24
http://worldnewsnew.blogspot.com/2009/01/teori-pertumbuhan-schumpeter.html Rabu, 14 Januari 2009 Teori Pertumbuhan Schumpeter Schumpeter dalam teorinya menitikberatkan pada pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan suatu pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu juga ditunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat suatu pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi itu biasanya merupakan: memproduksi produk-produk baru yang belum ada di pasar saat ini, mempertinggi efisiensi produksi dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang benar-benar baru, mengembangkan sumber bahan baku atau bahan mentah yang baru dan juga mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan untuk mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Schumpeter juga membedakan investasi kepada dua golongan, yaitu penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan pada kegiatan ekonomi yang muncul sebagai akibat kegiatan inovasi. Menurut Schumpeter jika semakin tinggi tingkat kemajuan sesuatu ekonomi maka semakin terbatas pula kemungkinan untuk mengadakan suatu inovasi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan berjalan lambat. Hingga akan tercipta keadaan tidak berkembang (stationary/state). Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi. Faktor-faktor penentu bagi tumbuh dan kembangnya sektor bisnis adalah: Faktor-faktor lingkungan yang terdiri dari : a) Konsumen b) Teknologi inovasi c) Globalisasi d) Ekonomi e) Pemerintah f) Social budaya.

TEORI SCHUMPETER

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TEORI SCHUMPETER

http://worldnewsnew.blogspot.com/2009/01/teori-pertumbuhan-schumpeter.html

Rabu, 14 Januari 2009

Teori Pertumbuhan Schumpeter

Schumpeter dalam teorinya menitikberatkan pada pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan suatu pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu juga ditunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat suatu pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi itu biasanya merupakan: memproduksi produk-produk baru yang belum ada di pasar saat ini, mempertinggi efisiensi produksi dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang benar-benar baru, mengembangkan sumber bahan baku atau bahan mentah yang baru dan juga mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan untuk mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Schumpeter juga membedakan investasi kepada dua golongan, yaitu penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan pada kegiatan ekonomi yang muncul sebagai akibat kegiatan inovasi. Menurut Schumpeter jika semakin tinggi tingkat kemajuan sesuatu ekonomi maka semakin terbatas pula kemungkinan untuk mengadakan suatu inovasi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan berjalan lambat. Hingga akan tercipta keadaan tidak berkembang (stationary/state). Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Faktor-faktor penentu bagi tumbuh dan kembangnya sektor bisnis adalah:Faktor-faktor lingkungan yang terdiri dari :a) Konsumenb) Teknologi inovasic) Globalisasid) Ekonomie) Pemerintahf) Social budaya.

Diantara faktor lingkungan tersebut, maka perkembangan teknologi (informasi dan komunikasi) oleh banyak kalangan dikatakan sebagai faktor lingkungan yang paling banyak mempengaruhi sektor bisnis. Selain itu meningkatnya sektor bisnis juga dipicu beberapa faktor pendorong yaitu: meningkatnya tuntutan konsumen terhadap kualitas, pengurangan biaya, pelayanan jasa, konsumen internal, peningkatan produksi dan berkembangnya organisasi Nirlaba. Perkembangan sektor bisnis kedepan seprtinya akan menunjukkan pertumbuhan signifikan karena adanya perkembangan teknologi internet, digitalisasi dan komunikasi sehingga jarak bukan lagi menjadi suatu kendala kendala karena komunikasi dan informasi dapat dijalin melalui jaringan Internet. Hal ini juga menjadi tujuan akhir Globalisasi, yakni “Jarak Bukanlah Masalah” atau dengan kata lain Dunia diibaratkan hanya sebuah tempat kecil. Diposkan oleh Iqbal Rahdika di 02:13

Page 2: TEORI SCHUMPETER

elearning.gunadarma.ac.id/...pembangunan/bab_3_teori_pertumbuha...

Page 3: TEORI SCHUMPETER
Page 4: TEORI SCHUMPETER
Page 5: TEORI SCHUMPETER
Page 6: TEORI SCHUMPETER
Page 7: TEORI SCHUMPETER

http://tiaphari.com/2008/01/28/joseph-schumpeter-kehidupan-dan-pemikirannya/

Joseph Schumpeter: Kehidupan dan Pemikirannya January 28, 2008

Filed under: tokoh ekonomi — RED @ 4:16 pm       Rate This

  Joseph Schumpeter: Kehidupan dan Pemikirannya

  Times of innovation…are times of effort and sacrifice, of work for the future, while the harvest comes after. The harvest is gathered under recessive symptoms and with more anxiety that rejoicing. [During] recession, new methods are being copied and improved. Some industries expand into new investment opportunities created by the achievements of entrepreneurs; others respond by rationalization of their technological and commercial processes under pressure; much dead wood disappears.

Kehidupan Schumpeter

            Schumpeter yang bernama panjang “Joseph Alois Schumpeter” berumur 67 saat meninggal dunia. Namun jasanya yang besar terhadap pemikiran ekonomi menjadikannya salah satu ekonom paling berpengaruh di abad ke-20.

            Schumpeter dilahirkan di Triesch, Moravia (bagian dari Austria-Hungaria, sekarang Trest di Republik Ceko). Ia merupakan murid yang luar biasa pintar dan sering dipuji oleh guru-gurunya. Ia memulai karirnya dengan mempelajari ilmu hukum di Universitas Vienna di bawah asuhan Eugen von Bohm-Bawerk di mana ia memperoleh gelar doctoral pada tahun 1906.

Tidak beberapa lama kemudian, setelah beberapa perjalanan belajar, ia menjadi professor ilmu ekonomi dan pemerintahan di Universitas Czernowitz pada tahun 1909, begitu pula di Universitas Graz pada tahun 1911, di mana ia menetap hingga perang dunia I.

Pada tahun 1919 hingga tahun 1920, dia menjadi Menteri Keuangan Austria yang sukses. Ia kemudian menjadi presiden bank swasta Biederman pada tahun 1920-1924. Sayangnya bank itu bangkrut pada tahun 1924.

Dari tahun 1925 hingga 1932, ia menjabat suatu posisi penting di Universitas Bonn, Jerman. Karena harus meninggalkan Eropa tengah akibat kemunculan kaum Nazi, di memutuskan untuk berangkat ke Harvard (dimana ia telah mengajar pada tahun 1927-1928 dan 1930), dan kembali mengajar dari tahun 1932 hingga 1950.

Page 8: TEORI SCHUMPETER

Selama tahun-tahunnya di Harvard, dia tidak dianggap sebagai guru yang sangat baik, namun dia memperoleh pengikut yang setia terhadap pemikirannya.

Menurut catatan, Schumpeter tidak begitu diakui di kalangan teman sejawatnya. Hal ini disebabkan karena anggapan bahwa pemikirannya yang kurang sesuai dengan pemikiran Keynesian yang sedang naik daun pada masa itu.

Schumpeter menginspirasi beberapa ekonom matematika pada masanya dan bahkan menjadi presiden Econometric Society (1940-1941). Padahal, Schumpeter bukan seorang ahli matematik, melainkan seorang ekonom yang mencoba mengintegrasikan pengertian sosiologi pada teori ekonominya. Jika ditilik dari masa sekarang ini, ide Schumpeter mengenai siklus bisnis dan perkembangan ekonomi memang tidak ditangkap oleh ilmu matematika pada masa itu. Setidaknya diperlukan sistem dinamik yang non-linear yang telah dibakukan untuk menangkapnya.

Pemikiran-pemikiran Schumpeter

            1. Originalitas Pemikiran Schumpeter

            Jika ekonom Austrian School seperti Hayek dan Mises merubah warisan dari guru mereka dengan cara mereka sendiri, Schumpeter mencoba lebih jauh dengan melepaskan diri dari batasan-batasan yang dibuat dalam hasil karya pendahulunya. Daripada sekedar mengembangkan dan memperkuat beberapa kecenderungan dalam tulisan pendahulunya, dia lebih terbuka pada pengaruh-pengaruh di luar Austria.

            Dalam hal ini, Schumpeter sangat berbuka pada pemikiran Walras yang dia kagumi sebagai seorang ekonom teoritis terbaik. Ia juga menyukai beberapa pengikut tradisi Anglo-Amerika, dimana ia memiliki kontak pribadi secara langsung.

            Ketika berumur dua puluhan, dia melepaskan pengaruh gurunya dengan mengembangakan teori bunga yang berbeda dengan Bohm-Bawerk. Lebih jauh lagi, Schumpeter juga melepaskan tradisi Austria dengan membentuk pendekatan umumnya sendiri, yang disebut sebagai salah satu toleransi metodologi. Pekerjaanya tidak hanya menyangkut pada jenis teori murni yang dibentuk oleh orang Austria sebelumnya, tetapi lebhi luas dan merefleksikan harapan yang tinggi yang diletakannya pada pada ilmu ekonomi matematika dan studi empiris berorientasi kuantitatif.

            Dia bahkan menyebutkan bahwa takdir memungkinkan untuk mengulang kembali pelajaran-pelajarannya, dia ingin menjadi seorang ahli sejarah ekonomi. Luasnya topik yang menjadi minatnya ditunjukkan dalam judul salah satu bab dalam bukunya Business Cycles, di mana ia tuliskan sebagai A Theoretical, Historical and Statistical Analysis of Capitalist Process.

            2. Karya-Karya Utama Schumpeter

Pemikiran Mengenai Pengaruh Entrepreneur dalam Perekonomian

Page 9: TEORI SCHUMPETER

Pada usianya yang masih dua puluhan, Schumpeter telah menemukan ide utama yang dikembangkannya menjadi kemudian di masa-masa mendatang, mulai  dari The Theory of Economic Development (1912, diterjemahkan pada tahun 1934) hingga Business Cycles (1939) dan Capitalism, Socialism and Democracy (1942) yang menggambarkan tentang pentingnya elite entrepreneur untuk perubahan dan pertumbuhan, untuk siklus bisnis, dan untuk keberlangsungan kapitalisme.

Unsur strategis dalam aktivitas Entrepreneur adalah inovasi, yaitu aplikasi dari ide-ide baru dalam tehnik dan organisasi yang Akan membawa perubahan-perubahan dalam fungsi produksi. Inovasi Akan mengerem siklus melingkar dari ekonomi stationer dan menghasilkan perkembangan ekonomi dengan posisi ekuilibrium baru pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

Dalam perekonomian yang dinamis jenis tersebut, akan muncul bunga, yang diintrepretasikan Schumpeter sebagai bagian dari “pajak” yang dibebankan pada entrepreneur oleh banker sebagai ganti dari adanya inflasi. Berbagai inovasi, yang dipaksa oleh imitator dan speculator akan membuat gerakan siklus.

Teori tentang kaum elite yang disebut entrepreneur tersebut didasarkan pada kontradiksi yang samar antara the mass and the elite. Baginya, kebanyakan agen ekonomi tersebut ditandai oleh kelemahan akan kompetensi dan keinginan:

Kebanyakan orang cenderung melakukan bisnis harian biasanya dan cukup melakukan itu saja. Kebanyakan waktu orang tersebut berada pada tanah yang licin dan usaha untuk berdiri tegak menguras energi mereka dan menghilangkan keinginan mereka untuk eksplorasi lebih jauh….(Lebih jauh, mereka tidak memiliki kekuatan dan keinginan untuk memikirkan berbagai hal. Pekerjaan sehari-hari mereka menekan mereka, organisasi dan pengaruh dari teman-teman mereka menimbulkan rantai yang tidak terputuskan. Ini adalah the masses (Schumpeter, 2002b, 412-13).

Bagaimanapun, Schumpeter secara jelas menuliskan hal berikut untuk menunjukkan perbandingan terhadap the masses.

Sebuah minoritas orang-orang dengan intelegensia yang lebih tinggi dan imaginasi yang lebih lancer percaya akan kombinasi-kombinasi baru…Kemudian ada minoritas yang lebih kecil – dan orang ini bertindak….Ini adalah jenis yang membenci hedonic equilibrium dan menghadapi resiko tanpa ketakutan. Ia tidak mempertimbangkan implikasi kesalahan yang mungkin terjadi padanya, atau memperdulikan apakah seseorang yang bergantung padanya akan kehilangan miliknya pada masa tua…Saat yang menentukan oleh sebab itu adalah energi dan bukan hanya rekaan (Schumpeter, 2002b)

Pengenalan akan kombinasi-kombinasi dari minoritas ini yang ditandai dengan surplus dari energi pikiran merupakan dasar dari teori Schumpeter mengenai perubahan ekonomi, dan kenyataan ini memberi banyak karakteristik mengenai periode bersejarah. Pada bagian awal dari periode, kemajuan terhenti karena seluruh agen ekonomi telah beradaptasi pada suatu sistem cara, kemudian entrepreneur pertama memulai pencarian energetic dan akhirnya melalui tingkat

Page 10: TEORI SCHUMPETER

kerjasama dengan bantuan banker. Contoh yang terlihat adalah mereka menunjukkan banyaknya proyek tambahan dari entrepreneur, dan efek utama dari proyek ini adalah pertarungan dramatis dengan agen-agen yang menyukai cara-cara rutin. Jika entrepreneur sukses, beberapa anggota dari agen ekonomi menjadi bangkrut dan kehilangan pekerjaannya, sementera yang lain dipaksa untuk beradaptasi. Efek lain dari tindakan entrepreneur adalah sistem ekonomi menjadi begitu terganggu sehingga inovasi selanjutnya melebihi kemampuan dari orang-orang lainnya. Sebaliknya, akhir yang terjadi adalah munculnya sistem rutin yang baru, tetapi site mini menyediakan tempat untuk gelombang baru entrepreneurship dalam epos yang tidak berakhir.

Pemikiran Mengenai Siklus Bisnis/Business Cycles

Teori siklus bisnis memiliki peranan penting karena banyak orang yang mempercayai tentang keberadaanya. Namun kepercayaan ini bukanlah kepercayaannya yang permanen. Pada abad 19, siklus bisnis tidak dipikirkan sebagai siklus-siklus melainkan sebagai krisis-krisis yang menganggu perkembangan perekonomian yang mulus. Di tahun-tahun kemudian, ekonom dan non-ekonom mulai mempercayai berulangnya krisis-krisis tersebut, menganalisa bagaimana mereka dapat dipisahkan dan dihubungkan dengan struktur ekonomi yang berubah.

Secara Alami, tidak semua siklus ekonomi beroperasi dalam ukuran yang sama (the same yardstick). Klasifikasi berikut, yang pada awalnya diciptakan Schumpeter (1939), membedakan mereka berdasarkan durasinya (dasar ke dasar atau puncak ke puncak):

Siklus musiman – dalam setahun Siklus Kitchin – tiga tahunan Siklus Juglar – 9-10 tahunan Siklus Kuznets – 15-20 tahunan Siklus Kondratiev – 48-60 tahunan

Schumpeter juga menggambarkan “empat fase” dari suatu siklus: boom – resesi – depresi – Recovery (Pemulihan) Dimulai dari mean, boom merupakan kenaikan yang berlangsung hingga puncak dicapai; resesi merupakan penurunan dari puncak kembali ke mean. Depresi merupakan penurunan dari mean menuju dasar. Recovery merupakan kenaikan dari suatu dasar kembali ke mean. Dari mean, kita bergerak ke puncak lain yang merupakan awal dari siklus empat fase lainnya. Dalam hal ini, siklus dalam durasi apapun dapat digambarkan dengan empat fase tersebut – jika tidak fluktasi tersebut tidak benar-benar merupakan siklus.

      Kepercayaan dari ahli teori siklus bisnis yaitu bahwa ekonomi melalui gelombang aktivitas perekonomian. Bagaimanapun, apa yang benar-benar menyebabkan perekonomian menimbulkan aktivitas tersebut merupakan sumber dari perdebatan dan pemikiran imaginatif.

      Seperti semua ahli siklus bisnis lama, kita harus terbiasa pada beberapa fakta empiris. Pertama dan yang terpenting, bukti empiris menunjukkan bahwa selama abad 19, tingkat harga naik turun drastis sementara output lebih sedikit terkena fluktuasi. Oleh sebab itu, analisis awal dari ‘siklus-siklus’ didasarkan terutama pada definisi mereka sebagai gerakan tingkat-tingkat harga dan bukan output. Akan tetapi, selama abad dua puluh, selain beberapa pengecualian, apa yang dikatakan siklikal merupakan gerakan dari output pada saat resesi dan depresi, output akan

Page 11: TEORI SCHUMPETER

turun rendah, pada saat recovery dan boom, output akan meningkat. Oleh sebab itu, mendefenisikan siklus atau krisis sebagai gerakan dari output merupakan fenomena yang relatif baru.

Pemikiran mengenai Kapitalisme

Kejatuhan kapitalisme, yang diperkirakan oleh Schumpeter dalam “Capitalism, Socialism and Democracy” dan tidak seperti skema Marx, akan muncul sebagai hasil bukan dari kegagalan melainkan dari kesuksesan dari kapitalisme yang dikaitkan dengan takdir dari elite entrepreneur. Seperti yang dikatakan dalam analisis Max Weber, factor yang menentukan di sini adalah kebangkitan rasionalisme, yang membuat kapitalisme berkembang tetapi dihancurkan oleh serat-serat social yang terkandung di dalamnya.

Perusahaan semakin besar dan tidak lagi memiliki perasaan kemanusiaan, dan dengan skala yang besar tersebut, inovasi hingga sekarang merupakan hak dari pemimpin-pemimpin industri, menjadi depersonalized dan ditransformasi menjadi kegiatan administrasi rutin yang dilakukan oleh orang-orang bergaji daripada penerima keuntungan. Orang-orang yang digaji dan pemegang saham melepaskan properti pribadi dan kebebasan kontrak dari kerugian manajemen: kepemilikan yang dematerialized, defunctionalized tidak menghasilkan komitmen moral sebagaimana yang dilakukan bagian vital dari property.

Lebih lagi, kedudukan politik di atas, kelas lama yang berkuasa seperti aristokarasi, bangswaan dan raja-raja, menciptakan kekuatan politik dalam komunitas bisnis, suatu kelompok yang menurut Schumpeter tidak layak berkuasa karena kurangnya kualitas mistis yang berguna dalam memimpin orang lain. Dalam hal ini, Dorongan Schumpeter terhadap pengalaman continental Eropa dipatahkan, setelah adanya Road to Serfdom (1944) oleh Hayek, karena Hayek memvisualisasikan Negara yang kuat sebagai Negara yang menekan, bukan yang dikekang oleh tradisi demokrasi yang kuat.

Pemikiran Schumpeter mengenai Monopoli, Creative Destruction, dan Evolusi Perekonomian.

            Pujian Schumpeter terhadap entrepreneur juga mewarnai pandangannya terhadap monopoli, dimana ia meminta maaf, juga terhadap ekonomika Keynesian, dimana dia sangat menentang. Dia melihat kekuatan monopoli sebagai insentif yang pas dan reward yang tepat bagi entrepreneur yang berinovasi, yang akan menikmati kekuatan tersebut hanya pada jangka waktu yang terbatas, hingga itu dipatahkan dan digantikan dalam rantai “creative destruction” oleh monopoli dari innovator lainnya.

            Untuk alasan-alasan yang mirip, dan juga karena penolakannya secara umum untuk mengikuti pendapat umum “follow the crowd’, dia tetap menentang implikasi kebijakan dari ide-ide Keynes yang dianggapnya sebagai ancaman pada apa yang baginya tampak sebagai faktor pendorong dalam ekonomi, yaitu inisiatif swasta daripada kebijakan public.

            Pekerjaan Schumpeter membahas evolusi social dan ekonomi, dan dia menuliskan hasilnya dalam buku yang disebut Evolutionary Trilogy: The Theory of Economic Development,

Page 12: TEORI SCHUMPETER

Business Cycles, dan Capitalism, Socialism, dan Democracy. Akan tetapi, masalah dari penelitian masa kini adalah ketidakmampuannya untuk mengintegrasikan analisis-analisis yang ditemukan dalam buku-buku ini. Bahkan, kita cenderung berspesialisasi dalam kerutinan ekonomi dan transformasi inovatif (perkembangan), dalam analisis kuantitatif mengenai evolusi gelombang ekonomi (siklus), atau dalam koevolusi antara kehidupan ekonomi dan kehidupan sosio-politis (Capitalism). Kekuatan utama dari analisis yang dilakukan Schumpeter, sebenarnya hanya bisa diperoleh dengan mengkombinasikan daerah studi lebih sistematis.

            Salah satu contoh utama dari pandangan luas Schumpeter mengenai proses ekonomi tertuang dalam konsepnya mengenai ‘creative destruction‘ atau penghancuran kreatif. Dapat dengan mudah ditunjukkan bahwa konsep tersebut menyebar pada seluruh trilogy evolusi, tetapi dia pertama kali menunjukkan konsep ini secara eksplisit dalam bukunya Capitalism:

      Poin penting untuk dimengerti saat menghadapi kapitalisme yaitu kita berhadapan dengan proses evolusioner…(hal itu merupakan proses) yang terus menerus merevolusi struktur ekonomi dari dalam (from within), senantiasa menghancurkan bagian lama, senantiasa menghasilkan bagian baru. Proses penghancuran kreatif merupakan fakta penting mengenai kapitalisme. Hal itu terkandung dalam kapitalisme dan harus dihadapi kapitalis yang ingin berlanjut (Schumpeter 1942, 82-83)

            Melalui konsep dari proses destruksi kreatif, Schumpeter secara efektif menjauhkan ide standar mengenai perubahan ekonomi. Pertama evolusi ekonomi bukan merupakan proses pertumbuhan sederhana dimana seluruh sektor dalam kehidupan ekonomi berekspansi secara seimbang. Sebaliknya, ditandai oleh kreasi yang baru dan penghancuran produk dan proses lama. Lebih jauh, banyak dari perusahaan yang muncul dan organisasi lain tidak meningkatkan kompetensi secara mulus dan mengganti area spesialisasi mereka. Akibatnya, sering kali mereka lenyap dalam proses evolusioner. Akhirnya, para pekerja yang kehilangan pekerjaan-pekerjaan mereka sering menghadapi tekanan yang berat dan kehilangna kesejahteraan (welfare loss) yang terlihat lebih jelas dari keuntungan jangka panjang dari evolusi kapitalis. Reaksi mereka meliputi tantangan permanent terhadap lembaga kapitalisme. Oleh sebab itu, proses destruksi kreatif merupakan konsep yang merefleksikan perjuangan kompetitif dan focus terhadap reaksi -reaksi pada kehilangan kesejahteraan sementara pada tingkat mikro dan makro.

            Meskipun konsep Schumpeter mengenai proses destruksi kreatif menggambarkan secara efektif pandangnnya mengenai evoulusi capitalist, namun terlalu umum untuk berbicara mengenai destruksi kreatif dalam literature strategi bisnis dan perubahan structural, masih merupakan pertanyaan terbuka apakah hal itu merupakan konsep yang operasional. Oleh sebab itu, Helmstadter dan Perlman (1996, 1) menyatakannya sebagai suatu slogan yang asal-asalan/careless yang sebaiknya tidak diperhitungkan:

            Schumpeter menulis pada tahun 1942 mengenai destruksi kreatif sebagai bagian utama dari kemajuan, namun pada tahun 1947 dia memikirkan kembali slogannya tersebut dan menggantinya sebagai ‘response kreatif’ sebagai ganti destruksi.

            Hal ini, meskipun demikian, mengindahkan fakta bahwa Schumpeter tidak pernah membuang visinya mengenai destruksi kreatif. Dalam tulisan pada tahun 1947, Schumpeter

Page 13: TEORI SCHUMPETER

menekankan respons kreatif karena dia terlibat dalam pendirian Harvard Research Center dalam Sejarah Entrepreneur, tetapi ia masih mempertimbangkannya sebagai suatu akspek terbatas dari keseluruhan proses destruksi kreatif. Kurang dari dua bulan sebelum ia meninggal, di menjawab isu makroskopik mengenai siklus bisnis, dan saat itu ia harus kembali pada keseluruhan proses yang menghasilkan evolusi berbentuk gelombang. Dalam hubungan tersebut, Schumpeter (1949, hal. 326) menyatakan bahwa ‘kita harus meneliti berdasarkan sejarah, proses industri sebenarnya yang menghasilkannya dan dalam melakukannya merevolusi struktur ekonomi yang ada. Oleh sebab itu, ada sedikit keraguan bahwa ia akan terus berfokus pada ‘proses destruksi kreatif yang kita lihat sebagai inti dari kapitalisme’ (Schumpeter 1942, 104).

            Tiga Konsep Berbeda Mengenai Destruksi Kreatif

            Istilah ‘destruksi kreatif’ menjadi ambigu jika dipertimbangkan dalam isolasi dari konteks dimana Schumpeter menggambarkannya. Sebenarnya, kita dapat berpendapat bahwa ada paling sedikit tiga konsep destruksi kreatif tertentu, dan kita dapat menghubungkan konsep-konsep ini atas penemuan Sombart, Simon, dan Schumpeter.

            Makna harafiah dari konsep tersebut menyatakan ‘destruksi’ dalam beberapa aspek memiliki sifat ‘creative’. Sebenarnya, pandangan ini adalah milik Werner Sombar, anggota terkemuka dari German Historical School yang menggunakannya. Dia memakai konsep itu pada buku War and Capitalism, sehingga masalah destruksi menjadi jelas. Mengambil contoh tentang destruksi masal dari hutan Eropa, ia  menyatakan bahwa:

      Dari penghancuran, suatu jiwa kreasi muncul; kurangnya kayu dan keperluan hidup sehari-hari…mendorong penemuan substitutis terhadap kayu, memaksa penemuan substitusi dari kayu, memaksa penggunaan batu bara untuk memanaskan, memaksa penemuan koka untuk menghasilkan besi. Bahwa peristiwa-peristiwa ini memungkinkan perkembangan yang luar biasa dari kapitalisme pada abad 19, tidaklah diragukan oleh orang-orang yang berpengalaman (Sombart, 1913, 207; diterjemahkan oleh Reinert dan Reinert).

            Herbert Simon (1982) memiliki pendapat bahwa bukan destruksi sumber daya sebenarnya tetapi ancaman potensial terhadap keberlangsungan perusahaan yang menyebabkan perubahan dalam cara rutin. Menurut model Simon mengenai cara yang memuaskan, perusahaan-perusahaan mengikuti cara rutin selama mereka mampu mempertahankan performa yang memuaskan. Ketika hal tersebut tidak terjadi, misalkan karena tekanan kompetitif, mereak mulai pencarian inovatif maupun imitative untuk cara yang lebih baik. Jika sukses, mereka membuang cara lama mereka dan akibatnya mereka menghindari destruksi/kerusakan organisasi. Pandangan ini nampaknya sesuai dengan transformasi yang disebutkan mengenai cocok tanam masyarakat belanda pada abad Sembilan belas.

            Sedangkan menurut Schumpeter, kreasi merupakan kejadian yang relatif independen dan bukan merupakan response adaptif terhadap kekurangan atau tekanan lainnya. Oleh sebab itu, inoveasi enterepreneur muncul pertama kali, dan pengenalannya terhadap cara sistem ekonomi yang menyebabkan destruksi dari cara lama. Formulasi Schumpeter mengenai konsep destruksi kreatif dapat dihubungkan dengan skema analitis dari evolusi ekonomi yang dia formulasikan

Page 14: TEORI SCHUMPETER

dalam Pembangunan dan Siklus. Menurut skema ini, evolusi dari cara perekonomian cenderung terjadi melalui rentetan kejadian-kejadian:

Initial equilibrium: titik awal analitik merupakan sistem perekonomian yang didasarkan pada Cara yang solid. Sistem ini diasumsikan memiliki equilibrium yang membiarkan agen ekonomi beroperasi dalam cara yang dibiasakan dari tahun ke tahun.

Inovasi: Equilibrium awal hancur ketika beberapa innovator memulai perusahaanya. Hal ini menciptkan kenaikan /upswing perekonomian, namun secara perlahan arus inovasi menghilang karena kurangnya ketrampilan inovasi dan kesulitan untuk berinovasi dalam kondisi yang diluar equilibrium awal.

Ekuilibrium yang dibaharui melalui destruksi kreatif: Pada akhirnya, keinginan besar untuk berinovasi tidaklah cukup untuk mempertahankan kenaikan. Penurunan mempertajam proses kompetitif dalam destruksi kreatif, dimana banyak perusahaan tua dipilih dari sistem ekonomi sedangkan yang lain bertahan dari cara lama yang merusak. Pada akhirnya, sistem cara yang dibaharui dan telah bertahan muncul.

Evolusi ekonomi sebagai proses destruksi kreatif: Evolusi ekonomi dari sistem cara terdapat dalam equilibria yang dibiasakan dan kerusakan inovatif yang menantang cara tersebut. Proses in menciptakan reaksi sosio-politis yang mungkin mengubah secara radikal fungsi masa depannya.

            Ringkasan dari skema Schumpeter mengenai evolusi ekonomi menunjukkan bahwa dia benar-benar hanya memiliki dua konsep yang berhubungan. ‘Destruksi kreatif’ adalah memilih dari perusahaan-perusahaan atau cara-cara mereka dengan tekanan dari inovasi. ‘Proses destruksi kreatif’ merupakan kombinasi dari seleksi ini dan aktivitas inovatif yang mendorong proses tersebut. Oleh sebab itu, konsep yang luas merupakan sinonim dari evolusi ekonomi yang menekankan karakternya yang dipengaruhi oleh konflik.

Pemikiran Schumpeter mengenai Koevolusi Perekonomian dan Sistem Sosio-Politik

            Sebelum Schumpeter menyelesaikan buku Cycles, dia menerima surat menanyakan mengenai studinya yang berorientasi sosiologis mengenai tujuan kapitalisme. Surat ini secara spesifik menanyakan tentang paragraph terakhir mengenai tulisannya mengenai ‘The Instability of Capitalism‘. Di sini Schumpeter (1982, 395) menekankan:

      Tidak ada hal apapun yang ditulis dalam paper selain fakta-fakta ekonomi dan masalah-masalahnya. Diagnosa yang ada, oleh sebab itu, tidak lebih dari cukup sebagai dasar dari prediksi daripada diagnosa dokter mengenai efek bahwa seseorang tidak memiliki kanker merupakan suatu dasar prediksi bahwa ia akan hidup selamanya. Kapitalisme, sebaliknya, dalam suatu proses transformasi menjadi sesuatu yang lain.

            Pertanyaan mengenai bagaimana cara untuk mempelajari proses transformasi, dan Schumpeter (2000, 309) menjawab bahwa meskipun dia tidak pernah melakukan analisis secara detail, dia telah ‘secara berulang-ulang berpikir mengenai hal itu dan membicarakannya dalam berbagai kesempatan. Lebih jauh, proyeknya dalam Cycles telah mendorongnya untuk bergerak maju:

Page 15: TEORI SCHUMPETER

      Bahwa jika seseorang berpikir mengenai siklus-siklus bisnis sebagai bagian tipikal dari evolusi kapitalis dan jika seseoran gmelihat dalam gerakan jangka panjang, yang kadang kala disebut revolusi industri, sebagai suatu jenis siklus, adalah alami untuk menghubungkan fenomena siklikal secara praktis dari seluruh ilmu ekonomi dan sosiologi dari masyarakat kapitalis (Schumpeter 2000, 309).

