Upload
buituong
View
247
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
TERAPI SPIRITUAL MELALUI DZIKIR PADA SANTRI GANGGUAN
JIWA DI PP. AL-QODIR CANGKRINGAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
DisusunOleh :
Muhammad Ulil Arham
NIM: 09220094
Pembimbing :
Nailul Falah S.Ag, M.Si
NIP. 197210011998031003
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
i
TERAPI SPIRITUAL MELALUI DZIKIR PADA SANTRI GANGGUAN
JIWA DI PP. AL-QODIR CANGKRINGAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
DisusunOleh :
Muhammad Ulil Arham
NIM: 09220094
Pembimbing :
Nailul Falah S.Ag, M.Si
NIP. 197210011998031003
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
iv
ii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk :
1. Orang tua yang sangat saya banggakan. Bapak H. Taufiqurrahman BA dan Ibu Hj.
Mardhiyah yang tiada pernah berhenti berdo’a untuk anak-anaknya agar selalu mendapat
ridho Allah SWT dalam thalabul „ilmi. Semoga Allah SWT menyehatkan keduanya,
membahagiakan dan meridhoi setiap langkah-langkahnya. Amin
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbilalamin, rasa syukur yang tak terhingga kepada Dzat Yang Maha
Hebat ALLAH SWT, skripsi ini dapat selesai berkat usaha, do’a, kerja keras dan tentu saja atas
izin dn ridho –Nya. Sholawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, yang kita selalu nantikan syafaatnya kelak di zaumul akhir.
Skripsi berjudul “Terapi Spiritual Melalui Dzikir Pada Santri Gangguan Jiwa Di PP. Al-
Qodir Cangkringan Yogyakarta” ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
gelar Sarjana SosialIslam (S. Sos. I ) di jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain
itu, skripsi ini disusun dalam rangka mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
menempuh pendidikan di jurusan BKI dalam bentuk karya tulis.
Selama dalam penyusunan skripsi, telah banyak pihak yang telah membantu peneliti
dalam menyelesaikan tugas akhir ini, baik berupa dukungan moril, semangat, do’a dan dukungan
lainnya yang diberikan kepada peneliti. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan
kesehatan dan kemudahan dalam segala urusan. Tak lupa peneliti mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ibu Dr.
Nurjannah, M.Si
3. Ketua Jurusan BimbingandanKoseling Islam, Bapak A. Said Hasan Basri, S.psi., Msi
4. Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan banyak masukan dan arahan untuk
menyelesaikan skripsi, Bapak Nailul Falah, S.Ag, M.Si
vi
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terimakasih dalam hal
administrasi, Ibu Rini, Bapak Komet, Bapak Amir, Bapak Miskidi, terimakasih atas
bantuan dan semangatnya
6. Keluargaku tercinta di markas kecil Putih, Badri, Kiki, Gatot, Aif, Ucuy, Muhlis. Markas
kita akan abadi selamanya.
7. Saudara-saudara sedarah dan setanah air, Mas Nidom, mas niam, dan mbak diah.
Perjuanganku tak berhenti sampai disini
8. Calon pendamping hidup saya kelak, Trilis widianingrum yang selalu setia mendampingi
saya. Inilah bukti perjuangan guna menciptakan masa depan yang bahagia.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan, korp Pemuda. Yang selalu mengepalkan tangan dan anti
penindasan.
10. Seluruh sahabat PMII Rayon fakultas Dakwah. Perjuangan belum selesai.
11. Teman-teman seprofesi WAS EO, Mas Wahyu, Bu Niken, Mas Koco, Mas Ekky, Mbak
Qory, Richi, Mas Vento, Mas Teddy, mari terus berkarya “Every Day Is Even”.
12. Teman-teman seperjuangan BKI 2009 Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Kepada semua pihak yang telah membantu, semoga amal baik yang telah diberikan
mendapat balasan dari Allah SWT. Penelitian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
penelitian selanjutnya.
Peneliti
Muhammad Ulil Arham
vii
MOTTO
“Semua perjalanan hidup adalah sinema, Bahkan lebih mengerikan. Darah adalah darah, dan
tangis adalah tangis. Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitmu,”
(Film Supernova)1
1 Rizal Mantovani, Film Supernova,(Jakarta : 2014)
viii
ABSTRAK
MUHAMMAD ULIL ARHAM 09220094, “Terapi Spiritual Melalui Dzikir Pada Santri
Gangguan Jiwa Di PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta,” JurusanBimbingan Konseling Islam
(BKI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan manfaat terapi spiritual
melalui dzikir pada santri gangguan jiwa di PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif deskriptif. Informan penelitian ini
adalah dua orang pengasuh sekaligus terapis Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan. Subjek
penlitian ini adalah tiga orang klien yang sedang melakukan proses rehabilitasi gangguan jiwa di
Pondok Pesantren Al-Qodir. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Proses terapi dzikir ini terdiri dari tahap
persiapan, pelaksanaan dan penutup. Manfaat terapi dzikir terhadap santri gangguan jiwa yaitu
secara fisik dan psikis. Secara fisik yaitu mengembalikan saraf-saraf yang telah rusak, mengetes
tingkat gangguan kejiwaan, mencegah dan mengobati penyakit. Secara psikis yaitu
membersihkan jiwa dari perbuatan dosa.
Kata Kunci: Terapi Spiritual, Dzikir, Gangguan Jiwa, Pondok Pesantren Al-Qodir,
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ………………………………………..
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………….
PERSEMBAHAN …………………………………………………………..
MOTTO …………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
ABSTRAK ………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ………………………………………………
B. Latar Belakang Masalah ………………………………….......
C. Rumusan Masalah …………………………………………….
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………..
E. Manfaat Penelitian ………………………………....................
F. Kajian Pustaka………………………………………………...
G. Kerangka Teori ……………………………………….............
H. Metode Penelitian …………………………………………….
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xi
xiii
1
5
10
10
10
11
13
41
xii
BAB II : GAMBARAN UMUM PUSAT REHABILITASI GANGGUAN
JIWA PONDOK PESANTREN AL-QODIR CANGKRINGAN
SLEMAN YOGYAKARTA
A. Selayang Pandang PondokPesantren Al-Qodir……………….
B. Profil Pesantren Sebagai Pusat Rehabilitasi Gangguan
Jiwa………..
BAB III : IMPLEMENTASI TERAPI SPRITUALMELALUI DZIKIR
PADA SANTRI GANGGUAN JIWA DI PONDOK
PESANTREN AL-QODIR CANGKRINGAN SLEMAN
YOGYAKARTA
A. Proses Terapi Dzikir ……………………………………… .
B. ManfaatTerapi Dzikir……………………………………..
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………...
B. Saran-Saran …………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….
47
50
66
70
76
82
83
85
88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul Terapi Spiritual Melalui Dzikir Pada Santri
Gangguan Jiwa di PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta. Untuk
menghindari terjadinya beraneka ragam penafsiran dan pemahaman pada
judul ini, maka akan diuraikan pengertian dan istilah-istilah yang
terkandung di dalamnya yaitu:.
1. Terapi Spiritual Melalui Dzikir
Therapy (dalam bahasa Inggris) bermakna pengobatan dan
penyembuhan, dalam bahasa Arab Therapy sepadan dengan “al-
istisyfa” yang berasal dari kata “syafa – yasyfi – syifa” yang artinya
menyembuhkan.1
Sedangkan Spiritual mempunyai pengertian sesuatu yang
berhubungan dengan kejiwaan tentang kerohanian ataupun kebatinan2.
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya
kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas
mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan
menggunakan instrumen (medium) sholat, dzikir, puasa, zakat, haji,
doa dan sebagainya.
1 M.Solihin, terapi sufistik (Bandung: Pustaka Setia, 2004) hlm.32-33
2 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 607
2
Dalam buku Terapi Sufistik, terapi juga dapat diartikan upaya
sistematis dan terencana dalam menanggulangi masalah – masalah
yang dihadapi oleh klien dengan tujuan mengembalikan, memelihara,
dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam
kondisi dan posisi yang proporsional. Manusia – manusia yang akal
dan qolbunya proporsional inilah yang merupakan sosok manusia yang
sehat serta bahagia dunia dan akhirat3.
Kata dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu :“Dzakara-
Yadzkuru- Dzikran” yang berarti “ menyebut, mengingat dan
mengucapkan”.4 Menurut Hasbi Ash-Syiddieqy yang dimaksud
dengan dzikir adalah :
Menyebut Allah dengan membaca tasbieh (subhanallahi),
membaca tahliel (la-illallah), membaca tahmied (Alhamdulillah),
membaca taqdies (Quddusun), membaca takbier (Allahu akbar),
membaca hauqolah (la haula wala quwwata illa billahi), membaca
hasbullah (hasbiyyallahu), membaca basmallah
(bismillahirrahmaanirrahiem), membaca Al-Qur’an majied dan
membaca do’a-do’a yang ma‟tsur yaitu do’a yang diterima dari Nabi
Muhammad SAW5.
3Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)hlm. 83-84
4Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penterjemah dan
Penafsiran Al-Qur’an, 1973 )hlm. 69.
5Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Dzikir Dan Do‟a (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).
3
Sedangkan menurut pendapat Hasan Al-Bana seorang tokoh
Ikhwanul Muslimin dari Mesir sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad
Syafi’I menyatakan bahwa “semua apa saja yang mendekatkan diri
kepada Tuhan dan semua ingatan yang menjadikan diri kita dekat
dengan tuhan adalah berdzikir”6.
Dengan demikian, Terapi spiritual berarti pengobatan secara
kerohanian atau kebatinan agar kodisi kejiwaan klien serta akalnya
berada dalam kodisi yang proporsional dengan cara selalu ingat
terhadap Tuhan agar senantiasa merasa dekat dengan-Nya.
2. Gangguan Jiwa
Dalam kamus besar bahasa Indonesia jiwa mempunyai makna
yaitu, roh manusia (yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan
seseorang hidup). Gangguan jiwa menurut Djamaludin adalah
kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubunganya
dengan orang lain, kesulitan karena persepsinyaa tentang kehidupan
dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa adalah gangguan
dalam cara berfikir (Kognitif), kemauan (volition), emosi (affective),
tindakan (Psichomotor).
Dalam pengertian sempit, gangguan jiwa berarti sesuatu
ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi psikologis
atau prilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang
buruk, yang disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis,
6 Ahmad Syafi’I, Dzikir Sebagai Pembina Kesejahteraan Jiwa (Surabaya: Bina Ilmu,
1985), hlm. 15.
4
genetik, fisik, atau kimiawi.Yang dimaksud gangguan jiwa dalam
penelitian ini adalah gangguan jiwa yang disebabkan oleh
ketidakmampuan santri mengontrol diri dalam menghadapi masalah
yang dialami sehingga akhirnya menyebabkan stres yang berlebihan.
3. PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta
Adalah pondok pesantren yang berada di Dusun Tanjung Desa
Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi
Yogyakarata. Meski memposisikan diri sebagai pondok pesantren
salafiyah yang mengajarkan kitab-kitab klasik atau kitab kuning
terhadap santrinya, PP Al-Qodir juga ikut merasa bertanggung jawab
terhadap pembangunan karakter dan moral masyarakat. Tak heran jika
di PP Al-Qodir banyak santri yang datang dengan kondisi yang
bermacam-macam, seperti gangguan jiwa dan pecandu narkoba.
Berbagai upaya terapi yang dilakukan di pondok ini seperti mandi dini
hari, dzikir dan shalat. Kondisi pada santri yang secara riil mengalami
gejolak psikologis yang besar dengan latar belakang gangguan jiwa
ataupun pecandu narkoba akan berdampak terhadap kodisi sosial di
lingkungan pesantren pada khususnya. Adapun yang akan dikaji
dalam skripsi ini difokuskan pada terapi spiritual melalui dzikir pada
santri.
Berdasarkan penegasan judul di atas maka yang dimaksud
dengan judul “Terapi Spiritual Melalui Dzikir Pada Santri Gangguan
Jiwa di PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta” adalah upaya
5
penyembuhan dalam aspek kejiwaan serta akal agar berada dalam
kondisi yang proporsional dengan cara mengingat kepada Allah
dengan pada santri yang mengalami gangguan cara berfikir, kemauan,
emosi dan tindakan di PP Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta.
B. Latar Belakang
Persoalan yang dihadapi manusia dari waktu ke waktu tampaknya
makin lama makin komplek, baik persoalan yang berhubungan dengan
pribadinya, keluarganya, pekerjaan, maupun masalah kehidupan secara
umum. Kompleksitas masalah itu telah mengarahkan sebagian dari
manusia mengalami konflik dan hambatan dalam memenuhi apa yang
manusia harapkan, bahkan sampai dapat menimbulkan tekanan yang
sangat mengganggu. Kompleksitas masalah demikian inilah yang
diantaranya menuntut adanya media yang dapat membantu mengatasi
segenap permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.
Sejumlah rasa pesimis dan takut dalam menghadapi hidup melanda
kebanyakan masyarakat, beriringan dengan persoalan hidup yang kian
rumit dan senantiasa berubah bentuk dan coraknya. Tanpa pegangan
apapun dan hanya mengandalkan materi belaka, manusia semakin
kehilangan arah dalam kehidupannya dan kehilangan arti dan tujuan hidup
dengan membawa sejuta persoalan psikologisnya. Hal ini membuat
ketidakseimbangan dalam kepribadiannya sehingga rentan dan mudah
terserang penyakit kehidupan yang akhirnya banyak manusia yang
mengalami gangguan kejiwaan.
6
Al-Qur’an adalah panduan hidup bagi manusia, ia adalah panduan
bagi setiap pribadi dan undang-undang bagi seluruh masyarakat. Di
dalamnya terkandung pedoman praktis bagi setiap pribadi dalam hubungan
dengan Tuhanya, lingkungan sekitarnya, keluarganya, dririnya sendiri,
dengan sesama muslim, dan juga non muslim baik yang berdamai maupun
yang memeraginnya. Individu yang mengikuti panduan ini pasti akan
selamat dalam hidupnya di dunia maupun akhirat
Setiap manusia pasti menginginkan dirinya sehat baik secara
jasmani ataupun rohani. Sehat secara jasmani akan terwujud apabila
manusia tidak mengeluh sakit di dalam diri atau tidak ada keluhan terkait
kondisi fisiknya. Sedangkan kondisi rohani yang sehat akan terjadi apabila
manusia tersebut merasakan keadaan aman, nyaman, serta tentram dalam
dirinya. Orang yang tidak sehat dalam kedua aspek tersebut tentunya akan
mempengaruhi pola kehidupan dirinya serta akan berdampak terhadap
aktifitas sosial yang akan dilakukanya.7
Menurut Zakiah Daradjat bahwa jiwa manusia membutuhkan
agama, dalam pandanganya manusia mempunyai dua golongan kebutuhan
yang besar, yaitu:
7 Anwar Sutoyo, Bimbingan & Konseling Islam (Teori & Praktik), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar) hlm. 38.
7
1. Kebutuhan primer, kebutuhan jasmaniah (makan, minum, seks dan
sebagainya)
2. Kebutuahan rohaniah (pyschis dan social)8
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani ini agama
dijadikan sebagai alat untuk menghilangkan kecemasan manusia.Tuhan
menjamin bahwa tidak ada satu makhluk hidup pun yang tidak ada rezeki
buat mereka. Agama juga diposisikan sebagai seperangkat pedoman hidup
yang diyakini bersifat sakral dan berasal dari zat yang maha tinggi yang
berisi tentang aturan yang mana yang harus ditinggalkan dan yang harus
dijalankan oleh para pemeluknya. Dan barang siapa yang mentaati
peraturan tersebut maka akan mendapatkan balasan yang setimpal dari
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang baik di dunia maupun diakhirat
nanti.
Atas dasar kebutuhan itu terkadang manusia juga belum mampu
untuk memenuhinya dan akhirnya manusia mengalami keterpurukan yang
tentunya memunculkan sifat putus asa. Maka dibutuhkan sebuah konsep
dimana jika manusia mengalami putus asa atas dasar problem kedirian
ataupun kejiwaan yang dialami olehnya perlu adanya sebuah metode untuk
menanggulangi hal tersebut. Sementara itu Islam telah lebih awal dahulu
memulai dengan penawaran ajarannya yang dapat menentramkan
kehidupan rohani manusia. Maka dari itu keagamaan dalam membantu
8 Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung,
1978) hlm, 80.
8
mengatasi persoalan gangguan jiwa sangat signifikan, mengingat bahwa
persoalan tidak hanya bersifat psikologis saja tetapi juga spiritual.
Allah SWT berfirman :
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-ku.”(Q.s. Al-Baqarah:152).9
“Berdzikirlah (dengan menyebut)Allah sebagaiman yang
ditunjukkan-Nya kepadamu. Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-
benar termasuk orang-orang yang sesat.”(Q.s. Al-Baqarah:198).10
Ayat tersebut menegaskan bahwa dzikir adalah sebuah metode
yang bersumber langsung dari Tuhan.Allah memberikan pujian kepada
hambanya yang selalu berdzikir kepadanya sepanjang waktu.Dzikir disini
diposisikan sebagai kehidupan hati yang mampu menenangkan gejolak
kejiwaan yang dialami oleh seseorang.11
Zikir juga merupakan makanan
bagi hati dan ruhnya. Jika iahilang dari seorang hamba, ibarat badan
kosong dari makananya.
Menurut Musfir bin Said Az-Zahrani dalam bukunya konseling
terapi, indikasi kesehatan jiwa dalam Islam tampak dalam beberapa hal,
yang salah satunya dilihat dari aspek Spiritualitasnya, ialah adanya
keimanan kepada Allah, konsisten dalam melaksanakan ibadah
kepadaNya, menerima takdir dan ketetapan yang telah digariskan olehNya,
9 Q.s. Al-Baqarah:152.
10ibid, hlm.198.
11 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Zikir Cahaya Kehidupan (Jakarta: Gema Insani,2002) hlm
64.
9
selalu merasakan kedekatan kepada Allah, memenuhi segala kebutuhan
hidupnya dengan cara yang halal, dan selalu berdzikir kepada Allah.12
Al-Qodir adalah Pondok pesantren yang berada di Dusun Tanjung
Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi
Yogyakarata.Meski memposisikan diri sebagai pondok pesantren salafiyah
yang mengajarkan kitab-kitab klasik atau kitab kuning terhadap santrinya,
PP Al-Qodir juga ikut merasa bertanggung jawab terhadap pembangunan
karakter dan moral masyarakat. Tak heran jika di PP Al-Qodir banyak
santri yang datang dengan kondisi yang bermacam-macam, seperti
gangguan jiwa dan pecandu narkoba. Berbagai upaya terapi yang
dilakukan di pondok ini seperti mandi dini hari, dzikir dan shalat. Kondisi
pada santri yang secara riil mengalami gejolak psikologis yang besar
dengan latar belakang gangguan jiwa ataupun pecandu narkoba akan
berdampak terhadap kodisi sosial di lingkungan pesantren pada
khususnya.
Metode terapi agama dalam hal ini sangatlah dibutuhkan karena
agama sebagai Therapi terhadap gangguan kejiwaan.13
Dengan
menggunakan metode terapi agama melalui dzikir diharapkan manusia
mampu menjadi pribadi yang utuh, sehat dalam aspek spiritual dan sehat
dalam aspek jasmaniahnya.
12
Musfir bin Said Az-Zahrani. Konseling Terapi (Jakarta: Gema Insani,2005) hlm. 450.
13 Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental (Jakarta: PT Gunun
Agung,1978).hlm. 74.
10
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan
masalah penelitian yaitu :
1. Bagaimana proses Terapi Spiritual Melalui Dzikir pada Santri
Gangguan Jiwa di PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta?
2. Apa manfaat dari Terapi Spiritual Melalui Dzikir pada Santri
Gangguan Jiwa di PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas maka penelitian ini
bertujuan :
1. Untuk mengetahui proses dari Terapi Spiritual Melalui Dzikir pada
Santri Gangguan Jiwa di PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta
2. Untuk mengetahui manfaat dari Terapi Spiritual Melalui Dzikir
pada Santri Gangguan Jiwa di PP. Al-Qodir Cangkringan
Yogyakarta
E. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat teoritik dan
manfaat praktis sebagai berikut :
1. Secara teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan, wawasan, serta kepustakaan, bagi Bimbingan Konseling
Islam terutama yang berhubungan dengan Terapi spiritual melaui dzikir.
11
2. Manfaat praktis
Adapun manfaat paraktis dalam penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan penyembuhan dalam aspek spiritual melalui dzikir dan
memberikan gambaran terhadap masyarakat tentang proses terapi yang
dilakukan di PP. al-Qodir Cangkringan Yogyakarta dalam menangani
gangguan kejiwaan.
F. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini penulis juga melakukan penelusuran terhadap
penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang
penulis teliti, antara lain :
Ada beberapa skripsi yang membahas tentang dzikir, diantaranya
skripsi Syahrul Munir Tahun 2003 Berjudul “Aktifitas Dzikir dan Kendali
Emosi (Study Pada Santri Mirqot Ilmiah Al-Itqon Cengkareng, Jakarta
Barat)” dengan mengangkat masalah bagaimana kegiatan dzikir serta
bagaimana pengendalian emosi santri Mirqot Ilmiah Al-Itqon cengkareng,
Jakarta barat.14
Skripsi Desy Surya Ningsih tahun 2002 berjudul “Implementasi
Dzikir dan Do’a korban Penyalahgunaan Napza Di Pondok Inabah 13
Yogyakarta”, yang membahas tentang pelaksanaan Dzikir dan do’a dalam
korban penyalahgunaan napza di pondok Inabah 13 Yogyakarta15
14
Syahrul Munir, Aktifitas Dzikir Dan Kendali Emosi (pada santri mirqot ilmiah al-itqon
cengkareng, Jakarta barat), Skripsi, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
15Desy Surya Ningsih, Implementasi Dzikir dan Do‟a korban Penyalahgunaan Napza Di
Pondok Inabah 13 Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2002.
12
Skripsi Ndariasih tahun 2004 brjudul “Terapi Dzikir untuk
mengatasi Stress (study pada anak panti asuhan Al-fala Borobudur
Magelang) yang membahas tentang pelaksanaan dzikir untuk mengatasi
stress.16
Skripsi sholehah tahun 2003 berjudul “Hubungan antara
pengamalan dzikir dengan pengendalian emosi” (study terhadap siswa
Madrasah Aliyah Negeri Wonosobo tahun ajaran 2002-2003)17
.
Skripsi diatas memang memberi gambaran tentang metode dzikir
dijadikan sebagai terapi, berbagai permasalahan yang diangkat dari
penelitian diatas mempunyai perbedaan satu sama lain khususnya dalam
wilayah bentuk terapi yang dilakukan, serta penelitian diatas juga
mempunyai perbedaan pada akar masalah yang dihadapi oleh objek kajian.
Dalam penelitian yang berjudul Terapi Spiritual Melalui Dzikir
pada Santri Gangguan Jiwa di PP. Al-qodir Cangkringan Yogyakarta,
mempunyai kesamaan yaitu sama-sama mengangkat dzikir sebagai terapi,
namun penulis lebih fokus dalam membahas aspek spiritualnya. Spiritual
disini dijadikan komponen terpenting dalam kehidupan manusia dalam
upaya memenuhi kebutuhan rohaniah.Kebutuhan akan rasa aman, nyaman,
tentram, dan lain-lain.
16
Ndariasih, Terapi Dzikir untuk mengatasi Stress (study pada anak panti asuhan Al-fala
Borobudur Magelang)skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2004.
17Sholehah, Hubungan antara pengamalan dzikir dengan pengendalian emosi (study
terhadap siswa Madrasah Aliyah Negeri Wonosobo tahun ajaran 2002-2003), Skripsi,
Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001.
13
G. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Terapi Spiritual Melalui Dzikir
a. Pengertian tentang Terapi Spiritual Melalui Dzikir
Spiritual mempuyai pengertian sesuatu yang berhubungan
dengan kejiwaan tentang kerohanian ataupun kebatinan18
.
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang
percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.
Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa,
zakat, haji, doa dan sebagainya.
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang
dianut oleh individu. Menurut Burkhardt spiritualitas meliputi
aspek-aspek :
1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan,
2) Menemukan arti dan tujuan hidup,
3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri,
4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan
dengan yang maha tinggi.
18
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 607.
14
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti
mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian.
Pertama kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan
lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain.
Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan ketuhanan, kekuatan tertinggi, orang yang
mempunyai wewenang atau kuasa, sesuatu perasaan yang
memberikan alasan tentang keyakinan (belief) dan keyakinan
sepenuhnya (action), harapan (hope), harapan merupakan suatu
konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa
kebaikan, dan perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang
kurang menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa
memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai suatu
prestasi dan berorientasi kedepan. Agama adalah sebagai sistem
organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa
mengungkapkan dengan jelas secara lahiriah mengenai
spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah yang
terorganisir atu teratur.
Sedangkan Therapy (dalam bahasa Inggris) bermakna
pengobatan dan penyembuhan, dalam bahasa Arab Terapi sepadan
15
dengan “al-istisyfa” yang berasal dari kata “syafa-yasfi-syifa”
yang artinya menyembuhkan.19
Dalam buku Terapi Sufistik, terapi juga dapat diartikan
sebagai upaya sistematis dan terencana dalam menanggulangi
masalah-masalah yang dihadapi oleh klien dengan tujuan
mengembalikan, memelihara, dan mengembangkan kondisi klien
agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang
proporsional. Manusia-manusia yang akal dan qolbunya
proporsional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat
serta bahagia dunia dan akhirat.20
Ibnu sina membedakan jiwa manusia menjadi tiga bagian21
.
Pertama, jiwatumbuh-tumbuhan, sifat jiwa ini mempunyai
kemampuan untuk makan, tumbuh, dan berkeembang biak. Kedua,
jiwa binatang. Jiwa ini mempunyai ciri : gerak dan menangkap,
yang terbagi menjadi dua bagian: daya penangkap dari luar dengan
panca indra, dan daya penangkap dari dalam dengan menggunakan
indria bersama yang berfungsi menerima segala apa yang
ditangkap oleh panca indra, representasi yang berfungsi untuk
menyimpan segala apa yang diterima oleh indra bersama, imajinasi
yang berfungsi untuk menyusun apa yang disimpan dalam
19
M.Solihin, terapi sufistik (Bandung: Pustaka Setia, 2004) hlm.32-33.
