Upload
mulyono-aba-athiya
View
258
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
1/18
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
2/18
2
CRRT adalah sebuah proses ekstrakorporeal ketika darah dipindahkan dari
kateter lumen arteri dengan pompa peristaltik darah dan didorong melalui sebuah
membran semipermeabel sebelum dipompakan kembali ke pasien melalui kateter lumen
vena. Kateter tersebut ditempatkan pada vena subklavia, vena jugular interna, atau vena
femoralis. Ketika darah melewati membran (hemofilter atau dializer), elektrolit dan
sampah-sampah berukuran kecil dan sedang dikeluarkan dari darah dengan cara
konveksi dan difusi. Pengeluaran cairan dicapai dengan ultrafiltrasi pada laju yang tetap
setiap jam dan kontinyu.4
CRRT menyerupai fungsi ginjal dalam pengaturan air, elektrolit dan sisa
pembuangan secara kontinyu, memindahkan cairan dan zat terlarut (solute) secara
perlahan-lahan dalam 24 jam untuk beberapa hari. Oleh karena pemindahan cairan pada
CRRT lebih lambat bila dibandingkan intermitten hemodialysis (IHD), maka CRRTmerupakan terapi ideal bagi pasien-pasien kritis dengan kondisi yang tidak stabil.
Pemindahan cairan yang lebih lambat dengan volume yang kecil pada beberapa jam
atau hari pada CRRT dapat meningkatkan stabilitas hemodinamik dibandingkan dengan
IHD.5,6
Tabel 1. Perbandingan CRRT dengan IHD
Pedersen et.al telah membuktikan penggunaan CRRT memberikan manfaat terapi pada
pasien cedera ginjal akut ( acute kidney injury / AKI). Dari 36 anak yang mengalami
sakit kritis, 39 % mengalami kematian. Diagnosis utamanya adalah sepsis dengan multi
organ failure. 80 % mulai menjalani CRRT saat mengalami anuri/oliguri, azotemia yang
tinggi, dan overload cairan. Dari 22 pasien yang selamat, delapan mengalami gagal
ginjal yang berlanjut setelah keluar dari PICU. CRRT terbukti merupakan terapi efektif
pada keadaan hemodinamik yang tidak stabil dengan AKI. 7
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
3/18
3
II. PRINSIP DASAR CRRT
Untuk memahami CRRT perlu memahami prinsip dari bersihan darah melalui sebuah
membran semi permeabel. Mekanisme transport cairan dan solute (zat terlarut)
dilakukan melalui membran dengan cara difusi, konveksi dan ultrafiltrasi. 6,8
Difusi, Konveksi dan Ultrafiltrasi
Difusi, adalah pergerakan solute melewati suatu membran berdasarkan perbedaan
konsentrasi, untuk mecapai konsentrasi yang sama di ruang distribusi yang tersedia
pada tiap sisi. Hasilnya adalah aliran solute dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah (Gambar 1). 6,8
Gambar 3. Proses difusi
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
4/18
4
Konveksi merupakan pergerakan solute melalui membran semipermeabel yang
berhubungan dengan ultrafiltrasi dan air yang melewati membran. Poripori membran
merupakan faktor penentu dari pergerakan solute selama terapi pembersihan darah
(blood purification). Konveksi dapat menggerakkan molekul yang besar jika aliran air
yang melalui membran cukup deras. Semakin cepat aliran yang melalui membran,
molekul yang lebih besar dapat ditransport. 6,8
Gambar 4. Proses ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah suatu proses plasma dan kristaloid dipisahkan dari darah
melalui suatu membran semipermeabel sebagai respons terhadap perbedaan tekanan
transmembran. (Gambar 2) Proses ini diperoleh dari persamaan berikut :
Qf = Km x TMP
Qf = Kecepatan ultrafiltrasi (ml/menit)Km = Koefisien membrane ultrafiltrasi(QfTMP)
TMP = Perbedaan tekanan transmembran
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
5/18
5
Gambar 5. Tekanan transmembran
http://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htm
Tekanan hidrostatik pada kompartemen darah tergantung pada aliran darah.
