88
i TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK MENURUNKAN KADAR FENOL, AMONIA, ION KLORIDA, DAN COD DARI PROSES BIODEGRADASI AIR LIMBAH YANG MENGANDUNG RHODAMIN B SRI DIAN MEITA SARI NIM 1391261010 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

  • Upload
    dothuy

  • View
    236

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

i

TESIS

PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN

UNTUK MENURUNKAN KADAR FENOL, AMONIA, ION KLORIDA,

DAN COD DARI PROSES BIODEGRADASI AIR LIMBAH YANG

MENGANDUNG RHODAMIN B

SRI DIAN MEITA SARI

NIM 1391261010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

ii

PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN

UNTUK MENURUNKAN KADAR FENOL, AMONIA, ION KLORIDA,

DAN COD DARI PROSES BIODEGRADASI AIR LIMBAH YANG

MENGANDUNG RHODAMIN B

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

SRI DIAN MEITA SARI

NIM 1391261010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 24 JUNI 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS

NIP 196703031994031002 NIP 196003181985031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS

NIP 196703031994031002

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K).

NIP 195902151985102001

Page 4: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 11 Juni 2015

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No : 1725/UN.14.4/HK/2015

Tanggal : 4 Juni 2015

Panitia Penguji Tesis adalah :

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS

Anggota :

1. Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS

2. Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS

3. Dra. Iryanti Eka Suprihatin, M.Sc, PhD.

Page 5: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sri Dian Meita Sari

NIM : 1391261010

Program Studi : Magister Ilmu Lingkungan

Judul Tesis : Pemanfaatan Biosistem Tanaman untuk Menurunkan Kadar

Fenol, Amonia, Ion Klorida dan COD dari Proses Biodegradasi

Air Limbah yang Mengandung Rhodamin B

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat :

Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 15 Juni 2015

Hormat Saya,

Sri Dian Meita Sari

Page 6: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena

atas asung wara nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan baik.

Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis juga mendapat bimbingan, bantuan

serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS selaku

pembimbing akademik sekaligus pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah

memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti

program magister, khususnya dalam penyelesaian Tesis ini. Kepada Prof. Dr. Ir. I

Gede Mahardika, MS selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran telah memberikan bimbingan, nasehat, saran dan pengarahan dalam

proses penyusunan Tesisini.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika SpPD KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program

Magister di Universitas Udayana. Kepada Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr.

dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S. (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I

Wayan Budiarsa Suyasa, MS, Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan program Magister. Kepada Prof. Dr. Ida Bagus Putra Manuaba, M.Phil

selaku Kepala Laboratorium UPT Analitik Universitas Udayana atas ijin dan

fasilitas yang diberikan selama penulis melaksanakan penelitian.Ungkapan terima

kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis yaitu Prof. Dr. Ir. I Wayan

Suarna, MS dan Dra. Iryanti Eka Suprihatin, M.Sc, PhD, yang telah memberikan

masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti

ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada seluruh staf Dosen dan staf Tata Usaha di Program Studi Ilmu

Page 7: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

vii

Lingkungan Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan

dan dukungan kepada penulis. Kepada Drs. I Wayan Supartha, M.Pd dan Ir. Cok

Istri Putri Susilawati selaku orang tua dan seluruh keluarga penulis yang dengan

setia selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual Tesis ini dapat

terselesaikan. Kepada Putu Edi Yastika yang telah memberikan saran dan motivasi

selama penyusunan Tesis ini berlangsung dan kepada Rekan – rekan Mahasiswa

Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Udayana terutama

angkatan 2013 yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

penyelesaian Tesis ini.

Denpasar, 11 Juni 2015

Penulis

Page 8: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

viii

ABSTRACT

UNTILIZATION OF THE PLANT BIOSYSTEMS

TO REDUCE CONSENTRATION OF PHENOL, AMMONIA, CHLORIDE

ION AND COD OF THE BIODEGRADATION PROCESS IN WATER

WASTE WHICH CONTAINING RHODAMIN B

The biodegradation of Rhodamine B may not bedirectly result in CO2 and

H2O, rather other pollutans such as phenol, ammonia, and chloride ions. The

objective of this research are to determinethe effectivity of the biosystem plants

indegradating Rhodamine B and the capability to reducethe contents of phenol,

ammonia, chloride ionsand COD.

Concentration artificial waste Rhodamine B that used in this research are 1

mg/L. Seeding sediment using microorganism selected from dyeing waste disposal

located in the village Pemogan, South Denpasar than disseminated into a bath

biosystemin which had given the sand, pebbles and Ipomea carssicaulis.

Furthermore artificial waste Rhodamine B poured into the biosystem and waste

water were analyzed with the time range every 6 hours from 0 until 48 hours.

The results of the capability treatment system showed that the biosystems

of plants was capable to reduce optimals levels of Phenol from 24 to 30 hours of

processing amounted to 0.2906 mg / L, Ammonia from 24 to 36 hours of

processing amounted to 0.1452 mg / L, Ion Klorida and COD from 18 to 30 hours

of processing amounted to 2.127 mg / L and 3.848 mg / L. Biosystems plant is

effective to lowering levels of phenol and ammonia (above 50%), but less effective

in lowering levels of Chloride Ion and COD.

Keywords: Biosystems, biofiltration, biodegradation, rhodamine B, textile waste

Page 9: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

ix

ABSTRAK

PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN

UNTUK MENURUNKAN KADAR FENOL, AMONIA, ION KLORIDA,

DAN COD DARI PROSES BIODEGRADASI AIR LIMBAH YANG

MENGANDUNG RHODAMIN B

Biodegradasi Rhodamin B kemungkinan tidak akan langsung menjadi CO2

dan H2O namun bisa menimbulkan pencemaran lain seperti senyawa fenol,

amonia, dan ion klorida. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari

biosistem tanaman yang terjadi pada proses degradasi Rhodamin B dan

kemampuannya dalam menurunkan konsentrasi dari senyawa fenol, amonia, ion

klorida dan nilai COD (Chemical Oxygen Demand).

Limbah Rhodamin B yang digunakan adalah limbah buatan dengan

konsentrasi 1 mg/L. Seediing (pembibitan) sedimen dengan menggunakan sedimen

dari selokan disekitar pembuangan limbah pencelupan yang berlokasi di Desa

Pemogan, Denpasar Selatan. Mikroorganisme yang telah siap kemudian disebar ke

dalam bak biosistem yang di dalamnya telah diberi media pasir dan batu koral dan

tanaman Ipomea carssicaulis. Selanjutnya limbah buatan Rhodamin B dimasukkan

ke dalam biosistem dan air limbah dianalisis dengan rentang waktu setiap 6 jam

dari 0 sampai 48 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Biosistem tanaman mampu

menurunkan kadar Fenol tertinggi dari jam ke 24 pengolahan sampai jam ke 30

pengolahan sebesar 0,2906 mg/L, Amonia dari jam ke 24 pengolahan sampai jam

ke 36 pengolahan sebesar 0,1452 mg/L, Ion Kloridan dan COD dari jam ke 18

pengolahan sampai jam ke 30 pengolahan sebesar 2,127 mg/L dan 3,848 mg/L.

Biosistem tanaman efektif dalam menurunkan kadar Fenol dan Amonia (di atas

50%), namun kurang efektif dalam menurunkan kadar Ion Klorida dan COD

Kata kunci : Biosistem, biofiltrasi, biodegradasi, rhodamin B, limbah tekstil

Page 10: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

x

RINGKASAN

PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN

UNTUK MENURUNKAN KADAR FENOL, AMONIA, ION KLORIDA,

DAN COD DARI PROSES BIODEGRADASI AIR LIMBAH YANG

MENGANDUNG RHODAMIN B

Limbah industri tekstil sebagian besar mengandung pencemar berupa zat

warna yang digunakan pada proses pencelupan. Limbah yang mengandung bahan

pencemar akan mengubah kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak

mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada.

Saat ini telah banyak dikembangkan pengelolaan limbah secara biologi

(biosistem). Faktor yang menentukan efektivitas dalam sistem ini adalah

penggunaan mikroorganisme serta terbentuknya sistem biofiltrasi di dalam

biosistem. Biofiltrasi merupakan salah satu proses pengolahan limbah secara

biologi seperti menggunakan tanaman sebagai media penyerap limbah. Dengan

memanfaatkan aktivitas mikroorganisme diharapkan senyawa organik yang

terdapat dalam limbah tekstil akan terdegradasi menjadi senyawa yang lebih

sederhana dan tidak membahayakan kehidupan perairan. Proses biofiltrasi

memiliki banyak kelebihan diantaranya sangat efektif, biaya pembuatan kolam

biofiltrasi relatif murah, tanaman untuk biofiltrasi cepat tumbuh dan mudah

dipelihara, serta tidak membutuhkan operator dengan keahlian khusus.

Salah satu zat warna sintetik yang digunakan adalah Rhodamin B . Dalam

proses biodegradasi dari Rhodamin B, zat tersebut kemungkinan tidak akan

terdegradasi langsung menjadi CO2 dan H2O namun bisa menimbulkan dampak

pencemaran lain seperti senyawa fenol, amonia, dan ion klorida. Senyawa-

senyawa tersebut sangat berbahaya jika berada di perairan karena merupakan

polutan. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini perlu diketahui

efektivitas dari biosistem yang terjadi pada proses degradasi Rhodamin B dan

kemampuannya dalam menurunkan konsentrasi dari senyawa fenol, amonia, ion

klorida dan nilai COD (Chemical Oxygen Demand) sebagai indikator bahwa air

hasil dari pengolahan tidak membahayakan lingkungan.

Limbah Rhodamin B yang digunakan adalah limbah buatan dengan

konsentrasi 1 mg/L. Kemudian dilakukan seediing (pembibitan) sedimen dengan

menggunakan sedimen dari selokan disekitar pembuangan limbah pencelupan

yang berlokasi di Desa Pemogan, Denpasar Selatan. Mikroorganisme yang telah

siap kemudian disebar ke dalam bak biosistem yang di dalamnya telah diberi

media pasir dan batu koral dan tanaman Ipomea carssicaulis . Selanjutnya limbah

buatan Rhodamin B dimasukkan ke dalam biosistem dan air limbah dianalisis

dengan rentang waktu setiap 6 jam dari 0 sampai 48 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan biosistem tanaman

dalam menurunkan kadar polutan hasil degradasi Rhodamin B berupa Fenol,

Amonia dan COD dari jam ke 24 sampai jam ke 48 pengolahan berturut-turut

adalah : 0,7024 mg/L menjadi 0,1194 mg/L ; 0,2821 mg/L menjadi 0,1204 mg/L;

Page 11: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

xi

15,392 mg/L menjadi 9,620 mg/L. Untuk Ion Klorida turun dari jam ke 18

pengolahan dengan konsentrasi sebesar 26,588 mg/L sampai jam ke 48 menjadi

23,397 mg/L. Tingkat efektivitas biosistem tanaman dalam menurunkan kadar

Fenol, Amonia, Ion Klorida dan COD berturut-turut adalah sebesar 83,00 %,

57,32%, 12,00% dan 37,50%.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Biosistem tanaman mampu

menurunkan kadar Fenol tertinggi dari jam ke 24 pengolahan sampai jam ke 30

pengolahan sebesar 0,2906 mg/L, Amonia dari jam ke 24 pengolahan sampai jam

ke 36 pengolahan sebesar 0,1452 mg/L, Ion Kloridan dan COD dari jam ke 18

pengolahan sampai jam ke 30 pengolahan sebesar 2,127 mg/L dan 3,848 mg/L.

Biosistem tanaman efektif dalam menurunkan kadar Fenol dan Amonia (di atas

50%), namun kurang efektif dalam menurunkan kadar Ion Klorida dan COD.

Page 12: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................................i

PRASYARAT GELAR .......................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. .................................................................iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT....................................................v

UCAPAN TERIMA KASIH.. .............................................................................vi

ABSTRACT ........................................................................................................vii

ABSTRAK. .........................................................................................................viii

RINGKASAN .....................................................................................................ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1 Pencemaran Air di Lingkungan .......................................................... 6

2.2 Kualitas Limbah .................................................................................. 7

2.3 Kualifikasi Limbah Industri ................................................................ 8

2.4 Limbah Industri Tekstil.. ................................................................... 10

2.5 Rhodamin B.. .................................................................................... 11

2.5.1 Definisi dan Karakteristik Rhodamin B .................................. 11

2.5.2 Kegunaan dan Bahaya Rhodamin B ...................................... 12

2.6 Parameter Kualitas Air Limbah .......................................................... 12

2.6.1 Fenol ................................................................................ . 12

2.6.2 Amonia .................................................................................... 13

2.6.3 Ion Klorida (Cl-) ............................................................... . 15

2.6.4 Chemical Oxygen Demand (COD) ......................................... 15

2.7 Pengolahan Limbah Secara Biologi . ................................................ . 16

Page 13: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

xiii

2.7.1 Biofiltrasi ............................................................................. . 16

2.7.2 Sistem Saringan Pasir Tanaman ............................................. 17

2.8 Rhizodegradasi . ................................................................................ . 18

2.9 Tanaman Ipomea crassicaulis (Kangkungan).. ................................. . 19

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ......................................................................................... 22

3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 22

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 24

3.3 Hipotesis .............................................................................................. 27

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 28

4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 28

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.. ............................................................ 28

4.3 Ruang Lingkup Penelitian.. ................................................................. 29

4.4 Penentuan Sumber Data.. .................................................................... 29

4.5 Variabel Penelitian.. ............................................................................ 29

4.6 Bahan Penelitian.................................................................................. 29

4.7 Instrumen Penelitian............................................................................ 30

4.8 Prosedur Penenlitian............................................................................ 30

4.8.1 Penyediaan Tanaman untuk Biosistem .................................. 30

4.8.2 Sampling Sedimen ................................................................. 31

4.8.3 Penyiapan Konsorsium Mikroba yang Akan Ditambahkan ke

pada biosistem.. ....................................................................... 32

4.8.4 Pembuatan Limbah Rhodamin B.. .......................................... 33

4.8.5 Pengolahan dengan Biosistem Tanaman.. ............................... 33

4.9 Prosedur Pemeriksaan Parameter.. ...................................................... 34

4.9.1 Pemeriksaan Kadar Fenol ...................................................... 34

4.9.2 Pemeriksaan Kadar Amonia ................................................... 35

4.9.3 Penentuan Kadar Ion Klorida (Cl-).. ....................................... 36

4.9.4 Pemeriksaan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand).. ....... 37

4.10 Penentuan Tingkat Efektivitas Biosistem dalam Menurunkan

Kadar Polutan.. ................................................................................. 38

