Upload
cici-ong-lien-yin
View
17
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1. Teori Motivasi
Berdasarkan hasil analisis yang disesuaikan dengan penjelasan yang diberikan bapak maka
ada hal-hal yang perlu direvisi pada pembahasan motivasi kerja yaitu :
1. Pada halaman 100 paragraf ke 2, terdapat bagian epistimologi karena pada kalimat
tersebut ada kata merupakan, seharusnya bagian daripada bangunan teori
epistimologi ini barada setelah bangunan teori ontology.
2. Pada halaman 101 paragraf ke 3, terdapat bagian ontology. Seharusnya pargraf ini
berada pada paragraph pertama.
3. Pada halaman 102 terdapat bagian epestimologi dan paragraph selanjutnya bagian
ontology, seharusnya bagian ontology dulu baru epistimilogi.
4. Pada halaman 103 setelah gambar bagan terdapat gabungan antara epeistomologi
dan aksiologi, seharusnya paragrap ini berada setelah bagian aksiologi.
5. Pada halaman 104 terdapat gabungan antara ontology dan epistimologi, seharusnya
begian ini berada setelah bagian epistimologi.
6. Pada halaman 105 terdapat bagian ontology, seharusnya alenia ini berada pada
alenia pertama.
7. Pada halaman 106 terdapat bagian aksiologi dan setelah paragraph yang
mengandung kata aksiologi dibawahnya terdapat gabungan antara ontology dan
aksiologi. Setelah paragraph ini terdapat bagian epistimologi, seharusnya bagian
epistimologi tidek berada setelah bagaian aksiologi.
8. Pada halaman 107 paragraf ke 2 , 109 , 110, 114 dan 122 terdapat bagian
epistimologi sedangkan pada halaman 109, 112 dan 114 setelah bagian epistimologi
terdapat bangunan teori ontology seharusnya bangunan teori ontology dulu baru
1
bangunan teori epistimologi, dan pada halaman 116 dan 119 terdapat bangunan
teori aksiologi padahal setelah paragraph ini ada paragraph yang mengandung
kalimat ontology, seharusnya paragraph yang mengandung teori ontology berada
pada paragraph pertama.
Hasil analisis yang perlu di perbaiki pada bagian motivasi kerja :
1. Seperti yang dikemukakan oleh Husaini 1, motivasi merupakan salah satu alasan agar
bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan.
Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para manajer memahami sikap kerja
pegawai masing-masing. Manajer dapat memotivasi pegawainya dengan cara yang
berbeda-beda sesuai dengan pola masing-masing yang paling menonjol.
penjelasan :
a. ini adalah defenisi secara epistemology seharusnya tidak diletakkan diawal tapi
setelah defenisi motivasi kerja secara ontology
b. Peletakan footnote bukan pada nama pemberi pernyataan tetapi pada apa yang
dinyatakan. Seharusnya footnote itu diletakkan di akhir kalimat pernyataan yang
dikutip, yakni pola masing-masing yang paling menonjol.
2. Menurut Mathis dan Jackson, motivasi (motivation) adalah keinginan dalam diri
seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak. Orang biasanya bertindak karena
satu alasan: untuk mencapai tujuan. Jadi, motivasi adalah sebuah dorongan yang diatur
oleh tujuan dan jarang muncul dalam kekosongan.2
penjelasan :
a. ini adalah defenisi secara ontology seharusnya tidak diletakkan setelah defenisi
motivasi kerja secara epistemology tetapi diletakkan diawal.
1 Prof.Dr.Husaini Usman,M.Pd.,M.T., Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), p.222-223.2 Mathis and Jackson, op.cit., p.114.
2
b. Peletakan footnote bukan pada kesimpulan dari apa yang dikutip, tapi pada kata di
akhir kutipan yang dikutip tersebut.
3. Hal ini didukung oleh Winardi yang dikutip Anoraga3 bahwa motivasi merupakan
keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan-tindakan.
Penjelasan :
a. ini adalah defenisi motivasi kerja secara epistemology yang seharusnya diletakkan
secara sistematis setelah defenisi kerja secara ontology.
b. Peletakan footnote bukan pada nama pemberi pernyataan tetapi pada apa yang
dinyatakan. Seharusnya footnote itu diletakkan di akhir kalimat pernyataan yang
dikutip, yakni pola masing-masing yang paling menonjol.
4. Defenisi tidak diletakkan secara sistematis, tidak berurutan, sehinga ditemukan peletakan
beberapa defenisi motivasi kerja yang acak. Misalnya, Pada bagian diawal sudah
dijelaskan defenisi secara ontology tetapi ditengah dijelaskan lagi. begitu juga defenisi
secara epistemology sudah dijelaskan di tengah tapi dijelaskan juga diakhir.
5. Pengertian defenisi motivasi secara bahasa seharusnya dijelaskan diawal. Contohnya,
Istilah motif dalam motivasi menggunakan beberapa kata yang berbeda seperti motives,
drives and needs yang berarti keinginan, dorongan dan kebutuhan.4 Motif dimengerti
sebagai ungkapan kebutuhan seseorang; karenanya motif bersifat pribadi dan internal.
Dilain pihak, insentif berasal dari luar. Insentif dijadikan sebagai lingkungan kerja oleh
pimpinan untuk mendorong karyawan melakukan tugasnya.5 Motif cenderung menurun
kekuatannya apabila sudah terpenuhi atau terhambat pemenuhannya. Pemuasan terhadap
suatu kebutuhan mungkin terhambat dan orang itu kemudian putus asa (frustasi). Akan
tetapi, ada pula yang ulet untuk mengatasi hambatan itu dan akhirnya berhasil.6
Pernyataan ini terdapat pada halaman 98 namun dijelaskan lagi pada halaman lain.
3 Anoraga dan Suyati, op.cit., p.854 Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi (Bandung: Angkasa), p.60.5 Keith Davis and John W. Newstrom, Perilaku Dalam Organisasi (Jakarta: Erlangga,1985), p. 67.6 Husaini, op.cit.,p.223.
3
Menurut Steers, Ungson dan Mowday, istilah motivasi berasal dari bahasa latin, dimana
arti movere adalah menggerakkan. Ini terdapat pada halaman 101 padahal sebelumnya
ada defenisi secara epistemology.
6. Sintesis tidak diletakkan di akhir seperti hirarki yang seharusnya dan tidak ada
kesimpulan dari hasil defenisi-defenisi yang telah dipaparkan, yang ada hanya
kesimpulan dari masing-masing defenisi namun tidak ada kesimpulan dari keseluruhan
defenisi.
4