Upload
saddha-nadhi
View
117
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tekno
Citation preview
Basmi Nyamuk dengan Daun Sirih
Dulu, ketika ada anak kecil mimisan (keluar darah dari hidung), dengan sigap orangtua akan memetik daun sirih, melipat dan menggulungnya, lalu slup.. dimasukkan ke hidung si anak. Ajaib! Tak seberapa lama darah pun berhenti mengucur.
Kini, ritual itu pun berlangsung kembali. Hanya saja kali ini si orangtua memetik daun sirih bukan buat menyetop mimisan, tapi untuk menghentikan calon makhluk penghisap darah. Daun beraroma khas ini digunakan buai menumpas jentik nyamuk.
Ketika muslin hujan, kita sering dihimbau untuk mewaspadai jentik nyamuk, khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus penyebar wabah demam berdarah dengue (DBD). Beragam produk insektisida ditabalkan sebagai penumpas kedua jenis nyamuk tadi. Namun, insektisida ditengarai berdampak negatif terhadap lingkungan, selain dapat menumpas predator dan membuat serangga resisten. Alhasil, ditolehlah pemusnahan secara alami.
Alternatif dari alam ini sudah sering digunakan. Hasilnya memang kalah jos dibandingkan dengan insektisida kimia. Tumbuhan yang digunakan umumnya mengandung zat-zat macam niketin, piretin, dan rotenon. lnsektisida ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan setelah digunakan.
Penelitian tentang insektisida alamiah dalam upaya mengendalikan serangga, khususnya pada stadium jentik, pertama kali dirintis oleh Campbell dan Sulivan tahun 1933. Selanjutnya berturut-turut Harzel tahun 1948; Amongkas dan Reaves tahun 1970; Pirayat Suparvann, Roy Sifagus, dan Fred W.K (1974) di University of Kentucky, Lexington telah menghasilkan penelitian bahwa ekstrak daun kemangi (Olium basikicum) pada dosis 100 ppm (bagian per sejuta) dapat menghambat prtumbuhan jentik Aedes aegypty.
Beberapa penelitian tadi menguatkan bahwa tanaman tertentu ternyata memiliki zat beracun bagi serangga. Salah satunya sirih (Paper betle (L) atau Charica betle (L)) yang termasuk dalam famili Piperaceae. Dari hasil penelitian, ekstrak daun sirih dapat digunakan sebagai insektisida alami dalam upaya membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti.
Dalam daun sirih terkandung beberapa senyawa seperti minyak atsiri, zat penyamak, cineole, dan yang terpenting senyawa alkoloid. Senyawa terakhir inilah yang nantinya dapat digunakan untuk membasmi jentik nyamuk dengan cara kerja mirip bubuk abate.
Bagaimana memperoleh ekstrak daun sirih?
Pertama, daun sirih 1/2 kg dicuci, kemudian ditiriskan di tampah hingga kering. Daun yang sudah kering digiling atau di-blender hingga berbentuk serbuk. Dari situ akan diperoleh sekitar 43 g serbuk daun sirih.
Kedua, masukkan serbuk ke dalam wadah (becker glass) dan tambahkan alkohol 95% sebanyak dua liter sehingga serbuk terendam. Aduk dan diamkan selama 24 jam. Setelah itu, saringlah dan godok atau panaskan hasil saringan tadi selama satu jam. Baru setelah itu diamkan selama seminggu. Masukkan ekstrak yang telah jadi itu ke dalam wadah atau botol dan siap untuk digunakan.
Bahan inilah yang nantinya digunakan untuk membasmi jentik Aedes aegypti sebelum sempat beranjak dewasa. Cara menggunakannya mirip kita menaburkan abate di genangan air. Cukup dengan konsentrasi rendah, jentik sudah kelimpungan. Alamiah dan murah!
politeknikcitrawidyaedukasi.wordpress.com/2007/08/23/basmi-nyamuk-dengan-daun-sirih/
----------------------------
Basmi Nyamuk dengan Daun Sirih
Biasanya sering banget th ada acara fogging buat membasmi jentik nyamuk di selokan bahkan di bak kamar mandi , tapi sebagian orang fogging itu malah membuat nyamuk menjadi kebal :( , kali ini ada cara tradisional untuk membunuh jentik nyamuk tersebut :D
Dulu ketika ada anak kecil mimisan (keluar darah dari hidung), dengan sigap orang tua akan memetik daun sirih, melipat dan menggulung, lalu dimasukin ke hidung, kemudian darah akan berhenti mengucur.
