Tatalaksana CKD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Best tatalaksana of CKD right now, it has everything that need offering

Citation preview

Tatalaksana & Follow-upA. Terapi KonservatifManajemen yang dilakukan untuk CKD merupakan terapi konservatif, hingga pasien tersebut tidak dapat lagi melanjutkan aktivitas mereka. Yang termasuk terapi konservatif antara lain:1. Pengobatan penyakit dasarPengobatan terhadap penyakit dasar yang masih dapat dikoreksi mutlak harus dilakukan. Termasuk disini adalah pengendalian tekanan darah, regulasi gula darah pada pasien DM, koreksi jika ada obstruksi saluran kencing, serta pengobatan infeksi saluran kemih (ISK).2. Pengendalian keseimbangan air dan garamPemberian cairan disesuaikan dengan produksi urine, yaitu produksi urine 24 jam ditambah 500 ml. Asupan garam tergantung evaluasi elektrolit, umumnya dibatasi 40-120 mEq (920-2760 mg). diet normal mengandung rata-rata 150 mEq. Furosemide dosis tinggi masih dapat dipakai pada awal PGK, akan tetapi pada fase lanjut tidak lagi bermanfaat dan pada obstruksi merupakan kontra indikasi. Penimbangan berat badan, pemantauan produksi urine, serta pencatatan keseimbangan cairan akan membantu pengelolaan keseimbangan cairan dan garam.3. Diet rendah protein dan tinggi kaloriAsupan protein dibatasi 0.6-0,8 g/kgBB/hari. Rata-rata kebutuhan protein sehari pada penderita CKD adalah 20-40 gram. Kebutuhan kalori minimal 35 kkal/kgBB/hari. Diet rendah protein tinggi kalori akan memperbaiki keluhan mual, menurunkan BUN, dan akan memperbaiki gejala. Selain itu diet rendah protein akan menghambat progresivitas penurunan faal ginjal.4. Pengendalian gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basaGangguan keseimbangan elektrolit utama pada PGK adalah hyperkalemia dan asidosis. Hyperkalemia dapat tetap asimtomatis walaupun telah mengancam jiwa. Perubahan gambaran EKG kadang baru terlihat setelah hyperkalemia membahayakan jiwa. Pencegahan meliputi diet rendah kalium (hindari buah seperti pisang, jeruk, dan tomat serta sayuran berlebih) dan menghindari pemakaian diuretika K-sparring. Asidosis menyebabkan keluhan mual, lemah, air-hunger, dan drowsiness. Pengobatan intravena dengan NaHCO3 hanya diberikan pada keadaan asidosis berat, sedangkan jika tidak gawat dapat diberikan secara per-oral.5. Pengendalian tekanan darahBerbeda dengan pengendalian hipertensi pada umumnya, Pada PGK masalah pembatasan cairan mutlak dilakukan. Target tekanan darah 125/75 diperlukan untuk menghambat laju progresivitas penurunan faal ginjal. Penghambat ACE dan ARB diharapkan akan menghambat progresivitas PGK. Pemantauan faal ginjal secara serial perlu dilakukan pada awal pengobatan hipertensi jika digunakan penghambat ACE dan ARB. Apabila dicurigai adanya stenosis arteria renal, penghambat ACE merupakan kontra indikasi.6. Pencegahan dan pengobatan osteodistrofi renalTermasuk dari tindakan ini adalah: Pengendalian hiperfosfatemiaKadar P sserum harus diperhatikan kurang dari 6 mg/dl. Dengan cara diet rendah fosfor saja kadang tidak cukup, sehingga perlu diberikan obat pengikat fosfat. Aluminium hidroksida 300-1800 mg diberikan bersama makan. Cara ini sekarang ditinggalkan karena efek samping terjadinya intoksikasi aluminium dan konstipasi. Sebagai pilihan lain dapat diberikan kalsium karbonat 500-3000 mg bersama makan dengan keuntungan menambah asupan kalsium dan mengoreksi hipokalsemia. Makanan yang mengandung tinggi fosfor harus dihindari, misalnya susu, keju, yoghurt, es krim, ikan, dan kacang-kacangan. Pengendalian hiperfosfatemia juga dapat menghambat progresivitas penurunan faal ginjal. Suplemen vitamin D3 aktif1,25 dihidroksi vitamin D3 (kalsitriol) hanya diberikan jika kadar P normal. Batasan pemberian jika Ca x P < 65. Dosis yang diberikan adalah 0,25 mikrogram/hari. Paratiroidektomi Dilakukan jika proses ODR terus berlanjut.7. Pengobatan gejala uremi spesifikTermasuk disini adalah pengobatan simtomatis dari pruritus, keluhan gastrointestinal, dan penanganan anemia. Diet rendah protein, pengendalian P serta pemberian difenhidramin dapat memperbaiki keluhan pruritus. Diet rendah protein juga memperbaiki keluhan anoreksia dan mual-mual. Anemia yang terjadi pada PGK terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoietin. Selain itu juga bias disebabkan oleh defisiensi Fe, asam folat, atau vitamin B12. Pemberian eritropoietin rekombinan pada penderita PGK yang menjalani HD akan memperbaiki kualitas hidup, dapat pula diberikan pada penderita PGK pra-HD. Sebelum pemberian eritropoietin dan suplemen Fe diperlukan evaluasi kadar SI, TIBC, dan Ferritin.8. Deteksi dini dan pengobatan infeksiPenderita PGK merupakan penderita dengan respon imun yang rendah, sehingga kemungkinan infeksi harus selalu dipertimbangkan. Gejala febris terkadang tidak muncul karena keadaan respon imun yang rendah ini.9. Penyesuaian pemberian obatBeberapa obat memerlukan penyesuaian dosis karena ekskresi metabolitnya melalui ginjal. Penggunaan obat nefrotoksik misalnya aminoglikosida, co-trimoxazole, amphotericin sebaiknya dihindari dan hanya diberikan pada keadaan khusus. OAINS juga menurunkan fungsi ginjal. Tetrasiklin meningkatkan katabolisme protein. Nitrofurantoin juga harus dihindari dan penggunaan diuretic hemat kalium harus pula berhati-hati karena menyebabkan hyperkalemia.

B. Terapi Non-KonservatifTerapi ini dilakukan pada pasien yang tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya sebagaimana mestinya. Terapi ini antara lain:1. Deteksi dan pengobatan komplikasiDengan makin lanjutnya PGK, kemungkinan timbul komplikasi makin besar. Beberapa komplikasi merupakan indikasi untuk segera dimulainya hemodialysis (HD) meskipun penderita belum sampai pada tahap PGK stadium 5. Komplikasi yang merupakan indikasi untuk tindakan HD antara lain:a. Ensefalopati uremikb. Pericarditis atau pleuritisc. Neuropati perifer progresifd. ODR progresife. Hyperkalemia yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan medikamentosaf. Sindroma overloadg. Infeksi yang mengancam jiwah. Keadaan sosial2. Persiapan dialysis dan transplantasiPenderita PGK dan keluarganya sudah harus diberitahu sejak awal bahwa pada suatu saat penderita akan memerlukan HD atau transplantasi ginjal. Pembuatan akses vaskuler sebaiknya sudah dikerjakan sebelum klirens kreatinin dibawah 15 ml/menit. Dianjurkan pembuatan akses vaskuler jika klirens kreatinin telah dibawah 20 ml/menit. Perlu membatasi punksi pembuluh darah daerah ekstremitas yang akan dipakai untuk akses vaskuler. Disamping persiapan dari segi medic perlu pula persiapan non medic.

C. Terapi Berdasarkan StadiumMenurut stadiumnya, terapi yang dapat diberikan untuk pasien dengan gagal ginjal kronis (CKD) yaitu:

1. Memperlambat perkembangan penyakitTindakan-tindakan ini dimaksudkan untuk menstabilkan atau memperlambat pengurangan fungsi ginjal. Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain:a. Restriksi proteinRestriksi protein ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala uremia dan memperlambat laju penurunan fungsi ginjal pada stadium awal dari gagal ginjal. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa restriksi protein merupakan salah satu tindakan efektif dalam memperlambat progresivitas CKD, khususnya penyakit ginjal diabetic dan proteinuric. KDOQI menyarankan intake protein per hari sebanyak 0,60-0,75 g/kg/hari, dan dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan seperti penyakit-penyakit komorbid, ada/tidaknya proteinuria, dan status nutrisi pasien. Jika pasien telah mencapai stadium 5 CKD, intake protein spontan akan berkurang, dan pasien dapat memasuki fase malnutrisi protein-energi. Pada keadaan ini, intake protein harian sebanyak 0,90 g/kg/hari dapat direkomendasikan, khususnya protein dengan nilai biologis yang tinggi. b. Mengurangi hipertensi glomerular dan proteinuriaPeningkatan tekanan filtrasi intraglomerular dan hipertrofi dari glomerular terjadi sebagai respon dari berkurangnya jumlah nefron akibat beberapa penyakit ginjal. Kejadian ini merupakan suatu proses maladaptive, yang akan memperburuk fungsi ginjal. Control terhadap hipertensi sistemik maupun glomerular sama pentingnya dengan restriksi protein pada CKD. Oleh karena itu, dengan tujuan untuk mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, pemberian terapi anti-hipertensi pada pasien dengan CKD juga ditujukan untuk memperlambat progresivitas kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerular. Peningkatan tekanan darah meningkatkan proteinuria melalui transmisi ke glomerulus.ACE-I dan ARB menginhibisi vasokonstriksi yang disebabkan oleh efek angiotensin pada arteriol eferen dari mikrosirkulasi glomerular. Inhibisi ini akan menyebabkan pengurangan dari tekanan filtrasi intraglomerular serta proteinuria. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obat ini dapat mengurangi progresivitas gagal ginjal secara efektif pada pasien dengan penyakit ginjal diabetic maupun nondiabetik. Hal ini berkaitan erat dengan efek pengurangan proteinuria yang dimilikinya.2. Memperlambat perkembangan penyakit ginjal diabeticNefropati diabetic merupakan salah satu penyebab tertinggi dari CKD yang membutuhkan terapi penggantian ginjal, terutama pada negara berkembang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merumuskan suatu strategi untuk mencegah atau memperlamat progresivitas nefropati diabetic pada pasien-pasien ini.a. Kontrol glukosa darahControl glikemi yang baik dapat mengurangi resiko penyakit ginjal dan progresivitas dari diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Direkomendasikan bahwa nilai plasma untuk glukosa preprandial (sebelum makan) dijaga pada 5,0-7,2 mmol./L (90-130 mg/dL) dan hemoglobin A1C sebanyak