Upload
lenhu
View
258
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Prosiding
SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI
LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014
Editor :
Retno Widhiastuti Delvian
Chairuddin Cecep Kusmana Henrie Buchori
Kerjasama Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dengan Program Studi Magister dan
Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
USU Press Art Design, Publishing & Printing
Gedung F
Jl. Universitas No. 9 Kampus USU
Medan, Indonesia
Telp.061-8213737, Fax 061-8213737
Kunjungi kami di :
http://usupress.usu.ac.id
USU Press Publishing & Printing 2015
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak, menyalin, merekam
seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN 979 458 77 4 5
Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di
Indonesia / Editor: Retno Widhiastuti...[et.al.] – Medan: Usu Press, 2015
x, 261 p.: ilus.; 29 cm
ISBN: 979-458-774-5
Dicetak di Medan, Indonesia
iii
LAPORAN PANITIA PELAKSANA
SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA
MENYAMBUT HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014
Assalamu‘alaikum Wr. Wb,
Salam sejahterah bagi kita sekalian.
Yth, Menteri Negara Lingkungan Hidup RI atau Yang Mewakili;
Gubernur Sumatera Utara
Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara;
Para Pengurus Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan;
Para Kepala Badan dan Kantor Lingkungan Hidup Se-Sumatera Utara
Para Nara Sumber
Serta Hadirin Sekalian
Pertama sekali ucapan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
kita dapat berkumpul dalam sebuah Seminar Nasional Lingkungan Hidup Dalam Rangka
Menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2014.
Seperti yang kita ketahui, bahwa dampak perubahan iklim dapat mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan manusia. Perubahan iklim terjadi pada lingkungan hidup manusia yang
menyebabkan adanya gangguan terhadap keseimbangan karena sebagian dari komponen
lingkungan menjadi berkurang fungsinya. Perubahan iklim dapat terjadi karena campur
tangan manusia dan dapat pula karena faktor alami. Dampak dari perubahannya belum
tentu sama, namun akhirnya manusia juga yang mesti memikul serta mengatasinya. Oleh
karena itu upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mutlak diperlukan,
khususnya bagi ekosistem pesisir
Pengelolaan lingkungan hidup ekosistem pesisir menjadi solusi terbaik bagi upaya terpadu
untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup ekosistem pesisir.
Pengelolaan lingkungan hidup ekosistem pesisir diselenggarakan dengan asas tanggung
jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas manfaat yang bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dalam rangka pembangunan
manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
Hadirin Yang Berbahagia
Sehubungan dengan hal tersebut Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara,
Program Studi Magister dan Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara bekerjasama mengadakan Seminar
iv
Nasional Lingkungan Hidup 2014 yang bertemakan ―Satukan Langkah Lindungi
Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim‖ dalam Rangka Menyambut Hari
Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2014.
Kegiatan seminar bertujuan untuk memfasilitasi penyebaran ide atau gagasan atau hasil
penelitian dalam sub tema yang telah ditentukan. Adapun materi sub tema yang di
sampaikan antara lain adalah
Konservasi dan Biodiversitas
Bioteknologi
Ekowisata
Hukum dan Kebijakan Lingkungan
Sosial dan Ekonomi Lingkungan
Teknik Lingkungan
Kesehatan Lingkungan
Industri dan Pertambangan
Energi Terbaharukan
Pendidikan Lingkungan
Hadirin yang Terhormat,
Sebagai panitia pelaksana, dapat kami laporkan bahwa rangkaian kegiatan Seminar
Nasional terbagi dalam 2 (dua) sesi kegiatan, yaitu kegiatan seminar dan diskusi yang
kedua-duanya dilaksanakan pada hari ini, Rabu 18 Juni 2014.
Kegiatan seminar ini diikuti oleh lebih dari 166 orang peserta, yang terdiri atas pemakalah
aktif 58 orang dan peserta biasa sebanyak 108 orang. Pemakalah aktif berasal dari
berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta, lembaga peneliti dan lembaga usaha
(private sector), antara lain Universitas Syah Kuala, Universitas Islam Riau, Universitas
Andalas Padang, Universitas Sumatera Utara, Universitas Lancang Kuning dan beberapa
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Provinsi Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah,
Jawa Barat, Tangerang, DKI Jakarta.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Lebih dan kurangnya kami mohon maaf.
Selanjutnya kami mohon kepada Bapak Gubernur Sumatera Utara berkenan memberikan
sambutan dan membuka Seminar Nasional ini secara resmi.
