Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TEORI DAN PRAKTIK PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
DENIS WILLY PRADITA
NIM: 131324025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur tugas akhir ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingi, memberkati dan menuntun
setiap langkahku
2. Ibu Sri dan Bapak Murwanto selaku orang tua, saya ucapkan banyak terima
kasih atas segala doa dan segala bentuk cinta dan kasih sayang yang tidak bisa
diukur oleh apapun dan selalu ada dalam keadaan senang maupun susah
3. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada saya
4. Terimakasih pula untuk almamaterku tercinta Univertitas Sanata Dharma
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Dan siapa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu
akan menerimanya”
(Matius 21:22)
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah
Kristus Yesus bagi kamu”
(1 Tesalonika 5:18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT.................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Batasan Masalah................................................................................ 3
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
D. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
E. Manfaat Penulisan ............................................................................. 4
BAB II Latar Belakang Munculnya Model Pembelajaran
Flipped Classroom ....................................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Permasalahan Siswa dalam Belajar .................................................... 5
B. Latar Belakang Munculnya Pembelajaran Flipped Classroom ........... 7
C. Empat Pillar dalam Pembelajaran Model Flipped Classroom............. 14
BAB III Model Pembelajaran Flipped Classroom ..................................... 17
A. Model Pembelajaran Flipped Classroom ........................................... 17
B. Pendekatan dalam Pembelajaran Flipped Classroom ......................... 18
C. Strategi dalam Pembelajaran Flipped Classroom ............................... 23
D. Penerapan Strategi Pembelajaran dalam Flipped Classroom;
Out Class dan In Class ...................................................................... 32
E. Metode Pembelajaran dalam Flipped Classroom ............................... 34
F. Teknik Pembelajaran dalam Flipped Classroom ................................ 35
G. Taktik Pembelajaran dalam Flipped Classroom ................................. 36
BAB IV Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom ................... 38
A. Implementasi Model Pembelajaran Flipped Classroom ..................... 38
B. Penilaian dalam Model Pembelajaran Flipped Classroom .................. 47
C. Keuanggulan, Kelemahan, dan Hambatan dalam Model
Pembelajaran Flipped Classroom ...................................................... 54
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN .................... 58
A. Kesimpulan ....................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................................. 58
C. Keterbatasan ...................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perbandingan Penggunaan Waktu pada Kelas Tradisional
dan Flipped Classroom ................................................................. 29
Tabel 3.2 Strategi Pembelajaran dalam Flipped Classroom ........................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbandingan Pembelajaran di Kelas dengan Model Tradisional
dan Model Flipped Classroom .................................................... 14
Gambar 3.1 Konsep Model Pembelajaran Flipped Classroom ....................... 18
Gambar 3.2 Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran ..................................... 24
Gambar 3.3 Taksonomi Bloom dalam Flipped Classroom............................. 26
Gambar 3.4 Konsep Pembelajaran Blanded Learning .................................... 27
Gambar 4.1 User Interface Camtasia Studio ................................................. 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Revolusi digital memiliki pengaruh penting di bidang pendidikan seperti
di banyak bidang lainnya. Pengaruh ini juga menyebabkan perubahan radikal di
bidang pendidikan, seperti dalam hal pendekatan pengajaran dan pembelajaran.
Para peserta didik di zaman ini memiliki karakteristik yang sangat berbeda jika
dibandingkan dengan masa lalu, oleh karena itu cukup sulit untuk menarik minat
dan keingintahuan siswa hari ini untuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
pengajaran tradisional. Selain itu, tidak mudah untuk mengatasi beberapa masalah
terkait mengajar dan belajar dengan pendekatan yang sudah ketinggalan.
Tetapi, diluar masalah kurangnya minat dan keingintahuan siswa soal
belajar terdapat masalah lain yang mengganggu dalam pembelajaran bagi guru
dan siswa itu sendiri. Permasalahan itu adalah permasalahan absensi siswa di
kelas. Terkadang dalam sebuah kelas seorang siswa tidak hanya mengerjakan
pekerjaan sekolahnya saja. Tetapi ada pula yang bekerja dan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang terkadang ketika mereka terpilih untuk mengikuti sebuah
perlombaan di luar sekolah memaksa mereka untuk tidak dapat hadir. Dengan
ketidakhadiran mereka di kelas mengakibatkan ketertinggalan materi yang
seharusnya jika mereka mengikutinya mereka akan sama dalam hal pengetahuan
dengan siswa lainnya. Selain permasalahan adanya siswa yang berkegiatan di luar
sehingga tidak dapat hadir di kelas. Terdapat masalah-masalah lainnya lagi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
seperti adanya siswa yang dalam pemahaman materi masih lambat (Slow
Learner), siswa yang bosan terhadap model pembelajaran dengan ceramah dan
siswa yang malas mencatat atau mendengarkan penjelasan dari guru mereka. Dan
untuk menanggulangi ini maka para pendidik saat ini menunjukkan minat yang
sangat besar pada model pembelajaran inovatif yang menjawab kebutuhan zaman
ini.
Salah satu model pembelajaran yang inovatif tersebut adalah model
flipped classroom. Flipped classroom merupakan suatu strategi pembelajaran
yang tergolong baru. Strategi pembelajaran ini semakin berkembang dengan
kemajuan teknologi, seperti akses internet serta software yang pendukung lainnya.
Pada pembelajaran tradisional pendidik menyampaikan materi, lalu untuk
menambah pemahaman materi tersebut maka siswa akan mengerjakan tugas di
sekolah dan diberikan pekerjaan rumah. Pada flip classroom, peserta didik
berpartisipasi dalam mempersiapkan pembelajaran melalui tontonan video,
memahami powerpoint dan mengakses sumber belajar yang disediakan oleh
pendidik baik melalui e-learning atau cara lainnya.
Setelah memiliki persiapan yang lengkap di rumah, maka di kelas peserta
didik akan mampu untuk menyelesaikan masalah (problem solving), menganalisis
serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Terdapat dua
komponen dalam flipped classroom yaitu “memindahkan pendidikan ke luar
kelas” biasanya pembelajaran dihantarkan melalui media elektronik dan
memindahkan praktek berupa tugas dan pekerjaan rumah ke dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan
membuat sebuah karya tulis berbentuk makalah dengan mengambil judul ”Teori
dan Praktik Pembelajaran Model Flipped Classroom”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu adanya batasan
masalah supaya tujuan dari penulisan dapat fokus dan terarah. Adapun batasan
masalah sebagai berikut.
1. Permasalahan siswa di kelas
2. Teori model pembelajaran flipped classroom
3. Praktik flipped classroom dalam pembelajaran
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diambil adalah sebagai berikut.
1. Apa saja kendala yang dihadapi peserta didik dalam belajar di kelas?
2. Apa itu model pembelajaran flipped classroom?
3. Bagaimana penerapan model pembelajaran flipped classroom di kelas ?
4. Bagaimana langkah-langkah praktik model pembelajaran flipped
classroom?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa di kelas.
2. Menjelaskan model pembelajaran flipped classroom.
3. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran flipped
classroom.
4. Mendeskripsikan langkah-langkah praktik model pembelajaran flipped
classroom.
E. Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan memberi manfaat bagi beberapa pihak yaitu:
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan mengenai pembelajaran dengan model flipped
classroom.
b. Bekal untuk menerapkan pembelajaran dengan model flipped
classroom.
2. Bagi Pihak Lain
a. Memperoleh informasi mengenai pengertian, arti penting dan
implementasi pembelajaran dengan model flipped classroom.
b. Menjadi referensi ilmiah untuk penulisan yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
LATAR BELAKANG MUNCULNYA MODEL
PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM
A. Permasalahan Siswa dalam Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 1997: 229). Kesulitan
belajar yaitu kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di
sekolah. Ada beberapa kasus kesulitan dalam belajar, sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh Abin Syamsudin M, yaitu : (1) kasus kesulitan
dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar; (2) kasus
kesulitan yang berlatar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran,
dan situasi belajar; (3) kasus kesulitan dengan latar belakang kebiasaan
belajar yang salah; (4) kasus kesulitan dengan latar belakang
ketidakserasian antara kondisi obyektif keragaman pribadinya dengan
kondisi obyektif instrumental impuls dan lingkungannya.
Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan dimana
siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki
prestasi belajar yang rendah. Siswa yang mengalami masalah dengan
belajarnya biasanya ditandai adanya gejala: (1) prestasi yang rendah atau
di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas; (2) hasil yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat dalam
melakukan tugas belajar (Entang, 1983: 13). Kesulitan belajar bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dapat menyebabkan suatu keadaan yang sulit dan mungkin menimbulkan
suatu keputusasaan sehingga memaksakan seorang siswa untuk berhenti di
tengah jalan. Adanya kesulitan belajar pada seorang siswa dapat dideteksi
dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-
soal tes. Kesalahan adalah penyimpangan terhadap jawaban yang benar
pada suatu butir soal. Ini berarti kesulitan siswa akan dapat dideteksi
melalui jawaban-jawaban siswa yang salah dalam mengerjakan suatu soal.
Siswa yang berhasil dalam belajar akan mengalami perubahan dalam
aspek kognitifnya. Perubahan tersebut dapat dilihat melalui prestasi yang
diperoleh di sekolah atau melalui nilainya. Dalam kenyataannya masih
sering dijumpai adanya siswa yang nilainya rendah. Rendahnya nilai atau
prestasi siswa ini adanya kesulitan dalam belajarnya. Menurut Entang
(1983: 12) bahwa siswa yang secara potensial diharapkan akan mendapat
nilai yang tinggi, akan tetapi prestasinya biasa-biasa saja atau mungkin
lebih rendah dan teman lainnya yang potensinya lebih kurang darinya,
dapat dipandang sebagai indikasi bahwa siswa mengalami masalah dalam
aktivitasnya.
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
menghalangi atau memperlambat seorang siswa dalam mempelajari,
memahami serta menguasai sesuatu. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah segala sesuatu yang membuat
tidak lancar (lambat) atau menghalangi seseorang dalam mempelajari,
memahami serta menguasai sesuatu untuk dapat mencapai tujuan. Adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kesulitan belajar dapat ditandai dengan prestasi yang rendah atau di bawah
rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas, hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan dan lambat dalam melakukan
tugas belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan sukar dalam
menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga ia
akan malas dalam belajar, serta tidak dapat menguasai materi,
menghindari pelajaran, serta mengabaikan tugas-tugas yang diberikan
guru.
