40
 The Spiderwick Chronicles Pohon Besi Buku Keempat Tony DiTerlizzi dan Holly Black Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2004 Untuk nenekku, Melvina, yang mengatakan aku seharusnya menulis buku seperti ini dan kepada siapa kukatakan aku takkan melakukannya -H.B. Untuk Arthur Rackham, semoga kau terus memberi inspirasi kepada orang lain seperti yang kaulakuka n kepadaku -T. D. Dear Pembaca, Tony dan aku sudah, bersahabat bertahun-tahun, dan kami berbagi kekaguman masa kecil yang sama kepada makhluk-makhluk sejenis peri. Kami tidak menyadari pentingnya ikatan itu atau bagaimana kekuatannya teruji. http://inzomnia.wapka.mobi Koleksi ebook inzomnia

The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 1/40

 

The Spiderwick ChroniclesPohon Besi

Buku Keempat

Tony DiTerlizzi dan Holly Black

Edit & Convert: inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2004

Untuk nenekku, Melvina, yang mengatakan aku seharusnya menulis

buku seperti inidan kepada siapa kukatakan aku takkan melakukannya

-H.B.

Untuk Arthur Rackham, semoga kau terus memberi inspirasi kepada

orang lain seperti yang kaulakukan kepadaku

-T. D.

Dear Pembaca,

Tony dan aku sudah, bersahabat bertahun-tahun, dan kami berbagi

kekaguman masa kecil yang sama kepada makhluk-makhluk sejenis

peri. Kami tidak menyadari pentingnya ikatan itu atau bagaimana

kekuatannya teruji.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 2: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 2/40

 

Suatu hari Tony dan aku-bersama beberapa penulis lainnya-sedang

menandatangani buku di sebuah toko buku besar. Saat acara itu

selesai, kami tetap tinggal, membantu mengatur buku-buku dan

mengobrol, sampai seorang pelayan mendatangi kami. Dia berkata

ada surat yang ditinggalkan untuk kami. Saat aku bertanya untuk

siapa surat itu, kami kaget mendengar jawabannya.

"Kalian berdua," katanya.

Surat itu disalin tepat sama dan dicantumkan di halaman berikut.

Tony menghabiskan waktu lama hanya menatap kertas fotokopi yang

terselipkan bersama surat itu. Lalu dengan suara pelan, dia terus

bertanya-tanya tentang isi naskah itu. Kami buru-buru menulis surat

balasan, memasukkannya ke amplop, dan meminta si pelayan

mengantarkannya kepada anak-anak keluarga Grace.

Tidak lama setelahnya, sebuah paket tiba di pintu rumahku, terikat

pita merah. Beberapa hari berikutnya, tiga anak membunyikan bel

pintu, dan menceritakan semua ini kepadaku.

Apa yang terjadi setelahnya sulit dilukiskan. Tony dan aku ditarik

masuk ke dunia yang tidak benar-benar kami percayai. Sekarang

kami melihat bahwa makhluk-makhluk sejenis peri lebih dari sekadar

kisah masa kanak-kanak. Ada dunia tak terlihat di sekeliling kita dan

kami harap kau, pembaca yang budiman, mau membuka mata untuk

melihatnya.

-Holy Black-

Dear Mrs. Black dan Mr. DiTerlizzi:

Aku tahu banyak orang tidak percaya ada makhluk-makhluk seperti

peri, tapi aku percaya dan kurasa kalian juga. setelah membaca

buku-buku kalian, aku memberitahu saudara-saudaraku tentang

kalian dan kami memutuskan untuk menulis. kami mengenal makhluk-

makhluk seperti peri yang sebenarnya. malah, kami tahu banyak

tentang mereka.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 3: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 3/40

 

Halaman yang kami sertakan ini adalah fotokopi dari buku tua yang

kami temukan di loteng rumah kami. fotokopinya tidak bagus, karena

kami tidak pandai menggunakan mesinnya. Buku itu memberitahu

orang cara mengenali makhlu-makhluk seperti peri dan bagaimana

melindungi diri mereka sendiri.

Maukah kalian memberikan buku ini kepada penerbit kalian? kalau

kalian bisa, tolong masukkan surat ke amplop ini dan kembalikan ke

toko. kami akan mencari jalan untuk mengirimkan buku itu. pos biasa

terlalu berbahaya.

Kami hanya ingin orang-orang tahu tentang ini. Apa yang terjadi

pada kami bisa terjadi pada siapa pun.

Salam hormat,

Malloy, Jared, dan Simon Grace

Bab Satu

Ketika Ada Pertengkaran dan Duel

MESIN station wagon sudah menyala. Mallory bersandar di pintu,

sepatu sehari-harinya tampak kusam dibandingkan warna putih kaus

kaki anggarnya yang panjang. Rambutnya diberi gel dan diikat

menjadi ekor kuda yang sangat erat sehingga membuat matanya

tampak melotot. Mrs. Grace berdiri di sisi pengemudi sambil

berkacak pinggang.

"Aku menemukannya!" Jared terengah-engah saat berlari

menghampiri mereka.

"Simon," panggil ibu mereka. "Kau di mana? Kami sudah mencari di

mana-mana!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 4: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 4/40

 

"Rumah kereta," kata Simon. "Mengurus... eh, seekor burung yang

kutemukan." Simon tampak tidak nyaman. Dia tidak terbiasa

berbohong. Biasanya itu tugas Jared.

Mallory memutar matanya. "Sayang sekali Mom tidak mau pergi

tanpamu."

"Mallory," kata ibu mereka, menggeleng tidak setuju. "Kalian semua-

masuk mobil. Kita sudah terlambat, dan aku masih harus mampir di

suatu tempat."

Saat Mallory berbalik untuk memasukkan tasnya di bagasi, Jared

melihat dada kakaknya tampak aneh. Kaku dan anehnya... besar.

"Kau memakai apa?" tanyanya, menunjuk.

"Diam," kata kakaknya.

Jared nyengir. "Kau kelihatan seperti mendapat- "

"Diam!" kata Mallory lagi, masuk ke tempat duduk depan mobil

sementara kedua anak laki-laki masuk ke tempat duduk belakang.

"Ini untuk perlindungan, dan aku harus mengenakannya."

Jared tersenyum ke arah kaca jendela mobil dan memerhatikan

hutan berlalu. Tidak ada kegiatan makhluk-makhluk peri dalam waktu

lebih dari dua minggu - bahkan Thimbletack pun tidak melakukan

apa-apa - dan kadang-kadang Jared harus mengingatkan dirinya

bahwa makhluk-makhluk itu nyata. Kadang-kadang sepertinya semua

bisa dijelaskan. Bahkan air yang membakar teng-gorokan diabaikan

dan dianggap datang dari sumur yang terkontaminasi. Sampai saluran

ledeng bisa dihubungkan dengan saluran air utama, mereka

menggunakan air dari galon yang dibeli di supermarket, tanpa

kecurigaan sama sekali dari ibu mereka. Tapi ada griffin milik Simon,

dan itu tak bisa dijelaskan dengan apa pun kecuali Panduan Lapangan

Arthur.

"Berhentilah mengunyah ekor kudamu," kata ibu mereka pada

Mallory. "Apa yang membuatmu begitu gugup? Apakah tim baru ini

benar-benar bagus?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 5: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 5/40

 

"Aku baik-baik saja," kata Mallory.

Di New York dulu Mallory main anggar hanya dengan mengenakan

celana olahraga dan jaket tim yang dipilih dari tumpukan. Ada pria

 yang mengangkat tangan pada sisimu kalau kau mencetak angka. Tapi

di sekolah baru, para atlet anggar mengenakan seragam sung-guhan

dan menggunakan anggar elektrik yang terhubung dengan mesin

pencatat angka yang lampunya menyala kalau seseorang kena tusuk.

Jared merasa itu sudah cukup untuk membuat seseorang gugup.

Ternyata ibu mereka punya penjelasan lain. "Cowok itu, kan? Cowok

 yang bicara denganmu hari Rabu saat aku menjemputmu."

"Cowok apa?" tanya Simon dari kursi belakang, dia sudah mulai

tertawa.

"Diam," kata ibu mereka, tapi dia tetap menjawab. "Chris, kapten

tim anggar. Dia kaptennya, kan?"

Kakak mereka menggumam tidak jelas.

"Chris dan Mallory duduk di bawah pohon, B-E-R-C-I-U-M-A-N,"

nyanyi Simon. Jared tertawa, dan Mallory berbalik ke tempat duduk

belakang, matanya disipitkan.

"Mau kehilangan semua gigi susu kalian sekaligus?"

"Jangan dengarkan mereka," kata ibu mereka. "Dan jangan khawatir.

Kau gadis cerdas yang cantik, dan atlet anggar yang hebat. Aku

berani bertaruh dia menyukaimu."

"Mom!" Mallory mengeluh dan mengenyak-kan diri di tempat duduk

depan.

Ibu mereka berhenti di perpustakaan tempatnya bekerja,

mengantarkan beberapa kertas kerja, dan kembali ke mobil yang

menunggu, sambil terengah-engah.

"Ayo! Aku tidak boleh terlambat," kata Mallory, mengelus merapikan

rambutnya yang sebetulnya tidak perlu. "Ini pertandingan

pertamaku!"

