tht print co ass racun.doc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia serta

    merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari. Sinusitis

    didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu

    oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma

    (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi

     bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai

    semua sinus paranasal disebut pansinusitis.

    !ang paling sering terkena adalah sinus maksila, kemudian etmoidalis, frontalis,

    dan sfenoidalis. Sinus maksila sering terkena sinusitis karena sinus ini merupakan sinus

    terbesar dan dasarnya berhubungan dengan dasar akar gigi rahang atas. "lasifikasi secara

    klinis untuk sinusitis dibagi atas sinusitis akut, subakut dan kronis. Sedangkan berdasarkan

     penyebabnya sinusitis dibagi kepada sinusitis tipe rinogen dan sinusitis tipe dentogen.

    Sinusitis tipe rinogen terjadi disebabkan kelainan atau masalah di hidung dimana segala

    sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Sinusitis

    tipe dentogen pula terjadi disebabkan kelainan gigi serta yang sering menyebabkan

    sinusitis adalah infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar#. Bakteri penyebab

    yang tersering adalah Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenza, Streptococcus

    viridians, Staphylococcus aureus dan Moraxella Catarrhalis.$

     Sinusitis adalah penyakit multifaktorial. %aktor predisposisi lokal berupa infeksi

     pada gigi, benda asing, polip, deviasi septum kavum nasi dan tumor dapat menyebabkan

    obstruksi ostial yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis. Pada sinusitis maksila,

    dasar sinus maksila adalah processus alveolaris tempat akar gigi rahang atas (terutama premolar dua& P$ dan molar satu& ' rahang atas#, sehingga rongga sinus maksila hanya

    dipisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi. nfeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal

    akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus

    atau pembuluh darah dan limfe. Sinusitis dentogen dapat timbul dari abses periapikal,

     periodontitis marginal luas atau apikal kronik, atau setelah ekstraksi gigi.)

    Berdasarkan data ditemukan sinusitis mempengaruhi dari setiap * orang de+asadi

    merika Serikat, dengan lebih dari )juta orang di diagnosis setiap tahun.Sinusitis akut

    mempengaruhi ) dari orang di nggris. Sinusitis kronis mempengaruhi dari

    1

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    2/24

    orang.Perempuan memiliki episode infeksi sinusitis lebih besar daripada pria karena

    mereka cenderung memiliki kontak yang lebih dekatdengan anak-anak. ingkat pada

    +anita adalah $,)/, dibandingkan dengan,0/ pada pria.1

    Penegakan diagnosis pada sinusitis dia+ali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik 

    dan pemeriksaan penunjang dimana, pada anamnesis dapat ditemukan keluhan dan gejala

    yang mengarah ke arah sinusitis. 2ilanjutkan dengan pemeriksaan fisik telinga, hidung dan

    tenggorok, dimana pada hidung ditemukan adanya pus di meatus medius (pada sinusitis

    maksila dan etmoida anterior dan frontal# atau di meatus superior (pada sinusitis etmoidal

     posterior dan sfenoid#. Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis.Pada anak 

    sering ada pembengkakan dan kemerahan di kantus medius.

    ujuan terapi sinusitis ialah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan

    mencegah perubahan menjadi kronik. 2imana prinsip pengobatannya ialah membuka

    sumbatan di komplek ostio-meatal ("3'# sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus

     pulih secara alami. Penatalaksanaan yang dilakukan dapat berupa terapi non

    medikamentosa dan medikamentosa, tergantung penyebab dan stadium sinusitis.1

    'engetahui masih banyaknya kejadian sinusitis, maka seorang dokter umum dituntut

    untuk bisa melakukan penanganan a+al pada sinusitis, mampu melakukan edukasi kepada

     pasien mengenai gejala, penatalaksanaan, pera+atan setelah operasi serta komplikasi dan

     prognosis sinusitis. Sehingga diharapkan angka kekambuhan dan kejadian sinusitis dapat

    diturunkan.

    2

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    3/24

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Hidung

    Secara anatomi, hidung terbagi dua yaitu external nose (hidung luar# dan internal nose

    (hidung dalam#. 4idung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas.

    Struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian, yang paling atas disebut kubah

    tulang, yang tidak dapat digerakkan. 2iba+ahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit

    dapat digerakkan, dan yang paling ba+ah yaitu aperture piriformis hanya kerangka tulang

    saja, memisahkan tulang hidung luar berupa prosesus maksila yang berjalan ke atas dan

    kedua tulang hidung, semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu

     bagian perpedikularis tulang etmoidalis.0

    4idung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke ba+ah 5 #

     pangkal hidung (bridge#, $# batang hidung (dorsum nasi# , )# puncak hidung (tip#, 1# ala

    nasi, 0# kolumela dan 6# lubang hidung (nares anterior#. 4idung luar dibentuk oleh

    kerangka tulang dan tulang ra+an yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot

    kecil yang berfungsi unutk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. "erangka

    tulang terdiri dari # tulang hidung (os nasal#, $# processus frontalis os maksila dan )#

     prosesus nasalis os frontal& sedangkan kerangka tulang ra+an terdiri dari beberapa pasang

    tulang ra+an yang terletak di bagian ba+ah hidung, yaitu # sepasang kartilago nasalis

    lateralis superior, $# sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai

    kartilago alar mayor dan )# tepi anterior kartilago septum.0 

    7ambar . Struktur 4idung 8uar 

    3

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    4/24

    4idung dalam membentang dari tulang internum disebelah anterior hingga koana

    di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. 9ongga hidung atau kavum

    nasi berbentuk tero+ongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian

    tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian

    depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana# yang

    menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.0

    Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang

    nares anterior, disebut vestibulum. :estibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai

     banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise. iap kavum nasi

    mempunyai 1 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior. 2inding

    medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang ra+an. Bagian

    tulang adalah 5 # lamina perpendikularis os etmoid, $# vomer, )# krista nasalis os maksila

    dan 1# krista nasalis os palatina. Bagian tulang ra+an adalah 5 # kartilago septum (lamina

    kuadrangularis# dan $# kolumela.0

    7ambar .$ ulang Pembentuk ;asal

    Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang ra+an dan periosteum pada

     bagian tulang ra+an dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh

    mukosa hidung. Pada dinding lateral terdapat 1 buah konka. !ang terbesar dan letaknya

     paling ba+ah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih

    4

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    5/24

    kecil lagi adalah konka superior, sedangkan yang terkcecil disebut konka supreme. "onka

    superma ini biasanya rudimeter.0

    7ambar .) "onka

    "onka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan

    labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari

    labirin etmoid. 2i antara konka-konka dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang

    disebut meatus. ergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior,

    medius dan superior. 'eatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung

    dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium# duktus

    nasolakrimalis. 'eatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga

    hidung. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid

    anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka

    media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sphenoid.0

    Batas rongga hidung pada dinding inferior os maksila dan os palatum. 2indingsuperior lamina kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.

    8amina kribiformis merupakan lempeng tulang berasal dari os etmoid, tulang ini

     berlubang-lubang (kribrosa < saringan # tempat masuknya serabut-serabut saraf 

    olfaktorius. 2i bagian posterior, ata rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.0

    2.1.1 Sinu Paranaal

    Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan

    karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. da empat pasang sinus paranasal,

    5

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    6/24

    mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid

    kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,

    sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium# ke

    dalam rongga hidung. Sinus maksila merupakan sinus yang terbesar, saat lahir bervolume

    6-= ml dan saat de+asa 0 ml. Sinus maksila berbentuk piramid, dinding anterior sinus

    ialah permukaan fasia os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya

     permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung,

    dinding superionya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris

    dan palatum. 2ari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah

    dasar sinus maksila yang sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar 

    (P dan P$#, molar (' dan '$#, kadang-kadang juga gigi taring (># dan gigi molar ')

     bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus.0

    Sinus frontal terletak di os frontal mulai terbentuk bulan keempat fetus. Sinus

    frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dan dipisahkan oleh sekat

    yang terletak di garis tengah. Sinus frontal dipisahan oleh tulang yang relatif tipis dari

    orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke

    daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal

    yang berhubungan dengan infundubulum etmoid.0

    Sinus etmoid pada orang de+asa berbentuk piramid dengan dasarnya dibagian

     posterior. Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel yang menyerupai sarang ta+on,

    yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantar konka media

    dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya sinus

    etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus

    etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. 2ibagian depan sinus etmoid anterior 

    ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal.

