Upload
khaira-ruhma-ii
View
57
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Terapi Malaria
1. Jenis-Jenis Obat Antimalaria
Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium
parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, cara pemakaiannya mudah, harganya
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, mudah diperoleh, efek samping ringan dan
toksisitas rendah. Aktivitas antimalaria biasanya hanya terbatas pada satu atau dua stadium
saja dari seluruh daur hidup parasit sehingga cukup sulit untuk memperoleh obat antimalaria
yang ideal tersebut. Berdasarkan tempat dan cara kerja, obat antimalaria dapat dibagi menjadi
beberapa golongan yaitu :
1.1 Tissue Schizontocide (Skizontosida Jaringan)
1.1.1 Proguanil, dan pirimetamin
Obat ini bekerja pada stadium pre eritrositik di jaringan hepar, sehingga dapat mencegah
terjadinya siklus eritrositik.
1.1.2 Primakuin
Obat ini mempunyai efek yang kuat untuk membunuh bentuk-bentuk parasit di jaringan
(hepatosit) termasukhipnozoit, oleh karena itu juga dipakai untuk mencegah kekambuhan
pada P.vivax dan P. Ovale.1, 2 Obat ini tidak diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita
defisiensi G-6PD. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran pencernaan
(mual, muntah dan sakit perut), gangguan sistem hemopoietik (anemia, leukopenia, dan
methemoglobinemia). Sampai saat ini belum ada cara dan penelitian untuk
mengetahuiPlasmodium resisten terhadap primakuin.1
1.2 Blood Schizontocide (Skizontosida Darah)
Obat ini paling banyak digunakan untuk malaria, obat ini bekerja pada stadium eritrositik,
tidak hanya pada skizon tetapi juga stadium aseksual yang lain seperti bentuk
cincin, trofozoit stadium lanjut. Contoh obat ini yaitu :
1.2.1 Klorokuin
Penggunaannya cukup luas karena efektif, murah dan aman, hanya saja kasus resistensi
terhadap klorokuin telah dilaporkan terjadi hampir diseluruh dunia, khususnya di Asia
tenggara termasuk Indonesia. Bahkan di Thailand, resistensi terhadap klorokuin telah
mencapai 100%, sehingga tidak efektif lagi.1,2
Efek samping klorokuin yang pernah dilaporkan yaitu pusing, vertigo, pandangan kabur,
mual, muntah, sakit perut, dan pruritus. Keracunan dapat terjadi pada anak-anak karena
kecelakaan (tertelan) dan pada orang dewasa pada percobaan bunuh diri, gangguan yang
terjadi dapat merupakan gangguan neurologis (kelemahan otot, pusing, kejang-kejang, dll),
saluran pencernaan (mual, muntah, dan diare), saluran nafas (nafas pendek dan dangkal,
pernafasan lumpuh), kardiovaskular (hipotensi, blokade atrioventrikular, aritmia dan jantung
lumpuh).1
1.2.2 Sulfadoksin-Pirimetamin
Mulai dipakai sebagai obat alternatif sejak tahun 1990 dengan angka kesembuhan 90%.
Tetapi timbulnya resistensi terhadap pirimetamin dan kombinasinya telah dilaporkan sejak
tahun 1975 dan ada kecenderungan meningkat. Di Thailand, pemakaian fansidar sudah
dihentikan, dan sejak tahun 1985 digunakan obat kombinasi lain yaitu MSP (Meflokuin-
Sulfadoksin-Pirimetamin).1,2
Obat ini tidak diberikan untuk bayi. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu timbul
bercak kulit kemerahan disertai rasa gatal, dan sindroma steven jhonson.1
1.2.3 Kuinin atau kina
Obat ini masih merupakan obat yang efektif bagi malaria, meskipun sempat bergeser
penggunaannya oleh pemakaian klorokuin. Sejak meningkatnya angka resistensi terhadap
klorokuin hampir diseluruh bagian dunia, maka seja tahun 1960 kuinin mulai
dipertimbangkan lagi penggunaannya dan ternyata masih tetap unggul sampai sekarang.
