18
Basmi Nyamuk dengan Daun Sirih Dulu, ketika ada anak kecil mimisan (keluar darah dari hidung), dengan sigap orangtua akan memetik daun sirih, melipat dan menggulungnya, lalu slup.. dimasukkan ke hidung si anak. Ajaib! Tak seberapa lama darah pun berhenti mengucur. Kini, ritual itu pun berlangsung kembali. Hanya saja kali ini si orangtua memetik daun sirih bukan buat menyetop mimisan, tapi untuk menghentikan calon makhluk penghisap darah. Daun beraroma khas ini digunakan buai menumpas jentik nyamuk. Ketika muslin hujan, kita sering dihimbau untuk mewaspadai jentik nyamuk, khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus penyebar wabah demam berdarah dengue (DBD). Beragam produk insektisida ditabalkan sebagai penumpas kedua jenis nyamuk tadi. Namun, insektisida ditengarai berdampak negatif terhadap lingkungan, selain dapat menumpas predator dan membuat serangga resisten. Alhasil, ditolehlah pemusnahan secara alami. Alternatif dari alam ini sudah sering digunakan. Hasilnya memang kalah jos dibandingkan dengan insektisida kimia. Tumbuhan yang digunakan umumnya mengandung zat-zat macam niketin, piretin, dan rotenon. lnsektisida ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan setelah digunakan. Penelitian tentang insektisida alamiah dalam upaya mengendalikan serangga, khususnya pada stadium jentik, pertama kali dirintis oleh Campbell dan Sulivan tahun 1933.

Tekno1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tekno

Citation preview

Page 1: Tekno1

Basmi Nyamuk dengan Daun Sirih

Dulu, ketika ada anak kecil mimisan (keluar darah dari hidung), dengan sigap orangtua akan memetik daun sirih, melipat dan menggulungnya, lalu slup.. dimasukkan ke hidung si anak. Ajaib! Tak seberapa lama darah pun berhenti mengucur.

Kini, ritual itu pun berlangsung kembali. Hanya saja kali ini si orangtua memetik daun sirih bukan buat menyetop mimisan, tapi untuk menghentikan calon makhluk penghisap darah. Daun beraroma khas ini digunakan buai menumpas jentik nyamuk.

Ketika muslin hujan, kita sering dihimbau untuk mewaspadai jentik nyamuk, khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus penyebar wabah demam berdarah dengue (DBD). Beragam produk insektisida ditabalkan sebagai penumpas kedua jenis nyamuk tadi. Namun, insektisida ditengarai berdampak negatif terhadap lingkungan, selain dapat menumpas predator dan membuat serangga resisten. Alhasil, ditolehlah pemusnahan secara alami.

Alternatif dari alam ini sudah sering digunakan. Hasilnya memang kalah jos dibandingkan dengan insektisida kimia. Tumbuhan yang digunakan umumnya mengandung zat-zat macam niketin, piretin, dan rotenon. lnsektisida ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan setelah digunakan.

Penelitian tentang insektisida alamiah dalam upaya mengendalikan serangga, khususnya pada stadium jentik, pertama kali dirintis oleh Campbell dan Sulivan tahun 1933. Selanjutnya berturut-turut Harzel tahun 1948; Amongkas dan Reaves tahun 1970; Pirayat Suparvann, Roy Sifagus, dan Fred W.K (1974) di University of Kentucky, Lexington telah menghasilkan penelitian bahwa ekstrak daun kemangi (Olium basikicum) pada dosis 100 ppm (bagian per sejuta) dapat menghambat prtumbuhan jentik Aedes aegypty.

Beberapa penelitian tadi menguatkan bahwa tanaman tertentu ternyata memiliki zat beracun bagi serangga. Salah satunya sirih (Paper betle (L) atau Charica betle (L)) yang termasuk dalam famili Piperaceae. Dari hasil penelitian, ekstrak daun sirih dapat digunakan sebagai insektisida alami dalam upaya membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti.