    2i daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundubulum, tempat

     bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau perdangan di resesus frontal dapat

    menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundubulum dapat menyebabkan

    sinusitis maksila. tap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan

    lamina kribosa. 2inding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan

    membatasi sinus etmoidalis dengan rongga orbita. 2i bagian belakang sinus etmoid

     posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.0

    Sinus sfenoid terletak di os sfenoid dibelakang sinus etmoid posterior.Sinus sfenoid

    dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Batas batas sinus sfenoid yaitu

    6

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    7/24

    sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebeah inferiornya atap

    nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotid interna

    dan disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.0

    7ambar .1 Sinus Paranasal

    2.1.2 Kom!lek "tiomeatal #K"$%

    "ompleks ostiomeatal ("3'# merupakan celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi

    oleh konka media dan lamina pairasea. Struktur anatomi penting yang membentuk "3'

    adalah prosesus usinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid , agger 

    nasi dan resesus frontal. "3' merupakan unit fungsional yang merupakan tempat

    ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior yaitu sinus maksila, etmoid

    anterior dan frontal. ?ika terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, akan akan terjadi

     perubahan patologis yang signifikan pada sinus-sinus yang terkait.,$

    7

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    8/24

    7ambar .0 "ompleks 3stiomeatal

    :askularisasi hidung berasal dari cabang dari arteri arteri karotis interna. Bagian

    atas rongga hidung mendapat perdarahan dari arteri etmoid anterior dan posterior yang

    merupakan cabang dari arteri oftalmika. Bagian ba+ah rongga hidung mendapat

     perdarahan dari cabang arteri maksilaris interna, di antaranya ialah tujuan arteri palatina

    mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus

    sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.0

    Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri fasialis.

    Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina,

    arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor, yang disebut

     pleksus "iesselbach (little’s area#. Pleksus "iesslbach letaknya superficial dan mudah

    cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung#

    terutama pada anak. :ena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan

     berdampingan dengan arterinya. :ena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke

    vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. :ena-vena di hidung tidak 

    memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran

    infeksi sampai ke intrakranial.$

    8

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    9/24

    7ambar .6 :askularisasi rteri 4idung

    7ambar .* 2rainase :ena 4idung

    9

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    10/24

    Bagian depan hidung dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari

    nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang berasal

    dari nervus oftalmikus (;.:#. 9ongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat

     persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion sfenopalatina. 7anglion, selain

    memberikan persarafan sensoris, juga memberikan persarafan hidung. 7angglion ini

    menerima serabut saraf sensoris dari nervus maksila (;.:$#, serabut parasimpatis dari

    nervus ptrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari nervus petrosus

     profundus. 7anglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior 

    konka media.,$

    %ungsi penciuman berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina

    kribrosa dari permukaan ba+ah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel

    reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.$

    7ambar .= Persarafan 4idung

    2.2 &iiologi Hidung

    Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis

    hidung dan sinus paranasal adalah 5 # fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara ( air 

    conditionin #, penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan

    mekanisme imunologik lokal& $# fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius

    10

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    11/24

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    12/24

    2.2.* 'e+lek Naal

    'ukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,

    kardiovaskuler dan pernafasan. ritasi mukosa hidung akan menyebabkan refleks bersin

    dan napas berhenti. 9angsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur,

    lambung dan pankreas.)

    2.) De+inii dan Klai+ikai Sinuiti

    Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau

    dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma

    (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi

     bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai

    semua sinus paranasal disebut pansinusitis. "onsensus tahun $1 membagi sinusitismenjadi akut dengan batas +aktu sampai 1 minggu, subakut antara 1 minggu sampai bulan

    dan kronik jika lebih dari ) bulan.1,0

    2., Etiologi dan &aktor Predi!oii

    Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain SP akibat virus, bermacam rinitis

    terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada +anita hamil, polip hidung, kelainan anatomi

    seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio meatal ("3'#,

    infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia pada sindroma kartagener 

    dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik. %aktor lain yang juga berpengaruh adalah

    lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. "eadaan ini lama-

    lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak sillia. 'enurut beberapa penelitian,

     bakteri utama yang sering ditemukan sebagai penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus

     Pneumonia ()-0/#, Hemophylus Influenzae ($-1/# dan Moraxella Catarrhalis(1/#.

