Upload
riza-ramadhani-elf
View
333
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah ini memaparkan tentang tafsir ayat ekonomi tentang menabung
Citation preview
TAFSIR AYAT EKONOMI
“ MENABUNG “
DISUSUN OLEH :
SITI ANISAH RAHMADINAH
NIM: 26103050
EPS IIA
FAKULTAS SYARIAH
IAIN SUMATERA UTARA
2011A. PENDAHULUAN
1
Menabung merupakan bagian dari mempersiapkan perencanaan masa yang
akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Secara
teknis, cara menabung yaitu menyisihkan harta yang dimiliki saat ini untuk
memenuhi kebutuhan masa depan. Para pakar keuangan sering kali mengatakan
bahwa cara terbijak untuk menabung yaitu mengambil di muka sebesar 10%-20%
dari pendapatan.1 Dalam hal ini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa uang
yang ditabung bukanlah sisa dari konsumsi melainkan penyisihan pendapatan
secara khusus guna memenuhi kebutuhan dimasa akan datang serta dalam kondisi
keperluan mendesak atau dalam taksasi dana masuk dalam kebutuhan yang
disebut biaya tak terduga.
Kebanyakan orang pasti sudah mengetahui bahwa menabung sangat di
anjurkan bahkan oleh orang tua kita dulu. Banyak cara yang dilakukan untuk
menabung antara lain di tiang bambu rumah, di lemari, di celengan, di bank dan
lain lain.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mempersiapkan hari esok,
sebagaimana yang tercantum di dalam surat Al- Hasyr ayat 18 yang berbunyi:
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
Secara kontekstual ayat ini menyatakan bahwa hari esok adalah hari
akhirat, namun bila kita mengambil maknanya secara ilmu finansial maka ayat ini
1 Suwiknyo, Dwi. Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam. h.176
2
menganjurkan kita untuk juga mempersiapkan segala sesuatu untuk hari esok
termasuk dana.
Adakah kita sudah berfikir bagaimana kita menyiapkan dana untuk
membangun rumah, menyiapkan dana pendidikan untuk anak anak kita,
menyiapkan dana untuk pergi haji, atau mungkin menyiapkan dana untuk keadaan
darurat andaikata kita di timpa musibah sakit atau bahkan kita kena PHK? Atau
perusahaan tempat kita bekerja bangkrut?
Ya. Setiap orang pastilah tidak menginginkan adanya musibah. Namun
ketika Allah SWT sudah berkehendak, kita sebagai manusia tidak lagi dapat
mengelak. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk mempersiapkan diri kita
untuk menghadapi. Salah satu cara untuk menghadapi kehidupan di hari esok
adalah dengan menabung. Jadi tidak ada kata lain untuk tidak menabung. Mari
kita mulai menabung di hari ini, jangan tunda tunda lagi.
Kenyataan lain mengenai pentingnya menabung adalah ketika tahun ajaran
baru masuk sekolah. Kala itu, pegadaian ramai dikunjungi. Alasan mayoritas dari
mereka adalah kebutuhan membeli seragam, yaitu dengan menggadaikan barang
untuk memenuhi kebutuhan keuangan terkait dengan besarnya biaya pendaftaran
ataupun daftar ulang anak mereka. Besarnya dana kebutuhan mereka beragam
mulai dari satu juta hingga puluhan juta. Fenomena memasuki tahun ajaran baru
ini juga terjadi pada saat menjelang hari raya. Dalam kondisi semacam ini,
pegadaian adalah pilihan bagi mereka yang mempunyai barang untuk digadaikan.
Bagi yang tidak mempunyai barang untuk digadaikan tentu semakin kesulitan
dengan harus mencari pinjaman ke sana ke mari. Lebih parah lagi adalah orang-
orang yang tidak punya barang dan juga tidak mempunyai tempat untuk
meminjam uang. Sekan-akan hidup mereka “maju-mundur kena”; serba sulit dan
seakan-akan kehidupan ini serba pahit.
Bermacam-macam penyebab mengapa orang kurang atau bahkan tidak
siap untuk mengeluarkan dana untuk pendaftaran atau daftar ulang anak mereka.