Kini ritual itu pun berlangsung kembali. Hanya saja kali ini si orang tua memetik daun sirih tidak untuk menyetop mimisan, tetapi untuk menghentikan calon makhluk pengisap darah. Daun beraroma khas ini digunakan untuk menumpas jentik nyamuk. Ketika musin hujan , kita sering diimbau untuk mewaspadai jentik nyamuk , khususnya Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, penyebab wabah demam berdarah dengeu (DBD). Beragam produk insektesida ditabalkan sebagi menumpas kedua jenis nyamuk tadi. Namun, insektidisa ditengarai berdampak negatif terhadap lingkungan, selain dapat menumpas predator dan membuat serangga resisten. Alhasil ditolehkan pemusnahan secara alami.
Alternatif dari alam ini sudah sering digunakan. Hasilnya memang kalah kuat dibanding dengan insektisida kimia. Tumbuhan yang digunakan umumnya mengadung zat-zat semacam niketin, piretin menjadi senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi umat manusia dan lingkungan setelah digunakan. Penelitian tentang insektisida alamiah dalam upaya mengendalikan serangga , khusunya pada stadium jentik, pertama kali dirintis oleh Campbell dan Sulivan tahun 1933. Selanjutnya berturut-turut Harzel tahun 1948, Amongkas Sifagus dan Fred W.L (1974) di University of Kentucky, Lexington, telah menghasilkan penelitina bahwa ekstrak daun kemangi (olium basikicum) pada dosis 100 ppm (bagian persejuta) dapat menghambat pertumbuhan jentik Aedes Aegypti.
Beberapa penelitian tadi menguatkan behwa tanaman tertentu tenyata memilki zat beracun bagi serangga. Salah satunya sirih, yang nama botaninya Paper betle (L) atau Chaica Betle (L) yang termasuk dalam famili Piperaceae. Dari hasil penelitian , ekstrak daun sirih dapat digunakan sebagai insektisida alami dalam upaya membasmi jentik nyamuk Aedes Aegypti.Dalam daun sirih terkandung beberapa senyawa , seperti minyak atsiri, zat pemyamak cineole, dan yang terpenting senyawa alkoloid. Senyawa terkahir inilah yang nantinya dapat digunakan untuk membasmi jentik nyamuk dengan cara kerja mirip bubuk abate.
Bagaimana memperoleh ekstrak daun sirih ? Pertama , daun sirih 1/2 kg dicuci , kemudian ditiriskan di tampah hingga kering. Daun yang sudah kering digiling atau dibelnder hingga berbentuk serbuk. Dari situ akan diperoleh sekitar 43g serbuk daun sirih. Kedua , masukan serbuk ke dalam wadah (becker glass) dan tambahkan alkohol 95% sebanyak dua liter sehingga serbuk terendam. Aduk dan diamkan selama 24 jam . Setelah itu, saringlah dan godok atau panaskan hasil saringan tadi selama satu jam. Baru setelah itu diamkan selama seminggu. Masukan ekstrak yang telah jadi itu ke dalam wadah atau botol dan siap untuk digunakan.Bahan itulah yang nantinya digunakan untuk membasmi jentik Aedes Aegypti sebelum sempat beranjak dewasa. cara menggunakannya mirip kita menaburkan abate di genangan air. Cukup dengan konsentrasi rendah, jentik sudah mati.
Cara tersebut adalah cara alami dengan bahan alami jadi tidak berbahaya bagi manusia tapi jika kita tidak ingin ada jentik nyamuk kita dapat mencegahnya dengan Menutup bak Kamar mandi , Mengubur benda benda yang dapat menjadi genangan air , dan Menguras Bak kamar mandi seminggu sekali , upaya tersebut disebut 3M , jadi penggunaan bahan kimia perlu dikurangi :D
MEMBUAT OBAT PEMBASMI JENTIK NYAMUK ALAMI
Tujuan : Membuat obat pembasmi jentik nyamuk dengan mudah dan murah menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle)
A. ALAT DAN BAHAN :
1. Ember Plastik Kecil
2. Blender ( lumpang dan alu )
3. Pemanas
4. Penyaring
5. Botol
6. Tampah
7. Stoples Kaca
B. BAHAN :
1. Daun Sirih 1/2 kg
2. Alkohol 95% 2 L
C. CARA KERJA
1. Cuci 1/2 kg sirih dalam ember, lalu tiriskan dan jemur di atas tampah yang kering.
2. Daun sirih kering diblender atau digiling dengan lumpang dan alu hingga berbentuk serbuk.
3. Masukkan serbuk daun sirih ke dalam stoples kaca dan tambahkan alkohol 95% sebanyak 2 L. Aduk dan diamkan +- 24 jam dalam keadaan tertutup.