20Ibid. hlm. 83-84.
21 Harun Nasution, Falsafat dan Misticisme dan Islam.(Jakarta;Bulan Bintang) hlm 30-
32.
16
representasi, estimasi yang berfungsi untuk menangkap hal-hal
yang abstrak yang terlepas dari materi dan rekoleksi yang berfungsi
untuk menyimpan hal-hal abstrak yang diterima oleh estimasi.
Ketiga, jiwa manusia yang memiliki dua daya. Daya praktis, yaitu
daya yang ada hubunganya dengan badan.Daya teoritis, yaitu daya
yang ada hubunganya dengan akal-akal abstrak. Daya teoritis
dibedakan menjadi :akal materiil yaitu akal yang mempunyai
potensi untuk berfikir dan belum dilatih; intellectus in habitu yaitu
akal yang mulai dilatih untuk berfikir tentang hal-hal yang abstrak;
akal aktuil yaitu akal yang telah dapat berfikir tentang hal-hal yang
abstrak; dan akal mustafad yaitu akal yang sanggup memikirkan
hal-hal abstrak tanpa memerlukan daya upaya. Akal yang terakhir
ini telah terlatih, dan sanggup menerima limpahan ilmu
penegetahuan dari akal aktif.
Dalam pemikiran Ibnu Sina, jiwa tumbuh-tumbuhan,
binatang dan manusia seperti diatas dapat berpengaruh terhadap
prilaku manusia. Jika jiwa tumbuh-tumbuhan dan binatang
merasuk dalam diri seseorang maka dengan sendirinya orang itu
menyerupai binatang. Tetapi, seandainya yang berpengaruh adalah
jiwa manusia, maka orang itu hampir menyerupai malaikat dan
mendekati kesempurnaan. Dengan demikian kedudukan jiwa
manusia adalah penting, karena mempunyai kedudukan sebagai
pengontrol badan manusia, sehingga hawa nafsu yang terdapat
17
pada badan tidak menjadi halangan bagi jiwa manusia untuk
mencapai tingkat yang lebih tinggi, yaitu tingkat kesempurnaan.
Dalam hal ini kedudukan aspek spiritual sangat dibutuhkan
agar ketentraman jiwa dapat tercapai.Atas dasar itu maka
diperlukan sebuah metode terapi yang mampu memunculkan sifat
manusia yang benar-benar utuh. Kekosongan jiwa karena semakin
jauhnya seorang manusia dari sang maha pencipta, perasaan was-
was yang sulit dikontrol oleh manusia menjadi salah satu penyebab
berubahnya prilaku kemanusiaan menjadi kehewanan.
Lebih luas konsep spiritual disebut sebagai spiritualitas
yaitu keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa dan
Maha pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada
Allah sebagai pencipta atau Maha Kuasa. Lebih lanjut Mickley
menguraikan spiritualitas sebagai suatu multi dimensi yaitu
dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama
lebih berfokus kepada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Dalam pengertianya terapi spiritual berarti, pengobatan
secara kerohanian atau kebatinan agar kodisi kejiwaan klien serta
akalnya berada dalam kodisi yang proporsional. Aspek spiritual
18
disini menjadi titik focus proses output setelah dilakukanya proses
terapi.
Kata dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu :“Dzakara-
Yadzkuru- Dzikran” yang berarti “ menyebut, mengingat dan
mengucapkan”.22
Menurut Hasbi Ash-Syiddieqy yang dimaksud
dengan dzikir adalah : Menyebut Allah dengan membaca tasbieh
(subhanallahi), membaca tahliel (la-illallah), membaca tahmied
(Alhamdulillah), membaca taqdies (Quddusun), membaca takbier
(Allahu akbar), membaca hauqolah (la haula wala quwwata illa
billahi), membaca hasbullah (hasbiyyallahu), membaca basmallah
(bismillahirrahmaanirrahiem), membaca Al-Qur‟an majied dan
membaca do‟a-do‟a yang ma‟tsur yaitu do’a yang diterima dari
Nabi Muhammad SAW23
.
Sedangkan menurut pendapat Hasan Al-Bana seorang
tokoh Ikhwanul Muslimin dari Mesir sebagaimana yang dikutip
oleh Ahmad Syafi’I menyatakan bahwa “semua apa saja yang
mendekatkan diri kepada Tuhan dan semua ingatan yang
menjadikan manusia dekat dengan tuhan adalah berdzikir”.24
22
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penterjemah dan
Penafsiran Al-Qur’an, 1973 )hlm. 69.
23Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Dzikir Dan Do‟a (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) hlm.
74.
24 Ahmad Syafi’I, Dzikir Sebagai Pembina Kesejahteraan Jiwa (Surabaya: Bina Ilmu,
1985), hlm. 15.
19
Melihat ada beberapa unsur pemaknaan yang terkandung
dalam kata dzikir, maka dzikir dalam batasan ini membahas
tentang upaya untuk selalu ingat terhadap Tuhan agar senantiasa
merasa dekat terhadap Tuhan.
Berdasrkan uraian teori di atas, makaa terapi spiritual
melalui dzikir adalah sebuah upaya untuk menyembuhkan penyakit
kejiwaan atau kerohanian dengan cara selalu ingat terhadap tuhan,
karena tuhan adalah sumber solusi terhadap problematika yang
dihadapi manusia.
b. Hubungan antara Terapi Spiritual dengan Dzikir
Sebagian ahli kedokteran jiwa telah meyakini bahwa
penyembuhan penyakit klien dapat dilakukan lebih cepat dengan
menggunakan pendekatan agama, yaitu dengan membangkitkan
potensi spiritual manusia agar lebih merasa dekat dengan tuhanya
serta dapat merubah kondisi kebatinanya menjadi tercerahkan.
Dengan kondisi semacam ini maka timbul keyakinan bahwa tuhan
adalah satu-satunya kekuatan yang dapat menyembuhkan penyakit
yang diderita oleh klien. Keyakinan semacam ini yang menjadi
daya dorong yang kuat bagi kesembuahan penyakit batin yang
dialami manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an
surat Ar-Ra‟ad ayat 28 yang berbunyi :
“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka
yang menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah
hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”
20
Dari paparan ayat di atas diakui bahwa dzikir merupakan
sebuah metode terapi yang ditetapkan oleh tuhan agar manusia
dapat terhindar dari penyakit rohaniah yang dialami manusia.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam
Sahih nya juga menyatakan bahwa dzikir adalah sebab
diturunkanya ketenangan, rahmat, dan berkumpulnnya para
malaikat untuk mengelilingi orang yang sedang berdzikir.25
Kembali ditegaskan bahwa karena faktor merasa dekat dengan
tuhan dijadikan sabagai sumber ketenangan jiwa yang akhirnya
menimbulkan rasa aman, nyaman dan tentram terhapa individu
yang melakukan dzikir.
Dari ulasan di atas bahwa tampak ada hubungan yang erat
antara terapi spiritual dan dzikir. Maka dzikir merupakan cara yang
terbaik untuk mengobati penyakit khususnya penyakit rohaniah
atau batin.
c. Proses dan Manfaat Spiritual Theraphy Melalui Dzikir
Komitmen agama sangat penting dalam pencegahan
(preventif) dalam segala kejadian yang melanggar aturan-aturan,
norma dan nilai hidup dalam masyarakat agar seseorang tidak jatuh
sakit sekaligus meningkatkan kemampuan seseorang dalam
mengatasi penderitaan. Bila seseorang sedang sakit, untuk
25
HR. Sahih Bukhari Muslim
21
mempercepat penyembuhan selain terapi medis, jalan alternatif
yang dominan adalah menggunakan terapi agama26
.
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, dzikir mengandung
unsur psiko terapiutik, unsur terapi ini tidak kalah fungsinya
dengan psiko terapi psikiatrik, karena penerapannya mengandung
unsur spiritual dan kerohanian yang membangkitkan rasa percaya
diri, rasa optimisme (harapan kesembuhan). Dua hal ini yaitu self
confident dan optimisme merupakan dua hal yang amat esensial
bagi penyembuhan segala macam penyakit disamping terapi
dengan menggunakan obat-obatan dan tindakan medis yang
diberikan.
Menurut Dale A. Matthews dari Universitas George Town,
Amerika Serikat, mengatakan: penemuan tahunan “The American
Psychiatric Association” antara lain bahwa mungkin suatu saat
para dokter akan menuliskan do’a dan dikir pada kertas resep,
selain resep obat pada pasien. Selanjutnya beliau mengatakan
bahwa 212 studi yang telah dilakukan oleh para ahli.Ternyata 75 %
menyatakan bahwa komitmen agama (do’a dan dzikir)
menunjukkan pengarahan yang positif pada pasien. Penelitian yang
dilakukan oleh Ilmuan Cancerellaro Larson dan Willson terhadap
pasien-pasien pecandu alkohol, narkoba dan 4 gangguan jiwa
skizotsenia, menyatakan bahwa komitmen agamanya itu tidak ada
26
Dadang Hawari, Do‟a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis, (Dana Bakti
Primayasa), hlm. 3.
22
atau kurang. Dalam penelitan tersebut diperoleh data bahwa terapi
medis atau psikiatris yang diberikan tidak memperoleh hasil yang
optimal bila tanpa disertai dengan terapi keagamaan seperti ber’doa
dan berdzikir (selain terapi dzikir psikiatris) maka hasilnya jauh
lebih baik27
.
Dalam duatu konferensi kedokteran di Kairo, Dr. Ahmad
Al-Qodli, ahli penyakit jantung dan direktur lembaga pendidikan
dan penelitian kedokteran islam Amerika menyatakan bahwa
mendengarkan atau membaca al-qur’an dalam bentuk berdzikir
mampu menimbulkan ketenangan jiwa yang menyebabkan
peningkatan daya imunitas tubuh melawan serangan penyakit.
Ketegangan saraf yang diperoleh setelah berdzikir mampu
meningkatkan daya imunitas tubuh dan menunjang kesembuhan
dalam aspek kejiwaan pasien.28
Agar dzikir itu betul-betul dapat dipertanggung jawabkan
lahir maupun batin dan sesuai pula dengan Al-Qur’an dan Al-
Hadist, maka kita harus mempunyai pegangan yang pasti. Untuk
itu kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
27
Dadang Hawari, Do‟a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis, (Dana Bakti
Primayasa), hlm. 10.
28 Ibid, hlm. 20
23
Artinya : Mintalah/serulah kepada tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yangterssembunyi/lemah.
Sesungguhnya Dia tiada mengasihi orang-orang yang
melampaui batas.29
Mengingat ayat tersebut maka brdzikir itu agar jangan
terlalu keras, tetapi harus dengan lemah lembut dengan suara yang
kecil dan halus. Allah tidak senang pada orang yang melampaui
batas, misalnya berdzikir dengan nada teriak30
. Adapun tatatertib
berdzikir yang telah disepakati oleh para ulama’ sufi dan syariat
sebagai berikut :31
1. Harus dalam keadaan yang pantas baik lahir maupun batin.
2. Khusyu’, sopan, halus, tawadlu’, selalu berusaha memahami
apa yang dibaca,
3. Bersuara dengan sederhana
4. Suci badan maupun pakaian
5. Menghadap kiblat
6. Menghadirkan hati dengan niat berdzikir karena Allah
Dikir merupakan sebuah metode terapi yangakan
melahirkan kecintaan dan loyalitas sebagai ruh islam, ujung
tombak agama. Karenanya dapat diraih kebahagiaan dan
29Q.s. Al- A’raf : 55.
30Ahmad Soetjipto, Dzikrulloh, (Yoyakarta: LPPM IAIN Sunan Kalijaga,1986),hlm. 9.
31Ahmad Soetjipto, Dzikrulloh, (Yoyakarta: LPPM IAIN Sunan Kalijaga,1986)hlm.10
24
keselamatan yang hakiki. Allah telah menjadikan segala sesuatu
ada sebabnya. Dia menjadikan sebab Al-Mahabbah dengan
melanggengkan dzikir. Barang siapa yang ingin meraih cinta Allah,
hedaknya senantiasa mengingat-Nya. Jadi dzikir adalah pintu
mahabbah sebagai jalan yang paling mulia dan lurus untuk meraih
cinta Allah.
Menurut Hasbiashiddiqi mengutip dari kitab Fathul Jadid
menyebutkan bahwa faedah dzikir adalah sebagai berikut32
:
1) Mendapatkan rahmat dan hidayah Allah
2) Membimbing hati dengan mengingat dan menyebut Allah
3) Mendatangkan kebahagian dunia dan akhirat
4) Memberikan sinar kepada hati dan menghilangkan kekeruhan
jiwa
5) Mengahsilkan ampunan dan ridho dari Allah
6) Melepaskan diri dari rasa was-was dan membentengi diri dari
maksiat
Dalam buku Dzikir-Dzikir Pembersih dan Penentram hati
dijelaskan Macam-macam Dzikir33
yaitu :
1) Dzikir anggota badan dan panca indera adalah
mempergunakan anggota badan dan panca indera untuk
32 Hasbi Ash Siddieqi, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta; Bulan Bintang, 1994) hal 65-
65.
33 M. Rojaya, Dzikir-dzikir Pembersih dan penentram hati,(Bandung; Mizan Pustaka,
2009),hlm 40.
25
keta’atan beribadah semata-mata kepada Allah, untuk
memperbanyak amar makruf dan menjauhi hal-hal yang
munkar. Ini sudah tercermin di dalam makna hakikinya bersuci
dan sholat.
2) Dzikir lisan adalah dengan cara membaca Al Qur’an, takbir,
tahlil, tahmid, istigfar , do’a, wirid. Dengan suara yang dapat
didengar oleh telinga. Dzikir qolbi adalah menghadirkan hati
dengan penuh keyakinan akan keberadaan Dzat, Sifat, Asma
dan Af’al Allah, Dzat yang maha melihat, maha mendengar,
maha mengetahui dan maha kuasa atas segalanya. Dzikir qolbi
dilakukan dalam hati tanpa bersuara. Semua panca indera dan
seluruh tubuh ditutup (dimatikan). Dunia tidak tampak lagi,
alam wadah tampak jelas, Ruhani yang berkomunikasi dengan
Allah. Sejak semula memang hanya Ruhani yang bisa
berkomunikasi dengan Allah. Ruhani berasal dari Nur
Muhammad. Untuk mengenal Tuhan harus melalui Tuhan.
Berarti bila kita hendak berkomunikasi dengan Tuhan harus
melalui bahasa Ruhani, berarti jasmaninya harus diam, hening,
harus bisa mati sebelum mati. Ruhaninya yang menjerit
mengumandangkan Asma Dzat. Jeritan Ruhani akan
menembus tujuh petala langit, mencapai Arasy. Dengan cara
dzikrullah berarti kita sudah mulai melatih diri untuk
26
melakukan shalat yang kekal, dimana kiblat yang terdekat
adalah menghadapkan diri kepada diri kita sendiri.
Pengertian Dzikrullah yang lebih luas adalah tidak hanya
sekedar duduk tafakur sambil mengucapkan Asma Allah semata,
akan tetapi mengingat Allah secara berkesinambungan, secara
istiqomah, setiap gerak-gerik kita, tingkah laku kita senantiasa
ingat kepada Allah yang mengawasi dan menyaksikan gerak-gerik
perbuatan kita. Dengan demikian perilaku dan nafsu kita akan
menjadi terkendali.
Bila dalam setiap perilaku kita senantiasa disertai ingat
kepada Allah semata, benar-benar Lillahi Ta’ala, benar-benar
ikhlas kepada Allah maka itulah yang sebenar-benarnya ibadah
yang akan membawa keselamatan dunia akhirat bagi yang
melaksanakannya. Hatinya bersih karena terisi Asma Allah, tidak
terisi angan-angan kotor, tidak memper-Tuhan-kan hawa nafsunya
yang merupakan dosa syirik tersembunyi. Oleh karena itu
pengertian bersuci, shalat dan dzikrullah adalah merupakan suatu
kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lain, ketiga-
tiganya harus dilaksanakan serempak, direalisasikan dan diterapkan
makna haqiqinya di dalam kehidupan sehari-hari agar ibadah kita
menjadi sempurna.
27
Adapun proses berdzikir adalah sebagai berikut34
:
1) Awali dgn membaca:
أستغفر اهلل
Astaghfirullaah (3x)
Artinya :
Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung
2) Lalu membaca :
الإكرام هنك السلام تباركت يا ذا الجلال اللين أنت السلام
Allaahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa
dzal jalaali wal ikraam (1x)
Artinya :
Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera, dan dari-Mu lah
kesejahteraan, Maha Berkat Engkau ya Allah, yang memiliki
kemegahan dan kemuliaan
3) Lalu membaca :
لا ينفع ذا الجد هنك الجد لا هعطي لوا هنعت اللين لا هانع لوا أعطيت
Allaahumma laa maani‟a limaa a‟thaita walaa mu‟thiya limaa
mana „ta walaa yanfa‟u dzal jaddi minkal jaddu (1x)
Artinya :
Ya Allah, tdk ada sesuatu yang dapat menghalangi pemberian-
Mu, dan tak ada pula sesuatu yang dapat memberi apa-apa
yang Engkau larang, dan tak ada manfaat kekayaan bagi yang
34
M. Rojaya, Dzikir-dzikir Pembersih dan penentram hati,(Bandung; Mizan Pustaka,
2009),hlm 121.
28
mempunyai kebesaran bagi yang dimilikinya, kecuali
kekayaan dan kebesaran yang datang bersama ridha-Mu
4) Lalu membaca tasbih, tahmid dan takbir :
Tasbih (سبحاى اهلل), Subhaanallaah “Maha Suci Allah” (33x)
Tahmid (الحود هلل), Alhamdulillaah “Maha Terpuji Allah” (33x)
Takbir (اهلل أكبر), Allaahu akbar “Allah Maha Besar” (33x)
Lalu lengkapi dengan:
على كل شيء قدير ى لو الحود حده لا شريك لو لو الولك لا إلو إلا اللو
La ilaaha illallaahu wahdaahu laa syariikalah, lahul mulku
walahul hamdu wahuwa „alaa kulli syain qadiir (1x)
Artinya :
Tidak ada Tuhan selain Allah, sendiri-Nya; tiada sekutu bagi-
Nya. Milik-Nya lah kerajaan dan pujian. Dia Maha Kuasa atas
segala-galanya.
5) Dilanjutkan dengan do’a penutup sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh manusia terhadap tuhan sang pencipta alam.
Dzikir merupan elemen penting dalam proses ibadah
manusia, dalam upaya mengingat Allah ,manusia diharapkan
mampu menghidarkan dirinya dari kenistaan duniawi serta dapat
melakukan perbuatan yang diperintahkan oleh-Nya.
29
2. Tinjauan tentang Gangguan Jiwa.
a. Pengertian Gangguan Jiwa
Menurut Frederick H. Kanfer dan Arnold P. Goldstein,
gangguan jiwa adalah kesulitan yang dihadapi oleh seseorang
karena hubungannya dengan orang lain, persepsinya tentang
kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Adapun ciri-ciri
orang yang mengalami gangguan jiwa adalah sebagai berikut35
:
1) Diri merasa cemas (anxiety) dan tegang.
2) Diri merasa tidak puas (dalam arti negatif) terhadap
perilaku diri sendiri.
3) Memberikan perhatian yang berlebih-lebihan terhadap
problem yang dihadapi.
4) Tidak mampu secara efektif menghadapi problem
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau
lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang
ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan
persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini
menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan
keluarganya).36
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa
mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.
35
Kanfer & Goldstein, 1982: 7 dalam Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso,
Psikologi Islami; hlm. 91.
36 Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. ( 1998 ), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta, EGC.
Hlm. 14
30
Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di
masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah
mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan
jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa
itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya.
Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan
keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat
pengobatan secara cepat dan tepat.37
Stres merupakan salah satu jenis penyakit jiwa yang sering
dialami oleh manusia. Dalam pengertianya sendiri bahwa stress
adalah38
tanggapan/reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau
beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, disamping itu
stress dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab atau
sekaligus akibat dari suatu gangguan atau penyakit. Faktor-faktor
psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stres pada diri
seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang itu
melampauinya, maka keadaan tersebut dinamakan distress. Stress
dalam kehidupan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari.
Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa
harus mengalami distress.
37
Notosoedirjo & Latipun (2005).Kesehatan Mental,Konsep dan Penerapan. Malang
:UMM Presc. Hlm. 10
38Iyus Yosep, Keperawatan Jiwa, (Bandung; PT Refika Aditama, 2010), hlm.. 46.
31
b. Faktor penyebab gangguan jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau
dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari
penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan.
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala
yang patologik dari unsur psike.39
Hal ini tidak berarti bahwa unsur
yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita
ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau
lingkungannya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku
manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan
badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan
dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan
dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan,
hubungan antar manusia, dan sebagainya.
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat
pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan
(somatogenik), dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun dipsike
(psikogenik).40
Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan
tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu
timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang
39
W.E., Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya, 1990. hlm. 31.
Budi Ana Keliat, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,
Buku Kedokteran, 1992, hlm. 21
32
dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan
badaniah seorang berkurang sehingga mengalami keradangan
tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat kecelakaan.
Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya
keradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun
menurun sehingga manusia mungkin mengalami depresi. Sudah
lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak sering
mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak
yang mengalami gangguan otak (karena kelahiran, keradangan dan
sebagainya) kemudian menadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Anak
ini mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota
lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling
mempengaruhi.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-
faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling
mempengaruhi, yaitu:41
a. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
Faktor-faktor Somatik, antara lain:
1) Neroanatomi
2) Nerofisiologi
3) Nerokimia
41
Budi Ana Keliat, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Buku
Kedokteran, 1992, hlm. 22
33
4) Tingkat kematangan dan perkembangan organic
5) Faktor-faktor pre dan peri - natal
b. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik)
Faktor-faktor psikologik, antara lain:
1) Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa
aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi
dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan
kebimbangan)
2) Peranan ayah
3) Persaingan antara saudara kandung
4) Inteligensi
5) Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan
masyarakat
6) Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi,
rasa malu atau rasa salah
7) Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan
peranan yang tidak menentu
8) Keterampilan, bakat dan kreativitas
9) Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap
bahaya
10) Tingkat perkembangan emosi
11) Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
34
c. Faktor Sosial
Faktor-faktor sosial, meliputi:
1) Kestabilan keluarga
2) Pola mengasuh anak
3) Tingkat ekonomi
4) Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
5) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka
dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan
yang tidak memadai
6) Pengaruh rasial dan keagamaan
7) Nilai-nilai
Gangguan jiwa, menurut Djamaludin Ancok, disebabkan oleh
ketidakmampuan manusia untuk mengatasi konflik dalam diri,
tidak terpenuhinya kebutuhan hidup dan perasaaan kurang
diperhatikan, serta perasaan rendah diri.42
Kesimpulan tersebut, dia
peroleh berdasar pada teori-teori penyebab gangguan Jiwa yang
dikemukakan oleh Sigmund Freud, Henry A. Murray dan Abraham
H. Maslow, serta Alfred Adler.
Freud berpendapat bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh
tuntutan antara Id (dorongan instingtif yang sifatnya seksual) dan
Super Ego (tuntutan norma sosial) tidak bertemu. Sedangkan,
42Kanfer & Goldstein, 1982: 7 dalam Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso,
Psikologi Islami; hlm 93.
35
Henry A. Murray berpendapat bahwa tidak terpenuhinya
kebutuhan jiwa manusia. Freud mengelompokkan ada dua puluh
kebutuhan manusia, tiga di antaranya adalah kebutuhan untuk
afiliasi43
, otonomi44
dan berprestasi45
. Sejalan dengan Henry,
Abraham H. Maslow juga mengatakan bahwa gangguan jiwa
disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan hidup manusia.
Akan tetapi, Maslow hanya mengkategorikan kebutuhan tersebut
dalam lima jenis, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman (safety), kebutuhan akan rasa kasih sayang, dan kebutuhan
akan harga diri, serta kebutuhan akan aktualisasi diri. Berdasarkan
kelima kategori tersebut, kebutuhan fisiologis merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum kebutuhan-
kebutuhan lainnya, bahkan bisa dikatakan bahwa kebutuhan lain
tidak terpikirkan jika kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi.
Sedangkan, aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling
tinggi, di mana tidak lagi menuntut penghargaan dari orang lain.
Selain Maslow, Alfred Adler berpendapat bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh perasaan rendah diri (inferiotity complex) yang
43
Kanfer & Goldstein, 1982: 7 dalam Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso,
Psikologi Islami; hlm 93.
44Ibid. 93.
45Ibid. 93.
36
berlebih-lebihan karena kegagalan yang terus-menerus sehingga
menyebabkan kecemasan dan ketegangan emosi.46
Kecendrungan faktor penyebab gangguan jiwa sebenarmya
disebabkan oleh banyak hal. Namun menurut Aris Sudiyanto (Guru
besar Ilmu Kedokteran UNS Solo)47
, ada tiga golongan penyebab
gangguan jiwa. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organik.
Penyebab antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada
otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria, dan lain-lain),
kecanduan obat dan alkohol, dan lain-lain. Kedua, gangguan
mental, emosional, atau kejiwaan. Penyebabnya karena salah
dalam pola pengasuhan (Pattern of Parenting) hubungan yang
patologis diantara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik,
dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial atau lingkungan.
Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan,
problem orang tua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau
sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum,
perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).
c. Macam-macam terapi pada gangguan jiwa
Penderita gangguan jiwa,dapat disembuhkan. Syarat
pengobatannya baik dan tidak terlambat. Kalau syarat itu dipenuhi
25 persen penderita gangguan jiwa bisa disembuhkan. Memang
46
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami; hlm.91-93.
47Iyus Yosep, Keperawatan Jiwa, (Bandung; PT Refika Aditama, 2010), hlm. 31
37
bukan berarti sembuh total, karena kepekaan untuk terganggu lagi
pada penderita gangguan jiwa lebih besar daripada orang normal.
Tetapi, gangguan psikosis yang disebabkan oleh kelainan anatomi
otak sembuh total karena sebagian besar bersifat sementara.
Gejala-gejala awal orang yang menderita psikosis sangat
banyak wujudnya tidak menyangkut kondisi fisik, bisa berupa
perasaan curiga, depresi, cemas, suasana perasaan yang mudah
berubah, tegang, cepat tersinggung, atau marah tanpa alasan yang
jelas.
Bisa juga gangguan kognitif seperti timbul pikiran aneh,
merasa mengambang, sulit konsentrasi atau menurunnya daya
ingat. Gangguan pola tidur, perubahan nafsu makan, keluhan badan
yang tidak jelas dasarnya, kehilangan tenaga atau dorongan
kehendak antara lain gejala-gejala yang perlu diwaspadai.
Bila gejala itu sudah diidentifikasi, menurut Prof. Sasanto,
salah satu titik penting untuk memulai pengobatan adalah
keberanian keluarga untuk menerima kenyataan. Mereka juga
harus menyadari bahwa gangguan jiwa itu memerlukan pengobatan
sehingga tidak perlu dihubungkan kepercayaan yang macam-
macam. Terapi bagi penderita gangguan jiwa bukan hanya
pemberian obat dan rehabilitasi medik, namun diperlukan peran
keluarga dan masyarakat dibutuhkan guna resosialisasi dan
pencegahan kekambuhan.
38
Beberapa diantaranya untuk menangani pasien yang
menderita gangguan jiwa :
1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini
adalah dengan memberikan terapi obat-obatan yang akan
ditujukan pada gangguan fungsi neuro-transmitter sehingga
gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi obat
diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan
bertahun.
2. Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita
telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan
di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan
pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam
bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita
tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan
pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif
dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang
telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti
semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk
39
memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya
ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-
nilai moral etika. Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk
memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi
perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga
dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya48
3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu
merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain
sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama
menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap
mengkonsumsi obat psikofarmaka.49
4. Terapi Spiritual
Terapi spiritual ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan, kajian kitab suci. Menurut Ramachandran
dalam Yosep50
, telah mengatakan serangkaian penenelitian
terhadap pasien pasca epilepsi sebagian besar mengungkapkan
48
Maramis, W. F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi kelima. Jakarta:
Erlangga University Press. 1990. Hlm. 16
49 Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK
Universitas Indonesia. Hlm. 63
50 Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama. Hlm. 10
40
pengalaman spiritualnya sehingga semua yang dirasa menjadi
sirna dan menemukan kebenaran tertinggi yang tidak dialami
pikiran biasa merasa berdekatan dengan cahaya illahi.
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan
penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini
biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya
di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi
dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi
kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stress
dan dapat membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari
kesukaran dan membantu terbentuknya mekanisme pembelaan
yang lebih baik dan dapt diterima oleh keluarga dan
masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan
kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi.51
Pada umumnya
program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara
berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi
sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi
pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke
51
Maramis, W. F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi kelima. Jakarta:
Erlangga University Press. 1990. Hlm. 16
41
masyarakat.52
Selain itu peran keluarga juga penting, keluarga
adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan
dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap
paling banyak memberi pengaruh pada pasien. Sehingga
keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan
penyembuhan pasien.53
Dalam hal ini gangguan jiwa yang di maksdkan adaalah
gangguan jiwa yang disebabkan gejala psikologis akibat adanya
tekanan yang mengakibatkan strees tingak akut. Output dari strees
yang dimaksud, individu tidak mampu menyeimbangkan olah rasa
yang ada dalam dirinya. Tidak ada kesadaran terkait kebutuhan
pribadi yang dibutuhkanya, antara fisiologis, rasa aman serta
kebutuhan kasih sayang.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistic karena peelitian yang dilakukan pada
kondisi yang alamiah (Natural Setting); disebut juga metode etnografi,
karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian
52 Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK Universitas
Indonesia.
53 Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama
42
bidang Antropologi budaya; disebut juga metode kualitatif karena data
yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.54
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber informan penelitian
adalah Kyai Masrur dan Muhammad Muqarrabin selaku penanggung
jawab atas santri yang mondok di Pondok Pesantren Al-Qodir
Cangkringan Yogyakarta.
Subjek penelitian ini adalah 3 orang santri Pondok Pesantren
Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta yang menjalani penyembuhan
kejiwaan. 3 orang santri ini dijadikan subjek berdasarkan rekomendasi
dari pengasuh Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Proses
Terapi spiritualMelalui Dzikir pada Santri Gangguan Jiwa di Pondok
Pesantren Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta, dan objek kedua adalah
manfaat Terapi spiritualMelalui Dzikir pada Santri Gangguan Jiwa di
Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta.
3. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini adalah:
a. Observasi
Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipatif pasif. Jadi dalam penelitian ini,
54
Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,(Bandung; Alfabeta, 2009),hlm.
8
43
peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak
ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.55
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
bagaimana tahapan dan proses Terapi spiritual melalui Dzikir pada
Santri PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta.
b. Wawancara
Adapun wawancara yang digunakan adalah wawancara
terstruktur. Untuk wawancara terstruktur responden yang dipilih
adalah Kyai Masrur dan Muhammad Muqarrabin selaku orang
yang menangani penyembuhan 3 santri yang mengalami gangguan
kejiwaan rekomendasi dari terapis. Lebih jelasnya metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana proses,
manfaat serta hasil akhir dari Terapi spiritual melalui Dzikir.
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
gambaran umum, letak geografis, struktur organisasi, kondisi saran
dan prasarana yang terdapat di PP. Al-Qodir Cangkringan
Yogyakarta. Dokumen yang dilakukan dalam metode ini yaitu
buku profil dari PP. Al-Qodir Cangkringan Yogyakarta.
55
Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,(Bandung; Alfabeta, 2009)hlm.
227.
44
Ustadz Santri
Pimpinan
4. Metode Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini digunakan tehnik “triangulasi”. Tehnik
triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data itu.56
Tehnik triangulasi dalam penelitian ini adalah tehnik
triangulasi sumber dan metode. Tehnik triangulasi sumber dilakukan
dengan jalan membandingkan data diperoleh dari wawancara antara
informasi yang satu dengan yang lain. Sedangkan triangulasi metode
dilakukan dengan jalan membandingkan data yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi.
Gambar 1
Hubungan Triangulasi Sumber Data
Triangulasi metode berarti pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.57
Triangulasi metode pada penelitian ini dilakukan pada metode
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
56
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
2001),hlm. 178.
57 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 331
TRIANGULASI
45
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Gambar 2
Hubungan Triangulasi Pengumpulan Data
5. Metode Analisis Data
Analisa data dalam penelitian adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.58
Data yang telah terhimpun kemudian diklarifikasikan untuk
dianalisa dengan menggunakan pendekatan analisa induktif, yaitu
berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang
konkrit, kemudian dari fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang khusus
konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat
umum.59
Proses analisis data pada dasarnya melalui beberapa tahap
analisis, yaitu meliputi:
58
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
2001), hlm. 103
59 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1 (Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fak.
Psikologi UGM, 1979) cet: VII, hlm. 42
TRIANGULASI
46
a. Pengumpulan data, penelitian ini dilakukan dengan tiga metode
yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
b. Reduksi data, merupakan kegiatan pemilihan, pemilahan,
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang berasal dari
lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian
sampai tersusunnya laporan akhir penelitian.
c. Penyajian data yang merupakan sekumpulan informasi yang
tersusun dalam teks naratif. Penyusunan informasi tersebut
dilakukan secara sistematis dalam bentuk tema-tema pembahasan
sehingga mudah difahami makna yang terkandung di dalamnya.
d. Menarik kesimpulan atau verifikasi dari semua kumpulan makna
setiap kategori, peneliti berusaha mencari makna esensial dari setiap
tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa fokus
penelitian.
82
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan
dengan hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan
bahwa:
1. Proses Terapi Dzikir bagi santri pengidap gangguan jiwa
a. Tahap Persiapan yaitu:
1. Terapis menyiapkan sarana
2. Membangunkan santri gangguan jiwa
b. Tahap Pelaksanaan yaitu:
1. Niat Dzikir/Mujahadah
c. Berdzikir/Bermujahadah
d. Penutupan
1) Membaca do’a
2) Pemberian sugesti dari terapis.
2. Manfaat Terapi dzikir untuk Pengidap Gangguan Jiwa
a. Secara fisik
1. Mengembalikan saraf-saraf yang telah rusak
2. Mengetes tingkat kesadaran
83
b. Secara psikis
Manfaat secara psikisnya yaitu dzikir dapat menghilangkan rasa
kecemasan, kegundahan, kesulitan, dan depresi. Sehingga dapat
mendatangkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan dan kelapangan
serta memunculkan kesadaran.
B. Saran-Saran
1. Bagi Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta
Peneliti cukup apresiasi terhadap pondok Pesantren Al-Qodir ini
karena sudah peduli terhadap para pengidap gangguan jiwa dan
berupaya untuk membantu mereka agar bisa sembuh dan sepenuhnya
kembali menjadi manusia yang sebenarnya. Namun disini peneliti
menyarankan kepada Pondok Pesantren Al-Qodir untuk menambah
jumlah para terapis agar pendampingan yang dilakukan lebih intens
lagi..
2. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti hal yang sama
dengan penelitian ini hendaknya memperluas cakupan penelitian tidak
terbatas pada ruang lingkup terapinya saja, melainkan dilihat dari
aspek psikis para pasien. Karena peneliti melihat bahwa
penyembuhan yang paling penting adalah penyembuhan dari aspek
psikis pasien.
84
3. Bagi Pemerintah.
Bagi pemerintah perlu adanya penanganan dan pendampingan
secara khusus dalam menanggulangi para pengidap gangguan jiwa.
Selain itu tempat-tempat rehabilitasi harus mendapatkan dukungan
yang lebih karena tempat rehabilitasi tersebut sangatlah membantu
sekali. Bangkitmya sebuah bangsa tergantung dari kondisi kejiwaan
dari manusia yang ada dalam bangsa itu.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syafi’I, Dzikir Sebagai Pembina Kesejahteraan Jiwa (Surabaya: Bina
Ilmu, 1985),
Anwar Sutoyo, Bimbingan & Konseling Islam (Teori & Praktik), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar)
Budi Ana Keliat, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,
Buku Kedokteran, 1992.
Bukhori, Baidi Zikir Al-asma’ Al-husna: Solusi atas Problem Agrevisitas Remaja,
Semarang: RaSAIL, 2008.
Dadang Hawari, Do’a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis, (Dana Bakti
Primayasa).
Desy Surya Ningsih, Implementasi Dzikir dan Do’a korban Penyalahgunaan
Napza Di Pondok Inabah 13 Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Dakwah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami
Hafi Anshary, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Al-Ikhlas, Surabaya: 1993.
Harun Nasution, Falsafat dan Misticisme dan Islam.(Jakarta;Bulan Bintang)
Hasbi Ash Siddieqi, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta; Bulan Bintang, 1994)
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)
HR. Sahih Bukhari Muslim
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Zikir Cahaya Kehidupan (Jakarta: Gema Insani,2002)
Iyus Yosep, Keperawatan Jiwa, (Bandung; PT Refika Aditama, 2010)
Kanfer & Goldstein, 1982: 7 dalam Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso,
Psikologi Islami;
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2010).
M. Rojaya, Dzikir-dzikir Pembersih dan penentram hati,(Bandung; Mizan
Pustaka, 2009)
M. Solihin, terapi sufistik (Bandung: Pustaka Setia, 2004)
86
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penterjemah
dan Penafsiran Al-Qur’an, 1973 )
Maramis, W. F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga
University Press. 1990.
Musfir bin Said Az-Zahrani. Konseling Terapi (Jakarta: Gema Insani,2005)
Ndariasih, Terapi Dzikir untuk mengatasi Stress (study pada anak panti asuhan
Al-fala Borobudur Magelang)skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta,2004.
Notosoedirjo & Latipun (2005).Kesehatan Mental,Konsep dan Penerapan.
Malang :UMM Presc.
Q.s. Al- A’raf : 55.
Q.s. Al-Baqarah:152.
Sholeh Gisymar, Terapi Wudhu Kiat Sehat, Murah dan Berkah Melalui
Hidroterapi dan Pijat Refleksi, (Surakarta :NUUN, 2010)
Sholehah, Hubungan antara pengamalan dzikir dengan pengendalian emosi
(study terhadap siswa Madrasah Aliyah Negeri Wonosobo tahun ajaran
2002-2003), Skripsi, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2001.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. ( 1998 ), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta,
EGC.
Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,(Bandung; Alfabeta,
2009).
Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1 (Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fak.
Psikologi UGM, 1979) cet: VII.
Syahrul Munir, Aktifitas Dzikir Dan Kendali Emosi (pada santri mirqot ilmiah al-
itqon cengkareng, Jakarta barat), Skripsi, Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2003.
W.E., Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya, 1990.
Wening wihartati, Pengaruh relaksasi dzikir sebagai terapi untuk meningkatkan
kesehatan mental dalam konseling Islam.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama
87
Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental (Jakarta: PT Gunun
Agung,1978).
Zammakhsyaari Dhofier, Tradisi Pesantren. Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982).
Zen zainul, Kekuatan Metode Lafidzi, (Jakarta : gultum media 2007).
88
Lampiran-Lampiran
PedomanWawancara
A. Wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Qodir?
2. Apa kegiatan di Pondok Pesantren Al-Qodir?
3. Berapa jumlah santri putera atau puteri di Pondok Pesantren Al-Qodir?
4. Berapa jumlah santri putera atau puteri yang menjalani rehabilitasi
gangguan jiwa di Pondok Pesantren Al-Qodir?
5. Bagimana sejarahnya pondok pesantren Al-Qodi rmanjadi tempat
rehabilitasi gangguan jiwa?
6. Bagaimana prosedur penerimaan santri gangguan jiwa di pondok
pesantren Al-Qodir?
7. Fasilitas apa saja yang dimiliki pondok pesantren Al-qodir sebagai
fasilitas pendukung dalam pelaksanaan terapi?
8. Terapi apa saja yang digunakan dalam proses penyembuhan gangguan
jiwa?
9. Bagaimana kondisi terapis dan berapa jumlahnya?
10. Apa kegiatan sehari-hari klien gangguan jiwa di Pondok Pesantren Al-
Qodir?
11. Apa tindak lanjut pondok pesantren dalam menangani proses terapi para
pasien gangguan jiwa?
12. Bagaimana proses terapi dzikir pada santri yang mengalami gangguan
jiwa?
13. Apa manfaat dari terapi dzikir?
14. Berapa lama proses yang dibutuhkan dalam proses terapi dzikir?
15. Peralatan apa saja yang digunakan dalam proses terapi dzikir?
16. Bacaan-bacaan dzikir apa yang digunakan dalam proses terapi?
89
17. Metode atau pendekatan apa yang dilakukan dalam proses terapi dzikir?
18. Apa tujuan dilakukannya terapi dzikir terhadap pasien gangguan jiwa?
19. Bagaimana hasil dari proses terapi dzikir pada santri pengidap gangguan
jiwa?
20. Apa hambatan dari terapi dzikir ini?
B. Wawancara kepada klien
1. Bagaimana proses terapi yang dilakukan di Pondok al-Qodir guna
terbebas dari gangguanjiwa?
2. Bagaimana proses terapi dzikir yang anda lakukan di Pondok Al-Qodir
ini?
3. Apa yang anda rasakan ketika melakukan terapi dzikir?
4. Bagaimana respon anda terhadap para terapis?
5. Bagaimana respon anda terkait waktu pelaksanaan terapi dzikir?
6. Bacaan-bacaan dzikir apa yang anda gunakan dalam melakukan terapi?
7. Peralatan apa saja yang digunakan dalam proses terapi dzikir?
8. Dampak apa yang anda rasakan ketika sudah melakukan terapi dzikir?
9. Apa manfaat dari terapi dzikir?
90
Pedoman Observasi
1. Observasi terhadap Pondok Pesantren Al-Qodir
No Fasilitas Ada Tidak Ada Keterangan
1. Masjid
2. Tempat Terapi
3. Peralatan Terapi
4. Terapis
2. Observasi terhadap Terapi Dzikir
No Objek Keterangan
1. Proses Terapi a. Tahap-tahap terapi dzikir.
b. Waktu yang dibutuhkan dalam
proses terapi dzikir.
c. Peralatan yang digunakan dalam
melakukan terapi dzikir.
d. Tempat untuk melakukan terapi
dzikir.
2. Rapport Klien a. Perbuatan awal klien
b. Respon terhadap terapis
c. Respon terhadap pelaksanaan terapi
d. Respon terhadap proses terapi
e. Perilaku klien setelah melakukan
proses terapi.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IdentitasDiri
Nama : Muhammad UlilArham
Tempat/TglLahir : Tuban, 12Februari 1991
Alamat : Ds. Jatisari, Kec. Senori, Kab.
Tuban
Email : [email protected]
Nama Ayah : H. Taufiqurrahman, BA
NamaIbu : Hj. SitiMardhiyah
B. RiwayatPendidikan
1. SDN 1 Sendang (1997-2003)
2. SMPN 1 Bangilan (2003-2006)
3. MAN IBojonegoro (2006-2009)
4. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas DakwahdanKomunikasi
(2009-2015)
C. PengalamanOrganisasi
No Organisasi Periode Jabatan
1. Keluarga Pelajar dan Mahasiswa
Ronggolawe Tuban Yogyakarta
2011-2013 Ketua
2. Forum Komunikasi Mahasiswa BPI/BKI
Indonesia
2012-2014 Sekretaris Pusat
3. PMII Rayon Pondok Syahadat 2011-2012 Kord. BSOR
Ekonomi
4. BEM –J BKI 2011-2013 Wakil Ketua
5. DEMA UIN 2013-2015 Kementrian
Dalam Negeri
6. Komisariat PMII UIN Suka 2013-2014 Kaderisasi
Yogyakarta, 28 Februari 2014
Muhammad UlilArham