Upload
nguyennhi
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Mata Kuliah: Teori Akuntansi
PENELITIANPENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
DAN AKUNTANSI LINGKUNGAN
TIM PENELITI
I Made Karya Utama, S.E., M.Com., AkDrs. I Ketut Suryanawa, M.Si, Ak
Drs. I Wayan Putra, M.Si
JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANATAHUN 2014
1
PENELITIAN PENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN
Judul Penelitian : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Akuntansi
LingkunganNama Mata Kuliah : Teori Akuntansi
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap: I Made Karya Utama, S.E., M.Com., Ak
b. NIP/NIDN: 19770821 200212 1 003/ 0021087701
c. Pangkat/Gol: Penata / IIIC
d. Jabatan Fungsional: Lektor
e. Jurusan: Akuntansi
f. Alamat Rumah : Jl. Hayam Wuruk No. 85 A Denpasar
g. Telp. Rumah/HP: 082144131551
h. E-mail: [email protected]
Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang
Lama Penelitian: 4 bulan
Jumlah biaya: Rp 5.000.000
Denpasar, 28 Nopember 2014
Ketua Jurusan Ketua Peneliti
(Dr. A.A.G.P.Widanaputra, S.E., M.Si., Ak) (I Made Karya Utama, S.E., M.Com., Ak)
NIP 19650323 199103 1 004 NIP 19770821 200212 1 003
2
MengetahuiDekan
Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE, MSNIP: 19610827 198601 1 001
IDENTITAS PENELITIAN
1. Judul Proposal : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan AkuntansiLingkungan
2. Mata Kuliah : Teori Akuntansi
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap: I Made Karya Utama, S.E., M.Com., Ak
b. NIP/NIDN: 19770821 200212 1 003/ 0021087701
c. Pangkat/Gol: Penata / IIIC
d. Jabatan Fungsional: Lektor
e. Jurusan: Akuntansi
f. Alamat Rumah : Jl. Hayam Wuruk No. 85 A Denpasar
g. Telp. Rumah/HP: 082144131551
h. E-mail: [email protected]
4. Anggota Tim Peneliti
No Nama Bidang Keahlian Jurusan Alokasiwaktu(jam/mg)
1. Drs. I Ketut Suryanawa,M.Si., Ak
Akuntansi Keuangan Akuntansi 4
2. Drs. I Wayan Putra, M.Si Akuntansi Keuangan Akuntansi 4
5. Objek penelitian yang diteliti : Tanggung jawab Sosial Perusahaan danAkuntansi Lingkungan
6. Masa pelaksanaan penelitian: 4 bulan7. Anggaran yang diusulkan: Rp 5.000.0008. Lokasi penelitian: Denpasar9. Hasil yang ditargetkan: pemahaman mendalam bagi mahasiswa tentang
akuntansi pertanggung jawaban sosial dan lingkungan bagi perusahaan.
3
ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai ”Tanggung JawabSosial Perusahaan dan Akuntansi Lingkungan” dalam mata kuliah TeoriAkuntansi, akan dirancang sebuah materi penunjang pembelajaran untuk materimata kuliah tersebut. Materi ini dirancang sebagai pegangan bersama antara dosendan mahasiswa dalam proses belajar mengajar yang efektif. Adanya materipenunjang pembelajaran sebagai pegangan bersama, maka tugas dosen tidak lagimengajar secara konvensional, tetapi lebih mengarahkan, memotivasi danmemperlancar proses belajar mandiri mahasiswa sehingga pertemuan di kelasakan diisi dengan hal-hal yang bersifat konseptual dan menguatkan pemahamanmandiri mahasiswa.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terbagi menjadi tigakategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Akuntansilingkungan juga dapat dianalogikan sebagai suatu kerangka kerja pengukurankuantitatif terhadap kegiatan konservasi lingkungan yang dilakukan olehperusahaan. Pengaturan tentang pelaporan lingkungan diperlukan karena adanyatumbuh pengakuan bahwa bisnis memiliki peranan penting untuk bermain dalamhal lingkungan untuk menjadi lebih berkelanjutan. Pertanggungjawaban sosialperusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Report.
Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Akuntansi Lingkungan,Sustainability Reporting
BAB I PENDAHULUAN
Setelah cukup lama tenggelam sebagai akibat dari krisis ekonomi,
perhatian terhadap Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR)
reporting kembali menguat pada tahun 1990-an. Berbagai riset dilakukan untuk
mencari jawaban mengapa korporasi harus memikul tanggung jawab sosial dan
harus membuat laporan pertanggungjawaban sosial. Isu-isu global terkait dengan
lingkungan semakin santer menjadi topik pemberitaan belakangan ini. Degradasi
4
lingkungan secara besar-besaran, pemanasan global, kemiskinan yang semakin
meluas, social disruption, terorisme adalah contoh-contoh peristiwa yang semakin
sering menghiasi pemberitaan. Mungkin timbul pertanyaan: apa hubungannya
dengan perusahaan atau apa hubungannya dengan akuntansi? Pengaturan tentang
pelaporan lingkungan diperlukan karena adanya tumbuh pengakuan bahwa bisnis
memiliki peranan penting untuk membantu suatu negara menjadi lebih
berkelanjutan. Akibatnya banyak organisasi di negara bersangkutan merespons
dengan mengurangi dampak lingkungan dan risikonya, misalnya dengan
mengurangi penggunaan air dan meminimalkan rumah kaca.
Selain itu berbagai pemangku kepentingan termasuk sektor keuangan
mulai mempertimbangkan kinerja lingkungan perusahaan dalam pembelian dan
keputusan investasi, sehingga dengan demikian mencari informasi yang kuat
terhadap kinerja lingkungan organisasi tersebut. Terlihat juga dalam jumlah
organisasi di seluruh dunia telah menghasilkan laporan yang berisi informasi
kinerja lingkungan terus berkembang, khususnya di antara organisasi yang lebih
besar. Survei menemukan bahwa 45 % atau sebanyak 250 perusahaan besar di
dunia menerbitkan laporan keuangan perusahaan yang terpisah dengan rincian
tentang laporan lingkungan atau kinerja sosialnya yang naik dari hanya 35 % di
tahun 1999. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perhatian yang cukup dan
semakin berkembang atas pengelolaan lingkungan hidup oleh perusahaan-
perusahaan di dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa organisasi yang paling dipentingkan dalam
bidang ekonomi adalah masyarakat yang kontemporer. Perkembangan ekonomi
dan komersial telah memiliki kekuasaan yang lebih besar dari pada pemerintah.
5
Hal ini membuktikan bahwa perusahaan sekarang memegang kekuasaan politik
besar yang berasal dari kekuatan ekonomi mereka. Perusahaan kemudian harus
mengasumsikan beberapa peran yang sebelumnya dikuasai oleh pemerintah yang
dirancang untuk kemajuan dan perlindungan masyarakat.
Bakan (2004) berargumen bahwa untuk regulasi yang efektif lebih banyak
untuk mengendalikan perusahaan. Namun masih banyak juga perusahaan-
perusahaan transnasional yang sulit diatur dan dikontrol sehingga banyak
mengeksploitasi sumber daya dalam pengembangannya dan mengganggu sistem
budaya tradisional. Namun di sisi lain banyak juga perusahaan-perusahaan yang
para eksekutifnya tampaknya sangat peduli dengan keadaan dan keselamatan
dunia. Disinilah seharusnya kepentingan perusahaan dan masyarakat bersinergi
yaitu dengan melihat jangka panjang hidup perusahaan berarti harus melihat
kelangsungan hidup jangka panjang dari lingkungan alam, masyarakat dan dunia.
Generalisasi sangat sulit dilakukan untuk perilaku manajerial dalam
rangka memahami mengapa perusahaan harus lebih mementingkan kepentingan
masyarakat luas dari pada kepentingan individu. Sampai sekarang penelitian
tentang hal ini belum memberikan jawaban atas keterlibatan akuntansi dalam
masalah-masalah lingkungan dan sosial secara filosofi dan moral. Dewasa ini
perusahaan tidak lagi fokus hanya pada laba (profit oriented) melainkan juga pada
tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dikenal sebagai CSR.
Nurlela dan Islahuddin (2008) menyatakan CSR merupakan suatu gagasan
di mana perusahaan tidak lagi dihadapkan pada single bottom line, yaitu nilai
perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja tetapi tanggung
jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Bottom lines lainnya
6
selain finansial adalah sosial dan lingkungan. Keberlanjutan perusahaan hanya
akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan
hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar di berbagai
tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak
memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidupnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan pemahaman mendalam
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan akuntansi lingkungan dalam
bentuk penerapan sustainability reporting, yang sangat dibutuhkan dalam
keberhasilan sustainability development bagi semua pihak.
BAB II KAJIAN TEORETIS
Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya tanggung jawab sosial
dan lingkungan bagi suatu perusahaan yang terbukti dengan telah dikeluarkannya
Undang-Undang (UU) Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007, khususnya pada
pasal 74 yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini semakin diperkuat dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas pada pasal 6
dinyatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat
dalam laporan tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Setelah UU Nomor 40 Tahun 2007 mewajibkan perusahaan perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
7
daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, PP Nomor
47 Tahun 2012 telah mewajibkan perusahaan tersebut untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. PP
Nomor 47 Tahun 2012 ini tidak menghalangi perseroan lainnya berperan serta
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Walaupun klausul mengenai
tanggung jawab sosial dan lingkungan telah dimuat dalam UU tersebut, namun
luas pengungkapan mengenai CSR sendiri belum diatur dan hanya beberapa
perusahaan saja yang wajib mengungkapkan pelaksanaannya.
II.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR tidak hanya berkaitan dengan sumber daya alam. Berdasarkan standar
bank dunia, terdapat beberapa komponen utama dalam aktivitas tanggung jawab
sosial yaitu perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak asasi manusia, interaksi
dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha, pasar,
pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan, kepemimpinan
dan pendidikan, maupun bantuan bencana kemanusiaan. Perusahaan yang
berupaya membangun citra positif perusahaannya akan berusaha melakukan
kesepuluh komponen tersebut sepenuhnya (Ancok, 2005).
Menurut The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD), CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai
komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi
berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilannya,
keluarga, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun
untuk pembangunan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau CSR adalah
8
mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan
perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya
dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum
(Darwin, 2004 dalam Anggraini, 2006). Menurut Solihin (2009) dalam Mulyadi
dan Anwar (2012) CSR didefinisikan sebagai kontribusi bisnis untuk
pengembangan berkelanjutan (sustainability development) sehingga perusahaan
tidak hanya memastikan return kepada shareholders, menggaji karyawan, dan
memproduksi barang dan jasa kepada konsumen, tetapi perusahaan juga harus
memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya.
CSR secara global mulai digunakan pada tahun 1970 dan kemudian
menjadi sebuah isu setelah diterbitkannya buku berjudul Cannibals With Forks:
The Triple Bottom Line in 21st Century Business oleh John Elkington pada tahun
1998. Elkington mengembangkan tiga hal penting yaitu economic growth,
environmental protection, dan society equity yang kemudian berkembang menjadi
Profit, People, dan Planet (3P). Konsep Triple Bottom Line menurut Mulyadi dan
Anwar (2012) menjelaskan mengenai perusahaan yang menginginkan
keberlangsungan usaha yang berkelanjutan harus memperhatikan 3 komponen
tersebut.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan
yang disebut Sustainability Report. Sustainability Reporting menurut Anggraini
(2006) adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,
pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan
berkelanjutan (sustainability development). Sustainability Reporting meliputi
pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja
9
organisasi (ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006). Sustainability report harus
menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan
dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core
business dan sektor industrinya.
