34
IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. Erni JK : Perempuan Umur : 25 tahun RM : 598577 MRS : 11-03-2013 Jaminan : Jamkesmas Ruangan : UGD Bedah Anamnesis KU : Benjolan di payudara kiri AT : Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya timbul di puting susu kiri sebesar biji jagung, namun lama – kelamaan makin membesar dengan ukuran sebesar bola tenis. Keluhan disertai dengan luka di payudara kiri ± 3 bulan setelah muncul benjolan. Luka tambah memberat setelah pasien coba mengeluarkan sendiri benjolan dan nanah dengan memencet hingga menyebabkan luka bertambah besar berbentuk seperti bunga kol, pus (+), dan berbau. Keluhan disertai dengan nyeri dirasakan hilang timbul. Luka tersebut mengeluarkan nanah(+) mudah berdarah(+) berbau (+). Penurunan nafsu makan (-), penurunan BB (+) ± 4 bulan terakhir namun tidak diketahui secara pasti berapa kilogram, mual (-), muntah (-). 1

Targeting Theraphy Pada CA Mammae

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Erni

JK : Perempuan

Umur : 25 tahun

RM : 598577

MRS : 11-03-2013

Jaminan : Jamkesmas

Ruangan : UGD Bedah

Anamnesis

• KU : Benjolan di payudara kiri

• AT : Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya timbul

di puting susu kiri sebesar biji jagung, namun lama – kelamaan makin membesar

dengan ukuran sebesar bola tenis. Keluhan disertai dengan luka di payudara kiri ± 3

bulan setelah muncul benjolan. Luka tambah memberat setelah pasien coba

mengeluarkan sendiri benjolan dan nanah dengan memencet hingga menyebabkan

luka bertambah besar berbentuk seperti bunga kol, pus (+), dan berbau. Keluhan

disertai dengan nyeri dirasakan hilang timbul. Luka tersebut mengeluarkan nanah(+)

mudah berdarah(+) berbau (+). Penurunan nafsu makan (-), penurunan BB (+) ± 4

bulan terakhir namun tidak diketahui secara pasti berapa kilogram, mual (-), muntah

(-).

• Riw. demam (-), sesak (-), batuk (-), sakit kepala (-), nyeri tulang (-)

• Riw. haid pertama umur 13 tahun, teratur

• Riw. menikah umur 15 tahun

• Riw. melahirkan anak pertama umur 17 tahun, jumlah anak 3, Riw keguguran (-)

• Riw menyusui (+) selama 2 tahun anak pertama, 1 tahun anak kedua

• Riw. Pemakaian KB ada yaitu KB suntik per 3 bulan

• Pasien sudah tidak haid sejak ± 1 tahun yang lalu

1

Page 2: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

• Riw. keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada.

• Riw. konsumsi obat-obat cina.

• Riw. operasi tumor payudara/kandungan (-), Riw. radiasi dinding dada (-), Riwayat

trauma (-).

Pemeriksaan fisik

Status Generalis:

Sakit sedang/gizi cukup/sadar

Status Vitalis:

T : 100/60 mmHg

N : 80 x/menit,

P : 28 x/menit,

S axilla : 36,5oC

Status Regional

Kepala : Anemis (+), ikterik (-)

Leher : Pembesaran kelenjar supraklavikularis (-)

Thorax

I : Simetris kiri=kanan

P : MT (-), NT (-)

P : Sonor, batas paru hepar ICS V kanan

A : BP bronkovesikuler, BT Rh-/- , Wh-/-

Jantung

I : Ictus cordis tidak tampak

P : Ictus cordis tidak teraba teraba

P : Pekak, batas jantung kesan normal

A : BJ I/II murni reguler, bising jantung (-)

2

Page 3: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

Abdomen :

I : perut datar, ikut gerak napas.

A : Peristaltik (+) kesan normal

P : Massa tumor (-) Nyeri tekan (-) Hepar dan Lien tidak teraba

pembesaran.

P : timpani (+)

Ekstremitas : Edema -/-

Status Lokalis

Regio Mammae Sinistra :

• Inspeksi: Tampak benjolan sebesar bola tenis, tampak adanya ulkus, ulkus dengan

tepi indurans dan dasar yang berbenjol benjol, mudah berdarah, ulkus berwarna putih

dan di sekitar ulkus tersebut berwarna lebih kemerahan dibanding sekitarnya. Peau

de’ orange sulit dinilai.