            Konsep destruksi kreatif dapat dipandang sebagai alat utama Schumpeter untuk menghubungkan ilmu ekonomi dan sosiologi dari masyarakat kapitalis. Argumennya yang terkenal yaitu bahwa meskipun konsekuensi dari proses evolusioner adalah kenaikan dari standar umum kehidupan, masalahnya yaitu reaksi sosio-politis terhadap kehilangan dan peroleh yang tiba-tiba. Reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh kenyataan bahwa kapitalisme masih meliputi instabilitas dari destruksi kreatif. Orang-orang yang kehilangan cenderung bereaksi dengan kebencian yang kuat dan melupakan isu dari perolehan jangka panjang. Reaksi sejenis itu mendorong pada gerakan pekerja, dan didukung oleh para intelektual dimana kekerasan meningkat atas setiap pencapaian dari evolusi kapitalis.

            Orang-orang yang memperoleh keuntungna dari destruksi kreatif, sebaliknya, tidak dipandang sebagai penahan yang efektif. Menurut Schumpeter entrepreneur dan kapitalis tidak penah menjadi penahan semacam itu, sehingga sistem kapitalis bertahan karena dukungan dari kelas lain seperti sisa-sisa dari feudalism, tetapi ‘strata yang menjaga’ ini telah dihancurkan (Schumpeter, 1942, 135-139). Lebih jauh, kekuatan pendorong dari evolusi ekonomi cenderung kehilangan kemampuannya. Perusahaan yang dikelola pemiliknya dan keluarga borjuis yang bersifat paternalistik -dengan keinginan jangka panjang mengenai keberadaan anak cucunya – mulai terpisah-pisah, dan ini mengurangi motivasi untuk kegiatan entrepreneur. Perusahaan besar mungkin tampak sebagai pengganti yang baik yang cenderung mengotomatisasi kemajuan’, tetapi itu juga ‘menggantikan entrepreneur dan mengkoroupsi borjuis. Oleh sebab itu, menjadi jelas bahwa para pelari sosialisme bukanlah intelektual atau demonstran yang mengkhotbahkannya melainkan Vanderbilts, Carnegies dan Rockefellers.

            Schumpeter menulis mengenai unsur-unsur ini dalam analisisnya mengenai pelemahan proses destruksi kreatif secara tiba-tiba setelah Great Depression dan selama Perang Dunia II, sehingga perspektif yang begitu suram dapat dimengerti. Meskipun demikian, banyak yang mencoba untuk menguji validitas dari prediksi Schumpeter.

            Deviasi dari pendapat yang diterima umum juga menggambarkan banyak halaman dari sejarah yang yang dipaparkan Schumpeter, dan muncul dalam History of Economic Analysis (1954). Pekerjaan ini dilakukan dengan pengetahuan yang sangat khusus, sangat jarang bahkan di awal standard di mana Ekonom lebih mampu mempelajari buku dari pada tehnik matematika daripada masa modern. Karya itu hanya dapat ditandindingi oleh kontribusi Hayek terhadap sejarah ide-ide dan Studies in theory of international trade (1937) karya Jacob Viner.

Page 16: TEORI SCHUMPETER

http://susilowati.staff.umm.ac.id/files/2011/03/BAB-V.pdf

TEORI SCHUMPETER Joseph Alois Schumpeter pertama kali mengemukakan teori pertumbuhan ekonominya dalam buku Theory of economic Development yang terbit di Jerman tahun 1911, yang kemudian diuraikan dan direvisi dalam Business Cycles tahun 1939 dan Capitalism, Sosialicism, and Democracy pada tahun 1942 tanpa ada perubahan yang berarti. Menurut Schumpeter perkembangan ekonomi bukan merupakan proses yang haromonis ataupun gradual, tetapi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus (discontinous), yaitu merupakan gangguan-gangguan terSadap keseimbangan yang telah ada. Perkembangan ekonomi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Salah satu pendapat Schumpeter yang penting, adalah keyakinannya bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun demikian menurut Schumpeter dalam jangka panjang ia merasa pesimis karena dalam jangka panjang kapitalis akhirnya akan mengalami keadaan tidak berkembang atau kemandegan (stagnation). Menurut Schumpeter pertambahan pendapatan negara dari masa ke masa perkembangannya sangat tidak stabil dan keadaannya ditentukan oleh besarnya kemungkinan untuk menjalankan pembentukan modal yang menguntungkan yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Dengan demikian proses pembangunan ekonomi akan mengalami kemakmuran dan depresi silih berganti.

Pembangunan ekonomi menurutnya sangat ditentukan sekali oleh adanya inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan entrepreneur, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisir dan mengembangkan faktor-faktor produksi lainnya untuk menciptakan barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat. Mereka merupakan golongan masyarakat yang menciptakan inovesi atau pembaharuan dalam perekonomian. Inovasi atau pembaharuan itu dapat berupa :

1. Memperkenalkan suatu barang baru

2. Penggunaan cara baru dalam memproduksi sesuatu barang.

3. Memperluas pasar

4. Mengembangkan sumber bahan mentah yang baru.

5. Mengadakan reorganisasi dalam suatu perusahaan atau industri.

Dalam perekonomian Schumpeter membedakan antara pimpinan perusahaan dan pemilik modal. Masing-masing mempunyai kedudukan yang berbeda. Pimpinan perusahaan atau manager hanya memimpin kegiatan memproduksi dalam suasana struktur organisasi dan teknik memproduksi yang tidak berubah. Sedang pemilik modal adalah mereka yang menyediakan modal untuk digunakan oleh para pengusaha untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan dan melahirkan adanya suatu inovasi.

a. Proses Pembangunan Ekonomi

Schumpeter memulai analisanya dengan memisalkan bahwa pada awalnya perekonomian dalam keadaan tidak berkembang atau mengalami stationary. Artinya dalam perekonomian tersebut tidak terdapat perkembangan penduduk, tidak terdapat penanaman modal baru dan adanya suatu pengangguran. Dalam keadaan seperti itu ada suatu kemungkinan untuk dapat melakukan suatu

Page 17: TEORI SCHUMPETER

pembaharuan (inovasi) yang menguntungkan. Keadaan ini didasari oleh pengusaha dan mereka mulai meminjam modal ke pemilik modal dan menggunakannya untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan. Pada awalnya hanya sedikit saja pengusaha yang melaksanakan pembaharuan ini, akan tetapi lama kelamaan akan diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya yang pada akhirnya akan tercipta kegiatan yang sangat aktif dalam penanaman modal dan hal ini akan mengakibatkan terciptanya tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi. Kegiatan perekonomian yang tinggi akan mempertinggi pula pendapatan masyarakat dan menaikkan tingkat konsumsi mereka. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk memperbesar tingkat produksinya dan mengadakan penanaman modal baru. Schumpeter membagi ada dua jenis penanaman modal, yaitu :

1. Penanaman modal otonomi (autonomous investmen)

2. Penanaman modal terpengaruh (induced investmen)

Penanaman modal otonomi ditentukan oleh perkembangan ekonomi dalam jangka panjang, terutama oleh penemuan kekayaan alam yang baru dan kemajuan teknologi. Dengan demikian penanaman modal otonomi adalah penanaman modal untuk pembaharuan-pembaharuan. Penanaman modal terpengaruh adalah penanaman modal yang dilakukan sebagai akibat adanya kenaikan dalam produksi, pendapatan, penjualan atau keuntungan-keuntungan perusahaan.

b. Proses Terjadinya Depresi

Sesuai dengan ramalan Schumpeter bahwa dalam jangka panjang perekonomian akan mengalami apa yang dinamakan depresi. Proses terjadinya depresi itu atas tiga hal :

1. Usangnya fungsi pengusaha

2. Runtuhnya rangka kehidupan kapitalis

3. Runtuhnya golongan politikus Pengusaha dalam perekonomian merupakan orang yang selalu melakukan pembaharuan-pembaharuan. Ia merupakan pendorong bagi perkembangan suatu perekonomian. Seiring dengan itu terdapat kemajuan di bidang teknologi yang dapat dilakukan oleh para ahli yang ada dalam suatu industri yang besar. Dengan demikian semua kegiatan dan pemasaran yang baru sudah diatur sepenuhnya. Inovasi tidak lagi sepenuhnya dilakukan oleh pengusaha tetapi sudah dilakukan oleh seorang manager perusahaan. Lama-lama pengusaha tidak lagi mempunyai peranan yang berarti dalam perekonomian, karena sekarang mereka justru bergantung pada manager perusahaan dan mereka diberi upah. Dengan adanya kemajuan-kemajuan ekonomi akan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat dan menghilangkan peranan seorang perusahaan dalam perekonomian. Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perkembangan ekonomi akan menyebabkan kegitan pembaharuan dan pengembangan teknologi menjadi peristiwa yang rutin yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar dengan dipimpin

Page 18: TEORI SCHUMPETER

oleh seorang manager yang terdidik. Dengan demikian akan mengakibatkan peran pengusaha semakin berkurang.

2. Pembangunan ekonomi akan menghancurkan rangka dasar institusional sistem kapitalisme. Dengan adanya modernisasi akan menciptakan perusahaan-perusahaan raksasa yang dipimpin oleh seorang manager yang profesional. Mereka mempunyai sikap sebagai

pegawai yang digaji dan bukan bersifat sebagai pengusaha yang inovatif. Sedang para pemilik perusahaan dalam kegiatan sehari-hari sangat terpisah dengan kegiatan perusahaan.

3. Akhirnya pembangunan ekonomi akan menyebabkan sistem politik dan pemerintahan yang menjadi dasar dari sistem kapitalis yaitu sistim kerajaan dan tuan tanah mengalami kehancuran dan digantikan oleh sistem pemerintahan dan politik yang dikuasai oleh saudagar, pemilik modal dan industrialis. Di samping faktor tersebut di atas, terdapat pula faktor lain yang akan membantu kehancuran kapitalis, yaitu timbulnya kritik terhadap sistem sosial politik yang ada. Kritik tersebut terutama datang dari kaum cendikiawan yang jumlahnya berkembang dengan pesat sebagai akibat dari berkembangnya pendidikan. Disamping itu bersatunya kaum buruh yang bersama kaum cendikiawan mengkritik dan menghancurkan sistem kapitalis. Mereka merupakan golongan yang anti kapitalis. Dengan demikian sistem feodal mulai tergoyahkan, peran raja-raja dalam perdagangan mulai berkurang. Perkembangan pemikiran yang rasional dan kehidupan keluarga, yaitu anggota keluarga menjadi bertambah sedikit dan mengurangi keinginan untuk menciptakan dinasti keluarga. Akibatnya keinginan untuk mengumpulkan harta bertambah lemah dan selanjutnya mengurangi keinginan para pengusaha untuk menciptakan pembaharuan.