B. Latar Belakang Munculnya Pembelajaran Flipped Classroom
Metode pembelajaran dengan menggunakan model flipped
classroom atau kelas terbalik bermula pada tahun 1980, seorang sarjana
bernama Allison King berargumen melalui sebuah artikel berjudul “From
Sage on the Stage to guide on the side” di dalam artikel tersebut ia
mengungkapkan bahwa waktu dalam pembelajaran di kelas harus
digunakan secara efektif untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang
bermanfaat, seperti tanya jawab dan diskusi. Tujuannya tidak lain adalah
agar siswa mempunyai kesempatan untuk belajar lewat komunikasi antar
siswa lain dikelas. Dengan kata lain Allison ingin berfokus pada
pembelajaran aktif.
Walaupun tidak ada istilah flipped classroom di dalam
argumennya, namun konsep pembelajaran aktif ini menjadi dasar
terbentuknya flipped classroom suatu hari nanti. Kemudian, seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
professor dari Harvard University, Eric Mazur mulai mengembangkan
konsep flipped classroom dari pemikiran Allison King sebelumnya
menjadi istilah yang lebih dikenal dengan “peer instruction”.
(Pembelajaran menggunakan peer instruction sendiri adalah sebuah
pembelajaran dengan pengelolaan kelas yang merubah pembelajaran yang
tadinya hanya satu arah menjadi pembelajaran aktif). Pada mulanya Mr.
Eric memfokuskan konsep ini di kelas perkuliahannya.
Di sini ia berfokus pada pembelajaran yang aktif ketimbang sistem
perkuliahan tradisional. Dengan bahasa lain ia mencoba memberikan
pembelajaran dengan pendekatan pemberian materi di luar kelas dan
diskusi dilakukan di dalam kelas. Sehingga ia bisa menjadi seorang
“Dosen Pembimbing” daripada hanya menjadi seorang “Dosen
Penceramaah” saat berada di dalam kelas.
Pada tahun 2000, J. Wesley Baker seorang dosen dari Cedarville
University mulai memakai istilah pembelajaran flip dalam “11th
international conference on college teaching and learning in florida” di
dalam konferensi tersebut Baker mengatakan bahwa flip classroom adalah
sebuah pembelajaran yang dilakukan di kelas dengan bantuan alat
manajemen pembelajaran berbasis web dan internet. Bentuknya bisa
berupa video tutorial maupun ruang diskusi online. Pada tahun yang sama
Maureen J. Lage, Platt dan Treglia (2000) menyoroti adanya kesenjangan
pada gaya belajar anak di kelas yang dimuat dalam jurnal pendidikan
ekonomi. Di sana mereka mengatakan bahwa dalam pembelajaran di kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sering sekali kita melihat bahwa setiap anak memiliki gaya belajar yang
bervariasi. Tidak semua siswa dapat menerima dengan hanya 1 metode
mengajar di kelas saja. Dibutuhkan pengembangan teknologi, sumber daya
multimedia, dan akses yang mudah dalam proses pembelajaran di kelas.
Agar tercipta antusiasme dalam diri setiap siswa.
Dari pemikiran itu mereka berharap agar adanya sebuah metode
belajar yang “menarik” bagi siswa yang memiliki gaya belajar bervariasi.
Lalu pada tahun 2007 Jonathan Bergman dan Aaron Sams yang berprofesi
sebagai guru di sebuah sekolah di Colorado mengembangkan pemikiran
dari beberapa ahli di atas terkait pembelajaran flipped classroom menjadi
sebuah buku berjudul : “Flip Your Classroom: Reach Every Student in
Every Class Every Day”. Dalam buku karya Jonathan Bergman dan Aaron
Sams tersebut mereka memberikan sebuah gambaran awal mula
terciptanya flip classroom buatan mereka.
Dalam bukunya mereka menyodorkan gambaran dari permasalahan
nyata yang mereka hadapi di sekolah tempat mereka mengajar. Di sana
mereka melihat bahwa murid-murid mereka di sekolah tersebut juga
memiliki banyak masalah dalam hal belajar. Contohnya: salah seorang
murid mereka bernama Enrique, dia sangat sulit dalam memahami setiap
hal yang diajarkan di dalam kelas matematikanya dikarenakan gurunya
dalam menjelaskan materi sangat cepat. Ia tidak bisa merangkum secepat
yang dijelaskan oleh gurunya. Catatan yang ia buat pun tidak dapat ia
pahami karena dalam beberapa penjelasan ada yang terlewat dan tidak ikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
di catat. Siswa kedua bernama Janice. Janice merupakan siswa yang aktif
dalam kegiatan olah raga di sekolahnya. Ia sering meninggalkan sekolah
untuk mengikuti kejuaraan olah raga tersebut. Di lain hal ia berusaha
untuk mengikuti kelas sainsnya agar tidak tertinggal dengan teman
lainnya. Tetapi, disaat ia harus belajar dan bertemu dengan guru sainsnya
ia terkadang harus pergi untuk bertanding di pertandingan olah raga. Hal
ini membuat ia terkadang melewatkan kelas sains dan tidak memahami
apapun yang dijelaskan gurunya.
Melihat problem ini, kedua guru tersebut mencari terobosan untuk
menyelesaikan permasalahan para siswanya. Terobosan yang tercipta
ternyata tidak disengaja. Suatu hari Mr.Aaron sedang membaca majalah
teknologi dan membolak-balik halaman per halaman majalah tersebut.
Lalu, ia menunjukkan pada Jonathan sebuah artikel tentang beberapa
perangkat lunak yang dapat merekam tayangan slide powerpoint, termasuk
suara dan anotasi. Lalu, ada juga yang dapat mengkonversi serta merekam
ke dalam file ataupun video dan dapat dengan mudah didistribusikan
secara online.
Pada saat itu youtube baru saja booming dan dunia video online
masih dalam masa pertumbuhan. Tetapi, ketika mereka sedang membahas
potensi perangkat lunak tersebut, mereka juga menyadari bahwa cara-cara
tersebut mungkin merupakan sebuah cara untuk mempertahankan siswa
mereka yang ketinggalan kelas dan ketinggalan dalam pembelajaran untuk
tetap bisa belajar dan menyusul ketertinggalannya. Jadi, pada musim semi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tahun 2007, Aaron dan Jonathan mulai merekam pelajaran yang sedang
berlangsung di kelas mereka. Lalu, mereka menggunakan tangkapan layar
perangkat lunak untuk mereka rekam. Lalu, mereka mencoba memposting
hasil dari rekaman pengajaran mereka secara online sehingga siswa
mereka bisa mengaksesnya, kata mereka: Siswa kami yang absen dan tak
dapat hadir saat pembelajaran menyukai “kelas yang direkam” tersebut.
Siswa yang tadinya melewatkan pembelajaran sebelumnya dapat
mempelajari apa yang telah mereka lewatkan. Beberapa siswa yang ada di
kelas, tetapi kurang mampu dalam memahami pembelajaran dan yang
hanya mendengar pembelajaran di kelas tadi juga mulai “merewatch”
video yang telah dibuat. Kemudian dari kejadian tersebut mereka
mengambil sebuah pertanyaan: bagaimana jika sekarang kita tinggal
menggunakan seluruh hari-hari di kelas untuk membantu siswa dengan
konsep yang mereka belum mengerti?. Sisanya, kita tinggal memberikan
mereka pekerjaan rumah dengan menonton video pembelajaran. Dari
situlah awal flip classroom tercipta.
Pembelajaran dengan model flipped classroom pada akhirnya
menjadi sebuah jalan keluar yang dapat mereka gunakan. Kenapa flipped
classroom? Flipped classroom mengambil sebuah sudut pandang
pembelajaran dengan menggabungkan beberapa model pembelajaran,
diantaranya face-to-face learning, blended learning, mobile and internet
learning, student centered learning dan project base learning. Dalam
flipped classroom para guru sadar bahwa tidak semua siswa dapat hadir di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
hari dimana pelajaran itu dimulai. Sama seperti yang telah dijelaskan di
atas. Selain itu, tidak semua siswa senang dan memahami seluruh mata
pelajaran yang diberikan di kelas. Banyak siswa yang pandai hanya dalam
beberapa bidang mata pelajaran. Tujuan dari pengadaan flipped classroom
adalah membantu para siswa dalam memahami pelajaran di kelas tertentu
dan pada saat kelas itu akan dimulai. Tetapi, di saat yang bersamaan
terkadang siswa tidak dapat hadir di kelas pada saat jam pembelajaran
tersebut karena ada hal lain yang harus mereka ikuti atau karena mereka
sedang berhalangan.
Cara yang menurut para guru pencipta metode ini adalah dengan
menonton video pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru mereka, persis
sama seperti yang guru itu berikan di kelas pada siswa lainnya. Jadi, pada
saat jam istirahat atau pulang sekolah mereka yang tidak dapat hadir di
kelas pada saat kelas itu dimulai dapat belajar sendiri di rumah dan pada
saat masuk ke dalam kelas yang sama mereka tidak tertinggal dengan
teman-teman lainnya. Selain untuk membantu siswa dalam mempelajari
materi ajar dengan mudah, flipped classroom juga menyiapkan siswa
untuk lebih aktif. Ketika mereka masuk ke dalam kelas, mereka
diharapkan sudah memahami apa yang sekiranya akan dibahas di kelas
nanti. Di dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 2012 tersebut Aaron
dan Jonathan menuliskan tentang detail singkat dari flipped classroom itu
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Detail singkat, dari pengertian flipped classroom hasil pemikiran
dari Jonathan Bergman dan Aaron Sams adalah “a method of instruction
and form of blended learning. This model gets its name from the way it
“flips” the traditional classroom model. Using this method, student watch
videos or listen the lectures at home. When they come to classroom
meetings, instructor facilitate, group work and other activity that would
typically be considered “homework”.(J.Bergman & A.Sams, 2012) yang
artinya adalah flipped classroom merupakan sebuah metode pembelajaran
dan bentuk dari “blended learning”. Model ini mengambil nama dari kata
“flip” yang artinya membalik. Membalik kondisi kelas
konvensional/tradisional kelas. Dengan menggunakan metode ini para
siswa menonton video atau mendengarkan pembelajaran yang seharusnya
dilakukan di sekolah menjadi dilakukan di rumah. Ketika mereka datang
dalam kegiatan pertemuan di kelas, guru hanya menjadi fasilitator.