Rustiarini (2010) menyatakan bahwa perusahaan akan mengungkapkan
suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan dapat menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai
keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan
dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga
saham sehingga perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang
baik dapat meningkatkan persepsi investor yang tercermin dalam harga sahamnya.
Jensen (2001) menyatakan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan dalam
jangka panjang, manajer dituntut untuk membuat keputusan yang
mempertimbangkan semua stakeholder, di mana manajer akan dinilai kinerjanya
berdasarkan keberhasilannya mencapai tujuan.
Retno dan Priantinah (2012), Hadi (2011) menyatakan CSR merupakan
bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan
kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan.
Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap
lingkungannya, image perusahaan menjadi meningkat. Investor lebih berminat
pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin
baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam
jangka panjang penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan
10
juga meningkat. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan
akan meningkat.
Jadi tanggung jawab sosial perusahaan merupakan sebuah strategi yang
efektif untuk memperkuat citra perusahaan kepada publik, menghindari
peraturan, memperoleh legitimasi dan akses ke pasar dan ke para pengambil
keputusan, dan untuk pergeseran privatisasi ke fungsi publik. Tanggung jawab
sosial perusahaan memungkinkan bisnis untuk berbuat tidak efektif, sukarela,
solusi berbasis pasar untuk krisis sosial dan lingkungan.
II.2 Akuntansi Lingkungan
Isu lingkungan telah menjadi perbincangan masyarakat pada berbagai
lapisan, memengaruhi masyarakat pada tingkatan lokal, nasional, maupun global.
Isu lingkungan selalu mendapat perhatian yang luas di kalangan masyarakat.
Permasalahan lingkungan juga semakin menjadi perhatian serius bagi para
pemangku kepentingan, baik konsumen, investor maupun pemerintah sekarang
ini. Investor asing memiliki kecenderungan mempersoalkan masalah pengadaan
bahan baku dan proses produksi yang terhindar dari munculnya permasalahan
lingkungan, seperti: kerusakan tanah, rusaknya ekosistem, maupun polusi udara
dan air (Hadi, 2011). Pemerintah juga mulai memikirkan kebijakan ekonomi
makronya terkait dengan pengelolaan lingkungan dan konservasi alam.
Permasalahan sosial dan lingkungan merupakan faktor penting yang harus segera
dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan semakin
nyata sekarang ini. Lingkungan dan isu-isu terkait telah banyak didiskusikan dan
diperdebatkan sehingga akuntan dapat memainkan peran dalam isu-isu tentang
lingkungan. Bangkitnya kepentingan dalam tanggung jawab sosial perusahaan
11
terjadi di akhir 1980-an dan 1990-an yang sebagian besar disebabkan oleh
meningkatnya minat atas masalah lingkungan. Pembahasan awal atas pelaporan
sosial meliputi faktor lingkungan sebagai bagian dari pelaporan sosial.
Sangatlah sulit melewati suatu hari tanpa pemberitaan masalah
lingkungan. Isu lingkungan telah menjadi perbincangan masyarakat pada berbagai
lapisan, mempengaruhi masyarakat pada tingkatan lokal, nasional, maupun global.
Sepertinya setiap orang fasih berbicara dan berdiskusi masalah lingkungan. Tidak
ketinggalan, isu ini telah menjadi perhatian para ahli pada berbagai disiplin. Tentu
saja disiplin akuntansi tidak mau ketinggalan. Namun dapatkah akuntan
mengambil peranan dalam isu-isu yang terkait dengan lingkungan, dan apakah
perannya.
Akuntansi lingkungan juga dapat dianalogikan sebagai suatu kerangka
kerja pengukuran kuantitatif terhadap kegiatan konservasi lingkungan yang
dilakukan oleh perusahaan. Lindrianasari (2007) mengungkapkan bahwa aktivitas
yang dapat dilakukan sehubungan dengan konservasi lingkungan adalah: 1)
Konservasi terhadap kondisi yang berpengaruh terhadap kesehatan mahluk hidup
dan lingkungan hidup yang berasal dari polusi udara, polusi air, pencemaran
tanah, kebisingan, getaran, bau busuk dan sebagainya; 2) Konservasi terhadap
kondisi yang berpengaruh secara menyeluruh seperti pemanasan global, penipisan
lapisan ozon, serta pencemaran air laut; dan 3) Konservasi terhadap sumber daya
(termasuk air). Konservasi ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi
penggunaan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan, mengendalikan
sampah dari kegiatan produksi perusahaan, penggunaan material hasil daur ulang,
dan sebagainya.
12
Preston (1977) dalam Anggraini (2006: 9) menyebutkan bahwa perusahaan
yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan lebih
memungkinkan untuk mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan
dibandingkan industri lainnya. Aktivitas yang dilakukan perusahaan kemudian
dikembangkan untuk mencapai citra yang baik di mata para pemangku
kepentingan. Perusahaan seharusnya lebih memperhatikan manusia sebagai
mahluk sosial dan lingkungannya, sehingga kemitraan menjadi hal yang penting
dan merupakan media untuk mewujudkan hal itu. Friedman (1962) dalam
Lindrianasari (2007), mengungkapkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
adalah memecahkan masalah-masalah sosial seperti kemakmuran dan
kenyamanan masyarakat yang berada di lokasi perusahaan, mencegah
diskriminasi ras, penarikan tenaga kerja, kerusakan lingkungan, dan sebagainya.
II.3 Sustainability Reporting
Sustainability Reporting (SR) menurut World Business Council for
Sustainable Development merupakan komitmen berkelanjutan perusahaan untuk
bertindak sesuai dengan etika yang berlaku dengan berkontribusi kepada
masyarakat luas. Darwin (2006), mengungkapkan bahwa pertanggungjawaban
sosial adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasi dan
interaksinya dengan stakeholder’s, yang melebihi tanggungjawab organisasi di
bidang hukum. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam
laporan tahunan maupun laporan terpisah yang disebut Sustainability Report
(laporan keberlanjutan). Media pengungkapan yang banyak dipilih perusahaan
khususnya perusahaan terbuka di Indonesia adalah dengan media laporan tahunan.
13
Elkington (1997) dalam Triple Bottom Line (TBL) nya menyatakan bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terbagi menjadi tiga kategori
yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Perkembangan lain
terkait dengan isu lingkungan adalah diperkenalkannya triple bottom line report.
Laporan ini didesain untuk menunjukkan kinerja perusahaan dari tiga aspek,
yaitu:
1) Traditional economic measures;2) Social activity; dan3) Environmental protection measures.
Apabila diterapkan dengan semestinya, TBL reporting dapat memberikan
informasi bagi pihak lain sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam
menaksir sustainabilitas sebuah organisasi atau masyarakat.
Menurut Darwin (2006) perusahaan yang sukses dalam menjalankan SR
memiliki tiga nilai dasar yang ditanam secara mendalam bagi perusahaan yaitu
memiliki ketangguhan ekonomi, tanggungjawab lingkungan dan akuntabilitas
sosial. Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan
keuangannya, maka kinerja sosial lingkungan perusahaan dapat dilihat melalui
sebuah laporan yang disebut laporan keberlanjutan (Sustainability Reporting).
BAB III METODE PENELITIAN
Materi dalam penunjang pembelajaran ini disajikan dalam beberapa sub
kajian, yaitu: (1) tanggung-jawab sosial perusahaan / CSR, (2) akuntansi
lingkungan, dan (3) laporan CSR / Sustainability Reporting. Melalui metode
deskriptif kualitatif, diharapkan kajian ringkas ini dapat menampilkan benang
14
merah pentingnya perhatian kepada aspek sosial lingkungan, tidak terkecuali oleh
para akuntan.
Perhatian terhadap tanggung jawab sosial korporasi kemudian berfokus
pada Global Reporting Initiatives (GRI 2000), yang menyajikan kinerja sosial
korporasi dalam tiga tema utama, yaitu (1) Economic, (2) Environmental, dan (3)
Social. Perubahan penting yang dilakukan dalam GRI adalah ditetapkannya
rerangka pelaporan yang diberi nama “Sustainability Reporting Guidelines.”
Penggunaan istilah sustainability menunjukkan implikasi yang lebih luas dari
social and environmental accounting.
BAB IV PEMBAHASAN
IV.1 Tanggung-jawab Sosial Perusahaan / CSR
CSR secara global mulai digunakan pada tahun 1970 dan kemudian
menjadi sebuah isu setelah diterbitkannya buku berjudul “Cannibals With Forks:
The Triple Bottom Line in 21st Century Business” oleh John Elkington pada tahun
1998. Elkington mengembangkan tiga hal penting yaitu economic growth,
environmental protection, dan society equity yang kemudian berkembang menjadi
profit, people, dan planet (3P). Konsep Triple Bottom Line menurut Mulyadi dan
Anwar (2012) menjelaskan mengenai perusahaan yang menginginkan
keberlangsungan usaha yang berkelanjutan haruslah memperhatikan 3 komponen
berikut:
1) Profit
Profit merupakan unsur terpenting dan tujuan utama dari setiap kegiatan
usaha. Profit dapat ditingkatkan dengan meningkatkan manajemen
15
perusahaan melalui pengurangan aktivitas yang tidak efisien, menghemat
waktu, dan juga penggunaan bahan baku se-efisien mungkin.
2) People
Dukungan dari masyarakat dalam lingkungan bisnis diperlukan untuk
keberlangsungan hidup perusahaan. Sebagai suatu kesatuan integral
dengan masyarakat, perusahaan perlu memiliki komitmen dalam
memberikan manfaat optimal kepada masyarakat. Hubungan yang
harmonis antara perusahaan dengan masyarakat dan nama baik dalam
masyarakat akan membuat perusahaan menjaga eksistensinya dalam
lingkungan tersebut.
3) Planet
Terdapat hubungan kausal antara perusahaan dengan lingkungan. Jika
perusahaan merawat lingkungan mereka, maka alam akan memberikan
timbal balik bagi perusahaan. Manfaat yang didapat tersebut antara lain
kesehatan, kenyamanan, dan juga ketersediaan bahan baku alami.
Menurut Tija dan Setiawati (2012), Rustiarini (2010) bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi
perusahaan terhadap masyarakat. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab
kemitraan bersama antara perusahaan, pemerintah, lembaga sumber daya
masyarakat, serta komunitas setempat. Kewajiban perusahaan atas CSR diatur
dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi,
16
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat
setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungannya.
Pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan yang merupakan
persepsi investor terhadap perusahaan yang berkaitan dengan harga saham. Hal ini
sejalan dengan paradigm enlightened self-interest yang menyatakan bahwa
stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika
perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat (Hartanti, 2006
dalam Rustiarini, 2010).
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 telah mewajibkan perusahaan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Seluruh
kegiatan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut harus
dilaporkan dan diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini diperkuat
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pada pasal 6
yang menyatakan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat
dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS. PP
tersebut lebih jauh lagi tidak menghalangi perseroan lainnya untuk berperan serta
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Rouf (2011) mengungkapkan bahwa akuntansi sosial adalah modifikasi
dan aplikasi oleh akuntan untuk keahlian atau skils, teknik dan disiplin
konvensional akuntansi untuk analisis dan pemecahan masalah yang bersifat
17
sosial. Estes (1976) mengungkapkan bahwa kinerja sosial suatu perusahaan
terbagi atas:
1) Keterlibatan masyarakat yang berorientasi pada kegiatan sosial yang
cenderung menguntungkan masyarakat umum, termasuk untuk
pendidikan, kesehatan, perumahan dan sejenisnya.
2) Kegiatan internal sumber daya manusia ditujukan pada kesejahteraan
karyawan termasuk remunerasi, pelatihan, keamanan dan kesehatan
kondisi kerja.
3) Sumber daya fisik dan kontribusi lingkungan, misalnya bertanggung
jawab pada kebijakan perlindungan lingkungan hidup.
4) Produk atau jasa kontribusi, misalnya bertanggung jawab pada kualitas
produk.
Perkembangan bisnis telah memungkinkan terlahirnya perusahaan-
perusahaan berskala besar. Perusahaan seperti ini, diberi label
korporasi/corporation, beroperasi pada berbagai bidang usaha dan sebagian besar
telah menjadi perusahaan multinasional. Tanpa ragu kita dapat menyebutnya
sebagai organisasi ekonomi paling penting pada periode ini. Tujuan utama dari
dibentuknya korporasi adalah untuk memfasilitasi aktivitas-aktivitas ekonomi dan
bisnis. Tapi kenyataannya, korporasi telah memiliki kekuatan melebihi kekuatan
pemerintahan suatu negara. Kadangkala kendali tersebut dilakukan oleh korporasi
berskala nasional. Yang lebih sering terjadi adalah kendali tesebut ada ditangan
korporasi multinasional. Jika bisa dijadikan contoh kasus Lapindo, kasus Delco,
Ltd., kasus Freeport mungkin sudah memiliki level kendali seperti itu, demikian
18
pula perusahaan-perusahaan minyak asing yang kukunya sudah menancap dengan
sangat kuat di bumi pertiwi ini. Komentar Carey (1995) perlu diperhatikan:
“The twentieth century has been characterized by threedevelopments of great political importance: the growth ofdemocracy, the growth of corporate power, and the growth ofpropaganda as a means of protecting corporate power againstdemocracy”.
Dengan power yang dimilikinya, korporasi merupakan pihak yang paling
besar pengaruhnya terhadap tatanan lingkungan bumi. Dengan kemampuannya
mengeksploitasi alam, tentu cukup kuat alasan untuk menyatakan bahwa
korporasi bertanggungjawab atas berbagai kerusakan dalam tatatan masyarakat
dan alamnya. Siapakah yang melakukan eksplorasi tambang minyak di lepas
pantai Mexico? Dari adanya fakta tersebut, tentu sangat masuk akal kalau muncul
himbauan atau bahkan tuntutan ke arah korporasi untuk lebih ramah dan lebih
sensitif terhadap alam. Dampak dari pengrusakan alam tersebut pasti akan
membuat penderitaan bagi masyarakat sekitarnya bahkan masyarakat dunia.
Dengan latar belakang seperti itu, korporasi sebagai major exploiter dari sumber-
sumber langka bumi, memiliki kewajiban untuk secara proaktif membangun “a
sustainable future for the world”.
Kalau bersandar pada konsep rasionalitas, maka kewajiban utama
(manajemen) korporasi adalah memaksimalkan profit untuk para penyuplai
modalnya, tanpa harus memperhatikan tanggung-jawab sosial. Karena konsep ini
dapat membawa (bahkan sudah membuat) korporasi menjadi predator lingkungan
yang demikian ganas, maka upaya-upaya pengembangan teori tentang tanggung
jawab sosial korporasi mulai dikembangkan, seperti stakeholder theory atau
19
legitimacy theory. Bakan (2004) tidak menyarankan untuk melarang bentuk bisnis
ini, tetapi menyarankan perlunya perbaikan sistem regulasi:
1) To bring corporations back to democratic control to ensure theyrespect the interest of citizens, communities, and the environment;
2) By making staffing of enforcement agencies more realistic (“moreteeth”);
3) By prohibiting actions that may cause harm to people’s health,safety, and the environment;
4) To improve genuine accountability;5) To protect the role of workers and other associations that can
monitor corporate behavior in respect of the environment,consumer, and human rights.
IV.2 Akuntansi lingkungan
Sangatlah sulit melewati suatu hari tanpa pemberitaan masalah
lingkungan. Isu lingkungan telah menjadi perbincangan masyarakat pada berbagai
lapisan, mempengaruhi masyarakat pada tingkatan lokal, nasional, maupun global.
Sepertinya setiap orang fasih berbicara dan berdiskusi masalah lingkungan. Tidak
ketinggalan, isu ini telah menjadi perhatian para ahli pada berbagai disiplin. Tentu
saja disiplin akuntansi tidak mau ketinggalan. Pertanyaannya adalah “Dapatkah
akuntan mengambil peranan dalam isu-isu yang terkait dengan lingkungan?” Jika
ya, peran apakah itu?
Lingkungan dan isu-isu yang terkait telah banyak didiskusikan dan
diperdebatkan sehingga akuntan dapat memainkan peran dalam isu-isu tentang
lingkungan. Bangkitnya kepentingan dalam tanggung jawab sosial perusahaan
terjadi di akhir 1980-an dan 1990-an yang sebagian besar disebabkan oleh
meningkatnya minat atas masalah lingkungan. Pembahasan awal atas pelaporan
sosial meliputi faktor lingkungan sebagai bagian dari pelaporan sosial.
Penelitian sampai sekarang belum memberikan jawaban kepada mereka
yang berpendapat bahwa keterlibatan akuntan dan akuntansi dalam isu-isu
20
lingkungan dan sosial secara filosofis dan moral yang tidak pantas. Sebagai
contoh, apa nilai harus ditempatkan pada lingkungan tertentu, budaya dan
warisan-item harus pohon di taman-taman dan kebun masyarakat dihargai?
Manusia di belahan bumi barat sekarang hidup dalam zaman konsumerisme-
kapitalisme akhir, karena kadang-kadang disebut segala sesuatu tampaknya akan
diukur dalam hal ekonomi. Akal sehat menunjukkan bahwa ini adalah tidak
pantas, dan ada bukti yang menunjukkan bahwa ini begitu-misalnya, degradasi
massal pada lingkungan hidup, pemanasan global, kemiskinan yang meluas,
gangguan sosial, terorisme. Adalah penting untuk mengatasi masalah ini dan
lainnya untuk menjamin kelangsungan hidup dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa organisasi yang paling dipentingkan dalam
bidang ekonomi adalah masyarakat yang kontemporer. Perkembangan ekonomi
dan komersial telah memiliki kekuasaan yang lebih besar dari pada pemerintah.
Prediksi Berle dan Means telah membuktikan bahwa perusahaan sekarang
memegang kekuasaan politik besar yang berasal dari kekuatan ekonomi mereka.
Perusahaan kemudian harus mengasumsikan beberapa peran yang sebelumnya
dikuasai oleh pemerintah yang dirancang untuk kemajuan dan perlindungan
masyarakat.
Bakan (2004) berargumen bahwa untuk regulasi yang efektif yang lebih
banyak untuk mengendalikan perusahaan. Namun masih banyak juga perusahaan-
perusahaan transnasional yang sulit diatur dan dikontrol sehingga banyak
mengeksploitasi sumber daya dalam pengembangannya dan mengganggu sistem
budaya tradisional.
21
Namun di sisi lain banyak juga perusahaan-perusahaan yang para
eksekutifnya tampaknya sangat peduli dengan keadaan dan keselamatan dunia.
Disinilah seharusnya kepentingan perusahaan dan masyarakat bersatu yaitu
dengan melihat jangka panjang hidup perusahaan berarti harus melihat
kelangsungan hidup jangka panjang dari lingkungan alam, masyarakat dan dunia.
Generalisasi sangat sulit dilakukan untuk prilaku manajerial dalam rangka
memahami mengapa perusahaan harus lebih mementingkan kepentingan
masyarakat luas dari pada kepentingan individu. Sampai sekarang penelitian
tentang hal ini belum memberikan jawaban atas keterlibatan akuntansi dalam
masalah-masalah lingkungan dan sosial secara filosofi dan moral.
Banyak argumen Bakan (2004) yang disajikan tidak bisa dibantah. Salah
satu argumennya, bagaimanapun, adalah untuk regulasi efektif yang lebih besar
untuk mengendalikan perusahaan. Namun di beberapa negara ini tidak praktis
sebagai perusahaan telah lama dikontrol pemerintah mereka. Meskipun kadang-
kadang kontrol ini dilakukan oleh perusahaan nasional, paling sering itu adalah di
tangan perusahaan transnasional, yang dengan sifatnya sulit untuk mengatur atau
mengontrol. Banyak mengeksploitasi sumber daya dalam mengembangkan dan
negara-negara miskin, mengganggu sistem budaya tradisional.
Di sisi lain, ada banyak perusahaan yang para eksekutif tampaknya sangat
peduli dengan keadaan dunia. Eksekutif yang tercerahkan melihat jangka panjang
hidup perusahaan-perusahaan mereka terikat untuk kelangsungan hidup jangka
panjang dari lingkungan-dunia dan masyarakat. Di sini, kepentingan korporasi
dan masyarakat bersatu. Sangat sulit untuk generalisasi tentang perilaku
manajerial dalam rangka memahami mengapa beberapa perusahaan tampaknya
22
bertindak lebih untuk kepentingan masyarakat sementara beberapa sinis mengejar
“kepentingan diri” terlepas dari biaya. Menilai perilaku perusahaan melibatkan
penelitian ke dalam globalisasi, etika, peraturan, politik dan sosiologi, serta
ekonomi. Di masa lalu, akuntan tidak peduli diri mereka sendiri dengan apapun
selain teknis yang terlibat dalam menyediakan pengguna dengan informasi.
Namun, menentukan siapa pengguna yang telah menjadi lebih kompleks, seperti
yang diakui dalam teori yang disebut stakeholder.
Gray et al (2001) melakukan pekerjaan dengan ekstensif untuk mengaitkan
sustainable development (SD) dengan accounting dalam empat bagian:
1) Those who argue that accounting should steer well clear fromissues involving nature, ecology, and sustainability because it canonly lead to damaging beliefs in humanity;
2) Those who reduce nature, ecology, and sustainability to contingentliabilities and impaired assets…that is doing exactly what the firstcamp argues;
3) Those who after non-analytical professionally oriented managerialsolutions which tend to be rather trite;
4) Those who suggests that accountants and accounting may be ableto support the pursuit of SD but that how this could be done isproblematic.
Dalam pandangan Lamberton, keempat kubu tersebut memiliki
problematikanya masing-masing apabila sudah sampai pada aspek pengukuran.
Faktor ini diperkirakan menjadi penyebab belum optimalnya peranan accountants
dan accounting dalam masalah lingkungan. Hal ini diperkuat dengan kenyataan
bahwa regulasi yang mengatur environmental accounting belum memandatkan
bagaimana pelaporan pada ranah ini harus dilakukan. Sementara ini, tempat yang
disediakan bagi pelaporan isu-isu lingkungan masih pada voluntary disclosure.
23
Perkembangan lain terkait dengan isu lingkungan adalah diperkenalkannya
triple bottom line report. Laporan ini didesain untuk menunjukkan kinerja
perusahaan dari tiga aspek, yaitu:
1) Traditional economic measures;2) Social activity; dan3) Environmental protection measures.
Apabila diterapkan dengan semestinya, TBL reporting dapat memberikan
informasi bagi pihak lain sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam
menaksir sustainabiltas sebuah organisasi atau masyarakat. Dalam perspektif TBL
reporting tersirat bahwa:
……..for an organization (or a community) to be sustainable (along-run perspective) it must be financially secure (as evidencedby such measures as profitability); it must minimize (or ideallyeliminate) its negative environmental impacts; and it must act inconformity with social expectations.
