158
i TESIS INTERNALISASI PENDIDIKAN NILAI DALAM KITAB TA’LƮM AL-MUTA’ALLIM DI PONDOK PESANTREN DARUL ABROR NW GUNUNG RAJAK Oleh : Imran NIM : 15.4.14.1.042 Pembimbing : Dr. Muhammad Thohri, M.Pd. Dr. H. S. Ali Jadid Al-Idrus, M.Pd. PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM 2017

TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

  • Upload
    vandieu

  • View
    239

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

i

TESIS

INTERNALISASI PENDIDIKAN NILAI DALAM KITAB TA’L M AL-MUTA’ALLIM

DI PONDOK PESANTREN DARUL ABROR NW GUNUNG RAJAK

Oleh :

Imran NIM : 15.4.14.1.042

Pembimbing :

Dr. Muhammad Thohri, M.Pd. Dr. H. S. Ali Jadid Al-Idrus, M.Pd.

PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM

2017

Page 2: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

ii

TESIS

INTERNALISASI PENDIDIKAN NILAI DALAM KITAB TA’L M AL-MUTA’ALLIM

DI PONDOK PESANTREN DARUL ABROR NW GUNUNG RAJAK

Oleh :

Imran NIM : 15.4.14.1.042

Pembimbing :

Dr. Muhammad Thohri, M.Pd. Dr. H. S. Ali Jadid Al-Idrus, M.Pd.

Tesis ini Diajukan Kepada Pascasarjana IAIN Mataram Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Islam

PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM

2017

Page 3: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

iii

Page 4: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

iv

PENGESAHAN

Tesis yang berjudul: Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Kitab Ta’līm Al-Muta’allim di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak yang ditulis oleh saudara Imran NIM 15.4.14.1.042, Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI). Tanggal ujian tesis pada 17 Januari 2017 telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam.

Page 5: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

v

Page 6: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

vi

Page 7: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

vii

Page 8: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

viii

Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Kitab Ta’līm Al-Muta’allim

di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak

Oleh

Imran

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim, dan bagaimana menginternalisasikan pendidikan nilai tersebut kepada peserta didik.

Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkiti sebagian generasi muda termasuk para pelajar. Gejala kemorosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, kriminalitas, kekerasan dan aneka prilaku kurang terpuji lainnya. Kegagalan pendidikan yang paling fatal adalah ketika produk didik tak lagi memiliki kepekaan nurani yang berlandaskan moralitas. Internalisasi pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim ternyata telah mampu meredam pergeseran nilai tersebut untuk menawarkan solusinya yang dianggap paling tepat.

Penelitian ini memfokuskan tujuannya untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim yang dikembangkan di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak dan untuk mengetahui bagaimana internalisasi nilai-nilai pendidikan tersebut di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, menggunakan jenis penelitian mix antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. pengumpulan data dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data skunder . Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan metode dokumentasi, wawancara, dan observasi , dan data di analisis secara deduktif .

Dari penelitian yang telah dilakukan, pendidikan nilai yang terkandung dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim adalah nilai positive thingking (jujur, ikhlas), rendah diri (tawadu’), ta’zim kepada guru, menghormati orang lain, sabar, bekerjasama dan disiplin.

Kemudian nilai-nilai pendidikan tersebut diinternalisasikan melalui keteladanan, pembiasaan, proses pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Kata Kunci : Internalisasi, Pendidikan Nilai, Nilai Etika

Page 9: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

ix

ABSTRACT

This thesis examines the educational values which are reflected in the book of Ta'lim Al-Muta'allim study groups, and how to internalize the value of education to students.

The moral problem decline affects mostly to young people including the students, nowadays. The symptoms of moral decadence among others characterized by widespread cases of drug abuse, promiscuity, crime, violence and various other less commendable behavior. The most fatal failure of education is when the product has no longer to the sensitivity learners conscience based on morality. Internalization of Values In the Book of Ta'lim Al-Muta'allim turned out to have been able to reduce the value shift to offer a solution which it considers the most appropriate.

This study is foccuses on the goal to know the value of education in the book of Ta'lim Al-Muta'allim developed in Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak and to know how to internalize the values of education there. To achieve these objectives, this study was designed using qualitative descriptive approach and mixing between library research and field research. The data collection in this study derived from primary and secondary data. And then the data collection performed by some method; documentation, interviews, and observation method, in which the data were analyzed deductively.

From the research has been done, the value of education contained in the book of Ta'lim Al-Muta'allim are positive values of thingking (honest, sincere), low self-esteem, respect for teachers, respect for others, patience, cooperation and discipline.

Then, the values are internalized in education, habituation, learning and extracurricular activities.

Keywords: Internalization, Educational Value, Ethical Values

Page 10: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

x

البحث ملخص

عكس ي كتاب تعليم امتعلم، وكيفية استيعاب تبحث هذ اأطروحة القيم الربوية الي ت قيمة التعليم للطاب.

طاط اأخاقي امشكلة تؤثر ي اآونة اأخرة معظمهم من الشباب، ما ي ذلك ااطاق من تعاطي امخدرات طاط اأخاقي وغرها الي تتميز حاات واسعة ال الطاب. أعراض اا

رمة اء. فشل اأكثر فتكا من وااختاط، وا ف وغرها من ختلف سلوك أقل جدير الث والعاء على اأخاق. استيعاب ساسية ب تج م يعد لديه ضمر امتعلمن ا دما يكون ام التعليم هو ع

ل الذي تعتر اأنسب. د من حول قيمة لتقدم ا القيم ي كتاب تعليم امتعلم كانت قادرة على ا راسة تركز اهدف هو معرفة قيمة التعليم ي كتاب تعليم امتعلم وضعت ي امعهد دارهذ الد

اابرار هضة الوطن غونونج رجاء ومعرفة كيفية استيعاب القيم التعليم ي امعهد داراابرار هضة هج الوصفي الوطن غونونج رجاء لتحقيق هذ اأهداف، وقد م تصميم هذ الدراسة استخدام ام

وعي، وذلك استخدام مزيج من أنواع البحوث بن البحوث امكتبية والبحوث اميدانية. مع اليات مع البياات الي البياات ي هذ الدراسة مستمدة من البياات اأولية والبياات الثانوية. تق

ب اطي.يقوم ها طريقة الوائق، وامقابات، واماحظة، وم حليل البياات ااستمن اأحاث الي م القيام به، والقيم الربوية تتجسد ي كتاب تعليم امتعلم هي قيمة التفكر فاض تقدير الذات، واحرام امعلمن، واحرام اآخرين، والصر اإجاي )صادقة وخلصة(، وا

والتعاون واانضباط.ضوية القيم عن طريق القدوة والتعليم، والتعو هجية.م يتم ام د والتعلم واأنشطة الام

القيم اأخاقية, كلمات البحث: التطبع، القيمة التعليمية

Page 11: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Uraian Halaman

Gambar 1: Kegiatan Imtaq setiap hari senin dan jum’at 135

selesai membaca al-qur’an dan hizib NW

Gambar 2: Kegiatan Sholat Bejamaah di Masjid dan Irsyadat 135

Wattaujihat setelahnya

Gambar 3: Kegiatan Hadrah 136

Gambar 4: Kegiatan Kasidah Tradisional 136

Gambar 5: Kegiatan Tahfiz Ayat-ayat pendek 137

Gambar 6: Kegiatan Internalisasi Disiplin oleh Polisi 137

Gambar 7: Kegiatan Internalisasi Disiplin oleh TNI 138

Gambar 8: Kegiatan Pengajian Kitab Ta’lim al Muta’alim 138

Gambar 9: Kegiatan Ekstrakurikuler 139

Gambar 10: Kegiatan Bimbingan Konseling 139

Page 12: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Uraian Halaman

Lampiran 1: Curriculum Vitae 130

Lampiran 2: Profil MTs NW Gunung Rajak 131

Lampiran 3: Daftar Nama Pendidik/Kependidikan MTs 132

Lampiran 4: Profil MA Mu’allimin NW Gunung Rajak 133

Lampiran 5: Daftar Nama Pendidik/Kependidikan MA 134

Page 13: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = د

r = ر

z = ز

S = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ة

w = ؤ

y = ى

Short : a = I = , u = ‘

Long : a - = i= ى u-= ؤ

Diphthong : ay= 1ى aw=p 1ؤ

Page 14: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xiv

M O T T O :

ه هي أسوة حسة ليمن كان ي رجو ا لقد كان لكم يي رسولي اه كثيرا ر وذكر ا والي وم اآخي

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

(QS.Al-Ahzab:21)

Page 15: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xv

PERSEMBAHAN :

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Guru-guru saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu;

2. Orangtua saya H. Muhammad Mansur dan Riawan; 3. Mertua saya Almarhum Amak Sakdiyah dan Inak

Sakdiyah; 4. Istri saya tercinta, Maunaturrahmah; 5. Anak-anak saya, Nida An Khofia, M.Royyan

Hadiyurrahman dan Ahmad Adib Mukhtar; 6. Kakak-kakak saya tercinta, Muslimin, Mutiara Hikmah

dan adik saya Rahmatullah.

Page 16: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xvi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur, atas rahmat dan hidayahNya peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Kitab Ta’līm Al-Muta’allim di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, beserta seluruh keluarga, sahabat serta orang orang yang mengikuti, mengkaji, mengamalkan, menyebarluaskan sunnahnya sampai hari kiamat.

Ternyata penulisan sebuah tesis bukan perkara yang mudah. Penyelesaiannya tidak hanya membutuhkan kelengkapan intelektual, melainkan juga memerlukan kesabaran, ketekunan, dana, dan stamina yang cukup. Banyak orang jenius gagal dalam menyelesaikan tesis karena miskin kesabaran. Tidak sedikit orang yang tekun namun tidak mampu merampungkan tesis karena tidak mampu menjaga hubungan dengan pembimbing. Semuanya meniscayakan pengorbanan.

Ada banyak pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan tesis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu dengan penuh penghormatan serta ta’zim peneliti ingin mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muhammad Thohri, M.Pd, pembimbing I dan Dr. H. S. Ali Jadid Al-Idrus, M.Pd, pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga, pemikiran, serta motivasinya kepada peneliti untuk segera menyelesaikan tesis ini sehingga tesis ini dapat terselesaikan tepat waktu.

2. Dr. H. Mutawalli, M.Ag. Rektor Intitut Agama Islam (IAIN) Mataram beserta jajarannya.

3. Dr. H. Nazar Na’amy, M.Si. Direktur Pascasarjana IAIN Mataram beserta civitas akademikyang telah banyak memberikan kemudahan dalam penulisan karya ilmiyah ini.

4. Semua dosen Pancasarjana IAIN Mataram yang telah memberikan wawaan keilmuan serta inspirasi dan motivasinya, dari semester satu sampai selesainya penulisan tesis ini yang tidak bias peneliti sebutkan satu persatu ehingga peneliti bias menyelesaikan program magister di Pascasarjana IAIN Mataram.

Page 17: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xvii

5. Semua staf TU pascasarjana IAIN Mataram yamg selalu ceria dan tersenyum dalam melayani sehingga dapat memperlancar dan mempermudah peneliti dalam proses administrasi.

6. Ketua Yayasan, segenap pengurus, keluarga besar MA Mualimin NW Gunung Rajak, Keluarga Besar MTs NW Gunung Rajak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

7. Peneliti juga merasa wajib berterima kasih kepada kedua orang tua, H. Muhammad Mansur dan Riawan yang telah memberikan dukungannya untuk terus menerus mencintai ilmu, terus belajar tanpa ada kata lelah. Mereka juga sebagai monivator peneliti sehingga bersemagat untuk belajar sampai menyelesaikan tesis ini.

8. Istriku tercinta Maunaturrahmah dan Anak-anak saya Nida An Khofia, Muh. Royyan Hadiyurrahman dan Ahmad Adib Mukhtar. Kasih sayang, kesabaran dan pengertiannya membuat penulisan tesis ini menjadi lebih lancer.

9. Rekan-rekan yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu, yang dengan ikhlas memberikan kontribusi positif pada penelitian ini.

Hanya do‘a kepada Allah SWT yang Maha Kuasa yang dapat peneliti berikan kepada mereka semua yang telah berjasa dan semoga amal mereka dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT.

Sekali lagi peneliti menyadari penulisan tesis ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan keterbatasan pengetahuan peneliti dan kurangnya refrensi. Peneliti berharap kepada semua pihak hendaknya memberikan saran, kritik yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan isi tesis ini. Dan berikut dengan tersusunnya tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi siapa saja, terutama bagi mahasiswa yang peduli dengan lautan ilmu, serta tentunya bermanfaat bagi diri peneliti.

Mataram, 17 Januari 2017

Peneliti

Imran

Page 18: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xviii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i Surat Pernyataan Keaslian ii i Halaman Pengesahan iv Nota Dinas Pembimbing v Halaman Persetujuam Tim Penguji vii Abtrak vii Daftar Gambar xi Daftar Lampiran xii Pedoman Transliterasi xiii Kata Pengantar xvi Daftar Isi xviii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Permasalahan 4 C. Tujuan penelitian 5 D. Manfaat / Signifikansi Penelitian 5 E. Tinjauan Pustaka 6

BAB II KERANGKA TEORETIK

A. Telaah Kitab Ta’līm al-Muta’allim. 9 B. Konsep Internalisasi 17 C. Konsep Dasar Pendidikan 18 D. Konsep Dasar Pendidikan Nilai 21 E. Tradisi-Tradisi Pondok Pesantren 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian 36 B. Jenis Data Dan Sumber Data 38

1. Jenis Data 38 2. Sumber data 38

C. Teknik Pengumpulan Data 39 1. Dokumentasi 39 2. Wawancara (interview) 40 3. Observasi 40

D. Analisis Data 41 E. Validitas Data 41 F. Sistimatika Pembahasan 42

1. Bagian Awal 42

Page 19: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

xix

2. Bagian Utama 43 3. Bagian Akhir 44

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 45 1. Profil Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak 45 2. Profil TGH. Zainul Mukhlis 50 3. Profil MTs dan MA Mu’allimin NW Gunung Rajak 52

B. Pendidikan Nilai dalam Kitab Ta’līm al-Muta’allim 52 1. Nilai Positive Thingking, Jujur dan Ikhlas 54 2. Nilai Rendah Diri (Tawaddu’) 56 3. Nilai Respek terhadap Guru 60 4. Nilai Sabar dan Saling Menghargai 71 5. Nilai Kedisiplinan 73

C. Internalisasi Pendidikan Nilai di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak 76 1. Keteladanan 78 2. Pembiasaan 80 3. Proses Pembelajaran 82 4. Ekstrakurikuler 84

BAB V PEMBAHASAN

A. Pendidikan Nilai dalam Kitab Ta’līm al-Muta’allim. 87 1. Nilai Positive Thingking, Jujur dan Ikhlas 87 2. Nilai Rendah Diri (Tawadu’) 90 3. Nilai Respek terhadap Guru 94 4. Niai Sabar dan Bekerja Sama 103 5. Nilai Disiplin 105

B. Internalisasi Pendidikan Nilai Dalam Kitab Ta’līm Al-Muta’allim 108 1. Keteladanan 109 2. Pembiasaan 113 3. Proses Pembelajaran 120 4. Kegiatan Ekstrakurikuler 120

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan 122 B. Saran 122

DAFTAR PUSTAKA 124 LAMPIRAN-LAMPIRAN 129

Page 20: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkiti sebagian generasi

muda termasuk para pelajar. Gejala kemorosotan moral antara lain

diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan

bebas, kriminalitas, kekerasan dan aneka prilaku kurang terpuji lainnya

Kegagalan pendidikan yang paling fatal adalah ketika produk didik tak

lagi memiliki kepekaan nurani yang berlandaskan moralitas. Padahal subtansi

pendidikan adalah memanusiakan manusia, menempatkan kemanusiaan pada

derajat tertinggi dengan memaksimakan karya dan karsa.

Undang-undang No.20 Tahun 2003 yang berisi tentang system pendidikan

nasional dengan tegas menyatakan bahwa: “pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantab

dan mandiri, sehat jasmani dan rohani, serta bertanggungjawab pada

masyarakat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.1

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa

pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna

mencapai tujuan tersebut. Hal ini terkait dengan pembentukan nilai-nilai

peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika baik, bermoral, sopan

santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Tetapi dunia pendidikan

mengabaikan aspek pendidikan nilai-nilai peserta didik, pendidikan lebih

sibuk dengan urusan akademik agar peserta didik mendapat nilai yang tinggi.

Keberadaan pendidikan nilai mulai dipertanyakan kembali.

Padahal Islam sejak pertama kalinya muncul, telah menyeru manusia

untuk untuk saling hormat-menghormati, dan berakhlaqul Karimah. Dalam hal

ini Rasulullah SAW juga diutus untuk memperbaiki dekadensi moral yang

1 Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Penjelasannya, (Yogyakarta: Media Wacana Perss), hal 12.

Page 21: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

2

terjadi pada zaman jahiliyah, agar menjadi umat yang yang terbaik. Hal ini

dibuktikan dalam sebuah haditsnya:

بل إما بعثت أمم مكارم اأخاق روا اإمام أمد بن ح

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak”2

Menurut Zubaidi, krisis yang melanda masyarakat Indonesia mulai dari

pelajar hingga elite politik mengindikasikan bahwa pendidikan agama dan

moral yang diajarkan pada bangku sekolah maupun perguruan tinggi (kuliah),

tidak berdampak terhadap perubahan perilaku manusia Indonesia. Bahkan

yang terlihat adalah begitu banyak manusia Indonesia yang tidak koheren

antara ucapan dan tindakannya. Kondisi demikian, diduga berawal dari apa

yang dihasilkan oleh dunia pendidikan.3

Beragam fenomena tersebut menjadi kegelisahan akademik dan

seharusnya menjadi perhatian utama pendidikan yang harus segera

ditanggulangi. Pendidikan dinilai belum mampu memberikan pelajaran yang

bisa membentengi peserta didik dari penyimpangan dan tindakan amoral,

sehingga para pelajar yang merupakan produk langsung pendidikan

mengalami krisis moral. Berangkat dari berbagai macam permasalahan

tersebut, maka perlu adanya pendidikan yang menitik beratkan pada aspek

nilai.

Banyak kalangan yang mulai melihat bahwa sistem pendidikan pesantren

sebagai salah satu tempat yang efektif untuk pendidikan nilai agar

terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai, tetapi

juga berhati mulia dan berakhlaqul karimah. Pesantren, baik sebagai lembaga

pendidikan maupun lembaga sosial, juga masih tetap eksis menjaga tradisi

pembelajaran klasik, kitab kuning atau yang dikenal dengan kutub tur th,

termasuk kitab Ta’līm al-Muta’allim yang disusun oleh al-Zarnūjy. fakta

menunjukkan bahwa tingkat kemanfaatan kitab tersebut dengan jangkauan

2 Ahmad Ibn Hambal, Musnad al-im m A mad Ibn ambal, Jilid 11 (Beirūt: D r al-Fikr, 1991), 381.

3 Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter ( Jakarta: Prenada Media, 2011), 2.

Page 22: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

3

rentang waktu beredarnya menunjukkan bahwa kitab tersebut tidak main-

main dan perlu diperhitungkan segi-segi relevansi dan otoritasnya dalam

menghantarkan peserta didik untuk menuju kesuksesannya.

Menurut Elin Driana, salah satu langkah tepat untuk menanamkan nilai-

nilai akademis pada peserta didik adalah menentukan sekolah yang tepat

baginya, yaitu sekolah atau madrasah yang memperhatikan nilai-nilai

akademis dan character building yang seimbang, bukan semata-mata sekolah

favorit, megah dan modern.4

Pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak, menurut pengamatan

peneliti5, merupakan pesantren yang sangat memperhatikan penanaman

pendidikan nilai untuk para peserta didiknya. Terbukti bahwa dari awal

didirikannya pondok pesantren ini oleh TGH. Zainul Mukhlis ternyata telah

menjaga tradisi penanaman pendidikan nilai kepada para peserta didiknya

melalui pembelajaran kitab Ta’līm al-Muta’allim secara kontinyuitas baik di

tingkat Tsanawiyah maupun Aliyah sampai sekarang dan beberhasilannya

dalam menginternalisasikan nilai-nilai dalam kitab tersebut yang tergambar

dalam perilaku akhl q al-Kar mah sehari-hari para peserta didiknya.

Pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak secara geografis

terletak di Montong Kirik Dusun Dasan Tengak Desa Montong Beter

Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur. Letaknya cukup strategis

yaitu di Desa Montong Beter hasil pemekaran Desa Gunung Rajak

Kecamatan Sakra Barat, pondok pesantren ini selalu menjaga tradisi

pembelajaran kitab-kitab klasik Islam karya para ulama’ terdahulu, terutama

kitab Ta’līm al-Muta’allim. Hal ini menurut peneliti sangat logis karena dari

awal berdirinya sampai sekarang pondok pesantren ini selalu di pimpin dan di

asuh oleh sosok seorang Tuan Guru Hal ini tentu berdampak pada kuatnya

tradisi pembelajaran kitab kuning. Keberadaan Pondok Pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak mendapat respon yang positif dari masyarakat. Hal

4 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah (Jogjakarta: Laksana, 2011), 133.

5 Hasil observasi awal peneliti tentang Internalisasi pendidikan nilai di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak pada hari Senin, 4 April 2016 M.

Page 23: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

4

ini terbukti dengan antusiasme masyarakat untuk mensukseskan

pembangunan pesantren dan tingginya kepercayaan masyarakat yang

menitipkan anaknya untuk menimba ilmu di pondok pesantren ini. Pondok

pesantren yang dikenal dengan sebutan “Al-Abror” ini, sering dikunjungi

oleh para ulama’, tamu-tamu agung, baik dari kalangan ilmuwan maupun

pejabat pemerintah, baik dalam maupun luar negeri.

Apa yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung

Rajak dengan kitab Ta’līm al-Muta’allim-nya dan juga keberhasilannya dalam

menanamkan nilai-nilai kepada para peserta didiknya di era globalisasi ini

telah menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian secara empiris-

ilmiah tentang internaisasi pendidikan nilai dalam kitab Ta’l m al-Muta’allim

di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa

persoalan penelitian yang bisa muncul dalam tema kajian ini, antara lain:

a. Pendidikan dinilai belum mampu memberikan pelajaran yang bisa

membentengi peserta didik dari penyimpangan dan tindakan amoral,

sehingga para pelajar yang merupakan produk langsung pendidikan

mengalami krisis moral terutama berkaitan dengan pendidik (guru).

b. Pendidikan pondok pesantren dinilai dapat dijadikan sebagai alternatif

dalam benteng dalam mempertahankan etika moral dengan kajian

kitab-kitab klasik, terutama yang berkaitan dengan sistem

pembelajaran.

c. Kitab Ta’līm al-Muta’allim sebagai salah satu kitab yang mengkaji

tentang strategi pembelajaran merupakan kitab yang syarat dengan

pendidikan nilai yang perlu untuk di internalisasikan kepada peserta

didik.

2. Pembatasan Masalah

Pada bagian konteks penelitian telah diungkapkan sejumlah permasalahan

yang relevan untuk diteliti lebih lanjut. Mencermati pentingnya

Page 24: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

5

internalisasi pendidikan nilai yang terdapat dalam kitab Ta’līm al-

Muta’allim di pondok pesantren, maka atas dasar itu peneliti membatasi

sejumlah permasalahan tersebut pada aspek berikut :

a. Pendidikan nilai dari kitab Ta’līm al-Muta’allim.

b. Iternalisasi pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim di

pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak.

3. Perumusan Masalah

Dalam upaya tersistematisnya penelitian ini, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pendidikan nilai dari kitab Ta’līm al-Muta’allim?

b. Bagaimanakah internalisasi pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm al-

Muta’allim di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak?

C. Tujuan penelitian

Berkaitan dengan rumusan diatas maka tujuan penelitian ini dimaksudkan

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pendidikan nilai dari kitab

Ta’līm al-Muta’allim.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan internalisasi pendidikan nilai

dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim di pondok pesantren Darul Abror NW

Gunung Rajak.

D. Manfaat / Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi teoritis dan

praktis sebagai berikut:

1. Kontribusi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menguatkan kajian pendidikan nilai

dalam konteks pendidikan nasional.

2. Kontribusi Praktis

a. Untuk mengembangkan teori ulama’-ulama’ terdahulu yang mereka

salurkan lewat kitab-kitab tur th sebagai salah satu sumber acuan

pendidikan Islam yang akhir-akhir ini mulai di tinggalkan untuk

kembali di kaji dan di internalisasikan kepada peserta didik

Page 25: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

6

b. Untuk menjadi masukan dalam wujud gagasan yang orisinil yang

pernah dan sedang digeluti oleh kalangan pendidik Islam, khususnya

yang berkenaan dengan kegiatan pembelajaran dan pendidikan.

c. Sebagai sumbangan tambahan informasi tentang khazanah keilmuan

Islam sehingga kalangan pelajar muslim berbangga diri karena

memang sumber-sumber pembelajaran belakangan bisa dikatakan

simetris dengan apa yang digagaskan oleh al-Zarnūjy sekitar delapan

abad yang lalu.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan eksplorasi peneliti, penelitian ilmiah yang mengkaji masalah

pendidikan nilai atau karakter secara garis besar sudah banyak, namun

peneliti ingin secara spesifik membahas tentang internalisasi pendidikan nilai

dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim. Beberapa hasil penelitian terdahulu yang

mengungkap tentang penelitian ini antara lain:

1. Penelitian dilakukan oleh Imam Tabroni, Strategi Memilih Guru Ideal

Sebagai Pendidik Menurut Syekh Al-Zarnuji (Kajian Terhadap Kitab

Ta`Lim Al-Muta`Allim), Tesis (Cirebon: Program Pascasarjana Institut

Agama Islam Negeri Syekh Nurjati, 2012)6 Penelitiannya hanya fokus ,

pada masalah kualifikasi guru ideal sebagai pendidik menurut syekh al-

Zarnuji dalam kajian kitab Ta`lim al-Muta`allim. penelitian ini

merupakan dialog antara peneliti dengan sumber-sumber kajian yang

bersifat kepustakaan..

2. Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Fatkhulloh, Reaktualisasi

Pemikiran: Strategi Pembelajaran Versi Syekh al-Zarnuji Dalam Kitab

Ta’līm al-Muta’allim, Tesis (Jombang : Program Pascasarjana Institut

Keislaman Hasyim Asy’ary, 2007).7 Penelitian ini lebih terbatas pada

pemikiran al-Zarnūjy, motivasi dalam penyusunan kitabnya dan strategi

6 Imam Tabroni, Strategi Memilih Guru Ideal Sebagai Pendidik Menurut Syekh Al-Zarnuji

(Kajian Terhadap Kitab Ta`Lim Al-Muta`Allim), Tesis (Cirebon: Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati, 2012).

7 Fatkhulloh, Reaktualisasi Pemikiran: Strategi Pembelajaran Versi Syekh al-Zarnuji Dalam

Kitab Ta’līm al-Muta’allim, Tesis (Jombang: Program Pascasarjana Institut Keislaman Hasyim Asy’ary, 2007).

Page 26: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

7

pembelajaran kitabnya. Peneliti kemudian membandingkan strategi

pembelajaran versi al-Zarnūjy dengan versi para ahli yang lain, dan tidak

menekankan penelitiannya pada bagaimana menginternalisasikan

pendidikan nilai buah pikiran al-Zarnūjy. Jenis penelitiannya juga hanya

menggunakan jenis penelitian kepustakaan.

3. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Mohammad Johan,

Implementasi Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren (Studi Kasus di

Tarbiyat al Mu’allimīn al-Isl miyah (TMI) Pondok Pesantren al-Amien

Prenduan Sumenep), Tesis (Malang: Program Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012). Dalam penelitian

ini di kemukakan berbagai nilai inti yang dikembangkan di Pondok

Pesanteren Al-Amien Prenduan antara lain: 1) ikhlas, 2) sederhana, 3)

mandiri, 4) persaudaraan, dan 5) bebas yang semuanya itu tersimpul di

dalam “ Panca Jiwa Pondok”. Selain itu, implementasi pendidikan

karakter dilakukan melalui tiga proses, yaitu, implementasi nilai-nilai

karakter melalui proses pembelajaran, melalui kegiatan ekstra kulikuler,

dan melalui kegiatan sehari-hari.8 Johan membatasi penelitiannya hanya

pada implementasi karakter, tanpa berpedoman pada teori seorang ahli

pendidikan Islam seperti al-Zarnūjy. Metode penelitian yang digunakan

juga adalah studi kasus.

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil posisi tengah untuk

memahami tentang internalisasi pendidikan nilai pada peserta didik

dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim di Pondok Pesantren Darul Abror NW

Gunung Rajak. Peneliti menggunakan dua jenis pendekatan, kepustakaan

dan lapangan. Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk mengetahui

dan memadukan konsep nilai dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim di

pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak, dengan teori ahli yang

lain yang ternyata fakta membuktikan bahwa teori, konsep, serta metode

kitab Ta’līm al-Muta’allim sangat relevan dan mempunyai otoritas yang

8 Mohamad Johan, Implementasi Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren (Studi Kasus di Tarbiyatul Muallimien al Islamiyah (TMI) Pondok Pesantren al-Amien Prenduan Sumenep), Tesis (Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012)

Page 27: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

8

sangat tinggi dalam menghantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan

pendidikan Islam yaitu menjadi manusia yang mempunyai akhl q al

karīmah. Dan peneliti juga menggunakan penelitian lapangan untuk

mengetahui bagaimana internalisasi pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm

al-Muta’allim di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak..

Page 28: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

9

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Telaah Kitab Ta’līm al-Muta’allim

Ta’līm al-Muta’allim merupakan karya Shaikh T judd n Nu’m n ibn

Ibr h m ibn al-Khal l al-Zarnūjy. Kitab tersebut dapat dikatakan sebagai kitab

abad pertengahan, mengingat al-Zarnūjy hidup di akhir abad XII hingga awal

abad XIII M9. Djudi berpendapat bahwa kitab Ta’līm al-Muta’allim adalah

kitab yang telah dipelajari, diterjemahkan, diteliti, diseminarkan, dan dicetak

di beberapa negara. Hal ini membuktikan bahwa kitab tersebut merupakan

kitab yang sangat fenomenal, menarik, dan bernilai tinggi.

Sedangkan Abuddin Nata berpendapat bahwa Kitab Ta’līm al-

Muta’allim membahas tentang metode belajar, tujuan belajar, prinsip belajar,

strategi belajar, dan sebagainya.10 Tentunya kitab ini tidak asing lagi bagi

dunia pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di pondok pesantren

Salafiyah, karena kitab ini telah dijadikan referensi utama bagi santri dalam

menuntut ilmu.

Menurut Ma mūd Yūnus, dalam kitab ini disimpulkan pendapat para

ahli pendidikan Islam dan dikuatkan secara khusus oleh pendapat Im m al-

Ghaz ly. Kitab ini khusus dalam ilmu pendidikan dan berpengaruh sekali

dalam alam Islami sebagai pegangan bagi guru untuk mendidik anak-anak.11

Menurut Plessner, kitab Ta’līm al-Muta’allim merupakan bagian dari

karya al-Zarnūjy, yang masih ada sampai sekarang.12. Sebagai kontribusi

tunggal beliau dalam bidang ilmiah yaitu bidang pendidikan, selain itu tidak

ada. Kitab yang terdiri dari 13 Bab tersebut, menurut Khalifah telah diberi

catatan komentar (sharh) oleh Ibn Ism ’ l, yang kemungkinan juga dengan al-

9 Djudi, Konsep Belajar Menurut Az-Zarnuji, Laporan Hasil Penelitian Individual Pusat

Penelitian IAIN Walisongo Semarang (Semarang: Perpustakaan Puslit IAIN Walisongo Semarang, 1997), 13.

10 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 103.

11 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), 155.

12 Martin Plessner, “al-Zarnuji” Encyclopedia Of Islam (London-New York: EJ.Brill’s,

1987), 1218.

Page 29: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

10

Nau’i. Yang diterbitkan pada tahun 996 H, kitab ini juga diterjemahkan

kedalam bahasa Turki oleh Abd Al-Maj d ibn Nusūh bin Isr ’ l dengan judul

Irsh d al-Ta’līm fi Ta’līm al-Muta’allim.13

Kitab Ta’līm al-Muta’allim telah diakui kepopulerannya oleh Khalil A.

Totah dan Mehdi Nakosteen, ketika masing-masing melakukan survey atas

sumber literatur kependidikan Islam klasik dan abad pertengahan.14 Hal ini

berdasar pada identifikasi sejumlah karya kependidikan, bahwa kitab Ta’līm

al-Muta’allim-lah yang paling terkenal. Kepopuleran itu ditunjukkan dengan

adanya penerjemahan dari bahasa Arab kedalam bahasa Latin dengan judul

Enchiridion Studiosi yang dilakukan dua kali oleh H. Reland pada tahun 1709

dan Caspari pada tahun 1838. dan juga penerjemahan kedalam bahasa Latin

dilakkan pada saat masih berlangsung perang Salib.15

Kitab Ta’līm al-Muta’allim dikarang oleh al-Zarnūjy karena dilatar

belakangi oleh rasa keprihatinan beliau terhadap para pelajar pada masanya,

yang bersungguh-sungguh dalam belajar akan tetapi mengalami kegagalan,

atau kadang-kadang mereka sukses tetapi sama sekali tidak dapat memetik

buah kemanfaatan dari hasil ilmu yang dipelajarinya dengan mengamalkan

atau menyebarluaskan pada orang lain. Motivasi al-Zarnūjy tersebut

terungkap dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim yang tertera dalam muqaddimat,

sebagai berikut:16

افعه ومراته فلما رأيت كثرا دون إى العلم وا يصلون من م ا من طاب العلم زمشر رمون. لــما أهم أخطؤوا طرائقه وتركوا شرائطه. وكل من أخطأ وهى العمل به وال

ال امـقصود قل أو جل الطريق ضل وايArtinya: "Setelah saya mengamati banyaknya penuntut ilmu dimasa saya, mereka bersungguh-sungguh dalam belajar menekuni ilmu tetapi mereka

13 H. Khalifah dalam Sudarnoto Abd. Hakim, Hasan Asari, Yodian W. Asmin (Penyunting),

Islam Berbagai Perspektif: Didedikasikan Untuk 70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sadzali, M.A., (Yogyakarta: LPMI,1995), 21.

