97
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL UMBI BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Martina Herlianawati NIM : 038114009 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TERHADAP ATCC 25923 - USD

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TERHADAP ATCC 25923 - USD

UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL

UMBI BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)

TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923

dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Martina Herlianawati

NIM : 038114009

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: TERHADAP ATCC 25923 - USD

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: TERHADAP ATCC 25923 - USD

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Setiap masalah yang terjadi adalah proses, tantangan, dan pilihan untuk tidak menyerah pada keadaan. Kita yang harus mengendalikan keadaan, dan bukan keadaan yang mengendalikan kita. Jadi, jalani dengan maksimal karena Tuhan punya cara sendiri untuk melihat dan menilainya.

Le Gra,

Karyaku ini ada untuk:

My Lord Jesus and My Holy Marry, Papa, Mama, Sisca,

Seluruh Sahabat dan Kerabat, serta Almamaterku

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: TERHADAP ATCC 25923 - USD

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: TERHADAP ATCC 25923 - USD

INTISARI

Binahong Anredera cordifolia (Tenore) Steen, secara empiris digunakan masyarakat untuk menyembuhkan beberapa penyakit salah satu diantaranya adalah untuk mengobati infeksi pada luka. Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit yang terluka adalah Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi ekstrak etanol umbi binahong terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Selain itu perlu diketahui pula kandungan kimia dalam umbi binahong yang berperan sebagai senyawa antibakteri. Maka dilakukan uji tabung dari serbuk umbi binahong dan ui KLT dari ekstrak etanol.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni rancangan acak lengkap pola satu arah. Subyek uji dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang merupakan bakteri gram positif dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang merupakan bakteri gram negatif. Penentuan aktivitas antibakteri umbi binahong dilakukan dengan metode difusi paperdisk. Sedangkan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak umbi binahong dilakukan dengan metode dilusi padat. Uji kandungan kimia terhadap serbuk umbi binahong dilakukan dengan uji tabung dan uji kandungan kimia ekstrak etanol umbi binahong dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis hasil KLT dilakukan secara deskriptif komparatif.

Hasil penelitian dengan metode difusi menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi binahong tidak memiliki potensi antibakteri. Berdasarkan uji tabung, serbuk umbi binahong diketahui mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, dan saponin. Untuk uji KLT, diketahui bahwa ekstrak etanol umbi binahong mengandung flavonoid, polifenol, tanin dan saponin.

Kata kunci : potensi antibakteri, umbi binahong, Staphylococcus aureus,

Pseudomonas aeruginosa, uji tabung, uji KLT

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: TERHADAP ATCC 25923 - USD

ABSTRACT

Binahong Anredera cordifolia (Tenore) Steen empirically are used to threat some illness, one of them is to threat wound infection. Usually, wound infection ware caused by Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. So it was needed to research the potency of ethanolic extract of binahong’s tubers against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginos. Beside that, the tubes test and the TLC test were needed to know the chemical contents of binahong tubers which can be used as a antibacterial agent.

This research was a pure experimental research with the one way pattern of complete-random research design. The subject in this research were Staphylococcus aureus ATCC 25923 which is positive gram bacterial and Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 which is negative gram bacterial. Antibacterial activity was determined by diffusion method using paperdisk. Whereas, the Minimum Inhibitory Consentration (MIC) and Minimum Bacterisidal Consentration (MBC) of ethanolic extract of binahong’s tubers were conducted by solid dilution method. The identification of chemical contents of powders of binahong’s tubers was conducted by tubes test and the ethanolic extract of binahong’s tuber was conducted by TLC test. The result of TLC test was analysed using comparative-descriptive analysing method.

The result showed that the ethanolic extract of binahong’s tuber has not antibacterial activities against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. Based on the tube test, the powder of binahong’s tubers maybe contain flavonoid, alkaloid, polyphenol, tannin, and saponin. The TLC result showed that the ethanolic extract of binahong’tuber contents of flavonoid, polyphenol, tannin, and saponin.

Keyword : Antibacterial potency, binahong’s tubers, Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa, tubes test, TLC test

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: TERHADAP ATCC 25923 - USD

KATA PENGANTAR

Kasih dan karunia-Nya yang berlimpah, membuat penulis tak henti-

hentinya mengucap puji dan syukur atas terselesaikannya skripsi dengan judul

UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL UMBI BINAHONG

(Anredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP Staphylococcus aureus

ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 ini.

Penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Semua yang tertuang dalam skripsi ini diperoleh dengan kerja keras dan tidak lain

karena peran, bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan, dan doa dari beberapa

pihak, dan karenanya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata

Dharma,

2. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., selaku dosen pembimbing yang sudah

meluangkan waktu dan perhatian, serta banyak membantu selama diskusi,

bimbingan, dan revisi,

3. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si, selaku dosen penguji atas diskusi

dan masukan kepada penulis,

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku dosen penguji atas diskusi dan

masukan kepada penulis,

5. Papa dan mama tercinta, Fx. Untung Puryanto dan Tarsicia Sri Setyani

atas kesabaran dan kepercayaan yang mungkin sedikit terkikis, tulusnya

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: TERHADAP ATCC 25923 - USD

doa dan cinta, dukungan moral dan material, serta semangat yang

mengiringi langkah penulis,

6. Satu-satunya adik ‘kecil’ku Fransisca Kurnianingsih, atas telinga, hati, dan

pikiran yang selalu menjadi jawaban atas segala keluh kesahku,

7. Nella, seorang sahabat, tempat curhat, mbak, dan teman se‘binahong’ atas

seluruh moment yang terjadi dan segala pengalaman yang membuat kita

lebih kaya dalam memaknai hidup.

8. Mas Wahyu, Meta, Mas Alfren dan Budhe, Pakdhe terimakasih banyak

atas perhatian, waktu, dan tenaga yang tersita untukku.

9. Mas Sarwanto, Mas Wagiran, Mas Sigit, dan Mas Andre, laboran

sekaligus teman dalam canda dan kerjasama selama penelitian

10. Sahabat-sahabat hatiku, Johan, Wati, Ratih, Totok, Bambang, Ana, Tusti,

Tica, Ceu Sri, Bernan, Mas Wondo, Bayu, dan Top-X, atas senyum,

canda, tawa, tangis, perhatian, dan semangat yang pernah, masih dan

selalu ada buat aku. You make me standing still with everything you do,

Thanks a lot guys…

11. Teman-teman baikku, Otong, Surya, Evelyn, Beni, Rinto, Punto, Sutaman,

Kris, Helmi, De Eya, Nice, De Esti, Agnes, dik Henong, mb Dinta, mb

Devi, Vivi, Dewi&albert, Rosalia Guruh, Vian, Sakundita, Yohana, Netly,

Bangun, mb Obe, abang Franky, pakdhe Muji, Ci’ Mey, Mba Endar, Jeng

Fitri, dan Pak Ciek Hendro, atas detik, menit, hari, bulan, dan tahun yang

menyertai kebersamaan kita. Without you all, I’m nothing.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: TERHADAP ATCC 25923 - USD

12. Every single guy in : The 10th generation of VL, Wisma Rosari, Farmasi

2003, Kelompok Praktikum A, Tim layat kelas A, kelp. KKN Ceporan

angkatan XXXIII, asisten mikro 2006/2007, dan Skripsi Lantai 3 atas

untaian cerita yang mengisi hari-hariku,

13. Dan semua pihak yang langsung ataupun tidak langsung sudah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis

dengan rendah hati mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, dan

untuk itu, penulis menerima segala kritik maupun saran yang membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan pada umumnya dan semua orang yang membaca skripsi ini pada

khususnya.

Tuhan memberkati.

Yogyakarta, Juni 2007

Penulis,

Martina Herlianawati

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: TERHADAP ATCC 25923 - USD

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... v

INTISARI ........................................................................................................ vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I. PENGANTAR .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1. Permasalahan ...................................................................................... 3

2. Manfaat Penalitian .............................................................................. 4

3. Keaslian Penelitian .............................................................................. 4

B. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6

A. Binahong Anredera cordifolia (Tenore) Steen ........................................... 6

1. Deskripsi ............................................................................................. 6

2. Ekologi dan penyebaran ...................................................................... 7

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: TERHADAP ATCC 25923 - USD

3. Kandungan Kimia ............................................................................... 7

4. Kegunaan ............................................................................................ 7

B. Penyarian .................................................................................................... 8

C. Ekstrak Etanol ............................................................................................ 9

D. Sterilisasi .................................................................................................... 10

E. Bakteri Uji .................................................................................................. 11

1. Staphylococcus aureus ....................................................................... 11

2. Pseudomonas aeruginosa .................................................................. 12

F. Amoksisilin ................................................................................................. 12

G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri ....................................................... 13

H. Kromatografi Lapis Tipis ........................................................................... 16

I. Flavonoid ..................................................................................................... 18

J. Akaloid ........................................................................................................ 19

K. Senyawa Polifenol ...................................................................................... 20

L. Tanin ........................................................................................................... 21

M. Saponin ...................................................................................................... 22

N. Keterangan Empiris .................................................................................... 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 24

B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................. 24

1. Variabel Penelitian .............................................................................. 24

2. Definisi Operasional ........................................................................... 25

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: TERHADAP ATCC 25923 - USD

C. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 26

1. Bahan .................................................................................................. 26

2. Alat ...................................................................................................... 27

D. Jalannya Penelitian ..................................................................................... 27

1. Determinasi Tanaman Binahong ......................................................... 27

2. Pengumpulan Bahan ........................................................................... 28

3. Penyerbukan Bahan ............................................................................. 28

4. Pembuatan Ekstrak Etanol dengan Metode Maserasi ......................... 28

5. Skrining Fitokimia .............................................................................. 28

a. Uji Tabung ....................................................................................... 29

b. Uji kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis ............................... 31

6. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Binahong terhadap

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa .................... 34

E. Analisis Data .............................................................................................. 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 37

A. Determinasi ................................................................................................ 37

B. Pengumpulan dan Penyerbukan Bahan ...................................................... 37

C. Pembuatan Ekstrak dengan Metode Maserasi ............................................ 38

D. Skrining Fitokimia ..................................................................................... 41

1. Uji Tabung .......................................................................................... 41

2. Uji Kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis .................................. 46

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: TERHADAP ATCC 25923 - USD

E. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa

ATCC 27853 ............................................................................................... 53

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 58

A. Kesimpulan ................................................................................................ 58

B. Saran ........................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59

LAMPIRAN .................................................................................................... 62

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 79

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: TERHADAP ATCC 25923 - USD

DAFTAR TABEL

Tabel I Pembuatan Variasi Konsentrasi Uji ........................................ 35

Tabel II Hasil pengamatan uji tabung terhadap serbuk

umbi binahong ......................................................................... 41

Tabel III Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase

diam silika gel GF 254 dan fase gerak butanol : asam

asetat : air (4:1:5 ) dan pembanding rutin 0,05%

untuk analisis flavonoid ........................................................... 47

Tabel IV Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam

silika gel GF 254, fase gerak etil asetat : methanol : air

(70:20:10)dan pembanding skopolamin untuk analisis

alkaloid…………………………………………………………….. 49

Tabel V Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam

silika gel GF 254, fase gerak toluen, etil asetat, metanol

(70:20:10) dan pembanding eugenol untuk analisis

senyawa fenolik………………………………………………… ... 50

Tabel VI Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam

silika gel GF 254, fase gerak etil asetat : metanol : air

(100 : 13,5 : 10) dan pembanding asam tanat untuk

analisis tanin………………………………………………….......... 51

Tabel VII Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam

silika gel GF 254, fase gerak toluen : etil asetat (93:7) dan

pembanding Glycyrrhiza Radix untuk analisis saponin……………. 52

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Tabel VIII Diameter zona hambat ekstrak etanol umbi binahong

terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923……………… 55

Tabel IX Diameter zona hambat ekstrak etanol umbi binahong

terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853…………… 56

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: TERHADAP ATCC 25923 - USD

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Flavonoid ………………………………………. 18

Gambar 2. Reaksi antara Senyawa Fenolik dengan FeCl3…….............. 44

Gambar 3. Reaksi antara NaCl dengan Senyawa fenolik …………….. 44

Gambar 4. Reaksi flavonoid dengan CaSO4 membentuk

kompleks khelat…………………………………………… 46

Gambar 5. Reaksi antara Flavonoid dengan NH3 ……………………. 48

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: TERHADAP ATCC 25923 - USD

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Melakukan Determinasi dari

BalaiPenelitian Tanaman Obat................................................. 62

Lampiran 2. Determinasi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia

(Tenore) Steen)......................................................................... 63

Lampiran 3. Foto Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore)

Steen) dan foto serbuk umbi binahong..................................... 64

Lampiran 4. Foto Hasil Uji Pendahuluan Serbuk Umbi Binahong

Dengan UjiTabung.................................................................... 65

Lampiran 5. Foto Hasil Uji Alkaloid Serbuk Umbi Binahong

Dengan UjiTabung.................................................................... 66

Lampiran 6. Foto Hasil Uji Antrakinon Serbuk Umbi Binahong

Dengan Uji Tabung .................................................................. 67

Lampiran 7. Foto Hasil Uji Polifenol Serbuk Umbi Binahong

Dengan UjiTabung ................................................................... 68

Lampiran 8. Foto Hasil Uji Tanin Serbuk Umbi Binahong

Dengan Uji Tabung .................................................................. 69

Lampiran 9. Foto Hasil Uji Saponin Serbuk Umbi Binahong

Dengan Uji Tabung................................................................... 70

Lampiran 10. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan

Deteksi UV 254, UV 365, dan uap amoniak pada

Analisis Flavonoid ................................................................... 71

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Lampiran 11. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan

Deteksi UV 254, UV 365, pereaksi Dragendorf pada

Analisis Alkaloid ...................................................................... 72

Lampiran 12. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan

Deteksi UV 254, UV 365, dan pereaksi FeCl3 pada Analisis

Polifenol .................................................................................... 73

Lampiran 13. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan

Deteksi UV 254, UV 365, dan pereaksi FeCl3 pada Analisis

Tanin ........................................................................................ 74

Lampiran 14. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan

Deteksi UV 254, UV 365, dan pereaksi Anisaldehid Asam

Sulfat pada Analisis Saponin .................................................... 75

Lampiran 15. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi

Binahong terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923

Dengan Metode Difusi Paperdisk ............................................. 76

Lampiran 16. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi

Binahong terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Dengan Metode Difusi Paperdisk ............................................. 77

Lampiran 17. Foto Kontrol Pertumbuhan Staphylococcus aureus

ATCC 25923 dan Kontrol pertumbuhan Pseudomonas

aeruginosa ATCC 27853 .......................................................... 78

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: TERHADAP ATCC 25923 - USD

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Tumbuhan obat dan obat tradisional (OT) merupakan aset nasional yang

perlu terus digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat

tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan formal (Sumaryono, 2000).

Penggunaan obat tradisional memiliki kelebihan antara lain yaitu bahannya mudah

didapat, murah dan dapat diramu sendiri. Karena alasan itulah masyarakat

berusaha memanfaatkan alam sekitar untuk memenuhi kebutuhan obat ketika

menderita sakit.

Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen merupakan tanaman yang

mudah didapatkan. Binahong sangat mudah tumbuh di beberapa kondisi secara

vegetatif, mempunyai karakteristik agresif dan sulit dikendalikan. Hal ini

dikarenakan umbi sebagai alat reproduksi secara vegetatif tumbuh di dalam

maupun di atas tanah (Vivian et al, 2005).

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat mengenal binahong sebagai

tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit. Namun

penggunaan binahong tersebut belum dibuktikan sampai tahap uji klinik.

Penelitian yang pernah dilakukan, mengemukakan bahwa ekstrak kloroform dari

herba binahong Anredera cordifolia (Tenore) Steen dapat menghambat

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: TERHADAP ATCC 25923 - USD

pertumbuhan beberapa bakteri (Meyer, 2004). Sedangkan dalam masyarakat,

penggunaannya hanya secara empiris yaitu berupa perasan, rebusan, seduhan,

dimakan secara langsung, maupun dioleskan pada daerah yang akan diobati.

Binahong dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit antara lain sebagai

obat antiinflamasi, anti-ulcer, obat untuk menyembuhkan luka dan juga dapat

sebagai liver-protective. Selain itu juga digunakan untuk mengobati infeksi pada

luka (Anonim, 2006a).

Infeksi pada luka itu sendiri terjadi karena fungsi kulit sebagai pertahanan

(barrier) hilang. Hilangnya pertahanan kulit dan terkelupasnya lapisan jaringan di

bawah kulit yang basah dan kaya akan nutrien merupakan hal yang ideal untuk

kolonisasi bakteri pada area kulit yang terluka atau terbakar. Penyebab yang

paling umum pada infeksi kulit yang terluka adalah Pseudomonas aeruginosa dan

Staphylococcus aureus (Naim, 2006). P. aeruginosa merupakan bakteri gram

negatif sedangkan S. aureus merupakan gram positif (Jawetz, Melnick, dan

Adelberg, 1996).

Seperti telah disebutkan di atas, pada penelitian sebelumnya digunakan

kloroform untuk menyari senyawa yang terdapat dalam herba binahong.

Kloroform merupakan penyari yang bersifat non polar, sehingga senyawa-

senyawa yang tersari dimungkinkan hanya senyawa-senyawa yang bersifat non

polar. Untuk itu dalam penelitian ini, digunakan etanol yang bersifat semi polar.

Dengan demikian senyawa-senyawa yang tersari tidak hanya yang bersifat non

polar tetapi juga yang bersifat polar.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Pada penelitian sebelumnya, bahan yang digunakan berupa herba

binahong. Untuk iu perlu diketahui bagian mana dari herba binahong tersebut

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, penulis melakukan

penelitian mengenai ekstrak etanol umbi binahong, terutama potensinya sebagai

antibakteri terhadap S. aureus dan P. Aeruginosa, sehingga dapat diketahui

khasiat dari umbi binahong sebagai obat menyembuhkan infeksi pada luka.

1. Permasalahan

Ditinjau dari latar belakang yang ada, maka permasalahan yang ingin

diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ekstrak etanol umbi binahong berpotensi sebagai antibakteri

terhadap S. aureus dan P. aeruginosa?

2. Berapa besar Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi

Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak etanol umbi binahong terhadap S.

aureus dan P. aeruginosa ?

3. Kandungan kimia apa sajakah yang terdapat di dalam umbi binahong yang

bermanfaat sebagai antibakteri?

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: TERHADAP ATCC 25923 - USD

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah terutama

mengenai tanaman obat baru yang dapat dikembangkan menjadi obat

tradisional dan fitofarmaka.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan yang berharga untuk

mendalami pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus

dan P. aeruginosa dengan menggunakan tanaman yang berpotensi

digunakan sebagai obat.

3. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka dan pengamatan peneliti, pernah dilakukan

penelitian mengenai potensi antibakteri ekstrak kloroform dari herba Anredera

cordifolia (Tenore) Steen terhadap Bacillus cereus, Bacillus pulmilus, Bacillus

subtilis, Staphylococcus aureus, Enterobacter cloacae, Escherichia coli,

Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens, dan

Enterobacter aerogenes (Meyer, 2004). Bahan yang digunakan dalam

penelitian tersebut adalah herba dari binahong, maka perlu dilakukan

penelitian mengenai potensi antibakteri dari salah satu organ tanaman

binahong terhadap bakteri penyebab infeksi pada luka dalam hal ini yaitu

umbinya.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: TERHADAP ATCC 25923 - USD

B. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui ada tidaknya potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong

terhadap S. aureus dan P. aeruginosa.

2. Mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh

Minimum ekstrak etanol umbi binahong pada pertumbuhan S. aureus dan

P. aeruginosa.

3. Mengetahui kandungan kimia yang terdapat di dalam umbi binahong yang

bermanfaat sebagai senyawa antibakteri secara kualitatif melalui uji

tabung dan uji Kromatografi Lapis Tipis.

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: TERHADAP ATCC 25923 - USD

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anredera cordifolia (Tenore) Steen

1. Deskripsi

Binahong merupakan tumbuhan yang termasuk dalam familia

Basellaceae, genus Anredera, dengan nama spesies Anredera cordifolia

(Tenore) Steen. Sinonim dari Anredera cordifolia (Tenore) Steen adalah

Boussingaultia baselloides Auct.non H.B.K, Boussingaultia gracillis Miers,

Boussingaultia pseudobasselloides (Vivian, 2005).

Di beberapa negara binahong dikenal sebagai ‘uala hupe, anredera,

enredarera del mosquito, filikafa, Gulf madeiravine, hearthleaf madeiravine,

lamb’s tails, Madeira vine, mignonette vine, parra de Madeira (Vivian, 2005).

Habitus; herba, menjalar, panjang mencapai lima meter. Batang; lunak,

warna merah tua kehijauan, permukaan halus dan licin, pada bagian aksiler

daun, tumbuh umbi tunggal maupun berkelompok. Daun; tunggal, tata letak

daun tersebar, permukaan daun halus dan licin, daging daun tebal, warna hijau

muda, pertulangannya menyirip, helaian daun bentuk jantung, ujung runcing,

tepi rata – bergelombang, pangkal berbelah, panjang helaian 2-10 cm, lebar 1-

7 cm, panjang tangkai daun kurang lebih 1 cm. Bunga; majemuk, bentuk

tandan atau malai bercabang, panjang perbungaan 10 -35 cm, daun kelopak

pada bagaian basal berlekatan dengan daun mahkota, putih – krem, bentuk

oval – memanjang, panjang 1- 2 mm, lebar 1 mm, ujung membulat, daun

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: TERHADAP ATCC 25923 - USD

mahkota pada bagain basal berlekatan, putih – krem, bentuk oval – membulat,

panjang 2-3 mm, lebar 1-2 mm, benang sari; berdaging, tangkai sari pada

bagian basal berlekatan, panjang 2-4 mm, putik; satu panjang 1-2 mm. Akar;

tunggang (Backer, 1968)

2. Ekologi dan Penyebaran

Binahong hidup liar di hutan, ladang, dan padang rumput. Tumbuh

tersebar di berbagai kawasan di dunia termasuk di antaranya di Afrika,

Australia dan wilayah Pasifik, Eropa, dan Amerika. Tumbuhan ini sangat

mudah tumbuh di beberapa kondisi secara vegetatif, mempunyai karakteristik

agresif dan sulit dikendalikan. Hal ini dikarenakan umbi sebagai alat

reproduksi secara vegetatif tumbuh di dalam maupun di atas tanah (Vivian,

2005).

3. Kandungan Kimia

Binahong mengandung asam askorbat dan fenol dalam jumlah kecil

(Sato, Nagata, dan Engle, 2005). Basellaceae lainnya yaitu Anredera diffusa

mengandung asam oleanolic yang berperan dalam proses penyembuhkan luka

(Moura-Letts dan Marcalo,2006). Selain itu, terdapat pula serat, karbohidrat,

air, protein, abu, flavonoid, dan lendir pada Anredera baselloides (Anonim,

2006b).

4. Kegunaan

Secara empiris binahong digunakan untuk menyembuhkan beberapa

penyakit antara lain sebagai obat antiinflamasi, anti-ulcer, menyembuhkan

luka dan juga dapat sebagai liver-protective. Selain itu juga digunakan untuk

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: TERHADAP ATCC 25923 - USD

mengobati infeksi pada luka (Anonim, 2006a). Ada pula penelitian yang

mengemukakan bahwa ekstrak kloroform dari herba (Anredera cordifolia

(Tenore) Steen dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri (Meyer,

2004).

B. Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang

tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan

penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas

antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang

terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida,

glikosida, flavonoid dan lain-lain. (Anonim, 1986). Cara penyarian dapat

dibedakan menjadi :

1. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian (menyari simplisia dengan air

pada suhu 90oC selama 15 menit) yang umumnya digunakan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati

(Anonim, 1986).

2. Maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke

dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel

dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim,1986).

3. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia. Prinsip perkolasi

adalah sebagai berikut : serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana

silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari

dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan

melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan

cairan diatasnya, dikurangi daya kapiler yang cenderung untuk menahan

(Anonim, 1986).

C. Ekstrak etanol

Tahap awal pemisahan suatu senyawa dari suatu tumbuhan dapat disebut

sebagai ekstraksi. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode

ekstraksi antara lain kesesuaian antara senyawa kimia yang terkandung dalam

bahan dengan sifat pelarut yang digunakan (Houghton dan Raman, 1998).

Dalam buku Farmakope Indonesia Edisi IV, disebutkan bahwa ekstrak

adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Anonim, 2000a).

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi adalah etanol. Etanol

(C2H5OH) merupakan cairan yang mudah menguap, jernih, dan tidak berwarna.

Sebagai pelarut, etanol mempunyai kelebihan antara lain mempunyai toksisitas

rendah dibanding metanol, lebih stabil dan lebih murah. Etanol bersifat semipolar,

maka dapat digunakan untuk mengekstrasi senyawa-senyawa yang bersifat polar

dan non polar (Houghton dan Raman, 1998).

D. Sterilisasi

Sterilisasi ialah suatu proses untuk mematikan semua mikroorganisme

yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Pemilihan metode sterilisasi

didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan (Pelczer dan Chan, 1986 )

Cara umum yang sering digunakan untuk sterilisasi, antara lain:

1. Sterilisasi dengan panas

Cara ini paling banyak digunakan. Dapat digunakan untuk

sterilisasi baik alat maupun media. Sterilisasi dengan panas dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: dengan udara panas kering, panas

lembab, dan pemijaran (Pelczer dan Chan, 1986 ). Untuk sterilisasi

dengan udara panas kering, rentang suhu yang khas yang dapat

diterima di dalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15

menit, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250oC

sedangkan untuk proses satu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam

Farmakope Indonesia untuk media atau pereaksi adalah selama 15

menit pada suhu 121oC (Anonim, 1994).

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: TERHADAP ATCC 25923 - USD

2. Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilisasi ini digunakan untuk bahan-bahan yang sangat peka

terhadap pemanasan (serum, antibiotika, toksin) atau bahan yang

relatif tidak tahan terhadap pemanasan tinggi (medium yang

mengandung senyawa gula). Untuk keperluan ini dibutuhkan alat filter

atau saringan bakteri.

3. Sterilisasi dengan bahan kimia

Bahan yang mudah rusak apabila disterilkan pada suhu tinggi,

dapat disterilkan secara kimia dengan menggunakan gas radiasi. Bahan

kimia yang digunakan untuk sterilisasi gas antara lain etilanoksida,

asam parasetat, formaldehid, dan glutaraldehide alkalin (Suriawinata,

1986).