IV.3 Laporan CSR / Sustainability Reporting
Keterlibatan akuntan di bidang aktivitas sosial dapat dirunut ke akhir tahun
1960-an sampai awal tahun 1970-an. Akuntan-akuntan yang tertarik pada
masalah-masalah sosial, pada saat itu berharap kemampuan yang dimilikinya
dalam membuat laporan keuangan bisa dipergunakan untuk melaporkan aktivitas
sosial korporasi. Siedler and Siedler (1975) mengajukan definisi berikut:
“……social accounting is the modification and application, byaccountants, of the skills, techniques, and discipline ofconventional (managerial and financial) accounting, to theanalysis and solution of problems of a social nature.”
Karena terminologi social accounting dapat saja membawa makna yang rancu,
karena telah lebih dahulu dipakai sebagai nama untuk national income
accounting, Linowes menyarankan digunakannya istilah socioeconomic
24
accounting. Estes (1976) mengungkapkan bahwa kinerja sosial suatu perusahaan
terbagi atas :
1) Keterlibatan masyarakat yang berorientasi pada kegiatan sosial yang
cenderung menguntungkan masyarakat umum, termasuk untuk
pendidikan, kesehatan, perumahan dan sejenisnya.
2) Kegiatan internal sumber daya manusia ditujukan pada kesejahteraan
karyawan termasuk remunerasi, pelatihan, keamanan dan kesehatan
kondisi kerja.
3) Sumber daya fisik dan kontribusi lingkungan, misalnya bertanggung jawab
pada kebijakan perlindungan lingkungan hidup.
4) Produk atau jasa kontribusi, misalnya bertanggung jawab pada kualitas
produk.
Setelah cukup lama tenggelam, sebagai akibat dari krisis ekonomi,
perhatian terhadap CSR reporting kembali menguat pada tahun 1990-an. Berbagai
riset dilakukan untuk mencari jawaban mengapa korporasi harus memikul
tanggung jawab sosial dan harus membuat laporan pertanggungjawaban sosial.
Dua teori utama yang umumnya dipakai sebagai acuan adalah legitimacy theory
dan stakeholder theory.
Perhatian terhadap tanggung jawab sosial korporasi kemudian berfokus
pada Global Reporting Initiatives (GRI 2000), yang menyajikan kinerja sosial
korporasi dalam tiga tema utama, yaitu (1) Economic, (2) Environmental, dan (3)
Social. Perubahan penting yang dilakukan dalam GRI adalah ditetapkannya
rerangka pelaporan yang diberi nama “Sustainability Repoting Guidelines.”
25
Penggunaan istilah sustainability menunjukkan implikasi yang lebih luas dari
social and environmental accounting.
Menurut Anggraini (2006) Pertanggungjawaban sosial perusahaan
diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting.
Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi,
lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam
konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability
Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial
terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006). Sustainability
report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan
isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya
menuju kepada core business dan sektor industrinya.
Laporan pembangunan yang berkelanjutan didefinisikan sebagai
pembangunan yang memenuhi kebutuhan dunia saat ini tanpa mengkompromikan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Ada
empat pendapat yang menyatakan tentang hal tersebut:
1) orang-orang yang berpendapat bahwa akuntansi harus mengarahkan baik
dari isu-isu involing ekologi dan kelestarian alam karena hanya dapat
menyebabkan merusak kepercayaan dalam kemanusiaan.
2) orang-orang yang mengurangi alam, ekologi dan keberlanjutan untuk
kewajiban kontinjensi dan penurunan nilai aset-yaitu melakukan apa yang
pendapat pertama katakan.
3) mereka yang menawarkan solusi analitis non-manajerial yang berorientasi
profesional yang cenderung agak basi.
26
4) mereka yang menunjukkan bahwa akuntan dan akuntansi yang dapat
mendukung mengejar social development tapi bagaimana ini bisa
dilakukan adalah merupakan suatu masalah (Gray et al, 2001).
Gray juga telah mengidentifikasi tiga metode yang berbeda untuk akuntansi
keberlanjutan yaitu:
1) Biaya Berkelanjutan (sustainable cost)
2) Modal Alam sebagai persediaan akuntansi (natural capital inventory
accounting)
3) Analisis Input-output (input-output analysis).
Pengaturan tentang pelaporan lingkungan diperlukan karena adanya
tumbuh pengakuan bahwa bisnis memiliki peranan penting untuk bermain dalam
hal lingkungan untuk menjadi lebih berkelanjutan. Akibatnya banyak organisasi di
Dunia (seperti Australia) merespons dengan mengurangi dampak lingkungan dan
risikonya, misalnya dengan mengurangi penggunaan air dan meminimalkan gas
emisi rumah kaca. Selain itu berbagai pemangku kepentingan termasuk sektor
keuangan mulai mempertimbangkan kinerja lingkungan perusahaan dalam
pembelian dan keputusan investasi, sehingga dengan demikian mencari informasi
yang kuat terhadap kinerja lingkungan organisasi tersebut. Terlihat juga dalam
jumlah organisasi di seluruh dunia telah menghasilkan laporan yang berisi
informasi kinerja lingkungan terus berkembang, khususnya di antara organisasi
yang lebih besar. Survei menemukan bahwa 45 % atau sebanyak 250 perusahaan
besar di dunia menerbitkan laporan keuangan perusahaan yang terpisah dengan
rincian tentang laporan lingkungan atau kinerja sosialnya yang naik dari hanya 35
27
% di tahun 1999. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perhatian yang cukup dan
semakin berkembang atas pengelolaan lingkungan hidup oleh perusahaan-
perusahaan di dunia.
CONTOH PERUSAHAAN DI INDONESIA (PT ANEKA TAMBANG/PTANTAM) YANG SUDAH MELAKUKAN DAN MELAPORKANPERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (CSR):SEBUAH REVIU
1. Profil Laporan
Seluruh informasi dalam laporan disampaikan berdasarkan prinsip
materialitas, yakni mengutamakan pengungkapan informasi yang dapat
mempengaruhi pemangku kepentingan dan kinerja keberlanjutan Perusahaan.
Materi dalam pelaporan disusun dengan mengedepankan pendekatan pada segala
hal yang berhubungan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, meliputi aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial. Penyusunan materi pelaporan didasarkan
Sustainability Reporting Guidelines (SRG) versi 3.1 (G3.1) dan Mining and Metal
Sector Supplement (MMSS), yang diterbitkan Global Reporting Initiative (GRI).
Laporan ini dilengkapi dengan referensi silang indikator dari GRI SRG, dengan
ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility. Referensi silang dilakukan
dengan mengacu pada dokumen GRI dan ISO 26000 yang berjudul How to Use
GRI Guidelines in Conjuction with ISO 26000, dengan rujukan SRG G3.1 dan
MMSS. Pemakaian acuan ini merupakan wujud komitmen pelaksanaan kegiatan
keberlanjutan perusahaan yang sejalan dengan standar internasional.
2. Profil Perusahaan
28
ANTAM adalah perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan
terintegrasi secara vertikal serta berorientasi pada pasar ekspor. ANTAM
merupakan gabungan dari beberapa perusahaan pertambangan nasional yang
dibentuk menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 1968. Pada
tahun 1997 sebagian saham Perusahaan ditawarkan kepada publik dan
mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga resmi menjadi
perusahaan terbuka bernama PT ANTAM (Persero) Tbk. Tahun 1999, ANTAM
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Australia (ASX) dengan status foreign
exempt entity. Tiga tahun kemudian, status tersebut ditingkatkan menjadi ASX
Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat. Kegiatan ANTAM mencakup
eksplorasi, penambangan, pengolahan serta pemasaran komoditas hasil tambang.
Semua wilayah operasi hanya berada di Indonesia dengan kantor pusat berada di
Jakarta. Untuk mengelola lahan konsesi pertambangan dan cadangan sumber daya
yang dimiliki, Perusahaan didukung unit bisnis pertambangan (UBP) dan Unit
Geomin. Dalam rangka sinergi dan meningkatkan nilai tambah perusahaan,
ANTAM telah memiliki enam belas entitas anak yang bergerak di bidang
pengembangan komoditas nikel, alumina, emas, batu bara serta perusahaan
investasi dan perusahaan eksplorasi dan operator tambang. Dari enam belas entitas
anak yang dimiliki, ANTAM memiliki sembilan entitas anak dengan kepemilikan
langsung dan mayoritas, serta tujuh entitas anak dengan kepemilikan mayoritas
secara tidak langsung.
Perubahan signifikan operasional
Pada bulan April 2012, ANTAM mengoperasikan kembali pabrik FeNi II di
Pomalaa, yang dikelola oleh UBPN Sultra. Pengoperasian dilakukan setelah
29
pelaksanaan optimalisasi pabrik dengan estimasi biaya lebih kecil dari anggaran
sebesar Rp187 miliar, yang sebagian besar didanai melalui penerbitan obligasi di
akhir tahun 2011. efisiensi dan tingkat keselamatan operasional pabrik. Optimasi
ini merupakan rangkaian dari peningkatan efisiensi dan keselamatan operasional
pabrik ANTAM, melalui penggantian furnace roof dengan menggunakan desain
yang lebih baik, serta optimasi dinding tanur (furnace sidewall) dengan
melakukan penguatan pada instalasi pendingin copper cooler yang akan
meningkatkan efisiensi penggunaan energi. ANTAM juga akan memasang Gas
Cleaning Technology seperti yang sudah dipasang di Furnace-3 yang akan
menurunkan tingkat emisi pabrik FeNi II. Dengan optimasi pabrik FeNi II, target
produksi feronikel ANTAM di tahun 2012 tetap seperti rencana semula yakni
18.000 ton nikel dalam feronikel (TNi). Perubahan signifikan lainnya adalah
restrukturisasi organisasi komite di bawah Dewan Komisaris. ANTAM
menindaklanjuti adanya peraturan dari BUMN terkait jumlah komite yang
membantu Dewan Komite. Karena itulah, maka ANTAM memandang perlunya
pemenuhan tanggung jawab sosial dan pengelolaan pascatambang, agar menyatu
dengan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate
governance (GCG). Atas dasar inilah Dewan Komisaris melebur peran, fungsi dan
tugas Komite CSR-LPT ke dalam Komite GCG.
3. Peran Perusahaan Meningkatkan Perekonomian Pemangku Kepentingan
Kesungguhan melaksanakan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam aspek
ekonomi, menjadikan ANTAM dapat membuktikan ketangguhan kinerja ekonomi
kami. Ini terbukti dengan pencapaian dalam perolehan laba periode berjalan
sebesar Rp2,99 triliun, atau mengalami kenaikan 55%.Pencapaian tersebut secara
30
langsung akan mendatangkan manfaat bagi segenap pemangku kepentingan. Para
pemegang saham akan mendapatkan pembayaran dividen, termasuk Pemerintah
yang kemudian menjadi bentuk penerimaan negara bersama dengan pembayaran
pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang disetorkan Perusahaan.
Demikian pula dengan pegawai, mendapatkan manfaat melalui pembayaran
insentif dalam imbal jasa pekerjaan yang mereka terima. Sementara untuk
masyarakat terutama yang berada di lokasi Perusahaan berkegiatan, ANTAM
menyisihkan sebagian laba bersih untuk pelaksanaan Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL), serta penyediaan anggaran tanggung jawab sosial
perusahaan dalam bentuk pengembangan masyarakat atau community
development (comdev).