• Palpasi: Teraba benjolan ulkus dengan ukuran 5 x 6 cm dengan permukaan yang

berbenjol-benjol, konsistensi padat keras, mudah berdarah, nyeri tekan (+), melekat ke

dinding dada, jaringan sekitar dan kulit, batas tidak tegas.

Regio Mammae Dextra:

Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, hematom (-), edema (-), nipple

discharge, nipple retraksi, Peau de Orange tidak ada.

Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)

Regio Axilla Sinistra

I : Tampak benjolan

P : Teraba benjolan di axilla sinistra , dengan ukuran 3 cm x 3 cm, permukaan kesan rata,

konsistensi padat keras, terfiksir, nyeri tekan (+)

3

Page 4: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

Foto Klinis

Mammae (S)

4

Page 5: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

Pemeriksaan Penunjang

Lab 12/03/2013

FOTO THORAX (11/03/13)

5

Page 6: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

6

USG Abdomen (11/03/2013)

Kesan :

- Cardiomegaly dengan dilatatio

aortae

- Tidak tampak tanda-tanda

metastase pada foto

thorax ini

Page 7: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

Resume

• Wanita, 25 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan benjolan pada regio mammae

sinistra. Awalnya timbul di puting susu kiri sebesar biji jagung, namun lama –

kelamaan makin membesar dengan ukuran sebesar bola tenis. Keluhan disertai

dengan luka di payudara kiri ± 3 bulan setelah muncul benjolan. Luka tambah

memberat setelah pasien coba mengeluarkan sendiri benjolan dan nanah dengan

memencet hingga menyebabkan luka bertambah besar berbentuk seperti bunga kol,

pus (+), dan berbau. Keluhan disertai dengan nyeri dirasakan hilang timbul.

• Pada pemeriksaan fisis tampak ulkus pada mammae dextra dengan ukuran 6 x 5 cm

tepi indurans dan dasar yang berbenjol benjol, mudah berdarah, ulkus berwarna putih

dan di sekitar ulkus tersebut berwarna lebih kemerahan dibanding sekitarnya,

konsistensi rapuh, nyeri tekan ada, melekat ke dinding dada, jaringan sekitar dan kulit,

batas tidak tegas.

• Terdapat pembesaran KGB yaitu pada KGB axilla dextra dan supraklavikula dengan

konsistensi padat keras, terfiksir, nyeri tekan tidak ada.

• Riw. haid pertama umur 13 tahun, teratur

• Riw. menikah umur 15 tahun

• Riw. melahirkan anak pertama umur 17 tahun, jumlah anak 3, Riw keguguran (-)

• Riw menyusui (+) selama 2 tahun anak pertama, 1 tahun anak kedua

• Riw. Pemakaian KB ada yaitu KB suntik per 3 bulan

• Pasien sudah tidak haid sejak ± 1 tahun yang lalu

• Riw. keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada.

• Riw. konsumsi obat-obat cina.

7

Kesan : Multipel lesi pada hepar

suspek Tu. Metastasis ke hepar

Usul : Ct Scan dengan kontras

Page 8: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

• Riw. operasi tumor payudara/kandungan (-), Riw. radiasi dinding dada (-), Riwayat

trauma (-).

Diagnosis

• Ulkus Ca Mammae sinistra

• cT4bN2M0 ( pleura)/ stadium IV

• Karnofsky 60% - 70%

Rencana Terapi

• Rencana biopsi insisi

I. PENDAHULUAN

Kanker payudara adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita.

Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara namun kemungkinannya lebih kecil yaitu 1

dari 1000 orang. Secara statistik resiko kanker payudara pada wanita meningkat pada

nullipara, menarche dini, menopause terlambat, dan pada wanita yang mengalami kehamilan

anak pertama di atas usia 30 tahun. Sebanyak <1%, kanker payudara terjadi pada usia

<25tahun, dan insiden meningkat cepat pada usia >39tahun. Insiden tertinggi dijumpai pada

usia 45-50tahun.

Angka kelangsungan hidup penderita kanker payudara yang hidup di negara maju

memiliki insidensi yang tinggi dan prognosis yang baik. Sedangkan di negara berkembang,

insidensi kanker payudara lebih rendah tetapi memiliki prognosis yang buruk. Angka

kelangsungan hidup berkaitan dengan deteksi dan diagnosis dini sehingga dapat dilakukan

terapi yang lebih baik dalam menurunkan mortalitas, dengan demikian, deteksi dini dan

penanganan yang efektif dianggap merupakan hal yang paling penting untuk menurunkan

mortalitas dan morbiditas akibat kanker payudara.

Insidensi kanker payudara di Indonesia masih rendah. Angka kejadian disesuaikan

dengan umur (menurut populasi dunia)3 di Semarang Jawa Tengah adalah 18,6 per 100.000

penduduk pada 1985-19895 dibandingkan dengan negara barat dimana insidensi kanker

8

Page 9: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

payudara pada 1985 adalah lebih dari 50%. Kanker payudara menduduki peringkat ke-2 di

Indonesia setelah kanker cervix.

Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari

pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak.

Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan

lesi maligna yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun sebenarnya

insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan

mammografi, Ultrasound , Magnetic Resonance Imaging dan juga biopsi payudara dapat

membantu dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien.

II. ANATOMI

II.a Gambaran Umum

Mammae adalah kelenjar kulit yang dimodifikasi, terletak di bagian anterior dan

termasuk bagian dari lateral thoraks.

Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini

terletak di fasia pektoralis. Mammae

melebar ke arah superior dari iga dua,

inferior dari kartilago kosta enam dan

medial dari sternum serta lateral linea

mid-aksilaris. Kompleks nipple-areola

terletak diantara kosta empat dan lima.

Terdapat Langer lines pada kompleks

nipple-areola yang melebar ke luar

secara sirkumfranse (melingkar).

Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada

biopsi mammae.Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke

arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara.

Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar yang setiap lobus terdiri dari

beberapa lobulus. Setiap lobulus kelenjar masing-masing mempunyai saluran ke papila

mamma yang disebut duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara kelenjar susu dan fasia

pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.

Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi

bentuk untuk mammae.

9

Page 10: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

II.b Vaskularisasi

Vaskularisasi mammae terutama berasal dari (1) cabang arteri mammaria interna; (2) cabang

lateral dari arteri interkostalis posterior; dan (3) cabang dari arteri aksillaris termasuk arteri

torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri torakoakromial.

II.c Aliran Limfa

Aliran limfe dari mammae kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal,

terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke kelenjar

interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10 sampai 90) buah kelenjar

getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Enam kelompok kelenjar

limf pada aksila yang diakui oleh ahli bedah adalah (1) kelompok vena aksila (lateral); (2)

kelompok mammaria eksternal (anterior atau pectoral); (3) kelompok skapular (posterior atau

subskapular); (4) kelompok sentral; (5) kelompok subklavikal (apical); dan (6) kelompok

interpektoral (Rotter’s node).

Kelenjar limfe regional dibagi atas :

1. Aksila (ipsilateral) : kelenjar

interpektoral (Rotter’s) dan

kelenjar disepanjang vena aksila

dan dibagi menjadi 3 tahapan

berdasarkan hubungannya

dengan muskulus pektoralis

minor :

a. Tahap I (low-axilla) : kelenjar

limf terletak lateral dari

muskulus pektoralis minor,

terdiri dari kelompok kelenjar

limf vena aksila, mammaria

eksterna dan scapular.

b. Tahap II (mid-axilla): kelenjar

limf terletak superficial atau

profunda dari muskulus

pektoralis minor, terdiri dari

kelompok lelenjar limf sentral

10

Page 11: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

dan interpektoral.

c. Tahap III (apical axilla) : kelenjar limf terletak medial atau batasan atas dari muskulus

pektoralis minor, terdiri dari kelompok lelenjar limf subklavikular.

2. Mammaria interna (ipsilateral) : kelenjar limf pada sela iga sepanjang sternum pada fasia

endothorasik.

3. Supraklavikular : kelenjar limf pada fossa supraklavikular, segitiga yang dibentuk dari

muskulus omohyoid dan tendon (batas lateral dan superior), vena jugularis interna (batas

medial) dan klavikula serta vena subklavia (batas bawah).

II.d Innervasi

Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus interkostalis.

Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi

yang perlu diingat sehubung dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni

nervus interkostobrakialis, nervus kutaneus brakialis medialis yang mengurus sensibilitas

daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sukar disingkirkan

sehingga sering terjadi mati rasa pada daerah tersebut. Saraf nervus pektoralis yang

menginervasi muskulus pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis yang

menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus yang menginervasi

muskulus serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi

aksila.

III. FISIOLOGIS

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Estrogen diketahui

merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesterone memulai perkembangan lobules-

lobulus payudara juga deferensiasi sel epitel. Prolaktin merangsang laktogenesis.