Makin besar laju aliran darah, tekanan transmembran akan makin besar. Demikian juga
ukuran yang menaikkan tekanan negatif pada kompartemen ultrafiltrat dari membran,
juga akan meningkatkan ultrafiltrasi, seperti halnya ukuran yang menurunkan tekanan
onkotik plasma (misalnya predilusi, pemberian cairan pengganti sebelum filter). Ketika
ultrafiltrasi berlangsung dan plasma di-ultrafiltrasi, tekanan hidrostatik akan hilang dan
tekanan onkotik akan naik. 8
Hubungan antara tekanan transmembran dan tekanan onkotik menentukan fraksi
filtrasi, yaitu fraksi plasma yang dikeluarkan dari darah selama hemofiltrasi. Filtrasi
filtrat optimal pasien dengan hematokrit rata-rata 30% adalah dalam interval 20-25%.
Hal ini untuk mencegah hemokonsentrasi yang berlebihan pada outlet filter.6
Membran Filter8
Terdapat 2 tipe membran yang digunakan yaitu membran selulosa, yaitu membran
dengan low flux dan sangat tipis, mempunyai sturktur simetris dengan pori-pori yang
uniformdan bersifat hidrofilik; membran sintetik, yaitu membran dengan dinding yang
tebal antara 40 dan 100 mikron dengan suatu struktur asimetrik terdiri dari lapisan
bagian dalam dan suatu lapisan yang dikelilingi sponge (busa), membran ini
mempunyai pori besar (10.000-30.000 Dalton) dan bersifat hidrofobik. 5,8
Permeabilitas membran yang tinggi dan pori-pori berukuran besar memberikan
bersihan yang baik dari solute dengan berat molekul kecil dan substansi yang lebih
besar, melebihi ukuran maksimal pori. Substansi dengan berat molekul rendah (< 0,5
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
6/18
6
KD) adalah urea, elektrolit, vitamin dan obat-obat tertentu. Substansi dengan berat
molekul besar seperti albumin, sel darah merah dan sel darah putih serta obat-obat yang
terikat dengan protein tidak dapat melalui membran hemofilter (50 KD) karena ukuran
yang besar.5,8 Keuntungan lain dari dialiser permeabilitas tinggi dan hemofiltrasi adalah
kemampuan untuk mengeluarkan sitokin atau menurunkan konsentrasinya dengan
adsorpsi pada membran. 5
Gambar 6.Gambaran skematis filter hemodialisa
http://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htm
Gambar 7.Perbandingan berat molekul berbagai zat yang melewati filter hemodialisa
http://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htm
http://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htmhttp://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htmhttp://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htmhttp://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htmhttp://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htmhttp://www.lhsc.on.ca/Health_Professionals/CCTC/elearning/crrt/crrt.htm8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
7/18
7
Adapun indikasi potensial untuk dilakukan CRRT adalah :10,11,12
1.
Oliguria ( 300 mmol/L)
6. Edema paru
7.
Ensefalopati uremik
8. Perikarditis uremik
9. Neuropati atau miopati uremik
10.
Disnatremia berat ( Na > 160 mmol/L atau < 115 mmol/L)
11.
Hipertermia12.
Overdosis obat yang terfiltrasi ( litium, vancomisin, prokainamid)
13.Anasarka
14.Gagal jantung yang resisten diuretik
15.
Pemberian produk darah yang banyak
Ket : ada satu kriteria diia atas cukup untuk memulai RRT. Secara bersamaan ada dua
kriteria, sangat disarankan. Ada tiga kriteria inisiasi RRT harus dilakukan. Pada semua
kasus, sebaiknya dilakukan CRRT
Indikasi CRRT pada anak :10
Gagal ginjal akut yang mengalami oligo atau anuria atau telah terjadi
hipervolemia
Gagal organ multipel
Sindroma sepsis
Hiperammonia
Kelainan metabolik bawaan
Hipervolemia yang tidak berespon pada diuretik
Keracunan
Kombinasi terapi pada ECMO dan terapi sulih hati
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
8/18
8
III. KEUNTUNGAN CRRT9,11
CRRT mengeluarkan cairan dengan kecepatan rendah akan menyebabkan
keseimbangan cairan menetap pada kondisi hemodinamik tidak stabil,pasien-
pasien kritis yang berkaitan dengan kondisi penyakitnya, misalnya infark
miokard, ARDS, septikemia, kelainan darah.
Kontrol yang baik terhadap azotemia, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
Pada pasienpasien katabolik, pengeluaran urea efektif untuk mengendalikan
azotemia.
Efikasi dalam pengeluaran cairan pada kondisi tertentu seperti edema paru pasca
bedah, ARDS dan lainnya.
CRRT membantu pemberian nutrisi parenteral dan obat-obat intravena seperti
vasopresor atau inotropik.
Hemofiltrasi efektif menurunkan tekanan intrakranial bila dibandingkan dengan
hemodialisis intermiten.
Pengeluaran mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, TNF-a.
IV. KERUGIAN CRRT9,11
Membutuhkan pemantauan hemodinamik dan keseimbangan cairan.
Infus dialisat reguler.
Antikoagulan yang kontinyu.
Pasien imobilisasi.
Lebih mahal dari hemodialisis intermiten.
V. TIPE CRRT
CRRT memiliki tipe yang beragam, sesuai dengan akses vaskuler, peralatan yang
diperlukan teknik tersebut, mekanisme untuk bersihan air atau zat terlarut, dankebutuhan untuk mengganti cairan.
Slow Continuous Ultrafi ltration5,6,9
Slow continuous ultrafiltration (SCUF) adalah terapi hemofiltrasi yang digunakan
khusus untuk mengeluarkan cairan dan pasien tidak azotemia serta refrakter terhadap
diuretik seperti edema paru, sepsis, gagal jantung dan ARDS. Terapi ini tidak
menggunakan dialisat atau cairan pengganti.
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
9/18
9
Gambar 8.SCUF
Continuous Venovenous Hemofi ltr ation5,6,9
Continuous venovenous hemofiltration (CVVH) merupakan teknik venovenous,
ultrafiltrat yang dihasilkan selama melintasi membran digantikan sebagian atau
seluruhnya dengan cairan pengganti yang tepat untuk mencapai bersihan darah dan
mengendalikan volume. Terapi ini diindikasikan untuk uremia atau asidosis berat atauketidakseimbangan elektrolit dengan atau tanpa kelebihan cairan. Konveksi dan
ultrafiltrasi digunakan untuk mengeluarkan sisa pembuangan.
Gambar 9.CVVHF
https://sites.google.com/site/crrtinfo/CVVHFDiagram.jpghttps://sites.google.com/site/crrtinfo/SCUFDiagram.jpghttps://sites.google.com/site/crrtinfo/CVVHFDiagram.jpghttps://sites.google.com/site/crrtinfo/SCUFDiagram.jpg8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
10/18
10
Continuous Venovenous Hemodialysa5,6,9
Pada teknik continuous venovenous hemodialysa (CVVHD), difusi dan ultrafiltrasi
digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme. Cairan yang digunakan dikenal
sebagai cairan dialisat, yaitu cairan kristaloid yang berisi elektrolit, glukosa, dan buffer.
CVVHD serupa dengan hemodialisis dan efektif mengeluarkan substansi dengan berat
molekul berukuran kecil sampai sedang.
Continuous Venovenous Hemodiafil tration9,12
Pada continuous venovenous hemodiafiltration (CVVHDF)digunakan difusi, konveksi
dan ultrafiltrasi untuk mengeluarkan sisa metabolisme dan air. Tujuan terapi konveksi
untuk berat molekul berukuran sedang dan terapi difusi untuk mengeluarkan substansi
dengan berat molekul kecil.Cairan pengganti dapat diberikan pre-dilusi atau pre-filter yang akan
mengurangi bekuan filter dan dapat diberikan pada laju yang lebih cepat dari cairan
pengganti yang diberikan post-filter. Laju cairan pengganti adalah 1.000-2.000 mL/jam.
Laju yang lambat tidak akan efektif untuk pengeluaransolutesecara konveksi.
Gambar 10.CVVHDF
Slow Low-efficiency daily dialysis (SLEDD) dan Slow Low-efficiency daily
diafiltration(SLEDD-f)
Teknik ini cukup popular dalam RRT, menyerupai teknik IHD untuk menghasilkan
solute yang sama tetapi dilakukan lebih lama, yaitu sekitar 8 jam per hari.
https://sites.google.com/site/crrtinfo/Hemodialysis_schematic.gif8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
11/18
11
Hemodinamik selama tindakan lebih stabil dengan harga yang lebih murah dari tipe
CRRT yang lain. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa CRRT lebih unggul untuk
mengatasi AKI di ICU, dibandingkan dengan SLEDD oleh karena lebih banyak
konveksi yang dapat dilakukan. Hal ini menyebabkan dikembangkannya teknik baru
yaitu SLEDD-f yaitu melakukan hemodiafiltrasi seperti CVVHDF yaitu melakukan
bersihan molekul kecil dan sedang, tetapi dilakukan dalam waktu seperti SLEDD
sehingga harganya juga lebih murah dibandingkan CRRT. 13
Pemilihan CRRT untuk tatalaksana pasien dengan penyakit kritis dapat dilihat
pada tabel 3.Patensi sirkuit ekstrakorporeal membutuhkan penggunan antikoagulan
secara kontinyu, yang akan menambahkan risiko komplikasi perdarahan dan
membutuhkan pemantauan. 4
Priming sirkuit dilakukan dengan 2 liter NaCl 0,9% dan 20.000 U heparin,secara bermakna menyebabkan adsorpsi heparin ke permukaan hemofilter, tampaknya
menurunkan kebutuhan heparin selama CRRT. Antikoagulan heparin regional dengan
netralisasi protamin dengan rasio 100:1bertujuan meminimalkan efek heparin secara
sistemik. Metode ini membutuhkan pemantauan untuk mengoptimalkan rasio heparin
protamin. 4
VII. CRRT KONVENSIONAL
Beberapa data yang menetapkan bersihan konveksi lebih baik bila dibandingkan dengan
bersihan difusi. Substansi dengan berat molekul sedang (peptida) dan berat molekul
besar seperti vankomisin lebih baik dikeluarkan secara konveksi. Beberapa molekul
yang berimplikasi pada sepsis dan disfungsi organ multipel dikategorikan dalam berat
molekul sedang, dan terapi konveksi lebih bermanfaat dalam terapi adjuvantpada syok
septik.14
Ricci dkk melaporkan penggunaan filter poliakrilonitrit pada CVVH dan
CVVHD dengan dosis 35 ml/kg/jam dapat mengeluarkan solute ukuran kecil dan
sedang. 15
Kellum dkk menunjukkan bahwa meskipun CVVH lebih baik dibandingkan
CVVHD dalam menurunkan TNF plasma, ternyata tipe bersihan ini tidak
mempengaruhi konsentrasi plasma IL-6, IL-10, L-selectin atau endotoksin.14
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
12/18
12
Tabel 2. Pemilihan CRRT untuk pasien-pasien dengan penyakit kritis
Tabel 3. Patensi sirkuit ekstrakorporeal membutuhkan penggunaan antikoagulan secara
kontinyu
High-volume Hemofil tration
Adanya pembatasan pada disain pompa, laju aliran selama CRRT secara tradisional di
Amerika direstriksi sampai 2 L/jam atau kurang. Akan tetapi Ronco dkk melaporkan
CRRT dengan dosis yang lebih tinggi (35ml/kg/min) memberikan survivalyang lebih
tinggi pada pasien AKI dibandingkan dengan dosis konvensional (20ml/kg/min).
Peningkatan dosis lebih tinggi (45ml/kg/min) tidak banyak membantu. Ultrafiltrasi
dengan dosis 35 ml/kg/min meningkatkan angka survival dari 40% menjadi 57%
dibandingkan dengan dosis 20ml/kg/min.1,9
Coupled Plasma Fil tration Adsorbtion
Teknik spesifik lainnya yang ditargetkan untuk mengeliminasi mediator sepsis pada
pasien kritis adalah coupled plasma filtration adsorbtion (CPFA). Teknik ini
memisahkan plasma dari darah dengan menggunakan filter plasma dan kemudian
plasma yang disaring melalui suatu cartridge resin sintetik masuk kembali ke dalam
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
13/18
13
darah. Filter kedua dapat ditambahkan untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dan
sisa metabolisme dengan berat molekul kecil.
Penggunaan membran yang lebih terbuka (plasma filter) berpasangan dengan
adsorpsi akan meningkatkan kapasitas sistem adsoprsi dan mencapai bersihan mediator
inflamasi nonspesifik lebih tinggi. Pengeluaran mediator proinflamasi dan antiinflamasi
yang bermakna dansurvivaldicapai dengan menggunakan teknik tersebut telah terbukti
pada model sepsis pada hewan. Ronco dkk menunjukkan pentingnya keuntungan
psikologik (hemodinamik stabil dan respons monosit) dengan menggunakan teknik ini
pada pasien sepsis. Adsorpsi yang bekerja luas memiliki keuntungan yang bermakna
melebihi hemofiltrasi dan lebih sederhana diaplikasikan daripada plasmaferesis. 3,14
TATALAKSANA MELAKUKAN CRRT DI PICU
6,16
Tahap 1 : Pemilihan dan pemasangan akses vaskuler yang sesuai.
Pada CVVH, akses terpilih terdiri dari v.jugularis interna, v.femoralis interna,
v.femoralis, v.subclavia (pada anak besar atau v.umbilikaslis pada neonatus atau
melalui sirkuit ECMO).6,16
Gambar 10. Akses vaskuletr yang sesuai untuk CRRT
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
14/18
14
Tabel 5. Pemilihan jenis dan ukuran kateter
Tahap 2 : Menentukan pompa aliran darah6,16
Laju aliran darah disesuaikan dengan usia dan berat badan pasien
Laju aliran darah bervariasi tiap pasien, rata-rata 5 ml/menit/kg.
Tahap 3 : Menentukan membran ukuran filter6,16
Pilih membran yang kompatibel
Tahap 4 : Priming6,16
Dilakukan heparinisasi dengan menggunakan heparin 5000 unit/L. Pilihan
antikoagulan terdiri dari heparin dan sitrat. Kerugian CRRT adalah karena
antikoagulan harus diberikan kontinu.
Beberapa pasien membutuhkan priming darah untuk mencegah
hipotensi/hemodilusi.
Volume priming 10-15 % volume darah pasien
Darah yang sering digunakan adalah PRC.
Tahap 5 : Menentukan modus CRRT sesuai dengan tujuan terapi6,16
Jenis CRRT disesuaikan dengan tujuan terapi.
Klirens pada molekul yang sedang dan besar ditingkatkan dengan konveksi.
Tahap 6 : Menentukan dosis6,16
Laju aliran darah 3-5 ml/kg/menit
Penggantian cairan 2000 ml/jam/1.72 m2BSA
Dialisat 2000 ml/jam/1.73 m2BSA
Kecepatan pembuangan cairan 0.5-2.0 ml/kg/jam
Tahap 7 : Menentukan laju ultrafiltrasi6,16
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
15/18
15
Dibatasi oleh jenis hemofilter yang dipakai dan aliran darah yang tercapai masuk
ke sirkuit
Untuk menghindari pembentukan bekuan filtrasi maka laju ultrafiltrasi/laju
aliran plasma harus
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
16/18
16
1. Komplikasi kateterisasi : 13 orang mengalami komplikasi kateterisasi yang
meliputi hematom pada tempat punctie, perdarahan, gangguan drainase vena
ekstremitas bawah, posisi akses vena jugular yang tidak tepat, .Pada penelitian
tersebut tidak dirtemukan komplikasi pneumothoraks. Peneliti menyebutkan
tidak satupun dari komplikasi kateterisasi tersebut yang menyebabkan kematian.
2. Hipotensi saat dilakukan CRRT : 72 penderita mengalami hipotensi pre CRRT
yang mengakibatkan prognosis mortalitas lebih tinggi. Sebanyak 52 penderita
mengalami hipotensi segera setelah terhubung dengan CRRT. Peneliti
menyebutkan penggunaan priming koloid maupun tranfusi darah dapat
dilakukan untuk mengurangi hipotensi. Albumin 5 % lebih disukai daripada
tranfusi darah bila Hb tidak terlalu rendah.
3.
Perdarahan : ditemukan pada 18 penderita meskipun jumlah trombosit tidakberbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami
komplikasi. Perdarahan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : gangguan
koagulasi, gangguan perfusi jaringan akibat penyakit yang mendasari, gangguan
koagulasi karena pemberian antikoagulan pada sirkuit. Penderita yang
mengalami perdarahan menunjukkan tingkat mortalitas lebih tinggi.
4. Gangguan elektrolit : Pada penelitian ini disebutkan adanya komplikasi
hiponatremi, hipokloremia, dan dan hipofosfatemi yang memerlukan
penggantian baik dengan cairan pengganti maupun suplementasi intravena.
Komplikasi lain yang dapat ditemukan pada pelaksanaan CRRT adalah :
Teknis: sirkuit tersumbat, sirkuit pecah, kateter dan sirkuit terlipat, insufisiensi
aliran darah, jalur kateter tidak tersambung, emboli udara
Klinis: infeksi dan sepsis, reaksi alergi, hipotermia, kehilangan nutrien,
insufisiensi blood purification, dan aritmia.
PROGNOSIS
Hui dkk dalam penelitian kohort terhadap 37 bayi dan anak dengan rata-rata
usia 7.9 tahun (SD : 6.4 tahun; rentang : 6 bulan-18 tahun) tentang faktor-faktor
prognostik yang mempengaruhi kelangsungan hidup anak-anak yang mendapat terapi
pengganti ginjal berkelanjutkan menyebutkan secara keseluruhan kelompok non-
survivor memiliki proporsi yang lebih tinggi mengalami kegagalan multiorgan,
overload cairan pre-CRRT lebih berat, asidosis metabolik lebih berat, penggunaan
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
17/18
17
inotropik dan suport ventilator mekanik lebih tinggi, tekanan darah sistolik dan diastolik
lebih rendah, rata-rata skor PRISM III lebih tinggi. Pasien dengan overloadcairan pre-
CRRT 5,5 % memiliki kelangsungan hidup lebih pendek di unit rawat intensif
dibandingkan dengan mereka yang memiliki overload cairan lebih sedikit (P=0,011).
Pada pasien neonatal terdapat proporsi yang lebih tinggi kegagalan multiorgan dan
overloadcairan berat. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa skor PRISM III tinggi
dan tingkat overload cairan pre-CRRT adalah prediktor independen kematian pada
pasien anak-anak yang menerima CRRT. 19
8/10/2019 TERAPI CRRT JADI
18/18
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Sharma S, Kumar A. Septic shock, multiple organ failure, and acute respiratory
distress syndrome. Curr Opin Pulm Med. 2003; 9:199-209.
2. Ronco C, Inguaggiato P, DIntini V, Cole L, Bellomo R, Poulin S, et.al. The
role of extracoporeal therapies in sepsis. J Nephrol. 2003;16: S34-413. Dettenmeier P, Swindell B, Stroud M, Arkin N, Howard A. Role of the activated
protein C in the pathology of Severe Sepsis. Am J Crit Care. 2003; 12:518-26
4.
Kes P. Continuous renal replacement therapy. Acta Clin Croat. 2000; 39:99-116.
5. Dirkes S, Hodge K. Continuous renal replacement therapy in adult intensive care
unit. Crit Care Nurs. 2007; 27: 61-80.
6. Self-learning Pocket. Principles of continuous renal replacement therapy.
Orlando Regonal Healthcare, Education and Development, 2005 : p. 1-40
7. Pedersen O, Jepsen SB, Toft P. Continuous renal replacement therapy for
critically ill infants and children. Dan Med J. 2012;59(2):A4385
8.
Bellomo R, Ronco C. Renal replacement therapy in the intensive care unit. Crit
Care Resus. 1999;1 : 13-24.9.
Chaturvedi M. Continuous renal replacement therapy (CRRT). The Indian
AnaesthetistsForum. Oktober 2004.
10.Boschee ED, Cave DA, Garros D, Lequier L, Granoski DA, Guerra GG, et.all.
Indications and outcomes in children receiving renal replacement therapy in
pediatric intensive care. J ournal of Critical Care 29 (2014) 3742
11.Vanholder R, Van Biesen W, Lamiere N. What Is the renal replacement method
of first choice for intensive care patients? J Am Soc Nephrol. 2001;12:S40-3.
12.
Bellomo R, Ronco C. Continuous haemofiltration in the intensive care unit. Crit
Care. 2000; 4:339-45.
13.
Marshal MR, Galler D, Rankin APN, Willisms AD. Sustained Low-efficiency
Daily Diafiltration (SLEDD-f) for critically ill patients requiring renalreplacement therapy: towards an adequate therapy. nephrol Dial Transplant.
2004;19:877-84.
14.Joy MS, Matzke GR, Armstrong DK, Marx MA, Zarowitz BJ. A primer on
continuous renal replacement therapy for critically ill patients. Ann
Pharmacother. 1998; 32:362-75.
15.
Venkataraman R, Subramanian S, Kellum JA. Extracorporeal blood purification
in severe sepsis. Crit Care. 2003;7:139-45.
16.
Ricci Z, Ronco C, Bachetonia A, Damico G, Rossi S. Solute removal during
continuous renal replacement therapy in critically ill patients: convection versus
diffusion. Crit Care. 2006;10:R67.
17.
Goldstein SL.Overview of Pediatric Renal Replacement Therapy in Acute
Kidney Injury. Seminars in Dialysis. 2009; 22 (2) : pp. 180184
18.Santiago MJ, Herce JL, Urbano J, Solana MJ, Castillo J, Ballestro Y,
et.al.Complications of continuous renal replacement therapy in critically ill
children: a prospective observational evaluation study. Critical Care. 2009 : 13
(6) : p.1-11
19.Hui WF, Chan WKY, Lee KW.Children on continuous renal replacement
therapy: prognostic factors. HongKong Med J.Desember 2012.Vol.18,No6:475-
81