4. Upaya Menciptakan Lingkungan Kerja Karyawan yang Kondusif
Kebebasan berpendapat dan pemberitahuan minimal
Sepanjang tahun 2012, Perusahaan tidak pernah menghalangi hak pegawai
untuk menyatakan pendapat dan kebebasan berserikat. AN TAM memberikan
dukungan kepada keberadaan serikat pekerja sebagai perwakilan para pegawai
dan terus melakukan komunikasi, terutama terkait dengan mekanisme dalam
menyampaikan rekomendasi, pendapat, maupun hal yang terkait dengan
hubungan kerja. Sebagai perusahaan yang bergerak di sector pertambangan dan
pemanfaatan sumber daya alam, Perusahaan telah menyusun dan mempersiapkan
Rencana Penutupan Tambang (RPT). RPT akan menjadi panduan semua pihak
yang berkepentingan termasuk pegawai dalam menentukan langkah persiapan
apabila penambangan dihentikan atau ditutup karena menipisnya ketersediaan
material tambang. Perusahaan telah memiliki mekanisme sosialisasi dan
31
pemberitahuan terkait dengan akibat yang ditimbulkan dari penutupan tambang, di
antaranya pemutusan hubungan kerja atau pemindahan tugas. Pelaksanaan
mekanisme diatur dalam perjanjian kerja bersama (PKB) dan bersifat tidak
mendadak karena selalu disertai dengan pemberitahuan atau sosialisasi terlebih
dahulu.
Keberadaan pekerja
Dalam menjalankan kegiatan usaha dan operasionalnya, ANTAM
didukung keberadaan pekerja. Mereka terdiri dari pegawai dan tenaga kerja alih
daya (outsourcing). ANTAM memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
warga negara Indonesia untuk menjadi pegawai ANTAM. Dilandasi keinginan
mendatangkan manfaat bagi masyarakat di sekitar lokasi operasi, ANTAM
memiliki kebijakan untuk melibatkan tenaga kerja lokal atau putera daerah. Proses
rekrutmen tetap dijalankan berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang sudah
ditentukan Kantor Pusat.
Serikat pekerja dan PKB
ANTAM mendasari relasi dengan pegawainya dalam Perjanjian Kerja
Bersama (PKB), yang disusun Perusahaan dengan serikat pekerja sebagai
perwakilan pegawai.
Imbal jasa pekerjaan
Keberadaan PKB secara langsung menjamin pemenuhan hak-hak normatif
para pegawai, seperti diatur Undang-Undang Ketenagakerjaan. Termasuk
pemberian imbal jasa pekerjaan, berupa gaji pokok dan komponen lainnya seperti
tunjangan maupun insentif yang jenisnya diberikan sesuai status kepegawaian
masing-masing. Sebagai bentuk apresiasi terhadap pencapaian kinerja Perusahaan,
32
setiap tahun dilakukan peninjauan atas kesepakatan mengenai besaran atas
komponen imbal jasa pekerjaan yang diterima pegawai.
Pelatihan dan pengembangan karier
Pemenuhan kesejahteraan pegawai juga diwujudkan dengan jaminan
pengembangan karier setiap pegawai, dengan mempertimbangkan peningkatan
kemampuan dan kompetensi. Untuk itulah secara berkelanjutan, ANTAM
menyelenggarakan pelatihan (internal dan eksternal) bagi para pegawai. Selain
dari hasil penilaian, perkembangan karier dan promosi jabatan seorang pegawai
juga ikut ditentukan dari kecakapan dan penguasaan pada bidang pekerjaan.
ANTAM tidak pernah menjadikan latar belakang Suku, Agama, Ras dan
Antargolongan (SARA) maupun gender dan umur, dalam menunjuk seorang
pegawai pada posisi tertentu, sehingga tidak ada praktik diskriminasi.
Jam kerja dan lembur
Pekerjaan di bidang pertambangan yang menjadi bisnis ANTAM, tidak
hanya menuntut kecakapan dan keandalan para pegawainya tetapi juga
konsentrasi serta kebugaran mengingat faktor risiko keselamatan kerja yang
dihadapi pegawai. Untuk itulah PKB yang disusun dan disepakati, mengatur pula
ketentuan mengenai hari kerja, waktu kerja, waktu istirahat dan kerja lembur.
Pensiun dan jaminan hari tua
ANTAM menyertakan para pegawainya dalam program pensiun imbalan
pasti dan pensiun iuran pasti.
Tingkat perputaran pegawai
33
Pencapaian selama tahun 2012 terkait pemenuhan kebutuhan pegawai
sebagai salah satu pemangku kepentingan Perusahaan, diharapkan telah
memenuhi harapan para pegawai.
Komite bersama K3
ANTAM senantiasa menerapkan praktik-praktik penambangan yang baik
(good mining practices), termasuk keutamaan dalam Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).
Peristiwa kecelakaan kerja
Kepatuhan dalam pelaksanaan K3 menjadi keharusan mengingat bidang
pekerjaan Perusahaan adalah sector pertambangan yang memiliki risiko tinggi
terhadap kecelakaan kerja. Pelaksanaan K3 dapat meminimalkan situasi yang bisa
memicu terjadinya kecelakaan kerja.
Kesehatan kerja
Aspek penting lain dalam pengelolaan K3 adalah kesehatan kerja, baik
yang terkait dengan kesehatan pegawai maupun lingkungan kerja.
Penyelenggaraan kesehatan kerja dilakukan melalui berbagai program dan
kegiatan yang meliputi upaya pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif),
mempertahankan kesehatan (promotif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
ANTAM juga telah memiliki mekanisme pelaporan pelanggaran
(whistleblowing mechanism) yang memungkinkan siapa saja untuk melaporkan
dugaan terjadinya pelanggaran. Mekanisme pelaporan dilakukan dengan cara
menyampaikan laporan secara tertulis kepada Dewan Komisaris atau melalui surat
elektronik dengan alamat: [email protected], dengan melampirkan
bukti identitas diri dan dokumen pendukung. ANTAM berkewajiban
34
menindaklanjuti setiap pelaporan yang dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya.
5. Upaya Perusahaan Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (EGRK)
Usaha untuk mengurangi GRK dilakukan antara lain dengan memilih
teknologi yang lebih ramah lingkungan dan pemanfaatan material pembantu
dalam proses produksi yang lebih sedikit menimbulkan limbah penghasil CO2.
Tindakan lain adalah dengan penanaman pohon yang dijalankan bersama dengan
program reklamasi lahan pascatambang, sekaligus bentuk dukungan ANTAM
pada program ‘Penanaman Satu Miliar Pohon’ yang diprakarsai oleh Pemerintah.
Pilihan pada teknologi juga menjadi upaya pengendalian emisi lain. ANTAM
menerapkan gas cleaning technology di Unit Bisnis Penambangan Nikel (UBPN)
Sulawesi Tenggara, dan pemasangan piranti wet scrubber di Unit Bisnis
Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia. Sementara itu, untuk
pengelolaan limbah, ANTAM mengutamakan pengolahan dengan cara
pemanfaatan kembali dan daur ulang limbah yang dilakukan oleh masing-masing
unit bisnis.
ANTAM berkewajiban mendukung upaya Pemerintah menurunkan tingkat
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui inisiatif Reducing Emission from
Deforestation and Forest Degradation (REDD). Untuk itulah ANTAM secara
berkesinambungan terus menjalankan program dan kegiatan yang ditujukan untuk
menurunkan tingkat emisi GRK. Salah satunya dengan melanjutkan penghitungan
kadar emisi GRK di unit bisnis-unit bisnis yang ada. Pada tahun 2012, Perusahaan
memulai realisasi program perhitungan potensi serapan karbon oleh tumbuhan
yang ditanam ANTAM.
35
Penanaman pohon
Kegiatan lain yang dilaksanakan ANTAM dalam upaya mengurangi emisi
GRK adalah dengan melakukan penanaman pohon. Kegiatan ini terangkai dalam
upaya Perusahaan bersama pihak lain dalam mendukung gerakan penanaman satu
miliar pohon yang digalang pemerintah. Kegiatan penanaman pohon juga menjadi
salah satu cara Perusahaan untuk melakukan rehabilitasi lahan, baik di lokasi
kegiatan operasi penambangan maupun di tempat lain yang kondisi lahannya
dinyatakan kritis.
Uji emisi kendaraan
Secara berkala dan berkesinambungan, ANTAM melakukan pengujian
emisi kendaraan operasional.Pemeriksaan emisi kendaraan penting dilakukan,
mengingat tingginya mobilitas kendaraan untuk keperluan operasional tambang,
pengolahan di pabrik maupun keperluan lainnya. Pelaksanaan pemeriksaan emisi
dilakukan secara internal bekerja sama dengan bengkel-bengkel pengujian emisi.
Selain itu untuk beberapa jenis kendaraan, terutama yang mengangkut produk,
pemeriksaan emisi juga dilakukan di unit pengujian kendaraan bermotor milik
Dinas Perhubungan setempat. Secara umum, kondisi emisi gas buang dari unit
kendaraan operasional masih memenuhi baku mutu yang ditentukan Pemerintah.
Namun demikian, jika ditemukan unit kendaraan yang emisi gas buangnya
melebihi ambang batas baku mutu, maka akan dilakukan perawatan di bengkel
sebelum digunakan untuk keperluan operasional.
Optimasi dan modernisasi pabrik
ANTAM mengoperasikan kembali pabrik FeNi II di UBPN Sulawesi
Tenggara pada 12 April 2012, setelah dilakukan optimasi pabrik sejak bulan
36
Januari 2012. Setelah dilakukan switch on pabrik, beban listrik akan ditingkatkan
secara bertahap hingga pengoperasian beban penuh pada bulan Mei 2012.
Optimasi pabrik FeNi II bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan tingkat
keselamatan operasional pabrik.
Penghematan penggunaan energi
Salah satu sumber emisi GRK adalah pemakaian energi. Seiring dengan
upaya mengurangi emisi GRK, ANTAM juga menggalakkan upaya penghematan
energi. Langkah signifikan yang dilakukan adalah dengan melaksanakan audit
energi secara berkala di masing-masing unit bisnis untuk mengetahui potensi
penghematan.
Pengembangan energi alternatif
ANTAM menyadari besarnya kebutuhan energi untuk mendukung proses
produksi. Untuk itulah secara bertahap AN TAM melakukan modernisasi fasilitas
pembangkitan listrik yang ada. Kegiatan ini dilakukan di antaranya dengan
membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang akan mendukung
operasional pabrik feronikel di UBPN Sultra.
6. Selain EGRK, Kebijakan dan Upaya Menunaikan Tanggungjawab
Lingkungan
ANTAM bersungguh-sungguh mewujudkan komitmen mengendalikan
dampak lingkungan akibat kegiatan operasional yang dijalankan dan juga
pascatambang. Langkah ini sejalan dengan usaha bersama untuk mencegah
penurunan kualitas (degradasi) lingkungan. Perusahaan bergerak di sektor
37
pertambangan dan pemanfaatan sumber daya alam. Dengan demikian material
yang dimanfaatkan bersifat tak terbarukan (non renewable resources), sehingga
ANTAM melakukan perencanaan dengan hati-hati agar kegiatan usaha dan
operasi yang dilakukan tidak menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat.
Kegiatan ANTAM juga diupayakan dapat tetap menjaga sumber daya alam
lainnya agar tidak dieksploitasi tanpa kendali. Untuk itulah ANTAM senantiasa
mematuhi ketentuan hukum maupun regulasi yang berlaku di Indonesia.