Ibu mereka mengeluh. "Kita hampir sam-pai.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 6: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 6/40

 

Jared kembali menatap ke luar jendela tepat saatnya untuk melihat

sesuatu yang tampak seperti kawah besar. Mereka sedang melalui

 jembatan batu. Bus sekolah tak pernah lewat jalan ini.

"Simon, lihat! Apa itu?"

"Itu tambang tua," kata Mallory tak sabar. "Tempat orang-orang

dulu menggali batu."

"Tambang," ulang Jared. Dia mengingat sesuatu dari peta yang

mereka temukan pada ruang kerja paman buyut mereka, Arthur.

"Mereka menemukan fosil, nggak ya?" tanya Simon, setengah

merangkak menindih Jared untuk melihat ke luar jendela. "Aku ingin

tahu apakah dinosaurus tinggal di daerah ini."

Jared, Simon, dan ibu mereka mendaki barisan tempat duduk

gimnasium sementara Mallory pergi duduk bersama timnya. Di sana

sudah duduk beberapa keluarga lain dan orang-orang yang Jared

kenal di sekolah. Alas persegi panjang dipasang di lantai dengan

garis-garis tertempel padanya. Mallory menyebutnya piste, tapi

Jared merasa alas itu hanya tampak seperti matras panjang

berwarna hitam. Di belakangnya ada meja lipat tempat papan nilai

berdiri, tombol-tombolnya yang besar dan warna-warni membuatnya

tampak lebih mirip permainan daripada sesuatu yang penting.

Pemimpin pertandingan sedang mengurus kabel-kabel,

menyambungkan mereka pada anggar, dan menguji kekuatan yang

dibutuhkan untuk membuat alarm berbunyi dan lampu menyala.

Mallory duduk di bangku besi di ujung piste dan mulai membongkar

tasnya. Chris berjongkok untuk bicara dengan Mallory. Tim lawan

berkumpul di ujung satunya. Semua seragam begitu putih, sehingga

mata Jared sakit.

Akhirnya pemimpin pertandingan memberi tanda mulainya

pertandingan pertama. Dia memanggil kedua atlet anggar dan

menyuruh mereka memasang alat penerima kecil pada bagian

belakang celana mereka, lalu menyambungkan kabel pada anggar

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 7: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 7/40

 

mereka. Kelihatannya sangat profesional. Saat pertandingan mulai,

Jared berusaha mengingat-ingat apa yang dikatakan Mallory tentang

lampu yang menyala, tapi percuma.

"Ini bodoh. Aku lebih menyukai anggar tanpa segala tetek bengek

ini," kata Jared tidak pada siapa-siapa.

Barulah setelah dua pertandingan berlangsung, Jared mengerti

bahwa lampu warna-warni berarti pukulannya bagus, tapi lampu putih

berarti pukulan tidak dihitung. Hanya tusukan ke dada yang dihitung.

Yang sebenarnya sangat bodoh, pikir Jared. Terpukul di kaki terasa

sangat sakit, dan Jared sudah cukup sering berlatih bersama

Mallory untuk mengetahuinya.

Akhirnya Mallory dipanggil maju. Lawannya-cowok tinggi bernama

Daniel-Nggak-Tahu-Deh-Nama-Belakangnya-menyeringai saat

memakai topengnya. Dia jelas tidak tahu apa yang dihadapinya.

Jared menyiku Simon saat saudaranya memasukkan pretzel ke

mulutnya. "Dia akan tahu rasa."

"Auw," kata Simon. "Sakit nih."

Ekor kuda Mallory bergerak-gerak saat dia maju. Anggarnya

menusuk dada Daniel keras-keras sebelum cowok itu sempat

menangkis. Pemimpin pertandingan mengangkat sebelah tangan, dan

papan nilai menyala mencatat angka untuk Mallory. Jared

menyeringai.

Ibu mereka menjulurkan tubuhnya ke depan sejauh mungkin seolah

ada yang harus didengar selain suara benturan pedang besi tipis

dalam pola menyerang, menangkis, dan serangan balasan. Daniel

menyerang membabi buta, terlalu kesal untuk bisa mengontrol

langkahnya. Mallory menangkis, mengubah pertahanannya menjadi

serangan dan mencetak angka lagi.

Kakak mereka mengalahkan Daniel tanpa disentuh sekali pun. Mereka

memberi salam secara formal, dan cowok itu melepaskan topengnya,

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 8: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 8/40

 

wajahnya merah dan napasnya terengah-engah. Saat topeng Mallory

lepas, dia tersenyum, matanya berbinar puas.

Saat kembali ke bangku besi, si kapten tim anggar memberi Mallory

pelukan kaku. Jared tak bisa melihat dengan jelas, tapi dia berani

bersumpah wajah Mallory menjadi lebih merah daripada saat dia

turun dari piste.

Pertandingan terus berlanjut, dan tim Mallory mencetak angka

cukup bagus. Saat giliran si kapten tim bertanding, Mallory

berteriak-teriak memberi semangat. Sayangnya, itu sepertinya

tidak menolong. Sang kapten kalah tipis. Kembali ke tempat

duduknya, dia melewati Mallory tanpa bicara dan mengabaikan upaya

gadis itu bicara padanya.

Saat Mallory dipanggil maju lagi, Chris bahkan tidak mendongak

untuk melihat.

Jared melihat dari tempat duduk dan mengerutkan kening.

Kerutannya semakin dalam saat melihat ada gadis pirang berpakaian

seragam anggar sedang mengacak-acak tas kakaknya.

"Siapa itu?" tunjuk Jared.

Simon mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Dia belum bertanding."

Mungkinkah gadis itu teman kakaknya? Mungkin dia hanya akan

meminjam sesuatu? Cara mencurigakan gadis itu berhenti saat siapa

pun anggota tim menengok ke arahnya membuat Jared berpikir dia

sedang mencuri. Tapi apa yang diinginkan orang dalam tas berisi kaus

kaki kotor dan anggar cadangan Mallory?

Jared berdiri. Dia harus melakukan sesuatu. Tidakkah orang lain

melihat apa yang terjadi?

"Kau mau ke mana?" tanya ibunya.

"Kamar mandi," Jared otomatis berbohong, meskipun ibunya bisa

melihatnya berjalan menyeberangi gimnasium. Dia berharap bisa

mengatakan yang sebenarnya, tapi ibunya pasti memberi alasan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 9: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 9/40

 

membela gadis itu. Ibunya selalu menganggap semua orang baik,

kecuali Jared.

Jared menuruni tempat duduk dan, dengan berjalan merapat

dinding, menyeberangi lapangan ke tempat gadis itu masih sibuk

mengacak tas Mallory. Tapi saat Jared mendekati tempat duduk

para atlet, pelatih menghentikannya.

Pelatih anggar itu kurus dan pendek, dengan jenggot putih pendek

pada wajahnya. "Maaf, Nak, kau tak boleh ke sini saat

pertandingan."

"Tapi cewek itu berusaha mencuri barang-barang kakakku!"

Si pelatih berbalik. "Siapa?"

Tapi saat Jared bergeser untuk menunjuk ke arah gadis itu, dia

sadar gadis itu sudah menghilang. Dia buru-buru memikirkan

penjelasan. "Aku tidak tahu siapa dia. Dia belum bertanding."

"Semua sudah bertanding, Nak. Kupikir lebih baik kau kembali ke

tempat duduk-mu.

Jared berjalan kembali ke tempat duduk, malu, lalu berpikir lagi. Dia

pergi dulu ke kamar mandi, siapa tahu dengan begitu ibunya tidak

bakal bertanya banyak saat dia kembali. Tepat sebelum dia

melangkah keluar pintu biru gimnasium, dia berhenti dan menoleh.

Sekarang Simon yang mengacak-acak tas Mallory. Tapi Simon

mengenakan pakaian Jared! Semuanya akan berpikir itu dirinya.

Jared menyipitkan mata, berharap apa yang dilihatnya masuk akal.

Lalu kecurigaan mengerikan muncul dalam pikirannya. Melirik ke arah

tempat duduk,

dia melihat saudaranya duduk bersama ibunya, mengunyah pretzel.

Siapa pun itu, dia bukan Simon.

Bab Dua

Ketika Kembar Dua Grace Jadi Kembar Tiga

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 10: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 10/40

 

JARED tak bisa bergerak di ambang pintu. Dia mendengar suara

benturan anggar dan teriakan-teriakan memberi semangat, tapi

suara itu sepertinya datang dari tempat yang jauh. Dia menatap

ketakutan saat pelatih menghampiri kembarannya. Wajah pelatih

merah karena marah, dan beberapa pemain lain menatap kembaran

Jared dengan terkejut.

"Bagus," Jared mengernyit. Tidak mungkin dia bisa menjelaskan hal

ini.

Pelatih menunjuk ke arah pintu gimnasium yang besar, dan dia

menatap Bukan-Jared berjalan ke arah pintu-dan ke arahnya. Saat

mendekat ke arah Jared, Bukan-Jared menyeringai. Jared

mengepalkan tangannya.

Bukan-Jared melewati Jared tanpa melirik sedikit pun, melangkah

melewati pintu ganda itu. Jared ingin mencari jalan untuk menghapus

senyum dari wajah makhluk tersebut. Dia mengikutinya ke lorong

 yang sisi-sisinya dipenuhi loker.

"Siapa kau?" tanya Jared. "Apa yang kauinginkan?

Bukan-Jared berbalik menghadapinya, dan sesuatu dalam tatapannya

membuat Jared merasa sekujur tubuhnya dingin. "Tidakkah kau

mengenaliku? Bukankah aku dirimu sendiri?" Bibirnya membentuk

senyum mengejek.

