Upload
destini-puji-lestari
View
14
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
terapi wicara
Citation preview
PRE PLANNING
PENYULUHAN PEMBERDAYAAN KELUARGA: CARA KOMUNIKASI DENGAN ANGGOTA KELUARGA PASCA STROKE
Oleh:
DESTINI PUJI LESTARI
22020111130032
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya fungsi sistem
saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-
gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (Ginsberg, 2007).
CVA (Cerebro Vascular Accident) atau sering disebut stroke adalah kelainan fungsi otak
yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala
berlangsung selama 24 jam yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,
proses bepikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan lain (Muttaqin, 2008).
Jumlah penderita stroke di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Saat
ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit
jantung koroner dan kanker. Depkes RI (2007) melaporkan bahwa stroke merupakan
penyebab kematian yang utama di rumah sakit disamping itu stroke juga merupakan
penyebab utama kecacatan nomor satu di dunia (Pinzon & Asanti, 2010).
Salah satu kecacatan yang ditimbulkan dari stroke adalah kerusakan pada sistem
persyarafan yaitu pada area broca yang terdapat di bagian frontal yang bertanggung
jawab sebagai kontrol verbal, berbicara expresive. Pada bagian wernike’s area dibagian
lobus temporal bagian posterior dan bertanggung jawab dalam persepsi sehingga
mengerti arti bicara, persepsi bahasa, menulis kata-kata dan beberapa saraf cranial yang
membantu proses wicara yaitu N. Glosofaringius, N. Vagus, dan bila beberapa saraf ini
mengalami gangguan atau kerusakan oleh sebab apapun baik trauma, penyakit,
keganasan dan lainnya maka akan menyebabkan gangguan dalam wicara. Klien pasca
stroke akan mengalami kesulitan berbicara karena kerusakan saraf-saraf cranial tersebut
(Crossiati, 2013).
Salah satu terapi yang bisa dilakukan selama masa pemulihan klien stroke adalah
dengan speech therapy atau terapi wicara. Terapi ini dilakukan secara berulang untuk
meningkatkan kemampuan bahasa klien secara verbal. Penelitian yang dilakukan oleh
Crossiati (2013) menyebutkan jika klien stroke yang melakukan terapi wicara dengan
menggunakan cermin kemampuan verbalnya lebih meingkat daripada klien stroke yang
tidak melakukan terapi. Jenis terapi ini hanya bisa dilakukan oleh terapis yang khusus
menangani klien dengan gangguan kemampuan verbal.
Pemulihan atau rehabilitasi klien pasca stroke juga membutuhkan waktu yang
tidak singkat sehingga peran keluarga sangat penting terhadap kesembuhan klien.
Sebagian besar klien lebih memilih untuk dirawat di rumah daripada harus menetap di
rumah sakit. Pemberdayaan potensi keluarga dapat membantu memelihara atau
meningkatkan kualitas hidup lansia pasca stroke (Sunardi, 2008). Berdasarkan hal-hal
tersebut diharapkan pemberian penyuluhan kepada keluarga mengenai pemberdayaan
keluarga tentang cara berkomunikasi pada klien pasca stroke bisa bermanfaat dan
meningkatkan semangat hidup klien pasca stroke.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang cara komunikasi dengan klien stroke, keluarga
dapat memahami pentingnya peran keluarga terhadap proses terapi klien dan dapat
membantu klien meningkatkan kemampuan komunikasi verbal.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan pentingnya pemberdayaan keluarga, diharapkan
keluarga dapat:
a. Menyebutkan pengertian stroke
b. Menyebutkan tanda gejala stroke
c. Keluarga dapat menyebutkan manfaat peran dan dukungan keluarga terhadap
kemampuan komunikasi klien
d. Mendemonstrasikan cara melakukan komunikasi dengan klien pasca stroke
C. SASARAN
Keluarga Klien Pasca Stroke
D. METODE
Demonstrasi tentang cara komunikasi keluarga dengan klien pasca stroke
E. WAKTU DAN TEMPAT
1. Waktu : Kamis, 20 Januari 2015
2. Tempat : Balai Warga
F. MEDIA DAN ALAT
Lembar balik dan video cara komunikasi dengan klien stroke/terapi wicara sederhana
G. PROSES KEGIATAN
1. Persiapan lingkungan
2. Menjelaskan materi yang akan disampaikan
3. Memberikan kepada klien/keluarga untuk bertanya
4. Mempraktekan cara berkomunikasi dengan klien pasca stroke
