Upload
tommy-tirtha
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
1/24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia serta
merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari. Sinusitis
didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu
oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi
bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai
semua sinus paranasal disebut pansinusitis.
!ang paling sering terkena adalah sinus maksila, kemudian etmoidalis, frontalis,
dan sfenoidalis. Sinus maksila sering terkena sinusitis karena sinus ini merupakan sinus
terbesar dan dasarnya berhubungan dengan dasar akar gigi rahang atas. "lasifikasi secara
klinis untuk sinusitis dibagi atas sinusitis akut, subakut dan kronis. Sedangkan berdasarkan
penyebabnya sinusitis dibagi kepada sinusitis tipe rinogen dan sinusitis tipe dentogen.
Sinusitis tipe rinogen terjadi disebabkan kelainan atau masalah di hidung dimana segala
sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Sinusitis
tipe dentogen pula terjadi disebabkan kelainan gigi serta yang sering menyebabkan
sinusitis adalah infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar#. Bakteri penyebab
yang tersering adalah Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenza, Streptococcus
viridians, Staphylococcus aureus dan Moraxella Catarrhalis.$
Sinusitis adalah penyakit multifaktorial. %aktor predisposisi lokal berupa infeksi
pada gigi, benda asing, polip, deviasi septum kavum nasi dan tumor dapat menyebabkan
obstruksi ostial yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis. Pada sinusitis maksila,
dasar sinus maksila adalah processus alveolaris tempat akar gigi rahang atas (terutama premolar dua& P$ dan molar satu& ' rahang atas#, sehingga rongga sinus maksila hanya
dipisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi. nfeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal
akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus
atau pembuluh darah dan limfe. Sinusitis dentogen dapat timbul dari abses periapikal,
periodontitis marginal luas atau apikal kronik, atau setelah ekstraksi gigi.)
Berdasarkan data ditemukan sinusitis mempengaruhi dari setiap * orang de+asadi
merika Serikat, dengan lebih dari )juta orang di diagnosis setiap tahun.Sinusitis akut
mempengaruhi ) dari orang di nggris. Sinusitis kronis mempengaruhi dari
1
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
2/24
orang.Perempuan memiliki episode infeksi sinusitis lebih besar daripada pria karena
mereka cenderung memiliki kontak yang lebih dekatdengan anak-anak. ingkat pada
+anita adalah $,)/, dibandingkan dengan,0/ pada pria.1
Penegakan diagnosis pada sinusitis dia+ali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang dimana, pada anamnesis dapat ditemukan keluhan dan gejala
yang mengarah ke arah sinusitis. 2ilanjutkan dengan pemeriksaan fisik telinga, hidung dan
tenggorok, dimana pada hidung ditemukan adanya pus di meatus medius (pada sinusitis
maksila dan etmoida anterior dan frontal# atau di meatus superior (pada sinusitis etmoidal
posterior dan sfenoid#. Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis.Pada anak
sering ada pembengkakan dan kemerahan di kantus medius.
ujuan terapi sinusitis ialah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan
mencegah perubahan menjadi kronik. 2imana prinsip pengobatannya ialah membuka
sumbatan di komplek ostio-meatal ("3'# sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus
pulih secara alami. Penatalaksanaan yang dilakukan dapat berupa terapi non
medikamentosa dan medikamentosa, tergantung penyebab dan stadium sinusitis.1
'engetahui masih banyaknya kejadian sinusitis, maka seorang dokter umum dituntut
untuk bisa melakukan penanganan a+al pada sinusitis, mampu melakukan edukasi kepada
pasien mengenai gejala, penatalaksanaan, pera+atan setelah operasi serta komplikasi dan
prognosis sinusitis. Sehingga diharapkan angka kekambuhan dan kejadian sinusitis dapat
diturunkan.
2
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
3/24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Hidung
Secara anatomi, hidung terbagi dua yaitu external nose (hidung luar# dan internal nose
(hidung dalam#. 4idung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas.
Struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian, yang paling atas disebut kubah
tulang, yang tidak dapat digerakkan. 2iba+ahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit
dapat digerakkan, dan yang paling ba+ah yaitu aperture piriformis hanya kerangka tulang
saja, memisahkan tulang hidung luar berupa prosesus maksila yang berjalan ke atas dan
kedua tulang hidung, semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu
bagian perpedikularis tulang etmoidalis.0
4idung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke ba+ah 5 #
pangkal hidung (bridge#, $# batang hidung (dorsum nasi# , )# puncak hidung (tip#, 1# ala
nasi, 0# kolumela dan 6# lubang hidung (nares anterior#. 4idung luar dibentuk oleh
kerangka tulang dan tulang ra+an yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot
kecil yang berfungsi unutk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. "erangka
tulang terdiri dari # tulang hidung (os nasal#, $# processus frontalis os maksila dan )#
prosesus nasalis os frontal& sedangkan kerangka tulang ra+an terdiri dari beberapa pasang
tulang ra+an yang terletak di bagian ba+ah hidung, yaitu # sepasang kartilago nasalis
lateralis superior, $# sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago alar mayor dan )# tepi anterior kartilago septum.0
7ambar . Struktur 4idung 8uar
3
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
4/24
4idung dalam membentang dari tulang internum disebelah anterior hingga koana
di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. 9ongga hidung atau kavum
nasi berbentuk tero+ongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian
tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian
depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana# yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.0
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang
nares anterior, disebut vestibulum. :estibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise. iap kavum nasi
mempunyai 1 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior. 2inding
medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang ra+an. Bagian
tulang adalah 5 # lamina perpendikularis os etmoid, $# vomer, )# krista nasalis os maksila
dan 1# krista nasalis os palatina. Bagian tulang ra+an adalah 5 # kartilago septum (lamina
kuadrangularis# dan $# kolumela.0
7ambar .$ ulang Pembentuk ;asal
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang ra+an dan periosteum pada
bagian tulang ra+an dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh
mukosa hidung. Pada dinding lateral terdapat 1 buah konka. !ang terbesar dan letaknya
paling ba+ah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih
4
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
5/24
kecil lagi adalah konka superior, sedangkan yang terkcecil disebut konka supreme. "onka
superma ini biasanya rudimeter.0
7ambar .) "onka
"onka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan
labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari
labirin etmoid. 2i antara konka-konka dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
disebut meatus. ergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior,
medius dan superior. 'eatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung
dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium# duktus
nasolakrimalis. 'eatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga
hidung. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid
anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka
media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sphenoid.0
Batas rongga hidung pada dinding inferior os maksila dan os palatum. 2indingsuperior lamina kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.
8amina kribiformis merupakan lempeng tulang berasal dari os etmoid, tulang ini
berlubang-lubang (kribrosa < saringan # tempat masuknya serabut-serabut saraf
olfaktorius. 2i bagian posterior, ata rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.0
2.1.1 Sinu Paranaal
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan
karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. da empat pasang sinus paranasal,
5
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
6/24
mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid
kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium# ke
dalam rongga hidung. Sinus maksila merupakan sinus yang terbesar, saat lahir bervolume
6-= ml dan saat de+asa 0 ml. Sinus maksila berbentuk piramid, dinding anterior sinus
ialah permukaan fasia os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya
permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung,
dinding superionya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris
dan palatum. 2ari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah
dasar sinus maksila yang sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar
(P dan P$#, molar (' dan '$#, kadang-kadang juga gigi taring (># dan gigi molar ')
bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus.0
Sinus frontal terletak di os frontal mulai terbentuk bulan keempat fetus. Sinus
frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dan dipisahkan oleh sekat
yang terletak di garis tengah. Sinus frontal dipisahan oleh tulang yang relatif tipis dari
orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke
daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal
yang berhubungan dengan infundubulum etmoid.0
Sinus etmoid pada orang de+asa berbentuk piramid dengan dasarnya dibagian
posterior. Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel yang menyerupai sarang ta+on,
yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantar konka media
dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya sinus
etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus
etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. 2ibagian depan sinus etmoid anterior
ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal.
