuantentang menopause sama seperti jawaban pretest yaitu sesuai dengan
pengalamanyang telah mereka alami selama menjalani masa menopause. Hal tersebut
dapatmenjadi alasan mean hasil pretest dan posttest pada kelompok kontrol
sama.Hasil ini sesuai dengan penelitian Trisnawati (2010) yang menyatakan
bahwatidak ada perubahan pengetahuan kelompok kontrol pada remaja putri
tentangperubahan sisitem reproduksi saat pretest dan posttest yang disebabkan
padapenelitian tersebut tidak terdapat intervensi yang diberikan antara pretest dan
posttest.
b. Pretest dan Posttest pengetahuan kelompok eksperimen
Hasil mean nilai pretest dan posttest pengetahuan pada kelompok
eksperimenmengalami peningkatan 15,54. Hal ini dapat dilihat dari analisis statistik
yangmenunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan
bermaknaantara pengetahuan tentang menopause antara sebelum dan sesudah
intervensi yaitupendidikan kesehatan melalui metode ceramah dengan audio visual.
Menurutpenelitian Hunter (1998) menyatakan bahwa pemberian intervensi
pendidikankesehatan melalui pendidikan kesehatan tentang menopause mampu
memberikan
peningkatan pengetahuan yang signifikan dibandingkan pada kelompok kontrol
yangtidak diberikan pendidikan kesehatan.
Pada saat pretest item yang paling banyak salah yaitu pada aspek
definisimenopause dan pemeliharaan kesehatan pada wanita menopause dan setelah
posttestsebagian responden mampu menjawab item pernyataan tersebut dengan benar.
Selainitu, pada aspek pengetahuan yang lain pada jawaban prettest responden masih
banyakyang menjawab salah dan setelah posttest sebagian besar responden
mampumemperbaiki jawabannya menjadi benar. Hal ini dapat menjelaskan
bahwapendidikan kesehatan merupakan salah satu proses belajar yang dapat
meningkatkandomain perilaku yaitu pengetahuan. Melalui proses belajar dapat
memberikan
perubahan pada diri individu yang sedang belajar baik aktual maupun
potensial(Notoatmodjo, 2007). Selain itu pengalaman dari ibu dalam menjalani
menopausejuga merupakan salah satu proses belajar yang dapat mempengaruhi
pengetahuan.
Pada pelaksanaan prettest beberapa tesponden menjawab pernyataan
tentangpengetahuan menopause berdasarkan pengalamna yang sudah mereka jalaini
selamamenghadapi masa menopause.Hal ini sesuai dengan penelitian Fitriani (2008)
yangmenyatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan jawaban yang
merekaberikan adalah berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan selama
mengalamiperubahan pada saat menopause.
Pada penelitian ini penggabungan antara metode ceramah dengan media audiovisual
efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu dalam menjalani menopause. Halini
sesuai dengan penelitian Triana (2002) yang menyatakan bahwa metode
ceramahtanya jawab dengan modul, dan ceramah tanya jawab tanpa modul sama-
sama efektifmeningkatkan nilai pengetahuan wanita menghadapi menopause. Selain
itu, menurutPandiangan (2005) juga menyatakan bahwa terjadi peningkatan
pengetahuanresponden sebelum dan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan
reproduksi padakelompok ceramah, kelompok audio visual, serta kelompok
perpaduan ceramah plusaudio visual.
Keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antaralain metode yang digunakan, media serta tidak melupakan sasaran yang akan
dituju.Peningkatan pengetahuan responden adalah karena metode pendidikan
dalampemberian informasi pada sasaran secara rinci dan penyampaian pesan
disesuaikandengan karakteristik responden sehingga dapat menyerap dan menyimpan
pesansesuai materi yang disampaikan dengan bervariasi sesuai metode atau media
yangdigunakan pada penyampaian pesan (Pandiangan, 2005). Hal ini juga
disampaikanoleh Arsyad (2010) bahwa semakin banyak alat indra yang digunakan
untukmenerima dan mengolah informasi, maka semakin besar informasi tersebut
dapatdimengerti dan diserap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi
yangdisajikan. Pada penelitian ini penggabungan metode dan media serta
memperhatikankarakteristik responden merupakan hal utama yang dijadikan
pedoman bagi penelitidalam pelaksanaan intervensi.Peningkatan pengetahuan pada
ibu dalam menjalani menopause tidak terlepasdari faktor intrinsik yang turut
mempengaruhi diri responden sehingga muncul rasaingin tahu yang tinggi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi seperti media audiovisual yang digunakan yang dapat
menampilkan materi tentang menopause melaluiperpaduan gambar, gerak dan suara
sehingga membuat ibu-ibu dengan usia 50-65tahun tertarik. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi peningkatan pengetahuan padakelompok intervensi yaitu materi
pendidikan yang dianggap baru dan menarik untukdiikuti. Penggabungan antara dua
media dalam pelaksanaan pendidikan kesehatandapat meningkatkan pengetahuan
karena melibatkan dua indra sekaligus. Hasil inisejalan dengan penelitian Pandiangan
(2005) bahwa metode yang paling bermaknamempengaruhi peningkatan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi ialahperpaduan metode ceramah plus audio
visual.Pada pelaksanaan pendidikan kesehatan setelah penyampaian materi
melaluiaudio visual, responden diberi kesempatan untuk mengulas kembali materi
yang telahdisampaikan.Selain itu, responden dengan antusias menanyakan hal-hal
yang belummereka ketahui yang telah mereka alami selama menjalani
menopause.Peran aktifresponden dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan
merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan pada
kelompok eksperimen. Hal inisesuai dengan penelitian Hiswani (2000) bahwa metode
ceramah maupun diskusisama-sama dapat meningkatkan pengetahuan pasien, tetapi
peningkatannya lebihtinggi pada kelompok dengan metode diskusi, karena pada
metode diskusi semuapeserta terlibat aktif untuk menyatakan pendapatnya dan
pengalamannya, sertamembahas materi pendidikan kesehatan diabetes mellitus
sampai memperolehkesimpulan yang benar. Peran serta dari responden merupakan
salah satu hal yangdapat mendukung keberhasilan suatu pendidikan kesehatan.
Pendapat lain yang menyatakan tentang peningkatan pengetahuan melalui
metodependidikan kesehatan dikemukakan oleh Widjana (2000) bahwa
pendidikankesehatan dengan metode ceramah ternyata paling efektif untuk
meningkatkan derajatpengetahuan kepala rumah tangga di Banjar Pamesan tentang
taeniosis dansistiserkosis, sedangkan penggunaan buku modul tidak efektif. Hasil
pada penelitiantersebut sama dengan penelitian ini hanya saja pada penelitian ini
penggunaanmetode ceramah diterapkan dengan media audio visual agar memudahkan
respondendalam menerima pesan yang ada dalam materi menopause. Penelitian
laindisampaikan oleh Utami (2010) menyatakan bahwa penggunaan metode ceramah
efektif meningkatkan pengetahuan remaja dalam menanggapi system
reproduksiselama masa remaja. Hasil penelitian Sudarman (2002) juga menyatakan
bahwapemberian pendidikan kesehatan terhadap keluarga dengan metode ceramah
danlatihan dapat meningkatkan perubahan pengetahuan keluarga terhadap perawatan
usialanjut dirumah.