Kepatuhan ini termasuk kelengkapan dokumen persyaratan dan perizinan dari
pihak-pihak berwenang, terkait pengelolaan lingkungan untuk semua tahapan
kegiatan, baik eksplorasi, penambangan, hingga pascatambang. Kebijakan ini
mampu mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat. Oleh karenanya,
hingga akhir periode pelaporan, ANTAM tidak menghadapi reaksi penolakan atas
kegiatan operasi yang dijalankan, termasuk tidak ada denda terkait lingkungan.
Pelaksanaan kegiatan pascatambang meliputi tiga program utama, yakni
pemulihan lahan bekas tambang melalui reklamasi, pengelolaan aset
nonproduktif, serta pemberdayaan masyarakat berbasis PKBL serta comdev.
Kegiatan pascatambang yang meliputi pemulihan lingkungan (reklamasi),
antara lain mempercepat program penghijauan lahan tambang di Pulau Gebe
dengan kondisi kandungan unsur hara (top soil) terbatas. Kegiatan dilakukan
bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dan melibatkan penasehat lingkungan.
Salah satu aspek penting dari upaya pelestarian lingkungan adalah tetap
terjaganya keanekaragaman hayati, meliputi spesies langka maupun spesies
yangbe rsifat asli (endemik) suatu daerah. Secara berkala, ANTAM melakukan
pemantauan untuk mengetahui keberadaan spesies, baik hewan maupun
38
tumbuhan, yang memiliki nilai keanekaragaman hayati tinggi. Selain melakukan
pemantauan, selama tahun 2012 ANTAM juga berupaya melakukan penangkaran
dan pelepasliaran hewan langka. Salah satunya adalah Elang Ular Bido (Spilornis
cheela) yang dilepasliarkan di kawasan TNGHS.
ANTAM juga melakukan pemantauan terhadap spesies langka yang pada
periode sebelumnya juga telah dilepasliarkan. Di antaranya Owa Jawa (Hylobates
moloch) dan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi). Keanekaragaman hayati bernilai
tinggi yang ditemukan di area operasi tidak hanya sebatas pada hewan dilindungi.
ANTAM juga mendapatkan keberadaan beberapa jenis tumbuhan anggrek langka
dan 39 spesies tanaman obatobatan. Hingga akhir periode pelaporan, tindakan
yang dilakukan ANTAM baru sebatas melakukan dokumentasi termasuk letak dari
setiap spesies yang menjadi kekayaan keanekaragaman hayati asli Indonesia
tersebut. Secara berkesinambungan, ANTAM berupaya untuk meminimalkan
dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan operasional. Upaya
yang dilakukan antara lain dengan melakukan reklamasi pada lahan yang
terganggu akibat kegiatan operasional. Tujuannya untuk memulihkan kondisi
lingkungan dan menciptakan habitat yang nantinya akan dapat mendukung
keanekaragaman hayati di dalamnya. Selain melalui reklamasi lahan terganggu,
ANTAM juga melakukan sejumlah langkah lain untuk meminimalkan dampak
terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan operasional penambangan,
yakni:
1) Melakukan penyusunan Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal),
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) yang meliputi pengelolaan dan pemantauan air, udara serta
39
kestabilan tanah. Kegiatan ini sesuai dengan peraturan lingkungan yang berlaku
dan sebagai langkah antisipasi awal dalam menganalisa dampak negatif
lingkungan yang mungkin terjadi agar dapat diminimalisasi.
2) Melakukan pemantauan lingkungan secara berkala meliputi pemantauan
kualitas air, udara, tanah, kestabilan lahan dan flora fauna.
3) Melaksanakan metode penambangan dengan teknik cut and fill atau gali dan
isi. Rongga stope (lombong) akibat penggalian material tambang diisi kembali
menggunakan material tailing dari pabrik pengolahan, sehingga kondisi tanah
menjadi stabildan tidak menimbulkan penurunan permukaan tanah (surface
subsidence).
4) Melakukan pengelolaan lingkungan, meliputi penanganan sirkulasi udara di
dalam tambang untuk tambang bawah tanah; penanganan sampah batuan
(waste rock) dan tailing, air tambang dan sedimen; pengendalian erosi dan
sedimentasi; penanganan debu dan kebisingan; revegetasi dan reklamasi; serta
pengelolaan limbah padat maupun cair.
Pengendalian emisi bukan GRK
Selain berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), di UBPP LM
juga berusaha mengendalikan potensi pencemaran udara yang disebabkan oleh
emisi gas lainnya, misalnya chlorofluorocarbon (CFC) yang berpotensi
menipiskan lapisan ozon. Langkah yang dilakukan adalah mengganti pemakaian
freon dalam alat pendingin udara dengan jenis yang bebas CFC. Emisi gas lain,
seperti NOx, SOx maupun partikulat yang keluar dari cerobong asap juga
dipantau secara ketat. Tujuannya untuk memastikan kadarnya sesuai dengan baku
mutu yang ditetapkan Pemerintah. Penerapan teknologi terbaru untuk cerobong
40
juga dilakukan di UBPN Sultra menggunakan piranti Gas Cleaning Technology
(GCT) di pabrik feronikel yang ada. Begitu juga di UBPP LM, dilakukan
pembaruan teknologi dengan memasang fasilitas wet scrubber untuk mengelola
emisi peleburan emas.
7. Kebijakan dan Tindakan untuk Meningkatkan Pelayanan Prima pada
Konsumen Kebijakan dan tindakan untuk meningkatkan pelayanan prima pada
konsumen dilakukan melalui tanggungjawab produk. Berupaya memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan terkait produk yang dihasilkan. Bertanggung
jawab dengan selalu memenuhi ketentuan yang mengatur perihal pencantuman
informasi produk, dan membuka pusat layanan keluhan untuk ditindak lanjuti.
Melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan atas layanan
yang diberikan. Hasil survei menunjukkan Indeks Kepuasan Pelanggan rata-rata
untuk produk nikel 91.27%, sedangkan untuk pelanggan emas sebesar 79.26%.8. Visi, Misi, dan Budaya Kerja Perusahaan dan Sosialisasinya pada
Karyawan
Visi: Menjadi korporasi global berbasis pertambangan dengan pertumbuhan sehat
dan standar kelas dunia.
Misi: 1) Membangun dan menerapkan praktik-praktik terbaik kelas dunia untuk
menjadikan ANTAM sebagai pemain global.2) Menciptakan keunggulan operasional berbasis biaya rendah dan teknologi
tepat guna, dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja, serta
lingkungan hidup.3) Mengolah cadangan yang ada dan yang baru untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif.
41
4) Mendorong pertumbuhan yang sehat dengan mengembangkan bisnis
berbasis pertambangan, diversifikasi dan integrasi efektif untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham.5) Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai serta mengembangkan
budaya organisasi berkinerja tinggi.6) Berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar
wilayah operasi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan
ekonomi.9. Upaya Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat Sekitar / Community
Development
ANTAM menyelenggarakan berbagai program dan kegiatan yang
ditujukan bagi pemberdayaan maupun pengembangan masyarakat di sekitar lokasi
Perusahaan dan pascatambang. Progam dan kegiatan tersebut dilaksanakan sejak
ANTAM melakukan sosialisasi hingga selesai beroperasi atau pascatambang. Ada
dua bentuk program pembangunan sosial yang dijalankan Perusahaan dalam
memberdayakan dan mengembangkan masyarakat: 1) PKBL yang
pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Menteri BUMN No. PER-
05/MBU/2007; 2) Program comdev pada wilayah operasi maupun pascatambang.
Program kemitraan
Program Kemitraan ditujukan untuk penguatan ekonomi lokal melalui
pemberdayaan pelaku usaha mikro dan kecil (UMK). Penguatan ekonomi lokal
diharapkan dapat menggerakkan roda ekonomi daerah setempat dan mendorong
kemandirian ekonomi masyarakat. Melalui program ini, ANTAM memberikan
pinjaman modal bergulir kepada pelaku UMK. Penyaluran pinjaman modal dapat
dikelola sendiri oleh ANTAM maupun bekerja sama dengan pihak lain. Dana
Program Kemitraan 2012, sesuai Peraturan Menteri BUMN No.05/MBU/2007,
42
berasal dari 1,5% penyisihan laba bersih ANTAM tahun buku 2012, sebesar
Rp28,918 miliar. Dana ini disalurkan kepada 519 mitra binaan.
Bina lingkungan
Penempatan dana BL 2012 berasal dari 2,5% penyisihan laba bersih
ANTAM tahun buku 2011, yakni sebesar total anggaran Rp48,197 miliar.
Bantuan korban bencana alam
ANTAM membantu program bencana alam seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bantuan untuk tahun 2012 diberikan bagi korban bencana alam lokal yang terjadi
di sekitar wilayah operasi ANTAM, seperti longsor di Cikotok dan bencana angin
puting beliung di Sulawesi Tenggara.
Bantuan pendidikan
Program pendidikan yang dilaksanakan berkesinambungan adalah
pemberian beasiswa kepada pelajar/mahasiswa berprestasi yang merupakan putera
daerah di lokasi kegiatan operasional Perusahaan.
Bantuan peningkatan kesehatan
ANTAM bermitra dengan Badan Amil Zakal Nasional (BAZNAS) untuk
mengoperasikan mobil Sehat Keliling di wilayah Banten. ANTAM menggunakan
skema kemitraan yang sama seperti di Kabupaten Halmahera Timur. Mobil
Puskesmas Keliling memberikan layanan lebih luas seperti pemeriksaan
kesehatan, sunatan massal, operasi katarak, pengobatan gratis, pemberian gizi
anak dan ibu hamil serta program-program kesehatan lainnya.
Bantuan sarana/prasarana umum
43
Bantuan sarana dan prasarana umum bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat melalui pembangunan berbagai fasilitas yang dapat
memberikan kemudahan bagi masyarakat. Di tahun 2012, program bantuan
infrastruktur kini mulai mencakup pengembangan energi alternatif yang
bermanfaat bagi masyarakat sekaligus ramah lingkungan dan berkelanjutan,
misalnya pengembangan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
untuk fasilitas umum di Kabupaten Halmahera Timur. Selain itu, di Cikotok,
Banten dan Tayan, disediakan sarana air bersih seperti tempat penampungan air
dan sumber air bersih.
Bantuan sarana ibadah
ANTAM memberikan bantuan perbaikan sarana ibadah di sekitar wilayah
operasi. Bantuan sarana ibadah yang diberikan berupa perbaikan sarana fisik dan
penambahan fasilitas ibadah. Jumlah rumah ibadah yang dibantu selama tahun
2012 sebanyak 40 buah.
Community development
Program comdev juga ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di wilayah operasional Perusahaan dan wilayah pascatambang dengan
mempertimbangkan potensi yang ada. Salah satu program comdev yang berhasil
dengan baik adalah progam pengembangan sentra buah-buahan yang dilaksanakan
di Kabupaten Nanggung, kecamatan Pongkor. Untuk daerah pascatambang di
Cikotok dan Kijang dilakukan pembangunan infrastruktur untuk memperkuat
perekonomian setempat. Pelaksanaan berbagai program dan kegiatan ini
diharapkan dapat mendorong kemandirian masyarakat setempat. Besaran realisasi
anggaran yang disediakan untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan
44
comdev, dalam bentuk dana comdev selama tahun 2012 mencapai Rp151,65
miliar. Jumlah ini turun dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp159,77 miliar.