14 Ibid. 22.

15 Ahmad Usman, Al-Ta’lim Inda Burhanul Islam Al-Zarnuji (Kairo:Maktabah Al-Anjalu

Al -Misriyah, 1989), 88. 16 Ibr h m Ibn Ism ’ l, Syar Ta’līm al-Muta’allim (Indonesia: D r I y al-Kutub al-

‘Arabiyat, tt), 3.

Page 30: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

11

mengalami kegagalan atau tidak dapat memetik buah manfaat ilmunya yaitu mengamalkannya dan mereka terhalang tidak mampu menyebarluaskan ilmunya. Sebab mereka salah jalan dan meninggalkan syarat-syaratnya. Setiap orang yang salah jalan pasti tersesat dan tidak dapat memperoleh apa yang dimaksudkan baik sedikit maupun banyak".

Secara tidak langsung, tujuan dari al-Zarnūjy mengarang kitab ini adalah

untuk memberi bimbingan kepada para santri (orang yang menuntut ilmu)

untuk mencapai ilmu yang bermanfaat dengan cara dan etika yang dapat

diamalkan secara berkesinambungan.

Kitab Ta’līm al-Muta’allim ini berisi tentang pemikiran pendidikan Islam

yang dikemukakan oleh al-Zarnūjy. Meskipun kitab ini ditulis sejak abad XIII

H, tetapi sudah tampak sistematis dari segi pembahasannya sebagaiman

karya-karya ilmiah pada masa sekarang ini. Misalnya sebelum al-Zarnūjy

menulis pembahasan pasal demi pasal atau dari bab ke bab, terlebih dahulu

beliau mengemukakan pendahuluan yang berisikan pembatasan masalah, latar

belakang, sistematika pembahasan, yang kemudian dimulai pembahasan pasal

demi pasal secara sistematis dan diakhiri dengan penutup dan do’a.17

Menurut Mahmūd Yūnus kitab ini telah diberi sharh (komentar) oleh

beberapa ulam ’ terkemuka, diantaranya: al-All mat al-Jal l al-Shaikh

Ibr h m ibn Ism ’il dengan nama Sharh Ta’līm al-Muta’allim Tarīqat al-

Ta’allum dan oleh Shaikh Ya y ibn Al ibn Na ū (1007 H/ 1598M) ahli

sya’ir Turki dan Im m Abd al-Wahh b al-Sha’r ny ahli tasawuf dan al-Q i

Zakaria al-Ans ry.18

Secara sedehana kitab Ta’līm al-Muta’allim dapat di deskripsikan bahwa

kitab tersebut terdiri dari 13 pasal selain pengantar yaitu :

a. Keutamaan ilmu dan fiqh. Pasal ini melahirkan nilai religius, dan

menumbuhkan semangat yang tinggi bagi santri untuk rajin belajar;

17Apabila dilihat dari sudut pembahasannya kitab Ta’līm al-Muta’allim sangat menarik karena didasarkan pada Al-Qur’an, meskipun sangat minim sekali; Hadits yang tidak kurang dari 21 matan hadits; Hikmah atau kata-kata mutiara yang dibumbui kisah-kisah para ulama yang telah berhasil mendapatkan ilmu; Syair-syair yang jumlah keseluruhannya terdapat dalam 81 buah syair.

18 Mahmud Yunus, Sejarah …, 155.

Page 31: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

12

b. Niat ketika akan belajar. Pasal ini melahirkan nilai kejujuran,

keikhlasan, tidak menyekutukan Allah, takut kepada Allah, dan cinta

kepada Allah SWT;

c. Memilih ilmu, guru dan teman. Konsep ini melahirkan nilai

kecintaan, toleransi, kerjasama, saling menghargai dan persatuan;

d. Memuliakan ilmu beserta ahlinya. Pasal ini dapat menumbuhkan

sifat tawadu’, tidak sombong, kepedulian antar sesama;

e. Kesungguhan, ketetapan, dan cita-cita yang tinggi. Hal ini

menumbuhkan nilai kerajinan, ketekunan, dan kreatifitas;

f. Permulaan, ukuran dan tertib dalam belajar. Pasal ini melahirkan

nilai disiplin;

g. Tawakal;

h. Waktu menghasilkan ilmu. Pasal ini menumbuhkan kehausan

mencari ilmu, konsisten dan ketenangan;

i. Belas kasih. Menumbuhkan rasa kasih sayang yang tinggi;

j. Mencari Faedah. Hal ini menumbuhkan keseriusan, dan kerendahan

hati;

k. Wara’ (Menjaga diri dari perkara haram) memunculkan nilai

kebahagiaan, kedamaian dan kesederhanaan;

l. Sesuatu yang dapat menjadikan hafal dan lupa. Pasal ini

mengandung nilai tanggung jawab;

m. Sesuatu yang memudahkan dan menyempitkan rejeki,

memperpanjang dan mengurangi umur. pasal ini menumbuhkan nilai

semangat untuk bekerja keras dan pantang menyerah, serta selalu

bersyukur atas nikmat Allah SWT.

Fakta menunjukkan bahwa al-Zarnūjy meninggal dunia sebelum tahun

573. Satu-satunya penulis yang menunjuk tahun wafatnya adalah Fu d al-

A wany. Menurutnya al-Zarnūjy wafat tahun 591 H/1203 M.19

19 A mad Fu d Ahwani, al-Tarbiyat fī al-Isl m aw al-Ta‘līm fī Ra’s al-Qabis (Al-Q hirat: ‘ sa al-B bi al-Halabi, 1955), 239.

Page 32: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

13

Dari keterangan diatas peneliti dapat simpulkan bahwa al-Zarnūjy

hidup pada abad ke 6 H, dan pendapat Fu’ d al-Ahwany tentang tahun

wafat al-Zarnūjy merupakan satu-satunya pertimbangan akademik yang

mendekati kebenaran sejarah. Pendapat yang kemudian di paparkan oleh

Plessner dan Ibn Kh lik n tidak bisa secara ilmiah dapat membantah

pendapat Fu’ d al-Ahw ny, karena bisa saja terjadi seorang santri

meninggal sebelum gurunya.

Disamping itu juga al-Zarnūjy mempunyai banya nama, dan hal ini

menunjukkan nama besarnya. Ada yang menyebutnya dengan

Burh nudd n, ada juga yang menyebutnya dengan Burh n al-Isl m, dan

ada juga yang menyebutnya T j al-D n. Namun, menurut peneliti ketiga

nama itu disematkanan sebagai julukan saja atas jasa-jasanya dalam

menyebarkan Islam.

Menurut Hamawi dalam kitabnya Mu’jam al-Buld n, Zurnūj adalah

sebuah tempat di wilayah Turki. Sedangkan menurut amawi, Zurnūj

adalah sebuah tempat yang terkenal di m war ’ al-nahr20 wilayah

Turkistan, tetapi menurut para pakar geografi daerah m war ’ al-nahr

itu bukan di Turkistan, melainkan di Turki.21 Seorang penulis muslim

membuat spekulasi bahwa al-Zarnūjy aslinya berasal dari daerah

Afganistan, kemungkinan ini diketahui dengan adanya nama Burhn al-

D n, yang memang disetujui oleh peneliti bahwa hal itu biasanya

digunakan dinegara ini. Terkait dengan hal tersebut, beberapa peneliti

berpendapat bahwa dilihat dari nisbahnya, nama al-Zarnūjy diambil

berdasar pada daerah dari mana ia berasal yaitu daerah Zarand.22 Zarand

20M War ’ al-Nahr merupakan negara-negara di belakang sungai Sihūn (Amodarya). Ia

merupakan kawasan disebelah selatan Laut Khaw rizm (Aral). Kawasan ini mencakup negara Uzbekistan, Kirghizia, Tajikistan, dan Turkeministan. Negara-negara ini dahulunya dibawah kesatuan Uni Soviet. Negara-negara dibagian Asia Utara memiliki 3 laut utamanya, yaitu Laut Khawarizm (Aral), Laut Qazwin (Kaspia), dan Laut Hitam.

21 Lihat disertasi Marwazi, Konsep Pendidikan dalam Kitab Ta‘līm al-Muta‘allim Karya al-Zarnūjy dan Aplikasinya di Pondok Pesantren al-Fal Ploso Mojo Kediri, Disertasi (Jakarta: IAIN Syar f Hid yatullah, 1998), 29.

22 Abuddin Nata, Pemikiran ..., 104.

Page 33: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

14

adalah salah satu daerah diwilayah Persia yang pernah menjadi ibukota

Sijist n yang terletak disebelah selatan Her t.

Menurut al-Qurashy, al-Zarnūjy adalah seorang guru abad ke-13,

sedangkan G. E. Von Grunebaum dan Theodora M. Abel mengatakan

bahwa ia seorang ulama’ yang hidup menjelang akhir abad ke-12 dan

permulaan abad ke-13. Penunjukan tahun ini hampir sama dengan

perkiraan Marw n Qabb ny. Sedangkan al-Ahw ny menyebutkan bahwa

Mu ammad al-Kafrawi menempatkan ia dalam generasi ke-12 dari

ulama’ anafiyah yang diperkirakan hidup pada sekitar tahun

620/1223.23 Terlepas dari kontroversi penunjukan tahun-tahun tersebut,

yang jelas hampir dapat dipastikan bahwa ia hidup di ujung pemerintahan

‘Abbasiyah di Baghd d.

Peneliti menemukan sedikit sekali kitab atau buku yang menulis

tentang biografi/riwayat hidup sang pengarang kitab Ta’līm al-

Muta’allim tersebut. Dan beberapa kajian terhadap kitab Ta’līm al-

Muta’allim, tidak dapat menunjukkan secara pasti mengenai waktu

kehidupan dan karir yang dicapainya.

Al-Zarnūjy tidak memberikan informasi tentang kehidupannya baik

yang menyangkut biografi keluarga maupun pendidikannya, sehingga

untuk mengetahui latar belakang pendidikan dan intelektualitasnya

adalah dengan mengetahui nama-nama guru yang didatanginya dan isi

dari kitab Ta’līm al-Muta’alim termasuk nukilan-nukilan pendapatnya,

bahwa akan diketahui kecenderungan pola pikir al-Zarnūjy yang tertuang

dalam buku tersebut. Adapun guru-gurunya yang terkenal sebagaimana

dicantumkan dalam kitab Ta’līm al-Muta’alim diantaranya adalah Abū

an fah, al-Margh n ny, Muhammad ibn asan, Abū Yūsuf, amm d

ibn Ibr h m, al-Shair zy, Hil l ibn Yas r, Qoww m al-D n, al- amd ny,

al- ulw ny, al- adr al-Shah d.24

23 Ibid, 344. 24 Nama-nama guru al-Zarnūjy dapat dilihat dalam kitabnya Ta'līm yang didalamnya

menyebutkan nama tersebut, dan semuanya adalah bermazhab anafiyah.

Page 34: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

15

Sedangkan menurut para peneliti, al-Zarnūjy menuntut ilmu di

Buhkh rà dan Samarqand, yaitu kota yang menjadi pusat kegiatan

keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. Masjid-masjid di kedua kota

tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan ta’līm yang diasuh

antara lain oleh Burh nudd n al-Margh n ny, Shamsudd n ‘Abd al-

Wadjdy, Muhammad ibn Muhammad ‘Abd al-Satt r al-‘Am dy dan lain-

lainnya.25

Untuk memahami al-Zarnūjy sebagai seorang pemikir, maka harus

difahami ciri zaman yang menghasilkannya, yaitu zaman ‘Abb siyah

yang menghasilkan pemikir-pemikir Ensiklopedik yang sukar ditandingi

oleh pemikir-pemikir yang datang kemudian. Sebagaimana dijelaskan di

atas, al- al-Zarnūjy yang berkuasa selama lima abad berturut-turut (750-

1258 M). Sebagai seorang filosof muslim al-Zarnūjy lebih condong

kepada al-Ghaz ly, sehingga banyak jejak al-Ghaz ly dalam bukunya

dengan konsep epistemologi yang tidak lebih dari buku pertama dalam

I y ’ ‘Ulūm al-Dīn. Akan tetapi al-Zarnūjy memiliki sistem tersendiri,

yang mana pada setiap bab dengan bab yang lain, atau setiap kalimat

dengan kalimat yang lain, bahkan setiap kata dengan kata yang lain

dalam buku tersebut merupakan sebuah kerikil dan konfigurasi mozaik

kepribadian al-Zarnūjy sendiri.26

Dengan demikian al-Zarnūjy hidup pada masa keempat dari periode

pendidikan dan perkembangan pendidikan Islam, yakni antara tahun 750-

1250 M. Sehingga beliau sangat beruntung mewarisi banyak peninggalan

yang ditinggalkan oleh para pendahulunya dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan. Dan al-Zarnūjy bukanlah dikenal sebagai seorang fuqaha’

atau mu addith ataupun mutakallim tetapi beliau lebih populer sebagai

seorang murabby, hal ini dilihat dari karyanya hanya satu karya tangan

dinginnya yaitu kitab Ta’līm al-Muta’allim, dan tidak ada pula

25 Lihat Djudi, Konsep Belajar Menurut al-Zarnuji (Yogyakarta: Pusat Penelitian IAIN

Sunan Kalijaga, 1997), 10. 26 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke 21 (Jakarta: Pustaka Al-

Husna, 1988), 99.

Page 35: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

16

perkataan-perkataan beliau yang bernilai hukum, ataupun tidak ada

nukilan-nukilan dari padanya untuk dipakai menjadi rujukan saat ini baik

dari hukum, hadits ataupun ilmu kalam.

Abuddin Nata menggambarkan bahwa, dalam masa tersebut

kebudayaan Islam berkembang dengan pesat yang ditandai oleh

munculnya berbagai lembaga pendidikan, mulai dari tingkat

perpendidikan tinggi. Diantara lembaga-lembaga tersebut adalah

Madrasah Niẓ miyah yang didirikan oleh Niẓ m al-Mulk (457 H/106

M), Madrasah al-Nūriyat al-Kubrà yang didirikan oleh Nūr al-D n

Ma mūd Zanky pada tahun 563 H/ 1167 M dengan cabangnya yang

sangat banyak di kota Damaskus, Madrasah al-Mustan iriyah yang

didirikan oleh Khal fah ‘Abbasyiyah, al-Mustan ir bi al-L h di Baghd d

pada tahun 631 H/ 1234 M. Madrasah al-Mustan iriyah dilengkapi

dengan berbagai fasilitas yang memadai seperti gedung berlantai II, aula,

perpustakaan dengan kurang lebih 80.000 buku koleksi, halaman dan

lapangan yang luas, masjid, balai pengobatan dan lain sebagainya.

Keitimewaan lainnya Madrasah al-Mustan iriyah adalah karena

mengajarkan ilmu fiqih dalam empat madhhab (M liky, anafy, Sh fi’y

dan A mad ibn Hambal).27

Dalam konteks penelitian ini peneliti berangkat dari teori Thomas

Lickona sebagai pengusung pendidikan karakter tentang bagaimana

pentingnya penanaman nilai-nilai kepada santri. Lickona mendefinisikan

karakter sebagai A reliable inner disposition to respond to situations in a

morally good way (suatu usaha yang disengaja untuk membantu

seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan

nilai-nilai etika yang baik).

Selanjutnya, Lickona menambahkan, Character so conceived has

three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral

27 Abuddin Nata, Pemikiran…, 106.

Page 36: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

17

behavior28. Karakter mulia (good character) dalam pandangan Lickona

meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral khowing), lalu

menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan

akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).

Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang

baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk

berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Atau dengan kata lain,

karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap

(attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan

keterampilan (skills).

B. Konsep Internalisasi

Internaliasi meurut kamus besar Indonesia dapat diartikan sebagai

penghayatan, proses-falsafah Negara secara mendalam berangsung lewat

penyuluhan, penataran dan sebagainya. Penghayatan terhadap uatau ajaran,

doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan

kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku.29

Proses internalisasi merupakan proses penghayatan yang berlangsung

sepanjang hidup individu mulai saat dilahirkan hingga akhir hayatnya. Dalam

sepanjang hidupnya, seseorang terus belajar mengolah segala perasaan,

hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadian. Melalui

hubungan sosial yang terjalin antara individu dan kelompok, proses

internalisasi terjadi pada diri seseorang.

Proses internalisasi pada dasarnya tidak hanya monoton didapat dari

keluarga, melainkan dapat didapat dari lingkungan kita. Lingkungan yang

dimaksud tersebut adalah lingkungan sosial. Secara tidak sadar kita telah

dipengaruhi oleh berbagai tokoh masyarakat, seperti Pejabat, Guru, Kyai, dll.

Dari situlah kita dapat memetik beberapa hal yang kita dapatkan dari mereka

28 Thomas Lickona, Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility (New York: Bantam Books, 1992), 23.

29 Pusat Bahasa Departeme Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2005), 439.

Page 37: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

18

yang kemudian kita menjadikannya sebagai sebuah kepribadian dan

kebudayaan kita.

Proses internalisasi berpangkal dari hasrat-hasrat biologis dan bakatbakat

naluri yang sudah ada dari warisan dalam organisme tiap individu yang

dilahirkan. Akan tetapi, yang mempunyai peranan terpenting dalam hal

membangun manusia kemasyarakatan itu adalah situasi-situasi sekitar,

macam-macam individu lain di tiap-tiap tingkat dalam proses sosialisasi dan

enkulturasinya (Koentjaraningrat, 1980:229).

Internalisasi memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu

pengembangan, perbaikan dan penyaringan dalam hal budaya. Manfaat

pengembangan yaitu sebagai pengembangan potensi seseorang untuk menjadi

pribadi dan memiliki perilaku yang baik agar seseorang yang telah memiliki

sikap dan perilaku yang mencerminkan pendidikan nilai.

Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik

ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu:

a. Tahap Transformasi Nilai: Tahap ini merupakan suatu proses yang

dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik

dan kurang baik.

b. Tahap Transaksi Nilai: Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan

melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik

dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.

c. Tahap Transinternalisasi: Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap

transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi

verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini

komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif. 30

C. Konsep Dasar Pendidikan

Dari segi bahasa, pendidikan dapat diartikan perbuatan, hal, cara dan

sebagainya mendidik dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau

pemeliharaan latihan-latihan dan sebagainya badan, batin dan sebaginya.

30 Muhaimin dkk,. Startegi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), 152.

Page 38: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

19

Dalam bahasa inggris, pendidikan menggunakan istilah “education”.

Dalam bahasa arab pengertian kata pendidikan, sering digunakan pada

beberapa istilah, antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah dan al-ta’dibṬ Namun

demikian, ketiga kata tersebut memliki makna tersendiri dalam menunjukkan

pada pengertian pendidikan. Ketiga batasan di atas memilki kesamaan visi

akhir, yaitu untuk menghantarkan peserta didik pada satu tahap tertentu.

Namun demikian, menurut penggunaan tema at-tarbiyah lebih cocok

mewakili untuk memaknai pendidikan Islam. Pengertian pendidikan secara

luas adalah segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan

pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan

nilai-nilai bagi anak didik sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam

pendidikan menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia

menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.31

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat

menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif

dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai

suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi

nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.

Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan

terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping

transfer ilmu dan keahlian.

Pendidikan merupakan proses pengembangan manuasia kearah kearifan

(wisdom), pegetahuan (knowledge) dan etika (conduct) karenanya

membangun apek kognisi, afeki dan psikomotor secara seimbang dan

berkesinambungan adalah nilai pendidikan yang paling tinggi,32 ditujukan

untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat

meakukan perannya daam kehidupan secara fungsional dan optimal dan dapat

dirasakan manfaatnya bagi manusia.

31 Syekh Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam (Bandung: Mizan,

1984), 60. 32 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2013), 3.

Page 39: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

20

Adapun pengertian pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk kepada

berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 UU RI No. 20 tahun 2003)

dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Pengertian Pendidikan menurut beberapa para ahli adalah sebagai

berikut:

Menurut Ahmad Tafsir, “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didiknya menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.33

Menurut John Dewey, salah satu tokoh pendidikan, sebagaimana yang

telah dikutif oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, dalam bukunya yang

berjudul ilmu pendidikan:

“Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”.34

Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya

untuk memajukan pertumbuhan nilai moral (kekuatan batin, karakter), fikiran

(intellect) dan tumbuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan

agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan

penghidupan anak-anak yang kita didik selaras.35

Sementara Zamroni memberikan definisi pendidikan adalah suatu proses

menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan

tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan barang

33 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992), 24.

34 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), 69. 35 Ki Hadjar Dewantara, Karya Ki Hadjar Dewantara (Yogyakarta: Taman Siswa, 1962),

2.

Page 40: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

21

yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya

ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.36

Konsep pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah “memberikan suatu

analisis secara fenomenalogi terhadap rumusan pendidikan, peran dan fungsi

pendidikan yang telah dihasilkan oleh Ibnu Khaldun melalui berbagai

pengalaman dan pengamatannya”. Ibnu Khladun mencoba menghubungkan

antara filsafat dengan pendidikan, sosiologi dengan pendidikan, ilmu dengan

pendidikan, kebudayaan dengan pendidikan, pentahapankebudayaan dan

cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan.37

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar, disengaja, dan positif untuk menuntun hidup jasmani dan

rohani anak didik dengan memberi kesempatan kepadanya untuk

mengembangkan bakat menuju terbentuknya kepribadian yang utama, serta

untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat

melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan

demikian pendidikan pada intinya menolong ditengah-tengah kehidupan

manusia.

D. Konsep Dasar Pendidikan Nilai

Konsep dasar pendidikan nilai adalah komponen yang menyentuh filosofi

tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia, membangun manusia

paripurna dan membentuk insan kamil atau manusia seutuhnya.38

Beberapa tokoh memberikan pengertian nilai sebagai berikut:39

1. Menurut Winecoff (1987: 1-3), pendidikan nilai adalah pendidikan yang

mempertimbangkan objek dari sudut pandang moral yang meliputi etika

dan norma-norma yang meliputi estetika, yaitu nilai objek dari sudut

pandang keindahan dan selera pribadi serta etika.

36 Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana,1992), 5. 37 Masarudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun (suatu analisis fenomenologi

(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisango Semarang,1999), .3. 38 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2013), 12. 39 Qiqi Yuliati Zakiyah, Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung:

Pustaka Setia, 2014), 61.

Page 41: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

22

2. Dahlan (2007: 5) mengartikan pendidikan nilai sebagai uatu proses

kegiatan yag dilaksanakan secara sistimtis untuk melahirkan manusia

yang memiliki komitmen kognitif, afektif dan pribadi yang berlandaskan

agama.

3. Hasan (1996: 14) pendidikan nilai adalah bentuk kegiatan pegembangan

ekspresi nilai-nilai yaang ada melalui proses sistimatis dan kritis ehingga

mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas kognitif dan

afektif peserta didik.

4. Sumantri (1993: 16) pendidikan niai merupakan aktivitas pendidikan

yang penting bagi orang dewasa dan remaja, baik di dalam sekoah

maupun di luar sekolah untuk meningkatkan nilai moral individu dan

masyarakat.

Pendidikan nilai bisa berarti educare yang membimbing, menuntun dan

memimpin.40 pendidikan nilai hendaknya membantu peserta didik untuk

tumbuh berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi,

berguna dan berpengaruh dalam masyarakat yang bertanggungjawab dan

bersifat proaktif dan kooperatif karena masyarakat sagat membutuhkan

pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, terampil dan memiliki

nilai yang luhur.

Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan.41 Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon

penghargaan.42 Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia

dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.43 Menurut Sidi Gazalba

yang dikutip Chabib Thoha mengartikan nilai sebagai berikut: Nilai adalah

sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta,

tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik,

40 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2013), 14. 41 W.JS. P6urwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1999),

677. 42 H. Titus, M.S, et al, Persoalan-persoalan Filsafat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), 122. 43 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,

1993), 110.

Page 42: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

23

melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.44 Sedang

menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu

(sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi

arti (manusia yang meyakini).45 Jadi nilai adalaah sesuatu yang bermanfaat

dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.

Nilai merupakan tema baru dalam filsafat aksiologi, cabang filsafat yang

mempelajarinya, muncul pertama kalinya pada paruh kedua abad ke-19.46

Menurut Riseri Frondizi, nilai itu merupakan kualitas yang tidak tergantung

pada benda, benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidak tergantungan ini

mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas apriori.47

Subtansi nilai dalam suatu objek tetap melekat pada benar-salah dalam

logika, baik-buruk dalam etika, indah-jelek dalam estetika, keagamaan

komplek-tidak komplek dalam religius.

Dalam pembagiannya, nilai memiliki dua bidang yang paling populer

yang tidak bisa dipisahkan baik dalam tingkah laku dan tampilan pisik yakni

etika dan estetika.48 Etika merupakan cabang aksiologi yang membahas

predikat-predikat nilai betul (right)-salah (wrong), susila (moral)-tidak susia

(immoral) meliputi nilai-nilai antara lain:

1) Nilai positive thingking, jujur dan ikhlas;

2) Nilai rendah diri (tawaddu’);

3) Nilai respek terhadap guru;

4) Nilai sabar dan saling meghargai;

5) Nilai kedisiplinan.

Menurut Langeveld, dalam bahasa sehari-hari kita “barang sesuatu yang

mempunyai nilai”. Barang sesuatu yang dimaksudkan di sini dapat disebut

barang nilai. Dengan demikian, mempunyai nilai itu adalah soal penghargaan,

44 HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996), 61. 45 Ibid. 46 Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2001), 1. 47Ibid 48 Qiqi Yuliati Zakiyah, Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung:

Pustaka Setia, 2014), 18.

Page 43: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

24

maka nilai adalah dihargai.49 Sejalan dengan itu, Juhaya S. Praja dengan

singkat mengatakan, nilai artinya harga. Sesuatu mempunyai nilai bagi

seseorang karena ia berharga bagi dirinya. Pada umumnya orang mengatakan

bahwa nilai sesuatu benda melekat dan bukan di luar benda. Tetapi ada juga

yang berpendapat bahwa nilai ada di luar benda.50

Sedangkan pengertian nilai menurut J.R. Fraenkel, sebagaimana dikutif

Chabib Toha51 adalah a value is an idea a concept about what some one

thinks is important in life.

Pengertian ini menunjukkan bahwa hubungan antara subjek dengan objek

memiliki arti penting dalam kehidupan objek. Sebagai contoh segenggam

garam lebih berarti bagi masyarakat Dayak di pedalaman dari pada

segenggam emas. Sebab garam lebih berarti untuk mempertahankan

kehidupan atau mati, sedangkan emas semata-mata untuk perhiasan.

Sedangkan bagi masyarakat kota, sekarung garam tidak berarti dibandingkan

dengan segenggam emas, sebab emas lebih penting bagi orang kota.

Sidi Gazalba sebagaimana dikutif Chabib Toha, mengartikan nilai

sebagai sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit,

bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut

pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak

dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.52

Pengertian tersebut menunjukkan adanya hubungan antar subjek

penilaian dengan objek, sehingga adanya perbedaan nilai antara garam

dengan emas. Tuhan itu tidak bernilai bila tidak ada subjek yang memberi

nilai, Tuhan menjadi berarti setelah ada makhluk yang membutuhkan. Ketika

Tuhan sendirian, maka ia hanya berarti bagi diri-Nya sendiri. Garam menjadi

berarti seolah ada manusia yang membutuhkan rasa asin. Emas menjadi

berarti setelah ada manusia yang mencari perhiasan.

49 Langeveld, Menuju Kepemikiran Filsafat (Jakarta: PT.Pembangunan, tth), 196. 50 Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenada Media, 2003), 59.

51 Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 60.

52 Ibid, 61.

Page 44: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

25

Namun demikian nilai semata-mata terletak kepada subjek pemberi nilai,

tetapi di dalam sesuatu tersebut mengandung hal yang bersifat esensial yang

menjadikan sesuatu itu bernilai. Tuhan mengandung semata sifat

kesempurnaan yang tiada taranya dari segenap makhluk apapun di jagat raya

ini garam mengandung zat asin yang dibutuhkan manusia dan emas

mengandung sesuatu yang tidak akan berkarat. Apabila unsur yang bersifat

esensial ini tidak ada, maka manusia juga tidak akan memberikan harga

terhadap sesuatu tersebut.

Selanjutnya menurut Louis O. Kattsof nilai diartikan sebagai berikut:

1. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi

kita dapat mengalami dan memahami secara langsung kualitas yang

terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-mata

subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti yang terletak pada esensi

objek itu;

2. Nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang

berada dalam kenyataan maupun pikiran dapat memperoleh nilai jika

suatu ketika berhubungan dengan subjek-subjek yang memiliki

kepentingan. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian antara garam

dan emas tersebut di atas;

3. Sesuai dengan pendapat Dewey, nilai adalah sebagai hasil dari pemberian

nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan;

4. Nilai sebagai esensi nilai adalah hasil ciptaan yang tahu, nilai sudah ada

sejak semula, terdapat dalam setiap kenyataan namun tidak bereksistensi,

nilai itu bersifat objektif dan tetap.53

Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, yang menyebabkan

terdapat bermacam-macam nilai antara lain:54

Dilihat segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham Maslaw

dapat dikelompokkan menjadi:

a. Nilai biologis;

53 Louis Kattsof, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), 333.

54 Zaim El Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2009), 1.

Page 45: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

26

b. Nilai keamanan;

c. Nilai cinta kasih;

d. Nilai harg diri;

e. Nilai jati diri.

Kelima nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan.

Dari kebutuhan yang paling sederhana, yakni kebutuhan akan tuntutan fisik

biologis, keamanan, cinta kasih, harga diri, dan yang terakhir kebutuhan jati

diri.

Apabila kebutuhan dikaitkan dengan tata nilai agama, akan menimbulkan

penafsiran yang keliru. Apakah untuk menemukan jati diri sebagai orang

muslim yang baik itu baru dapat terwujud setelah kebutuhan yang lebih

rendah tercukupi lebih dahulu? Misalnya makan cukup, tidak ada yang

merongrong dalam beragama, dicintai dan dihormati kemudian orang itu baru

dapat beriman dengan baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan

tidak tergantung pada kondisi ekonomi maupun sosial budaya, tidak

terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu.

Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan

mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Nilai yang statik seperti kognisi, emosi, dan psikomotor;

b. Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi

berafiliasi, motivasi berkuasa.

Pendekatan proses budaya sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah

Sigit, nilai dapat dikelompokkan dalam tujuh jenis yakni:

1. Nilai ilmu pengetahuan;

2. Nilai ekonomi;

3. Nilai keindahan;

4. Nilai politik;

5. Nilai keagamaan;

6. Nilai kekeluargaan; dan

7. Nilai kejasmanian.

Page 46: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

27

Pembagian nilai-nilai dari segi ruang lingkup hidup manusia sudah

memadai sebab mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan

manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri,

karena itu nilai ini juga mencakup nilai-nilai ilahiyah (ketuhanan) dan nilai-

nilai ins niyyat (kemanusiaan)

Pembagian nilai yang didasarkan atas sifat nilai itu dapat dibagi ke

dalam:

a. Nilai-nilai subjektif;

b. Nilai-nilai objektif rasional; dan

c. Nilai-nilai objektif metafisik.

Nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek terhadap objek,

hal ini sangat tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek tersebut.

Nilai objektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari

objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat. Seperti nilai

kemerdekaan, setiap orang memiliki hak untuk merdeka, nilai kesehatan, nilai

keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya. Sedangkan

nilai yang bersifat objektif metafisik yakni nilai-nilai yang ternyata mampu

menyusun kenyataan objektif, seperti nilai-nilai agama.

Nilai bila dari sumbernya terbagi menjadi 2, yaitu nilai il hiyat

(‘ubūdiyy t dan mu’ mala t), dan nilai ins niyyat. Nilai il hiyat adalah nilai

yang bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan nilai insaniyah adalah

nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh

manusia pula.

Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya nilai dapat dibagi

menjadi:

a. nilai-nilai universal; dan

b. nilai-nilai lokal.

Tidak tentu semua nilai-nilai agama itu universal, demikian pula ada

nilai-nilai ins niyat yang bersifat universal.

Dari segi keberlakuan masanya dapat dibagi menjadi:

1. nilai-nilai abadi;

Page 47: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

28

2. nilai pasang surut; dan

3. nilai temporal.

Perbedaan macam-macam nilai ini mengakibatkan menjadikan perbedaan

dalam menentukan tujuan pendidikan nilai, perbedaan strategi yang akan

dikembangkan dalam pendidikan nilai, perbedaan metoda dan teknik dalam

pendidikan Islam. Di samping perbedaan nilai tersebut di atas yang ditinjau

dari sudut objek, lapangan, sumber dan kualitas/serta masa keberlakuannya,

nilai dapat berbeda dari segi tata strukturnya. Tentu hal ini lebih ditentukan

dari segi sumber, sifat, dan hakikat nilai itu.

E. Tradisi-Tradisi Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah gabungan dari dua kata, yakni Pondok dan

pesantren. Masing-masing kata ini mengandung makna yang berbeda satu

sama lainnya, namun kedua-duanya memiliki hubungan yang sangat erat

sehingga dikemudian hari membentuk satu kesatuan pemahaman yang tidak

dapat dipisahkan. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab fundug, yang

berarti hotel atau asrama, atau dalam pengertian lain pondok adalah asrama-

asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari

bambu.55

Dengan kata lain, Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan

agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem

asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui

sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan

dari leadership seseorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang

bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal. Menurut lembaga

Research Islam, pesantren adalah ”suatu tempat yang tersedia untuk para

santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat

berkumpul dan tempat tinggalnya.56 Atau dapat juga difahami Pondok

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tumbuh ditengah

55 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

(Jakarta: LP3ES, 1982), 18. 56 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta : Erlangga, 2008). 6.