Sehubungan dengan flipped classroom sendiri, Jon dan Aaron menjelaskan
bagaimana flipped classroom memungkinkan para siswa mereka untuk
lebih banyak berinteraksi sesering mungkin dengan mereka, Bagaimana
mereka berkembang lebih baik dan lebih banyak hubungan pribadi dalam
membantu mereka di dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 2.1
Perbandingan Pembelajaran di Kelas dengan
Model Tradisional dan Model Flipped cCassroom
Sumber: FLIT, The University Of Tokyo
C. Empat Pillar Dalam Pembelajaran Model Flipped Classroom
Flipped classroom sendiri pada dasarnya bukan hanya memiliki
arti “terbalik”. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada tahun 2014
yang berjudul “The Definition Of Flip Learning” dijelaskan bahwa flip
sendiri terdiri dari 4 huruf yang dimana, huruf itu sendiri berdiri
membentuk sebuah pilar. Berikut pengertian “flip” sebagai sebuah pilar
dalam metode pembelajaran terbalik.
1. Pilar 1: F (Flexible Environment) (Lingkungan Belajar yang Fleksibel)
Flexible Environment berarti menunjukan penyediaan waktu dan
fleksibilitas tempat. Pada pembelajaran terbalik ini fleksibel di sini
memungkinkan guru menciptakan berbagai mode pembelajaran yang
sering dilakukan oleh pendidik lainnya secara fisik, seperti: satu,
mengatur ruang belajar para siswa sekaligus untuk mengakomodasi
pelajaran yang diajarkan. Dua, untuk mendukung kerja kelompok atau
belajar mandiri. Para guru di sini ingin menciptakan ruang di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
siswa memilih kapan dan di mana mereka akan belajar. Selanjutnya,
pendidik yang melakukan “flip” pada kelas mereka memiliki harapan
akan jadwal siswa belajar dan dapat menilai mereka saat pembelajaran
berlangsung.
2. Pilar 2: L (Learning Culture) (Budaya Belajar)
Learning Culture di sini berarti dalam pendekatan kelas secara
tradisional kegiatan belajar berpusat pada guru dan pada pendekatan
kelas flipped classroom terdapat transisi dari yang belajar berupusat
hanya pada guru menjadi berpusat pada siswa. Dengan adanya
perubahan budaya belajar ini siswa diharapkan dapat merubah budaya
dan cara belajar mereka. Guru sebagai pendidik juga berharap akan
adanya perubahan dalam diri siswa menjadi lebih aktif. Aktif di sini
bisa berarti siswa mau bergerak untuk belajar setiap saat sebelum
memasuki kelas.
3. Pilar 3: I (Intentional Content) (Konten yang Disengaja)
Pendidik pada kelas terbalik diharapkan mampu memberikan
perkembangan kognitif pada siswa. Pada kelas terbalik ini pendidik
juga harus belajar terus menerus dan berpikir tentang bagaimana
mereka harus menggunakan kelas “flip” dalam membantu siswa
mengembangkan pemahaman konseptual peserta didik. Pendidik juga
diharapkan memaksimalkan waktu di kelas yang ada untuk belajar
dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, berpusat pada siswa dan
disesuaikan dengan tingkatan pendidikan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4. Pilar 4: P (Profesional Educator) (Pendidik Profesional)
Guru sebagai pendidik bukan hanya menggunakan pendekatan
tradisional dalam setiap pengajarannya di kelas. Tetapi, juga wajib
memberikan umpan balik dan mengevaluasi pekerjaan mereka. Selain
dari, umpan balik dan evaluasi, mereka juga diwajibkan untuk melihat
perkembangan para peserta didik. Baik dari cara mereka berpikir
menanggapi setiap permasalahan yang ada dan juga mengkritisi hal-hal
yang dianggap perlu untuk dikritisi. (Flipped Learning Network,
2014).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kata “flip” dalam
model pembelajaran flip classroom mengambil inti bahwa di dalam kelas,
pendidik diharuskan secara professional dapat menciptakan sefleksibel
mungkin pembelajaran dengan mengarahkan kognitif siswa untuk lebih
berkembang, menciptakan pembelajaran yang aktif dan mengembangkan
pola pikir mereka dengan menyesuaikan tingkatan pendidikan mereka..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
BAB III
MODEL PEMBELAJARAN FLIP CLASSROOM
A. Model Pembelajaran Flipped Classroom
Pembelajaran pada zaman sekarang ini berfokus pada generasi dimana
siswa lebih cenderung menyukai konsep pembelajaran non-ceramah dan
menggunakan perangkat-perangkat teknologi. Aspek penggunaan teknologi
menjadi hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai pendidik di
zaman sekarang. Model pembelajaran yang dapat mendukung proses belajar
dengan mengaplikasikan alat-alat teknologi tadi adalah flipped learning. Flip
learning menurut Wesley Baker (2000) dalam bukunya berjudul the classroom
flip: “using web course management tools to become guide by the side”.
Pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelajaran di luar kelas dengan
menggunakan aplikasi berbasis management web course untuk tujuan
memaksimalkan kegiatan pembelajaran.
Pengaplikasian flip learning di dalam kelas menurut Bergmann and Sams
(2012) merupakan sebuah metode pembelajaran dan bentuk dari “blended
learning” gabungan antara pembelajaran traditional dengan pembelajaran modern
luar kelas menggunakan video. Model ini seperti yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya mengambil nama dari kata “flip” yang artinya membalik. Membalik
disini artinya membalik kondisi kelas yang semula hanya pembelajaran dengan
guru sebagai pusat menjadi murid sebagai pusat pembelajaran. Dengan
menggunakan metode ini para siswa dapat mengatur jam belajarnya sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan menonton video atau mendengarkan pembelajaran dari konten yang sudah
dibuat oleh pendidik atau guru itu sendiri di rumah. Dengan kata lain hasil belajar
siswa nantinya dapat diketahui dari bagaimana cara siswa tersebut belajar.
Gambar 3.1
Konsep Model Pembelajaran Flip Classroom
Flipped Learning: Student Centric Pedagogy
Pada gambar 3.1 konsep flipped classroom sebagai model terdapat 4 aspek
inti yang dibahas dan sebagai sebuah model, pembelajaran flipped classroom akan
terlihat “sebagai sebuah model” pedagogis student center, jika terdapat
pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik yang utuh.
B. Pendekatan dalam Pembelajaran Flipped Classroom
Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
teoritis tertentu (Andayani, 2015: 72). Secara umum dapat disimpulkan bahwa
pendekatan belajar merupakan titik tolak atau sudut pandang “kita” terhadap
sebuah proses pembelajaran. Pendekatan yang dipakai dalam sebuah pembelajaran
pada umunya terdapat dua jenis yakni: pendekatan student center dan pendekatan
teacher center. Pendekatan teacher center merupakan sebuah pendekatan dimana
guru menjadi pusat ilmu pengetahuan dan siswa sebagai penerima pengetahuan
tersebut. Penggunaan teacher centered membuahkan kebiasaan yang sulit dirubah,
siswa hanya menampung banyak informasi tanpa ada aktifitas aktif (Hasibuan,
2016). Didalam teacher center sendiri yang dikedepankan adalah interaksi antara
guru dan murid secara langsung dan siswa hanya perlu membangun konsep dasar
yang telah dibangun oleh gurunya.
Setelah selesai pembelajaran guru memberikan tugas hanya sebagai
pemantapan materi. Sedangkan, pendekatan student center bahwasannya
merupakan sebuah tempat dimana siswa belajar dalam kelompok maupun secara
individu untuk mengeksplorasi masalah, menjadi pihak yang aktif dalam proses
pembelajaran berlangsung dan tidak hanya sebagai penerima pengetahuan yang
pasif. Di dalam model pembelajaran flipped classroom pendekatan yang ingin
ditonjolkan adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Di
dalam pendekatan ini sudut pandang siswa dalam pembelajaran sangat
berpengaruh penting. Pada umumnya sudut pandang siswa di dalam sebuah
pembelajaran sangat bergantung pada proses, gaya belajar, cara tangkap dan
masalah yang dihadapi siswa tersebut. Pada kelas tradisional proses belajar pada
umumnya dipandang siswa sangat membosankan karena guru hanya banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menerangkan dan siswa hanya tinggal menerima, mencatat dan mengetahui tanpa
bisa berkembang mandiri.
Kegiatan yang membosankan tersebut harus diubah agar siswa mampu
berkembang dan berkemampuan secara mandiri. Di dalam flipped classroom yang
mengadopsi perkembangan teknologi, siswa diajak untuk aktif dan bertanggung
jawab terhadap pembelajaran. Ada 3 poin penting dalam flipped classroom yang
harus dilakukan siswa yaitu: (1) siswa harus berpartisipasi aktif di dalam kelas;
(2) bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang berasal dari video yang sudah
diberikan oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran dan; (3) siswa harus siap
mengkolaborasikan pengetahuan yang ia dapat bersama teman-temannya dalam
sebuah diskusi.
Pembelajaran terbalik atau flipped classroom sendiri pada hakikatnya
ingin mengedepankan siswa sebagai pusat dari kegiatan belajar mengajar itu
sendiri. Dalam buku “Flip Your Classroom: Reach Every Student in Every Class
Every Day” dijelaskan bahwa : “Flip classroom is also known as a student
centered approach to learning where the student are more active than the
instructor in classroom activity. In this case, the instructor acts as facilitator to
motivate, guide, and give feed back on student performance. (Sams and Bergman,
2012). Dengan sistem membalik kelas maka manfaat yang bisa diambil adalah
siswa tak perlu menghabiskan waktu untuk mendengarkan ceramah di dalam kelas
tetapi akan lebih banyak waktu siswa dalam mengeksplore pengetahuan di luar
kelas dan memecahkan masalah secara individu maupun kolaboratif. Intinya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pendekatan student center ini siswa lebih ingin dilibatkan pada proses belajarnya
dan bertanggung jawab pada hasil yang ingin dicapai.