Sekian dan terima kasih
Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.
Medan, 18 Juni 2014
KETUA PANITIA PELAKSANA
Farid Aulia
v
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PADA SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA
MENYAMBUT HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014
RABU, 18 JUNI 2014
“SATUKAN LANGKAH, LINDUNGI EKOSISTEM PESISIR DARI DAMPAK
PERUBAHAN IKLIM”
DALAM RANGKA MENYAMBUT
HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014
Assalamu‘alaikum Wr. Wb,
Salam sejahterah bagi kita sekalian.
Yth, Saudara Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Yth. Saudara Gubernur Sumatera Utara
Yth, Saudara Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dan Para Kepala
Badan/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara
Yth, Para Nara Sumber dan Pemakalah serta Peserta Seminar
Pertama sekali ucapan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kita
dapat berkumpul dalam sebuah kegiatan ilmiah: ―Seminar Nasional Lingkungan Hidup
Dalam Rangka Menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2014‖.
Hadirin Sekalian
Pemanfaatan hutan dan cadangan mineral dalam kegiatan pembangunan telah
mengalahkan konservasi sumberdaya alam dan air. Penduduk dengan jumlah dan
pertumbuhan tinggi yang tidak diiringi dengan pembangunan infrastruktur ekonomi, sosial
dan lingkungan yang mencukupi telah menghasilkan kantong-kantong kemiskinan dan
kekumuhan kota. Kualitas lingkungan fisik perkotaan terutama kota-kota besar dan
metropolitan cenderung terdegradasi.
Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan adalah kontekstual. Maksudnya,
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan selain perlunya berlandaskan pemahaman
tentang aspek biologis dan teknis, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial, budaya,
ekonomi dalam pengambilan keputusan diri masyarakat sendiri, lingkungan internal dan
eksternal yang melandasinya, serta respons terhadap perubahan iklim yang terjadi.
Pada hakikatnya, perubahan iklim mengacu pada perubahan apapun pada iklim
dalam satu kurun waktu, baik karena variabilitas alami atau sebagai hasil dari aktivitas
manusia. Saat batubara, minyak dan gas bumi dibakar, dan juga saat deforestasi atau
kerusakan hutan terjadi, maka karbondioksida yang dilepas ke udara adalah penyebab
utama perubahan iklim global.
Karbondioksida adalah faktor terbesar penyebab perubahan iklim. Namun, gas-gas
lain juga dilepaskan, mengotori atmosfir, seperti uap air (H2O), Methane, N2O dan O3
(ozone). Semua gas-gas ini disebut Gas Rumah Kaca. Karbon dioksida adalah salah satu
―gas rumah kaca‖ yang dilepas ke atmosfer karena proses industri. Emisi gas rumah kaca
terus meningkat. Dampaknya tidak hanya lokal tetapi juga ke seluruh dunia. Semakin
banyak emisi, semakin besar perubahan iklim.
vi
Kita sudah mengetahui sebagian dari akibat pemanasan global ini - yaitu
mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang
berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral
bleaching dan gelombang badai besar. Kita juga telah mengetahui siapa yang akan terkena
dampak paling besar, yaitu: Negara pesisir pantai dan Negara kepulauan
Hadirin Yang Terhormat
Sekarang lingkungan hidup tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata
bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara
variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan. Tidak bisa disangkal bahwa masalah-
masalah lingkungan yang lahir dan berkembang karena faktor manusia jauh lebih besar dan
rumit (complicated) dibandingkan dengan faktor alam itu sendiri. Manusia dengan
berbagai dimensinya, terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran
dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor
proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan
faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup.
Oleh karena itu, persoalan-persoalan lingkungan seperti krusakan sumber-daya alam,
penyusutan cadangan-cadangan hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir,
bahkan jenis-jenis penyakit yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-
gejala negatif yang secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. Jadi,
beralasan jika dikatakan, di mana ada manusia maka di situ akan .ada masalah lingkungan.
Para Undangan Yang Berbahagia
Indonesia dengan beragam bentuk fisik (relief) dan penduduknya memiliki beberapa
permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan
hidup Indonesia terjadi di berbagai sektor beserta segala kompleksitas, penyebab, dan
akibat masing-masing. Oleh karena itu berbagai kegiatan penelitian dalam upaya
mencegah dan mengatasi permasalahan lingkungan hidup mutlak diperlukan dan harus
terus dikembangakan.