Page 2: Tekno1

Dalam daun sirih terkandung beberapa senyawa seperti minyak atsiri, zat penyamak, cineole, dan yang terpenting senyawa alkoloid. Senyawa terakhir inilah yang nantinya dapat digunakan untuk membasmi jentik nyamuk dengan cara kerja mirip bubuk abate.

Bagaimana memperoleh ekstrak daun sirih?

Pertama, daun sirih 1/2 kg dicuci, kemudian ditiriskan di tampah hingga kering. Daun yang sudah kering digiling atau di-blender hingga berbentuk serbuk. Dari situ akan diperoleh sekitar 43 g serbuk daun sirih.

Kedua, masukkan serbuk ke dalam wadah (becker glass) dan tambahkan alkohol 95% sebanyak dua liter sehingga serbuk terendam. Aduk dan diamkan selama 24 jam. Setelah itu, saringlah dan godok atau panaskan hasil saringan tadi selama satu jam. Baru setelah itu diamkan selama seminggu. Masukkan ekstrak yang telah jadi itu ke dalam wadah atau botol dan siap untuk digunakan.

Bahan inilah yang nantinya digunakan untuk membasmi jentik Aedes aegypti sebelum sempat beranjak dewasa. Cara menggunakannya mirip kita menaburkan abate di genangan air. Cukup dengan konsentrasi rendah, jentik sudah kelimpungan. Alamiah dan murah!

politeknikcitrawidyaedukasi.wordpress.com/2007/08/23/basmi-nyamuk-dengan-daun-sirih/

----------------------------

Basmi Nyamuk dengan Daun Sirih

Biasanya sering banget th ada acara fogging buat membasmi jentik nyamuk di selokan bahkan di bak kamar mandi , tapi sebagian orang fogging itu malah membuat nyamuk menjadi kebal :( , kali ini ada cara tradisional untuk membunuh jentik nyamuk tersebut :D

Dulu ketika ada anak kecil mimisan (keluar darah dari hidung), dengan sigap orang tua akan memetik daun sirih, melipat dan menggulung, lalu dimasukin ke hidung, kemudian darah akan berhenti mengucur.

Page 3: Tekno1

Kini ritual itu pun berlangsung kembali. Hanya saja kali ini si orang tua memetik daun sirih tidak untuk menyetop mimisan, tetapi untuk menghentikan calon makhluk pengisap darah. Daun beraroma khas ini digunakan untuk menumpas jentik nyamuk. Ketika musin hujan , kita sering diimbau untuk mewaspadai jentik nyamuk , khususnya Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, penyebab wabah demam berdarah dengeu (DBD). Beragam produk insektesida ditabalkan sebagi menumpas kedua jenis nyamuk tadi. Namun, insektidisa ditengarai berdampak negatif terhadap lingkungan, selain dapat menumpas predator dan membuat serangga resisten. Alhasil ditolehkan pemusnahan secara alami.

Alternatif dari alam ini sudah sering digunakan. Hasilnya memang kalah kuat dibanding dengan insektisida kimia. Tumbuhan yang digunakan umumnya mengadung zat-zat semacam niketin, piretin menjadi senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi umat manusia dan lingkungan setelah digunakan. Penelitian tentang insektisida alamiah dalam upaya mengendalikan serangga , khusunya pada stadium jentik, pertama kali dirintis oleh Campbell dan Sulivan tahun 1933. Selanjutnya berturut-turut Harzel tahun 1948, Amongkas Sifagus dan Fred W.L (1974) di University of Kentucky, Lexington, telah menghasilkan penelitina bahwa ekstrak daun kemangi (olium basikicum) pada dosis 100 ppm (bagian persejuta) dapat menghambat pertumbuhan jentik Aedes Aegypti.

Beberapa penelitian tadi menguatkan behwa tanaman tertentu tenyata memilki zat beracun bagi serangga. Salah satunya sirih, yang nama botaninya Paper betle (L) atau Chaica Betle (L) yang termasuk dalam famili Piperaceae. Dari hasil penelitian , ekstrak daun sirih dapat digunakan sebagai insektisida alami dalam upaya membasmi jentik nyamuk Aedes Aegypti.Dalam daun sirih terkandung beberapa senyawa , seperti minyak atsiri, zat pemyamak cineole, dan yang terpenting senyawa alkoloid. Senyawa terkahir inilah yang nantinya dapat digunakan untuk membasmi jentik nyamuk dengan cara kerja mirip bubuk abate.