Selain siswa, guru juga ikut andil dalam model pembelajaran flipped
classroom ini. Ada 3 peran guru pada model pembelajaran ini yakni: (1)
menyediakan lingkungan pembelajaran yang aktif; (2) menjadi fasilitator
pembelajaran; (3) merencanakan kegiatan tindak lanjut. Selanjutnya, maksud dari
guru menyediakan lingkungan pembelajaran yang aktif adalah memberikan siswa
sebuah kesempatan belajar secara mandiri. Pembelajaran aktif menurut (Bonwell
dan Elson, 2008: 64) artinya tidak berfokus pada pengutaraan informasi lewat
guru tapi lebih pada aktivitas pembelajaran yang mengedepankan kemampuan
berpikir kritis, analistis pada sebuah konsep dan masalah yang ada. Selain itu,
siswa dituntut aktif dalam mengerjakan tugas dalam materi pelajaran. Berfokus
secara mandiri pada pendalaman sebuah nilai dan sikap yang berkaitan dengan
materi pelajaran. Diharapkan setelah mampu berpikir kirits dan analitik siswa
mampu melakukan refleksi agar bisa melakukan transformasi diri. Lalu, guru di
dalam model pembelajaran flip bertugas sebagai fasilitator pembelajaran,
memfasilitasi dan menyediakan apa yang dibutuhkan siswa.
Dalam buku “Flip Your Classroom; Reach Every Student In Every Class
Every Day”. Yang menjadi rujukan penulisan ini, Bergman dan Sams selaku guru
pada mata pelajaran kimia di sebuah sekolah di Colorado membuat diri mereka
menjadi fasilitator yaitu dengan membantu siswa dalam menyediakan sumber
belajar yaitu kolaborasi antara ceramah di kelas yang sudah direkam ditambah
video lain yang yang dapat membantu penjelasan atas ceramah tadi. Selain video
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pembelajaran yang diberikan pada siswa, guru juga memberikan beberapa bahan
bacaan terkait materi yang akan dipelajari lewat e-book, artikel maupun jurnal
ilmiah. Pemberian bahan-bahan pembelajaran tadi dilakukan sebelum kelas
berakhir. Dengan bahan-bahan materi yang ada siswa dapat membaca, menonton
video pembelajaran dan membuat catatan penting atau pertanyaan penting lalu,
dapat ditanyakan di kelas pada hari esok di dalam kelas.
Selain pemberian bahan materi guru juga mengajarkan tentang “pause”
dan “rewind” maksudnya pembelajaran dengan model flip ini guru menunjukan
bahwa siswa yang biasanya hanya mendengarkan ceramah dan teori dari guru
pada kelas tradisional biasanya akan terjadi sebuah masalah dimana siswa lambat
dalam menigintisari atau kurang memahami materi bisa
mempause/memberhentikan video penjelasan dan memundurkan kembali
penjelasan yang sudah terlampir lewat video. Lalu, maksud guru membuat
rencana tindak lanjut adalah setelah siswa menonton, mencatat dan membuat
pertanyaan, lalu diajukan dan dijadikan bahan presentasi atau diskusi di kelas.
Baik guru mapun siswa pada akhir sesi dapat membuat evaluasi dari hasil
pembelajaran hari itu. Setelah evaluasi, guru juga dapat memberikan tes atau soal-
soal latihan guna memantapkan pemahaman siswa sekaligus melihat
perkembangan siswa. Guru dapat melihat perkembangan siswa dengan melihat
jawaban hasil tes atau latihan soal siswa. Dengan melihat perkembangan itu
nantinya guru dapat menyimpulkan apakah siswa memang sudah bertanggung
jawab atas belajar mandirinya di rumah. Selain tes dan latihan soal guru juga
dapat melakukan kegiatan tindak lanjut lain yaitu dengan memberikan penugasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
baik individu maupun kelompok. Jadi pembelajaran akan terus terjadi tidak hanya
di dalam kelas tetapi juga di luar kelas di kehidupan siswa.
C. Strategi dalam Pembelajaran Flipped Classroom
Kata strategi dalam strategi pembelajaran berasal dari bahasa latian
strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan rencana guna mencapai tujuan.
Di dalam strategi dibutuhkan perencanaan yang matang dan sistematis untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam konteks pembelajaran strategi
pembelajaran menurut Gerlach dan Ely (1980) merupakan cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu
meliputi sikap, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman
belajar pada siswa. Tujuan utama siswa belajar adalah memahami apa yang
dipelajarinya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa tersebut.
Dikarenakan perlu adanya tujuan dalam sebuah pembelajaran maka perlu adanya
kaitan antara strategi yang digunakan guru dengan tujuan yang dicapai. Untuk itu,
diperlukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien agar
siswa betul-betul mencapai tujuan tersebut. Pada kelas tradisional siswa biasanya
diajak untuk memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru pada awal
pembelajaran. Dengan mendengarkan dan memperhatikan siswa diajak untuk
menggali kembali ingatan dan memori yang berkaitan dengan materi
pembelajaran, pengalaman belajar yang pernah dilakukan dijadikan bantuan untuk
siswa dapat mengerti pembelajaran yang sedang dilaksanakan pada saat itu
dengan pengalaman sebagai faktor pendukungnya. Selain itu, siswa diajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
membaca dan membuat rangkuman seputar materi pembelajaran. Proses membaca
dan membuat rangkuman ini dimaksudkan mengajak siswa untuk memahami
proses pembelajaran di tahap kedua setelah penggalian memori sebelumnya.
Dalam kaitannya dengan Taksonomi Bloom di bawah ini, siswa berada pada tahap
remembering dan understanding isi pembelajaran dari materi pembelajaran.
Gambar 3.2
Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran
Taksonomi Bloom
Pada tahap remembering dan understanding tingkat pemahaman siswa
berada di paling bawah. Pada tahap ini proses berpikir siswa mulai dibangun dari
tahap yang paling rendah. Pada tahap remembering dan understanding ini siswa
benar-benar berada di kondisi dimana siswa benar-benar memulai pembelajaran di
dalam kelas dengan hal-hal sederhana seperti mengingat. Dengan kondisi tersebut
anggapan yang ada pada kehidupan nyata adalah siswa seakan-akan datang ke
sekolah tidak dalam kondisi siap untuk belajar. Setelah tahapan remembering dan
understanding siswa diajak untuk mengaplikasikan apa yang sudah dipelajarinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Caranya adalah dengan menjalankan/ executing dan implementing/
mengimplementasi, menjalankan di sini berarti siswa menerapkan sebuah cara
yang telah dikenal untuk tugas/ masalah yang telah biasa dijumpai. Misalnya:
(dalam pelajaran matematika, siswa memisahkan satu kelompok angka dari
kumpulan angka lainnya dimana kedua kelompok angka tersebut beranggotakan
lebih dari satu angka) sedangkan mengimplementasi maksudnya adalah
menggunakan cara-cara tertentu untuk penyelesaian masalah yang belum dikenal
sebelumnya.
Setelah tahapan mengaplikasikan tahapan selanjutnya adalah menganalisis.
Menganalisis disini berarti siswa diajak untuk mencari hubungan-hubungan antara
satu pengetahuan dengan pengetahuan lain yang sudah atau pernah dipelajari
sebelumnya. Proses yang ingin dicapai pada tahap ini adalah siswa dapat
membedakan bagian yang memiliki hubungan dengan yang tidak memiliki
hubungan. Selain itu siswa diajak untuk menemukan makna yang tersirat,
menentukan pokok permasalahan dan nilai-nilai tersembunyi. Setelah tahapan-
tahapan pada tingkat pemikiran yang sederhana selanjutnya siswa diajak untuk
melanjutkan pada tahap berpikir yang lebih tinggi yaitu evaluasi dan mengkreasi.
Pada tahap evaluasi siswa diajak untuk membuat penilaian atau keputusan
berdasarkan kriteria atau standar yang sudah diciptakan sebelumnya. Lalu pada
tahap mengkreasikan, siswa diajak untuk merencanakan, merumuskan dan
memproduksi sebuah hasil karya. Pada kelas tradisional penerapan taksonomi
bloom di atas untuk tahapan remembering, understanding, applying, analysis,
evaluating, dan creating dilakukan di dalam pembelajaran siswa di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Walaupun terkadang ada beberapa kasus dimana siswa dapat menerapkannya di
luar kelas.
Sedangkan pada model pembelajaran flipped classroom tahapan yang ada
pada taksonomi bloom di kelas tradisional tadi dibalik. Gambar 3.3 Taksonomi
bloom dalam flipped classroom. Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
penggunaan taksonomi bloom di kelas tradisional (Gambar 3.2) dan pada flip
classroom (Gambar 3.3)
Gambar 3.3
Taksonomi Bloom dalam Flipped Classroom
Pada gambar di atas bisa kita lihat bahwa tahap remembering dan
understanding yang pada umumnya dilakukan di kelas tradisional pada saat kelas
dimulai. Diganti menjadi dilakukan oleh siswa sebelum pembelajaran. Sedangkan
tahap analyzing dan applying tetap dilakukan di dalam kelas sebagai bukti bahwa
siswa benar-benar telah mempelajari bahan-bahan dan sumber-sumber
pembelajaran yang telah disiapkan dan diberikan oleh guru. Sedangkan untuk
evaluating dan creating bisa dilakukan di dalam kelas maupun saat selesai kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dengan pengecualian tertentu. Contohnya pada creating pada kelas kimia maupun
fisika dimana kegiatan creating dapat dilakukan di laboratorium. Dengan adanya
tahap remembering dan understanding pada flipped classroom anggapan buruk
bahwa banyak siswa yang datang ke kelas banyak yang tidak siap untuk belajar
karena tidak membaca atau belajar dapat dihilangkan. Dengan kegiatan menonton
video, membaca artikel dan mencatat setiap ilmu yang ada pada sumber yang
sudah diberikan pada peserta didik setidaknya disana siswa sudah memiliki
pengetahuan sebelum pembelajaran dimulai.
Selain mengadopsi sistem taksonomi bloom yang dibalik pada proses
awal, flipped classroom juga mengadopsi strategi pembelajaran blended learning.
Dalam pembelajaran flipped classroom yang menggunakan strategi pembelajaran
blended learning. Blended learning merupakan istilah yang terdiri dari dua kata
yaitu blended dan learning. Kata blended berarti campuran, Sedangkan learning
memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian blended learning sepintas
mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran,
atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya.
