68
BAB I PENDAHULUAN Dalam makalah ini membahas tentang kegawatdaruratan di bidang medis dan kedokteran gigi yang terkait dalam bidang Periodonsia, Ilmu kedokteran Gigi Anak, dan Ilmu Bedah Mulut (Oral Surgery). Topik yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai “Fraktur Dento Alveolar”. Tujuan dari membahas topik ini adalah memperoleh gambaran untuk menegakkan diagnosa dan dapat mengelola kedaruratan medis atau kedokteran gigi akibat trauma pada berbagai usia. Pada topik ini akan dijelaskan definisi dan etiologi traumatic injury, klasifikasi WHO dan Ellis fraktur dentoalveolar, menjelaskan penanggulangan trauma secara umum dan tindakan segera yang harus dilakukan, menjelaskan penanggulangan fraktur mahkota dan fraktur akar baik gigi sulung maupun tetap juga

teteh asuh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: teteh asuh

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam makalah ini membahas tentang kegawatdaruratan di bidang medis

dan kedokteran gigi yang terkait dalam bidang Periodonsia, Ilmu kedokteran Gigi

Anak, dan Ilmu Bedah Mulut (Oral Surgery). Topik yang akan dibahas dalam

makalah ini mengenai “Fraktur Dento Alveolar”. Tujuan dari membahas topik ini

adalah memperoleh gambaran untuk menegakkan diagnosa dan dapat mengelola

kedaruratan medis atau kedokteran gigi akibat trauma pada berbagai usia.

Pada topik ini akan dijelaskan definisi dan etiologi traumatic injury,

klasifikasi WHO dan Ellis fraktur dentoalveolar, menjelaskan penanggulangan

trauma secara umum dan tindakan segera yang harus dilakukan, menjelaskan

penanggulangan fraktur mahkota dan fraktur akar baik gigi sulung maupun tetap

juga menjelaskan alat restorasi semitetap dan alat stabilisasi untuk fraktur

dentoalveolar.

Semuanya, baik teori maupun pengelolaannya, akan dibahas lebih

mendalam pada bab selanjutnya.

Page 2: teteh asuh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi, Etiologi, dan Insidensi Traumatic Injury

Traumatic injury adalah injury yang dapat bersifat fisik (badan) atau

emosional yang dihasilkan oleh luka luka fisik atau mental, atau shock. Traumatic

dental injury atau dental trauma merupakan injury yang terjadi pada mulut,

termasuk gigi, bibir, gusi, lidah, dan tulang rahang. Traumatic dental injury

umumnya merupakan kombinasi trauma jaringan lunak peri-oral, gigi, dan

jaringan pendukungnya.

Fraktur dentoalveolar adalah fraktur yang pada tulang alveolar dengan gigi yang

berhubungan.

Etiologi

Menurut frekuensi terjadinya antara lain:

1. kekerasan inter personal

2. sporting injuries (olahraga)

3. jatuh

4. kecelakaan lalu lintas

5. industrial trauma

Dentoalveolar injury dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, mulai dari anak-

anak, remaja, hingga dewasa. Pada masa kanak-kanak dan balita, penyebab

Page 3: teteh asuh

utamanya biasanya adalah jatuh, terutama pada usia setahun pertama. Penyebab

lainnya dapat berupa kekerasan yang dilakukan pada anak. Pada masa remaja,

penyebabnya umumnya adalah olahraga. Pada usia dewasa, biasanya

penyebabnya adalah karena kecelakaan dalam berkendara, assaults, jatuh,

olahraga, dan kecelakaan pabrik.

Prevalensi dan Insidensi

1 dari 5 anak dan 1 dari 4 dewasa memiliki bukti dental injuri pada gigi

anteriornya. Bahkan pada beberapa negara, prevalensi trauma dental lebih banyak

daripada dental karies. Laki-laki lebih sering mengalami trauma ini 2x lebih besar

dari perempuan. Insidensi puncak dari dental injuri yaitu pada usia 2-4 dan 8-10

tahun.

2.2 Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar

a. Menurut WHO

1. Trauma pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa

Infraksi Mahkota

Fraktur sebagian atau pecahnya enamel tanpa kehilangan substansi gigi

lainnya.

Fraktur Mahkota

Fraktur yang mengenai enamel dan dentin tanpa mengenai pulpa.

Komplikasi Fraktur Mahkota

Page 4: teteh asuh

Fraktur mahkota yang tidak hanya mengenai enamel dan dentin,

namun juga pulpa.

Fraktur Mahkota-akar

Fraktur yang mengenai enamel, dentin dan sementum namun tidak

mengenai pulpa.

Komplikasi Fraktur Mahkota-akar

Fraktur yang melibatkan kerusakan enamel, dentin, sementum dan

pulpa.

Fraktur Akar

Fraktur yang mengenai dentin, sementum dan pulpa.

2. Trauma pada Jaringan Periodontal

Concussion

Trauma pada jaringan pendukung gigi tanpa disertai kehilangan gigi.

Subluxation

Trauma pada jaringan sekitar gigi disertai adanya kehilangan jaringan

yang abnormal namun tidak ada peristiwa lepasnya gigi.

Intrusive Luxation (central dislocation)

Lepasnya gigi dari tulang alveolar disertai dengan fraktur pada soket

alveolar.

Extrusive luxation (peripheral dislocation, Partial avulsion)

Lepasnya gigi sebagian diluar soket alveolar

Lateral luxation

Page 5: teteh asuh

Lepasnya gigi pada arah selain axial, biasanya disertai dengan fraktur

soket alveolar.

Retained Root Fracture

Fraktur dengan retensi pada segmen akar namun kehilangan segmen

mahkota diluar soket alveolar.

Exarticulation (complete avulsion)

Lepasnya gigi secara keseluruhan dari alveolar soket

3. Trauma / Fraktur Dentoalveolar

Comminution of the alveolar socket

Fraktur soket alveolar

Fraktur Processus alveolaris

Fraktur Mandibula atau Maxilla

Gambar 1. Kecelakaan pada

jaringan keras gigi dan jaringan pulpa A. infraksi mahkota B dan C. Fraktur mahkota

sebagian D. Fraktur mahkota seluruhnya E. Fraktur mahkota dan akar sebagian G. Fraktur

akar

Page 6: teteh asuh

Gambar 2. Kecelakaan pada tulang pendukung A. kominasi soket alveolar et B dan C fraktur pada dinding soket alveolar D dan E Fraktur pada procc Alveolar F dan G Fraktur pada

mandibula dan maksila

Gambar 3. Kecelakaan pada jaringan periodontal A. Concussion B. Subluxation C. Intrusive Luxation (central dislocation) D. Extrusive luxation (peripheral dislocation,

Partial avulsion) E. Lateral luxation F. Retained Root Fracture G.Exarticulation (complete avulsion)

b. Klasifikasi Ellis

Klas I : Tidak ada fraktur atau fraktur mengenai email dengan atau

tanpa memakai perubahab tempat

Klas II : Fraktur mengenai dentin dan belum mengenai pulpa dengan

atau tanpa memakai perubahan tempat.

Page 7: teteh asuh

Klas III : Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka dengan atau tanpa

perubahan tempat

Klas IV : Gigi mengalami trauma sehingga gigi menjadi non vital

dengan atau tanpa hilangnya struktur mahkota

Klas V : Hilangnya gigi sebagai akibat trauma

Klas VI : Fraktur akar dengan atau tanpa hilangnya struktur mahkota

Klas VII : Perpindahan gigi atau tanpa fraktur mahkota atau akar gigi

Klas VIII : Fraktur mahkota sampai akar

Klas IX : Fraktur pada gigi desidui

2.3 Tanda – Tanda Klinis Fraktur Dentoalveolar

Tanda-tanda klinis fraktur alveolar diantaranya adalah adanya kegoyangan

dan pergeseran beberapa gigi dalam satu segmen, laserasi pada gingiva dan

vermilion bibir, serta adanya pembengkakan atau luka pada dagu. Untuk

menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan klinis yang teliti dan pemeriksaan

Radiografi .

Tanda-tanda klinis lainnya dari fraktur alveolar yaitu adanya luka pada

gingiva dan hematom di atasnya, serta adanya nyeri tekan pada daerah garis

fraktur. Pada kasus ini fraktur alveolar mungkin terjadi karena adanya trauma

tidak langsung pada gigi atau tulang pendukung yang dihasilkan dari pukulan atau

tekanan pada dagu. Hal ini biasa terlihat dengan adanya pembengkakan dan

hematom pada dagu serta luka pada bibir

Page 8: teteh asuh

2.4 Perawatan atau Penanggulangan Trauma Secara Umum dan Segara

2.4.1 Fraktur Pada Email

Fraktur email melibatkan hanya lapisan pertama gigi dan mudah dirawat

dengan restorasi estetis. Apabila tidak terdapat perpindahan tempat gigi

(displacement), hasil perawatan umumnya baik dan jarang terjadi komplikasi.

Gambar 4. Fraktur pada email.

2.4.2 Fraktur Pada Email dan Dentin

Apabila jaringan pulpa terbuka, bakteri dan produknya dapat masuk ke

jaringan pulpa dan akhirnya menyebabkan peradangan pada jaringan pulpa.

Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk melindungi pulpa dari gangguan

luar dan merestorasi gigi agar dapat berfungsi dengan baik dan estetik. Gigi

terus dimonitor selama 2 bulan untuk mengetahui kondisi pulpa. Komplikasi

jarang terjadi dan biasanya tidak diperlukan perawatan saluran akar.

Page 9: teteh asuh

Gambar 5. Fraktur email dan dentin pada gigi 21.

2.4.3 Fraktur Pada Akar

Pada fraktur jenis ini, seluruh jaringan di sekitar gigi telah terinfeksi.

Perawatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan materi acid-etched

bonding composite yang dapat disertai penggunaan splint selama 2-3 bulan

hingga gigi tidak goyang (mobilitas kaku). Hal ini memungkinkan terjadinya

pemulihan jaringan keras, sehingga fraktur pada akar hilang dan jaringan

pendukung di sekitarnya pulih kembali. Setelah itu, gigi dikembalikan ke

posisi semula agar diperoleh estetik yang baik.

2.4.4 Fraktur Pada Gigi dengan Melibatkan Jaringan Pulpa

Jaringan pulpa terlihat sebagai jaringan berwarna kemerahan. Pada kasus

dimana luas jaringan pulpa yang terbuka tidak terlalu besar dan bersih, gigi

dapat langsung ditumpat. Pada kasus dimana jaringan pulpa yang terbuka agak

besar, perawatan pulpotomi sebagian merupakan salah satu pilihan perawatan.

Sebagian jaringan pulpa dibuang dan diletakkan obat-obatan agar jaringan

pulpa dapat sembuh. Pada kasus yang agak rumit, perawatan saluran akar

mungkin perlu dilakukan.

Page 10: teteh asuh

Gambar 6. Fraktur hingga jaringan pulpa pada gigi 11.

2.4.5 Gigi Berpindah Tempat (Displacement)

Gigi yang mengalami trauma dapat berpindah dari tempatnya. Mengenai

posisi displacement yang terjadi, dapat di mana saj tergantung pada jenis dan

arah trauma. Gigi dapat terdorong ke dalam tulang atau dapat berpindah

sebagian keluar dari soket. Dalam beberapa kasus, gigi juga dapat keluar dari

soketnya. Pada kasus seperti ini diperlukan tindakan reposisi ke dalam soket

dan gigi perlu diikat (splint) selama jangka waktu tertentu. Gigi ini kadang-

kadang juga memerlukan perawatan saluran akar.

Gambar 7. Gigi yang berpindah posisi (Displacement)

Page 11: teteh asuh

2.5 Perawatan Segera Trauma Dentoalveolar

2.5.1. Kondisi Saluran Pernapasan

Pasien yang mengalami trauma orofasial harus diperhatikan benar-

benar mengenai pernapasannya. Tindakan pertama adalah aspirasi darah,

pengambilan serpihan gigi atau protesa. Dasar dari usaha mempertahankan jalan

napas adalah dengan mengontrol perdarahan dari mulut/hidung dan

membersihkan orofaring. Gigi yang sangat goyang yang dikhawatirkan akan

terlepas sendiri, atau terhisap sebaiknya dicabut. Fraktur-fraktur tertentu misalnya

fraktur bilateral melalui region mentalis atau fraktur maksila dengan pergesaran

ke arah posteroinferior menuju faring, cenderung menyumbat saluran pernapasan.

Jika fragmen symphysis mandibula bergeser ke posterior, maka dukungan ke arah

anterior terhadap lidah akan hilang, sehingga mengakibatkan kolaps lidah ke arah

posterior (ke faring). Pergeseran maksila ke arah inferoposterior bisa

mengakibatkan penyumbatan mekanis langsung pada orofaring. Lidah bisa

dikontrol dengan melakukan penjahitan menggunakan benang sutera tebal pada

ujung lidah dan menahan lidah untuk tetap pada posisi anterior. Keterlibatan

maksila tidak mudah diatasi dan mungkin tergantung pada reduksi dari fraktur,

atau paling tidak pada imobilisasi sementara yang dilakukan dengan jalan

mengfiksasinya terhadap mandibula

yang masih utuh.

Page 12: teteh asuh

Gambar 8. Kondisi mempertahankan jalan saluran pernafasan

2.5.2. Sumbatan Jalan Napas yang Tertunda

Sumbatan tertunda dari jalan napas bisa disebabkan karena pembengkakan

atau edema lidah atau faring yang diakibatkan oleh hematom sublingual, luka-

luka lingual, menghisap udara panas atau menelan bahan kausatik. Hematom

bisa menyebabkan elevasi dan penempatan lidah ke arah posterior. Luka-luka

dan luka bakar sering menyebabkan terjadinya edema lidah yang besar dan

juga menyebabkan lidah tergeser ke arah posterior. Cedera pada saraf sering

mempersulit masalah yang sudah ada, yakni berupa gangguan dalam

melakukan kontrol gerakan lidah. Apabila diperkirakan akan terjadi edema

lingual atau faringeal, maka penggunaan fiksasi maksilomandibular ditunda.

Fiksasi interdental yang kaku menyebabkan lidah tidak dapat diprotrusikan,

sehingga membuat lidah cenderung bergerak ke arah posterior dan berakibat

fatal. Apabila kondisi saluran pernapasan diragukan, bisa dilakukan

pemasangan alat bantu pernapasan oro- atau nasofaringeal, intubasi

endotracheal dan tracheostomi pada kasus tertentu.

Page 13: teteh asuh

2.5.3. Perdarahan

Perdarahan yang menyertai trauma orofasial jarang berakibat fatal.

Penekanan, baik langsung dengan jari atau secara tidak langsung dengan

menggunakan kasa, bisa menghentikan sebagian besar kasus perdarahan

rongga mulut. Untuk membatasi perdarahan kadang-kadang diperlukan klem

dan pengikat pembuluh yang terlibat (biasanya a. maksilaris, a. lingualis, a.

karotis eksterna). Walaupun perdarahan yang tertunda jarang menimbulkan

masalah yang serius, tetapi karena diperlukan untuk tindakan bedah pada

waktu selanjutnya, maka pada sebagian besar trauma orofasial mayor harus

dilakukan pemeriksaan golongan darah untuk keperluan tranfusi.

2.5.4. Antibiotik

Terapi antibiotik profilaksis diberikan berdasarkan pada kondisi individu.

Terapi ini diperuntukkan pada individu risiko tinggi, terutama untuk pasien

dimana daerah yang mengalami fraktur terbuka (berhubungan dengan

permukaan kulit atau mukosa) dan kemungkinan besar terkontaminasi, atau

apabila perawatan definitif harus ditunda.

2.5.5. Kontrol Rasa Sakit

Terapi untuk menghilangkan rasa sakit biasanya minimal, karena pasien

yang mengalami cedera yang relatif berat, tidak terlalu menderita seperti

kelihatannnya. Karena analgesik narkotik cenderung menimbulkan edema

serebral dan menyulitkan penentuan tingkat kesadaran, pemberiannya

ditunda sampai pasien jelas mengalami cedera kranioserebral. Pada mulanya

Page 14: teteh asuh

obat-obatan narkotik untuk pemberian intravena atau intramuscular sering

digunakan. Namun selanjutnya, kombinasi narkotik/ non narkotik mulai dapat

diberikan secara oral dan sering terdapat dalam bentuk cairan. Aplikasi dingin

pada bagian yang mengalami cedera bisa mengurangi ketidaknyamanan, dan

sekaligus mengontrol edema.

2.5.6. Perawatan Pendukung

Karena pasien biasanya tidak bisa makan secara normal, terapi pendukung

untuk pasien orofasial terdiri atas pemberian cairan yang cukup. Di rumah

sakit hal ini dilakukan dengan pemberian cairan intravena (biasanya larutan

elektrolit yang seimbang). Untuk perawatan di rumah, maka pemberian cairan

bisa dilakukan lewat mulut. Pasien diberi diet cairan, kadang ditambah dengan

protein atau vitamin. Seringkali pasien trauma orofasial harus berpuasa selama

menunggu pembedahan.

2.6 Perawatan fraktur Mahkota dan Akar

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa hal yang mampu

menyebabkan fraktur pada mahkota maupun pada akar, klasifikasikan pun sudah

diterangkan sebelumnya. Disini akan dibahas mengenai langkah-langkah

perawatan yang harus dilakukan untuk memperbaiki fraktur tersebut sehingga gigi

bisa berfungsi kembali dengan normal.

1. Fraktur Email

Page 15: teteh asuh

Yang dimaksud dengan fraktur email disini adalah fraktur tidak mengenai

jaringan gigi yang lebih dalam (dentin maupun pulpa) namun hanya

sebatas email. Sebenarnya kasus ini memiliki prognosis yang baik..

Namun tidak memungkinkan timbulnya pergeseran letak gigi (luksasi).

Perawatan yang dapat diberikan antara lain dengan menghaluskan bagian

email yang kasar akibat fraktur tersebut atau dengan memperbaiki struktur

gigi tersebut.

2. Fraktur Makhota dengan Pulpa Masih Tertutup

Fraktur ini mengenai jaringan gigi yang lebih dalam, tidak hanya sebatas

pada email namun juga sudah mengenai dentin namun pulpa masih

terlindungi. Perawatan yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan

material komposit untuk mengembalikan struktur gigi atau dengan cara

yang lebih konservatif lagi yakni menempelkan kembali fragmen fraktur

tersbut pada jaringan gigi setelah sebelumnya dilakukan etsa asam dan

dengan bantuan bonding agent.

3. Fraktur Mahkota dengan Pulpa Terbuka

Fraktur jenis ini adalah tipe fraktur yang bisa dikatakan complicated,

karena fraktur melibatkan daerah email, dentin dan juga pulpa.

Perawatannya pun agak sedikit berbeda dan tidak sesederhana dua kasus di

atas. Hal lain yang harus diperhatikan saat menangani kasus ini adalah

maturasi gigi, ini penting untuk menentukan apakah apeks gigi sudah

Page 16: teteh asuh

menutup sempurna atau belum karena akan membedakan langkah

perawatan yang akan diberikan.

Gigi dengan apeks yang masih terbuka

Kondisi ini sangat tidak memungkinkan dilakukan pulpektomi,

karena dinding akar masih tipis, vitalitas gigi harus tetap dipertahankan

demi kelangsungan hidup gigi selanjutnya. Hal yang bisa dilakukan

pada tahap ini adalah dengan melakukan pulpotomi dangkal dengan

formokresol. Tahap yang bisa dilakukan:

a. Anestesi lokal dan pemasangan isolator karet

b. Pembuangan jaringan pulpa bagian koronal sampai garis

serviks dengan bur bulat steril.

Page 17: teteh asuh

c. Kemudian lakukan irigasi dengan akuades steril atau garam

fisiologis (NaOCl) dan keringkan dengan cotton pellet steril.

d. Letakkan cotton pellet yang sudah diberi formokresol di atas

sisa jaringan pulpa (3 menit)

e. Setelah tiga menit, angkat dan letakkan adukan encer pasta Zn

oksid dan formokresol di atas jaringan pulpa.

f. Tambahkan adukan kental semen ZOE

g. Tutup kavitas dengan semen Zn oksifosfat

h. Lakukan pemeriksaan radiografis selang 6 bulan samapi

penutupan apeks memungkinkan untuk dilakukan perawatan

saluran akar.

Namun ada jika ingin hasil restorasi yanglebih estetik dapt

dilakukan restorasi komposit, dengan tahapan:

a. Lakukan langkah a-c seperti di atas.

b. Diberikan pelapis CaOH

c. Tambahkan semen glass ionomer

d. lakukan restorasi komposit sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pada perawatan dengan CaOH ini , jika memungkinkan dilakukan

pembukaan gigi kembali sekitar 6-12 bulan kemudian untuk

membuang lapisan kalsium hidroksida dan menggantinya dengan

material adhesif. Hal ini dikarenakan CaOH adalah bahan yang

semakin lama akan makin terdisintegrasi. Pembongkaran kembali ini

Page 18: teteh asuh

diharapkan dapat meminimalisir kebocoran mikro yang nantinya akan

menyebabkan adanya rongga antarajembatan dentin yang baru dengan

restorasi yang menutupinya.

Lain halnya jika kita menggunakan MTA (mineral trioksid

agregat), jika menggunakan material ini maka tidak diperlukan

pembukaan gigi kembali setelah 6-12 bulan. Namun ada tahapan yang

berbeda yakni, pengaplikasikan MTA harus pada keadaan gigi yang

lembab diletakkan sedikit demi sedikit pada pulpa lalu biarkan

mengeras selama 6-12 jam (tidak perlu ditutupi restorasi, pada saat ini

pasien diharapkan tidak menggunakan gigi tersebut). Setelah itu

barulah diberikan tambalan komposit.

Gigi dengan apeks yang sudah menutup sempurna

Perawatan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan

pulpektomi disertai dengan perawatan saluran akar. Perawatan saluran

akar biasanya dilakukan jika fraktur yang terjadi sudah mencapai

daerah margin ginggiva dan diperlukan pembuatan mahkota pasak dan

inti. Perawatan saluran akar tentunya akan sangat membantu sebagai

tahap persiapan.

Lain halnya jika fraktur dengan pulpa terbuka ini terjadi pada gigi

sulung. Ada dua hal yang diindikasikan yakni pencabutan dan

pulpotomi. Semua ini bergantung pada usia pasien, jika setengah

bagian apeks sudah resorpsi maka pemcabutan adalah indikasi utama

Page 19: teteh asuh

namun jika akar belum mengalami resorpsi bisa dilakukan perawatan

saluran akar dengan pasta OSE yang bisa diresopsi, mahkota yang

fraktur kemudian bisa direstorasi menggunakan komposit.

4. Fraktur Mahkota dengan pulpa nekrotik dan terbuka

Perawatan untuk kasus seperti ini juga dibedakan berdasarkan keadaan di

daerah apeks, jika apeks sudah tertutup maka perawatannya sama seperti

perawatan abses alveolar akut. Namun jika apeks masih terbukamaka

perawatan yang bisa dilakukan:

a. Perawatan seperti abses alveolar akut

b. Jika terjadi drainease maka biarkanterbuka dan pasien

diminta datang 5-7 hari kemudian

c. pada kunjungan berikutnya, dilakukan pembersihan

saluranakar

d. Kemudian dikeringkan dengan kertas isap steril

e. Pasta campuran CaOH dan CMCP diletakkan di saluran

akar

f. Penutupan kavitas dengan semen ZnOe dan Zn oksifosfat.

g. Pasien diminta datang 6 bulan kemudian untuk

pemeriksaan klinis dan radiografik.

5. Fraktur Akar

Page 20: teteh asuh

Farktur pada akar tidak selalu memerlukan perawatan saluran akar, hal

terpenting yang harus dilakukan adalah dengan menempatkan kembali

segmen koronal dan distabilkan dengan splin selama kurang lebih 12

minggu. Kemudian pasien diminta datang untuk melakukan pemeriksaan

apakah fraktur sudah membaik serta mengetahui kevitalan pulpa.

Fraktur Sepertiga Serviks dengan Pulpa Nekrotik

Perawatan yang bisa dilakukan antara lain:

a. Melakukan anestesi lokal

b. Melepaskan segmen korona

c. Lakukan ginggivektomi dan alveoplasti agar akar terlihat

sehingga bisa dilakukan perawatan saluran akar dan

preparasi untuk pasak dan mahkota.

Fraktur Sepertiga Tengah

Perawatan yang bisa dilakukan antara lain dengan stabilisasi fragmen

fraktur, implan endosseous atau pengambilan kedua fragmen fraktur.

Stabilisasi fragmen fraktur

Kunjungan pertama

Page 21: teteh asuh

a. Penstabilan gigi dengna menggunakan splin

b. Preparasi kedua segmen saluran akar dan lakukan

pembersihan. Preparasi saluran akar dengan file

c. Tutup kavitas dengan cotton pellet dan semen ZnOE.

d. Pasien diminta datang 1-2 minggu kemudian.

Kunjungan kedua

a. Lakukan irigasi dan pembersihan saluran akar

b. Keringkan dengan kertas isap (paper point)

c. Pilih pin chrome-cobalt yang sesuai dengan panjang

saluran akar, dapat di cek dengan bantuan rontgen.

d. Jika letaknya sudah sesuai maka pada bagian pin kita beri

takik kira-kira pada bagian orifis agar bisa dipisahkan

ketika sementasi.

e. Sterilkan pin dan kemudian dimasukkan ke dalam saluran

akar dengan bantuan semen saluran akar, sambil ditekkan

ke arah apeks dilakukan pemutaran pin agarpatah pada

bagian takik yang sudah dibuat.

f. Periksa kedudukan pin, jika sudah pas bisa dilakukan

restorasi tetap.

Penempatan implant endosseous

Page 22: teteh asuh

Pada perawatan jenis ini, diharapkan penyembuhan

akanmemungkinkan tulang baru terbentuk di sekitar pin dan gigi akan

menjadi stabil.Tahapan yang dilakukan:

a. Preparasi saluran akar

b. Pengambilan bagian apeks dengan teknik bedah, bagian

apeks dibuka dan fragmen akar diangkat.

c. Pilih pin chrome-cobbalt yang sesuai, masukkan melalui

lubang preparasi.

d. Usahakan posisi pinmencapai posisiujung akar semula,

namun jangan sampai menyentuh tulang. Setelah di dapat

posisiyang pas, maka buat takik pada pin.

e. Ketika saluran akar sudah bersih dansudahdikeringkan

dapat dimasukkan adukan semen saluran akar, ulasi pin

dengan adukan semen yang sama. Masukkan pin ke dalam

saluran akar.

f. Tutup kavitas dengan restorasi kemudian flap dijahit.

g. Selama periode penyembuhan dapat dipakai splin jika

sesudah perawatan gigi terlihat goyang.

Page 23: teteh asuh

Fraktur sepertiga apeks

Perawatannya bisa berupa stabilisasi kedua fragmen seperti pada kasus

fraktur sepertiga tengah atau dengan preparasi fragmen korona secara

konvensional dan diisi gutta perca, fragmen apeks dibiarkan dan jaringan

pulpa mungkin tetap vital. Terapi lain yang mungkin diberikan adalah

dengan preparasi fragmen korona dan mengisinya secara konvensional,

fragmen apeks di angkat dengan cara bedah dan dilakukanpengisisn

retrogard dengan amalgam.

6. Fraktur Mahkota-Akar

Fraktur mahkota akar sangat sulit dirawat dan keberhasilannya tergantung

pada kedalaman garis fraktur di palatal. Bila pasien datang, frakmen

korona sering sangat goyang dapat tetap melekat melalui ligament

periodontal. Biasanya anestesi local perlu diberikan agar fragmen dapat

dilepas dan dilakukan pemeriksaan dari luas fraktur. Bila fraktur terletak

superficial, maka perawatan saluran akar dapat dilakukan dan dilakukan

pembuatan mahkota pasak. Bila fraktur lebih dalam, akan lebih sulit untuk

mengisolasi gigi untuk perawatan saluran akar dan ekstruksi ortodonti dari

akar perlu dipertimbangkan sebelum merestorasi dengan mahkota pasak

(Heithersay). Bila fraktur sangat dalam maka apa yang tertinggal terlalu

kecil untuk mendukung restorasi bahkan setelah dilakukan ekstruksi

ortodonti; gigi seperti ini juga cenderung tanggal (Feiglin).

7. Avulsi Gigi

Page 24: teteh asuh

Gigi yang mengalami avulsi atau hiksasi kedua-nya merupakan suatu

masalah gigi dan emosional. Keadaan ini biasanya adalah akibat trauma

pada gigi anterior anak kecil atau remaja. Syok dan rasa sakit injuri dan

lepasnya gigi yang diperlukan untuk makan, bicara dan senyum, sering

menyebabkan pergolakan pada pasien dan orangtuanya. Situasi menjadi

lebih sulit karena adanya kebutuhan perawatan darurat, untuk

meningkatkan prognosis. Makin lama gigi yang mengalami hiksasi keluar

dari soketnya makin kecil kemungkinannya gigi tetap sehat dan berfungsi

setelah replantasi.

Hal- hal yang dapat di lakukan untuk dapat mengoptimalkan dalam

replantasi gigi setelah terjadi avulse adalah diberitahu mengenai kecelakaan

dan dalam per-siapan untuk kunjungan dalam waktu dekat:

1) Cuci gigi dengan air yang mengalir tanpa mcnyikat atau

membersihkannya, dan periksa giginya untuk meyakinkan bahwa gigi

masih utuh

2) Minta kepada pasien untuk berkumur. Tempatkan gigi kembali dalam

soketnya dengan tekanan jari yang lembut dan mantap. Bila pasien

kooperatif dan mampu, minta kepada pasien untuk mengatupkan gigi-

giginya secara hati-hati, untuk mengatupkan gigi kembali pada posisinya

semula.

3) Bawa pasien segera kedokter gigi.

Page 25: teteh asuh

Bila pasien atau orang tua tidak dapat menempatkan kemhali

gigi pada soketnya, maka cepat membawa gigi tersebut ke

dokter gigi merupakan suaru keadaan yang penting. Gigi harus

dihawa di dalam suasana yang basah untuk menjaga

kelangsungan hidup ligamen periodontal yang tersobek.

Suasana yang paling mudah tersedia adalah mulut pasien di

mana gigi dapat direndam dalam saliva pada temperatur badan.

Bila hal ini tidak dapat dilakukan dengan aman, misalnya pada

anak yang masih terlaJu muda, maka gigi ditempatkan ke da-

lam botol susu, bila ada, untuk dibawa ke dokter gigi. Gigi

jangan dibungkus di dalam sapu tangan atau lisu kering karena

ligamen periodontal akan mengalami dehidrasi.

Karena beberapa studi menunjukkan bahwa waklu di luar mulut bagi gigi

yang terlepas, maksimal tidak boleh melebihi 30 merit, pasien harus segera

dibawa ke dokter gigi . Makin cepat di-replantasi makin baik prognosisnya.

Setelah pasien tiba di tempat dokter gigi, di-lakukan prosedur berikut:

1) Bila gigi di dalam soketnya, lakukan ligasi, slabilisasi, dan

buka oklusi gigi yang di-replantasi. Bila gigi keluar dari

soketnya atau posisinya tidak baik, gigi direplantasi secara baik

sebelum dilakukan ligasi.

2) Buat suatu radiograf untuk memeriksa po-sisi gigi di dalam

soket dan untuk mengetahui apakah terdapat fraktur akar atau

Page 26: teteh asuh

tulang alveolar. Pcriksa gigi-gigi di dekatnya uniuk

kemungkinan adanya fraktur akar.

3) Jangan mencoba melakukan perawatan endodontik pada waktu

ini kecuali bila gigi memerlukan drainase. Dalam kasus seperti

itu, kamar pulpa dibuka, kamar pulpa dan saluran akar di

bersihkan,masukkan medikamen intrakanal dan tutup kavitas.

perawatan endodontic diselesaikan pada lain waktu.

2.7 Alat Restorasi Semi Tetap

Alat restorasi semi tetap dapat diartikan sebagai alat restorasi yang lebih

tahan lama dari restorasi sementara, dan tidak setahan lama restorasi tetap.

Biasanya ketahanan dari restorasi semi tetap ini kurang lebih satu sampai dua

tahun. Restorasi semi tetap ini umumnya dilakukan pada gigi sulung yang

nantinya tidak terpakai lagi seiring tanggalnya gigi sulung.

Persyaratan untuk restorasi semi tetap yang digunakan dalam pengobatan,

adalah sebagai berikut:

1) Restorasi tidak membahayakan pulpa.

2) Tahan lama dan fungsional

3) Tidak menambah lebar mesiodistal gigi atau dimensi labiolingual.

4) Estetik.

Page 27: teteh asuh

Macam-macam restorasi semi tetap:

1. Stainless steel crown.

2. Mahkota ¾.

3. Pinlay.

4. Mahkota berlapis.

5. Mahkota berlapis porselen.

1. Stainless steel Crown

Mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai ukuran

dan mempunyai bentuk anatomis sesuai gigi asli. Restorasi ini

digunakan untuk fraktur yang luas dan sudah tidak dapat direstorasi

dengan resin komposit dan dipakai untuk perawatan darurat gigi

incisivus yang fraktur.

Keuntungan mahkota stainless steel adalah tidak memerlukan

preparasi gigi (kecuali gigi mempunyai kontak rapat), cukup mudah

dipasang dan kuat. Kekurangannya adalah kurang estetik.

Page 28: teteh asuh

2. Mahkota ¾

Disebut mahkota ¾ karena dari 4 permukaan gigi, hanya 3

permukaan yang ditutup oleh mahkota. Bagian yang tidak tertutup

mahkota adalah bagian labial atau bukal. Restorasi ini diindikasikan

untuk mahkota yang kehilangan lebih dari 1/3 bagian sebagai restorasi

semitetap sampai mahkota jaket porselen dapat dibuat.

Keuntungan restorasi ini adalah pengambilan struktur gigi yang

minimal. Kerugiannya yaitu kurang estetik karena emas akan terlihat

pada bagian incisal dan interproksimal dan bagian labial akan berubah

warna.

3. Restorasi Mahkota Resin Komposit

Gigi fraktur dapat direstorasi dengan resin komposit sebagai

perawatan segera, pada kasus ini restorasi dipertahankan secara semi

tetap sampai restorasi sudah tidak memuaskan lagi, biasanya karena

faktor estetik.

4. Mahkota Jaket Porselen

Page 29: teteh asuh

Karena keterbatasan resin komposit, mahkota jaket porselen masih

dianggap sebagai restorasi paling baik untuk fraktur insisivus. Tetapi

ini harus ditunda sampai pasien berumur 18 tahun, karena pada usia

tersebut tanduk pulpa telah menyempit dan pengasahan gigi yang

diperlukan dapat dilakukan dengan aman.

2.8 Penanggulangan Gigi Sulung Yang Terkena Trauma

Penangan Gigi dan Jaringan Sekitar. Penanganan untuk gigi dan jaringan

sekitar dilakukan bila keadaan umum pasien telah baik dan seluruh langkah-

langkah penanganan umum telah dilakukan. Penentuan rencana perawatan yang

tepat didasarkan pada diagnosa serta anamnesa yang lengkap.

a. Fraktur Email dan Email-Dentin

Perawatan fraktur yang terjadi pada email dan email-dentin pada anak

yang tidak kooperatif cukup dengan menghilangkan bagian-bagian yang

tajam, namun bila anak kooperatif dapat dilakukan penambalan dengan

menggunakan semen glass ionomer atau kompomer.

b. Fraktur Mahkota Lengkap

Pencabutan gigi merupakan perawatan yang terbaik namun bila pasien

kooperatif maka dapat dilakukan perawatan saluran akar dan dilanjutkan

dengan penambalan.

c. Fraktur Mahkota-Akar

Page 30: teteh asuh

Perawatan terbaik adalah ekstraksi, karena umumnya kamar pulpa akan

terbuka dan keberhasilan perawatan kurang memuaskan.

d. Fraktur Akar

Apabila pergeseran mahkota terlihat menjauh dari posisi seharusnya maka

pencabutan adalah perawatan terbaik. Bagian akar yang tertinggal hendaknya

tidak dicabut agar tidak mengganggu gigi tetap di bawahnya.

e. Concussion

Concussion umumnya tidak terlihat pada saat setelah terjadinya trauma.

Keluhan akan muncul bila telah timbul perubahan warna pada gigi. Daerah

sekitar umumnya akan terjadi luka (bibir, lidah), pembersihan daerah luka

dengan mengoleskan kapas yang dicelupkan pada cairan klorheksidin 0,1%

sehari 2 kali selama 1-2 minggu.

f. Subluksasi

Orang tua dianjurkan untuk membersihkan daerah luka dan memberikan

makanan lunak beberapa hari. Kegoyangan akan berkurang dalam 1-2

minggu.

g. Extrusive

Perawatannya adalah reposisi dan mobilisasi.

Page 31: teteh asuh

h. Lateral luxation

Luksasi mahkota ke arah palatal akan menyebabkan akar bergeser ke arah

bukal, sehingga tidak terjadi gangguan pada benih gigi tetap di bawahnya.

Perawatan terbaik adalah dengan mengevaluasi gigi tersebut. Gigi akan

kembali pada posisi semula dalam waktu 1-2 bulan oleh karena tekanan lidah.

Pada gigi yang mengalami luksasi mahkota ke arah bukal perawatan

terbaik adalah melakukan pencabutan, oleh karena akar akan mengarah ke

palatal sehingga mengganggu benih gigi tetap di bawahnya.

i. Intrusive luxation

Pada gigi yang mengalami intrusi ke arah palatal perawatan terbaik adalah

ekstraksi. Alat yang digunakan untuk ekstraksi hendaknya hanya tang

ekstraksi dan daerah pencabutan dilakukan sedikit penekanan untuk

mengembalikan tulang yang bergeser.

Apabila intrusi ke arah bukal cukup dilakukan evaluasi karena gigi akan

erupsi kembali ke arah semula. Orang tua dianjurkan untuk membersihkan

daerah trauma dengan menggunakan cairan klorheksidin 0,1%. Daerah trauma

rawan terjadi infeksi terutama pada 2-3 minggu pertama selama proses

reerupsi. Apabila tanda-tanda inflamasi terlihat pada periode ini maka

perawatan terbaik adalah ekstraksi. Waktu yang diperlukan untuk reerupsi

umumnya antara 2-6 bulan. Bila reerupsi gagal terjadi akan timbul ankilosis

dan pada kasus ini ekstraksi adalah pilihan yang terbaik.

Page 32: teteh asuh

j. Avulsi

Gigi sulung yang mengalami avulsi tidak dianjurkan untuk dilakukan

replantasi, karena resiko yang tinggi pada pertumbuhan gigi permanen.

k. Fraktur Prosessus Alveolaris

Reposisi penting untuk menormalkan oklusi. Anestesi umum sering

dianjurkan. Perawatan fraktur alveolar pada anak-anak kadang-kadang

dijumpai kesulitan terutama bila bentuk mahkota gigi belum sempurna atau

banyak gigi-gigi yang sudah rusak sehingga sulit untuk melakukan fiksasi.

2.9 Macam-macam Alat Stabilisasi untuk Fraktur Dentoalveolar

Prinsip dasar penanganan fraktur facial—fraktur dentoalveolar:

Meliputi memperbaiki gigi yang terlibat dalam fraktur hingga ke adjacent

teeth (mendekati gigi), dan ini dapat dicapai dengan wiring, arch bars, acid-

etch-retained composite splinting, orthodontic appeal, atau cement-retained

acrylic splints. Splinting yaitu menstabilkan satu gigi atau lebih dengan

menyeplinkan kawat, band, atau splin tuang dari logam atau plastik ke gigi

sebelah yang masih kuat, atau dapat juga diartikan imobilisasi tulang fraktur

dengan pengawatan, pemberian pin, atau penyeplinan. Splinting dibutuhkan

minimal 4 minggu. Splint merupakan alat individual yang ditujukan untuk

imobilisasi atau membantu imobilisasi segmen – segmen fraktur.

Splint yang optimal dapat memenuhi mayoritas dari seluruh persyaratan

dibawah ini :

Page 33: teteh asuh

Aplikasi direct intraoral

Mudah dibuat dengan material yang tersedia dalam praktek dental

Tidak meningkatkan periodontal injury atau memicu karies

Tidak iritasi terhadap jaringan lunak oral

Pasif, tidak menggunakan tekanan orthodontic pada gigi

Serbaguna dalam mencapai rigid, semi-rigid, atau fleksibel splint

Mudah dikembalikan dan berakibat minimal atau tidak ada kerusakan

permanen pada gigi

Memungkinkan tes pulpa dan perawatan endodontic

Hygiene dan estetik

Tipe-tipe splinting

a. Suture splint

Dapat digunakan dalam mencegah reposisi incisor dari ekstruding, tapi

efektif untuk jangka waktu yang pendek. Suture splint lebih meningkatkan

prognosis gigi autotransplanted dibandingkan rigid splint.

b. Arch bar

Splint ini sudah tidak diaplikasikan lagi karena menyebabkan kerusakan

pada gigi dikarenakan reposisi tidak akurat, yang dapat menekan jaringan

lunak gigi terhadap dinding soket. Selanjutnya, terdapat resiko invasi

bakteri ke dalam jaringan periodontal karena dekatnya letak splint dan

wire terhadap margin gingival.

Page 34: teteh asuh

Sumber : www.orthodonticproductsonline.com/issues/images/2008-SI/2008-SI_09-05.jpg

c. Orthodontic appliance

Orthodontic ligature wire bonded dengan composite atau bracket telah

dianjurkan. Namun, orthodontic bracket wire dan composite dapat

mengakibatkan iritasi pada mukosa oral, gangguan pada oral hygiene dan

ketidaknyamanan, terutama pada awal dari periode splinting.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/25002720/Periodontal-Splint

d. Composite

Bersifat estetik dan mudah untuk dibuat, diaplikasikan untuk fraktur pada

daerah interdental bersifat fragile dimana dibutuhkan suatu resotrasi yang

kuat. Kekuatan ini didapat dari enamel yang sudah dietsa.

Page 35: teteh asuh

e. Wire-composite

Bersifat fleksible karena dapat dengan mudah dimodifikasi menjadi split

yang kaku dengan mengubah dimensi dari kawat atau menambahkan

komposit sepanjang daerah labial dari kawat menuju daerah interdental.

Komposit splint tidak akan menimbulkan kerusakan pada mukkosa oral

dan oral higiene dapat tetap terjaga.

Sumber : img.medscape.com/pi/emed/ckb/otolaryngology/834279-867888-284.jpg

f. Resin

Merek dagang yang banyak digunakan adalah Protemp dan Luxatemp.

Material ini tidak terlalu mendesak gigi selama pemakaian. Secara estetik

dan higienis dapat diterima.

g. Prefabricated Metal Splinting Material

Prefabricated splint yang terbuat dari titanium yang tebalnya 0,2mm dan

dapat dibengkokkan dengan mudah serta beradaptasi baik dengan gigi.

Prefabricated Titanium Trauma Splint (TTS) mengikat enamel dengan

light-cured composit resin dan dapat dihilangkan dengan ”mengupasnya”

dari permukaan gigi. Biasanya digunakan untuk perawatan ekstrusi gigi.

Page 36: teteh asuh

BAB III

HASIL DISKUSI

1. Hutami F. Widhiyanti (160110080056)

Apa yang dimaksud dengan aspirasi darah ?

Jawab: Aspirasi darah dilakukan pada tindakan pertama pemeriksaan

kondisi saluran pernapasan, yaitu dengan membersihkan darah di dalam

rongga mulut yang dapat menghambat saluran pernapasan.

Apa perbedaan perawatan pada fraktur mahkota apeks terbuka dan tertutup

?

Jawab: Gigi dengan apeks terbuka dapat dirawat dengan

prognosis yang baik bila terlebih dulu dilakukan

apeksifikasi. Apeksifikasi bertujuan untuk menutup apeks

yang yang terbuka dengan obat-obatan yang dapat

memicu pembentukan jaringan keras di apeks. Sedangkan

pada gigi yang apeksnya tertutup, bila fraktur akar tidak

lebih dari 1/3 servikal atau 1/3 tengah, dapat dilakukan

reposisi dengan bantuan pin/pasak yang dimasukkan ke

dalam saluran akar. Saluran akar sebelumnya telah dilakukan

perawatan.

2. Prinitasya (160110080057)

Page 37: teteh asuh

Alat apa saja yang dapat dipakai oleh dokter gigi umum dan apa saja

perawatan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi umum dan dokter gigi

spesialis ?

Jawab: Sebagai seorang dokter gigi umum, kita harus dapat melakukan

berbagai tindakan yang seharusnya dapat dilakukan oleh seorang dokter

gigi umum.Misalnya kita mabil contoh dalam melakukan tindakan

splinting. Seorang dokter gigi umum, kita harus bisa melakukan tindakan

splinting tetapi jika kasusnya yang masih dalam batas kewajaran atau tidak

melakukan tindakan bedah. Seorang dokter gigi umum, jika menemukan

pasien yang mengalami avulsi, dalam waktu sebelum 24 jam, kita dapat

mengembalikan gigi tersebut ke dalam soket dan apabila tidak

memungkinkan hanya dilakukan tindakan splinting saja, kita bias merujuk

ke spesialis. Hal ini berdasarkan tingkat keparahan dan keadaan yang

memungkinkan.

3. Septania Hermanti (160110080046)

Pada gigi sulung yang mengalami avulsi tidak boleh dilakukan replantasi.

Perawatan apa yang seharusnya dilakukan?

Jawab: Pada gigi sulung yang mengalami avulsi tidak boleh dilakukan

replantasi karena dapat mengganggu benih gigi sulung di bawahnya dan

jika dilakukan replantasi, prognosisnya buruk karena dapat menyebabkan

ankilosis yang dapat mengubah erupsi gigi normal.

Page 38: teteh asuh

Jadi, perawatan yang dilakukan adalah membersihkan daerah luka,

keluarkan sisa atau fragmen akar yang tertinggal, buat space maintener

untuk mempertahankan ruang yang kosong.

4. Nurhayani (160110080047)

Apa yang dimaksud dengan displacement ?

Jawab: Displacement adalah perpindahan posisi gigi tanpa atau disertai

kerusakan tulang alveolar. Biasanya posisi displacement tergantung jenis

dan arah trauma. Perawatan yang biasa dilakukan adalah splinting dan

dapat juga perawatan saluran akar.

Perawatan untuk fraktur mahkota yang dalam lebih sulit. Bagaimana

perawatannya ?

Jawab: perawatannya tergantung sejauh mana terlibatnya pulpa, perawatan

dapat pulp capping langsung, vital pulpotomi atau pulpektomi formokresol

yang dilanjutkan dengan penambalan tetap bila perawatan telah selesai.

Pencabutan dilakukan jika gigi mobiliti atau pasien tidak koperatif.

5. Arrahmi Amir (1601100800

Apa yang dimaksud dengan kalimat pernyataan “setelah dilakukan

splinting selama lebih kurang 6 minggu, gigi dikembalikan ke tempat

semula” ?

Jawab: Pada perawatan fraktur akar dilakukan dengan menggunakan

materi acid-etched bonding composite yang dapat disertai penggunaan

Page 39: teteh asuh

splint selama 6 minggu sampai 3 bulan hingga gigi tidak goyang

(mobilitas kaku). Hal ini memungkinkan terjadinya pemulihan jaringan

keras, sehingga fraktur pada akar hilang dan jaringan pendukung di

sekitarnya pulih kembali. Setelah itu, gigi dikembalikan ke posisi semula

agar diperoleh estetik yang baik.

6. Merry Anissa (1601100800

Apa yang dimaksud dengan kalimat “perawatan fraktur akar gigi sulung →

akar yang tertinggal tidak dicabut” ?

Jawab: - Jika fraktur akar sudah tidak ada mahkota, hanya akar yang

tersisa,tidak perlu dilakukan pengambilan sisa akar karena dapat

mengganggu pertumbuhan gigi tetap di bawahnya dan sisa akar

tersebut nantinya akan teresorbsi dengan sendirinya karena

terdorong oleh tekanan dari gigi tetap di bawahnya.

- Jika masih ada mahkota dapat dilakukan splinting untuk

mencegah kegoyangan.

- Jika terdapat abses dan mobilitas yang tinggi, gigi dapat

diesktraksi dan sisa akar yang tertinggal dapat teresorpsi dengan

sendirinya.

Mengapa pada gigi yang mengalami avulsi harus dimasukan kembali

dalam waktu 30 menit?

Page 40: teteh asuh

Jawab: karena pada gigi yang mengalami avulsi jika melewati masa golden

period yaitu 30 menit akan menjadi non vital dan tidak dapat beregenerasi

kembali jaringan pendukungnya.

7. Blofoma M. V. (1601100800

Bagaimana caranya agar fraktur pada akar dapat sembuh (tersambung)

kembali ?

Jawab: dengan menggunakan splint yang lebih kaku dan invasive pada

bagian akar lalu disambungkan kembali pada tulang alveolar.

Apa perbedaan antara subluxasi dan concussion ? Apa yang dimaksud

dengan “kehilangan jaringan yang abnormal” pada subluxasi ?

Jawab: Concussi adalah injuri pada gigi dan ligamen tanpa

perubahan

tempat atau mobiliti gigi. Subluksasi adalah mobiliti gigi

tanpa disertai berpindah tempat.Tujuan perawatan untuk

mengoptimalkan penyembuhan ligament periodontal dan

suplai neurovaskular. Concussi dan subluksasi menyebabkan

kerusakan kecil pada ligament periodontal, terdapat

perdarahan dan udem di dalam ligamen

8. Nicky Arviana (1601100800

Page 41: teteh asuh

Tolong jelaskan kembali mengenai gambar klasifikasi fraktur

dentoalveolar yang “komminusi” ?

Jawab: Jika diartikan secara harfiah, “comminution” adalah terpecah-

pecah. Pada klasifikasi injury tulang alveorar, “communition alveolar

socket” adalah fraktur yang terjadi dalam soket alveolar dalam bentuk

serpihan tanpa mengalami kerusakan mahkota gigi. Hal ini hanya dapat

terlihat dalam gambaran radiografi.

Apakah ada indikasi pencabutan pada fraktur akar ?

Jawab: jika gigi gagal dilakukan immobilisasi dengan splint.

9. Arini Puspitasari (1601100800

Apa yang dimaksud injury emosional?

Jawab: menurut pengertian secara harfiah, injury emosional yaitu

kecelakaan yang disebabkan oleh factor dari dalam diri sendiri misalnya

karena grinding, bruksism dan lain-lain.

Apa yang dimaksud dengan “sumbatan jalan napas yang tertunda” ?

Jawab: Sumbatan jalan napas yang tertunda adalah sumbatan jalan napas

yang disebabkan karena pembengkakan atau edema lidah atau faring yang

diakibatkan oleh hematom sublingual, luka-luka lingual, menghisap udara

panas atau menelan bahan kausatik. Edema pada lidah atau faring tersebut

terjadi beberapa saat bahkan beberapa hari setelah trauma, sehingga

disebut “tertunda”.

Page 42: teteh asuh

10. Nadya Arinda Musri (160110080055)

Jika terdapat kasus, ada seorang anak yang mengalami fraktur tangan, dan

terdapat patahan gigi dan adanya fraktur pada mandibula. Tindakan

perawatan mana yang harus kita dahulukan?

Jawab: Jika terjadi kasus yang demikian, kita harus melihat tingkat

keparahan dan kesadaran pasien. Jika pasien hilang kesadaran, maka yang

harus kita lakukan adalah mengembalikan keadaan kesadaran pasien

misalnya mengemmbalikan jalan napas, melihat sirkulasi darah dan

lainnya. Setelah itu, kita lihat fraktur mana yang lebih parah tingkatannya

dan yang paling dekat dengan saraf pusat. Hal itu yang harus kita

pertimbangkan. Jika fraktur tangan lebih parah dibandingkan fraktur

mandibula, maka yang kita dahulukan adalah fraktur tangan, begitu juga

sebaliknya.

11. Gema Gempita (160110080058)

Bagaimana membedakan pulpa vital atau non-vital setelah terjadi trauma

pada rongga mulut ?

Jawab: dengan mengobservasi gigi tersebut. Biasanya gigi yang sudah

non-vital akan terlihat perubahan warnanya dan jika dieprkusi, suara gigi

vital nyaring terdengar dibandingkan gigi nonvital yang melemah.

12. Gita Mayang (160110080054)

Page 43: teteh asuh

Apa saja perawatan pada complicated fracture dan uncomplicated fracture

?

Jawab: Uncomplicated fracture terjadi ketika trauma tidak menyebabkan

pulpa terbuka, sehingga dapat dilakukan penambalan dengan restorasi

komposit. Sedangkan pada complicated fracture terjadi eksponasi pulpa,

sehingga harus dilakukan perawatan saluran akar terlebih dahulu.

13. Ade S. N. (160110080059)

Apa saja tindakan gawat darurat yang dapat dilakukan pada gigi yang

lepas (avulsi) ?

Jawab: Pertama-tama, Cuci gigi dengan air yang mengalir tanpa

mcnyikat atau membersihkannya, dan periksa giginya untuk

meyakinkan bahwa gigi masih utuh

Minta kepada pasien untuk berkumur. Tempatkan gigi kembali dalam

soketnya dengan tekanan jari yang lembut dan mantap. Bila pasien

kooperatif dan mampu, minta kepada pasien untuk mengatupkan gigi-

giginya secara hati-hati, untuk mengatupkan gigi kembali pada posisinya

semula.Lalu, membawa pasien segera kedokter gigi.

14. Sarah Noor Alana (1601100800

Sempat disebutkan bahwa gigi yang sangat goyang harus dicabut. Apakah

ekstraksi harus selalu dilakukan pada gigi yang sangat goyang ?

Page 44: teteh asuh

Jawab: Kalimat “gigi yang sangat goyang yang dikhawatirkan akan

terlepas sendiri, atau terhisap sebaiknya dicabut” disebutkan pada tindakan

pertama yang harus dilakukan saat memeriksa kondisi saluran pernapasan.

Maka ekstraksi gigi dalam hal ini dilakukan untuk menyelamatkan pasien

dari tersumbatnya saluran pernapasan.

Treatment selain ekstraksi pada kasus kecelakaan tulang alveolar yang

tidak terjadi mobility?

Jawab: dengan melakukan splinting, dengan splint yang lebih kaku dan

invasive serta waktu stabilitas yang lama dalam waktu 2-6 bulan.

tergantung beratnya luka.Tujuan tidakan ini untuk mereduksi fraktur dan

mendapatkan stabilisasi yang lebih maksimal potensialnya.

15. Shira Andini (1601100800

Hal apa yang harus diperhatikan dalam membedakan tindakan pada fraktur

mahkota lengkap ? (kapan dilakukan perawatan saluran akar atau

ekstraksi).

Jawab: Dilihat dulu sampai mana fraktur tersebut terjadi.

Fraktur sampai email : tambal dengan komposit.

Fraktur sampai dentin : pulp capping.

Fraktur sampai pulpa : endodontik (PSA).

Jika fraktur di servikal prognosa buruk, sehingga buang

fragmen mahkota yang tertinggal, dapat dilakukan perawatan

Page 45: teteh asuh

saluran akar, pin, dowel (pasak), dan luarnya dapat dibuatkan

mahkota.

BAB IV

KESIMPULAN

Fraktur dentoalveolar adalah peristiwa fraktur yang pada tulang alveolar

dengan gigi yang berhubungan. Fraktur ini bisa disebabkan oleh kekerasan inter

personal, sporting injuries (olahraga), jatuh, kecelakaan lalu lintas dan industrial

trauma

Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar menurut WHO dibagi menjadi 3.

Pertama adanya trauma pada jaringan keras gigi dan pulpa. Kedua adanya trauma

pada jaringan periodontal, dan ketiga trauma atau fraktur dentoalveolar.

Klasifikasi Ellis mempunyai IX kelas.

Tanda-tanda klinis fraktur alveolar diantaranya adalah adanya kegoyangan

dan pergeseran beberapa gigi dalam satu segmen, laserasi pada gingiva dan

vermilion bibir, serta adanya pembengkakan atau luka pada dagu. Perawatan dan

penanggulangannya harus dilaksanakan sesegera mungkin. Dalam pelaksanaanya

harus meninjau beberapa aspek seperti kondisi saluran nafas, sumbatan jalan

Page 46: teteh asuh

napas yang tertunda, pendarahannya, obat-obatan yg digunakan, kontrol rasa sakit

dan perawatan penunjangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bence, Richard. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik alih bahasa E.H.

Sundoro. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodontik alih bahasa

Narlan Sumawinata. Jakarta : EGC.

Harty, F. J. 1992. Endodonti Klinis alih bahasa drg. Lilian Yuwono.

Jakarta: Hipokrates

Pedersen, G. 1996. Buku Ajar Bedah Mulut. Alih Bahasa : Purwanto.

Jakarta : EGC

Page 47: teteh asuh

Peterson Lj., 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed.

St Louis : Mosby

Finn, S.B, 2003. Clinical pedodontics. 4th ed. Philadelphia : W. B.

Saunders Company.

Andlaw, R.J., Rock, W.P., 1992. Perawatan Gigi Anak. Ed 2. Alih

Bahasa : Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/

penatalaksanaan_trauma_gigi_pada_anak.pdf

http://www.scribd.com/doc/25002720/Periodontal-Splint