Bagaimana memperoleh ekstrak daun sirih ? Pertama , daun sirih 1/2 kg dicuci , kemudian ditiriskan di tampah hingga kering. Daun yang sudah kering digiling atau dibelnder hingga berbentuk serbuk. Dari situ akan diperoleh sekitar 43g serbuk daun sirih. Kedua , masukan serbuk ke dalam wadah (becker glass) dan tambahkan alkohol 95% sebanyak dua liter sehingga serbuk terendam. Aduk dan diamkan selama 24 jam . Setelah itu, saringlah dan godok atau panaskan hasil saringan tadi selama satu jam. Baru setelah itu diamkan selama seminggu. Masukan ekstrak yang telah jadi itu ke dalam wadah atau botol dan siap untuk digunakan.Bahan itulah yang nantinya digunakan untuk membasmi jentik Aedes Aegypti sebelum sempat beranjak dewasa. cara menggunakannya mirip kita menaburkan abate di genangan air. Cukup dengan konsentrasi rendah, jentik sudah mati.

Cara tersebut adalah cara alami dengan bahan alami jadi tidak berbahaya bagi manusia tapi jika kita tidak ingin ada jentik nyamuk kita dapat mencegahnya dengan Menutup bak Kamar mandi , Mengubur benda benda yang dapat menjadi genangan air , dan Menguras Bak kamar mandi seminggu sekali , upaya tersebut disebut 3M , jadi penggunaan bahan kimia perlu dikurangi :D

Page 4: Tekno1

MEMBUAT OBAT PEMBASMI JENTIK NYAMUK ALAMI

Tujuan : Membuat obat pembasmi jentik nyamuk dengan mudah dan murah menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle)

A. ALAT DAN BAHAN :

1. Ember Plastik Kecil

2. Blender ( lumpang dan alu )

3. Pemanas

4. Penyaring

5. Botol

6. Tampah

7. Stoples Kaca

B. BAHAN :

1. Daun Sirih 1/2 kg

2. Alkohol 95% 2 L

C. CARA KERJA

1. Cuci 1/2 kg sirih dalam ember, lalu tiriskan dan jemur di atas tampah yang kering.

2. Daun sirih kering diblender atau digiling dengan lumpang dan alu hingga berbentuk serbuk.

3. Masukkan serbuk daun sirih ke dalam stoples kaca dan tambahkan alkohol 95% sebanyak 2 L. Aduk dan diamkan +- 24 jam dalam keadaan tertutup.

4. Saring campuran daun sirih dan alkohol, lalu panaskan filtratnya selama +- 1 jam, dinginkan.

5. Hasil saringan (filtrat)didiamkan selama +- 1 minggu.

6. Ambil 10 mL ekstrak daun sirih, kemudian tambahkan 10 mL air. Ambil 5 mL dari hasil pengenceran tersebut, lalu tuangkan ke dalam genangan air sebagai pembasmi jentik nyamuk.

rifakus-n10tangsel.blogspot.com/2010/08/membuat-obat-pembasmi-jentik-nyamuk.html?m=1

Page 5: Tekno1

www.awanukaya.com/2012/08/basmi-nyamuk-dengan-daun-sirih.html

matasiswa.blogspot.com/2011/12/basmi-nyamuk-dengan-daun-sirih.html?m=1

Format Proposal Tekno

Halaman Judul dan Biodata Pengusul

Latar Belakang

Ide dan Konsep Technopreneurship

Tujuan

Manfaat

Tinjauan Literatur

Metodologi (Strategi dan Metode)

Hasil Kegiatan (Produk)

Perencanaan / Pemasaran / Konsep Strategi

Perhitungan Perekonomian

Kesimpulan

Metodologi (Strategi dan Metode)

METODOLOGI PENULISAN

Tahapan Penulisan Penyusunan karya tulis ini memiliki tahapan-tahapan dalam proses

penulisannyayang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap perumusan tema dan permasalahan2. Tahap pengumpulan landasan teori dan data3. Tahap analisis4. Tahapan kesimpulan dan rekomendasi

Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah

ini menggunakanbeberapa metode-metode yaitu :

Page 6: Tekno1

1. Tinjauan pustaka2. Tinjauan media

Metode Analisa Metode pendekatan pada proses analisa yang dilakukan dalam penulisan

karyatulis ini adalah :

1. Metode analisa deskriptif yaitu analisa untuk mengelola dan menafsirkandata yang diperoleh sehingga dapat menggambarkan keadaan yangsebenarnya pada obyek yang dikaji.

2. Metode analisa komparatif untuk melihat perbandingan gagasan yangditawarkan dengan beberapa teori yang relevan dengan gagasan.

METODE PENDEKATAN

1. Kajian teknologi pembuatan emping mlinjo cara pasta denagn penambahan ekstrak rempah-rempah anti asam urat

a. Pembuatan tepung mlinjo dilakukan dengan grinder

b. Pembuatan ekstrak dilakukan sesuai dengan cara Prof. Hembing Wijayakusuma.

c. Pembuatan emping mlinjo dilakukan dengan variasi penambahan tapioka dan penambahan ekstrak rempah-rempah (rempah:air)

d. Uji Sensoris emping mlinjo dilakukan untuk mengetahui

penerimaan konsumen terhadap produk emping mlinjo cara pasta denan penamabhan ekstrak rempah-rempah anti asam urat dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda. data primer yang diperoleh diolah secara statistik.

2. Studi Kelayakan Bisnis

Pertama adalah menentukan bahan baku dan bahan pembantu pembuatan emping mlinjo yang paling menguntungkan serta dirancang teknologipengolahan emping mlinjo (mlinjo chips) yang sesuai dengan bahan yang diolah. Selanjutnya perhitungan aspek-aspek ekonomi dalam suatu usaha. Dari perhitungan tersebut akan ditentukan besarnya keuntungan yang dapat dicapai, lama pengembalian modal dan titik impas.

3. Sosialisasi produk

Sosialisasi ini dilakukan terutama untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap emping mlinjo dengan penambahan ekstrak rempah- rempah anti asam urat.

Waktu Pelaksanaan

Page 7: Tekno1

Program ini dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober 2005. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu di Laboratorium jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembuatan tepung mlinjo

Pembuatan tepung mlinjo dilakukan dengan gilingan grinda. Penggilingan dilakukan dua kali, yaitu pertama mlinjo yang telah disangrai digiling kasar kemudian dikeringkan dengan kabinet dryer suhu sekitar 70 oC selama 1 – 1,5 jam. Kemudian digiling kembali secara halus. Rendemen yang diperoleh adalah 50%.

2. Penentuan perbandingan tepung mlinjo dengan tepung tapioca Dalam pelaksanaannya ditambahkan tapioka sebanyak 10 %, 20 %, dan 30 %.. Dari sini diambil penambahan tapioka sebanyak 30 %, dengan pertimbangan pada komposisi ini sudah ada yang merasakan rasa tapioka, sehingga jika dilakukan penambahan tapioka labih banyak lagi rasa dan aroma emping (chips) sudah tertutupi oleh tapioka Dan secara trial and error dilakukan penambahan garam 0,3% campuran tepung.

3. Penentuan perbandingan tepung dengan air (cairan)

Dengan metode yang sama dengan penentuan garam (trial and error) sampai diperoleh tekstur yang diinginkan (kalis). Perbandingan air dengan tepung adalah 2:3. Pada perbandingan ini proses selanjutnya yaitu pengukusan akan lebih mudah dalam penanganannya.