Gambar 3.4
Konsep Pembelajaran Blended Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Yang dicampurkan dalam pembelajaran blended learning adalah berbagai jenis
strategi pembelajaran. Didalam flip classroom sendiri blended learning yang
dimaksud adalah campuran dari beberapa strategi, seperti: (1) face to face
learning; (2) m-learning; (3) project base learning; (4) problem base learning; (5)
peer learning; (6) individualized learning, dan (7) group learning.
1. Face to Face Learning: Pembelajaran dengan tatap muka atau face to face
learning menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2006
nomoer 22 merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi
antara peserta didik, materi pembelajaran, guru dan lingkungan tempat
peserta didik menempuh pendidikan. Tetapi, perlu digaris bawahi bahwa
pembelajaran dengan face to face di kelas terbalik ini tidak seratus persen
sama dengan face to face di kelas tradisional. Perbedaan mendasarnya
adalah pada kelas terbalik waktu yang biasanya dihabiskan siswa untuk
menangkap materi dari guru mereka selama 60-70 menit diganti dengan
mengerjakan tugas mandiri, presentasi dan diskusi bahkan tes serta
membuat proyek di kelas. Tatap muka dengan model lama diganti dengan
membaca artikel terkait materi pembelajaran dan menonton ceramah yang di
videokan di rumah. Selain itu pada kegiatan awal di kelas diganti ke tanya
jawab seputar hal-hal yang belum dipahami siswa dari materi yang sudah
ditonton siswa lewat video dirumah masing-masing. Waktu yang dipakai
tanya jawab ini berkisar 5-20 menit pada saat kelas baru dimulai. Dari sini
para guru dapat melihat apakah para siswa sudah benar-benar menonton
video pembelajaran yang ditentukan atau tidak. Berikut perbandingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
penggunaan face to face learning untuk kelas tradisional maupun flipped
classroom.
Tabel 3.1
Perbandingan Penggunaan Waktu pada
Kelas Tradisional dan Flip Classroom
Kelas
Tradisional Waktu Flip Classroom Waktu
Apersepsi dan
mereview
pekerjaan rumah
( F.T.F )
25
menit
Apersepsi dan
tanya jawab
video
pembelajaran
( F.T.F )
15 – 20
menit
Mempelajari
pengetahuan
baru ( F.T.F )
30 – 45
menit
Presentasi dan
diskusi, kerja
mandiri, serta
tes.
75 menit
Penugasan dan
praktek di lab/
luar kelas
35
menit
Sumber : “Flip Your Classroom: Reach Every Student in Every Class
Every Day” dengan perubahan
2. M-Learning: Mobile learning adalah sebuah paradigma baru dalam dunia
pembelajaran. Pembelajaran ini hadir untuk merespon perkembangan dunia
teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat belakangan ini.
Mobile learning sendiri pada dasarnya merupakan sebuah bentuk dari
fasilitas dan layanan yang memberikan informasi elektronik secara umum
kepada pembelajar dan kontent edukasional yang membantu proses
pencapaian pengetahuan tanpa mempermasalahkan lokasi dan waktu.
(Komputer dan teknologi informasi; 87) Sistem dari m-learning sendiri
befokus pada handheld/mobile yang bisa dilakukan kapanpun dan
dimanapun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3. Project Base Learning: menurut Buck Institute for Education dalam
Khamdi W. (2007) project base learning adalah strategi pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberikan
siswa peluang untuk bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka
sendiri, dan puncaknya adalah siswa dapat menghasilkan produk karya
siswa yang realistik. Pembelajaran flip classroom dengan berbasis pada PBL
berarti siswa berada pada pusat pembelajaran inovatif yang sesuai dengan
kehidupan dunia nyata.
4. Problem Base Learning: menurut Trianto (2009: 93) pembelajaran berbasis
masalah adalah pembelajaran dimana siswa dilatih untuk mengembangkan
kemampuan menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik
dari kehidupan actual siswa, dari masalah yang dihadapi siswa tersebut
diharapakan siswa dapat belajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang perlu dijaga agar pembelajaran ini dapat berjalan baik
adalah menjaga kondisi siswa tetap kondusif, siswa diajarkan memiliki
sikap terbuka dan guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar
yang nyaman serta menyenangkan bagi siswa.
5. Peer Lesson Learning: menurut Zaini dkk (2008: 62) menyatakan “strategi
pembelajaran aktif” tipe peer lesson berarti belajar dari teman. Strategi ini
digunakan untuk menggairahkan kemauan siswa untuk mengajarkan materi
pada temannya. Lebih spesifik penggunaan peer lesson learning dalam
flipped classroom bermakna bahwa di dalam sebuah kelas pasti terdapat
siswa yang dalam belajar dia bisa dibilang kelompok siswa fast learner dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ada juga yang masuk dalam kelompok slow learner. Dengan peer lesson
study diharapkan siswa yang memiliki kemampuan fast learner dapat
mengajarkan temannnya yang mengalami kesulitan daya tangkap
pembelajaran (slow learner).
6. Individualized Learning: menurut Wina Sanjaya (2008: 128) strategi
pembelajaran individual dilakukan siswa secara mandiri. Kecepatan,
kelambatan, dan keberhasilan siswa dalam pembelajaran sangat ditentukan
oleh kemampuan individu yang bersangkutan. Didalam flip classroom setiap
individu yang berada di kelas belajar secara mandiri dan aktif secara
individu di rumah dengan menonton konten video yang dibuat oleh gurunya.
Setiap siswa dikelas diajak untuk berpikir secara mandiri menganalisis
konten pengetahuan dan membuat pertanyaan yang nantinya bisa
ditanyakan di kelas, dan membuat rangkuman yang dapat membantu proses
belajar. Siswa disini benar-benar dilatih untuk bertanggung jawab atas
pembelajarannya dan diajak mengembangkan pengalaman belajarnya
sendiri sehingga nantinya diri siswa tersebut dapat menjadi pribadi yang
lebih baik.
7. Group Learning: Menurut Wina Sanjaya (2011; 242) strategi pembelajaran
kelompok merupakan pembelajaran menggunakan sistem pengelompokan.
Biasanya menggunakan tim kecil yang terdiri atas 4 sampai 6 orang yang
mempunyai latar kemampuan akademik yang berbeda, jenis kelamin, dan
ras serta suku yang berbeda (heterogen). Dalam flip classroom guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok belajar disana mereka dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mengerjakan sebuah proyek maupun studi kasus secara berkelompok.
Namun proses penyerapan pengetahuan tetap menjadi tanggung jawab
masing-masing individu.
D. Penerapan Strategi Pembelajaran dalam Flip Classroom; Out Class
dan In Class
Seperti telah dijelaskan di awal tadi bahwa konsep pembelajaran dengan
flip classroom ini ternyata merupakan bagian daripada pembelajaran blended
learning. Sebagai bagian dari blended learning yang memanfaatkan kolaborasi
antara banyak strategi pembelajaran. Berikut pembagian strategi pembelajaran
yang dapat dimasukan sebagai out class dan in class pada pembelajaran flipped
classroom.
Tabel 3.2
Strategi pembelajaran dalam Flipped Classroom
Out Class In Class
Focus on M-Learning Face to face
Learning
Focus on Individualized
Learning:
Project Base
Learning
Problem Base
Learning
Group learning
Peer Learning
Pembelajaran flip secara out class dan in class
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Strategi pembelajaran flipped classroom sebagai sebuah out class memiliki
makna bahwa siswa dari banyak strategi pembelajaran yang ada siswa dapat
melakukan dua strategi pembelajaran di luar kelas yaitu Focus on M-learning dan
Focus on Individualized learning sebagai pokok pekerjaan yang dapat dilakukan
siswa, misalnya: menonton video pembelajaran ataupun mengerjakan rangkuman
secara individu. Pada kegiatan out class ini siswa benar-benar dipastikan untuk
menonton dan mengakses video pembelajaran serta membuat rangkuman tanpa
adanya kendala pekerjaan rumah dari guru terkait. Sedangkan, flip classroom pada
kegiatan in class siswa benar-benar difokuskan untuk terlibat aktif didalam kelas,
contohnya: pada awal masuk kelas, siswa dibagi atas beberapa kelompok (Group
Learning). Lalu, dibuat sebuah diskusi yang berkaitan dengan video pembelajaran
yang sudah ditonton di rumah. Dari diskusi itu siswa diberikan beberapa
pertanyaan. Hasil dari diskusi tersebut digunakan untuk mengidentifikasi siswa
yang paham terhadap materi yang sudah ditonton di rumah dan mana siswa yang
belum memahami materi untuk siswa yang memiliki daya tangkap cepat dan tak
perlu mengajukan pertanyaan terkait video pembelajaran yang sudah ditonton di
rumah maka ia dapat melakukan kegiatan lain ataupun membuat grup diskusi
baru. Kegiatan lainnya yang bisa dilakukan adalah mengerjakan studi kasus
(problem base) maupun mengerjakan sebuah proyek yang berkaitan dengan
materi pembelajaran (project base). Ada juga beberapa siswa dari mereka yang
memiliki kemampuan fast-learner untuk membantu siswa yang mengalami slow-
learner atau kekurangan daya tangkap pembelajaran. Kegiatan yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dilakukan adalah peer lesson learning atau bekerja sama dengan teman sebaya
yang memiliki kemampuan belajar lebih cepat.
E. Metode Pembelajaran dalam Flipped Classroom
Metode pembelajaran dalam (Wina Senjaya (2008) adalah “a way in
achieving something” maksudnya cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana serta strategi pembelajaran dan sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dan metode yang dipakai di dalam flip classroom jika merujuk pada strategi
pembelajaran yang ada maka metode yang dipakai, diantaranya: (1) metode
pembelajaran proyek; (2) metode pembelajaran studi mandiri; (3) metode
pembelajaran studi kasus; (4) metode pembelajaran latihan dengan teman, dan (5)
metode diskusi.