4.11 Analisis Data.. ................................................................................... 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 40

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

LAMPIRAN. ......................................................................................................... 59

Page 14: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

5.1 Kadar Fenol dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B dengan

Biosistem Tanaman ......................................................................... 41

5.2 Kadar Amonia dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman.. ........................................................... 44

5.3 Kadar Ion Klorida dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman .. .......................................................... 47

5.4 Kadar COD (Chemical Oxigen Demand)dari Proses Degradasi

Limbah Rhodamin B dengan Biosistem Tanaman .. ....................... 48

5.5 Efektivitas Biosistem Kadar Fenol dari Proses Degradasi Limbah

Rhodamin B dengan Biosistem Tanaman.. ..................................... 50

5.6 Efektivitas Biosistem Kadar Amonia dari Proses Degradasi

Limbah Rhodamin B dengan Biosistem Tanaman.. ........................ 51

5.7 Efektivitas Biosistem Kadar Cl- dari Proses Degradasi Limbah

Rhodamin B dengan Biosistem Tanaman.. ..................................... 51

5.8 Efektivitas Biosistem Kadar COD dari Proses Degradasi Limbah

Rhodamin B dengan Biosistem Tanaman.. ..................................... 51

Page 15: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Struktur Molekul Rhodamin B ........................................................ 12

2.2 Tanaman Ipomoea crassicaulis……………………………………. .... 20

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian……………..…………………… .... 23

3.2 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………… ... 26

4.1 Susunan Media dalam Bak Pengolahan Biosistem Tanaman…... ... 31

4.2 Wadah Pembibitan Mikroorganisme……………………………. .. 33

5.1 Kurva Penurunan Konsentrasi Fenol Hasil Proses Degradasi

Limbah Rhodamin B dalam Biosistem Tanaman………………… 43

5.2 Kurva Penurunan Konsentrasi Amonia Hasil Proses Degradasi

Limbah Rhodamin B dalam Biosistem Tanaman………………… 45

5.3 Kurva Penurunan Konsentrasi Ion Klorida Hasil Proses Degradasi

Limbah Rhodamin B dalam Biosistem Tanaman ………………… 47

5.4 Kurva Penurunan Konsentrasi COD Hasil Proses Degradasi

Limbah Rhodamin B dalam Biosistem Tanaman ………………….. 49

Page 16: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Perhitungan Kadar Fenol ................................................................. 59

2 Perhitungan Kadar Amonia……………………………………. .......... 62

3 Perhitungan Kadar Ion Klorida ……………..……………………. 65

4 Perhitungan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand)………....... ..66

5 Perhitungan Efektivitas Biosistem Tanaman …... ........................... 67

6 Isolasi Jenis Mikroorganisme dari Proses Degradasi Limbah

Rhodamin B dalam Biosistem Tanaman …………………………. 69

7 Dokumentasi Penelitian …………………...................................... 70

Page 17: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan

pakaian menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin besarnya permintaan

pasar terhadap produk garmen. Industri tekstil selain mampu meningkatkan

perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

ke lingkungan. Tanpa pengelolaan yang baik, maka limbah yang dihasilkan akan

mengakibatkan beban pencemar yang diterima oleh lingkungan menjadi

bertambah.

Limbah industri tekstil sebagian besar mengandung pencemar berupa zat

warna yang digunakan pada proses pencelupan. Pada proses pewarnaan tekstil

lebih banyak digunakan zat warna sintetik dibandingkan dengan zat warna alam

karena zat warna sintetik dapat memenuhi kebutuhan skala besar dengan warna

yang bervariasi dan lebih praktis dalam pemakaiannya (Montano, 2007 ;

Sastrawidana, 2011). Salah satu zat warna sintetik yang digunakan adalah

Rhodamin B. Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal,

berwarna merah atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan berwarna

merah terang berfluorensi. Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan

histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai

pewarna kertas dan tekstil. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan

phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia.

Page 18: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

2

Biasanya pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas, wol, dan sutra

(Djarismawati, 2004).

Dalam rangka pengendalian pencemaran lingkungan oleh limbah industri,

Pemerintah Republik Indonesia melalui KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995

tentang baku mutu limbah industri cair bagi kegiatan industri dan PP No 82 tahun

2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

mewajibkan pelaku pelaku industri yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar

dan berpotensi mencemari lingkungan harus dilengkapi dengan instalansi

pengolahan air limbah yang memadai. Namun pada kenyataannya masih banyak

pelaku industri yang belum menyediakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

yang memadai sehingga limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke badan air

dan tentu saja dapat mencemari lingkungan. Limbah yang mengandung bahan

pencemar akan mengubah kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak

mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada. Limbah

yang dilepas ke lingkungan dapat meracuni dan terakumulasi pada biota,

mengganggu ekosistem akuatik, mencemari air tanah, serta mengancam kesehatan

manusia.

Selama ini pengolahan limbah tekstil lebih menekankan pada cara fisika

dan kimia. Cara ini memang terbukti efektif dalam mengelola limbah namun

memiliki kekurangan yaitu belum bisa sepenuhnya diaplikasikan di lapangan

terutama oleh industri kecil dan menengah karena membutuhkan bahan kimia yang

banyak, biaya yang relatif tinggi dan menimbulkan lumpur yang banyak.

Page 19: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

3

Saat ini telah banyak dikembangkan pengelolaan limbah secara biologi

(biosistem). Faktor yang menentukan efektivitas dalam sistem ini adalah

penggunaan mikroorganisme serta terbentuknya sistem biofiltrasi di dalam

biosistem. Biofiltrasi merupakan salah satu proses pengolahan limbah secara

biologi seperti menggunakan tanaman sebagai media penyerap limbah. Pengolahan

limbah dengan menggunakan sistem biofiltrasi yaitu menggunakan biofilter

tanaman teraerasi terbukti efektif dalam meminimalkan bahan-bahan pencemar

seperti dalam air limbah pencelupan (Nailufary, 2008). Dalam proses biofiltrasi

digunakan tanaman air sebagai media filtrasi. Akar tanaman akan memberikan

lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan mikroba (Sumastri, 2009).

Penggunaan biosistem tanaman digunakan untuk pengolahan limbah pencucian

rumput laut dengan penambahan mikroorganisme aktif dalam penelitian yang

dilakukan oleh Suyasa dan Dwijani (2015) mampu menurunkan kadar COD

sebesar 117,32 mg/L selama 8 jam pengolahan.

Dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme diharapkan senyawa

organik yang terdapat dalam limbah tekstil akan terdegradasi menjadi senyawa

yang lebih sederhana dan tidak membahayakan kehidupan perairan. Proses

biofiltrasi memiliki banyak kelebihan diantaranya sangat efektif, biaya pembuatan

kolam biofiltrasi relatif murah, tanaman untuk biofiltrasi cepat tumbuh dan mudah

dipelihara, serta tidak membutuhkan operator dengan keahlian khusus.

Dalam proses biodegradasi dari Rhodamin B, zat tersebut kemungkinan

tidak akan terdegradasi langsung menjadi CO2 dan H2O namun bisa menimbulkan

dampak pencemaran lain seperti senyawa fenol, amonia, dan ion klorida.

Page 20: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

4

Senyawa-senyawa tersebut sangat berbahaya jika berada di perairan karena

merupakan polutan. Maka dalam penelitian ini perlu diketahui efektivitas dari

biosistem yang terjadi pada proses degradasi Rhodamin B dan kemampuannya

dalam menurunkan konsentrasi dari senyawa fenol, amonia, ion klorida dan nilai

COD (Chemical Oxygen Demand) sebagai indikator bahwa air hasil dari

pengolahan tidak membahayakan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah biosistem tanaman mampu menurunkan kadar senyawa fenol,

amonia, ion klorida dan kandungan beban pencemar kimia lain yang sulit

dioksidasi (COD) yang terjadi pada proses biodegradasi Rhodamin B

dalam limbah yang mengandung Rhodamin B.

2. Seberapa besar efektivitas biosistem tanaman dalam menurunkan

konsentrasi senyawa fenol, amonia, ion klorida dan kandungan beban

pencemar kimia lain yang sulit dioksidasi (COD) dari proses biodegradasi

air limbah yang mengandung Rhodamin B.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menentukan kemampuan biosistem tanaman dalam menurunkan kadar

fenol, amonia, ion klorida dan kandungan beban pencemar kimia lain yang

sulit dioksidasi (COD) dari proses biodegradasi air limbah yang

mengandung Rhodamin B.

Page 21: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

5

2. Menentukan efektivitas biosistem tanaman dalam menurunkan kadar fenol,

amonia, ion klorida dan kandungan beban pencemar kimia lain yang sulit

dioksidasi (COD) dari proses biodegradasi air limbah yang mengandung

Rhodamin B.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menghasilkan teknologi remediasi zat warna Rhodamin B. Dengan inovasi

penggunaan konsorsium mikroorganisme dalam meningkatkan

kemampuan dan efektivitas pengolahan limbah/air dari zat warna dalam

biofilter sistem tanaman (biosistem).

2. Diharapkan dengan teknologi ini akan memberikan alternatif pengelolaan

limbah tekstil yang lebih efisien, murah serta ramah lingkungan.

Page 22: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air di Lingkungan

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input)

menjadi keluaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri

dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan

melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang

ditimbulkan oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan

mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3). Bahan pencemar keluar

bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air, dan tanah

yang merupakan komponen ekosistem alam. Bahan buangan yang keluar dari

pabrik dan masuk ke lingkungan dapat diidentifikasikan sebagai sumber

pencemaran, dan sebagai sumber pencemaran perlu diketahui jenis bahan

pencemar yang dikeluarkan, kuantitas dan jangkauan pemaparannya.

Sumber bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan menjadi :

Industri kimia organik maupun anorganik, Penggunaan B-3 sebagai bahan baku

atau bahan penolong, proses kimia, fisika, dan biologi di dalam pabrik.

Lingkungan sebagai wadah penerima akan menyerap bahan limbah tersebut sesuai

dengan kemampuan asimilasinya, dimana wadah penerima (air, udara, tanah)

masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, misalnya air pada suatu

saat dan tempat tertentu akan berbeda karakteristikya dengan air pada tempat yang

Page 23: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

7

sama tetapi pada saat yang berbeda. Perbedaan karakteristik air tersebut

merupakan akibat peristiwa alami dan juga faktor lain.

Limbah air bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air

dalam proses produksinya. Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan

partikel, baik yang larut maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan

ada yang halus. Kerap kali air buangan pabrik berwarna keruh dan bersuhu tinggi.

Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat diidentifikasi secara

visual dari kekeruhan, warna, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya.

Sedangkan identifikasi secara laboratorium ditandai dengan perubahan sifat kimia

air. Jenis industri yang menghasilkan limbah cair di antaranya adalah industri pulp

dan rayon, pengolahan crumb rubber, besi dan baja, kertas, minyak goreng, tekstil,

electroplating, polywood dan lain – lain (Kristianto, 2004).

2.2 Kualitas Limbah

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah

kandungan bahan pencemarnya. Kandungan pencemar di dalam limbah terdiri dari

beberapa parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil

konsentrasinya, menunjukkan semakin kecil peluang untuk terjadinya pencemaran

lingkungan. Beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat masuknya limbah ke

dalam lingkungan:

a. Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan karena

volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah sedikit

dengan konsentrasi yang kecil.

b. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran.

Page 24: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

8

c. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah: Volume

limbah, kandungan bahan pencemar, frekuensi pembuangan limbah (Kristianto,

2004).

2.3 Klasifikasi Limbah Industri

Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah yang

mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis.

Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana dengan melalui suatu

proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah. Misalnya dalam pabrik gula,

tetes merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri

alkohol, sedangkan ampas tebu sebagai limbah dari pabrik gula juga dapat

dijadikan bahan baku untuk industri kertas karena mudah dibentuk menjadi bubur

pulp.

Limbah non-ekonomis adalah suatu limbah walaupun telah dilakukan

proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali

sekedar untuk mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini sering

menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat dibagi menjadi:

a. Limbah cair

Limbah bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan

air dalam proses produksinya. Di samping itu adapula bahan baku yang

mengandung air, sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut harus

dibuang. Sebagai contoh, air yang digunakan untuk mencuci suatu bahan

Page 25: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

9

sebelum diproses lebih lanjut. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan adanya

air buangan. Pada beberapa jenis industri tertentu, misalnya industri pengolahan

kawat, seng, besi-baja, sebagian besar air digunakan untuk pendinginan mesin

ataupun dapur pengecoran. Air dipompa dari sumbernya, kemudian dilewatkan

pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan, untuk selanjutnya

dibuang. Oleh karena itu, pada saluran pembuangan pabrik terlihat air mengalir

dalam volume yang cukup besar.

Air dari pabrik tekstil membawa sejumlah padatan dan partikel, baik

yang larut maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan ada yang

halus. Kerap kali air limbah tekstil buangan pabrik berwarna keruh dan bersuhu

tinggi. Air limbah tekstil yang tercemar mempunyai ciri yang dapat

diidentifikasikan secara visual dari kekeruhan, warna, rasa, bau yang

ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium

ditandai dengan perubahan sifat kimia air.

b. Limbah gas dan partikel

Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara.

Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan

dibawa angin sehingga akan memperluas jangkauan paparannya.

c. Limbah padat

Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan,

lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat

dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur ulang

dan yang tidak memiliki nilai ekonomis(Kristanto,2004).

Page 26: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

10

2.4 Limbah Industri Tekstil

Proses industri tekstil menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah padat

berasal dari proses pembuatan kain, benang, serat-serat kain, dan sampah dari

kegiatan lain yang menunjang produksi, sedangkan limbah cair berasal dari proses

pengkanjian benang, proses penghilangan zat pelumas dari serat sintetis sebelum

proses penenunan, dan dari proses pencelupan (Nemerow dan Dasgupta, 1991).

Limbah cair merupakan masalah utama dalam pengendalian dampak lingkungan

industry tekstil karena memberikan dampak yang paling luas. Hal ini disebabkan

karakteristik fisik maupun kimianya yang memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan.

Pada industri tekstil dilakukan proses basah yang memerlukan bermacam

zat warna, bahan kimia, dan pembantu penyempurnaan bahan tekstil. Sebagian zat-

zat tersebut teradsorpsi oleh bahan tekstil dan tetap akan berada dalam tekstil

sampai proses selesai, sedangkan sisanya berada dalam larutan dan akan terbuang

bersama air bekas proses basah. Zat-zat dalam air buangan tersebut berpotensi

menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Air limbah industri tekstil dapat

dengan mudah dikenal karena warnanya. Cemaran zat warna ini bervariasi baik

jenis maupun jumlahnya. Warna selalu jadi kontaminan pertama pada limbah cair.