Kegiatan pengembangan masyarakat yang terkait dengan pendidikan untuk
anak berkebutuhan khusus telah memasuki tahun kedua dari 3 tahun yang
direncanakan. Kegiatan ini dilakukan ANTAM melalui kemitraan dengan Yayasan
Cahaya Keluarga Fitra. Bantuan ditujukan untuk meningkatkan kemandirian
lembaga sehingga dapat membiayai kegiatan operasionalnya secara mandiri,
walaupun kerjasama ini berakhir pada tahun ketiga. Beberapa program lain yang
merupakan kelanjutan dari pelaksanaan kegiatan pada tahun 2011, di antaranya:
1) School Development Program
2) Studi Banding Dosen ke Luar Negeri
3) System of Rice Intensification (SRI)
4) Pendampingan program pemberdayaan petani
5) Di bidang pelestarian budaya, Perusahaan tetap berkomitmen untuk
melanjutkan kegiatan revitalisasi budaya suku Bajo Hakokutobu.
6) Program Agrogeoedutourism, merupakan program jangka panjang yang
dijalankan oleh UBP Emas untuk mempersiapkan pascatambang.
Program pemberdayaan masyarakat di area pascatambang
Selama tahun 2012, ANTAM juga meneruskan dan menyelesaikan
beberapa program maupun kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di area pascatambang. Program tersebut dilakukan pada:
1) Lokasi pascatambang di Cikotok, Provinsi Banten
2) Lokasi pascatambang di Pulau Gebe, Provinsi Maluku Utara
3) Lokasi pascatambang di Kutoarjo, Provinsi Jawa Tengah
45
4) Lokasi pascatambang di Wawo, Provinsi Sulawesi Tenggara
5) Lokasi pascatambang di Kijang, Provinsi Kepulauan Riau
10. Sistem Tata Kelola Perusahaan
ANTAM adalah entitas bisnis yang dikelola professional dengan
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan
memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance atau GCG). Struktur badan tata kelola Perusahaan mengacu pada
Undang-Undang (UU) No.40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas, yang
terdiri atas:
1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang merupakan organ tertinggi
Perusahaan.
2) Dewan Komisaris, bertindak sebagai organ pengawas Perusahaan dan
pemberi nasihat kepada Direksi.
3) Direksi, adalah organ yang bertanggung jawab atas kepengurusan
Perusahaan.
Dewan Komisaris
Dalam RUPS Tahunan 2012, telah diangkat dan ditetapkan komisaris baru.
Masing-masing anggota Dewan Komisaris memimpin satu Komite yang bertugas
membantu pelaksanaan pengawasan kinerja Perusahaan, termasuk pemenuhan
aspek keberlanjutan, meliputi aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Komite yang
dibentuk di tingkat Dewan Komisaris terdiri dari Komite Audit; Komite
Manajemen Risiko; Komite Nominasi; Remunerasi dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia (NRPSDM); serta Komite GCG. Secara berkala Dewan Komisaris
melakukan rapat, baik internal maupun eksternal bersama Direksi.
46
Penyelenggaraan rapat menjadi mekanisme Dewan Komisaris untuk mengevaluasi
kinerja mereka dalam mengawasi kinerja Direksi dan pelaksanaan tata kelola
Perusahaan.
Direksi
Selama kurun waktu periode pelaporan, tidak ada pengangkatan dan
penetapan Direksi baru. Direksi secara berkala melakukan rapat, baik internal
maupun eksternal bersama Dewan Komisaris. Penyelenggaraan rapat menjadi
mekanisme bagi Direksi untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam mengelola dan
melaksanakan tata kelola Perusahaan. Pertanggungjawaban Direksi kepada
pemegang saham disampaikan dalam bentuk laporan kinerja melalui
penyelenggaraan RUPS.
Kompensasi dan remunerasi
Besaran kompensasi dan remunerasi yang diterima Dewan Komisaris dan
Direksi, ditentukan berdasarkan rumusan yang dibuat Komite NRPSDM.
Kompensasi bagi Direksi mempertimbangkan hasil evaluasi kinerja oleh Dewan
Komisaris dan telah ditetapkan dalam RUPS. Evaluasi kinerja Direksi terkait
pelaksanaan CSR, meliputi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Penghindaran benturan kepentingan
Perusahaan berupaya menghindari benturan kepentingan dengan
memberlakukan Standar Etika Perusahaan (Code of Conduct) yang mengatur etika
bisnis dan etika kerja pegawai. Standar Etika ANTAM menjelaskan berbagai hal
yang mempengaruhi, membentuk, mengatur dan melakukan kesesuaian tingkah
laku sehingga tercapai keluaran yang konsisten dengan budaya ANTAM.
Upaya pencegahan dan pengelolaan risiko
47
Sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan, ANTAM juga
mematuhi prakarsa internasional Artikel 15 Deklarasi Rio de Janeiro, yang
mengatur tentang upaya pencegahan terhadap degradasi lingkungan.
Partisipasi dalam kebijakan publik
ANTAM berpartisipasi aktif dalam forum-forum yang melibatkan lembaga
berwenang, termasuk yang terkait dengan kebijakan publik. Salah satu kegiatan
ini adalah rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR pada bulan Maret 2012.
Rapat ini membahas penerapan aturan pelarangan ekspor bijih atau mineral dalam
bentuk mentah.
Anti korupsi dan persaingan usaha sehat
Perusahaan memiliki mekanisme internal control review (ICR) di
lingkungan unit bisnis dan Kantor Pusat. Mekanisme ini dijalankan oleh Internal
Audit Division. Untuk tahun 2012, hasil yang didapat adalah rata-rata Baik.
Secara berkesinambungan, ANTAM terus meningkatkan pemahaman Direksi dan
karyawan terhadap segala hal yang berkaitan dengan antikorupsi. Hal itu
dilakukan dengan menyertakan materi antikorupsi dalam berbagai materi
pembekalan maupun sosialisasi.
Kebebasan berpendapat dan pemberitahuan minimal
Sepanjang tahun 2012, Perusahaan tidak pernah menghalangi hak pegawai
untuk menyatakan pendapat dan kebebasan berserikat. AN TAM memberikan
dukungan kepada keberadaan serikat pekerja sebagai perwakilan para pegawai
dan terus melakukan komunikasi, terutama terkait dengan mekanisme dalam
menyampaikan rekomendasi, pendapat, maupun hal yang terkait dengan
hubungan kerja.
48
Penyatuan komite GCG
Pada tahun 2012 Kementerian BUMN menerbitkan Peraturan Menteri
(Permen BUMN No. PER-10/ MBU/2012 jo PER-12/MBU/2012) tentang
pembatasan jumlah Komite dan anggota Komite sebagai organ pendukung Dewan
Komisaris. Peraturan tersebut direspon dengan adanya keputusan Dewan
Komisaris untuk melakukan penyempurnaan Komite Penunjang di lingkungan
Dewan Komisaris. Dengan demikian, dilakukan penyatuan 2 Komite yaitu
Komite GCG dan Komite CSR-LPT menjadi Komite GCG, sesuai dengan
Keputusan Dewan Komisaris No. 15/DK/ SK /VII /2012 tanggal 26 Juli 2012.
Tugas dan fungsi yang melekat pada Komite CSR-LPT kini dilebur ke dalam
tugas dan fungsi Komite GCG , sehingga Komite tersebut cakupan kerjanya
utamanya meliputi 3 dari 7 subjek inti CSR Arus Utama menurut ISO 26000,
yaitu: Aspek tata kelola perusahaan, meliputi:
1) Pengambilan keputusan yang disandarkan kepada nilai-nilai transparency,
accountability, responsibility, independency, dan fairness (Organizational
Governance, Subjek Inti 1).
2) Aspek lingkungan, meliputi kegiatan pengelolaan lingkungan, termasuk
reklamasi serta kegiatan penutupan dan pascatambang.
3) Aspek pelibatan dan pengembangan masyarakat, meliputi kegiatan sosial
pengembangan masyarakat atau comdev, serta PKBL (Community
Involvement and Development, Subjek Inti 7).
Rekomendasi penting Komite GCG terkait pelaksanaan pemenuhan
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan pada tahun 2012, yang
disampaikan kepada Direksi melalui Dewan Komisaris, antara lain:
49
1) Perlunya pengesahan laporan keberlanjutan dan PKBL oleh Komite GCG.
2) Menindaklanjuti hasil pemetaan dan keterlibatan pemangku kepentingan.
3) Mempelajari dan mendokumentasikan praktikpraktik terbaik (best
practices) dari program CSR yang dilakukan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan
Perhatian terhadap tanggung jawab sosial korporasi kemudian berfokus
pada Global Reporting Initiatives (GRI 2000), yang menyajikan kinerja sosial
korporasi dalam tiga tema utama, yaitu (1) Economic, (2) Environmental, dan (3)
Social sudah lebih semarak. Perubahan penting yang dilakukan dalam GRI adalah
ditetapkannya rerangka pelaporan yang diberi nama “Sustainability Repoting
Guidelines.” Penggunaan istilah sustainability menunjukkan implikasi yang lebih
luas dari social and environmental accounting.
Banyak perusahaan-perusahaan transnasional yang sulit diatur dan
dikontrol sehingga banyak mengeksploitasi sumber daya dalam
pengembangannya dan mengganggu sistem budaya tradisional. Namun di sisi lain
banyak juga perusahaan-perusahaan yang para eksekutifnya tampaknya sangat
peduli dengan keadaan dan keselamatan dunia. Disinilah seharusnya kepentingan
perusahaan dan masyarakat bersatu yaitu dengan melihat jangka panjang hidup
perusahaan berarti harus melihat kelangsungan hidup jangka panjang dari
lingkungan alam, masyarakat dan dunia.
Penyebab belum optimalnya peranan Accountants dan accounting dalam
masalah lingkungan, diperkuat dengan kenyataan bahwa regulasi yang mengatur
50
environmental accounting belum memandatkan bagaimana pelaporan pada ranah
ini harus dilakukan. Sementara, tempat yang disediakan bagi pelaporan isu-isu
lingkungan masih pada voluntary disclosure.
Sebagai langkah awal perlu kiranya mengkaji laporan
pertanggungjawaban social lingkungan yang dilakukan perusahaan. Contoh PT
ANTAM yang telah melakukannya dan penulis telah meriviu laporan Corporate
Social Responsibility dalam sebuah kajian dalam tulisan ini.
V.2 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut dapat diberikan saran agar semua pihak,
baik pemerintah, perusahaan, dan masyarakat bersinergi untuk menjalankan
tanggung jawab sosial dan lingkungannya untuk tercapainya sustainability
development. Di lain pihak, diperlukan regulasi yang kuat untuk mewajibkan
perusahaan-perusahaan melaporkan pertanggung jawaban sosial lingkungannya
bukan hanya sebagai voluntary disclosure namun sudah sebagai mandatory
disclosure. Hal ini diharapkan semua perusahaan akan melakukan pertanggung
jawaban sosial lingkungannya sesuai dengan yang dimandatkan dalam bentuk
sustainability report.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin. 2005. Investasi Sosial. Jakarta: La Tofi Enterprise.
Anggraini, F. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yangMempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan KeuanganTahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”.
51
Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26Agustus 2006.
Elkington, J., 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st enturyBusiness. Capstone Publishing, Oxford, UK.
G3.1 Guidelines https://www.globalreporting.org/reporting/G3andG3-1/g3-1-guidelines/Pages/default.aspx (diakses 12 Maret 2014).
Gray, R. Javad, M. Power, David M, and Sinclair C. Donald. 2001. “Social AndEnvironmental Diclosure, And Corporate Characteristic: A Research Note AndExtension”. Journal of Business Finance and Accounting, Vol 28 No 3 pp 327-356.
Hadi, Nor. (2011). Corporate Social Responsibility.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jensen, M and Meckling. 1976. The Agency Theory of The Firm: ManagerialBehaviour Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial EconomicVol 3 no 4.