Aneh sekali melihat makhluk itu bergerak dan bicara. Rasanya tidak

seperti melihat Simon, dengan rambutnya yang rapi dan sisa pasta

gigi pada bibir atasnya. Dan itu juga bukan Jared sendiri-rambutnya

lebih berantakan, matanya lebih gelap, dan... berbeda. Makhluk itu

maju selangkah ke arahnya.

Jared mundur selangkah, berharap punya pertahanan apa pun bagi

makhluk sejenis peri, kemudian dia ingat pisau saku dalam saku

 jinsnya. Para peri benci metal, dan baja paling tidak termasuk metal.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 11: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 11/40

 

Jared membuka salah satu bilah nya. "Kenapa kalian tidak pergi

saja?"

Makhluk itu mendongak dan tertawa. "Kau takkan pernah bisa pergi

dari dirimu sendiri."

"Diam! Kau bukan aku." Jared mengacungkan pisau itu kepada

kembarannya.

"Singkirkan mainan itu," kata Bukan-Jared, suaranya rendah dan

kasar.

"Aku tidak tahu siapa kau, atau siapa yang mengirimmu, tapi aku

berani bertaruh aku tahu apa yang kaucari," kata Jared. "Panduan

Lapangan. Well, kau takkan mendapatkannya. "

Seringai makhluk itu melebar menjadi sesuatu yang masih tidak

terlalu mirip senyuman. Kemudian tiba-tiba dia mengerutkan tubuh

seolah ketakutan. Jared menatap heran saat tubuh Bukan-Jared

mengerut, rambutnya memucat menjadi pirang pasir, dan matanya

 yang sekarang berwarna biru melebar ketakutan.

Sebelum Jared benar-benar mengerti apa yang dilihatnya, dia

mendengar suara wanita di belakangnya.

"Apa yang terjadi? Singkirkan pisau itu."

Wakil Kepala Sekolah buru-buru mendekat, mencengkeram

pergelangan tangan Jared. Pisau saku itu terjatuh ke lantai linoleum.

Jared menatap pisau tersebut saat anak laki-laki berambut pirang

pasir itu lari menjauh, suara tangisannya lebih mirip suara tawa.

"Aku tak percaya kau membawa pisaumu ke sekolah," bisik Simon

kepada Jared saat mereka duduk berdua di luar kantor Wakil Kepala

Sekolah.

Jared memelototi saudaranya. Dia sudah menjelaskan beberapa kali-

bahkan sekali kepada polisi-bahwa dia hanya memamerkan pisau

tersebut pada anak itu, tapi mereka tidak bisa menemukan anak itu

untuk memperkuat cerita tersebut. Kemudian Wakil Kepala Sekolah

meminta Jared menunggu di luar. Ibu mereka sudah lama berada

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 12: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 12/40

 

dalam kantor Wakil Kepala Sekolah, tapi Jared tak bisa mendengar

apa yang terjadi di dalam.

"Menurutmu peri jenis apa dia?" tanya Simon.

Jared mengangkat bahu. "Coba aku punya Panduan Lapangan supaya

bisa mencari tahu."

"Kau tidak ingat apa pun yang bisa berubah bentuk seperti itu?"

"Entahlah." Jared mengusap wajahnya.

"Dengar, aku sudah bilang pada Mom itu bukan salahmu. Kau hanya

harus menjelaskan."

Jared tertawa pendek. "Yeah, kayak aku bisa bercerita apa yang

sebenarnya terjadi saja."

"Aku bisa bilang anak itu mencuri sesuatu dari tas Mallory." Saat

Jared tidak bereaksi, Simon mencoba lagi. "Aku bisa berpura-pura

aku yang melakukannya. Kita bisa bertukar kaus dan sebagainya."

Jared hanya menggeleng.

Akhirnya ibu mereka keluar dari kantor Wakil Kepala Sekolah. Dia

tampak lelah.

"Aku minta maaf," kata Jared.

Dia kaget mendengar suara ibunya yang tenang. "Aku tidak ingin

membicarakannya, Jared. Panggil kakakmu, kita pulang saja."

Jared mengangguk dan mengikuti Simon, menoleh tepat saat ibu

mereka terduduk di kursi yang ditinggalkannya. Apa yang dipikirkan

ibunya? Mengapa dia tidak marah-marah? Jared tersadar dia

berharap ibunya marah-paling tidak dia mengerti itu. Kesedihannya

 yang tenang lebih menakutkan. Seolah hanya inilah yang bisa ibunya

harapkan dari dirinya.

Simon dan Jared berjalan menelusuri sekolah, berhenti untuk

bertanya pada para anggota tim anggar apakah mereka melihat

Mallory. Tidak ada yang melihatnya. Mereka bahkan berhenti untuk

bertanya pada Chris-si-kapten. Chris tampak tidak nyaman saat

mereka bertanya tentang Mallory, tapi cowok itu menggeleng.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 13: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 13/40

 

Gimnasium kosong, satu-satunya suara adalah gema langkah mereka

pada lantai kayu yang mengilap itu. Matras hitam telah digulung, dan

segala sesuatu dari pertandingan telah dirapikan.

Akhirnya seorang cewek berambut cokelat panjang berkata dia

melihat Mallory menangis dalam kamar mandi perempuan.

Simon menggeleng. "Mallory? Menangis? Tapi dia kan menang."

Cewek itu mengangkat bahu. "Aku bertanya apakah dia baik-baik

saja, tapi dia bilang dia tidak apa-apa."

"Kaupikir itu benar-benar dia?" tanya Simon saat mereka berjalan

ke arah kamar mandi.

"Maksudmu, apakah ada yang meniru wujudnya? Untuk apa peri

berubah jadi Mallory lalu menangis dalam kamar mandi perem-puan?"

"Aku tak tahu," kata Simon. "Aku menangis kalau tiba-tiba berubah

 jadi Mallory."

Jared mendengus. "Jadi, kau mau masuk dan mencarinya?"

"Aku tidak mau masuk kamar mandi perempuan," kata Simon. "Lagi

pulang, kau sudah terlibat begitu banyak masalah, tidak mungkin kau

terlibat masalah lebih besar lagi."

"Aku selalu bisa terlibat masalah lebih besar lagi," kata Jared

sambil mendesah. Dia membuka pintu. Dia terkejut melihat kamar

mandi itu sangat mirip kamar mandi laki-laki, tapi tanpa urinal.

"Mallory?" panggilnya. Tidak ada jawaban. Dia mengintip ke bawah

bilik-bilik tapi tidak melihat ada kaki. Dia mendorong salah satu

pintu dengan sangat hati-hati. Meskipun tidak ada siapa pun di sana,

dia merasa aneh, gugup, dan malu. Setelah beberapa saat dia

kembali ke lorong.

"Dia tidak di sana?" tanya Simon.

"Kamar mandi itu kosong." Jared menatap barisan loker, berharap

tidak ada yang melihatnya.

"Mungkin dia pergi ke kantor, mencari kita," kata Simon. "Aku tidak

melihatnya di mana-mana."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 14: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 14/40

Page 15: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 15/40

 

Jared ingin memercayainya. "Lalu mengapa medalinya ada di luar

sini?"

"Mungkin dia menjatuhkannya. Mungkin ini jebakan." Simon mulai

berjalan kembali ke arah sekolah. "Ayolah," katanya. "Aku kembali

dan melihat apakah dia bersama Mom."

Jared mengangguk linglung.

Saat mereka kembali ke dalam, mereka menemukan ibu mereka di

pintu masuk sekolah, sedang bicara menggunakan ponselnya. Dia

membelakangi mereka, dan sendirian.

Meskipun ibu mereka bicara dengan suara pelan, suaranya terdengar

 jelas ke tempat Jared dan Simon berjongkok. "Yeah, aku juga pikir

semuanya membaik. Tapi, kau tahu, Jared tak pernah mengakui apa

 yang terjadi saat kami baru pindah ke sini... dan well, ini akan

terdengar aneh, tapi Mallory dan Simon sangat melindunginya."

Jared membeku, takut mendengar apa yang akan dikatakan ibunya

dan tidak bisa membuat dirinya melakukan apa pun untuk

menghentikannya.

"Tidak, tidak. Mereka tidak mengakui Jared pernah melakukan

semua itu. Dan mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tahu

dengan melihat cara mereka berhenti bicara saat masuk ruangan,

cara mereka saling melindungi, terutama melindungi Jared. Kau

seharusnya mendengar Simon malam ini, membuat alasan-alasan

mengapa saudaranya mengacungkan pisau di depan anak kecil itu."

Saat itu suara ibu mereka tercekik dan dia mulai menangis.

"Aku tidak tahu apakah aku bisa mengatasinya lagi. Jared begitu

marah, Richard.

Mungkin dia seharusnya pergi dan tinggal bersamamu beberapa

lama."

Dad. Mom bicara dengan ayah mereka.

Simon menyenggol lengan Jared. "Ayo. Mallory tidak di sini."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 16: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 16/40

 

Jared berpaling dengan linglung dan mengikuti saudaranya keluar

pintu. Dia tak bisa mengatakan bagaimana perasaannya saat itu-

kecuali mungkin kosong.

Bab Tiga

Ketika Simon Memecahkan Teka-Teki

APA yang akan kita lakukan?" tanya Simon saat mereka kembali

menelusuri

lorong.