Ada yang benar-benar orang fakir sehingga tidak banyak uang yang dapat mereka
sisihkan untuk kebutuhan pendaftaran atau mendaftarkan ulang anak mereka
sekolah, ada juga orang yang tidak siap mengeluarkan dana karena kesalahan
pengelolaan keuangan keluarga mereka, sehingga mereka terperosok pada
ketidaksiapan dana sekolah anak-anak mereka. Kesalahan pengelolaan keuangan
keluarga sehingga mengakibatkan ketidaksiapan menghadapi pengeluaran
3
keuangan yang bukan kebutuhan sehari-hari ini sebenarnya dapat dihindari sejak
dini dengan menabung. Menabung adalah sebuah konsep sederhana yang
membutuhkan kedisiplinan untuk menyisihkan sebagian penghasilan bagi
kebutuhan masa depan; perkawinan, kelahiran anak, sekolah anak, membangun
rumah, membangun usaha, membeli kendaraan, berlibur, membayar zakat,
menunaikan haji dan sebagainya. Seseorang yang disiplin menabung berarti
mempunyai perencanaan keuangan bagi masa depan. Perencanaan keuangan
berarti ada harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kehidupan. Seseorang
dengan harapan dalam kehidupan adalah bagaikan rencana strategis dalam
mencapai tujuan. Seseorang yang mempunyai tujuan berarti ia hidup dengan
sesungguhnya. Hari demi hari dilalui dengan target dan membuat kehidupan lebih
bermakna dan sesungguhnya hidup penuh makna akan membuat seseorang lebih
percaya diri dan percaya diri adalah pondasi dari kesuksesan.
B. Konsep Tabungan Dalam Islam
Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekuensi atau respon
dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam yang menyebutkan bahwa
manusia haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah serta mereka (diri
sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi
dapat dikatakan bahwa motifasi utama orang menabung disini adalah nilai moral
hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir.
Dalam bahasan tabungan pada ilmu ekonomi konvensional, dijelaskan
bahwa tabungan merupakan selisih dari pendapatan dan konsumsi. Tanpa
dijelaskan secara detil apa yang menjadi motifasi dari tabungan tersebut. Dalam
teori konvensional ini, relatif terlihat bahwa tabungan merupakan sebuah
konsekuensi dari pendapatan yang tidak digunakan. Sehingga fungsi tambahan
menabung atau kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity to Save;
MPS) menjadi MPS = 1 – MPC, dimana MPC merupakan kecenderungan
mengkonsumsi marjinal (Marginal Propensity to Consume) dari seorang individu.
Penjelasan kecenderungan tabungan ini juga disinggung dalam bahasan
teori permintaan uang (Money Demand). Kita ketahui bahwa dalam wacana
konvensional permintaan uang memiliki tiga motif utama, yaitu motif transaksi
4
(transaction), motif berjaga-jaga (precautionary) dan motif spekulasi
(speculation). Dalam Islam motif spekulasi tidak diakui, karena aktivitas ekonomi
berupa spekulasi (maysir) dilarang secara syariah. Sehingga motif yang ada untuk
memegang uang hanyalah motif untuk transaksi dan berjaga-jaga atau dengan kata
lain motif untuk konsumsi (memenuhi kebutuhan) dan menabung.
Tingkat tabungan dari seorang individu dalam teori Islam juga tidak
terlepas dari pertimbangan kemashlahatan ummat secara keseluruhan. Pada
kondisi tertentu dimana masyarakat begitu membutuhkan harta atau dana, maka
individu yang memiliki dana lebih, akan mengurangi tingkat tabungannya atau
lebih tepatnya mengurangi tingkat kekayaannya untuk membantu masyarakat
yang kekurangan. Mekanisme ini dapat berupa mekanisme sukarela atau
mekanisme yang mengikat, artinya negara memiliki wewenang dalam “memaksa”
individu yang berkecukupan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,
dengan mengenakan pajak khusus atau dikenal dengan nawaib pada masyarakat
golongan kaya. Dengan demikian tingkat tabungan dalam Islam memiliki korelasi
yang kuat dengan kondisi ekonomi.