2i daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundubulum, tempat
bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau perdangan di resesus frontal dapat
menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundubulum dapat menyebabkan
sinusitis maksila. tap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan
lamina kribosa. 2inding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan
membatasi sinus etmoidalis dengan rongga orbita. 2i bagian belakang sinus etmoid
posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.0
Sinus sfenoid terletak di os sfenoid dibelakang sinus etmoid posterior.Sinus sfenoid
dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Batas batas sinus sfenoid yaitu
6
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
7/24
sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebeah inferiornya atap
nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotid interna
dan disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.0
7ambar .1 Sinus Paranasal
2.1.2 Kom!lek "tiomeatal #K"$%
"ompleks ostiomeatal ("3'# merupakan celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi
oleh konka media dan lamina pairasea. Struktur anatomi penting yang membentuk "3'
adalah prosesus usinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid , agger
nasi dan resesus frontal. "3' merupakan unit fungsional yang merupakan tempat
ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior yaitu sinus maksila, etmoid
anterior dan frontal. ?ika terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, akan akan terjadi
perubahan patologis yang signifikan pada sinus-sinus yang terkait.,$
7
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
8/24
7ambar .0 "ompleks 3stiomeatal
:askularisasi hidung berasal dari cabang dari arteri arteri karotis interna. Bagian
atas rongga hidung mendapat perdarahan dari arteri etmoid anterior dan posterior yang
merupakan cabang dari arteri oftalmika. Bagian ba+ah rongga hidung mendapat
perdarahan dari cabang arteri maksilaris interna, di antaranya ialah tujuan arteri palatina
mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus
sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.0
Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri fasialis.
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina,
arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor, yang disebut
pleksus "iesselbach (little’s area#. Pleksus "iesslbach letaknya superficial dan mudah
cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung#
terutama pada anak. :ena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arterinya. :ena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke
vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. :ena-vena di hidung tidak
memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran
infeksi sampai ke intrakranial.$
8
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
9/24
7ambar .6 :askularisasi rteri 4idung
7ambar .* 2rainase :ena 4idung
9
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
10/24
Bagian depan hidung dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang berasal
dari nervus oftalmikus (;.:#. 9ongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat
persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion sfenopalatina. 7anglion, selain
memberikan persarafan sensoris, juga memberikan persarafan hidung. 7angglion ini
menerima serabut saraf sensoris dari nervus maksila (;.:$#, serabut parasimpatis dari
nervus ptrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari nervus petrosus
profundus. 7anglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior
konka media.,$
%ungsi penciuman berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina
kribrosa dari permukaan ba+ah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.$
7ambar .= Persarafan 4idung
2.2 &iiologi Hidung
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis
hidung dan sinus paranasal adalah 5 # fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara ( air
conditionin #, penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan
mekanisme imunologik lokal& $# fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius
10
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
11/24
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
12/24
2.2.* 'e+lek Naal
'ukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,
kardiovaskuler dan pernafasan. ritasi mukosa hidung akan menyebabkan refleks bersin
dan napas berhenti. 9angsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur,
lambung dan pankreas.)
2.) De+inii dan Klai+ikai Sinuiti
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau
dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi
bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai
semua sinus paranasal disebut pansinusitis. "onsensus tahun $1 membagi sinusitismenjadi akut dengan batas +aktu sampai 1 minggu, subakut antara 1 minggu sampai bulan
dan kronik jika lebih dari ) bulan.1,0
2., Etiologi dan &aktor Predi!oii
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain SP akibat virus, bermacam rinitis
terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada +anita hamil, polip hidung, kelainan anatomi
seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio meatal ("3'#,
infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia pada sindroma kartagener
dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik. %aktor lain yang juga berpengaruh adalah
lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. "eadaan ini lama-
lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak sillia. 'enurut beberapa penelitian,
bakteri utama yang sering ditemukan sebagai penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus
Pneumonia ()-0/#, Hemophylus Influenzae ($-1/# dan Moraxella Catarrhalis(1/#.