Page 48: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

29

masyarakat dengan ciri, santri (murid) diasramakan dalam proses mencari dan

mendalami ilmu agama dibawah asuhan dan bimbingan Kyai dan ustad yang

berkharisma.

Pengertian pondok pesantren terkandung pengertian fleksibel yang

memenuhi lima ciri sekaigus sebagai tradisi pondok pesantren yaitu:

1. Kyai sebagai pimpinan pondok pesantren;

2. Santri bermukim di asrama dan belajar pada kyai;

3. Pengajian sebagai bentuk pengajaran kyai terhadap para santri;

4. Asrama sebagai tempat tinggal para santri;

5. Masjid sebagai pusat pendidikan dan pusat kompleksitas kegiatan Pondok

Pesantren.

Menurut tradisi Pondok Pesantren, pengetahuan seseorang diukur dengan

jumlah buku-buku (kitab) yang pernah dipelajarinya kepada kyai. Jumlah

buku-buku (kitab) standar dalam tulisan arab yang dikarang imuan muslim

Timur Tengah pada abad pertengahan yang haru dibaca telah ditentukan oleh

Pondok Pesantren. Kemudian masing-masing mereka setelah itu

mengembangkan diri untuk memiliki keahlian dalam cabang pegetahuan

tertentu. Sedangkan kegiatannya mencakup “Tri Darma Pondok Pesantren”,

yaitu:

a. Peingkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Alloh SWT;

b. Pengembangan keilmuan yang bermanfaat; dan

c. Pengabdian terhadap agama, mayarakat dan negara.57

Strategi atau upaya-upaya pondok pesantren untuk meingkatkan

kredibilitas dan kemampuan SDM dalam mewujudkan visi pemberdayaan

masyarakat. Pertama, meningkatkan kualitas SDM dari para pengasuhnya.

Kedua, menempatkan sarjana-sarjana pendamping. Ketiga, membuka diri

terhadap berbagai bentuk kerjasama dengan pihak-pihak diluar pesantren.58

57 H.A. Qodri A. Azizy, Pola Pengembangan Pondok Pesantren (Jakarta: Tim Direktorat

Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), 40. 58 Husni Rahim, Pola Pemberdayaan Masyarakat Mealui Pondok Pesantren (Jakarta: Tim

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), 23.

Page 49: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

30

Metodel pembelajaran di pondok pesantren lebih mengutamakan hafalan

dari pada pemahaman. Para santri tidak berani mempunyai pikiran yang

berbeda dengan guru. Pengajaran di pondok pesantren merupakan pengalihan

pegetahuan yang bersifat searah dari guru ke murid, tidak ada diskusi untuk

mengasah pikiran murid dan memberikan kesempatan untuk memberikan

sumbangan pikirannya.59

Menurut Sa’id Agiel Siradj, 1999. h.215-216) Keberadaan pondok

pesantren dalam bentuk, peran dan fungsinya memiliki karakteristik jiwa

pondok pesantren yang terimplikasi dalam “panca jiwa pondok pesantren

sebagai berikut:

1. Jiwa Keikhlasan

Jiwa keikhlasan yang tidak di dorong oleh ambisi apapun untuk

memperoleh keutungan-keutungan tertentu, tetapi semata-semata demi

ibadah kepada Alloh SWT. Jiwa keikhlasan termanifestasi dalam segala

rangkaian sikap dan tindakan yang selalu dilakukan secara ritual oleh

komunitas pondok pesantren, jiwa ini terbentuk oeh adanya suatu

keyakinan bahwa perbuatan baik mesti dibalas oleh Alloh SWT dengan

balasan yang baik pula, bahkan mungkin sangat lebih baik.

2. Jiwa keederhanaan

Sederhana bukan berarti pasif, melarat dan miskin tetapi mengandung

unsur kekuatan dan ketabahan hati, peguaaan diri dalam menghadapi segaa

kesulitan. Dibaik kesederhanaan itu terkandung jiwa yang besar, maju

terus dal menghadapi perkembangan dinamika sosial. Keederhanaan ini

menjadi identitas santri yang paling khas dimana-mana.

3. Jiwa Ukhuwah islamiyah

Ukhuwah islamiyah yang demokratis ini tergambar dalm situasi dialogis

dan akrab antar komunitas pondok pesantren yang dipraktekkan sehari-

hari.

4. Jiwa kemandirian

59 Deliar Noer, Gerakan Modern Isam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980), 321

Page 50: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

31

Kemandirian bukanlah kemampuan dalam megurus persoalan-

persoalan intern, tetap keanggupan membentuk kondisi pondok pesantren

sebagai institusi pendidikan islam yag merdeka dan tidak meggantungkan

diri pada bantuan dan pamrih pihak lain. Pondok pesantren harus mampu

berdiri diatas kekuatannya sendiri.

5. Jiwa bebas

Bebas dalam memilih alternatif hidup dan menetukan masa depan

dengan jiwa besar dan sikap optimistis menghadapi segala problematika

hidup berdasarkan nilai-nilai islam.60

Dalam meningkatkan peranan pondok pesantren mengembangkan tradisi-

tradisi sebagai berikut:

a. Pendidikan agama atau pegajian kitab.

Pedidikan agama melalui pengajian kitab yang diselenggarakan oleh

pondok pesantren adalah komponen utama atau pokok.

b. Pedidikan dakwah.

Pedidikan dakwah, seperti halnya pendidikan agama (pengajian),

merupakan salah satu pokok peyelenggaraan pondok pesantren.

c. Pendidikan formal.

Pedidikan formal diselenggarakan dalam bentuk madrasah atau

sekolah umum serta sekolah kejuruan lainnya.

d. Pendidikan seni.

Pendidikan seni dimaksudkan untuk lebih meningkatkan apresiasi para

santri terhadap bermacam-macam bentuk kesenian.

e. Pendidikan kepramukaan.

Pendidikan kepramukaan merupakan sistem pendidikan diluar.

kreativitas, disiplin dan dinamika santri dapat meningkat dengan pedidikan

kepanduan ini.

f. Pendidikan olahraga dan kesehatan.

60 H.A. Qodri A. Azizy, Pola Pengembangan Pondok Pesantren (Jakarta: Tim Direktorat

Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), 4.

Page 51: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

32

Pendidikan olahraga dan kesehatan ini besar sekali manfaatnya untuk

menjaga keseimbangan dan kesehatan jasmani.

g. Penyelenggaraan kegiatan sosial.

Penyelenggaraan kegiatan sosial yang diselenggarakan pondok

pesantren merupakan kegiatan yang sangat penting dikembangkan

mengingat perolehan pengajaran yang layak menjadi hak asasi bagi setiap

orang.61

Sistem pendidikan di pesantren mengadopsi nilai-nilai yang berkembang

di masyarakat. Keadaan ini menurut Abdurrahman Wahid, disebut dengan

istilah subkultur. Ada tiga elemen yang mampu membentuk Pondok

Pesantren sebagai subkultur: 1) pola kepemimpinan pesantern yang mandiri,

tidak terkooptasi oleh negara. 2) kitab-kitab rujukan umum yang selalu

digunakan dari berbagai abad. 3) sistem nilai yang digunakan adalah bagian

dari masyarakat luas.62 Tiga elemen ini menjadi ciri yang menonjol dalam

perkembangan pendidikan di pesantren. Pesantren baru mengkin

bermunculan dengan tidak menghilangkan tiga elemen itu, kendati juga

membawa elemen-elemen lainnya yang merupakan satu kesatuan dalam

sistem pendidikannya.63

Sebagai institusi pendidikan, pondok pesantren di Indonesia harus

memiliki landasan yang jelas secara yuridis. Hal ini memiliki implikasi

terhadap akreditas sebuah lembaga tersebut, akreditasi tersebut terkait dengan

pengakuan alumni pondok pesantren itu sendiri. Pada awal-awal tumbuh dan

berkembangnya pondok pesantren, akreditas sudah cukup bila kyai

memberikan “ijazah” terhadap santri. Tuntutan zaman menghendaki

perubahan dan akreditas dalam bentuk lain, oleh sebab itu pondok pesantren

harus mempunyai legalitas.

61 Ibid., 32 62 Abddurrahman Wahid, Pondok Pesantren Masa Depan, (Bandung :Pustaka Hidayah,

1999), 14. 63 Mujamil Qomar, Pesantren; Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2008),62.

Page 52: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

33

Keberadaan sebuah institusi di Indonesia harus memiliki dasar hukum

yang jelas, dan tidak keluar dari perundang-undangan yang berlaku. Seperti

institusi lain, pondok pesantren (lembaga pendidikan) memiliki landasan

yuridis formal yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003,

khususnya bab II pasal 2 dan 3 : “Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”,

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”.64

Landasan yang disebutkan di atas memuat prinsip-prinsip umum

pendidikan dan hak setiap warga negara dalam memperoleh dan memajukan

pendidikan. Memperoleh pendidikan bisa didapati melalui lembaga

pendidikan yang disediakan oleh pemerintah dan swasta. Sedangkan

memajukan pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk menyediakan

institusi pendidikan yang dikelola oleh pihak swasta.

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan swasta yang didirikan

oleh perseorangan (kyai) sebagai figur central yang berdaulat menetapkan

tujuan pendidikan pondoknya adalah mempunyai tujuan tidak tertulis yang

berbeda-beda. Sikap filosofis para kyai secara individual tidak sama, ada

yang luas ada yang sempit. Tujuan tersebut dapat diasumsikan sebagai

berikut:

1. Tujuan khusus : “mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang

alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta

mengamalkannya dalam masyarakat”.

64 Menteri Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, tentang

SISDIKNAS, (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), 5-6.

Page 53: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

34

2. Tujuan umum : “membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang

berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi

mubaligh Islam dalam masyarakat melalui ilmu dan amalnya”.65

Menurut Muzayyin Arifin tujuan pondok pesantren dapat dikelompokkan

pada dua kategori, yaitu :

1. Tujuan umum

Membentuk mubalig-mubalig Indonesia berjiwa Islam yang

pancasialis yang bertakwa, yang mampu baik rohaniah maupun

jasmaniah mengamalkan ajaran agama Islam bagi kepentingan

kebahagiaan hidup diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta

negara Indonesia.

2. Tujuan khusus/Intermediair

a. Membina suasana hidup keagamaan dalam pondok pesantren sebaik

mungkin sehingga terkesan pada jiwa anak didiknya (santri)

b. Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran ilmu agama

Islam

c. Mengembangkan sikap beragama melalui praktik-praktik ibadah

d. Mewujudkan ukhuwah Islamiah dalam pondok pesantren dan

sekitarnya.

e. Memberikan pendidikan keterampilan, civic dan kesehatan, serta

olah raga kepada anak didik

f. Mengusahakan terwujudnya segala fasilitas dalam pondok pesantren

yang memungkinkan pencapaian tujuan umum tersebut.66

Pendidikan dan pembinaan pada setiap pondok pesantren memiliki tujuan

sendiri-sendiri yang menjadi ciri khasnya. Namun menurut Nurcholish

Madjid, ketidaktegasan pondok pesantren dalam merumuskan tujuan dan

langkah pembinaan yang menjadikan pesantren sering tertinggal bila

dibandingkan dengan pendidikan umum. Faktor yang dianggap

65 M. Arifin, Kafita Selekta Pendidikan islam (Islam dan Umum), (Jakarta, Bumi Aksara,

1995), 248. 66 Ibid, h. 249-250

Page 54: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

35

mempengaruhi kaburnya tujuan pendidikan pondok pesantren sering

dipengaruhi semangat pendiri pondok pesantren.67

Menurut Nurcholish Madjid, tujuan pembinaan santri pada pondok

pesantren adalah “membentuk manusia yang memiliki kesadaran tinggi

bahwa ajaran Islam merupakan nilai-nlai yang bersifat menyeluruh. Selain itu

produk pesantren diharapkan memiliki kemampuan tinggi untuk mengadakan

respons terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan hidup dalam

konteks ruang dan waktu”.68

Jika mengikuti tujuan yang dikemukakan oleh Nurcholish, tergambar

bahwa semua pondok pesantren telah mampu menjadikan manusia memiliki

kesadaran Islam adalah nilai yang mencakup seluruh kehidupan. Tetapi bila

dilihat dari kesiapan pondok pesantren dalam melakukan pembinaan dan

pendidikan untuk menjawab tantangan zaman, tidak seluruh pondok

pesantren mampu. Hal ini disebabkan oleh orientasi dan motivasi pondok

pesantren tersebut.

67 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, ( Jakarta : Paramadina, 1997), 6.

68 Ibid, 6.

Page 55: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada bagian rumusan masalah telah disebutkan bahwa penelitian ini

mengambil posisi untuk mengetahui pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm al-

Muta’allim dan memahami internalisasi pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm

al-Muta’allim tersebut secara lebih mendalam di pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak. Oleh karena itu jenis penelitian yang diambil

peneliti adalah mix antara jenis penelitian kepustakaan dan penelitian

lapangan.

Penelitian kepustakaan adalah jenis penelitian yang lebih memfokuskan

pada kajian yang bersifat teoritis, atau berdasarkan dokumentasi kepustakaan.

Jenis ini banyak dilakukan dalam bidang ilmu sosial. Penelitian ini bertujuan

untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam

material yang terdapat di ruangan perpustakaan, seperti: buku-buku, majalah,

dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya. Pada hakekatnya

data yang diperoleh dengan penelitian kepustakaan ini dapat dijadikan

landasan dasar dan alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan. Penelitian

ini dikatakan juga sebagai penelitian yang membahas data-data sekunder.69

Dalam hal ini peneliti menela’ah secara mendalam kitab Ta’līm al-Muta’allim

sebagai data primer dalam penelitian ini serta kitab yang lain seperti kitab

tadhkirat al-S mi’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘ lim wa al-Muta’allim

karangan Ibn Jam ’ah kemudian peneliti memadukannya dengan teori yang

lain. Kemudian data yang diperoleh dijadikan landasan dasar dan alat utama

bagi pelaksanaan penelitian lapangan di pondok pesantren Darul Abror NW

Gunung Rajak.

Penelitian lapangan adalah pengumpulan data secara langsung ke

lapangan dengan mempergunakan teknik pengumpulan data. Penelitian

lapangan ini pada hakekatnya merupakan metode untuk menemukan secara

69 Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 28.

Page 56: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

37

spesifik realitas tentang apa yang sedang terjadi pada suatu saat di tengah-

tengah kehidupan masyarakat. Jadi, mengadakan penelitian lapangan

mengenai beberapa masalah aktual yang kini sedang terjadi dan

mengekspresikan diri dalam bentuk gejala dan proses sosial. Pada prinsipnya

penelitian lapangan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis

dalam masyarakat.70 Dalam metode ini, penelitian dilakukan dalam situasi

alamiah akan tetapi didahului oleh semacam intervensi (campur tangan) dari

pihak peneliti. Intervensi ini dimaksudkan agar fenomena yang dikehendaki

oleh peneliti dapat segera tampak dan diamati. Dengan demikian terjadi

semacam kendali atau kontrol parsial terhadap situasi di lapangan.71 Dalam hal

ini peneliti lansung ke lokasi penelitian yaitu pondok pesantren Darul Abror

NW Gunung Rajak.

Sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Adapun deskripsi-deskripsi berguna untuk memperoleh penjelasan yang

mengarah pada penyimpulan.72

Dalam melakukan penelitian, peneliti menempuh langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Peneliti menela’ah isi kitab Ta’līm al-Muta’allim, kitab-kitab, dan buku-

buku yang telah diinventarisir yang berkaitan dengan judul penelitian.

Dalam tahap ini peneliti menandai bab-bab yang berkaitan dengan judul

penelitian dan tidak jarang peneliti mencatat, menterjemah dan

memfotokopi bagian-bagian isi buku, hal ini untuk mempermudah pada

saat penulisan atau sedang dalam pembahasan;

2. Peneliti menyajikan hasil penelitian ini, yakni sejumlah prinsip, konsep

dan teori pendidikan nilai kitab Ta’līm al-Muta’allim dan oleh para ahli

70

Ibid. 71 Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 21.

72 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2011), 60.

Page 57: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

38

yang ada keterkaitan dengan kitab Ta’līm al-Muta’allim. Dalam tahap ini

peneliti tidak hanya menyajikan atau membentangkan konsep-konsep

yang berhasil dihimpunnya akan tetapi peneliti menganalisis,

membandingkan dan mengambil sikap terhadap pendapat-pendapat

tersebut.

3. Peneliti ke pondok pesantren sebagai lokasi penelitian. Pengamatan

peneliti terfokus pada pola perilaku guru dan peserta didik yang menjadi

subyek penelitian. Internalisasi pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm al-

Muta’allim akan ditelusuri melalui aktivitas, kondisi dan situasi yang

berlangsung baik di lingkungan pesantren maupun luar lingkungan

pesantren.

4. Sebagai langkah akhir, peneliti mendeskripsikan internalisasi nilai-nilai

yang tercermin melalui berbagai bentuk kegiatan sehari-hari di

lingkungan pesantren maupun luar pesantren.

B. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jenis data

kepustakaan (library research) dan lapangan (field research).

2. Sumber Data

Sumber data kepustakaan dalam penelitian ini menggunakan data primer

dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini adalah kitab Ta’līm al-Muta’allim

dengan naskah aslinya yang disebut ar-Ris lat al-Musamm t bi Ta’līm al-

Muta’allim arīq al-Ta’allum li Sayyid Zam nih wa Al mat Aw nih al-

Shaikh al-Zarnūjy. Sedangkan data sekunder yang akan menjadi sumber

data dalam penelitian ini adalah syarah Ta’līm al-Muta’allim karangan

al-’All mat al-Jal l al-Shaykh Ibr h m ibn Isma’ l dan juga kitab tadhkirat

al-S mi’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘ lim wa al-Muta’allim karya al-

Im m al-‘ lim Shaikh al-Muhaddith n wa Mufti al-Muslim n Badr al-D n

Ibn Jam ’at al-Kin ny yang wafat pada tahun 733 H, serta kitab/buku

Page 58: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

39

yang berkaitan dengan judul penelitian, baik buku dalam versi bahasa

arab maupun yang lainnya.

Sumber data lapangan dalam penelitian ini menggunakan data primer

dan data sekunder. Data lapangan primer dalam penelitian ini adalah Tuan

Guru yang mengajarkan kitab Ta’līm al-Muta’allim, baik yang di

madrasah Tsanawiyah maupun Aliyah.

Sedangkan data lapangan sekunder dalam penelitian ini adalah:

Kepala madrasah/wakil kepala madrasah dari lembaga madrasah

Tsan wiyah dan madrasah ‘Aliyah Mu’allimin NW Gunung Rajak, yaitu

untuk memperoleh data tentang internalisasi pendidikan nilai, dan

kurikulum yang digunakan, pembina/pengasuh, yaitu untuk memperoleh

data tentang bagimana menginteralisasikan pendidikan nilai dalam kitab

Ta’līm al-Muta’allim dalam upaya mendidik dan menanamkan nilai-nilai

kepada peserta didik di pondok pesantren, serta para guru/Asatidh dari

semua lembaga di lingkungan pesantren;

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik

yang dilakukan secara berulang-ulang sampai data yang diperoleh memiliki

keabasahan yang valid sehingga dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya. Adapun ketiga teknik tersebut yaitu:

1. Dokumentasi

Teknik pertama dalam pengumpulan data adalah studi dokumenter.

Menurut Sukmadinata “Studi dokumenter merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.”73

Pertama-tama peneliti mengumpulkan data dari kitab Ta’līm al-

Muta’allim sebagai sumber data, kemudian melalui dokumentasi dari

pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak, artinya peneliti

mengumpulkan dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Peneliti

mengumpulkan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

73 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode …,221.

Page 59: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

40

dokumen, baik dokumen tertulis maupun gambar. Dokumen-dokumen

yang berhasil dihimpun peneliti dari pondok pesantren Darul Abror NW

Gunung Rajak dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.

2. Wawancara (interview)

Dalam penelitian deskriptif kualitatif, wawancara merupakan salah

satu bentuk teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan.

Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara

individual. Selain itu, adakalanya wawancara dilaksanakan secara

kelompok sesuai dengan tujuan penghimpunan data.74

Namun dalam penelitian ini, untuk memperoleh data tentang

internalisasi pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim,

wawancara dilaksanakan secara individual dengan mengajukan

pertanyaan langsung terkait masalah penelitian kepada guru bidang studi

kitab Ta’līm al-Muta’allim, pengasuh/pembina yayasan, kepala madrasah,

wakil kepala madrasah serta peserta didik/peserta didik di lokasi

penelitian serta lapisan masyarakat.

3. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik

atau cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan

langsung terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.75 Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila suatu penelitian

berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, serta gejala-gejala alam.

Observasi dibedakan menjadi observasi partisipatif dan observasi non

partisipatif.76 Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan peneliti adalah

observasi non partisipatif (non participatory observation). Hal tersebut

dikarenakan peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, melainkan hanya

berperan mengamati kegiatan.

74 Ibid., 216. 75 Ibid., 220. 76 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D)

(Bandung: Alfabeta, 2010), 203.

Page 60: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

41

Penggunaan teknik tersebut dimaksudkan untuk mempelajari dan

memahami permasalahan yang sedang diteliti sehingga dapat diketahui

secara faktual fenomena apa yang sedang terjadi terkait dengan persoalan

yang diteliti. Fungsinya adalah untuk mencari data sehingga hasil

pengamatan dapat dimaknai dan di interprestasikan lebih lanjut dengan

berpijak pada teori yang menjadi pedoman dalam memahami internalisasi

pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim di pondok pesantren.

D. Analisis Data

Menganalisis bukti studi kasus adalah suatu hal yang sulit. Analisis data

kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.77

Analisis bukti atau data terdiri atas pengujian, pengkategorian,

pentabulasian, ataupun pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk

proposisi awal suatu penelitian. Dalam penelitian studi kasus terdapat tiga

teknik analisis yang menentukan yaitu: penjodohan pola, pembuatan

penjelasan, dan analisis deret waktu.78

Keseluruhan data dalam penelitian ini dipaparkan pada bab tentang hasil

penelitian. Kemudian data itu dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan

teknik analisis induktif. Analisa ini bertujuan untuk membuat hasil secara

sistematis, faktual dan akurat.

E. Validitas Data

Data yang dikumpulkan tidak hanya dituntut lengkap tetapi juga harus

benar dan dapat dipercaya. Karena itu, untuk mendapatkan data yang lengkap

dan sahih, maka peneliti hadir, mengamati lansung, dan berupaya terlibat

dalam kegiatan pembelajaran.

77 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 248.

78 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain Dan Metode (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), 133.

Page 61: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

42

Pengecekan keabsahan data dilakukan agar hasil analisis dan interpretasi

data dapat dipertanggung jawabkan keabsahan dan validitasnya. Untuk

menjamin keabsahan/kebenaran data dalam penelitian kualitatif, menurut

Lincoln dan Guba dalam Faisal menyebutkan empat standar atau kreteria

utama guna menjamin keterpercayaan/kebenaran hasil penelitian kualitatif

yaitu kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Dalam

penelitian ini, keempat kriteria tersebut di gunakan agar hasil penelitian ini

benar-benar memenuhi karakteristik penelitian kualitatif.79

Peneliti dalam membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini

menggunakan construct calidity (keabsahan konsep). Peneliti menggunakan:

1. Triangulasi sumber data, dengan membandingkan data hasil wawancara

dengan hasil observasi;

2. Triangulasi metode, dengan mengecek kembali hasil penelitian dengan

metode yang sama di waktu yang berbeda.

F. Sistematika Pembahasan

Tujuan sistematika penulisan tesis ini adalah agar lebih memudahkan

memahami dan mempelajari isi tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini

terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir.

1. Bagian Awal.

Pada bagian awal tesis ini terdiri atas:

a. Halaman sampul depan

b. Halaman judul

c. Halaman pernyataan keaslian

d. Halaman pengesahan

e. Halaman persetujuaan tim penguji

f. Nota dinas pembimbing

g. Abstrak dalam tiga bahasa, yaitu bahasa indonesia, inggris, dan arab.

h. Daftar tabel

i. Daftar gambar

79 Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Dan Aplikasi (Malang: Yayasan Asih Asuh Malang, 1990), 31-33.

Page 62: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

43

j. Daftar lampiran

k. Halaman transliterasi

l. Kata pengantar, dan

m. Daftar isi

2. Bagian Utama

Adapun bagian utama penulisan tesis ini terdiri atas:

Bab I Pendahuluan, menyajikan tentang: latar belakang masalah,

permasalahan penelitian (identifikasi masalah, pembatasan

masalah, rumusan masalah), tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tijauan pustaka, dan sistematika penelitian.

Bab II Kajian Teoretik, pada bab ini membahas tentang Profil Kitab

Ta’līm al-Muta’allim, Konsep Dasar Pendidikan, Konsep

Dasar Pendidikan Nilai, Tradisi-Tradisi Pondok Pesantren

menurut para ahli.

Bab III Metode penelitian, yang berisi tentang: lokasi peneliian, waktu

penelitian, jenis dean pendekatan penelitian, prosedur

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, keabsahan data, pendekatan dan jenis penelitian,

lokasi penelitian, kehadiran penelitian, data dan sumber data,

dan pengecekan keabsahan data. Adapun metode yang

digunakan terdiri atas teknik observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Bab IV Paparan data dan hasil penelitian, pembahasan pada bab ini

meliputi gambaran lokasi penelitian, hasil penelitian yang

menjelaskan tentang: bentuk-bentuk kreativitas guru

menggunakan media belajar, dan kreativitas guru

menggunakan media belajar dalam meningkatkan motivasi

belajar peserta didik.

Bab V Pembahasan. Bab ini merupakan inti dari pembahasan tesis

yang menjelaskan tentang hasil penemuan di lapangan selama

melakukan penelitian. Bab ini juga merupakan analisis yang

Page 63: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

44

menjawab rumusan masalah sebagai fokus kajian dalam

penelitian.

Bab VI Penutup. Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran-

saran dalam penelitian.

3. Bagian Akhir

Dalam bagian akhir tesis ini, peneliti memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Daftar pustaka

b. Lampiran-lampiran

1. Daftar riwayat hidup (curriculum vitae)

2. Pedoman dekumentasi

3. Pedoman wawancara

4. Lampiran gambar

c. Surat permohonan izin penelitian dari direktur pascasarjana IAIN

Mataram.

Page 64: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

45

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Profil Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak

a. Sekilas Tentang Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak80

Yayasan Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak

terletak di Montong Kirik Dusun Dasan Tengak Desa Montong Beter

Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur. Letaknya cukup

strategis yaitu di jantung Kecamatan Sakra Barat. Yayasan ini diakui

secara legal formal di mata hukum, setelah keluarnya akta notaris

yang dibuat oleh Notaris Lalu Sribawa, SH. Nomor: 30 tanggal 13

Nopember 1999.

Namun, jauh sebelum berdiri dan diakuinya yayasan pondok

pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak, kegiatan pendidikan,

dakwah, dan sosial telah berlangsung sejak tanggal 30 Agutus 1998.

Berdirinya yayasan pondok pesantren Darul Abror NW Gunung

Rajak mendapat respon yang positif dari masyarakat. Hal ini terbukti

dengan antusiasme masyarakat untuk mensukseskan pembangunan

pesantren dan tingginya kepercayaan masyarakat yang menitipkan

anaknya untuk menimba ilmu di pondok pesantren ini. Pondok

pesantren yang dikenal dengan sebutan “al-abror” ini, banyak

dikunjungi oleh tamu-tamu agung, baik dari kalangan ilmuwan

maupun pejabat pemerintah, baik dalam maupun luar negeri.

Berkat pertolongan Allah SWT pula, pondok pesantren ini telah

berhasil membentuk kader dan mencetak alumni yang mampu

berkontribusi positif di tengah-tengah masyarakat. Para alumninya

telah mengabdi di tengah-tengah umat dengan beragam profesi dan

aktifitas, mulai dari guru, dosen, PNS, TNI, POLRI, wartawan,

80 Dokumentasi yayasan pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak. Tidak di

publikasikan.

Page 65: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

46

pejabat, wiraswasta, hingga pimpinan pondok pesantren yang telah

berkiprah demi kemajuan agama dan bangsa.

Adapun struktur kepengurusan yayasan pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak untuk tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Pendiri : TGH. Zainul Mukhlis

TGH.Lalu Anas Hasyri

Ust. HL. Hasbullah Hasyri, S.PdI

Dewan Penasehat : Ketua Pengurus Besar NW

Ketua Pengurus Wilayah NW

Ketua PDNW Lombok Timur

Dewan Pembina/Pengasuh : TGH Lalu Anas Hasyri

TGH Ll Ahmad Syarqawi R. S.Hi

TGH Muhammad Fikri, QH, S.Si,

Dewan Pengawas : Muh. Zaini Jauhari, M.Kes

Ust HL Mahiruddin, S.Pd.I.

Ketua Umum : TGH. Zainul Mukhlis

Wakil Ketua : H. Mujahid Paozan Mukhlis

Sekertaris Umum : Drs. H. Masrun, M.Pd.

Wakil Sekertaris : Lalu Dalilul Falihin, S.Si

Bendahara Umum : M. Zainul Fahmi, M.Pd

Wakil Bendahara : H Hairil Anwar, SE.M.Pd

Yayasan Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak

menaungi 4 lembaga pendidikan formal dan 2 lembaga pendidikan

non formal. Empat pendidikan formal yang dimaksud adalah :

1) PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) NW;

2) MI (Madrasah Ibtid iyah) NW;

3) MTs (Madrasah Ts nawiyah) NW;

4) MA (Madrasah ‘ liyah) NW.

Adapun lembaga non formal adalah Diniyah Darul Abror NW

dan Ma’had Darul Abror NW.

Page 66: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

47

Yayasan Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak juga

mengusung program-program unggulan yang membuatnya menjadi

salah satu pesantren terkemuka di Lombok Timur, diantaranya adalah:

1) Menyediakan asrama gratis;

2) Kelas/ tingkat MTs dan kelas tingkat MA;

3) Program diniyah baca kitab kuning dan penguasaan bahasa Arab

dan Inggris.

Tahun demi tahun banyak program, inovasi, dan gebrakan yang

diupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan

Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak. Semua lembaga

formal yang dinaungi oleh yayasan ini telah berstatus terakreditasi.

Beberapa inovasi lembaga formal yang bersentuhan dengan para

peserta didik-siswi adalah:

1) Pendidikan gratis dari jenjang PAUD hingga ‘ liyah;

2) Gratis pakaian seragam bagi peserta didik-siswi baru;

3) Do’a bersama, latihan khit bat, dan menyanyikan lagu-lagu NW

sebelum masuk kelas dari semua lembaga;

4) Membaca Al-Qur’an sebelum memulai jam pertama;

5) Optimalisasi perpustakaan untuk mengisi jam kosong;

6) Optimalisasi laboratorium komputer;

7) Belajar mengajar berbasis IT;

8) Shalat uhr berjama’ah;

9) Berdo’a sebelum pulang;

10) Membentuk kepengurusan OSIM dan mengontrol programnya;

11) Membentuk klub bahasa dan klub olahraga;

12) Mengirimkan para peserta didik ke berbagai event lomba;

13) Memberikan hadiah bagi peserta didik-siswi berprestasi;

14) Menfasilitasi peserta didik-siswi yang ingin melanjutkan jenjang

pendidikan ke PTN dan PTS dalam dan luar daerah;

15) Mengadakan class meeting selepas ujian semester;

16) Mengoptimalkan ektra kulikuler bagi para peserta didik;

Page 67: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

48

17) Mengadakan reuni dan peringatan hari ulang tahun pesantren.

Beberapa inovasi yang berkaitan dengan dewan guru yang

dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak

adalah:

1) Memberikan tugas pengajaran bidang studi kepada guru yang

sesuai dengan jurusannya;

2) Membuat jadwal piket guru untuk membantu kepala madrasah

mengontrol proses belajar mengajar;

3) Mengirim guru untuk mengikuti kursus, workshop, seminar, dan

pelatihan di dalam dan luar daerah;

4) Memberikan beasiswa S1 dan S2 bagi guru senior;

5) Mengusulkan para dewan guru profesional untuk mendapat

tunjangan sertifikasi.

Inovasi yang berkaitan dengan masyarakat dan peningkatan mutu

adalah sebagai berikut:

1) Mengadakan acara peringatan hari ulang tahun pondok pesantren;

2) Mengadakan pengajian rutin setiap hari jum’at dan hari-hari besar

Islam;

3) Mencetak kalender pondok pesantren;

4) Mengadakan acara kebersihan kampung dan pelayanan kesehatan

masyarakat;

5) Study banding ke pondok-pondok pesantren besar, baik di dalam

maupun luar daerah;

6) Membuat blog pondok pesantren dan menerbitkan karya tulis

dewan guru;

7) Membentuk Ikatan Alumni Darul Abror (IKADAR) NW;

8) Mengadakan rapat evaluasi pengurus yayasan secara berkala.

b. Sejarah Berdirinya

Pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak sendiri

merupakan cikal bakal dari sebuah perguruan nahdlatul wathan yang

berdiri cukup awal berdirinya apabila dibandingkan dengan pesantren-

Page 68: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

49

pesantren yang ada saat ini, khususnya di Lombok Timur. Pondok

pesantren ini didirikan oleh TGH. Zainul Mukhlis, yaitu salah seorang

murid dari Maulana Syaikh TGKH.M. Zainuddin Abdul Madjid81,

pendiri organisasi NW, NWDI, dan NBDI di pulau Lombok, Nusa

Tenggara Barat. Dan TGH. Zainul Mukhlis adalah murid yang sudah

dianggap sebagai anak sendiri oleh “Bapak Maulana Syaikh” sebutan

untuk TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid.

Pada awalnya, TGH. Zainul Mukhlis hanya mendirikan madrasah

Ibtidaiyah NW Dasan Tengak tahun 1984 M.

Visi, Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung

Rajak

1) Visi :

“Mencetak insan religius yang cerdas, bermoral, mandiri dan

kompetitif”

2) Misi :

a) Mendidik peserta didik agar memiliki kemantapan

akidah, kedalaman spiritual, keluasan ilmu dan

ketrampilan serta keluhuran budi pekerti;

b) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

kesenian yang bernafaskan islami;

c) Mengembangkan menejemen pesantren terpadu di level

nasional;

d) Menjadi pusat dakwah Islam dan penelitian bidang sosial

dan keislaman;

e) Mengoptimalkan pelayanan sosial kemasyarakatan.

81 Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17 Rab ’ul Awal 1315 H, wafat pada hari Selasa 21 Oktober 1997 M/18 Jumadil Akhir 1418 H di desa Pancor, Lombok Timur. Lihat TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, Nadzam Batu Ngompal Terjemah Tuhfat al-Atf l (Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 1996), 9.

Page 69: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

50

3). Tujuan :

a) Mencerdaskan kehidupan bermasyarakat melalui

pembinaan dan pendidikan keterpaduan;

b) Mendidik dan membina masyarakat untuk menjadi

manusia yang beriman-taqwa, berbudi pekerti luhur

dengan berbekal keterampilan dan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu

melngemban amanat dan kewajibannya dalam

menjalankan ajaran agama untuk kepentingan

membangun bangsa dan negara dengan berpegang teguh

pada nilai-niali ahlussunnah wal jamaah;

2. Profil TGH. Zainul Mukhlis (Pendiri Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak)82 a. Kelahirannya.

TGH. Zainul Mukhlis adalah pendiri Pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak. Beliau lahir di Dasan Tengak, Kecamatan

Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur pada tahun 1940 M.

Kemudian pada tahun 1947-1952 M melanjutkan tafaqquh fi al-Dīn-

nya di Madrasah Nahdlathul Wathan Pancor, Kecamatan Selong,

Kabupaten Lombok Timur dalam didikan langsung pendiri Nahdlathul

Wathan yaitu Maulana Shaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul

Majid.

b. Kiprah Dakwahnya

Selepas menuntut ilmu di desa Pancor, beliau kembali ke

almamaternya di Madrasah Ibtidaiyah NW Dasan Tengak untuk

mengajarkan dan menerapkan ilmu yang telah diperolehnya.

Kemudian sejarah mencatat beliau pernah menjabat menjadi Kepala

Madrasah Ibtid ’iyah NW Bungtiang, Kepala Madrasah Ibtid ’iyah

Negeri Gerumus yang sekarang ini menjadi MIN Gunung Rajak,

Kepala KUA Kecamatan Keruak, Pimpinan Cabang NW Sakra,

82 Dokumentasi yayasan pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak.

Page 70: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

51

Pimpinan Cabang NW Sakra Barat, Pimpinan Daerah NW Lombok

Timur, Kepala MA Muallimin NW Gunung Rajak, Aggota DPRD

Kabupaten Lombok Timur selama dua periode

Menurut penuturan TGH Lalu Anas Hasyri salah satu menantu

beliau bahwa beliau mempunyai andil yang sangat besar dalam proses

pendirian pondok pesantren Sa’adatul Ikhwan NW Rensing pada

tahun 1971 M bersama dengan TGH Tajuddin Ahmad83. Setelah itu

TGH Zainul Mukhlis diperintahkan oleh Maul n Shaikh untuk

membangun madrasah ditempatnya sendiri di Dusun Dasan Tengak.

c. Metode Dakwahnya

Menurut penuturan putranya H. Mujahid Paozan Mukhlis, beliau

terkesan tegas pada pendidikan anak-anaknya. Beliau biasa

membangunkan keluarganya untuk melaksanakan sholat malam

sekitar jam 3 dini hari dan kemudian dilanjutkan dengan wirid sampai

berkumandang azan Subuh. Semua anaknya dididik untuk harus

pandai mengaji, rajin belajar, berprestasi, dan tekun beribadah. “Tuan

Guru Mukhlis” sapaan akrabnya waktu itu juga terkenal sangat ketat

dan disiplin dalam mendidik murid-muridnya. Tidak sedikit yang

merasakan "pukulan kasih sayang". Beliau tidak akan berhenti

mengajarkan satu bidang ilmu atau keluar dari kelas tempatnya

mengajar sebelum murid-muridnya faham betul apa yang

diajarkannya.

Ada beberapa keunikan metode dakwah dan pendidikan yang

beliau terapkan kepada murid-muridnya. Beliau juga tidak segan-

segan menfasilitasi hobi para pemuda pada waktu itu. Beliau

membelikan para pemuda pada waktu itu bola, karena Tuan Guru

mengetahui hobi mereka bermain sepak bola. Akan tetapi maksud

beliau melakukan itu agar mereka mudah diajak mengaji. Demikian

83 Nama asli beliau adalah Mahdi, beliau lahir di Dusun Dasan Tengak pada tahun 1940

Masehi. Ayahnya bernama H. Muhammad Shaleh (wafat tahun 1945 M).

Page 71: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

52

penuturan putra sulung beliau, H. Mujahid Paozan Mukhlis saat ini

menjabat sebagai Kepala Desa Montong Beter.

Berdasarkan penuturan putra beliau H. Hairil Anwar yang juga

Dosen di Universitas Nahdlatul Wathan Mataram kampus 2 di Anjani,

sosok TGH Zainul Mukhlis adalah merupakan seorang motivator

ulung. Beliau selalu memotivasi para peserta didiknya yang memiliki

kecerdasan dan intelektual untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke

yang lebih tinggi.

Semasa hidupnya beliau juga terkenal aktif menyampaikan

pengajian-pengajian umum kepada masyarakat dengan berjalan kaki

dalam bentuk majlis ta’l m dari masjid ke masjid, mushollà-mushollà,

madrasah-madrasah, desa-desa, bahkan beliau menginap dirumah-

rumah masyarakat tempat beliau menyampaikan pengajian karena

beliau juga saat itu mejabat sebagai kepala KUA.

Medan dakwah beliau cukup luas. Majlis ta’l m beliau tidak saja

di Lombok Timur sendiri, bahkan sampai merambah ke Lombok

Tengah, Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Sebagian dari

pengajian tersebut dilanjutkan oleh menantunya TGH. Lalu Anas

Hasyri, dan sampai saat ini masih berlanjut diganti oleh para beberapa

Tuan Guru. Cukuplah sebagai salah satu keistimewaan beliau bahwa

ketika dalam sebuah pengajian di Sakra Barat khususnya, Bapak

Maulana Shaikh pernah menyebut, “Pondok Pesantren Darul Abror

Pondok Pesantren barokat insya Allah, karena didirikan oleh orang

yang ikhlas sesuai dengan namanya Mukhlis atau orang yang ikhlas”.

Beliau pertama-tama mendirikan MI NW Dasan Tengak sebagai

cikal bakal Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak.

3. Profil MTs dan MA Mu’allimin NW Gunung Rajak Sebagai Lokasi Penelitian (dapat dilihat dilampiran)

B. Pendidikan Nilai dalam Kitab Ta’līm Al-Muta’allim

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan kajian pendidikan nilai yang

terkandung dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim. Hal ini disebabkan karena

Page 72: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

53

luasnya pembahasan dalam kitab tersebut yang secara umum kitab Ta’līm al-

Muta’allim bisa dideskripsikan terdiri dari muqoddimah dan tiga belas pasal.

Dari ketiga belas pasal tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa setiap

pasal tersebut syarat dengan pendidikan nilai, norma, serta etika, dimana

antara satu pasal dengan pasal yang lain saling bertautan dan tidak bisa

dipisahkan.

Warisan intelektual muslim ini penting dikaji ulang, karena ternyata

pemikirannya tersebut relevan diterapkan pada praktik pendidikan sekarang,

mengingat pudarnya nilai-nilai akhlaq bagi pendidik dan lebih-lebih peserta

didik. Dari beberapa literatur kitab-kitab klasik yang membahas tentang

konsep-konsep strategi pembelajaran, maka kitab Ta’līm al-Muta’allim

merupakan kitab yang lebih banyak berpengaruh dari kitab-kitab yang lain

dan lebih banyak dijadikan rujukan terutama di lingkungan pesantren. Pada

dasarnya ada beberapa konsep pendidikan al-Zarnūjy yang banyak

berpengaruh di pesantren:

1. Motivasi penghargaan yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan ulama;

2. Konsep filter terhadap ilmu pengetahuan dan ulama;

3. Konsep transmisi pengetahuan yang cenderung pada hafalan;

4. Kiat-kiat teknis pendayagunaan potensi otak, baik dalam terapi alamiyah

atau moral-psikologis.

Poin-poin tersebut semuanya disampaikan oleh al-Zarnūjy dalam konteks

moral yang ketat. Maka, dalam banyak hal, ia tidak hanya berbicara tentang

etika pendidikan dalam bentuk motivasi, tapi juga dalam bentuk-bentuk

teknis. Ta’līm al-Muta’allim tidak hanya memberikan dorongan moral agar

murid menghormati guru, belajar dengan sungguh-sungguh, atau menghargai

ilmu pengetahuan. Tetapi, Ta’līm al-Muta’allim juga sudah jauh terlibat

dalam mengatur bagaimana bentuk aplikatifnya, seperti seberapa jarak ideal

antara murid dan guru, bagaimana bentuk dan warna tulisan, bagaimana cara

orang menghafal, bagaimana cara berpakaian seorang ilmuwan dan lainnya.

Kitab ini menarik untuk diteliti karena asumsi peneliti bahwa:

Page 73: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

54

a. Kitab telah memasyarakat dalam dunia pendidikan khususnya dunia

pendidikan pesantren;

b. Nilai-nilai yang terkandung didalamnya secara filosofis sesuai dengan

ruh pendidikan Islam;

c. Banyaknya orang-orang yang mengaku dirinya sebagai pakar pendidikan

Islam dan menghujat keberadaan kitab ini;

d. Semakin maraknya kajian keislaman yang berkembang dalam berbagai

macam mazhab dan aliran;

e. Semakin pudarnya nilai-nilai Islam dalam praktek pendidikan Islam.

Karena disadari atau tidak dominasi sistem pendidikan Barat telah

merasuk dalam dunia pendidikan Islam. Padahal pendidikan Barat

berbeda dengan pendidikan Islam.

Pendidikan nilai yang terkandung dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim

tersebut meliputi:

1. Nilai Positive Thingking, Jujur dan Ikhlas.

Dalam dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim menerangkan bahwa

mencari ilmu harus dengan niat yang yang baik yang disertai dengan

keikhlasan yang tinggi, sebab dengan niat yang baik itu dapat

menghantarkan seorang pelajar kepada keberhasilan dan kesuksesan.

Niat yang baik serta sungguh-sungguh dalam mencari ilmu demi

keridlaan Allah SWT akan mendapatkan pahala yang sempurna. Dalam

mencari ilmu tidak diperkenankan dengan niat akan mendapatkan harta

banyak atau karena jabatan serta mendapatkan kedudukan di masyarakat.

Kecuali kalau kedudukan tersebut digunakan untuk melaksanakan

kebenaran dan menegakkan hukum Allah SWT.

Tujuan pendidikan, dalam hal ini menurut Ta’līm al-Muta’allim

disebutkan dengan niat, merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam

pendidikan Islam. Mengenai niat dalam menuntut ilmu Ta’līm al-

Muta’allim menempatkan niat dalam kedudukan yang amat penting bagi

Page 74: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

55

para pencari ilmu. Ia menganjurkan agar para pencari ilmu menata

niatnya ketika akan belajar. Ia mengatakan:84

ية هي اأصل ميع ية زمان تعلم العلم. إذا ال اأحوالم ابد له من ال

Artinya: "Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar. Karena niat adalah pokok dari segala amal ibadah".

Tujuan pendidikan tersebut dalam perspektif al-Zarnūjy adalah

berpikir positif (positive thingking) bukan untuk duniawi semata

sebagaimana ungkapannya:85

هل عن نفسه وى امتعلم بطلب العلم رضاه تعاى والداراأخرة وإزالة ا بغى أن ي ويهال وإحياء الدين وإبقاء اإسام فإن بقاء اإسام العلم وعن سائرا

a. Harus ditujukan untuk mencari rida Allah SWT;

b. Untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan;

c. Untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat yang merupakan tempat

kebahagiaan abadi;

d. Untuk menghidupkan agama, sebab agama tanpa ilmu tidak akan

dapat hidup;

e. Untuk menghilangkan kebodohan yang ada dalam diri seseorang.

Sebab, manusia telah diberikan Allah potensi akal yang mempunyai

kemampuan untuk berpikir dan sekaligus membedakannya dengan

makhluk-makhluk lain.

Menurutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para

pelajar terkait dengan adanya kebolehan menunutut ilmu dengan niat

dan upaya mendapat kedudukan di masyarakat, yaitu dengan catatan

kedudukan tersebut digunakan untuk melakukan kebenaran, untuk

menegakkan agama Allah SWT dan bukan untuk keuntungan diri

sendiri, juga bukan karena keinginan hawa nafsu.

Im m al- add d86, salah seorang ulama’ besar dari Yaman juga

mengajarkan niat dalam menuntut ilmu yang sangat baik, yaitu:87

84 Ibid., 10. 85

Ibid.

Page 75: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

56

a. Untuk belajar dan mengajar. Menurutnya sebelum mula belajar, sudah

dipasang niat bukan saja belajar untuk diri sendiri, bahkan untuk

mengajarkan dan menyampaikan kepada orang lain;

b. Untuk mendapat peringatan dan memberi peringatan;

c. Mengambil faedah dan memberi faedah;

d. Mengajak orang kepada kitab Allah dan kitab Nabi-Nya;

e. Menyampaikan kepada hidayah, dan menunjukkan kepada kebaikan;

f. Mengharapkan ridha Allah SWT, mendekatkan diri pada-Nya dan

mengharapkan pahala-Nya.

Habib Zain dalam kitabnya al-Manhaj al-Sawy telah menjelaskan

tanda orang-orang yang ikhlas, diantaranya:

a. Pujian dan cercaan orang lain sama dihadapannya. Tidak beramal

karena ingin dipuji dan tidak merasa tinggi dengan pujian orang lain

kepadanya karena amal yang ia kerjakan tersebut. Dan tidak merasa

hina ketika ia dicerca, bahkan ia terus melanjutkan amalnya tersebut;

a. Ia berusaha melupakan amal baik tersebut, tidak mengingat-ingatnya

lagi, dan tidak menceritakannya kepada orang lain. Sehingga ia merasa

tidak pernah beramal sama sekali, dan tidak ada yang perlu untuk

diceritakan;

b. Beramal semata-mata untuk mendapatkan pahala yang sempurna serta

kebahagiaan akhirat.88

2. Nilai Rendah Diri (Tawadu’). Nilai tawa u’ terkandung dalam pasal 1 kitab Ta’līm al-Muta’allim

yang berbunyi : Pasal tentang kelebihan ilmu dan fiqh. Dalam pasal ini

86 Abdull h Ibn ‘Alawy Al-Hadd d, di lahirkan di Syubair di salah satu ujung Kota Tarim

di provinsi Hadhramaut Yaman pada tanggal 5 Safar tahun 1044 H. Beliau di besarkan di Kota Tarim dan di saat beliau berumur 4 tahun, beliau terkena penyakit cacar sehingga menyebabkan kedua mata beliau tidak dapat melihat. Selain di kenal sebagai ahli ibadah dan mujahadah, al-Hab b Abdullah juga dikenal seorang yang istiqomah dalam ibadah dan mujahadahnya. Beliau wafat hari Senin Malam Selasa tanggal 7 Dhulqa’dah 1132 H, dan di makamkan di pemakaman Zambal di kota Tarim-Hadhramaut Yaman.

87 Do’a ini diajarkan oleh ‘Umar ibn S lim ibn H fi ibn Shaikh Aby Bakr ibn S lim, ketika peneliti menimba ilmu di Mekkah.

88 Hab b Zain Ibn Ibr h m Ibn Sumai , al-Manhaj al-Sawy ( a ramaut: D r al-‘Ilm Wa al-Da’wat, 2005), 629.

Page 76: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

57

Im m al-Zarnūjy menerangkan panjang lebar tentang kewajiban belajar

dan keutamaan ilmu. Menurutnya ilmu sangat penting karena dua hal yaitu

karena ilmu adalah anugerah Allah SWT yang khusus diberikan kepada

manusia yang dengannya Allah SWT mengunggulkan Nabi Adam AS atas

semua para malaikat-malaikatNya bahkan semua makhluknya dan ia juga

sebagai perantara seseorang untuk bertaqwa.

Dari kitab Ta’līm al-Muta’allim penuntut ilmu agar memiliki nilai

rendah diri karena ilmu sebagai penghias bagi penuntut ilmu. Ia mengutip

sya’ir Muhammad ibn al-asan ibn ’Abdullah, yang mendorong anak-

anak untuk selalu belajar atau menuntut ilmu, karena ilmu itu adalah

penghias bagi pemiliknya. Sya’irnya adalah sebagai berikut:89

وان لكل امــــحامد تعلم فإن العلم زين أهــله وفضل وع

ئدواور الفــ من العلم واسبح وكن مستفيدا كل يوم زيـادة

Artinya: “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna.”

Sebagai bekal peserta didik dalam mengarungi kehidupan, Ta’līm

al-Muta’allim amat mendorong bahkan mewajibkan mengetahui dan

mempelajari berbagai akhlak yang terpuji dan tercela, seperti watak murah

hati, kikir, penakut, pemberani, merendah hati, congkak, tawa u’, isr f

(berlebihan), bakhil dan lain-lain.

Menurut al-M wardy, keutamaan dan pentingnya ilmu dapat

diketahui oleh semua orang. Yang tidak dapat mengetahuinya hanya

orang-orang bodoh. Perkataan ini adalah petunjuk bagi keutamaan ilmu

yang lebih mengena, karena keutamaan ilmu hanya dapat diketahui oleh

ilmu itu sendiri. Ketika seseorang tidak berilmu untuk mengetahui

keutamaan ilmu, maka ia meremehkan ilmu, menganggap hina para

89 Ibr h m Ibn Ism ’ l, Syar ...,7.

Page 77: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

58

pemiliknya, dan menyangka bahwa hanyalah kekayaan dunia yang akan

mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan.90

Al-M wardy juga mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di

pelajari tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama

hayat di kandung badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu

pengetahuan Islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi

menghendaki agar seseorang itu terus menerus melakukan belajar, karena

manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam

dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti belajar sementara zaman

terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh zaman sehingga

tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada

zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di

tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu

pengetahuan.91

Menurut al-Ghaz ly ilmu pengetahuan itu indah, mulia dan utama.

Tetapi, selama keutamaan itu sendiri masih belum dipahami, dan yang

diharapkan dari keutamaan itu masih belum terwujud, maka tidak mungkin

diketahui bahwa ilmu adalah utama. Keutamaan adalah kelebihan. Jika ada

dua benda yang sama, sementara salah satunya mempunyai kelebihan,

maka benda itu bisa disebut utama, kalau memang kelebihan yang

dimaksud adalah kelebihan dalam sifat kesempurnaan. Sesuatu yang indah

dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang disenangi karena ada

faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya dan

sesuatu yang dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada faktor lain

diluarnya. Uang adalah sesuatu yang disenangi. Tetapi ia disenangi bukan

karena nilai eksentriknya tetapi karena ada faktor lain berupa dapat

dibuatnya uang untuk mendapatkan yang lain. Kebahagiaan adalah sesuatu

yang disenangi karena nilai eksentriknya, artinya ia disenangi karena

kebahagian itu sendiri. Sedangkan sesuatu yang disenangi karena ada

90 Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Dīn (Beirut: D r Iqra’, 1985), 37.

91 Ibid.

Page 78: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

59

faktor lain dari luar dan juga karena nilai eksentriknya dapat dicontohkan

seperti kesehatan badan. Kesehatan badan disamping bisa dibuat untuk

memperoleh tujuan dan kebutuhan lain, ia juga disenangi karena

didalamnya sendiri ada nikmat dan kenyamanan.

Dari ketiga macam hal di atas, yang tentunya lebih utama adalah

yang ketiga. Apabila memandang ilmu pengetahuan, maka ia termasuk

yang ketiga. Ilmu itu sendiri adalah keindahan dan kelezatan, disamping ia

dapat dijadikan perantara mendapatkan kebahagian, baik di dunia maupun

akhirat. Dengan ilmu kedekatan kepada Allah dapat diraih, kelas lebih

tinggi para malaikat dapat diperoleh dan status sosial yang tinggi di surga

dapat dinikmati. Dengan ilmu kemulian dunia, pengaruh, pengikut,

kemewahan, kekuasaan dan kehormatan dapat diperoleh. Bahkan binatang

pun secara naluri akan tunduk kepada manusia karena ilmu yang

dimilikinya. Ini merupakan kesempurnaan ilmu secara mutlak.92

Nilai rendah diri yang terkandung dalam pasal ini juga semakin

kental dengan pernyataan Shaikh al-Zarnūjy bahwa setiap penuntut ilmu

harus menyibukkan diri dengan ibadah sepanjang waktu. Sebagaimana

yang disebutkan dalam kitabnya:93

بغى لكل مسلم أن يشتغل ميع أوقاته بذكر ه تعاى والدعاء، وا لتضرع،في

للباءالدافعة وقراءة القرآن، والصدقات

Artinya:

“Oleh karena itu, setiap orang islam wajib mengisi seluruh waktunya dengan berzikir kepada Allah, berdo’a, memohon seraya merendahkan diri kepadaNya, membaca Al-Qur’an,dan bersedekah supaya terhindar dari mara bahaya.

Nilai rendah diri dapat lahir dengan adanya ilmu, fiqih, pengetahuan

tentang keutamaannya, dan keutamaan mengamalkannya. Tanpa ilmu

yang menghiasi diri seseorang maka orang tersebut tidak akan dapat

melaksanakan keta’atan.

92 Abu Hamid Muhammad. Al-Ghazali, I y ’ ‘Ulūm al-Dīn (Beirūt: D r al-Ma’rifah, tt),

13. 93 Ibid.

Page 79: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

60

Pada pasal ini ahli ilmu dianjurkan oleh al-Zarnūjy untuk tawa u’ dan

tidak tamak pada harta benda. Ia mengutip syair yang dikemukakan oleh

Ust dh al-Ad b berkenaan dengan keutamaan tawa u’, sebagai berikut:94

وبه التــقى إى امعاى يرتقى ىخصـال امتـق إن التواضـع من

حاله أهو السعيدأم الشقى جاهلومن العجآئب عجب من هو

Artinya:

“Tawa u’ adalah salah satu tanda/sifat orang yang bertakwa. Dengan bersifat tawa u’ orang yang bertakwa akan semakin tinggi martabatnya. Dan merupakan sesuatu yang mengherankan, keberadaan orang yang bodoh apakah termasuk orang yang bahagia atau orang yang celaka.”

3. Nilai Respek Terhadap Guru.

Ditinjau dari segi literatur kependidikan Islam seorang pendidik

disebut sebagai:

a. Ust dh, yaitu julukan untuk orang yang mengajar di madrasah atau

pondok pesantren, maksudnya seorang guru dituntut untuk komitmen

terhadap profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki dan

memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan

tuntunan zaman;

b. Mu’allim, berasal dari kata “‘ilm” yang berarti menangkap hakekat

sesuatu, ini mengandung makna bahwa guru adalah orang yang dituntut

untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang

diajarkannya;

c. Murabby, berasal dari kata “rabb”. Tuhan sebagai Rabb al-‘ lamīn dan

Rabb al-Ẓ s yakni yang menciptakan, mengatur dan memelihara alam

dan seisinya termasuk manusia. Dilihat dari pengertian ini maka guru

adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu

berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk

tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam

sekitarnya;

94 Ibr h m Ibn Ism ’ l, Syar ...,12.

Page 80: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

61

d. Murshid, yaitu seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan

akhlak dan atau kepribadian kepada peserta didiknya;

e. Mudarris, berasal dari kata “darasa-yadrusu-darsan wa durūsan wa

dir satan” yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, melatih

dan mempelajari. Artinya seorang guru adalah yang berusaha

mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidak tahuan atau

memberantas kebodohan, serta melatih ketrampilan peserta didik sesuai

dengan bakat dan minatnya;

f. Muaddib, berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab.

Artinya seorang guru adalah yang beradab sekalugus memiliki peran

dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas

di masa depan.95

Selanjutnya al-Zarnūjy menjelaskan dalam memilih guru harus yang

paling alim, yang mempunyai sifat wara' dan lebih tua. Pendidik ideal dalam

pandangan al-Zarnūjy adalah seseorang yang selain mempunyai spesialisi

ilmu tertentu, mempunyai sikap hati-hati dalam perbuatan, juga harus lebih

tua usianya dari anak didik.96 Kesemuanya itu dimaksudkan supaya

pendidik betul-betul mampu mengemban tugas sebagai pendidik bukan

hanya sebagai pengajar tapi juga sebagai seorang pendidik. Sebagai

pendidik, seseorang harus betul-betul memperhatikan seluruh aspek

kehidupan anak didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Bahkan lebih dari itu, ia juga harus memperhatikan

kebutuhan hidup anak didik. Pengajar tentu saja tidak hanya memperhatikan

aspek kognitifnya saja, sedangkan persyaratan seorang guru menurut al-

Zarnūjy adalah seorang yang alim, mempunyai sifat wara’, dan lebih

tua/senior, sebagaimana dalam ungkapannya :97

95 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: PSAPM, 2003),

209-213. 96 Shaikh Ibr h m ibn Ism ’ l dalam shar Ta'līl al-Muta'allim dikatakan dalam memilih

guru diusahakan seorang guru yang senior (lebih tua), berpengalaman, rajin dan teliti, sosial, dan penyabar.

97 Ibr h m Ibn Ism ’ l, Syar ...,13.

Page 81: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

62

تار اأعلم واأورع واأسن بغى أن وأمااختيار اأستاذ في

Artinya: “Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, waro’ dan juga lebih tua usianya”.

Guru dituntut mempunyai moral dan integritas yang baik (akhlak

mulia), disamping mempunyai sifat penyayangdan sabar. Dengan bekal

tersebut seorang murid akan senang dan betah untuk tetap belajar.

Eksistensi pendidik atau guru ini, al-Zarnūjy mewajibkan

menghormatinya, bahkan melarang membantah dan menyanggahnya

sedikitpun. Ia menambahkan:98

ق حق امعلم وأوجبه حفظا على كل مسلم رأيت أحق ا

لتعليم حرف واحد ألف درهم كرامة لقد حق أن يهدى إليه

Artinya: “Tidak ada hak yang lebih besar kecuali haknya guru. Ini wajib dipelihara oleh setiap orang Islam. Sungguh pantas bila seorang guru yang mengajar walaupun hanya satu huruf, diberi hadiah seribu dirham."

Sedangkan hak-hak guru yang terperinci tercermin dalam

pernyataannya bahwa termasuk menghormati guru, adalah:99

د إا إذنه لس مكانه وايبتدئ الكام ع ومن توقر امعلم أن امشى أمامه وا

Artinya: “Termasuk menghormati guru ialah hendaklah seorang murid tidak berjalan didepannya, tidak duduk ditempatnya. Jika berhadapannya tidak memulai

bicara kecuali ada izinnya."

د ما لته ويراعى الوقت وا د وا يسأل شيئا ع الباب يدق وا يكثر الكام عرج بل يصر حى

Artinya: “Hendaklah tidak banyak bicara di hadapan guru. Tidak bertanya sesuatu bila guru sedang capek/bosan. Harus menjaga waktu. Jangan mengetuk pintunya, tetapi sebaliknya menunggu sampai beliau keluar."100

ب سخطه ومتثل أمر ت غر معصية هأنه يطلب رضا و

98 Ibid., 16-17. 99 Ibid.,17. 100 Ibid.

Page 82: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

63

Artinya: “Seorang murid harus mencari kerelaan hati guru, harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan ia murka, mematuhi perintahnya asal tidak bertentangan dengan agama."

Guru memang sosok yang dimuliakan dalam Islam, tetapi kemulian itu

akan luntur jika guru tidak mampu menerapkan prinsip-prinsip yang harus

dimiliki oleh setiap guru. Berikut pandangan tokoh-tokoh terkemuka dalam

Islam tentang makna guru dengan segenap dimensinya, yaitu : Pendidik atau

guru sejati (ideal) menurut Im m al Ghaz ly adalah guru yang cerdas, penuh

kasih sayang, diniatkan sebagai ibadah, menyesuaikan dengan kemampuan

murid, penuh simpati, menjadi teladan, memahami kemampuan murid, dan

memiliki komitmen tinggi.

Pendidik atau guru sejati (ideal) menurut Ibn Miskawaih adalah

manusia ideal seperti yang terdapat pada konsepsinya tentang manusia ideal

karena beliau menyejajarkan posisi guru dengan posisi nabi, terutama dalam

hal cinta kasih. Cinta kasih kepada Allah SWT menempati urutan pertama,

barulah cinta kasih murid kepada gurunya. Jika tidak dapat mencapai derajat

ini maka dinilai sama dengan teman atau saudara, karena dari mereka itu

dapat juga diperoleh ilmu dan adab. Menurutnya, guru harus bisa dipercaya,

pandai, dicintai, sejarah hidupnya jelas tidak tercemar di masyarakat,

menjadi cermin atau panutan, dan harus lebih mulia dari orang yang

didiknya.

Pendidik atau guru sejati (ideal) menurut Ibn al M wardy adalah orang

yang tawa u’, multi peran, ikhlas, secara harfiah, mencintai pekerjaan

sebagai guru, tidak mengutamakan ekonomi, penuh persiapan, disiplin,

kreatif memanfaatkan waktu luang, kreatif, guru harus memiliki daya kreasi

dan inovasi yang tinggi.sadar diri, lemah lembut dan penuh kasih sayang,

dan menjadi motivator. menurut beliau guru yang baik (ideal) adalah guru

yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap

dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari olok-olok dan main-

main dihadapan muridnya, tidak bermuka musam, sopan santun, bersih, dan

suci murni. guru dalam pandangan beliau merupakan mikrokosmos

Page 83: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

64

manusia, dan secara umum dapat dijadikan sebagai tipologi makhluk

terbaik. maka, derajat guru berada setingkat di bawah derajat para nabi.

secara garis besar, ada enam criteria untuk bisa menjadi seorang guru yang

ideal dan dicintai oleh murid. diantaranya adalah mampu menjaga akhlak

selama melaksanakan tugas pendidikan, tidak menjadikan profesi guru

sebagai kegiatan untuk menutupi kebutuhan ekonomi, mengetahui situasi

sosial kemasyarakatan dengan baik, penuh kasih sayang dan sabar, dan

bersedia menolong sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. guru dalam

pandangan ibnu taimiyah hendaknya memiliki ciri kepribadian seperti

khulafa’, misi perjuangan nabi dalam bidang pengajaran. menjadi panutan,

tidak main-main, dansering membaca kitab suci.101

Selanjutnya Shaikh al-Zarnūjy menjelaskan pentingnya

bermusyawarah dalam segala urusan, termasuk dalam memilih guru, kitab

sehingga seseorang tidak boleh meninggalkannya sebelum menyelesaikan

kitabnya. al-Zarnūjy juga menerangkan pentingnya kesabaran dan

ketabahan hati dalam menghadapi seorang guru, kitab yang di pelajari serta

sabar dalam mengatasi nafsu, ujian dan cobaan.

Pasal ini menerangkan bahwa memuliakan ilmu dan guru adalah

paling utama dibanding memuliakan yang lain. Sebab dengan perantara

ilmu dan guru manusia dapat memahami tentang hidup, dan dapat

membedakan antara yang hak dan batil. Memuliakan ilmu dapat di

wujudkan dengan cara memuliakan kitab, memuliakan guru dan teman

belajar, atau dengan cara tetap merasa hormat ketika setiap kali

mendengarkan ilmu, sekalipun sudah pernah mendengarkan ilmu tersebut

seribu kali.

Memuliakan guru dengan jalan tidak berjalan didepannya, tidak duduk

ditempat duduknya, tidak mulai berbicara kecuali ada izinnya, dan

sebagainya. Memuliakan guru tidak terbatas pada sang guru namun seluruh

keluarganya wajib dimuliakan. Dan barang siapa yang suka menyakiti hati

101 Salman Rusydie, Tuntunan Menjadi Guru Favorit (Yogyakarta: Flash Books, 2012),

168-188.

Page 84: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

65

gurunya maka ia tidak akan memperoleh barokah ilmu dari gurunya

tersebut.

Belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Dengan ilmu pengetahuan dapat mengantarkan seseorang menuju jalan yang

terang dan derajat keluhuran. Belajar bagi al-Zarnūjy lebih dimaknai

sebagai tindakan yang bernilai ibadah, yang dapat ikut menghantarkan

peserta didik mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Agama sangat

menjunjung nilai-nilai moral dalam kehidupan, terlebih orang-orang yang

berilmu. Orang yang mencari ilmu harus memperhatikan dasar-dasar etika

agar dapat berhasil dengan baik dalam belajar, memperoleh manfaat dari

ilmu yang dipelajari dan tidak menjadikannya sia-sia. Diantara beberapa

etika tersebut dapat dipahami dari nasehat-nasehat al-Zarnūjy, yang terkait

dengan etika dalam menjaga hubungan antara guru dengan murid.

Al-Zarnūjy memberi pernyataan penegasan kepada murid, bahwa:102

تفع به إا بتعظيم العلم وأهله وتعظيم ال العلم واي إعلم أن طالب العلم اي

اأستاذ وتوقر

Artinya: "Ketahuilah sesunguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan memuliakan guru.”

Anjuran al-Zarnūjy inilah yang oleh para aktivis pesantren

mendapatkan sorotan yang tajam. Terutama pendapatnya yang melarang

murid untuk berbicara didepan guru. Menurut mereka, anjuran ini dapat

melemahkan kreativitas pelajar dalam mengasah dan mengembangkan

kemampuannya.

Di riwayatkan juga dari Abu Um mah al-B hily secara marfu’ bahwa:

Tidak ada orang yang meremehkan tiga orang ini kecuali orang munafik,

yaitu Orang yang sudah tua, orang yang alim, dan imam yang adil.103. Maka

hendaknya orang yang bergaul dengan para ulama’ untuk selalu

102 Ibid., 16. 103 Hadith ini diriwayatkan oleh Im m al-Thabrany dalam kitabnya al-Kabīr, 7819, akan

tetapi sanadnya terdapat orang yang a’ f.

Page 85: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

66

menghormati mereka dan tidak berpaling dari mereka. Karena

sesungguhnya barang siapa yang tidak menghormati ulama’ atau berpaling

dari mereka maka sesungguhnya orang tersebut sudah berpaling dari

Rasulullah SAW, dan barang siapa yang berpaling dari Rasulullah SAW

maka orang tersebut sudah berpaling dari Allah SWT. Abul Hasan al-

Jausaqy juga pernah berkata: Tanda orang yang celaka adalah orang yang

dapat bergaul dengan orang yang alim akan tetapi tidak menghormatinya.104

Membahas tentang hubungan guru dan murid, maka sangat terkait

dengan interaksi edukatif, yaitu suatu proses yang menggambarkan

hubungan aktif dua arah antara guru dan murid dengan sejumlah

pengetahuan (norma) sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Anak didik merupakan individu yang akan dipenuhi kebutuhan ilmu

pengetahuan, sikap, dan tingkah lakunya, sedangkan pendidik adalah

individu yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Akan tetapi dalam proses

kehidupan dan pendidikan secara umum, batas antara keduanya sulit

ditentukan karena adanya saling mengisi dan saling membantu, saling

meniru dan ditiru, saling memberi dan menerima informasi yang dihasilkan,

akibat dari komunikasi yang dimulai dari kepekaan indra, pikiran, dan

keterampilan untuk melakukan sesuatu yang mendorong internalisasi dan

individualisasi pada diri individu sendiri.

Dalam pasal ini beliau membahas secara luas mengenai hubungan guru

dengan murid, mencakup beberapa etika yang harus diperhatikan oleh

seorang murid, terkait dengan hubungan sebagai sesama manusia dalam

keseharian maupun hubungan dalam situasi formal sebagai seorang pengajar

dan individu yang belajar. Akan tetapi dalam hal ini, bagaimana etika atau

sikap guru terhadap murid hanya dibahas secara implisit, karena pada

dasarnya kitab ini ditulis sebagai pedoman dan tuntunan bagi para penuntut

ilmu atau para murid.

104 Hab b Zain ibn Ibr h m ibn Sumai , al-Manhaj ...,179.

Page 86: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

67

Di bagian lain dalam hubungan guru dengan murid adalah masalah

etika murid terhadap guru dalam rangka menghormati atau mengagungkan

guru, al-Zarnūjy memberikan rambu-rambu yang aplikatif bahwa yang

harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seorang murid atau peserta didik

hendaknya:

a. Jangan berjalan di muka guru;

b. Jangan menduduki tempat duduk guru;

c. Jangan mendahului bicara dihadapan gurunya kecuali seijinnya;

d. Jangan banyak bicara dihadapan guru;

e. Jangan bertanya sesuatu yang membosankannya;

f. Jika berkunjung pada guru harus menjaga waktu, dan jika guru belum

keluar maka janganlah mengetuk-ngetuk pintu, tapi bersabarlah

sehingga guru keluar;

g. Selalu memohon keridho’annya;

h. Manjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahann guru;

i. Melaksanakan perintah guru asal bukan perintah maksiat;

j. Menghormati dan memuliakan anak-anak, famili dan kerabat gurunya.

Keterangan tersebut yang kiranya menimbulkan persepsi penyerahan

total seorang peserta didik kepada gurunya. Apalagi bila diingat adanya

bayang-bayang, ilmunya tidak akan bermanfaat apabila ia pernah berbeda

pendapat (I’tir ) dengan gurunya atau pernah menyakiti hatinya. Persepsi

ini, meski mempunyai nilai yang positif, namun tak urung menimbulkan

dampak yang kurang diinginkan. Sebab, peserta didik harus menerima,

tanpa berani bersikap kritis terhadap gurunya.

Al-Zarnūjy memang tidak memberikan rincian tentang masalah-

masalah apa yang bisa menyakiti guru itu. Barangkali karena tidak adanya

rincian ini menjadikan hal itu diberlakukan secara umum. Dan anehnya,

meskipun hal itu hanya dibahas dalam rangka belajar, namun

internalisasinya justru tampak di luar itu. Persepsi “apa kata guru dan murid

harus menerimanya” sudah melembaga dalam kehidupan masyarakat secara

luas. Keharusan memperoleh kerela’an guru nampak sangar relatif, apalagi

Page 87: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

68

bila hal itu dihubungkan dengan masalah interpretasi. Ternyata al-Zarnūjy

tidak menuturkan satu dalil pun untuk menguatkan hal itu, selain ucapan

Sayidin ‘Aly ibn Ab lib serta sejumlah sya’ir.

Dalam kaitannya dengan tradisi keilmuan, apabila kita melihat masa-

masa jauh sebelum al-Zarnūjy, misalnya periode imam-imam penegak

madhhab, kita dapat memperoleh gambaran bahwa mereka tidak selamanya

sependapat dengan gurunya. Bahkan, di antara mereka ada yang mendirikan

madhhab sendiri, terpisah dari madzhab gurunya. Jauh sebelum itu,

Sayyidin ‘Umar ibn Kha b pernah juga diprotes oleh seorang wanita yang

juga sebagai muridnya. Apabila statmen al-Zarnūjy di atas menjadi kriteria,

sebenarnya gurulah yang sebenarnya elastis dalam mengkonotasikan

keredaannya. Sebab, boleh jadi seorang guru merasa tersinggung apabila

muridnya berbeda pendapat dengannya, sedangkan guru lain justru merasa

bangga, bakan mendorong apabila muridnya berpendapat lain selama hal itu

berdasarkan argumen yang kuat.

Penghormatan terhadap guru merupakan suatu hal yang wajar karena

pada dasarnya guru tidak membutuhkan suatu penghormatan akan tetapi

secara manusiawi guru biasanya menjadi tersinggung apabila muridnya

bersikap merendahkan dan tidak menghargai. Dan sebagai wujud pemuliaan

dan penghormatan kepada guru, Sebagai konsekuensi sikap moral atas

pengagungan dan penghormatan terhadap guru al-Zarnūjy memberikan

saran dan penjelasan, bahwa penghormatan tersebut berbentuk sikap

kongkrit yang mengacu pada etika moral dan akhlak seorang murid terhadap

gurunya dalam interaksi keseharian dan dalam bentuk materi.

Posisi guru yang mengajari ilmu walaupun hanya satu huruf dalam

konteks keagamaan disebut sebagai bapak spiritual, sehingga kedudukan

guru sangat terhormat dan tinggi, karena dengan jasanya seorang murid

dapat mencapai ketinggian spiritual dan keselamatan akhirat. Hal ini berarti

hubungan tersebut adalah hubungan yang sangat dekat tidak hanya terbatas

dalam kondisi dan lingkungan pendidikan secara formal, dimana guru

sebagai pentransfer pengetahuan dan murid sebagai penerima, akan tertapi

Page 88: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

69

lebih merupakan sebuah hubungan yang memiliki ikatan moral dan

emosional tinggi sebagaimana ikatan antara bapak dan anak, yang sama-

sama memiliki konsekuensi sikap dalam bentuk hak dan kewajiban.

Indikator murid yang baik adalah selalu dapat menyenangkan hati

sang guru dan menaruh penuh rasa hormat terhadap gurunya, mendahulukan

urusan yang terkait dengan guru, sehingga guru tidak merasa tersinggung

dan sakit hati. Jadi pada dasarnya merupakan suatu kewajiban atas murid

untuk dapat beritikad baik kepada guru, sebab bagaimanapun guru adalah

juga bapak dari para murid, sehingga perintah dari guru merupakan suatu

keharusan bagi murid untuk melaksanakannya, sebagaimana perintah dari

orang tua terhadap anaknya, kecuali perintah dalam kedhaliman, bahkan

haram bagi murid menyinggung perasaan dan membuat sakit hati guru,

sebagaimana Allah mengharamkan kedurhakaan anak terhadap orang

tuanya.105 Secara tegas al-Zarnūjy mengatakan, "Barang siapa menyakiti

hati guru, maka haramlah keberkahan ilmu dan tidak memperoleh manfaat

ilmu kecuali sedikit."

Implikasi dari sikap murid yang meremehkan dan tidak dapat

menaruh rasa hormat terhadap guru maupun para kerabatnya, maka

digambarkan oleh al-Zarnūjy dengan mengutip sebuah sya’ir, bahwa:106

صحان إذا إن امعـلم والطـبيب كاهــما ما م يكرما اي

هلك إن جفوت معلما ع فاصر لدائك إن جفوت طبيبها واق

Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya guru dan dokter, keduanya jika tidak dihormati, tentu tidak akan mau memberikan nasehat yang benar Maka terimalah dengan sabar rasa sakitmu jika kamu meremehkan doktermu. Dan terimalah kebodohanmu, jika kamu meremehkan gurumu”

Sya’ir di atas menggambarkan, bahwa hubungan guru dan murid

seperti hubungan antara dokter dan pasien, karena adanya persamaan saling

membutuhkan dan saling ketergantungan. Guru dibutuhkan oleh murid

karena ilmunya untuk menghilangkan kebodohan sedangkan dokter

105 A. Hasan, Kesopanan Tinggi (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), 12. 106

Ibr h m Ibn Ism ’ l, Syar ...,18.

Page 89: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

70

dibutuhkan oleh pasien karena nasehat dan obatnya untuk kesembuhan

penyakitnya. Demikian pula dalam proses belajar mengajar dan dalam

persoalan akademik, seorang guru lebih tahu disebabkan pengalaman yang

lebih dibandingkan dengan murid. Sedangkan seorang dokter memang

memiliki keahlian didalam mendiagnosa untuk menyembuhkan berbagai

penyakit. Jadi fungsi hubungan antara dokter dengan pasien adalah adanya

kepercayaan dan kepatuhan murid terhadap guru dalam persoalan

akademiknya, dengan mengutamakan petunjuk dan nasehat sebagai

kepentingan utama.

Hubungan inilah yang kemudian pada akhir pembahasan bab ini,

ditegaskan kembali oleh al-Zarnūjy kepada penuntut ilmu untuk benar-benar

dapat memahami posisi seorang guru bagi dirinya dalam rangka

pengembangan potensi ilmiahnya serta penemuan dan pengembangan

potensi diri, yang tidak mungkin berkembang tanpa adanya bimbingan dan

arahan dari orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian lebih darinya,

karena memang demikianlah proses pendidikan berlangsung.

Dalam pasal ini dijelaskan bahwa seharusnya tidak memakai tinta

merah dalam menulis kitab, karena hal itu adalah kebiasaan para filosuf,

bukan kebiasaan ulama’ salaf. Bahkan Shaikh al-Zarnūjy menyebut ada

gurunya yang tidak mau memakai kendaraan berwarna merah. Lalu

bagaimana dengan tekhnik penulisan quantum learning yang telah terbukti

berhasil merubah warna pendidikan kearah yang lebih baik dan menarik,

bahkan dipercayai oleh pakar-pakar pendidikan bahwa gagasan quantum

learning terlahir sabagai kiat, petunjuk, dan seluruh proses belajar yang

dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar

sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Dalam pasal tersebut juga terdapat sebuah statement yang artinya

“barang siapa yang ketika mendengarkan ilmu yang keseribu kalinya tidak

sama ta’ imnya terhadap ilmu tersebut seperti ketika ia mendengarkannya

ketika pertama kali maka tidaklah disebut dengan ahli ilmu”, statement ini

Page 90: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

71

sunguh sangat berat kalau saja diterapkan dalam sistem belajar sekarang.

Lalu siapakah yang akan bisa untuk menjadi ahli ilmu?.

Dalam pasal tersebut juga diterangkan bahwa seorang penuntut ilmu

tidak boleh memilih mata pelajaran dengan sendirinya akan tetapi harus

ditunjukan oleh gurunya, hal ini sangat melanggar kebebasan seorang

pelajar yang seharusnya belajar ilmu sesuai kemauan dan kemampuanya

akan tetapi disini dibatasi oleh seorang guru. Sementara di era sekarang ini

peserta didik yang di berikan pilihan untuk mengambil jurusan-jurusan

tersendiri di suatu lembaga pendidikan menengah, maupun perguruan

tinggi, karena mereka lebih mengetahui bakat diri mereka masing-masing.

4. Nilai Sabar dan Saling Menghargai.

Dalam pasal ini al-Zarnūjy menerangkan bahwa seorang peserta didik

pada awal masa belajarnya harus memilih ilmu yang paling utama yaitu

ilmu agama, dan yang didahulukan adalah ilmu tauhid.

Hikmah di balik perintah ini adalah agar anak dapat mempelajari

hukum-hukum ibadah sejak masa pertumbuhan. Sehingga ketika anak

tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan terdidik untuk mentaati Allah

SWT, melaksanakan hak-Nya, bersyukur kepada-Nya, kembali kepada-Nya,

berpegang kepada-Nya, bersandar kepada-Nya dan berserah diri kepada-

Nya. Disamping itu anak akan mendapatkan kesucian ruh, kesehatan

jasmani, kebaikan akhlak, perkataan dan perbuatan didalam berbagai bentuk

ibadah. Said Agil juga memandang bahwa pendidikan tauhid sejak dini pada

anak merupakan dasar pendidikan agama Islam yang diharapkan dapat

membentuk nilai-nilai pada diri anak setidaknya unsur-unsur agama Islam

yaitu:107 Keyakinan atau kepecayaan terhadap ke-Esa-an Allah SWT

(adanya Tuhan) atau kekuatan ghaib tempat berlindung dan memohon

pertolongan, melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna

mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat, mencintai dan

107 Sa d gil usain Al Munawwar, Aktualisasi Nilai-nilai Al Qur' n dalam Sistem Pendidikan Isl m (Ciputat: Ciputat Press, Ciputat, 2005), 27.

Page 91: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

72

melaksanaan perintah Allah SWT serta larangan-Nya, dengan beribadah

yang setulus-tulusnya dan meninggalkan segala yang tidak diizinkan-Nya.

Dalam pasal ini juga dijelaskan bahwa penuntut ilmu hendaklah

menekuni satu bidang ilmu sebelum berpindah ke ilmu yang lain. Hal ini

sejalan dengan pemikiran al-Ghaz ly. Menurutnya, upaya peserta didik

secara sungguh-sungguh dalam belajar sehingga ia menguasai penuh materi

pembelajaran dengan baik ibarat seseorang saat diberitahu oleh seorang

sultan akan diangkat menjadi menteri. Tentu orang yang bersangkutan akan

mempersiapkan segalanya, baik pakaian, fisik, rumah, dan alat kelengkapan

lainnya. Intisari mempelajari ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah

SWT, maka pada saat mempelajari ilmu, seorang peserta didik dituntut

menyiapkan dirinya secara serius sampai ia menemukan dirinya dekat

dengan Tuhannya.108 Dalam pandangannya, “menguasi penuh materi

pembelajaran” adalah indikator ketuntasan seorang peserta didik dalam

belajar dan menjadi titik tolak baginya dalam melanjutkan aktivitas belajar

untuk mempelajari materi pembelajaran berikutnya. Lebih dari itu, dalam

membelajarkan materi pembelajaran dengan strategi belajar tuntas ini, ia

memiliki pemikiran bahwa peserta didik tidak melanjutkan pengkajian lebih

dalam kepada materi pembelajaran berikutnya sebelum materi pembelajaran

yang sedang dipelajari dikuasai dengan sempurna. Dalam kitab I y ’ ‘Ulūm

al-Dīn, ia menyatakan :

“Seorang peserta didik tidak mendalami satu bidang ilmu (materi pembelajaran) sehingga ia menguasai dengan baik bidang ilmu (materi pembelajaran) sebelumnya. Sesungguhnya ilmu itu bertingkat-tingkat dengan tingkatan yang pasti. Sebagian ilmu menjadi pengantar bagi memahami sebagian ilmu lainnya. Orang yang sukses adalah orang yang memelihara urutan dan gradasi itu.”

Pernyataan al-Ghaz ly di atas didasarkan kepada penemuannya bahwa

sifat ilmu itu bertingkat-tingkat dengan tingkatan yang pasti. Sebagian ilmu

ada yang menjadi pengantar bagi memahami sebagian ilmu lainnya.

108 Abd al-Ghinà 'Abūd, al-Fikr al-Tarbawiyy 'inda al-Ghaz ly kama Yabdū min Ris latih

(Ayyuhà al-Walad (Beirut: D r al-Fikr al-'Arabiy, 1982), 226.

Page 92: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

73

Menurutnya, keberhasilan belajar terletak pada upaya orang yang

bersangkutan dapat memelihara gradasi dan tingkatannya.

Kemudian al-Zarnūjy memberikan saran kepada para pelajar untuk

mencari dan memilih teman yang pantas untuk dijadikan teman, yaitu

orang-orang yang mempunyai sifat terpuji. Menurutnya seorang pelajar

harus memilih teman yang rajin, pintar, mempunyai sifat wara’, serta

istiqomah, memahami ayat-ayat suci al-Qur’an serta hadith-hadith Nabi

Muhammad SAW, dan juga menjauhi teman yang malas, banyak bicara,

perusak dan tukang fitnah. Ia menegaskan:109

تار بغي أن اجد والورع وصاحب الطبع امستقيم وامتفهم ويفر من الكسان في وامفسد والفتان وامعطل وامكثار

Artinya: "Hendaklah seorang murid memilih teman yang tekun belajar, bersifat wara', berwatak istiqamah, dan yang pandai. Dan jangan berteman dengan orang yang malas, yang suka nganggur,banyak bicara, yang suka merusak dan suka memfitnah”.

Selanjutnya Shaikh al-Zarnūjy menjelaskan pentingnya

bermusyawarah dalam segala urusan, termasuk dalam memilih guru, kitab

sehingga seseorang tidak boleh meninggalkannya sebelum menyelesaikan

kitabnya. al-Zarnūjy juga menerangkan pentingnya kesabaran dan

ketabahan hati dalam menghadapi seorang guru, kitab yang di pelajari serta

sabar dalam mengatasi nafsu, ujian, dan cobaan.

5. Nilai Kedisiplinan.

Pasal ini menerangkan bahwa orang yang mencari ilmu itu harus

bersungguh-sungguh dan terus menerus. al-Zarnūjy juga menjelaskan

pentingnya mengulang-ulang pelajaran yang sudah dipelajari, serta

menyebutkan saat-saat yang tepat dan penuh berkah mengulangi pelajaran

tersebut. Orang yang mencari ilmu tidak boleh terlalu banyak tidur malam

yang menyebabkan banyak waktu terbuang sia-sia, dan dianjurkan bagi

setiap pelajar untuk banyak bangun pada tengah malam yang digunakan

untuk belajar dan mencari keridhaan Allah SWT. Selanjutnya ia

109 Ibr h m Ibn Ism ’ l, Syar ...,15.

Page 93: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

74

menjelaskan bahwa untuk memperoleh ilmu yang berkah harus menjauhi

maksiat.

Dalam pasal tentang disiplin (al-jid), ketekunan (al-muwa abat), dan

kesungguhan (al-himmat) al-Zarnūjy mengatakan:110

د وامواظبة وامازمة طلب شيئا وجد وجد من قرع الباب وج وج من م ابد من ا

Artinya: “Kemudian tidak boleh tidak bagi seorang penuntut ilmu untuk bersungguh-sungguh dalam belajar, tekun, dan kontinyu, karena barang siapa yang mencari sesuatu dan rajin maka ia akan mendapatkannya, dan barang siapa yang mengetuk pintu, kemudian dia bersungguh-sungguh pasti dia akan masuk”

Dalam hal pentingnya disiplin dalam menuntut ilmu Ya yà ibn

Kath r111 pernah berkata: L Yustata’ al-‘Ilm bi R hat al-Jism (Tidak akan

didapat ilmu itu dengan banya istirahat). Bad ’ al-Zam n112 juga pernah

berkata: Ilmu tidak bisa diperoleh dengan busur panah, ilmu tidak bisa

dilihat didalam mimpi, ilmu tidak bisa diwarisi dari keluarga, akan tetapi

ilmu itu laksana sebuah pohon yang harus ditanam dengan penuh perhatian

agar bisa tumbuh dan berbuah, disirami dengan ketekunan dalam belajar,

dan didapat buahnya dengan duduk bersandar di batu, beralaskan tanah liat,

selalu berjaga sepanjang malam, mempersedikit tidur.113

Untuk menggapainya diperlukan usaha sungguh-sungguh dan serius

karena akan berhadapan dengan banyak rintangan, hambatan, dan masalah.

Oleh karena itu, al-Zarnūjy menganjurkan agar setiap pelajar untuk tetap

bersemangat.

110 Ibid., 20.

111 Al Im m, al-H fiẓ, al- ujjat, al-‘ bid Nasr Yahyà ibn Aby Kath r al- ’iy. Beliau wafat pada tahun 129 H. Salah seorang ulama’ besar yang selalu teguh membela kebenaran. Beliau tidak pernah menerima riwayat hadits kecuali daro orang yang Thiqat.

`112 Nama lengkapnya adalah Abu al-Fa l Ahmad ibn Husain ibn Yahyà al-Hamdani. Beliau lahir pada tahun 358 H, Salah satu karangannya yang sangat terkenal adalah kitab al-Maqamat. Ia terkenal sebagai ulama’ yang ahli dalam bidang sastra, sosok yang terkenal karena kuat hafalannya, akan tetapi banyak orang yang iri kepadanya sehingga beliau wafat dalam keadaan masih berumur 40 tahun karena diracun, Ia wafat di Hirah pada tahun 398H.

113 Lihat Hab b Zain ibn Ibr h m Bin Sumai , al-Manhaj..., 136.

Page 94: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

75

Pendapat al-Zarnūjy tersebut kemudian mendapatkan respon para ahli

psikologi, walaupun setelahnya beliau menjelaskan hadith; “Badanmu

adalah tungganganmu, maka kasihanilah padanya” yang secara zohir

berlawanan dengan ungkapan awalnya. Karena dalam ilmu kejiwaan,

pikiran seseorang itu membutuhkan sebuah istirahat dan ketenangan berupa

refreshing atau sejenisnya yang bisa membuat otak seseorang bisa tenang

dan tidak jenuh dengan kegigihan belajarnya, karena melihat realita yang

ada rata-rata orang-orang yang gigih dalam belajar bahkan tidak

menyempatkan waktunya sedikitpun untuk istirahat itu menjadi stres dan

stres itulah yang tidak boleh ada dalam kehidupan seseorang karena jika

keseringan stres maka otaknya akan menjadi tidak sehat dan tidak

sempurna. Maka bagaimana jika kita hidup dengan pikiran tidak sehat, oleh

karena itu dalam belajar tidak mesti terlalu serius, jika seorang pelajar bosan

dengan belajar maka cari sesuatu yang baru dengan merefreshing pikiran.

Padahal hasil riset otak menunjukkan bahwa suasana belajar tegang

dan membosankan, atau peserta didik dalam keadaan stres, bagian limbik

otak akan mengeluarkan zat kimia cortsol yang akan mempengaruhi fungsi

bagian cortex menjadi tidak optimal dalam berfikir dan beranalisis. Limbik

otak sering disebut ”emotional mind” yaitu bagian otak yang akan

meningkatkan kinerja cortex dalam proses belajar kalau suasana emosi

seseorang sedang dalam keadaan gembira dan rileks, sehingga isi pelajaran

lebih mudah dimengerti.

Dalam pasal ini terdapat suatu qaul yaitu dalam kesuksesan belajar

dibutuhkan tiga faktor kesungguhan yaitu pelajar, guru, dan orang tuanya.

Padahal masih banyak faktor-faktor lain yang menunjang seorang pelajar

untuk menjadi orang yang sukses diantaranya yaitu kesungguhan dari

pengayom yaitu pemerintah dengan menyediakan fasilitas-fasilitas belajar,

jika tidak ada kesungguhan tersebut maka apa jadinya belajar tanpa

fasilitasnya, tentu tidak efektif dalam proses belajar-mengajarnya.

Page 95: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

76

C. Internalisasi Pendidikan Nilai di Pondok Pesantren Darul Abror NW

Gunung Rajak

Setelah peneliti menemukan pendidikan nilai yang terkandung dalam

dokumen kitab Ta’līm al-Muta’allim, peneliti kemudian melakukan observasi

langsung ke pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak untuk

melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan judul

penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terkait fokus-fokus penelitian

di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak yang dilaksanakan dalam

jangka waktu kurang lebih sepuluh bulan dari bulan maret sampai bulan

desember 2016, peneliti mendapatkan jawaban yang relevan dengan rumusan-

rumusan masalah yang diajukan peneliti. Tidak hanya itu, peneliti juga

melakukan observasi (pengamatan langsung) guna menyesuaikan jawaban-

jawaban yang diperoleh melalui teknik wawancara agar data yang diperoleh

lebih valid. Bentuk observasi atau pengamatan yang dilaksanakan berupa

kegiatan pembiasaan yang dilakukan guru berupa pembiasaan harian maupaun

kegiatan mingguan dimadrasah yang merupakan budaya pondok pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak, selain itu, peneliti juga mengamati kegiatan

belajar mengajar di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak.

Dalam menginternalisasikan pendidikan nilai yang terdapat dalam kitab

Ta’līm al-Muta’allim, setiap lembaga madrasah tidak dituntut untuk

menghabiskan semua materi dari ketiga belas pasal yang ada dalam kitab

Ta’līm al-Muta’allim dalam jangka waktu tertentu atau sesuai dengan silabus

yang ada, akan tetapi diberikan kebebasan untuk menerapkan dan

mengembangkan nilai-nilai yang ingin diterapkan dan dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan lembaga madrasah tersebut.

Menurut Drs. H. Masrun, M.Pd. Sekretaris Pondok Pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak:

“Materi atau isi kitab ta’lim pada dasarnya merupakan bagian dari prinsip-prinsip Islam sejak awal. Materi ini tak ubahnya merupakan upaya mendidik diri dan siswa untuk hidup bersih dan sederhana serta patuh melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Page 96: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

77

Sedangkan di Lembaga Pendidikan Islam kita lebih banyak mengenal ajaran sopan santun atau kode etik siswa di sekolah lewat Kegiatan belajar mengajar yang berupa pengajaran kitab ta’lim. Secara umum tujuan pengajaran kitab Ta’lim Muta’alim adalah untuk membantu siswa dalam memahami dirinya dan lingkungannya dalam menuntut ilmu, memilih guru, ilmu, teman, dan sebagainya, baik di sekolah maupun di tempat-tempat lain dan kode etik dalam menuntut ilmu yang akan membentuk akhlak atau sikap yang sesuai, serasi dan seimbang dengan diri dan lingkungannya.”

Ia melanjutkan bahwa:

“Kitab Ta’līm al-Muta’allim sudah mulai diajarkan di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak sebelum tahun 2000 M. Pembina pondok pesantren waktu itu TGH. Lalu Anas Hasyri mulai mengajarkan kitab tersebut di aula asrama santri dengan sistem halaqoh yang diikuti oleh eluruh peserta didik-peserta didikwati khusus yang “mondok” di asrama sekitar lingkungan pesantren karena kitab Ta’līm al-Muta’allim pada waktu itu belum dimasukkan dalam kurikulum formal pesantren.”

Ia melanjutkan bahwa:

“Internalisai pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak maka sangat terlihat jelas perubahan yang sangat segnifikan pada peserta didik, perubahan yang paling nampak adalah bahwa peserta didik mempunyai etika yang tinggi, sopan santun, dan budi pekerti yang mulia.

Ia kemudian menambahkan: “Pembelajaran ta’lim muta’alim sangat berpengaruh terhadap akhlakul karimah, dengan memperoleh pembelajaran ta’lim muta’alim siswa dapat mengetahui mana akhlak yang baik dan tidak, serta bagaimana harus berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembentukan akhlak siswa, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlak sangat diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan praktis.”

Selanjutnya Drs. H. Masrun. M.Pd. memaparkan bahwa:

“Tenaga pengajar yang selalu istiqomah mengajarkan kitab Ta’līm al-Muta’allim di MTs dan MA Mu’allimin NW Gunung Rajak dari tahun 2000 M sampai sekarang adalah TGH Lalu Anas Hasyri, alumnus madrasah al-

aulatiyah, Makkah al-Mukarramah.

Secara umum berdasarkan teori yang ada, terdapat beberapa cara dalam

menginternalisasikan pendidikan nilai dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim

Page 97: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

78

seperti pembiasaan, keteladanan, internalisasi pendidikan nilai, dan melalui

kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh madrasah. Hal tersebut tergantung

bagaimana pondok pesantren itu sendiri mengatur dan mensiasati agar

pendidikan nilai terutama yang terdapat dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim

berhasil diinternalisasikan dengan baik sesuai perencanaan dan kemampuan.

Sehingga bila dideskripsikan internaisasi pendidikan nilai di pondok

pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak melalui kitab Ta’līm al-Muta’allim

dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut:

a. Keteladanan.

Pendidikan nilai tersebut sangat ditekankan di pondok pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak. Hal tersebut tampak dari kegiatan setiap

pagi yang dikenal dengan tiga S yaitu senyum salam dan sapa. Kegiatan

tersebut dimulai dari kehadiran guru yang lebih awal dibanding para

peserta didik sekaligus memberikan contoh teladan kepada mereka,

selanjutnya guru yang bertugas berdiri didepan gerbang madrasah untuk

menyambut para peserta didik dengan menerapkan 3 S tersebut.114

Menurut Drs.H. Masrun, M.Pd.115 untuk menjadi tenaga pengajar

kitab Ta’līm al-Muta’allim di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung

Rajak dibutuhkan persyaratan khusus, diantaranya adalah dewasa dalam

berfikir, bersikap, bertindak, kemudian harus memiliki tingkat keilmuan

dalam bidang agama yang tinggi, bisa menguasai kitab kuning, alumnus

timur tengah, serta menjadi tokoh dan panutan di tengah-tengah

masyarakatnya. Ia melanjutkan bahwa keberhasilan Rasulullah SAW

dalam menyampaikan dakwah serta merubah peradaban dunia tidak

terlepas dari nilai keteladanan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

114 Observasi, Tentang Internalisasi Pendidikan Ẓilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim,

Senin, 17 Mei 2016. 115 Drs.H. Masrun, M.Pd. Sekretaris Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak,

kesehariannya juga ia sebagai pengawas pendidikan agama islam kementerian agama kabupaten Lombok Timur.

Page 98: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

79

Keteladanan yang diabadikan oleh Allah SWT didalam al-Qur’ n dengan

ungkapan Uswah Hasanah.116

Menurut TGH Lalu Jalaluddin Lukman:117

“Internalisasn pendidikan nilai lewat pengajaran kitab Ta’līm al-Muta’allim tidak hanya sekedar mentransfer ilmu saja, tidak hanya menghabiskan seluruh materi pasal dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim, tidak hanya menghafal seluruh bait sya’ir yang terdapat dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim, bahkan tidak hanya dengan melalui evaluasi atau tes tertulis mingguan, mid, serta ujian semester, akan tetapi yang sangat mendukung penanaman pendidikan nilai adalah keteladanan. Ini dibuktikan dengan adanya syarat tertentu untuk menjadi guru kitab Ta’līm al-Muta’allim.”

Hal ini menunjukkan bagaimana keteladanan itu kemudian menjadi

salah satu faktor dominan keberhasilan seorang guru dalam

menginternalisasikan pendidikan nilai di Pondok Pesantren Darul Abror

NW Gunung Rajak.

Kegiatan-kegiatan keteladanan yang diterapkan di Pondok Pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak, nampak melalui beberapa bentuk

penanaman nilai, diantaranya:

1. Setiap guru membawa kitab dengan tangan kanan dan di angkat

sejajar dengan dada diatas pusar. Hal ini memberikan keteladanan

kepada peserta didik tentang bagaimana menghormati ilmu;

2. Penanaman nilai akhlak Islami dengan berpakaian islami yang

menutup aurat. Bahakan guru kitab Ta’līm al-Muta’allim selalu

mengajarkan kitab tersebut dengan memakai topi yang berwarna putih

dan memakai pakaian tūf118;

3. Penanaman budaya minat baca;

4. Penanaman budaya bersih diri.

116 H. Hairil Anwar, M.Pd. Pengurus Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak,

Hasil Wawancara Tentang Internalisasi Pendidikan Ẓilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Muallimin NW Gunung Rajak, Kamis, 19 Mei 2016.

117 TGH Lalu Jalaluddin Lukman, Dewan Pengajar Asrama Santri dengan system halqoh di Pondok Peantren Darul Abror, Hasil Wawancara Tentang Internalisasi Pendidikan Nilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Muallimin NW Gunung Rajak, Rabu, 25 Mei 2016.

118 Masyhudi Darsi, M.Pd. merupakan pengurus Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak.

Page 99: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

80

b. Pembiasaan.

Penanaman nilai-nilai melalui pembiasaan adalah salah satu bentuk

pelaksanaan pendidikan nilai yang diterapkan di pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar para

peserta didik pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak mengenal

dan menerima nilai-nilai sebagai milik mereka dan menjadikannya sebagai

bagian dari mereka. Menurut Masyhudi Darsi, M.Pd.119 penanaman

pendidikan nilai di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak lebih

menekankan pada pembiasaan, alasannya karena karakter bersifat

spontanitas sehingga hal positif tersebut akan muncul dari diri anak.

Pernyataan dan alasan di atas sejalan dengan analisis yang

disampaikan Thomas Lickona, menurutnya pelaksanaan nilai-nilai

merupakan upaya untuk mengukir akhlak atau etika. Hal tersebut dapat

dilakukan melaui tiga proses, yaitu knowing the good, loving the good, and

acting the good. Pada akhirnya, proses pendidikan tersebut melibatkan

semua aspek pada peserta didik, seperti aspek kognitif, emosi, dan fisik,

sehingga akhlak mulia bisa terwujud menjadi habit of the mind, heart and

hands.

Dengan terwujudnya habit of the mind, heart and hands

mencerminkan telah tertanamnya pendidikan nilai pada diri peserta didik

dan menjadi bagian dari diri peserta didik yang sulit untuk tidak

dilaksanakan karena sudah menjadi kebiasaan.

Dalam menanamkan pendidikan nilai melalui pembiasaan, Pondok

Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak memiliki budaya tiga S yang

dilaksanakan setiap hari setelah tiba di madrasah. Tiga S tersebut adalah

senyum, salam, dan sapa. Senyum dilaksanakan antar peserta didik, dan

juga antara peserta didik dengan guru. Kemudian dilanjutkan dengan salam

yang sempurna (Assal m ‘alaikum warahmat All h wa Barak tuh). Hal ini

dilaksanakan untuk menciptakan suasana harmonis dan kasih sayang,

119 Pakaian yang biasa digunakan oleh orang-orang Arab yang menyerupai rok pakaian wanita. Pakaian ini biasanya digunakan oleh para Kiai atau Tuan Guru yang sudah menimba ilmu di Timur Tengah.

Page 100: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

81

sebab seorang guru ibarat bapak bagi seorang murid sebagaimana yang di

sebutkan oleh al-Zarnūjy dalam kitabnya dengan istilah ( فصل في تعظيم العلم

.(وأهله

Peneliti juga melihat bahwa para peserta didik tidak hanya dibiasakan

untuk mengucapkan salam setiap bertemu dengan guru dan teman, tapi

juga seorang peserta didik dibiasakan untuk berjabat tangan dengan

mencium tangan guru. Budaya tersebut terlaksana dengan baik disebabkan

adanya kesadaran diri dari seluruh asatidh , peserta didik dan keluarga

besar pesantren. Dan ternyata ini juga yang di terapkan oleh pembina

pondok pesantren TGH. Lalu Anas Hasyri. Karena memang sosok dan

kepribadian beliau yang terkenal murah senyum santun kepada setiap

orang yang beliau jumpai tanpa pandang bulu dan strata sosial di tengah-

tengah masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan rasa harmonis

(shafaqat) antara guru dan peserta didik.

Sementara itu, menurut hasil wawancara dengan pembina pondok

pesantren darul abror yaitu TGH. Lalu Anas Hasyri120 bahwa:

“Pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan sebelum masuk kelas adalah berbaris di halaman madrasah sebelum masuk kelas yang dilaksanakan secara menyeluruh dilanjutkan dengan membaca surat Y s n secara berjama’ah, kemudian membaca do’a al t Ẓah atain secara bersama-sama, baru kemudian para peserta didik memasuki kelas masing-masing dan dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek yang dibimbing lansung oleh guru yang bersangkutan.”121

Demikian juga TGH. Lalu Anas Hasyri, menjelaskan bahwa

pendidikan nilai yang dikembangkan di Pondok Pesantren Darul Abror

NW Gunung Rajak adalah nilai-nilai yang bisa diterapkan sehari-hari di

lingkungan madrasah sebelum mereka terapkan ditengah-tengah keluarga

dan masyarakat.

120 TGH.L. Anas Hasyri merupakan pendiri sekaigus Pembina pondok peantren Daru Abror

NW Gunung Rajak 121 TGH. Lalu Anas Hasyri, Guru kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Muallimin NW

Gunung Rajak sekaligus pembina pondok pesantren , Hasil Wawancara Tentang Internalisasi Pendidikan Ẓilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Muallimin NW Gunung Rajak, Senin, 20Juni 2016.

Page 101: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

82

Selanjutnya, Drs H. Masrun, M.Pd. Sekretaris Pondok Pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak juga menjelaskan bahwa sejak tahun 2013

M pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak juga membentuk

group Ha rat yang direkrut dari para peserta didik di pondok pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak. Mereka diasuh dan dibina oleh Lalu

Muhammad Sirojut Tholibin, S.Pd.I putra TGH.Lalu Anas Hasyri

sekaligus salah satu dewan asatidh di MTs. NW Gunung Rajak. Hal ini

bertujuan agar semua peserta didik senang untuk membaca sholawat, dan

menanamkan rasa kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.122

Adapun pembiasaan-pembiasaan yang lain dari hasil observasi

langsung peneliti adalah melalui beberapa kegiatan yang dilaksanakan di

lingkungan pesantren yaitu mengadakan acara-acara keagamaan dalam

setiap moment Perayaan Hari Besar Islam (PHBI). Dalam kegiatan ini para

ulama’ diundang untuk memberikan pengajian yang diikuti oleh semua

peserta didik, wali peserta didik, dan semua lapisan masyarakat.

c. Proses Pembelajaran.

Internalisasi pendidikan nilai di Pondok Pesantren Darul Abror NW

Gunung Rajak juga diterapkan melalui proses pembelajaran. Proses

pembelajaran tersebut berupa pendidikan nilai yang di sampaikan melalui

mata pelajaran kitab Ta’līm al-Muta’allim dan juga mata pelajaran yang

lainnya.

Menurut TGH. Lalu Anas Hasyri menjelaskan bahwa:

“Dalam mengajarkan materi kitab Ta’līm al-Muta’allim guru yang

bersangkutan tidak hanya mengajarkan kitab Ta’līm al-Muta’allim saja,

akan tetapi diintegrasikan juga dengan kitab-kitab penunjang yang lain

baik di MTs, maupun MA Mu’allimin NW Gunung Rajak. Hal ini

bertujuan untuk lebih memperdalam dan mempertajam materi yang

disampaikan, disamping untuk memperluas wawasan peserta didik. Kitab-

kitab tersebut diantaranya: al-Manhaj al-Sawy Shar U ul arīqat al-S d t

122 Drs. H. Masrun, M.Pd. Sekretaris Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak,

Hasil Wawancara Tentang Internalisasi Pendidikan Ẓilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Muallimin NW Gunung Rajak, Selasa, 5 Juli 2016.

Page 102: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

83

‘Aly Ba ‘Alawy, dan kitab al-Faw id al-Mukht rat li S lik arīq al-

khirat. Kedua kitab tersebut adalah karangan Shaikh al-ab b Zain ibn

Ibr h m ibn Sumai .123

Menurut Hilman, M.Pd, Waka Kesiswaan MA Mu’allimin. NW

Gunung Rajak:

“Penanaman pendidikan nilai di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak diterapkan melalui internalisasi pembelajaran karena hal tersebut merupakan tuntutan berdasarkan kurikulum Kementrian Agama yang harus dipenuhi bagi setiap madrasah saat ini. Setiap guru yang menyampaikan materi pelajaran di arahkan untuk selalu menanamkan pendidikan nilai kepada peserta didiknya. Para guru juga diarahkan untuk memulai proses belajar mengajar dengan berdo’a. Terlebih lagi dengan lahirnya kurikulum 2013 dimana semua guru ikut bertanggung jawab dalam proses pendidikan nilai.”124 Berdasarkan paparan tersebut, para guru sebagai orang yang selalu

bersentuhan dengan peserta didik haruslah memilih metode sesuai kondisi

dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang ada. Hal itu agar internalisasi

pendidikan nilai melalui integrasi pembelajaran dapat berjalan efektif.

Ta’līm al-Muta’allim sebagai unsur esensi dalam kepribadian

manusia dapat memberi peranan positif dalam perjalanan kehidupan

manusia, selain kebenarannya masih dapat diyakini secara mutlak. Dalam

hal pembentukan akhlak remaja, Ta’līm al-Muta’allim mempunyai peranan

yang sangat penting dalam kehidupannya. Ta’līm al-Muta’allim berperan

sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah

keinginan yang berdaran emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa

dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya sehari-hari dan sudah

ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali

dalam menghadapi segala keinginan yang timbul.

123 TGH. Lalu Anas Hasyri, Pembina Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak,

Hasil Wawancara Tentang Internalisasi Pendidikan Ẓilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Muallimin , Kamis, 21 Juli 2016.

124 Hilman, M.Pd. Waka Keisiswaan MA Mu’allimin NW Gunung Rajak, Hasil Wawancara Internalisasi Pendidikan Nilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Muallimin di ruang kepala Waka MA Mu’allimin NW Gunung Rajak, Sabtu, 6 Agustus 2016.

Page 103: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

84

d. Ekstrakurikuler.

Selain penanaman pendidikan nilai yang di iinternalisasikan dengan

metode pembiasaan, proses pembelajaran dan keteladanan. Internalisasi

pendidikan nilai di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak juga

diterapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di lingkungan

pesantren pada waktu sore dan malam hari. Kegiatan ekstrakurikuler

merupakan kegiatan yang dilaksanakan pihak madrasah diluar rutinitas

formal madrasah, sehingga madrasah memiliki kebebasan untuk

mengadakan kegiatan ekstrakurikuler sesuai kebutuhan madrasah tersebut.

Diantara kegiatan tersebut adalah:

1. Ta f z al-Qur’ n. Kegiatan Ta f z al-Qur’ n diadakan di aula Pondok

Pesantren dan setiap peserta didik yang ikut dalam kegiatan menghapal

al-Qur’an diwajibkan untuk tinggal (mondok) di Asrama Peserta didik

Pondok Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak. Kegiatan ini sangat

membantu penenaman nilai-nilai religius di lingkungan pesantren.

2. Ta f z Kitab. Kegiatan Ta f z Kitab diadakan di aula Pondok Pesantren

dan setiap peserta didik yang ikut dalam kegiatan menghapal kitab

diwajibkan untuk tinggal (mondok) di Asrama Peserta didik Pondok

Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak. Kegiatan ini sangat

membantu penenaman nilai-nilai religius peserta didik.

3. Kesenian. Penanaman pendidikan nilai melalui kegiatan kesenian. Para

peserta didik yang dipilih melalui seleksi yang mempunyai bakat seni

kemudian dibina di Asrama Peserta didik Pondok Pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak yang dan dibina langsung oleh pembina

pondok pesantren. Kesenian tersebut meliputi:

a) Tilawah;

b) Kasidah/Ha rat.

Menurut TGH. Zainul Anshori, Lc:

“Dalam menerapkan pendidikan nilai di madrasah terdapat beberapa hambatan yang terkadang menghambat tujuan dan target yang ingin dicapai. Hambatan-hambatan tersebut adalah SDM Guru yang masih kurang, sehingga mereka kurang mampu menyampaikan tujuan

Page 104: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

85

pembelajaran nilai sesuai harapan, begitu juga guru tilawah, dan guru olah raga yang terbatas. Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah adalah dengan mendatangkan guru dari luar, pengadaan sarana yang memungkinkan dan meminjam fasilitas pada instansi lain demi berjalannya kegiatan tersebut.125 Sementara menurut Muhammad Amrullah, SS:

“Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pendidikan nilai melalui integrasi pembelajaran adalah konsentrasi para peserta didik yang buyar karena karakter peserta didik yang berbeda-beda. Selain itu, yang menjadi hambatan adalah kurangnya SDM guru dalam hal ini metode yang digunakan untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai kepada para peserta didik. Adapun upaya yang dilakukan adalah berusaha mencari metode lain dengan tidak hanya terpaku pada satu metode, selain itu mengajak para peserta didik untuk belajar di luar kelas agar tidak bosan.”126 Pernyataan di atas tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan Abu

Bakar, S.Pd.I ia mengatakan:

“Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan nilai adalah perbedaan kemampuan para peserta didik, dan minimnya kreatifitas guru dalam mengolah materi sehingga mudah diterima para peserta didik. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah menggunakan beberapa metode dan memberikan pengarahan dan contoh secara berulang-ulang kepada para peserta didik.127 Sementara menurut Lalu Sunardi, pada dasarnya peranan madrasah

dalam mendukung penanaman pendidikan nilai memang sampai saat ini

masih dirasakan belum maksimal.

Hambatan-hambatan tersebut berdasarakan observasi di lapangan

memang menjadi kendala dan penghambat yang dihadapi Pondok

Pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak dalam mencapai tujuan masing-

masing. Namun seiring tuntutan masyarakat agar Pondok Pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak mampu melahirkan generasi yang cerdas secara

125 TGH Zainul Anshori,Lc, Dewan Pengajar Asrama Santri dengan system halqoh di Pondok Pesantren Darul Abror, Hasil Wawancara Tentang Internalisasi Pendidikan Nilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim, Selasa 16 Agustus 2016.

126 Muhammad Amrullah, SS. Dewan Guru MTs. NW Gunung Rajak, Hasil Wawancara Tentang Internalisasi Pendidikan Ẓilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Mu’allimin ẒW Gunung Rajak, Rabu, 24 Agustus 2016.

127 Abu Bakar, S.Pd.I. Guru MA Muallimin NW Gunung Rajak, Hasil Wawancara Tentang Internalisasi Pendidikan Ẓilai Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim di MA Mu’allimin ẒW Gunung Rajak, Sabtu, September 2016.

Page 105: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

86

intelektual dan spiritual maka berbagai upaya dan usaha ditempuh dalam

meminimalisir hambatan dan kendala yang melanda.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan pondok pesantren Darul Abror

NW Gunung Rajak dalam menanggulangi hambatan-hambatan yang ada

antara lain:

a. Menghadirkan guru dari luar;

b. Meminjam peralatan dan sarana yang memungkinkan;

c. Menggunakan metode lain;

d. Mencari suasan baru di luar sekolah;

e. Menegur guru yang tidak disiplin;

f. Mengambil alih tugas guru yang tidak hadir.

Sementara menurut Hamzah, upaya yang harus dilakukan untuk

mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan adalah pemilihan metode

pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil

pembelajaran. Hal tersebut harus mempertimbangkan tiga prinsip yaitu:

1. Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan

dalam semua kondisi;

2. Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang

berbeda pada hasil pembelajaran, dan;

3. Kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang

konsisten pada hasil pengajaran.128

128 Hamzah. b. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang

Kreatif Dan Efektif) (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 88.

Page 106: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

87

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Nilai dalam Kitab Ta’līm al-Muta’allim.

Pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim yang

kemudian diinternalisasikan kepada peserta didik di pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak yaitu:

1. Nilai Positive Thingking, Jujur dan Ikhlas.

Jujur dalam bahasa Arab merupakan terjemahan dari kata idq yang

artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain jujur adalah perkataan dan

perbuatan yang sesuai dengan kebenaran. Jujur juga merupakan induk dari

sifat-sifat terpuji.

Paul Suparno menyebutkan bahwa kejujuran merupakan segala

sesuatu yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan hati nurani dan

norma yang ada. Kejujuran merupakan nilai yang perlu dimiliki oleh setiap

orang, maka perlu ditanamkan secara terus menerus dalam kehidupan

manusia, baik itu sikap atau prilaku yang berhubungan dengan Tuhan,

hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan keluarga, hubungan

dengan masyarakat dan bangsa, maupun yang berhubungan dengan alam

sekitarnya. Penanaman nilai kejujuran bisa dilaksanakan disekolah melalui

setiap aktivitas yang ada disekolah, baik dalam hubungan antara peserta

didik dan guru, peserta didik dan teman-temannya, maupun peserta didik

dan semua orang yang terlibat dalam pendidikan disekolah.129 Allah SWT

berfirman:

. يصلح لكم اعمالكم و يـغفرلكم يـايـها الذيـن اموا اتـقوا ه و قـولوا قـوا سديـدا

ذنـوبكم، و من يـطع ه ورسوله فـقد فاز فـوزا عظيما

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu

129 Paul Suparno dkk, Pendidikan Budi Pekerti Untuk SMU-SMK (Yogyakarta: Kanisius,

2003), 54.

Page 107: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

88

amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” Q.S. Al -A z b (33): 70-71.130 Kejujuran dalam pandangan al-Ghaz ly dapat dibagi menjadi 5

macam, yaitu:131

a) idq fi al-Qaul (jujur saat berucap). Jujur saat berkata adalah harga

yang begitu mahal untuk mencapai kepercayaan orang lain. Orang

yang dalam hidupnya selalu berkata jujur, maka dirinya akan

dipercaya seumur hidup. Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka

tak akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang selalu

berkata jujur, bukan hanya akan dihormati oleh manusia, tetapi

juga akan dihormati oleh Allah Swt;

b) idq fi al-Niat (jujur dalam berniat). Hati adalah poros anggota

badan. Hati adalah barometer kehidupan. Hati adalah sumber dari

seluruh gerak langkah manusia. Jika hatinya bersih, maka seluruh

perilakunya akan mendatangkan manfaat. Tapi jika hatinya keruh,

maka seluruh perilakunya akan mendatangkan bencana;

c) idq al-’Azm (jujur dalam niat yang kuat). Jujur dalam

kesungguhan hati untuk mengerjakan hal-hal yang positif, tanpa

ada keraguan yang menyebabkan seseorang gagal melaksanakan

hal-hal yng positif tersebut;

d) idq al-’Amal (jujur kala berbuat). Amal adalah hal terpenting

untuk meraih posisi yang paling mulia di surga. Oleh karena itu,

kita harus selalu mengikhlaskan setiap amal yang kita lakukan;

e) idq al-waf ’ fi al-‘Azm (jujur dalam melaksanakan niat). Niat

yang baik membuat seseorang berharap melaksanakan niat

tersebut. Niat yang benar tersebut kemudian dilaksanakan dengan

sempurna sesuai dengan syari’at;

130 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an...,604. 131 ab b Zain, Al-Manhaj..., 685.

Page 108: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

89

f) idq al- l (jujur dalam kenyataan). Orang mukmin hidupnya

selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan

sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain

untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin

tidak hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain.

Kejujuran adalah salah satu bentuk nilai yang mesti diajarkan di

sekolah. Sikap jujur tercermin dalam berurusan dengan orang lain berupa

tidak menipu, tidak mencurangi, atau mencuri dari orang lain yang

merupakan sebuah cara mendasar untuk menghormati orang lain.132

Berdasarkan pernyataan tersebut, jujur bisa diartikan sebagai perilaku

peserta didik pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak untuk

biasa mengatakan yang sebenarnya terhadap apa yang dimiliki dan

dikehendaki, tidak pernah berbohong antara sesama peserta didik, guru

dengan murid ataupun setiap orang. Wujud kejujuran di pondok pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak juga tercermin dalam semua aspek seperti

jujur dalam ujian, mengembalikan uang yang bukan miliknya, berkata jujur

di kelas, Sebagaimana tercermin dalam pasal 2 dalam kitab Ta’līm al-

Muta’allim.

Sedangakan ikhlas secara etimologi sering diartikan dengan

kemurnian yang tidak dicampuri hal yang menjadi tujuan. Dalam ajaran

sufi keikhlasan adalah suatu yang diperlukan untuk mendekatkan diri

kepada Allah sama ada dari sudut niat maupun tindakan.

Sayyid Mu ammad Ibn ‘Alwy Ibn ‘Abb s al-M liki al- asany

dalam kitabnya “يلي memasukkan ikhlas sebagai Al-Munjiyyat ”قل هذه س

yaitu sesuatu yang dapat memberi keselamatan kepada siapa saja yang

mengamalkannya. Ikhlas menurutnya identik dengan Iman, sambil

mengutip QS. Al-Isr ’ (17) : 19 yang artinya, “Dan barang siapa yang

menghendaki kehidupan Akhirat dan berusaha ke arah itu dengan

sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah

132

Thomas Lickona, Pendidikan Karakter (Panduan Lengkap Menididik Siswa Menjadi Pintar Dan Baik) ( Bandung: Nusa Media, 2013), 65.

Page 109: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

90

orang-orang yang usahanya dibalas dengan baikṬ” Ayat ini juga

memberikan pemahaman bahwa motivasi orang yang beriman adalah

kehidupan Akhirat serta bersungguh-sungguh untuk meraihnya.

Seorang sufi membersihkan amal perbuatannya daripada ‘ujub,

riya’, ubb al-dunya, asad, takabbur dan sebagainya dengan mengerjakan

amal soleh semata-mata kerana Allah SWT maka dia disebut sebagai

seorang mukhlis (beramal dengan penuh keikhlasan) dan perbuatannya itu

adalah ikhlas.133

Jadi ikhlas merupakan sesuatu hal yang bersifat batiniyah dan teruji

kemurniannya dengan amalan soleh. Ikhlas adalah cahaya Allah SWT yang

Allah SWT titipkan kepada orang-orang yang Allah SWT kehendaki, oleh

karenanya ikhlas merupakan rahasia Allah SWT yang tecermin lewat

berbahgai amal kebajikan. Keikhlasan peserta didik pondok pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak terwujud dalam bentuk kerjinan,

ketekunan, dan keaktifan para peserta didik dalam mengikuti segala

kegiatan madrasah. Mereka tidak pernah mengeluh dengan seluruh

program madrasah, bahkan beberapa kegiatan madrasah harus mereka ikuti

di tempat yang jauh dan di jam-jam istirahat. Hal ini sebagaimana

tercermin dalam pasal 2 dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim.

2. Nilai Rendah Diri (Tawaddu’).

Tawau’ dalam pengertian sederhana adalah sikap rendah hati, yaitu

perasaan memiliki kekurangan dan kelemahan di banding dengan orang

lain. Allah SWT berfirman:

هم وا نساء من نس اء ـ را م أيـها الذين آموا ا يسخر قـوم من قـوم عسى أن يكونوا خيـ بئس ااسم وا تـلمزوا أنـفسكم وا تـابـزوا ا ألقاب ـهن را م عسى أن يكن خيـ

ومن م يـتب فأولئك هم الظالمون مان الفس وق بـعد اإArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan

133 M. Khatib Quzwain, Mengenal Allah: Suatu Pengajian Mengenai Ajaran

Tasawuf Syaikh Abdul Samad Al-Palimbani (Jakarta: Pustaka Bulan Bintang, tt), .94-95.

Page 110: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

91

kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” Q.S. Al- ujur t (49): 11.134 Tunduk terhadap kebenaran adalah kemuliaan yang sebenarnya, karena ia adalah taat kepada Allah, kembali kepada kebenaran, dan membiasakan diri agar tidak terus-menerus di atas kebatilan. Karena itulah Nabi Muhammad SAW bersabda:

إا رفـعه ه ل وما تـواضع أحد

Artinya: “Tidak ada seseorang yang merendahkan diri karena Allah SWT kecuali Allah SWT akan meninggikan derajatnya.”

Ibn Jam h dalam kitabnya Tadhkirat al-S mi’ wa al-Mutakallim fi

Adab al-‘ lim wa al-Muta’allim mengemukakan etika seorang peserta

didik kepada gurunya:135

a. Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan

keahlian, berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru

yang tinggi ilmunya tetapi tidak saleh, tidak waras, atau tercela

akhlaknya;

b. Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa

hina dan kecil didepan guru merupakan pangkal keberhasilan dan

kemuliaan. Ia memberikan umpama lain, yaitu penuntut ilmu ibarat

orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa ganas. Ia percaya

kepada orang penunjuk jalan lari;

c. Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan

ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama

sekali tidak boleh berhenti menghormati guru;

d. Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan

setelah wafa. Ia menghormati sepanjang hidup guru, meski wafat.

Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru;

134 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an ..., 744. 135 Ibn Jam ’ah al-Kan ny, Tadhkirat..., 90.

Page 111: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

92

e. Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk

guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut

memohon ampun dan bertaubat untuk guru;

f. Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru.

Melalui itulah ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari.

Ia memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Meskipun guru

menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia harus

menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi;

g. Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru

sedang sendiri maupun bersama orang lain. Jika telah meminta izin

dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh mengulangi minta izin. Jika ragu

apakah guru mendengar suaranya, ia bisa mengulanginya paling

banyak tiga kali;

h. Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan

tawadu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan

dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak membuat

guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling atau

menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara

kepadanya;

i. Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika

guru keliru baik khilaf atau karena tidak tahu, sementara murid

mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak terlihat perubahan

wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari kekeliruan.

Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari kekeliruan,

murid mengingatkan secara halus;

j. Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair

yang sudah dihafal murid, ia harus tetap mendengarkan dengan

antusias, seolah-olah belum pernah mendengar;

k. Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui,

kecuali guru memberi isyaratia memberi jawaban;

Page 112: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

93

l. Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan).

Ketika memberi sesuatu kepada guru. Harus menjaga sikap wajar,

tidak terlalu dekat hingga jaraknya terkesan mengganggu guru. Tidak

pula terlalu jauh hingga harus merentangkan tangan secara berlebihan

yang mengesankan kurang serius.

Nilai tersebut tercermin dalam praktik para peserta didik yang

sederhana dalam berpakaian, tidak suka memamerkan kekayaan, bersikap

lemeh lembut kepada teman peserta didik, sopan santun dalam bertutur

kata dan berprilaku, tidak gaduh di ruang belajar. Sebagaimana tercermin

dalam pasal 4 dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim.

Ketika seseorang memiliki sifat tawau’, maka ia akan menghormati

orang lain, menghormati teman sebaya, menghormati guru. Prilaku peserta

didik/ peserta didik pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak

tercermin melalui hal-hal sebagai berikut:

1. Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan

ikhlas;

2. Tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru selama

tidak melanggar hukum Allah SWT;

3. Jujur dan setia bersama guru;

4. Bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru;

5. Tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru;

6. Tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru;

7. Berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya;

8. Selalu berusaha menyenangkan hati guru;

9. Memanggil guru dengan panggilan yang disukainya;

10. Berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru;

11. Membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya

sebagai tanda penghormatan kepada mereka;

12. Tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya;

13. Tidak terbahak-bahak di depan guru;

14. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru;

Page 113: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

94

15. Selalu duduk dalam sikap sopan.

Untuk mengukur ketawadu’an Peserta Didik dalam penelitian ini,

maka ditentukan indikator sebagai berikut:

a. Peserta Didik membantu pekerjaan guru atau keluarganya

b. Patuh dan melaksanakan amanat guru dalam artian yang positif

c. Peserta Didik memperhatikan nasihat guru

d. Peserta Didik tidak menyakiti perasaan guru

e. Peserta Didik minta ijin bila berpergian

Nilai tawadu’ ini tercermin dalam berbagai kegiatan keagamaan di

lingkungan pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak. Peneliti

menemukan bahwa nilai religiusitas tersebut tergambar dalam ketekunan

para peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam yang

diperintahkan oleh Allah SWT, seperti rutin melaksanakan ibadah al t

fardu dan sunat, berpuasa sunnah, kebiasaan bertutur kata yang baik dalam

setiap keadaan, membaca do’a dalam mengawali dan mengakhiri setiap

perbuatan.

Demikian juga seluruh peserta didik pondok pesantren Darul Abror

NW Gunung Rajak selalu menjaga hubungan sesama manusia, seperti

menghargai dan menghormati orang lain, saling tolong-menolong dalam

hal positif, diskusi bersama, makan bersama dan sebagainya. Nilai ini

terkandung dalam pasal pertama, bahkan tercermin dalam setiap pasal yang

terkandung dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim.

3. Nilai Respek Terhadap Guru.

Diantara kaidah-kaidah pendidikan yang disepakati oleh para sosiolog,

psikolog, dan ahli pendidikan ialah memperkuat hubungan antara seorang

guru dengan anak didik (santri), agar interaksi pendidikan berjalan dengan

sebaik-baiknya, dan agar proses pembentukan ilmu, jiwa dan moral

berhasil baik.136

136 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 1992), 363.

Page 114: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

95

Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana dikutip oleh Ali al-Jumbuladi

alTuwanisi, menyatakan bahwa hubungan tersebut akan menjadi akrab

apabila dilakukan di dalam kelas, karena tercipta rasa kebersamaaan yang

mendalam antara guru dan santri, disusul dengan hubungan di luar kelas.

Jika rasa kebersamaan ini berlangsung dalam batas-batas tertentu, maka

terjadilah pertemuan antara hati santri, sehingga tercipta peluang yang baik

untuk berdiskusi dan bertukar fikiran antara mereka. Hal ini dapat menjadi

faktor yang memperlancar proses pengembangan akal fikiran santri.137

Dari sini terdapat suatu petunjuk yang sejalan dengan prinsip-prinsip baru

dalam pendidikan modern, yaitu prinsip demokrasi dalam kegiatan belajar

mengajar.

Para ahli pendidikan Islam sepakat dalam menetapkan prinsip dasar

edukatif yang sangat penting, bahwa kitab atau buku tidak dapat

menggantikan posisi guru dalam pengajaran.138 Hal ini diindikasikan

bahwa para ahli pendidikan Islam mengecam gejala pemosisian buku

sebagai guru. Berpijak pada prinsip dasar tersebut mereka mengakui

urgensi peran guru dalam proses belajar mengajar, karena dalam pribadi

guru terdapat nilai-nilai dan cermin kepribadian yang berpengaruh sekali

bagi pribadi santri yang dididiknya, sebab interaksi keseharian yang

bersifat kontinyu membawa konsekuensi sikap tersendiri serta berperannya

fungsi akal yang memposisikannya dalam derajat yang lebih tinggi.

Keberadaan dan posisi seorang guru dalam dunia pendidikan terutama

pendidikan Islam memang sangat dijunjung tinggi. Tingginya penghargaan

Islam terhadap guru menurut Ahmad Tafsir adalah dengan menempatkan

kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul karena

guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan.139 Hal ini menjadi faktor

137 H.M. Arifin (Penerjemah), Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh al-Tuwanisi,

Perbandingan Pendidikan Islam, Cet.I, (Jakarta: Rineka Cipta; 1994), 219.

138 Moch. Jawwat Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Prespektif

Sosiologis Filosofis), Cet. I, (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya; 2002), 211, 139

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Cet. II, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya; 1994), 76,

Page 115: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

96

yang mempengaruhi hubungan guru dan santri yang ada dalam masa

klasik, yang dijadikan keyakinan dasar, bahwa guru sebagai manusia yang

membawa misi Muhammad sebagai utusan Allah yang memiliki

kelebihan-kelebihan spiritual seperti karamah dan menjadi penyalur

(barakah). Sehingga santri harus menghormatinya dengan segala

ketundukan dan kepatuhan.140

Sebagaimana tesis sarjana barat non muslim Bayard Dodge, yang

dikutip oleh Abdurrahman Mas’ud menyatakan, “in the middle of this

primitive culture sead, destined to blossom as the intellectual heritage of

islam” (Ditengah-tengah budaya primitif ini, ajakan kenabian Muhammad

bagaikan penyebaran benih yang ditakdirkan tumbuh berkembang sebagai

warisan kecendekiawanan Islam).

Berkaitan dengan hal ini Hasan Asari, mengutip paragraf dari Nasr,

yang dianggap relevan, yaitu:

(Hubungan guru-santri dalam pendidikan Islam) selalu memiliki aspek yang sangat personal, dimana seorang penuntut ilmu mencari seorang guru, bukan lembaga, lalu mengabdikan dirinya sepenuhnya pada guru tersebut. Hubungan guru dan santri selalu intim, seorang santri menghormati gurunya seperti seorang ayah dan mematuhinya, bahkan dalam hal-hal pribadi yang tak langsung berkaitan dengan pendidikannya secara formal.141

Signifikansi hubungan guru dan santri diatas, merupakan ciri yang ada

pada zaman klasik. Menurut Fazlur Rahman, watak ilmu pengetahuan

pada masa itu ditandai oleh pentingnya individu guru yang secara sentral

fenomena ini dikenal sebagai mencari ilmu. Tersebarnya ilmu

pengetahuan Islam pada masa awal Islam berpusat pada individu-individu

bukan sekolah, sehingga pada akhir abad tersebut mayoritas ilmuwan yang

termasyhur bukanlah produk madrasah, tetapi bekas santri informal dari

guru individual.142

140 Zamakhsari Dlofier, Tradisi Pesantren( Studi Tentangg Pandangan Hidup Kyai),

(Jakarta: LP3ES, 1982), 70.

141 Nasr dalam Hasan Asari, M.A, Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pendidikan

AlGhozali, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), 112.

142 Fazlur Rahman, Islam, Ahsin Muhammad (terj.), (Bandung: Pustaka, 1994),269-270.

Page 116: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

97

al-Zarnūjy dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam klasik yang hidup

pada abad pertengahan, sehingga kondisi sosio cultural yang ada pada saat

itu, mempengaruhi pemikirannya tak terkecuali tentang pola hubungan

guru dan santri. Sehingga wajar apabila dikatakan, bahwa hubungan guru

santri menjadi sangat dekat, sebab posisi guru dipentingkan oleh santri

dalam menuntut ilmu dan pencarian ilmu oleh diri santri identik dengan

pencarian guru yang ahli dalam bidang ilmu tertentu.

Sistim pengajaran zaman klasik pada umumnya adalah sistim halaqah

(kelompok-kelompok), yakni santri yang belajar berkumpul mengelilingi

seorang guru.143 Dalam sistem ini seorang santri harus mendengarkan,

menerjemahkan kitabnya sesuai keterangan guru, memperhatikan bukunya

sendiri dengan membuat catatan-catatan dan keterangan penting,

sedangkan guru membaca, menerjemahkan, menerangkan.

Pola hubungan guru dengan santri semacam ini lebih mengacu pada

pola hubungan satu arah. Menurut Zahara Idris, model hubungan satu arah

adalah guru menjadi pusat dalam proses belajar mengajar (teacher

centered), yaitu guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah, santri

mendengarkan dan mencatat (santri pasif). Gurulah yang merencanakan,

mengendalikan, dan melaksanakan segala sesuatunya.144

Untuk memahami diskripsi hubungan sosial antara guru dan santri

dalam kontek pemikiran al-Zarnūjy, menurut Awaluddin dalam tesisnya

dapat dipahami dari pernyataannya yang mengandung tuntutan santri

untuk berlaku tertentu dalam berhubungan dengan guru. Tuntutan tersebut

direkomendasikan dalam kontek pelaksanaan etika santri untuk

menghormati ilmu dan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu. Penghormatan

dan penghargaan yang tertinggi terhadap martabat guru digambarkan

secara ilmu dan menonjolkan nilai pentingnya.145

143 Ibid., 264.

144 Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang : Angkasaraya, 1987), 44.

145 Awaluddin Pimay, Konsep Pendidik Dlam Islam, (Studi Komparatif Atas Pandangan

alGhoxali dan al-Zarnuji), (Semarang : Tesis Program Paska Sarjana IAIN Walisongo; 1999), 81.

Page 117: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

98

Konsep al-Zarnūjy ini memiliki tingkat kesesuain dengan teori Crow

and Crow, bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anaknya, sedang

hubungan guru dengan santrinya sama dengan hubungan orang tua dengan

anaknya.146 Pendapat ini member konsekuensi terhadap perasaan (tingkat

emosional) dan sikap guru sesuai dengan cita-cita orang tua terhadap

anaknya. Posisi ini harus disadari oleh kedua belah pihak, sehingga

terwujud keseimbangan dalam hak dan kewajibannya yang tercermin

dalam sikap pribadi masing-masing. Hubungan ini menunjukkan

kedekatan hubungan dari segi psikologis.

Dengan sinyalement inilah al-Ghozali dalam Ikhya Ulumuddin,

menerangkan bahwa hak seorang guru lebih besar dari hak bapak, karena

bapak menjadi sebab lahirnya anak dan kehidupan di dunia fana, sedang

guru menjadi sebab kehidupan yang kekal dan abadi. Sebagaimana hak

anak-anak dari seorang ayah adalah bekasih-kasihan dan tolong menolong

mencapai segala maksud, demikian pula kewajiban santri terhadap

gurunya.”147

Dalam hal ini al-Zarnūjy memberi anjuran kepada guru secara tegas :

“Hendaknya orang yang berilmu mempunyai sifat belas kasihan dalam memberi nasehat, jangan bermaksud jahat dan iri hati. Karena iri hati adalah sifat yang membahayakan dan tidak ada manfa’atnya.” 148

Nasehat ini mengandung pesan, supaya guru lebih memperhitungkan

aspek psikologi dan kejiwaan dalam mendidik santrinya, yaitu dengan jiwa

kasih sayang dan lemah lembut dalam memberi nasehat.

a. Berjiwa pengasih dan penyayang

Metode dan cara mendidik dengan penuh kasih sayang serta sikap

lemah lembut, dapat memperlihatkan diri yang penuh kesungguhan

146 Crow and Crow dalam HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di

Lingkungan Sekolah dan Keluarga., 138. 147

H. Ismalil Yakub, Tarjamah Ikhya Ulumddin al-Ghozali , Cet. XII (Jakarta : CV. Faizan, 1994, 213.

148 Al -Zarnuji dalam Ibrahim bin Isma’il, 36.

Page 118: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

99

untuk mendidik umat sebagai hamba Allah.149 Sikap ini menunjukkan

suatu keihklasan sebagai dasar utama yang harus dimiliki oleh seorang

guru.

Menurut kajian H.M. Arifin, Kasih sayang guru kepada santri

terbagi dalam dua term. Pertama, kasih sayang dalam pergaulan;

artinya guru harus lemah lembut dalam pergaulan. Kedua, kasih

sayang dalam mengajar, artinya “ guru tidak boleh memaksa santri

mempelajari sesuatu yang belum dapat dijangkaunya. Pengajaran

harus dapat dirasakan mudah oleh anak didik, jadi guru harus

mengetahui perkembangan kemampuan santrinya.150

Pesan kasih sayang diatas memberi isyarat bahwa guru hendaknya

menghindarkan cara-cara kekerasan dalam bergaul dengan santrinya.

Sebab kekerasan guru terhadap santri dapat membawa pengaruh yang

buruk dalam jiwa santri dan dapat menghalangi santri dalam

memahami ilmu. Sehingga membunuh semangat berprestasi dan maju

dalam jiwa santri. Sedangkan hukuman yang baik bagi santri yang

melakukan kesalahan menurut Athiyah al-Abrasyi151adalah untuk

memperbaiki kesalahan tersebut serta melindungi santri-santri lain

dari kesalahan yang sama.

Dengan demikian seorang guru hendaknya mampu bersikap

bijaksana dalam memberikan hukuman, mampu menyesuaikan dengan

menimbang kesalahan dalam diri santri, dengan jiwa kasih sayang dan

kelembutan guru akan mendorong santri untuk lebih terbuka, merasa

dikasihani serta ketetapan hati untuk tidak mengulangi kesalahan yang

sama. Sehingga sampailah kepada tujuan utama bahwa hukuman

disekolah adalah sebagai fungsi perbaikan. Disamping itu secara

psikologis sikap kasih sayang dapat menjadikan ketentraman dan

149 Hasan Ayyub, Etka Islam (Menuju Kehiduoan yang Hakiki), (Bandung : Tri Genda

Karya; 1994), 641.

150 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, 85.

151 Moh. Atiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang; 1970), 154.

Page 119: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

100

kedamaian dalam jiwa orang yang dikasihi sebab merasa terlindungi,

tak terkecuali kasih sayang guru terhadap santrinya.

b. Lemah lembut dalam bernasehat

Bentuk kasih sayang yang lain oleh guru adalah lemah lembut

dalam ucapan, nasehat hendaknya dilakukan dengan bijaksana,

menghindari katakata yang tidak berguna, tidak mencela serta

mengejeknya. Sebab celaan dan cemoohan yang sering didengar oleh

santri akan dianggap biasa, sehingga menjadikan lenyapnya wibawa

suatu nasehat serta jatuhnya pengaruh guru dalam diri santri.

Hal ini menunjukkan, bahwa guru sebagai sentral figur bagi

santrinya dituntut untuk mempunyai karisma yang tinggi disamping

kewibawaan yang sangat menunjang perannya sebagai pembimbing

dan penunjuk jalan dalam masa studi santrinya. Sehingga semua

perkataan, sikap dan perbuatan darinya akan memancar kepada

santrinya. Tetapi tidak berarti guru harus jauh dengan santri, terkait

perannya sebagai orang tua kedua, menjadi bijaksana jika guru dalam

hal tertentu mampu berperan sebagai kawan bermain dalam rangka

bimbingan ke arah terwujudnya tujuan pendidikan yang dicita-

citakan.152

Nasehat sebagai metode mendasar dalam pendidikan dan

pengajaran yang sangat diperlukan, sebab nasehat seorang guru dalam

proses belajar mengajar bagi santri, dapat menjadi motivasi sendiri

dalam memacu belajarnya, dengan nasehat secara tidak langsung

santri merasa diperhatikan sehingga tumbuh keyakinan bahwa dirinya

memiliki posisi disamping gurunya. Disamping itu nasehat dan arahan

dapat menjadikan siraman bagi mental kejiwaan dan motivasi santri

apalagi pada saat santri sedang mengalami suatu problem tertentu baik

dalam masalah belajar maupun problem lain. Dalam kondisi seperti

inilah urgensi nasehat seorang guru memiliki arti.

152 Abidin Ibn Rusn., Pendidikan Al-Ghozali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar: 1998), 70.

Page 120: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

101

Ketentuan al-Zarnūjy terhadap pribadi guru yang ideal, secara

konvensional cukup mewakili sebagai kualifikasi dasar menurut

konsep Hunanisme religius, yang harus dimiliki oleh seorang guru

sebagaimana dinyatakan oleh Abdurrahman Mas’ud, yaitu menguasai

materi, antusiasme, dan penuh kasih sayang (loving) dalam mengajar

dan mendidik. Disamping itu penghormatan dan keberpihakan

terhadap manusia tidak bisa lepas dari misi devine gency atau

khalifatullah. Hal ini berarti bahwa humanisme religious

mengharuskan guru untuk mempersiapkan anak didik dengan kasih

sayangnya sebagai individu yang saleh dan dalam arti memiliki

tanggungjawab sosial, religius dan lingkungan hidup. Dengan

demikian, ucapan, cara bersikap, dan tingkah laku guru ditujukan agar

santri dapat menjadi insan kamil, yakni sempurna dalam kacamata

peradaban manusia dan sempurna dalam standar agama.

Berpijak dari pemikiran diatas maka keterbukaan psikologis

merupakan faktor terpenting bagi guru, mengingat posisi guru sebagai

penutan santri (Uswah), disamping keterbukaan psikologis guru juga

memiliki signifikansi, yaitu : Pertama, keterbukaan psikologis sebagai

prasyarat penting untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.

Kedua, menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan santri

yang harmonis, sehingga mendorong santri untuk mengembangkan

dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.153

Disamping itu tampilan guru sebagaimana diuraikan, cukup

menunjang bagi terciptanya kondisi kegiatan belajar didalam kelas

yang sangat kondusif, sebab ditunjang oleh pemahaman dan

keterampilan guru terhadap faktor-faktor yang melingkupi proses

pendidikan terutama dari segi psikologi santri, sehingga proses belajar

mengajar tercapai dengan maksimal. Hal ini sesuai dengan ulasan Dr.

153 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya, 2000), 228-229.

Page 121: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

102

Zakiah Daradjat mengenai unsur-unsur pokok yang harus diperhatikan

dalam masalah belajar, antara lain :

a) Kegairahan dan kesediaan untuk belajar;

b) Membangkitkan minat santri;

c) Menumbuhkan sikap dan bakat yang baik;

d) Mengatur proses belajar mengajar;

e) Berpengaruhnya pengaruh belajar dan pelaksanaannya kedalam

kehidupan nyata;

f) Hubungan manusia dalam proses belajar mengajar.154

Dalam buku Kecerdasan Ruhani karangan Toto Tasmara,155

dijelaskan, bertaqwa dan bertangung jawab berarti berupaya sekuat tenaga

untuk melaksanakan kewajiban (amanah), sehingga menghasilkan

performance hasil kinerja yang terbaik. Kehadiran guru yang demikian

bagi santri bagaikan air suci yang mensucikan, dia tidak hanya ingin

memurnikan dirinya sendiri, tetapi ada semacam misi suci (sacred

mission) untuk mengajak orang lain. Ini dilakukan sebagai rasa tanggung

jawabnya untuk melangkah menapaki jalan lurus menggapai ridho Ilahi.

Sehingga untuk menjadi guru yang ideal, hendaknya mampu

menyeimbangkan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan rohaniah,

yakni menjunjung nilai kejujuran dan bertanggung jawab terhadap tugas

yang diemban serta ketaqwaan yang tinggi terhadap Allah SWT, dengan

semangat meneladani akhlaq Rosulullah SAW, ingin menjadikan

kepribadian dirinya sebagai inspirasi dan motivasi yang kuat dalam rangka

meningkatkan mutu dan memberdayakan kualitas orang lain khususnya

santri.

Dari uraian diatas mengenai sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh

seorang guru terkait posisinya sebagai figur seorang bapak bagi santrinya,

sebagaimana hubungan yang dikehendaki oleh Syekh al-Zarnūjy dalam

hubungannya dengan proses pendidikan mencakup konteks cukup luas

154

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, , (Jakarta, Bulan Bintang; 1980), 21-23. 155 K.H. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 197 .

Page 122: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

103

bukan sekedar penggalian pengetahuan dan ketrampilan santri, tetapi juga

mempelajari peranan yang tepat serta pergaulan sesama manusia,

menyayangi dan membenci, percaya diri, serta belajar memperoleh bakat

dan ciri-ciri kepribadian dan akhlak.

4. Nilai Sabar dan Saling Menghargai.

Sabar dalam diri seorang peserta didik sangat penting. Seperti sabar

dengan banyaknya tugas madrasah, sabar terhadap gurunya, sabar dengan

ilmu pelajarannya, sabar dengan ilmu yang belum dipahaminya, bahkan

sabar dengan kelakuan gurunya. Ibn Jam ’ah dalam kitabnya Tadhkirat al-

S mi’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘ lim wa al-Muta’allim menukil

perkataan sebagian ulama’ salaf:156

هالة ومن صر عليه آل أمر إى عز من م يصر على ذل التعليم بقي عمر عماية ا الدنيا واآخرة.

Artinya: “Barang siapa yang tidak bersabar ketika belajar, maka sepanjang umurnya ia akan tetap berada didalam kebodohan. Dan barang siapa yang bersabar, maka, ia akan memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat.” Nilai tersebut nampak melalui ketekunan para peserta didik dalam

belajar dan mengikuti pelajaran, kesungguhan mereka dalam mengerjakan

tugas-tugas yang di amanatkan kepada mereka. Hal ini merupakan wujud

dari internaisasi nilai yang tercermin dalam pasal 3 dalam kitab Ta’līm al-

Muta’allim.

Salah satu bentuk saling menghargai adalah tidak memaksakan

kehendak, dan pendapat sendiri. Sehingga setiap ada permasalahan selalu

di selesaikan dengan musyawarah.

Al -Alūsy menulis dalam kitabnya, bahwa al-Ragh b berkata,

musyawarah adalah mengeluarkan pendapat dengan mengembalikan

sebagiannya pada sebagian yang lain, yakni menimbang satu pendapat

dengan pendapat yang lain untuk mendapat satu pendapat yang

156 Ibn Jam ’ah al-Kan ny, Tadhkirat al-S mi’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘ lim wa al-Muta’allim (Beirūt: D r al-Kutub al-‘Ilmiyyat, tt), 91.

Page 123: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

104

disepakati.157 Dengan demikian musyawarah adalah berkumpulnya

sekelompok manusia untuk membicarakan suatu perkara agar masing-

masing mengeluarkan pendapatnya kemudian diambil pendapat yang

disepakati oleh bersama.

Islam telah menganjurkan musyawarah dan menjadikannya suatu hal

terpuji dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan negara; dan

menjadi elemen penting dalam kehidupan umat, ia disebutkan dalam sifat-

sifat dasar orang-orang beriman dimana keislaman dan keimanan mereka

tidak sempurna kecuali dengannya. Kedudukan musyawarah sangat agung

di sisi Allah. Oleh karenanya Allah menyuruh rasul-Nya melakukannya.

Allah SWT berfirman:

هم ـ م ولو كت فظا غليظ القلب انـفضوا من حولك فاعف ع لت فبما رمة من ا

ب المتـوك إن ا م وشاورهم اأمر فإذا عزمت فـتـوكل على ا لي واستـغفر

Artinya: “Maka dengan rahmat dari Allah engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada-Nya. (QS. Ali ‘Imr n (3): 159).158

Dalam ayat ini merupakan perintah Allah SWT kepada Nabi untuk

berpegang kepadanya. Kalau Nabi sebagai orang yang ma’ ūm,

diperintahkan untuk bermusyawarah dalam masalah urusan umat, maka

umatnya sebagai manusia yang tidak maksum lebih-lebih lagi harus

melakukan musyawarah.

Di samping itu, faidah yang di dapat dengan musyawarah adalah,

dengan musyawarah akan diketahui mana baiknya suatu urusan dan mana

jeleknya suatu urusan, keputusan yang akan diambil akan lebih sempurna

dibanding tanpa musyawarah, dapat dihindari terjadinya perpecahan yang

diakibatkan perbedaan pendapat dan memperkokoh hubungan

157 Ma mūd al-Alūsy, Rū al-Ma' nī fi Tafsīr al-Qur' n al-A īm wa al-Sab' al-Math nī (Bairut: D r al-I y ' al-Tur th al-‘Araby, t.t.), 25, 46.

158 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an...,90.

Page 124: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

105

persaudaraan dengan sesama muslim pada umumnya dan anggota dalam

jamaah pada khususnya yang harus saling kuat menguatkan.

5. Nilai Kedisiplinan.

Sifat rajin yang dimaksud adalah prilaku peserta didik/peserta didik

pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak senang membaca secara

terus menerus dan bersemangat untuk mencapai tujuan dan menghindari

sikap pemalas yang. Hal ini tercermin melalui berbagai karya peserta didik

yang dipajang di mading madrasah. Sebagaimana tercermin dalam pasal 5

dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim.

Disiplin dapat terwujud melalui sikap mengerjakan sesuatu dengan

tertib, memanfaatkan waktu untuk kegiatan positif, belajar secara teratur,

sebagaimana tercermin juga dalam pasal 6 dalam kitab Ta’līm al-

Muta’allim.

Disiplin merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi

suatu pelanggaran terhadap suatu peraturan yang berlaku demi terciptanya

suatu tujuan. Disiplin adalah proses atau hasil pengarahan untuk mencapai

tindakan yang lebih efektif.

Menurut Oteng Sutisna bahwa dalam menciptakan disiplin yang

efektif diperlukan kegiatan-kegiatan diantaranya sebagai berikut:159

a. Guru maupun murid hendaknya memiliki sifat-sifat perilaku warga

sekolah yang baik seperti sopan santun, bahasa yang baik dan benar;

b. Murid hendaknya bisa menerima teguran atau hukuman yang adil;

c. Guru dan murid hendaknya bekerjasama dalam membangun,

memelihara dan memperbaiki aturan-aturan dan norma-norma.

Menurut Tulus Tu’u kedisiplinan dapat diusahakan karena adanya

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurutnya faktor yang

mempengaruhi kedisiplinan adalah:160

1. Faktor dari dalam (Intern)

159 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan (Bandung: Angkasa, 1989), 8. 160 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Anak (Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2004), 45-51.

Page 125: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

106

Faktor dari dalam ini berupa kesadaran diri yang mendorong

seseorang untuk menerapkan disiplin pada dirinya.

2. Faktor dari luar (Ekstern)

Faktor dari luar ini berasal dari pengaruh lingkungan, yang terdiri

dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat.

a. Lingkungan Keluarga

Faktor keluarga ini sangat penting terhadap perilaku

seseorang termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga di

sini merupakan lingkungan yang paling dekat pada diri seseorang

dan tempat pertama kali seseorang berinteraksi. Keluarga sebagai

lingkungan pertama kali sebelum anak mengenal dunia yang lebih

luas, maka sikap dan perilaku seisi keluarga terutama kedua orang

tua sangat mempengaruhi pembentukan kedisiplinan pada anak dan

juga serta tingkah laku orang tua dan anggota keluarga lainnya

akan lebih mudah dimengerti anak apabila perilaku tersebut berupa

pengalaman langsung yang bisa dicontoh oleh anak.

b. Lingkungan Sekolah

Selain lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah

merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku peserta

didik termasuk kedisiplinannya, di sekolah seorang peserta didik

berinteraksi dengan peserta didik lain, dengan para guru yang

mendidik dan mengajarnya serta pegawai yang berada di

lingkungan sekolah, sikap, perbuatan dan perkataan guru yang

dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh peserta didik akan

masuk dan meresap ke dalam hatinya.

c. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang mempengaruhi

perilaku anak setelah anak mendapatkan pendidikan dari keluarga

dan sekolah. Pada awalnya seorang anak bermain sendiri, setelah

itu seorang anak berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan

Page 126: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

107

sosial. Karena masyarakat merupakan faktor penting yang

mempengaruhi disiplin anak, terutama pada pergaulan dengan

teman sebaya, maka orang tua harus senantiasa mengawasi

pergaulan anak-anaknya agar senantiasa tidak bergaul dengan

orang yang kurang baik.

Adapun usaha-usaha yang merupakan proses dalam meningkatkan

kedisiplinan adalah sebagai berikut:161

1. Kesadaran diri sebagai pemahaman bahwa disiplin dipandangnya

penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Kesadaran diri akan

menjadi motif yang kuat bagi terwujudnya kedisiplinan.

2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan atas peraturan-

peraturan yang mengatur perilaku seseorang. Hal ini sebagai lanjutan

diri adanya kesadaran diri. Tekanan dari luar dirinya sebagai usaha

untuk mendorong dan menekan agar disiplin dilaksanakan pada diri

seseorang, sehingga peraturan-peraturan yang ada dapat diikuti dan

dipraktekkan.

3. Teladan. Perbuatan dan tindakan lebih besar pengaruhnya

dibandingkan hanya sekedar dengan kata-kata. Oleh karena itu contoh

dan teladan disiplin kepala sekolah dan para guru sangat berpengaruh

terhadap kedisiplinan pada peserta didik. Mereka lebih mudah meniru

dari apa yang mereka lihat, dibandingkan hanya sekedar mendengar.

Lagi pula hidup banyak dipengaruhi oleh peniruan-peniruan terhadap

apa yang dianggapnya baik dan patut ditiru.

4. Hukum. Hukuman sebagai usaha untuk menyadarkan, mengoreksi dan

meluruskan perilaku yang salah sehingga anak kembali pada perilaku

yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

5. Lingkungan Berdisiplin. Lingkungan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi perilaku seseorang. Bila seorang anak berada

pada lingkungan yang berisiplin, kemungkinan besar ia akan tumbuh

menjadi anak yang disiplin.

161 Ibid., 48-49.

Page 127: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

108

6. Latihan Berdisiplin. Disiplin dapat juga dibentuk melalui proses

latihan dan kebiasaan. Artinya, mempraltikkan disiplin secara

berulang-ulang dan membiasakan dalam prilakunya sehari-hari.

Dengan latihan dan membiasakan diri, maka disiplin akan terbentuk

pada diri peserta didik.

Disiplin dalam perilaku dan sikap peserta didik di pondok pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak tercermin dalam melaksanakan kegiatan

dengan tertib sesuai aturan madrasah, memanfaatkan waktu untuk

melakukan kegiatan positif dan selalu mengerjakan sesuatu dengan penuh

tanggung jawab.

B. Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Kitab Ta’līm Al-Muta’allim

Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang

sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam

mentransfer ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap

lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Sebuah adigum mengatakan

bahwa الطريق أهم من المادة (metode jauh lebih penting dibanding materi)162,

adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih

disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan

sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik,

karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri

kurang dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu penerapan metode

yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan proses

pembelajaran yang akhirnya berfungsi sebagai determinasi kualitas

pendidikan. Sehingga metode pendidikan Islam yang dikehendaki akan

membawa kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan.

Sebagaimana keterangan sebelumnya, bahwa pendidikan nilai di pondok

pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak memiliki beragam cara dalam

menginternalisasikannya yaitu sebagai berikut:

162 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 81.

Page 128: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

109

1. Keteladanan.

Metode keteladanan yang diterapkan di pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak dalam menerapkan pendidikan nilai dinilai

sangat berhasil. Sebab aspek keteladanan tidak dapat dipisahkan dari

metode pembiasaan itu sendiri. Oleh karena pada dasarnya anak yang

diberikan pembiasaan jelas akan meniru dan meneladani seseorang yang

memberikan pembiasaan kepadanya.

Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk

merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan

yang baik kepada peserta didik agar mereka dapat berkembang baik fisik

maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan

memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah,

akhlak, kesenian dan lain-lain. Suasana lembaga pesantren hendaknya

dijadikan sebagai uswah oleh dunia pendidikan moderen saat ini.

Untuk menciptakan anak yang shaleh, pendidik tidak cukup hanya

memberikan prinsip saja, karena yang lebih penting bagi peserta didik

adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip

tersebut. Sehingga sebanyak apapun prinsip yang berikan tanpa disertai

dengan contoh tauladan hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak

bermakna.

Pendidikan dengan keteladanan menurut Albert Mcallister dikatakan

sebagai “education with ampling act, there is real activity, adjective,

thinking, etc”Ṭ163 (Pendidikan dengan memberi contoh, dapat berupa

tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya). Pada metode ini,

banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan

keteladanan merupakan metode yang paling berhasil. Hal ini dikarenakan

dalam belajar, orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang

konkrit ketimbang yang abstrak. Suatu bentuk keteladanan akan mudah

ditaati oleh anaknaka jika si pendidik sendiri juga menaati dan hidup

163 Albert Mcallister, Education Psychology for Childern (Texas, Texas University Press,

1982), 178.

Page 129: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

110

menurut peraturan-peraturan yang seharusnya dikerjakan, serta apa yang

seharusnya dilakukan oleh anak-anak itu sebenarnya sudah dimiliki dan

telah menjadi pedoman pula dalam kehidupan si pendidik, dalam hal ini

adalah orang tua. Dengan kata singkat, dapat dikatakan bahwa dalam

berbagai hal, dalam pendidikan, contoh dan teladan dari si pendidik

merupakan alat pendidikan yang sangat penting pula, bahkan yang utama

sekali.

Dari pelajaran ilmu jiwa anak, telah diketahui bahwa sejak kecil

seorang manusia itu telah mempunyai dorongan untuk meniru, dan suka

mengidentifikasikan diri terhadap perbuatan dan tingkah laku orang lain,

terutama terhadap orang tuanya. Sebagai suatu alat pendidikan,

keteladanan merupakan salah satu bentuk metode yang ketergantungan

keberhasilannya distandarkan pada contoh teladan dari pendidik yang

bersangkutan. Sebab contoh teladan dari seorang pendidik baik yang

disengaja maupun yang tidak disengaja, sering lebih meresap ke dalam

hati sanubari peserta didik daripada hal-hal lainnya seperti perintah atau

pun larangan kepada si anak.

Sebagai pendidikan yang bersumber kepada al-Quran dan Sunnah

Rasulullah, metode keteladanan didasarkan kepada kedua sumber

tersebut. Dalam al-Quran, “keteladanan”diistilahkan dengan kata Uswah,

kata ini terulang sebanyak tiga kali. Yakni dua terdapat pada surat al

Mumtahinah ayat 4 dan 6, yaitu:

Dalan hubungannya dengan metode keteladanan, prinsip yang

digunakan dalam mengaplikasikan metode keteladanan dalam pendidikan

Islam pada dasarnya sama dengan prinsip metode pendidikan yakni

menegakkan “uswah Hasanah”. Dalam hal ini Muhaimin dan Abdul

Mujib mengklasifikasikan prinsisp penggunaan metode keteladanan

sejalan dengan prinsip pendidikan Islam adalah :164

(Memperdalam tujuan bukan alat) التوسع فى المقاصد ا فى اأآت .1

164 Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka

Dasar Operasionalnya (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 241.

Page 130: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

111

Prinsip ini menganjurkan keteladanan sebagai tujuan bukan

sebagai alat. Prinsip ini sebagai antisipasi dari berkembangnya

asumsi bahwa keteladanan pendidik hanyalah sebuah teori atau

konsep tetapi keteladanan merupakan tujuan. Keteladanan yang

dikehendaki di sini adalah bentuk prilaku guru atau pendidik yang

baik. Karena keteladanan itu ada dua yaitu keteladanan baik (uswah

hasanah) dan keteladanan jelek (Uswah sayyi’ah). Dengan

melaksanakan apa yang dikatakan merupakan tujuan pendidikan

keteladanan (uswatun hasanah).

Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berilmu pengetahuan,

maka media keteladanan merupakan alat untuk memperoleh tujuan

hal tersebut. Tanpa adanya praktek dari praktisi pendidik pendidikan

Islam hanyalah akan menjadi sebuah konsep belaka.

يع .2 Memperhatikan pembawaan dan) مراعاة اإستعداد والط

kecenderungan anak didik)

Sebuah prinsip yang sangat memperhatikan pembawaan dan

kecenderungan anak didik. Dengan memperhatikan prinsip ini, maka

seorang guru hendaknya memiliki sifat yang terpuji, pandai

membimbinng anak-anak, taat beragama, cerdas, dan mengerti

bahwa memberikan contoh pada mereka akan mempengaruhi

pembawaan dan tabiatnya. Dalam psikologi, kepentingan

penggunaan keteladanan sebagai metode pendidikan didasarkan

adanya insting (gharisha) untuk beridentifikasi dalam diri setiap

manusia, yaitu dorongan untuk menjadi sama (identik) dengan tokoh

yang diidolakannya.165 Atas dasar karakter manusia secara fitrah

mempunyai naluri untuk meniru, maka metode yang digunakan pun

adalah metode yang dapat disesuaikan dengan pembawaan dan

kecenderungan tersebut. Implikasi dalam metode ini adalah

keteladanan yang bagaimana untuk diterapkan dan disesuaikan serta

165 Hery Noer Aly, Ilmu...,180.

Page 131: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

112

diselaraskan melalui kecenderungan dan pembawaan anak tersebut

Al -Faraby dalam bukunya Asy-Syiasi menyatakan bahwa anak

adakalanya mempunyai bakat jelek, seperti mempunyai

kecenderungan jahat dan bodoh, sehingga sulit diharapkan

kecerdasan dan kecakapan begitu juga ada anak yang mempunyai

pembawaan luhur sehingga mudah didik.166 Dengan mengetahui

watak dan kecenderungan tersebut keteladanan pendidik diharapkan

memberikan kontribusi pada perubahan prilaku dan kematangan pola

pikir pada anak didiknya.

(sesuatu yang bisa diindra ke rasional) من المحسوس إلى المعقول .3

Tidak dapat dibantah bahwa setiap manusia merasa lebih mudah

memahami sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indranya.

Sementara hal-hal yang bersifat hissi atau rasioal apalagi hal-hal

yang bersifat irasional, kemampuan akal sulit untuk menangkapnya.

Oleh karena itu prinsip berangsur-angsur merupakan prinsip yang

sangat perlu diperhatikan untuk memilih dan mengaplikasikan

sebuah metode dalam proses pendidikan. Inti pemakaian prinsip ini

dalam metode keteladanan adalah pengenalan yang utuh terhadap

anak didik berdasarkan umur, kepribadian, dan tingkat kemampuan

mereka. Sehingga prinsip tersebut dapat menegakkan “uswah

hasanah” (contoh tauladan yang baik) terhadap peserta didik. Prinsip

yang diterapkan dari pembahasan yang indrawi menuju pembahasan

yang rasional ini dalam kontek keteladanan adalah keteladanan

merupakan sebuah bentuk prilaku seseorang yang dapat dilihat dan

ditiru.

Bentuk aplikasi dari rasional atas keteladanan adalah

menciptakan sebuah prilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang

menjunjung norma agama. Dengan keteladanan dijadikan sebuah

metode dalam pendidikan Islam memberi stimulus pada anak didik

untuk berbuat setelah mengetahui kenyataan bahwa apa yang ajarkan

166 Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran..., 242.

Page 132: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

113

dan dilakukan oleh pendidik memberikan makna yang baik dan patut

contoh.

Selain itu pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak

juga menerapkan langkah yang sama dalam menanamkan pendidikan

nilai yaitu melalui keteladanan. Wujud keteladanan tercermin pada

kegiatan sehari-hari di sekolah yaitu:

a. Guru datang lebih awal;

b. Guru Ta’līm al-Muta’allim memakai pakaian jubah dan pakaian

islami.

c. Guru memberikan teladan melalui kebersihan dengan menyapu

sendiri ruangan guru;

d. Mengikuti kegiatan IMTAQ secara bersama;

e. Solat uhr secara berjama’ah.

Menurut Zuriah, penerapan pengintegrasian pendidikan karakter

atau budi pekerti dapat dilakukan melalui keteladanan, pembiasaan,

pengkondisian lingkungan, kegiatan-kegiatan spontan, serta kegiatan

terprogram.167 Dengan demikian, keteladanan merupakan salah satu

langkah efektif dalam menanamkan pendidikan nilai pada peserta

didik dengan mengutamakan guru sebagai model utama.

2. Pembiasaan.

Pembiasaan merupakan sebuah metode dalam pendidikan

berupa “proses penanaman kebiasaan”. Sedangkan yang dimaksud

dengan kebiasaan itu sendiri adalah “cara-cara bertindak yang

persistent uniform, dan hampir-hampir otomatis (hampir-hampir

tidak disadari oleh pelakunya)”.168

Pembiasaan juga merupakan salah satu metode pendidikan yang

sangat penting, terutama bagi peserta didik. Mereka belum paham

tentang apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Pada sisi

yang lain mereka juga memiliki kelemahan yaitu mereka belum

167 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),196.

168 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 184.

Page 133: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

114

memiliki daya kematangan berfikir yang kuat layaknya orang yang

sudah dewasa. Sedangkan pada sisi yang lain, perhatian mereka lekas

dan mudah beralih kepada hal-hal yang baru dan disukainya.

Sehingga berkaitan dengan hal tersebut, mereka perlu dibiasakan

dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir

tertentu. Peserta didik perlu dibiasakan untuk melaksanakan ibadah.

Menurut Muhammad Zein, dalam mendidik anak perlu

diterapkan tiga metode yaitu “meniru, menghafal dan

membiasakan”.169 Pada metode membiasakan, operasionalnya adalah

dengan melatih anak untuk membiasakan segala sesuatu supaya

menjadi kebiasaan. Sebab menurutnya, “kebiasaan ini akan

menimbulkan kemudahan, keentengan”.170

Ada beberapa syarat yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh

orang tua dalam melakukan metode pembiasaan kepada anak-anaknya

sebagaimana yang dikatakan oleh Armai Arief, yaitu :

a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu

mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang

akan dibiasakan.

b. Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang)

dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu

kebiasaan yang otomatis.

c. Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh

terhadap pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberikan

kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah

ditetapkan itu.

d. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin

menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.171

Dari penjelasan di atas yang berkaitan dengan pemakaian metode

pembiasaan tersebut dapat dipakai untuk mencapai keberhasilan dalam

169 Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta: AK Group, 1995),

224. 170 Armai Arief, Pengantar ..., 225. 171 Ibid., 114-115.