4. Saring campuran daun sirih dan alkohol, lalu panaskan filtratnya selama +- 1 jam, dinginkan.
5. Hasil saringan (filtrat)didiamkan selama +- 1 minggu.
6. Ambil 10 mL ekstrak daun sirih, kemudian tambahkan 10 mL air. Ambil 5 mL dari hasil pengenceran tersebut, lalu tuangkan ke dalam genangan air sebagai pembasmi jentik nyamuk.
rifakus-n10tangsel.blogspot.com/2010/08/membuat-obat-pembasmi-jentik-nyamuk.html?m=1
www.awanukaya.com/2012/08/basmi-nyamuk-dengan-daun-sirih.html
matasiswa.blogspot.com/2011/12/basmi-nyamuk-dengan-daun-sirih.html?m=1
Format Proposal Tekno
Halaman Judul dan Biodata Pengusul
Latar Belakang
Ide dan Konsep Technopreneurship
Tujuan
Manfaat
Tinjauan Literatur
Metodologi (Strategi dan Metode)
Hasil Kegiatan (Produk)
Perencanaan / Pemasaran / Konsep Strategi
Perhitungan Perekonomian
Kesimpulan
Metodologi (Strategi dan Metode)
METODOLOGI PENULISAN
Tahapan Penulisan Penyusunan karya tulis ini memiliki tahapan-tahapan dalam proses
penulisannyayang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap perumusan tema dan permasalahan2. Tahap pengumpulan landasan teori dan data3. Tahap analisis4. Tahapan kesimpulan dan rekomendasi
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah
ini menggunakanbeberapa metode-metode yaitu :
1. Tinjauan pustaka2. Tinjauan media
Metode Analisa Metode pendekatan pada proses analisa yang dilakukan dalam penulisan
karyatulis ini adalah :
1. Metode analisa deskriptif yaitu analisa untuk mengelola dan menafsirkandata yang diperoleh sehingga dapat menggambarkan keadaan yangsebenarnya pada obyek yang dikaji.
2. Metode analisa komparatif untuk melihat perbandingan gagasan yangditawarkan dengan beberapa teori yang relevan dengan gagasan.
METODE PENDEKATAN
1. Kajian teknologi pembuatan emping mlinjo cara pasta denagn penambahan ekstrak rempah-rempah anti asam urat
a. Pembuatan tepung mlinjo dilakukan dengan grinder
b. Pembuatan ekstrak dilakukan sesuai dengan cara Prof. Hembing Wijayakusuma.
c. Pembuatan emping mlinjo dilakukan dengan variasi penambahan tapioka dan penambahan ekstrak rempah-rempah (rempah:air)
d. Uji Sensoris emping mlinjo dilakukan untuk mengetahui
penerimaan konsumen terhadap produk emping mlinjo cara pasta denan penamabhan ekstrak rempah-rempah anti asam urat dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda. data primer yang diperoleh diolah secara statistik.
2. Studi Kelayakan Bisnis
Pertama adalah menentukan bahan baku dan bahan pembantu pembuatan emping mlinjo yang paling menguntungkan serta dirancang teknologipengolahan emping mlinjo (mlinjo chips) yang sesuai dengan bahan yang diolah. Selanjutnya perhitungan aspek-aspek ekonomi dalam suatu usaha. Dari perhitungan tersebut akan ditentukan besarnya keuntungan yang dapat dicapai, lama pengembalian modal dan titik impas.
3. Sosialisasi produk
Sosialisasi ini dilakukan terutama untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap emping mlinjo dengan penambahan ekstrak rempah- rempah anti asam urat.
Waktu Pelaksanaan
Program ini dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober 2005. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu di Laboratorium jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pembuatan tepung mlinjo
Pembuatan tepung mlinjo dilakukan dengan gilingan grinda. Penggilingan dilakukan dua kali, yaitu pertama mlinjo yang telah disangrai digiling kasar kemudian dikeringkan dengan kabinet dryer suhu sekitar 70 oC selama 1 – 1,5 jam. Kemudian digiling kembali secara halus. Rendemen yang diperoleh adalah 50%.