Pada anak, M. Catarrhalis lebih banyak ditemukan ($/#. Pada sinusitis kronik, faktor
predisposisi lebih berperan,tetapi umumnya bakteri ada yang lebih condong ke arah bakteri
gram negatif dan anaerob.$,)
2.* E!idemiologi
Berdasarkan data ditemukan sinusitis mempengaruhi dari setiap *orang de+asa di
merika Serikat, dengan lebih dari ) juta orang didiagnosis setiap tahun. Sinusitis akut
mempengaruhi ) dari orangdi nggris. Sinusitis kronis mempengaruhi dari
orang. Perempuan memiliki episode infeksi sinusitis lebih dari pada pria karena mereka
cenderung memiliki kontak yang lebih dekat dengan anak-anak. ingkat pada +anita
adalah $,)/, dibandingkan dengan ,0/ pada pria.1
12
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
13/24
2.- Pato+iologi Sinuiti
"esehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliaris didalam "3'. 'ukus juga mengandung substansi animikrobial dan @at-@at
yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama
udara pernapasan. 3rgan-organ yang membentuk "3' letaknya berdekatan dan bila
terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat
bergerak dan ostium akan tersumbat. kibatnya terjadi tekanan negatif didalam rongga
sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. "ondisi ini dianggap
sebagai rinosinusitis non"!acterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa
pegobatan.$,)
Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
yang baik untuk tumbuh dan multipikasi bakteri.Sekret menjadi purulen. "eadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik
?ika terapi tidak berhasil, inflaasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob
berkembang. 'ukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus
berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertropi, polipoid,
atau pembentukan polip dan kista.$,)
2. Diagnoi
2iagnosis dari sinusitis maksilaris dapat kita tegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang.
2..1 Anamnei
2iagnosis dari sinusitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. 2ari anamnesis dapat diketahui penyakit danAatau
gangguan kesehatan apa saja yang pernah dialami oleh penderit , misalnya seperti rinitis,
polip nasal, penyakit saluran pernafasan atas, infeksi gigi, dan penyakit sistem kekebalan
tubuh. 2ari keluhan pasien juga dapat berupa rasa sakit pada pipi yang dapat menjalar ke
daerah frontal atau gigi, demam, adanya post nasal drip, rasa penuh pada telinga,
kemerahan pada hidung, pipi, atau kelopak mata, hidung tersumbat, batuk, rasa sakit di
tenggorokan, dan daya penciuman yang berkurang (hyposmia#.$,)
2..2 Pemerikaan +iik
anda khas dari sinusitis adalah adanya nanah atau pus pada meatus medius atau
pada meatus superior. Selain itu juga dapat ditemukan adanya edema dan hiperemis pada
mukosa dan nyeri tekan pada sinus yang terinfeksi.$,)
13
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
14/24
Untuk melihat tanda-tanda klinis dapat dilakukan pemeriksaan antara lain5 $,)
- nspeksi, diperhatikan adanya pembengkakan pada muka. Pembengkakan di pipi
sampai kelopak mata ba+ah yang ber+arna kemerah-merahan, yang menunjukkan
sinusitis maksilaris akut, sedangkan pembengkakan di kelopak mata atas mungkin
menunjukkan sinusitis frontal akut
- Palpasi
;yeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya sinustitis
maksila
Selain itu untuk pemeriksaan fisik tambahan dapat dilakukan5$,)
a. 9hinoskopi anterior, tampak mukosa hidung hiperemis dan edema, terlihat pus
pada meatus nasi media.
b. 9hinoskopi posterior, tampak sekret kental di nasofaring ( post nasal drip#. Pada posisional test, yakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang lebih 0 menit
dan provokasi test yakni suction dimasukkan pada hidung, pemeriksa memencet
hidung pasien kemudian pasien disuruh menelan ludah dan menutup mulut
dengan rapat, jika positif sinusitis maksilaris maka akan keluar pus dari hidung.
c. ransluminasi. Pada sinus normal tampak gambaran bulan sabit yang terang di
ba+ah mata, dan bila ada sinusitis, sinus yang sakit akan menjadi suram atau
gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna apabila salah satu sisi sinus yang
sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan sisi yang normal.
2..2 Pemerikaan Penun/ang
Pemerikaan mikro0iologik dan la0oratorium.
Pemeriksaan mikrobiologik sebaiknya diambil sekret dari meatus medius atau
meatus superior. Pada sinusitis akut, kemungkinan akan ditemukan bermacam-macam
bakteri yang merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti
Pneumococcus, Sterptococcus, Sthaphylococcus dan H.influenza bahkan virusAjamur.Sedangkan pada sinusitis kronis biasanya ditemukan infeksi campuran oleh berbagai
macam mikroba seperti kuman aerob S.aureus, S.viridans, H.influenza dan kuman anaerob
Peptostrepto#o#us dan $luso!a#terium. danya kultur sinus adalah satu-satunya cara
definitif untuk mengkonfirmasi diagnosa dari sinusitis yang infeksius. "ultur bisa
diperoleh dari meatus nasi media diba+ah tuntunan endoskopi atau melalui tehnik punksi.
3rganisme spesifik dipertimbangkan patogen saat lebih dari 1 koloni terbentuk, spesies-
spesies ini timbul pada kultur atau saat hitung jenis P'; lebih dari 0 ml. $,)
14
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
15/24
Pemerikaan radiologi
a. 7ambaran 9adiologi
Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi +aters. kan tampak
perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level # pada
sinus yang sakit. Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi
untuk mengetahui adanya abses gigi.$,)
%old standard dari diagnosis sinusitis adalah dengan pemeriksaan C& scan karena
dapat menilai keadaan seluruh sinus paranasal dan anatomi hidung dan sinus secara
menyeluruh.)
2. Penatalakanaan Sinuiti
Pada periode akut diberikan terapi medi#amentosa berupa antibiotik empirik ($$1
jam#. ntibiotik yang diberikan lini yakni golongan penisilin atau kotrimoksa@ol dan
terapi tambahan yakni obat dekongestan oral dan topikal, mukolitik untuk memperlancar
drainase dan analeti# untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan
antihistamin atau kortikosteroid topikal. ?ika ada perbaikan maka pemberian antibiotik
diteruskan sampai mencukupi -1 hari.),0
?ika tidak ada perbaikan maka dilakukan rontgen foto polosatau > Scan dan atau
nasoendoskopi. Bila dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan maka dilakukan terapi
sinusitis kronik. idak ada kelainan maka dilakukan evaluasi diagnosis yakni evaluasi
#omprehensif alergi dan kultur dari fungsi sinus.erapi pembedahaan pada sinusitis akut
jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila
ada nyeri yang hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan. erapi bedah dilakukan
bila pengobatan konservatif gagal. erapi bedah dilaksakan dengan mengangkat mukosa
yang dianggap bersifat patogen dan memperlancar drainase sinus yang mengalami
sinusitis. ipe pembedahan yang umumnya dilakukan adalah antrostomi intra nasal dan
operasi Cald'ell"(uc. Pada irigasi antrum dilakukan dengan cara menusukkan jarummelalui meatus nasi inferior atau melalu celah bukalis gusi menembus fosa insisiva.
"emudian dengan mengalirkan larutan salin hangat ke dalam antrum maksilaris, nanah
akan terdorong keluar melalui ostium. Selain untuk memperbaiki drainase sinus, irigasi
juga bertujuan untuk memperoleh nanah yang dapat digunakan untuk kultur dan tes
sensitivitas.0,6
Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan perkembangan pesat dalam bedah
sinus. Prinsip BSC% ialah membuka dan membersihkan "3' sehingga drainase dan
ventilasi sinus lancar secara alami. ndikasi absolut tindakan BSC% adalah rinosinusitis
15
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
16/24
dengan komplikasi, rinosinusitis jamur alergi atau invasif dan kecurigaan neoplasma.
ndikasi relatif tindakan ini meliputi polip nasi simptomatik dan rinosinusitis kronis atau
rekuren simptomatik yang tidak respon dengan terapi medikamentosa. Sekitar *0-D0/
kasus rinosinusitis kronis telah dilakukan tindakan BSC%.$,1
2. Kom!likai
"omplikasi yang terjadi antara lain5$,1
. 8okal.
a. 3stomielitis tulang maksila yang menimbukan nyeri tekan dahi yang sangat
berat. 7ejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil. 3steomielitis
dapat menyebabkan timbulnya fistula oroantral
b. "elainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan
mata (orbita#. !ang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis
frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan
perkontinuitatum. "elainan yang dapat timbul adalah edema palpebra dan
abses periorbital.