Kombinasi kuinin dengan tetrasiklin dipakai sebagai terapi standard
terhadap P.falciparumyang resisten bahkan dapat meningkatkan angka kesembuhan dari 75%
menjadi lebih dari 95%.1,2 Pada pengobatan kina parenteral dapat terjadi hipoglikemia, dan
efek samping lain yang sering dilaporkan yaitu pusing, tinnitus, dan mual.1
1.2.4 Kuinidin
Kuinidin adalah obat jantung yang diperkenalkan sebagai pengganti kuinin. Efek antimalaria
kuinidin lebih kuat dibandingkan dengan kuinin untuk malaria falsiparum. Berdasarkan
penelitian di Bangkok Hospital for Tropical Disease pada tahun 1982, angka kesembuhan
kuinidin untuk malaria bisa mencapai 100%. Walaupun demikian penggunaan kuinin tidak
terlampau luas karena efek sampingnya terhadap sistem kardiovaskular.1,2
1.2.5 Meflokuin
Obat ini mulai diperkenalkan tahun 1980-an. Dengan dosis 15mg/kgBB dosis tunggal oral
tingkat kesembuhannya mencapai 95%. Tetap pada tahun 1982 telah ada laporan timbulnya
resistensi terhadap obat ini. Kombinasi dengan sulfadoksin-pirimetamin (MSP) telah dicoba
untuk mengatasi keadaan ini. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan upaya antisipasi
timbulnya resistensi terhadap berbagai macam obat.1,2 Efek samping yang pernah dilaporkan
yaitu gangguan neuropsikiatri (cemas, halusinasi, sulit tidur, psikosis, ensefalopati, dan
kejang-kejang), pusing, mual, muntah, sakit perut, diare, dan gangguan kardiovaskular
(bradikardia dan sinus aritmia).1
1.3 Gametocide (Gametosit)
Primakuin adalah contoh obat yang membunuh stadium seksual gametosit dalam darah
manusia terutama terhadap P. falciparum.1,2
1.4 Sporontosida (Sporontocide)
Primakuin, proguanil, dan pirimetamin dikenal sebagai obat yang dapat menghambat
pertumbuhan parasit dalam tubuh nyamuk. Bila diberikan kepada Gametocyte carrier akan
mencegah terjadinya penularan.1,2
1.5 Anti Relaps
Primakuin digunakan untuk mencegah relaps/rekurensi pada infeksi P. Vivax dan P.
Ovale, biasanya diberikan setelah pemberian obat skozontosida darah.1,2
1.6 Obat-obat antimalaria baru
1.6.1 Halofantrin
Obat baru untuk stadium aseksual pada malaria falsiparum yang resisten terhadap berbagai
macam obat (multidrug resistance). Obat ini tidak mempunyai efek terhadap stadium
hipnozoit maupun gametosit.1,2 obat ini tidak diberikan pada anak dengan berat badan kurang
dari 10 kg, ibu hamil dan menyusui. Obat ini dapat membentuk kompleks dengan
feriprotoporfirin IX yang terbentuk waktu plasmodium mencerna hemoglobin, sehingga
kompleks yang terbentuk bersifat toksik dan dapat mematikan schizont. Efek samping yang
pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran pencernaan (mual, sakit perut, dan diare), pruritus,
bercak merah pada kulit, disritmia ventrikuler, kejang-kejang, dan hemolisis intravaskuler.1
1.6.2 Derivat Artemisin (Artesunat, Artemeter, dan Dihidroartemisinin)
1.6.2.1 Artesunat
Merupakan obat dari golongan sequiterpenelactone, hasil ekstraksi tumbuhan dari China
yaitu Qing-Hao-Su.Obat ini sangat efektif terhadap stadium aseksual P. falciparum yang
resisten terhadap berbagai macam obat, juga P.vivax. Obat ini juga mengurangi parasit 95%
dalam 24 jam, tetapi tidak dapat membunuh hipnozoit dan hanya sedikit berpengaruh
terhadap gametosit. Pemberian harus dilakukan dengan dosis awal yang lebih tinggi dari
dosis berikutnya.1,2
1.6.2.2 Artemeter
Dari hasil uji pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi di daerah resisten klorokuin
(Irian Jaya), artemeter 450mg/5 ahri per oral menunjukkkan efikasi yang baik dan aman.
Demikian pula hasil uji coba pengobatan malaria berat atau dengan komplikasi di daerah
yang resisten multidrug (Kalimatan Timur) menunjukkan hasil yang cukup baik dan
aman. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran cerna, demam, dan
retikulositemia.1
1.6.2.3 Dihidroartemisin
Obat ini belum pernah di uji coba di indonesia. Di Cina, uji pengobatan malaria dengan dosis
248 mg/3 hari, 360 mg/ 5 hari, dan 480 mg/ 7 hari menunjukkan efikasi yang baik pada
kelompok yang diobati dengan dosis 360 mg/5 hari dan 480 mg/7 hari. Efek samping yang
pernah ditimbulkan yaitu bercak merah di kulit dan retikulositemia.1
1.6.3 Atovakon
Obat ini bekerja sebagai skizontocid, namun obat ini memiliki mekanisme kerja yang berbeda
dengan obat antimalaria skizontocid lainnya, sehingga diperkirakan tidak terjadi resistensi
silang dengan obat-bat tersebut. Atovakon bekerja dengan mengganggu pembentukan asam
nukleat parasit. Pada penelitian in-vitro ditemukan ada interaksi antagonis dengan obat
antimalaria golongan kuinolon (klorokuin, kina, meflokuin), halofantrin, dan artesunik acid;
sedangkan dengan tetrasiklin, dan proguanil berinteraksi sinergistik. Apabila obat ini
digunakan tanpa kombinasi ternyata kurang efektif karena lebih dari 30% akan berkembang
menjadi kasus rekrudesen.1
2. Terapi Antimalaria Pada Anak
2.1 Pengobatan Berdasarkan Pemeriksaan Mikroskopis
2.1.1 Pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi
Bila pada pemeriksaan sediaan darah ditemukan P. falciparum maka obat pilihan yang
digunakan adalah :
Tabel 2 Pengobatan Lini Pertama : Artesunate + Amodiakuin + Primakuin
Hari Obat tablet Jumlah Tablet Perhari Menurut Kelompok Umur
0-2 Bulan 2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
15
Tahun
1 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin )* )* ¾ 1 ½ 2 2-3
2 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
3 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Komposisi obat :
# Artesunate : 50 mg/ tablet
# Amodiakuin : 200 mg tablet = 153 mg amodiakuin base/tablet
# )* semua pasien (kecuali ibu hamil dan anak usia 1 tahun) diberikan tablet pimakuin. (1
tablet berisi 25 mg garam/ tablet setara 15 mg basa) dengan dosis 0,75 mg basa/kgBB/oral,
dosis tunggal pada hari 1
# Artesunate 4mg/kgBB dosis tunggal /hari/oral diberikan pada hari 1,2,3 ditambah
amodiakuin 30 mg basa/kgBB/hari/oral selama 3 hari dengan pembagian dosis 10 mg
basa/kgBB/hari/oral pada hari 1, 2, dan 3.4,5
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti
tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Pengobatan Lini Kedua : Kina + Tetrasiklin/Doksisiklin + Primakuin
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
> 15
tahun
1 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1½ 3 x 2
Tetrasklin/
Doksisiklin
- - - - - 4 x 1/ 1x
Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2 – 3
2 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2
Tetrasklin/
Doksisiklin
- - - - - 4 x 1/ 1x 1
Keterangan:
# *) Kina: Pemberian kina pada anak usia < 1 tahun harus berdasarkan berat badan
(ditimbang berat badannya). Dosis kina: 30 mg/kgbb/hari (dibagi 3 dosis).
# Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun
# Dosis doksisiklin untuk anak usia 8 – 14 tahun: 2 mg/kg BB/hari
# Bila tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin
# Dosis Tetrasiklin: 25-50 mg/ kgBB/4 dosis/hari atau 4 x 1(250 mg) selama 7 hari;
tetrasiklin tidak boleh diberikan pada umur < 12 tahun dan ibu hamil.
# Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 1 tahun.
# Dosis primakuin: 0,75 mg/kgbb, dosis tunggal.4,5,6
2.1.2 Pengobatan malaria vivax/ovale
Bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan P. vivax/ovale, diberikan pengobatan sesuai
tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Lini Pertama Pengobatan Malaria Vivax dan Ovale
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
> 15
tahun
1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ 1/2 ¾ 1
2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H 4-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan untuk Pv / Po :
# Klorokuin : hari I & II = 10 mg/kg bb, hari III = 5 mg/kg bb
# Primakuin : 0,25 mg/kg bb /hari, selama 14 hari.3,4
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti
tabel 5 berikut.
Tabel 5. Lini pertama Pengobatan Malaria Vivax dan Ovale Resisten Klorokuin
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
> 15
tahun
1-7 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Dosis berdasarkan berat badan :
# Kina 30 mg/Kgbb/hari (dibagi 3 dosis)
# Primakuin 0,25 mg/kgbb.3,4
Kriteria penggunaan pengobatan kasus malaria P. vivax/ ovale kambuh (relaps).Pemberian
obat ini berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Penderita sudah menyelesaikan pengobatan klorokuin dan primakuin
2. Pada waktu periksa ulang hari 14-28 penderita kambuh/ penderita tetap demam atau gejala
klinik tidak membaik yang disertai parasitemia aseksual. Penderita tidak demam atau tanpa
gejala klinis lainnya tetapi ditemukan parasitemia aseksual.4
Tabel 6. Pengobatan Malaria P. Vivax/ Ovale yang Kambuh (Relaps)
Lama Pemberian
(minggu)
Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok
umur
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
8-12 )* Kina )* )* 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2
8-12 )* Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
*) Pemberian klorokuin dan primakuin 1 kali setiap minggu, lama pengobatan minimal 8
minggu.
**) Dosis primakuin 0,75 mg/kgBB.4
2.2 Pengobatan Berdasarkan Pemeriksaan Klinis
Pengobatan malaria klinik dilakukan di daerah yang belum memungkinkan untuk
pemeriksaan laboratorium baik dengan mikroskop maupun dengan RDT. Pengobatan malaria
klinis terdiri dari 2 regimen pengobatan yaitu lini pertama yang menggunakan klorokuin
dengan primakuin dan pengobatan lini kedua yang menggunakan kina dan primakuin tablet.
Tabel 7. Pengobatan Lini Pertama Malaria Klinis
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1
bulan
2-11 bulan 1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
>15
tahun
I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3
II Klorokuin ¼
III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Keterangan :
# Bila Berat badan < 50 kg, diberikan 3 tablet klorokuin, bila > 50 kg diberikan 4 tablet
klorokuin
# Bila perkiraan badan < 5o kg diberikan 2 tablet primakuin bila > 50 kg diberikan 3 tablet.4
Tabel 8. Pengobatan Lini Pertama Malaria Berdasarkan Berat Badan
Obat H1 H2 H3
Klorokuin basa 10 mg/kgBB 10 mg/kgbb 5 mg/kgbb
Primakuin 0,75 mg/kgBB -
Keterangan :
# Pemberian dosis obat untuk bayi harus berdasarkan berat badan
# Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita defisiensi G6PD
# Satu tablet klorokuin mengandung 250 mg klorokuin garam setara dengan 150 mg
klorokuin biasa
# Satu tablet primakuin mengandung 15 mg primakuin basa.4
Tabel 9 Pengobatan Lini Kedua Malaria Klinis
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Per Hari Menurut Kelompok Umur
0 – 1
bulan
2 – 11
bulan
1 – 4
tahun
5 – 9
tahun
10 – 14
tahun
> 15
tahun
I – 7 Kina )* )* 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2
H 1 Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3
Keterangan :
# Dosis untuk bayi 0-11 bulan harus berdasarkan berat badannya
# Satu tablet kina sulfat mengandung 200 mg kina garam
# Dosis berdasarkan berat badan kina 30mg/kgBB/hari (dibagi 3 dosis)
# Primakuin 0,75 mg/kgBB dosis tunggal.4
2.3 Pengobatan Malaria Berat
2.3.1 Lini pertama
Artemether injeksi diberikan secara intramuskuler, selama 5 hari.
Setiap ampul Artemether berisi 80 mg/ml.