2. Penentuan perbandingan tepung mlinjo dengan tepung tapioca Dalam pelaksanaannya ditambahkan tapioka sebanyak 10 %, 20 %, dan 30 %.. Dari sini diambil penambahan tapioka sebanyak 30 %, dengan pertimbangan pada komposisi ini sudah ada yang merasakan rasa tapioka, sehingga jika dilakukan penambahan tapioka labih banyak lagi rasa dan aroma emping (chips) sudah tertutupi oleh tapioka Dan secara trial and error dilakukan penambahan garam 0,3% campuran tepung.
3. Penentuan perbandingan tepung dengan air (cairan)
Dengan metode yang sama dengan penentuan garam (trial and error) sampai diperoleh tekstur yang diinginkan (kalis). Perbandingan air dengan tepung adalah 2:3. Pada perbandingan ini proses selanjutnya yaitu pengukusan akan lebih mudah dalam penanganannya.
4. Formulasi Ekstrak Rempah-rempah
Mengacu pada resep berupa obat tradisional dari Prof. Hembing Wijayakusuma, yang selanjutnya dikuantitatifkan adalah sebagai berikut: 2 gram kayu manis, 15 gram jahe merah, 5 gram pala, 1 gram kapulaga, 0,5 gram cengkeh, dan 32 gram daun sosor bebek direbus dengan air 600 cc dan perebusan berakhir setelah volume air mencapai 300 cc. Selanjutnya untuk resep yang lebih besar bisa dilakukan konversi
5. Penentuan perbandingan ekstrak dengan air dan Uji Sensoris
Pada tahap ini, dilakukan variasi penambahan ekstrak rempah-rempah dari 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 %. Dengan Uji Sensoris dengan atribut warna, kerenyahan, rasa, dan kesukaan keseluruhan dapat diperoleh pilihan produk yang lebih diterima oleh konsumen. Analisis dilakukan dengan analisis sidik ragam dan faktor yang berpengaruh diuji lanjut dengan Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT).
Dari analisis sidik ragam tersebut warna, aroma, kerenyahan tidak berpengaruh, sedangkan kesukaan berpengaruh. Sedangkan uji lanjut dengan DMRT kesukaan tidak berbeda nyata
namun dipilih nilai yang terbesar yaitu 50% dengan pertimbangan dengan ekstrak yang ditambahkan banyak namun kesukaan konsumen tinggi.
6. Analisis Proksimat Produk
a. Protein: 2,9541%
b. Lemak: 0,1325%
c. Karbohidrat total: 79,6159%
d. Kadar air: 14%
e. Kadar abu: 3,2975%
3. Analisis Ekonomi
Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis ekonomi. Dari perhitungan analisis ekonomi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel Perhitungan Analisis Ekonomi
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa bila produksi emping mlinjo dalam kemaan dapat trjual seluruhnya maka akan diperoleh keuntungan kotor dalam satu tahun sebesar Rp. 45.419.903,00. Modal investasi dapat
dikembalikan dalam jangka waktu 1,5 tahun. Titik impas (BEP) dimana
usaha tersebut tidak mengalami kerugian maupun keuntungan adalah saat
penjualan produk mencapai Rp Rp 8.431.650,00 pertahunnya atau setelah
kapasitas produksi 200 kg produk dengan asumsi penjualan Rp 42.500,00
per kg.
4. Pemasaran Produk Emping Mlinjo
Pemasaran produk emping mlinjo (Mlinjo Chips) direncanakan dibagi menjadi beberapa sektor pasar berdasarkan target konsumen, meliputi:
1. Masyarakat pendatang yang semi tetap (mahasiswa dan pekerja)
2. Masyarakat umum (Yogyakarta)
3. Masyarakat yang pantang terhadap asam urat
Nama anggota :
1. Limanto (03111003071)2. Idealisa D. Hutapea (03111003077)3. Vera Sugi Lestari (03111003101)
Judul : Pembasmi jentik nyamuk menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle)
Inovasi:
Air yang telah ditambahkan dengan produk ini masih dapat di konsumsi beda dengan penggunaan bubuk abate yang tak dapat dikonsumsi.
Menggunakan bahan berupa daun sirih (Piper betle) yang mana daun sirih ini secara umum digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan pembuatan jamu dan penguat gigi.