    Pada anak,  M. Catarrhalis lebih banyak ditemukan ($/#. Pada sinusitis kronik, faktor 

     predisposisi lebih berperan,tetapi umumnya bakteri ada yang lebih condong ke arah bakteri

    gram negatif dan anaerob.$,)

    2.* E!idemiologi

    Berdasarkan data ditemukan sinusitis mempengaruhi dari setiap *orang de+asa di

    merika Serikat, dengan lebih dari ) juta orang didiagnosis setiap tahun. Sinusitis akut

    mempengaruhi ) dari orangdi nggris. Sinusitis kronis mempengaruhi dari

    orang. Perempuan memiliki episode infeksi sinusitis lebih dari pada pria karena mereka

    cenderung memiliki kontak yang lebih dekat dengan anak-anak. ingkat pada +anita

    adalah $,)/, dibandingkan dengan ,0/ pada pria.1

    12

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    13/24

    2.- Pato+iologi Sinuiti

    "esehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens

    mukosiliaris didalam "3'. 'ukus juga mengandung substansi animikrobial dan @at-@at

    yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama

    udara pernapasan. 3rgan-organ yang membentuk "3' letaknya berdekatan dan bila

    terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat

     bergerak dan ostium akan tersumbat. kibatnya terjadi tekanan negatif didalam rongga

    sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. "ondisi ini dianggap

    sebagai rinosinusitis non"!acterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa

     pegobatan.$,)

    Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media

    yang baik untuk tumbuh dan multipikasi bakteri.Sekret menjadi purulen. "eadaan ini

    disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik 

    ?ika terapi tidak berhasil, inflaasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob

     berkembang. 'ukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus

     berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertropi, polipoid,

    atau pembentukan polip dan kista.$,)

    2. Diagnoi

    2iagnosis dari sinusitis maksilaris dapat kita tegakkan melalui anamnesis,

     pemeriksaan fisik dan penunjang.

    2..1 Anamnei

    2iagnosis dari sinusitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

    fisik, dan pemeriksaan penunjang. 2ari anamnesis dapat diketahui penyakit danAatau

    gangguan kesehatan apa saja yang pernah dialami oleh penderit , misalnya seperti rinitis,

     polip nasal, penyakit saluran pernafasan atas, infeksi gigi, dan penyakit sistem kekebalan

    tubuh. 2ari keluhan pasien juga dapat berupa rasa sakit pada pipi yang dapat menjalar ke

    daerah frontal atau gigi, demam, adanya  post nasal drip, rasa penuh pada telinga,

    kemerahan pada hidung, pipi, atau kelopak mata, hidung tersumbat, batuk, rasa sakit di

    tenggorokan, dan daya penciuman yang berkurang (hyposmia#.$,)

    2..2 Pemerikaan +iik 

    anda khas dari sinusitis adalah adanya nanah atau pus pada meatus medius atau

     pada meatus superior. Selain itu juga dapat ditemukan adanya edema dan hiperemis pada

    mukosa dan nyeri tekan pada sinus yang terinfeksi.$,)

    13

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    14/24

    Untuk melihat tanda-tanda klinis dapat dilakukan pemeriksaan antara lain5 $,)

    - nspeksi, diperhatikan adanya pembengkakan pada muka. Pembengkakan di pipi

    sampai kelopak mata ba+ah yang ber+arna kemerah-merahan, yang menunjukkan

    sinusitis maksilaris akut, sedangkan pembengkakan di kelopak mata atas mungkin

    menunjukkan sinusitis frontal akut

    - Palpasi

     ;yeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya sinustitis

    maksila

    Selain itu untuk pemeriksaan fisik tambahan dapat dilakukan5$,)

    a. 9hinoskopi anterior, tampak mukosa hidung hiperemis dan edema, terlihat pus

     pada meatus nasi media.

     b. 9hinoskopi posterior, tampak sekret kental di nasofaring ( post nasal drip#. Pada posisional test, yakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang lebih 0 menit

    dan provokasi test yakni suction dimasukkan pada hidung, pemeriksa memencet

    hidung pasien kemudian pasien disuruh menelan ludah dan menutup mulut

    dengan rapat, jika positif sinusitis maksilaris maka akan keluar pus dari hidung.

    c. ransluminasi. Pada sinus normal tampak gambaran bulan sabit yang terang di

     ba+ah mata, dan bila ada sinusitis, sinus yang sakit akan menjadi suram atau

    gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna apabila salah satu sisi sinus yang

    sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan sisi yang normal.

    2..2 Pemerikaan Penun/ang

     Pemerikaan mikro0iologik dan la0oratorium.

    Pemeriksaan mikrobiologik sebaiknya diambil sekret dari meatus medius atau

    meatus superior. Pada sinusitis akut, kemungkinan akan ditemukan bermacam-macam

     bakteri yang merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti

     Pneumococcus, Sterptococcus, Sthaphylococcus  dan  H.influenza  bahkan virusAjamur.Sedangkan pada sinusitis kronis biasanya ditemukan infeksi campuran oleh berbagai

    macam mikroba seperti kuman aerob S.aureus, S.viridans, H.influenza dan kuman anaerob

     Peptostrepto#o#us  dan  $luso!a#terium. danya kultur sinus adalah satu-satunya cara

    definitif untuk mengkonfirmasi diagnosa dari sinusitis yang infeksius. "ultur bisa

    diperoleh dari meatus nasi media diba+ah tuntunan endoskopi atau melalui tehnik punksi.

    3rganisme spesifik dipertimbangkan patogen saat lebih dari 1 koloni terbentuk, spesies-

    spesies ini timbul pada kultur atau saat hitung jenis P'; lebih dari 0 ml. $,)

    14

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    15/24

    Pemerikaan radiologi

    a. 7ambaran 9adiologi

    Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi +aters. kan tampak 

     perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level # pada

    sinus yang sakit. Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi

    untuk mengetahui adanya abses gigi.$,)

    %old standard  dari diagnosis sinusitis adalah dengan pemeriksaan C& scan karena

    dapat menilai keadaan seluruh sinus paranasal dan anatomi hidung dan sinus secara

    menyeluruh.)

    2. Penatalakanaan Sinuiti

    Pada periode akut diberikan terapi medi#amentosa berupa antibiotik empirik ($$1

     jam#. ntibiotik yang diberikan lini yakni golongan penisilin atau kotrimoksa@ol dan

    terapi tambahan yakni obat dekongestan oral dan topikal, mukolitik untuk memperlancar 

    drainase dan analeti# untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan

    antihistamin atau kortikosteroid topikal. ?ika ada perbaikan maka pemberian antibiotik 

    diteruskan sampai mencukupi -1 hari.),0

    ?ika tidak ada perbaikan maka dilakukan rontgen foto polosatau > Scan dan atau

    nasoendoskopi. Bila dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan maka dilakukan terapi

    sinusitis kronik. idak ada kelainan maka dilakukan evaluasi diagnosis yakni evaluasi

    #omprehensif alergi dan kultur dari fungsi sinus.erapi pembedahaan pada sinusitis akut

     jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila

    ada nyeri yang hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan. erapi bedah dilakukan

     bila pengobatan konservatif gagal. erapi bedah dilaksakan dengan mengangkat mukosa

    yang dianggap bersifat patogen dan memperlancar drainase sinus yang mengalami

    sinusitis. ipe pembedahan yang umumnya dilakukan adalah antrostomi intra nasal dan

    operasi Cald'ell"(uc. Pada irigasi antrum dilakukan dengan cara menusukkan jarummelalui meatus nasi inferior atau melalu celah bukalis gusi menembus fosa insisiva.

    "emudian dengan mengalirkan larutan salin hangat ke dalam antrum maksilaris, nanah

    akan terdorong keluar melalui ostium. Selain untuk memperbaiki drainase sinus, irigasi

     juga bertujuan untuk memperoleh nanah yang dapat digunakan untuk kultur dan tes

    sensitivitas.0,6

    Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan perkembangan pesat dalam bedah

    sinus. Prinsip BSC% ialah membuka dan membersihkan "3' sehingga drainase dan

    ventilasi sinus lancar secara alami. ndikasi absolut tindakan BSC% adalah rinosinusitis

    15

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    16/24

    dengan komplikasi, rinosinusitis jamur alergi atau invasif dan kecurigaan neoplasma.

    ndikasi relatif tindakan ini meliputi polip nasi simptomatik dan rinosinusitis kronis atau

    rekuren simptomatik yang tidak respon dengan terapi medikamentosa. Sekitar *0-D0/

    kasus rinosinusitis kronis telah dilakukan tindakan BSC%.$,1

    2. Kom!likai

    "omplikasi yang terjadi antara lain5$,1

    . 8okal.

    a. 3stomielitis tulang maksila yang menimbukan nyeri tekan dahi yang sangat

     berat. 7ejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil. 3steomielitis

    dapat menyebabkan timbulnya fistula oroantral

     b. "elainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan

    mata (orbita#. !ang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis

    frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan

     perkontinuitatum. "elainan yang dapat timbul adalah edema palpebra dan

    abses periorbital.

    $. Sistemik 

    2apat berupa meningitis, abses ekstradural, atau subdural, abses otak dan

    thrombosis sinus kavernosus

    2.13 Prognoi

    Prognosis pasien dengan sinusitis tergantung pada ketepatan dan kecepatan

     pemberian penanganan. Semakin cepat diberikan penanganan maka prognosisnya semakin

     baik. Pemberian antibiotik, obat lainnya, dan dengan dilakukan penanganan terhadap

    faktor penyebab akan memberikan prognosis yang baik pada penderita sinusitis.1

    BAB III

    LAP"'AN KASUS

    I. Identita Paien 4

     ;ama 5 '" 

    Umur 5 60 tahun

    ?enis "elamin 5 8aki-laki

    lamat 5 'edahan, 7ianyar

    16

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    17/24

    Pekerjaan 5 Petani

    Suku 5 Bali

    Bangsa 5 ndonesia

    II. Anamnei

    . 9i+ayat Penyakit Sekarang

    "eluhan Utama 5 4idung keluar cairan berbau

    Pasien datang ke poli 4 diantar oleh keluarganya dengan keluhan hidung keluar 

    cairan berbau. "eluhan tersebut sudah dirasakan sejak $ hari yang lalu dan memberat

     pada $ minggu terakhir. "eluhan ini dirasakan timbul mendadak dan terasa bertambah

     berat dikarenakan terasa bau disekitar hidung. +alnya keluhan muncul berupa cairan

    yang ber+arna bening keluar melalui hidung namun lama kelamaan cairan yang keluar 

     bertambah kental dan berbau. Bau yang muncul pada hidung pasien dikatakan sangat

    menganggu aktivitasnya. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pipi kanan. ;yeri pipi

    dikatakan sejak $ minggu yang lalu. Pasien berusaha meringankan keluhannya dengan

     berobat ke dokter, namun keluhannya tidak membaik. Saat di dokter pasien diberikan $

     jenis pil namun lupa nama obat yang diberikan. Pasien sempat memiliki ri+ayat menambal

    gigi akibat giginya berlubang. 9i+ayat alergi obat dan makanan disangkal pasien. Selain

    itu pasien mengeluh adanya pusing.

    B. 9i+ayat Penyakit 2ahulu

    Pasien mengatakan sebelumnya tidak sempat mengalami keluhan hidung keluar 

    nanah dan berbau. 9i+ayat penyakit infeksi, penyakit kronis seperti hipertensi, asma, dan

    diabetes melitus disangkal pasien dan keluarga. Untuk ri+ayat alergi terhadap obat

    ataupun makanan tidak ada.

    >. 9i+ayat Penyakit "eluargaPasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang

    serupa. Pasien juga menyangkal adanya penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes,

    asma, maupun peyakit jantung dalam keluarga.

    2. 9i+ayat Sosial

    Pasien merupakan petani yang sudah tidak aktif lagi. "ebiasaan merokok, minum

    minuman beralkohol disangkal oleh pasien.

    III. Pemerikaan &iik 

    17

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    18/24

    "esadaran 5 >ompos mentis

    "eadaan Umum 5 Sakit sedang

    7>S 5 C1 :0 '6

    :ital Sign

    - ekanan 2arah 5 )A= mm4g

    - ;adi 5 =1 Amenit

    - 9espirasi 5 = Amenit

    - Suhu 5 )6,* o>

    Status nterna

    - "ulit 5 +arna kulit sa+o matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit cukup dan

    teraba hangat

    - "epala 5 tampak tidak ada jejas, tidak ada bekas trauma, normocephaly

    - 'ata 5 konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik - 8eher 5 Pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat jejas

    - horaks 5

    >or 5 nspeksi 5 -

    Palpasi 5 ktus cordis teraba, thrill (-#

    Perkusi 5 Batas atas 5 PS8 >S $ Sinistra

    Batas pinggang 5 PS8 >S $ Sinistra

    Batas ba+ah kiri 5 '>8 >S 0 Sinistra

    Batas ba+ah kanan 5 PS8 >S 0 2ekstra

    uskultasi 5 SS$, tunggal, regular, murmur (-#

    Pul 5 nspeksi 5 Simetris saat dinamis maupun statis

    Palpasi 5 :ocal fremitus normalAnormal, Pelebaran sela iga (-#

    Perkusi 5 Sonor pada seluruh lapang paru,

    uskultasi 5 :esikular EAE, 9honki -A-, Fhee@ing -A-

    bdomen 5 nspeksi 5 2istensi (-#, ascites (-#, simetris, tidak ada jejas

    uskultasi 5Bising usus (E# normalPerkusi 5 timpani (E# , shifting dullness (-#

    Palpasi 5 pembesaran hepar, lien (-#

    Ckstremitas 5 4angat Cdema -A- , -A-

    Status lokalis

    - Pemeriksaan telinga

    Status 4

    18

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    19/24

    Telinga Kanan Kiri

    2aun telinga ;ormal ;ormal

     ;yeri tekan tragus tidak ada tidak ada

     ;yeri tarik aurikuler tidak ada tidak ada

    8iang telinga 8apang 8apang

    2ischarge tidak ada tidak ada

    'embran timpani ntak ntak  

    Serumen tidak ada tidak ada

    umor tidak ada tidak ada

    'astoid ;ormal ;ormal

    es alat keseimbangan tidak dievaluasi tidak dievaluasi

    -

    Hidung Kanan Kiri

    4idung luar ;ormal ;ormal

    >avum nasi Sempit Sempit

    Septum nasi 2eviasi (E# ke kiri

    Sekret da (E# meatusmedia

    da (-# meatusmedia

    'ukosa 4iperemis 'erah muda

    umor tidak ada tidak ada

    "onka 4ipertropi dekongesti

    -

    Sinu !aranaal Kanan Kiri

    nspeksi

    -pembengkakan sinus

    frontalis dan maksilaris

    (-# (-#

    Palpasi

    -sinus frontalis

    -sinus maksilaris

     ;yeri tekan (-#

     ;yeri tekan (E#

     ;yeri tekan (-#

     ;yeri tekan (-#

    19

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    20/24

    ransluminasi

    -sinus frontalis

    -sinus maksilaris

    -

    -

    -

    -

    Tenggorok Kanan Kiri

    %aring 4iperemis (-# 4iperemis (-#

    Uvula tidak ada edema

    onsil

    Ukuran

    4iperemis tidak ada tidak ada

    "ripta (E# 'elebar (-# 'elebar  

    2etritus idak ada idak ada

    I5.Pemerikaan Penun/ang

    %oto FaterGs

    20

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    21/24

    "esan5

    ampak perselubungan di sinus maillary detra

    I5 .Diagnoi

    Sinusitis 'aksila 2etra

    5. Penatalakanaan

    rigasi Sinusitis maksila 2 dengan lokal nastesi

    >lindamicin $ )mg

    Paracetamol ) 0mg

    mbrool )

    liadin nasal spray ) )tetes 2

    "onsul S 7igi

    BAB I5

    PE$BAHASAN

    21

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    22/24

    Sinusitis adalah peradangan pada sinus, umumnya terjadi pada sinus paranasal.

    Sinusitis dapat berupa sinusitis purulen (berisi nanah atau pus#, non-purulen, akut, subakut,

    dan kronis.)

    Pada kasus ini, pasien datang ke poliklinik 4 9SU2 Sanji+ani Pasien

    datang ke poli 4 diantar oleh keluarganya dengan keluhan hidung keluar cairan berbau.

    "eluhan tersebut sudah dirasakan sejak $ hari yang lalu dan memberat pada $ minggu

    terakhir. "eluhan ini dirasakan timbul mendadak dan terasa bertambah berat dikarenakan

    terasa bau disekitar hidung. +alnya keluhan muncul berupa cairan yang ber+arna bening

    keluar melalui hidung namun lama kelamaan cairan yang keluar bertambah kental dan

     berbau. Bau yang muncul pada hidung pasien dikatakan sangat menganggu aktivitasnya.

    Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pipi kanan. ;yeri pipi dikatakan sejak $ minggu

    yang lalu. Pasien berusaha meringankan keluhannya dengan berobat ke dokter, namun

    keluhannya tidak membaik. Saat di dokter pasien diberikan $ jenis pil namun lupa nama

    obat yang diberikan. Pasien sempat memiliki ri+ayat menambal gigi akibat giginya

     berlubang. 9i+ayat alergi obat dan makanan disangkal pasien. Selain itu pasien mengeluh

    adanya pusing.

    'enurut kepustakaan diagnosis yang mengarah ke sinusitis maksilaris

    didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

    Berdasarkan teori anamnesis rhinosinusitis dengan gejala yaitu dapat berupa rasa sakit

     pada pipi yang dapat menjalar ke daerah frontal , hidung tersumbat, pilek, dan keluar 

    cairan purulen. Salah satu faktor predisposisi sinusitis adalah gigi yang mengalami

    infeksi. Sehingga kasus dengan kepustakaan sesuai.$,)

      Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada kasus yaitu ada nyeri tekan pada pipi

    kanan , mukosa tampak hiperemis pada hidung bagian kanan, pada cavum nasi

    ditemukan sekret EA-, konka hipertropi A dekongesti.

    Berdasarkan kasus yang didapat sesuai dengan kepustakaan pada

     pemeriksaan fisik, tanda khas dari sinusitis adalah ditemukan adanya edema dan hiperemis

     pada mukosa dan nyeri tekan pada sinus yang terinfeksi.$,)

      Pemeriksaan penunjang pada kasus dilakukan foto 'aters dengan hasil ada

     perselubungan di hidung kanan pada sinus maksilaris.

      Pada kepustakaan untuk penegakan diagnosis dilakukan foto posisi 'aters

    dapat digunakan untuk menilai keadaan sinus maksila dan frontal, yaitu berupa adanya

     perselubungan, batas udara-cairan, dan penebalan mukosa.$,1

    22

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    23/24

      Pada kasus terapi yang diberikan adalah irigasi sinus, clindamicin $ ) mg,

    iliadin nasal spray )) tetes (2#, Paracetamol )0 mg, mbrool ), konsul S gigi.

    'enurut kepustakaan penatalaksanaan bertujuan untuk mempercepat penyembuhan,

    mencegah komplikasi, dan mencegah penyakit menjadi kronis. 'elalui pengobatan

    diharapkan sekret yang menumpuk pada sinus paranasal dapat dikeluarkan. ntibiotik dan

    dekongestan adalah pilihan utama pada pengobatan sinusitis, selain itu diberikan

    mukolitik, dekongestan dan mukolitik diberikan untuk memperlancar drainage dan

    analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri .) erapi bedah dilaksakan dengan mengangkat

    mukosa yang dianggap bersifat patogen dan memperlancar drainase sinus yang mengalami

    sinusitis. ipe pembedahan yang umumnya dilakukan adalah antrostomi intra nasal dan

    operasi Cald'ell"(uc.$,)

      Pada kasus prognosis akan baik apabila kepatuhan terapinya baik, tetap

    menjaga kebersihan mulut dan gigi, istirahat cukup dan tetap menjaga kesehatan diri.

    Prognosis pasien dengan sinusitis tergantung pada ketepatan dankecepatanpemberian

     penanganan. Semakin cepat diberikan penanganan maka prognosisnya semakin baik.

    Pemberian antibiotik, obat lainnya,dan dengan dilakukan penanganan terhadap faktor 

     penyebab akan memberikan prognosis yang baik pada penderita sinusitis.)

    DA&TA' PUSTAKA

    23

  • 8/18/2019 tht print co ass racun.doc

    24/24

    . Soetjipto, 2., 'angunkusumo, C., Fardani 9. $*. Hidun dalam u#u *+ar Ilmu

     esehatan &elina Hidun &enoro# epala - (eher. *th ed. %akulas "edokteran

    Universitas ndonesia, ?akarta. 4al 5 D6-.

    $. Soetjipto, 2., 'angunkusumo, C. $*. Sinus Paranasal dalam  u#u *+ar Ilmu

     esehatan &elina Hidun &enoro# epala - (eher. *th ed. %akulas "edokteran

    Universitas ndonesia, ?akarta. 4al 5 0-00.

    ). 'angunkusumo, C., Soetjipto, 2. $*. Sinusitis dalam u#u *+ar Ilmu esehatan

    &elina Hidun &enoro# epala - (eher. *th ed. %akulas "edokteran Universitas

    ndonesia, ?akarta. 4al 5 0-00.

    1. Brook t@hak et al. Ct al.  *cute Sinusitis. 'edscape reference.Updated on ?uly $D,

    $0. vailable at5  http://emedicine.medscape.com/article/232670-

    overview#a6

    0. 'oore, ".8., nne '.9.. $$. *natomi linis asar. 4ipokrates5 ?akarta

    http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6