Dosis dan cara pemberian Artemether:
Dosis anak tergantung berat badan yaitu:
Hari Pertama : 3,2 mg/KgBB/hari
Hari II- V : 1,6 mg/KgBB/hari
2.3.2 Lini kedua
Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-8 mg/kgbb) diencerkan
dengan 5-10 cc dekstrosa 5% atau NaCl 0,9 % per kgbb diberikan selama 4 jam, diulang
setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per- infus maka kina dapat diberikan
intramuskular. Sediaan yang ada untuk pemberian intramuskular yaitu Kinin antipirin dengan
dosis: 10 mg/kgbb IM (dosis tunggal) yang merupakan pemberian anti malaria pra rujukan.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjitra, Emiliana. 2000. Obat Anti Malaria. Dalam Harijanto, P.N. Malaria :
Epidemiologi, Patogenesis Klinis, & Penanganan. Jakarta : EGC. Hal 194-214
2. Sardjono, T.W. 2004. Diktat Parasitologi: Malaria, Mekanisme Terjadinya
Penyakit dan Pedoman Penanganannya. Malang: Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran UNIBRAW. Hal : 28-33
3. Depkes RI. 2004. Penggunaan Artemisinin Untuk Atasi Malaria Di Daerah
yang Resisten Klorokuin(online) http://www.depkes.go.id, diakses 2 februari 2008
4. Depkes RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.2006. Petunjuk
Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Departemen Kesehatan
5. Basuki, P.S, Darmowandowo. 2006. Malaria. PDT Bag/ SMF Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya (online),
(http://www.pediatrik.com, diakses 2 februari 2008
6. Pusponegoro, H.D, dkk. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal 119-124
A. Air Way Control (bebaskan jalan nafas)
1. Posisi telentang
2. Permukaan rata
3. Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt,
chine lift manuver), kalau perlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan
ketiganya dikenal dengan triple air way manuver.
4. Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.
B. Breathing Support ( bantuan nafas )
1. Menilai ada nafas/ tidak dengan cara : melihat, mendengar, dan merasakan.
2. Bila bernafas dan tidak sadar posisikan penderita stabil lateral dan pelihara jalan
nafas
3. Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai pernafasan buatan dengan meniup 2
kali secara lambat
4. Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan 10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada
Tindakan pada sumbatan jalan nafas :
1. Manuver helmich (hentakan pada perut)
2. Chest thrusts (hentakan dada): penderita gemuk, hamil, bayi < 1 thn
3. Penyapuan dengan jari : hanya pada penderita tidak sadar
C. Circulation Support (bantuan sirkulasi )
1. Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan 10 - 12 kali per menit
kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar
2. Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari
dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
1. Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tangah dengan
perbandingan 3:1 atau 5:1
2. RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2
3. RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1
a. Pengertian ANC
Antenatal Care ( ANC ) adalah pengawasan pada ibu hamil sebelum melahirkan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. ( Manuaba, 2006 )
b. Tujuan ANC
Menurut Saifuddin. A.B, tujuan asuhan antenatal meliputi:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
c. Kebijakan Dasar ANC
1) Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan.
Yaitu :
a) Satu kali pada triwulan pertama
b) Satu kali pada triwulan kedua
c) Dua kali pada triwulan ketiga
d. Standar Pelayanan ANC
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal yaitu sebagai berikut :
1) Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, anggota keluarganya agar mendorong
ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS / infeksi HIV, memberikan pelayanan
iminusasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan
kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk
tindakan selanjutnya.
3) Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
serta melakukan rujukan tepat waktu.
4) Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua
kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda serta gejala pre eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat serta
merujuknya.
6) Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
pada trimesterketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman
serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Standar Pelayanan Kebidanan.
DepKes RI. 2000).
Menurut Saifuddin,B.A. 2006, pelayanan / asuhan standar minimal ”7 T” adalah sebagai
berikut :
1) Timbang berat badan
2) Ukur tekanan darah
3) Ukur tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap.
5) Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
6) Tes terhadap penyakit menular seksual
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional, dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.
Info penting pada kunjungan ANC Trimester III ( antara usia kehamilan 28-36 minggu atau
lebih )
Sama seperti di atas, eklampsia ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda dan pendeteksian detak bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit ( Saifuddin, A.B, 2002 ). Dan Pada trimester III untuk
pemberian vitamin wajib yanhg selalu di beikan setiap kunjungan ANC adalah Pemberian
tablet zat besi dan kalsium untuk penambah darah dan kalsium untuk penguatan tulang janin,
( Sarwono , 2006)