E. Bakteri uji

1. Staphylococcus aureus

S. aureus termasuk dalam familia Micrococcaceae adalah bakteri

dengan sel-sel berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1µm dan tersusun

dalam kelompok-kelompok tak beraturan. Pada biakan cairan tampak juga

kokus tunggal, berpasangan, atau berbentuk rantai. Kokus muda bersifat gram

positif kuat, sedangkan pada biakan yang lebih tua, banyak sel menjadi gram

negatif. S aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Oleh obat-obatan

seperti penisilin S. aureus dilisiskan. S. aureus tumbuh paling cepat pada suhu

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: TERHADAP ATCC 25923 - USD

37ºC. S. aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas

(Jawetz, et al, 1996).

Bakteri ini menyebabkan penyakit pada hampir semua jaringan tubuh

yang terutama adalah abses. S. aureus merupakan flora normal pada rongga

hidung bagian depan, perineum, saluran pencernaan, atau kulit ( Jawetz, et al,

1996).

2. Pseudomonas aeruginosa

P. aeruginosa termasuk dalam familia Pseudomonadaceae berbentuk

batang, bergerak, dan merupakan bakteri gram negatif aerob yang

menghasilkan pigmen yang larut dalam air dan berdifusi melalui pembenihan

buatan, tidak meragikan laktosa, dan membentuk koloni bulat halus dengan

berfloresensi kehijau-hijauan dan bau aromatis (Jawetz, et al, 1996).

P. aeruginosa menyebabkan infeksi pada luka kulit seperti luka bakar,

dan membentuk nanah yang berwarna biru hijau, meningitis. Bakteri ini juga

dapat menginfeksi saluran kemih atau saluran pernafasan (Jawetz, et al, 1996).

F. Amoksisilin

Amoksisilin merupakan suatu antibiotik golongan beta laktam derivat

penisilin dengan spektrum luas. Amoksisilin mempunyai aktivitas bekterisida

terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif dengan mekanisme

menghambat pembentukan atau sintesis dinding sel mikroba (Surini, 2006).

Amoksisilin ditemukan tahun 1972 merupakan antibiotik yang umum

dipakai karena cukup manjur dalam membunuh bakteri (Hendriyana, 2004).

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Amoksisilin mempunyai aktivitas yang sama dengan ampisilin. Bedanya,

amoksisilin diserap di gastro intestinal lebih efektif dibandingkan ampisilin.

Ampisilin merupakan antibakteri yang mempunyai spektrum penghambatan yang

lebih luas dibanding dengan penisilin. Ampisilin dapat menghambat tidak hanya

pneumococci, meningococco, gonococci dan streptococci yang lain, tetapi juga

dapat menghambat beberapa bakteri bacillus (Harvey et all, 2003).

Untuk masing-masing antibiotik dan jenis kumannya, mempunyai

diameter yang berbeda-beda untuk dinilai sebagai antibiotik yang sensitif (poten

dalam terapi). Untuk Stapylococcus akan memberikan makna resisten terhadap

ampisilin jika diameter zona hambat yang terjadi sama atau kurang dari 20 mm

dan dinyatakan sensitif apabila diameter zona hambat yang terjadi lebih dari 29

mm. Sedangkan untuk Pseudomonas dikatakan resisten apabila diameter zona

hambatnya kurang dari atau sama dengan 11 mm dan dikatakan sensitif apabila

diameter zona hambatnya lebih dari 14 mm (Anonim, 1993).

G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri

Bahan antibakteri secara umum diartikan sebagai bahan yang mengganggu

pertumbuhan dan metabolisme bakteri. Obat yang digunakan untuk membasmi

bakteri, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas

selektif setinggi mungkin (Anonim, 1995).

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat

menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan

ada yang bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: TERHADAP ATCC 25923 - USD

minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau

membunuhnya, masing–masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM)

dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) (Anonim, 1995).

Metode pengujian potensi antibakteri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Metode difusi

Metode ini mengukur aktivitas mikroba berdasarkan pengamatan luas

daerah hambat pertumbuhan mikroba karena obat berdifusi dari titik awal

pemberian ke daerah difusi. Mikroba ditanam pada media yang sesuai dan di

atasnya diletakkan kertas cakram yang mengandung bahan obat atau dibuat

sumuran dengan diameter tertentu yang diisi larutan bahan obat dengan kadar

tertentu (Hugo & Russel, 1987).

Metode difusi ada tiga macam yaitu:

a. Cara Kirby Bauer

Metode ini dilakukan dengan cara mengoleskan suspensi bakteri

dengan konsentrasi tertentu, umumnya 108 Colony Forming Unit (CFU)

per ml permukaan media hingga rata. Kertas yang mengandung antibiotika

diletakkan di atas media lalu diinkubasikan pada 37ºC selama 18-24 jam,

setelah itu baca hasilnya. Potensi antibakteri ditentukan dengan mengukur

diameter zona hambatan yang terbentuk. Pada zona hambatan akan terlihat

adanya pertumbuhan yang kurang subur jika dibandingkan dengan daerah

di luar pengaruh antibiotik tersebut (Hugo dan Russel, 1987).

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: TERHADAP ATCC 25923 - USD

b. Cara sumuran

Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bauer. Pada agar yang

telah diolesi bakteri uji dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu dan

tegak lurus terhadap permukaan media. Kemudian ke dalam sumuran ini

diberi larutan uji dan diinkubasi pada 37ºC selama 24-28 jam, hasilnya

dibaca seperti cara Kirby Bauer (Hugo dan Russel, 1987).

c. Cara Pour Plate

Mula-mula satu mata ose suspensi bakteri dicampur dengan 4 ml

agar 1,5% pada temperature 50ºC. Setelah suspensi mikrobia homogen,

tuangkan di atas media agar dan dibiarkan membeku, kemudian di atasnya

diletakan disk dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam, hasilnya

dibaca dengan mengukur diameter hambat (Hugo dan Russel, 1987).

2. Metode dilusi

Ada dua macam metode dilusi yaitu:

a. Cara pengenceran serial dalam tabung (dilusi cair)

Pada cara ini zat antibakteri yang akan diuji aktivitasnya

diencerkan secara serial dengan metode pengenceran kelipatan dua di

dalam medium cair dan selanjutnya diinokulasikan dengan mikroba uji.

Setelah diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam untuk bakteri dan

fungi, aktivitas zat antibakteri ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat

Minimum, yaitu konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat

pertumbuhan mikroba (Hugo dan Russel, 1987).

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: TERHADAP ATCC 25923 - USD

b. Cara penapisan lempeng agar (dilusi padat)

Pada cara ini zat yang akan ditentukan aktivitas antibakterinya

diencerkan secara serial dengan metode pengenceran berkelipatan dua di

dalam medium agar bersuhu 40-50ºC kemudian dituangkan ke dalam

cawan petri. Setelah lempeng agar membeku, ditanamkan inokulum

mikroba dan kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC dalam jangka waktu

yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba yang diuji, aktivitas zat

antibakteri ditentukan sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum yaitu

konsentrasi terendah yang masih dapat membunuh mikroba (Hugo dan

Russel, 1987).

H. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah cara pemisahan berbagai senyawa yang ada dalam

sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, dan pertukaran ion, pada

zat berpori dengan menggunakan cairan atau gas yang mengalir (Stahl, 1985).

1. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode kromatografi

cair yang paling sederhana. Kromatografi cair dapat dikembangkan dengan

pelarut tunggal atau bisa juga dengan campuran dua pelarut atau lebih (Stahl,

1985).

Absorban yang sering digunakan yaitu silika gel. Silika gel adalah

bahan yang berpori dan amorf. Struktur dasar dari silika gel terbentuk selama

pembentukan gel asam polisiklik dari asam monosiklik (Stahl, 1985).

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Pada metode ini, setelah pengembangan, harus dilakukan

pembandingan antara bentuk bercak, daerah bercak, resolusi, bercak-bercak

yang lain yang terdapat dalam lempeng. Nilai Rf dapat digunakan sebagai

nilai yang menggambarkan jarak elusi. Nilai Rf dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

anpengembangjarakpenotolantempatdaribercakjarakRf =

Kelebihan KLT antara lain yaitu pemisahan senyawa yang amat

berbeda seperti senyawa organik ataupun anorganik dapat dilakukan dengan

alat yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan dengan konsentrasi

rendah dapat ditangani yaitu sekitar 0,1μg – 5mg. Pemakaian pelarut dan

jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, sedangkan penotolan cuplikan

berganda dimungkinkan. Selain itu juga dapat memisahkan campuran yang

mengandung sampai empat komponen yang berbeda (Stahl, 1985).

Kekurangan teknik ini yaitu pada pembuatan fase diam pada lempeng

yang membutuhkan tambahan waktu, kecuali bila sudah tersedia lempeng

yang diproduksi secara komersial (Sulasmono, 1995).

2. Fase gerak

Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau

beberapa pelarut (Stahl, 1985). Dalam beberapa kasus, penggunaan pelarut

tunggal sudah memberikan hasil yang memuaskan. Akan tetapi pada sebagian

besar kasus, satu pelarut tidak dapat mengembangkan fase diam cukup jauh.

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Karena itu harus dicampur antara pelarut untuk memperoleh kepolaran yang

diinginkan (Gritter, 1991).

3. Pengembangan dan Deteksi

Lempeng yang telah ditotoli ditaruh di dalam bejana kecil yang berisi

pelarut yang tingginya beberapa cm. Tinggi pelarut di dalam bejana harus di

bawah tempat penotolan lempeng. Bejana ditutup dan pelarut dibiarkan

merambat naik sampai 10-15 cm (Gritter, 1991).

Pengembangan memerlukan waktu sekitar 5 menit, bergantung pada

penyerap dan pelarut. Pengembangan lempeng biasanya dilakukan dalam

bejana kaca yang dapat menampung beberapa lempeng. Bejana dijaga tetap

jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan sehelai kertas saring yang

tercelup ke dalam pengembang. Keefisienan pemisahan dapat ditingkatkan

dengan cara pengembangan berganda (Gritter, 1991).

I. Flavonoid

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6

yaitu kerangka karbonnya terdiri atas 2 gugus C6 (cincin benzene tersubtitusi)

yang disambungkan oleh rantai alifatik dengan 3 karbon. Kerangka flavonoid

tersebut dapat digambarkan sebagai

CH2

CH2

CH2

A B

Gambar 1. Kerangka flavonoid

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai

glikosida dan aglikon flavonoid yang manapun mungkin saja terdapat dalam satu

tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida (Robinson, 1991).

Ada beberapa fase gerak yang biasa digunakan untuk menghasilkan

pemisahan yang baik pada lempeng selulosa. Butanol : Asam asetat : Air

(40:50:10) fase atas, merupakan fase gerak yang sering digunakan. Aglikon dari

flavonoid mempunyai nilai Rf yang tinggi dan waktu elusi yang lama (Stahl,

1969).

Pada UV 254 nm, semua flavonoid menyebabkan pemadaman fluoresensi,

dimana terlihat sebagai warna biru gelap pada lempeng KLT. Pada UV 365 nm,

tergantung pada strukturnya, flavonoid berfluoresensi kuning, biru, atau hijau

(Wagner, 1984).

J. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik yang berasal dari alam yang

mengandung satu atau lebih atom nitrogen, berada dalam distribusi terbatas dan

dalam dosis yang rendah memiliki efek farmakologi. Di alam, alkaloid terdapat

dalam bentuk bebas, sebagai garam dan N-Oksida. Alkaloid biasanya berupa zat

padat, tetapi ada pula yang berupa zat cair, seperti ephedrine dan spartein.

Alkaloid berasa pahit dan sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam

kloroform, eter, dan pelarut organik lain yang relatif non polar. Sebaliknya bila

berupa garam, alkaloid akan mudah larut dalam air, tetapi tidak larut dalam

pelarut organik (Samuelson, 2002).

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Pemisahan alkaloid secara KLT dapat menggunakan fase diam silika gel,

alumina, selulosa atau kieselguhr. Pemisahan yang baik diperoleh jika silika gel

sudah diaktifkan. Banyak alkaloid dapat dideteksi secara visibel. Sebagian besar

alkaloid juga memiliki bercak yang berfloresensi di bawah sinar UV 365. Reagent

yang biasanya dipakai untuk mendeteksi adalah reagen Dragendorf (Stahl, 1969).

Dengan penyemprotan reagen Dragendorff, menunjukkan warna cokelat atau

orange (visibel) yang tidak stabil (Wagner, 1984).

K. Senyawa polifenol

Senyawa fenolik dapat digolongkan menjadi senyawa fenol sederhana,

fenol asam karboksilat, α-Pyrones, Lichens, Lignan, chromones, flavonoid, dan

Quinone. Pemisahan senyawa fenolik dapat dilakukan dengan metode KLT

menggunakan fase diam silika gel. Pemilihan fase geraknya tergantung tingkat

polaritas campuran yang akan dipisahkan. Contoh fase gerak yang sering

digunakan adalah benzene : kloroform (50: 50), kloroform : methanol (97:3), dan

lain-lain (Stahl, 1969)

Aktivitas fisiologis senyawa fenolik tumbuhan banyak dan beragam.

Beberapa senyawa fenolik bersifat racun terhadap hewan pemangsa tumbuhan

(herbivora) dan beberapa bersifat racun serangga. Senyawa fenolik lain

mempunyai aktivitas antiinflamasi, karena senyawa ini menghambat sintesis

prostaglandin (Robinson, 1991).

Hanya antosianin dan beberapa derivat quinon yang dapat dideteksi secara

langsung dengan sinar tampak pada lempeng silika gel. Senyawa fenolik lainnya,

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: TERHADAP ATCC 25923 - USD

merupakan senyawa yang tidak berwarna dan harus diwarnai. Dengan FeCl3

bercak akan terlihat berwarna kuning tua sampai ungu tergantung jenis

polifenolnya. Biasanya bercak yang terjadi berwarna biru kehijauan (Stahl, 1969).

L. Tanin

Tanin merupakan senyawa yang sangat kompleks, biasanya terdapat

sebagai campuran polifenol yang sangat sulit dikristalkan. Tanin dengan air

membentuk larutan koloidal, mempunyai reaksi asam dan rasanya sangat sepat.

Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah

diperoleh dalam bentuk kristal. Tanin larut pula dalam pelarut organik yang polar,

setidak-tidaknya sampai batas tertentu, tetapi tidak larut dalam pelarut organik

non polar seperti benzene dan kloroform. Larutan tanin dalam air dapat

diendapkan dengan penambahan asam mineral atau garam (Robinson,1991).

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

teradapat khusus dalam jaringan kayu. Terdapat dua jenis tanin, yaitu tanin

terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis dapat dihidrolisis oleh

asam atau enzim seperti tannase. Tanin jenis ini terbentuk dari beberapa molekul

asam fenolik seperti asam galat dan asam heksahidroksidipenik yang disatukan

oleh ikatan ester dengan molekul glukosa. Sedangkan tanin terkondendasi tidak

terhidrolisis menjadi molekul yang lebih sederhana dan tidak mengandung gugus

gula. Tanin terkondensasi akan berubah warna menjadi cairan tidak larut berwarna

merah ketika bereaksi dengan asam atau enzim terkondensasi, sedangkan tanin

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: TERHADAP ATCC 25923 - USD

terhidrolisis akan membentuk warna biru ketika bereaksi dengan garam besi

(Trease dan Evans, 2002).

Tanin merupakan senyawa asam karboksilat fenol yang dapat dipisahkan

menggunakan fase diam silica gel dan fase gerak toluene: etil formate: asam

format (50:40:10) (Stahl, 1969).

Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat

pertumbuhan tumor, tanin juga dapat meracuni hati (Robinson,1991). Tanin juga

berfungsi sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri, antikanker, dan anti

karsinogenik (Duke, 1992).

M. Saponin

Saponin tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan. Keberadaan saponin

sangat mudah ditandai dengan pembentukkan larutan koloidal dengan air apabila

digojok menimbulkan buih yang stabil. Saponin merupakan senyawa berasa pahit

menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi pada selaput

lendir (Gunawan, 2004). Beberapa saponin bekerja sebagai senyawa antimikroba.

(Robinson, 1991).

Adanya saponin dapat ditunjukkan dengan beberapa cara antara lain

dengan indeks buih. Indeks buih menunjukkan angka pengenceran dari bahan

yang diperiksa. Reaksi identifikasi ini akan memberikan lapisan buih setinggi 1

cm bila larutan sampel ditambah air digojok dalam gelas ukur selama 15 detik dan

selanjutnya dibiarkan selama 15 menit (Gunawan, 2004).

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: TERHADAP ATCC 25923 - USD

Pengujian KLT untuk saponin menggunakan fase gerak contohnya

kloroform : methanol : air (65: 35 : 10) untuk memisahkan campuran glikosida

terpenoid yang netral. Dengan fase diam yang sering digunakan adalah silika gel

(Wagner, Bladt, dan Zgainski, 1984).

N. Keterangan Empiris

Binahong digunakan masyarakat secara empiris untuk mengobati beberapa

penyakit antara lain yaitu sebagai obat antiinflamasi, anti-ulcer, penyembuh luka

dan juga dapat sebagai liver-protective. Selain itu binahong juga dapat mengobati

infeksi mikroba, salah satunya adalah penyakit infeksi pada luka (Anonim, 2005).

Luka pada kulit dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa (Naim, 2006).

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit

pada hampir semua jaringan tubuh yang terutama adalah abses. Staphylococcus

aureus merupakan flora normal pada rongga hidung bagian depan, perineum,

saluran pencernaan, atau kulit. Sedangkan Pseudomonas aeruginosa merupakan

bakteri menyebabkan infeksi pada luka kulit seperti luka bakar, dan membentuk

nanah yang berwarna biru hijau, meningitis. Bakteri ini juga dapat menginfeksi

saluran kemih atau saluran pernafasan (Jawetz, et al, 1996).

Penelitian ini bersifat eksploratif, belum ada informasi yang menyatakan

secara langsung dalam sistem pelayanan kesehatan formal mengenai manfaat dari

tumbuhan ini. Untuk itu penelitian dilakukan berdasarkan penggunaan binahong

secara empiris oleh masyarakat.

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: TERHADAP ATCC 25923 - USD

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat

eksploratif dengan perlakuan pemberian konsentrasi ekstrak etanol umbi binahong

yang berbeda terhadap S. aureus dan P. aeruginosa. Analisis yang dilakukan

merupakan rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian dilakukan di

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas yaitu ekstrak etanol umbi binahong dengan konsentrasi

100%, 75%, 50% dan 25%.

b. Variabel tergantungnya adalah diameter zona hambat pertumbuhan S.

aureus dan P. aeruginosa.

c. Variabel terkendali antara lain waktu inkubasi (24 jam), suhu inkubasi

(37ºC), jenis bakteri uji, volume suspensi bakteri uji yang diinokulasikan

dalam media (0,2 ml), konsentrasi suspensi bakteri uji setara dengan

larutan standar Mc. Farland II (6x108 CFU/ml), volume larutan uji yang

diinokulasikan dalam paperdisk (20µl), dan tempat tumbuh binahong di

Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: TERHADAP ATCC 25923 - USD

25

d. Variabel tak terkendali antara lain suhu pengeringan bahan di bawah

matahari.

2. Definisi operasional

a. Potensi antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol umbi binahong yang

dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri bakteri S. aureus

ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853 yang dapat dilihat dari zona

jernih yang menggambarkan zona hambat pertumbuhan bakteri,

dibandingkan dengan DMSO sebagai pelarut.

b. Ekstrak etanol umbi binahong merupakan hasil maserasi dari 175g umbi

batang dari tanaman binahong dengan menggunakan pelarut etanol pa

70% sebanyak 1312,5ml dimana pergantian cairan penyari dilakukan

setiap 24 jam sekali dengan jumlah yang sama dan diperoleh ekstrak

kental sebanyak 14,23 gram.

c. Staphylococcus aureus ATCC 25923 merupakan stock strain bakteri gram

positif, berbentuk coccus dengan diameter 0,5 -1,5 µm, nonmotil,

mengalami metabolisme secara respirasi dan fermentasi, menunjukkan

reaksi positif untuk uji katalase, dan negatif untuk reaksi oksidasi,

diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta dengan nomor

contoh uji S. 34.4, asal contoh uji : Komersial Oxoid tahun 2004.

d. Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 merupakan stock strain bakteri

gram negatif, berbentuk batang, tidak tahan asam, menunjukkan reaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: TERHADAP ATCC 25923 - USD

26

positif untuk uji katalase, diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi D.I

Yogyakarta dengan nomor contoh uji P.10.4. asal contoh uji : Komersial

Oxoid tahun 2004.

e. Zona hambat adalah daerah di sekitar paperdisk yang tidak ditemukan

adanya pertumbuhan bakteri S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa

ATCC 27853 dan yang terdapat pertumbuhan bakteri dalam jumlah sedikit

yang berupa zona jernih.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah umbi binahong yang

diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat di Tawangmangu, nutrien

agar (oxoid) , DMSO sebagai kontrol negatif, aquadest steril, amoksisilin

injeksi kering (Danoxilin® 1000 mg) sebagai kontrol positif, bakteri

Staphylocuccus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC

27853 yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta. Fase

diam : lempeng KLT silika Gel GF 254, dan selulosa, fase gerak toluene:

etil asetat (93:7), etil asetat: metanol: air (70:20:10), toluene: etil asetat :

metanol (70:20:10), n-Butanol: Asam asetat: Air (4: 1: 5), etil asetat :

metanol : air (100 : 13,5 : 10), pembanding rutin, skopolamin, eugenol,

asam tanat, Glycyrrhiza Radix, deteksi uap amoniak, dragendroff LP,

larutan FeCl3, dan anisaldehid-asam sulfat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: TERHADAP ATCC 25923 - USD

27

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Alat untuk preparasi sampel uji: Alat-alat gelas (Pyrex), Paltform

Shaker (Innova 2001, New BrunswickScientific), Rotary evaporator

(janke dan Kunkel, Ika- Labotechnik, RV 05-ST), Waterbath

(Memmert, Tipe BE 400, GmbH+ CoKG-D91126, Swahaban FRG

Germany),

b. Alat- alat untuk pengujian potensi antimikroba : Vortek (Stuart

Scientic), Micro Safety Cabinet, Mikropipet 10μl Nichiryo Model 5000

DG, Jarum Ose, spreader, Bunsen, Almari es (Sharp), Timbangan

analitik (Metter Toledo AB 204).

c. Alat untuk KLT : Bejana pengembangan KLT/ Chamber, lampu UV

dengan panjang gelombang 365nm dan 254 nm mikropipet 5µl, alat

semprot, kertas saring.

D. Jalannya Penelitian

1. Determinasi tanaman binahong

Tanaman binahong dideterminasi oleh Balai Penelitian Tanaman Obat

(BPTO) Tawangangmangu dengan menggunakan pustaka acuan C. A. Backer

(1968).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: TERHADAP ATCC 25923 - USD

28

2. Pengumpulan bahan

Umbi binahong diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat

Tawangangmangu. Umbi yang diperoleh berupa umbi batang yang sudah

dikeringkan.

3. Pembuatan Serbuk

Pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan blender. Kemudian

serbuk yang telah diperoleh, diayak dengan menggunakan pengayak 12/50,

sehingga diperoleh serbuk dengan derajad halus yang homogen.

4. Pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi

Sebanyak 175 g serbuk umbi binahong, diletakkan ke dalam 7

erlenmeyer terpisah, kemudian direndam dengan 187,5 ml pada tiap

erlenmeyer selama 3 hari (serbuk : cairan penyari = 10:75) dan cairan penyari

diganti setiap hari dengan jumlah yang sama. Proses perendaman juga disertai

dengan penggojogan dengan shaker. Setelah itu, hasil maserasi (maserat)

disaring dan kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator.

Untuk menghilangkan seluruh pelarut yang masih terdapat di dalam ekstrak,

hasil penguapan dari rotary evaporator diuapkan kembali di atas waterbath.

Hasil penyaringan ditempatkan dalam cawan porselin yang telah ditara

sebelumnya.

5. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia meliputi uji tabung dan uji KLT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: TERHADAP ATCC 25923 - USD

29

a. Uji Tabung

Uji tabung serbuk umbi binahong meliputi uji pendahuluan, uji

alkaloida, uji antrakinon, uji polifenol, uji tanin, uji kardenolida, dan uji

saponin.

1) Uji pendahuluan

Serbuk tumbuhan (2g) ditambah air (10 ml), dipanaskan selama 30

menit di atas air mendidih. Larutan disaring menggunakan kapas. Lalu

ditambahkan larutan kalium hidroksida (beberapa tetes).

2) Uji alkaloida

Serbuk tumbuhan (2g) dipanaskan dalam tabung reaksi besar

dengan asam klorida 1% (10ml) selama 30 menit dalam penangas air

mendidih. Suspensi disaring dengan kapas ke dalam tabung reaksi A1 dan

tabung reaksi A2 sama banyak. Larutan A1 ditambah pereaksi Dragendorf

(3 tetes) dan larutan A2 ditambah pereaksi mayer (3 tetes).

3) Uji antrakinon

Serbuk tumbuhan (300 mg) dididihkan selama 2 menit dengan

kalium hidroksida 0,5 N (10 ml) dan larutan hidrogen peroksida (1 ml).

Setelah dingin, suspensi disaring melalui kapas. Filtrat (5 ml) ditambah

asam asetat glacial (10 tetes) sampai pH 5, lalu ditambahkan toluene (10

ml). Lapisan atas (5 ml) dipisahkan dengan pipet dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah kalium hidroksida 0,5 N.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: TERHADAP ATCC 25923 - USD

30

4) Uji polifenol

Serbuk tumbuhan (2 g) dipanaskan dengan air (10 ml) selama 10

menit dalam penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin

ditambah 3 tetes pereaksi besi (III) klorida.

5) Uji tanin (zat samak)

Serbuk tumbuhan (2 g) dipanaskan dengan air (10 ml) selama 30

menit di atas tangas air. Disaring, filtrat (5 ml) ditambahkan larutan

natrium klorida 2 % (1 ml), bila terjadi suspensi atau endapan disaring

melalui kertas saring, kemudian filtrat ditambahkan 5ml larutan gelatin 1%

6) Uji saponin

a) Tambahkan air (10 ml) ke dalam tabung reaksi yang berisi serbuk

tumbuhan (100 mg), tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik.

Biarkan tabung dalam kondisi tegak selama 30 menit.

b) Uji lain dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler (diameter 1

mm, panjang 12,5 cm). Larutan hasil pemanasan serbuk tumbuhan

(2 g) dengan air (10 ml) selama 30 menit di atas tangas air, setelah

disaring, filtrat dimasukkan ke dalam pipa kapiler penuh-penuh.

Kapiler diletakkan dalam posisi tegak vertikal, kemudian cairan

dibiarkan mengalir bebas. Sebagai pembanding, dikerjakan hal

serupa untuk air suling.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: TERHADAP ATCC 25923 - USD

31

b. Uji kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Umbi

Binahong

a. Pembuatan Larutan Uji untuk KLT dari Ekstrak Etanol Umbi

Binahong

Ekstrak etanol umbi binahong yang digunakan untuk uji KLT

adalah ekstrak etanol dengan konsentrasi 10%. Pembuatannya dilakukan

dengan cara ekstrak etanol umbi binahong ditimbang sebanyak 0,5 g,

kemudian dilarutkan dengan 5 ml etanol p.a 70%.

b. Pembuatan Fase Diam

Fase diam yang digunakan dalam uji KLT untuk senyawa saponin,

alkaloid, tanin dan senyawa fenolik adalah silika gel GF 254 sedangkan

untuk flavonoid digunakan selulosa. Fase diam selulosa yang digunakan

merupakan selulosa p.a, yang berupa lembaran kertas mika yang dilapisi

dengan selulosa.

Untuk silika gel GF 254, dibuat dengan perhitungan : dibutuhkan

1,5 g silika gel GF untuk tiap lempeng. Jadi penimbangan silika gel GF

disesuaikan dengan jumlah lempeng yang akan dibuat. Kemudian serbuk

silika gel yang sudah ditimbang tersebut, dilarutkan dengan 3 ml aquadest

untuk tiap gramnya (jumlah aquadest yang digunakan juga menyesuaikan

serbuk silika gel GF yang ditimbang).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: TERHADAP ATCC 25923 - USD

32

c. Penjenuhan Fase Gerak di dalam Bejana

Bejana kromatografi yang akan digunakan, dilapisi dengan kertas

saring yang telah dipotong dengan ukuran yang sesuai di bagian dalamnya.

Fase gerak yang digunakan dimasukkan ke dalam bejana. Kemudian

bejana ditutup rapat dan dibiarkan hingga seluruh isi bejana jenuh dengan

uap fase gerak yang ditandai dengan seluruh permukaan kertas saring pada

dinding bagian dalam bejana telah terbasahi oleh fase gerak.

1) Uji KLT flavonoid

Fase diam yang digunakan yaitu selulosa dan fase gerak yang

digunakan adalah butanol: asam asetat : air (4:1:5). Pembanding yang

digunakan adalah rutin. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng

KLT kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi

dengan UV 254 nm, UV 365 nm dan dengan uap amonia.

2) Uji KLT alkaloid

Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak

yang digunakan adalah etil asetat: methanol: air (70:20:10). Sebagai

pembanding digunakan skopolamin. Sampel dan pembanding ditotolkan

bersama-sama pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu

(10 cm). Setelah itu dideteksi dibawah sinar UV 254 nm dan UV 365 nm,

kemudian dideteksi dengan pereaksi semprot Dragendorff

3) Uji KLT senyawa fenolik

Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: TERHADAP ATCC 25923 - USD

33

yang digunakan adalah toluene: etil asetat: metanol (70:20:10).

Pembanding yang digunakan yaitu Eugenol. Sampel dan pembanding

ditotolkan pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10

cm) dan dikeringkan. Deteksi dilakukan dibawah sinar UV 254 nm dan

pereaksi semprot FeCl3.

4) Uji KLT tanin

Uji KLT tanin menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase

gerak etil asetat : metanol : air (100 : 13,5 : 10). Sampel dan pembanding

yang berupa asam tanat 1% ditotolkan pada lempeng KLT kemudian

dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan UV 254

nm, UV 365 nm dan FeCl3.

5) Uji KLT saponin

Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254. Fase gerak

yang digunakan adalah toluen : etil asetat (93 : 7). Ekstrak etanol umbi

binahong 10% dan pembanding yaitu Glycyrrhiza Radix 1% ditotolkan

pada lempeng silika gel GF 254 menggunakan mikropipet berukuran 5µl,

kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah elusi selesai, bercak

dideteksi dengan pereaksi anisaldehid - asam sulfat dan diamati secara

visibel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: TERHADAP ATCC 25923 - USD

34

6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong terhadap

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

a. Penyiapan stok bakteri uji

Diambil dua ose kultur dari kultur bakteri stok menggunakan jarum

ose steril. Diinokulasikan pada 5 ml Nutrian Agar miring dan diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37ºC di inkubator.

b. Pembuatan suspensi Bakteri uji

Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan mengambil 1-2 ose

bakteri dari stok yang telah dibuat sebelumnya, diinokulasikan pada 3 ml

media Nutrien Broth. Suspensi tersebut diinkubasikan selama 24 jam pada

suhu 37ºC. Kemudian divortex, dan disetarakan kekeruhannya dengan

larutan standard Mc. Farland II (6x108 CFU/ml) menggunakan Nutrien

Broth.

c. Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji

Larutan uji yang digunakan untuk uji potensi antibakteri, merupakan

ekstrak etanol yang dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%,

75%, 100%. Ekstrak etanol dengan konsentrasi 100% (stok larutan uji)

dibuat dengan cara: ekstrak kental (hasil penyarian) yang diperoleh

ditimbang sejumlah 10g yang kemudian dilarutkan ke dalam 10 ml

DMSO. Larutan itu merupakan stok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: TERHADAP ATCC 25923 - USD

35

Dari stok larutan uji tersebut, dapat dibuat variasi konsentrasi larutan

uji sebagai berikut:

Tabel I. Pembuatan Variasi Konsentrasi Uji Konsentrasi larutan uji

(%)

Volume yang diambil dari stok larutan uji

(ml)

Di ad dengan pelarut sampai (ml)

75 7,5 10 50 5,0 10 25 2,5 10

d. Pembiakan suspensi bakteri uji secara spread platting

Media NA sebanyak 20 ml dituang ke dalam cawan petri, dan

didiamkan sampai memadat. Suspensi bakteri sebanyak 0,2 ml

dipindahkan ke dalam media yang sudah memadat lalu diratakan

menggunakan spreader.

e. Metode difusi

Setelah pembiakan secara spread platting, siapkan paperdisk yang

telah dijenuhkan dengan amoksisilin sebagai kontrol positif, DMSO

sebagai kontrol negatif, ekstrak etanol umbi binahong dengan konsentrasi

25%, 50%, 75%, dan 100% Petri-petri tersebut diinkubasikan selama 24

jam pada suhu 37ºC kemudian diamati ada tidaknya zona hambat di sekitar

paperdisk. Zona hambat yang terbentuk diukur dengan penggaris. Pada uji

potensi antibakteri ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

f. Metode dilusi padat

Pada uji potensi antibakteri pada metode difusi, didapatkan

konsentrasi terkecil dari ekstrak umbi binahong. Dari konsentrasi terkecil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: TERHADAP ATCC 25923 - USD

36

tersebut, dibuat rentang konsentrasi yang lebih rendah sebanyak 5 variasi

konsentrasi untuk mengetahui KHM dari masing-masing ekstrak.

Pengujian dimulai dengan membuat suspensi bakteri yang disetarakan

kekeruhannya dengan standard Mc. Farland II (6x108 CFU/ml). Dari

suspensi tersebut, diambil 0,5 ml, ditambah dengan larutan uji sebanyak

0,5 ml dengan kadar tertentu dan dicampur rata dengan 20 ml NA yang

dicairkan. Setelah itu dituang dalam cawan petri dan diinkubasi selama 24

jam pada suhu 37ºC. Diamati banyak sedikit atau ada tidaknya

pertumbuhan bakteri uji pada berbagai variasi konsentrasi dengan diberi

tanda.

E. Analisis Data

Analisis uji antibakteri dengan metode difusi paperdisk dilakukan

dengan mengukur diameter zona hambat yang dapat dilihat dari zona

jernih di sekitar paperdisk Analisis hasil KLT bersifat deskriptif dan

komparatif, dilakukan dengan menghitung harga Rf dan mengamati bercak

yang timbul dari ekstrak etanol dan membandingkannya dengan standar

yang sesuai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: TERHADAP ATCC 25923 - USD

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi

Determinasi tanaman dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO)

Tawangmangu. Diidentifikasi di BPTO menurut acuan C. A. Backer (1968).

Identifikasi tanaman ini bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang

digunakan adalah binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen). Dari hasil

determinasi tersebut, tanaman binahong yang digunakan dalam penelitian ini

diketahui memiliki nama ilmiah Anredera cordifolia (Tenore) Steen (Lampiran 1

dan lampiran 2).

Bagian tanaman yang digunakan yaitu umbinya. Menurut Tjitrosoepomo

(1985), umbi merupakan metamorfosis (penjelmaan, perubahan bentuk) dari

batang dan akar. Umbi biasanya merupakan suatu bagian yang membengkak,

bangun bulat, seperti kerucut atau tidak beraturan, merupakan tempat penimbunan

makanan, dapat merupakan metamorfosis dari batang, dapat pula merupakan

metamorfosis dari akar. Dalam penelitian ini umbi yang dimaksud adalah umbi

batang yaitu metamorfosis dari batang.

B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk

Umbi binahong yang digunakan diperoleh dari BPTO Tawangmangu.

Umbi yang diperoleh, merupakan umbi yang sudah dikeringkan. Tujuan dari

pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,

sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Pengeringan bahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: TERHADAP ATCC 25923 - USD

38

dilakukan untuk mengurangi kadar air dari bahan. Air merupakan media yang

baik untuk pertumbuhan mikroba, dengan demikian pengeringan dapat mencegah

terjadinya pembusukan. Selain itu, juga dapat untuk menghentikan reaksi-reaksi

enzimatik yang terjadi pada bahan tersebut.

Penyerbukan dilakukan dengan menggunakan blender. Penyerbukan ini

bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel bahan dan meningkatnya luas

permukaan bahan. Dengan meningkatnya luas permukaan bahan, maka kontak

antara cairan penyari dengan bahan semakin besar, sehingga serbuk akan semakin

mudah terbasahi oleh penyari. Dengan demikian diharapkan penyarian akan lebih

efektif dan mempermudah penarikan senyawa dari serbuk oleh penyari.

Serbuk yang diperoleh kemudian diayak dengan ayakan nomor 12/50.

Nomor pengayak menunjukkan jumlah lubang tiap-tiap 2,54 cm, dihitung searah

dengan panjang kawat. Jadi derajat halus serbuk dengan pengayak nomor 12/50

adalah 4,7/19,7. Hasil ini mendekati derajat halus serbuk simplisia pada umumnya

yaitu 4/18. Derajat halus serbuk dapat dinyatakan dengan satu nomor atau dua

nomor. Jika derajat halus dinyatakan dengan dua nomor, berarti semua serbuk

dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui

pengayak nomor tertinggi (Anief, 2000). Dalam hal ini, berarti semua serbuk

dapat melalui pengayak nomor 12 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui

pengayak nomor 50.

C. Pembuatan Ekstrak Etanol dengan Metode Maserasi

Serbuk umbi binahong yang diperoleh, kemudian diekstraksi dengan

pelarut etanol. Proses ekstraksi dilakukan secara maserasi, yaitu dengan cara

merendam sejumlah serbuk dengan sejumlah cairan penyari yang sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: TERHADAP ATCC 25923 - USD

39

ditentukan. Mekanisme metode maserasi yaitu cairan penyari akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif

akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.

Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim,1986).

Menurut Anonim (1986), maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara

10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam

bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari, sambil berulang-ulang kali diaduk.

Dalam penelitian ini, serbuk yang digunakan sebanyak 175g dibagi ke

dalam 7 Erlenmeyer (tiap Erlenmeyer berisi 25 gram serbuk), kemudian direndam

dengan 187,5 ml etanol pa 70% pada tiap erlenmeyer. Perbandingan serbuk dan

cairan penyari 10:75. Pengadukan dilakukan dengan cara digojok menggunakan

mesin pengaduk yang berputar-putar terus menerus (shaker). Ini merupakan salah

satu modifikasi dari maserasi. Proses penggojokkan itu sendiri hanya dilakukan

selama 3 hari. Hal ini dilakukan karena pada hari ke-3 cairan penyari yang

digunakan sudah jernih. Dengan demikian diasumsikan sebagian besar senyawa

sudah tersari. Untuk menghindari terjadinya penjenuhan cairan penyari, maka

cairan penyari yang digunakan yaitu etanol diganti setiap 24 jam sekali, sehingga

etanol yang digunakan tetap baru.

Metode maserasi dipilih karena selain cara pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana dan mudah diusahakan, metode ini juga dapat dimodifikasi.

Sebagai contoh yaitu dilakukan penggojokan dengan mesin pengaduk (maserasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: TERHADAP ATCC 25923 - USD

40

mekanik). Proses pengadukan tersebut akan meningkatkan kelarutan senyawa

yang terdapat dalam serbuk, sehingga dimungkinkan senyawa yang tersari akan

lebih banyak. Selain itu, penggojogan akan meratakan konsentrasi di luar sel,

sehingga perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel yang sebesar-besarnya

terjaga. Modifikasi lain yang dapat dilakukan yaitu remaserasi dimana dilakukan

pergantian cairan penyari setelah dilakukan penyaringan pada maserat

sebelumnya. Keuntungan lain dari maserasi adalah secara metodologis,

keterulangan proses lebih terjamin. Hal ini dikarenakan perbandingan jumlah

pelarut dengan jumlah serbuk dan lama waktu penyarian proses maserasi dapat

ditentukan.

Setelah itu, hasil maserasi (maserat) disaring dan kemudian diuapkan

dengan menggunakan rotary evaporator. Supaya hasil maserat lebih pekat, maka

harus diuapkan lagi di atas waterbath, dan kemudian disimpan di dalam oven

pada suhu 30oC. Penguapan ini bertujuan untuk menguapkan cairan penyari,

sehingga didapatkan ekstrak kental. Proses penguapan ini dilakukan bertahap di

rotary evaporator kemudian dilanjutkan di atas waterbath untuk alasan teknis.

Maksudnya tidak mungkin penguapan hanya dilakukan di rotary evaporator

sampai menjadi kental. Jadi sebelum benar-benar kental, ekstrak harus

dipindahkan ke dalam cawan porselin yang sudah ditara dan diuapkan di atas

waterbath. Cawan porselin harus ditara lebih dahulu agar memudahkan

penghitungan ekstrak yang diperoleh. Ekstrak kental yang diperoleh yaitu

sebanyak 14,23 gram. Kelebihan ekstrak kental yaitu lebih tahan lama dibanding

dengan ekstrak cair. Umbi binahong mengandung lendir, sehingga proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: TERHADAP ATCC 25923 - USD

41

penguapan tidak dapat benar-benar kering, jadi hasil yang diperoleh berupa

ekstrak kental.

D. Skrining Fitokimia

Tujuan utama skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk

mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk

pengobatan. Dalam penelitian ini skrining perlu dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri. Sebagai contoh yaitu

senyawa saponin, alkaloid, fenolik, flavonoid, tanin dan lain-lain. Analisis

kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa dalam tumbuhan tersebut dapat

dilakukan dalam dua tahap, yaitu uji tabung dan uji kualitatif secara KLT.

1. Uji tabung

Tujuan utama uji tabung yaitu untuk mengetahui kandungan kimia

umbi binahong, yang kemudian dipertegas dengan KLT. Uji tabung itu sendiri

meliputi uji pendahuluan, uji alkaloida. uji antrakinon, uji polifenol, uji tanin,

uji kardenolida, dan uji saponin.

Tabel II. Hasil pengamatan uji tabung terhadap serbuk umbi binahong No Pengujian Pengamatan Hasil

1 Uji pendahuluan

Larutan hasil penyaringan

Filtrat + larutan KOH

Warna merah

Warna merah semakin intensif

+

2 Uji alkaloid

Filtrat A1 + dragendorf

Filtrat A2 + mayer

Terbentuk endapan coklat

Terbentuk endapan coklat

+

+

3 Uji antrakinon

Filtrat + KOH 0, 5 N

Tidak terbentuk endapan

-

4 Uji polifenol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: TERHADAP ATCC 25923 - USD

42

Filtrat + FeCl3

Filtrat + etanol 80%

Larutan berwarna hijau biru

Larutan berwarna hijau biru

+

+

5 Uji tanin

Filtrat + NaCl 2% + gelatin 1%

Tidak terdapat endapan

+

6 Uji saponin

Pembentukkan buih

Filtrat dimasukkan dalam kapiler

Terbentuk buih

Tinggi cairan uji lebih rendah

daripada tinggi air suling

+

+

a. Uji pendahuluan

Uji pendahuluan ini berfungsi untuk mengetahui apakah senyawa

tersebut mengandung kromofor seperti flavonoid antrakinon, dll atau

gugus hidrofilik seperti gula, asam, fenolat, dsb. Dari hasil penelitian,

didapat hasil positif karena larutan berwarna merah tua dan warna menjadi

lebih intensif ketika ditambahkan beberapa tetes kalium hidroksida.

Kesimpulan sementara yang diperoleh bahwa serbuk diduga mengandung

senyawa yang mempunyai gugus kromofor dan gugus hidrofilik.

b. Uji alkaloida.

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung atom N dan

kebanyakan bersifat basa. Untuk identifikasi alkaloid dapat dilakukan

dengan cara reaksi pengendapan dan reaksi warna yaitu dengan cara

penambahan 2 gram serbuk binahong dengan HCl. Penambahan HCl ini

bertujuan untuk mengubah alkaloid yang bersifat basa menjadi garam

alkaloid, agar bisa larut dalam air. Untuk mempercepat reaksi

pembentukan garam alkaloid, maka dapat dilakukan dengan pemanasan di

atas penangas air. Setelah dingin, disaring dan kemudian direaksikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: TERHADAP ATCC 25923 - USD

43

dengan larutan meyer. Reaksi positif terjadi jika terbentuk endapan

menggumpal. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat endapan yang

berarti di dalam sampel dimungkinkan terdapat alkaloid.

c. Uji antrakinon

Pada uji ini, serbuk dididihkan selama 2 menit dengan KOH dan

larutan hidrogen peroksida, kemudian disaring dengan kapas. Pemanasan

dengan kalium hidroksida bertujuan untuk menghidrolisis glikosida

antrakinon menjadi aglikonnya (antrakinon). Sedangkan larutan hidrogen

peroksida berfungsi untuk mengoksidasi bentuk tereduksi dari antrakinon

yaitu antron, oksantron, dan diantron menjadi antrakinon. Penambahan

asam asetat sampai pH 5 dan toluen bertujuan untuk memisahkan lapisan

air (basa) dengan fase pelarut organik. Setelah dingin, disaring kemudian

filtrat ditambah asam asetat glasial yang berfungsi untuk menghidrolisis

antrakinon menjadi komponen gula dan aglikonnya. Hasil hidrolisis ini

akan diekstraksi dalam pelarut toluene yang bersifat non polar.

Jika terjadi warna merah pada lapisan air, menunjukkan adanya

antrakinon. Dari penelitian, tidak terjadi warna merah. Hal ini berarti

sampel tidak mengandung antrakinon.

d. Uji polifenol

Polifenol merupakan senyawa yang larut di air panas. Oleh karena

itu untuk melarutkannya serbuk tumbuhan dipanaskan dengan air selama

10 menit dalam penangas air mendidih. Penambahan pereaksi besi (III)

klorida, mengindikasikan adanya gugus fenol. Reaksi senyawa polifenol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: TERHADAP ATCC 25923 - USD

44

dengan FeCl3 akan membentuk kompleks warna. Terjadinya warna hijau –

biru menunjukkan adanya polifenol.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

COOH

OH

HO OH

FeCl3 OHOOC

OH

OH

HOOC

OH

OH

HOOC

OH

OH

HO

HO

OH

O

COOH

HO

OH

O

COOH

HO

HO

COOH

HO

HO

3 HCl6

Fe 3+

: ikatan van der wals

: ikatan kovalen

Gambar 2. Reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3

Dari hasil penelitian, terjadi warna hijau kebiru-biruan. Jadi

kemungkinan terdapat senyawa polifenol dalam serbuk.

e. Uji tanin (zat samak)

Serbuk tumbuhan dilarutkan dalam air dan diakukan pemanasan

untuk mempercepat reaksi. Penambahkan larutan natrium klorida 2 %

dimaksudkan untuk membentuk endapan garam Na asam dari tanin.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

CO OH

HO

OH

OH

NaCl

C O NaO

HO

OH

OH

HCl

Gambar 3. reaksi antara NaCl dengan senyawa fenolik

Sedangkan penambahan gelatin dimaksudkan untuk mempercepat

pengendapan tanin yang terlarut dalam air. Gelatin merupakan senyawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: TERHADAP ATCC 25923 - USD

45

yang bisa menyerap air, sehingga air akan tertarik oleh gelatin, selain itu

gelatin mengandung protein dimana tanin dapat mengendapkan protein

dan NaCl akan berekasi semakin cepat dengan tanin untuk membentuk

endapan garam Na asam. Hasil penelitian dari serbuk binahong adalah

positif yaitu terjadi endapan.

f. Uji saponin

Pada uji saponin, terbentuk buih setelah ditambah dengan air dan

digojok kuat selama 30 detik setinggi 1,8 cm. Buih yang terbentuk ini akan

tahan dalam jangka waktu relatif lama. Hal ini dibuktikan dengan buih

akan tetap ada setelah dibiarkan selama 30 menit. Buih yang terbentuk

disebabkan karena terbentuknya sabun pada saat penggojogan dengan air

suling. Saponin merupakan suatu senyawa yang mempunyai gugus

hidrofob dan gugus hidrofil. Sifat ini menyerupai surfaktan / sabun yang

dapat menurunkan tegangan permukaan antara udara/gas dengan air yang

berupa emulsi gas dalam air (buih). Sedangkan cara lain untuk

mengidentifikasi adanya saponin yaitu dengan menggunakan pipa kapiler.

Pada identifikasi dengan pipa kapiler, larutan serbuk umbi binahong yang

sudah disaring, dimasukkan ke dalam pipa kepiler penuh-penuh dalam

posisi tegak, kemudian cairan dibiarkan mengalir bebas. Jika serbuk

mengandung saponin, maka cairan serbuk umbi binahong yang tertinggal

dalam kapiler akan lebih rendah dari pada tinggi air suling yang tertinggal.

Uji ini menandakan bahwa dengan adanya saponin, partikel dengan ukuran

tertentu akan dapat lolos dari filter dengan pori yang cukup kecil. Hal ini

disebabkan karena saponin dapat menaikkan permeabilitas membran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: TERHADAP ATCC 25923 - USD

46

2. Uji kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis

Identifikasi kualitatif ekstrak etanol umbi binahong dilakukan dengan

menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis dengan KLT

mempunyai beberapa keuntungan yaitu penanganannya sederhana, selain itu

cuplikan dan pelarut yang digunakan sedikit.

a. Uji KLT flavonoid

Fase diam yang digunakan yaitu selulosa gel dan fase gerak yang

digunakan adalah butanol: asam asetat : air (4:1:5). Selulosa digunakan

sebagai fase diam, karena jika digunakan silika gel, maka akan terbentuk

kompleks khelat antara salah satu gugus yang terdapat pada flavonoid

dengan gypsum (CaSO4). Kompleks khelat yang terjadi tersebut terikat

kuat pada fase diam jadi dapat menyebabkan tidak terjadinya elusi.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

HO

OH

O

OO gula

OH

OH2 CaSO4

o O

O gula

O

O

o o

Ca

Ca

Gambar 4. Reaksi flavonoid dengan CaSO4 membentuk kompleks khelat

Pembanding yang digunakan adalah rutin. Penotolan bercak dan

pembanding pada fase diam dilakukan dengan mikropipet 5µl. Sampel dan

pembanding ditotolkan pada lempeng KLT kemudian dielusi pada batas

tertentu (10 cm). Elusi dilakukan sepanjang 10 cm di dalam bejana yang

sudah jenuh. Bejana yang berisi larutan pengembang harus dijenuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: TERHADAP ATCC 25923 - USD

47

terlebih dahulu agar proses elusi dapat berlangsung dengan baik. Selain itu

juga untuk menghindari terjadinya pengekoran pada bercak.

Tabel III. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak butanol: asam asetat glacial: air (4:1:5) dan pembanding rutin 0,05% untuk analisis flavonoid.

Deteksi

UV 254 UV 365 Uap amoniak

Bercak No

Rf Warna Rf Warna Rf Warna

Sample 1 0, 23 Kuning - - 0, 23 Kuning

2 0, 80 Kuning 0, 80 Ungu tua 0, 80 Kuning

Pembanding 1 0, 64 Kuning 0,64 Ungu tua 0, 64 Kuning

Dilihat dari hasil yang dapat dilihat dari tabel, maka dapat

disimpulkan sampel mengandung flavonoid. Hal ini terbukti dengan

adanya bercak dengan warna bercak yang mirip antara sampel no 2 dengan

bercak pembanding. Jika dilihat dari Rf nya, kemungkinan yang terjadi

adalah flavonoid yang terdapat pada sampel berbeda dengan pembanding.

Flavonoid mempunyai gugus auksokrom OH yang terikat pada

atom karbon 4’ pada cincin B. Selain itu flavonoid juga mempunyai gugus

O yang bersifat elektrofil (senang menarik elektron). Dengan adanya basa

(NH3), OH akan mudah melepaskan H yang kemudian diikat oleh NH3,

setelah itu terjadi reaksi penyusunan kembali untuk menstabilkan struktur.

Penyusunan kembali ini menyebabkan O akan memiliki pasangan elektron

tambahan. Dengan adanya tambahan elektron tersebut, maka energi yang

diperlukan untuk mempromosikan elektronnya semakin kecil, sehingga

akan terjadi pergeseran panjang gelombang menuju panjang gelombang

yang lebih besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: TERHADAP ATCC 25923 - USD

48

Reaksinya sebagai berikut:

O

O

OH

O gula

HO

OH

OH NH3O

o

O

OHHO

OH

O gula

NH4+

Gambar 5. Reaksi antara flavonoid dengan NH3

Warna kuning yang terjadi, dapat dengan cepat hilang karena di

udara terdapat banyak uap air (H-OH) sehingga H dari uap air akan

berikatan dengan O yang kelebihan elektron, sehingga struktur senyawa

tersebut akan kembali seperti semula. Oleh karena itu warna yang

terbentuk merupakan warna yang reversibel.

b. Uji KLT alkaloid

Fase diam yang digunakan yaitu silika gel GF 254. Silika gel GF 254

merupakan fase diam yang bersifat polar. Silika gel merupakan adsorben

yang paling banyak digunakan dalam Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

yang berupa silika gel yang dicampur perekat CaSO4 dan indikator

floresensi.

Sedangkan fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : metanol :

air (70:20:10). Sebagai pembanding digunakan skopolamin. Skopolamin

merupakan alkaloid tropan. Sampel dan pembanding ditotolkan bersama-

sama pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm).

Setelah itu dideteksi dibawah sinar UV 254 nm dan UV 365 nm, kemudian

dideteksi dengan pereaksi semprot Dragendorf.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: TERHADAP ATCC 25923 - USD

49

Tabel IV. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak etil asetat : methanol : air (70:20:10)dan pembanding skopolamin untuk analisis alkaloid.

Deteksi

UV 254 UV 365 Dragendorf

Bercak No

Rf Warna Rf Warna Rf Warna

Sampel 1 0, 07 Ungu 0, 07 Ungu - -

2 0, 25 Meredam ungu 0, 25 Ungu - -

3 0, 53 Meredam ungu - - - -

Pembanding 1 0, 52 Meredam ungu - - 0, 52 Orange

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel tidak

mengandung alkaloid. Hal ini dikarenakan baik warna dan Rf sampel tidak

ada yang menyerupai warna dan Rf dari pembanding. Sampel mempunyai

tiga bercak yang terlihat di bawah lampu UV 254 yaitu dengan Rf 0,07

bercak berwarna ungu, Rf 0,25 bercak berwarna ungu dan meredam

flouroresensi dari silika, dan terakhir Rf 0,53 juga meredam flouroresensi

berwarna ungu. Di bawah lampu UV 365, hanya terlihat dua bercak sampel

yaitu bercak Rf 0,70 yang berwarna ungu dan bercak Rf 0,25 berwarna

ungu. Ketika di semprot dengan pereaksi Dragendorf, tidak terlihat bercak.

Sedangkan pembanding, hanya tampak satu bercak dengan Rf 0,52

berwarna ungu dan meredam flouresensi pada UV 254, dan akan nampak

warna orange ketika disemprot dengan pereaksi Dragendorf. Hal ini

menggambarkan beberapa senyawa organik non nitrogen berikatan secara

konjugasi dengan keton atau aldehid atau gugus lakton akan berekasi

secara khusus dengan alkaloid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: TERHADAP ATCC 25923 - USD

50

Pada uji tabung yang sudah dilakukan, diperoleh hasil positif untuk

uji alkaloid padahal setelah di uji dengan KLT, ternyata hasilnya negatif.

Kemungkinan besar hal ini disebabkan karena alkaloid yang terdapat

dalam ekstrak etanol umbi binahong tersebut merupakan alkaloid yang

berada dalam bentuk basa. Alkaloid dalam bentuk basa akan larut pada

pelarut yang non polar dan etanol kurang polar untuk dapat menyari

alkaloid dengan baik.

c. Uji KLT senyawa fenolik.

Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak

yang digunakan adalah toluene: etil asetat: metanol (70:20:10).

Pembanding yang digunakan yaitu eugenol 1%. Sampel dan pembanding

ditotolkan pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10

cm) dan dikeringkan.

Tabel V. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak toluen, etil asetat, metanol (70:20:10) dan pembanding eugenol untuk analisis senyawa fenolik

Deteksi

UV 254 UV 365 FeCl3

Bercak No

Rf Warna Rf Warna Rf Warna

Sampel 1 0, 04 Ungu muda - - - -

2 0, 73 Ungu - - 0, 73 Ungu

Pembanding 1 0, 73 Ungu - - 0, 73 Ungu

Dari hasil yang terlihat pada tabel tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sampel mengandung senyawa fenolik. Hal ini terbukti dengan

adanya Rf sampel yang mendekati Rf pembanding yaitu 0,73. Selain itu

warna dari sampel dan pembandingnya juga sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: TERHADAP ATCC 25923 - USD

51

Hasil positif tersebut, dipertegas dengan terbentuknya warna ungu

pada bercak yang disemprot dengan FeCl3. warna tersebut terjadi karena

reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3.

d. Uji tanin

Uji KLT tanin menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase

gerak etil asetat : metanol : air (100 : 13,5 : 10). Sampel dan pembanding

yang berupa asam tanat 1% ditotolkan pada lempeng KLT kemudian

dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan UV 254

nm, UV 365 nm dan FeCl3

Tabel VI. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak etil asetat : metanol : air (100 : 13,5 : 10)dan pembanding asam tanat untuk analisis tanin.

Deteksi

UV 254 UV 365 FeCl3

Bercak No

Rf Warna Rf Warna Rf Warna

Sample 1 0,48 ungu 0,48 ungu 0, 48 ungu

Pembanding 1 0,50 ungu 0,50 ungu 0, 50 ungu

Dari hasil yang terlihat, dapat disimpulkan sampel mengandung

tanin. Hasil positif tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan warna

bercak ketika disemprot dengan FeCl3. Hal ini terjadi karena adanya reaksi

antara FeCl3 dengan gugus fenolik yang terdapat pada tanin. Perbedaan

nilai Rf diduga karena adanya perbedaan jenis dari tanin.

e. Uji KLT saponin

Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak

yang digunakan adalah toluen : etil asetat (93:7) yang bersifat lebih non

polar dibandingkan dengan silika. Dengan perbedaan kepolaran dari fase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: TERHADAP ATCC 25923 - USD

52

diam dan fase gerak ini, diharapkan senyawa uji dapat terelusi dengan

baik. Saponin merupakan senyawa yang bersifat polar dalam bentuk

glikosida, sedangkan dalam bentuk aglikonya saponin semipolar dengan

demikian akan terikat dengan fase geraknya. Pembanding yang digunakan

adalah Glycyrrhiza Radix 1% .

Setelah proses elusi, langkah selanjutnya adalah deteksi dengan

menggunakan lampu UV 254 , lampu UV 365 dan anisaldehid-asam sulfat.

Hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel VII. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak toluen : etil asetat (93:7) dan pembanding Glycyrrhiza Radix untuk analisis saponin.

Deteksi

UV 254 UV 365 Vanilin asam

sulfat

Bercak No

Rf Warna Rf Warna Rf Warna

Sample 1 0, 02 Meredam - - 0, 02 Ungu

muda

2 0,14 Meredam 0,14 Berfloresensi

ungu

0,14 Ungu

Pembanding 1 0,01 Meredam 0, 01 Berfloresensi

Ungu

0, 01 Orange

2 0,05 Meredam 0, 05 Berfloresensi

Ungu

0, 05 Merah

3 0,13 Meredam 0,13 Berfloresensi

ungu

0,13 Ungu

4 - - 0, 20 Berfloresensi

kuning

- -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: TERHADAP ATCC 25923 - USD

53

Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa sampel

mengandung saponin. Warna dari bercak sampel sama dengan warna

bercak pembanding. Namun ada sedikit perbedaan pada harga Rfsampel

dan pembanding. Rf sampel 0,14 sedangkan Rf pembanding 0,13. Hal ini

dimungkinkan sampel dan pembanding mengandung senyawa yang sama

namun beda golongannya.

Secara keseluruhan perbedaan nilai Rf disebabkan karena adanya

perbedaan kepolaran dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam

sampel. Sehingga terdapat perbedaan afinitas ikatan antara fase gerak dan

senyawa yang terkandung dalam sampel.

E. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC

27853

Pengujian potensi antibakteri ekstrak etanol umbi binahong dilakukan

dengan metode difusi paperdisk. Dipilih metode ini karena mempunyai

keuntungan antara lain secara teknis, metode ini sederhana dan mudah

dilakukan, tidak membutuhkan banyak cawan petri dan tidak membutuhkan

alat khusus. Selain itu dapat diketahui luas zona hambat senyawa yang diuji

terhadap bakteri.

Sebelum dilakukan pengujian, bakteri uji yang digunakan yaitu

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC

27853, dibuat suspensi yang kemudian disetarakan terlebih dahulu dengan

Mc. Farland II yang mempunyai kekeruhan 6x108 CFU/ml. Penyetaraan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: TERHADAP ATCC 25923 - USD

54

berfungsi untuk reprodusibilitas percobaan. Sehingga apabila dilakukan

replikasi dalam percobaan, dapat diasumsikan jumlah bakteri per satuan yang

digunakan selalu sama.

Setelah disetarakan dengan standard Mc. Farland II, bakteri uji

dibiakkan secara spread plate yaitu dengan cara bakteri disebar di permukaan

media NA yang sudah memadat. Pembiakan bakteri ini disesuaikan dengan

sifat Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang merupakan

bakteri fakultatif aerob, dimana dalam pertumbuhannya, dibutuhkan

ketersediaan oksigen yang cukup. Selain itu, disesuaikan pula dengan kondisi

percobaan yang sesungguhnya, dimana infeksi pada luka biasa terjadi di

permukaan kulit yang ketersediaan oksigennya cukup.

Paperdisk yang digunakan mempunyai diameter 6 mm. Pada tiap

paperdisk diteteskan ekstrak etanol umbi binahong dengan empat konsentrasi

yang berbeda, kontrol positif, dan kontrol negatif.

Konsentrasi ekstrak etanol yang digunakan yaitu 25%, 50%, 75%, 100%,

sedangkan kontrol positifnya amoksisilin 0,03 g/ml, dan kontrol negatif yang

digunakan yaitu DMSO yang merupakan pelarut ekstrak etanol. Amoksisilin

merupakan suatu antibiotik golongan beta laktam derifat penisilin dengan

spektrum luas. Amoksisilin mempunyai aktivitas bakterisida terhadap bakteri

gram positif maupun gram negatif dengan mekanisme menghambat

pembentukan atau sintesis dinding sel mikroba (Surini, 2006). DMSO

merupakan pelarut yang bersifat nonpolar tetapi diindikasikan tidak

mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: TERHADAP ATCC 25923 - USD

55

Dengan menggunakan paperdisk, maka senyawa uji akan berdifusi ke

dalam media dan menghambat pertumbuhan dan bahkan membunuh bakteri

uji. Penghambatan pertumbuhan bakteri uji ini dapat dilihat dari zona hambat

yang terbentuk setelah inkubasi selama 24 jam.

Setelah diinkubasi selama 24 jam, hasil yang diperoleh untuk uji

terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 yaitu kontrol negatif tidak

menunjukkan zona hambat, kontrol positif menunjukkan adanya zona jernih

disekitar paper disk dengan rata-rata diameternya dari tiga replikasi yaitu 3,1

cm sedangkan semua variasi konsentrasi ekstrak tidak menunjukkan adanya

zona hambat. Hal ini berarti tidak menunjukkan adanya penghambatan

terhadap pertumbuhan bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923.

Dalam penelitian ini ekstrak tersebut tidak menunjukkan potensi.

Table VIII. Diameter zona hambat ekstrak etanol umbi binahong terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923

Diameter zona hambat (cm) Senyawa

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

Amoxisilin 3,00 3,25 3,00

DMSO - - -

Konsentrasi 100% - - -

Konsentrasi 75% - - -

Konsentrasi 50% - - -

Konsentrasi 25% - - -

Begitu pula pada uji terhadap bakteri uji Pseudomonas aeruginosa

ATCC 27853. kontrol negatif tidak menunjukkan zona hambat, kontrol positif

menunjukkan adanya zona jernih disekitar paper disk dengan rata-rata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: TERHADAP ATCC 25923 - USD

56

diameter pada replikasi yaitu 2,2 cm sedangkan semua variasi konsentrasi

ekstrak tidak menunjukkan adanya zona hambat.

Table IX. Diameter zona hambat ekstrak etanol umbi binahong terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Diameter zona hambat (cm) Senyawa

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

Amoxisilin 2,20 2,30 2,20

DMSO - - -

Konsentrasi 100% - - -

Konsentrasi 75% - - -

Konsentrasi 50% - - -

Konsentrasi 25% - - -

Hal ini berarti ekstrak etanol umbi binahong tidak menunjukkan adanya

penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji yaitu Pseudomonas

aeruginosa ATCC 27853. Dalam penelitian ini ekstrak tersebut tidak

berpotensi untuk dikembangkan menjadi antibakteri.

Dari uji difusi yang dilakukan, dapat diketahui pula bahwa kedua bakteri

baik Staphylococcus aureus maupun Pseudomonas aeruginosa tidak resisten

terhadap amoksisilin. Menurut Anonim (1993), untuk masing-masing

antibiotik dan jenis bakterinya, mempunyai diameter yang berbeda-beda,

untuk dinilai sebagai antibiotik yang sensitif (poten dalam terapi). Amoksisilin

dinyatakan sensitif bila diameter zona hambat terhadap Staphylococcus aureus

yang terbentuk yaitu lebih dari 2,9 cm sedangkan terhadap Pseudomonas

aeruginosa, zona hambat yang terbentuk sebesar 1,5 cm lebih. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: TERHADAP ATCC 25923 - USD

57

penelitian ini diameter zona hambat terhadap Staphylococcus aureus adalah

3,1 cm sedangkan pada Pseudomonas aeruginosa sebesar 2,2 cm.