Setiap metode yang dimaksud mewakili setiap strategi pembelajaran yang
dipakai. Contohnya: strategi pembelajaran dengan group learning yang dipadukan
dengan tatap muka, metode pembelajaran yang dapat dipakai adalah studi kasus,
metode proyek dan diskusi. Untuk strategi pembelajaran dengan peer lesson bisa
digunakan metode latihan dengan teman. Metode latihan dengan teman ini
maksudnya adalah pembelajaran dapat dilakukan dengan teman sebaya. Saling
menguatkan, memotivasi dan belajar bersama. Jika ada siswa yang mengalami
kesulitan belajar (slow learner) maka ia dapat belajar dengan temannya (fast-
learner) diharapkan dengan saling bekerja sama dalam pemahaman konsep, baik
siswa fast learner maupun slow learner mendapatkan pengalaman belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
F. Teknik Pembelajaran dalam Flipped Classroom
Setelah menjabarkan tentang strategi dan metode maka langkah
selanjutnya adalah menjabarkan soal teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran
menurut Wina Senjaya (2008) teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan metode pembelajaran
yang spesifik. Didalam flipped classroom teknik pembelajaran yang digunakan
pendidik yaitu flipped mastery classroom. Jonathan Bergman dan Aaron Sams,
(2012;52) mengatakan “flip mastery classroom takes the “principles of mastery”
learning and merries them with modern technology to make a sustanaible,
reproducible, manageable environment for learning. Kunci utama dalam mastery
learning adalah (1). Student work either in small groups, or individually at an
appropriate pace, (2). The teacher formatively assesses students and gauges
students understanding, (3) Student demonstrate mastery of objective on
summative assessment, for students who do not mastery a given objective,
remediation is provided. The basic idea of mastery learning is for students to
learn a series of objective at their own pace.
Secara garis besar, flipped classroom menggabungkan antara prisnsip-
prinsip mastery learning dengan teknologi modern untuk menciptakan suasana
belajar yang berkelanjutan, menghasilkan sebuah produk, dan lingkungan belajar
yang teratur. Untuk menerapkan model pembelajaran flipped classroom mastery,
dibutuhkan beberapa karakter guru seperti; (1) guru harus bisa menjadi pembuat
konten yang handal; (2) guru harus bisa mengakui ketidakmapuan dalam
menjawab pertanyaan siswa yang dirasa terlalu sulit dan harus berkeinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mencari jawaban atas pertanyaan tersebut bersama siswa; (3) guru harus bisa
menyesuaikan tempo belajar siswa; (4) guru harus bisa memberikan kontrol
tempo belajar pada siswa.
G. Taktik Pembelajaran dalam Flipped Classroom
Setelah tadi membahas teknik dan metode pembelajaran hal terakhir yang
sangat mempengaruhi dalam proses pembelajaran adalah taktik. Taktik
pembelajaran menurut Wina Senjaya (2008) dalam hakikat model dan strategi
pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual, contohnya: terdapat dua orang
guru sama-sama menggunakan metode ceramah tetapi, akan sangat berbeda dalam
taktik yang digunakan. Dalam penyajiannya, yang satu mungkin banyak diselingi
dengan humor karena dia mungkin mempunyai “sense of humor” yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki “sense of humor”, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat menguasai bidang
itu dalam gaya mengajar akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-
masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian guru
yang bersangkutan.
Didalam flipped classroom sendiri, Jonathan Bergman dan Aaron Sams
memang tidak tampak memiliki sense of humor. Tetapi, mereka berusaha
menggunakan bantuan teknologi yang ada untuk membuat pembelajaran terasa
menyenangkan bagi peserta didiknya. Selain itu, mereka juga memiliki
kemampuan dalam memberikan instant feedback pada setiap siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengajukan pertanyaan. Hal inilah yang menjadi kekhasan yang dimiliki oleh
kedua guru tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM
A. Implementasi Model Pembelajaran Flipped Classroom
Setelah membahas tentang model pembelajaran flipped classroom,
pendekatan didalamnya, sampai pada taktik pembelajaran yang ada pada flip
classroom. Sekarang saatnya untuk melihat bagaimana implementasi flipped
classroom di kehidupan nyata sebuah pembelajaran. Dalam mengimplementasikan
model pembelajaran flip classroom perlu dipahami bahwa terdapat dua tahap yaitu
tahap out class dan in class.
a. Out Class
Implementasi pembelajaran flip classroom sebagai sebuah out
class berarti guru yang berperan pada tahap ini. Ada 3 peran (role) yang
dilakukan oleh guru: (1) provide active learning environment; (2)
facilitator of learning; (3) plan follow up activities.
Pada peran guru sebagai provide active learning berarti guru bisa
dibilang sebagai provider atau penyedia. Penyedia disini yaitu penyedia
lingkungan belajar yang aktif. Lingkungan belajar yang aktif dapat
diciptakan dengan membuat sebuah rencana pembelajaran atau disebut
RPP. Didalam RPP, guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang
membuat siswa berperan aktif dan menjadi pusatnya. Contoh metode yang
digunakan adalah metode studi kasus, metode studi mandiri, metode
problem base, dan metode project base. Peran guru selanjutnya yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sebagai facilitator of learning. Maksud dari guru sebagai fasilitator adalah
guru memberikan fasilitar-fasilitas kepada siswa seperti bahan ajar, baik
yang bisa ditonton maupun dibaca, modul pembelajaran atau LKS, dan
buku-buku referensi atau jurnal ilmiah. Terakhir, guru sebagai plan follow
up activities, artinya guru membuat sebuah rencana tindak lanjut yang
nantinya akan diberikan pada siswa atas pembelajaran di kelas.
Selanjutnya, untuk menerapkan flip classroom pada tahap out
class. Guru dapat melakukan 3 langkah besar yaitu (1) planning; (2)
recording; dan (3) publishing. Berikut penjelasan 3 langkah besar guru
dalam out class flip classroom.
1. Planning
Pada tahap ini guru membuat rencana pembelajaran yang akan
dilaksanankan di kelas. Dalam hal ini guru melakukan tugas sebagai
plan follow up of learning. Salah satu yang harus dibuat ketika guru
menjadi seorang plan follow up atau desaigner atau perencana
pembelajaran adalah:
(1) Pemilihan Materi Pembelajaran.
Sebelum memulai sebuah kelas, pendidik wajib mencari dan
menyesuaikan materi pembelajaran yang akan diberikan pada peserta
didik dengan memperhatikan kurikulum yang berlaku saat itu. Lalu,
pendidik juga diminta menyesuaikan materi ajar yang akan diberikan
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Terdapat beberapa
kriteria dalam pemilihan sebuah materi ajar, diantaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
a. Relevansi: relevansi bermakna bahwa materi yang akan
disampaikan relevan dengan standar kompetensi dasar sebagai
pengejawantahan kurikulum. Pada kompetensi dasar tersirat
konsep yang harus diajarkan dan karakteristik konsepnya.
Artinya, siswa diberikan fakta-fakta yang sesuai dengan konsep
materi yang ada.
b. Keajegan: keajegan disini bermakna adanya hubungan teratur
antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa.
c. Kecukupan: kecukupan disini bermakna bahwa materi ajar
yang diberikan hendaknya cukup memadai dalam membantu
siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi yang
disarankan tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit.
(2) Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini, guru wajib membuat sebuah pedoman pengajaran yang
mempertimbangkan metode, strategi, teknik dan taktik pembelajaran
apa yang akan digunakan. Didalam membuat sebuah RPP guru juga
wajib mempertimbangkan susunan komponen-komponennya, seperti:
identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,
alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran
(pendahuluan, inti, dan penutup), penilaian belajar dan sumber belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(3) Menentukan Sarana Publishing
Pada tahap ini, guru wajib mengikuti perkembangan teknologi dan
trend media pembelajaran yang sedang atau banyak dipakai, masalah
pembelajaran yang dihadapi anak didik, dan guru wajib menentukan
pilihan media apa yang cocok dipakai. Agar guru dapat menciptakan
suasana belajar yang menarik bagi siswa. Misalnya: dalam flipped
classroom masalah yang dihadapi adalah siswa banyak ktinggalan
materi karena beberapa masalah yang terjadi. salah satunya ada anak
yang sering mengikuti kegiatan di luar sekolah dan membuat ia tidak
dapat belajar di sekolah serta sering tertinggal dan tidak paham akan
materi yang diberikan gurunya. Maka solusi yang baik membuat media
yang bisa membantu masalah siswa tersebut. Pada tahap ini guru
biasanya akan memasukan media pembelajaran yang akan dipakai
dalam mengajar. Contoh sarana publishing yang dimaksud adalah
LMS (Learning Management System) Beberapa LMS atau Learning
Management System yang dapat dipakai guru/pendidik, diantaranya :
OLAT, SISMART, Moodle dan ATutor.
2. Recording
Pada tahap ini guru bertugas menjadi facilitator of learning, sebagai
seorang fasilitator guru berusaha memberikan serta membuat sebuah
fasilitas belajar yang bisa digunakan siswa. Salah satunya adalah
pembuatan konten pembelajaran. Konten pembelajaran di sini bisa
berupa media pembelajaran berbasis video, seperti video kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
maupun video ceramah yang disertai dengan tambahan-tambahan
konten (gambar, grafik, dan tabel) yang dapat digunakan untuk
memperkaya pengetahuan siswa didik. Langkah-langkah dalam
tahapan recording ini yaitu :
1) Mencari referensi materi yang akan digunakan dalam mengajar,
dan membuat konten dari sumber tersebut. Misalnya: sumber
buku- buku pelajaran, video-video edukasi maupun kasus-kasus
yang relevan. Setelah guru mendapatkan materi dari bahan-bahan
refrensi yang sesuai.
2) Guru membuat konten materi pelajaran dari sumber-sumber tadi
dan dilakukan penyederhanaan. Salah satu bentuk penyederhanaan
materi yaitu semacam video berisi bahan ajar yang didalamnya
mengandung teori-teori inti dari pelajaran terkait yang direkam
sendiri oleh guru tersebut dan ditambahkan dengan video-video
pembantunya. Contohnya: video tentang pelajaran ekonomi yang
didalamnya mengenalkan siswa pada konsep ilmu ekonomi.
Pengetahuan dan konsep tentang materi ekonomi yang berbentuk
teori bisa disampaikan guru lewat video rekaman saat guru
menjelaskan dengan menggunakan papan tulis tentang apa itu
ilmu ekonomi disertai video pembantu yang dapat
“menghighlight” inti materi dengan jelas. Alat yang dapat dipakai
guru disini bisa berupa video camera, software recording, papan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tulis, microphone maupun komputer/laptop. Hal-hal yang perlu
diperhatikan guru pada bagian ini adalah:
1. Membuat video dengan durasi yang tidak terlalu panjang tapi
jelas, lugas dan mudah dipahami peserta didik.
