The Profession

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah kelompok

Citation preview

  • PROFESI

    Parson (1954) menjelaskan bahwa suatu profesi merupakan bidang pekerjaan yang tidak memiliki self orientation melainkan lebih kepada community orientation. Dua istilah yang identik tapi juga membingungkan, yaitu antara pekerjaan dan profesi. Karena kedua istilah itu sering kali dipertukarkan atau disebut secara bergantian tapi sebenarnya istilah tersebut merupakan istilah yang berbeda dan menunjukkan dua keadaan yang berbeda juga. Profesi yang umum ada di masyarakat misalnya : akuntan, dokter, pengacara, dan lainnya. Akuntan juga mampu dipandang sebagai pekerjaan, namun mengapa ia kurang tepat hanya disebut sebagai suatu pekerjaan saja. Suatu pekerjaan dapat dipandang sebagai suatu profesi apabila bidang pekerjaan tersebut memiliki orientasi pada kepentingan masyarakat.

    Profesi harus mampu menjunjukkan pentingnya keberadaan dirinya di dalam masyarakat atau dikatakan pula ia harus mampu menunjukkan bahwa dirinya fungsionalis relevan terhadap kepentingan masyrakat. Sudut pandang mengenai profesi ini semakin berkembang dengan adanya Teori Struktural Fungsionalis oleh Talcott Parsons. Namun kemudian dibantah oleh Barber (1963) yang menjelaskan bahwa suatu pekerjaan tidak boleh dipandang sebagai profesi jika ia relevan fungsionalis semata terhadap masyarakat namun, ia juga harus memiliki orientasi terhadap masyarakat. Jadi dalam perspektif Parsons dan Barber maka suatu pekerjaan dapat disebut sebagai suatu profesi apabila pekerjaan tersebut fungsionalis relevan dan memiliki orientasi terhadap kepentingan masyarakat. Selain perspektif dari Parsons dan Barber, perspektif lainnya yang memandang suatu profesi, yaitu Greenwood (1957). Dalam pandangan Greenwood (1957), ada lima yang mendefinisikan karakteristik suatu profesi. Karakteristik profesi, yang pertama adalah bahwa mereka memiliki dasar dalam teori

    sistematis(a basic in systematic theory). Seseorang sebelum memasuki masa profesi, ia harus memiliki pengetahuan dan pelatihan

    yang akan mampu meningkatkan kompetensi profesi. Untuk itu, ia harus menempuh

    pendidikan terlebih dahulu di dalam universitas sehingga memiliki pengakuan formal atas pengetahuan akan teori dan pengalaman praktik dari teori-teori tersebut.

  • Kedua yaitu autoritas atau kekuasaan yang diakui (recognised authority), ini dimasukkan kedalam suatu lisensi untuk berpraktik pada bidangnya tertentu. Implikasinya dimana hanya

    menarik susunan lisensi yang dapat digambarkan sebagai profesi.Sebagai suatu profesi, pekerjaan harus diakui terlebih dahulu keberadaan dan praktiknya secara legal oleh negara. Oleh sebab itu, untuk memiliki lisensi sebagai profesi tertentu maka seseorang selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang tertentu juga harus mampu mengantongi lisensi legal yang telah diakui oleh negara.

    Ketiga, persetujuan komunitas (community sanction), misalnya seorang dokter meminta melepaskan pakaian dengan tujuan pemeriksaan, hal ini disetujui karena telah diakui bahwa ini memang kebutuhan dokter untuk melaksanakan pemeriksaan dibawah berbagai macam

    kondisi. Dalam kasus tersebut, sedikit pekerjaan yang menyetujui hak yang sama dan istimewa. Profesi semacam ini berada dalam posisi yang memungkinkan eksploitasi dan

    kebutuhan dimana mereka harus pula bertanggung jawab menetapkan kebijakan pada anggotanya dalam suatu komunitas sehingga para anggotanya sadar akan profesinya dengan benar dan ada kode etik yang membatasinya.

    Keempat adalah kode etik (the codes of ethics) Suatu profesi bertanggung jawab terhadap masyarakat sehingga harus memiliki suatu kode etik dalam profesinya dan memastikan bahwa seluruh anggota profesinya memiliki kesadaran untuk mematuhi kode etik profesi tersebut.

    Kelima, budaya profesi (culture of profession) Karakteristik terakhir dan yang paling inti dari karakteristik profesi ialah adanya budaya dari profesi tersebut. Budaya adalah komponen besar dalam karakteristik profesi.Budaya ini muncul dari berbagai dimensi pengalaman orang-orang di dalam profesi, yang terkumpul dan

    teracik menjadi suatu budaya dari profesi tersebut.

    Dalam sebuah penelitian dari organisasi profesi kontemporer, Millerson (1964) mengidentifikasi empat jenis asosiasi profesional yaituasosiasi prestise, asosiasi Studiyang melakukan kegiatan di bidang ilmiah, asosiasi kualifikasiseperti kepala sekolah yamg menekankan pendidikan dan pelatihananggota baru.

    Setiap individu, apapun profesinya, akan mengalami yang namanya sosialisasi profesional sebagai salah satu proses sosial. Orang yang sukses adalah orang yang mau belajar dari pengalaman kegagalannyasehingga menjadi proses pembelajaran penting untuk usaha masa

  • depan mereka. Biasanya untuk kualifikasi sebagai akuntan dari sekolah yang awalnya melakukan magang di kantor akuntan, perusahaan atau pemerintah daerah dibagian

    akuntansi.Dengan ini mereka bisa belajar bertanggungjawab dan mempelajari budaya kerja dan aplikasi-aplikasinya.Hal ini dilakukan untuk mendapatkan akuntan yang berkualitas. Dalam rekruitmen selanjutnya, yang perlu dipertimbangkan lamanya pengalaman kerja.Sosialisasi profesi dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan dan sejenisnya.

    Akuntan adalah orang profesional dalam melakukan tugas akuntansi. Kebanyakan orang

    melihat akuntan sebagai individu yang dull(lemah), boring (membosankan), flat(datar), unexciting(tidak menggembirakan), grey, rather conservative people(orang yang cenderung konservatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyak orang atau sejumlah individu memandang bahwa ilmu sains dengan berbagai percobaan di laboratorium dan penemuan-penemuannya dianggap glamor, menarik dunia, sedangkan akuntansi dengan book-keepingnya, dan financial controlstidak. terlepas dari pandangan negatif kebanyakan orang, akuntan dipandang berpengaruh signifikan dalam perusahaan karena mereka selalu mampu memberikanjenis informasi yang diperlukan untuk melegitimasi tindakan manajemen senior danpada gilirannya mewujudkan kepentingan pemegang saham (Armstrong, 1985).