Pengelolaan ekosistem pesisir sangat besar artinya dalam upaya pengelolaan lingkungan
hidup. Adapun sasaran dari pengelolaan ekosistem pesisir adalah :
1. tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup pesisir;
2. terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup pesisir;
3. terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
4. tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup pesisir;
5. terkendalinya pemanfaatan sumberdaya pesisir secara bijaksana;
6. terlindungnya NKRI terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah
negara yang menyebabkan perusakan lingkungan hidup pesisir.
Hadirin Yang Terhormat
Pelaksanaan kegiatan seminar ini merupakan salah satu upaya untuk menyebarkan ide dan
gagasan ataupun hasil penelitian yang terkait dengan pengelolaan ekosistem pesisir,
khususnya di Indonesia.
Selaku Pimpinan Universitas Sumatera Utara saya menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang telah bekerjasama dengan
vii
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara dalam pelaksanaan kegiatan seminar ini. Semoga kerjasama
yang baik ini dapat terus terjalin dan dikembangkan pada berbagai bidang kegiatan.
Selanjutnya kepada seluruh undangan yang hadir, khususnya para pembicara utama dan
pemakalah saya ucapkan SELAMAT BERSEMINAR. Semoga kita selalu diberkahi Allah
SWT. Amin.
Sekian dan terima kasih
Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.
Medan, 18 Juni 2014
Rektor Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM). Sp.A (K)
viii
DAFTAR ISI
LAPORAN KETUA PANITIA ........................................................................................ iii
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA .................................. v
MAKALAH UTAMA
1. CLIMATE CHANGE, COASTAL AND WETLAND
Jatna Supriatna ............................................................................................................... 3
2. HOW TO DEVELOP INDONESIAN GREENHOUSE GAS EMISSION
FACTORS IN WASTEWATER TREATMENT PROCESSES
Yoshitaka Ebie ............................................................................................................. 29
MAKALAH PENUNJANG
1. APLIKASI Crystal Soil TERHADAP PERTTUMBUHAN BIBIT SUKUN
(Artocarpus communis Forst) DENGAN MENGGUNAKAN TANAH DTA
DANAU TOBA PADA KONDISI CEKAMAN AIR
Afifuddin Dalimunthe, Budi Utomo dan Steffi P. Mutiara ........................................... 55
2. KORELASI LIKEN PADA TEGAKAN POHON MAHONI (Swietenia
macrophylla) PENEDUH JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK
EKOLOGI DI KOTA MEDAN
Ashar Hasairin, Nursahara Pasaribu, Lisdar I. Sudirma dan Retno Widhiastuti ........ 60
3. UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT SOSIAL-EKONOMI
DAN MITIGASI DI KAWASAN PESISIR PASCATSUNAMI MELALUI
PENINJAUAN KEMBALI PENGGUNAAN LAHAN
Sirojuzilam Hasyim, Ashfa Achmad, Badaruddin, dan Dwira N. Aulia ..................... 67
4. SARANA DAN PRASARANA AIR BERSIH DAN SANITASI PADA
RUMAH TRADISIONAL MELAYU DI PROVINSI RIAU
Asnah Rumiawati dan Anikmah Ridho Pasaribu ........................................................ 75
5. PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU MENUJU PEMBANGUNAN
KOTA HIJAU DI KOTA MEDAN
Darwin Parlaungan Lubis, Alvi Syahrin dan Retno Widhiastuti ................................. 84
6. PERANAN TUMBUHAN Rhizophoramucronata DALAM DESALINASI
AIR LAUT
Delvian ......................................................................................................................... 90
7. APLIKASI JAMUR PELARUT FOSFAT DAN PUPUK P UNTUK
MENINGKATKAN HARA P DAN PERTUMBUHAN BIBIT SUREN
(Toona suren) PADA TANAH ULTISOL
Deni Elfiati, Hamidah Hanum dan Rio Hotlan ............................................................ 94
ix
8. PENGARUH pH, SUHU DAN SURFAKTAN TERHADAP AKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROBA Lactobacillus acidophilus PERAIRAN TAWAR DALAM MENGHAMBAT Aeromonas hydrophila
Diannita Harahap, It Jamilah dan Herla Rusmarilin ................................................ 101 9. REKONSTRUKSI EKOFEMINISME SEBAGAI ETIKA PERILAKU
DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM PESISIR Farid Aulia .................................................................................................................. 107 10. APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK CAMPURAN UNTUK
MENINGKATKAN KETERSEDIAAN HARA N, P, K TANAH DAN PRODUKSI MELON Melon (Cucumis melo L.)