$. Sistemik
2apat berupa meningitis, abses ekstradural, atau subdural, abses otak dan
thrombosis sinus kavernosus
2.13 Prognoi
Prognosis pasien dengan sinusitis tergantung pada ketepatan dan kecepatan
pemberian penanganan. Semakin cepat diberikan penanganan maka prognosisnya semakin
baik. Pemberian antibiotik, obat lainnya, dan dengan dilakukan penanganan terhadap
faktor penyebab akan memberikan prognosis yang baik pada penderita sinusitis.1
BAB III
LAP"'AN KASUS
I. Identita Paien 4
;ama 5 '"
Umur 5 60 tahun
?enis "elamin 5 8aki-laki
lamat 5 'edahan, 7ianyar
16
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
17/24
Pekerjaan 5 Petani
Suku 5 Bali
Bangsa 5 ndonesia
II. Anamnei
. 9i+ayat Penyakit Sekarang
"eluhan Utama 5 4idung keluar cairan berbau
Pasien datang ke poli 4 diantar oleh keluarganya dengan keluhan hidung keluar
cairan berbau. "eluhan tersebut sudah dirasakan sejak $ hari yang lalu dan memberat
pada $ minggu terakhir. "eluhan ini dirasakan timbul mendadak dan terasa bertambah
berat dikarenakan terasa bau disekitar hidung. +alnya keluhan muncul berupa cairan
yang ber+arna bening keluar melalui hidung namun lama kelamaan cairan yang keluar
bertambah kental dan berbau. Bau yang muncul pada hidung pasien dikatakan sangat
menganggu aktivitasnya. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pipi kanan. ;yeri pipi
dikatakan sejak $ minggu yang lalu. Pasien berusaha meringankan keluhannya dengan
berobat ke dokter, namun keluhannya tidak membaik. Saat di dokter pasien diberikan $
jenis pil namun lupa nama obat yang diberikan. Pasien sempat memiliki ri+ayat menambal
gigi akibat giginya berlubang. 9i+ayat alergi obat dan makanan disangkal pasien. Selain
itu pasien mengeluh adanya pusing.
B. 9i+ayat Penyakit 2ahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak sempat mengalami keluhan hidung keluar
nanah dan berbau. 9i+ayat penyakit infeksi, penyakit kronis seperti hipertensi, asma, dan
diabetes melitus disangkal pasien dan keluarga. Untuk ri+ayat alergi terhadap obat
ataupun makanan tidak ada.
>. 9i+ayat Penyakit "eluargaPasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang
serupa. Pasien juga menyangkal adanya penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes,
asma, maupun peyakit jantung dalam keluarga.
2. 9i+ayat Sosial
Pasien merupakan petani yang sudah tidak aktif lagi. "ebiasaan merokok, minum
minuman beralkohol disangkal oleh pasien.
III. Pemerikaan &iik
17
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
18/24
"esadaran 5 >ompos mentis
"eadaan Umum 5 Sakit sedang
7>S 5 C1 :0 '6
:ital Sign
- ekanan 2arah 5 )A= mm4g
- ;adi 5 =1 Amenit
- 9espirasi 5 = Amenit
- Suhu 5 )6,* o>
Status nterna
- "ulit 5 +arna kulit sa+o matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit cukup dan
teraba hangat
- "epala 5 tampak tidak ada jejas, tidak ada bekas trauma, normocephaly
- 'ata 5 konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik - 8eher 5 Pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat jejas
- horaks 5
>or 5 nspeksi 5 -
Palpasi 5 ktus cordis teraba, thrill (-#
Perkusi 5 Batas atas 5 PS8 >S $ Sinistra
Batas pinggang 5 PS8 >S $ Sinistra
Batas ba+ah kiri 5 '>8 >S 0 Sinistra
Batas ba+ah kanan 5 PS8 >S 0 2ekstra
uskultasi 5 SS$, tunggal, regular, murmur (-#
Pul 5 nspeksi 5 Simetris saat dinamis maupun statis
Palpasi 5 :ocal fremitus normalAnormal, Pelebaran sela iga (-#
Perkusi 5 Sonor pada seluruh lapang paru,
uskultasi 5 :esikular EAE, 9honki -A-, Fhee@ing -A-
bdomen 5 nspeksi 5 2istensi (-#, ascites (-#, simetris, tidak ada jejas
uskultasi 5Bising usus (E# normalPerkusi 5 timpani (E# , shifting dullness (-#
Palpasi 5 pembesaran hepar, lien (-#
Ckstremitas 5 4angat Cdema -A- , -A-
Status lokalis
- Pemeriksaan telinga
Status 4
18
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
19/24
Telinga Kanan Kiri
2aun telinga ;ormal ;ormal
;yeri tekan tragus tidak ada tidak ada
;yeri tarik aurikuler tidak ada tidak ada
8iang telinga 8apang 8apang
2ischarge tidak ada tidak ada
'embran timpani ntak ntak
Serumen tidak ada tidak ada
umor tidak ada tidak ada
'astoid ;ormal ;ormal
es alat keseimbangan tidak dievaluasi tidak dievaluasi
-
Hidung Kanan Kiri
4idung luar ;ormal ;ormal
>avum nasi Sempit Sempit
Septum nasi 2eviasi (E# ke kiri
Sekret da (E# meatusmedia
da (-# meatusmedia
'ukosa 4iperemis 'erah muda
umor tidak ada tidak ada
"onka 4ipertropi dekongesti
-
Sinu !aranaal Kanan Kiri
nspeksi
-pembengkakan sinus
frontalis dan maksilaris
(-# (-#
Palpasi
-sinus frontalis
-sinus maksilaris
;yeri tekan (-#
;yeri tekan (E#
;yeri tekan (-#
;yeri tekan (-#
19
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
20/24
ransluminasi
-sinus frontalis
-sinus maksilaris
-
-
-
-
Tenggorok Kanan Kiri
%aring 4iperemis (-# 4iperemis (-#
Uvula tidak ada edema
onsil
Ukuran
4iperemis tidak ada tidak ada
"ripta (E# 'elebar (-# 'elebar
2etritus idak ada idak ada
I5.Pemerikaan Penun/ang
%oto FaterGs
20
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
21/24
"esan5
ampak perselubungan di sinus maillary detra
I5 .Diagnoi
Sinusitis 'aksila 2etra
5. Penatalakanaan
rigasi Sinusitis maksila 2 dengan lokal nastesi
>lindamicin $ )mg
Paracetamol ) 0mg
mbrool )
liadin nasal spray ) )tetes 2
"onsul S 7igi
BAB I5
PE$BAHASAN
21
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
22/24
Sinusitis adalah peradangan pada sinus, umumnya terjadi pada sinus paranasal.
Sinusitis dapat berupa sinusitis purulen (berisi nanah atau pus#, non-purulen, akut, subakut,
dan kronis.)
Pada kasus ini, pasien datang ke poliklinik 4 9SU2 Sanji+ani Pasien
datang ke poli 4 diantar oleh keluarganya dengan keluhan hidung keluar cairan berbau.
"eluhan tersebut sudah dirasakan sejak $ hari yang lalu dan memberat pada $ minggu
terakhir. "eluhan ini dirasakan timbul mendadak dan terasa bertambah berat dikarenakan
terasa bau disekitar hidung. +alnya keluhan muncul berupa cairan yang ber+arna bening
keluar melalui hidung namun lama kelamaan cairan yang keluar bertambah kental dan
berbau. Bau yang muncul pada hidung pasien dikatakan sangat menganggu aktivitasnya.
Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pipi kanan. ;yeri pipi dikatakan sejak $ minggu
yang lalu. Pasien berusaha meringankan keluhannya dengan berobat ke dokter, namun
keluhannya tidak membaik. Saat di dokter pasien diberikan $ jenis pil namun lupa nama
obat yang diberikan. Pasien sempat memiliki ri+ayat menambal gigi akibat giginya
berlubang. 9i+ayat alergi obat dan makanan disangkal pasien. Selain itu pasien mengeluh
adanya pusing.