5. Memberikan feedback
6. Menutup kegiatan
H. SETTING TEMPAT
Kegiatan Penyuluhan Kepada Keluarga
Keterangan:
=observer = fasilitator
=keluarga klien = pemberi materi
I. STRATEGI PELAKSANAAN
Penyuluhan Kepada Keluarga Klien
Tahap kegiatan
Waktu Kegiatan Kegiatan peserta Metode Media
Pembukaan5
5 menit Salam pembuka Perkenalan Validasi keadaan
peserta Menyampaikan
cakupan materi dan tujuan pembelajaran
Kontrak waktu Memberikan
reinforcement positif
Menjawab salam Memperhatikan Menyetujui
Ceramah -
Pelaksanaan 30 menit
Mengulas (review) materi :a. Definisi strokeb. Tanda dan gejala
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan Mempraktikkan
Diskusi,Praktik
Video cara komunikasi
strokec. Definisi terapi
wicarad. Peran keluarga
selama proses terapie. Demonstrasi cara
komunikasi dengan klien stroke
dengan klien pasca stroke/terapi wicara
Penutup 5 menit Memberikan reinforcement positif
Menyimpulkan kegiatan
Salam penutup
Menjawab pertanyaan
Menjawab salam
Diskusi -
J. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI
1. Kebosanan peserta
2. Kelelahan peserta selama mendengarkan materi
3. Peserta kesulitan dalam memahami materi
K. ANTISIPASI UNTUK MEMINIMALKAN HAMBATAN
1. Menjelaskan maksud dan cara komunikasi keluarga dengan klien pasca stroke
2. Waktu pelaksanaan demonstrasi cara komunikasi dengan klien pasca-stroke tidak
terlalu lama
3. Menggunakan media yang menarik
4. Melibatkan peran serta dari keluarga
L. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pre-planning sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan
b. Media telah dipersiapkan
c. Keluarga siap menerima materi tentang stroke dan cara komunikasi dengan klien
pasca stroke
d. Kontrak waktu dan tempat sudah disepakati
e. Mahasiswa siap memberikan materi dan mendemonstrasikan cara komunikasi
dengan klien pasca stroke
2. Evaluasi Proses
a. Waktu dan tempat sesuai kontrak
b. Warga kooperatif saat dilakukan penyuluhan dan demonstasi cara komunikasi
yang baik dengan klien pasca stroke
c. Lingkungan kondusif
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian stroke
b. Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala stroke
c. Keluarga dapat menyebutkan manfaat peran dan dukungan keluarga terhadap
kemampuan komunikasi klien pasca stroke
d. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara komunikasi dengan klien pasca stroke
Lampiran Materi
A. Definisi Stroke
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO)
dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai
akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat.
Stoke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian nomor
tiga di dunia. Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada masyarakat barat, 80%
penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke
meningkat seiring pertambahan usia (Dewanto, 2007).
B. Faktor Resiko
Usia dan jenis kelamin, genetik, ras, mendengkur dan sleep apnea, inaktivitas fisik,
hipertensi, merokok, diabetes mellitus, penyakit jantung, aterosklerosis, dislipidemi,
alkohol dan narkoba, kontrasepsi oral serta obesitas (Dewanto, 2007)
C. Tanda dan Gejala
Menurut Oman (2002) tanda dan gejala stroke bergantung pada daerah otak yang terkena.
Stroke dapat mengenai kemampuan mental, fungsi motorik, atau bicara. Semua gejala
stroke terjadi secara tiba-tiba. Baru-baru ini Brain Attack Coalition of The National
Institute of Neurologic Disorder and Stroke menyepakati tanda-tanda stroke sebagai
berikut:
1. Kebas atau kelemahan pada wajah, lengan atau tungkau, khususnya jika terjadi pada
satu sisi (unilateral)
2. Konfusi, kesulitan dalam bicara atau memahami perkataan
3. Kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata
4. Kesulita berjalan, vertigo, dan kehilangan keseimbangan atau koordinasi
5. Sakit kepala tanpa penyebab yang jelas
D. Pengertian Terapi Wicara
Terapi wicara (speech therapy) merupakan suatu proses pengobatan pada penderita
gangguan perilaku komunikasi sehingga penderita gangguan perilaku komunikasi mampu
berinteraksi dengan lingkungan secara wajar tidak mengalami gangguan psikososial serta
mampu meningkatkan hidup optimal (Rodiyah, 2012).
Terapi wicara merupakan tindakan yang diberikan kepada individu yang mengalami
gangguan komunikasi, gangguan berbahasa bicara dan gangguan menelan (Sunardi, 2013).
Wicara/speech yang merupakan kumpulan suara “vocal articulation” kata yang merupakan
hasil dari ekspresi pikiran atau ide dan komunikasi artinya mengucapkan kata-kata.
Berdasarkan kerusakan gangguan syaraf yang terkena, dapat dibedakan, yaitu:
1. Aphasia: kehilangan fungsi kemampuan berbicara, meliputi gangguan dalam menulis,
berbicara, membaca, mendengar dan mengerti bahasa.
2. Dysatria: pengucapan kata-kata yang tidak jelas dimana kekuatan koordinasi dan tonik
otot yang digunakan dalam berbicara terganggu oleh lesi otak, dan syaraf yang
berhubungan dengan dysatria adalah Cranialis VII, IX, X, dan XII
3. Aphonia: kehilangan kemampuan untuk membentuk nada vokal
4. Anarthtia: ketidakmampuan dalam mengeluarkan kata-kata
5. Dysaphasia: Gangguan/kesulitan dalam berbicara
E. Cara Melakukan Komunikasi dengan Klien Pasca Stroke
1. Hindari bicara seolah-olah klien menderita cacat mental, jangan berteriak pada klien,
bicara jelas dengan perlahan, beri kesmepatan/waktu klien untuk merespon
2. Perhatikan reaksi klien terhadap masalah bahasa yang berbeda-beda
3. Hal penting diperhatikan dalam rehabilitasi bicara: keinginan klien untuk
berkomunikasi, usaha yang terus menerus, sikap orang-orang yang berhubungan
dengan klien
4. Lakukan usaha-usaha untuk mengurangi ketegangan agar klien dapat membuat
penyesuaian terhadap kehilangannya (lingkungan, komunikasi seperti hal orang normal,
aktifitas, dll) seperti mengajak klien mengobrol.
5. Tentukan cara yang paling efektif untuk berkomunikasi (dengan mengamati cara
komunikasi yang bisa dipahami klien)
6. Lakukan tehnik-tehnik untuk menstimulasi komunikasi dan membantu klien mengatasi
masalah aphasia klien (self talk, paralel talk, ekspansio, modeling).
Self talk: dari keluarga mengajari beberapa kata yang mudah untuk ditirukan oleh klien.
Tingkat kesulitan kata bertambah sesuai dengan kemampuan klien. Contoh kata yang
bisa diajarkan adalah: anggota tubuh (mata, kaki, tangan, telinga, dll), buah-buahan
(apel, pisang, duku, tomat, dll).
F. Manfaat Peran dan Dukungan Keluarga Pada Pemulihan Klien Pasca Stroke
Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dari
tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan, sampai dengan rehabilitasi.
Dukungan sosial dan psikologis sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap
siklus kehidupan, dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang
sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota keluarga diperlukan
untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat (Ferry, 2009).
Dukungan dan peran keluarga selama proses penyembuhan stroke juga bermanfaat
untuk meningkatkan motivasi klien untuk hidup. Motivasi ini berasal dari motivasi
psikologis yaitu yang berasal dari kasih sayang, mempertahankan diri dan memperkuat
diri.
Daftar Pustaka
Crossiati, Galih. 2013. Efektivitas Penggunaan Cermin Terhadap Kemampuan Bicara Pada Klien Pasca Stroke dengan Afasia Motorik. www.ejournal.stikestelogorejo.ac.id
Effendi, F. & Mahfudi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Cetakan Pertama. Jakarta:
Salemba Medika
Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Praptiwi, Atlastieka. 2008. Pemberdayaan Keluarga Dalam Penatalaksanaan Lansi Pasca Stroke
di Rumah. Kegiatan Pelatihan Kader Pos Lansia di Kelurahan Kebon Gedang Kec.
Batununggal, Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran
Sunardi. 2008. Speech Terapi (Terapi Wicara) Post Laringiotomy. www.nardinurses.wordpress.com
Surono, Bayu Joko. 2013. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Motivasi untuk
Melakukan ROM Pada Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyat
Kabupaten Pekalongan. Diakses di www.e-journal.stikesmuh-pkj.ac.id pada tanggal 25
November 2014 pukul 22.45WIB