Upload
albert6687
View
6.050
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
TAHAPAN PERTAMA DALAM PROSES PPIC ADALAH MENGENAI DEMAND
MANAGEMENT. SALAH SATU ALAT DIDALAM PENGELOLAAN PERMINTAAN
ADALAH FORECASTING (PERAMALAN)
Peramalan adalah suatu proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang
meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam
rangka memenuhi permintaan barang atau jasa
Dalam dunia bisnis, peramalan merupakan dasar bagi perencanaan kapasitas, anggaran,
perencanaan penjualan, perencanaan produksi dan inventory, perencanaan sumberdaya,
perencanaan pembelian atau pengadaan bahan baku, dan sebagainya
Teknik-teknik Peramalan
1.Regresi Linier Sederhana
Bentuk regresi yang paling sederhana dan sering digunakan meliputi
hubungan linier antara dua variabel. Tujuan regresi linier adalah untuk
memperoleh sebuah persamaan garis lurus yang akan meminimasi jumlah bias
vertikal dari titik-titik yang terobservasi dengan garis lurus yang terbentuk.
Metode yang dipakai untuk mendapatkan persamaan tersebut
disebut least squares, dan persamaan yang terbentuk adalah
y = a + bx
Dimana, y = Variabel tergantung (dependen)
x = Variabel bebas (independen)
b = Slope
a = Konstanta (nilai y pada saat x = 0)
Besarnya koefisien a dan b dihitung berdasarkan persamaan :
atau
Diketahui n : Jumlah data hasil observasi
Keakuratan perkiraan regresi tergantung pada biasan data sampel disekitar
garis, semakin besar luasannya semakin kecil keakuratan perkiraannya.
Besarnya kiaasan dapat dihitung berdasarkan perkiraan satandar kesalahan se,
sebagai berikut :
2. Simple Average
Metode simple average merupakan metode yang sesuai digunakan jika
data yang tersedia tidak mengandung unsur trend dan faktor musiman.
Secara sederhana metode ini menghitung rataan dari data yang tersedia
sejumlah n, mengikuti persamaan berikut :
Fi+1 = Σ Ai / N
Dimana : Fi+1 : Peramalan untuk period eke i + 1
Ai : Nilai actual tahun ke – i
N : Banyaknya data
3. Moving Average
Peramalan dengan teknik moving average melakukan perhitungan
terhadap nilai data yang paling baru sedangkan data yang lama akan
dihapus. Nilai rata-rata dihitung berdasarkan jumlah data, yang angka rata-
rata bergeraknya ditentukan dari harga 1 sampai N data yang dimiliki.
Peramalan dengan teknik moving average dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :
MAn = Σ Ai / n
Dimana : i : Banyak data (1,2,3……N)
n : angka periode rata-rata bergerak
Ai : nilai actual tahun ke – i
4. Weighted Moving Average
Metode ini mirip dengan metode moving average, hanya saja diperlukan
pembobotan untuk data paling baru dari deret berkala. Sebagai contoh data
yang paling baru ditentukan bobotnya sebesar 0.4, data terbaru berikutnya
berbobot 0.3, kemudian berturut-turut 0.2 dan terakhir 0.1. Dan perlu
diingat bahwa jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan 1.00. Dan
bobot terberat diberikan pada data yang terbaru.
5. Centered Moving Average
Perhitungan yang digunakan pada metode ini sama dengan metode moving
average. Hanya saja hasil perhitungannya diletakkan pada pertengahan
periode yang digunakan untuk menghitung nilai rata-ratanya.
6. Eksponential Smoothing
Metode ini menggunakan prinsip yang sama dengan teknik moving
average, hanya saja eksponensial smoothingmemerlukan perhitungan yang
lebih sedikit, tidak memerlukan data histories dalam jangka waktu yang
lama melainkan hanya data terbaru yang dipakai untuk menghitung
peramalannya.
Karakteristik smoothing dikendalikan dengan menggunakan
factor smoothing α , yang bernilai antara 0 sampai dengan 1. Fungsi factor
ini adalah untuk memberikan penekanan yang lebih terhadap data yang
paling baru. Setiap peramalan yang baru berdasarkan pada hasil peramalan
sebelumnya ditambah dengan suatu prosentase perbedaan antara
peramalan dengan nilai aktualnya pada saat tersebut. Dengan demikian :
Ft = Ft-1 + α ( At-1 – Ft-1 )
Dimana : Ft : Peramalan periode ke-t
Ft-1 : Peramalan periode ke t-1
α : Konstanta smoothing
At-1 : Permintaan aktual atau penjualan untuk
periode t-1
7. Winter’s
Metode winter’s merupakan metode peramalan yang sering dipilih untuk
menangani data permintaan yang mengandung baik variasi musiman
maupun unsur trend. Metode ini mengolah tiga asumsi untuk modelnya :
unsur konstan, unsur trend dan unsur musiman.
Ketiga komponen diatas secara kontinyu diperbarui menggunakan
konstanta smoothing yang diterapkan pada data terbaru dan estimasi yang
paling akhir.
Metode winter’s menggunakan model Trend Hold, yang dimulai
dengan estimasi trend yang biasa :
Tt = β ( Ft – Ft-1 ) + ( 1 – β ) Tt-1
Dimana : Tt : estimasi nilai trend pada periode t
β : konstanta smoothing unsur trend
Ft : rata-rata eksponensial pada periode t
8. Single Eksponential Smoothing
Peramalan single eksponensial smoothing dihitung berdasarkan hasil
peramalan ditambah dengan peramalan periode sebelumnya. Jadi,
kesalahan peramalan sebelumnya digunakan untuk mengoreksi peramalan
berikutnya.
Persamaannya adalah :
Ft = αAt + ( 1-α ) F ( t-1 )
9. Eksponential Smoothing With Linear Trend
Persamaannya adalah :
Ft = αAt + ( 1-α ) F ( t-1 ) + T ( t-1 )
Bill of Material (BOM)
Setelah penyusunan Jadwal induk produksi (MPS) dan telah divalidasi melalui RCCP, maka
tahapan selanjutnya didalam PPIC adalah penyusunan Perencanaan kebutuhan material (MRP).
Didalam MRP sendiri dibutuhkan input informasi mengenai struktur produk (Bill of Material).
Tulisan ini akan membahas mengenai BOM.
Bill of Material Merupakan daftar dari semua material, parts, dan subassemblies, serta kuantitas
dari msing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk atau parent
assembly. BOM juga menggambarkan cara komponen-komponen bergabung ke dalam suatu
produk selama proses manufakturing. MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan
banyaknya setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu.
Contoh BOM :
ROUGH CUT CAPACITY PLANNING (RCCP)
RCCP dapat didefinisikan sebagai proses konversi dari Rencana Produksi dan atau MPS ke
dalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan sumber – sumber daya kritis, seperti : tenaga
kerja, mesin dan peralatan, kapasitas gudang, kapabilitas pemasok material dan parts, dan
sumber daya keuangan.RCCP ditampilkan dalam suatu diagram yang dikenal sebagi Load
Profile untuk menggambarkan kapasitas yang dibutuhkan versus kapasitas yang tersedia.Load
Profile didefinisikan sebagai tampilan dari kebutuhan kapasitas di waktu mendatang berdasarkan
pesanan-pesanan yang direncaanakan dan dikeluarkan sepanjang suatu periode waktu tertentu.
Contoh Load Profile :
Validasi pada RCCP dikatakan layak apabila kapasitas yang dibutuhkan semuanya dapat
dipenuhi oleh kapasitas tersedia.
Master Production Schedule (MPS)
Master Production Scheduling menguraikan Rencana Produksi (Agregat Planning) untuk
menunjukan kuantitas produksi akhir yang akan diproduksi untuk setiap periode waktu (biasanya
mingguan) sepanjang horizon perencanaan taktis. Master Scheduling menjadwalkan kuantitas
spesifik dari produksi akhir (disagregasi) dalam periode waktu spesifik.
Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan empat fungsi
utama :
§ Menyediakan input utama kepada sitem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas
(material and capacity requirement planning/MCRP).
§ Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian untuk item-item MPS.
§ Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.
§ Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada pelanggan
Format MPS :
Resources Requirement Planning (RRP)
Resources Req Planning (RRP) merupakan perencanaan kebutuhan sumberdaya produksi dengan
melihat sumberdaya yang dimiliki terhadap sumberdaya yang dibutuhkan hasil dari perencanaan
produksi yang telah dibuat. Atau dengan kata lain, RRP merupakan validasi dari perencanaan
produksi, apakah perencanaan produksi yang teh disusun realistis atau tidak.
Langkah penyusunan RRP :
Tentukan Sumber daya kritis apa yang akan diukur. misal : labor-hours, number of workforce, total production cost, etc.
Hitung Kebutuhan Sumber daya dengan melihat rencana produksi yang telah disusun. Tentukan Bill of Resources yang ada. Bandingkan antara sumberdaya yang dibutuhkan terhadap sumberdaya yang tersedia. Apabila terjadi kekurangan sumberdaya, lakukan partnership meeting untuk menentukan
langkah yang harus diambil perusahaan.
File presentasi bisa didonlod disini :bab004-rrp.pdf
Posted in Uncategorized | No Comments »
PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT
Posted by andresugiyono on April 4, 2007
Oleh : Andre Sugiyono
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses penetapan tingkat
output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh
dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategi
perusahaan
2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat penyesuaian
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.
Untuk lebih jelasnya silahkan didonlod disini :bab003-agregate-planning.pdf
Posted in Uncategorized | 6 Comments »
DEMAND MANAGEMENT(FORECASTING)
Posted by andresugiyono on March 8, 2007
Oleh : Andre Sugiyono
Perencanaan merupakan bagian integral aktivitas pengambilan keputusan. Pada kondisi yang
tidak menentu sulit bagi kita untuk menentukan suatu perencanaan yang efektif. Peramalan
(forecast) dapat membantu para manajer untuk mengurangi ketidakpastian dalam melakukan
perencanaan. Peramalan adalah suatu proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang
dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasaDalam dunia bisnis, peramalan
merupakan dasar bagi perencanaan kapasitas, anggaran, perencanaan penjualan, perencanaan
produksi dan inventory, perencanaan sumberdaya, perencanaan pembelian atau pengadaan bahan
baku, dan sebagainya.
PENGANTAR PPIC
Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia
memproduksi dan mendistribusikan produk. Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap
organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah
produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri. Produksi adalah bidang yang
terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, dimana produksi memiliki suatu
jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Produksi dan
teknologi saling membutuhkan. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya lebih rendah,
meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan
yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Sistem
produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional.
Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah
input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses transformasi
nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi modern selalu melibatkan
komponen struktural dan fungsional. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik
berikut :· Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu
sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen
struktural yang membangun sistem produksi tersebut.· Mempunyai tujuan yang mendasari
keberadaannya, yaitu menghasilkan produk berkualitas yang dapat dijual dengan harga
kompetitif di pasar.· Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input
menjadi output secara efektif dan efisien.
· Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi
pengalokasian sumber-sumber daya.
Sistem Produksi 2 (PRODUCTION AND INVENTORY MANAGEMENT) Diarsipkan di bawah: Kuliah — distians @ 1:24 pm
INTRODUKSI
Perubahan wajah manfacturing secara significant telah terjadi pada TEKNOLOGI manufctur dan MANAJEMEN manufactur
Pada Teknologi manufactur lahir :
- CNC (Computerized Numerical Control)
- FMS (Flexible Manufacturing System)
Pada Manajemen manufactruing lahir MPC (Manufacturing Planning & Control) yang terdiri atas
- MRP (Material Requirement Planning)
- MRP Closed Loop
- MRP II (Manufacturing Resource Planning)
- OPT (Optimized Porduction Technology)
- JIT (Just In Time)
Perubahan tidak saja terjadi pada formulasi, tapi juga pada integrasi horizontal/vertical
Sukses MPC tergantung pada :
1. Good Planning
- Production Planning
- MPS (Master Production Schedule)
- MRP/CRP (Capacity Requirement Planning)
2. Good Execution
- Purchasing
- Shop Floor —– PAC (Production Activity Control)
—– MAC (Manufacturing Activity Control)
Development pada Execution (SFC/Shop Floor Control) perlu penyesuaian dengan adanya :
- MRP - GROUP TECHNOLOGY
- JIT - FMS
- BARCODING - ROBOTIC
- CAD/CAM
SISTEM PRODUKSI
1. DEFINISI PRODUCTION AND INVENTORY MANAGEMENT
Suatu aktivitas yang meliputi design, operation dan control suatu sistem manufactur sampai dengan distribusi produk jadi.
Adalah serangkaian rantai logistik yang meliputi :
- Tingkat retail
- Tingkat warehouse
- Tingkat manufacturing
Logistik
Adalah proses pengadaan bahan baku dimulai pengadaan, distribusi ke proses produksi, distribusi ke gudang sampai distribusi barang jadi ke konsumen.
2. FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PIM
- Kedekatan hubungan dengan orang
- Adanya sistem perencanaan dan pengendalian yang baik
3. RUANG LINGKUP PIM MELIPUTI :
- Supervision
- Production Planning
- Material Planning
- Scheduling
- Purchasing
- Inventory Control
4. KEBIJAKAN PIM DITENTUKAN OLEH :
- Strategi Product Positioning
- Strategi Process Positioning
- Strategi Pemilihan Teknologi
B. STRATEGI PRODUCT POSITIONING
Adalah kebijakan yang dipilih suatu industri dalam pembuatan produk
Ada 4 tipe industri dilihat dari Product Positioning :
- Make to Stock
- Make to Order
- Assemble to Order
- Engineer to Order
Detrerminan dari strategi Product Positioning :
1. Manufacturing Lead Time
2. Interval Waktu Konsumen mau menunggu
3. Tingkat Customization yand Diinginkan Customer
If 1 < 2 ——— Make to Stock
1 > 2 ——– Make to Order
1. MAKE TO STOCK
Adalah tipe industri yang membuat produk akhir untuk disimpan
Kebutuhan konsumen diambil dari persediaan di gudang
Ciri-ciri Make to Stock :
- Standard Item, high volume
- Terus menerus dibuat, lalu disimpan
- Harga wajar
- Pengiriman dapat dilakukan segera
- Customer tidak mau menunggu
- Perlu adanya Safety Stock untuk mengatasi fluktuasi
Contoh : Coca Cola, gula, semen, baut.
2. MAKE TO ORDER
Adalah tipe industri yang membuat produk hanya untuk memenuhi pesanan
Ciri-ciri Make to Order :
- Inputnya bahan baku
- Biasanya untuk supply item dengan banyak jenis
- Harganya cukup mahal
- Lead time ditetapkan oleh konsumen/pesaing
- Perlu keahlian khusus
- Komponen bisa dibeli untuk persediaan
3. ASSEMBLE TO ORDER
Adalah tipe industri yangg membuat produk dengan cara assembling hanya untuk memenuhi pesanan
Ciri-ciri Assemble to Order :
- Inputnya komponen
- Untuk suply item dengan banyak jenis
- Harganya cukup mahal
- Lead time ditetapkan oleg konsumen
4. ENGINEER TO ORDER
Adalah tipe industri yang membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus dimulai dari perancangan produksi sampai pengiriman produk.
Ciri-ciri Engineer to Order :
- Produk sangat spesifik
- Lead time panjnag
- Harganya mahal
Contoh : - Pesawat khusus
- Alat kontrol
C. STRATEGI PROCESS POSITIONING
Adalah strategi yang dipilih suatu industri untuk menentukan jenis proses yang akan digunakan untuk menghasilkan produk.
Type industri ditinjau dari strategi Process Design :
1. Flow Shop : – Continous Flow
- Dedicated Repetitive
- Batch Flow
- Mixed Model Repetitive Flow
2. Job Shop
3. Fixed Site/Project
CONTINOUS FLOW
Untuk produk non-diskrit
Hanya untuk 1 macam produk; biasanya liquid, powder, metal
Contoh : minyak, baja, minuman
Karakteristik :
- Fixed rate : tidak bisa diubah begitu saja
- Fasilitas dirancang untuk untuk 1 macam produk
- Tujuan : minimasi handling
- Perubahan mesin sangat mahal, umur panjang
- Pengadaan bahan baku harus kontinu
- Harga produk bsa murah
- Fixed Cost tinggi, Variable Cost rendah, Break Even Point (BEP) tinggi
REPETITIVE DEDICATED
Untuk part diskrit
Untuk 1 macam produk dengan banyak variasi
Perubahan tidak memerlukan waktu set up
Contoh : – Sepatu merah/biru, dsb
- Kecap asin/manis, dsb
- Baju model pendek/panjang, dsb
Karakteristik seperti pada Continous Flow
BATCH FLOW
Untuk part diskrit/non-diskrit
Untuk produk 1 macam dengan banyak variasi dengan urutan sama
Penggantian produk memerlukan waktu set up
Contoh : - Minuman : Coca Cola/Orange
- ABC : Kecap/Saus
- Obat : Obat Batuk/Antibiotik
Karakteristik :
- Peralatan lebih general
- Kurang efisien
- Harus ada jadual untuk alat
- Peralatan harus di-adjust dahulu sebelum dipakai untuk produk lain
MIXED MODEL
Untuk part diskrit
Satu fasilitas tapi bisa untuk banyak jenis produk
Waktu set up hampir nol
Urutan pengerjaan berbeda
Misal : Model-1 di Work Stasion A – B – C
Model-2 di Work Stasion A – B – C – A – B – C
(Jadi produk model-2 perlu 2 unit out put dari A)
Contoh : baju 2 pita/5 pita
Karakteristik :
- Peralatan termasuk general purpose
- Pekerja lebih fleksibel karena banyak keahlian
- Waktu set up < waktu pembuatan 1 unit
- Kecepatan produksi = kecepatan permintaan dengan mengatur jumlah pekerja
JOB SHOP
Produk diskrit, urutan dan ukuran berbeda
Lay out by process
Set up tinggi sehingga ongkos produksi tinggi
Keahlian pekerja dituntut tinggi
Mesin-mesin termasuk general purpose
Ukuran pesanan kesil (small batch)
Mampu menerima pesanan apapun
Contoh : BENGKEL : membuat prototype, jig, fixture
Karakteristik :
- Fasilitas dirancang untuk membuat N macam produk yang berukuran pesanan kecil
- Planning & Control ditentukan melalui flow line, sequence, priority, time, status, capacity, bottle neck
- Beban tiap Work Station tidak seragam
- WIP (Work in Process) tinggi karena antrian tinggi
- Waktu pembuatan jauh lebih besar dari waktu operasi (karena waktu menunggu tinggi)
FIXED SITE/PROJECT
Untuk proyek dimana sumber daya dibawa ke lokasi
Lay out : fixed/stationary
Punya batas waktu tertentu
Contoh : pembuatan kapal, konstruksi, telpon
Karakteristik :
- Pekerja sangat ahli, independen
- Bekerja atas dasar lembar kerja
- Volume kecil
- Sumber daya harus tersedia
KLASIFIKASI PROCES PRODUKSI
(Dihubungkan dengan product positioning)
PROCESS DESIGN LAY OUT TYPE
STRESSING PRODUCT POSITIONING
FLOW SHOP :
1. Continous
2. Dedicated Repetitive
3. Batch/intermitten
4. Mixed Model
by product
by product
by product
by product
produk
produk
produk
produk
Make to Stock (MTS)
Make to Order (MTO)
MTO/MTS
MTO/MTS/ATO
JOB SHOP by process
proses MTO
FIXED SITE fixed waktu MTO
MANUFACTURING PLANNING & CONTROL (MPC)
Secara spesifik PIM sering disebut MPC
MPC SYSTEM
Kegiatan manufactur yang dimulai dari perencanaan produksi sampai eksekusi
Perkembangan komputer menyebabkan MPC System dilaksanakan secara komputerisasi
Dengan komputer MPC System bisa diperluas
MPC System + Feedback + Capacity Planning = MRP System (MRP Closed Loop)
MRP System + Business Planning + Performance Measurement = MRP II (Manufacturing Resources Planning)
BUSINESS PLANNING
Biasanya dinyatakan dalam dollar
Berisi rencana pendanaan, pembiayaan dan keuangan perusahaan
Sebagai dasar untuk membuat rencana pemasaran
MARKETING PLANNING
Rencana tentang produk yang akan dibuat, penjualan, dan pemasaran
Sebagai dasar untuk membuat Production Planning
PRODUCTION PLANNING
Rencana tentang berapa yang akan dibuat pada tiap periode
Dinyatakan dalam satuan Agregat
Dibuat berdasarkan Marketing Planning
Diturunkan ke MPS
Divalidasi dengan Resource Planning
MASTER PRODUCTION SCHEDULING
Rencana berapa end item yang harus dibuat pada tiap periode selama 1 sampai 5 tahun
End item adalah produk akhir
Merupakan dekomposisi dari Production Planning
Diturunkan menjadi Material Requirement Planning (MRP)
Divalidasi dengan Rough Cut Capacity Planning (RCCP)
RESOURCE PLANNING
Rencana kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi Porduction Plan
Dapat dinyatakan dalam jam-orang atau jam-mesin
Merupakan bahan pertimbangan untuk ekspansi orang, mesin, pabrik dll
Ditetapkan berdasarkan kapasitas tersedia
Jika kapasitas tersedia tidak mencukupi, maka Porduction Plan diubah sehingga secara otomatis Business Plan berubah
ROUGH CUT CAPACITY PLANNING
Rencana untuk menentukan kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi MPS
Hasilnya berupa jenis orang/mesin yang diperlukan untuk tiap work centre pada setiap periode
Merupakan bahan pertimbangan untuk penambahan tool atau sub kontrak
DEMAND MANAGEMENT
Aktivitas memprediksi kebutuhan dimasa datatng dikaitkan dengan kapasitas
Terdiri dari aktivitas Forcasting, distribution requirement planning, order entry, shipment, dan service part requirement.
Sebagai dasar untuk menentukan Marketing, Purchasing, MPS Planning
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING
Menetapkan rencana kebutuhan material untuk melaksanakan MPS
Output MRP adalah Purchasing dan PAC (Production Activity Control)
MRP menghasilkan rencana pembelian meliputi jumlah, due date, release date
Input MRP adalah MPS, Bill of Material dan Inventory Status
Merupakan dasar untuk purshasing dan Production Activity Control (atau Shop Floor Control)
Divalidasi dengan Capacity Requirement Planning
CAPACITY REQUIREMENT PLANNING
Rencana kebutuhan kapasitas yang diperlukan untuk merealisasikan MPS di tiap periode dan tiap mesin
Inputnya MRP dan Routing
CRP lebih teliti dan rinci daripada RCCP karena dari Planned Order
Jika kapasitas tidak tersedia bisa ditambah dengan over time, merubah routing, dll
Jika tidak tercapai, MPS harus diubah
PRODUCTION ACTIVITY CONTROL (PAC)
Sering disebut dengan Shop Floor Control (SFC)
Aktivitas membuat produk setelah barang dibeli
PAC terdiri dari aktivitas menentukan awal-akhir suatu job (operation scheduling) berdasarkan sequence kedatangan job, lalu membebankan job ke work station, expedisikan job yang terlambat dan pelaporan
Hasil laporan akan meruupakan feed back bagi MPS
PURCHASING
Merupakan aktivitas memilih vendor, membuat order pembelian, menjadualkan vendor sampai mengejar vendor
Merupakan dasar PAC
PERFORMANCE MEASUREMENT
Evaluasi sistem MPC untuk melihat seberapa jauh hasil yang diperoleh dengan rencana yang telah ditetapkan
Sebagai bahan evaluasi pencapaian Business Planning
KARAKTERISTIK KEBERHASILAN SYSTEM
Ditentukan oleh adanya :
Hirarki yang terstruktur
Feed back
Komputer
Database tunggal
Integrasi
Mampu memperbaiki respons
Transparan
Ketelitian
TEKNOLOGI BARU MANUFACTURING DAPAT DIKELOMPOKKAN MENJADI 2, YAITU :
1. Otomasi aktivitas proses produksi, seperti penggunaan CAD (Computer Aided Design), CAM (Computer Aided Manufacturing), Robotic, FMS (Flexible Manufacturing System).
2. Komputerisasi Perencanaan dan pengendalian produksi. Perkembangan teknologi ini akan berhubungan dengan CIM.
BILL OF MATERIAL (BOM)
Adalah daftar (list) dari bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau membuat produk akhir
Jaringan yang menggunakan hubungan INDUK – KOMPONEN
Dibutuhkan sebagai input dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas produksi
Ketelitiannya sangat krusial/penting sekali
PENGGUNAAN
1. Engineering
@ Dibuat sebagai bagian dari perancangan proses produksi
@ Digunakan untuk menentukan item-item mana saja yang harus dibeli atau dibuat sendiri
2. PPC
Digabung dengan MPS (Master Production Schedul/Jadual Induk Produksi) digunakan untuk menentukan item-item dalam daftar pembelian dan order produksi yang harus dilepas.
3. Accounting
Digunakan dalam menghitung biaya produksi dan harga jual
PENOMORAN KOMPONEN
Setiap komponen harus memiliki identifikasi unik/khusus yang hanya mengidentifikasikan satu komponen yang disebut PART NUMBER atau ITEM NUMBER.
Penentuan Part Number dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. RANDOM
Nomor yang digunakan hanya sebagai pengenal/identifier dan bukan sebagai penjelas (descriptor) —— tidak menjelaskan ebih jauh mengenai suatu komponen
Contoh : 28997 (angka random) untuk Upper Barrel Clip
2. SIGNIFICANT
Adalah nomor yang dapat juga menjelaskan informasi khusus mengenai item/komponen tertentu, seperti sumber material (source), bahan, bentuk dan deskripsi.
Contoh :
Part Number : 37-1-3-16-432
Jenis Item : 37 = ink cartridge
Tipe/jenis : 1 = screw-in type
Tipe ujung : 3 = fine line
Warna : 16 = blue
Panjang : 423 = 4,5 inches
Harus dirubah jika komponen tersebut karakteristiknya dirubah atau ingin ditambahkan variabel lain.
3. SEMISINIFICANT
Beberapa digit pertama menjelaskan mengenai komponen tersebut, sementara digit berikutnya berupa angka random.
Contoh :
Part Number : 37-7213
Jenis Item : 37 = ink cartridge
Empat Digit : 7213 = angka random
KONSEP INDUK-KOMPONEN
KOMPONEN adalah objek/bagian yang dirakitkan yang secara bersama-sama untuk membuat INDUK (PARENT).
Suatu komponen akan menjadi Induk (Parent) bagi objek yang menjadi pembentuknya
Data penting untuk keakuratan hubungan Induk-Komponen :
1. Part Number Induk (Parent)
2. Part Number Komponen
3. Jumlah/kuantitas komponen yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah Induk (Parent)
4. Scrap Factor
BOM LEVELS
Dimulai dengan Level 0 untuk produk akhir
Komponen pembentuk produk akhir ditempatkan pada Level 1 dan seterusnya sehingga membentuk sebuah hirarki yang disebut STRUKTUR PRODUK.
1. SINGLE LEVEL BOM
Menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponen-komponen pembentuknya
2. MULTI LEVEL BOM
Menggambarkan struktur produk yang lengkap dari level 0 (produk akhir) sampai level paling bawah.
Komponen yang sama dapat digunakan pada level yang berbeda.
EXPLOSION dan IMPLOSION
EXPLOSION
Adalah BOM dengan urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah
Adalah BOM yang menunjukkan komponen-komponen yang membentuk suatu induk dari level paling atas sampai level terbawah
SINGLE LEVEL EXPLOSION sama dengan SINGLE LEVEL BOM
INDENTED BOM EXPLOSION adalah MULTILEVEL BOM yang dilengkapi informasi Level setiap komponen
SUMMERIZED EXPLOSION adalah MULTILEVEL BOM yang dilengkapi jumlah total setiap komponen yang dibutuhkan
IMPLOSION
Adalah BOM yang menunjukkan urutan Komponen-Induk
Untuk mengetahui suatu Part Number menjadi komponen dari induk yang mana saja (kebalikan dari proses Explosion)
Digunakan oleh engineer untuk melihat pengaruh perubahan rancangan komponen terhadap induk-induknya
JENIS-JENIS BILL
1. PHANTOM BILL
Untuk material yang tidak untuk disimpan/hanya lewat saja
Tidak pernah dibuat Planned Ordernya (Order Release dan Order Completion)
Lead Time = 0
Lot Size = Lot for lot
Contoh : menjual Pencil dengan logo yang berbeda
Phantom tanpa stock :
MRP logic akan melewatkan phantom item
MRP logic dari induk langsung ke komponennya
SHOP FLOOR CONTROL
A. PENGANTAR
Adalah aktivitas untuk melaksanakan segala rencana yang dibuat
Merupakan sub sistem dari MPC seperti Rencana Produksi dan MRP
Merupakan akhir dari MPC/MRP system
Dipakai dimana ada proses transformasi
Terasa pentingnya jika beban melebihi kapasitas
Bertujuan untuk mengatur aliran material agar MPS terlaksana dengan mengutamakan efisiensi material, buruh tool, dan waktu mesin
SFC dimulai setelah Order Release
SFC disebut juga :
- Job shop control
- Manufacturing Activity Control
- Production Activity Control
Tipe SFC yang sesuai tergantung dari :
- Process Positioning Strategy
- Operating Environment
- Pengambil keputusan
B. DEFINISI SFC
Adalah aktifitas yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tahap sebelumnya dengan membuat jadual yang lebih rinci (dalam jangka pendek), memonitor dan melapor
Dalam arti luas :
Aktifitas merencanakan (jangka pendek), memonitor, mengendalikan, menekan lead time, antrian, dan penyesuaian
Dalam arti sempit :
Aktifitas memonitor pelaksanaan dan memberi feed back
Dalam arti tindakan :
Aktifitas dispatching dan reporting
C. PRINSIP DALAM MERANCANG SFC
1. Prinsip Design SFC
a. Umum
Universal tapi fleksibel
Dirancang agar manusia merupakan bagian terpenting dari sistem
Tiap orang mempunyai peran
b. External
Sejalan dengan sistem lain, bisa menerima dan memberi informasi/feedback ke MPC
SFC = mesin untuk menjalankan perusahaan
Harus integrated, ada interaksi dengan sistem lain
c. Internal
Ada due date; due date merupakan yang terpenting dalam SFC
Ada lead time
Data valid dan akurat
2. Prinsip Operasional
a. Umum
SFC sangat kompleks
Jika ada masalah dengan material/kapasitas jangan direlease
b. Order Release
Adalah aktifitas utma dalam SFC
Ukuran SFC yang baik adalah yang menghasilkan :
- Order release on time
- Rate konsisten dengan kapasitas
- Tiap order sudah Ok
- Order yang bermasalah ditunda
c. Dispatching
Tidak ada teori yang terbaik, tergantung dari shop load, capacity, layout, kriteria, dan kompleksitas
Dispatching ok jika prinsip order release diikuti
Perlu ada prioritas dalam loading
d. Feedback
Mampu bereaksi terhadap perubahan yang kecil
Hindarkan expediting
Expediting merupakan indikasi adanya :
- order > kapasitas
- material shortage
- operator unskilled
- maintenance kurang memadai
e. Queue Control
Minimasi antrial di setiap work station
Kendalikan flow of order ke line
f. Aktifitas SFC meliputi :
Order release
Dispatching
Sequencing
Scheduling
Reporting
g. Order Release
Merupakan aktivitas yang dilakukan sebelum suatu order dilepas ke shop floor mulai dari dokumentasi sampai produksi
Informasi yang dibutuhkan untuk order release :
- Identifikasi order
- Routing
- Time standar
- Kebutuhan material telah dipenuhi
- Laporan, due date, kondisi material
Pemeriksaan material siap agar bahan yang dibutuhkan tersedia
Evaluasi kapasitas
Load leveling
h. Dispatching
Adalah upaya agar kebutuhan tersedia
Aktivitas utama dispatching adalah order sequencing, schedul maintenance, schedul, down time, dan utilisasi
i. Dispatchlist
Adalah daftar order yang harus dikerjakan disetiap work station dengan urutan tertentu
j. Sequencing
Proses menentukan urutan job yang akan diproses ditiap fasilitas denfgan metode tertentu terhadap sumber daya mesin, tool, material
Aktivitas sequencing : PRIORITY RULE : EDD, SPT, EODD, EOST
k. Scheduling
Penentuan saat dimulai dan berakhirnya suatu order
Feedback merupakan bagian penting dalam SPC
l. Order disposition
Aktivitas mengeluarkan order dari sistem, jika terjadi order habis, dan scrapt