Page 134: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

115

menginternalisasikan pendidikan nilai kepada peserta didik secara lebih

optimal dan maksimal.

Sebagai suatu metode, pembiasaan juga memiliki kelebihan dan

kelemahan. Adapun kelebihan metode pembiasaan sebagai suatu

metode pendidikan anak adalah:

a. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.

b. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi

juga berhubungan dengan aspek batiniyah.

c. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling

berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.172

Sedangkan kelemahan metode pembiasaan sebagai suatu metode

pendidikan anak antara lain berupa:

a. Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan

contoh serta teladan bagi anak didik.

b. Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat mengaplikasikan antara

teori pembiasaan dengan kenyataan / praktek nilai-nilai yang

disampaikannya.173

Pembiasaan sebagai suatu metode yang diterapkan dalam mendidik

anak didalamnya terdapat beberapa teknik yang dapat dipakai, antara

lain:

1. Pengajaran

Abdullah Nashih Ulwan memberikan pendapatnya dengan

mengatakan bahwa “peranan pembiasaan, pengajaran dan

pendidikan Islam dalam pertumbuhan dan perkembangan anak

akan menemukan tauhid yang murni, keutamaan-keutamaan budi

pekerti, spiritual dan etika agama yang lurus”.174 Menurut

pendapatnya, metode yang tepat untuk diterapkan untuk

memperbaiki pada anak adalah dengan dua metode yaitu

pengajaran, dan pembiasaan. Metode pembiasaan yang dimaksud

172 Ibid., 115. 173 Ibid., 116. 174 Saifullah Kamallie, Hery Noer Aly, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj.

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyat al-Aul d fi al-Isl m (Semarang: Asy Syifa’, 1993), 43.

Page 135: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

116

olehnya ialah “upaya praktis dan pembentukan (pembinaan) dan

persiapan”.175

Dalam pemikirannnya tersebut ia juga memaparkan metode

pembiasaan anak dengan pengamalan salat yang dimulai dengan

“mengajarkan anak-anak tentang hukum salat, bilangan raka’atnya,

tata cara mengerjakannya, kemudian biasa mengerjakannya dengan

berjamaah di masjid”.176 Sehingga salat yang dijalankan anak

merupakan buah dari pembiasaan yang diterapkan padanya.

Sedangkan dalam pendapatnya, Armei Arief mengatakan

tentang pembiasaan yaitu “sebuah cara yang dapat dilakukan untuk

membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai

dengan tuntunan ajaran Islam”.177 Ia berpendapat, pembiasaan

dinilai sangat efektif jika “penerapannya dilakukan terhadap

peserta didik yang berusia kecil”.178 Hal ini dikarenakan mereka

memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang

belum matang sehingga mereka mudah terlarut dengan

kebiasaankebiasaan yang mereka lakukan sehari-sehari.

Oleh karena anak yang merupakan bagian dari manusia yang

akan tumbuh dewasa nantinya, maka sangat perlu sekali bagi orang

tua untuk selalu mengawasi dan memantau perkembangan ilmu dan

ibadah anak dalam konteks mendidik, oleh karena itulah pada sisi

ini Mahmud Quthub mengatakan bahwa :

هج وا تقدر دائما على مواجهة فس ا تستقيم دائما على ال إن الالصعاب

Artinya: “Sesungguhnya hati manusia itu tidak akan selamanya berada pada jalan yang lurus, dan juga tidak selamanya berada pada arah yang (selalu) benarṬ”179

4

2. Intensitas

175 Ibid., 59. 176 Ibid., 61. 177 Armai Arief, Pengantar...,110. 178 Ibid. 179 Ma mūd Quthub, Hal Na nu Muslimūn (Beirut: D r al-Syarūq, 1973), 19.

Page 136: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

117

Intensitas dalam pembiasaan salat yang dilakukan oleh orang

tua pada dasarnya harus dilakukan secara dinamik. Artinya

dilakukan dengan berulang-ulang disertai kontinuitas yang baik.

Menanamkan sesuatu yang baik memang tidak mudah dan kadang-

kadang memerlukan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah

menjadi kebiasaan sukar pula mengubahnya. Maka, penting sekali

pada awal kehidupan anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang

baik, terutama adalah kebiasaan untuk mengamalkan salat sebagai

tiang agama yang diamalkan dengan cara yang benar dan

berdisiplin tinggi. Sehingga dengan pembiasaan ini, anak

dibiasakan mengamalkan salat secara benar dan terus-menerus

dalam kehidupannya, sebagaimana dalam pendapatnya Armai

Arief bahwa pembiasaan tersebut hendaknya dilakukan secara

kontinu, teratur dan berprogram.180

Kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan ini merupakan langkah

kongkret metode pembiasaan. Selanjutnya dari kebiasaan ini akan

dapat menumbuhkan perasaan pada pribadi anak tentang arti

pentingnya salat sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dan

diamalkan, meskipun pada perasaan tentang kebutuhan ini tumbuh

secara bertahap sampai anak dewasa. Dengan demikian intensitas

dalam pembiasaan salat oleh orang tua kepada anak harus semakin

baik dengan dinamika yang eskalatif disertai dengan kontinuitas

yang stabil.

Pendidikan nilai yang dikembangkan di pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak melalui pembiasaan adalah sebagai

berikut:

a. Respek (Ta’zim)

Jiwa dan semangat pendidikan adalah berorientasi pada

pembentukan moral dan akhlak orang-orang yang berilmu,

sehingga kepribadian guru dalam konteksnya juga diarahkan

180 Armai Arief, Pengantar...,114-115.

Page 137: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

118

pada sikap dan pribadi pendidik yang dapat dijadikan sebagai

kiblat (uswatun hasanah) bagi para muridnya

b. Jujur

Jujur merupakan perilaku selalu mengatakan yang

sebenarnya apa yang dimiliki dan diinginkan, tidak pernah

berbohong, dan biasa mengakui kesalahan dan biasa mengakui

kelebihan orang lain;

c. Ikhlas

Wujud ikhlas yang diterapkan pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak adalah melaksanakan setiap bentuk

kegiatan ibadah tanpa mengharapkan pujian orang lain dan

semata-mata mengharapkan keridhaan Allah SWT,;

d. Tawadu’

Bersikap dan berperilaku yang menunjukkan ketaatan

dalam melaksanakan ajaran agama atau beribadah dan

menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari;

e. Disiplin

Sementara disiplin dalam pandangan pondok pesantren

Darul Abror NW Gunung Rajak adalah melaksanakan kegiatan-

kegiatan madrasah dengan tertib, memanfaatkan waktu untuk

kegiatan positif, belajar secara teratur, mematuhi aturan

madrasah, dan mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggung

jawab;

Nilai-nilai tersebut ditanamkan kepada para peserta didik di

pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak sejak bangku

madrasah ibtidaiyah agar mereka terbiasa memiliki pendidikan nilai

tersebut sampai mereka melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih

tinggi. Setiap madrasah diberikan kebebasan untuk mengembangkan

nilai-nilai yang akan di terapkan sesuai kebutuhan dan kemampuan

madrasah itu sendiri.

Page 138: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

119

Sementara itu pembiasaan-pembiasaan yang nampak melalui

berbagai kegiatan madrasah antara lain:

1. Membaca Surah Yasin secara berjama’ah sebelum masuk kelas,

mulai jam 07.00 WITA sampai selesai yang diikuti oleh semua

peserta didik dan semua dewan guru dan pegawai;

2. Berdo’a sebelum mulai belajar dan sesudah selesai belajar dengan

do’a. Do’a yang dipanjatkan selalu diawali dengan al t

Nah atain, salah satu do’a yang biasa di amalkan oleh warga

Nahdlatul Wathan;

3. Kegiatan imtaq setiap hari Jum’at sebelum memasuki kelas

masing-masing yang dilanjutkan dengan latihan khit bat/ceramah

oleh masing-masing peserta didik secara bergiliran dan terjadwal;

4. al t berjama’ah di masjid Nūr At Taqwa Dasan Malah. Sebagian

peserta didik yang sudah masuk ‘Aliyah dibuatkan jadwal unuk

menjadi imam agar terbiasa;

5. Mengucapkan salam penghormatan secara serempak oleh para

peserta didik ketika guru masuk kelas, bertemu dengan guru atau

sesama peserta didik.

Selain itu, sholat uha’ yang dilakukan secara bergiliran di

mesjid pesantren ketika keluar main pada jam istirahat secara tertib.

Begitu juga dengan kegiatan para peserta didik melakukan sholat

uhr secara berjama’ah. Sehingga setiap berkumandang azan uhr

maka semua peserta didik berbondong-bondong menuju ke mesjid,

kemudian kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan

kembali proses belajar mengajar sampai jam 14.00 WITA.

Peneliti juga melihat secara langsung para peserta didik

berkumpul di halaman madrasah dalam rangka membaca yasin

secara bersama-sama kemudian dilanjutkan dengan ceramah dan

do’a. Hal tersebut berjalan setiap harinya dengan tertib. Para guru

secara bergantian memberikan ceramah kepada para peserta didik.

Page 139: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

120

Para peserta didik juga mengadakan “hiziban” secara keliling

setiap malam jum’at. Mereka membaca izb Nah atul Waan di

rumah-rumah masyarakat yang ada disekitar pesantren. Sedangkan

pada malam Rabu pembacaan izb Nah atul Waan dipusatkan di

Aula Asrama pondok pesantren.

3. Proses Pembelajaran.

Selain melalui pembiasaan, pelaksanaan pendidikan nilai di

pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak diterapkan juga

melalui internalisasi proses pembelajaran. Internalisasi pembelajaran

tersebut berupa pendidikan nilai yang di sampaikan melalui mata

pelajaran yang lain selain kitab Ta’līm al-Muta’allim.

Penanaman pendidikan nilai melalui internalisasi

pembelajaran dapat terlihat dari nilai yang ingin disampaikan guru

seperti pada pelajaran PKn berupa kreatif melaksanakan tugas, dan

matematika yaitu nilai tanggung jawab. Begitu juga pada mata

pelajaran lainnya berdasarkan RPP yang disusun setiap guru mata

pelajaran. Salah satu wujud dari penanaman nilai karaker melalui

RPP yaitu setiap guru yang mengajar dihari tersebut mengarahkan

murid untuk memulai pelajaran dengan berdoa, demikian juga guru

terakhir.

4. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan

pihak madrasah diluar rutinitas formal madrasah, sehingga madrasah

memiliki kebebasan untuk mengadakan kegiatan ekstrakulikuler

sesuai kebutuhan madrasah tersebut.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan

pihak madrasah diluar rutinitas formal madrasah, sehingga madrasah

memiliki kebebasan untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler

sesuai kebutuhan madrasah tersebut. Diantara kegiatan tersebut

adalah:

Page 140: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

121

1) Ta f z al-Qur’ n. Kegiatan Ta f z al-Qur’ n diadakan di Aula

pesantren dan setiap peserta didik yang ikut dalam kegiatan

menghapal al-Qur’an diwajibkan untuk tinggal diasrama Asrama

Peserta didik Darul Abror NW yang berada di dekat rumah

pembina pondok pesantren. Kegiatan ini sangat membantu

penenaman nilai-nilai religius di lingkungan pesantren.

2) Kesenian. Penanaman pendidikan nilai melalui kegiatan kesenian

merupakan kegiatan yang diadakan di dalam program Asrama

Peserta didik Darul Abror NW. Para peserta didik yang dipilih

melalui seleksi yang mempunyai bakat seni kemudian dibina dan

diasramakan di asrama Asrama Peserta didik Darul Abror NW

yang dibina langsung oleh pembina pondok pesantren. Kesenian

tersebut meliputi:

a. Tilawah;

b. Kasidah/Harat.

Page 141: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

122

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil paparan data, temuan dan pembahasan maka

peneitian ini dapat disimpulkan menjadi dua kesimpulan utama:

Pertama : Kitab Ta’līm al-Muta’allim karya al-Zarnūjy yang terdiri dari

13 pasal selain bab pegantar (prolog) mengandung pendidikan nilai yang

berorientasi pada 5 pilar utama nilai etika : (1). Nilai berpikir positif (positive

thingking) seperti jujur, ikhlas, (2). Rendah diri (tawaddu’), (3), Respek terhadap

pendidik (ta’ziim al-mualim), (4). Nilai Sabar dan bekerjasama dan (5). Nilai

kedisiplinan.

Kedua : penerapan pendidikan nilai yag terkandung dalam kitab Ta’līm

al-Muta’allim di pondok pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak dengan

cara : (1). Memberikan contoh keteladanan, (2). Pembiasaan, (3). Penguatan

proses pembelajaran di kelas maupun di asrama dan (4). Memperbanyak

kegiatan ekstrakurikuler.

B. Saran

1. Bagi Pendidik dari kajian tentang internalisasi pendidikan nilai di pondok

pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak diharapkan menjadi kajian baru

bagi peningkatan kualiatas pendidikan Islam di pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak hal ini dapat terwujud dengan mensyaratkan

pembelajaran pendidikan Islam tidak hanya berorentasi pada dogma yang

sekedar berorentasi pada pengetahuan dan kepandaian dengan ranah

kognitif yang dijadikan acuan dan prioritas, akan tetapi bagaimana proses

pembelajaran pendidikan Islam ini dapat dikembangkan pada nalar moral

yang beretika sehingga pada akhirnya mampu menciptakan peserta didik

yang mempunyai multiple intelegen. Di samping itu diharapkan bagi para

pendidik untuk tidak sekedar menstranfer pengetahuan, tapi juga transfer

nilai, serta uswah hasanah (teladan) bagi peserta didiknya.

Page 142: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

123

2. Bagi lembaga Pendidikan diharapkan dapat bekerjasama dengan

masyarakat yang nantinya dapat mengakomudir berbagai kebutuhan

pendidikan di dalam masyarakat.

3. Bagi Masyarakat diharapkan dapat berfungsi sebagai patner atau mitra

yang sama-sama peduli terhadap keberlangsungan pendidikan, karena

hubungan masyarakat dengan pondok pesantren pada hakikatnya

merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan

menumbuh kembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di lembaga

pendidikan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi terkait bagaimana

internalisasi pendidikan nilai kepada peserta didik di pondok pesantren Darul

Abror NW Gunung Rajak, terdapat beberapa saran untuk meningkatkan

pendidikan nilai di pesantren tersebut, hal tersebut dikarenakan pondok

pesantren Darul Abror NW Gunung Rajak memiliki kekurangan dibanding

dengan beberapa pesantren yang lain yang dipandang berhasil dalam

menginternalisasikan pendidikan nilai, khususnya nilai-nilai dalam kitab

Ta’lim al-Muta’allim.

Page 143: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

124

DAFTAR PUSTAKA

A. Azizy, Qodri, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta: Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003.

Abdul Mujib, Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya, 1993.

Abūd, Abd al-Ghinà. al-Fikr al-Tarbawiyy 'inda al-Ghaz ly kama Yabdū min

Ris latih (Ayyuhà al-Walad. Beirut: D r al-Fikr al-'Arabiy, 1982. Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2001. Ahwani, A mad Fu d. al-Tarbiyat fī al-Isl m aw al-Ta‘līm fī Ra’s al-Qabis. Al-

Q hirat: ‘ sa al-B bi al-Halabi, 1955.

Agama RI, Kementrian. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.

Al-Alūsy, Ma mūd. Rū al-Ma' nī fi Tafsīr al-Qur' n al-A īm wa al-Sab' al-

Math nī. Bairut: D r al-I y ' al-Tur th al-‘Araby, t.t. Al-Būty, Muhammad. Tajribat al-Tarbiyat al-Isl miyyat fi Mi’y n al-‘Amal.

Damsyiq: Al -Maktabah al-Ummawiyyah, 1961. Al -Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Ihya’ Ulum al-Din. Beirut: Darul Ma’rifah,

tt. Al-Masr , Abdull h. Lamhat fī Was 'il al-Tarbiyat al-Isl miyyat wa G yatih .

Beirut: D r al-Fikr, 1965.

Al-Kan ny, Ibn Jam ’ah. Tadhkirat al-S mi’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘ lim wa al-Muta’allim. Beirūt: D r al-Kutub al-‘Ilmiyyat, tt.

Al -M wardi, Ali ibn Muhammad ibn Habib. Ad b al-Duny wa al-DīnṬ Beirut:

D r Iqra’, 1985. Al -Munawar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai-nilai Al Qur'an dalam Sistem

Pendidikan Islam. Ciputat: Ciputat Press, Ciputat, 2005.

Al -Nahlaw , Ahmad. Usus al-Tarbiyah al-Islmiyyah wa uruq Tadrīsih . Damsyiq: D r al-Nah ah al-‘Arabiyyah, 1963.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Page 144: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

125

Afandi, Mochtar. The Method of Muslim Learning as Illustrated in al-Zarnuji’s Ta‘līm al-Muta‘allim ariq al-Ta‘allum. Jakarta: Depag RI, 1993.

Azwar, Saifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Dewantara, Ki Hadjar. Karya Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Taman Peserta

didik, 1962. Dhofier, Zamaksyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

Jakarta : LP3ES, Cet.III, 1982 Djudi. Konsep Belajar Menurut al-Zarnuji. Yogyakarta: Pusat Penelitian IAIN

Sunan Kalijaga, 1997. El Mubarok, Zaim. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta, 2013. Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Dan Aplikasi. Malang:

Yayasan Asih Asuh Malang, 1990. Frondizi, Riseri. Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2001. H. Khalifah. Islam Berbagai Perspektif: Didedikasikan Untuk 70 Tahun Prof. Dr.

H. Munawir Sadzali, M.A.Yogyakarta: LPMI,1995.

Hamzah. b. Uno. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif). Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Hasan, A. Kesopanan Tinggi. Bandung: CV. Diponegoro, 1993. Ibn Hambal, Ahmad. Musnad al-im m A mad Ibn ambal. Beirūt: D r al-Fikr,

1991. Ibn Ism ’ l, Ibr h m. Syar Ta’līm al-Muta’allim. Indonesia: D r I y al-Kutub

al-‘Arabiyat, tt. Isna Aunillah, Nurla. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah.

Jogjakarta: Laksana, 2011. J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005. Kartono, Kartini. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis. Bandung: Mandar Maju,

1992.

Kamallie, Saifullah, Hery Noer Aly. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Semarang: Asy Syifa’, 1993.

Page 145: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

126

Kattsof, Louis. Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986.

K. Yin, Robert. Studi Kasus Desain Dan Metode. Jakarta: Rajagrafindo Persada,

2012. Langeveld. Menuju Kepemikiran Filsafat. Jakarta: PT.Pembangunan, tth. Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke 21. Jakarta: Pustaka

Al -Husna, 1988.

Lickona, Thomas. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books,1992.

Lubis, Mawardi. Evaluasi Pendidikan Nilai. Bengkulu: Pustaka Pelajar, 2014

Mardalis. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Mcallister, Albert. Education Psychology for Childern. Texas, Texas University

Press, 1982. Megawangi, Ratna. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007.

Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Muhaimain. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: PSAPM,

2003.

Muhaimin dkk,. Startegi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media, 1996.

Nata, Abuddin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Noer Aly, Hery. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Noer Deliar, Gerakan Modern Isam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES,

1980. Plessner, Martin. Encyclopedia Of Islam. London-New York: EJ.Brill’s, 1987. Qomar, Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta : Erlangga, 2008. Quthub, Mamūd. Hal Na nu Muslimūn. Beirut: D r al-Syarūq, 1973.

Page 146: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

127

Quzwain, M. Khatib. Mengenal Allah: Suatu Pengajian Mengenai Ajaran Tasawuf Syaikh Abdul Samad Al-Palimbani. Jakarta: Pustaka Bulan Bintang, tt.

Rahim Husni, Pola Pemberdayaan Masyarakat Mealui Pondok Pesantren. Jakarta: Tim

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003.

Rusydie, Salman. Tuntunan Menjadi Guru Favorit. Yogyakarta: FlashBooks, 2012.

S. Praja, Juhaya. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Siregar, Masarudin. Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun (suatu analisis

fenomenologi). Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisango

Semarang,1999

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Rosdakarya, 2011. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R & D). Bandung: Alfabeta, 2010. Suparno dkk, Paul. Pendidikan Budi Pekerti Untuk SMU-SMK. Yogyakarta:

Kanisius, 2003. Sutisna, Oteng Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa, 1989. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 1992. Toha, Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996.

Tu’u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Anak. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004.

Usman, Ahmad. Al-Ta’lim Inda Burhanul Islam Al-Zarnuji. Kairo:Maktabah Al-

Anjalu Al-Misriyah, 1989. Wahid, Abddurrahman. Pondok Pesantren Masa Depan, Bandung :Pustaka

Hidayah, 1999. Wiyani, Novan Ardy. Manajemen Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia,

2012. Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.

Page 147: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

128

Zain, Habib ibn Ibrahim ibn Sumaith. Al-Manhaj al-Sawy. Hadramaut: Dar al-Ilm Wa al-Da’wah, 2005.

Zamroni. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara

Wacana,1992. Zein, Muhammad. Methodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: AK Group,

1995. Zubaidi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Media, 2011. Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,

Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Yulianti Zakiyah, Qiqi. Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.

Bandung: Pustaka Setia, 2014

Page 148: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

129

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 149: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

130

CURRICULUM VITAE

Nama : IMRAN

Jeni Kelamin : Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir : Batu Ngoek, 1 Oktober 1976

Pekerjaan : Guru

Alamat Rumah : Batu Ngoek Desa Rensing Kec. Sakra Barat

PENDIDIKAN

1. Tamat SD : 1989

2. Tamat MTs : 1992

3. Tamat MA : 1995

4. Tamat IAIH NW Lotim : 2003

PENGALAMAN PEKERJAAN

- Sebagai Guru di MA Muallimin NW Gunung Rajak dari tahun 2000 sampai sekarang

Page 150: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

131

PROFIL MADRASAH TSANAWIYAH NW GUNUNG RAJAK-SAKRA BARAT

1. Identitas Madrasah

b. Nama Madrasah : MTs NW Gunung Rajak c. NSM : 121252030064 d. Alamat Madrasah : Jl. Jurusan Montong Beter-Sukarara Kec. Sakra Barat Kab. : Lombok Timur 83671 e. Status Sekolah/Madrasah : Swasta f. Nama Yayasan : Pontren Darul Abror NW Gunung Rajak g. No. Akta Pendirian : Wx.85.144 Ts/3/88 h. Tahun Berdiri Madrasah : 1 Juli 1985 i. Status Akreditasi/Tahun : Terakreditasi B. SK.BAP S/M NTB No: 182/BAP-S/M/KP/X/2011.

2. Kelembagaan a. Akte Notaris Yayasan Nomor: 30 Tanggal: 13 Nopember 1999 Notaris: Lalu Sribawa, SH. b. Struktur Organisasi Pengurus Yayasan Kepala Madrasah : Muhammad Zainul Pahmi, M.Pd Wakil bid Kurikulum : Ll. Agus Ahadi Ashri, S.Hi Wakil bid Kesiswaan : Nurun Nizar, S.Pd Wakil bid Sarana : Lalu Ahmad Amin, S.Pd.I Wakil bid Humas : Ahmad Taufik Hidayat, S.Pd Operator : Ll. Agus Ahadi Ashri, S.Hi

3. Visi Dan Misi a. Visi Madrasah “Beriman Taqwa Berakhlak Mulia, Cerdas Terampil dan Berbudaya” b. Misi Sekolah

1. Menciptakan generasi yang berpotensi dalam bidang imtaq dan ilmu pengetahuan;

2. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, iovatif sesuai dengan perkembangan zaman;

3. Membangun citra madrasah sebagai mitra terpercaya di masyarakat;

c. Visi Sekolah 1. Memiliki peserta didik/siswi yang berakhlakul karimah dan berprestasi

dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan; 2. Mengurangi angka mengulang kelas; 3. Menekan angka drop out (DO) 4. Seratus persen peserta didik/siswi yang tamat dapat melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi; 5. Memiliki tim kesenian dan olahraga yang berpretasi;

Page 151: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

132

NAMA TENAGA PENDIDIK/ KEPENDIDIKAN MTS NW GUNUNG RAJAK

No Nama Ijazah

Terakhir Mata Pelajaran Yg Diajarkan

Jabatan/Status

1 M Zainul Pahmi, M.Pd. S.2. Bhs. Inggris Kepala Madrasah 2 TGH. Zaenul Mukhlis. SLTA Mulok/Ke-NW-an Ketua Yayasan 3 TGH.Lalu Anas Hasyri S.1 Ta’limul Muta’allim Pengasuh Pontren 4 HL.Hasbullah H., S.PdI S.1 Mulok/Ke-NW-an GTY/Pembina 5 Muslimin, S.Pd. S.1 BP/BK PNS 6 Baik Siti Rauhun, S.Pd. S.1 IPS GTY/Wali Kls 7 Siti Atkah, S.Pd S.1 Bhs. Indonesia GTY 8 L.A Amin, S.PdI S.1 Qur'an Hadits GTY/Waka Sarpra 9 H.Muh.Zainuddin, S.Pd.I. S.1 Fiqih Honorer 10 Abdul Haris Alimudin,S.Pd. S.1 IPS GTY/Kabag Perpus 11 Ll. Agus Ahadi Ashri, SHI. S.1 Bhs. Arab GTY/Waka Kur 12 Baiq Endang Yuliana, S.Pd S.1 Matematika GTY/Wali Kls 13 Suharni, S.Pd. S.1 Matematika GTY/Wali Kls 14 Nurun Nizar, S.Pd.I. S.1 IPA GTY/Wali Kls 15 Lalu Sunardi, S.Pd.I. S.1 Aqidah Akhlak GTY/Wali Kls 16 A. Taufik Hidayat, S.Pd. S.1 Bhs. Indonesia GTY/Waka Humas 17 Sarjan Nur Akbar, SS. S.1 Fiqih GTT 18 Anita Hartuty, S.Pd. S.1 Bhs. Inggris GTT 19 Dzulmaidi Rahman, S.Sos. S.1 PKn GTY 20 Muhammad Amrullah, SS. S.1 Ke-NW-an GTY 21 Zunnurain, S.PdI S.1 TIK GTY/Wali Kls 22 Baiq Nur Awaliah, SS. S.1 Seni Budaya GTY 23 L. M. Alawi, S.Pd. S.1 Mulok Qurtaj GTY/Bendahara 24 Heri Ardian Syah, S.Pd. S.1 Penjaskes GTY 25 Lalu Zainul Zamani, S.Pd.I. S.1 SKI GTY 26 Azmil Irni, S.Pd. S.1 Bhs. Inggris GTT 27 Yuliana, S.Pd. S.1 Bhs. Inggris GTT 28 Hilmi Mardiati, S.Pd. S.1 IPA GTY 29 Pahriah, S.Pd.I. S.1 SKI GTY 30 Husnul Khatimah, S.Pd.I. S.1 Aqidah Akhlak GTY 31 Nur Zaitun, S.Pd. S.1 TIK GTY 33 Lalu Rahmatullah, S.Pd. S.1 Penjaskes GTY 34 Lalu Dalilul Falihin, S.Si. S.1 Mulok Fisika KTU 35 Bq. Indana Zulfa, QH. S.1 Bhs. Arab GTY 36 L.M. Shirojuttholibin, S.Pd.I S.1 SKI GTY 36 Abdul Manaf, S.Pd. S.1 Penjaskes GTY

Page 152: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

133

PROFIL MA MU’ALLIMIN NW GUNUNG RAJAK-SAKRA BARAT

A. Identitas Madrasah

1. Nama Sekolah/Madrasah : MA Mu’allimin NW Gunung Rajak 2. Nomor Statistik Madrasah : 131252030041 3. Alamat Sekolah/Madrasah : Jalan Jurusan Montong Beter-Sukarara Kecamatan : Sakra Barat Kabupaten : Lombok Timur Provinsi : Nusa Tenggara Barat Kode Pos : 83671 4. Status Madrasah : Swasta 5. Nama Yayasan : Pontren Darul Abror NW Gn. Rajak 6. No. Akta Pendirian : WX/I-b/173/2001 Tanggal, 16 Maret 2001 7. Tahun Berdiri Madrasah : 1999 8. Status Akreditasi/Tahun : Terakreditasi B. SK. BAP-S/M NTB No:

182/BAN-SM/KP/X/2011. Tanggal 29 Oktober 2011 9. NPSN : 50222548 10. No. Telpon/HP : Hp. 0817 577 4436

B. Kelembagaan

1) Struktur Organisasi Kepala Madrasah : Imran, S.Pd.I Wakil bid Kurikulum : Abdul Hayyi Nukman, S.Pd.I Wakil bid Kesiswaan : Hilman, M.Pd Wakil bid Sarana : L.M. Alimuddin, S.Pd.I Wakil bid Humas : Masyhudi Darsi, M.Pd Operator : M. Taufiqurrahman

2) Visi Dan Misi Visi Madrasah “Terwujudnya Peserta didik Yang Berprestasi, Beriman Taqwa Serta Berakhlak Mulia” Misi Madrasah 1. Meningkatkan prestasi dan persentase kelulusan dengan meningkatkan

efektivitas pembelajaran dikelas serta mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler yang bernuansa islami;

2. Mengintegrasikan nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh SWT serta budi pekerti luhur dalam setiap mata pelajaran;

3. Memotivasi peserta didik agar dapat mengenali potensi diri dan berkembang secara optimal serta mengikat hubungan kerjasama sengan semua komponen madrasah.

Page 153: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

134

NAMA TENAGA PENDIDIK/ KEPENDIDIKAN MA MU’ALLIMIN NW GUNUNG RAJAK

No Nama Guru Jabatan Pend.

Terakhir Mapel yang

diampu 1 TGH. Zainul Mukhlis Ketua Yayasan S.1 Ke NW an 2 TGH. L. Anas Hasryi Pengasuh S.1 Ta’lim Mutaallim 3 Imran, S.Pd.I Kepala Madrasah S.1 Fiqih, Ski 4 Masyhudi Darsi, M.Pd GTY S.2 B.Indo 5 H. Kharil Anwar, SE,M.Pd KOMITE S.2 BP/ BK 6 Drs. H. Masrun, M.Pd GTY S.2 SKI 7 L. Shalihin, S.Si Kepala LAB IPA S.1 Biologi 8 Samsul Bahri, S.Pd GTY S.1 Penjaskes 9 Ahmad Syahid, S.E Wali Kelas S.1 Ekonomi 10 B. kartini, S.Pd GTY S.1 Ekonomi 11 Muslihin,SP GTY S.1 Kimia 12 Ismail, S.Pd Wali Kelas S.1 Matematika 13 Rosmiliwati, S.T. Wali Kelas S.1 Matematika 14 Abd Hayyi Nu’man,S.Pd.I Waka Kurikulum S.1 Sosiologi 15 Rul Wazni, S.Pd GTY S.1 Bhs. Indo. 16 Syamsul Rijal, S.Pd Pembina Seni S.1 Seni Budaya 17 Sri Ramdlani, S,Pd PUSTAKAWAN S.1 Biologi, SB 18 L. Ahmad Mursyidi, S.Pd.I GTY S.1 TIK 19 Anita Hartuty, S.Pd Wali Kelas S.1 Bhs.Inggris 20 B. Muhiyatul Hikmah,SP Wali Kelas S.1 Fisika 21 Nurhasanah, S.Pd GTY S.1 Matematika 22 M. Sirojuttholibin, S.Pd.I GTY S.1 Bhs. Arab 23 Kartini, S.Pd.I GTY S.1 Kimia 24 Lalu Dalilul Palihi, S.Si GTY S.1 Fisika 25 Abu Bakar, S.Pd.I Wali Kelas S.1 Bhs. Arab 26 Sabaruddin, S.Pd.I Waka Humas S.1 PKn 27 Hilman, S.Pd.I WAKASIS S.2 Bhs. Inggris 28 Nurul Wardiani, S.Pd GTY S.1 B.Indonesia 29 Yudiawan, S.Pd. Wali Kelas S.1 Matematika 30 M.Sobri, S.Pd. GTY S.1 Penjaskes 31 Burhanuddin KTU S.1 SKI 32 Azmil Irni, S.Pd GTY S.1 Bahasa inggris 33 LM. Alimuddin, S.Pd.I Waka Sarana S.1 Sejarah, Geografi 34 M. Hamdan, S.Pd. GTY S.1 TIK 35 Rabiatul Adawiyah, S.Pd GTY S.1 Geografi 36 Wildan Azhari, SH.I GTY S.1 Qura'n Hadits 37 Mariani, SE GTY S.1 Geografi 38 Muh. Zainul Efendi, S.Pd GTY S.1 Kimia 39 B. Indana Zulfa, S.Pd GTY S.1 Akidah Akhlak 40 A Taufikurrahman, S.Pd Staf TU SMA KTU 41 Baiq Arnawati, S.Pd Staf TU S.1 TU 42 Nurhidayati, S.Pd.I Staf TU S.1 TU

Page 154: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

135

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1: Kegiatan Imtaq setiap hari senin dan jum’at selesai membaca al-qur’an dan hizib NW

Gambar 2: Kegiatan Sholat Bejamaah di Masjid dan Irsyadat Wattaujihat

setelahnya

Page 155: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

136

Gambar 3: Kegiatan Hadrah

Gambar 4: Kegiatan Kasidah Tradisional

Page 156: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

137

Gambar 5: Kegiatan Tahfiz Ayat-ayat pendek

Gambar 6: Kegiatan Internalisasi Disiplin oleh Polisi

Page 157: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

138

Gambar 7: Kegiatan Internalisasi Disiplin oleh TNI

Gambar 8: Kegiatan Pengajian Kitab Ta’lim al Muta’alim

Page 158: TESIS - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/437/1/Imran 154141042.pdf · Tesis ini mengkaji tentang pendidikan nilai yang tercermin dalam kitab Ta’līm Al-Muta’allim,

139

Gambar 9: Kegiatan ektrakurikuler

Gambar 10: Kegiatan Bimbingan Konseling