Hamidah Hanum, Lollie Agustina P. Putri dan Canakya Suman .............................. 115 11. PEMBUATAN ECO BETON DARI LIMBAH AMPAS TEBU DAN
TANDAN KOSONG SAWIT Harmiyati .................................................................................................................... 123
12. PERENCANAAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS PERKEBUNAN RAKYAT UNGGULAN DALAM RANGKA MELINDUNGI EKOSISTEM DANAU TOBA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR
Hotden Leonardo Nainggolan, Albina Br. Ginting dan Johndikson Aritonang ......... 132 13. PRODUK SAMPING PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER
MAKANAN FUNGSIONAL Hotman Manurung, Jansen Silalahi, Retno Widiastuti, dan Donald Siahaan ............ 140 14. EKOHIDROLOGI: TANTANGAN DAN PROSPEKNYA UNTUK
PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR YANG BERKELANJUTAN Ichwana, Zulkifli Nasution dan Delvian .................................................................... 145 15. KEBIJAKAN HUKUM LINGKUNGAN DALAM MENANGANI
PERUBAHAN IKLIM DI DAERAH PESISIR YANG BERDAMPAK PADA MASYARAKAT DI INDONESIA
Jeanne Darc N Manik ................................................................................................. 153 16. PENDEKATAN PENCEGAHAN BANJIR MENGGUNAKAN ORDINARY
LEAST SQUARE DI KOTA MEDAN M. Ali Musri. S, Badaruddin, Sumono, dan Abdul Rauf .......................................... 160 17. TEKNOLOGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN PEGAGAN Centella
asiatica Noverita Sprinse Vinolina, Marline Nainggolan dan Rolan Siregar .......................... 167 18. PENGARUH KEBERADAAN MAKANAN TERHADAP KEHADIRAN
Numenius phaeopus DI KAWASAN PANTAI LABU Nurul Husna Siregar, Fivin Endhaka Oliva, dan Erni Jumilawaty ............................ 173
19. MURSALA : POTENSI DAN ANCAMAN EKOSISTEM PULAU EKSOTIS DI TAPANULI TENGAH
Pindi Patana, Zufriwandi Siregar dan Zulham Affandi Harahap ............................... 178
x
20. PENGELOLAAN EKOSISTEM PESISIR BERKELANJUTAN MELALUI BERKEBUN BAKAU YANG BERBASIS PADA MODAL SOSIAL DAN EKONOMI
Ramli .......................................................................................................................... 189 21. POLA SEBARAN SPASIAL Nephentes spp. DI TAMAN WISATA ALAM
SICIKE-CIKE KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA Retno Widhiastuti dan Suci Rahayu ........................................................................... 194 22. PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP KEHADIRAN Tringa spp.
DI KAWASAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG Riris Poppy L, Erni Jumilawaty, Arlen H.J, dan Miswar Budi Mulya ....................... 199 23. PENELITIAN GEOLOGI LINGKUNGAN TERHADAP STABILITAS
KERUNTUHAN LERENG DENGAN METODE PROYEKSI STEREOGRAFIS
Said Muzambiq dan Sastro ........................................................................................ 204 24. IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK TANAH SULFAT MASAM DESA
MUARA SUGIH KECAMATAN TELANG KELAPA Shanti D. Simbolon .................................................................................................... 210 25. STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA DENGAN ANALISIS
SWOT DI PULAU SAMOSIR Siti Latifah, Maryani Cyccu Tobing dan Tri Martial .................................................. 219 26. KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN
SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani, Siti Mechram dan Muhammad Shilahuddin ........................................ 227 27. PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT HASIL HUTAN BUKAN KAYU
PADA MASYARAKAT KARO DI DESA TELAGA KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA
T. Alief Aththorick dan Lister Berutu ......................................................................... 237 28. KORELASI JARAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH
KE SUMUR GALI DENGAN KANDUNGAN KADMIUM PADA AIR SUMUR GALI DI TPA NAMOBINTANG PANCURBATU
Taufik Ashar dan Devi Nuraini Santi ......................................................................... 242 29. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM PESISIR BERKELANJUTAN
DI KEPULAUAN BATU KABUPATEN NIAS SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA
Windra Hardi Purba dan Sabariah Bangun ................................................................. 248 30. CORRELATION BETWEEN NOISE INTENSITY IN HEAT SHOCK
RESPONSE WITH Hsp 70, p53, CYTOCHROME C AND CASPASE 3 EXPRESSION IN ULTRASTRUCTURE REGION OF Rattusnorvegicus‘s COCHLEA
R .Yusa Herwanto, Jenny Bashiruddin, Syafruddin Ilyas, dan M. Nadjib Dahlan Lubis ............................................................................................................... 256
167
TEKNOLOGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN PEGAGAN
Centella asiatica
Noverita Sprinse Vinolina1, Marline Nainggolan
2 dan Rolan Siregar
1
1)Fakultas Pertanian Agroteknologi Universitas Sisingamangaraja XII Medan 2)Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Email:[email protected]
ABSTRAK
Pada penelitian sebelumnya diperoleh kandungan asiatikosida tertinggi terdapat pada pegagan
dataran rendah yaitu aksesi Pantai Labu Deli Sedang. Bahan tanaman pegagan yang berpotensi
untuk dijadikan bahan perbanyakan tanaman dengan kandungan asiatikosida yang cukup tinggi
yaitu aksesi dataran rendah asal Deli Serdang (2,38%). Tujuannya untuk melihat bagaiman respon
tanaman pegagan ini dengan teknologi budidaya yang diberikan seperti pemupukan fosfor,
pemberian elisitor dan waktu panen yang tepat terhadap pertumbuhan jumlah daun dan panjang
petiol pegagan. Dosis fosfor yang diberikan meningkatkan jumlah daun 12 MST, tertinggi terdapat
pada perlakuan pemberian fosfor pada taraf 36 kg P2O5 /ha.
Kata kunci: Pegagan, pertumbuhan, jumlah daun, panjang tangkai daun
PENDAHULUAN
Salah satu tanaman liar yang dimanfaatkan dari alam secara luas adalah Centella
asiatica.Sampai saat ini masih dipanen dari alam, dan untuk mendukung pengembangan
pegagan dalam skala luas perlu didukung dengan usaha budidaya dan untuk menghasilkan
produk pegagan yang bermutu diperlukan bahan tanaman yang terjamin tingkat produksi
dan.Tumbuhan pegagan (Centella asiatica (L). Urban) sudahsaatnya untuk dibudidayakan
karena banyak jamu racikan yang rnengandung herba pegagan (Sembiring, 2007;
Wijayakusuma dan Dalimartha, 2005; Winarto dan Surbakti, 2004). Kebutuhan pegagan
(Centella asiatica) mencapai 100 ton, PT. Sidomuncul mencapai 2 – 3 ton/bln. Kebutuhan
akan pegagan pada pabrik lokal mencapai 25 ton per tahun dan yang sanggup dipasok
hanya sebesar 4 ton per tahun. Tidak hanya tanaman liar yang masih diburu dari alam
bebas, beberapa biofarmaka yang telah dibudidayakan pun banyak yang belum mampu
memenuhi permintaan pasar domestik (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2005; Redaksi Herba,
2003). Khasiat pegagan ini disebabkan kandungan kimianya antara lain: mengandung
beberapa senyawa saponin, termasuk asiatikosida (Matsuda, et al., 2001). Senyawa
bioaktif asiatikosida dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan berguna dalam
pengobatan kusta dan TBC (Mangas, et al., 2006; Mangas, et al., 2008; Mangas, et al.,
2009). Pegagan bersifat mendinginkan, memiliki fungsi membersihkan darah,
melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurun panas (antipiretika),
menghentikan pendarahan (haemostatika), meningkatkan syaraf memori, antibakteri, tonik,
antispasma, antiinflamasi, hipotensis, insektisida, antialergi dan stimulan. Saponin juga
dapat menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya
keloid) (Mangas, et al., 2008).
Kendala-kendala yang dihadapi industri obat herbal (agromedisin) Indonesia adalah
masalah ketidakseragaman mutu bahan sehingga memberikan dampak pada mutu produk
yang berbeda-beda, proses produksi, penelitian dan pengembangan produk maupun
pemasarannya (Ghulamahdi, dkk., 2007; Sutardi, 2008; Nurliani dkk., 2008; Redaksi
Herba. 2003). Secara agribisnis, pegagan dapat dijadikan sebagai satu komoditas yang
mempunyai prospek menjanjikan, hal ini disebabkan adanya indikasi positif bagi peluang
168
usaha biofarmaka, dimana permintaan meningkat setiap tahunnya untuk kebutuhan obat di
dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2005;
Ghulamahdi, dkk., 2007).
Elisitor adalah istilah yang digunakan pada bahan kimia dari berbagai sumber,
biotik atau abiotik, serta faktor-faktor fisik, yang dapat memicu respon dalam organisme
hidup yang dihasilkan dalam akumulasi metabolit sekunder.Metil jasmonat (MJ)
merupakan salah satu elisitor yang digunakan secara luas dan banyak memodulasi
peristiwa fisiologis pada tumbuhan tingkat tinggi. Metil jasmonat dan turunannya telah
diusulkan menjadi senyawa sinyal kunci dalam proses elisitasi menuju akumulasi metabolit
sekunder (Lambert et al., 2011).
Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung bahan
berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu
dan akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu (Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik, 2010).Produsen makanan kesehatan Herba Penawar Al-Wahida (HPA)
seperti produk Health-B, pegagan yang digunakan cukup matang dan tidak terlalu tua,
dipanen pada umur 2 bulan 15 hari, untuk mendapatkan kandungan bahan aktf yang tinggi
(Herba Penawar Al-Wahida, 2011).
Permasalahan adalahpermintaan yang tinggi akan simplisia dan alasan faktor
lingkungan serta kualitas yang seragam (terstandardisasi) maka langkah budidaya sangat
diperlukan. Pertumbuhan dan mutu pegagan yang optimal dapat diperoleh dengan
melakukan beberapa tindak agronomis dengantujuan penelitian untuk memperoleh dosis
fosfor yang tepat dan konsentrasi hormon metil jasmonat yang tepat untuk memperoleh
pertumbuhan optimal.Mengetahui umur panen yang tepat, interaksi dosis fosfor,
konsentrasi metil jasmonat dan umur panen yang tepat untuk memperoleh pertumbuhan
pegagan optimal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 3 faktor terdiri dari
perlakuan pemupukan P2O5 dengan 4 taraf yaitu F0 = 0 kg P2O5/ha, F1 = 18 kg P2O5 /ha, F2
= 36 kg P2O5/ha, F3 = 54 kg P2O5 /ha, perlakuan pemberian metil jasmonat yang terdiri
atas 3 taraf yaitu J0 = 0 µM, J1 = 100 µM, J2 = 200 µM dan umur waktu panen, U1 =
umur waktu panen 56HST (minggu setelah tanam), U2 = umur waktu panen 70 HST, U3 =
umur waktu panen 84HST, diulang 3 kali untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
komponen fisiologi, pertumbuhan, produksi biomas dan kandungan asiatikosida.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 %. Jika
terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan melakukan uji jarak berganda
Duncan (Duncan’s multiplerange test) dan pola hubungan persamaan regresi.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan persiapan lahan, pengapuran, persiapan
bahan tanaman, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, aplikasi metil jasmonat,
panen.Panen dilakukan sekaligus sesuai dengan perlakuan yaitu panen saat umur tanaman
56HST, 70 dan 84HST dengan cara membongkar semua bagian tanaman.
Pengamatan dimulai pada minggu ke-1 sampai minggu ke-12 dengan mengambil 2
tanaman contoh per plot. Pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa komponen
pertumbuhan antara lain jumlah daun tanaman dan panjang tangkai daun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Daun (helai)
Pengaruh ketiga faktor perlakuan dan interaksinya tidak nyata mempengaruhi
jumlah daun pada tanaman induk.Jumlah daun pada tanaman induk dapat dilihat pada
Tabel 1.di bawah ini.
169
Tabel 1. Uji Beda Rataan Jumlah Daun Umur Pengamatan 8-12 MST pada Perlakuan
Umur Panen, Metil Jasmonat dan Pemupukan Fosfor Umur 8-12 MST
Perlakuan Jumlah Daun (helai) pada Umur (MST)
8 9 10 11 12
U1 = 56HST 31,000
U2 = 70 HST 28,444 30,972 26,639
U3 = 84HST 27,278 32,917 26,694 21,417 22,389
J0 = 0 µM 27,917 32,417 28,972 27,694 28,194
J1 = 100 µM 31,417 32,972 28,667 26,667 27,028
J2 = 200 µM 27,389 29,500 26,694 24,694 24,806
F0 = 0 kg P205/ha 27,815 30,074 28,148 25,370 26,074
F1 = 18 kg P205/ha 27,593 29,889 27,444 26,407 26,667
F2 = 36 kg P205/ha 31,296 37,593 31,333 29,481 29,963
F3 = 54 kg P205/ha 28,926 28,963 25,519 24,148 24,000
Panjang Tangkai Daun (cm)
Data rataan panjang tangkai daun ditampilkan pada Tabel 2.Hasil uji beda rataan
dosis pemupukan fosfor pengamatan 3 MST terhadap panjang tangkai daun terpanjang
adalah 4,590 cm diperoleh pada pemupukan fosfor 36 P205 kg/ha (F2). Pada umur 8 MST
panjang tangkai daun 2,115 (± 4,5 cm) pada pemupukan fosfor 54 P205 kg/ha (F3).
Selanjutnya umur 4-12 MST meskipun tidak berbeda nyata, secara statistik umumnya
tendensi rataan terpanjang panjang tangkai daun berada di pemupukan fosfor diantara 18 –
36 P205 kg/ha.
Hubungan pemberian pemupukan fosfor terhadap panjang tangkai daun umur 3
MST adalah kuadratik positif dan 8 MST linear positif seperti pada Gambar grafik 4.4.
berikut.
Tabel 2. Uji Beda Rataan Panjang Tangkai Daun (cm) Umur Pengamatan 8-12 MST pada
Perlakuan Umur Panen, Metil Jasmonat dan Pemupukan Fosfor Umur 3-12 MST
Perlakuan Panjang Tangkai Daun (cm) pada Umur (MST)
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
U1 = 56HST
3,865
U2 = 70 HST
4,172 3,93 3,55
U3 = 84HST
3,533 3,60 3,25 3,57 4,01
J0 = 0 µM
3,814 3,73 3,54 3,74 3,96
J1 = 100 µM
3,922 3,82 3,64 3,80 3,81
J2 = 200 µM
3,835 3,84 3,48 3,44 3,65
F0 = 0 kg P205/ha 4,029 b 4,02 3,72 3,67 3,98 3,44b 3,44 3,29 3,47 3,46
F1 = 18 kg P205/ha 4,32 ab 4,07 4,03 4,00 3,81 3,95a 3,77 3,57 3,59 3,94
F2 = 36 kg P205/ha 4,590a 3,84 3,84 3,97 3,76 3,96a 3,94 3,67 3,84 3,92
F3 = 54 kg P205/ha 4,35 ab 3,954 3,552 3,953 3,896 4,058a 4,048 3,679 3,740 3,909
Keterangan : * = transformasi (X+0,5)1/2
170
Gambar 1. Grafik Hubungan Pemupukan Fosfor dengan Panjang Tangkai Daun (cm)
Pengamatan Umur 3 dan 8 MST
Gambar 1. diperoleh umur pengamatan 3 MST panjang tangkai daun maksimum
4,53 cm dengan pemupukan fosfor dosis 36,125 kg P205 kg/ha dan setelah umur 8 MST
meningkat panjang tangkai daun pada pemupukan fosfor dosis 54kg P205 kg/ha.
Interaksi perlakuan umur panen dan metil jasmonat (UxJ) nyata pengaruhnya
terhadap panjang tangkai daun pada pengamatan umur 12 MST dan uji beda rataannya
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.Rataan Panjang Tangkai Daun (cm) pada Interaksi Perlakuan Umur Panen dan
Metil Jasmonat
Umur Panen (U) Metil Jasmonat (J)
Rataan J0(0 µM) J1(100 µM) J2(200 µM)
U1 = 56 HST 3,578bc 4,022ab 3,994ab 3,865
U2 = 70 HST 3,642bc 3,800bc 3,229c 3,557
U3 = 84 HST 4,672a 3,617bc 3,748bc 4,012
Rataan 3,96 3,81 3,66 Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama, menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5 %berdasarkan
Uji Jarak Berganda Duncan
* = transformasi (X+0,5)1/2
Berdasarkan Tabel 4.2. interaksi perlakuan umur panen dan metil jasmonat pada
pengamatan 12 MST menunjukkan bahwa panjang tangkai daun terpanjang diperoleh pada
perlakuan tanpa pemberian metil jasmonat(U3J0) 2,261 (± 4,672 cm). Faktor
perlakuanumur panen 70 HST dan pemberian metil jasmonat200 µM (U2J2) merupakan
tangkai daun terpendek 1,906 (± 3,229 cm).