"Mereka menawannya," kata Jared pelan. Dia harus menyingkirkan

apa yang baru didengarnya, menyingkirkan semua dari pikirannya,

kecuali Mallory. "Mereka ingin menukarnya dengan Panduan

Lapangan."

"Tapi buku itu tidak ada pada kita."

"Shhh!" kata Jared. Dia punya ide, tapi tidak ingin mengatakannya

keras-keras di tempat terbuka. "Ayo."

Jared pergi ke lokernya dan mengeluarkan handuk dari tas

olahraganya. Dia mengeluarkan buku pelajaran-Matematika Lanjutan

- yang kira-kira ukurannya sama dengan Panduan Lapangan dan

membungkusnya dalam handuk.

"Apa yang kaulakukan?"

"Ini," bisik Jared, memberikan bungkusan itu pada Simon. Dia

meraih ranselnya dari loker. "Thimbletack menipu kita dengan trik

ini. Mungkin kita bisa menipu siapa pun yang menculik Mallory."

Simon langsung mengangguk. "Oke, kurasa Mom menyimpan senter di

mobil."

Mereka melompati pagar kawat di ujung sekolah dan menyeberangi

 jalan. Sisi lain jalan penuh ilalang. Sulit berjalan dalam gelap, dan

senter hanya memberi penerangan remang-remang.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 17: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 17/40

 

Mereka memanjat tumpukan batu yang tinggi, beberapa di antaranya

tertutup lumut licin, beberapa yang lain terbelah-belah. Saat

mereka berjalan, Jared tak bisa berhenti mengingat apa yang

didengarnya. Dia memikirkan hal-hal mengerikan yang dipercayai

ibunya dan bahkan hal-hal yang lebih mengerikan lagi yang

sepertinya bakal Mom percayai sekarang karena Jared menghilang.

Tak peduli apa yang dilakukannya, Jared selalu terlibat masalah yang

semakin parah. Bagaimana kalau dia dikeluarkan? Bagaimana kalau

ibunya mengirimnya untuk tinggal bersama ayahnya, yang tidak

menginginkannya?

"Jared, lihat," kata Simon. Mereka telah tiba di ujung tambang tua.

Batu-batu ditatah hingga bergerigi. Potongan-potongan batu

membentuk birai sepanjang dinding curam hampir setinggi sembilan

meter ke lembah tak rata di bawah. Rerumputan tumbuh di

sepanjang dinding di bagian-bagian tanah cukup tebal. Jalan berada

di sepanjang lubang besar ini, disangga semacam jembatan batu

tebal.

"Menambang batu itu aneh, ya?" tanya Simon. "Maksudku, ini kan

cuma batu.

"Mungkin granit," lanjutnya saat Jared tidak menjawab. Simon

mengeratkan jaket tipis pada tubuhnya.

Jared menyorotkan senter pada dinding, melihat segaris cokelat

karat dan nuansa kuning tua pada tempat yang disinarinya. Dia tidak

tahu itu batu apa.

Simon mengangkat batu. "Jadi, eh, bagaimana kita bisa turun?"

"Aku tak tahu. Bagaimana kalau kau yang memberitahu, kalau kau

memang tahu banyak?" bentak Jared.

"Kita bisa...," Simon memulai, tapi dia terdiam dan Jared merasa

bersalah.

"Ayo kita coba memanjat turun," kata Jared, menunjuk. "Kita bisa

melompat ke birai itu kemudian berusaha mencapai yang satu lagi."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 18: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 18/40

 

"Jaraknya cukup jauh. Seharusnya kita memakai tali atau

semacamnya."

"Kita tidak punya waktu," kata Jared. "Ini, pegang senternya."

Sambil memberikan silinder besi itu ke tangan kembarannya, Jared

duduk di ujung jurang. Tanpa senter, saat melihat ke bawah, dia

hanya melihat kedalaman yang gelap. Menarik napas, dia melompat,

membiarkan dirinya jatuh ke birai batu yang tak bisa dilihatnya.

Berbalik, dia mulai berdiri. Cahaya menyinari matanya,

membutakannya. Jared tersandung dan terjatuh ke depan.

"Kau tidak apa-apa?" teriak Simon.

Jared mengangkat tangan menghalangi cahaya dari matanya dan

berusaha menenangkan diri. "Yeah. Ayo. Giliranmu."

Dia mendengar gemeretak tanah di atasnya saat Simon bersiap-siap.

Cepat-cepat Jared menyingkir, meraba-raba di depannya mencari

ujung yang hanya sekilas diingatnya. Simon mendarat keras di

sebelahnya sambil menjerit.

Senter terjatuh dari tangan Simon dan jatuh ke kegelapan,

membentur dasar lembah dengan keras, memantul sekali, kemudian

tergeletak diam, menerangi daerah tanah dan batu yang sempit.

"Bagaimana kau bisa sebodoh itu!" Jared merasakan kemarahan yang

seolah menyala

di dalam dirinya, semakin besar setiap menitnya. Seolah hanya

dengan membentaklah, dia bisa menahan kemarahan itu supaya tidak

menelan dirinya. "Mengapa kau tidak melemparkannya padaku?

Bagaimana kita bisa memanjat turun dalam kegelapan? Bagaimana

kalau Mallory dalam bahaya? Bagaimana kalau dia meninggal karena

kau sebodoh itu?"

Simon mendongak, matanya berkilau karena air mata, tapi Jared

sama terkejutnya dengan saudaranya.

"Aku tidak sungguh-sungguh, Simon," katanya buru-buru.

Simon mengangguk, tapi memalingkan wajahnya dari Jared.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 19: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 19/40

 

"Kurasa ada birai lagi di sana. Lihat bentuk itu?"

Simon masih diam saja.

"Aku turun duluan," kata Jared. Dia menarik napas dalam-dalam dan

melompat ke kegelapan. Dia jatuh di birai kedua dengan keras-pasti

 jaraknya lebih jauh daripada yang dibayangkannya. Napasnya

tersentak ke luar, dan tangan serta kakinya terasa terbakar.

Jinsnya robek besar di salah satu lutut, dan tangannya terluka serta

mulai berdarah parah. Tapi dari sana hanya perlu lompatan pendek

ke dasar tambang.

"Jared?" suara Simon terdengar pelan dari tempatnya masih duduk

di birai pertama.

"Aku di sini," panggil Jared. "Jangan bergerak. Akan kuambil

senternya."

Dia merangkak untuk mengambil senter dan mengarahkannya pada

saudaranya, mencari tepian tempat Simon bisa berpijak atau ceruk

 yang bisa dicengkeramnya. Perlahan-lahan Simon merayap turun ke

birai kedua. Tapi saat menunggu, Jared mendengar suara-suara

bergema, ketukan dari suatu tempat yang jauh dan pukulan-pukulan

 yang sepertinya datang tidak dari mana pun sekaligus dari segala

arah pada saat yang sama.

Mengarahkan senternya ke sekeliling tambang, Jared melihat lebih

banyak batu bergerigi dengan alur-alur bekas bor. Sekarang dia

bertanya-tanya bagaimana mereka bisa keluar. Tapi sebelum dia

punya waktu untuk mengkhawatirkan itu, cahaya menyinari sesuatu

pada batu yang berada di atas dinding. Saat cahaya menyinari batu

itu, segerombolan jamur berbinar biru redup.

"Bioluminescence," kata Simon.

"Hah?" Jared maju selangkah.

"Sesuatu yang bisa bercahaya sendiri."

Di bawah cahaya remang-remang itu, Jared melihat batu segitiga di

bawah ambang yang diukir dengan pola cabang yang saling melilit.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 20: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 20/40

 

Saat melihat ke tengah batu, dia bisa melihat bagian atas huruf-

huruf yang diukir ke batu. Dia menyorotkan senter tepat ke arah

huruf-huruf itu.

SEEM TO TRIK HEN TOOK PEN-

SEPERTI MENIPU AYAM BETINA AMBIL KANDANG

"Teka-teki," kata Jared.

"Tidak ada artinya," kata Simon.

"Siapa yang peduli? Bagaimana kita memecahkannya?" Mereka tidak

bisa membuang waktu lagi. Mereka hampir berada di dalam, hampir

bertemu Mallory.

"Kau kan berhasil menguraikan teka-teki yang di rumah," kata

Simon, duduk membelakangi saudaranya. "Kau saja yang berpikir."

Jared menarik napas dalam-dalam. "Dengar, aku benar-benar

menyesal tentang apa yang kukatakan tadi. Kau harus menolong,"

Jared memohon. "Semua orang tahu kau lebih pintar daripadaku."

Simon mengeluh. "Aku juga tidak mengerti teka-teki ini. Ayamnya

betina, kan? Dan kandang itu mungkin tempat mereka memelihara

ayam-ayam itu. Aku tidak tahu selebihnya."

Jared menatap kata-kata itu lagi. Dia tidak bisa berkonsentrasi.

Memangnya ayam bisa apa? Mungkin mereka harus memberi telur di

depan pintu? Apakah Panduan Lapangan menceritakan sesuatu

tentang ayam dan peri? Dia berharap buku itu ada padanya saat

itu....

"Hei, tunggu sebentar," kata Simon, ber-balik dan berlutut. "Berikan

senter itu."

Jared memberikan senter dan memandang saat Simon menuliskan

pesan itu pada tanah

dengan jarinya. Kemudian Simon mulai mencoreti huruf-huruf

tertentu dan menuliskannya dengan pola yang berbeda.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 21: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 21/40

Page 22: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 22/40

 

merayap di sekeliling tangan kurus pria-pria itu; kerah mereka

dianyam dengan benang emas yang dibuat begitu halus sehingga bisa

saja terbuat dari kain; dan cincin-cincin per-kiasan mereka begitu

indah sehingga jari-jari mereka yang kotor berkilauan.

"Ada apa di sini? Tawanan!" kata salah satunya dengan suara kasar.

"Jarang-jarang kita punya tawanan."

"Dwarf," bisik Jared pada saudaranya.

"Mereka sepertinya tidak terlalu mirip kurcacinya Putri Salju,"

Simon balas berbisik.

Dwarf kedua meraba beberapa helai rambut Jared di antara jarinya

dan berpaling pada temannya yang bicara tadi. "Tidak terlalu kebat

 ya mereka? Warna rambut mereka membosankan dan biasa-biasa

saja. Kulit mereka tidak halus atau sepucat marmer. Kurasa mereka

 jelek. Kita bisa membuat lebih bagus."

Jared mengernyitkan dahi, tidak yakin apa maksud dwarf itu. Sekali

lagi, dia berharap Panduan Lapangan ada padanya. Dia hanya ingat

para dwarf pandai bertukang, dan besi yang menyakiti makhluk-

makhluk sejenis peri lainnya tidak berpengaruh apa-apa pada

mereka. Pisaunya takkan berguna, kalaupun belum diambil pihak

sekolah.

"Kami datang menjemput kakak kami," kata Jared. "Kami mau

mengadakan pertukaran."

Salah satu dwarf itu tertawa, tapi Jared tidak yakin yang mana.

Dengan bunyi berderak, dwarf lain meletakkan kandang perak di

bawah jaring.

"Korting bilang kau akan datang. Dia sangat ingin bertemu

denganmu."

"Apakah dia Raja Dwarf atau semacamnya?" tanya Simon.

Para dwarf itu tidak menjawab. Salah satunya menarik tuas berukir

dan jaring terbuka. Kedua anak terjatuh dengar keras ke dalam

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 23: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 23/40

 

kandang. Tangan dan lutut Jared langsung terasa sakit lagi. Dia

memukul lantai besi itu.

Jared dan Simon diam saat mereka didorong melalui gua-gua

berudara lembap dan berdinding basab. Mereka bisa mendengar

suara pukulan-pukulan palu, lebih keras dan jelas sekarang setelah

mereka berada di bawah tanah, dan raungan sesuatu yang mungkin

api besar. Di atas dalam keremangan, beberapa tempat yang

diterangi sedikit fosfor menunjukkan ujung-ujung stalaktit besar,

menggantung di atas mereka seperti hutan tiang es yang membeku.

Mereka melewati gua besar tempat kelelawar menjerit di atas, dan

lantai tanah gelap dan berbau busuk karena kotoran mereka. Jared

berusaha menahan diri supaya tidak gemetar. Semakin dalam mereka

bergerak, gua semakin dingin. Kadang-kadang Jared melihat bayang-

bayang bergerak di keremangan dan mendengar ketukan berulang.

Saat mereka bergerak melalui koridor sempit, melewati tiang-tiang

 yang basah, Jared mencium aroma mineral yang lembap dengan lega

setelah lama sekali mencium bau busuk kelelawar. Ruang berikut

sepertinya penuh barang berdebu yang terbuat dari metal. Tikus

emas dengan mata safir keluar dari piala malachite-sejenis mineral

berwarna hijau tua, dan menatap mereka lewat. Kelinci perak

berbaring miring, lehernya dilingkari kunci, sementara sekuntum lili

platinum terbuka, kemudian tertutup, kemudian terbuka lagi. Simon

memandang tikus metal itu dengan tatapan ingin.

Kemudian mereka bergerak ke dalam gua besar tempat mereka

melihat para dwarf menatah patung dwarf lain dalam dinding-dinding

granit. Cerahnya cahaya lentera yang tiba-tiba muncul menyakiti

mata Jared, tapi saat dia melewati para dwarf, dia merasa melihat

salah satu lengan yang ditatah itu bergerak.

Dari sana mereka bergerak ke dalam ruangan sangat besar tempat

pohon raksasa tumbuh dalam tanah. Batangnya yang tebal begitu

tinggi sampai tidak kelihatan di antara bayang-bayang, cabang-

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 24: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 24/40

 

cabangnya membentuk kanopi di atas mereka. Udara penuh suara

burung besi yang aneh.

"Ini tak mungkin pohon," kata Simon. "Tidak ada matahari. Tidak ada

matahari artinya tidak ada fotomorfosa."

Jared memerhatikan cabang-cabangnya. "Ini pohon metal," katanya,

sadar bahwa daun-daunnya semua dari perak yang dihalus-kan. Jauh

di atas pohon itu seekor burung tembaga mengepakkan sayapnya dan

melayang turun dengan tatapan dingin.

"Pohon besi yang pertama," kata salah satu dwarf. "Lihatlah,

makhluk fana, keindahan yang takkan pernah pudar."

Jared menatap pohon itu dengan terpesona, kagum pada bagaimana

satu jenis metal telah dibentuk sekasar batang potong dan dipilin

menjadi cabang-cabang sementara jenis metal lain dibentuk sehalus

benang. Setiap daun peraknya unik, berurat, dan melengkung seperti

daun asli.

"Mengapa kalian menyebut kami makhluk fana?" tanya Jared.

"Kalian tidak mengerti bahasa kalian sendiri?" kata salah satu

dwarf, lalu mendengus. "Itu artinya makhluk yang ditakdirkan mati.

Dengan sebutan apa lagi kami harus memanggil kalian? Makhluk

sejenis kalian lenyap dalam satu kedipan mata." Dia bersandar ke

 jeruji kandang dan mengedipkan mata.

Beberapa lorong membawa mereka keluar dari ruang gua itu ke

koridor-koridor yang terlalu gelap bagi Jared untuk melihat ke mana

mereka dibawa. Kandang itu didorong melalui lorong lebar berpilar

 yang masuk ke ruangan yang lebih kecil. Duduk di singgasana yang

terbuat dari stalagmit raksasa, pria kecil berkulit abu-abu lagi, yang

ini berjanggut hitam tebal. Matanya bersinar seperti perhiasan

hijau. Anjing metal berbaring di atas permadani kulit rusa di depan

singgasana, sisi tubuh anjing itu naik-turun seiring napas mekanis,

seolah dia benar-benar tidur. Di punggungnya sebuah kunci berputar

perlahan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 25: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 25/40

 

Di sekitar singgasana itu berdiri dwarf-dwarf lain, semuanya diam.

"Tuanku Korting," kata salah satu dwarf. "Semua terjadi seperti

 yang Tuanku katakan. Mereka datang mencari saudara mereka."

Sang Korting berdiri. "Mulgarath memberitahuku kalian akan datang.

Kalian sangat beruntung berada di sini, kalian mendapat kehormatan

melihat akhir zaman manusia."

"Terserah apa katamu deh," kata Jared. "Di mana Mallory?"

Sang Korting mengerutkan kening. "Bawa dia," katanya, dan

beberapa dwarf segera pergi. "Kau sebaiknya berhati-hati dengan

kata-katamu. Mulgarath akan segera menguasai dunia, dan kami,

para pelayan setianya, akan berada di sisinya. Dia akan

mengosongkan lahan bagi kami, kemudian kami akan membangun

kutan baru dari pokon-pokon besi yang megah. Kami akan membangun

ulang dunia dengan perak, tembaga, dan besi."

Simon merangkak ke sudut kandang. "Itu tidak masuk akal. Apa yang

akan kalian makan? Bagaimana kakan bisa bernapas tanpa ada

tumbukan untuk membuat oksigen?"

Jared tersenyum pada Simon. Kadang-kadang tidak terlalu jelek

punya saudara kembar yang tahu segalanya.

Kerutan di kening sang Korting semakin dalam. "Apakah kalian tidak

mau mengakui bakwa kami bangsa dwarf merupakan seniman paling

andal yang pernah kalian lihat? Kalian hanya perlu melihat anjingku

ini untuk melihat superioritas kami. Tubuh peraknya lebih cantik

daripada bulu mana pun, dia lebih cepat, dia tak perlu makanan, dan

dia tidak meneteskan liur atau mengibas-ngibaskan ekor." Sang

Korting mengusik anjing itu dengan kakinya. Anjing itu menoleh dan

meregangkan tubuh sebelum kembali tidur sambil bernapas keras-

keras.

"Kurasa bukan itu yang ingin dikatakan Simon," kata Jared memulai,

tapi kata-katanya terpotong kedatangan enam dwarf yang memasuki

ruangan, sambil memanggul kotak kaca panjang.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 26: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 26/40

 

"Mallory!" Jared menatap sambil merasa mulas. Kotak itu tampak

seperti peti mati.

"Apa yang kaulakukan pada kakak kami?" tanya Simon. Kembaran

Jared itu tampak pucat. "Dia tidak meninggal, kan?"

"Malah kebalikannya," kata si penguasa dwarf sambil tersenyum.

"Dia takkan pernah mati. Lihatlah lebih dekat."

Para dwarf meletakkan kotak kaca itu pada sandaran berhiaskan

ukiran dan berdiri di sebelah kandang Jared serta Simon.

Rambut Mallory ditata dalam satu kepang panjang yang terurai

melewati wajahnya yang pucat dan seperti lilin. Mahkota dedaunan

metal menghiasi bagian atas

kepalanya. Bibir dan pipinya diberi pemerah semerah bibir dan pipi

boneka, tapi tangannya memegang pedang perak. Dia didandani

dengan gaun putih berenda. Matanya tertutup, dan Jared nyaris

takut kalau Mallory membukanya, ternyata matanya terbuat dari

gelas.

"Apa yang mereka lakukan padanya?" kata Simon. "Ini sama sekali

bukan Mallory."

"Kecantikan dan kemudaannya takkan per-nah hilang," kata sang

Korting. "Di luar kotak ini dia akan takluk pada usia, ke-matian, dan

busuk-kutukan semua makhluk fana."

"Kurasa Mallory lebih suka terkutuk," kata Jared.

Penguasa dwarf itu mendengus. "Terserah kalian. Apa yang akan

kalian pertukarkan untuknya?"

Jared meraih ke dalam ranselnya dan mengeluarkan buku

terbungkus kanduk itu. "Panduan Lapangan Arthur Spiderwick. " Dia

merasa agak bersalah karena berbohong tapi langsung menindas

perasaan itu.

Sang Korting menggosok-gosokkan kedua tangannya. "Bagus. Tepat

seperti yang kami inginkan. Kemarikan buku itu."

"Kau akan mengembalikan kakakku kepadaku?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 27: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 27/40

 

"Dia akan jadi milikmu."

Jared mengulurkan Panduan Lapangan palsu itu, dan salah satu dwarf

mengambilnya melalui jeruji. Penguasa dwarf itu bahkan tak mau

repot-repot melihatnya.

"Bawa kandang ini ke ruang harta dan letakkan kotak kaca itu di

sebelahnya!"

"Apa?" kata Jared. "Tapi kau mau bertukar! "

"Kita sudah bertukar," kata sang Korting sambil menyeringai. "Kau

meminta kakakmu, tapi kau tak pernah meminta kebebasanmu."

"Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini!" Jared memukul-mukul jeruji,

tapi tindakan itu tidak menghalangi para dwarf mendorong penjara

berjalan mereka ke dalam koridor yang gelap. Dia tak bisa melibat

Simon. Setelah membentak-bentak saudaranya tadi, ternyata dialah

 yang bodoh, yang tidak bisa bertindak pintar. Dia merasa lelah dan

putus asa, kecil dan menyedihkan. Dia kanya anak kecil. Bagaimana

dia bisa menemukan jalan keluar dari situasi ini?

Bab Lima

KETIKA Jared dan Simon Membangunkan si Putri Tidur

JARED nyaris tidak memerhatikan jalan yang mereka ikuti sampai

ke ruang Dia menutup matanya mencegah turunnya air mata yang

panas.

"Kita sudah sampai," kata dwarf yang mengantar mereka.

Jenggotnya putih, dan ada serenceng kunci di pinggangnya. Dia

berbalik ke arak kelompok yang membawa kotak berisi Mallory.

"Letakkan saja di situ."

Ruang harta diterangi satu lentera, tapi tumpukan emas

memantulkan cahayanya, jadi keadaannya tidak segelap tempat lain.

Burung merak perak dengan ekor berdiri berbias lapislazuli dan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 28: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 28/40

 

koral mematuki tikus tembaga yang diam di atas vas dengan cara

 yang lebih seperti bosan dan bukannya jahat.

Dwarf berjenggot putih menatap mereka saat yang lain keluar. Dia

menyeringai kepada mereka dengan gembira. "Aku akan mencari

tahu apakak aku bisa menemukan sesuatu yang bisa kalian gunakan

untuk bermain. Mungkin batu-batu kecil? Batu-batu itu bahkan bisa

berdiri dan berputar sendiri."

"Aku lapar," kata Simon. "Kami bukan mesin. Kalau kalian mau

menyekap kami di sini, kalian harus memberi makan kami."

Si dwarf menyipitkan mata. "Memang benar. Aku akan membawakan

bubur labah-labah dan lobak. Itu akan langsung membuat kalian

kenyang."

"Bagaimana kau akan memberikannya pada kami?" tanya Jared tiba-

tiba. "Tidak ada pintu."

"Ok, tentu saja ada pintu," kata si dwarf.

"Aku sendiri yang membuat kandang itu. Kuat, kan?"

"Yeak," kata Jared. "Benar-benar kuat." Dia memutar matanya.

Belum cukup burukkah keadaan mereka yang tertipu dan terkurung

dalam kandang? Apakah si dwarf harus membesar-besarkannya?

"Lihat, kuncinya dalam jeruji yang ini." Si dwarf mengetuk pelan

salah satu jeruji dengan jarinya. "Aku harus membuat peralatannya

benar-benar kecil-harus bekerja dengan palu seukuran jarum. Kalau

kalian memerhatikan, kalian bisa melibat engsel pintu. Lihat? Di

sini."

"Bisakah kau membukanya?" tanya Simon. Jared menatapnya dengan

terkejut. Apakah Simon sudah membuat rencana selama ini,

sementara Jared sibuk merasa kesal?

"Kau ingin melihatnya bekerja?" tanya si dwarf.

"Yeah," kata Jared, tidak terlalu percaya mereka bisa seberuntung

ini.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 29: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 29/40

 

"Well, oke, anak-anak. Mundur sebentar. Di sana. Sekali saja,

kemudian aku akan mengambilkan makanan kalian. Senang sekali

akhirnya bisa menggunakan semua hal ini."

Jared tersenyum memberi semangat. Si dwarf mengeluarkan

rencengan kunci dari ikat pinggangnya dan memilih sebuah yang

sangat kecil. Kunci itu seukuran dan ber-bentuk seperti peluit,

dengan pola-pola ukiran yang rumit. Si dwarf memasukkan kunci itu

pada salak satu jeruji, meskipun Jared tak bisa melihat lubangnya

dari sisi kandang mereka. Dengan putaran pergelangan tangan si

dwarf, suara klik, klak, putaran, dan desisan, terdengar dari seluruh

 jeruji.

"Nah." Si dwarf menarik jeruji, dan bagian depan kandang membuka

pada engsel tersembunyi. Tapi tepat saat kedua anak bergerak

maju, si dwarf cepat-cepat menutupnya. "Tidak terlalu

menyenangkan kalau kalian mencoba melarikan diri," dia tertawa,

bergerak untuk kembali mencantelkan rencengan kunci pada

pinggangnya.

Jared menjangkau keluar dan pada saat yang sama meraih rencengan

kunci itu. Kunci-kunci terserak di lantai.

Simon meraihnya sebelum si dwarf.

"Hei! Tidak adil!" kata si dwarf. "Kembalikan !"

Simon menggeleng.

"Tapi kakan karus melakukannya. Kalian tawanan. Kalian tak boleh

memiliki kunci-kuncinya."

"Kami tidak akan mengembalikannya," kata Jared.

Si dwarf tampak panik. Dia berjalan ke ujung lorong dan berteriak.

"Cepat-siapa pun! Panggil penjaga! Para tawanan lepas!" Saat tidak

ada yang datang, dia memelototi Jared dan Simon. "Kalian sebaiknya

tetap di sana," katanya, dan berlari ke luar lorong, masih memanggil-

manggil penjaga.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 30: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 30/40

 

Simon memasukkan kunci pada pintu, dan mereka melompat keluar

kandang. "Cepat, mereka datang!"

"Kita karus membawa Mallory!" Jared menunjuk ke arak kotak

kakaknya.

"Tidak ada waktu," kata Simon. "Kita kembali nanti."

"Tunggu," kata Jared. "Ayo sembunyi di sini! Mereka pasti berpikir

kita lari."

Simon tampak panik. "Di mana?"

"Di atas kandang!" Jared menunjuk atap perak solid kandang itu. Dia

merangkak ke atas tumpukan harta terdekat dan menggunakannya

untuk memanjat. "Ayo!"

Simon memanjat setengah jalan, dan Jared menariknya ke atas.

Mereka tepat waktu untuk bergelung rapat sebelum para dwarf

masuk ruangan.

"Mereka juga tidak di sini," kata salak satu dwarf. "Tidak di lorong,

tidak dalam ruangan-ruangan terdekat."

Jared tersenyum pada metal yang dingin.

"Ambil anjing-anjing. Mereka akan menemukan makhluk-makhluk

itu."

"Anjing?" kata Simon tanpa suara pada Jared saat para dwarf

keluar ruangan.

"Memangnya kenapa?" Jared tersenyum, senang karena rencana

mereka sukses. "Kau kan suka anjing."

Simon memutar matanya dan melompat turun ke lantai, menyepak

tempat lilin dan membuat beberapa keping hematite-mineral hitam

kemerahan-terserak. Dia mengambil satu dan memasukkannya ke

kantong.

"Berkentilah membuat keributan," kata Jared, berusaha merayap

turun dengan hati-hati dan hampir terjatuh pada semak mawar dari

tembaga.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 31: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 31/40

 

Mereka berlutut di sebelak kotak kaca, dan Jared membukanya. Ada

suara mendesis ketika tutupnya membuka, seolak keluar gas tak

kasat mata. Di dalam, Mallory tak bergerak.

