5
1 Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN Sampai saat ini mutu jagung di tingkat petani pada umumnya kurang memenuhi persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar air dan banyaknya butir rusak. Pada Waktu panen produksi jagung melimpah sehingga harganya murah, sedangkan pada waktu paceklik harganya menjadi mahal. Oleh karena itu, penyimpanan sangat diperlukan untuk mengatasi kelebihan produksi pada musim panen raya untuk dimanfaatkan pada saat paceklik. Para petani menjual jagung hasil panennya karena mereka mangalami kesulitan menyimpan jagung pipil untuk waktu lama. Selama penyimpanan jagung pipil, terjadi kehilangan sekitar 9,6 – 20,2% karena serangan serangga tikus dan jamur. Jagung pipil berkadar air 9,6% yang disimpan dalam karung goni hanya tahan disimpan sampai 6 bulan dengan kerusakan 10,34% dan bila disimpan selama 8 bulan maka kerusakannya mencapai 34,01%. Beberapa usaha untuk mencari teknik penyimpanan dan perawatan jagung pipil terus dilakukan. Untuk penyimpanan jagung yang perlu diperhatikan adalah kadar air 1-2% dibawah kadar air seimbang dengan kelembaban maksimum 80%. Usahakan wadah dapat mempertahankan bahan tetap kering dan dingin serta dapat melindungi terhadap serangan serangga dan tikus. Biji jagung yang disimpan harus benar benar bersih dan mulus, hal ini dapat dilihat dari hasil sortasi bijinya, seperti yang telah disebutkan di atas. Permasalahan yang dihadapi petani jagung salah satunya adalah proses penyimpanan. Proses penyimpanan sangat perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas jagung sehingga akan menentukan harga jual jagung yang dihasilkan. Upaya untuk mempertahankan kualitas jagung pada waktu penyimpanan dan pergudangan dapat ditempuh dengan menggunakan kabon disulfida (CS 2 ), penyimpanan diatas para-para, penyimpanan dengan karung dan penyimpanan dengan silo bambu semen, sedangkan untuk penyimpanan benih jagung dengan menggunakan jerigen plastik, botol dan wadah dari logam.

Teknologi Penyimpanan Jagung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penanganan pasca panen jagung merupakan hal terpenting dari mata rantai industri jagung. salah satunya adalah penyimpanan yang dilakukan.

Citation preview

  • 1

    Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati

    PENDAHULUAN

    Sampai saat ini mutu jagung di tingkat petani pada umumnya kurang memenuhi

    persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar air dan banyaknya butir

    rusak. Pada Waktu panen produksi jagung melimpah sehingga harganya murah, sedangkan

    pada waktu paceklik harganya menjadi mahal. Oleh karena itu, penyimpanan sangat

    diperlukan untuk mengatasi kelebihan produksi pada musim panen raya untuk dimanfaatkan

    pada saat paceklik.

    Para petani menjual jagung hasil panennya karena mereka mangalami kesulitan

    menyimpan jagung pipil untuk waktu lama. Selama penyimpanan jagung pipil, terjadi

    kehilangan sekitar 9,6 20,2% karena serangan serangga tikus dan jamur. Jagung pipil

    berkadar air 9,6% yang disimpan dalam karung goni hanya tahan disimpan sampai 6 bulan

    dengan kerusakan 10,34% dan bila disimpan selama 8 bulan maka kerusakannya mencapai

    34,01%. Beberapa usaha untuk mencari teknik penyimpanan dan perawatan jagung pipil

    terus dilakukan.

    Untuk penyimpanan jagung yang perlu diperhatikan adalah kadar air 1-2%

    dibawah kadar air seimbang dengan kelembaban maksimum 80%. Usahakan wadah dapat

    mempertahankan bahan tetap kering dan dingin serta dapat melindungi terhadap serangan

    serangga dan tikus. Biji jagung yang disimpan harus benar benar bersih dan mulus, hal ini

    dapat dilihat dari hasil sortasi bijinya, seperti yang telah disebutkan di atas.

    Permasalahan yang dihadapi petani jagung salah satunya adalah proses

    penyimpanan. Proses penyimpanan sangat perlu diperhatikan karena mempengaruhi

    kualitas jagung sehingga akan menentukan harga jual jagung yang dihasilkan. Upaya untuk

    mempertahankan kualitas jagung pada waktu penyimpanan dan pergudangan dapat

    ditempuh dengan menggunakan kabon disulfida (CS2), penyimpanan diatas para-para,

    penyimpanan dengan karung dan penyimpanan dengan silo bambu semen, sedangkan

    untuk penyimpanan benih jagung dengan menggunakan jerigen plastik, botol dan wadah

    dari logam.

  • 2

    BEBERAPA CARA PENYIMPANAN JAGUNG

    Menggunakan Karbon Disulfida (Cs2)

    Penggunaan karbon disulfida (CS2) cair dapat menekan kerusakan jagung pipil

    selama penyimpanan. Teknik penggunaan CS2 tidak sulit, karena CS2 cair mudah teroksidasi,

    sehingga terbentuk CO2 dan SO2 yang bersifat toksin terhadap serangga (inago, larva dan

    telur), serta menghambat mikroorganisme. Penggunaan CS2 dosis 0.25 cc/kg jagung pipil

    dapat memperpanjang daya simpan jagung pipil sampai dua tahun dengan kerusakan

    kurang dari satu persen.

    Cara Kerja

    Pengemas jagung pipil yang digunakan harus kedap udara, karena hasil oksidasi CS2 adalah gas CO2 dan SO2.

    Tempatkan CS2 cair dalam botol dengan dosis 0,25 cc/Kg jagung pipil dengan kadar air sekitar 10% kemudian ditutup agak renggang. Penutupan agak renggang agar

    CS2 cair ini menguap secara perlahan-lahan kemudian mengalami oksidasi. Apabila

    jumlah jagung yang disimpan cukup banyak, misalnya dua ton atau lebih, maka

    penempatan botol berisi CS2 tersebut dapat dilakukan di beberapa tempat di bagian

    tengah.

    Setelah penempatan botol berisi CS2 dalam kemasan jagung selesai dilakukan, maka pengemas jagung segera ditutup rapat.

    Selanjutnya jagung disimpan dalam ruang penyimpanan yang dijaga kebersihannya.

    Penyimpanan Di Atas Para-Para

    Penyimpanan jagung dapat dilakukan dalam bentuk tongkol berkelobot pada para-

    para yang ditempatkan di bawah atap maupun di atas dapur. Dapat pula dilakukan dalam

    bentuk tongkol pada para-para dan pada langit-langit rumah yang dilengkapi dengan kawat

    anti tikus. Untuk penyimpanan jagung dalam tongkol berkelobot dianjurkan hanya pada

    jagung yang kelobotnya menutup seluruh tongkol.

    Para-para di atas dapur dapat memperoleh asap dari kayu yang dibakar sewaktu masak di

    dapur. Asap tersebut meninggalkan residu yang bersifat anti terhadap bakteri, jamur

    maupun serangga. Dengan demikian dapat menjamin jagung disimpan dalam waktu yang

    cukup lama.

  • 3

    Penyimpanan Dengan Karung

    Faktor utama yang perlu mendapatkan perhatian adalah kebersihan dan ketahanan

    dari jenis wadahnya. Wadah harus bersih dan tidak bocor, dengan demikian selama dalam

    wadah, biji jagung tidak mudah mengalami serangan oleh hama dan penyakit. Oleh sebab

    itu gunakan karung plastik yang dilapis dengan karung goni. Setelah itu ikatlah erat-erat

    atau dijahit sepanjang lubang secara kuat dan rapih.

    Kondisi demikian akan mempermudah dalam pengangkutan serta akan mengurangi

    kehilangan hasil akibat banyaknya jagung yang tercecer selama dalam pengangkutan.

    Khususnya bagi jagung pipilan, tingkat kehilangan karena tercecer kemungkinan lebih besar

    bila dibanding dengan jagung tongkol.

    Dalam bentuk pipilan, jagung dapat disimpan dalam karung goni, karung plastik,

    bakul besar dan kotak kayu. Bahkan dalam jumlah yang besar dapat disimpan dalam bentuk

    curah di dalam gudang atau silo-silo. Dalam kondisi demikian, perlu pengaturan terhadap

    kadar air, suhu penyimpanan dan kelembaban udara (RH) secara stabil. Penyimpanan

    dalam bentuk pipilan sebaiknya kadar airnya diatur setelah mencapai 13-14%. Karena kadar

    air di atas 14% merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan jamur. Kontaminasi jamur

    dapat memproduksi bermacam-macam toxin (racun) antara lain aflatoksin dan hama-hama

    gudang, sehingga menyebabkan kerusakan. Wadah yang digunakan sebaiknya

    menggunakan karung plastik (plyethelene), karena jagung yang disimpan dalam karung

    plastik ternyata mempunyai daya simpan lebih lama dibanding jagung yang disimpan dalam

    karung goni. Wadah yang digunakan sebaiknya dibersihkan terlebih dulu, bila perlu

    disemprot dengan cairan insektisida Silosan 25 EC 2% dan Damfin 50 EC dosis 500 cc / 10 lt

    untuk 500 m2.

    Penyimpanan Dengan Silo Bambu Semen

    Untuk tujuan konsumsi, jagung dapat disimpan dalam silo bambu semen. Silo ini

    mudah didapat karena bahan bangunannya mudah diperoleh di pedesaan. Kapasitas silo

    adalah 1.000 kg (1ton) dengan ukuran 125 cm dan tinggi 100 cm. Silo tersebut dapat

    digunakan selama 20 tahun. Cara penyimpanannya yaitu jagung pipilan dikeringkan sampai

    kadar air mencapai 12,5 13 %, kemudian diangin-anginkan selama 2 4 jam dan

    dimasukkan ke dalam silo. Sebelum jagung dimasukkan ke dalam silo, pada dasar silo

    dilapisi plastik satu lapis untuk menghindari masuknya lengas tanah secara kapiler ke dalam

    silo. Cara lain yang dapat ditempuh adalah membuat landasan silo dari lapisan kerikil dan

  • 4

    lapisan pasir. Penyimpanan jagung dengan silo bambu semen dapat bertahan 4 - 8 bulan

    tanpa ada hama gudang.

    Keterangan : 1. Lantai 2. Peluncur bahan 3. Dinding silo (bambu semen) 4. Penutup/pemasukan 5. Tulangan 6. Corong Pengeluaran 7. Lapisan pasir 8. Lapisan kerikil 9. Pondasi

    Tempat Penyimpanan Jagung Dengan Silo Bambu Semen

  • 5

    PENYIMPANAN BENIH JAGUNG

    Benih jagung dapat disimpan dengan menggunakan beberapa alat, yaitu :

    - Jerigen plastik (tahan 8 bulan)

    - Botol yang lubang pengeluarannya dilapisi dengan parafin sehingga betul-betul kedap

    udara (kapasitas 0,75 kg , daya kecambah 80 % dan tahan 1 tahun)

    - Wadah dengan bahan logam yang dilengkapi dengan absorban (biasanya digunakan

    abu sekam, kapasitas 21 23 kg)

    - Wadah dengan bahan logam yang tutupnya dilapisi dengan parafin (kapasitas 23 25

    kg)

    Sumber : Balittan Sukamandi, 1993

    Alat simpan benih jagung dari logam penutupnya dilapisi

    dengan parafin

    Alat simpan dari logam yang dilengkapi dengan absorban

    (abu sekam)