'enurut kepustakaan diagnosis yang mengarah ke sinusitis maksilaris
didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan teori anamnesis rhinosinusitis dengan gejala yaitu dapat berupa rasa sakit
pada pipi yang dapat menjalar ke daerah frontal , hidung tersumbat, pilek, dan keluar
cairan purulen. Salah satu faktor predisposisi sinusitis adalah gigi yang mengalami
infeksi. Sehingga kasus dengan kepustakaan sesuai.$,)
Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada kasus yaitu ada nyeri tekan pada pipi
kanan , mukosa tampak hiperemis pada hidung bagian kanan, pada cavum nasi
ditemukan sekret EA-, konka hipertropi A dekongesti.
Berdasarkan kasus yang didapat sesuai dengan kepustakaan pada
pemeriksaan fisik, tanda khas dari sinusitis adalah ditemukan adanya edema dan hiperemis
pada mukosa dan nyeri tekan pada sinus yang terinfeksi.$,)
Pemeriksaan penunjang pada kasus dilakukan foto 'aters dengan hasil ada
perselubungan di hidung kanan pada sinus maksilaris.
Pada kepustakaan untuk penegakan diagnosis dilakukan foto posisi 'aters
dapat digunakan untuk menilai keadaan sinus maksila dan frontal, yaitu berupa adanya
perselubungan, batas udara-cairan, dan penebalan mukosa.$,1
22
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
23/24
Pada kasus terapi yang diberikan adalah irigasi sinus, clindamicin $ ) mg,
iliadin nasal spray )) tetes (2#, Paracetamol )0 mg, mbrool ), konsul S gigi.
'enurut kepustakaan penatalaksanaan bertujuan untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah komplikasi, dan mencegah penyakit menjadi kronis. 'elalui pengobatan
diharapkan sekret yang menumpuk pada sinus paranasal dapat dikeluarkan. ntibiotik dan
dekongestan adalah pilihan utama pada pengobatan sinusitis, selain itu diberikan
mukolitik, dekongestan dan mukolitik diberikan untuk memperlancar drainage dan
analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri .) erapi bedah dilaksakan dengan mengangkat
mukosa yang dianggap bersifat patogen dan memperlancar drainase sinus yang mengalami
sinusitis. ipe pembedahan yang umumnya dilakukan adalah antrostomi intra nasal dan
operasi Cald'ell"(uc.$,)
Pada kasus prognosis akan baik apabila kepatuhan terapinya baik, tetap
menjaga kebersihan mulut dan gigi, istirahat cukup dan tetap menjaga kesehatan diri.
Prognosis pasien dengan sinusitis tergantung pada ketepatan dankecepatanpemberian
penanganan. Semakin cepat diberikan penanganan maka prognosisnya semakin baik.
Pemberian antibiotik, obat lainnya,dan dengan dilakukan penanganan terhadap faktor
penyebab akan memberikan prognosis yang baik pada penderita sinusitis.)
DA&TA' PUSTAKA
23
8/18/2019 tht print co ass racun.doc
24/24
. Soetjipto, 2., 'angunkusumo, C., Fardani 9. $*. Hidun dalam u#u *+ar Ilmu
esehatan &elina Hidun &enoro# epala - (eher. *th ed. %akulas "edokteran
Universitas ndonesia, ?akarta. 4al 5 D6-.
$. Soetjipto, 2., 'angunkusumo, C. $*. Sinus Paranasal dalam u#u *+ar Ilmu
esehatan &elina Hidun &enoro# epala - (eher. *th ed. %akulas "edokteran
Universitas ndonesia, ?akarta. 4al 5 0-00.
). 'angunkusumo, C., Soetjipto, 2. $*. Sinusitis dalam u#u *+ar Ilmu esehatan
&elina Hidun &enoro# epala - (eher. *th ed. %akulas "edokteran Universitas
ndonesia, ?akarta. 4al 5 0-00.
1. Brook t@hak et al. Ct al. *cute Sinusitis. 'edscape reference.Updated on ?uly $D,
$0. vailable at5 http://emedicine.medscape.com/article/232670-
overview#a6
0. 'oore, ".8., nne '.9.. $$. *natomi linis asar. 4ipokrates5 ?akarta
http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6