31
TEORI MODEL KEPERAWATAN SISTER CALLISTA ROY KELOMPOK IV DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

teori model calista roy.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kjkl

Citation preview

Page 1: teori model calista roy.doc

TEORI MODEL KEPERAWATAN

SISTER CALLISTA ROY

KELOMPOK IV

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

MALANG, 2009

Page 2: teori model calista roy.doc

TEORI MODEL KEPERAWATAN

SISTER CALLISTA ROY

KELOMPOK IV

Lingga Aris Sandy 0910720051

Lucky Ramanda 0910720052

Lukmanul Hakim 0910720053

Mohamad Daroini 0910720054

Mona Novita T 0910720055

Nadia Dewi A 0910720057

Neti Wahyu Ningrum 0910720059

Novita Ifamela 0910720060

Novitha Ariessandy R 0910720061

Nurul Ardlianawati 0910720063

Nurul Bariyyah 0910720064

Nurul Fauziah 0910720065

Dian Dwi Fitriawati 0910723019

Doni Agung N 0910723020

Dyaksa Putri W 0910723021

Ehrria Winastyo 0910723022

Fendi Eka Mustofa 0910723024

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

Page 3: teori model calista roy.doc

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

MALANG, 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini

masih dianggap profesi yang kurang eksis, kurang profesional,

bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu

keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia

luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa

sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas ini akan terasa berat

bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi

keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat

itu sendiri untuk menunjukkan profesionalismenya dalam

memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan

keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat.

Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah

dengan mengembangkan salah satu model pelayanan

keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.

Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana

Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk

dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun

eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai

tingkatan usia.

Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di

Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat

yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan

tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan

keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah

dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.

Page 4: teori model calista roy.doc

Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui

dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan

yang sesuai dengan teori Sister Callista Roy di lapangan atau

rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat

diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/ asuhan

keperawatan .

1.2TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy

dalam manajemen asuhan keperawatan

1.2.2 Tujuan Khusu s

a. Mampu mengidentifikasi paradigma keperawatan menurut

Roy.

b. Mampu mengidentifikasi inti teori model keperawatan menurut

Roy

c. Mampu mengidentifikasi proses keperawatan menurut Roy

Page 5: teori model calista roy.doc
Page 6: teori model calista roy.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT SISTER CALLISTA

ROY

Menurut Salbiah, Dosen Keperawatan Dasar PSIK FK USU,

holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan

keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis,

sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu

kesatuan yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan

mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan

kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat

lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan

tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah

kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister

Callista Roy dapat digunakan.

Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana

peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan

memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam

menghadapi perubahan kabutuhan dasarnya. Tindakan

direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan

pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap stimulus.

Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan

klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah

yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh

aspek baik bio, psiko maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi

asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan

konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan

asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien

Page 7: teori model calista roy.doc

2.2 INTI TEORI MODEL KEPERAWATAN MENURUT SISTER

CALLISTA ROY

2.2.1 Konsep Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy

Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal

14 Oktober 1939, Roy mengembangkan ilmu dan filosofinya

berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu :

1. Asumsi dari Teori Sistem

a. System adalah seperangkat bagian yang saling

berhubungan dari satu bagian ke bagian lain

b. Sistem adalah bagian dari yang berfungsi bagian yang satu

dengan yang lain saling ketergantungan

c. Sistem mempunyai input, out put, control, proses dan

umpan balik

d. Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi

e. Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik,

mempunyai standard dan umpan balik langsung terhadap

fungsinya.

2. Asumsi dari Teori Melson

a. Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan

dan kekuatan organism

b. Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan

tingkatan adaptasi, yang dapat berpengaruh terhadap

stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual.

c. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap

perubahan lingkungan

d. Respon merupakan refkleksi keadaan organisme terhadap

stimulus

3. Asumsi dari Humanism

a. Individu mempunyai kekuatan kreatif

b. Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam

lingkaran sebab akibat

c. Manusia merupakan makhluk holistic

Page 8: teori model calista roy.doc

d. Opini manusia dan nilai yang akan datang

e. Mobilisasi antar manusia bermakna

2.2.2 Teori Adaptasi Sister Calista Roy

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai

penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,

kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif

system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.

System adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena

fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya

saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri

dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ),

dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,

merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari

lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi

dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus

residual.

a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan

dengan seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .

b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang

dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang

mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan

secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul

secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon

negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.

c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan

relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk

diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu

berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi

Page 9: teori model calista roy.doc

proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri

pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.

2. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk

mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi

atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.

a) Subsistem regulator.

a. Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen :

input-proses dan output. Input stimulus berupa internal

atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia,

neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon

neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan

sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak

proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku

regulator subsistem.

b) Subsistem kognator.

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun

internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat

menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.

Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak

dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi

atau proses informasi berhubungan dengan proses internal

dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar

berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement

(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).

Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah

proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau

analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari

keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

Page 10: teori model calista roy.doc

3. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,

diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari

dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk

sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang

adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif

dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan

dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan

yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,

reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif

perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.

Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk

menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem.

Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara

genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap

bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat

dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka.

Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu

mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan

mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.

Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan

kognator subsistem diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat

adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh

perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme

koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal

mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan

rentang stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk

subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol,

sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang proses

kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep

adaptasi Roy. Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal

seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem

Page 11: teori model calista roy.doc

efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi

peran dan interdependensi.

1. Mode Fungsi Fisiologi

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan

fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar

fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,

yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat

dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan

proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan

prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas

(Vairo,1984 dalam Roy 1991).

b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan

untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan

dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam

Roy 1991).

c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari

instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)

d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas

fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan

fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua

komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991)

e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh

termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit,

rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi

proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato,

1984 dalam Roy 1991).

f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran,

perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang

berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting

dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll,

1984, dalam Roy, 1991)

Page 12: teori model calista roy.doc

g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di

dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,

ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi

sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan

elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991)

h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis

merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme

seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan

dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan

proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas

organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman

sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan

mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai

peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan

dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine

dalam Roy,1991).

2. Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan

penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.

Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas

psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.

Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the

physical self dan the personal self.

a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang

dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan

gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat

pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi,

amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.

b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri,

ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut.

Page 13: teori model calista roy.doc

Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan

hal yang berat dalam area ini.

3. Mode Fungsi Peran

Mode fungsi peran mengenal pola –pola interaksi sosial

seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang

dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya

pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya

dimasyarakat sesuai kedudukannya.

4. Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang

dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling

memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling

menghargai.

Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan

kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.

Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi

dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan

berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi

dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu

memberi dan menerima.

2.3 PROSES KEPERAWATAN MENURUT SISTER CALLISTA ROY

Menurut Roy elemen dari proses keperawatan meliputi

pengkajian tingkat pertama dan kedua, diagnosa keperawatan,

penentuan tujuan, intervensi dan evaluasi.

Fokus dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian

adalah mengidentifikasi tingkah laku yang aktual dan potensial

apakah memperlihatkan maladaptif dan mengidentifikasi stimulus

atau penyebab perilaku maladaptif. Empat mode adaptasi dapat

digunakan sebagi dasar kerangka kerja untuk pedoman pengkajian.

Page 14: teori model calista roy.doc

Mode ini juga meliputi psikologis, konsep diri, fungsi peran dan

model interdependensi.

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua

bagian, yaitu pengkajian tahap dan pengkajian tahap II.

1. Tahap I : Pengkajian perilaku

Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan

mengumpulkan data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif.

Termasuk dalam model ini adalah kebutuhan dasar manusia

apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan.

misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau

terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara,

observasi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang

pada setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat

menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial

maladaptif.

2. Tahap II : Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh

Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli yang signifikan

terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal,

kontekstual dan residual.

a. Identifikasi stimuli focal

Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat

diobservasi. Perawat dapat melakukan pengkajian dengan

menggunakan pengkajian perilaku yaitu: keterampilan

melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.

b. Identifikasi stimuli kontekstual

Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab

terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal.

Sebagai contoh anak yang di rawat dirumah sakit

mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar.

Focal stimulus yang dapat diidentifikasi adalah adanya fakta

Page 15: teori model calista roy.doc

bahwa anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus

kontekstual yang dapat diidentifikasi adalah secara internal

faktor anak menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah

anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh

perawat melalui observasi, pengukuran, interview dan

validasi.

Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual

yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex,

tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri,

peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping

mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan

fisik.

c. Identifikasi stimuli residual

Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman

masa lalu. Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa

beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam

menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,

karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan

memberikan efek pada situasi sekarang.

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy

didefinisikan sebagai suatu hasil dari proses pengambilan

keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi.

Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi

tingkahlaku klien terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy

(1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan :

a. Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis,

konsep diri, fungsi peran dan interdependen

Page 16: teori model calista roy.doc

TIPOLOGI ADAPTASI MASALAHA Physiological model 1.Oksigenasi

Hipoksia/shock

Kerusakan ventilasi

Ketidakadequat pertukaran gas

Perubahan perfusi jaringan

Ketidakmampuan dlm proses

kompensasi pada perubahan kebutuhan

oksigen

2.Nutrisi

Nutrisi kurang / lebih dari kebutuhan

tubuh

Anoreksia

Nausea / Vomiting

Ketidak efektifan strategi koping thd

penurunan ingestik

3.Eliminasi

D i a r e

Inkontinensia

Konstipasi

Retensi urine

Ketidakefektifan strategi koping thp

penurunan fungsi eliminasi.

4. Aktifitas dan istirahat

Ketidak adequate aktifitas & istirahat

Keterbatasan mobilitas & Koordinasi

Intoleransi aktifitas

Immobilisasi

Sleep deprivation

Resiko gangguan pola tidur

Kelelahan (Fatigue)

5. Proteksi

Page 17: teori model calista roy.doc

Gatal-gatal

Infeksi

Ketidak efektifan koping thd perubahan

status imun

Kulit Kering

6. Sense

Resiko injuri

Kehilangan kemampuan self-care

Resiko distorsi komunikasi

Stigma

Sensori monoton / distorsi

Nyeri akut

Gangg. Persepsi

Koping tak efektif thd perubahan sensori

7. Cairan dan elektrolit

D e h i d r a s i

Udem

Retensi cairan intra sel

Hyper/Hypo Kalsemia, kalemia, Natrium

Ketidakseimbngan asam-basa

Ketidakefektifan regulasi system Bufer

pda perub. pH.

8. Fungsi neurologi

Penurunan tingkat kesadaran

Pengurangan fungsi memori (daya

ingat)

Konpensasi tak efektif pd penurunan

fgs. kognitif

Resiko terjadi kerusakan otak sekunder

9. Fungsi endokrin

Ketidakefektifan regulasi/pengaturan

hormon yg direfleksikan dlm fatigue,

Page 18: teori model calista roy.doc

iritabilitas dan intoleransi pd panas

Ktdk efektifan perkembangan

reproduksi

Ktdk stabilan system hormon

Ktdk stabilan siklus internal stress.

B SELF KONSEP MODE 1. Physical Self

Gangguan body image

Disfungsi seksual

Kehilangan

Rape Trauma syndrome

2. Personal self

Ansietas

Ketidak berdayaan

Perasaan bersalah

Harga diri rendah

C ROLE FUNCTION MODE Transisi Peran

Konflik Peran

Gangguan / Kehilangan Peran

D INTERDEPENDENSI

MODE

Kesepian

Cemas karena perpisahan

Tabel 2.1. Tipologi masalah adaptasi menurut Roy, 1989

b. Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu

mode adaptif, misalnya; mode fisiologis sub kebutuhan

cairan.

Contoh kasus untuk diare intake : 1200 ml, out put : 3500 ml,

keluhan haus (+), turgor tidak elastis, kelopak mata tampak

cekung. Dari respon pasien tersebut dapat disimpulkan

bahwa diagosa keperawatan pasien menurut Roy adalah

defisit volume cairan.

c. Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode

adaptif yang terkait dengan stimulus yang sama. Misalnya

Page 19: teori model calista roy.doc

mode yang terganggu adalah : mode fisiologis, konsep diri

dan interdependensi.

Contoh kasus ; klien mengeluh tidak mau makan, makan

hanya habis ¼ porsi, BB turun 2 Kg dari normal. Dari data

tersebut klien mengalami gangguan kebutuhan nutrisi :

nutrisi kurang dari kebutuhan (mode fisiologis). Karena klien

kekurangan nutrisi mengakibatkan posturnya tampak kurus,

hal ini membuat klien mengalami gangguan Body Image

( Mode Konsep diri ), kondisi ini juga mengakibatkan klien

tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari ( Mode

Interdependensi )

4. Penentuan tujuan

Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada

intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan dan

mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif

menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka

panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang

akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan.

Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang

diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal,

konteksual dan residual.

5. Intervensi

Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah

atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga

difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga

seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk

beradaptasi.

Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju

perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya

mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.

Page 20: teori model calista roy.doc

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi

keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat

harus mengkaji tingkah laku pasien setelah diimplementasi.

Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan.

Page 21: teori model calista roy.doc

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka

kelompok menganalisa bahwa model keperawatan roy lebih

menekankan pada manusia secara holistik yang memiliki

mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan. Konsep ini juga menekankan pentingnya individu untuk

mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah

perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.

Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia,

lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Manusia dipandang

sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat

diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang

inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan eksternal.

Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai

tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan

keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi yang

berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan informasi

tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual,

dan residual.

Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual

calista Roy, penulis menyimpulkan bahwa konseptual ini dapat

digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan,

memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta

menekan ancaman yang ada.

http://abimuhlis.blogspot.com/2007/05/model-adaptasi-roy.html

Page 22: teori model calista roy.doc

3.2 SARAN

Dalam penerapan asuhan keperawatan, ada baiknya apabila

penulis mencari teori model keperawatan menurut beberapa tokoh

keperawatan, selain menurut tokoh yang sudah dipelajari. Dari

kegiatan tersebut, diharapkan akan banyak informasi yang dapat

diserap oleh perawat dan dapat membantu dalam pengaplikasian

teori model keperawatan tersebut.

Page 23: teori model calista roy.doc

DAFTAR PUSTAKA

Salbiah. 2006. Teori Model Calista Roy. http://www.psik-fkusu.ac.id.

Diakses tanggal 1 Desember 2009. Jam 10.20.

Potter & Perry. 2005. Fundamental keperawatan (volume 1). Jakarta: EGC

Friedman, Marylin M. 2002. Keperawatan Keluarga (edisi 3).

Jakarta: EGC

Setiawati, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga.Tim Jakarta

Murwani, Arita. 2008. Pengantar Konsep Dasar keperawatan.

Jakarta. TIM 2008

Maya, Fitra. 2008. Tim Pengajar keperawatan komunitas. Jakarta: TIM

2008

Mubarakat, Wahit Iqbal. 2008. Pengantar Keperawatan Komunitas.

Jakarta. Sagung Seto