Bagaimana hubungan tingkat tabungan ini dengan tingkat investasi dalam
sebuah perekonomian Islam? Tabungan dalam ekonomi Islam tidak begitu kuat
dihubungkan dengan investasi. Karena ketika tabungan dimotifasi oleh alasan
berjaga-jaga, hidup hemat dan sederhana, maka tidak relevan akumulasi tabungan
ini kemudian digunakan untuk investasi yang mekanismenya dalam Islam
menggunakan skema bagi-hasil yang memiliki risiko rugi. Risiko yang dimiliki
investasi bagi hasil tidak begitu sinkron dengan alasan para pemilik uang untuk
menahan uangnya berupa tabungan. Meskipun hubungan itu akhirnya terjadi
akibat mekanisme perbankan syariah saat ini yang menggunakan benchmark
konvensional, dimana pos tabungan berjaga-jaga masyarakat dapat digunakan oleh
bank pada sisi pembiayaannya, konsekuensinya pada sisi pendanaan bank syariah
memberikan bonus kepada para nasabah tabungan yang bermotif berjaga-jaga
tersebut. Selain itu, berdasarkan motif dan realita masyarakat Islam seperti yang
telah dijelaskan dalam pembahasan konsumsi dan permintaan, bahwa masyarakat
Islam terdiri atas masyarakat muzakki, mid-income dan mustahik, dapat
disimpulkan bahwa mereka yang aktif dalam menabung adalah mereka yang
masuk dalam golongan muzakki dan mid-income. Dan akumulasi tabungan secara
teori akan relatif kecil jika dibandingkan akumulasi investasi, yang berarti juga
5
peran tabungan dalam perekonomian akan relatif kecil. Dengan demikian
tabungan tergantung pada besarnya pendapatan yang porsinya ditentukan oleh
kebutuhan berjaga-jaganya. Dan ini perlu dirumuskan lebih spesifik untuk dapat
mengkalkulasikan posisi dan peran tabungan dalam perekonomian.
Sementara itu apa yang diyakini dalam konvensional bahwa tabungan atau
excess income yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang akan menjadi
”potensi investasi” dapat saja dibenarkan dalam Islam, sepanjang memang
kebutuhan mereka pada konsumsi pokok dan motif berjaga-jaga telah terpenuhi.
Walaupun begitu menyebutkan kelebihan tersebut sebagai tabungan juga mungkin
kurang tepat, karena memang ada intensif dari si pemilik untuk menggunakan
kelebihan tersebut sebagai modal untuk men-generate keuntungan selanjutnya
(investasi). Sehingga tabungan jenis ini merupakan potensi investasi yang harus
menjadi perhatian para regulator dalam rangka membuat sebuah kebijakan, baik di
sektor riil maupun di sektor moneter. Secara sederhana para regulator harus
memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi atau produk keuangan syariah yang
mampu menyerap ”potensi investasi”, sehingga waktu memegang uang oleh setiap
pemilik dana akan ditekan seminimal mungkin. Dengan kata lain, penyediaan
regulasi berupa peluang usaha atau produk-produk keuangan syariah akan
semakin meningkatkan velocity dalam perekonomian. Dengan demikian perhatian
regulasi moneter tidak tertuju pada konsep money supply seperti yang dianut
konvensional, tapi lebih pada velocity perekonomian.
“Selama Anda tidak memiliki angsa bertelur emas atau mesin pembuat
uang (money machine) maka Anda sendiri yang harus menjadi money machine.
Berapa pun penghasilan Anda tidak menjamin bahwa Anda akan hidup nyaman di
masa depan. Karena, bukan uang yang Anda hasilkan yang akan menyelamatkan
Anda akan tetapi uang yang Anda sisihkan atau simpan yang berperan.” ~ Syafir
Senduk (Pakar Ekonomi dan Keuangan) ~
C. TEKS AYAT DAN TERJEMAH
6
Artinya:
Yusuf berkata, “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;
maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk
kamu makan.”
Artinya:
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan
apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan.
D. ARTI KOSAKATA
7
Berturut-turut = ا� �ًب َد�َأ
Maka tinggalkanlah dan biarkanlah = وُه� َف�َذ�ُر�
Sedikit = �ياًل� َق�ِل
Kamu makan = وَن�� �ِل ُك �أ َت
Tahun-tahun kekeringan (panceklik) dan sangat sulit = َد�اَد� ِش�
Kalian menjaga dan menyimpan untuk dijadikan benih = وَن�� �ْح�ِص�ُن َت
Mereka memakan = َن�� �ِل �أُك َي
Apa yang kamu sediakan = ��ْم َق�َد$ْم�ُت ْم�ا
E. Hadist
8
Rasulullah saw sudah mengajari kita untuk menabung sejak belasan ribu
tahun yang lalu. Simak perkataan beliau yang bijaksana berikut ini:
“Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik,
membelanjakan uang secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk
menjaga saat dia miskin dan membutuhkannya.” [HR Muslim & Ahmad]
Menyisihkan kelebihan atau menabung, dalam hadits ini dijelaskan
maksudnya yaitu untuk berjaga-jaga pada saat miskin dan membutuhkan.
Memang sudah menjadi hukum alam bahwa roda perekonomian terus berputar
seperti roda pedati. Terkadang kita berada di atas, namun roda yang terus berputar
bisa menempatkan kita pada posisi yang paling bawah.
Bila ditinjau lebih cermat lagi, ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari
hadits ini. Yaitu rumus menabung ala Rasulullah saw, dimana dijelaskan bahwa
orang yang mendapatkan rahmat Allah bisa menyisihkan kelebihan, yaitu orang
yang berusaha dengan usaha yang baik dan membelanjakan uang secara
sederhana. Ada dua syarat untuk bisa menabung, yaitu sumber penghasilan dari
usaha yang baik dan pengeluaran yang sederhana.
Pengertian sederhana mungkin sulit untuk ditentukan batasan rupiahnya.
Katakanlah A memiliki penghasilan Rp 10 juta per bulan dan pengeluarannya Rp
8 juta, sedangkan B berpenghasilan Rp 3 juta dan semua penghasilannya
dihabiskan bulan itu juga. Mana yang lebih sederhana, A atau B? Lalu bagaimana
dengan seorang komlomerat yang penghasilannya terus mengalir bukan cuma
dalam hitungan bulan namun dalam hitungan hari? Apakah ia dikatakan sederhana
atau mewah jika menggunakan mobil Jaguar yang tak sampai 1% dari total
asetnya? Sulit memang untuk menilai kesederhanaan, namun dalam hal ini, pada
umumnya ada dua batasan yang biasanya digunakan masyarakat dalam menilai
seseorang itu hidup sederhana atau mewah;
9
Batasan pertama yaitu kemampuannya sendiri. Seseorang dikatakan hidup
sederhana jika ia bisa hidup dalam batasan kemampuannya sendiri. Sebaliknya,
seseorang akan dikatakan hidup mewah jika ia memaksakan diri dengan gaya
hidup di luar batas kemampuannya.
Batasan kedua yang bisa kita katakan sebagai hidup sederhana adalah
lingkungan. Walaupun seseorang mampu untuk membeli mobil merk apa saja
berapapun yang ia mau, namun jika hal itu menimbulkan kesenjangan terhadap
lingkungannya, maka bisa dikatakan itu bukanlah hidup sederhana.
F. MAKNA IJMALI (GLOBAL)
Dari metode menabung, ada satu kepastian bahwa anjuran menabung ini sudah
ada pada zaman nabi Yusuf as. Tertulis di dalam Al-Quran surat Yusuf;
Ayat 43 : Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya):
“Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk
dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum)
yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.” Hai orang-orang yang
terkemuka: “Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat
mena’birkan mimpi.”
Ayat 46 : (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru):
“Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh
ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina
yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang
kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”
Ayat 47 : Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.”
Ayat 48 : Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit,
yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit),
kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
Ayat 49 : Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia
diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.
10
Pelajaran yang di dapat dari kisah nabi Yusuf ini sungguh luar biasa.
Kehidupan yang kita lalui tidak selalu indah. Adakala kita bisa bersenang senang,
hidup berkecukupan, namun kadang kala kita mengalami masa sulit, dimana kita
mengalami hal-hal di luar dugaan dan di luar kemampuan finansial kita. Biasanya
pada saat hidup senang kita acapkali lupa untuk menabung. Pada saatnya di timpa
musibah yang membutuhkan dana yang besar, barulah kita menyesal karena tidak
menabung disaat memiliki uang. Penyesalan memang selalu datang kemudian.
Oleh sebab itulah Allah SWT sudah memberikan sebuah pelajaran melalui kisah
nabi Yusuf as. agar umat-Nya tidak mengalami masa-masa sulit seperti yang di
kisahkan. Namun sayang sekali banyak dari kalangan umat Islam yang tidak
mempunyai tabungan. Yang ada di pikiran kebanyakan kita adalah hidup untuk
saat ini, padahal seharusnya umat Islam mempunyai cara pandang yang jauh
melebihi umat lainnya
Dijelaskan juga bahwa Yusuf berkata kepada delegasi raja dan para pembesar
kerajaan, seraya menerangkan kepada mereka apa yang wajib mereka lakukan
untuk menghadapi bahaya yang akan menimpa negara dan penduduknya
sebagaimana ditunjukkan dalam mimpi itu sebelum ta’wil mimpi itu benar-benar
terjadi. Yaitu, agar menanam gandum selama tujuh tahun berturut-turut tanpa
terputus, kemudian hasil panen itu disimpan pada tangkainya dengan cara menjaga
agar tidak terkena ulat sebagai akibat dari kelembaban. Sehingga, nantinya
gandum itu bisa untuk makanan umat manusia atau ternak pada saat yang
diperlukan. Sedikit sajalah yang kalian ambil untuk kalian makan pada setiap
tahun dengan cara hemat, sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan secukupnya
saja untuk menghilangkan lapar. Dan tujuh tahun inilah penta’wilan mimpi dari
tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk. Adapun tangkai-tangkai yang hijau, pada
hakikatnya setiap tangkai adalah merupakan ta’wil dari penanaman satu tahun.2
2 Ahmad Musthtafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988. h.290
11
G.MAKNA RINCI
1. Di dalam Tafsir Al-Azhar oleh Prof. Dr. Hamka, mengatakan bahwa
“Kamu akan berladang tujuh tahun dengan kerja keras”. Tujuh tahun
lamanya tanahmu akan subur, hujanpun cukup, atau banjir sungai Nil akan
melimpah. Tetapi sungguhpun demikian, kesuburan tanah itu pun hanya
akan dapat memberi hasil yang berlimpah-limpah apabila dikerjakan
dengan َدَأًبا ; kerja keras membanting tulang. “Maka apa yang kamu
ketam, hendaklah kamu tinggalkan pada tangkainya, kecuali sedikit dari
yang kamu makan”.3
2. Menurut Tafsir Jalalain oleh Imam Jalaludin Al-Mahalliy dan Imam
Jalaluddin As-Suyuthi, bahwa hal ini mengatakan ta’bir daripada tujuh
ekor sapi betina yang gemuk-gemuk.4
3. Di dalam Tafsir Rahmat, dikatakan bahwa maksud dari ayat tersebut
adalah mimpi Al-Aziz tidak dapat dita’birkan oleh pembesar-
pembesarnya. Sahabat Yusuf semasa ia dalam penjara memberitahu bahwa
Yusuf sanggup menerangkan ta’bir mimpi tersebut. Melalui kemampuan
Yusuf menta’bir mimpi, maka seluruh kerajaan menjadi mawas dan
bersiaga untuk menghadapi sesuatu yang akan terjadi (dalam hal ini musim
yang berubah-ubah).5
4. Di dalam________________, dikatakan bahwa yang dimaksud Yusuf
yaitu kamu bertanam tujuh tahun lamanya seperti biasa, maka apa yang
sudah kamu panen biarkan saja tetap ditangkainya, kecuali sedikit untuk
dimakan. Tujuan membiarkan hasilnya tetap ditangkainya dan sedikit
untuk dimakan yaitu untuk cadangan makanan ketika datang masa sulit
selama tujuh tahun.
5. Menurut Tafsir Qur’an Karim, Yusuf menerangkan takwil mimpi itu, yaitu
hendaklah kamu menanam gandum tujuh tahun berturut-turut, pendapatan
hasilnya hendaklah kamu simpan pada tangkainya kecuali sedikit untuk
kamu makan sekedar menutupi kelaparan.
3 Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 2002. h. 2414 Imam Jalaluddin Al-Mahalliy dan As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. 1995. h. 9645 H. Oemar Bakry. Tafsir Rahmat. Jakarta: Mutiata. 1981. h. 457
12
6. Menurut Tafsir Al-Mishbah, mengatakan bahwa Nabi Yusuf as.
memahami bahwa tujuh ekor sapi sebagai tujuh tahun masa pertanian,
dengan alasan bahwa sapi digunakan untuk membajak maka kegemukan
sapi adalah lambang kesuburan. Sedangkan sapi kurus adalah masa sulit di
bidang pertanian, yakni panceklik. Bulir-bulir gandum lambang pangan
yang tersedia. Setiap bulir sama dengan setahun. Demikian juga
sebaliknya.6
7. Dalam Tafsir Al-Maraghi, Nabi Yusuf as. berkata kepada delegasi raja
seraya menerangkan apa yang wajib mereka lakukan untuk menghadapi
bahaya yang akan menimpa Negara dan penduduknya. Yaitu agar
menanam kemudian menyisakan/mengumpulkan sebagian hasil panen
untuk persiapan dikala musim panceklik suatu saat tiba. 7
H.PESAN HUKUM AYAT EKONOMI
6 M. Quraish Syihab. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2009. h.1127 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988. h. 290-191
13
Dalam ilmu ekonomi, menabung (saving) adalah suatu tindakan yang
harus kita lakukan guna untuk mengantisipasi kondisi darurat ataupun berguna
untuk kebutuhan di masa mendatang. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan
syariat Islam yang mana menabung, menyisihkan harta dan berhemat adalah
hal yang perlu kita lakukan yang merupakan suatu tindakan yang juga
mensyukuri nikmat Allah swt. Lewat ayat ini, yang diperkuat dengan hadist
yang terlampir, jelas terlihat bahwasanya menabung adalah sesuatu yang
diharuskan. Hal ini disebabkan manfaat dari menabung yang sangat kita
butuhkan untuk pegangan masa depan.
I. PESAN AYAT DAN KONTEKSTUALITASNYA
DENGAN PERSOALAN EKONOMI
Menabung (saving) dan kontektualitasnya terhadap persoalan ekonomi
yaitu dengan menabung, kita dapat mempersiapkan diri untuk masa akan
datang. Menabung juga akan membantu kita untuk memiliki modal (capital)
ketika kita ingin melakukan suatu usaha sehingga kegiatan ekonomi
berlangsung secara produktif. Menabung bisa digerakkan untuk perputaran
modal demi kesejaheraan kehidupan kita.
J. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Perilaku menabung merupakan bagian dari ajaran yang dibenarkan oleh
ekonomi Islam berdasarkan QS. Yusuf: 47-48 tersebut. Meskipun penjelasan
ayat tersebut bersifat makro yaitu agregat skala negara, namun tidak menutup
kemungkinan untuk diterapkan pada bidang garapan mikro yaitu secara
individu atau rumah tangga. Dan hal ini tampaknya patut kita pikirkan secara
baik dan galakkan mulai dari saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
14
Al-Mahalliy, Imam Jalaluddin dan As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. 1995.
Al-Maraghi, Ahmad Musthtafa. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988.
Bakry, H. Oemar. Tafsir Rahmat. Jakarta: Mutiata. 1981.
Hamka, Prof. Dr. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 2002.
Huda, Nurul et al. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Kencana. 2008.
Sukirno, Sadono. Ekonomi Makro. Jakarta: Rajawali Pers. 1994.
Suwiknyo, Dwi. Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2010.
Syihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2009
____________. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan. 1997.
Yunus, Prof. Dr. H. Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta: PT Hidakarya Agung.
1993.
PERBEDAAN MENABUNG DAN BERINVESTASI
15
Banyak di antara kita, yang menyadari pentingnya menabung. Tapi, tidakbanyakyang mengetahui tujuan menabung. Bahkan, parahnya lagi, masih ada yang belum bisa
membedakan pengertian menabung dengan berinvestasi.
Hal mendasar yang membedakan menabung dengan berinvestasi adalah adanya ketidakjelasan dalam hal :
* Tujuan atau kebutuhan secara spesifik, misalnya untuk pendidikan anak,
memiliki rumah, atau persiapan pensiun
* Seberapa besar dana yang akan dibutuhkan untuk tujuan dimaksud
* Kapan kebutuhan itu diperlukan dan jangka waktu (berapa lama) untuk
mencapai waktu tersebut
* Pilihan/alternatif investasi yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut
* Strategi mencapai tujuan tersebut.
Berinvestasi adalah suatu proses menabung yang berorientasi pada tujuan
tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.
Apakah Anda pernah memikirkan tentang kebutuhan masa depan Anda
(keluarga) secara finansial? Misalnya, kebutuhan akan proteksi asuransi,
rumah dan mobil, pendidikan anak, ibadah umrah atau haji, perjalanan wisata,
dan kebutuhan masa pensiun? Jika ya, apakah Anda pernah memikirkan jumlah
dana yang dibutuhkan? Juga, kapan Anda membutuhkannya?
Semua kebutuhan Anda di atas akan sangat mungkin tercapai apabila Anda
melakukan perencanaan sejak dini.
Sekarang anda tinggal pilih di antara kedua cara di atas. Yang jelas,
berinvestasi lebih banyak memberikan keuntungan ketimbang menabung
karena dalam berinvestasi ada unsur perencanaan (akan kebutuhan masa
depan). Sedangkan, dalam menabung tidak jelas.
MENGAPA INVESTASI ITU PERLU ?
Seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh kebutuhan akan masa depan. Tapi sayang, banyak di antara kita yang belum memikirkan kebutuhan akan masa depan.
Padahal, kalau saja mereka tahu semakin ke depan, biaya hidup seseorang semakin bertambah.
Apakah Anda termasuk kelompok yang seperti itu? Jika tidak, berarti, Anda tergolong kelompok yang peduli dengan masa depan. Seseorang yang menyadari bahwa
kebutuhan masa depan akan lebih besar, tentu mereka akan menyempatkan diri berhemat dalam mengelola keuangannya. Mereka jelas akan melakukan perencanaan
(investasi) guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Selain kebutuhan akan masa depan, seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal yang tidak terduga dalam hidup ini (keterbatasan
dana, kondisi kesehatan, musibah, kondisi pasar investasi) dan laju inflasi yang tinggi. Itulah tantangan tambahan yang perlu kita hadapi.
Tapi, dengan adanya alternatif instrumen (efek) investasi memungkinkan seseorang bisa memenuhi kebutuhan masa depan, dengan menentukan prioritas kebutuhan,
menetapkan perencanaan yang baik serta implementasi secara disiplin.
INSTRUMEN INVESTASI
Ada beberapa cara untuk investasi, di antarnya melalui:
* Deposito
* Obligasi
* Saham
* Reksadana
Di mana tiap2 Instrumen Investasi tersebut mempunyai "risk" (resiko) dan "return" (hasil investasi) yg berbeda. Konsep "high risk-high return, low risk-low return" berlaku
di sini.
Risk & Return:
* Deposito: resiko rendah, hasil rendah.
* Obligasi: resiko menengah, hasil menengah
* Saham: resiko tinggi, hasil tinggi
* Reksadana:
~~ Reksadana Pasar Uang: risiko rendah, hasil rendah
~~ Reksadana Pendapatan Tetap: resiko sedang, hasil sedang
~~ Reksadana Campuran: resiko sedang/tinggi, hasil sedang/tinggi
~~ Reksadana Saham: resiko tinggi, hasil tinggi
BERINVESTASI SECARA LANGSUNG ?
Ada beberapa persyaratan yang perlu dimiliki seseorang untuk dapat berinvestasi secara langsung, khususnya investasi obligasi dan saham,
antara lain
* Dana yang relatif besar untuk dapat melakukan diversifikasi
* Pengetahuan dan kemampuan menganalisis masing-masing jenis instrumen (efek) investasi, serta menganalisis perusahaan penerbit (emiten)
* Kemampuan menganalisis kondisi makro-ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja masing-masing instrumen
* Memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi, seperti informasi bursa untuk memantau harga-harga instrumen serta berita-berita berkaitan dengan kondisi pasar
investasi
* Menguasai manajemen portofolio investasi untuk mengelola suatu
portofolio investasi yang terdiversifikasi
* Akses terhadap jasa pialang (broker) serta jasa penitipan dan administrasi investasi (bank kustodian).
16