33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tahap pemrosesan dan pemasakan banyak vitamin hilang bila menggunakan suhu tinggi, air perebus dibuang, permukaan makanan bersentuhan dengan udara dan menggunakan alkali. Vitamin yang terpengaruh dalam hal ini adalah yang rusak oleh panas, oksidasi, atau yang larut dalam air. (Vita Healt ;2006) Kehilangan vitamin dalam pemasakan dapat dicegah dengan cara : menggunakan suhu tidak terlalu tinggi. 1. waktu memasak tidak terlalu lama. 2. menggunakan air pemasak sesedikit mungkin. 3. memotong dengan pisau tajam menjadi potongan tidak terlalu halus. 4. panci memasak ditutup. 5. tidak mengguanakan alkali dalam pemasakan. 6. sisa air perebus digunakan untuk masakan lain. Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah "vitamin" sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita yang artinya hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom N. (Saifudin ;2009) Beberapa fungsi vitamin yang penting diantaranya: (Almatsier ;2004) • Vitamin A berfungsi :mempertahankan struktur dan fungsi jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan proses penglihatan. • Vitamin D berfungsi :meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor dalam saluran pencernaan, mepunyai peranan penting pada proses klasifikasi , dan berhubungan dengan aktifitas enzim fosfatase alkali di dalam serum. • Vitamin B1 berfungsi :sebagai koenzim (tiamin difosfat, tiamin pirofosfat) pada reaksi-reaksi metabolisme karbohidrat misalnya : pada reaksi dekarboksilasi ooksidatif asa piruvat menjadi asetil-koenzim A dan reaksi transketolasi pada “the hexose monophosphate shunt”. • Vitamin B6 berfungsi :fungsi vitamin B6 yang utama ialah sebagai

Teori Kfk II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teori Kfk II

BAB IITINJAUAN PUSTAKAPada tahap pemrosesan dan pemasakan banyak vitamin hilang bila menggunakan suhu tinggi, air perebus dibuang, permukaan makanan bersentuhan dengan udara dan menggunakan alkali. Vitamin yang terpengaruh dalam hal ini adalah yang rusak oleh panas, oksidasi, atau yang larut dalam air. (Vita Healt ;2006) Kehilangan vitamin dalam pemasakan dapat dicegah dengan cara : menggunakan suhu tidak terlalu tinggi.1. waktu memasak tidak terlalu lama.2. menggunakan air pemasak sesedikit mungkin.3. memotong dengan pisau tajam menjadi potongan tidak terlalu halus.4. panci memasak ditutup.5. tidak mengguanakan alkali dalam pemasakan.6. sisa air perebus digunakan untuk masakan lain.Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah "vitamin" sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita yang artinya hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom N. (Saifudin ;2009)Beberapa fungsi vitamin yang penting diantaranya: (Almatsier ;2004)• Vitamin A berfungsi :mempertahankan struktur dan fungsi jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan proses penglihatan.• Vitamin D berfungsi :meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor dalam saluran pencernaan, mepunyai peranan penting pada proses klasifikasi , dan berhubungan dengan aktifitas enzim fosfatase alkali di dalam serum.• Vitamin B1 berfungsi :sebagai koenzim (tiamin difosfat, tiamin pirofosfat) pada reaksi-reaksi metabolisme karbohidrat misalnya : pada reaksi dekarboksilasi ooksidatif asa piruvat menjadi asetil-koenzim A dan reaksi transketolasi pada “the hexose monophosphate shunt”.• Vitamin B6 berfungsi :fungsi vitamin B6 yang utama ialah sebagai koenzim pada metabolisme asam amino, diantaranya pada proses-proses dekarboksilasi dan transminasi.• Vitamin C berfungsi :fungsi utama vitamin C ialah mempertahankan keadaan zat-zat intersel jaringan cartilage, dentin dan tulang.Pada umumnya vitamin tidak dapat dibuat sendiri oleh hewan (atau manusia) karena mereka tidak memiliki enzim untuk membentuknya, sehingga harus dipasok dari makanan. Akan tetapi, ada beberapa vitamin yang dapat dibuat dari zat-zat tertentu (disebut provitamin) di dalam tubuh. Contoh vitamin yang mempunyai provitamin adalah vitamin D. Provitamin D banyak terdapat di jaringan bawah kulit. Vitamin lain yang disintetis di dalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin B12. Kedua macam vitamin tersebut disintetis di dalam usus oleh bakteri: (Yazid ; 2006)Bedasarkan kelarutannya vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Oleh

Page 2: Teori Kfk II

karena sifat kelarutannya tersebut, vitamin yang larut dalam air tidak dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan dalam tubuh. (Yazid ; 2006).Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K. Untuk beberapa hal, vitamin ini berbeda dari vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini terdapat dalam lemak dan bagian berminyak dari makanan. Vitamin ini hanya dicerna oleh empedu karena tidak larut dalam air. Adapun sumber dan macam-macam penyakit yang ditimbulkan dari masing-masing jenis vitamin adalah sebagai berikut : (Syahruddin ; 2007).1. Vitamin A• sumber vitamin A = susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain)• Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A = rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak sehat, dan lain-lain. 2. Vitamin B1• sumber yang mengandung vitamin B1 = gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya• Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 = kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.3. Vitamin B12• sumber yang mengandung vitamin B12 = telur, hati, daging, dan lainnya• Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 = kurang darah atau anemia, gampang capek/lelah/lesu/lemes/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya4. Vitamin C• sumber yang mengandung vitamin C = jambu klutuk atau jambu batu, jeruk, tomat, nanas, sayur segar, dan lain sebagainya• Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C = mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lain-lain5. Vitamin D• sumber yang mengandung vitamin D = minyak ikan, susu, telur, keju, dan lain-lain• Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D = gigi akan lebih mudah rusak, otok bisa mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X. 6. Vitamin E• sumber yang mengandung vitamin E = ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi, minyak tumbuh-tumbuhan, havermut, dsb• Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E = bisa mandul baik pria maupun wanita, gangguan syaraf dan otot, dll.7. Vitamin K• sumber yang mengandung vitamin K = susu, kuning telur, sayuran segar, dkk• Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K = darah sulit membeku bila terluka/berdarah/luka/pendarahan, pendarahan di dalam tubuh, dan sebagainya (organisasi)Vitamin B1 (Thiamin) pertama kali dikristalkan oleh Jansen dan Donath pada tahun 1962 dan pertama kali disintetis oleh Roger R.Williams dan kawan-kawannya pada tahun 1936 (Neal dan Sauberlich,1980). Ketiga reaksi enzim yang diketahui pada hewan dan manusia yang melibatkan thiamin pirofosfat sebagai

Page 3: Teori Kfk II

suatu ko-enzim adalah dekarboksilase piruvat, dekarboksilase α- ketoglutarat (dalam siklus krebs) dan transketolase (dalam pentose-fosfat shunt) Dan juga merupakan hal yang sangat penting dalam reaksi gelap dari proses fotosintetis, selama konversi CO menjadi karbohidrat. Enzim yang mengikat thiamin, pirofosfat membentuk substrat dalam reaksi-reaksi tersebut. Secara fisiologis, tiamin dalam bentuk tiamin difosfat (kokarboksilase) bertindak sebagai koenzim pada sistem dekarboksilase oksidatif piruvat atau alfa-ketoglutarat masing-masing pada sistem enzim piruvat atau ketoglutarat dehidrogenase. (Toha ;1992)

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAANIII. 1 Alat 1. Penentuan Adanya Vitamin AAlat yang dipakai adalah :a. Tabung reaksi.b. Pipet ukur dan pipet tetesc. Spatula2. Penentuan Adanya Vitamin DAlat yang dipakai adalah :a. Tabung reaksi.b. Pipet ukur, dan pipet tetes.c. Alat pemanas.3. Penentuan Adanya Vitamin B1Alat yang dipakai adalah :a. .Alat pemanas, b. .Tabung reaksi.c. .Pipet ukur dan pipet tetes4. Penentuan Adanya Vitamin B6Alat yang dipakai adalah :a. Tabung reaksi.b. Pipet tetes

5. Penentuan Adanya Vitamin CAlat yang dipakai adalah :a. 1.Kertas pH atau lakmus,

Page 4: Teori Kfk II

b. 2.Alat pemanas. c. 3.Tabung reaksi.d. Pipet tetes. III.2 Bahan1. Penentuan Adanya Vitamin ABahan-bahan yang digunakan adalah :1. Minyak ikan2. Kloroform3. Kristal SbCl3 4. Asam setat anhidrid5. Asam trikloroasetat (TCA)2.Penentuan Adanya Vitamin DBahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Minyak ikan2. Kloroform3. Asam asetat anhidrid4. Larutan H2O2 5% 5. Asam Trikloroasetat 3.Penentuan Adanya Vitamin B1Bahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Larutan thiamin 1%2. Larutan bismuth nitrat, Bi (NO3)33. Larutan NaOH 6 N4. Larutan KI 5%5. Larutan Pb-asetat 10%4. Penentan Adanya Vitamin B6Bahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Larutan pridoksin- HCl 1%2. Larutan NaOH 3%3. Larutan CuSO4 2%4. Larutan besi (III) klorida, FeCl3 1% 5.Penentuan Adanya Vitamin CBahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Larutan asam asetat 1%2. Pereaksi benedid3. Larutan NaHCO 5%4. Larutan FeCl3 1%5. Kertas PH atau LakmusIII.3 lokasi dan pengambilan sampelPengambilan sampel di Laboratorium Biologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS, pada hari minngu tanggal 28 juni 2009.III.4 Prosedur Kerja

Page 5: Teori Kfk II

1. Penentuan Adanya Vitamin AProsedur A :Didalam tabung reaksi , masukan 10 tetes minyak ikan. Kemudian ditambahkan 15 tetes klorofom, kemudian dicampur dengan baik.. Ditambahkan 4 tetes asam asetat anhidrid. Lalu dibubuhkan sepucuk sendok Kristal SbCl3 ke dalamnya.kemudian diperhatikan perubahan warna yang terjadi, terbentuknya warna biru yang akan berubah menjadi merah coklat berarti vitamin A positif.Prosedur B:Didalam tabung reaksi , masukan 10 tetes minyak ikan. Lalu ditambahkan 10 ml pereaksi asam trikloroasetat dalam kloroform. Dan dicampurkan dengan baik. Lalu diamati warna yang terjadi, timbulnya warna biru kehijauan menandakan vitamin A positif.2. Penentuan adanya vitamin DDidalam tabug reaksi masukan 10tetes minyak ikan. Lalu ditambahkan 10 tetes larutan H2O2 5%. Kemudian dikocok campuran selama kira-kira 1menit. Setelah itu dipanaskan diatas api kecil perlahan-lahan sampai tidak ada gelembung-gelembung gas keluar. Usahakan jangan sampai mendidih. Dan didinginkan tabung dibawah air kran. Kemudian dilakukan uji dengan pereaksi Carr-price seperti pada penentan adanya vitamin A.. lalu diamati perubahan warna yang terjadi, adanya warna jingga-kuning berarti vitamin D positif.3. Penentuan adanya vitamin B1Prosedur A :Dimasukan 1 ml larutan thiamine 1% kedalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 1 ml larutan Pb-asetat 10% dan 4,5 ml NaOH 6 N. Lalu dicampurkan dengan baik, kemudian perhatikan timbulnya warna kuning yang terjadi. Dan dipanaskan, sehingga akan timbul endapan warna coklat-hitam yang menandakan vitamin B1 positif.

Prosedur B :Didalam tabung reaksi masukan 5 tetes larutan thiamen 1%. Kemudian ditambahkan 5 tetes larutan bismuth nitrat,dicampurkan dengan baik. Lalu ditambahkan pula satu tetes larutan KI 5%. Dan diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Timbulnya endapan warna merah jingga berarti vitamin B1 positif.4. Penentuan adanya B6Prosedur A :Dimaskan 10 tetes larutan pirodoksin 1 % kedalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 4 tetes larutan CuSO4 2% dan 20 tetes NaOH 3 N. Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi.bila terbentuk warna biru-unggu berarti vitamin B6 positif.Prosedur B :Dimasukan 10 tetes larutan pirodoksin 1% kedalam tabung reaksi Setelah itu ditambahkan 3-5 tetes larutan FeCl3. Lalu diamati perubahan warna yang terjadi.timbulnya warna jingga sampai merah tua berarti vitanmin B6 positif5. Penentuan adanya vitamin CProsedur A :Dimasukan 10 tetes larutan askorbat 1% kedalam tabung reaksi Setelah itu ditambahkan 30 tetes preaksi benedit. Kemudian dipanaskan diatas api kecil sampai mendidih selama 2 menit. Kemudian

Page 6: Teori Kfk II

diperhatikan adanya endapan yang terbentuk warna hijau, kekuningan sampai merah bata berarti vitamin C positif.

Prosedur B :Dimasukan 10 tetes larutan asam askorbat 1% kedalam tabung reaksi. Kemudian dinetralkan larutan mengunakan NaHCO3 5%. Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3. kemudian diamati warna yang terjadi adanya warnah merah,unggu berarti vitamin C positif.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANIV. 1 Hasil PengamatanA. Tabel1. Penentuan Adanya Vitamin ABahan Prosedur A Prosedur BMinyak ikan 10 tetes 10 tetesKloroform 15 tetes -Asam asetat anhidrid 4 tetes -SbCl3 kristal Sepucuk sendok -TCA dalam kloroform - 2 MlCamparlah dengan baikHasil : Perhatikan warna yang terbentuk Hijau tua (-) Warna kuning (-)

Page 7: Teori Kfk II

2. Penentuan Adanya Vitamin D

Bahan Tabung 1Minyak ikan 10 tetesLarutan H2O2 5% 10 tetesPanaskan tidak sampai mendidih, lalu uji dengan pereaksi Carr-PriceHasil : warna jingga-kuning (+/-) Kuning (+)

3. Penentuan Adanya Vitamin B1

Bahan Prosedur A Prosedur BLarutan Thiamin 1% 1 mL 5 tetesLarutan Pb-asetat 10% 1 mL -Larutan NaOH 6N 4,5 mL -Larutan Bi(NO3)3 - 5 tetesLarutan KI - 1 tetesCampurlah dengan baik dan panaskan untuk prosedur AHasil : Perhatikan warna endapan yang terbentuk Warna coklat tidak ada endapan (-) Ada endapan coklat (-)

4. Penentuan Adanya Vitamin B6

Bahan Prosedur A Prosedur BLarutan asam askorbat 10 tetes 10 tetesPeraksi Benedict 30 tetes -Ph larutan - 8Larutan FeCl3 - 2-3 tetesHasil : Perhatikan warna endapan yang terbentuk Terjadi perubahan biru-unggu (+) Tidak terjadi perubahan merah tua (-)

5. Penentuan Adanya Vitamin C

Bahan Prosedur A Prosedur BLarutan pirodoksin 10 tetes 10 tetesLarutan CuSO4 4 tetes -Larutan NaOH 3N 20 tetes -Larutan FeCl3 1% - 3-5 tetesHasil : Perhatikan warna endapan yang terbentuk Merah bata (+) Warna kekuning-kuningan (+)

Page 8: Teori Kfk II

VI.2 Pembahasan1. Penentuan Adanya Vitamin APada percobaan ini diperoleh hasil bahwa pada prosedur A dari warna hijau tuahberubah yang menandakan hasil yang negatif atau dengan kata lain terdapat vitamin A(-). Hal ini dapat dibuktikan pada prosedur B diperoleh hasil larutan yang berwarna kuning yang menandakan vitamin A negative (-). Dengan peraktikumi ini tidak tepat dengan apa yang di katakana oleh teori yang ada.2. Penentuan Adanya Vitamin DPada percobaan ini hasil yang diperoleh warna kuning yang menunjukan vitamin D positif. Vitamin D ini umumnya stabil pada pemanasan, asam dan oksigen. Vitamin D secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara dan cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D. 3. Penentuan Adanya Vitamin B1Pada percobaan ini, prosedur A sebelum dipanaskan berwarna kuning setelah dipanaskan berwarna coklat tapi tidak terdapat endapan. Pada uji ini hasil yang seharusnya terdapat endapan warna coklat-hitam yang menandakan positif vitamin B1. Sedangkan pada prosedur B menghasilkan endapan berwarna coklat , yang menunjukkan hasil negative atau tidak adanya vitamin B1¬. 4. Penentuan Adanya Vitamin B6Pada percobaan A, diperoleh warna biru yang menunjukkan positif adanya vitamin B6. Namun, pada prosedur B meunjukkan hasil yang negatif dengan titak terjadi perubahan.dengan katalain vitamin B6 negatif. 5. Penentuan Adanya Vitamin CPada percobaan A, larutan yang diperoleh berwarna hijau dan ada endapan yang menunjukan vitamin C positif . Sedangkan pada prosedur B diperoleh hasil larutan berwarna merah bata yang menandakan vitamin C positif .

BAB VPENUTUP

- Vitamin A dapat ditentukan secara kualitatif dengan pereaksi Carr-Price atau pereaksi Trikloroasetat (TCA).- Adanya vitamin D pada minyak ikan yang ditunjukkan dengan warna hasil larutan yang berwarna jingga-kuning.

Page 9: Teori Kfk II

- Dalam larutan netral atau alkalis, thiamin mudah rusak sedangkan dalam keadaan asam tahan panas.- Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam serta paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan. - Vitamin C mudah dioksidasi terutama bila di panaskan. Dimana proses oksidasi akan dipercepat dengan adanya tembaga, oksigen dan alkali.V.2 SaranAdapun saran saya adalah sebaiknya larutan-larutan yang akan digunakan dalam praktikum sebaiknya lebih diperbanyak.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita.2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Vitahealth. 2006. Seluk-beluk Food Suplement. Jakarta : GramediaSaifuddin, Sirajuddin. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia. Laboratorium Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Yazid, Estien, dkk. 2006. Penuntun Pratikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Gresik : Andi Yogayakrta.

Syahruddin, Kasim, dkk. 2007. Biokimia. Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin.

Toha, A. 1992. Biokimia. Surabaya : Alfabeta.

Jawaban PertanyaanA. Penentuan Adanya Vitamin A1. Sebutkan fungsi utama vitamin A!Jawab : Fungsi utamanya memelihara integritas struktural dan permeabilitas normal membran sel2. Sebutkan penyakit akibat defisiensi vitamin A!

Page 10: Teori Kfk II

Jawab : Hemeralopia (rabun ayam/rabun senja)Frinoderma, kulit tangan atau kaki tampak bersisikPendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paruKerusakan pada korneaTerhentinya proses pertumbuhanTerganggunya pertumbuhan pada bayi3. Efek apakah yang dapat ditimbulkan bila seseorang mengalami hipervitaminosis dari vitamin A? Sebutkan gejalanya!Jawab :• Menyebabkan Hipervitaminosis A pada bayi dan anak kecil dapat menjadikan anak menjadi cengeng, kulit kering dan gatal-gatal• Menyebabkan Sirosis dan Hipertensi Portal• Menyebabkan Lemah, Rambut rontok, bintik-bintik pada kulit, sakit kepala, otot-otot kaku, sakit tulang, hepatosplenomegali dan papiledemaB. Penentuan Adanya Vitamin D1. Apa fungsi H2O2 dan pemanasan pada percobaan !Jawab: Fungsi H2O2 akan merusak vitamin A yang masih terkandung dalam bahan dan pemanasannya dilakukan hanyalah untuk menguapkan bahan lain yang tidak dibutuhkan dalam uji ini agar ketika diuji nanti vitamin D lah yang bereaksi.2. Jelaskan mengapa pemanasan tidak boleh sampai mendidih!Jawab: Pada dasarnya pemanasan dilakukan hanyalah untuk menguapkan bahan lain yang tidak dibutuhkan dalam uji ini agar ketika diuji nanti vitamin D lah yang bereaksi.3. Sebutkan fungsi utama vitamin D dalam tubuh!Jawab: Fungsi utamanya merangsang sintesis protein pengikat kalsium (calcium-binding protein,CaBP).4. Sebutkan penyakit akibat defisiensi vitamin D dan gejalanya !Jawab: Proses Osifikasi (penulangan) terganggu sehingga menimbulkan rakhitis dan tulang mudah patah, terjadi gangguan pada pertukaran zat kapur dan fosfor serta gangguan pada sistem pertulangan.C. Penentuan Adanya Vitamin B11. Sebutkan fungsi utama vitamin B1!Jawab: • Thiamin merupakan bagian dari TPP, yaitu koenzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. • Berperan dalam sistem syaraf• Menimbulkan nafsu makan • membantu penggunaan karbohidrat dalam tubuh dan sangat berperan dalam sistem saraf.2. Tuliskan struktur kimia vitamin B1!

Jawab:

Page 11: Teori Kfk II

D. Penentuan Adanya Vitamin B61. Sebutkan fungsi utama vitamin B6!Jawab: • Berperan dalam metabolisme asam amino dan asam lemak. • Membantu tubuh untuk mensintesis asam amino nonesensial.• Berperan dalam produksi sel darah merah. • Berperan mengatur dalam penggunaan protein, lemak, karbohidrat• Berperan dalam pembaruan sel darah merah.• Merupakan co factor terhadap beberapa jenis enzim2. Sebutkan penyakit akibat defisiensi vitamin B6 dengan gejalanya!Jawab: gejala kegagalan pertumbuhan, kerusakan fungsi motorik dan sawah.

E. Penentuan Adanya Vitamin C1. Jelaskan mengapa vitamin C positif terhadap uji Benedict!Jawab: Dalam larutan vitamin C mudah rusak karena oksidasi dari udara, tetapi lebih stabil bila terdapat dalam bentuk kristal kering. Jika vitamin C dilarutkan dengan asam askorbat dan pereaksi Benedict menghasilkan warna merah bata yang menunjukkan bahan asam askorbat mengandung vitamin C.2. Sebutkan fungsi utama vitamin C dalam tubuh!Jawab: • Berperan membantu spesifik enzim dalam melakukan fungsinya. • Bekerja sebagai antioksidan. • Membentuk kolagen, serat, struktur protein. • Meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi dan membantu tubuh menyerap zat besi. • Membentuk senyawa kimiawi yang berfungsi sebagai perekat antar sel-sel. • Berperan sekali dalam penyembuhan luka, memperkuat aliran darah dan membantu penyerapan zat besi, juga memperkuat daya tahan terhadap infeksi terhadap tubuh.• Berperan dalam pembentukan substansi antarsel berbagai jaringan• Meningkatkan aktivitas pagositas sel darah putih• Meningkatkan absorpsi zat besi dalam usus serta transportasi zat besi3. Sebutkan penyakit akibat defisiensi vitamin C dan gejalanya!Jawab: Berakibat pada sistem syaraf dan ketegangan otot.

DAFTAR PUSTAKAPujiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.Almatsier, S. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Page 12: Teori Kfk II

Sirajuddin, S. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat AIPTKMI Regional Indonesia Timur UNHAS.

Sediaoetama, A. D. 2006. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.

Lehninger, A. L. 1998. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta : Erlangga.

Tim Dosen Kimia. 2008. Kimia Dasar 2. Makassar : UPT MKU UNHAS.

I.2 DASAR TEORII.2.1 Pengertian AlkaloidKata alkaloid pertama kali diperkenalkan oleh W. Meisner pada awal abad 19 untuk senyawa bahan alam yang bereaksi seperti basa. Alkaloid adalah senyawa nitrogen organik, lazimnya bagian cincin heterosiklik, bersufat basa, sering bersifat optis aktif dan kebanyakan berbentuk kristal. (Tim Penyusun Penuntun Praktikum Farmakognosi. 2009).Alkaloid dapat digolongkan sebagai berikut :1. Alkaloid sejatiAlkaloid sejati adalah senyawa yang mengandung nitrogen pada struktur heterosiklik, struktur kompleks, distribusi terbatas yang menurut beberapa ahli hanya ada pada tumbuhan. Alkaloid sejati ditemukan dalam bentuk garamnya dan dibentuk dari asam amino sebagai bahan dasar biosintesis.2. PseudoalkaloidPseudoalkaloid memiliki sifat seperti alkaloid sejati tetapi tidak diturunkan dari asam amino. Contoh : isoprenoid, terpenoid (coniin), dan alkaloid steroidal (paravallarine).

3. ProtoalkaloidProtoalkaloid adalah senyawa amin sederhana dengan nitrogen tidak berada pada cincin heterosiklik. Contoh : mescaline, betanin, dan serotonin.(Swastini, Dewa Ayu.2007).

Fungsi alkaloid dalam tanaman saat ini belum diketahui dengan jelas. Ada beberapa dugaan fungsi alkaloid, yaitu sebagai metabolit sekunder yang berguna melindungi tanaman dari predator, sebagai metabolit akhir yaitu limbah yang tidak berfungsi sebagai substansi simpanan atau sebagai regulator pertumbuhan. Alkaloid banyak dimanfaatkan oleh manusia karena memiliki efek farmakologi, diantaranya :• Depresan saraf pusat, yaitu morfin dan skopolamin• Simulan saraf pusat, yaitu strihnin dan kafein• Simpatomimetik, yaitu efedrin• Simpatolitik, yaitu yohimbin dan alkaloid ergot• Parasimpatomimetik, yaitu eserin dan pilokarpin

Page 13: Teori Kfk II

• Antikolinergik, yaitu atoprin dan hiosiamin• Ganglioplegik, yaitu spartein dan nikotin• Anestesi lokal, yaitu kokain• Mengobati fibrilasi, yaitu quinidin• Antitumor, yaitu vinblastin dan eliptisin• Antibakteri, yaitu berberin• Amoebasida, yaitu emetin

Selain pada tumbuhan, alkaloid juga ditemukan pada bakteri seperti pyosianin yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Sementara pada fungi, terdapat alkaloid psilosin dari jamur halusinogen dan ergomin dari Claviceps sp.Alkaloid jarang ditemukan pada gymnospermae atau pteridophyta. Alkaloid banyak ditemukan pada angiospermae (10-15%). Pada tanaman monokotil, alkaloid dapat ditemukan pada tanaman dari famili Amaryllidaceae dan Liliaceae. Pada tanaman dikotil, alkaloid dapat ditemukan pada famili Annonaceae, Apocynaceae, Fumariaceae, Lauraceae, Loganiceae, Magnoliaceae, Menispermaceae, Papaveraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, Rutaceae, dan Solanaceae.Alkaloid juga ditemukan pada beberapa binatang, dalam beberapa kasus karena hewan tersebut mengkonsumsi tanaman yang mengandung alkaloid, misalnya castoramin dari lili air yang ditemukan pada berang-berang. Alkaloid sebagai produk metabolisme pada hewan seperti pada salamander atau amfibi seperti bufo, phyllobates, dan dendrobates. Alkaloid sebagai sekret dari kelenjar eksokrin banyak ditemukan pada arthropoda seperti Hymenoptera, Neuroptera, Miriapoda, dan Coleoptera.Pada tanaman, alkaloid ditemukan dalam bentuk garam larut air seperti sitrat, malat, mekonat, tartrat, isobutirat, benzoat, atau kadang-kadang kombinasi dengan tanin. Secara mikrokimia, ditemukan bahwa alkaloid banyak ditemukan pada jaringan perifer dari batang atau akar. Alkaloid disintesis padatempat yang spesifik seperti pada akar yang sedang tumbuh, kloroplas, dan sel laktiferus.(Swastini, Dewa Ayu.2007).

Penggolongan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau inti yang dimiliki, yaitu :

1. Alkaloid Piridin-PiperidinPada proses reduksi, basa tersier piridin dikonversi menjadi basa piperidin. Alkaloid dengan struktur inti dari kelompok ini terbagi menjadi 3 sub kelompok, yaitu : Derivat piperidin, contohnya lobelin dan lobelia Derivat asam nikotinat, contohnya arekolin dari areca Derivat piridin dan piperidin, contohnya nikotin dari tembakauContoh dari alkaloid ini adalah nikotin dari tembakau, areca dari tanaman areca catechu, dan lobelia dari tanaman lobelia inflata.

2. Alkaloid TropanAlkaloid tropan memiliki struktur inti bisiklik, mengandung nitrogen yaitu azabisiklo [3,2,1] oktan atau 8-metil-8-azabisiklo [3,2,1] oktan. Alkaloid tropan ditemukan pada angiospermae, yaitu famili Solanaceae (Atropa, Brugmansia, Datura, Scopolia, Physalis), Erythroxylaceae

Page 14: Teori Kfk II

(Erythroxylem), Proteaceae (Belladena dan Darlingia) dan Convoovulaceae (Convovulus dan Calystegia). Alkaloid tropan secara sporadis ditemukan pada tanaman Bruguiera, Phyllanthus, dan Cochlearia. Karakter alkaloid yang mengandung inti tropan adalah jika direaksikan dengan asam nitrat, kemudian residunya dilarutkan dalam aseton maka akan muncul warna ungu gelap. Hal ini disebabkan karena munculnya larutan etanol dalam KOH ( Reaksi Vitalli Morin). Contoh alkaloid tropan adalah dihasilkan oleh Atropa belladone dan kokain yang dihasilkan oleh Erythroxylem coca.

3. Alkaloid QuinolinAlkaloid yang memiliki struktur inti quinolin dihasilkan dari tanaman cinchona (kina). Alkaloid yang tergolong quinolin diantaranya quinin, quinidin, cinchonin, dan cinchonidin. Alkaloid cinchona saat ini merupakan satu-satunya kelompok alkaloid quinolin yang memiliki efek terapeutik. Cinchonin yang merupakan isomer dari cinchonidin merupakan ”alkaloid orang tua” dari semua seri alkaloid quinin. Quinin dan isomernya yaitu quinidin merupakan 6-metoksicinchonin.

4. Alkaloid IsoquinolinObat-obat penting yang berasal dari alkaloid isoquinolin adalah ipekak, emetin, hidrastin, sanguinaria, kurare, tubokurarin, berberin, dan opium. Meskipun alkaloid isoquinolin memiliki struktur yang kompleks tetapi biosintetsisnya sangat sederhana. Alkaloid isoquinolin merupakan hasil kondensasi derivat feniletilamin dengan derivat fenilasetaldehid dimana kedua senyawa ini merupakan derivat dari fenilalanin dan tirosin.

5. Alkaloid IndolObat-obat penting yang mengandung gugus indol adalah rauwolfia (reserpin), catharanthus atau vinca (vinblastin dan vincristin ), nux vomica (strihnin dan brusin), physostigma (fisostigmin), dan ergot (ergotamin dan ergonovin). Terdapat tiga kerangka monoterpenoid yang membentuk kompleks indol yaitu kerangka tipe Aspidosperma, Corynanthe, dan Iboga. Penamaan tipe kerangka ini berdasarkan tanaman yang banyak mengandung alkaloid dengan inti monoterpen.

6. Alkaloid ImidazolCincin imidazol (glioxalin) adalah cincin utama dari pilokarpin yang dihasilkan oleh tanaman Pilocarpus jaborandi. Pilokarpin adalah basa tersier yang mengandung gugus lakton dan imidazol. Ditinjau dari strukturnya, alkaloid ini mungkin dibentuk dari histidin atau suatu metabolit yang ekivalen.

7. Alkaloid steroidAlkaloid steroid dikarakterisasi dengan adanya inti siklopentanofenantren. Alkaloid ini biasanya dibentuk dari kolesterol dan memiliki prekursor yang sama dengan kolesterol. Alkaloid steroid yang penting adalah veratrum.

8. Alkaloid AminAlkaloid dalam kelompok ini tidak memiliki atom nitrogen dalam cincin heterosiklik. Kebanyakan merupakan derivat dari feniletilamin dan asam amino umum seperti fenilalanin dan tirosin. Contoh alkaloid ini adalah efedrin dan kolkisin.

Page 15: Teori Kfk II

9. Basa PurinPurin adalah inti heterosiklik yang mengandung anggota 6 cincin pirimidin yang bergabung dengan anggota 5 cincin imidazol. Purin sendiri tidak ada di alam tetapi derivatnya signifikan secara biologis. Alkaloid basa purin yang penting adalah kafein, teobromin, dan teofilin.(Swastini, Dewa Ayu.2007).

1.2.2 Identifikasi Kromatografi Lapis TipisKromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada dalam sediaan, dengan jalan penyarian berfraksi, atau penyerapan, atau penukaran ion pada zat padat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk percobaan identifikasi atau penetapan kadar. Kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi gas. Sebagai bahan penyerap selain kertas digunakan juga zat penyerap berpori, misalnya aluminiumoksida yang diaktifkan, asam silikat atau silika gel kiselgur dan harsa sintetik. Bahan tersebut dapat digunakan sebagai penyerap tunggal atau campurannya atau sebagai penyangga bahan lain. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih berguna untuk percobaan identifikais karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk zat dengan jumLah sedikit. Kromatografi gas memerlikan alat yang lebih rumit, tetapi cara tersebut sangat berguan untuk percobaan identifikasi dan penetapan kadar. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 523)

1. Kromatografi KolomKromatografi PenyerapanZat penyerap ( misalnya aluminium oksida yang telah diaktifakan, silika gel, kiselgut terkalsinasi, dan kiselgur kromatografi murni ) dalam keadaan kering atau setelah dicampur dengan sejumLah cairan dimapatkan kedalam tabung kaca atau tabung kuarsa denan ukuran tertentu dan mempunyai lubang pengalir keluar dengan ukuran tertentu. SejumLah sediaan yang diperiksa dilarutkan dalam sedikit pelarut ditambahkan pada puncak kolom dan dibiarkan mengalir dalam zat penyerap. Zat berkhasiat diserap dari larutan oleh bahan penyerap secara sempurna berupa pita sempit pada puncak kolom. Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dengan kecepatan khas hingga terjadi pemisahan dalam kolom yang disebut kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari sistem komatografi.

Kromatografi Pembagian Pada kromatografi pembagian, zat yang harus dipisahkan terbagia atas dua cairan yang tidak bercampur. Salah satu cairannya yaitu fase tidak gerak atau fase yang lebih polar biasanya diserap oleh zat penyerap padat, karena itu memberikan daerah permukaan yang sangat luas keada pelarut yang mengalir atau fase gerak atau fase yang kurang polar dan menghasilkan pemisahan yang baik yang tidak dapat dicapai pada pengocokan. Kromatografi pembagian dilakuakn dengan cara mirip dengan kromatografi penyerapan. Dalam hal tertentu lebih baik zat yang diperiksa yang telah dilarutkan dalam fase tidak bergerak ditambahkan pada sedikit zat penyerap, kemudian campuran ini dipindahkan pada puncak kolom. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 523).

Page 16: Teori Kfk II

2. Kromatografi KertasPada kromatografi kertas sebagai penyerap digunakan sehelai kertas dengan susunan serabut atau tebal yang cocok. Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut tunggal dengan proses yang analog dengan kromatografi penyerapan atau menggunakan dua pelarut yang tidak dapat bercampur dengan proses analaog dengan kromatografi pembagian. Pada kromatografi pembagian fase bergerak merambat perlahan-lahan melalui fase tidak bergerak yang membungkus serabut kertas atau yang membentuk kompleks dengan serabut kertas. Perbandingan jarak perambatan suatu zat terhadap jarak perambatan fase bergerak dihitung dari titik penetesan larutan zat dinyatakan sebagai Rf zat tersebut. Perbandingan jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan zat pembanding kimia dinyatakan sebagai Rr. Letak bercak yang diperoleh dari zat yang dikromatografi dapat ditetapkan dengan cara berikut :a. Pengamaatan langsung, jika tampak dengan cahaya biasa atau dengan sinar ultra violetb. Pengamatan dengan cahaya biasa atau dengan sinar ultraviolet setelah kertas disemprot dengan pereaksi yang dapat memberikan warna pada bercak.c. menggunakan pencacah geiger-muler atau otora diografik jika ada zat radioaktif.d. menempatkan pita atau potongan kertas pada medium perbiakan yang telah ditanami untuk melihat hasil stimulasi atau pertumbuahan bakteri.Alat yang digunakan berupa bejana kromatogarfi raltahan korosi , bak pelarut, batang kaca anti sifon dan kertas kromatografi. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 525).

3. Kromatografi Lapis TipisKromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan zat secara cepat dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan didasarkan pada penyerapan pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. KLT dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada KLT tidak tetap jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas karena itu pada lempeng yang sama disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat kromatogram dari zat pembanding kimia lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti dapat digunakan dengan cara densito metri atau dengan mengambil bercak dengan hati-hati dari lempeng, kemudian disari dengan pelarut yang cocok, dan ditetapkan dengan cara spektrofotometri. Pada KLT 2 dimensi lempeng yang telah dievaluasi diputar 900 dan dievaluasi lagi umumnya menggunakan bejana lain yang berisi pelarut lain. Alat yang digunakan adalah lempeng kaca, baki lempeng, rak penyimpanan, zat penyerap, alat pembuat lapisan, bejana kromatografi, sablon, pipet mikro, alat penyemprot pereaksi, pelarut, dan lampu ultraviolet. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 528).

4. Kromatografi GasKromatografi gas adalah satu cara pemisahan kromatografi dimana sebagai fase bergerak digunakan gas yang disebut gas pembawa. Jika sebagai fase tidak bergerak digunakan zat padat yang disebut kromatografi gas padat dan jika sebagai fase tidak bergerak digunakan cairan disebut kromatografi gas cairan. Alat yang digunakan antara lain : tempat penyuntikan yang terletak dimuka kolom kromatografi, kolom kromatografi dari kaca atau baja tahan karat berisi

Page 17: Teori Kfk II

bahan padat penyangga halus yang cocok dan dilapisi dengan fase tidak bergerak, detektor yang dihubungkan dengan alat pencatat. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 531).

1.2.3 Alat dan Bahan.A. Identifikasi Umum dan Kimia AlkaloidaAlat :1. Erlenmeyer2. Beaker glass3. Gelas ukur4. Batang pengaduk5. Sendok tanduk6. Corong pisah7. Tabung reaksi 8. Pipet tetes9. Penangas air10. Kertas perkamen11. Kertas saring12. Penjepit kayu

Bahan :1. Simplisia Coffea Semen, Cacica papaya Flos, Nicotiana tabacum Folium, Chinae Cortex, dan Piperis nigri Fructus.2. HCL 2N3. Amonia P4. Eter P5. Kloroform6. Natrium Sulfat Anhidrat P7. Mayer LP8. Wagner LP9. Dragendroff LP10. Marme LP11. Harger LP12. Asam Sulfat P13. Asam Nitrat P14. Erdman LP15. Kristal Kadminium Sulfat16. Asam Sulfat Encer17. Air18. Arang jerap

B. Identifikasi Kromatografi Lapis TipisAlat : 1. Chamber 2. Plat KLT silica gel GF 2543. Pipet Kapiler4. Kertas saring

Page 18: Teori Kfk II

Bahan :1. Chinae Cortex2. Toluena-eter-dietilamina (55:35:10) v/v3. 35 mg Kinina4. Amoni 25 %5. Kloroform6. Metanol7. Asam Sulfat pekat

B A B IIDATA PENGAMATAN HASIL PRAKTIKUM

Data pengamatan hasil praktikum terlampir.

Page 19: Teori Kfk II

B A B IIIP E M B A H A S A N

Pada praktikum identifikasi glikosida ini, dilakukan uji identifikasi glikosida secara kimia maupun secara kromatografi.3.1 Identifikasi Umum Pada identifikasi umum dilakukan 2 macam percobaan, yaitu reaksi pengendapan dan reaksi warna. Namun, terlebih dahulu harus dilakukan penyiapan larutan percobaan. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah simplisia Coffea Semen, Carica papaya Flos, Nicotiana tabacum Folium, Chinae Cortex, dan Piperis nigri Fructus. Mula-mula serbuk simplisia ditimbang sebanyak 250 mg, kemudian ditambahkan 0,5 mL HCl 2N dan 4,5 mL air. Penambahan HCl 2 N bertujuan untuk menarik alkaloid dari dalam simplisia. Alkaloid bersifat basa, sehingga dengan penambahan asam seperti HCl akan terbentuk garam. Sedangkan fungsi penambahan air adalah untuk melarutkan garam alkaloid yang terbentuk (Depkes RI, 1979). Setelah itu dilakukan pemanasan selama 2 menit di atas penangas air, kemudian didinginkan lalu disaring. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk memecah ikatan antara alkaloid dengan asam klorida sehingga diperoleh alkaloid yang bukan dalam bentuk garamnya. kemudian didinginkan dan disaring lalu diambil filtratnya.• Coffea Semen terbentuk larutan berwarna coklat muda.• Carica papaya Flos terbentuk larutan berwarna orange.• Nicotiana tabacum Folium terbentuk larutan berwarna coklat kemerahan.• Chinae Cortex terbentuk larutan berwarna kuning jernih.• Piperis nigri Fructus terbentuk larutan berwarna orange.

Filtrat kemudian dipindahkan ke gelas arloji dan ditetesi dengan 2 tetes larutan Mayer LP. • Coffea Semen terbentuk larutan berwarna coklat muda dan tidak menggumpal.• Carica papaya Flos terbentuk larutan berwarna kuning muda dan tidak terbentuk endapan.• Nicotiana tabacum Folium terbentuk larutan berwarna kuning muda dan tidak terbentuk endapan .• Chinae Cortex terbentuk larutan berwarna putih kekuningan dan terbentuk endapan.• Piperis nigri Fructus terbentuk larutan berwarna coklat muda dan terbentuk sedikit endapan.Berdasarkan uji di atas, diketahui bahwa Chinae Cortex mengandung alkaloid. Hal ini ditandai dengan terbentuknya endapan. Berdasarkan pustaka, simplisia Chinae Cortex mengandung alkaloid quinolin. (Buku ajar Farmakognosi. 2009).

Page 20: Teori Kfk II

Sisa filtrat kemudian digojog dalam corong pisah dan ditambahkan 3 mL amonia P untuk membuat suasana basa dan 5 mL campuran (3 bagian eter, yaitu ¾ x 5 ml = 3,75 mL dan 1 bagian kloroform, yaitu ¼ x 5 ml = 1,25). Penambahan dua pelarut ini bertujuan untuk melarutkan fase organik yaitu campuran klorofom dan eter serta fase non organik yaitu air. Karena kedua fase ini memiliki massa jenis yang berbeda, maka fase organik dan fase non organik pada filtrat akan terpisah, dimana fase organik filtrat berada pada bagian bawah larutan, sedangkan air sebagai fase organik berada pada bagian atas larutan. Fase organik mengandung alkaloid karena alkaloid memiliki sifat nonpolar sehingga larut dalam kloroform. Setelah itu fase organik ditambahkan Na2SO4 anhidrat yang bersifat higroskopis, sehingga mampu mengikat air yang tersisa pada filtrat. Kemudian, larutan disaring dan filtrat dibagi 2 untuk reaksi pengendapan dan reaksi warna.

a. Reaksi PengendapanPada reaksi pengendapan, filtrat diuapkan terlebih dahulu di atas penangas air untuk menghilangkan atau menguapkan pelarut yang telah bercampur dengan alkaloid. Kemudian, sisa filtrat yang telah diuapkan dilarutkan dalam HCl 2N. Penambahan HCl berfungsi untuk membentuk garam alkaloid sehingga alkaloid dapat tertarik dari larutannya. Alkaloid dalam bentuk garamnya inilah yang nantinya akan bereaksi dengan reagent atau larutan pereaksi dan membentuk endapan. Adapun larutan pereaksi yang digunakan antara lain:Gol II : Wagner LP.Gol III : Mayer LP dan Dragendroff LP.Gol IV : Harger LP.

Tabel 1 : Hasil Uji Reaksi Pengendapan

Nama Simplisia Larutan PereaksiWagner LP Mayer LP Dragendroff LP Harger LPCoffea Semen - - -Carica papaya Flos - - - -Nicotiana tabacum Folium - - -Chinae Cortex - - - -Piperis nigri Fructus - - -Ket: : Terbentuk endapan - : Tidak terbentuk endapan

Berdasarkan percobaan reaksi pengendapan di atas, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat simplisia yang mengandung alkaloid karena tidak terbentuk endapan dari sekurang-kurangnya dua larutan pereaksi.(Depkes RI,1977). Hal ini tidak sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa Chinae Cortex mengandung alkaloid qinolin. Berdasarkan pustaka, disebutkan bahwa reaksi pengendapan dengan pereaksi golongan II jika bereaksi dengan alkaloid akan membentuk endapan. Reaksi pengendapan dengan pereaksi golongan III jika bereaksi dengan alkaloid akan membentuk senyawa adisi yang tidak larut. Reaksi pengendapan dengan pereaksi golongan IV jika bereaksi dengan alkaloid akan membentuk ikatan asam organik.(Depkes RI, 1980). Tidak

Page 21: Teori Kfk II

terbentuknya endapan disebabkan karena rusaknya larutan pereaksi atau kesalahan dalam proses pengerjaan, misalnya pada proses penguapan dan penambahan HCl 2N.

b. Reaksi Warna Pada reaksi ini, sebelum ditetesi dengan larutan pereaksi, sampel terlebih dahulu diupkan di atas penangas air dengan menggunakan cawan porselen. Hal ini juga bertujuan untuk menguapkan pelarut yang telah bercampur dengan alkaloid. Pada uji warna ini, digunakan 3 pereaksi, yaitu asam sulfat P, asam nitrat P, dan Erdman LP. Dari percobaan di atas, diperoleh hasil :Tabel 2 : Hasil Uji Reaksi Warna

Nama Simplisia Larutan percobaanasam sulfat P asam nitrat P Erdman LPCoffea Semen Coklat jernih Kuning jernih Coklat jernihCarica papaya Flos Coklat muda Hijau muda Tetap beningNicotiana tabacum Folium Agak kekuningan Putih kekuningan Tetap beningChinae Cortex Agak kuning Tetap bening Tetap beningPiperis nigri Fructus Kuning Hijau kekuningan kekuningan

Dari hasil percobaan, diperoleh hasil uji negatif ( - ) pada simplisia Carica papaya Folium, Nicotiana tabacum Folium, dan Chinae Cortex karena ada yang tidak mengalami perubahan warna setelah ditetesi dengan larutan percobaan tertentu. Adapun penyimpangan hasil uji warna ini disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam penambahan reagent atau larutan percobaan pada filtrat dan mungkin juga disebabkan oleh proses penyarian filtrat yang kurang teliti.Sedangkan diperoleh hasil uji positif (+) pada Coffea Semen dan Piperis nigri Fructus karena terjadi perubahan warna oleh penambahan ketiga larutan percobaan. Adanya perubahan warna disebabkan oleh adanya interaksi antara alkaloid yang bersifat basa dengan larutan percobaan yang bersifat asam sehingga menimbulkan reaksi asam-basa dan memicu timbulnya warna tertentu.

3.2 Identifikasi Kimia3.2.1 PiperinaPada identifikasi kimia terhadap serbuk piper nigrum dilakukan dengan cara 1-3 tetes sari kloroform dari serbuk piper nigrum yang diteteskan pada objek gelas kemudian ditambahkan dengan 1 tetes asam sulfat pekat terjadi warna coklat tua, karena merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam mineral kuat. Uji positif karena setelah diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah (12,5 x 10) membentuk kristal kadminium sulfat, yang berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning.

3.2.2 KininaPada uji ini, digunakan 200 mg serbuk Chinae Cortex dimaserasi dengan 20 mL air dan 2 tetes Asam Sulfat encer selama 1 jam, diperoleh maserat berwarna coklat muda, disaring. Maserasi bertujuan menarik alkaloid untuk bereaksi dengan asam membentuk garam yang larut dalam air, sedangkan penambahan Asam Sulfat encer bertujuan untuk menarik alkaloid karena alkaloid bersifat basa lemah dan bila direaksikan dengan asam maka akan terbentuk garam yang larut dalam air sehingga garam alkaloid dapat terpisah menuju fase cair dan dapat diisolasi. Setelah filtrat ditambahkan Asam Sulfat encer, didihkan dan ditambahkan arang jerap untuk

Page 22: Teori Kfk II

mengabsorpsi pengotor, kemudian diamati pada lampu UV, terjadi flourosensi biru. Flourosensi ini terjadi karena larutan menyerap cahaya pada panjang gelombang 366 nm. Dari hasil percobaan menunjukkan hasil positif untuk kinina karena alkaloid kinina mampu menyerap gelombang cahaya unutk membentuk flourosensi berwana biru. Hal ini menandakan bahwa simplisia Chinae Cortex memiliki kandungan alkaloid kinina.

Gambar 1. Dilihat di bawah UV 254 nm

Gambar 2. Dilihat di bawah UV 366 nm

3.3 Identifikasi Alkaloid dengan Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis Selain identifikasi alkaloid secara kimia, pemeriksaan alkaloid secara kromatografi lapis tipis juga dilakukan. Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan secara fisiko-kimia, dimana pada dasarnya prinsip kerja dari kromatografi melawan gradient gravitasi bumi yang menyebabkan larutan dalam percobaan akan bergerak ke atas melalui fase diamnya.Fase diam yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Silika gel GF254, dan fase geraknya Toluena – eter – dietilamina (55 : 35 : 10). Toluen yang digunakan 2,75 ml, eter 1,75 ml, dietil amina 0,5 ml. Dimana sebagai pembanding digunakan 35 mg kinina. Silika gel GF254 artinya silika gel yang terdapat pada plat KLT yaitu gypsum dengan fluoresensi pada panjang gelombang (λ) 254 nm. Bahan yang digunakan adalah golongan kinolin yaitu serbuk Chinae cortex. Langkah pertama, 250 mg serbuk Chinae cortex dibasahi dengan 5 tetes amonia 25% untuk menciptakan suasana basa sehingga alkaloid lebih mudah disari. Kemudian ditambahkan dengan kloroform dan digojog. Penambahan kloroform bertujuan untuk menarik zat – zat pengotor (Anonim b, 1979). Filtrat selanjutnya diuapkan sampai kering, dan ditambahkan dengan 0,5 ml metanol. Metanol dalam hal ini berfungsi sebagai pelarut. Larutan yang diperoleh ditotolkan sebanyak 5 – 10 mikroliter dengan pipet kapiler. Tujuan digunakan pipet kapiler adalah untuk memperkecil luas permukaan penotolan, sehingga elusi yang terjadi dapat lebih sempurna. Setelah pengembangan selesai, lempeng KLT dipanaskan pada suhu 1000 C selama 10 menit. Setelah pengembangan selama 1 jam, diamati di bawah sinar UV254, terbentuk spot antara lain :Spot 1 berwarna lembayung gelap dengan jarak 1,5 cm = = 0,1875

Spot 2 berwarna biru muda dengan jarak 3 cm = = 0,375

Spot 3 berwarna biru tua dengan jarak 4 cm

Page 23: Teori Kfk II

= = 0,5

Spot 4 berwarna lembayung gelap dengan jarak 5 cm = = 0,625

Spot 5 berwarna lembayung gelap dengan jarak 6 cm = = 0,75

• Setelah disemprot dengan 10 mL campuran methanol asam sulfat pekat (9:1) v/v dan dipanaskan pada suhu 1050C dan dilihat pada UV366 terbentuk 8 spot, antara lain :Spot 1 berwarna lembayung gelap dengan jarak 1 cm = = 0,125

Spot 2 berwarna lembayung gelap dengan jarak 2 cm = = 0,25

Spot 3 berwarna biru muda dengan jarak 2,5 cm = = 0,313

Spot 4 berwarna ungu dengan jarak 3 cm = = 0,375

Spot 5 berwarna biru muda dengan jarak 4 cm= = 0,5

Spot 6 berwarna kuning dengan jarak 6 cm = = 0,625

Spot 7 berwarna kuning dengan jarak 6 cm = = 0,75

Spot 8 berwarna hijau dengan jarak 6,5 cm = = 0,835

Berdasarkan percobaan pada simplisia Chinae Cortex diperoleh hasil uji positif mengandung alkaloid yang ditandai dengan adanya pemadaman fluoresensi di bawah UV254 nm. Pada UV 366 nm setelah disemprot campuran Metanol- Asam Sulfat Pekat (9:1) v/v tidak terbentuk warna biru tua yang menyala.

Page 24: Teori Kfk II

Gambar 3. Dilihat di bawah UV 254 nm

Gambar 4. Dilihat di bawah UV 366 nm

KESIMPULAN

1. Pada uji identifikasi umum terhadap simplisia Coffea Semen, Carica Papaya Flos, Nicotiana Tabacum Folium, Chinae Cortex, Piperis Nigri Fructus negatif mengandung alkaloid.2. Pada reaksi pengendapan suatu serbuk simplisia mengandung alkaloid sekurang-kurangnya jika terbentuk endapan dengan dua larutan pereaksi. 3. Pada uji warna suatu simplisia mengandung alkaloid jika menghasilkan perubahan warna dengan beberapa larutan pereaksi Wagner LP, Mayer LP, Dragendroff LP, dan Harger LP, diperoleh hasil uji negatif ( - ) pada simplisia Carica Papaya Folium, Nicotiana tabacum Folium, dan Chinae Cortex. Sedangkan diperoleh hasil uji positif (+) pada Coffea Semen dan Piperis nigri Fructus.4. Uji piperina menghasilkan reaksi positif mengandung alkaloid dengan terbentuknya kristal kadminum sulfat berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning.5. Uji kinina menunjukkan hasil positif mengandung alkaloid yang ditunjukkan dengan terbentuknya flourosensi berwana biru. Hal ini menandakan bahwa simplisia Chinae Cortex memiliki kandungan alkaloid kinina.6. Uji identifikasi alkaloid dengan menggunanakan metode KLT pada simplisia Chinae Cortex menunjukkan hasil uji positif mengandung alkloida yang ditandai dengan adanya pemadaman

Page 25: Teori Kfk II

fluoresensi di bwah UV 254 nm. Sedangkan pada UV 366 nm setelah disemprot campuran Metanol- Asam Sulfat Pekat (9:1) v/v tidak terbentuk warna biru tua yang menyala. Diposkan oleh JURNAL ILMIAH FARMASI-KEDOKTERAN di 23:38 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook