14
TUGAS FISIKA TES PENDENGARAN MENGGUNAKAN GARPU TALA Oleh: Kelompok : A1 TIARA ARIS DAHRIANI 22010112110055 NADYA AZZAHRA 22010112130056 AFKAR NABILA RH 22010112130057 RIFQI AZIZ FAUZIAN 22010112110058 ALI AKBAR FIRASI 22010112130059 MAHDIKA AKBAR 22010112130060 M. NADHIM 22010112140061 ASHARI ADI A 22010112130062 MATTHEW BRIAN 22010112130063

Tes Pendengaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tes Pendengaran dengan Garpu Tala (Tes Rinne, Weber, Schwabach)

Citation preview

Page 1: Tes Pendengaran

TUGAS FISIKA

TES PENDENGARAN MENGGUNAKAN GARPU TALA

Oleh:

Kelompok : A1

TIARA ARIS DAHRIANI 22010112110055

NADYA AZZAHRA 22010112130056

AFKAR NABILA RH 22010112130057

RIFQI AZIZ FAUZIAN 22010112110058

ALI AKBAR FIRASI 22010112130059

MAHDIKA AKBAR 22010112130060

M. NADHIM 22010112140061

ASHARI ADI A 22010112130062

MATTHEW BRIAN 22010112130063

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2012

Page 2: Tes Pendengaran

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan pembuatan

makalah mengenai beberapa tes pendengaran menggunakan garpu tala.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan makalah mengenai

beberapa tes pendengaran menggunakan garpu tala masih terdapat kekurangan yang

disebabkan keterbatasan pengetahuan tentang materi. Oleh karena itu, Kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga Kami dapat lebih baik ke

depannya. Kami juga berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

pembaca sekalian.

Semarang, 3 Desember 2012

Penyusun (Kelompok A1)

Page 3: Tes Pendengaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendengaran merupakan salah satu panca indera manusia yang terpenting di

samping penglihatan. Gangguan pendengaran bagi seseorang dapat sangat merugikan

karena menghambat komunikasi individu dengan sekelilingnya. Secara fisiologik telinga

dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk pendengaran normal sehari-

hari yang paling efektif antara 500-2000 Hz. Namun, tidak selamanya pendengaran akan

bagus fungsinya (normal), oleh karena itu perlu adanya tes pendengaran untuk mengecek

dan memastikan pendengaran manusia masih baik atau tidak. Dengan perkembangan ilmu

yang ada tercipta beberapa pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan

mempergunakan garpu tala yaitu diantaranya tes rinne, tes weber, dan tes schwabach dan

kuantitatif dengan mempergunakan audiometer. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai

beberapa tes kualitatif yang disebutkan terdapat penjelasan mengenai metode-metode

tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui beberapa macam tes pendengaran menggunakan garpu tala, berikut

kegunaan, cara pemeriksaan, dan interpretasinya.

1.3 Rumusan Masalah

Membahas Tes Rinne, Tes Weber dan Tes Schwabach, meliputi:

1. Apa Tujuan tes tersebut?

2. Bagaimana Cara Pemeriksaan tes tersebut?

3. Bagaimana Interpretasi tes tersebut?

4. Bagaimanakah hasil pemeriksaan tes Rinne Weber & Schwabach untuk penderita

dengan gangguan CHL (Conductive Hearing Loss/ Tuli Konduktif) telinga kanan dan

SNHL (Sensorineural Hearing Loss/Tuli Sensorineural) telinga kiri?

Page 4: Tes Pendengaran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Test Rinne

Tujuan : membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga

pasien.

Ada 2 macam tes rinne (cara pemeriksaan) , yaitu :

a. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak

lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah

pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan

meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat

mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya

b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara

tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan

meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi

garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang

meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien

mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne

negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah

atau lebih keras dibelakang.

Page 5: Tes Pendengaran

Interpretasi:

-Normal : tes rinne positif

-Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)

-Tuli sensorineural : Rinne positif

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun

pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai

garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa

karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak

mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien.

Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala

kedepan meatus akustikus eksternus.

2.2. Test Weber

Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien.

Page 6: Tes Pendengaran

Cara Pemeriksaan :

Membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis

horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika

telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke

sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama

mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan

terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan patologis pada MAE atau cavum timpani

missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum

timpani ini akan bergetar, bila ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

- Normal : Tidak ada lateralisasi

- Tuli konduksi : Mendengar lebih keras di telinga yang sakit

- Tuli sensorineural : Mendengar lebih keras pada telinga yang sehat

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satu.

Contoh : lateralisasi ke kanan, telinga kiri normal, dapat diinterpretasikan :

- Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal

- Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat

- Tuli sensorineural kiri, telinga kanan normal

- Tuli sensorineural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih berat

- Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri

2.3. Test Schwabach

Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara pasien dengan pemeriksa

Cara pemeriksaan :

Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada

planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala

dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar maka schwabach

memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu Schwabah

Page 7: Tes Pendengaran

memendek atau normal.

Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada penderita dulu

baru ke pemeriksa.

Garpu tala 512 dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila

penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid

pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa masih

mendengar berarti schwabach penderita memendek.

Interpretasi :

- Normal : Schwabach normal

- Tuli konduksi : Schwabach memanjang

- Tuli sensorineural : Schwabach memendek

Kesalahan terjadi bila :

- Garpu tala tidak di letakkan dengan benar, kakinya tersentuh sehingga bunyi menghilang

- Isyarat hilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh penderita.

Keterangan:

1. Tuli konduktif adalah setiap masalah di telinga luar maupun tengah yang dapat

mencegah terhantarnya bunyi dengan tepat. Tuli konduktif merupakan gangguan pada

tingkat ringan, dengan rentang 25 hingga 65 desibel. Tuli konduktif terjadi ketika

bunyi tidak dapat disalurkan masuk melalui liang telinga luar menuju ke membrana

timpani dan diteruskan ke tulang pendengaran (ossicle), di telinga tengah. Tuli

konduktif biasanya melibatkan suatu reduksi dari tingkatan bunyi, atau kemampuan

untuk mendengar bunyi. Tipe ketulian ini dapat dikoreksi dengan terapi medis

ataupun dengan pembedahan.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan tuli tipe konduktif, misalnya :

Kondisi yang berhubungan dengan kelainan seperti cairan yang terdapat pada

telinga tengah yang berasal dari sekret di hidung (rhinore), alergi (serous otitis

media), fungsi tuba eustachi yang menurun, otitis media, perforasi dari membran

timpani, tumor benign.

Adanya serumen

Infeksi pada liang telinga (otitis eksternal)

Adanya benda asing pada liang telinga

Page 8: Tes Pendengaran

Adanya kelainan yang terjadi pada telinga luar, liang telinga, ataupun telinga

tengah. 

2. Tuli sensorineural adalah gangguan pendengaran yang disebabkan hilangnya atau

rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat permanen.

Biasanya juga disebut tuli saraf, bisa bersifat ringan, menengah, berat, atau parah.

Tuli sensorineural terjadi ketika nervus dan sel-sel rambut yang terdapat di telinga

dalam (koklea) mengalami kerusakan dan tidak dapat mentransmisikan sinyal-

sinyalnya ke otak. Setiap pasien mempunyai keluhan yang sama yaitu dapat

mendengar bunyi namun tidak dapat mengerti secara jelas apa yang dikatakan oleh

suara tersebut. Proses penuaan adalah penyebab tersering dari ketulian tipe ini. Selain

itu, tuli sensorineural dapat disebabkan oleh trauma pada saat lahir, obat-obatan yang

ototosik, serta sindrom genetik. Tuli sensorineural juga dapat terjadi sebagai akibat

dari paparan suara yang bising dalam frekuensi sering, virus, trauma kepala, dan

tumor.

3. Tuli Campuran

Pada tipe ini, seseorang biasanya mengalami dua tipe ketulian, dan ini disebut tuli

campuran. Bentuk ini digunakan ketika kedua bentuk dari tuli konduktif dan tuli

sensorineural ada bersamaan pada satu telinga.

Tuli tipe ini terjadi karena adanya interferensi dari impuls-impuls saraf ditingkat

korteks pendengaran. Kelainan terdapat pada lintasan saraf pendengaran dan reseptor

suara pada tingkat kortikal

2.4 Pembahasan Kasus:

Hasil pemeriksaan tes Rinne Weber & Schwabach untuk penderita dengan gangguan CHL

(Conductive Hearing Loss/ Tuli Konduksi) telinga kanan dan SNHL (Sensorineural Hearing

Loss/Tuli Sensorineural) telinga kiri.

Tuli Konduksi: Telinga Kanan

Tes Rinne: Negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)

Tes Weber lateralisasi ke kanan, telinga kiri normal; mendengar lebih keras

Page 9: Tes Pendengaran

Tes Schwabach: Suara memanjang

Tuli Sensorineural: Telinga Kiri

Tes Rinne: Positif

Tes Weber: mendengar tidak sekeras telinga

Tes Schwabach: suara memendek

Page 10: Tes Pendengaran

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

RINNE WEBER SCHWABACH HASIL

Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan

pemeriksa

Normal

Negatif Mendengar lebih keras

(Lateralisasi) di telinga yang sakit

Memanjang Tuli Konduksi

Positif Lateralisasi di telinga yang sehat Memendek Tuli Sensorineural

Page 11: Tes Pendengaran

DAFTAR PUSTAKA

http://unnung.wordpress.com/2011/12/26/tes-garpu-tala/

http://amelohamelia.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-telinga.html