Lindrianasari. 2007. Hubungan antara Kinerja Lingkungan dan KualitasPengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia.JAAI Vol 11 No. 2.
Mulyadi, M.S dan Anwar, Yunita. 2010. Impact of Corporate SocialResponsibility Toward Firm Value and Profitability. The Business Review,Cambridge Vol 19 No 2 Summer 2012.
Nurlela dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadapNilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai VariabelModerating (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ). SimposiumNasional Akuntansi XI Pontianak2008
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 TentangTanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
Retno, R.D dan Priantinah, Denies. 2012. Pengaruh Good Corporate Governancedan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI periode 2007-2010).Jurnal Nominal Vol I No 1 Tahun 2012.
Rouf, M.A. 2011. The Corporate Social responsibility Disclosure: A Study ofListed Companies in Bangladesh. Business and Economics Research JournalVolume 2 Number 3 2011 pp. 19-32.
Rustiarini, Ni Wayan. 2010. Pengaruh Corporate Governance Pada HubunganCorporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposiun NasionalAkuntansi XIII. Purwokerto.
Tija, O dan Setiawati, L. 2012. “Effect of CSR Disclosure to Value of the Firm:Study for Banking Industry in Indonesia”. World Journal of Social Sciences Vol 2No 6 September 2012 issue pp 169-178.
52
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PerseroanTerbatas.
BAB VI PEMBIAYAAN
Pembiayaan dirinci berdasarkan jenis pengeluaran sebagai berikut.
6.1 Anggaran Untuk Pelaksana (Honor dan Upah)
Tim Orang Mingg Bulan Jam/mg Upah jam / Total (Rp)Peneliti u/Bln Kerja Minggu (Rp)a. Ketua 1 2 4 4 40.000 1.280.000
b. Anggota 2 2 4 4 15.000 960.000SUB-TOTAL 6.1 2.240.000
6.2 Anggaran untuk bahan habis pakai
No Nama bahan/banyaknya Kegunaan Harga (Rp)1. Kertas, Flash Disk, Alat Tulis, dll Pengolahan Data 750.0002. Tinta Priter Laser Jet, dll Penyusunan Laporan 750.000SUB-TOTAL 6.2 1.500.000
6.3 Pengeluaran Pengolahan Data, Laporan, Publikasi, Paten, dll
No Jenis pengeluaran Keperluan Biaya (Rp)1. Rapat, seminar, dll Pengolahan Data 260.0002. Penjilidan, dll Analisis dan Laporan Data 1.000.000SUB-TOTAL 6.3 1.260.000TOTAL ANGGARAN ( 6.1+6.2+6.3) 5.000.000
BAB VII JADUAL KEGIATAN PENELITIAN
Kegiatan penelitian direncanakan akan dilakukan dalam waktu kurang
lebih 4 (empat) bulan dengan rincian sebagai berikut.
No Kegiatan Bulan ke1 2 3 4
53
1. Penyusunan Proposal X2. Pengumpulan Data Awal (I) X3. Pengumpulan Data (II) X x4. Pengolahan Data x5. Penulisan Draf Laporan X6. Laporan Akhir X
LAMPIRAN 1 BIODATA TIM PENELITI
Biodata Ketua Peneliti:1. Nama Lengkap : I Made Karya Utama, SE, M.Com, Ak
2. NIP/NIDN : 19770821 200212 1 003/ 0021087701
3. Tempat / Tgl. Lahir : Denpasar, 21 Agustus 1977
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Status Perkawinan : Kawin
6. Agama : Hindu
7. Golongan / Pangkat : IIIC/Penata
8. Jabatan Fungfsional : Lektor
9. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Denpasar
10.11.
Alamat Rumah :Alamat Email :
Jl. Hayam Wuruk No: 85 A [email protected]
Daftar Karya Tulis Ilmiah
NO JUDULNAMA
JURNAL PENERBITISSN/ISBN VOLUME PENULIS
1
Dividen Payout Ratiodan Faktor yang
Mempengaruhinya(Studi Pada Bursa EfekIndonesia Periode 2006
- 2010)
JurnalManajemen
BisnisSyariah
ProgramPasca
Sarjana(PPs)
UniversitasIslam BatikSurakarta
1979-0619
Vol. 8 No:01/ Th. VI,
Januari2012
I MadeKaryaUtama
54
2
Faktor - Faktor YangMempengaruhi Luas
PengungkapanCorporate Social
Responsibility (StudyPada Perusahaan Non
Keuangan di BursaEfek Indonesia)
Juara - JurnalRiset
Akuntansi
PSAkuntansi ;FE UNMAS
DPS
2088 -3382
Volume 02Nomor 1 ;Februari
2012
I MadeKarya
Utama ;Pande Putu
FebriKurniawati
3
Analisis CAMELS:Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank yangTerdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Jurnal Bisnisdan
Kewirausahaan
PoliteknikNegeri Bali,
Jimbaran
0216 -9843
Volume 8,No: 2, Juli
2012
I MadeKarya
Utama ;Komang
Ayu MahaDewi
4
The Effect of PerceivedEnvironmental
Uncertainty on theRelationship between
Budgetary Participationand Performance : ACase Study on NGO
The NatureConservancy-
Indonesia MarineProgram
ProceedingInternationalAccountingConference
( 22 - 23November2012 ); The4th IACSF
FEUniversitasIndonesia
ISBN:978-602-
97982-2- 7
AAA PutriMirayantiD.; Ni LuhSupadmi; I
MadeKaryaUtama
5
Inscriptions as mediumof recording and
reporting accountingpractices in reign of
King Udayana in Bali
Proceedingthe 7th
AccountingHistory
InternationalConference
UniversidadPablo deOlavide;
Universidadde Sevilla
IGANBudiasih; I
MadeKaryaUtama
6Investasi Ekonomi
(Perspektif PendidikanTinggi)
MediaEkonomika
FEB UNUDISSN:1410 -7092
Edisi 25;TahunXXV ;2013
I MadeKaryaUtama
55
7
Pengaruh RasioCAMEL dan
PengungkapanSukarela Pada TingkatKepercayaan Nasabah
LPD di KabupatenKlungkung
E-JurnalAkuntansiUniversitasUdayana
FEB UNUDISSN:2302-8556
Edisi 3.3(2013):179-197
I NengahDwi RiskaApriliana; I
MadeKaryaUtama
8
PengaruhProfesionalisme,
PengetahuanMendeteksiKekeliruan,
Pengalaman, EtikaProfesi Pada
Pertimbangan TingkatMaterialitas
E-JurnalAkuntansiUniversitasUdayana
FEB UNUDISSN:2302-8556
Edisi 5. 1(2013): 112
- 129
Ni MadeAyu
Lestari; IMadeKaryaUtama
9
Pengaruh IndikatorGood CorporateGovernance dan
Profitabilitas padaPengungkapan
Corporate SocialResponsibility
E-JurnalAkuntansiUniversitasUdayana
FEB UNUDISSN:2302-8556
Volume 3No: 3 Juni
2013
AmaliaRamdhanin
gsih; IMadeKaryaUtama
Biodata Anggota Peneliti 1Nama : Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si., AkTempat/Tanggal Lahir : Tabanan, 9 Juli 1963Jenis Kelamin : Laki-lakiAgama : HinduAlamat : Br. Parekan Sibang gede – Ds. Abiansemal – Kab.
BadungTelepon/HP : (0361) 8044724 / 08123948183Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UniversitasBrawijaya Malang Lulus tahun 1987
2. Master (S2) bidang Akuntansi pada Program Pasca Sarjana UniversitasGadjah Mada Yogyakarta Lulus tahun 1995
Riwayat Pekerjaan:
56
1. Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana sejak tahun1988 sampai sekarang
2. Partner pada Kantor Akuntan Publik Drs. Ketut Muliartha RM dan Rekansejak tahun 1992 sampai tahun 2012
3. Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana periode1999 – 2003
4. Head Project Technological and Profesional Skill Sector DevelopmentProject (TPSDP) Program Study of Accounting Fakultas EkonomiUniversitas Udayana tahun 2003 - 2007
5. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana periode2004 – 2008
6. Ketua Pengelola Program S2 Kekhususan Akuntansi Pemerintahan /Pengawasan Keuangan Negara Universitas Udayana tahun 2007 sampaitahun 2010
7. Ketua Program Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomi UniversitasUdayana September 2008 sampai tahun 2012
Pengalaman dalam Penelitian1. Analisis Hubungan antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan
Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (StudiEmpiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali)
2. Analisis Pengaruh Opini Audit Going Concern dan Pergantian Manajemenpada Auditor Switching
3. Analisis Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada The CoffeBean and Tea Leaf Cabang Bali
4. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Gaya Kepemimpinan danLocus of Control sebagai vafiabel Moderasi
5. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham dengan Devidend PerShare sebagai Variabel Moderasi
6. Pengukuran Kinerja Berbasis Balanced Scorecard pada Koperasi Serba UsahaKuta Mimba
7. Pengaruh Struktur Manajerial, Leverage dan Financial Distress terhadapKonservatisme Akuntansi
8. Pengaruh Environmental Performance pada Reaksi Investor di PerusahaanHigh Profile Bursa Efek Indpnesia Tahun 2008-2012
9. Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibilitypada Return Saham
10. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Nilai Perusahaan
Biodata Anggota Peneliti 2
57
Nama lengkap : Drs. I Wayan Putra, M.SiNIP : 19520626 198003 1 006Status Dosen : Dosen Biasa NegeriTempat/Tanggal Lahir : Singaraja/26 Juni 1952Jenis Kelamin : Laki-lakiJabatan Akademik : LektorPangkat/Golongan : Penata/IIIcBidang Keahlian : Akuntansi KeuanganKantor/Unit Kerja : FEB UNUDAlamat Kantor : Jl PB Sudirman DenpasarAlamat Rumah : Jl Karya Makmur Gg. Perintis No. 13 DenpasarPendidikan :
No JenjangPendidikan
PerguruanTinggi
Tahun Lulus Bidang Studi
1 S1 FE UNUD 1980 Akuntansi2 S2 FE UNUD 2011 Akuntansi
Pengalaman Riset:
No Judul Riset Tahun1 Konstruksi Praktik Akuntansi Pertanian Pada Era Raja
Udayana di Bali: Pendekatan Etnoarkeologi2013
LAMPIRAN 2
58
SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini kami: 1. Nama Lengkap: I Made Karya Utama, S.E., M.Com., Ak
NIP/NIDN: 19770821 200212 1 003/0021087701Fakultas: Ekonomi dan BisnisStatus dalam Penelitian: Ketua
2. Nama Lengkap: Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si., AkNIP/NIDN: 19630709198803 1 001/0009076303Fakultas: Ekonomi dan BisnisStatus dalam Penelitian: Anggota
3. Nama Lengkap: Drs. I Wayan Putra, M.SiNIP/NIDN: 19520626 198003 1 006Fakultas: Ekonomi dan BisnisStatus dalam Penelitian: Anggota
Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun penelitianpenunjang proses pembelajaran jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnisyang berjudul “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan AkuntansiLingkungan” dengan jumlah usulan dana sebesar Rp. 5.000.000. Kami secarabersama-sama akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian inisampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam Surat PerjanjianPelaksanaan Penelitian.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersamasehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bukit Jimbaran, 28 Nopember 2014
(Drs. I Ketut Suryanawa, M.Si, Ak) (I Made Karya Utama, S.E., M.Com., Ak)
(Drs. I Wayan Putra, M.Si)
59