"Mallory," kata Jared. "Bangun." Dia menarik tangan kakaknya, tapi

tangan itu lemas dan kembali jatuk ke dadanya saat dilepaskan

Jared.

"Kau tidak merasa harus ada yang menciumnya, kan?" tanya Simon.

"Seperti Putri Salju?"

"Wak, jijik." Jared tak bisa mengingat apa pun tentang mencium

dalam Panduan Lapangan, tapi dia juga tidak bisa mengingat apa pun

tentang kotak kaca. Dia membungkuk dan cepat-cepat mencium pipi

kakaknya. Tidak ada respons.

"Kita harus melakukan sesuatu," kata Simon. "Kita tidak punya

banyak waktu."

Jared mencengkeram seuntai rambut Mallory dan menjambaknya

keras-keras. Kakaknya bergerak sedikit dan setengah membuka

matanya. Jared mengembuskan napas lega.

"Pergi," gumam Mallory, dan berusaha tidur menyamping.

"Bantu aku membangkitkannya," kata Jared, memindahkan pedang

dari atas tubuh kakaknya ke lantai.

Dia menarik tubuh Mallory sedikit sebelum dia kembali jatuh ke

dalam kotak.

"Ayo, Mal," kata Jared di telinga kakaknya. "Bangun!"

Simon menampar pipi Mallory. Kakaknya bergerak lagi, membuka

matanya dengan lemas.

"Ap - " katanya.

"Kau harus keluar dari sini," kata Simon. "Berdiri."

"Gunakan pedang itu sebagai tongkat," usul Jared.

Dengan bantuan kedua adiknya Mallory berhasil berdiri dan

tertatih-tatih ke lorong. Tempat itu kosong.

"Sekali ini," kata Simon, "keadaan sepertinya memihak kita."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 32: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 32/40

 

Tepat saat itu mereka mendengar suara gonggongan metalik yang

dalam.

Bab Enam

KETIKA Batu-Batu Bicara

JARED dan Simon lari, setengah menyeret Mallory, melalui

serangkaian lorong dan ruangan sempit yang gelap. Mereka sempat

melewati jalan tinggi di atas gua utama tempat sang Korting sedang

mengawasi para dwarf bekerja memasukkan senjata ke kereta-

kereta. Suara gonggongan, pertama-tama terdengar jauh, menjadi

semakin dekat dan menggila. Mereka terus berjalan, melalui ruangan

demi ruangan, merunduk di belakang stalagmit saat mendengar para

dwarf di dekat mereka, kemudian merayap terus.

Jared berkenti pada gua tempat kolam-kolam tempat ikan-ikan putih

buta berenang. Bebatuan kecil berdiri di atas titik tertinggi tiap

stalagmit, dan suara tetesan air bergema ke seluruh ruangan,

bersama suara ketukan yang aneh. "Di mana kita?"

"Aku tidak yakin," kata Simon. "Aku pasti ingat ikan-ikan itu, tapi

tidak. Kurasa kita tidak lewat sini saat dibawa masuk."

"Di mana kita?" gumam Mallory, berdiri dengan limbung.

"Kita tak bisa kembali," kata Jared gugup. "Kita karus terus."

Makhluk kecil dan pucat melompat dari bayangan gelap. Makhluk itu

memiliki mata yang besar bersinar dalam keremangan. Di dakinya,

dua kumis panjang bergetar.

"Ap-apa itu?" bisik Simon.

Makhluk itu mengetuk dinding dengan jarinya yang panjang berbuku-

buku, kemudian menekan telinganya yang besar pada batu. Jared

melihat kuku-kuku makhluk itu retak-retak dan patak-patah.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 33: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 33/40

 

"Batu-batu. Batu-batu bicara. Mereka bicara pada-ku." Suara

makhluk itu pelan seperti bisikan, dan Jared karus berusaha keras

untuk mendengar setiap katanya. Makhluk itu mengetuk lagi.

Suaranya seperti kode Morse yang aneh.

"Hei," kata Jared. "Mm, kau tahu jalan keluar dari sini?"

"Shhhhh." Makhluk itu menutup matanya dan menganggukkan

kepalanya menjawab sesuatu yang tak bisa didengar Jared.

Kemudian dia melompat pada pelukan Jared, merangkul leher anak

itu dengan sebelah tangannya yang kuat. Jared terdorong mundur.

"Ya! Ya! Batu-batu bilang merangkak lewat sini." Makhluk itu

menunjuk ke kegelapan, melewati kolam ikan-ikan putih.

"Mm, bagus. Trims." Jared berusaha melepaskan makhluk itu.

Akhirnya dia melepaskan diri, merangkak ke dinding, dan mulai

mengetuk lagi.

"Apa itu?" bisik Simon kepada Jared. "Dwarf aneh?"

"Nodder atau banger, kurasa," jawab Jared balas berbisik. "Mereka

tinggal dalam tambang-tambang dan memperingatkan para

penambang saat tambang runtuh dan sejenis-nya.

Simon mengerutkan daki. "Mereka semua gila, ya? Dia bahkan lebih

parah daripada phooka."

"Untukmu, Jared Grace." Makhluk itu menekankan batu halus yang

dingin ke tangan Jared. "Batu ini ingin pergi bersamamu."

"Eh, trims," kata Jared. "Kami harus pergi sekarang." Dia bergerak

ke tempat gelap yang ditunjukkan makhluk-nodder-banger tadi. Saat

mendekat, Jared merasa bisa melihat retakan.

"Tunggu. Bagaimana kau bisa tahu nama Jared?" tanya Mallory,

bergerak perlakan di belakang adik-adiknya.

Jared berpaling, tiba-tiba bingung. "Yeah, bagaimana kau tahu

namaku?" tanyanya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 34: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 34/40

 

Makhluk itu kembali mengetuk-ngetuk dinding, serangkaian ketukan

 yang tidak sama. "Batu-batu memberitahuku. Batu-batu tahu segala-

nya."

"Begitu, ya?" Jared melanjutkan. Makhluk itu ternyata menunjukkan

kepada mereka retakan pada dinding gua. Mereka tidak melihatnya

sebelumnya. Lubang itu sangat rendah dan gelap. Jared bertumpu

pada tangan dan kakinya lalu mulai merangkak. Lantai gua terasa

lembap, dan kadang-kadang dia merasa bisa mendengar sesuatu

merayap atau bergemeresik tepat di depannya. Simon dan Mallory

mengikuti di belakangnya. Sekali atau dua kali dia mendengar salak

satu dari mereka tersentak, tapi dia tidak memelankan gerakannya.

Jared masih bisa mendengar gonggongan anjing bergema dalam gua-

gua.

Mereka keluar pada gua tempat pokon besi.

"Kurasa jalannya ke sana," kata Jared, menunjuk salak satu lorong.

Mereka lari menyusuri lorong itu sampai tiba di retakan panjang di

lantai, lebarnya hampir setinggi tubuh Jared. Dia menatap

kegelapan. Retakan itu sangat gelap dan tak terduga dalamnya.

"Kita harus melompat!" kata Simon. "Ayo!"

"Apa?" kata Mallory.

Suara gonggongan terdengar dekat di belakang mereka. Jared

melihat kilatan mata merak dalam kegelapan. Simon mundur,

kemudian melompat, mendarat dengan keras.

"Kau harus!" kata Jared, dan memegang tangan kakaknya. Mereka

melompat bersama. Mallory terjatuh saat kakinya tersandung batu

di sisi seberang, tapi dia mendarat dengan aman di lantai gua.

Mereka berlari, berharap anjing-anjing tidak bisa melompat sejauh

mereka.

Tapi jalan ini memutar, dan mereka kembali berada di lorong utama,

cabang-cabang besar tergantung di atas mereka, burung-burung

metal berkicau.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 35: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 35/40

 

"Kita ke mana?" keluh Mallory sambil bersandar pada pedang.

"Aku tidak taku," kata Jared, terengah-engah. "Aku tidak tahu! Aku

tidak tahu!"

"Kurasa mungkin ke sana," usul Simon.

"Kita sudak melalui jalan itu, dan berakhir di sini!" Suara gonggongan

anjing sangat dekat sehingga Jared berpikir hewan-hewan itu akan

segera masuk ruangan ini.

"Bagaimana kau bisa tidak tahu kita karus ke mana?" tanya Mallory.

"Kau tidak ingat bagaimana kau masuk ke sini?"

"Aku juga sedang berusaha mengingat nih! Keadaannya gelap, dan

kami dalam kandang!

Kau ingin aku berbuat apa?" Jared menendang dasar pokon seolak

mempertegas maksudnya.

Daun-daun bergetar, berbenturan seperti ribuan lonceng. Suaranya

memekakkan telinga. Salak satu burung tembaga jatuh ke tanah,

sayapnya masib berkepak dan paniknya membuka-menutup tanpa

suara.

"Oh, sial," kata Mallory.

Anjing-anjing metal lari masuk ruangan dari beberapa koridor, tubuh

langsing mereka yang berbuku-buku tanpa susak payak berlari

menjalani jarak antara pintu masuk dan ketiga saudara itu. Mata

batu garnet mereka berbinar.

"Panjat!" teriak Jared, mengaitkan kakinya pada cabang terbawah

dan meraih tangan kakaknya. Simon merayap pada batang besi yang

kasar itu. Mallory mengangkat tubuhnya dengan linglung.

"Ayo, Mallory!" kata Simon memohon.

Mallory menaikkan kakinya pada sebuah cabang tepat saat seekor

anjing menyerang. Giginya menggigit ujung gaun putih Mallory dan

menyobeknya. Anjing-anjing lain berkumpul di sekitarnya, menyobek-

nyobek kain itu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 36: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 36/40

 

Jared melempar batu yang dipegangnya sedari tadi. Batu itu

terbang di atas kepala seekor anjing dan bergukr tak berguna di

dinding gua.

Salak satu anjing mengejar batu itu. Pertama-tama Jared berpikir

mungkin batu itu batu ajaib. Kemudian dia melihat anjing itu

membawanya kembali dalam gigitannya, dengan ekor besi bergetar

seperti cambuk.

"Simon," kata Jared. "Kurasa anjing itu mengajak main."

Simon menatap anjing itu sejenak kemudian mulai menuruni pokon.

"Apa yang kaulakukan?" tanya Mallory. "Anjing mekanik bukan

binatang peliharaan!"

"Jangan khawatir," balas Simon.

Simon melompat ke tanah, dan tiba-tiba anjing-anjing itu berkenti

menggonggong, menciuminya seolah berusaha memutuskan akan

menggigit atau tidak. Simon berdiri sangat tenang. Saat

memerhatikan saudaranya, Jared tak bisa bernapas.

"Anak baik," kata Simon menenangkan, suaranya hanya bergetar

sedikit. "Mau main lempar-tangkap? Mau main?" Dia mengulurkan

tangan dan dengan hati-hati mengambil batu itu dari antara gigi si

anjing metal.

Semua anjing melompat serentak, menggonggong gembira. Simon

mendongak menatap kedua saudaranya dan tersenyum.

"Kalian pasti bercanda," kata Mallory.

Simon melempar batu itu, dan kelima anjing mengejarnya. Salak

satunya berhasil menangkapnya dan berjalan kembali dengan bangga,

 yang lain mengikutinya dengan penuh semangat. Simon membungkuk

untuk mengelus kepala metal mereka. Lidah-lidah perak mereka

keluar dari mulut mereka.

Simon melempar batu itu tiga kali lagi sebelum Jared memanggilnya.

"Kita harus pergi," katanya. "Para dwarf akan menemukan kita kalau

kita menunggu lebih lama lagi."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 37: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 37/40

 

Simon tampak kecewa. "Oke," teriaknya pada mereka. Kemudian dia

mengambil batu itu dan melemparnya sejauh dia bisa ke ruang lain.

Anjing-anjing mengejarnya. "Ayo!"

Jared dan Mallory melompat turun. Mereka bertiga lari ke retakan

di dinding dan menyelipkan tubuh ke dalamnya, merangkak cepat-

cepat dengan tangan dan kaki mereka. Jared meninggalkan ranselnya

di belakang mereka, untuk merintangi jalan. Dia sudah bisa

mendengar anjing-anjing itu mendengking dan mengais-ngais kain

ranselnya.

Mereka meraba-raba dalam gelap, tapi pasti ada cabang pada

terowongan itu yang tidak mereka sadari sebelumnya, karena kali ini

ada cahaya lembut yang hangat di ujung koridor.

Mereka mendapati diri mereka berdiri di atas tambang pada rumput

 yang lembap karena embun. Fajar membuat ufuk timur memerah.

Bab Tujuh

KETIKA Ada Pengkhianatan Tak Terduga

MALLORY menatap penampilannya sendiri dengan jijik. "Aku benci

gaun ini. Apa yang terjadi? Kenapa aku bangun dalam kotak kaca?"

Jared menggeleng. "Kami tidak taku pasti-kurasa para dwarf

menculikmu entak bagaimana. Kau tidak ingat apa-apa?"

"Aku sedang membereskan barang-barangku selesai pertandingan."

Mallory mengangkat babu. "Ada anak yang bilang kau terkbat

masalah."

"Shhh," kata Simon, menunjuk ke arak tambang. "Tiarap."

Mereka berlutut di rumput dan mengintip ke tambang. Sekelompok

goblin keluar dari gua-gua. mereka menyebar dan berguling,

memamerkan gigi mereka dan menggonggong sebelum berputar-

putar dan mencium-cium udara. Di belakang mereka ada monster

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 38: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 38/40

 

raksasa dengan ranting-ranting mati sebagai rambutnya. Dia

mengenakan pakaian compang-camping yang sudah sangat tua, dan

tanduk melingkar besar tumbuk pada alisnya.

Dari ambang gua sang Korting dan para dwarf pengikutnya muncul.

Di belakang mereka lebih banyak goblin, yang menarik kereta penuh

senjata berkilat. Seorang tawanan tertatih-tatih di depan kelompok

terakhir itu. Tawanan itu seukuran manusia dewasa, karung menutupi

kepalanya, pergelangan tangan dan kakinya diikat kain kotor.

Ada sesuatu yang familier pada tawanan itu. Para goblin mendorong-

dorong si tawanan ke dalam tambang, menusuk-nusuknya dengan

tongkat tajam, jauh dari tempat si monster berdiri.

"Siapa itu?" bisik Mallory, menyipitkan mata.

"Aku tak bisa melibatnya," kata Jared. "Mengapa mereka butuh

tawanan?"

Sang Korting berdeham gugup saat kerumunan itu menjadi kening.

"Lord Mulgaratk yang bebat, kami berterima kasih atas kehormatan

boleh mengabdi padamu."

Mulgarath berhenti. Kepala bertanduk

si raksasa berputar menatap semua makhluk itu, kemudian dia

kembali memandang para dwarf sambil menyeringai.

Jared menelan ludah. Mulgarath. Kata itu tak pernah berarti

baginya sebelumnya, tapi sekarang dia takut. Meskipun tahu monster

itu tak bisa melibatnya, dia merasakan mata hitam itu menatap ke

tepi tambang dan ingin merunduk lebih rendah lagi.

"Ini semua senjata yang kuminta?" suara Mulgarath yang berdering

bergema di seluruh tambang. Dia menunjuk kereta.

"Ya, tentu saja," kata si penguasa dwarf. "Untuk menunjukkan

kesetiaan kami, dedikasi kami pada regim Anda yang baru. Anda

takkan menemukan pisau yang lebih bagus lagi, tidak ada hasil seni

 yang lebih baik lagi. Aku berani mempertaruhkan hidupku demi itu!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 39: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 39/40

 

"Benarkah?" tanya si raksasa. Dia mengeluarkan Panduan Lapangan

palsu Jared dari kantong besar. "Dan ini-apakah kau juga berani

mempertaruhkan nyawamu bahwa buku inilah yang kuminta untuk

kauambil?"

Si penguasa dwarf ragu-ragu. "Aku... aku melakukan tepat yang Anda

suruk..."

Si raksasa mengangkat buku lusuk itu sambil tertawa. Jared sadar

tawanya sama seperti tawa Bukan-Jared di lorong sekolah.

Jared terkesiap dan Mallory menyikunya dengan keras.

"Kau tertipu, Penguasa Dwarf. Tidak apa. Aku punya Panduan

Lapangan Arthur Spiderwick," kata Mulgaratk. "Hal terakhir yang

kubutuhkan untuk memulai pemerintakanku."

Sang dwarf membungkuk dalam-dalam. "Anda memang kebat," kata

Korting. "Majikan yang pantas."

"Aku mungkin majikan yang pantas, tapi aku tidak yakin kakan

pelayan yang pantas." Dia mengangkat tangannya, dan para goblin

berhenti bertengkar sendiri dan mencakar-cakar tanah. "Bunuh

mereka!"

Semua terjadi begitu cepat sehingga Jared tak dapat mengikutinya.

Para goblin seperti maju sebagai satu kesatuan, beberapa berhenti

untuk mengambil senjata buatan para dwarf, kebanyakan menyerang

kanya dengan cakar dan gigi mereka. Para dwarf ragu-ragu,

berteriak, dan saat panik dan kebingungan itu sudah cukup bagi pada

goblin untuk menyerang mereka.

Para goblin menggigit, mencakar, dan menusuk sampai tidak ada satu

dwarf pun yang tetap berdiri.

Jared merasa mual dan mati rasa. Dia tak pernah melihat apa pun

dibunuh sebelumnya. Menatap ke bawah, dia merasa bisa muntah.

"Kita harus menghentikan mereka."

"Tidak mungkin kita bisa melakukan itu sendiri. Likat mereka

semua," kata Mallory.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 40: The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

8/16/2019 The Spiderwick Chronicles 4-Pohon-besi

http://slidepdf.com/reader/full/the-spiderwick-chronicles-4-pohon-besi 40/40

 

Jared melirik pedang yang masih dipegang Mallory, bilaknya yang

indah berkilau di bawab sinar matahari, pedang itu takkan cukup

untuk melawan mereka semua.

"Kita harus memberitahu Mom apa yang terjadi," kata Simon.

"Dia takkan percaya!" kata Jared. Dia menghapus air mata dengan

lengan bajunya dan berusaha tidak melihat ke bawah pada tubuh-

tubuh rusak di tambang. "Bagaimana kalau dia tidak memercayai

kita?"

"Kita harus mencoba," kata Mallory.

Jadi bersama teriakan para dwarf yang masih bergema di telinga

mereka, ketiga anak keluarga Grace mulai berjalan pulang.

-END-

Baca Lanjutannya di Buku 5

Spiderwick Chronicles:

Amarah Mulgarath

Edit & Convert: inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

http://inzomnia.wapka.mobi