1. Perubahan siklik : volume meningkat hampir 50% setelah hari kedelapan dari silklus

mensruasi.Kongesti vaskuler dan proliferasi lobular berkurang saat menstruasi

2. Kehamilan dan laktasi :duktus alveolaris dan lobularis berploriferasi dengan regresi

setelah masa menyusui. Puting dan areola bertambah gelap dan kelenjar mantgomery

menjadi menonjol, strie tampak.

3. Monopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan parenkim.

4. Penyimpangan: Perkembangan asimetrik atau hipertropi virginal pada anak

perempuan dapat dikoreksi dengan pembedahan setelah dewasa. Ginekomasti pada

anak laki-laki pubertas dapat diperbaiki jika tidak ada regresi atau kelainanan

hormonal.

11

Page 12: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan dimana

seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan

jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudarany. Pemeriksaan ini

dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan dan dianjurkan bagi para wanita

mulai usia 20 tahun.

Terkadang SADARI dapat mendeteksi kanker yang tidak dapat ditemukan dengan

menggunakan mammografi, meskipun konstribusinya terhadap deteksi dini pada kanker

relatif lebih kecil pada penderita yang asimptomatik. SADARI juga penting bagi wanita

yang tidak melakukan pemeriksaan mammografi secara teratur dan juga yang belum

direkomendasikan untuk melakukan mammografi.

Berdasarkan observasi, 95% wanita mendeteksi sendiri kanker payudara dan 65%

mendeteksi kanker tersebut pada stadium awal pada dirinya sendiri. Dengan begitu dapat

dikatakan kanker payudara lebih sering terdeteksi pertama kali oleh penderitanya sendiri.

Selain itu, diperkirakan bahwa dengan melakukan SADARI dapat mengurangi angka

kematian sebanyak 18%.

SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid Anda.

sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali sebulan.

Berikut merupakan cara melakukan SADARI :

a. Berdiri di depan cermin. Lihat kedua payudara, perhatikan apakah kedua payudara

simetris dan kalau-kalau ada sesuatu yang tidak biasa seperti perubahan dalam

bentuk payudara, urat yang menonjol, perubahan warna atau bentuk lain dari

biasanya. Dan lihat apakah terdapat perubahan pada puting, terjadi kerutan, cawak

atau pengelupasan kulit. Kemudian perlahan-lahan angkatlah kedua lengan ke atas

sambil memerhatikan apakah kedua payudara tetap simetris.

b. Tetap dalam posisi berdiri, gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan

dengan cara merabanya, dan sebaliknya untuk payudara kiri. Angkat tangan kiri

Anda. Gunakan tiga atau empat empat jari tangan kanan untuk merasakan payudara

sebelah kiri dengan teliti dan menyeluruh. Dimulai dari ujung bagian luar, tekan

dengan bagian jari-jari yang pipih dalam gerakan melingkar kecil, bergerak

perlahan-lahan di sekitar payudara. Anda dapat memulai pada bagian ujung luar

payudara dan secara perlahan-lahan bergerak ke bagian puting, atau sebaliknya.

12

Page 13: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

Yakinlah untuk meraba semua bagian payudara dan termasuk daerah sekitar

payudara dan ketiak, termasuk bagian ketiak itu sendiri.

c. Dekap tangan Anda di belakang kepala dan tekan tangan Anda ke depan. Kemudian,

tekan tangan Anda erat pada pinggul dan sedikit menunduk ke depan cermin ketika

Anda menarik punggung dan sikut ke depan. Ini akan melengkapi bagian

pemeriksaan payudara di depan cermin.

d. Rasakan adanya perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di bawah

bahu kanan, lengan kanan di bawah kepala. Periksa payudara kanan dengan tangan

kiri dengan meratakan jari-jari secara mendatar untuk merasakan adanya benjolan.

Periksa pula lipatan lengan, batas luar payudara, dan ke seluruh payudara.

e. Perhatikan tanda-tanda perdarahan atau keluarnya cairan dari puting susu. Caranya

dengan memencet puting susu dan melihat apakah ada darah atau cairan yang keluar.

f. Lakukan hal serupa pada payudara sebelah kiri, yaitu dengan meletakkan tangan kiri

di bawah kepala, lalu gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri.

Bila Anda mendapati adanya kejanggalan, segeralah periksakan diri ke dokter.

Jenis tes yang baru menyertakan juga tes gen HER2 (human epidermal growth factor

receptor-2) untuk tumor. Gen ini berhubungan dengan pertumbuhan sel kanker yang agresif.

Pasien dikatakan HER2-positif jika pada tumor ditemukan HER2 dalam jumlah besar.

Kanker dengan HER2-positif dikenal sebagai bentuk agresif dari kanker payudara dan

13

Page 14: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

memiliki perkiraan perjalanan penyakit yang lebih buruk dari pada pasien dengan HER2-

negatif. Diperkirakan satu dari empat sampai lima pasien dengan kanker payudara tahap akhir

memiliki HER2-positif.

V. KLASIFIKASI

Untuk klasifikasi kanker payudara kita gunakan sistem TNM, TNM merupakan singkatan

dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening

regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai

baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan

pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:

T (tumor size), ukuran tumor:

o T 0: tidak ditemukan tumor primer

o T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

o T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

o T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm

o T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit (a) atau

dinding dada (b) atau pada keduanya (c), dapat berupa borok (d), edema atau

bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar

tumor utama

N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):

o N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla

o N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan

o N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

o N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada

kgb di mammary interna di dekat tulang sternum

M (metastasis), penyebaran jauh:

o M x: metastasis jauh belum dapat dinilai

14

Age 20-39 > 40

BSE

Clinc Breast Ex

Mammography

Monthly

Ev 3 years

None

Monthly

Annualy

Annualy

Page 15: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

o M 0: tidak terdapat metastasis jauh

o M 1: terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian

digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Stadium 0: T0 N0 M0

Stadium I: T1 N0 M0

Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0

Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0

Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0

Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0

Stadium III C: Tiap T N3 M0

Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1

Berdasarkan pembagian stadium diatas stadium kanker di kelompokkan lagi menjadi 2, sebab

terapi yang akan diberikan kepada pasien berbeda pada masing-masing stadium ini:

Stadium awal : dimulai dari stadium 0 hingga stadium IIIA

Stadium lanjut : dimulai dari stadium IIIA hingga stadium IV

VI. HISTOPATOLOGIS

1. Carcinoma In Situ

Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)

Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) berasal dari ductus lobular terminal dan hanya

berkembang pada payudara wanita. LCIS dikarakteristik dengan distensi dan distorsi

ductus lobular terminal oleh sel kanker, dimana membesar namun dengan ratio

nucleus dan sitoplasma yang normal. Gambaran mikroskopis dan makroskopis Ca

lobularis invasif sering tidak dapat dibedakan dengan adenocarcinoma konvensional,

variable prognosis dan survival rate-nya juga hampir sama. Insidensi Ca lobularis

belum pasti. Diduga Ca lobularis in situ merupakan 3 % dari seluruh tumor mammae,

sedangkan jenis infiltratif-nya merupakan 10 % dari semua Ca mammae.

Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)

Secara histologis, DCIS dikarakteristik sebagai proliferasi epitel, menghasilkan

pertumbuhan papilla dari ductus lumina. Pada awal perkembangan, sel kanker tidak

menunjukkan pleomorphism, mitosis, atau atipia, yang memungkinkan sulitnya

15

Page 16: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

membedakan antara DCIS dengan hiperplasia jinak mammae. Sel-sel mempunyai sifat

mikroskopik keganasan, tetapi tidak menginvasi membrane basalis epitel duktus. Jika

dibiarkan tanpa diterapi, selalu timbul adenokarsinoma invasive, walaupun waktu

untuk perkembangan neoplasma invasive itu bias diukur dalam tahun atau dasawarsa

2. Carcinoma Mammae Invasive

Penyakit Paget

Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh carcinoma

ductal, berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi eczematoid, krusta,

bersisik, dan hiperemis. Tumor primernya dapat tidak teraba pada palpasi dan erosi atau

krusta sering terkacaukan dengan dermatitis. Angka kejadiannya adalah sekitar 2 % dari

seluruh Ca mammae dan hampir selalu timbul bersama-sama dengan Ca ductal atau

invasive. Gejalanya berupa nyeri, gatal, panas dan kadang berdarah. Penting sekali untuk

dilakukan biopsi papilla mammae. Penyakit paget harus diterapi sebagai carcinoma ductal

invasive, biasanya masih pada stadium 1.

Carcinoma ductus menginfiltrasi dengan fibrosis produktif

(Infiltrating adenocarcinoma with productive fibrosis)

Neoplasma ini mewakili 75-78 % carcinoma mammae invasive dan disertai dengan

desmoplasia dan fibrosis. Tersering timbul pada wanita usia perimenopause atau

postmenopause (decade VI) sebagai suatu massa soliter, tidak nyeri, konsistensi keras,

berbatas tidak tegas. Carcinoma ini menginfiltrasi kulit secara diffuse dengan

keterlibatan ligamentum Cooper yang menghasilkan peau d’orange atau edema kulit

yang luas.