3. Perbandingan pretest pengetahuan kelompok kontrol dengan eksperimen
danposttest pengetahuan kelompok kontrol dan eksperimen
Tabel 4. Hasil mean nilai pretest dan posttest kelompok kontrol dan eksperimen.
a. Pretest pengetahuan kelompok kontrol dan eksperimen
Analisis pretest pengetahuan pada kelompok kontrol dan
eksperimenmenunjukkan bahwa nilai p=0,670 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat
perbedaanbermakna antara hasil mean nilai pretest pada kelompok kontrol dan
kelompokeksperimen. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa pengetahuan
respondensebelum pelaksanaan intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimenmemiliki nilai rerata yang sama. Persamaan nilai mean pada kelompok
kontrol dankelompok eksperimen dapat disebabkan karena persamaan uji
homogenitas padakedua kelompok yang menyatakan bahwa tidak terdapatnya
perbedaan karakteristikantara kedua kelompok. Hasil ini sesuai dengan pendapat
Murti (2003) bahwasebelum melakukan penelitian eksperimental kondisi kelompok
intervensi harussebanding dengan kelompok kontrol agar dapat menghindari bias,
kecuali intervensiyang diberikan. Selain itu dengan kondisi dua kelompok yang
sebanding diharapkansuatu perlakuan yang diberikan dapat diperoleh hasil yang
signifikan (Arikunto,2006).
Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai
meanpretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dapat disebabkan
salahsatunya karena pada kedua kelompok memiliki karakteristik responden yang
hampersama. Selain itu, perbandingan antara presentase kelompok kontrol dan
kelompokeksperimen yang pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
menopause jugamenunjukkan jumlah yang hampir sama. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwaantara kedua kelompok memiliki pengetahuan yang sama
tentang menopause. Hasilmean nilai prettest antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen padapenelitian ini sama dengan hasil penelitian Ari (2010) bahwa pada
kedua kelompoktidak terdapat perbedaan yang bermakna sebelum pelaksanaan
intervensi pendidikankesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Mintarsih (2007)
bahwa dalam kondisiawal responden yang relatif sama akan memberikan hasil yang
signifikan padapelaksanaan intervensi yang akan dilakukan.
b. Posttest pengetahuan kelompok kontrol dan eksperimen
Analisis posttest pengetahuan pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimenmenunjukkan bahwa nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat
perbedaanbermakna antara hasil mean nilai posttest pada kelompok kontrol dan
kelompokeksperimen. Hasil ini sesuai dengan penelitian Utami (2010) yang
menyatakan bahwaterdapat perbedaan yang bermakna pada hasil posttest kelompok
kontrol dankelompok intervensi tentang perubahan system reproduksi selama
remaja.Hasiltersebut dapat menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang
mendapatkanintervensi pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dengan audio
visualmengalami peningkatan yang bermakna.Sementara itu pada kelompok kontol
tidakmengalami peningkatan yang berarti karena pada kelompok tersebut
tidakmendapatkan paparan informasi sehingga tidak ada perubahan pengetahuan
tentang menopause.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suatu intervensi salah
satunyaadalah penggunaan media yang tepat.Pada penelitian ini perpaduan antara
ceramahdengan audio visual dapat memberikan hasil yang bermakna pada
pengetahuan ibudalam menjalani menopause.Hal ini juga sesuai dengan penelitian
Triana (2002)bahwa penggunaan metode pendidikan yang tepat dan melakukan
perbaduan antarametode pendidikan kesehatan mampu memberikan hasil peningkatan
pengetahuanpada wanita dalam menghadapi menopause.
Keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor.Salahsatu faktor yang dapat dilihat dari hasil penelitian ini yaitu media yang
digunakan.Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa penggunaan
media audiovisual yang melibatkan dua indra sekaligus mampu menyerap dan
menerima materilebih banyak daripada penggunaan satu media. Sesuai penelitian
Pandiangan (2005)bahwa perpaduan metode ceramah plus audio visual dapat
memberikan hasil yanglebih baik untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksiremaja, maka metode tersebut sangat tepat digunakan pada
pendidikan kesehatanreproduksi remaja SLTP.Selain hal tersebut keberhasilan suatu
pendidikan kesehatanjuga dipengaruhi oleh waktu penyampaian intervensi.Lucie
(2005) menyatakanbahwa banyak unsur yang sangat berperan dalam tecapainya
efektivitas suatupenyuluhan, salah satunya adalah perlu memperhatikan waktu
penyuluhan yang sesuai.
Penelitianini sejalan dengan penelitian Hidayati (2009) yang menyatakan
bahwa pendidikankesehatan melalui metode ceramah interaktif efektif meningkatkan
pengetahuan danperilaku tentang penggunaan bahan tambahan berbahaya dalam
jajanan sekolah.Halini berbeda dengan penelitian Sedo (2010) yang mengatakan
bahwa pengetahuanremaja obes yang mengikuti penyuluhan dengan menggunakan
media audio visualmenurun lebih banyak dari pengetahuan remaja yang mengikuti
penyuluhan denganmenggunakan media diary edukatif.Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh beberapafaktor dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan. Salah satu
faktor yang dapatmembedakan dengan penelitian ini antara lain waktu pelaksanaan,
metode pendidikankesehatan serta sasara yang dituju. Oleh karena itu dalam
penelitian ini perbedaannilai posttest yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimendapat disebabkan karena perbedaan perlakuan yang ada pada
kedua kelompok.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah denganaudio visual
terhadap pengetahuan ibu dalam menjalani menopause.
B. Saran
1. Metode ceramah dengan media audio visual dapat menjadi alternative metode
pendidikan kesehatan bagi puskesmas melalui posyandu lansiadalam
menyampaikan materi tentang menopause pada ibu
2. Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian dengan
metodependidikan kesehatan yang lain dan mampu melakukan persiapan
yangmatang serta koordinasi yang baik dengan seluruh pihak yang
terkait,sehingga dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan
dapatberjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan dan diperoleh hasil sesuai
yang diharapkan
DAFTAR REFERENSI
Akdeniz, N., Akpolat, V., Kale, A., Erdemoglu, M., Kuyumcuoglu, U., Celik,
Y.2009. Risk factors for postmenopausal osteoporosis:
anthropometricmeasurements, age, age at menopause and the time elapsed
aftermenopause onset. Informa Healthcare.Gynecological
Endocrinology,February 2009; 25(2): 125–129.
Ari, N.D., 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Pemberian
LeafleatTerhadap Perilaku Remaja Dalam Menanggapi Perubahan
SistemReproduksi. Skripsi, UGM, Yogyakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi RevisiIV.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2010.Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Fitriana, E. 2008.Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause
DenganMekanisme Koping Pada Wanita Menopause di Dusun
TaskombangWilayah Kerja Puskesmas Bantul I, Skripsi, Program Studi
IlmuKeperawatan, Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta.
Ganong, W.F. 2001.Reviews of Medical Physiology.Twentieth edition. ADivision
ofThe Mc Graw-Hill Companies.
Hidayati, Y., 2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode
CeramahInteraktif Pada Guru Dan Siswa SD Terhadap Peningkatan
PengetahuanDan Perilaku Tentang Penggunaan Bahan Tambahan
Berbahaya DALAMJajanan Sekolah Di Kecamatan Tanjungkarang Timur
Kota BandarLampung Tahun 2009. Tesis. Fakultas Kedokteran. UGM,
Yogyakarta.
Hikmah.2002, Intensitas Komunikasi Orang Tua dan Anak Remaja
DenganKesenjangan Kesehatan Reproduksi.Tesis (tidak
dipublikasi).Yogyakarta.Universitas Gadjah Mada.
Hiswani. 2000. Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Dan DiskusiDalam
Meningkatkan Pengetahuan, Sikap Dan Perubahan Kadar GulaDarah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Umum DokterPirngadi
Medan. Tesis, UGM, Yogyakarta.
Hunter,M.S, Liao, K.L.M, 1998. Preparation for Menopause: ProspectiveEvaluation
of a Health Education Intervention for Mid-Aged Women,Jurnal of The
Climacteric&Postmenopause. Maturitas 29(1998) 215-224.
Irmawati. 2003. Tinjauan Psikologis Masalah Menopause dan Andropause.Seminar
Ilmiah Populer Regional Dental Meeting and Exhibition.
FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
Lucie, S., 2005.Tehnik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.Bogor:Ghalia
Indonesia
Manurung, I.F.E., 2004. Pendidikan Kesehatan Oleh Peer Educator SebagaiUpaya
Pencegahan Bahaya Merokok Pada Peer Group. Tesis. PascaSarjana.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mintarsih, W., 2007.Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet dan PosterDalam
Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
KesehatanReproduksi Di Kabupaten Tasikmalaya.Tesis(tidak
dipublikasikan). PascaSarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Musharyanti, L., 2004. Tingkat Pengetahuan tentang Menopause serta Tandadan
Gejala Menopause yang Dialami Ibu-ibu di Kelurahan
KarangwaruKecamatan Tegalrejo Jogjakarta.Skripsi. Fakultas
KedokteranUniversitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Napitupulu, M. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Teman Sebaya(Peer
Education) Terhadap Perilaku Remaja Dalam MenanggapiPerubahan
Sistem Reproduksi. Skripsi, UGM, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: RinekaCipta.
Nugroho, W. 2008.Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Pandiangan, T. 2005. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi MelaluiMetode
Ceramah, Media Audio Visual, Ceramah Plus Audio visual
PadaPengetahuan dan Sikap Remaja SLTP Di Tapanuli Utara. Tesis,
UGM,Yogyakarta.
PERMI.2007. Manfaat Fitoestrogen Bagi Wanita Menopause.SimposiumNasional
Perkumpulan Menopause Indonesia, Jakarta.
Prayitno H., Amti E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka
Cipta.
Sedo, C.V., 2010. Pengaruh Penyuluhan Tentang Obesitas Menggunakan
MediaAudio Visual dan Diary Edukatif Terhadap Pengetahuan, Sikap,
DanPerubahan Berat Badan (IMT) Remaja Obes Di Kota
Yogyakarta.Skripsi.Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta.
Seok Hong, J., Yi, S.W., Chung Kang, H., Jee, S.H., Kang, H.G.,Bayasgalan,G.,et.,al.
2007. Age at menopause and cause-specificmortality in South Korean
women: Kangwha Cohort Study, The Europeanmenopause journal.
Maturitas 56 (2007) 411–419.
Shier, D., Jackie, B., Lewis, R. 2009. Hole’s Essentials of Human Anatomy
&Physiology. Mc. Graw-Hill International Edition.
Sudarman, Y., 2002. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
PeningkatanPengetahuan, Sikap dan Perilaku Keluarga Dalam Perawatan
Usia LanjutDi Rumah (Home Care) Di Sleman Yogyakarta. Skripsi,
UGM,Yogyakarta.
Sulastri, S., 2002.Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Klimakterium diPuskesmas
Mergangsan Yogyakarta 2002. Karya Tulis Ilmiah. D IV BidanPendidik
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Triana, W. 2002.Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah denganModul,
dibandingkan Metode Ceramah Tanpa Modul untuk
MeningkatkanPengetahuan dan Sikap Wanita dalam menghadapi
Menopause di KotaYogyakarta, Tesis, UGM, Yogyakarta.
Trisnawati, R., 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode
ProblemBased Learning Terhadap Perilaku Remaja Menghadapi
PerubahanSistem Reproduksi. Skripsi, UGM, Yogyakarta.
Utami, M.P.S., 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode
CeramahTerhadap Perubahan Perilaku Remaja Dalam Menanggapi
PerubahanSistem Reproduksi. Skripsi, UGM, Yogyakarta.
Widjana, D.P.,2000, Pendidikan Kesehatan dengan Ceramah, Buku Modul
danKombinasi (Ceramah dan Buku Modul) Meningkatkan
PengetahuanKepala rUmah Tangga Tentang Taenosis dan Sistiserkosis,
MajalahKedokteran Udayana, Vol 31, No.109,Juli,163-167.