4. Formulasi Ekstrak Rempah-rempah

Mengacu pada resep berupa obat tradisional dari Prof. Hembing Wijayakusuma, yang selanjutnya dikuantitatifkan adalah sebagai berikut: 2 gram kayu manis, 15 gram jahe merah, 5 gram pala, 1 gram kapulaga, 0,5 gram cengkeh, dan 32 gram daun sosor bebek direbus dengan air 600 cc dan perebusan berakhir setelah volume air mencapai 300 cc. Selanjutnya untuk resep yang lebih besar bisa dilakukan konversi

5. Penentuan perbandingan ekstrak dengan air dan Uji Sensoris

Pada tahap ini, dilakukan variasi penambahan ekstrak rempah-rempah dari 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 %. Dengan Uji Sensoris dengan atribut warna, kerenyahan, rasa, dan kesukaan keseluruhan dapat diperoleh pilihan produk yang lebih diterima oleh konsumen. Analisis dilakukan dengan analisis sidik ragam dan faktor yang berpengaruh diuji lanjut dengan Duncan’s Multiple

Range Test (DMRT).

Dari analisis sidik ragam tersebut warna, aroma, kerenyahan tidak berpengaruh, sedangkan kesukaan berpengaruh. Sedangkan uji lanjut dengan DMRT kesukaan tidak berbeda nyata

Page 8: Tekno1

namun dipilih nilai yang terbesar yaitu 50% dengan pertimbangan dengan ekstrak yang ditambahkan banyak namun kesukaan konsumen tinggi.

6. Analisis Proksimat Produk

a. Protein: 2,9541%

b. Lemak: 0,1325%

c. Karbohidrat total: 79,6159%

d. Kadar air: 14%

e. Kadar abu: 3,2975%

3. Analisis Ekonomi

Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis ekonomi. Dari perhitungan analisis ekonomi diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel Perhitungan Analisis Ekonomi

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa bila produksi emping mlinjo dalam kemaan dapat trjual seluruhnya maka akan diperoleh keuntungan kotor dalam satu tahun sebesar Rp. 45.419.903,00. Modal investasi dapat

dikembalikan dalam jangka waktu 1,5 tahun. Titik impas (BEP) dimana

usaha tersebut tidak mengalami kerugian maupun keuntungan adalah saat

penjualan produk mencapai Rp Rp 8.431.650,00 pertahunnya atau setelah

kapasitas produksi 200 kg produk dengan asumsi penjualan Rp 42.500,00

per kg.

4. Pemasaran Produk Emping Mlinjo

Pemasaran produk emping mlinjo (Mlinjo Chips) direncanakan dibagi menjadi beberapa sektor pasar berdasarkan target konsumen, meliputi:

1. Masyarakat pendatang yang semi tetap (mahasiswa dan pekerja)

2. Masyarakat umum (Yogyakarta)

3. Masyarakat yang pantang terhadap asam urat

Page 9: Tekno1

Nama anggota :

1. Limanto (03111003071)2. Idealisa D. Hutapea (03111003077)3. Vera Sugi Lestari (03111003101)

Judul : Pembasmi jentik nyamuk menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle)

Inovasi:

Air yang telah ditambahkan dengan produk ini masih dapat di konsumsi beda dengan penggunaan bubuk abate yang tak dapat dikonsumsi.

Menggunakan bahan berupa daun sirih (Piper betle) yang mana daun sirih ini secara umum digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan  pembuatan jamu dan penguat gigi.

Menggunakan bahan alami yang lebih aman dibandingkan dengan mengunakan bubuk abate yang umumnya tidak aman bagi kesehatan.

Bahan baku yang mudah di dapat dan jumlahnya melimpah

Teknologi proses :

Leaching : untuk mengambil ekstrak daun sirih dengan menggunakan pelarut alkohol 

Filtrasi : untuk memisahkan serbuk daun sirih dari larutan ekstrak daun sirih   Evaporasi : untuk mengurangi volume alkohol dari larutan ekstrak daun sirih

Potensi aplikasi: Aman dan efektif untuk membunuh jentik-jentik nyamuk karena menggunakan bahan yang alami(herbal), Ekstrak daun sirih selain sebagai pembasmi jentik nyamuk dapat juga membunuh kuman dan bakteri didalam air (disinfektan)

Potensi market : produk ini layak di pasarkan dan dapat diterima oleh masyarakat luas terutama di dalam rumah tangga apalagi di daerah rawa dan di musim penghujan.

TINJAUAN LITERATUR

Page 10: Tekno1

Penggunaan pestisida sintetik untuk membasmi jentik-jentik nyamuk mempunyai

resiko dan dampak negatif lingkungan, untuk mengurangi resiko tersebut perlu diperkenalkan

pemakaian pestisida nabati yang ramah lingkungan namun tidak mengesampingkan tujuan

utama tersebut. Salah satu tumbuhan yang memiliki zat beracun bagi serangga khususnya

jentik-jentik nyamuk adalah daun sirih (Paper betle L.). Pada daun sirih diketahui

mengandung senyawa alkaloid dan senyawa-senyawa lain seperti minyak atsiri, sineol serta

zat penyamak (Dharmananda, 2004; Heyne, 1987). Senyawa alkaloid inilah yang berperan

untuk membasmi jentik-jentik nyamuk yang cara kerjanya mirip bubuk abate (Kardinan,

2003). Ekstrak etanol 95% (pelarut polar) dari serbuk kering daun sirih dilaporkan dapat

membunuh jentik nyamuk Aedes aegeypti pada konsentrasi 100 ppm (Anonim, 2008; Lei

et.al., 2003). Hasil penelitian Sukadana dan Santi (2009) menunjukkan bahwa ekstrak kental

petroleum (bensin) lebih toksik (LC50 = 6,31 ppm) terhadap larva Aedes aegeypti

dibandingkan ekstrak kental etanol 96% (LC50 = 50,12 ppm). Hal ini berarti ekstrak kental

petroleum daun sirih sangat beracun bagi larva nyamuk Aedes aegeypti oleh karena hanya

dengan konsentrasi yang sangat kecil yaitu 6,31 ppm sudah dapat membunuh minimal 50%

dari larva nyamuk Aedes aegeypti tersebut dalam kurun waktu 24 jam. Dengan

memanfaatkan hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan suatu cairan pembasmi jentik

nyamuk dari daun sirih (Paper betle L.), suatu tumbuhan yang sangat dikenal dan mudah

didapat oleh masyarakat di desa maupun di perkotaan.

Alternatif dari alam ini sudah sering digunakan. Hasilnya memang kalah kuat

dibanding dengan insektisida kimia. Tumbuhan yang digunakan umumnya mengadung zat-

zat semacam niketin, piretin menjadi senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi umat

manusia dan lingkungan setelah digunakan. Penelitian tentang insektisida alamiah dalam

upaya mengendalikan serangga , khusunya pada stadium jentik, pertama kali dirintis oleh

Campbell dan Sulivan tahun 1933. Selanjutnya berturut-turut Harzel tahun 1948, Amongkas

Sifagus dan Fred W.L (1974) di University of Kentucky, Lexington, telah menghasilkan

penelitia bahwa ekstrak daun kemangi (Olium basikicum) pada dosis 100 ppm (bagian

persejutan) dapat menghambat pertumbuhan jentik Aedes Aegypti.

Beberapa penelitian tadi menguatkan behwa tanaman tertentu tenyata memilki zat

beracun bagi serangga. Salah satunya sirih, yang nama botaninya Paper betle (L) atau Chaica

Betle (L) yang termasuk dalam famili Piperaceae. Dari hasil penelitian , ekstrak daun sirih

dapat digunakan sebagai insektisida alami dalam upaya membasmi jentik nyamuk Aedes

Aegypti. Dalam daun sirih terkandung beberapa senyawa, seperti minyak atsiri, zat

Page 11: Tekno1

pemyamak cineole, dan yang terpenting senyawa alkoloid. Senyawa terkahir inilah yang

nantinya dapat digunakan untuk membasmi jentik nyamuk dengan cara kerja mirip bubuk

abate.

Daun sirih memiliki kemampuan antiseptik, antioksidasi dan fungisida. Minyak atsiri

dan eksraknya pun mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negative. Teknik

analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis varians (ANAVA) pada taraf

signifikan α=0,05. Hasil analisis varians adalah Fhitung: 92l-98 lebih besar dari nilai Ftabel, pada

taraf signifikan α=0,05 dengan DK pembilang V1=4 dan Dk penyebut V2=20 atau V0,05=2,87

yang artinya dengan pemberian konsentrasi ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap daya

hambat Escherichia coli dan didapatkan konsentrasi minimal ekstrak yang numpu

mengharnbat bakteri Escherichia coli yakni pada konsentrasi 50%. Berarti hipotesis tentang

konsentrasi minimal ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap daya hambat bakteri

Escherichia coli dapat diterima.

Daun sirih berkhasiat juga sebagai obat batuk, antiseptika dan obat kumur, kandungan

zat-zatnya yaitu, minyak atsiri sampai 4,2% yang mengandung pula fenol yang khas yang

disebut betlephenol atau aseptosol, kavikol dan suatu seskuiterpen. Diastase 0,8%-1,8% dan

zat penyamak, gula dan pati.

Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengak, tajarn dan merangsang

disebabkan oleh kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Kedua zat

tersebut merupakan kandungan terbesar minyak atsiri yarg ada dalam daun sirih. Dari hasil

penelitian, ternyata sepertiga dari minyak atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian besar

adalah kavikol. Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya

pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa. (Moeljanto: 2003)

Daun sirih memiliki kemampuan antiseptik antioksidasi dan fungisida. Minyak atsiri

dan ekstraknya pun mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif

(Moeljanto: 2003). Sirih termasuk tanaman yang mempunyai banyak manfaatnya, terutama

bagian daunnya banyak dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, dan bahan

kosmetik. Manfaat daun sirih sebagai obat dapat digunakan untuk mengatasi bau badan, bau

mulut, sariawan, mimisaru bisul, penekan kekebalan tubuh, pelindung hati, jerawat,

mengurangi produksi air susu ibu yang berlebihan, mengatasi matagatal dan merah, gatal-

gatal dan koreng, mengobati keputihan pada wanita menghentikan, menahan pendarahan,

menyembuhkan iuka pada kulit, dan mencegah diare (Triarsari: 2005).

Page 12: Tekno1

Menurut Siswandono dan Bambang (1995) turunan fenol berinteraksi dengan sel

bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada konsentrasi tertentu

terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan lemah dan segera menyebabkan penguraian

diikuti penetrasi fenol ke dalam sel bakteri dan menyebabkan koagulasi protein membran

sehingga membran sel bakteri me njadi lisis, selain itu dapat juga menyebabkan timbulnya

kebocoran konstituen sel yang essensial sehingga sel bakteri mengalami kematian.

Menurut Robinson (1995), senyawa saponin bersifat sebagai surfactant agent yang

kuat seperti sabun, karena dapat menurunkan tegangan permukaan antar sel. Saponin yang

diadsorpsi pada permukaan sel akan menyebabkan kerusakan dengan meningkatnya

permeabilitas membran, sehingga bahan-bahan esensial tersebut yang dibutuhkan oleh bakteri

untuk hidup menjadi hilang dan dapat menyebabkan terjadinya kematian terhadap sel. Lebar

daerah hambat absolut karena khasiat kandungan senyawa lainnya. Heyne (1987)

menyatakan bahwa daun sirih mengandung kaviko l yang mempunyai daya bakterisida lima

kali lebih kuat dibanding fenol. Kemampuan daun sirih sebagai antibakteri plak gigi yang

diteliti oleh Sundari dkk., (1992) menunjukkan bahwa minyak atsiri daun sirih dengan

konsentrasi 0,25% menunjukkan daya antibakt eri dan dalam pasta gigi menunjukkan daya

antiseptik dimulai pada konsentrasi 0,5%.

Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

beberapa bakteri gram positif dan negatif serta menunjukkan aktivitas antifungi terhadap

beberapa macam kapang. Daya antibakteri minyak atsiri disebabkan karena kandungan

senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri.

METODOLOGI

HASIL KEGIATAN