17

THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2
Page 2: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2SUMBER LENGKAP UNTUK KOMUNIKATOR MASA KINIOleh: Haddon Robinson, Craig Brian Larson

Diterbitkan olehLITERATUR SAATJalan Anggrek Merpati 12, Malang 65141Telp. (0341) 490750, Fax. (0341) 494129Website: www.literatursaat.com

Originally published by Zondervan as The Art and Craft Biblical Preaching: A Compre- hensive Resource for Today Communicator’s. Copyright © 2005 by Christianity Today International. Translated and printed by permission of Zondervan, 5300 Patterson, S.E., Grand Rapids, Michigan, 49516, U.S.A. All rights reserved.

Penulis : Haddon Robinson, Craig Brian LarsonAlih Bahasa : Ina EliaPenyunting : Chilianha JusufPenata Letak : Yusak P. PalulunganGambar Sampul : Lie Ivan Abimanyu

Edisi terjemahan telah mendapat izin dari penerbit buku asli.Cetakan Pertama : 2012Cetakan Kedua : 2019

Dilarang memproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Robinson, Haddon; Larson, Craig Brian The Art and Craft of Biblical Preaching : Sumber Lengkap untuk Komunikator Masa Kini-Jilid 2 / Haddon Robinson, Craig Brian Larson––Alih bahasa, Ina Elia–– Cet. 2––Malang : Literatur SAAT, 2019. 626 hlm.; 21 cm. Judul asli: The Art and Craft of Biblical Preaching–A Comprehensive Resources for

Today Communicator’s

ISBN: 978-979-3080-96-3

Page 3: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

DDDDDAFTAFTAFTAFTAFTAR ISIAR ISIAR ISIAR ISIAR ISI

BAGIAN 4: INTERPRETASI DAN APLIKASIBagaimana Saya Memahami Makna Kitab Suci Lalu Menunjukkan

Relevansinya kepada Para Pendengar yang Unik?

Bagaimana Memanfaatkan Buku Ini iKontributor-kontributor v

58. Mengapa Pakai Khotbah? 3Ben Patterson

59. Mendapatkan Emas dari Teks Alkitab 11John Koessler

60. Setia Terlebih Dahulu 21David Jackman

61. Surat Penunjukan Allah 29Greg R. Scharf

62. Lima Pertanyaan Taktis untuk Eksposisi Alkitab 38Earl Palmer

63. Aturan Main 44David L. Allen

64. Mengapa Semua Pengkhotbah yang Baik Berteologi? 53John Koessler

65. Izinkan Pendengar Menemukan Sendiri Jawabannya 64Earl Palmer

66. Ketegasan dan Belas Kasihan 72S. Bowen Matthews

67. Tidak Memadainya Teologi “Ya” 81Ben Patterson

Page 4: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

68. Apa yang Diketahui Pelatih––dan Pengkhotbah yang Hebat 84Craig Brian Larson

69. Khotbah yang Membuka Telinga dan Hati 94Haddon Robinson

70. Memimpin Pendengar Menuju Pohon Kehidupan 98Ted Haggard

71. Dasar-dasar Genre 104David L. Allen

72. Sejak Sebelum Masehi Hingga Jam 11 Pagi 111Steven D. Matthewson

73. Gagasan Besar Khotbah Narasi 120Paul Borden dan Steven D. Matthewson

74. Hidup dalam Kitab Imamat 141Rob Bell

75. Diterapkan di dalam 147David Veerman

76. Penerapan Tanpa Moralisme 160Bryan Chapell

77. Menggabungkan Isi Alkitab dengan Aplikasi di dalamKehidupan Nyata 172Haddon Robinson

78. Menunjukkan Janji 184Craig Brian Larson

79. Menolong Pendengar Mempraktikkan Apa yangKita Khotbahkan 189Randy Frazee

80. Bidat dari Aplikasi 199Haddon Robinson

81. Berkhotbah demi Kekudusan Hati 210Randal Pleton

82. Biar Joe Semakin Berkurang dan Yesus Semakin Bertambah 215Joe Stowell

83. Khotbah yang Terpusatkan pada Diri Sendiri 218Craig Brian Larson

Page 5: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

84. Bahaya Khotbah yang Praktis 224Lee Eclov

85. Kasih Karunia: Surat Izin Mengembara? 229Bryan Chapell

86. Suara Kasih Karunia dan Kekudusan yang Sempurna 233Kenton C. Anderson

87. Bebas dari Pemotong Kue Kering 239Haddon Robinson

88. Katakan dan Lakukan 249Fred Craddock

89. Menghubungkan Konten Alkitab dengan PendengarMasa Kini 252Mike Yearley

90. Dengan Jelas 261Haddon Robinson

91. Keterampilan Memberi Kejelasan Secara Lisan 268Don Sunukjian

92. Pertanyaan-pertanyaan yang MenambahkanOtot pada Tulang 274Don Sunukjian

93. Gagasan Besar yang Lebih Baik 307Haddon Robinson

94. Kekuatan dari Urutan 318Craig Brian Larson

95. Garis Besar yang Bekerja untuk Anda,Bukan Melawan Anda 324Steven D. Mathewson

96. Tekanan Antara Kejelasan dan Ketegangan 331Don Sunukjian

BAGIAN 5: STRUKTURBagaimana Saya Menghasilkan, Mengatur dan Mendukung

Gagasan-gagasan Sehingga Jelas

Page 6: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

97. Sumber Kehidupan Khotbah 339Ian Pitt-Watson

98. Keruntuhan Aliterasi 340Don Sunukjian

99. Memodulasi Ketegangan 345Craig Brian Larson

100. Judul yang Digerakkan Tujuan 348Rick Warren

101. Mengapa Saya Harus Mendengarkan Anda 352Kent Edwards

102. Penutup Khotbah yang Memuaskan 356Kent Edwards

BAGIAN 6: GAYABagaimana Saya Bisa Memakai Kekuatan-kekuatan Pribadi danAneka Gaya Agar Pemberitaan Sepenuhnya Berpotensi Biblikal?

103. Tentukan Kekuatan dan Kelemahan Anda 363Duane Litfin

104. Khotbah yang Menarik 379Stuart Briscoe

105. Keterampilan Megisahkan Pengalaman 388Rob Bell

106. Tujuh Kebiasaan Pengkhotbah yang Sangat Efektif 401Craig Brian Larson

107. Suasana Khotbah 413Fred Craddock

108. Mengajarkan Alkitab Secara Utuh 422D. A. Carson

109. Khotbah Ekspositori yang Menarik 425Haddon Robinson

110. Khotbah Ayat-demi-Ayat yang Benar-benarMerupakan Khotbah 428Steven D. Mathewson

Page 7: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

111. Apakah yang Membuat Khotbah Tekstual Unik? 441Steven D. Mathewson

112. Dapatkah Khobah Topikal juga MerupakanKhotbah Ekspositori 452Timothy S. Warren

113. Khotbah Topikal yang Alkitabiah 459Don Sunukjian

114. Khotbah Topikal tentang Tokoh Alkitab 465Timothy S. Warren

115. Khotbah Topikal tentang Isu-isu Masa Kini 473Timothy S. Warren

116. Khotbah Topikal tentang Tema-tema Teologi 480Timothy S. Warren

117. Melakukan yang Terbaik dari Paradoks Alkitab 486Richard P. Hansen

118. Mendapatkan yang Terbaik dari Khotbah Berseri 499Craig Brian Larson

119. Tren dari Khotbah Berseri 509F. Bryan Wilkerson

120. Seri-seri Khotbah yang Menguatkan 515Wawancara dengan John Ortberg

121. Khotbah Narasi Orang-Pertama 519Torrey Robinson

122. Khotbah yang Alkitabiah adalah Khotbah tentangPerubahaan Hidup, Bukan Bentuk Khotbahnya 526John Ortberg

123. Tujuh Prinsip Menjangkau Kaum yang Terhilang 530Dick Lucas

124. Khotbah Penginjilan di Gereja Setempat 547Haddon Robinson

125. Khotbah tentang Kebutuhan yang Dirasakan 554Wawancara dengan Duane Litfin

126. Berkhotbah kepada Mereka yang Siap Bertobat 562Wawancara dengan James MacDonald

Page 8: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

127. Bagaimana Berkhotbah dengan Berani DalamBudaya “Terserah Saja” 571Wawancara dengan Greg Laurie

128. Berkhotbah dengan Hati Seorang Pemimpin 576Jim Nicodem

129. Kritik tentang Homiletika Baru 581Scott M. Gibson

Appendiks: Buku-buku yang Cocok Untuk Praktik Berkhotbah 593Kenton C. Anderson

Indeks Penulis 603

Indeks Subjek 605

Page 9: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

3

Seorang gadis kecil yang sedang menumpang bus terdengar ber-tanya, “Ayah, kita akan berada di mana jika kita tiba di tempat

yang akan kita kunjungi?”Seharusnya pertanyaan itu diajukan oleh para pengkhotbah dan

jemaat berkaitan dengan khotbah. Seharusnya kita berada di manaketika khotbah tersebut berakhir? Pertanyaan yang membingung-kan ini lebih merusak khotbah daripada ketidakmampuan homile-tika yang lain.

Bahkan, saya pernah mendengar khotbah-khotbah yang gagalsekalipun terdengar mirip dengan eksegesis dan disampaikan denganpolesan di sana sini. Khotbah-khotbah tersebut gagal sebab pengkhot-bahnya tak tahu pasti di mana seharusnya tujuan akhir para pende-ngarnya.

Seharusnya khotbah membawa pendengarnya ke mana? Apatujuan Allah menganugerahkan Injil bagi manusia? Saya merasajawaban Paulus dalam Efesus 1 tetaplah yang terbaik. Sesudah menda-patkan seluruh kebaikan Injil, dia menyimpulkan bahwa kita memilikikeselamatan besar “supaya kami . . . boleh menjadi puji-pujian bagikemuliaan-Nya” (Ef. 1:12). Jika kitab Wahyu tidak mengajarkan yanglain, maka ia meneguhkan apa yang ditegaskan Paulus. Kaum kudusAllah di surga dinyatakan sebagai orang-orang yang melakukan tepatseperti yang Paulus katakan yang menjadi tujuan pertama Allah menye-lamatkan kita; yaitu dengan tak henti-hentinya memuji, menyembah,dan bersyukur kepada Allah. Kekekalan merupakan suatu konser

MENGAPA PAKAI KHOTBAH?Apakah tujuan kekal dalam berlatih seni deklamasi minggu ini?

Ben Patterson

Bab 58

Page 10: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

4

THE & OF BIBLICAL PREACHINGArt Craft

sukacita yang tak berkesudahan yang ditampilkan untuk menghor-mati Allah melalui umat tebusan-Nya. Baik Dia maupun merekatampak sangat menikmatinya.

Khotbah-khotbah harus disampaikan sedemikian, sehingga parapendengarnya boleh memuji, menyembah, dan menaikkan syukurkepada Allah. Khotbah tidak hanya disampaikan agar manusia harusbertobat. Bahkan khotbah tidak semata-mata disampaikan supayamanusia percaya bahwa Injil itu benar. Khotbah disampaikan agarmanusia bertobat dan percaya kepada Injil sehingga mereka bolehmemuji kemuliaan Allah.

Berikut ini adalah beberapa implikasi metodologi dari pandanganini.

PERSIAPAN DENGAN BENTUK YANG BERBEDAAgenda pengkhotbah yang pertama seharusnya adalah persiapankhotbah yang matang. Saya telah diajarkan di seminari bahwa khotbahyang baik menuntut kira-kira sejam persiapan untuk setiap menitberkhotbah. Saya rasa itu adalah rumus yang cukup baik, namunbukan itu yang saya mau sampaikan. Orang-orang yang menasihatisaya di seminari, yang memicu rasa bersalah pada diri saya adalahpara akademisi, dan yang mereka maksudkan adalah riset, menulis,memoles berjam-jam naskahnya, dan berlatih hingga apa yang di-sampaikan pada hari Minggu pagi dapat dianggap layak oleh dewanmajelis. Apa yang ada dalam benak saya adalah disiplin-disiplin pribadiyang dibutuhkan untuk memahami Allah yang Injil-Nya akan disam-paikan pada hari Minggu. Jika pengkhotbah meminta umat untukmenyembah Allah, sebaiknya ia sendiri sudah menyembah Allah!

Saya bosan dengan buku-buku dan seminar-seminar tentangberkhotbah masa kini. Sesungguhnya, saya letih karena periodedari seminar-seminar. Seminar-seminar tersebut lebih menarik secarateknik daripada substansi, metode daripada integritas. Pada momenyang lebih optimis, saya mengakui nilai dari pelajaran tentang teknik,

Page 11: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

Bagian 4: Interpretasi dan Aplikasi

5

cara menulis dan berkhotbah menjadi lebih bagus. Namun itu meru-pakan dua hal yang terpisah untuk mencapai perintah fundamentalagar mengenal Allah yang Injil-Nya kita khotbahkan. Kita harus belajarberdoa sebelum belajar berkhotbah.

Jack Sanford menyampaikan kisah tentang sebuah sumur tua yangdipakai keluarganya selama liburan musim panas di desa New Hamp-shire. Airnya dingin, murni dan menyegarkan, dan tak pernah kering,bahkan pada musim kemarau yang terburuk sekalipun. Ketika oranglain terpaksa pergi ke danau untuk mengambil air, keluarga Sanfordhanya perlu berjalan dari pintu depan hingga ke sumur tua yangdengan setia memberi mereka kesegarannya yang sejuk dan bening.

Tahun-tahun pun berlalu, dan keluarga tersebut memutuskanuntuk merenovasi rumah liburan tersebut, agar lebih modern. Lampu-lampu minyak tanah diganti dengan lampu listrik dan sumur tuanyadipasangi pipa air yang dialirkan ke dalam rumah. Sumurnya ditutupsebagai cadangan jika dibutuhkan. Bertahun-tahun kemudian, dansuatu hari Sanford merindukan sumur tua dan airnya. Dia membu-kanya untuk melihat ke bagian dalamnya dan bermaksud mencicipi-nya. Dia terkejut karena mendapati sumurnya sudah kering.

Dia bertanya pada orang lain untuk mengetahui apa yang telahterjadi. Kemudian diketahui bahwa sumur semacam itu hidup olehratusan arus dari bawah tanahnya. Ketika airnya diambil, lebih banyakair yang memancar melalui mata airnya, sehingga airnya tetap terbukadan jernih. Jika tidak, maka mata airnya terhalang dan tertutup.

Sanford mengamati bahwa jiwa manusia sangat mirip dengansumur tersebut. Ia akan mengering di dalam diri kita jika air hidupAllah tidak mengalir di dalamnya. Yang membuat jiwa mengeringbukanlah tidak adanya Roh Allah, melainkan karena tidak dipakai.Kecuali kita para pengkhotbah sering dan secara teratur pergi ke sumuritu. Kecuali kita melakukan sesuatu dari kelimpahan Allah, khotbahakan terasa kering dan kosong. Khotbah bisa saja bagus secaraintelektual, mungkin saja para pendengarnya tertawa dan menangis,

Page 12: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

6

THE & OF BIBLICAL PREACHINGArt Craft

mungkin saja khotbah dipenuhi dengan pemahaman yang luar biasadan disampaikan dengan penuh gaya dan semangat, namun tanpa isi.Tujuan khotbah adalah agar Allah ditinggikan. Itu tak akan terjadikecuali si pengkhotbah senantiasa memandang kemuliaan-Nya.

INJIL DALAM KONTEKSUntuk menyatakan kemuliaan Allah, khotbah harus berhadapandengan hal-hal yang menantang kemuliaan-Nya. Ia harus langsungmenghadapi semua pertanyaan yang tersebar dalam kehidupan. Iaharus mengatur agar konteks yang membosankan dapat menyatakankemuliaan Allah. Kabar baik tentang Allah tidak akan benar-benarmenjadi kabar baik bagi banyak orang, hingga mereka menghadapikabar buruk dari kehidupan.

Anak sulung sepasang suami-istri yang masih muda lahir dalamkeadaan sudah meninggal. Saya pergi membesuk mereka di rumahsakit dan kemudian mengunjungi mereka di rumah mereka untukmenyelenggarakan upacara mengenang anak itu. Bisa dimaklumimereka merasa sangat sedih dan berduka. Berulang dan berulang kalimereka bertanya, “Mengapa? Bagaimana mungkin Allah mengizin-kan hal semacam ini terjadi?”

Saya tak pernah tahu pasti apa yang harus dilakukan dalam situasi-situasi tersebut, apakah saya harus berusaha menjawab pertanyaanmereka atau hanya merangkul mereka dan berdoa untuk memohondamai sejahtera dan penghiburan. Biasanya saya memohonkan peng-hiburan. Namun sesudah beberapa minggu menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, saya mulai membahas teologi dengan mereka. Tentusaja saya tak mampu langsung menawarkan solusi. Namun, yangmulai membuat saya terkesan adalah betapa tidak siapnya—baik sangsuami maupun istrinya untuk memikirkan masalah kejahatan danpenderitaan di dunia. Pengajaran apa pun yang mereka pernah terimasebelumnya dalam iman bahkan tidak ada pengaruhnya ketika merekamenghadapi persoalan tersebut.

Page 13: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

Bagian 4: Interpretasi dan Aplikasi

7

Saya meninggalkan rumah mereka dengan rasa penasaran apakahmereka benar-benar sudah pernah mendengar Injil. Mereka adalahorang-orang muda yang berpenampilan menarik dan kaya, yangmenghubungkan nasib baik yang pernah mereka alami dalam hidupdan ilah yang mereka percayai. Ketika nasib baik meninggalkanmereka, begitu pula ilah mereka. Mereka keluar dari gereja.

Ada begitu banyak khotbah populer hari ini yang saya sebutkeragaman “bersama Yesus segalanya akan semakin baik.” Sepertiminuman ringan yang merupakan pelengkap sempurna pada saatbersantap atau berekreasi, begitu pula Yesus bagi sisa kehidupan kitake depan. Dia memberikan sentuhan yang benar. Itu adalah penghu-jatan. Yesus bukanlah pelengkap saat bersantap; Dialah santapan itu.Terlalu banyak khotbah “praktis” yang kini disampaikan di mimbar-mimbar tentang bagaimana “menang atas kekhawatiran,” bagaimana“mengalahkan depresi,” atau bagaimana “berhasil melewati krisis ditengah kehidupan.”

Sebenarnya tak ada salahnya gereja menghubungkan dirinyadengan persoalan-persoalan yang penting ini. Namun itu seharus-nya dilakukan di Sekolah Minggu atau seminar dan bukan dalamkhotbah. Mengkhotbahkan hal-hal ini berarti berkhotbah bukantentang Injil melainkan Sejarah Hikmat, bukan Yohanes 3:16 melain-kan Amsal. Allah memberi kita Anak-Nya bukan agar kita bolehmenjadi orang-orang yang lebih baik melainkan agar kita boleh men-jadi manusia baru, bukan agar kita boleh hidup lebih baik di dunia inimelainkan agar kita boleh diubahkan untuk kehidupan yang akandatang.

Injil harus disampaikan dan didengar untuk menghadapi latarbelakang yang menyedihkan dari kematian, tragedi, kelaparan yangmelanda dunia, dan bencana nuklir. Kemuliaan Allah tidak datangpada kita dalam suatu kekosongan melainkan di tengah-tengah lukakehidupan. Mereka yang menghindari luka juga akan menghindariInjil. Tak ada yang semanis suara pujian dan syukur yang berasal dari

Page 14: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

8

THE & OF BIBLICAL PREACHINGArt Craft

bibir mereka yang sudah berani menatap penderitaan zaman ini dansudah bisa berseru, “Namun, kutahu Juruselamatku hidup!”

MEMUJI KEMULIAAN ALLAHKarena tujuan khotbah adalah agar siapa pun boleh memuji kemuliaanAllah, pengkhotbah harus berupaya dengan segenap kekuatan merekauntuk menyampaikan Injil dan segala kemuliaannya. Lord KennethClark, narator dari Civilisation di televisi, pernah berkata kepadaseorang wartawan, “Saya tetap pergi ke katedral Chartres setiap tahundan ke Parthenon setiap tiga tahun sekali. Sangat baik. Pertahankan-lah standar-standar Anda yang tinggi.” Itulah khotbah yang sebenar-nya; khotbah tersebut mempertahankan standar manusia yang tinggi.

Mungkin memang wajar. Namun saya tidak beranggapan begitu,sebab apa yang saya dengar dan baca dari para pengkhotbah popu-ler di negeri ini. Saya memang beranggapan motivasi mereka baik,bahwa semua yang mereka upayakan adalah untuk berkhotbahkepada orang banyak sedemikian rupa sehingga bisa dimengerti.Seperti yang pernah orang katakan, “Saya menaruh seluruh kue keringsaya pada rak paling bawah supaya setiap orang bisa menjangkaunya.”Merupakan dosa, pikir mereka, jika menjadikan Injil begitu bodohatau terlalu intelek sehingga tidak bisa dimengerti.

Saya tidak setuju. Tetapi saya harus menambahkan bahwa adakesalahan yang setara dan berlawanan, dan yang menjadikan Injiltersebut mudah diakses dan diterima. Kesalahan pertama mengunciInjil sehingga tersembunyi; kesalahan kedua menguncinya sehinggaterasa mudah dipahami. Injil dan kemuliaan Allah yang disampai-kannya dekat sekaligus jauh dari kita. Kita tidak berbuat baik padaAllah ketika kita menutupi Dia sehingga Dia menjadi sangat tidakmungkin dikenal, tidak bisa dibedakan dengan apa pun yang pernahkita yakini ketika kita memasuki gereja.

Page 15: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

Bagian 4: Interpretasi dan Aplikasi

9

Paulus tidak setuju dengan mereka yang “mencari keuntungandari firman Allah” (2Kor. 2:17). Perkataan tersebut ditujukan kepadaorang yang menjual minuman anggur di pasar-pasar Yunani. Biasanyaminuman tersebut dijual dengan harga yang disepakati dan seringkadar alkoholnya dikurangi. Tak perlu diragukan lagi bahwa merekayang mencari keuntungan dengan cara ini membuat produk merekabisa diterima kalangan awam. Sejumlah orang bahkan sengajamengurangi kadar alkoholnya agar harganya bisa lebih terjangkau.Tentu saja, semua yang merupakan rasionalisasi untuk kepentingandiri sendiri. Usaha yang mereka lakukan dalam menyediakan minumananggur, sesungguhnya memiskinkan pembeli mereka dan memper-kaya diri.

Khotbah yang baik seharusnya senantiasa agak sulit dipahami,bukan hanya karena ungkapan penghakiman yang mengiringi kese-lamatan, melainkan juga karena khotbah tersebut menyampaikansuatu Injil yang lebih keras dan lebih kaya dan lebih melibatkanpikiran dan jiwa kita daripada yang mampu kita bayangkan. Orangseharusnya menariknya ke segala arah, saat mereka mendengar kitaberkhotbah. Allah harus dipandang dengan penuh kagum dan takjubsebelum Dia bisa benar-benar ditinggikan.

Suatu dongeng Hasidik kuno bercerita tentang seorang laki-lakiyang bernama Bontscha. Dia dinamakan Bontscha, si Pendiam sebabdia tak pernah mengenal apa pun selain pukulan, kehilangan, luka,dan kegagalan dan tak pernah mengeluh atau mengharapkan sesuatuyang lebih baik. Ketika dia mati, dia tampil di hadapan takhta surgawi.Allah, sang Hakim mengumumkan, “Di dunia lain, tak ada yangmemahami engkau. Engkau pun tak pernah memahami diri sendiri.Engkau tak pernah mengerti bahwa engkau tak perlu diam saja, ketikaengkau seharusnya menjerit, dan bahkan jeritanmu yang keras akanmenjatuhkan dunia.”

Page 16: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2

10

THE & OF BIBLICAL PREACHINGArt Craft

Sang Hakim kemudian memberikan upah padanya––benar-benarapa pun yang dimintanya. Yang dia lakukan hanyalah bertanya.Bontscha pertama kalinya membuka mulutnya untuk menyatakankerinduannya yang terdalam . . . dan menyampaikan kepada sangHakim bahwa dia menginginkan “sarapannya setiap pagi, sebuahroti gulung panas dengan mentega segar.” Surga merasa malu danmenangis.

Pemiskinan terbesar terhadap Bontscha adalah bahwa selama inidia dibuat tak sanggup merindukan apa pun yang layak baginya.

Pengkhotbah harus menyampaikan kemuliaan Allah sejelas dansetegas yang bisa disampaikan bahasa manusia. Jika tidak maka peng-khotbah sekaligus pendengar hanya akan merindukan impian-impiankecil dan meminta Allah mengaruniakan hanya hal-hal kecil, padahalmereka bisa melakukan yang jauh lebih baik. Jika tidak maka merekaakan tunduk pada apa yang dikatakan Annie Dillard sebagai “godaanyang sangat besar dalam seluruh kehidupan yang tidak berarti, meniputeman-teman, melakukan hal yang remeh-temeh, makan dan berke-lana selama bertahun-tahun.” Masalahnya, kata Dillard adalah, bahwaAllah dan “dunia lebih luas daripada yang remeh-temeh di segalapenjuru, lebih berbahaya, dan lebih pahit, lebih hebat dan cemerlang.Kita melakukan hal yang remeh, padahal seharusnya kita bersenang-senang; kita menumbuhkan tomat ketika seharusnya meninggikanKain, atau Lazarus” (Pilgrim of Tinker Creek).

Meminta orang memuji kemuliaan Allah dengan menghadapisemua pertanyaan kehidupan yang sulit dan memperkenalkan kemu-liaan Allah dengan cara yang semurni mungkin tidak selalu populer.

Page 17: THE ART AND CRAFT OF BIBLICAL PREACHING–JILID 2