Limbah industri yang berwarna tidak hanya menimbulkan polusi secara visual,

tetapi dapat meningkatkan resiko kerusakan lingkungan dan kesehatan (Cascio,

1994). Pada industri tekstil pewarna yang biasa digunakan adalah pewarna sintetik.

Pewarna sintetik banyak digunakan dalam industri tekstil karena memiliki sifat

yang lebih baik dibandingkan dengan senyawa pewarna alami. Keunggulan dari

Page 27: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

11

senyawa sintetik adalah mudah diperoleh dengan komposisi yang tetap,

mempunyai aneka warna, lebih tahan lama, mudah cara pemakaiannya, dan

harganya relatif murah (Awaluddin et al. 2001).

2.5 Rhodamin B

2.5.1 Definisi dan Karakteristik Rhodamin B

Rhodamin B dalam dunia perdagangan sering dikenal dengan nama tetra

ethyl rhodamin, rheonine B, D dan Red no. 19, C.I. Basic violet 10, C.I. No. 45170

(Yuliarti, 2007). Zat pewarna berupa kristal-kristal hijau atau serbuk ungu

kemerahan, sangat larut dalam air dengan warna merah kebiruan dan sangat

berfluorensi. Rhodamin B dapat menghasilkan warna yang menarik dengan hasil

warna yang dalam dan sangat berpendar jika dilarutkan dalam air dan etanol

(Rohman dan Sumantri, 2007).

Rhodamin B sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah

kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut

dalam alkohol, HCl, dan NaOH. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan

sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th, dan titik leburnya

1650C (Cahyadi, 2006).

Dalam molekul Rhodamin B terdapat ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi

dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah. Rumus

molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar

479.000. Aizen Rhodamine dan Brilliant Pink B. Sedangkan nama kimianya adalah

N – [9 – (Carboxyphenyl) – 6 – (diethylamino) – 3H – xanten – 3 – ylidene] –

Nethylethanaminium clorida dengan struktur molekul:

Page 28: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

12

Gambar 2.1

Struktur Molekul Rhodamin B

(Al-Kadhemy et al. 2009)

2.5.2 Kegunaan dan Bahaya Rhodamin B

Rhodamin B digunakan sebagai reagen untuk antimony, bismuth, tantalum,

thallium, dan tungsten. Rhodamin B merupakan zat pewarna tekstil, sering

digunakan untuk pewarna kapas wol, kertas, sutera, jerami, kulit, bambu, dan dari

bahan warna dasar yang mempunyai warna terang sehingga banyak digunakan

untuk bahan kertas karbon, bolpoin, minyak/oli, cat dan tinta gambar.

Di dalam Rhodamin B terdapat ikatan dengan klorin (Cl) yang

menyebabkan senyawa ini reaktif dan berbahaya. Ditemukannya bahaya yang

sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom

Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila

masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada adalah termasuk dalam

halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan

toksik dan karsinogen (Cahyadi, 2006).

2.6 Parameter Kualitas Air Limbah

2.6.1 Fenol

Fenol merupakan molekul aromatik yang mengandung gugus hidroksil

Page 29: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

13

yang terikat pada struktur cincin aromatik dan mudah larut dalam air (Patrick,

2004). Fenol dikenal dengan nama asam karbolat yang merupakan jenis asam yang

lebih kuat dari alkohol sehingga cukup toksik pada jaringan dan berbau sangat

menyengat (Hart et al. 2003). Fenol sulit didegradasi oleh organisme pengurai

sehingga dapat masuk dengan mudah ke tubuh manusia melalui pencernaan dan

pernafasan ( Khafilzadehet al. 2010).

Fenol dan senyawa turunannya adalah senyawa yang menjadi salah satu

parameter kualitas air olahan dari limbah cair industri tekstil. Fenol dan senyawa

turunannya merupakan zat berbahaya dan beracun. Dalam konsentrasi tertentu

masuknya fenol dan turunannya dapat menyebabkan efek karsinogenik pada

binatang dan manusia. Dalam pengelolaan lingkungan, berbagai upaya dilakukan

untuk mengurangi pencemaran fenol dan senyawa turunannya antara lain dengan

metode elektrolisis, oksidasi, ekstraksi, filtrasi melalui membran cair dan metode

adsorpsi. (Fatimah, 2006).

2.6.2 Amonia

Gas amonia (NH3) dapat terbentuk sebagai hasil penguraian/pembusukan

protein yang terdapat dalam limbah atau sampah organik, baik yang berasal dari

limbah rumah tangga maupun industri. Gas amonia berbau busuk dan jika terhirup

dalam pernafasan dapat berakibat mengganggu kesehatan, molekul amonia (NH3)

biasanya membentuk ion amonium (NH4+). Dengan demikian, kadar amonia dalam

air atau limbah cair selalu ditentukan sebagai ion ammonium (Banon dan Suharto,

2008). Sumber amonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik

(protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air,

Page 30: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

14

berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah

mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur, yang dikenal dengan amonifikasi.

Proses amonifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi

NO3-N NO2-N+ O2 NH3-N + O2 N organik + O2

amonifikasi nitrifikasi

Feses dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga

banyak mengeluarkan amonia. Sumber lain amonia di perairan adalah reduksi gas

nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri dan

domestik (Effendi, 2003).

Amonia dalam air berhubungan erat dengan siklus nitrogen di alam. Dalam

siklus nitrogen, amonia dapat terbentuk dari (Sutrisno, 2002) :

a. Dekomposisi bahan-bahan organik yang mengandung nitrogen yang

berasal dari feses hewan yang diuraikan oleh bakteri.

b. Hidrolisis urea yang terdapat dalam urine hewan.

c. Dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati

oleh adanya bakteri.

d. Dari nitrogen di atmosfer dan reduksi NO2- oleh bakteri.

Senyawa nitrogen seperti amonia, nitrit dan nitrat di perairan memiliki

hubungan yang erat dimana dapat terjadi transformasi amonia menjadi nitrit

dengan bantuan bakteri Nitrosomonas (Saeni, 1989).

Nitrosomonas

2NH3 + 3O2 2NO2- + 2H

+ + 2H2O + energi

2.6.3 Ion Klorida (Cl-)

Klorida (Cl) adalah salah satu senyawa umum yang terdapat di perairan

alam. Senyawa-senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air

Page 31: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

15

membentuk ion. Ion klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap

sifat-sifat kimia dan biologi perairan. Kation dari garam-garam klorida dalam air

akan mudah larut. Ion klorida secara umum tidak membentuk senyawa kompleks

yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga dapat dioksidasi dalam keadaan

normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan garam klorida dapat

menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting dilakukan

analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan

pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air (Achmad,2004).

2.6.4 Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK)

adalah jumlah oksigen (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat–zat organik

yang ada dalam 1 liter sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan

sebagai sumber oksigen (oxiding agent). COD digunakan untuk mengetahui zat

organik dan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi materi organik

dengan oksidasi secara kimia. Nilai COD dalam air limbah biasanya lebih tinggi

daripada nilai BOD karena lebih banyak senyawa kimia yang dapat dioksidasi

secara kimia dibandingkan oksidasi biologi. Untuk berbagai tipe air limbah, COD

dapat dihubungkan dengan BOD, mengingat tes COD hanya membutuhkan waktu

3 jam sehingga merupakan keuntungan bagi instalasi pengolahan jika melakukan

tes COD dibandingkan tes BOD yang membutuhkan waktu 5 hari untuk

mendapatkan hasilnya (Tchobanoglous dan Burton, 1991).

Page 32: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

16

2.7 Pengolahan Limbah Secara Biologi

2.7.1 Biofiltrasi

Biofiltrasi adalah suatu cara pemurnian limbah dengan bantuan tanaman

maupun mikroba sebagai media penghancur bahan-bahan pencemar tertentu

terutama senyawa organik yang sangat efektif dan tidak membahayakan perairan

(Muhammad, 2010). Pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan dengan

proses biofiltrasi menggunakan tanaman air sebagai media penyerap.

Pertimbangan digunakannya proses biofiltrasi ini disebabkan proses biofiltrasi

memiliki beberapa kelebihan diantaranya sangat efektif, biaya pembuatan kolam

biofiltrasi relatif murah, tanaman untuk biofiltrasi cepat tumbuh dan mudah

dipelihara, serta tidak membutuhkan operator yang memiliki keahlian khusus.

Pengolahan limbah dengan menggunakan sistem biofiltrasi yaitu menggunakan

biofilter tanaman teraerasi terbukti efektif dalam meminimalkan bahan-bahan

pencemar seperti dalam air limbah pencelupan (Nailufary, 2008).

Proses biofiltrasi dapat menggunakan tanaman dengan sistem akar sebagai

media filtrasi. Akar tanaman akan memberikan lingkungan yang cocok untuk

pertumbuhan mikroba. Mikroba tertentu dalam jumlah banyak sering kali ditemui

disekitar akar. Interaksi antara mikroba dengan akar tanaman dapat mencukupi

kebutuhan unsur hara yang penting baik untuk tanaman maupun mikrobanya

(Sumastri, 2009). Tanaman yang digunakan sebagai biofiltrasi memiliki

kemampuan yang berbeda-beda tergantung daya serap bahan organiknya.

Page 33: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

17

2.7.2. Sistem Saringan Pasir Tanaman

Saringan pasir bertujuan untuk mengurangi kandungan bahan-bahan padat

yang ada di air dan kandungan lumpur. Umumnya, air kotor yang akan disaring

oleh pasir mengandung bahan padat dan endapan lumpur. Ukuran pasir untuk

menyaring bermacam-macam, tergantung jenis bahan pencemar yang akan

disaring. Semakin besar bahan padat yang perlu disaring, semakin besar ukuran

pasir yang digunakan.

Saringan pasir hanya mampu untuk menahan bahan padat terapung dan

tidak bisa menyaring virus dan bakteri pembawa penyakit. Untuk itu air yang

melewati saringan pasir masih harus disaring lagi oleh media lain. Saringan pasir

ini harus dibersihkan secara teratur pada waktu tertentu (Untung, 1995).

Menurut Haberl dan Langergraber (2002), bahwa proses eliminasi polutan

dalam air limbah terjadi melalui proses secara fisik, kimia dan biologi yang cukup

komplek yang terdapat dalam asosiasi antara media, tumbuhan makrophyta dan

mikroorganisme, antara lain :

• Pengendapan untuk zat padatan tersuspensi

• Filtrasi dan pretipitasi kimia pada media

• Transformasi kimia

• Adsorpsi dan pertukaran ion dalam permukaan tanaman maupun media

• Transformasi dan penurunan polutan maupun nutrient oleh mikroorganisme

maupun tanaman

• Mengurangi mikroorganisme pathogen

Page 34: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

18

Unit pengolahan filtrasi berlapis dari pasir dan bebatuan yang dipadukan dengan

penyerapan tanaman maupun degradasi oleh mikroba pada risosfir akar akan

memberikan hasil efektif bagi pemamfaatan kembali air limbah. (Suyasa dan

Dwijani, 2007)

2.8 Rhizodegradasi

Rhizodegradasi merupakan proses biofiltrasi dengan memanfaatkan

eksudat akar tanaman sebagai sumber pertumbuhan mikroorganisme yang dapat

menguraikan zat pencemar. Mikroorganisme yang dimaksud dapat berasal dari

lingkungan tanaman itu sendiri atau dari luar (Muhammad, 2010).

Bahan organik oleh mikroorganisme (ragi, fungi dan atau bakteri)

dikonsumsi, diuraikan atau diubah untuk dipergunakan sebagai nutrient. Senyawa

organik yang terdapat dalam bahan-bahan seperti minyak dan larutan berbahaya

lainnya oleh beberapa jenis mikroorganisme dapat diuraikan dan diubah menjadi

bahan kurang berbahaya melalui proses degradasi juga sebagai eco-

receptors (reseptor lingkungan). Kandungan karbon organik yang dilepaskan akar

tumbuhan berupa senyawa-senyawa alami seperti zat gula, alkohol dan asam

memiliki fungsi sebagai sumber nutrient bagi mikroorganisme dalam tanah yang

akan meningkatkan aktivitas mikrobia tersebut (Kurniawan, 2008)

Mekanisme rhizodegradasi adalah oksigen yang dikeluarkan oleh

tumbuhan ditransformasikan bersama ke dalam tanah. Oksigen di atmosfer juga

ditransportasikan ke dalam daerah akar. Bantuan oleh ragi, fungi, dan zat-zat

keluaran akar tumbuhan (eksudat) yaitu gula, alkohol, asam meningkatkan peran

mikroorganisme dalam penguraianp olutan dalam tanah. Eksudat tersebut

Page 35: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

19

merupakan makanan mikroorganisme yang berperan dalam proses degradasi

polutan maupun biota tanah lainnya. Proses ini adalah tepat untuk dekontaminasi

zat organik. Spesies tumbuhan yang bisa digunakan adalah berbagai jenis

rumput(Cunningham danGant, 1995).

2.9 Tanaman Ipomea Crassicaulis (Kangkungan)

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tanaman lokal

yang mudah tumbuh, mudah diperoleh dan tahan dalam suasana lingkungan yang

diberikan. Ipomoea crassicaulis adalah tanaman tropis yang berasal dari Amerika

Utara, Asia, Afrika Selatan dan India Barat di Indonesia tanaman ini dikenal

dengan nama kangkungan atau klemut (Nailufary, 2008). Tumbuhan ini

kebanyakan dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, beberapa tumbuh di

daerah sedang (Lawrence, 1951). Tanaman ini berupa semak, menahun, tumbuh

tegak atau condong, bergetah putih seperti air susu. Akar berkayu, kompak, ulet,

percabangan banyak, bentuk kerucut, memanjang ke bawah, warna putih-coklat,.

Memiliki batang berkayu, bulat, kompak, permukaan batang banyak lentisel,

bergetah, tinggi batang 1,5-2,5 m, dengan diameter 0,5-3 cm. Daun berwarna hijau

dengan variasijarak antara daun 3,5-4 cm,. Tangkai daun berongga, licin, panjang

5-7 cm, diameter 3-5 mm. Helai daun bentuk jantung, ujung runcing, pangkal

berlekuk, pertulangan daun menyirip, permukaan licin, tepi rata, ukuran helai 5-

20x4-14 cm. Bentuk bunga seperti terompet dan berwarna ungu (Suratman et al.

2000).

Tanaman ini dapat tumbuh di luar ruangan dalam iklim tropis selama

setahun. Jika ditaruh di dalam ruangan, dapat diletakkan di dalam rumah kaca di

Page 36: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

20

bawah pemanasan lampu yang lama atau ruangan berangin. Di tanah biasa

tanaman ini akan tumbuh pada kondisi yang lembab sampai bagian yang kering,

dengan posisi menghadap matahari, dan akan tumbuh lebat di tanah yang berpasir.

Biasanya tumbuh di sepanjang tepi sungai, di pinggiran jalan dan kadang-kadang

ditanam sebagai tanaman hias (Nailufary, 2008). Tanaman ini ditunjukkan dalam

Gambar 2.2.

Gambar 2.2

Tanaman Ipomoea crassicaulis

Tanaman Ipomea crassicaulis telah banyak digunakan dalam penelitian

sebelumnya sebagai penyerap polutan seperti dalam penelitian Angraeni et al.

(2012), tanaman ini memiliki efektivitas pengolahan dalam ekosistem buatan

terhadap kadar COD pada limbah pencucian rumput laut sebesar 79,22%.

Tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara stek batang. Taksonomi tumbuhan

Ipomoea crassicaulis adalah sebagai berikut :

Ordo : Tubiflorae

Family : Convolvulacea

Page 37: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

21

Genus : Ipomea

Spesies : crassicaulis

Nama binomial : Ipomea crassicaulis

Page 38: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

22

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Peningkatan permintaan produk tekstil menyebabkan tingginya kegiatan

industri tekstil yang memungkinkan banyaknya limbah cair yang dihasilkan.

Limbah cair industri tekstil mengandung zat warna sintetik yang berbahaya. Salah

satu zat warna sintetik yang digunakan adalah Rhodamin B.

Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna

merah atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan berwarna merah

terang berfluorensi. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic

anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia. Biasanya

pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas, wol, dan sutra (Djarismawati, 2004).

Pemerintah dalam PP No 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air mewajibkan pelaku industri yang menghasilkan

limbah dalam jumlah besar dan berpotensi mencemari lingkungan harus

dilengkapi dengan instalansi pengolahan air limbah yang memadai. Namun pada

kenyataannya masih banyak pelaku industri yang belum menyediakan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memadai sehingga limbah yang dihasilkan

langsung dibuang ke badan air dan tentu saja dapat mencemari lingkungan.

Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah kualitas lingkungan

bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya

dukung yang ada. Limbah yang dilepas ke lingkungan dapat meracuni dan

Page 39: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

23

terakumulasi pada biota, mengganggu ekosistem akuatik, mencemari air tanah,

serta jika air yang tercemar dikonsumsi oleh manusia maka akan mengancam

kesehatan manusia.

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Kegiatan Usaha Pencelupan

Limbah Zat Warna

Rhodamin B

Tidak tercemar

Dibuang ke sungai

Pengolahan Limbah dengan Biosistem tanaman

ada pengolahan

limbah

Biota tidak terancam

Manusia aman dari

pencemaran

Tidak ada pengolahan

limbah

Tercemar

Biota terancam

Mengancam

kesehatan manusia

Dibuang ke sungai

Limbah yang tidak berbahaya

Page 40: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

24

Biosistem tanaman merupakan pengolahan limbah yang menggabungkan

tiga proses yaitu secara fisik, kimia dan biologi yang terdapat dalam interaksi

antara media, tumbuhan dan mikroorganisme. Penggunaan unit pengolahan

saringan berlapis dari pasir dan bebatuan yang dipadukan dengan penyerapan

tanaman maupun degradasi oleh mikroba pada risosfir akar diharapkan akan

memberikan hasil sesuai dengan baku mutu air limbah industri tekstil. Secara

singkat kerangka berfikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Teknik pengolahan limbah secara biologi dengan menggunakan biosistem

tanaman merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas

air limbah pewarna tekstil. Metode ini diharapkan mampu untuk diaplikasikan di

lapangan terutama oleh industri kecil dan menengah karena pengoperasiannya

yang sangat efektif, biaya pembuatan kolam biofiltrasi relatif murah, tanaman

untuk biofiltrasi cepat tumbuh dan mudah dipelihara, serta tidak membutuhkan

operator dengan keahlian khusus. Teknik ini menggunakan tanaman air sebagai

media penyerap dan akarnya sebagai perkembangbiakan mikroorganisme.

Melalui proses dekomposisi bahan organik oleh jaringan akar tanaman

akan memberikan penyediaan C, N, dan energi yang besar bagi kehidupan

mikroorganisme (Handayanto dan Hairiah, 2007). Menurut Brix in Khiatuddin

(2003), di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan akuatik mengeluarkan oksigen,

sehingga terbentuk zona rizosfer yang kaya akan oksigen diseluruh permukaan

rambut akar. Oksigen tersebut mengalir ke akar melalui batang setelah berdifusi

dari atmosfir melalui pori-pori daun. Pendapat tersebut diperkuat dengan

Page 41: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

25

penyataan Tangahu dan Warmadewanthi (2001), bahwa pelepasan oksigen di

sekitar akar (rizosfer) tersebut sangat dimungkinkan karena jenis tanaman

hydrophyta mempunyai ruang antar sel atau lubang saluran udara (aerenchyma)

sebagai alat transportasi oksigen dari atmosfer ke bagian perakaran. Karakteristik

tersebut dimiliki oleh jenis tumbuhan kangkung seperti Ipomea carssicaulis

tanaman ini juga mampu hidup dalam kondisi basah (tergenang air).

Dilihat dari bahan baku dan bahan tambahan dalam industri tekstil, limbah

yang dihasilkan didominasi oleh senyawa organik meskipun ditemukan juga bahan

anorganik. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai BOD dalam limbah yang tinggi

(Komarawidjaja, 2007). Penggunaan mikroorganisme untuk mendegradasi limbah

tekstil sangat potensial untuk dikembangkan karena kandungan bahan organik

yang tinggi dalam limbah tekstil dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai

sumber nutrien.

Dalam proses biosistem, mikroorganisme akan mendapat sumber nutrien

(N, C) yang terdapat dalam senyawa organik seperti amonia, fenol hasil degradasi

dari Rhodamin B. Nair et al.(2008) mengatakan bahwa penggunaan

mikroorganisme dalam mengatasi pencemaran senyawa fenol di lingkungan

dimungkinkan sangat potensial. Hal tersebut disebabkan banyaknya lingkungan

yang tercemar fenol, sehingga banyak mikroorganisme yang menggunakan fenol

sebagai sumber karbon tunggal dan sumber energi baik secara anaerob maupun

aerob. Menurut Kasno dan Effendi (2013), bagi tanaman ion Cl merupakan hara

mikro esensial yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, sistem pembagian air

Page 42: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

26

pada tempat oksidasi fotosistem II, aktivasi enzim, pengaturan osmotik,

pembatasan ion untuk transport kation, dan pengaturan pembukaan stomata.

Gambar 3.2

Kerangka Konsep Penelitian

Limbah buatan zat warna

Rhodamin B

Sedimen selokan sekitar

pembuangan limbah pencelupan

Bak pengolahan Biosistem tanaman

Pembibitan sedimen

Variasi waktu perlakuan

perendaman sampel :

0,6,12,18,24 dst sampai 48 jam

Analisis penurunan konsentrasi

senyawa fenol, amonia, ion

klorida dan kandungan COD

pada masing-masing variasi

waktu

Efektivitas biosistem dalam

mengontrol dan mengurangi

konsentrasi senyawa fenol,

amonia, ion klorida dan COD

pada masing-masing variasi

waktu

Mikroorganisme

hasil pembibitan

Page 43: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

27

Penelitian dilakukan dengan menyiapkan tanaman Ipomea carssicaulis

untuk ditanam di bak pengolahan. Kemudian dilakukan pembibitan (seeding)

sedimen dengan penambahan nutrisi agar mikroorganisme mampu berkembang

biak dengan baik. Mikroorganisme yang telah siap kemudian disebar ke dalam bak

biosistem yang di dalamnya telah diberi media pasir dan batu koral dan tanaman

Ipomea carssicaulis. Selanjutnya limbah buatan Rhodamin B dimasukkan ke

dalam biosistem.

Pengamatan yang dilakukan setiap selang waktu pengolahan adalah

penurunan konsentrasi dari senyawa fenol, amonia, dan ion klorida dan penurunan

nilai COD (Chemical Oxygen Demand). Perlakuan ini bertujuan untuk

menentukan kemampuan dan efektivitas dari biosistem yang terjadi pada proses

degradasi Rhodamin B dalam penurunan konsentrasi dari senyawa fenol, amonia,

dan ion klorida dan nilai COD. Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada

Gambar 3.2.

3.3 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengolahan dengan biosistem tanaman mampu menurunkan kadar senyawa

fenol, amonia, ion klorida dan kandungan beban pencemar kimia lain yang

sulit dioksidasi (COD) yang terjadi dalam proses degradasi dari air limbah

yang mengandung Rhodamin B.

2. Biosistem tanaman efektif menurunkan kadar senyawa fenol, amonia, ion

klorida dan COD yang terjadi dalam proses degradasi air limbah yang

mengandung Rhodamin B.

Page 44: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

28

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang secara eksperimental untuk mengetahui

konsentrasi senyawa fenol, amonia, ion klorida dan kandungan beban pencemar

kimia lain yang sulit dioksidasi (COD) pada proses biodegradasi air limbah yang

mengandung Rhodamin B dengan teknik pengolahan limbah dari sistem biofiltrasi

dengan penambahan mikroorganisme melalui sistem saringan pasir tanaman.

Selain itu akan dihitung pula efektivitas biofiltrasi ekosistem dalam menurunkan

keempat parameter tersebut.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Kimia

FMIPA Unud, Laboratorium UPT Analitik Unud dan Laboratorium Mikrobiologi

Jurusan Biologi FMIPA Unud di Kampus Bukit Jimbaran. Lama waktu penelitian

sesuai dengan tahapan penelitian yang meliputi tahap pertama menumbuhkan

koloni mikroorganisme pada sistem media tersuspensi sampai fase puncak

pertumbuhan mikroorganismenya, menyiapkan tanaman pada petak penyerap

(ekosistem lahan basah) selama 45 hari. Tahap berikut adalah perlakuan dengan

menentukan waktu efektif perlakuan biosistem selama 10 hari dan kinerja sistem

terhadap penurunan Rhodamin B dalam air selama 15 hari.Waktu penelitian

keseluruhan termasuk persiapan dan pengulangan dilakukan pada bulan Juli 2014 -

Januari 2015.

Page 45: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

31

31

4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan terhadap penentuan efektivitas biofiltrasi

ekosistem untuk menurunkan kadar senyawa fenol, amonia, ion klorida dan

kandungan beban pencemar kimia lain yang sulit dioksidasi (COD) pada proses

biodegradasi Rhodamin b selama waktu tinggal (retention time) pengolahan yang

telah ditentukan. Kondisi tersebut akan diaplikasikan untuk proses pengolahan air

limbah yang mengandung Rhodamin B sehingga dapat menurunkan kadar 4

polutan tersebut sesuai Baku Mutu yang ditetapkan.

4.4 Penentuan Sumber Data

Sampel lumpur diambil di selokan disekitar pembuangan limbah

pencelupan yang berlokasi di Desa Pemogan, Denpasar Selatan. Teknik

pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan purposive sampling (Sugiyono,

2008) dan dikomposit menjadi satu. Untuk air limbahnya sendiri menggunakan air

limbah buatan (artificial) dengan kadar Rhodamin B telah ditentukan.

4.5 Variabel Penelitian

Variabel yang dianalisis pada penelitian ini adalah penurunan kadar

senyawa fenol, amonia, ion klorida dan (COD) serta efektivitas dari biosistem

dalam mengurangi kadar polutan dalam air limbah Rhodamin B.

4.6 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sampel tanah

sebagai sumber bibit yang akan diambil dari selokan disekitar pembuangan limbah

pencelupan di Denpasar Selatan. Tanaman yang akan dibibit Ipomoea

crassicaulisserta media campuran pasir/koral. Beberapa bahan kimia utama yaitu

Page 46: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

32

Rhodamin B, HgSO4, H2SO4, K2Cr2O7, reagen perak sulfat-asam sulfat, indikator

feroin, larutan Fe(NH4)2(SO4)2, n-heksana, Na2SO4 anhidrat, reagen Folin, pereaksi

Nessler, garam Rochell, Larutan ZnSO4, NH4Cl, Na2CO3 (Natrium Karbonat),

indikator K2CrO4 5%, AgNO3 dan Cathecin.

4.7 Instrumen Penelitian

Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : peralatan gelas

untuk pembibitan, petak kedap untuk media tanaman, pipa dan saluran sampling

port. Seperangkat alat refluks, buret, pH meter, statif, alat-alat gelas, kertas saring,

timbangan analitik, desikator, Spektrofotometer UV-Vis.

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Penyediaan Tanaman untuk Biosistem

Tanaman yang digunakan adalah tanaman liar (Ipomoea crassicaulis),

ditumbuhkan dengan cara stek batang. Bibit tanaman ini diperoleh dengan

mengambil secara langsung pada habitatnya di seputaran Jalan Pura Demak,

Denpasar Barat. Bibit (batang) yang diperoleh kemudian ditanam di tanah yang

dicampur pasir dengan perbandingan 1:1 selama 1 bulan.

Untuk konstruksi unit rhizoekosistem pada lahan basah berupa unit

pengolahan terdiri dari sebuah tempat semaian ukuran 125 cm x 58 cm x 36 cm

dan dilengkapi dengan tabung tempat pengambilan sampel. Bak perlakuan diisi

dengan batu koral setinggi 10 cm kemudian diatasnya diisi pasir setinggi 20 cm.

Pada lapisan pasir ini akan ditanam tumbuhan yang banyaknya disesuaikan dengan

panjang dan lebar akar yang memungkinkan sebagian besar lapisan itu terisi oleh

risosfir. Tanaman ini diadaptasikan selama 2 minggu.

Page 47: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

33

Gambar 4.1

Susunan Media Dalam Bak Pengolahan Biosistem Tanaman

4.8.2 Sampling Sedimen

Sampling sedimen dilakukan melalui metode grab yaitu dilakukan sekali

pada saat pengambilan contoh dengan mengambil bagian dari suatu material yang

mengandung mineral secara acak. Sampling sedimen dilakukan di selokan

disekitar pembuangan limbah pencelupan yang berlokasi di Desa Pemogan,

Denpasar Selatan. Sedimen selokan disekitar pembuangan limbah pencelupan

diambil menggunakan serokan dengan kedalaman 10 cm dari permukaan dasar

sebanyak 100 gram. Masing- masing sedimen diambil dengan menentukan tiga

titik, kemudian dicampur menjadi satu dengan asumsi dapat mewakili keseluruhan

kawasan tempat pengambilan sampel dari masing-masing sumber tersebut.

Kemudian diletakkan sementara pada satu kantong plastik klip dan disimpan pada

cooler box.

Tanaman

Ipomea crassicaulis

Sampling port

Batu pasir (20 cm)

c

Koral (10 cm)

5 cm

Page 48: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

32

32

4.8.3 Penyiapan Konsorsia Mikroba yang Akan Ditambahkan pada

Biosistem

4.8.3.1 Pembuatan Media Cair

Ditimbang dengan menggunakan timbangan merk OHAUS Galaxy

400 sebanyak 2 gr glukosa (KH); 0,1 gr K2HPO4; 0,1 gr KH2PO4, 0,1 gr

(NH4)2[Fe(SO4)2].6H2O; 0,02 gr MgSO4; 0,02 gr FeSO4, 0,02 gr ekstrak

ragi dan 2 mg Rhodamin B, kemudian dilarutkan dalam 2,0 liter akuades

(Suriawiria, 1985; Waluyo, 2009). Selanjutnya campuran dikocok sampai

semua campuran homogen kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 2

L. Erlenmeyer ditutup dengan kapas dilapisi aluminium foil. Media

disterilisasi dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan

tekanan 15 p.s.i dan suhu 121oC. Perhitungan waktu 15 menit dimulai sejak

termometer menunjukkan suhu 121oC. Setelah sterilisasi, media didiamkan

pada suhu 37oC selama 5 menit dan selanjutnya media dapat disimpan

dalam refrigerator sampai saat diperlukan (Ginting, 2007).

4.8.3.2 Pembibitan (seeding) sedimen

Pembibitan adalah tahap pertumbuhan mikroba dari sedimen yang

di sampling dari selokan tercemar limbah pencelupan. Sebanyak 1 buah

gelas beker 2 L dengan kondisi bersih disiapkan. Sebanyak 2 Liter media

cair dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian pada masing-masing gelas

beker ditambahkan sedimen dari selokan tercemar limbah pencelupan

sebanyak 2 gram. Media kemudian diaerasi dengan menggunakan aerator

yang diberi selang, yang diletakkan pada dasar gelas beker. Gelas beker

ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan gelang karet didiamkan selama

Page 49: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

33

33

1 2

3

4

1 jam agar homogen. Setelah homogen aerator dimatikan dan digenangkan

beberapa saat 10-15 menit. Pengamatan dilakukan secara visual dengan

melihat perubahan warna larutan dari berwarna kemerahan sampai putih

keruh dan larutan mulai mengental yang menandakan bahwa pertumbuhan

mikroorganisme telah berlangsung dengan baik. Selanjutnya bibit

mikroorganisme yang telah siap akan digunakan dalam pengolahan limbah

pencelupan (Atlas et al. 1987).

Keterangan :

1. Media pembibitan + lumpur

2. Aerator

3. Kain kasa

4. Gelas beker 2 L

Gambar 4.2

Wadah Pembibitan Mikroorganisme

4.8.4 Pembuatan Limbah Rhodamin b

Air limbah artificial dibuat dengan kadar Rhodamin B sebesar 1 mg/L.

Untuk membuat larutan dengan kadar Rhodamin B 1 mg/L dilakukan dengan

mengukur 1 mg zat warna Rhodamin B secara teliti kemudian dilarutkan dalam

aquadest. Larutan dipindahkan secara kuantitatif ke labu ukur 1 L dan diencerkan

dengan aquadest sampai tanda batas. Air limbah dibuat sebanyak 300 liter.

4.8.5 Pengolahan dengan Biosistem Tanaman

Kadar air pada petak perlakuan biosistem dikurangi dengan dibiarkan

selama 3-4 hari tanpa air. Mikroorganisme hasil pembibitan disebarkan secara

merata pada petak perlakuan biosistem kemudian di biarkan selama 2-3 hari agar

mikroorganisme dapat beradaptasi. Selanjutnya air limbah Rhodamin B yang

Page 50: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

34

34

dibuat pada proses sebelumnya yaitu output/efluen limbah ditambahkan ke dalam

petak perlakuan sampai air limbah basah tergenang menutupi lapisan pasir.

Volume air limbah yang masuk ke petak perlakuan yang diolah adalah 60 Liter.

Volume air limbah ini digunakan sebagai kapasitasnya. Limbah dibiarkan selama

24 jam.

Pengamatan dilakukan dengan mengukur fenol, amonia, ion klorida dan

COD setiap 6 jam selama 48 jam setelah dibiarkan 24 jam, hingga tercapai nilai

konstan (kurva antara kadar polutan terhadap waktu mendatar). Analisis dilakukan

secara duplo (pengambilan sampel sekali, pengukuran dilakukan dua kali). Data

yang diperoleh dari pengukuran kadar fenol, amonia, ion klorida dan COD dalam

sampel air limbah kemudian diplot terhadap waktu perlakuan sehingga diperoleh

kurva yang menunjukkan kemampuan maksimal dari petak perlakuan ekosistem

buatan yang digunakan dalam menurunkan kadar pencemar hasil degradasi dari air

limbah Rhodamin B. Kurva dibuat dengan ketentuan sumbu x menunjukkan

waktu pengolahan (t) dan sumbu y menunjukkan kadar pencemar.

4.9 Prosedur Pemeriksaan Parameter

4.9.1 Pemeriksaan Kadar Fenol

1. Pembuatan Larutan Standar Cathecin

Larutan stok Cathecin dengan konsentrasi 100 ppm (mg/L), dibuat dengan

melarutkan 0,01 g Cathecin dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan

methanol 95% sampai tanda batas. Kemudian dibuat serangkaian larutan

standar dengan konsentrasi 0; 0,25; 0,5; 0,75 ppm.

Page 51: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

35

35

a. Pembuatan Kurva Standar Cathecin

Larutan stok Cathecin sebanyak 0; 0,25; 0,5; 0,75 ml masing-masing

ditambahkan dengan reagen Folin-Ciocalteau sebanyak 0,8 ml,

dimasukkan pada labu ukur 10 ml. Selanjutnya ditambahkan Na2CO3 10%

hingga tanda batas sehingga menghasilkan larutan standar dengan

konsentrasi 0; 0,25; 0,5; 0,75 ppm. Masing-masing larutan didiamkan

selama 60 menit, dan serapannya diukur pada panjang gelombang

maksimum. Dengan mengalurkan absorbansi terhadap konsentrasi, dapat

diperoleh kurva kalibrasi dengan persamaan regresi y = bx + a.

2. Penentuan Kadar Total Fenol

Pemeriksaan Fenol dilakukan berdasarkan metode Folin-Ciocalteu (1927)

Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :

Sebanyak 1,0 ml sampel air limbah yang telah disaring dimasukkan ke

dalam labu ukur 10 ml kemudian ditambahkan 0,8 ml reagen Follin-

Ciocalteau dan dibiarkan selama 2-3 menit. Selanjutnya ditambahkan

larutan Natrium Karbonat 10% sampai tanda batas sehingga volume

larutan menjadi 10 ml. Larutan dibiarkan sampai warna biru terbentuk

(selama 1,5 jam). Absorbansi dibaca dengan Spektrofotometer pada

panjang gelombang 660 nm.

4.9.2 Pemeriksaan Kadar Amonia

1. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Larutan baku NH4Cl 10 mg/L dibuat dalam berbagai konsentrasi larutan

standar yaitu 0,25 mg/L ; 0,50 mg/L dan 0,75 mg/L. Masing-masing

Page 52: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

36

36

larutan standar tersebut dipipet sebanyak 10,0 ml ditambahkan 2 tetes

garam Rochell lalu dikocok kuat-kuat lalu ditambahkan 0,25 ml pereaksi

Nessler. Larutan dikocok dan didiamkan selama 10 menit. Absorbansi

larutan kemudian diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 420 nm. Prosedur tersebut juga dilakukan untuk aquadest

(blanko) yang bertujuan untuk mengkalibrasi alat Spektrofotometer UV-

Vis.

2. Penentuan Kadar Amonia

a). Perlakuan Awal Sampel

Sebanyak 50 ml sampel air limbah ditambahkan 4 tetes larutan

deklorinasi (Na2S2O3), 1 ml larutan ZnSO4 dan dikocok selama 5

menit. Sampel didiamkan selama 2 menit dan kemudian disaring

dengan menggunakan kertas saring. Sampel selanjutnya ditambahkan

1-2 tetes garam Rochelle.

b). Pengukuran Kadar Amonia

Sebanyak 1,0 ml sampel yang telah diberi perlakuan awal dipipet dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml kemudian diencerkan

sampaitanda batas. Sampel air limbah yang telah diencerkan dan 10,0

ml aquadest (blanko) ditambahkan dengan 0,25 ml pereaksi Nessler.

Larutan kemudian dikocok dan didiamkan selama 10 menit.

Absorbansi larutan diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 420 nm (Greenberg et al. 1992).

Page 53: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

37

37

4.9.3 Penentuan Kadar ion Klorida (Cl-)

Sebanyak 10,0 ml sampel dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 ml.

Ditambahkan larutan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1 ml kemudian

dititrasi dengan larutan baku AgNO3 hingga titik akhir titrasi yang ditandai

dengan terbentuknya endapan warna merah kecoklatan dari Ag2CrO4,

kemudian dihitung volume AgNO3 yang digunakan. Dilakukan titrasi

blanko, terhadap 10,0 ml aquadest seperti langkah di atas.

Perhitungan kadar klorida :

Konsentrasi Cl- (mg/L) :

A –B × N × 35,45 ×1000

vol sampel

Dimana :

A = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (ml)

B = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)

N = Normalitas AgNO3 (mol/L)

4.9.4 Pemeriksaan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand)

Pemeriksaan COD dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia Air

dan air limbah 06-6989.15-2004 : Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi

(KOK) refluks terbuka dengan refluks terbuka secara titimetri (Anonim,

2004). Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :

Sebanyak 25,0 ml sampel limbah cair dipipet kedalam labu refluks

kemudian ditambah 0,4 g HgSO4 dan 5 ml H2SO4 pekat kocok sambil

didinginkan. Selanjutnya ditambahkan 10,0 ml K2Cr2O7 0,025 N ; 25,0 ml

larutan Ag2SO4-H2SO4 dan beberapa batu didih, selanjutnya larutan

dikocok. Air pendingin dialirkan melalui kondensor. Kemudian larutan

dalam labu refluks dididihkan di atas penangas (proses refluks) selama 2

Page 54: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

38

38

jam. Setelah 2 jam, sampel didinginkan lalu ditambah akuades sampai

volumenya kira-kira 150 ml. Selanjutnya sampel ditambah 1-2 tetes

indikator ferroin dan dititrasi dengan larutan Fe (NH4)2(SO4)2 0,0926 N

sampai terjadi perubahan warna dari biru kehijauan menjadi merah bata.

Volume titran yang diperlukan dicatat. Prosedur di atas juga dilakukan

untuk blanko.

Perhitungan COD :

COD (mg O2/L) = a−b x N x 8000 x p

vol sampel

Keterangan :

a = volume Fe(NH4)2(SO4)2 untuk blanko (ml)

b = volume Fe(NH4)2(SO4)2 untuk sampel air (ml)

N = Normalitas larutan Fe(NH4)2(SO4)2 (mol/L)

p = Pengenceran

4.10 Penentuan Tingkat Efektivitas Biosistem dalam Menurunkan Kadar

Polutan

Tingkat efektivitas biosistem ditentukan berdasarkan persen

penurunan konsentrasi polutan, jika hasilnya di atas 50% maka biosistem

tersebut efektif dalam menurunkan kadar polutan. Adapun secara

matematis efektivitas penurunan konsentrasi polutan air limbah dari

ekosistem buatan dapat dihitung sebagai berikut :

% Penurunan = (Qa−Qt )

Qax 100%

Keterangan :

Qa = nilai fenol tertinggi ; amonia tertinggi ; ion klorida tertinggi ; dan

CODtertinggi

Qt = nilai fenol akhir ; amonia akhir ; ion klorida akhir ; dan COD akhir

(pada waktu tertentu)

(Metcalf dan Eddy, 1991)

Page 55: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

39

39

Indikator produk antara yang diukur dalam proses biodegradasi Rhodamin

B adalah fenol, amonia, ion klorida dan COD dalam sampel larutan kemudian

diplot dengan waktu perlakuan sehingga diperoleh kurva yang menunjukkan

pemecahan Rhodamin B pada proses biodegradasi.Kurva dibuat dengan ketentuan

sumbu x menunjukkan waktu pengolahan (t) dan sumbu y menunjukkan kadar

pencemar.

4.11 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa konsentrasi fenol ,amonia,

ion klorida, dan COD dan nilai efektivitas dianalisis secara deskriptif. Disamping

itu data penurunan konsentrasi fenol ,amonia, ion klorida, dan COD juga dibuat

dalam bentuk tabel kemudian diplot dalam bentuk grafik yang menghubungkan

antara konsentrasi dan waktu perlakuan. Grafik dibuat dengan ketentuan sumbu x

menunjukkan waktu pengolahan (t) dan sumbu y menunjukkan kadar polutan.

Efektivitas dari biosistem tanaman diperoleh dari persentase penurunan

konsentrasi polutan dari air limbah, jika hasilnya diatas 50% maka biosistem

tersebut efektif dalam menurunkan kadar polutan hasil degradasi Rhodamin B.

Jika sebaliknya, maka biosistem belum efektif dalam menurunkan kadar polutan.

Page 56: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

40

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kemampuan Biosistem Tanaman dalam Menurunkan Kadar Fenol,

Amonia (NH3), Ion Klorida (Cl-) dan COD (Chemical Oxigen Demand)

dalam Proses Biodegradasi Rhodamin B.

Proses degradasi Rhodamin B oleh mikroorganisme terjadi akibat adanya

enzim yang terdapat dalam mikroorganisme yang dapat memutus ikatan aromatik

pada Rhodamin B. Pada proses anaerobik terjadi pemutusan molekul-molekul

yang sangat kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana, sehingga

mudah terbiodegradasi oleh proses aerobik menjadi CO2, H2O, NH3 dan Biomassa

(Zaoyan et al. 1992). Zat warna yang dirombak oleh bakteri menggunakan reaksi

reduksi-oksidasi yang dikatalis oleh enzim (Yoo, 2000). Hasil dari pemutusan

ikatan dalam Rhodamin B akan menghasilkan senyawa-senyawa polutan yang

dapat bersifat toksik diantaranya Fenol, Amonia (NH3) dan Ion Klorida (Cl-).

Pengukuran COD (Chemical Oxigen Demand) dilakukan untuk mengetahui

tingkat pencemaran bahan organik dalam limbah hasil pengolahan biosistem

tanaman.

5.1.1 Penurunan Kadar Fenol dalam Proses Biodegradasi Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman.

Fenol adalah molekul aromatik yang memiliki ikatan gugus hidroksil pada

struktur cincin aromatiknya dan mudah larut dalam air (Patrick, 2004). Fenol dan

senyawa turunannya adalah senyawa yang menjadi salah satu parameter kualitas

air olahan dari limbah cair industri tekstil. Fenol dan senyawa turunannya

merupakan zat berbahaya dan beracun. Dalam konsentrasi tertentu masuknya fenol

Page 57: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

41

dan turunannya dapat menyebabkan efek karsinogenik pada binatang dan manusia

(Fatimah, 2006).

Tabel 5.1

Kadar Fenol dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B dengan Biosistem

Tanaman

Waktu

(jam)

Konsentrasi

Rata-rata

(mg/L)

0 0,5069

6 0,5502

18 0,4948

24 0,7024

30 0,4118

36 0,2837

42 0,1471

48 0,1194

Konsentrasi fenol hasil dari biodegradasi zat warna Rhodamin B pada

waktu pengolahan jam ke 0 dan jam ke 6 adalah 0,5069 mg/L dan 0,5502 mg/L

(Tabel 5.1) pada jam ke 18 konsentrasi fenol turun menjadi 0,4948 mg/L. Nilai

konsentrasi fenol yang turun kemudian kembali naik disebabkan oleh masih

berlangsungnya proses pembentukan senyawa fenol oleh mikroba pengurai

Rhodamin B. Jika dilihat dari proses degradasi dan pembentukan senyawa fenol

maksimum terjadi pada jam ke 24 dengan konsentrasi sebesar 0,7024 mg/L. Pada

waktu pengolahan dari 0 sampai jam ke 24, mikroba pendegradasi fenol belum

tumbuh maksimal karena senyawa fenol yang terbentuk masih relatif rendah.

Unsur Karbon sangat berperan dalam perkembangbiakan mikroba, semakin

banyak fenol, semakin banyak pertumbuhan mikroba sehingga semakin banyak

limbah yang dapat didegradasi oleh mikroba. Pada jam ke 30 sampai jam ke 48

Page 58: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

42

konsentrasi fenol sudah mengalami penurunan. Turunnya konsentrasi fenol pada

jam ke 30 sampai jam ke 48 menunjukkan bahwa mikroorganisme yang ada dalam

biosistem sudah mulai memanfaatkan fenol sebagai sumber nutrient. Menurut

Nair et al. (2008) banyaknya lingkungan yang tercemar oleh fenol menyebabkan

jumlah mikroorganisme yang menggunakan fenol sebagai sumber karbon dan

energi baik secara aerob maupun anaerob meningkat. Menurut Rustamsjah (2001)

biodegradasi fenol terjadi akibat adanya pengrusakkan cincin aromatik oleh

mikroba pada proses anaerobik dan aerobik. Senyawa aromatik baik secara total

maupun sebagian dapat didegradasi oleh mikroorganisme tergantung pada jumlah

cincin dan jenis substituennya.

Bedasarkan data penelitian dalam Tabel 5.1, pada jam ke 24 sampai 30

kadar fenol mengalami penurunan paling tinggi sebesar 0,2906 mg/L.Dari hasil

isolasi dan identifikasi mikroorganisme yang diperoleh pada jam ke 30 pengolahan

jenis yang paling banyak dijumpai adalah jenis Pseudomonas sp (Lampiran 6).

Bakteri ini, juga mengalami peningkatan jumlah popolasi di jam ke 30. Menurut

penelitian Dewilda et al. (2012) Pseudomonas sp aktif di lingkungan yang terdapat

fenol dan memiliki kemampuan mendegradasi senyawa fenol. Bakteri tersebut

memiliki kemampuan dan aktivitas fisiologis untuk berkembang pada media yang

mengandung fenol sehingga bakteri tersebut memiliki laju pertumbuhan yang

lebih tinggi. Menurut hasil penelitian Rustamsjah (2001), dengan Pseudomonas

aeruginosa ATCC 27833 dapat mengaktifkan enzim pendegradasi fenol sehingga

diperoleh produk asam asetat. Asam asetat merupakan senyawa yang tidak

Page 59: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

43

berbahaya karena berperan dalam siklus krebs dan bereaksi dengan CoA

membentuk asetil CoA.

Gambar 5.1

Kurva Penurunan Konsentrasi Fenol Hasil Biodegradasi Limbah Zat Warna

Rhodamin B

Dalam pengolahan dengan biosistem menggunakan tanaman kangkungan

(Ipomea crassicaulis ), hasil degradasi dari senyawa fenol yang berupa unsur/ion-

ion sederhana langsung diserap oleh tanaman. Menurut Hamamah dan Yulinah

(2008), tumbuhan tidak memilih jenis unsur yang akan diserapnya karena

tumbuhan tidak dapat memilih unsur apa yang diperlukan maupun yang merugikan

baginya, sehingga unsur hara yang terdapat pada media tanamnya langsung diserap

tanpa diseleksi terlebih dahulu.

Perubahan nilai konsentrasi Fenol selama proses biodegradasi Limbah

Rhodamin B dapat dilihat pada Gambar 5.1. Jadi waktu pengolahan untuk

menurunkan kadar fenol terjadi setelah jam ke 24 pengolahan.

5.1.2 Penurunan Kadar Amonia dalam Proses Biodegradasi Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman.

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Senyawa ini pada

umumnya berupa gas dengan bau khas yang tajam. Amonia dalam air

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0 6 18 24 30 36 42 48

Ko

nse

ntr

asi

Fen

ol

(mg

/L)

Waktu Pengolahan

(jam)

Konsentrasi

Fenol

Page 60: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

44

berhubungan erat dengan siklus nitrogen di alam. Dalam salah satu siklus nitrogen,

amonia dapat terbentuk dari reduksi NO2– oleh bakteri (Sutrisno, 2002).

Tabel 5.2

Kadar Amonia dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B dengan Biosistem

Tanaman

Waktu

(jam)

Konsentrasi

Rata-rata

(mg/L)

0 0,1438

6 0,1620

12 0,2880

18 0,2531

24 0,2821

30 0,2107

36 0,1369

42 0,1248

48 0,1204

Kemampuan Biosistem Tanaman dalam menurunkan kadar Amonia hasil

biodegradasi limbah Rhodamin B selama waktu perlakuan 48 jam disajikan pada

Tabel 5.2. Pada proses pengolahan limbah zat warna Rhodamin B dengan

Biosistem Tanaman selama 48 jam, konsentrasi amonia yang terbentuk dari proses

degradasi Rhodamin B paling tinggi terdapat pada jam ke 12 dengan konsentrasi

sebesar 0,2880 mg/L (Tabel 5.2). Proses pembentukan amonia berasal dari

pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang

terdapat dalam tanah dan air yang berasal dari penguraian bahan organik yang

dilakukan oleh mikroba dan jamur (amofikasi). Konsentrasi amonia turun pada

jam ke 18 menjadi 0,2531 mg/L dan naik lagi pada jam ke 24 dengan nilai

konsentrasi 0,2821 mg/L. Hal ini disebabkan mulai adanya pemakaian amonia

oleh mikroba meskipun dalam jumlah yang masih sedikit dan proses pembentukan

Page 61: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

45

amonia oleh mikroba pembentuk amonia yang masih terjadi menyebabkan kadar

amonia naik. Kadar amonia mulai mengalami penurunan pada jam ke 30.

Penurunan kadar amonia tersebut disebabkan adanya proses rizodegradasi dimana

terjadi penguraian kontaminan dalam air oleh aktivitas mikroba pada perakaran

tanaman air. Mikroba dapat hidup dari pasokan sumber karbon organik dari

tumbuhan, asam amino, protein, alkohol, dan vitamin. Selain itu amonia yang

dihasilkan dapat diserap oleh tanaman kangkungan (Ipomea crassicaulis). Amonia

sangat berguna bagi tumbuhan dan mikroorganisme untuk asimilasi menjadi sel

baru yang memberikan lebih banyak nitrogen organik. Senyawa nitrat dan amonia

dalam air digunakan oleh tumbuhan dan mikroorganisme dalam proses biosintesis

(asimilasi) untuk membentuk sel baru yang akan menghasilkan nitrogen organik

(Bitton, 1994). Perubahan nilai konsentrasi Amonia selama proses biodegradasi

Limbah Rhodamin B dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2

Kurva Penurunan Konsentrasi Amonia Hasil Biodegradasi Limbah Zat Warna

Rhodamin B

Dalam Gambar 5.2 terlihat bahwa pada jam ke 24 sampai 36 kadar

Amonia mengalami penurunan paling tinggi sebesar 0,1452 mg/L. Penurunan

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0 6 12 18 24 30 36 42 48

Kon

sen

trasi

Am

on

ia

(mg/L

)

Waktu Pengolahan

(jam)

Page 62: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

46

kadar amonia yang terjadi tidak terlalu signifikan, hal ini bisa disebabkan oleh

kurangnya oksigen sehingga mikroba kurang optimal dalam mendegradasi amonia.

5.1.3 Penurunan Kadar Ion Klorida dalam Proses Biodegradasi Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman.

Ion klorida terbentuk akibat proses disosiasi senyawa-senyawa klorida

dalam air. Ion klorida tidak memiliki banyak pengaruh terhadap sifat-sifat kimia

dan biologi perairan. Ion klorida secara umum tidak membentuk senyawa

kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga dapat dioksidasi dalam

keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan garam klorida dapat

menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting dilakukan

analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan

pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air (Achmad,2004).

Kemampuan Biosistem Tanaman dalam menurunkan kadar Ion Klorida

hasil biodegradasi limbah Rhodamin B selama waktu perlakuan 48 jam disajikan

pada Tabel 5.3. Pada jam ke 0 sampai ke 12 masih mengalami dinamika pelepasan

ion klorida dari proses pemutusan ikatan senyawa aromatik oleh mikroba sehingga

terjadi peningkatan kadar Cl. Konsentrasi ion klorida mulai mengalami penurunan

pada jam ke 12 sampai jam ke 36 yaitu dari 26,765 mg/L sampai 23,043 mg/L,

pada jam ke 18 sampai 30 kadar Ion Klorida mengalami penurunan paling tinggi

sebesar 2,127 mg/L (Tabel 5.3).Turunnya kadar ion klorida disebabkan mulai

dimanfaatkannya ion klorida oleh tanaman. Bagi tanaman ion Cl merupakan hara

mikro esensial yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, sistem pembagian air

pada tempat oksidasi fotosistem II, aktivasi enzim, pengaturan osmotik,

pembatasan ion untuk transport kation, dan pengaturan pembukaan stomata

Page 63: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

47

(Kasno dan Effendi, 2013). Kurva konsentrasi ion klorida selama proses

biodegradasi disajikan dalam Gambar 5.3.

Tabel 5.3

Kadar Ion Klorida dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B dengan Biosistem

Tanaman

Waktu

(jam)

Konsentrasi

Rata-rata

(mg/L)

0 26,588

6 25,879

12 26,765

18 26,588

24 25,524

30 24,461

36 23,043

42 23,929

48 23,397

Gambar 5.3

Kurva Penurunan Konsentrasi Ion Klorida (Cl-) Hasil Biodegradasi Limbah Zat

Warna Rhodamin B

Dalam grafik dapat dilihat penurunan yang belum signifikan dengan

pengolahan biosistem tanaman yang digunakan dalam mengurangi konsentrasi ion

20.00

22.00

24.00

26.00

28.00

30.00

0 6 12 18 24 30 36 42 48

Ko

nse

ntr

asi

Io

n C

l

(mg

/L)

Waktu Pengolahan

(jam)

Page 64: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

48

klorida yang terdapat dalam sampel. Setelah 48 jam perlakuan, telah terjadi

penurunan konsentrasi ion klorida pada jam ke 18 pengolahan dengan konsentrasi

sebesar 26,588 mg/L sampai menjadi 23,397 mg/L. Perubahan konsentrasi yang

tidak signifikan ini disebabkan karena ion Cl merupakan unsur mikro essensial

yang dibutuhkan sedikit jumlahnya oleh tumbuhan maka ion Cl yang diserap oleh

tanaman kecil.

5.1.4 Penurunan Kadar COD (Chemical Oxigen Demand) dalam Proses

Biodegradasi Rhodamin B dengan Biosistem Tanaman.

COD (Chemical Oxigen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi dari senyawa-senyawa

kimia (Suyasa, 2007). Semakin tinggi nilai COD akan menyebabkan nilai oksigen

terlarut (DO) menurun (Effendi, 2003).

Kemampuan Biosistem Tanaman dalam menurunkan kadar COD hasil

biodegradasi limbah Rhodamin B selama waktu perlakuan 48 jam disajikan pada

Tabel 5.4

Tabel 5.4

Kadar COD (Chemical Oxigen Demand) dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin

B dengan Biosistem Tanaman

Waktu

(jam)

Konsentrasi

Rata-rata

(mg/L)

0 16,354

6 13,468

12 12,506

18 15,392

24 15,392

30 11,544

36 11,544

42 9,620

48 9,620

Page 65: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

49

Hasil analisis COD dari pengolahan biosistem tanaman dalam Tabel 5.4

diperoleh pada jam ke 0 sampai jam ke 12 mengalami penurunan konsentrasi dari

16,354 mg/L menjadi 12,506 mg/L. Kemudian naik pada jam ke 18 dan ke 24

dengan konsentrasi yang sama yaitu 15,392 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa

poses oksidasi senyawa dalam air limbah yang membutuhkan oksigen paling

tinggi terjadi pada jam ke 18 dan 24. Meningkatnya kadar COD pada jam ke 18

dan 24 disebabkan oleh meningkatnya biomassa mikroorganisme yang dibuktikan

dengan data dalam Lampiran 6 di mana bakteri Pseudomonas sp mengalami

peningkatan populasi pada jam ke 18. Peningkatan biomassa akan menyebabkan

turunnya konsentrasi bahan organik pada limbah. Peningkatan biomassa

disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme dalam limbah tersebut.Adanya

penggunaan oksigen terlarut oleh bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan

nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air sehingga kadar

oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat.

Gambar 5.4

Kurva Penurunan Konsentrasi COD (Chemical Oxigent Demand) Hasil

Biodegradasi Limbah Zat Warna Rhodamin B

8.00

9.50

11.00

12.50

14.00

15.50

17.00

0 6 12 18 24 30 36 42 48

Ko

nse

ntr

asi

CO

D

(mg

/L)

Waktu Pengolahan

(jam)

Page 66: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

50

Nilai konsentrasi COD mulai mengalami penurunan di jam ke 24 sampai jam ke

48 yaitu dari 15,392 mg/L sampai 9,620 mg/L. Penurunan kadar COD yang paling

tinggi terjadi pada jam ke 24 sampai 30 sebesar 3,848 mg/L. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar senyawa-senyawa kimia dalam air limbah dapat teroksidasi

oleh aktivitas mikroorganisme. Kurva konsentrasi COD selama proses

biodegradasi disajikan dalam Gambar 5.4.

5.2 Efektivitas Biosistem Tanaman dalam Menurunkan Kadar Fenol,

Amonia (NH3), Ion Klorida (Cl-) dan COD (Chemical Oxigen Demand)

dalam Proses Biodegradasi Rhodamin B dengan Biosistem Tanaman.

Efektivitas Biosistem dalam persentase ditentukan dengan membandingkan

konsentrasi tertinggi dari hasil degradasi Rhodamin B dengan penurunan

konsentrasi hasil degradasi Fenol, Amonia, Ion Klorida dan COD sampai waktu

akhir penurunan. Efektivitas Biosistem Tananaman dalam Menurunkan Kadar

Fenol, Amonia (NH3), Ion Klorida (Cl-) dan COD (Chemical Oxigen Demand)

dalam Proses Biodegradasi Rhodamin B dengan Biosistem Tanaman disajikan

dalam Tabel 5.5, Tabel 5.6, Tabel 5.7, dan Tabel 5.8

Tabel 5.5

Efektivitas Biosistem Kadar Fenol dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman

Waktu

(jam)

Konsentrasi

rata-rata

(mg/L)

Konsentrasi

Tertinggi

Efektifitas

Biosistem

(mg/L) (%)

30 0,4118 0,7024 41,37

36 0,2837 0,7024 59,61

42 0,1471 0,7024 79,06

48 0,1194 0,7024 83,00

Page 67: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

51

Tabel 5.6

Efektivitas Biosistem Kadar Amonia dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman

Waktu

(jam)

Konsentrasi

rata-rata

(mg/L)

Konsentrasi

Tertinggi

(mg/L)

Efektifitas

Biosistem

(%)

30 0,2107 0,2821 25,31

36 0,1369 0,2821 51,47

42 0,1248 0,2821 55,76

48 0,1204 0,2821 57,32

Tabel 5.7

Efektivitas Biosistem Kadar Cl- dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman

Waktu

(jam)

Konsentrasi

rata-rata

(mg/L)

Konsentrasi

Tertinggi

(mg/L)

Efektifitas

Biosistem

(%)

24 25,524 26,588 4,00

30 24,461 26,588 8,00

36 23,043 26,588 1,33

42 23,929 26,588 10,00

48 23,397 26,588 12,00

Tabel 5.8

Efektivitas Biosistem Kadar COD dari Proses Degradasi Limbah Rhodamin B

dengan Biosistem Tanaman

Waktu

(jam)

Konsentrasi

rata-rata

(mg/L)

Konsentrasi

Tertinggi

(mg/L)

Efektifitas

Biosistem

(%)

30 11,544 15,392 25,00

36 11,544 15,392 25,00

42 9,62 15,392 37,50

48 9,62 15,392 37,50

Berdasarkan Tabel 5.5, Tabel 5.6, Tabel 5.7, dan Tabel 5.8. efektivitas

penurunan kadar fenol, amonia, dan COD dengan waktu tinggal air limbah jam ke

48 berturut-turut yaitu sebesar 83,00 %, 57,32%, 12,00% dan 37,50%.

Berdasarkan hasil tersebut, biosistem tanaman memiliki efektivitas yang tinggi

Page 68: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

52

dalam menurunkan kadar fenol dan amonia (di atas 50%) namun dalam

menurunkan kadar ion klorida dan COD efektivitasnya masih rendah.

Page 69: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

53

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa

hal yaitu:

1. Biosistem tanaman mampu menurunkan kadar Fenol tertinggi dari jam ke

24 pengolahan sampai jam ke 30 pengolahan sebesar 0,2906 mg/L,

Amonia dari jam ke 24 pengolahan sampai jam ke 36 pengolahan sebesar

0,1452 mg/L, Ion Klorida dan COD dari jam ke 18 pengolahan sampai jam

ke 30 pengolahan sebesar 2,127 mg/L dan 3,848 mg/L.

2. Biosistem tanaman efektif dalam menurunkan kadar Fenol dan Amonia (di

atas 50%), namun kurang efektif dalam menurunkan kadar Ion Klorida dan

COD.

6.2 Saran

1. Perlu adanya penelitian lanjutan menggunakan jenis mikroorganisme

pendegradasi polutan yang mampu bertahan hidup dalam biosistem

tanaman.

2. Perlu penelitian tentang dinamika oksigen dan pH dalam proses

biodegradasi limbah pada biosistem tanaman.

Page 70: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

54

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. R. 2004. Kimia Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Andi

Angraeni, W.G., Budiarsa S. I. W., Wahyu D. S. 2014. Pengaruh Perlakuan

Biofiltrasi Ekosistem Buatan Terhadap Penurunan COD, Nitrat, dan pH

Air Limbah Pencucian Rumput Laut. Jurnal Kimia Vol 8 (1) p. 97-103.

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Anonim. 2004. Kurikulum Kursus Penyusun AMDAL. Jakarta: Pusat Pendidikan

dan Pelatihan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Anonim. 2004. Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) Refluks Terbuka

Dengan Refluks Terbuka Secara Titrimetri . SNI 06-6989.15-2004 Air

dan Air Limbah – Bagian 15. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional

(BSN).

Al-Kadhemy, Mahasin F., Israa F., Alsharuee , Ali Abid D., Al-Zuky. 2011.

Analysis of the Effect of the Concentration of Rhodamine B in Ethanol

on the Fluorescence Spectrum Using the ''Gauss Mod'' Function,Journal

of Physical Science. Vol : 22 (2), page : 77–86. University Sains

Malaysia.

Atlas, R.M., and Bartha, R. 1987. Microbial Ecology, Fundamental and

Applications. California : The Benjamin/Cummings Publishing

Company. Inc..

Awaluddin, R., Darah S, Ibrahim CD, Uyub AM. 2001. Decolorization of

Commercially Available Synthetic Dyes by The White Rot Fungus

Phanerochaete Chrysosporium. J Fungi and Bactery. Vol: 62, page: 55-

63.

Banon, C., Suharto T.E. 2008. Adsorpsi Amoniak Oleh Adsorben Zeolit Alam

Yang Diaktivasi Dengan Larutan Amonium Nitrat, Jurnal Gradien, Vol:

4 (2), hal: 354-360.

Bitton, G. 1994. Wastewater Microbiology. New York : Willey-Liss.

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. p.

19-27. Jakarta : Bumi Aksara.

Cascio, J. 1994. Best Management Practices for Pollution Prevention in The

Textile Industry. J Enviromental Protection. Vol: 96, page :625-629.

Cunningham, M.D., and Gant. 1995. Obstetri Williams Edisi ke-18. Jakarta : EGC

Page 71: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

55

Dewilda, Y., Reri, A., Fano, F.I, 2012, Degradasi Senyawa Fenol oleh

Mikroorganisme Laut, Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, Vol: 9 (1) hal:

59-73, Universitas Andalas, Sumatera Barat.

Djarismawati., Sugiharti, Riris N. 2004. Pengetahuan dan Perilaku Pedagang Cabe

Merah Giling dalam Penggunaan Rhodamine B di Pasar Tradisional di

DKI Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan.

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol: 3 (1), hal: 7 – 12.

Fatimah, I. 2006. Pengaruh Konsentrasi Agen Pemilar Terhadap Karakter

Fisikokimiawi dan Fotoaktivitas Zro2-

Montmorillonit pada Degradasi

Fotokatalitik Limbah Cair Industri Tekstil. Jurnal Logika. Vol: 3 (2), hal

: 42-50.

Folin, O., and Ciocalteu, V. 1927. On Tyrosine and Tryptophane Determinations

in Proteins. Journal of Biological Chemistry Vol: 73( 2 ), page: 627-650.

Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung :

CV. Yrama Widya.

Greenberg, E. A., Clescert, S. L., and Eaton, D. A. 1992. Examination of Water

and Wastewater. Standard Methods 18th

Edition P. 412-418. Washington

: American Public Health Association.

Haberl, R., andLangergraber, H., 2002, Constructed Wetlands: a Chance to Solve

Wastewater Problems in Developing Countries. J.Wat. Sci. Technol.

Vol: 40, page:11-17.

Hamamah, F., dan Yulinah T. 2008. Penyisishan Fenol pada Limbah Industri dari

PT XYZ dengan Eceng Gondok (Eichihornia crassipes ).Prosiding

Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII. Jurusan Teknik

Lingkungan Program Pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh

Nopember. Surabaya

Handayanto, E., danHairiah K. 2007. Biologi Tanah : Landasan Pengelolaan

Tanah. Sehat. Malang : PustakaAdipura.

Hart, Harold., Leslie E, Craine., David J. Hart. 2003. Kimia organik, Suatu Kuliah

Singkat. Jakarta: Erlangga.

Kafilzadeh, F., Mohammad, S., Farhangdoost, Yaghoob, T. 2010. Isolation and

Identification of Phenol Degrading Bacteria from Lake Parishan and

Their Growth Kinetic Assay. African Journal of Biotechnology. Vol:

9(40), page: 6721-6726.

Page 72: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

56

Kasno, A., dan Effendi, D.S. 2013. Penambahan Klorida dan Bahan Organik pada

Beberapa Jenis Tanah Untuk Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit. Jurnal

Littri. Vol: 19 (2), Hal: 78 – 87.

Khiatudin, M., 2003. Melestarikan Sumber Daya Air dengan Teknologi Rawa

Buatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Kurniawan, H. 2008. Fitoremidiasi. [dikutip 2 Agustus 2014]. Available from :

URL: http://h925.blogspot.com/ 2008/05/fitoremidiasi.html.

Komarawidjaja, W. 2007. Degradasi BOD dan COD pada Sistem Lumpur Aktif

pada Pengolahan Limbah Cair Tekstil. Jurnal Tek.Ling. Vo l:8 (1), Hal:

22-28. Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi. Jakarta.

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Edisi ke-3. Yogyakarta: Penerbit Andi

Lawrence, G. H. M. 1951. Taxonomy of Vascular Plant. New York: Jones Wiley

and Sons.

Lingga. P. 1992. Bertanam Ubi-ubian. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mary, A.H.F. 1998. Standard Method for The Examination of Water and

Wastewater. 20th edition. . NW Washington DC : Publication American

Public Health Association 1015 fifteenth street.

Mangkoedihardjo S., dan Ganjar S. 2010. Fitoteknologi Terapan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Metcalf and Eddy. 1991. Waste Water Engineering. New York : Mcgraw Hill

Muhammad, R. 2010. Biofiltrasi Limbah Perairan. [dikutip 10 Agustus 2014].

Available from : URL:

http://muhammadr078.student.ipb.ac.id/2010/06/20/biofiltrasi-limbah-

perairan.

Nailufary, L. 2008. “Pengolahan Air Limbah Pencelupan Tekstil Menggunakan

Biofilter Tanaman Kangkungan (Ipomoea crassicaulis) dalam Sistem

Batch (Curah) Teraerasi” (Skripsi). Bukit Jimbaran : Universitas

Udayana.

Nair, C. I., Jayachandran, K., Shashidhar, S.. 2008. Biodegradation of Phenol.

African Journal of Biotechnology, Vol: 7 (25), page: 4951-4958.

Nemerow, N.L., and Dasgupta A. 1991. Industrial and Hazardous Waste

Treatment. New York: Van Nostrand Reinhold.

Page 73: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

57

Patrick, G. L. 2004. Organik Chemistry. London: Bios Scientific

Rustamsjah. 2001. Rekayasa Biodegradasi Fenol oleh Pseudomonas

aeruginosaATCC 27833. Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Program

Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.

Rohman, A., dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor : Depdikbud, Ditjen Pendidikan

Tinggi, PAU, Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor.

Sastrawidana, I.D.K. 2011. Studi Perombakan Zat Warna Tekstil Remazol Red RB

Secara Aerob Menggunakan Bakteri Enterobacter Aerogenes yang

Diisolasi dari Lumpur Limbah Tekstil.Jurnal Kimia, Vol: 5 (2), hal: 117-

124.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabet

Sumastri. 2009. Bioremediasi Lumpur Minyak Bumi secara Pengomposan

Menggunakan Kultur Bakteri Hasil Seleksi. [dikutip 2 Agustus 2014].

Available from : URL: http://www.p4tkipa.org/data/SUMASTRI.pdf.

15.01.2010.

Sutrisno, C.T., dan Suciastuti, E. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Suratman, Priyanto, D., Setyawan, A.D. 2000. Analisis Keragaman Genus

IpomoeaBerdasarkan Karakter Morfologi. Jurnal Biodiversitas Volume

1, Nomor 2 Hal: 72 – 79. FMIPA Universitas Negeri Sebelas Maret.

Surakarta

Suyasa, I. W.B., dan Dwijani,W. 2007. Kemampuan Sistem Saringan Pasir-

Tanaman Menurunkan Nilai BOD dan COD Air Tercemar Limbah

Pencelupan. Jurnal Ecotrophic, Vol: 2 (1), Hal : 1-7.

Suyasa, I. W.B., dan Dwijani,W. 2015. Biosystem Treatment Approach for

Seaweed Processing Wastewater. Journal of Environment and Waste

Management,Vol. 2(2), page: 059-062 .

Tangahu, B. V., dan Warmadewanthi, I. D. A. A. 2001. Pengelolaan Limbah

Rumah Tangga Dengan Memanfaatkan Tanaman Cattail (Typha

angustifolia) dalam Sistem Constructed Wetland. Jurnal Purifikasi,

Vol:2 (3), hal:127-132. ITS – Surabaya.

Page 74: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

58

Tchobanoglous, G., and Burton, F.L. 2003. Wastewater Engineering: Treatment,

Disposal, and Reuse. 4rd Ed. Singapore : McGraw-Hill.Inc.

Untung, O. 1992. Menjernihkan Air Kotor. Jakarta: Puspa Swara.

Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang : UMM Press.

Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta :

Penerbit Andi.

Yoo, E.S. 2000. “Biological and Chemical Mechanisms of Reductive

Decolorization of Azo Dyes”. (Dissertation). Genehmingte Berlin.

Zaoyan, Y., Ke, S., Guangliang, S., Fan, Y., Jinshan, D., Haunian, M. 1992 .

Anaerobic-aerobic Treatment of Dye Wastewater by Combination of

RBC with Activated Slude, J.Wat. Sci. Tech., Vol: 26(9-11), page: 2093-

2096.

Page 75: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

59

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Fenol

a. Perhitungan Kurva Kalibrasi

Larutan x (C) y (A) x2 y

2 xy

Blanko 0 0 0 0 0

Standar 1 0,25 0,0085 0,0625 0,0000723 0,002125

Standar 2 0,50 0,0148 0,25 0,0002190 0,007400

Standar 3 0,75 0,0220 0,5625 0,0004840 0,016500

n = 4 Σx =1,5 Σy = 0,0453 Σx2 = 0,875 Σy

2 = 0,00007753 Σxy = 0,026025

375,04

5,1

n

xx

011325,04

0453,0

n

yy

22

xxn

yxxynb

25,1)875,0(4

453,05,1)026025,0(4

02892,025,1

0362,0b

axby xbya

)375,0)(02892,0(011325,0

= 0,0005

Jadi, Persamaan Regresi Liniernya axby

0005,01915,0 xy

Page 76: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

60

b. Perhitungan Koefisien Regresi Linier (r)

2222

yynxxn

yxxynr

220453,000007753,045,1875,04

)0453,0)(5,1()0260,0(4

0021,00031012,025,25,3

068,01041,0

)0010491,0()25,1(

03615,0

0013,0

03615,0

= 0,9983

Kurva Kalibrasi untuk Standar Fenol

Keterangan :

y = absorbansi standar

x = konsentrasi standar

r = koefisien regresi linear

y = 0.0289x + 0.0005

r = 0.9983

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi Standar Fenol (mg/L)

Page 77: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

61

c. Contoh penentuan kadar fenol dalam sampel.

Data Pengulangan I pada waktu pengolahan jam ke 0

Absorbansi sampel = 0,0151

x (kadar fenol dalam sampel) = . . . . . ?

Dihitung sebagai berikut :

axby

0005,00289,0 xy

0005,00289,00151,0 x

x0289,00005,00151,0

Lmgx /5052,00289,0

0146,0

Kadar Fenol dalam sampel adalah = 0,5052 mg/L

Dengan cara yang sama diperoleh kadar Fenol seluruh sampel :

Waktu Perlakuan

Sampel Absorbansi Konsentrasi (mg/L)

Rata-rata

(mg/L)

(jam) U1 U2 K1 K2

0 0,0151 0,0152 0,5052 0,5087 0,5069

6 0,0164 0,0164 0,5502 0,5502 0,5502

12 0,0039 0,0039 0,1176 0,1176 0,1176

18 0,0148 0,0148 0,4948 0,4948 0,4948

24 0,0208 0,0208 0,7024 0,7024 0,7024

30 0,0124 0,0124 0,4118 0,4118 0,4118

36 0,0087 0,0087 0,2837 0,2837 0,2837

42 0,0047 0,0048 0,1453 0,1488 0,1471

48 0,0039 0,0040 0,1176 0,1211 0,1194

Keterangan :

U1 : Absorbansi ulangan pertama

U2 :Absorbansi ulangan kedua

K1 : Konsentrasi ulangan pertama

K2 : Konsentrasi ulangan kedua

Page 78: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

62

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Amonia

c. Perhitungan Kurva Kalibrasi

Larutan x (C) y (A) x2 y

2 xy

Blanko 0 0 0 0 0

Standar 1 0,25 0,0375 0,0625 0,001406 0,009375

Standar 2 0,50 0,1031 0,25 0,01063 0,051550

Standar 3 0,75 0,1474 0,5625 0,021727 0,110550

n = 4 Σx =1,5 Σy = 0,288 Σx2 = 0,875 Σy

2 = 0,033763 Σxy = 0,1715

375,04

5,1

n

xx

072,04

288,0

n

yy

22

xxn

yxxynb

25,1)875,0(4

288,05,1)1715,0(4

20312,025,1

2539,0b

axby xbya

)375,0)(20312,0(072,0

= -0,0042

Jadi, Persamaan Regresi Liniernya axby

00417,0072,0 xy

Page 79: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

63

d. Perhitungan Koefisien Regresi Linier (r)

2222

yynxxn

yxxynr

22)288,0(033763,045,1875,04

)288,0)(5,1()1715,0(4

08294,013505,025,25,3

432,06859,0

)05211,0()25,1(

2539,0

06514,0

2539,0

= 0,9948

Kurva Kalibrasi untuk Standar Amonia

Keterangan :

y = absorbansi standar

x = konsentrasi standar

r = koefisien regresi linear

y = 0.2031x - 0.0041

r = 0.9948

0

0.025

0.05

0.075

0.1

0.125

0.15

0.175

0.2

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi Standar Amonia (mg/L)

Page 80: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

64

e. Contoh Penentuan Kadar Amonia dalam Sampel.

Data Pengulangan I pada waktu pengolahan jam ke 0

Dihitung sebagai berikut :

Absorbansi sampel = 0,0251

x (kadar amonia dalam sampel) = . . . . . ?

axby

0041,02031,0 xy

0041,00289,00251,0 x

x0289,00041,00251,0

Lmgx /1443,00289,0

021,0

Kadar Amonia dalam sampel adalah = 0,1443 mg/L

Dengan cara yang sama diperoleh kadar Amonia seluruh sampel :

Waktu Perlakuan

Sampel Absorbansi Konsentrasi (mg/L)

Rata-rata

(mg/L)

(jam) U1 U2 K1 K2

0 0,0251 0,0249 0,1443 0,1433 0,1438

6 0,0287 0,0287 0,1620 0,1620 0,1620

12 0,0543 0,0543 0,2880 0,2880 0,2880

18 0,0471 0,0473 0,2526 0,2536 0,2531

24 0,0532 0,0530 0,2826 0,2816 0,2821

30 0,0386 0,0386 0,2107 0,2107 0,2107

36 0,0236 0,0236 0,1369 0,1369 0,1369

42 0,0212 0,0211 0,1251 0,1246 0,1248

48 0,0202 0,0203 0,1201 0,1206 0,1204

Keterangan :

U1 : Absorbansi ulangan pertama

U2 : Absorbansi ulangan kedua

K1 : Konsentrasi ulangan pertama

K2 : Konsentrasi ulangan kedua

Page 81: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

65

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Ion Klorida

Data Pengulangan I pada waktu pengolahan jam ke 0

Normalitas AgNO3 (titran) (N) = 0,001 mol/L

Volume titran untuk blanko (B) = 0,2 ml

Volume titran untuk sampel (A) = 7,7 ml

Volume sampel = 10 ml

Dihitung sebagai berikut :

Kadar Cl- (mg/L)

sampelvol

xxNxBA

.

1000450,35)(

ml

gmgmolxgLxmolxmlml

10

/1000/450,35/001,0)2,07,7(

gmgxLg

/100010

/26588,0

= 26,588 x 10-3 g/L x 1000 mg/g

= 26,588 mg/L

Kadar Cl-dalam sampel adalah = 26,588 mg/L

Dengan cara yang sama diperoleh kadar Cl-seluruh sampel :

Waktu Perlakuan

Sampel Vol. Titran Sampel Konsentrasi (mg/L)

Rata-rata

(mg/L)

(jam) U1 U2 K1 K2

0 7,7 7,6 26,588 26,233 26,588

6 7,5 7,5 25,879 25,879 25,879

12 7,7 7,8 26,588 26,942 26,765

18 7,7 7,7 26,588 26,588 26,588

24 7,4 7,4 25,524 25,524 25,524

30 7,1 7,1 24,461 24,461 24,461

36 6,7 6,7 23,043 23,043 23,043

42 6,9 7,0 23,752 24,106 23,929

48 6,8 6,8 23,397 23,397 23,397

Keterangan :

U1 : Vol. Titran Sampel ulangan pertama

U2 : Vol. Titran Sampel ulangan kedua

K1 : Konsentrasi ulangan pertama

K2 : Konsentrasi ulangan kedua

Page 82: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

66

Lampiran 4. Perhitungan Kadar COD

Data Pengulangan I pada waktu pengolahan jam ke 0

Dihitung sebagai berikut :

Normalitas Fe(NH4)2(SO4)2 (titran) (N) = 0,0962 mol/L

Volume titran untuk blanko (A) = 2,45 ml

Volume titran untuk sampel (B) = 2,00 ml

Volume sampel = 20 ml

Faktor pengenceran = 50

Kadar COD (mg/L) sampelvol

xNxBA

.

8000)(

ml

molmgLxmolxmlml

20

/8000/0962,0)00,245,2(

= 17,316 mg/L

Kadar COD dalam sampel adalah = 17,316 mg/L

Dengan cara yang sama diperoleh kadar COD seluruh sampel :

Waktu Perlakuan

Sampel Vol. Titran Sampel Konsentrasi (mg/L)

Rata-rata

(mg/L)

(jam) U1 U2 K1 K2

0 2,00 2,05 17,316 15,392 16,354

6 2,10 2,10 13,468 13,468 13,468

12 2,10 2,15 13,468 11,544 12,506

18 2,05 2,05 15,392 15,392 15,392

24 2,05 2,05 15,392 15,392 15,392

30 2,15 2,15 11,544 11,544 11,544

36 2,15 2,15 11,544 11,544 11,544

42 2,20 2,20 9,620 9,620 9,620

48 2,20 2,20 9,620 9,620 9,620

Keterangan :

U1 : Vol. Titran Sampel ulangan pertama

U2 : Vol. Titran Sampel ulangan kedua

K1 : Konsentrasi ulangan pertama

K2 : Konsentrasi ulangan kedua

Page 83: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

67

Lampiran 5. Perhitungan Efektivitas Biosistem Tanaman dalam

Menurunkan Kadar Fenol, Amonia (NH3), Ion Klorida (Cl-) dan COD

(Chemical Oxigen Demand) dalam Proses Biodegradasi Rhodamin B dengan

Biosistem Tanaman

Contoh perhitungan % efektivitas :

- Konsentrasi Fenol tertinggi (Qa) = 0,7024 mg/L

- Konsentrasi Fenol akhir (Qt) = 0,1194 mg/L

- % efektivitas = ……?

% Efektivitas dihitung sebagai berikut :

% Efektivitas = (Qa−Qt )

Qa x 100%

= (0,7024−0,1194)

0,7024 x 100%

= 83,00%

Dengan cara yang sama, maka diperoleh data sebagai berikut :

Efektivitas Biosistem Kadar Fenol

Waktu

(jam)

Konsentrasi

rata-rata

(mg/L)

Konsentrasi

Tertinggi

Efektivitas

Biosistem

(mg/L) (%)

30 0,4118 0,7024 41,37

36 0,2837 0,7024 59,61

42 0,1471 0,7024 79,06

48 0,1194 0,7024 83,00

Efektivitas Biosistem Kadar Amonia

Waktu

(jam)

Konsentrasi

rata-rata

(mg/L)

Konsentrasi

Tertinggi

Efektifitas

Biosistem

(mg/L) (%)

30 0,2107 0,2821 25,31

36 0,1369 0,2821 51,47

42 0,1248 0,2821 55,76

48 0,1204 0,2821 57,32

Efektivitas Biosistem Kadar Cl-

Waktu

(jam)

Konsentrasi

rata-rata

(mg/L)

Konsentrasi

Tertinggi

Efektivitas

Biosistem

(mg/L) (%)

24 25,524 26,588 4,00

30 24,461 26,588 8,00

36 23,043 26,588 1,33

42 23,929 26,588 10,00

48 23,397 26,588 12,00

Page 84: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

68

Efektivitas Biosistem Kadar COD

Waktu

(jam)

Konsentrasi

rata-rata

(mg/L)

Konsentrasi

Tertinggi

Efektivitas

Biosistem

(mg/L) (%)

30 11,544 15,392 25,00

36 11,544 15,392 25,00

42 9,62 15,392 37,50

48 9,62 15,392 37,50

Page 85: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

69

Lampiran 6. Isolasi Jenis Mikroorganisme dari Proses Degradasi Limbah

Rhodamin B dalam Biosistem Tanaman.

Berdasarkan hasil isolasi mikroorganisme dari sistem rhizodegradasi

tanaman kangkungan (Ipomea crassicaulis ) yang diberi limbah artificial

Rhodamin B selama waktu pengolahan didapatkan jenis mikroorganisme sebagai

berikut.

Waktu perlakuan

(jam) No Jenis mikroorganisme

Populasi Koloni Bakteri

(CFU/g tanah x 108

)

0

1 Pseudomonas sp 131

2 Shigella sp. 244

3 Pasteurella sp. 10

6

1 Pseudomonas sp 122

2 Stenotrophomonas sp 21

3 Yeast (Spesies x) 131

12

1 Pseudomonas sp 150

2 Pasteurella sp. 128

3 Yeast (Spesies x) 33

18

1 Pseudomonas sp 279

2 Pasteurella sp. 13

3 Prosteus sp. 11

24

1 Pseudomonas sp 54

2 Stenotrophomonas sp 8

3 Yeast (Spesies x) 155

30

1 Pseudomonas sp 154

2 Stenotrophomonas sp 1

3 Pasteurella sp. 18

36

1 Pseudomonas sp 106

2 Pasteurella sp. 20

3 Yeast (Spesies x) 188

42 1 Pseudomonas sp 84

2 Yeast (Spesies x) 213

48

1 Pseudomonas sp 109

2 Pasteurella sp. 10

3 Yeast (Spesies x) 156

Page 86: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

70

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Pembibitan Tanaman Ipomoea crassicaulis

Penyiapan Bak Biosistem Tanaman

Penyiapan Konsorsia Mikroba

Page 87: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

71

Pemberian limbah artificial Rhodamin B

Proses Biosistem Tanaman

Sampel air limbah hasil pengolahan

Page 88: TESIS PEMANFAATAN BIOSISTEM TANAMAN UNTUK

72

Pengukuran parameter