Menggunakan bahan alami yang lebih aman dibandingkan dengan mengunakan bubuk abate yang umumnya tidak aman bagi kesehatan.
Bahan baku yang mudah di dapat dan jumlahnya melimpah
Teknologi proses :
Leaching : untuk mengambil ekstrak daun sirih dengan menggunakan pelarut alkohol
Filtrasi : untuk memisahkan serbuk daun sirih dari larutan ekstrak daun sirih Evaporasi : untuk mengurangi volume alkohol dari larutan ekstrak daun sirih
Potensi aplikasi: Aman dan efektif untuk membunuh jentik-jentik nyamuk karena menggunakan bahan yang alami(herbal), Ekstrak daun sirih selain sebagai pembasmi jentik nyamuk dapat juga membunuh kuman dan bakteri didalam air (disinfektan)
Potensi market : produk ini layak di pasarkan dan dapat diterima oleh masyarakat luas terutama di dalam rumah tangga apalagi di daerah rawa dan di musim penghujan.
TINJAUAN LITERATUR
Penggunaan pestisida sintetik untuk membasmi jentik-jentik nyamuk mempunyai
resiko dan dampak negatif lingkungan, untuk mengurangi resiko tersebut perlu diperkenalkan
pemakaian pestisida nabati yang ramah lingkungan namun tidak mengesampingkan tujuan
utama tersebut. Salah satu tumbuhan yang memiliki zat beracun bagi serangga khususnya
jentik-jentik nyamuk adalah daun sirih (Paper betle L.). Pada daun sirih diketahui
mengandung senyawa alkaloid dan senyawa-senyawa lain seperti minyak atsiri, sineol serta
zat penyamak (Dharmananda, 2004; Heyne, 1987). Senyawa alkaloid inilah yang berperan
untuk membasmi jentik-jentik nyamuk yang cara kerjanya mirip bubuk abate (Kardinan,
2003). Ekstrak etanol 95% (pelarut polar) dari serbuk kering daun sirih dilaporkan dapat
membunuh jentik nyamuk Aedes aegeypti pada konsentrasi 100 ppm (Anonim, 2008; Lei
et.al., 2003). Hasil penelitian Sukadana dan Santi (2009) menunjukkan bahwa ekstrak kental
petroleum (bensin) lebih toksik (LC50 = 6,31 ppm) terhadap larva Aedes aegeypti
dibandingkan ekstrak kental etanol 96% (LC50 = 50,12 ppm). Hal ini berarti ekstrak kental
petroleum daun sirih sangat beracun bagi larva nyamuk Aedes aegeypti oleh karena hanya
dengan konsentrasi yang sangat kecil yaitu 6,31 ppm sudah dapat membunuh minimal 50%
dari larva nyamuk Aedes aegeypti tersebut dalam kurun waktu 24 jam. Dengan
memanfaatkan hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan suatu cairan pembasmi jentik
nyamuk dari daun sirih (Paper betle L.), suatu tumbuhan yang sangat dikenal dan mudah
didapat oleh masyarakat di desa maupun di perkotaan.
Alternatif dari alam ini sudah sering digunakan. Hasilnya memang kalah kuat
dibanding dengan insektisida kimia. Tumbuhan yang digunakan umumnya mengadung zat-
zat semacam niketin, piretin menjadi senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi umat
manusia dan lingkungan setelah digunakan. Penelitian tentang insektisida alamiah dalam
upaya mengendalikan serangga , khusunya pada stadium jentik, pertama kali dirintis oleh
Campbell dan Sulivan tahun 1933. Selanjutnya berturut-turut Harzel tahun 1948, Amongkas
Sifagus dan Fred W.L (1974) di University of Kentucky, Lexington, telah menghasilkan
penelitia bahwa ekstrak daun kemangi (Olium basikicum) pada dosis 100 ppm (bagian
persejutan) dapat menghambat pertumbuhan jentik Aedes Aegypti.
Beberapa penelitian tadi menguatkan behwa tanaman tertentu tenyata memilki zat
beracun bagi serangga. Salah satunya sirih, yang nama botaninya Paper betle (L) atau Chaica
Betle (L) yang termasuk dalam famili Piperaceae. Dari hasil penelitian , ekstrak daun sirih
dapat digunakan sebagai insektisida alami dalam upaya membasmi jentik nyamuk Aedes
Aegypti. Dalam daun sirih terkandung beberapa senyawa, seperti minyak atsiri, zat
pemyamak cineole, dan yang terpenting senyawa alkoloid. Senyawa terkahir inilah yang
nantinya dapat digunakan untuk membasmi jentik nyamuk dengan cara kerja mirip bubuk
abate.
Daun sirih memiliki kemampuan antiseptik, antioksidasi dan fungisida. Minyak atsiri
dan eksraknya pun mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negative. Teknik
analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis varians (ANAVA) pada taraf
signifikan α=0,05. Hasil analisis varians adalah Fhitung: 92l-98 lebih besar dari nilai Ftabel, pada
taraf signifikan α=0,05 dengan DK pembilang V1=4 dan Dk penyebut V2=20 atau V0,05=2,87
yang artinya dengan pemberian konsentrasi ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap daya
hambat Escherichia coli dan didapatkan konsentrasi minimal ekstrak yang numpu
mengharnbat bakteri Escherichia coli yakni pada konsentrasi 50%. Berarti hipotesis tentang
konsentrasi minimal ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap daya hambat bakteri
Escherichia coli dapat diterima.
Daun sirih berkhasiat juga sebagai obat batuk, antiseptika dan obat kumur, kandungan
zat-zatnya yaitu, minyak atsiri sampai 4,2% yang mengandung pula fenol yang khas yang
disebut betlephenol atau aseptosol, kavikol dan suatu seskuiterpen. Diastase 0,8%-1,8% dan
zat penyamak, gula dan pati.
Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengak, tajarn dan merangsang
disebabkan oleh kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Kedua zat
tersebut merupakan kandungan terbesar minyak atsiri yarg ada dalam daun sirih. Dari hasil
penelitian, ternyata sepertiga dari minyak atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian besar
adalah kavikol. Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya
pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa. (Moeljanto: 2003)
Daun sirih memiliki kemampuan antiseptik antioksidasi dan fungisida. Minyak atsiri
dan ekstraknya pun mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif
(Moeljanto: 2003). Sirih termasuk tanaman yang mempunyai banyak manfaatnya, terutama
bagian daunnya banyak dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, dan bahan
kosmetik. Manfaat daun sirih sebagai obat dapat digunakan untuk mengatasi bau badan, bau
mulut, sariawan, mimisaru bisul, penekan kekebalan tubuh, pelindung hati, jerawat,
mengurangi produksi air susu ibu yang berlebihan, mengatasi matagatal dan merah, gatal-
gatal dan koreng, mengobati keputihan pada wanita menghentikan, menahan pendarahan,
menyembuhkan iuka pada kulit, dan mencegah diare (Triarsari: 2005).
Menurut Siswandono dan Bambang (1995) turunan fenol berinteraksi dengan sel
bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada konsentrasi tertentu
terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan lemah dan segera menyebabkan penguraian
diikuti penetrasi fenol ke dalam sel bakteri dan menyebabkan koagulasi protein membran
sehingga membran sel bakteri me njadi lisis, selain itu dapat juga menyebabkan timbulnya
kebocoran konstituen sel yang essensial sehingga sel bakteri mengalami kematian.
Menurut Robinson (1995), senyawa saponin bersifat sebagai surfactant agent yang
kuat seperti sabun, karena dapat menurunkan tegangan permukaan antar sel. Saponin yang
diadsorpsi pada permukaan sel akan menyebabkan kerusakan dengan meningkatnya
permeabilitas membran, sehingga bahan-bahan esensial tersebut yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk hidup menjadi hilang dan dapat menyebabkan terjadinya kematian terhadap sel. Lebar
daerah hambat absolut karena khasiat kandungan senyawa lainnya. Heyne (1987)
menyatakan bahwa daun sirih mengandung kaviko l yang mempunyai daya bakterisida lima
kali lebih kuat dibanding fenol. Kemampuan daun sirih sebagai antibakteri plak gigi yang
diteliti oleh Sundari dkk., (1992) menunjukkan bahwa minyak atsiri daun sirih dengan
konsentrasi 0,25% menunjukkan daya antibakt eri dan dalam pasta gigi menunjukkan daya
antiseptik dimulai pada konsentrasi 0,5%.
Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
beberapa bakteri gram positif dan negatif serta menunjukkan aktivitas antifungi terhadap
beberapa macam kapang. Daya antibakteri minyak atsiri disebabkan karena kandungan
senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri.
METODOLOGI
HASIL KEGIATAN