Gambar 2. Grafik Hubungan Pemberian Metil Jasmonat dengan Panjang Tangkai
Daunpada Umur Panen 8, 10 dan 12 MST
171
Perlakuan pemberian fosfor berpengaruh nyata pada parameter panjang tangkai
daun 56 HST.Pemberian fosfor semakin meningkatkan panjang tangkai daun.Tangkai daun
terpanjang terdapat pada perlakuan F3 (54 kg P2O5 /ha). Pada parameter pertumbuhan
seperti jumlah daun, luas daun, jumlah sulur primer, jumlah sulur sekunder 84 HST,
tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian fosfor pada taraf 36 kg P2O5 /ha akan tetapi
pada parameter produksi bobot basah dan bobot kering daun dan petiol ataupun akar dan
sulur, hasil terbaik diperoleh pada pemberian fosfor pada taraf 18 kg P2O5 /ha. Selanjutnya
umur 4-12 MST meskipun tidak berbeda nyata, secara statistik umumnya tendensi rataan
terpanjang panjang tangkai daun berada di pemupukan fosfor diantara 18 – 36 P205
kg/ha.Ketersediaan unsur hara yang cukup akanmenunjang pertumbuhan tanaman.Hal ini
sejalan dengan pendapat Mengel and Kirkby (1982), Nyakpa dkk. (1988) yang menyatakan
bahwa fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan olehtanaman, yang
berperan penting pada berbagai proses kehidupan, sepertifotosintesis, metabolime
karbohidrat, dan proses aliran energi dalam tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Dosis fosfor yang diberikan meningkatkan jumlah daun 12 MST, tertinggi terdapat
pada perlakuan pemberian fosfor pada taraf 36 kg P2O5 /ha.
2. Pemberian metil jasmonat 100 µM dan 200 µM tidak mempengaruhi pertumbuhan.
3. Terdapat efek interaksi konsentrasi metil jasmonat dan umur panen terhadap
pertumbuhan yaitu panjang tangkai daun pada 84 HST.
4. Efek interaksi konsentrasi metil jasmonat dan dosis fosfor tidak terdapat pada
jumlah daun.
5. Tidak terdapat efek interaksi dosis fosfor, konsentrasi metil jasmonat dan umur
panen terhadap parameter jumlah daun dan panjang tangkai daun.
DAFTAR PUSTAKA
Ghulamahdi M., Sandra A. A., Nurliani B. 2007.Evaluasi Karakter Morfologi Fisiologi
dan Genetik Pegagan Mendukung Standarisasi Mutu Pegagan.Lab Balai Besar dan
Pengembangan Pasca Panen, Lab PSPT IPB, Lab Pusat Studi Biofarmaka IPB Lab
Tanah IPB.
Jain P. K., Ram K. A. 2008. High Performance Liquid Chromatographic Analysisof
Asiaticoside in Centella asiatica (L.) Urban. Chiang Mai J. Sci., 35(3) : 521-525.
Januwati M., Yusron M. 2005. Budidaya Tanaman Pegagan. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika.
Mangas S., Elisabeth M., Lidia O., Rosa M. C., Mercedes B., Javier P. 2008.
Triterpenoid saponin content and the expression level of some related genes in calli
of Centella asiatica Lett, 30:1853-1859.
Mangas S., Moyano E.Hernandez-Vazquez L. and Bonfill M. 2009. Centella asiatica (L)
Urban: An updated approachTerpenoids. Editors: Javier P., Rosa M. C. Laboratorio
de Fisiología Vegetal. Facultad de Farmacia, Universidad de Barcelona, Spain.
Matsuda H., Morikawa T., Ueda H. 2001. Saponin constituents of gotu kola (2): structures
of new ursane- and oleanane-type triterpene oligoglycosides, centellasaponins B, C,
and D, from Centella asiatica cultivated in Sri Lanka. Chem Pharm Bull, 49(10):
1368-1371.
Noverita, S. V. 2010. Kandungan Metabolit Sekunder pada Tanaman Pegagan (Centella
asiatica L.). Akademia, 14 (1) : 57-62.
172
Noverita, S. V., Luthfi A.M. Siregar, J.A. Napitupulu. 2012. Morphology of leaves and
content of secondary metabolites asiaticoside in some accession of Pegagan
(Centella asiatica l. Urban) in North Sumatera. Proceedings The 2nd Annual
International Conference In conjunction with The 8th IMT-GT UNINET
Bioscienes Conference, Life Sciences Chapter.
Noverita, S. V., Marline N. 2012.Kandungan Asiatikosida dan Uji Fitokimia Daun
Pegagan.Prosiding Seminar Nasional Farmasi 2012.Peranan Farmasi dalam
Pembangunan Kesehatan.
9 789794 587744 00009