2. Membuat video pembelajaran yang menarik. Misalnya dengan
menambahkan animated voice, animated video maupun humor-
humor singkat.
3. Focus utama pada inti materi pembelajaran,
4. Memberikan penekanan tertentu pada inti materi yang
disampaikan didalam konten.
5. Menjaga hak paten pada konten yang sudah diciptakan.
3) Proses Editing Konten
Pada proses ini yang harus dilakukan guru adalah melakukan
pengeditan pada konten yang telah dibuat. Tujuan dari mengedit
konten untuk meminimalisir/mengurangi kesalahan yang sudah
terjadi saat perekaman. Salah satu aplikasi yang dapat membantu
pendidik dalam mengedit konten adalah Camtasia Studio.
Camtasia Studio adalah software yang dapat digunakan untuk
men-screen capturing, e-learning author, content creator, video
editing, dan membagikan video yang dibuat melalui satu aplikasi.
Selain itu dengan proses editing ini guru dapat melakukan setting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
gambar, penambahan video kasus sebagai tugas kelompok, dan
menghighlight materi yang dirasa penting.
Gambar 4.1
User Interface Camtasia Studio
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/55521007882921567/
3. Publishing.
Tahap pusblishing ini adalah puncak dari kegiatan out class yang
sudah direncanakan guru sebelumnya. Pada tahap ini guru harus
dengan bijak mampu memilih sekiranya akan menyebarkan konten
kepada peserta didik dengan menggunakan sarana apa, mengingat
tidak semua peserta didik memiliki akses pada media online. Jika
konten akan disebarkan lewat jejaring internet, maka guru wajib
menggunakan program LMS atau Learning Management System yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
mudah dan dapat diakses semua siswa. Program LMS sendiri
merupakan program belajar yang dikelola dari Sekolah dimana tempat
guru mengajar. Salah satu contoh LMS yang pernah dipakai adalah
SISMART. Untuk contoh LMS lain yang biasa dipakai penulis saat
menulis karya ilmiah ini adalah web belajar USD yang digunakan di
Univeristas Sanatha Dharma Yogyakarta. Selain menggunakan LMS,
guru-guru juga dapat mensharekan konten yang sudah dibuat berupa
video pembelajaran, video ceramah maupun video kasus lewat laman
berbagi video Youtube. Dengan layanan youtube yang bisa diakses
banyak orang termasuk para siswa didik, membuat konten dapat
disebarluaskan dengan mudah. Selain melalui media daring atau yang
berbasis internet, guru juga wajib mempertimbangkan adanya siswa
yang tidak memiliki sarana belajar online. Caranya adalah dengan
menggunakan sarana hardware berbagi seperti: flashdisk dan DVD.
Dengan menggunakan sarana offline siswa yang tidak memiliki sarana
belajar daring atau system internet dapat mengakses informasi
pelajaran yang sudah disebarkan guru lewat flashdisk atau DVD.
b. In Class
Implementasi pembelajaran flipped classroom sebagai sebuah in
class berarti siswa yang lebih banyak aktif dalam belajar. Pada tahap ini
siswa diberi tugas untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
memperoleh pengetahuan. Sedangkan, aktivitas guru pada tahap ini guru
hanya sebagai pendamping, observer, penilai dan instruktur saja.
Kegiatan in class dalam flip classroom dibagi menjadi tiga bagian
yaitu : kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
1. Kegiatan pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan 2 hal, yakni: (1)
aktivitas pembuka dan warm-up. Kegiatan pembuka ini meliputi tiga hal
yang biasa dilakukan pada kelas tradisional pada umumnya, yakni: salam,
doa, dan absensi. Lalu, setelah melakukan kegiatan pembuka guru
melakukan tindakan warm-up sebagai kegiatan selanjutnya. Kegiatan
warm-up disini memiliki; (2) arti bagi guru dan siswa. Bagi siswa kegiatan
warm-up sama seperti kegiatan “pemanasan”. Pada bagian ini siswa diajak
kembali mengingat materi pelajaran yang sudah dipelajari dirumah lewat
video yang sudah diberikan (checking knowledge ). Bagi guru pada proses
ini, merupakan cara yang dipakai oleh guru untuk mengidentifikasi apakah
siswa benar-benar sudah mempelajari materi dari video yang sudah
diberikan dan disaksikan siswa. Pada bagian ini juga guru dapat melihat
siswa mana yang tergolong fast learner dan slow learner.
2. Kegiatan inti
Setelah guru dapat mengidentifikasi siswa yang tergolong fast
learner dan slow learner, guru membagi kedua jenis siswa tersebut ke
dalam dua group kecil (group fast learner dan slow learner) untuk
dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan guru untuk siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang tergolong slow learner adalah menonton kembali video pembelajaran
yang sudah diberikan sebelumnya, group learning dan atau peer learning
dan pendampingan guru dalam belajar. Kemudian, pada siswa yang
tergolong fast learning, guru memberikan tindak lanjut berupa enrichment,
seperti : diskusi, praktik lab dan tugas lain ( latihan soal dan studi kasus ).
Setelah siswa yang tergolong slow learner dapat memahami
materi, maka guru dapat memberikan enrichment yang sama seperti pada
siswa fast learner.
3. Penutup
Pada kegiatan penutup guru membuat sebuah evaluasi belajar dan
refleksi. Pada kegiatan evaluasi belajar, siswa yang tergolong fast
learner dan slow learner kembali digabungkan menjadi satu kelas
kembali agar pembelajaran dapat kembali pada jalur yang sama.
Sehingga baik siswa yang tadinya berada pada fase fast learner dan slow
learner dapat mencapai kompetensi yang ingin dicapai dari pelajaran
hari itu.
B. Penilaian dalam Model Pembelajaran Flipped Classroom
Penilaian dalam model pembelajaran flipped classroom pada dasarnya
sama seperti penilaian pada model pembelajaran konvensional lainnya. Penilaian
sendiri menurut Huba dan Freed ( 2000 ) adalah “the process of gathering and
discussing information from multiple and diverse sources in order to develop a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
deep understanding of students know, understand, and can do with their
knowledge as a results of their educational experiences. Artinya : penilaian
merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang diri siswa dari berbagai
sumber yang dilakukan oleh pendidik dalam melihat perkembangan peserta didik
yang diajarnya.
Arah penilaian yang harusnya digunakan pendidik disini haruslah
menyertakan komponen-komponen belajar dan pembelajarannya. Baik dalam
model flip classroom maupun tradisional dalam menilai perkembangan siswa,
pendidik dapat melakukan itu pada saat awal pembelajaran, kegiatan inti maupun
setelah selesai pembelajaran. Fokus utamanya disini adalah sejauh mana
perkembangan siswa dalam belajar.
Bentuk-bentuk penilaian yang ada baik dalam flipped classroom maupun
kelas konvensional sendiri berbasis pada dua hal, yakni : formative dan sumatif.
a. Penilaian Formative
Penilaian formative terbagi atas 2 instrumen, yaitu : tes dan
inventori.
1. Tes
Tes sendiri adalah sebuah prosedur sistematis yang mengukur
tingkah laku seseorang. Menurut cronbach (1970) tes
merupakan “A systematic procedure for observing a persons
behavior and describing it with aid of numerical scale or
category system”. Bisa disimpulkan bahwa tes merupakan
sebuah pengukuran tingkah laku seseorang yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
obyektif dan dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala
atau system kategori tertentu.
Sedangkan, dalam implementasinya di sekolah tes formative
sendiri adalah tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan
belajar siswa selama proses pendidikan/pembelajaran
berlangsung. Tes formative sendiri digunakan untuk
mengetahui kekurangan dan kelemahan siswa dalam
pelaksanaan satu satuan unit pembelajaran.
Baik dalam model pembelajaran konvensional maupun
dalam model pembelajaran flipped classroom tes yang bersifat
formative yang sering digunakan dibagi menjadi dua yaitu
1) Tes buatan guru
Tes buatan guru merupakan tes yang dibuat oleh
guru/pendidik dan dibuat berdasarkan tujuan dan bahan
yang diberikan oleh pendidik itu sendiri ketika berada
di dalam kelas. contoh : quiz, ulangan harian dan latihan
soal.
2) Tes standar
Tes standar merupakan bentuk dari tes yang sudah
terstandarisasi, dibakukan dan diuji coba sekian lama
sehingga tes itu valid, reliable dan obyektif. contoh :
lembar kerja siswa, dan tes minat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Didalam penilaian formative selain terdapat tes, ada juga yang
namanya inventori.
2. Inventori
Inventori di sini merujuk pada i yang digunakan dalam
assessment. Inventori yang biasanya dipakai dalam penilaian,
terdiri atas 4 hal yaitu :
1) Observasi
Observasi adalah pengamatan yang diteliti dan sistematis
tentang suatu obyek. Observasi sendiri dibagi atas dua
bentuk:
a. Participant observation
b. Non-participant observation
2) Questionary
Questionary adalah rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan obyek yang dinilai, dengan maksud
untuk mendapatkan informasi. Questionary sendiri dibagi
atas empat pertanyaan yaitu:
a. Pertanyaan fakta
b. Pertanyaan perilaku
c. Pertanyaan informasi
d. Pertanyaan pendapat dan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3) Wawancara
Proses percakapan antara interviewer dan interviewee
dimana pewawancara bertanya tentang suatu aspek yang
dinilai dan telah dirancang sebelumnya. Wawancara terbagi
atas 3 hal yaitu:
a. Wawancara terstruktur
b. Wawancara tidak terstruktur
c. Wawancara bebas
4) Sosiometri
Sosiometri adalah sebuah teknik inventori yang digunakan
untuk menilai hubungan antar individu dalam sebuah
kelompok. Penerapnnya pada pembelajaran adalah
mengethaui hubungan satu siswa dengan siswa lain. Model
dari sosio metri ini ada 2 yaitu:
a. Model nominasi
b. Model skala bertingkat
b. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan Atau
pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya
dalam kurun waktu tertentu. Penilaian sumatif dilakukan jika suatu satuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pengalaman belajar atau bisa juga seluruh materi pembelajaran telah
selesai. Penilaian sumatif bisa berupa; ujian tengah semester, ujian akhir
sekolah dan ujian nasional.