Carcinoma Medullare

Sekitar 3-5 % keganasan mammae, neoplasma ini dianggap berasal dari ductus yang

besar dan ditandai oleh penampilan makroskopik hemorrhagic yang lunak. Biasanya

mobile dan terletak profunda di dalam mammae. Saat diagnosis, kulit sering tertarik

diatas massa sferis besar yang berdiameter lebih dari 3 cm. Riwayat progresifitas lambat,

walaupun tumor dapat membesar dengan cepat, sekunder terhadap perdarahan atau

nekrosis. Hanya kurang dari 20 % kasus Ca medullare ini yang timbul bilateral dan

kurang dari 10 % yang mengandung esterogen dan progesteron reseptor. Carcinoma ini

mempunyai 5 year survival rate lebih baik dibandingkan Ca ductus atau lobolus invasif.

Prognosis terpenting pada Ca medullare adalah keterlibatan metastase ke KGB axillaris.

Comedo carcinoma

16

Page 17: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari semua Ca

mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti pasta yang

dapat dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat, dapat meluas

dalam waktu beberapa tahun. Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang pada sepertiga pasien

dapat metastase ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival rate 5 dan 10 tahunnya

masing-masing 73 % dan 58 %, setelah mastectomy yang adekuat. Secara makroskopis,

tumor ini berbatas tegas, kenyal, dan berwarna keabu-abuan.

Colloid / mucinous carcinoma

Merupakan suatu adenocarcinoma yang secara tipikal membentuk materi gelatin yang

menjadi bagian utama carcinoma ini. Angka kejadiannya sekitar 2 % dari seluruh Ca

mammae. Neoplasma jenis ini mempunyai potensi pertumbuhan yang lambat dengan

metastasis lanjut. Survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan 59 %. Secara

makroskopik tumor ini berbatas tegas tetapi tidak berkapsul. Bila dipotong, benang

materi mukoid melekat pada scalpel.

Papillary carcinoma

Angka kejadiannya kurang dari 2 % dari seluruh Ca mammae, sering ditemukan pada

usia 70-an, dan mempunyai 5 year survival rate terbaik. Lesi biasanya kecil, jarang

melebihi 2-3 cm dan berbatas tegas. Dapat timbul nekrosis, perdarahan sentral, dan

menghasilkan sekret yang keluar dari papilla.

Tubular carcinoma

Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang

digambarkan membentuk tubulus. Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae.

Neoplasma jenis ini sering menyerupai Scleroticans adenosis maupun penyakit

fibrokistik mammae dan harus dibedakan dari hyperplasia atipik fokal. Survival rate-nya

mendekati 100 %.

VII. TERAPI

Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif. Pengobatan pada

stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat adjuvant. Untuk stadium I

dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau modified radikal mastectomy dengan

atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.

17

Page 18: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

Gambar 7. Macam-macam operasi carcinoma mammae

Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika adjuvant.

Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama untuk mengurangi

penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb atau yang dinamakan

locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu

hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik

yaitu hormonal dan khemoterapi.

A. Modified radical mastectomy

Kanker yang besar dan residual setelah adjuvant terapi (khususnya pada payudara

yang kecil), kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi radiasi merupakan

indikasi dilakukannya operasi ini (Zollinger Atlas of Surgical Operation)

Prosedur ini paling banyak digunakan, terdapat 2 bentuk prosedur yang biasa

digunakan oleh para ahli bedah.

Prosedur Patey dan modifikasi dari Scanlon

M. pectoralis mayor tetap dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan

kelenjar limfe level I, II dan III pada axilla diangkat. Scanlon memodifikasi prosedur

Patey dengan memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis minor, sehingga

kelenjar limfe apical (level III) dapat diangkat dan saraf pectoral lateral dari otot

mayor dipertahankan.

Prosedur yang dibuat oleh Auchincloss

Berbeda dari prosedur Patey, yaitu dengan tidak mengangkat atau memisahkan M.

Pectoralis minor. Modifikasi ini membatasi pengangkatan komplit dari kelenjar limfe

paling atas, Auchincloss menerangkan bahwa hanya 2 % dari pasien yang

memperoleh manfaat dengan adanya pengangkatan kelenjar limfe sampai level

18

Page 19: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

tertinggi. Ini yang membuat prosedur Auchincloss menjadi prosedur yang paling

populer untuk Ca mammae di Amerika Serikat.

B. Total Mastectomy

Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang mencakup

operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis. Total

mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan terapi radiasi

post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB merupakan sumber suatu

barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak diangkat, juga ada alasan

bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-sel ganas sebagai akibat trauma

operasi.

C. Segmental Mastectomy

Berdasarkan cara operasinya, prosedur ini dibagi dalam 3 cara:

Eksisi terbatas hanya mengangkat seluruh tumornya saja. Cara ini tidak dianjurkan

untuk Ca mammae

Eksisi seluruh tumor beserta jaringan mammae yang melekat pada tumor untuk

meyakinkan batas jaringan bebas tumor.

Eksisi seluruh tumor beserta seluruh quadrant mammae yang mengandung tumor dan

kulit yang menutupinya (quadranectomy).

Sebagian besar ahli bedah membatasi segmental mastectomy pada pasien-pasien

dengan tumor yang kecil (<4cm atau dalam beberapa kasus <2 cm). Mastectomy

segmental harus dilanjutkan dengan terapi radiasi karena tanpa radiasi resiko

kekambuhannya tinggi.

D. Hormonal terapi

30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen. Pada kanker payudara dengan

reseptor estrogen positif stadium awal, terapi hormonal berperan penting dalam terapi

adjuvant, sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan kemoterapi. Pada kanker

payudara dengan estrogen dan progesterone reseptor, sekitar 77% memberikan respon

19

Page 20: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

yang positif terhadap terapi hormonal. Untuk wanita premenopause terapi hormonal

berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy. Untuk post menopause terapinya

berupa pemberian obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun menopause jenis terapi

tergantung dari aktivitas efek esterogen. Efek esterogen positif dilakukan terapi ablasi,

efek esterogen negative dilakukan pemberian obat-obatan anti esterogen Indikasi

pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh.

Biasanya bersifat paliatif dan diberikan sebelum kemoterapi.. Terapi hormonal berfungsi

menrunkan kemampuan estrogen untuk merangsang mikrometastasis atau sel kanker

dorman.

a) Tamoxifen

Tamoxifen merupakan selective estrogen receptor modulator (SERM),

yang mengikat dan menghambat reseptor estrogen di payudara. Sebagai

antagonis reseptor, tamoxifen efektif untuk wanita premenopause dan

postmenopause. Tamoxifen memiliki efek stimulasi reseptor estrogen di

jaringan lain, seperti tulang dan endometrium. Efek samping yang dapat

dijumpai pada penggunaan tamoxifen adalah flushing, perdarahan vagina,

discharge, dispareunia, gejala frekuensi dan urgensi dalam berkemih, dan

gangguan mood atau depresi.

b) Aromatase inhibitor (AI)

AI berfungsi menghambat aromatase, suatu enzim yang berperan dalam

mengubah hormon-hormon steroid menjadi estrogen. Aromatase ditemukan di

lemak tubuh, kelenjar adrenal, dan jaringan payudara, termasuk sel tumornya.

Aromatase merupakan sumber estrogen penting pada wanita postmenopause

dan mungkin dapat menjadi alasan obesitas meningkatkan risiko kanker

payudara pada wanita postmenopause. AI tidak memengaruhi produksi

estrogen ovarium, sehingga hanya efektif pada wanita postmenopause. Ada

dua jenis aromatase inhibitor yaitu irreversible steroidal activators dan

reversible nonsteroidal imidazole-based inhibitors, walaupun kedua jenis AI

ini berfungsi untuk mengganggu langkah terakhir pada biosintesis esterogen,

kedua AI tersebut melakukannya dengan mekanisme yang berbeda.

irreversible steroidal activators, seperti exemestane, memiliki struktur

androgen dan bersaing dengan androstenedion yang merupakan substrat

aromatase alami, mereka berikatan secara irreversibel pada daerah katalitik

aromatase yang menyebabkan aktivitas enzim tersebut berhenti sehingga lebih

20

Page 21: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

banyak enzim aromatase yang harus diproduksi untuk melanjutkan biosintesis

yang berhenti. Oleh karena itu, irreversible steroidal activators sering disebut

sebagai inhibitor bunuh diri. Karena struktur steroid mereka, metabolit

exemestane dan 17-hydroexemestane memiliki potensi untuk menyebakan

efek androgenik. Sedangkan reversible nonsteroidal imidazole-based

inhibitors berinteraksi dengan bagian sitokrom P450 dari enzim aromatase dan

mengganggu biosintesis estrogen tergantung pada keberadaan lanjutan dari

agen nonsteroid ini. Agen nonsteroid ini termasuk generasi kedua agen

aminoglutethimide dan generasi ketiga agen anastrozole dan letrozole.

Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menginduksi pengurangan kadar estrogen pada

tumor. Hal ini bisa dicapai dengan :

- Blockade reseptor dengan menggunakan satu dari selective estrogen receptor

modulators seperti tamoxifen dan toremifene.

- Supresi estrogen sintesis dengan aromatase inhibitor (anastrozole, letrozole,

exemestane) pada wanita post menopause, atau dengan LH-RH analog (goserelin)

pada wanita pre menopause.

- Ablasi ovarium dengan oophorectomy pada wanita pre menopause.

Penggunaan Tamoxifen memperlihatkan 50% penurunan resiko rekurensi kanker

payudara dan 28% penurunan angka kematian pada kanker payudara.

E. Chemoterapy

Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada Ca

mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada Ca mammae

yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya diberikan

kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).

Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah

pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda

kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian

beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi

tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan

kanker payudara.

Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut

yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Pada saat ini

muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron,

21

Page 22: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan

lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan

penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi

dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.

Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi

lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen dan

memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi

risiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan risiko terjadinya

kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah

kekeringan vagina akibat menopause.

Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:

Kanker yang didukung oleh estrogen

Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah

terdiagnosis

Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.

Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan

masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau

kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause. Tamoxifen memiliki sedikit

efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama. Selain itu, untuk menghentikan

pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung

telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.

Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah

pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang

lain.

Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk

mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon

steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan

pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.

F. Neoadjuvant chemoterapy

Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi. Dengan

adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah konservatif pada Ca

mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menyusutkan tumor yang

besar sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk mengangkat tumor Tindakan

22

Page 23: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

bedah konservatif adalah yang dikenal dengan nama Breast Conserving Treatment yaitu

tindakan bedah dengan hanya mengangkat tumor yang diikuti diseksi axilla dan radiasi

kuratif.

G. Sentinel lymph nodes biopsy

Sentinel lymph nodes adalah nodi limfe yang pertama kali dicapai oleh sel kanker

yang bermetastasis pada Ca mammae. Sentinel lymph nodes biopsy adalah prosedur

diagnosis terbaru yang digunakan untuk mengetahui apakah sudah terdapat metastasis Ca

mamme ke kelenjar limfe axilla. sel tumor, maka selanjutnya tidak perlu lagi

mengangkat kelenjar limfe lainnya yang terdapat pada daerah axilla.

H. Radiation therapy

Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan lumpectomy atau

partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor yang tersisa yang terdapat

di dekat area tumor. Radiasi dilakukan tergantung dari besar tumor, jumlah KGB axilla

yang terkena. Kadang terapi radiasi diberikan sebelum tindakan bedah untuk

menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga mudah untuk diangkat.

Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae pada kedua

mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak digunakan untuk Ca

mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang berada diluar tubuh yang

dikenal dengan nama external-beam radiation therapy. Terapi radiasi juga dapat

diberikan dengan cara menanamkan pil ke dalam area tumor (internal radiation therapy).

VIII. PROGNOSIS

5-year survival rate berdasarkan ukuran tumor dan KGB axila yang dikenai :

Tumor < 2 cm

o Negative nodes - 96%

o 1- 3 positive nodes - 87%

o 4 atau lebih positive nodes - 66%

Tumor 2-5 cm

o Negative nodes - 89%

o 1- 3 positive nodes - 79%

23

Page 24: Targeting Theraphy Pada CA Mammae

o 4 atau lebih positive nodes - 58%

Tumor > 5 cm

o Negative nodes - 82%

o 1- 3 positive nodes - 73%

o 4 atau lebih positive nodes - 45%

Menurut American joint committee dalam kaitanya stadium klinik karsinoma mamma kaitan

dengan daya hidup yaitu :

Stadium klinik Survival rate

Stadium. I :Garis tengah tumor < 2cm nodus (-), tidak metastase 85 %

Stadium II : garis tengah tumor < 5cm nodus (+), tidak melekat,

metastase (-)

66 %

Stadium III : Tumor > 5cm , tumor dengan ukuran tertentu

disertai dengan invasi kulit atau melekat pada dinding dada.,

nodus pada supraclvikular (+)

41 %

Stadium IV : Metastase jauh 10%

24