Jika ditinjau ulang pada uji KLT, diketahui bahwa ekstrak etanol umbi

binahong mengandung senyawa flavonoid, fenolik, tanin, dan saponin yang

merupakan senyawa antibakteri. Namun ketika diuji, ternyata ekstrak etanol

tersebut tidak mempunyai potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri

uji. Ekstrak etanol umbi binahong itu sendiri berukuran yang besar. Hal ini

akan menyulitkan senyawa uji untuk dapat masuk ke dalam sel bakteri

tersebut, sehingga tidak mampu untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: TERHADAP ATCC 25923 - USD

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ekstrak etanol umbi binahong tidak mempunyai potensi antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas

aeruginosa ATCC 27853.

2. Berdasarkan uji tabung yang dilakukan, serbuk umbi binahong diduga

mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, dan saponin. Sedangkan

berdasarkan uji KLT yang dilakukan, ekstrak etanol umbi binahong

diketahui mengandung flavonoid, polifenol, tanin, dan saponin

B. Saran

1. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai kandungan kimia dari umbi binahong

secara kuantitatif yaitu dengan metode KLT preparatif sehingga dapat

diketahui berapa kadar senyawa-senyawa yang terkandung di dalam umbi

binahong.

2. Perlu diteliti mengenai potensi antibakteri dari batang, bunga, atau bagian

lainnya dari binahong.

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: TERHADAP ATCC 25923 - USD

59

DAFTAR PUSTAKA Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat teori dan praktik, hal 33-34, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1, 5-6, 8, 10-11, 16-17, 25-26, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1993. Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi. Hal 115-122. Fakultas

Kedokteran UGM Bagian Mikrobiologi, UGM Press, Jogja Anonim, 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV, 1110-1118, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1995. Farmakologi dan Terapi, 571-583. Bagian Farmakologi Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta Anonim, 1996. Staphylococcus aureus .http://www.itis.gov/servlet/singleRpt/

RefRpt?search_topic=all&searchvalue=Staphylococcusaureus .Diakses tanggal 27 Februari 2007

Anonim, 2000a. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Departermen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2000b. Plants For A Future: Database Search Results.

http://www.pfaf.ogr/index.html. Diakses pada tanggal 27 Februari 2007 Anonim. 2004. PIW-result-Anredera cordifolia. http://permaculture.info/

index.php. Diakses tanggal 27 Februari 2007 Anonim, 2006a, Koran Merapi: Topik Klinik Alternatif Binahong

http://www.koranmerapi.com/article.php?sid=8027). Diakses tanggal 27 Februari 2007

Anonim, 2006b. http://www.liberherbarum.com/pn5494.HTM. Diakses pada 29

Maret 2006 Backer, C.A, 1968. Flora of Java .Volume I. Hal. 240. Noordhoff, Groningen, the

Netherlands Duke, J., 1992. Phytochemical and Ethnobotanical Database. http://www.arsgrin.

gov. diakses 27 Januari 2007. Dwijoseputra, D., 1991. Dasar-Dasar Mikrobiologi. 41-55, Djambatan, Surabaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: TERHADAP ATCC 25923 - USD

60

Farnsworth, N.R., Phytochemical Screening. Hal 11-19, 35-40, 61-63. Departement of Pharmacognosy and Pharmacology. Colk of Pharmacy, University od Illinois of the Medical Center, Chicago

Gritter, R.J., Bobbit, M. J.,Schwarting, A. E. 1991. Pengantar Kromatografi.

Edisi II, 107-155. Penerbit ITB, Bandung Gunawan, Didik., Mulyani, Sri, 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1.

Hal 87-90. Penebar Swadaya . Jakarta Harvey, B., Simon, M.D., 2003. Scientific American Medicine Volume 2. Edisi

2003. Hal 1397-1405. Web MD Inc : New York, USA. Hendriyana, Yulius 2004. Antibiotik Amoksisilin. http://yulian.firdaus.or.id/

2004/12/08/antibiotik-amoksisilin Diakses tanggal 22 April 2007 Hugo, W.B dan Russel, A.D. 1987. Pharmaceutical Microbiology. 285-286.

Blakwell Sientific Publication, Oxford Huoghton, P and Raman, A, 1998. Laboratory Handbook for The Fractination of

Natural Ekstract .22-52. St. Edmundsburry Press : Sulffolk, Great Britain Jawetz,E. Melnick, J.L, Adelberg, E.A., 1996. Profesional Microbiology.

Diterjemahkan oleh Nugroho, E dan Maulani,R.F, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Meyer, J. J. M, 2004. Antimicrobial activity, toxicity and the isolation of a

bioactive compound from plants used to treat sexually transmitted disease. http://www.elsevier.com/locate/jethpharm. Diakses pada tanggal 27 Februari 2007

Moura-Letts, G., Marcalo,A., 2006. In vivo Wound Healing Activity of Oleanolic

Acid Derived from the Acid Hydrolysis of Anredera diffusa. Journal of Natural Products, 2006, vol. 69, No. 6, hal 978-979. Kentucky.

Naim, Rochman, 2006. Kulit Jadi Pertahanan Tubuh Pertama.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0404/28/ilpeng/994047.htm. Diakses tanggal 27 Februari 2007

Pelzar, M.J., dan Chan E.C.S, 1986, Element of Microbiology. 299-303.

Diterjemahkan oleh Hadioetomo, Imas, Tjitrosomo dan Angka. UI Press, Jakarta

Robinson, Trevor.1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. 156-158.

Penerjemah: prof. Dr. Kosasih Padmawinata, FMIPA, Penerbit ITB, Bandung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: TERHADAP ATCC 25923 - USD

61

Sato, T., Nagata, M., Engle, L.M., 2005. Evaluation of Antioxidant Activity of

Indigenous Vegetables from South and Southeast Asia. http://ss.jircas.affrc.go.jp/english/publication/highlights/2002/pdf/2002-05.pdf . Diakses tanggal 16 Mei 2007

Sulasmono, 1995. Kimia Analisis Intrumen II. 23. Fakultas Farmasi USD,

Yogyakarta Sumaryono , 2002, Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI,

3-7. Fak Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya Suriawiria, U.1986. Pengantar Mikrobiologi Umum. 65-68, Penerbit Angkasa,

Bandung Surini, silvia, 2006. Antiboitik si “Peluru ajaib” (bagian pertama)

http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-10-antibiotik,si’peluruajaib(bagianpertama).shtml. Diakses pada tanggal 22 April 2007

Stahl, Egon.1969. Thin Layer Chromatography A Laboratory Handbook. 6-7, 52-

59, 245-247, 421-425, 687-693, 705. translate By M.R.F Asworth. Toppan Printing, Singapore

Trease and Evans, 2002. Pharmacognosy. 15th edition. Hal 214-227. University of

Nothingham, UK Tjitrosoepomo, Gembong, 1985. Morfologi Tumbuhan. 104-105. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. Vivian, Gabrielle., Fletcher, Alan. 2005. Anredera cordifolia (vine,climber).

http://issg.appfa.aucklan.ac.nz/database/species/distribution.asp?si=776&fr=1&sts=. Diakses tanggal 6 Maret 2006.

Wagner, H. Bladt, S., and Zgainski, C.M., 1984. Plant Drug Analysis : a Thin

Layer Cromatography Atlas, Springer-Verlag, Tokyo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: TERHADAP ATCC 25923 - USD

59

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Melakukan Determinasi dari Balai Penelitian Tanaman Obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: TERHADAP ATCC 25923 - USD

60

Lampiran 2. Determinasi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: TERHADAP ATCC 25923 - USD

61

Lampiran 3. Foto Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dan

foto serbuk

Foto Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Foto Serbuk Umbi Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: TERHADAP ATCC 25923 - USD

62

Lampiran 4. Foto Hasil Uji Pendahuluan Serbuk Umbi Binahong dengan Uji Tabung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: TERHADAP ATCC 25923 - USD

63

Lampiran 5. Foto Hasil Uji Alkaloid Serbuk Umbi Binahong dengan Uji Tabung

Keterangan :

Foto A1 : Larutan Uji + Pereaksi Dragendorff A2 : Larutan Uji + Pereaksi Meyer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: TERHADAP ATCC 25923 - USD

64

Lampiran 6. Foto Hasil Uji Antrakinon Serbuk Umbi Binahong dengan Uji Tabung

Keterangan :

A. Lapisan atas yang dipisahkan dari larutan B. Lapisan bawah + KOH 0,5 N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: TERHADAP ATCC 25923 - USD

65

Lampiran 7. Foto Hasil Uji Polifenol Serbuk Umbi Binahong dengan Uji Tabung

Keterangan :

A. Serbuk + air (dipanaskan di atas penangas air + FeCl3) B. Serbuk + etanol 80% (dipanaskan di atas penangas air + FeCl3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: TERHADAP ATCC 25923 - USD

66

Lampiran 8. Foto Hasil Uji Tanin Serbuk Umbi Binahong dengan Uji Tabung

Lampiran 9. Foto Hasil Uji Saponin Serbuk Umbi Binahong dengan Uji Tabung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: TERHADAP ATCC 25923 - USD

67

Lampiran 10. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan Deteksi UV 254, UV 365, dan uap amoniak pada Analisis Flavonoid

Keterangan : I : Deteksi UV 254

a. Sampel b. Pembanding Rutin 0,05 %

II : Deteksi UV 365 a. Sampel b. Pembanding Rutin 0,05 %

III : Deteksi Uap Amoniak a. Sampel b. Pembanding Rutin 0,05 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: TERHADAP ATCC 25923 - USD

68

Lampiran 11. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan deteksi UV

254, UV 365, pereaksi Dragendorf pada Analisis Alkaloid

Keterangan : I : Deteksi UV 254 a. Sampel b. Pembanding Skopolamin (1%) II : Deteksi UV 365

a. Sampel b. Pembanding Skopolamin (1%)

III: Deteksi pereaksi Dragendorf a. Sampel b. Pembanding Skopolamin (1%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: TERHADAP ATCC 25923 - USD

69

Lampiran 12. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan deteksi UV 254, UV 365, dan pereaksi FeCl3 pada Analisis Polifenol

Keterangan : I : Deteksi UV 254 a. Sampel b. Pembanding Eugenol 1%

II : Deteksi UV 365

a. Sampel b. Pembanding Eugenol 1%

III: Deteksi pereaksi FeCl3 a. Sampel b. Pembanding Eugenol 1%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: TERHADAP ATCC 25923 - USD

70

Lampiran 13. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan deteksi UV 254, UV 365, dan pereaksi FeCl3 pada Analisis Tanin

Keterangan : I : Deteksi UV 254 a. Sampel

b. Pembanding Asam tanat 1%

II : Deteksi UV 365 a. Sampel b. Pembanding Asam tanat1%

III : Deteksi pereaksi FeCl3 a. Sampel b. Pembanding Asam tanat1%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: TERHADAP ATCC 25923 - USD

71

Lampiran 14. Foto Hasil KLT Ekstrak Etanol Umbi Binahong dengan deteksi UV 254, UV 365, dan pereaksi Anisaldehid Asam Sulfat pada Analisis Saponin

Keterangan : I : Deteksi UV 254

a. Sampel b. Pembanding Glizerizae Radix 1%

II : Deteksi UV 365 a. Sampel

b. Pembanding Glizerizae Radix 1%

III : Deteksi pereaksi Anisaldehid Asam Sulfat a. Sampel b. Pembanding Glizerizae Radix 1%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: TERHADAP ATCC 25923 - USD

72

Lampiran 15. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Binahong terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan Metode Difusi paperdisk

Keterangan : A: Kontrol Positif (Amoksisilin 0,03 %) B: Kontrol Negatif (DMSO) C: Ekstrak etanol umbi binahong 100% D: Ekstrak etanol umbi binahong 75% E: Ekstrak etanol umbi binahong 50% F: Ekstrak etanol umbi binahong 25%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: TERHADAP ATCC 25923 - USD

73

Lampiran 16. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Binahong terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan Metode Difusi Paperdisk

Keterangan : A: Kontrol Negatif (DMSO) B: Kontrol Positif (Amoksisilin 0,03 %) C: Ekstrak etanol umbi binahong 100% D: Ekstrak etanol umbi binahong 75% E: Ekstrak etanol umbi binahong 50% F: Ekstrak etanol umbi binahong 25%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: TERHADAP ATCC 25923 - USD

74

Lampiran 17. Foto Kontrol Pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Kontrol pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Foto Kontrol Pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 25923

Foto kontrol pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: TERHADAP ATCC 25923 - USD

75

BIOGRAFI PENULIS

Skripsi ini disusun oleh Martina

Herlianawati. Anak sulung dari dua bersaudara yang

lahir di Klaten, 13 Juli 1985 dari pasangan Bapak

FX. Untung Puryanto dan Tarsicia Sri Setyani.

Penulis mulai mengenyam pendidikan di

TK. S

dampingi oleh para pendamping dan

pamong

t Maria Banyutemumpang (1989-1991),

kemudian melanjutkan ke SD Kanisius

Banyutemumpang (1991-1997), dan SLTPK St.

Maria Banyutemumpang (1997-2000).

Setelah itu penulis dibimbing dan di

asrama di SMU PL. Van Lith Muntilan. Tiga tahun kemudian penulis

lulus dan melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI