13
1 MODEL OPTIMALISASI PEMILIHAN LOKASI BENDUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS MULTI-KRITERIA SERTA PENENTUAN POLA TANAM BERDASARKAN KRITERIA KELAYAKAN EKONOMI (Studi Kasus: Bendungan di Sungai Silo, Kabupaten Dompu - NTB) THE OPTIMIZATION MODEL OF DAM LOCATION SELECTION BY USING MULTI- CRITERIA ANALYSIS AND THE DETERMINATION OF CROPPING PATTERNS BASED ON ECONOMIC FEASIBILITY CRITERIA (Case study: The Dam in River Silo, Dompu District - NTB) 1 Dhemi Harlan, 2 Rony Hidayat Budiman 1) Kelompok Keahlian Teknik Sumber Daya Air, FTSL Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, E-mail : [email protected] 2) Program Studi Magister Teknik Sipil, FTSL Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung, 40132. E-mail : [email protected] ABSTRAK Sungai Laju yang melintasi Kota Dompu seringkali meluap dan menggenangi areal perumahan dan pesawahan di daerah Desa Kanda II, Kecamatan Simpasai dan Kecamatan Woja, dengan luas genangan banjir 1232,52 Ha. Meningkatnya debit aliran di Sungai Laju terutama pada saat musim hujan, salah satunya disumbangkan dari debit aliran Sungai Silo, yang merupakan anak Sungai Laju. Mengacu kepada kejadian banjir yang seringkali terjadi dan juga dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan air di Kota Dompu serta pemenuhan air irigasi, maka direncanakan pembangunan bendungan di Sungai Silo. Berdasarkan kajian studi kelayakan (PT Mettana, 2012) terdapat tiga alternatif lokasi bendungan yang berada di sekitar Desa Dorotangga dan Desa Mangga Asi. Masalah dalam penentuan lokasi bendungan adalah adanya konflik kriteria yang muncul dan persepsi yang heterogen dalam pengambilan keputusan. Dalam pemecahan masalah yang kompleks ini, Analisis Multi-Kriteria dengan metode Analytic Heirarchy Process, AHP digunakan untuk menentukan lokasi bendungan serta penentuan pola tanam berdasarkan kriteria kelayakan ekonomi. Dari hasil penilaian responden sebanyak 50 responden dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) terhadap tujuh kriteria, lokasi alternatif bendungan kedua menjadi pilihan utama. Berdasarkan analisis kelayakan secara ekonomi dengan asumsi suku bunga sebesar 12% dan lima skenario pola tanam, maka diperoleh hasil pola tanam padi-padi-padi dengan intensitas tanam 300%, yang paling memenuhi persyaratan nilai parameter kelayakan ekonomi. Kata Kunci: Bendungan, Aalisis Multi-Kriteria, Analytic Hierarchy Process (AHP), Studi Kelayakan. ABSTRACT Laju River passing trough Dompu City is often overflow and inundating the urban and farms areas in the region of Desa Kanda II, the subregencies of Simpasai and Kecamatan Woja, with the inundation area of 1232,52 Ha. The increasing of flow in Laju River especially in rainy season, one is contributed from Silo River flow, that it constitutes the tributary of Laju River. According to flood event that it is often happen and in order to support water demand in Dompu City, in addition to suppot the irrigation water, so the building of DAM is needed in Silo River. Based on the feasibility study before (PT Mettana, 2012), there are three alternatives of DAM locations around the region of Desa Dorotangga and Desa Mangga Asi. The problems in obtaining the DAM location are the criterias conflicts appearance and the heterogen perception in the decision making. In order to solving this complicated problem, the multicriterias analysis with the metode of Analytic Heirarchy Process, AHP is used to obtain the DAM location. Economics feasibility criteria is used to determine the crop patterns. Based on the appraisal result of 50 respondens by using AHP respect to seven criterias, the second alternative of DAM becomes first choice. According to an economics feasibility analysis with the interest assumption of 12 % and five scenarios of crop patterns, so the crop pattern of padi-padi-padi is selected with the crop intensity of 300%, and is having most satisfied parameter values of economics feasibility. Key Words: DAM, Multi-Criteria Analysis, Analytic Hierarchy Process (AHP), Feasibility Study

THE OPTIMIZATION MODEL OF DAM LOCATION SELECTION … filemodel optimalisasi pemilihan lokasi bendungan dengan menggunakan analisis multi-kriteria serta penentuan pola tanam berdasarkan

  • Upload
    vokhanh

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

MODEL OPTIMALISASI PEMILIHAN LOKASI BENDUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS MULTI-KRITERIA SERTA PENENTUAN POLA

TANAM BERDASARKAN KRITERIA KELAYAKAN EKONOMI (Studi Kasus: Bendungan di Sungai Silo, Kabupaten Dompu - NTB)

THE OPTIMIZATION MODEL OF DAM LOCATION SELECTION BY USING MULTI-

CRITERIA ANALYSIS AND THE DETERMINATION OF CROPPING PATTERNS BASED ON ECONOMIC FEASIBILITY CRITERIA

(Case study: The Dam in River Silo, Dompu District - NTB)

1Dhemi Harlan, 2Rony Hidayat Budiman

1) Kelompok Keahlian Teknik Sumber Daya Air, FTSL Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132,

E-mail : [email protected]

2) Program Studi Magister Teknik Sipil, FTSL Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung, 40132.

E-mail : [email protected]

ABSTRAK Sungai Laju yang melintasi Kota Dompu seringkali meluap dan menggenangi areal perumahan dan pesawahan di daerah Desa Kanda II, Kecamatan Simpasai dan Kecamatan Woja, dengan luas genangan banjir 1232,52 Ha. Meningkatnya debit aliran di Sungai Laju terutama pada saat musim hujan, salah satunya disumbangkan dari debit aliran Sungai Silo, yang merupakan anak Sungai Laju. Mengacu kepada kejadian banjir yang seringkali terjadi dan juga dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan air di Kota Dompu serta pemenuhan air irigasi, maka direncanakan pembangunan bendungan di Sungai Silo. Berdasarkan kajian studi kelayakan (PT Mettana, 2012) terdapat tiga alternatif lokasi bendungan yang berada di sekitar Desa Dorotangga dan Desa Mangga Asi. Masalah dalam penentuan lokasi bendungan adalah adanya konflik kriteria yang muncul dan persepsi yang heterogen dalam pengambilan keputusan. Dalam pemecahan masalah yang kompleks ini, Analisis Multi-Kriteria dengan metode Analytic Heirarchy Process, AHP digunakan untuk menentukan lokasi bendungan serta penentuan pola tanam berdasarkan kriteria kelayakan ekonomi. Dari hasil penilaian responden sebanyak 50 responden dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) terhadap tujuh kriteria, lokasi alternatif bendungan kedua menjadi pilihan utama. Berdasarkan analisis kelayakan secara ekonomi dengan asumsi suku bunga sebesar 12% dan lima skenario pola tanam, maka diperoleh hasil pola tanam padi-padi-padi dengan intensitas tanam 300%, yang paling memenuhi persyaratan nilai parameter kelayakan ekonomi. Kata Kunci: Bendungan, Aalisis Multi-Kriteria, Analytic Hierarchy Process (AHP), Studi Kelayakan.

ABSTRACT Laju River passing trough Dompu City is often overflow and inundating the urban and farms areas in the region of Desa Kanda II, the subregencies of Simpasai and Kecamatan Woja, with the inundation area of 1232,52 Ha. The increasing of flow in Laju River especially in rainy season, one is contributed from Silo River flow, that it constitutes the tributary of Laju River. According to flood event that it is often happen and in order to support water demand in Dompu City, in addition to suppot the irrigation water, so the building of DAM is needed in Silo River. Based on the feasibility study before (PT Mettana, 2012), there are three alternatives of DAM locations around the region of Desa Dorotangga and Desa Mangga Asi. The problems in obtaining the DAM location are the criterias conflicts appearance and the heterogen perception in the decision making. In order to solving this complicated problem, the multicriterias analysis with the metode of Analytic Heirarchy Process, AHP is used to obtain the DAM location. Economics feasibility criteria is used to determine the crop patterns. Based on the appraisal result of 50 respondens by using AHP respect to seven criterias, the second alternative of DAM becomes first choice. According to an economics feasibility analysis with the interest assumption of 12 % and five scenarios of crop patterns, so the crop pattern of padi-padi-padi is selected with the crop intensity of 300%, and is having most satisfied parameter values of economics feasibility. Key Words: DAM, Multi-Criteria Analysis, Analytic Hierarchy Process (AHP), Feasibility Study

2

PENDAHULUAN Sungai merupakan jalan alami air yang berfungsi untuk mengalirkan air dari titik lokasi tertentu ke lokasi yang lebih rendah secara gravitasi. Sungai apabila dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, maka akan memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di sepanjang aliran sungai tersebut. Disamping memiliki potensi manfaat yang besar, sungai jika tidak dilestarikan dan dikelola dengan baik, maka akan berpotensi menimbulkan bencana, seperti terjadinya bencana banjir dan kekeringan. Banjir yang seringkali terjadi di Sungai Laju yang melintasi kota Dompu, terutama yang menggenangi areal perumahan dan persawahan di daerah Desa Kanda II, Kecamatan Simpasai dan Kecamatan Woja mengakibatkan terganggunya aktivitas ekonomi dan transportasi masyarakat sehari-hari (PT Gatra Asa Perkasa, 2009). Pada tahun 2012 tercatat 567 keluarga atau lebih 2.085 jiwa rumahnya terendam dengan luas genangan banjir 1232,52 Ha (BPBD Dompu, 2013). Dari hasil wawancara dengan warga lokasi kajian bahwa meningkatnya debit aliran di Sungai Laju terutama pada saat musim hujan, salah satunya disumbangkan dari debit aliran Sungai Silo, yang merupakan anak Sungai Laju. Mengacu kepada kejadian banjir yang seringkali terjadi dan juga dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan air di Kota Dompu, maka direncanakan pembangunan bendungan di Sungai Silo (PT, Mettana, 2012). Selain itu dengan adanya bendungan, juga diharapkan air waduk dapat dimanfaatkan untuk membuka areal pertanian baru yang berpotensi dan juga menjadi suplesi untuk daerah irigasi yang kekurangan air, konservasi, serta sebagai pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH). Masalah dalam pengembangan sumberdaya air untuk menentuan lokasi bendungan adalah adanya konflik kriteria

yang muncul dan persepsi yang heterogen sejalan dengan kepentingan masing-masing individu/kelompok yang terlibat dalam pengambilan keputusan pada masalah tersebut. Untuk pemecahan masalah yang kompleks ini digunakan metode analisis multikriteria dengan Analytic Heirarchy Process, AHP untuk menentukan lokasi bendungan serta penentuan pola tanam berdasarkan kriteria kelayakan ekonomi. GAMBARAN WILAYAH STUDI Lokasi kajian rencana bendungan berada di Sungai Silo, yang merupakan anak sungai utama, Sungai Laju yang terletak di Desa Mangge Asi, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Daerah aliran sungai Laju terdiri dari delapan subDAS, salah satunya subDAS Silo. Luas DAS Laju sebesar 217.088 km2, sementara luas SubDAS Silo adalah 16.669 km2 dengan panjang sungai sebesar 9.810 km. Berdasarkan hasil kajian studi pengembangan bendungan di Desa Mangge Asi (PT Mettana, 2012), terdapat tiga lokasi berpotensi untuk dibangun bendungan di Sungai Silo (Gambar 3), yaitu:

a. Lokasi Alternatif 1 berada di perbatasan Desa Dorotangga dan Desa Mangge Asi (80 31’ 25.3532” LS dan 1180 28’ 0.0215” BT) dengan lahan berupa sawah, tegalan, semak belukar, serta perkebunan rakyat.

b. Lokasi Alternatif 2 berada di perbatasan Desa Dorotangga dan Desa Mangge Asi (80 31’ 24.0708” LS dan 1180 28’ 1.1364” BT). Perbedaaan dengan lokasi alternative 1 adalah elevasi rencana bendungan. Kondisi lahan sama dengan alternative 1.

c. Lokasi Alternatif 3 berada di hulu Desa Dorotangga (80 31’ 23.3603” LS dan 1180 27’ 59.9607” BT)

3

dengan kondisi lahan sama dengan alternatif 1, berada di hulu alternative 1 dan 2.

Untuk pemilihan lokasi bendungan berdasarkan beberapa alternatif yang disebutkan diatas, maka digunakan Analisis Multi-Kriteria dengan metode Analysis Hierarchy Process, AHP yang dikembangkan oleh Saaty (Saaty, 1980) METODOLOGI Pengumpulan Data Data yang diperlukan terdiri dari data persepsi yang akan didapatkan dengan cara pembuatan kuisioner. Dalam penyusunan kuesioner digunakan metode penilaian perbandingan dengan skala satu sampai dengan sembilan, dimana pertanyaan pada kuesioner ini dibuat sedemikian rupa sehingga pihak pengambil keputusan dapat menilai kepentingan relatif dan mengkuantitatifkan penelitian mereka dengan mengisi kuesioner. Pada penelitian ini, penggunaan kuesioner merupakan hal pokok pengumpulan data untuk pembobotan kriteria. Pengolahan Data Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan metoda AHP (Saaty, 1980). Data yang digunakan adalah data persepsi yang didapat dari kuesioner. Pada tahap ini level pemilihan lokasi alternatif bendungan akan ditentukan dengan megagregasi kepentingan (bobot) relatif melalui hirarki. Dari pengolahan data ini akan dilihat konsistensi dari penilaian kepentingan relatif pengambil keputusan. Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor W = (w1, w2, ... wn). Dalam teori tentang matriks, formula tersebut menyatakan bahwa W adalah eigenvector dari matriks A dengan eigenvalue n AW = nW ..............................................(1) Variabel n pada persamaan di atas dapat digantikan, secara umum dengan sebuah vektor λ, sebagai berikut

AW = λW, dimana: λ = (λ1, λ2, ... λn) ... (2) Geometric Mean Theory menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban (nilai) numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan satu nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: aij = (z1, z2, z3, ... zn)1/n .......................... (3) Dimana: aij = nilai rata-rata perbandingan antara

kriteria Ai dengan Aj untuk n partisipan

zi = nilai perbandingan antara criteria Ai dan Aj untuk partisipan ke-i, dengan \i = 1, 2, …, n

n = jumlah partisipan Deviasi λmax dari n merupakan suatu parameter Consistency Index (CI) yang dinyatakan dengan:

1max

n

nCI

....................................... (4) Dengan membandingkan CI dan RI, maka didapat patokan untuk menentukan tingkat konsistensi suatu matriks yang disebut dengan Consistency Ratio (CR) yang dinyatakan sebagai berikut:

RI

CICR

............................................... (5) Dari matriks random tersebut didapat juga nilai Consistency Index yang disebut dengan Random Index (RI) Saaty menyatakan bahwa suatu matriks perbandingan adalah konsisten bila nilai CR tidak lebih dari 0,10 (CR < 0,10)

4

Gambar 1 Bagan Alir Metodologi

Tahap Analisis Kelayakan Ekonomi Setelah tahap pengolahan data dilakukan dan menghasilkan satu lokasi alternatif bendungan yang terpilih berasarkan AHP, maka selanjutnya dalam tahap ini dilakukan analisis kelayakan ekonomi dengan mengkaji beberapa pola tanam yang merupakan komoditi pertanian di lokasi penelitian dengan membandingkan beberapa pola tanam dan merekomendasikan pola tanam yang akan paling optimal menggunakan indikator kelayakan ekonomi seperti: 1. Net Present Value (NPV)

n

nn

i

CB

i

CB

i

CBCBNPV

1

....11 2

221100

..........................................(6) Kriteria Layak NPV > 0 dan sebaliknya.

2. Benefit Cost Ratio (BCR)

n

n

C

BBCR

....................................... (7) dimana:

n

tn

tn

i

BB

0 )1( ............................... (8)

n

tn

tn

i

CC

0 )1( ............................... (9) Krteria Layak BCR > 1 dan sebaliknya.

3. Economic Internal Rate of Return (EIRR)

n

tn

tn

tn

t

i

C

i

B

00 )1()1( ................. (10) Kriteria Layak EIRR > Discount Rate dan sebaliknya.

HASIL DAN DISKUSI Penyusunan Hirarki Pemilihan Lokasi Alternatif Bendungan Penyusunan hirarki dalam penelitian ini diawali dengan identifikasi aspek-aspek yang akan dijadikan kriteria pemilihan lokasi bendungan. Dalam studi terdahulu (Laporan Ringkas Studi Kelayakan Bendungan Mangge Asi, BWS NT I, 2013) bahwa kriteria pemilihan lokasi bendungan ditinjau dari aspek-aspek. Dari aspek-aspek tersebut dirangkum ke dalam 7 (tujuh) aspek yang ditinjau untuk dinilai. Dasar penentuan ke tujuh aspek tersebut adalah: a) Aspek dipilih berdasarkan sudut

pandang dan tingkat kepentingan responden bedasarkan golongan/kelompok yang mempunyai pola pikir berbeda untuk menilai kepentingan dalam memanfaatkan bendungan.

b) Ke tujuh aspek tersebut mewakili kriteria nilai pemanfaatan bagi masing-masing golongan/kelompok yang mempunyai kepentingan, sehingga penilaian dapat lebih mewakili tingkat kepentingannya.

5

c) Ke tujuh aspek yang digunakan sebagai kriteria pemilihan lokasi bendungan ini adalah untuk memudahkan pandangan para responden dalam menilai aspek/kriteria penting dalam penentuan lokasi bendungan

Berikut ini ke 7 (tujuh) aspek penilaian tersebut sebagai berikut:

1. Kriteria 1 : Kemampuan terhadap Daya Redaman Banjir

2. Kriteria 2 : Kemampuan terhadap meningkatkan potensi Produksi Pertanian

3. Kriteria 3 : Kemampuan terhadap peningkatan sumber Air Baku

4. Kriteria 4 : Kesesuaian dengan Rencata Tata Ruang Wilayah

5. Kriteria 5 : Dampak terhadap Lingkungan

6. Kriteria 6 : Kebutuhan terhadap Pembiayaan

7. Kriteria 7 : Keamanan Bendungan

Mengacu kepada laporan terdahulu (PT Mettana, 2013) dalam penelitian ini di

tentukan 3 (tiga) alternatif lokasi yang telah dikaji secara teknis oleh BWS NT I. Kesimpulan kajian teknis yang telah dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ketiga lokasi alternatif memiliki kapasitas untuk mengurangi / meredam banjir di Kota Dompu.

2. Kajian kelayakan teknis untuk ke tiga alternatif lokasi tersebut layak, seperti kondisi geologi bukan merupakan daerah patahan atau cesar, secara hidrologi ketersediaan air dapat mengisi tampungan waduk tersebut, secara struktur aman terhadap rembesan dan kestabilan tubuh bendungan, tipe tubuh bendungan adalah urugan dengan urugan homogen layak untuk dibangun. Berikut struktur hirarki penentuan lokasi alternatif bendungan dalam penelitian ini dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP), dan lokasi alternatif bendungan sebagai berikut:

Gambar 2 Hirarki Penentuan Lokasi Alternatif Bendungan

6

Gambar 3 Lokasi Alternatif Bendungan

Pengumpulan Data Responden Penunjukan responden dalam penelitian ini pertimbangan bahwa tingkat pengenalan dan keahlian mereka terhadap pemilihan lokasi bendungan sudah mendalam. Adapun data-data yang diambil untuk keperluan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data penilaian prioritas perbandingan pasangan kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi bendungan.

2. Data penilaian perbandingan pasangan intensitas antar alternatif lokasi bendungan.

Prosentasi banyaknya responden dengan disiplin ilmunya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar V.4 Grafik Prosentase Klasifikasi

Responden Berdasarkan Disiplin Ilmu

Untuk mendapatkan data penilaian perbandingan berpasangan adalah dengan membuat matriks perbandingan berpasangan elemen-elemen hirarki yang selanjutnya adalah melakukan proses penilaian oleh para responden. Data hasil akhir pengumpulan data penilaian perbandingan pasangan antar kriteria dan alternatif disajikan pada tabel 1 Matriks Penilaian Perbandingan Pasangan Tingkat Kepentingan antar Kriteria Pemilihan Lokasi Bendungan. Pengolahan Data Proses pengolahan data untuk AHP menggunakan bantuan software Expert Choice versi 11 yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (Saaty, 1994). Setelah pengolahan data, dilakukan pengujian konsistensi penilaian. Apabila nilai rasio inkonsistensi di atas 10 persen atau RK > 0,1, maka dilakukan pengulangan penilaian sampai memperoleh tingkat inkonsistensi yang baik (RK < 1,0). Selanjutnya diperoleh bobot prioritas dan dilakukan sintesa dan dianalisis sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Teknik Sipil36%

Teknik Pengaira

n12%

Pertanian

14%

Teknik Lingkung

an12%

Ekonomi4%

Sains8%

Hukum4%

Planologi

10%

As Mangge Asi 1 X = 661430.1318 Y = 9057498.2414 Z = + 37.5

As Mangge Asi 2 X = 661464.3766 Y = 9057537.5056 Z = + 50.0

As Mangge Asi 3 X = 661428.5049 Y = 9057559.4702 Z = + 50,0

7

Tabel 1 Matriks Penilaian Perbandingan Pasangan Tingkat Kepentingan antar Kriteria Pemilihan Lokasi Bendungan

KRITERIA Daya

Redaman Banjir

Peningkatan Produksi Peranian

Peningkatan Air Baku

Kesesuaian RTRW

Dampak Lingkunan

Biaya Keamanan Bendungan

Daya Redaman Banjir 1,95 2,20 2,93 1,07 1,48 (1,09) Peningkatan Produksi Pertanian

1,12 1,99 (1,49) 1,03 (2,01)

Peningkatan Air Baku 2,04 (1,66) (1,17) (2,14) Kesesuaian RTRW (2,79) (2,55) (3,20) Dampak Lingkunan 1,46 (1,14) Biaya (1,56) Keamanan Bendungan Keterangan: tanda dalam kurung (...) adalah nilai kebalikan dari tingkat kepentingan kriteria yang

dibandingkan Pembobotan Kriteria dan Alternatif Hasil pembobotan kriteria dan alternatif didasarkan atas penilaian 50 (lima puluh) responden yang berkepentingan atas penentuan lokasi bendungan dengan menggunakan data-data pada tabel di atas. Nilai bobot prioritas yang dihasilkan dari pembobotan ini terdiri dari 2 jenis yaitu bobot prioritas lokal dan bobot prioritas global. Bobot prioritas lokal merupakan bobot proporsional untuk setiap elemen suatu cabang hirarki relatif terhadap elemen hirarki lainnya jumlah bobot ini selalu sama dengan satu (Kryvobokov, 2005). Sedangkan bobot prioritas global adalah bobot seluruh elemen hirarki relatif terhadap goal dan jumlah bobot ini sama dengan nilai nilai bobot prioritas elemen hirarki lainnya, atau dengan kata lain bobot prioritas global menyatakan bobot prioritas suatu elemen hirarki absolut ditinjau dari goal model hirarki keputusan pada level 0 (Sato, 2003). Jika bobot prioritas dari semua elemen hirarki yang berada dalam satu level dijumlahkan, maka akan selalu berjumlah 1 (satu). Sintesis Bobot Prioritas Keseluruhan dan Likehood Proses sintesis dimaksudkan untuk memperoleh bobot prioritas keseluruhan dan likehood total berkenaan dengan tujuan dari penentuan pengembangan sumberdaya air. Dalam proses ini dilakukan dengan mengagregasi bobot kepentingan relatif dari hirarki (Mann, 1995). Berikut Tabel 2 hasil pembobotan dari hirarki tersebut.

Tabel 2 Hasil Pengolahan Data Prioritas

untuk setiap Kriteria-kriteria dalam Penentuan Lokasi Bendungan

Tujuan atau Goal (1,00)

Kriteria-kriteria

Prioritas

Lokal* Global** (Lokal x 1,000)

Daya Redaman Banjir

0,201 0,201

Peningkatan Produksi Peranian

0,116 0,116

Peningkatan Air Baku

0,105 0,105

Kesesuaian RTRW 0,059 0,059 Dampak Lingkunan 0,178 0,178 Biaya 0,129 0,129 Keamanan Bendungan

0,212 0,212

Rasio Konsistensi = 0,00298 Keterangan: * Bobot prioritas yang

menggambarkan kepentingan relatif dari masing-masing kriteria berkenaan dengan kriterianya.

** Bobot prioritas yang menggambarkan kepentingan relatif dari masing-masing kriteria terhadap sasaran secara keseluruhan (overall goal), dimana prioritas lokal dikalikan dengan prioritas dari kriteria di atasnya.

8

Tabel 3 Data Hasil Bobot Prioritas Keseluruhan dan Likehood Alternatif

Kriteria Alternatif

Alt. Lokasi – 1 Alt. Lokasi – 2 Alt. Lokasi – 3 Daya Redaman Banjir 0,201 0,028 0,120 0,053 Peningkatan Produksi Peranian 0,116 0,029 0,050 0,034 Peningkatan Air Baku 0,105 0,027 0,044 0,034 Kesesuaian RTRW 0,059 0,020 0,020 0,020 Dampak Lingkunan 0,178 0,030 0,053 0,095 Biaya 0,129 0,075 0,038 0,017 Keamanan Bendungan 0,212 0,099 0,066 0,046 Total 1,000 0,307 0,391 0,303

Dari hasil pengolahan data responden diatas menunjukkan bahwa lokasi bendungan yang dipilih adalah lokasi alternatif ke 2 (dua) dengan bobot sebesar 0,391 atau 39,1 %. Analisis Sensitivitas Bobot prioritas yang didapat dari data hasil pengolahan data penilaian sangat tergantung pada struktur hirarki yang dikembangkan dan pada penilaian perbandingan pasangan relatif yang diberikan pada berbagai elemen-elemen permasalahan. Perubahan hirarki atau penilaian dapat merubah bobot prioritas yang dihasilkan. Gambar 5 menunjukkan sensitivitas untuk seluruh kriteria yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi bendungan. Secara

keseluruhan bahwa lokasi alternatif ke 2 yang terpilih merupakan dominan untuk kriteria 1 dengan bobot sebesar (0,201), kriteria 2 (0,116) dan kriteria 3 (0,105) sedangkan pada kriteria ke 4 (0,059) hasil analisi sensitivitas menunjukkan bobot yang sama untuk masing-masing lokasi alternatif. Untuk kriteria yang memiliki bobot terbesar yaitu kriteria 7 (0,212) hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa lokasi alternatif ke 1 memiliki bobot yang paling besar dengan total bobot sebesar 0,469. Sedangkan untuk kriteria 5 dengan bobot sebesar 0,178 lokasi ke 3 memiliki bobot yang paling besar yaitu 0,536, tetapi untuk kriteria 6 dengan bobot 0,129 lokasi yang terpilih adalah lokasi 1 dengan bobot 0,577.

 

Gambar 5 Performance Sensitivity Keseluruhan Kriteria terhadap Pemilihan Lokasi

Performance Sensitivity for nodes below: Goal: Lokasi Bendungan

,00

,10

,20

,30

,40

,50

,60

,70

,80

,90

,00

,10

,20

,30

,40

,50

,60

,70Obj% Alt%

Lokasi - 3Lokasi - 1

Lokasi - 2

Kriteria 1 :Kriteria 2 :

Kriteria 3 :Kriteria 4 :

Kriteria 5 :Kriteria 6 :

Kriteria 7 :OVERALL

9

Pengumpulan dan Pengolahan Data Analisis Kelayakan Proyek Dalam kajian ini data-data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis kelayakan pola tanam dibagi kedalam 2 (dua) komponen utama (Gray dkk, 1992) yaitu komponen biaya (cost) adalah biaya pembangunan proyek serta komponen manfaat (benefit) yang terdiri dari dua manfaat yang ditinjau yaitu peningkatan usaha tani sebelum dan setelah ada pembangunan bendungan, serta pemenuhan kebutuhan air baku, berikut ini penjelasan dan hasil analisis sebagai berikut:

1. Komponen Biaya (Cost) Asumsi didalam komponen biaya langsung yang digunakan (Sastraatmadja, 1994) adalah sebagai berikut: a) Biaya Adminstrasi, sebesar 2%

dari nilai total biaya konstruksi (biaya langsung).

b) Biaya Jasa Konsultansi, sebesar 5% dari nilai total biaya konstruksi (biaya langsung).

c) Biaya Tak Terduga (Contingency), sebesar 3% dari nilai total biaya konstruksi (biaya langsung).

d) Eskalasi Harga, sebesar 5% per tahun dari dari nilai total biaya konstruksi per tahun.

Tabel 4 Rekapitulasi Biaya Konstruksi 

NO URAIAN JUMLAH (RP.) (FINANSIAL)

1 BIAYA LANGSUNG 61.605.564.992

A MOBILISASI DAN DEMOBILISASI 9.200.000

B PEKERJAAN PERSIAPAN 2.023.546.765

C PEKERJAAN COFFERDAM DAN TUBUH BENDUNGAN 32.696.922.956

D PEKERJAAN PELIMPAH 15.996.126.231

E PEKERJAAN INTAKE 10.788.128.707

F PEKERJAAN HIDROMEKANIKAL 91.640.333

2 BIAYA TIDAK LANGSUNG 14.038.295.045

A BIAYA ADMINISTRASI 1.232.111.300

B BIAYA JASA KONSULTANSI 3.080.278.250

C BIAYA TAK TERDUGA (CONTINGENCY) 1.848.166.950

NO URAIAN JUMLAH (RP.) (FINANSIAL)

D ESKALASI HARGA 7.877.738.545

3 PPN 7.564.386.004

4 BIAYA PEMBEBASAN LAHAN 510.000.000

TOTAL 83.718.246.040

2. Komponen Manfaat (Benefit)

Komponen manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) manfaat, yaitu manfaat peningkatan pendapatan usaha tani dan manfaat air baku. Berikut rincian: a) Pendapatan Usaha Tani

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dompu tahun 2012 serta data dari Dinas Pertanian tahun 2012, bahwa Pendapatan Daerah Bruto Rata-rata Kabupaten Dompu tahun 2012 terbesar adalah di bidang pertanian sebesar 37,72%, dan komoditas pertanian yang paling besar adalah padi dengan total produksi total sebesar 31.172 ton di ikuti oleh Palawija dengan jenis komoditi kedelai sebesar 7.409 ton dan jagung sebesar 3.523 ton. Jenis varietas padi yang digunakan adalah Ciherang, Inpari-10 dan Inpara. Kondisi pertanian sebelum adanya proyek (eksisting) dimana intensitas tanamnya sebesar 250%, dengan pola tanam Padi (100%) pada musim tanam ke satu, Kedelai (50%) pada musim tanam ke dua dan jagung (100%) pada musim ke tiga, dengan luas lahan 145 ha.

b) Kebutuhan Air Baku Asumsi yang digunakan untuk mengetahui jumlah orang yang dapat dilayani air baku oleh waduk adalah sebagai berikut: i. Perhitungan proyeksi

pertambahan penduduk di 7 (tujuh) desa tersebut

10

menggunakan metode geometrik dengan ratio pertambahan penduduk sebesar 1,06%. (Kecamatan Dompu dalam Angka tahuan 2011, BPS).

ii. Proyeksi pertambahan penduduk yang dianalisa adalah tahun 2020, 2025 dan 2035.

iii. Rencana kebutuhan air minum penduduk yanf dapat dilayani adalah sebesar 120 liter / hari / orang (Ditjen Cipta Karya).

iv. Besarnya retribusi air minum dalam hal ini menggunakan standar dari PDAM Kota Dompu, yaitu sebesar Rp. 1.500/m3 sampai dengan Rp. 2.500/m3.

Tabel 5 Kondisi Pertanian Sebelum Adanya Proyek di Desa Sorisakolo 

No. Jenis

Tanaman

Total Pendapatan Total Peningkatan

Pendapatan Jumlah Usaha Tani Usaha Tani (145 Ha)

(Rp/Ha) (Rp) (Rp)

1 Padi 13.430.500 1.947.422.500

2 Kedelai 4.461.000 323.422.500

3 Jagung 4.557.750 660.873.750

2.931.718.750

Tabel 6 Proyeksi Kebutuhan Air Tahun 2035 

NO URAIAN SATUAN Tahun

2035

1 Jumlah Penduduk Total Jiwa 36.034 2 Jumlah Jiwa / Rumah Jiwa 5 3 Jumlah Rumah Unit Rumah 7.207 4 Perkiraan Prosentase Jumlah SR % 100 5 Jumlah SR Unit Rumah 7.207 6 Kebutuhan Air Untuk Tiap 1 Orang Per Hari ltr/hr/org 1207 Kebutuhan Air Domestik ltr/hari 4.324.130

ltr/detik 50,0477982 8 Kebutuhan Air Non Domestik ltr/detik 0,177

9 Kebutuhan Air Baku Rata-rata (dengan kebocoran 15%) ltr/detik 57,759

m3/hari 4.990,336

m3/bulan 149.710,078

juta m3/tahun 1,497

10 Kebutuhan Harian Maksimum = 1,15 x Kebutuhan Air Bersih ltr/detik 66,422

11 Kebutuhan Air Pada Jam Puncak = 1,56 x Kebutuhan Air Bersih ltr/detik 90,503

Analisis Kelayakan Proyek Beberapa asumsi yang diupergunakan dalam perhitungan Analisis Kelayakan Ekonomi Proyek (Gittinger, 1986), adalah sebagai berikut :

a. Umur Ekonomi Proyek 50 tahun. b. Suku bunga (discount rate) yang

digunakan adalah 12% dimana suku bunga rata-rata tahun 2012.

11

c. Biaya produksi didasarkan pada pedoman harga yang bersumber dari Koperasi Unit Desa.

d. Analisis Usaha Tani dihitung berdasarkan keadaan pada saat ini, saat nanti tanpa proyek dan saat nanti dengan proyek.

e. Pemulihan kesuburan tanah akibat pola tanam yang intens sehingga menyebabkan kondisi kesuburan tanah menurun dalam analisis ini diabaikan.

f. Pengembangan lahan melalui suplai air dari intake di lokasi rencana waduk secara penuh dicapai pada tahun ke 9 sejak dimulainya pembangunan proyek.

g. Waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah 4 (empat).

h. Dalam analisis kelayakan ekonomi ini digunakan beberapa pola tanam dimana intensitas tanamnya sebanyak tiga kali musim untuk masing-masing pola tanam. Hasil analisa dari simulasi tersebut dipilih yang paling optimum berdasarkan parameter kelayakan ekonomi. Berikut pola tanam yang akan di simulasikan tersebut:

1. Pola tanam Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (100%)

2. Pola tanam Padi (100%) – Padi (100%) – Kedelai (100%)

3. Pola tanam Padi (100%) – Padi (100%) – Jagung (100%)

4. Pola tanam Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (50%) & Kedelai (50%)

5. Pola tanam Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (50%) & Jagung (50%)

Parameter kelayakan ekonomi yang digunakan adalah Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV)

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Hasil analisis Benefit Cost Ratio dari biaya konstruksi dengan manfaat yang didapat berdasarkan pola simulasi diatas, maka nilai BCR dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Analisis BCR 

No Pola Tanam BCR

1. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (100%) 1,47 2. Padi (100%) – Padi (100%) – Kedelai (100%) 0,97 3. Padi (100%) – Padi (100%) – Jagung (100%) 1,29 4. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (50%) & Kedelai (50%) 1,22 5. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (50%) & Jagung (50%) 1,38

Analisis Net Present Value (NPV) Dari hasil analisis Net Present Value (NPV) dengan menggunakan suku bunga 12% selama umur manfaat 50 tahun dan

berdasarkan simulasi pola tanam maka didapat nilai NPV sebagai berikut:

Tabel 8 Hasil Analisis NPV 

No Pola Tanam NPV (RP)

1. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (100%) 28.779.937.686,3693 2. Padi (100%) – Padi (100%) – Kedelai (100%) -2.075.899.129,50097 3. Padi (100%) – Padi (100%) – Jagung (100%) 17.712.387.577,7907 4. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (50%) & Kedelai (50%) 13.352.019.278,4341 5. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (50%) & Jagung (50%) 23.246.162.632,08

Analisis Internal Rate of Return (IRR) Apabila semua komponen cost dan benefit sudah diperoleh, kemudian dapat dibuat aliran pembayaran (cash flow) dari semua

komponen tersebut sesuai dengan umur ekonomis proyek yang diperkirakan (Fabrycky, 1998). Dari economic cash flow ini kemudian dihitung besarnya economic

12

net benefit untuk tiap tahun dan ini merupakan dasar dalam perhitungan nilai

EIRR.

Tabel 9 Hasil Analisis IRR 

No Pola Tanam IRR (%)

1. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (100%) 14,46 2. Padi (100%) – Padi (100%) – Kedelai (100%) 10,89 3. Padi (100%) – Padi (100%) – Jagung (100%) 13,25 4. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (50%) & Kedelai (50%) 12,75 5. Padi (100%) – Padi (100%) – Padi (50%) & Jagung (50%) 13,86

Analisis Sensitivitas Kriteria kelayakan dalam analisis sensitivitas dalam sub bab ini adalah jika nilai seluruh komponen memenuhi syarat kelayakan ekonomi seperti, nilai BCR > 1, nilai NPV > 0, dan nilai EIRR > Discount Rate dalam penelitian ini sebesar 12%. Apabila salah satu syarat dari komponen tersebut tidak

memenuhi maka dinyatakan tidak layak (Blank,2005). Dengan menggunakan pola tanam padi-padi-padi dan merubah paremeter biaya, manfaat dan operasi dan pemerihaan. Hasil dari skenario tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 10 Sensitivitas Cash Flow secara Ekonomis untuk Pola Tanam Padi-Padi-Padi 

URAIAN

PARAMETER ANALISIS

KETERANGAN EIRR BCR

NPV

(juta Rp) KONDISI NORMAL 14,46% 1,47 28.780 Layak

ANALISA SENSITIVITAS

Biaya Konstruksi Naik 15% 13,22% 1,29 20.106 Layak

Biaya Konstruksi Naik 20% 12,86% 1,24 17.214 Layak

Biaya Konstruksi Naik 25% 12,53% 1,19 14.321 Layak

Biaya Konstruksi Naik 30% 12,22% 1,15 11.428 Layak

Biaya Konstruksi Naik 35% 11,93% 1,11 8.536 Tidak Layak

Biaya Konstruksi Naik 40% 11,65% 1,07 5.643 Tidak Layak

Keuntungan Turun 15% 12,98% 1,25 15.366 Layak

Keuntungan Turun 20% 12,47% 1,18 10.893 Layak

Keuntungan Turun 25% 11,94% 1,11 6.420 Tidak Layak

Keuntungan Turun 30% 11,39% 1,03 1.948 Tidak Layak

Biaya O&P naik 15% 14,41% 1,46 28.363 Layak

Biaya O&P naik 30% 14,37% 1,45 27.942 Layak

Biaya O&P naik 60% 14,28% 1,43 27.100 Layak

Biaya O&P naik 100% 14,15% 1,41 25.978 Layak Biaya Konstruksi Naik 5% & Keuntungan Turun 5 %

13,55% 1,34 21.419 Layak

Biaya Konstruksi Naik 10% & Keuntungan Turun 10 %

12,68% 1,21 14.053 Layak

Biaya Konstruksi Naik 12,5% & Keuntungan Turun 12,5 %

12,27% 1,15 10.371 Layak

Biaya Konstruksi Naik 15% & Keuntungan Turun 15 %

11,87% 1,10 6.688 Tidak Layak

Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa:

a) Jika nilai biaya konstruksi dinaikkan sampai 35 %, maka skenario dari

pola tanam ini menjadi tidak layak karena EIRR 11,93% < 12 %.

b) Jika nilai keuntungan diturunkan sampai 25 %, maka skenario dari

13

pola tanam ini menjadi tidak layak karena EIRR 11,94% < 12 %.

c) Jika nilai operasi & pemeliharaan dinaikkan 100 %, maka skenario dari pola tanam ini masih layak dimana dari tiga kriteria kelayakan ekonomi seluruhnya memenuhi syarat.

d) Jika nilai biaya konstruksi dinaikkan sebesar 15% dan nilai keuntungan diturunkan sebesar 15%, maka skenario dari pola tanam ini menjadi tidak layak karena EIRR 11,85% (< 12%).

KESIMPULAN Dari hasil beberapa tahap kajian serta diakhiri dengan analisis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut dengan menggunakan data kuisioner berjumlah sebanyak 50 orang responden serta dianalisis dengan menggunakan AHP dengan bantuan perangkat lunak Expert Choice versi 11, maka lokasi terpilih adalah lokasi bendungan alternatif ke – 2 dengan persentase pemilih sebesar 39,1%. Dengan mengasumsikan bahwa faktor struktur kesuburan tanah akibat pola tanam yang intens dianggap sama (tetap subur), maka hasil analisis kelayakan secara ekonomi berdasarkan asumsi suku bunga sebesar 12% dan dari simulasi lima skenario pola tanam, maka diperoleh hasil pola tanam padi-padi-padi dengan intensitas tanam 300%, memiliki nilai parameter kelayakan ekonomi terbesar yaitu Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,47, Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 28.779.937.686,3693 dan Economic Internal Rate of Return (EIRR) sebesar 14,46%. Dari hasil skenario simulasi analisis sensitivitas menunjukkan bahwa dengan kondisi biaya pembangunan naik sebesar 30% maupun manfaat turun sebesar 30% dan asumsi nilai discount rate sebesar 12% masih layak dilaksanakan secara ekonomis. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Dr Biemo W. Sumardi atas masukan dan saran yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA Saaty, T., L., The Analytic Hierarchy Process.

McGraw-Hill. 1980. Gittinger, J., P., Analisis Ekonomi Proyek-

proyek Pertanian. UI-Press Jakarta. 1986

Gray, C., Simanjuntak, P dan K., Lien Sabur, Pengantar Evaluasi Proyek Edisi ke-2. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 1992

Saaty, T., L., Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytic Hierarchy Process. RWS Publications Pittsburgh. 1994.

Sastraatmadja, A. Soedrajat., Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan. Nova. 1994

Mann, H. Stuart, Using The Analytic Hierarchy Process For Decision Making In Engineering Applications: Some Challanges. Inter’l Journalof Industrial Engineering: Applications and Practice, Vol. 2, No. 1, pp. 35-44.1995.

Fabrycky, W.J., Thuesen, G.J., Verma, D., Economic Decision Analysis, Third Edition. Prentice-Hall. 1998

Sato, Y., Questionnaire Design For Survey Research Employing Weighting Method. ISAHP 2005, Honolulu – Hawai. 2003.

Blank,L., Tarquin, A., Engineering Economy, Sixth Edition. McGraw-Hill. 2005.

Kryvobokov, Marko, Estimating The Weights of Location Attributes With The Analytic Hierarchy Process in Donetsk, Ukraine. Nordic Journal of Surveying and Real Estate Research, Vol. 2, No. 2, page 5-29. 2005.

PT. Gatra Asa Prakarsa, Detail Desain Bendung gerak dan Waduk Pengendali/Retensi Banjir di DAS Sungai Laju, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I. 2009.

PT. Mettana Engineering Consultan, Konsep Laporan Akhir Studi Kelayakan Bendungan Mangge Asi di Kabupaten Dompu – Nusa Tenggara Barat. Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I. 2013.