Pada pembelajaran flipped classroom penilaian sumatif yang
digunakan bisa secara offline maupun online. Penilaian sumatif secara
offline disini layaknya ujian pada umumnya, seperti ujian tengah semester
dan ujian akhir sekolah. Sedangkan, pada penilaian sumatif berbasis online
guru yang menerapkan flipped classroom disini dapat menggunakan
software tertentu, misalnya: SISMART dan google form. penskoran yang
diberikan pada penilaian akhir siswa sendiri setelah menjalankan penilain
sumatif akhir seperti ujian akhir sekolah, yaitu penskoran yang sama
halnya seperti siswa di perguruan tinggi. Terdapat 4 scale penilaian
dengan berbasis grade A-F, mulai dari skor dengan kategori “F” yang
berarti tidak hadir dalam pembelajaran, skor denan kategori “E” yang
dapat juga berarti “sangat kurang”, skor dengan kategori “D” yang juga
dapat berarti “kurang”, skor dengan kategori “C” yang dapat berarti
“cukup”, skor dengan kategori “B” yang dapat berarti “baik” skor dengan
kategori “A” yang dapat berarti “Sangat Baik”.
Selain penskoran, terdapat hal-hal unik berupa pengalaman yang
dihadapi pendidik yang pertama memperkenalkan flip classroom sebagai
sebuah model pembelajaran, yaitu Jonathan Bergman dan Aaron Sams
melihat bahwa penilain sumatif berbasis offline dan online memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Salah satu pengalaman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mereka temukan adalah penilaian guru terhadap tingkat kejujuran peserta
didik.
Pada penilaian sumatif secara offline, seperti pada saat ujian tengah
semester, guru lebih sedikit melihat siswa yang berani melakukan tindakan
"cheating", baik dengan membawa kertas lembaran yang sudah
dipersiapkan ataupun bertanya teman. Semua itu dikarenakan ada guru
yang mengawasi segala bentuk gerak gerik yang dilakukan siswa. Namun,
pada saat mereka melepas pandangannya terhadap siswa dan mencoba
memakai system online mereka mendengar dari beberapa siswa yang
mengikuti kegiatan tes dengan jujur mengatakan bahwa banyak dari
teman-teman mereka yang melakukan tindakan “cheating” beberapa
diantaranya ada yang membuka laman pencarian google, bertanya pada
teman di kiri dan kanannya sampai pada membuka flashdisk berisikan
jawaban tertentu.
Sebenarnya penggunaan media online pada ujian/tes pada model
flipped classroom ini mengharapkan siswa belajar melatih kejujuran
sekaligus melihat apakah siswa benar-benar telah memahami apa yang
sudah dipelajarinya dan diterapkan pada saat mengerjakan ujian. Sis lain
dari ujian dengan media online ini adalah membantu meringankan tugas
guru agar dapat melakukan tugas lainnya daripada harus “memaksakan”
siswa untuk berlaku jujur ketika ujian. Melihat hal ini, langkah yang
akhirnya dibuat untuk meminimalisir tingkat kecurangan pada saat ujian
online adalah dengan membuat beberapa tipe soal. Maksudnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
setiap siswa mendapatkan soal yang sama tetapi dengan nomor urut soal
yang berbeda baik dengan teman depan, belakang, kiri dan kanannya.
C. Keunggulan, Kelemahan dan Hambatan dalam Model Pembelajaran
Flipped Classroom
Menggunakan model flipped classroom memiliki beberapa keunggulan,
tidak hanya bagi guru dan siswa. Tetapi, juga bagi orang tua siswa, antara lain :
a. Keunggulan Bagi Guru
- Flipped classroom meningkatkan interaksi antara siswa dan guru
- Flipped classroom membuat guru mengetahui karakter siswa lebih baik
- Flipped classroom membuat guru mengetahui perbedaan kemampuan
antar siswa
- Flipped classroom dapat mengisi ketidakhadiran guru di kelas
- Flipped classroom dapat membantu guru dalam mengajarkan tanggung
jawab pada pembelajaran yang dilakukan siswa
b. Keunggulan Bagi Siswa
- Flipped classroom merubah cara belajar siswa dari yang membosankan
menjadi lebih aktif
- Flipped classroom meningkatkan interaksi antar siswa lewat peer
learning dan diskusi
- Flipped classroom membuat siswa dapat “mempause” dan “merewind”
ceramah guru mereka yang ada di video.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
- Flipped classroom membantu siswa yang mengalami kesulitan
pemahaman materi
- Flipped classroom untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka
- Flipped classroom membantu siswa yang sibuk pada kegiatan
ekstrakurikuler maupun pengembangan skill
- Flipped classroom membuka kesempatan siswa dalam memperbaiki nilai
mereka
- Flipped classroom dapat membantu siswa dalam mendapatkan feedback
dari guru mereka
c. Keunggulan Bagi Orang Tua
- Flipped classroom merubah cara pandang orang tua siswa terhadap
penggunaan teknologi yang dilakukan oleh peserta didik
- Flipped classroom membuat orang tua siswa dapat mengetahui apa yang
dipelajari oleh anaknya di kelas.
Selain keunggulan, flip classroom tak lepas dari kelemahan dan hambatan.
Berikut kelemahan model pembelajaran flip classroom.
a. Pada pembelajaran flipped classroom dibutuhkan ekstra monitoring dan
pendampingan belajar siswa
b. Berpotensi menambah beban bagi guru
c. Membutuhkan sarana prasarana yang memadai, seperti: gadget/komputer
dan jaringan internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Hambatan dalam model pembelajaran flipped classroom yaitu sebagai
berikut:
a. Hambatan Bagi Guru
- Model pembelajaran flipped classroom membutuhkan kemampuan untuk
menggunakan teknologi secara tepat guna, dibutuhkan kemampuan tenaga
pendidik yang mahir dalam mengoperasikan teknologi (kamera, aplikasi,
computer dan internet)
- Biaya yang digunakan untuk produksi konten pembelajaran
- Gaya mengajar guru yang monoton juga dapat membuat konten video
yang dibuat guru bisa sangat membosankan
- Waktu yang dipergunakan guru akan banyak tersita dalam memproduksi
konten pembelajaran
b. Hambatan Bagi Siswa
- Siswa yang tidak memiliki sarana prasaran yang memadai dapat terhambat
dalam proses pembelajaran, terutama pada saat out class.
- Jaringan internet yang buruk dapat menggangu akses pengunduhan konten
yang sudah dibuat oleh guru
- Biaya yang dipergunakan oleh siswa dalam mencukupi ketersediaan kuota
internet meningkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
c. Hambatan Bagi Orang Tua
- Biaya yang disediakan orang tua dalam mencukupi kebutuhan
pendidikan siswa berupa gadget dan kuota internet meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
A. KESIMPULAN
Menurut gambaran umum yang telah dijabarkan model pembelajaran flipped
classroom dapat membuat waktu pembelajaran di kelas lebih efektif dan efisien. Hal
ini dikarenakan pada model pembelajaran konvensional pada umumnya menyita
banyak waktu belajar siswa dengan mendengarkan ceramah dari pendidik. Pada
model pembelajaran flipped classroom, alokasi waktu ceramah diganti dengan
pendampingan pendidik kepada siswa yang tergolong slow learner. Sejalan dengan
itu, pendidik juga memberika enrichment kepada siswa yang tergolong fast learner.
B. SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah dibuat maka dapat dibuat saran sebagai
berikut:
1) Pendidik hendaknya selalu berinovasi dalam menerapkan model
pembelajaran flipped classroom karena model pembelajaran dapat
mempengaruhi minat siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
2) Pendidik hendaknya selalu berinovasi menemukan metode yang sesuai
guna mengatasi permasalahan yang diatasi siswa didik yang tergolong
slow learner
3) Pendidik hendaknya berkreasi dengan metode enrichment yang akan
diberikan kepada siswa yang tergolong fast learner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
C. KETERBATASAN
Dalam penulisan karya ilimiah ini, terdapat beberapa keterbatasan yaitu :
1) Dalam penulisan karya ilmiah ini tidak dilakukan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan model pembelajaraan flipped classroom sehingga
tidak bisa dibuktikan bahwa model pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai model pembelajaran
2) Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis tidak dapat membuktikan bahwa
model pembelajaran flipped classroom dapat mempengaruhi minat belajar
pada siswa
3) Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis tidak dapat membuktikan bahwa
metode yang digunakan penulis untuk siswa slow learner dapat membuat
siswa slow learner tersebut mengalami peningkatan pemahaman terhadap
materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
DAFTAR PUSTAKA
Bergman, J., &Sams, A. (2012). Flip Your Classroom: Reach every student in every classevery day. United States, America: International Society for Technology in Education.
Creative Classroom Lab (2013). “CCL Guide: Learning Story Flipped Classroom” Portugal, University of Minho Dalyono, 1997, “PsikologiPendidikan” Jakarta PT. RinekaCipta Diaksesdari: ( https://flippedleaarning.org/definition-of-flipped-learning/release-march2014-the-four-pillar-of-f-l-i-p) tanggal 30 november 2019 Flip Learning Network, (2014). Article:”Definiton of four pillar flipped classroom”. March, ( http://www.fliplearning.org ) Gerlach, & Donald P. Ely (1980) Teaching and Media: A systematic Approach. Second edition. (Englewood cliffs new jersey )Wina King, Allison (1993). Journal: “From Sage On The Stage to Guide On The Side” college teaching.Vol. 41, No. 1 pp. 30-35 Lage J. Maureen, Glenn Platt, Michael Treglia( 2000 ). “Inverting The Classroom: A Gatewayto Creating an Inclusive Learning Environment”. December, The Journal EconomicEducation. Liliana,2 S., (2019). TESIS: “Desain Pembelajaran DenganMenggunakan Pendekatan Flipped Classroom dan Dampaknya Pada Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik”. Yogyakarta, Sanatha Dharma University Nederveld,A & Berge (2015), Journal: “Flipped Classroom in Workplace”
Publishing fromemerald.com Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M. Pd. (2015) “AsesmendanEvaluasiPendidikan” Jakarta Prenadamedia group Wesley Baker. (2000). Flipping the Classroom :Revolutionising Legal Research Training.Cambridge Journal. Vol 13, pp 231-235. WinaSanjaya (2008) Sanjaya, Wina (2011) StrategiPembelajaranBerorientasiStandar. Jakarta prenada media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI